14
7/23/2019 Atritis Sep http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 1/14 BAB I PENDAHULUAN A.  Latar Belakang Tuberkulosis sebagai suatu penyakit sistemik yang dapat menyerang berbagai organ termasuk tulang dan sedi. Lesi pada tulang dan sendi hampir selalu disebabkan penyebaran hematogen dari kompleks primer pada bagian tubuh lain. Biasanya tejadi 6 – 36 bulan setelah infeksi primer, tetapi dapat saja timbul bertahun – tahun kemudian. TB tulang merupakan salah satu jenis penyakit baru dari tuberkulosis, yang tidak menyerang  paru, tetapi menyerang susunan tulang. Kuman mycobacterium tuberculosis, yang biasa menyerang paruparu, ternyata bisa mengalami mutasi dan menyerang tulang, terutama susunan tulang belakang, yang bisa menyebabkan kerapuhan atau kerusakan struktur tulang. !ada tahun "##$, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar # juta penderita baru TB dengan kematian 3 juta orang %&'(, treatment of tuberculosis, guidelines for national programmes, "##)*. +inegaranegara berkembang kematian TB merupakan $- dari seluruh kematian. +iperkirakan #$- penderita TB berada dinegara berkembang, )$- penderita TB adalah kelompok usia produktif %"$$ tahun*. +i /ndonesia pada tahun "##$, hasil 0ur1ey Kesehatan 2umah Tangga %0K2T* menunjukan  baha penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardio1askular dan  penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Tahun "###, &'( memperkirakan setiap tahun terjadi sekitar $43. kasus TB baru dengan kematian karena TB sekitar "5.. 0ecara kasar diperkirakan setiap ". penduduk /ndonesia terdapat "3 penderita baru TB paru BT positif. Timbulnya TB tulang terjadi pada tahuntahun terakhir ini, penyakit ini belum tuntas diberantas. Kondisi ini masih lebih sering terjadi dibandingkan tumor tulang primer, lesi kemerahan dan kelainan bentuk yang mengakibatkan kelumpuhan, yang dahulu sering ditemukan dan kini jarang terlihat. !enyebaran secara hematogen dari infeksi tulang dianggap berasal dari paruparu dan mungkin terjadi ketika infeksi primer atau dari post primary foci.

Atritis Sep

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 1/14

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar BelakangTuberkulosis sebagai suatu penyakit sistemik yang dapat menyerang berbagai organ

termasuk tulang dan sedi. Lesi pada tulang dan sendi hampir selalu disebabkan penyebaran

hematogen dari kompleks primer pada bagian tubuh lain. Biasanya tejadi 6 – 36 bulan setelah

infeksi primer, tetapi dapat saja timbul bertahun – tahun kemudian.

TB tulang merupakan salah satu jenis penyakit baru darituberkulosis, yang tidak menyerang

 paru, tetapi menyerang susunan tulang. Kuman mycobacterium tuberculosis, yang biasa

menyerang paruparu, ternyata bisa mengalami mutasi dan menyerang tulang, terutama

susunan tulang belakang, yang bisa menyebabkan kerapuhan atau kerusakan struktur tulang.

!ada tahun "##$, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar # juta penderita baru TB dengan

kematian 3 juta orang %&'(, treatment of tuberculosis, guidelines for national programmes,

"##)*. +inegaranegara berkembang kematian TB merupakan $- dari seluruh kematian.

+iperkirakan #$- penderita TB berada dinegara berkembang, )$- penderita TB adalah

kelompok usia produktif %"$$ tahun*.

+i /ndonesia pada tahun "##$, hasil 0ur1ey Kesehatan 2umah Tangga %0K2T* menunjukan

 baha penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardio1askular dan

 penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit

infeksi.

Tahun "###, &'( memperkirakan setiap tahun terjadi sekitar $43. kasus TB baru

dengan kematian karena TB sekitar "5.. 0ecara kasar diperkirakan setiap ". penduduk 

/ndonesia terdapat "3 penderita baru TB paru BT positif.

Timbulnya TB tulang terjadi pada tahuntahun terakhir ini, penyakit ini belum tuntas

diberantas. Kondisi ini masih lebih sering terjadi dibandingkan tumor tulang primer, lesi

kemerahan dan kelainan bentuk yang mengakibatkan kelumpuhan, yang dahulu sering

ditemukan dan kini jarang terlihat.

!enyebaran secara hematogen dari infeksi tulang dianggap berasal dari paruparu dan

mungkin terjadi ketika infeksi primer atau dari post primary foci.

Page 2: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 2/14

2adiografi thorak, menunjukkan penyakit aktip TB7 sedikitnya $- dari kasus. (rganisme

ini rupanya memiliki masa dormant dan kemudian dapat menjadi aktif lagi. Bacillus ini berada di

dalam spongiosa dari metafisis tulang panjang. !engaruh pada 7olum 1ertebral ada dalam $-

kasus. Lesi biasanya tunggal, alaupun ada juga gambaran multifokal kistik pada tulang.8ambaran ini sering terjadi pada anakanak.

B.  Rumusan Masalah

".  pa definisi dari arthritis septic atau TB tulang 9

.  pa saja etiologi dari arthritis septc 9

3.  Bagaimana stadium dari arthritis septic9

5.  pa saja factor resiko dari arthritis septic9

$.  Bagaimana manifestasi klinis dari arthritis septic9

6.  Bagaimana patofisiologi dari arthritis septic9

).  Bagaimana penatalaksanaan dari arthritis septic9

4.  Bagaimana pemeriksaan diagnostic untuk arthritis septic9

#.  Bagaimana konsep asuhan keperaatan pada arthritis septic9

C.  Tujuan

".  :enjelaskan definisi arthritis septic.

.  :enjelaskan etiologi dari arthritis septic.

3.  :enjelaskan stadium arthritis septic.

5.  :enjelaskan factor resiko dari arthritis septic.

$.  :enjelaskan tanda dan gejala pada arthritis septic.

6.  :enjelaskan patofisiologi dari arthritis septic.

).  :enjelaskan patofisiologi arthritis septic.

4.  :enjelaskan pemeriksaan diagnostik pada arthritis septic.

#.  :enjelaskan konsep asuhan keperaatan pada arthritis septic.

BAB II

PEMBAHASAN

Page 3: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 3/14

A.  Defns

rthri t is septic adalah sendi yang mengalami infeksi akibat penyebaran dari

infeksi di tempat tubuh lain %penyebaran hematogenesus* atau secara langsungakibat trauma atau inter1ensi bedah %!utra, diakses pada $ :aret "3*.

rtritis 0eptik %0* merupakan salah satu penyakit yang merupakan kegaatdaruratan di

 bidang rematologi terutama bila kuman penyebabnya bakteri yang dihubungkan dengan

kesakitan dan kematian yang signifikan. Keterlambatan dan terapi yang tidak adekuat terhadap

0 dapat mengakibatkan kerusakan kartilago hyalin artikular dan kehilangan fungsi sendi yang

ire1ersibel. +iagnosis aal yang diikuti dengan terapi yang tepat dapat menghindari terjadinya

kerusakan dan kecacatan sendi % ;itraneti, ""*.

rtritis tuberkulosis merupakan penyakit kronis progresifmonoarticular yang terjadi pada

semua kelompok umur,khususnya deasa. Biasanya penyebaran dari 1iseral%biasanya paru* yang

terkena infeksi. (nset yang berbahaya dan menyebabkan nyeri progresif yang bertahap %2obbins

and 7otran, "#55*.

rtritis tuberculosa merupakan manifestasi local tuberculosis dari focus dan tempat lain.

<mumnya tempat monoartikular %4 -* dan - tempat poli artikular dari penyebaran secara

hematogen dan umumnya disebabkan oleh ekstensi langsung infeksi dari osteomelitis

tuberculosa pada efifisis. 0endi yang terserang terutama adalah sendi lutut, pinggul, pergelangan

kaki, jarijari dan sendi bahu %:utta=in, 4*.

B.  Et!l!g

0tapylococcus aureus merupakan bakteri yang sering menyebabkan arthritis bacterialis dan

osteomelitis pada manusia. +iduga, kemampuan sthapylococcus aureus untuk menginfeksi sendi

 berhubungan dengan interaksi antara bakteri tersebut dengan komponen matriks ekstrasululer.

!rodukproduk bakteri seperti endotoksin %lipopolisakarida* bakteri gram negati1e, fragmen

dinding sel bakteri gram positif dan kompleks imun akan merangsang selsel syno1ial untuk 

melepaskan T>; ? %tumor necrosis factor alfa* dan /L – " @ % Interleukin1 beta) yang akan

mencetuskan infiltrasi dan akti1asi selsel !:> %!oly :orpho >uclear*. Bakteri akan

difagositosis oleh 1acuolated syno1ial linning ells dan sel – sel !:>. 0elsel fagositik tersebut,

Page 4: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 4/14

memiliki sistem bakterisidal, kemampuannya mematkan bakteri tergantung pada 1irulensi

 bakteri yang menginfeksi. Komponen bakteri yang membentuk kompleks antigen

antibodi, akan mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik, sedangkan toksin bakteri akan

mengaktifkan komplemen melalui jalur alternati1e. ;agositosis bakteri yang mati oleh selsel!:>, juga dapat menyebabkan autolysis sel, !:> akan melepaskan enAim lisoAomal kedalam

sendi yang menyebabkan kerusakan syno1ial, ligament dan raan sendi. 0elain itu, sel !:>

dapat merangsang metabolisme asam arakidonat dan melepaskan kolagenase, enAimenAim

 proteolitik dan /L" sehingga reaksi inflamasi bertambah hebat.

(rganism cultured from $6 cases of acute septic arthritis

(rganism >umber of cases

0taphylococcus aureus

'aemophilus influenAa

'aemophilus parainfluenAa

0treptococcus pyogenes

7aliforms

0treptococcus pneumonia

0treptococcus 1iridians

0taphylococcus albus

naerobic 8rampositi1e cocci

:eningococcus

)

"

3

4

"

"

"

"

Sumber : THE JOURNAL OF BONE AND JOINT SURGERY 

C.  Sta"um Arthrts Se#t$

pley membagi 3 stadium, yaitu %:utta=in, 4*

".  0tadium akut.

+itemukannya peradangan local berupa kemerahan, pembengkakan sendi, atropi otot. +engan

 pemeriksaan radiologi, terlihat adanya refraksi tulang. !ada stadium dini terjadi peradangan

sino1ium %sino1itis*, pembengkakan sino1ium, dan belum terdapat kerusakan tulang raan.

.  0tadium !enyembuhan

Page 5: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 5/14

!ada stadium ini terjadi penyembuhan secara berangsurangsur. 8ejala klinis seperti panas dan

nyeri menghilang serta terjadi klasifikasi pada tulang.

3.  0tadium 2esidual

Bila penyembuhan penyakit terjadi sebelum ada kerusakan pada sendi, akan terjadi penyembuhan sempurna, tetapi bila telah terjadi kerusakan pada tulang raan sendi, akan

terdapat gejala sisaCsekuela yang bersifat permanen berupa fibrosis dan deformitas sendi.

D.  %akt!r resk!

0endi lutut sering dikenai dan biasanya bersifat indolent monoartritis. Beberapa faktor resiko

antara lain %0udoyo,dkk.#*

".  !rotesis pada sendi lutut dan sendi panggul disertai infeksi kulit.

.  /nfeksi kulit tanpa protesis.

3.  !rotesis panggul dan lutut tanpa infeksi lutut tanpa infeksi kulit.

5.  <mur lebih dari 4 tahun.

$.  +iabetes :elitus.

6.  rtritis 2heumatoid yang mendapat pengobatan imunosupresif.

).  Tidakan bedah persendian.

Tuberkulosis sendi dan tulang terutama mengenai daerah tulang belakang %$ – ) -*

dan sisanya pada sendi – sendi besar seperti panggul, lutut, pergelangan tangan, sendi bahu dan

daerah persendian kecil.

E.  Manfestas &lns

!asien dengan rtrits 0eptic kut di tandai dengan %0udoyo,dkk.#*

".   >yeri sendi hebat.

.  Bengkak sendi.

3.  Kaku dan gangguan fungsi sendi.

5.  +emam.

$.  Kelemahan umum.

%. Pat!fs!l!g

Page 6: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 6/14

!enyakit ini pada umumnya mengenai lebih dari satu 1ertebra. /nfeksi beraal dari bagian

sentral, bagian depan atau daerah epifisial korpus 1ertebra. Kemudian terjadi hiperemi dan

eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan perlunakan korpus. 0elanjutnya terjadi kerusakan

 pada korteks epifisis, diskus inter1ertebralis, dan 1ertebra sekitarnya. Kerusakan pada bagiandepan korpus ini akan menyebabkan terjadinya kifosis.

Kemudian eksudat % yang terdiri atas serum, leukosit, kaseosa, tulang yang fibrosis serta basil

tuberkulosa * menyebar ke depan, di baah ligamentum longitudinal anterior. Dksudat ini dapat

menembus ligamentum dan berekspansi ke berbagai arah di sepanjang garis ligamen yang lemah.

!ada daerah ser1ikal, eksudat terkumpul di belakang fasia para1ertebralis dan menyebar ke

lateral di belakang muskulus sternokleidomastoideus. Dksudat dapat mengalami protrusi ke

depan dan menonjol ke dalam faring yang dikenal sebagai abses faringeal. bses dapat berjalan

ke mediastinum mengisi tempat trakea, esofagus, atau ka1um pleura.

bses pada 1ertebra thorakalis biasanya tetap tinggal pada daerah thoraks setempat

menempati daerah para1ertebral, berbentuk massa yang menonjol dan fusiform. bses pada

daerah ini dapat menekan medula spinalis sehingga timbul paraplegia.

bses pada daerah lumbal dapat menyebar masuk mengikuti muskulus psoas dan muncul di

 baah ligamentum inguinal pada bagian medial paha. Dksudat juga dapat menyebar ke daerah

krista iliaka dan mungkin dapat mengikuti pembuluh darah femoralis pada trigonum skarpei atau

regio glutea.

Kumar  membagi perjalanan penyakit ini dalam $ stadium, yaitu

". 0tadium /mplantasi

0etelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita menurun, bakteri

akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6 – 4 minggu. Keadaan ini

umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anak – anak umumnya pada daerah sentral

1ertebra.

. 0tadium +estruksi al

0etelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus 1ertebra serta penyempitan

yang ringan pada diskus. !roses ini berlangsung selama 3 – 6 minggu.

3. 0tadium +estruksi Lanjut

Page 7: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 7/14

!ada stadium ini terjadi destruksi yang masif, kolaps 1ertebra dan terbentuk massa kaseosa

serta pus yang berbentuk cold abses % abses dingin *, yang terjadi – 3 bulan setelah stadium

destruksi aal. 0elanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus inter1ertebralis.

!ada saat ini terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan % edging anterior * akibatkerusakan korpus 1ertebra, yang menyebabkan terjadinya kifosis atau gibus.

5. 0tadium gangguan neurologis

8angguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi terutama

ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. gangguan ini ditemukan "- dari seluruh

komplikasi spondilitis tuberkulosa. Eertebra thorakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih

kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini.

Bila terjadi gangguan neurologis, maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia, yaitu

ajat / Kelemahan pada anggota gerak baah terjadi setelah melakukan aktifitas atau setelah berjalan

 jauh. !ada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.

ajat // Terdapat kelemahan pada anggota gerak baah tapi penderita masih dapat melakukan

 pekerjaannya.

ajat /// Terdapat kelemahan pada anggota gerak baah yang membatasi gerakCakti1itas penderita serta

hipestesiCanestesia

ajat /E Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi dan miksi. Tuberkulosis

 paraplegia atau Pott  paraplegia dapat terjadi secara dini atau lambat tergantung dari keadaan

 penyakitnya.

$. 0tadium deformitas residual

0tadium ini terjadi kurang lebih 3 – $ tahun setelah timbulnya stadium implantasi. Kifosis

atau gibus bersifat permanen oleh karena kerusakan 1ertebra yang masif di sebelah depan.

%.  Penatalaksanaan

".  !ada dugaan terhadap kemungkinan arthritis bacterial, aspirasi cairan sendi harus segera

dilakukan untuk analisis, pearnaan gram dan kultur cairan sendi.

.  Bila cairan sendi bersifat purulen dan atau ditemukan bakteri pada pearnaan gram, segera

diberikan antibiotic berspektrum luas. Karena pada umumnya disebabkan oleh 0.ureus, maka

 pilihan utama antibiotika adalan penicillin, kloksasilin, klindamisin atau netilmisin yang

Page 8: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 8/14

diberikan secara parenteral. !ilihan antibiotic yang lain adalah kombinasi ampisilin dan

sulbaktam. Bila alergi terhadap penicillin dapat diberikan 1ankomisin atau klindamisin. Bila

 pearnaan didapatkan cocus gram positif, pilihan antibiotic adalah 1ankomisin. Bila didapatkan

 basil gram negati1e, terutama pada pasien dengan daya tahan tubuh yang menurun, harusdiberikan golongan aminoglikosida atau penicili anti pseudomonas atau cephalosporin geenerasi

ke 3. Bila didapatkan bakteri gram negati1e pada orng muda sehat, maka pilihan antibiotic

adalah penicillin atau septriakson. !ada neonates dan anak dibaah tahun, antibiotic harus

dipilih yang dapat mematikan '. influenAae, 0. ureus, dan streptokokus grup B.

3.  0etelah ada hasil kultur cairan sendi maka antibiotic diganti dengan yang telah sesuai dengan

dosis yang adekuat.

5.  Foint drainage harus dilakukan dengan baik, baik dengan aspirasi jarum, artroskopi atau

artrotomi.

$.  Tindakan bedah harus dipertimbangkan jika keadaan sebagai berikut

a. infeksi koksae pada anak anak 

 b. 0endi sendi yang sulit dilakukan joint drainage secara adekuat baik secara aspirasi jarum maupun

karena letak anatominya

c. Bersamaan dengan osteomielitis

d. /nfeksi berkembang ke jaringan lunak sekitarnya

'.  Pemerksaan Dagn!stk 

".  ;oto rontgen

:isalnya pada tuberculosis tulang belakang akan dijumpai hilangnya sudut anterior superior atau

inferior dari badan 1ertebra dan hilangnya rongga antar 1ertebra.

.  Tes darah

Tes darah terhadap titer anti stafilococus dan anti – streptolisisn hemolisin, tifoid, paratifoid, dan

 bruselosis dapat membantu penegakan diagnosis pada kasus sulit dan pada pusatpusat dengan

 pusat yang memadai. Leukosit kadang meningkat sampai $.Cmm3 %nilai normal 5.

".Cmm3*.

3.  Biopsi jrum

Page 9: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 9/14

Fuga dapat bermanfaat pada kasus sulit, namun membutuhkan pengalaman serta pemeriksaan

histology yang baik.

5.  !emeriksaan :2/

!emeriksaan ini terutama untuk melihat jaringan lunak yaitu diskus inter1ertebralis danligamentum fla1um serta lesi dalam sumsum tulang belakang.

$.  !emeriksaan 7T 0can

!emeriksaan 7T 0can dengan mielografi. !emeriksaan mielografi dilakukan bila terdapat gejala

gejala penekanan sumsum tulang belakang.

H.  &!nse# Asuhan &e#era(atan Pa"a &len "engan Arthrts Se#t$

).  Pengkajan &e#era(atan

a.  namesis

"*  /dentitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku

 bangsa, tanggal dan jam :20, no.regist, asuransi kesehatan, dan diagnostic medis.

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah

 paraparesis, gejala paraplegia, keluhan gangguan pergerakan tulang belakang, dan adanya nyeri

tulang belakang. <ntuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, peraata

dapat menggunakan metode !G20T.

!ro1oking Insident : hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah adanya peradangan pada

tulang belakang.

Guality O!"in : >yeri yang dirasakan klien bersikap menusuk. >yeri sering disertai dengan

adanya parestesia. ;actor yang mengurangi nyeri dikaji karena pada beberapa keadaan, kualitas

dan kuantitas nyeri berkurang dengan manajemen nyeri keperaatan yang meliputi pengaturan

 posisi, relaksasi napas dalam, metode distraksi, manajemen sentuhan dengan masase ringan

disekitar lokasi nyeri.

2egion # R"di"tion# Re$iet : kaji apakah nyeri dapat reda, apakah nyeri menjalar atau menyebar 

karena pada beberapa kasus, nyeri sering menajalar dari tulang belakang ke pinggul dan menjalar 

ke tungkai. 0elain itu, kaji dimana nyeri terjadi, apakah nyeri terlokasi, dan sebatas apa.

0e1erity % S&"$e ' O!"int : nyeri biasanya "3 pada penilaian skala nyeri 5.

Page 10: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 10/14

Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah kondisi nyeri berlangsung terus menerus

atau hilang timbul.

*  2iayat !en(")it se)"r"n*+ Keluhan yang didapat hamper sama dengan gejala tubercolosis pada

umunya, yaitu badan lemahC lesu, nafsu makan berkurang, BB menurun, suhu sedikit meningkat% subfebril * terutama pada malam hari, serta sakit punggung. !ada anakanak sering disertai

dengan menangis pada malam hari % night cries *. !ada tubercolosis 1ertebra ser1ikalis, dapat

ditemukan nyeri didaerah belakang kepala, gangguan menelan, dan gangguan pernapasan akibat

adanya abses retrofaring. Kadang kala klien dating dengan gejala abses pada daerah

 para1ertebral, abdominal, inguinal, popliteal, atau bongkong

3*   Ri,"("t Pen(")it D"-u$u+ da keluhan riayat TB paru dan penggunaan obat anti tubercolosis

% (T *. !enyakit lainnya seperti hipertensi, +: perlu juga di kaji untuk mengindetifikasi

 penyulit pada penatalaksanaan dan implementasi keperaatan.

5*   Pen*)".i"n !si)ososios!iritu"$+ !eraat mengkaji mekanisme koping yang digunakan klien

untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang di deritanya dan perubahan peran klien

dalam keluarga dan masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan seharihari,

 baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. danya perubahan berupa paralisis anggota

gerak baah memberikan manifestasi yang berbeda pada setiap klien yang mengalami

spondilitis tuberkolosa.

Karena klien harus menjalani raat inap, kaji apakah keadaan ini memberi dampak pada status

ekonomi klien. 'al ini dilakukan karena peraatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak 

sedikit. 0pondilitis tuberkolosa memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan, dan

 peraatan yang dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga factor biaya ini dapat

mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga. !eraat juga memasukkan

 pengkajian fungsi neurologis mengenai dampak hambatan mobilitas terhadap gaya hidup

indi1idu. !erspektif keperaatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu ketrbatasan

yang diakibatkan oleh hambatan mobilitas dalam hubungannya dengan peran social klien dan

rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi hambatan mobilitas musculoskeletal dalam

system dukungan indi1idu.

 b.  !emeriksaan fisik 

Page 11: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 11/14

0etelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat

 berguna untuk mendukung data pengkajian anamnesis. !emeriksaan fisik sebaiknya dilakukan

 persistem %B"B6* dengan focus pemeriksaan B6 %bone* yang terarah dan dihubungkan dengan

keluhan klien."*  Keadaan umum

Klien umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. danya perubahan tandatanda 1ital

yang meliputi bradikardia dan hipertensi sering berhubungan dengan penurunan akti1itas secara

umum akibat adanya hambatan dalam melakukan mobilisasi ekstermitas.

*  B" %Breathing*

'asil pemeriksaan fisik sistem ini pada klien spondilitis tuberculosa dengan fase penurunan

akti1itas yang parah adalah pada infeksi didapatkan baha klien batuk, ada peningkatan

 produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi

 pernapasan. !ada palpasi, ditemukan taktil premitus seimang kanan dan kiri. !ada perkusi,

ditemukan adanya resonan pada seluruh lapang paru. !ada auskultasi, didapatkan suara napas

tambahan, seperti ronchi pada klien dengan peningkatan produksi secret, dan kemampuan batuk 

yang menurun yang sering ditemukan pada klien spondilitis tuberculosa dengan penurunan

tingkat kesadaran koma. !ada klien spondilitis tuberculosa fase aal, biasanya tidak didapatkan

kelainan pada sistem pernapasan.

3*  B %Blood *

!ada keadaaan spondilitis tuberculosa dengan komplikasi paraplegia yang lama diderita biasanya

akan didapatkan adanya hipotensi ortostatik %penurunan tekanan darah sistolik H $ mm'g dan

diastole H " mm'g ketika klien bangun dari posisi beraring ke posisi duduk*. !ada klien

spondilitis tuberculosa tanpa paraplegia biasanya tidak didapatkan kelainan pada sistem

kardio1askuler.

5*  B3 %Brain*

Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.

a*  Kepala tidak ada gangguan, yaitu normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan, sering

didapatkan adanya nyeri belakang kepala.

Page 12: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 12/14

 b*  Leher pada spondilitis tuberculosa yang mengenai 1ertebra ser1ikalis, sering didapatkan

adanya kekakuan leher sehingga mengganggu mobilisasi leher dalam melakukan rotasi, fleki,

dan ekstensi kepala.

c*  &ajah ajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. &ajahsimetris, tidak ada lesi dan edema.

d*  :ata tidak ada gangguan, seperti konjungti1a tidak anemis.

e*  Telinga tes bisik atau eber masih dlam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

f*  'idung tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping hidung.

g*  :ulut dan ;aring tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut

tidak pucat.

h*  !emeriksaan fungsi serebral. 0tatus mental obser1asi penampilan dan tingkah laku klien,

 biasanya status mental klien tidak menglami perubahan.

!emeriksaan saraf cranial

a*  0araf /. biasanya pada klien spondilitis tuberculosa tidak ada kelainan dan fungsi penciuman

tidak ada kelainan.

 b*  0araf //. Tes ketajaman penglihatan dalam kondisi normal.

c*  0araf /// , /E, dan E/. Biasanya tidak ada gangguan mengngkat kelopak mata, pupil isokor.

d*  0araf E. Klien spondilitis tuberculosa umumnya tidak mengalami paralis pada otot ajah dan

refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.

e*  0araf E//. !ersepsi pengecapan dalam batas normal dan ajah simetris.

f*  0araf E///. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

g*  0araf /I dan I. secara sensorik, kemampun menelan baik, tetapi adanya gangguan menelan

lebih sering disebabkan oleh adanya abses faring sehingga mengganggu klien dalam proses

menelan karena adanya sensori nyeri menelan.

h*  0araf I/. Tidak ada atropi otot sternokleidomastoideus dan trapeAiuA.

i*  0araf I//. Lidah simetris, tidak ada de1iasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. /ndra

 pengecapan normal.

!emeriksaan refleks biasanya tidak terdapat refleks patologis.

$*  B5 %Bladder*

Page 13: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 13/14

!ada spondidlitis tuberculosa daerah torakal dan ser1ikal, tidak ada kelainan pada sistem ini.

!ada spondilitis tuberculosa daerah lumbal, sering didapatkan keluhan inkontinensia urine,

ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan eliminasi urine.

6*  B$ %Boel*/nspeksi abdomen bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. !alpasi turgor baik, tidak ada

kejang otot abdomen akibat adanya abses pada lumbal, hepar tidak teraba. !erkusi suara

timpani, ada pantulan gelombang cairan. uskultasi peristaltic usus normal J C menit.

/nguinalgenitaliaanus tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lomfe, tidak ada kesulitan BB.

!ola nutrisi dan metabolisme pada klien spondilitis tuberculosa, sering ditemukan penurunan

nafsu makan dan gangguan menelan karena adanya stimulus nyeri menelan dari abses faring

sehingga pemenuhan nutrisi menjadi berkurang.

)*  B6 %Bone*

a*  Look. Kur1atura tulang belakang mengalami deformitas %kifosis* terutama pada spondilitis

tuberculosa daerah torakal. !ada spndilitis tuberculosa daerah 1ertebra lumbalis, hampir tidak 

terlihat deformitas, tetapi terlihat adanya abses pada daerah bokong dan pinggang. !ada

spondilitis tuberculossa daerah ser1ikal, terdapat kekakuan leher.

 b*  ;eel. Kaji adanya nyeri tekan pada daerah spondilitis.

c*  :o1e. Terjadi kelemahan anggota gerak %paraparesis dan paraplegi* dan gangguan pergerakan

tulang belakang. !ergerakan yang berkurang tidak dapat dideteksi didaerah toraks, tetapi mudah

diamati pada tulang belakang punggung harus diperhtikan dengan teliti, sementara gerakan

dicoba. Biasanya seluruh gerakan terbatas dn usaha tersebut menimbulkan spasme otot. <ji uang

logam dapat menilai seorang anak yang mengalmi spasme lumbal. Bila anak mengambil uang

dari lantai, ia cenderung membongkokkan pinggul dan lutut, bukan membungkukkn tulang

 belakang.

*.  Dagn!sa &e#era(atan

a.  'ambatan mobilitas fisik yang b.d paraplegia, paralysis ekstremitas baah.

 b.   >yeri b.d kompresi saraf dan refle spasme otot sekunder pada tulang belakang.

c.  'ipertermi b.d proses peradangan pada sendi

Page 14: Atritis Sep

7/23/2019 Atritis Sep

http://slidepdf.com/reader/full/atritis-sep 14/14

d.  nsietas b.d krisis situasional, ancaman terhadap konsep diri, perubahan status kesehatanCstatus

ekonomiCfungsi peran.

BAB IIIPENUTUP

rthri t is septic adalah sendi yang mengalami infeksi akibat penyebaran dari

infeksi di tempat tubuh lain %penyebaran hematogenesus* atau secara langsung

akibat trauma atau inter1ensi bedah %!utra, diakses pada $ :aret "3*.

0tapylococcus aureus merupakan bakteri yang sering menyebabkan arthritis bacterialis

dan osteomelitis pada manusia. +iduga, kemampuan sthapylococcus aureus untuk menginfeksi

sendi berhubungan dengan interaksi antara bakteri tersebut dengan komponen matriks

ekstrasululer.

!asien dengan rtrits 0eptic kut di tandai dengan %0udoyo,dkk.#* >yeri sendi hebat,

 bengkak sendi, kaku dan gangguan fungsi sendi, demam, kelemahan umum.

Daftar Pustaka

;itranedi, Dl1i. %""*. Artritis Se!ti&. +iakses pada tanggal $ maret "3 di

httpCCdrel1ifitraneti.blogspot.comC""C"Cartritisseptik.html

:utta=in, rif. %4*. Asu-"n /e!er","t"n /$ien G"n**u"n Sistem 0us)u$os)e$et"$ . Fakarta

D87.

!utra, Funiartha 0emara. Asu-"n /e!er","t"n P"sien den*"n Artritis Se!ti&. +iakses pada tanggal

$ :aret "3 dihttpCCiputujuniarthasemaraputra.ordpress.comC"C#C5Casuhan

keperaatanpasien denganartritisseptikC.

2obbins and 7otran.%"#55*. P"t-o$o*i& B"sis o Dese"se. !hiladelphia 0aunders.

0udoyo,aru &.,dkk.%#*. I$mu Pen(")it D"$"m.Fakarta/nternal !ublishing

&ilson,>./.L.,:.+i !oala.%"#46*. T-e Journ"$ O Bone "nd Joint Sur*er( %1o$+ 234B': $4$.