13
Automats maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 29 AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS MALINDO VENTURES Erna Regina Supriatna 1) , Iveline Anne Marie 2) , Amal Witonohadi 3) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti, Jakarta [email protected], [email protected],[email protected] ABSTRACT Persaingan diantara perusahaan manufaktur penghasil spare part otomotif semakin meningkat. Produktifitas dalam pemanfaatan mesin menjadi salah satu target untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan dan kepuasan konsumen. Pendekatan TPM mendorong perusahaan untuk menjadikan kegiatan perawatan menjadi salah satu fokus sebagai bagian yang penting dan vital dari sebuah bisnis atau operasi manufaktur. Perawatan tidak lagi dipandang sebagai aktivitas yang non- profit. Waktu untuk perawatan telah dimasukkan kedalam jadwal produksi sebagai bagian dari jadwal produksi, dan bahkan dalam beberapa kasus, perawatan menjadi bagian integral dari sebuah proses manufaktur. Salah satu pilar dalam tahapan TPM adalah mengembangkan program Autonomous Maintenance (AM). PT. Ingress Malindo Ventures atau PT. IMV merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi komponen otomotif berupa weather strip outer/inner moulding dan door sash yang dibutuhkan untuk kebutuhan lokal dalam negeri. Untuk kelancaran produksi, perusahaan sangat bergantung kepada ketersediaan mesin karena apabila mesin mengalami kerusakan maka kegiatan produksi akan terhenti sehingga dapat mengakibatkan penambahan waktu penyelesaian serta berakibat tidak tercapainya target produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan usulan rancangan autonomous maintenance untuk meningkatkan performansi perawatan mesin pada PT. Ingress Malindo Ventures. Berdasarkan hasil pengumpulan data perawatan mesin roll forming, dilakukan pengolahan data, analisis dan perancangan sesuai dengan tahapan autonomous maintenance. Usulan autonomous maintenance menghasilkan contoh board step untuk pengevaluasian setiap step serta prosedur untuk mengembangkan pendidikan dan pelatihan inspeksi, SOP, check sheet dan one point lesson pada mesin dan komponen yang memiliki nilai downtime diatas rata-rata. Berdasarkan implementasi, diketahui bahwa nilai OEE pada mesin roll forming diproyeksikan meningkat menjadi 79,316%. Keywords: TPM, Autonomous Maintenance, Overall Equipment Effectiveness (OEE) 1. PENDAHULUAN Maintenance atau pemeliharaan adalah semua tindakan yang dibutuhkan untuk memelihara mesin atau komponen yang ada didalamnya atau melakukan perbaikan sampai kondisi tertentu yang bisa diterima.Kerusakan dari mesin dapat terjadi tiba-tiba ketika peralatan/fasilitas/aset sedang berfungsi. Tindakan pemeliharaan yang seksama terhadap mesin diperlukan agar dapat mempertahankan kualitas dan kuantitas output yang dihasilkan. PT. Ingress Malindo Ventures atau PT. IMV merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi komponen otomotif berupa weather strip outer/inner moulding dan door sash yang dibutuhkan untuk kebutuhan lokal dalam negeri. Untuk kelancaran produksi, perusahaan sangat bergantung kepada ketersediaan mesin karena apabila mesin mengalami kerusakan maka kegiatan produksi akan terhenti dan berikutnya mengakibatkan penambahan waktu penyelesaian serta berakibat tidak tercapainya target produksi. Dalam kegiatan produksi di PT. Ingress Malindo Ventures, departemen maintenance bertugas melakukan menajemen perawatan dan menangani mesin-mesin yang mengalami masalah. Salah satu mesin yang memiliki down time cukup besar adalah mesin roll

AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

Automats maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 29

AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS

MALINDO VENTURES

Erna Regina Supriatna1), Iveline Anne Marie2), Amal Witonohadi 3) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri

Universitas Trisakti, Jakarta [email protected], [email protected],[email protected]

ABSTRACT

Persaingan diantara perusahaan manufaktur penghasil spare part otomotif semakin meningkat. Produktifitas dalam pemanfaatan mesin menjadi salah satu target untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan dan kepuasan konsumen. Pendekatan TPM mendorong perusahaan untuk menjadikan kegiatan perawatan menjadi salah satu fokus sebagai bagian yang penting dan vital dari sebuah bisnis atau operasi manufaktur. Perawatan tidak lagi dipandang sebagai aktivitas yang non-profit. Waktu untuk perawatan telah dimasukkan kedalam jadwal produksi sebagai bagian dari jadwal produksi, dan bahkan dalam beberapa kasus, perawatan menjadi bagian integral dari sebuah proses manufaktur. Salah satu pilar dalam tahapan TPM adalah mengembangkan program Autonomous Maintenance (AM).

PT. Ingress Malindo Ventures atau PT. IMV merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi komponen otomotif berupa weather strip outer/inner moulding dan door sash yang dibutuhkan untuk kebutuhan lokal dalam negeri. Untuk kelancaran produksi, perusahaan sangat bergantung kepada ketersediaan mesin karena apabila mesin mengalami kerusakan maka kegiatan produksi akan terhenti sehingga dapat mengakibatkan penambahan waktu penyelesaian serta berakibat tidak tercapainya target produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan usulan rancangan autonomous maintenance untuk meningkatkan performansi perawatan mesin pada PT. Ingress Malindo Ventures.

Berdasarkan hasil pengumpulan data perawatan mesin roll forming, dilakukan pengolahan data, analisis dan perancangan sesuai dengan tahapan autonomous maintenance. Usulan autonomous maintenance menghasilkan contoh board step untuk pengevaluasian setiap step serta prosedur untuk mengembangkan pendidikan dan pelatihan inspeksi, SOP, check sheet dan one point lesson pada mesin dan komponen yang memiliki nilai downtime diatas rata-rata. Berdasarkan implementasi, diketahui bahwa nilai OEE pada mesin roll forming diproyeksikan meningkat menjadi 79,316%.

Keywords: TPM, Autonomous Maintenance, Overall Equipment Effectiveness (OEE) 1. PENDAHULUAN

Maintenance atau pemeliharaan adalah semua tindakan yang dibutuhkan untuk memelihara mesin atau komponen yang ada didalamnya atau melakukan perbaikan sampai kondisi tertentu yang bisa diterima.Kerusakan dari mesin dapat terjadi tiba-tiba ketika peralatan/fasilitas/aset sedang berfungsi. Tindakan pemeliharaan yang seksama terhadap mesin diperlukan agar dapat mempertahankan kualitas dan kuantitas output yang dihasilkan.

PT. Ingress Malindo Ventures atau PT. IMV merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi komponen otomotif berupa

weather strip outer/inner moulding dan door sash yang dibutuhkan untuk kebutuhan lokal dalam negeri. Untuk kelancaran produksi, perusahaan sangat bergantung kepada ketersediaan mesin karena apabila mesin mengalami kerusakan maka kegiatan produksi akan terhenti dan berikutnya mengakibatkan penambahan waktu penyelesaian serta berakibat tidak tercapainya target produksi.

Dalam kegiatan produksi di PT. Ingress Malindo Ventures, departemen maintenance bertugas melakukan menajemen perawatan dan menangani mesin-mesin yang mengalami masalah. Salah satu mesin yang memiliki down time cukup besar adalah mesin roll

Page 2: AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

Automats maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 30

forming. Dalam kegiatan produksi, operator mesin belum terlibat langsung dalam menangani mesin-mesin karena seperti yang umumnya terjadi, departemen maintenance serta operator mesin masih belum beranjak dari konsep lama yaitu Operator maintenance memperbaiki mesin dan operator produksi menjalankan mesin. Di perusahaan, perawatan dan perbaikan mesin masih dilakukan oleh bagian logistik dan peralatan, dan mengakibatkan proses perawatan mesin memerlukan waktu yang lebih lama.

Penggunaan mesin yang secara terus menerus menyebabkan menurunnya kemampuan mesin, artinya laju kerusakan mesin meningkat sesuai dengan lamanya waktu mesin tersebut beroperasi.Hal ini mengakibatkan mesin semakin sering mengalami kerusakan dan ongkos produksi meningkat.

Total Productive Maintenance (TPM) adalah suatu sistem perawatan mesin yang produktif dengan melibatkan seluruh anggota organisasi, termasuk operator, dan semua bagian terkait di dalam perusahaan. JIPM (Japan Institute of Plant Maintenece) mengidentifikasikan faktor kesuksesan dari TPM (McCarthy and Rich, 2004) : 1. Maksimasi efektivitas peralatan

2. Mengembangkan sistem pemeliharaan

yang produktif untuk umur peralatan

3. Melibatkan semua departemen yang

merencanakan, merancang,

menggunakan atau menjaga peralatan

dalam mengaplikasikan TPM

4. Dengan aktif melibatkan semua

karyawan dari tingkat atas hingga lantai

produksi

Autonomous maintenance merupakan bagian dari Total Productive Maintenance (TPM) yaitu sistem pemeliharaan proaktif berbasis kerjasama kelompok melibatkan setiap jenjang dan fungsi dalam organisasi, dari eksekutif sampai ke level atas organisasi. TPM bertujuan untuk mengoptimalkan keandalan dan efektivitas peralatan pabrik.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan usulan perbaikan autonomous maintenance dalam rangka meningkatkan performansi perawatan mesin pada PT. Ingress Malindo Ventures.

2. TINJAUAN PUSTAKA 4.1. Maintenance

Maintenance didefinisikan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas dan peralatan pabrik, dan mengadakan perbaikan, penyesuaian, atau penggantian yang diperlukan untuk mendapatkan suatu kondisi operasi produksi yang memuaskan, sesuai dengan yang direncanakan (Assauri, 1993). Jadi dengan adanya kegiatan maintenance maka mesin/peralatan dapat dipergunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama dipergunakan untuk proses produksi atau sebelum jangka waktu tertentu direncanakan tercapai (Sofyan Assauri, 2004).

4.2. Preventive Maintenance

Preventive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. (Assauri, 1993).

4.3. Total Productive Maintenance (TPM)

TPM adalah sebuah inisiatif untuk mengoptimalkan keandalan dan efektivitas peralatan pabrik. TPM adalah sistem yang berbasis tim, pemeliharaan proaktif dan melibatkan setiap jenjang dan fungsi dalam organisasi, dari eksekutif sampai ke level atas organisasi. TPM mengatur seluruh sistem siklus produksi dan membangun sistem basis awal yang solid untuk mencegah semua kerugian.Tujuan TPM adalah mencakup penghapusan semua cacat kecelakaan dan kerusakan (Smith and Hawkins, 2004).

4.4. Autonomous Maintenance

Salah satu solusi untuk mengurngi losses termasuk di dalamnya cacat produk dalam perusahaan adalah menggunakan TPM (Total Productive Maintenance). Salah satu langkah dalam tahap penerapan TPM adalah mengembangkan program Autonomous Maintenance (AM). Autonomous maintenance merupakan salah satu dari 7 pilar TPM dan pendekatan ini memiliki 7 tahap dalam pembentukan dan kelancarannya.

4.5. Tahapan Autonomous Maintenance

Dalam melakukan usulan penerapan autonomous maintenance terdapat tujuh

Page 3: AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

Automats maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 31

langkah-langkah yang harus dilakukan agar dapat dicapai tujuan yang diinginkan, yaitu: 1. Initial Cleaning atau Pembersihan Awal

Pada tahap ini operator melakukan cleaning dan inspeksi awal terhadap bagian-bagian mesin serta mengisi check sheet yang telah dibuat.

2. Countermeasure for the Cause and Effect of Dirt Pada tahap ini operator menindak lanjuti dari kondisi abnormal yang ditemukan pada tahap sebelumnya dengan membuat ide improvement yang berfokus pada pengurangan waktu cleaning.

3. Cleaning and Lubrication Standard Pada tahap ini memperbaharui kebijakan cleaning dan lubricating standard. Improvement step kedua setelah mengurangi waktu cleaning serta operator harus mematuhi kebijkan yang telah dibuat terhadap kebersihan mesin. II-62

4. General Inspection Pada tahap general inspection ini bagian logistik dan peralatan menyiapkan teaching manual kepada operator.Operator juga dituntut untuk mengembangkan kemampuannya terhadap pemeliharaan mesin tidak hanya bisa mengoprasikannya saja dan mengatur schedule untuk melakukan general inspection.

5. Autonomous Maintenance Inspection

Pada tahap ini mengevaluasi kembali standard inspeksi tentative dan lakukan koreksi dan penyederhanaan.

6. Workplace Organization and House keeping Pada tahap ini melakukan peningkatan penyedehanaan tempat kerja dengan mengacu pada 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke), serta evaluasi peraturan terhadap operator dan klarifikasi tanggung jawab.

7. Penerapan Program Autonomous Maintenance Pada tahap ini meningkatkan audit untuk sistem autonomous maintenance yang sudah diberlakukan

3. METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan identifikasi masalah, studi lapangan dan studi pustaka dilakukan tahapan pengumpulan dan pengolahan data serta analisis untuk kebutuhan perancangan autonomous maintenance berdasarkan pendekatan Total Productive Maintenance yang hasilnya diharapkan dapat diimplementasikan di perusahaan, khususnya untuk mesin roll forming.Tahapan lengkap penelitian dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.

Page 4: AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

Automats maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 32

Gambar 1. Flowchart Metodologi Penelitian

Tahapan untuk penerapan Autonomous Maintenance adalah sesuai dengan gambar 2 sebagai berikut.

Page 5: AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

Automats maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 33

Gambar 2. Flowchart Autonomous Maintenanc

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Produk dan Mesin

Perusahaan Saat Ini

Pemeliharaan mesin saat ini masih dilakukan oleh pekerja dari bagian maintenance yang pada nyatanya hanya memiliki 2 orang staff dengan pemeliharaan 7 mesin dengan kasus kerusakan yang berbeda. Berdasarkan bagan Big Picture Mapping diatas dapat diketahui bahwa detail dari perawatan rutin yang biasa dilakukan pada PT. Ingress Malindo Ventures terdiri dari :

1. Order Inspection 2. Machine Cleaning 3. Pergantian komponen 4. Reinstallation 5. Pelumasan oli pada mesin 6. Running Machine

7. Corrective Maintenance

4.2. Total Productive Maintenance (TPM)

Dalam implementasi pendekatanTPM, dilakukan perhitungan avaibility, performance dan rate of quality untuk mendapatkan nilai OEE untuk kondisi awal.

Nilai availability rate didapatkan dengan perhitungan persamaan berikut:

Availability = Planned Availability x Uptime

Hasil perhitungan nilai avaibility rate pada mesin roll forming dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 6: AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

Automats maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 34

Tabel 1. Hasil perhitungan nilai avaibility rate pada Februari – April 2014

Bulan Planned Availabillity (%)

Uptime (%)

Availability (%)

Feb-14 84.44 96.35 81.36 Mar-14 84.44 96.63 81.59 Apr-14 84.44 96.51 81.49

Availability mesin roll forming pada masa periode penelitian yaitu Februari – April 2014 masih belum memenuhi standar JIPM (90%) yaitu masih berada dirata-rata 81.46%. Mesin roll forming memiliki kesediaan mesin beroperasi atau pemanfaatan waktu yang tersedia untuk kegiatan operasi mesin dan peralatan. Berikutnya dilakukan perhitungan nilai performance rate berdasarkan persamaan berikut :

Performance Rate =

����������� ����� ���� � ����� �������

��� !�����"# ���� x 100%

Theoretical cycle time yang digunakan adalah waktu siklus proses (waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu produk).Waktu siklus pada pembuatan sebuah produk di mesin roll forming adalah 5 produk per 60 menit. Hasil perhitungan nilai performance rate pada mesin roll forming dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil perhitungan nilai performance rate pada Februari – April 2014

Bulan Performance Efficiency (%)

Feb-14 74.51 Mar-14 85.39 Apr-14 74.66

Nilai rate of quality didapatkan dengan perhitungan persamaan berikut :

Rate of Quality = Good Product

Total Product x 100%

Hasil perhitungan nilai rate of quality pada mesin roll forming dapat dilihat pada Tabel 3.

Rate of quality pada bulan Februari – April 2014 sudah mencapai standar JIPM (99%) dengan nilai rata- rata sebesar 99,677%. Mesin roll forming sudah diatas standar untuk mencapai produk sesuai standar quality control, namun di beberapa jenis produk masih terdapat produk yang tidak memenuhi standar.

Tabel 3. Hasil perhitungan nilai performance rate pada Februari – April 2014

Bulan Rate Of Quality (%)

Feb-14 99.65

Mar-14 99.71

Apr-14 99.67

Setelah didapatkan nilai avaibility rate, performance rate dan rate of quality maka dapat dihitung besar nilai OEE setiap bulannya dan dirata-rata per 3 bulan sehingga dapat diimplementasikan dalam jangka waktu 3 bulan agar dapat di

bandingkan. Nilai OEE didapatkan dengan perhitungan persamaan berikut.

OEE = Availability x Performance Efficiency x Rate of Quality

Hasil perhitungan OEE dapat dilihat pada Tabel berikut.

Page 7: AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

Automats maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 35

Tabel 4. Hasil perhitungan nilai OEE pada Februari – April 2014

Bulan OEE (%)

Feb-14 60.41

Mar-14 69.47

Apr-14 60.64 OEE pada masa periode penelitian Februari – April 2014 masih dibawah standart JIPM (85%) dengan nilai rata-rata 63.51%. dibawah standartnya nilai OEE dipengaruhi oleh dibawah standarnya factor performance rate dan avaibility rate.

4.3. Identifikasi Waste

Tahapan identifikasi waste ini dilakukan berdasarkan data error pada proses perawatan mesin kritis pada periode bulan Februari 2014 – April 2014 di mesin roll forming plant II. Berikut merupakan hasil pengolahan data error Februari 2014 sampai dengan April 2014 untuk mesin roll forming:

Tabel 5. Identifikasi Waste Pada Maintenance periode Februari 2014 – April 2014 mesin roll

forming

Tabel diatas menujukkan adanya waste pada aktifitas maintenance pada mesin roll forming. Berdasarkan data waste yang diperoleh, dapat teridentifikasi beberapa kegiatan non-value added. Waste terbesar yang mengakibatkan cacat produk adalah waiting for spare part dan operation failure.

4.4. Analisa Six Big Losses

Dalam penerapan Total Productive Maintenance (TPM) diketahui bahwa terjadi loses sehingga perlu dilakukan eliminasi terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penurunan efektifitas peralatan yang lebih dikenal dengan six big looses. Keenam faktor tersebut adalah equipment

failure, setup and adjustment, idling and minor stoppages, reduce speed, defect process, reduced yield.

Gambar 4. Diagram Sebab Akibat idling and minor stoppages loss

Bulan(Tahun 2014)

Waiting for instruction

Waiting For Spare Part

Operation Failure

Operator Error

Motions Defect

1 4 2 *2 9 2 * *3 9 2 * *4 13 2 * *5 16 2 * *6 20 2 *7 24 2 * *11 2 3 * *12 6 3 * *13 9 3 * *14 10 3 * *15 19 3 *16 25 3 * *26 2 4 * * *27 3 4 *28 4 4 * *29 10 4 *30 19 4 *31 6 4 * *32 15 4 * *33 23 4 * *

6 12 8 4 4 3

16% 32% 22% 11% 11% 8%

18% 36% 24% 12% 12% 9%Persentase terhadap total

No. TanggalWaste

TotalPersentase terhadap total

waste

Page 8: AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

Automats maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 36

4.5. Interval Penggantian Pencegahan Perawatan Komponen Kritis

Dalam tindakan ini, dihitung nilai distribusi dan interval sesuai dengan kondisi perusahaan dan disesuaikan dengan preventive

maintenance, perhitungan ini berguna untuk menentukan jadwal pergantian pencegahan komponen dan perawatan komponen pada mesin.

Tabel 6. Tabel interval penggantian pencegahan dan perawatan komponen kritis

4.6. Analisa Penyebab Kegagalan Kerusakan Mesin dan Komponen Kritis Menggunakan FMECA

Berdasarkan mesin dan komponen kritis, selanjutnya dilakukan tahapan analisis

penyebab kegagalan kerusakan pada masing-masing komponen dari mesin kritis tersebut menggunakan Failure Mode Effect and Criticality Analysis pada mesinRoll Forming.

Tabel 8. FMECA pada mesin Roll Forming

4.7. Autonomous Maintenance

Autonomous Maintenance yang dilakukan oleh perusahaan akan melalui 3 tahap awal dari 7 tahap keseluruhan dan kemudian akan di audit keberhasilannya melalui pimpinan tim autonomous

maintenance, departemen maintenance dan departemen produksi. Susunan usulan organisasi promosi autonomous maintenance yang dapat dibentuk secara umum dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Page 9: AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

Automats maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 37

Penasehat

(Top Management )

Presiden Direktur PT. Ingress

Malindo Ventures

Tim Pengarah dan Pengasuh

(Middle Management )

• Departemen Maintenance

• Departemen Engineering

• Supervisor

Kepala Regu

(Leaders)

Operator Mesin

Gambar 5. Bagan Organisasi Promosi Autonomous Maintenance

Sebelum masuk ke Tahap 1 pada Autonomous Maintenance, departemen maintenance diharuskan membuat sebuah timautonomous maintenance yang berguna untuk memperjelas pembagian kerja.

Gambar 6. Contoh Registration Form untuk timAutonomous Maintenance

Selain pembuatan timautonomous maintenance disetiap mesin, perusahaan juga diharapkan membuat board step untuk melihat peningkatan dari autonomous maintenance.

Gambar 7. Contoh Board Step Autonomous Maintenance

Page 10: AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

Automats maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 38

Tahap 1 Mengadakan Pembersihan Awal

Pada tahap ini diberikan penjelasan mengenai keharusan operator untuk melakukan pembersihan pada mesin dan komponen roll forming. Operator melakukan inpeksi dan pembersihan terhadap bagian-bagian mesin roll forming. Dalam tahap ini operator juga diberikan pelatihan awal

tentang auotonomous maintenance dan cara kerja mesin oleh koordinator tim autonomous maintenance / dept. Maintenance. Selain itu, juga diberikan one point lesson yang berguna untuk menjadi acuan operator dalam menjaga kebersihan dan kerapihan mesin yang termasuk dalam metode 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke).

Gambar 8. Salah satu contoh one point lesson untuk penerapan 5S dalam Seiton (Rapi)

Selain one point lesson dalam metode 5S, dibuat abnormality tag yang digunakan untuk menandai lokasi masing-masing

kelainan yang terlihat, siapa yang menemukan, dan sifat masalah.

Gambar 9. Contoh abnormality tag untuk maintenance

Tahap 2 Elemenasi Sumber Kontaminasi dan Bagian yang tidak Terjangkau

Area perawatan pada mesin roll forming yang terbuka atau bagian luar mesin memungkinkan debu dan kotoran masuk dan bisa menjadi salah satu penyebab kerusakan pada mesin sehingga operator dituntut untuk bisa selalu menjaga mesin dari sumber kontaminasi dan mengindentifikasi penyebab yang ditimbulkan oleh sumber kontaminasi tersebut. Dalam tahap ini dibuat check sheet yang berguna untuk pemeriksaan setiap hari dan menjadi antisipasi jika ada kerusakan.

Tahap 3 Mengembangkan Cleaning dan Standard Lubrikasi

Setelah melakukan pembersihan awal dan mengidentifikasi sumber-sumber masalah kerusakan mesin, pada tahap ini selanjutnya ditetapkan standar untuk pekerjaan pemiliharaan dasar yang efektif dan cepat untuk mencegah kerusakan yang lebih fatal, sebagai contoh adalah kesalahan pelumasan. Pada tahap 3 ini masih menggunakan daily check sheet dalam pemeriksaannya, namun lebih dilengkapi dengan takaran lubrikasi yang seharusnya dan lebih detail dalam pembenahan gambar dan uraian pembersihan dalam check sheet.

Page 11: AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

Automats maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 39

Gambar 10. Contoh daily check sheet untuk cleaning dan standart lubrikasi

Tahap 4 General Inspeksi

Pada langkah 4 dilakukan pengukuran kerusakan dengan pemeriksaan umum peralatan. Dalam bekerja operator dituntut untuk menjaga komponen mesin dalam kondisi operasi yang baik. Tiga langkah pertama autonomous maintenance berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar, oleh karena

itu upaya pada tahap awal mungkin tidak selalu menunjukkan hasil yang dramatis.

Berikut adalah contoh check sheet audit

step 1 yang berguna untuk mengevaluasi program autonomous maintenance, yang nantinya menjadi acuan untuk revisi pada tahap berikutnya.

Gambar 11. Contoh check sheet audit tahap 1

Tahap 5 Autonomous Maintenance Inspection

Pada tahap ini bagian yang berwenang diperusahaan yaitu departemen maintenance dan supervisor melakukan evaluasi kembali

terhadap standar pemeliharaan, cleaning dan lubrikasi yang telah dibuat dengan membandingkan dengan standar pemeliharaan guna melakukan perbaikan penyederhanaan perawatan mesin serta menghilangkan tumpang tindih pada masing-masing kategori.

Page 12: AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

Automats maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 40

Tahap 6 Workplace Organization and House Keeping

Operator dianjurkan untuk meningkatkan penyederhanaan pengaturan tempat kerja dengan mengacu pada 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke). Departemen Maintenance dibantu dengan Departemen Produksi melakukan evaluasi peraturan operator dan klarifikasi tanggung jawab. Serta bagian logistik dan peralatan dapat menetapkan standar kategori tempat kerja operator. Selain memelihara kondisi dasar serta memelihara peralatan, operator juga mempunyai tugas untuk:

a) Menetapkan standar operasi dan pemasangan material yang benar. i. SOP Daily Check Sheet mesin roll

forming dan P 45 T. ii. SOP One Point Lesson pada

komponen roller die. iii. SOP One Point Lesson WIP Box. iv. SOP One Point Lesson reject box. v. Check Sheet Audit Step1 sampai

dengan Step 3. b) Melaporkan ke bagian casting jika

terjadi kelainan terhadap produk dari proses sebelumnya.

c) Mendeteksi dan memperbaiki kondisi yang tidak normal.

d) Menganalisis data mengenai operasi, kualitas dan kondisi-kondisi pemrosesan mesin.

e) Melakukan servis kecil terhadap mesin dan alat-alat lainnya.

Tahap 7 Penerapan Program Autonomous Maintenance

Melalui aktivitas ini operator mesin roll forming dapat mengembangkan kemampuannya dan mempertinggi moral untuk menjadi operator yang mandiri, terampil dan percaya diri, serta diharapkan untuk memonitor pekerjaan mereka kemudian melakukan perbaikan secara mandiri.Selain itu, keahlian operator dibagian maintenance di PT. Ingress Malindo Ventures perlu diperbaiki. Hal tersebut ditunjukan dengan lamanya proses perbaikan yang semestinya dapat diperbaiki dengan cepat tapi dikarenakan motivasi dan pengetahuan masih kurang. 4.8. Perhitungan Proyeksi Overall

Equipment Effectiveness (OEE) Mesin Roll Forming Berdasarkan Usulan Autonomous Maintenance

Berdasarkan usulan autonomous maintenance dan preventive maintenance, nilai OEE diproyeksikan meningkat berdasarkan nilai avaibility dan reliability.

Tabel 9. Nilai OEE Proyeksi

Penerapan Autonomous Maintenance juga didukung dengan pelaksanaan preventive maintenance berupa penerapan jadwal interval penggantian pencegahan dan pemeriksaan optimal bagi komponen kritis pada mesin kritis Roll Forming..

5. KESIMPULAN

Manajemen pemeliharaan mesin di perusahaan saat ini masih menggunakan konsep lama dengan tidak melibatkan operator dalam pembersihan mesin. Dengan menggunakan autonomous maintenance, perusahaan akan diuntungkan dengan berkurangnya cacat produk dan kerusakan

No. Bulan Avaibility (%)Rate Of Quality

(%)Performance Effiency (%)

OEE Rata-rata OEE

1 Nop-14 89,79 99,78 88,04 78,88

2 Dec-14 89,98 99,82 93,11 83,633 Jan-15 90,62 99,8 83,45 75,47

79,316

OEE Awal (%) OEE Proyeksi (%)64,27 79,316

Peningkatan (%) 15,05

Peningkatan OEE

Page 13: AUTONOMOUS MAINTENANCE PADA PLANT II PT. INGRESS …

Automous maintenance (Erna R, dkk.) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 41

pada mesin berkurang dikarenakan waktu pemeliharaan yang tidak terjadwal.

Jadwal penggantian dan perawatan komponen serta hasil dari autonomous maintenance dijalankan bersamaan dengan berjalannya pemeliharaan secara daily dari autonomous maintenance, mesin dan komponen mendapat pemeliharaan secara terjadwal sehingga dapat mengantisipasi rusaknya komponen dan mesin.

6. DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan.(1993). Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Empat.LembagaPenerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Jakarta.

Borris, Seven. 2006. Total Productive Maintenance,The McGraw-Hill Companies, Inc. New York.

Ebeling, Charles E. 1997. An Introduction to Reliability and Maintainability, Singapore: Mc Graw Hill.

McCarthy, Dennis and Rich, Nick. 2004. Lean Total Productive Maintenance, Elsevier Butterworth-heinemann. Jordan hill. Oxford.

Nakajima,Seiichi. 1988. Introduction to TPM, Productivity Press. Cambridge.Peace, Glen Stuart. (1993). Taguchi Methods: A Hands-On Approach. Addison-Wesley Publishing Company, Massachusetts.

Suzuki, Takutaro. (1994). TPM In Process Industries, Productivity Press. New York.

Walpole, Ronald E. 1992. Pengantar Statistika, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.