5
Pemeriksaan Fisik Abdomen 1. Persiapan alat, klien dan pemeiksa Peralatan yang disiapkan : baju periksa, selimut, stetoskop, penggarois, meteran, sarung tangan, lampu periksa dan botol specimen. Pemeriksa mencuci tangan, menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, anjurkan klien untuk berkemih, apabila diperlukan urin ditampung. Anjurkan klien untuk mengendurkan otot-otot abdomen dengan cara mengambil nafas dalam beberapa kali, gunakan universal precaution, jika ada keluhan nyeri pada salah satu bagian abdomen maka periksa daerah nyeri pada urutan terakhir. Untuk tekhnik pemeriksaan dimulai dari inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Pemeriksa berdiri disebelah kanan klien. 2. Tahapan pemeriksaan abdomen Inspeksi abdomen Atur posisi klien dengan posisi supin, letakkan satu bantal dibawah lutut, tutupi dada klien dengan baju periksa, hanya dibuka daerah abdomen. Letakkan selimut pada daerah pubis dan tutup daerah kaki. Visualisasi garis horizontal dan vertikal yang membagi abdomen ke dalam 4 kuadran dan 9 region. Visualisasi organ/struktur yang ada dibawah. Observasi bentuk dan kesimetrisan abdomen. Observasi adanya tonjolan atau massa dan terlihat adanya distensi kandung kemih. Apabila distensi, lakukan pengukuran lingkar perut. Observasi lokasi umbilikus, kondisinya dan kebersihannya. Observasi kulit abdomen, adanya luka, striae, pembesaran vena, lecet atau kemerahan, Adanya ostomi(lokasi dan karakteristiknya). Observasi pergerakan abdomen (pilsasi atau gelombang peristaltik). Auskultasi abdomen Gunakan diafragma stetoskop untuk mendengarkan bising usus, mulai auskultasi pada daerah abdomen kuadran kanan bawah, dengarkan karakter dan frekuensi suara, hitung bising usus selama 60 detik, normalnya bising usus terdengar tiap 5-20 detik atau 3-12x/menit. Pada kondisi normal bising usus tidak terdengar, hopoperistaltik bila bising usus 1x/menit dan hiperperistaltik bila bising usus 20x/menit.

B - 5 Pencernaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: B - 5 Pencernaan

Pemeriksaan Fisik Abdomen

1. Persiapan alat, klien dan pemeiksaPeralatan yang disiapkan : baju periksa, selimut, stetoskop, penggarois, meteran, sarung tangan, lampu periksa dan botol specimen. Pemeriksa mencuci tangan, menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, anjurkan klien untuk berkemih, apabila diperlukan urin ditampung. Anjurkan klien untuk mengendurkan otot-otot abdomen dengan cara mengambil nafas dalam beberapa kali, gunakan universal precaution, jika ada keluhan nyeri pada salah satu bagian abdomen maka periksa daerah nyeri pada urutan terakhir.Untuk tekhnik pemeriksaan dimulai dari inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Pemeriksa berdiri disebelah kanan klien.

2. Tahapan pemeriksaan abdomen Inspeksi abdomen

Atur posisi klien dengan posisi supin, letakkan satu bantal dibawah lutut, tutupi dada klien dengan baju periksa, hanya dibuka daerah abdomen. Letakkan selimut pada daerah pubis dan tutup daerah kaki. Visualisasi garis horizontal dan vertikal yang membagi abdomen ke dalam 4 kuadran dan 9 region. Visualisasi organ/struktur yang ada dibawah.

Observasi bentuk dan kesimetrisan abdomen. Observasi adanya tonjolan atau massa dan terlihat adanya distensi kandung kemih. Apabila distensi, lakukan pengukuran lingkar perut. Observasi lokasi umbilikus, kondisinya dan kebersihannya. Observasi kulit abdomen, adanya luka, striae, pembesaran vena, lecet atau kemerahan, Adanya ostomi(lokasi dan karakteristiknya). Observasi pergerakan abdomen (pilsasi atau gelombang peristaltik).

Auskultasi abdomenGunakan diafragma stetoskop untuk mendengarkan bising usus, mulai

auskultasi pada daerah abdomen kuadran kanan bawah, dengarkan karakter dan frekuensi suara, hitung bising usus selama 60 detik, normalnya bising usus terdengar tiap 5-20 detik atau 3-12x/menit. Pada kondisi normal bising usus tidak terdengar, hopoperistaltik bila bising usus 1x/menit dan hiperperistaltik bila bising usus 20x/menit.

Gunakan bel stetoskop untuk mendengar vaskuler dan friction rub daerah abdomen, arteri, iliaka, dan femoralis. Letakkan bel stetoskop pada daerah sejajar dengan garis midklavikula disamping aorta diatas umbilikus. Umumnya tidak ada yang terdengar. Friction rub disebabkan oleh dua organ yang bersentuhan/bergesekan atau organ yang bergesekan dengan peritoneum. Friction rub didalam abdomen biasanya menunjukkan adanya tumor, insfeksi atau peritonitits.

Perkusi dan palpasi abdomenPertahankan posisi supin, gunakan tangan nondominan sebagai bantalan ketukan tangan dominan sebagai pengetuk, kemudian lakukan perkusi pada 4 kuadran abdomen. Adapun suara hasil perkusi pada abdomen antara lain :

Timpani : suara yang keras diatas lambung dan intestin. Dullness : terdengar diatas hati, limfa & kandung kemih yang distensi.

Page 2: B - 5 Pencernaan

Hiperesonan : lebih keras dari timpani dan terdengar pada intestin yang distensi.

Flat : suara halus, pendek terdengar diatas otot,tulang dan massa tumor.

Lanjutkan perkusi pada hepar, perkusi abdomen untuk menentukan batas atas dan bawah atau tinggi hepar. Mulai perkusi pada daerah setinggi umbilikus bergerak keatas sepanjang garis midklavikula kanan.

Suara pertama terdengar adalah timpani, bila suara berubah menjadi dullness pemeriksa dapat mengidentifikasi batas bawah hepar dan berilah tanda dengan pena. Perkusi kearah ICS ke-4 sepanjang garis midklavikula kanan, suara pertama terdengar adalah resonan karena perkusi didaerah paru, lalu dilanjutkan kearah bawah sampai terdengar dullness yang menandakan batas bawah hepar dan beri tanda dengan pena. Lalu lakukan pengukuran batas atas sampai batas bawah hepar. Ukur hepar pada garis midsternum kurang lebih 4-9 cm.

Perkusi selanjutnya adalah perkusi limfa, untuk menentukan ukuran dan lokasi limfa. Perkusi pada sisi kiri abdomen ke posterior sampai garis midaksila ( slenik dullness) biasanya terdengar dari ICS ke-^ sampai 10. Palpasi dan perkusi kandung kemih untuk mengetahui lokasi serta isinya, lakukan perkusi diatas suprapubik, jika kandung kemih terisi penuh maka yang terdengar suara redup.

Atur posisi klien menjadi posisi membelakangi pemeriksa, palpasi sudut kostovertebra kiri dan amati reaksi klien, lakukan palpasi pada sudut kostovertebra kanan.

Untuk perkusi ginjal, letakkan telapak tangan nondominan diatas sudut kostovertebra, lakukan perkusi/ tumbukan dengan menggunakan kepala tangan dominan.

Untuk mengetahui kondisi hepar, lakukan palpasi dengan meletakkan tangan kiri dibawah dada tepatnya pada iga terakhir, minta klien untuk rileks, letakkan tangan kanan diatas abdomen kuadran kanan bawah, kemudian tekan abdomen sepanjang batas lengkung tulang rusuk, saat abdomen ditekan anjurkan klien untuk menarik nafas dalam. Secara normal hepar tidak akan terpalpasi, kecuali pada klien yang kurus, bila teraba maka tepi hepar akan terasa halus dan tidak ada keluhan nyeri.

Untuk palpasi limfa, letakkan tangan kiri dibawah lengkung rusuk sebelah kiri, tangan kanan menekan abdomen untuk memindahkan posisi limfa ke anterior. Tekan ujung jari-jari kanan kedalam batas tulang rusuk ke kiri ke arah klien bersamaan dengan itu minta klien untuk menarik nafas dalam. Limfa pada orang normal tidak akan teraba kecuali ada pembesaran yang jelas.

Page 3: B - 5 Pencernaan

Pemeriksaan Fisik Rektosigmoid

1. Persiapan alat, klien dan pemeriksa

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan, Jaga privasi klien dengan memasitka ruangan yang tertutup selama pemeriksaan berlangsung. Ajarkan klien untuk melakukan teknik relaksasi dan tarik nafas dalam yang akan digunakan saat pemeriksaan. Gunakan pelindung tubuh (general precaution) seperti sarung tangan, masker dan penutup badan pemeriksa. Cuci tangan , masker dan penutup badan pemeriksa dilakukan. Siapkan alat-alat terdiri dari cairan lubrikan, penlight, bahan untukpemeriksaan feses dan penerangan yang cukup.

2. Tahapan pemeriksaan fisik rektosigmois

Aturlah klien dalam posisi miring atau sims ( kedua lututnya ditekuk) lalu mulailah inspeksi daerah rektosigmoid dengan membuka secara perlahan-lahan bokong dengan kedua tangan untuk memeriksa a us dan jaringan sekitarnya. Lihat dan amatilah, kulit di sekitar anus akan terlihat lebih gelap dibandingkan daerah sekitarnya.

Kemudian inspeksi dilanjutkan ke daerah perinial yang terlihat lembab dengan ditumbuhi sedikit rambut, lihat dan amati adaya luka atau lecet, scar, inflamasi, abses perirectal, hemoroid eksternal, fistula, tumor dan bahkan inspeksi

Untuk tekhnik palpasi, pemeriksaan dimulai dengan membuka bokong dengan tangan nondominan. Jika terlihat spingter meregang minta klien untuk rileks sampai spingter terlihat relaksasi. Nyeri atau perdarahan yang bisa terjadi bisa dihindari dengan pemberian analgesik sebelum dilakukan pemeriksaan. Oleskan lubrikan pada sarung tangan saat melakukan palpasi pada daerah anal dengan perlahan sampai anal terbuka, masukkan secara perlahan jari telunjuk pada saluran anal mengarah ke umbulikus saat spingter relaksasi. Mintalah klien untuk manahan spingter pada saat jari pemeriksa sedang mengukur kekuatan otot spingter. Pada kondisi normal saluran anal tersebut pendek dari pinggiran anal sampai pinggiran anorektal kurang lebih 3 cm, sama halnya dari ujung jari sampai interfalang. Palpasi bagian subkutan dan spingter eksternal dengan memutar jari telunjuk untuk memeriksa otot yang berbentuk cincin dan identifikasikan adanya garis spingter. Lakukan palpasi dalam dari spingter internal dengan melaluin spingter eksternal dan jaringan sekitarnya untuk mengkaji otot levatorani, palpasi bagian lateral dan bagian posterior dengan cara menyentuh dinding rektal yang satu dengan dinding rektal yang lain.

Palpasi mukosa saluran anal dari adanya tumor dan polip. Palpasi daerah koksigis dengan menggunakan pemeriksaan bimanual jari telunjuk dan ibu jari, pemeriksaan dengan menggunakan jari mampu mencapai kedalaman 6-10 cm. Untuk palpasi dinding rektal rektum putarjari telunjuk ke sisi rektum dimana tulang iskia dan sakrotuberus akan dapat diidentifikasikan. Untuk mengidentifikasi kelenjar prostat, lakukan palpasi dinding anterior dan rektum sehingga akan teridentifikasi ukuran, tederness, mobilitas dan konsistensi kelenjar prostat.

Page 4: B - 5 Pencernaan