Upload
xtianto-adjie
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
1/19
ARTRITIS REUMATOID
A. DEFINISI
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh
(Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536).
Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi,
hal.165)
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam
membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan ( Diane C.
Baughman. 2000 ).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang
menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) terjadi secara
terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur
sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, legamen dan
tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan
komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular.
http://nursingbegin.com/fraktur-patah-tulang/http://nursingbegin.com/fraktur-patah-tulang/7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
2/19
Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada
sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi
berlanjut. Pembentukan panus terjadi oleh penebalan sinovium yang dilapisi
jaringan granular. Penyebaran panus ke sinovium menyebabkan peradangan
dan pembentukan jaringan parut memacu kerusakan sendi dan deformitas.
Biasanya jaringan ikat yang pertama kali mengalami kerusakan adalah
jaringan ikat yang membentuk lapisan sendi, yaitu membrane sinovium.
B. ETIOLOGIPenyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti.
Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal
dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor
infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid,
yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi
mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau
grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan
sendi penderita. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma,
virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis.
Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme diperatarai oleh
IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-organisme, namun
individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM
atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi ynng ditujukan ke
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
3/19
komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR menetap di
kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan
AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit
autoimun.
C. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL1. Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal (tulang).
Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi
dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat menempelnya otot dan
memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang tulang (sekitar 206
tulang) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun
rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat
dilengkapi dengan kartilago. Rangka digolongkan menjadi rangka aksial,
rangka apendikular, dan persendian.
a. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dantorso.
1. Kolumna vertebra2. Tengkorak
Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-organ panca indera.
Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisigigi.
Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara. Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.
b. Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dantulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat
melekatnya lengan dan tungkai pada rangkai aksial.
c. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.Fungsi Sistem Rangka :
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
4/19
1. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh,tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan
organ, juga memberi bentuk pada tubuh.
2. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangkasaat bergerak, adanya persendian.
3. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalamtubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).5. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid
(yellow marrow).
Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lenganatas.
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnyaterdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
3. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiridari 2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat
disebelah luar.
4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulangpendek.
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
5/19
Gambar : tulang pada tubuh manusia
(http://kerzt.files.wordpress.com/2009/02/normal.gif)
Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang pendek,
panjang, tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk tidak
beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang didalam tendon
misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang memiliki
sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya.Bagian tulang tumbuh
secara longitudinal, bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan
dengan metaphysic yang berbentuk silinder.
Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler
dengan total aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki
arteri menyuplai darah yang membawa nutrient masuk di dekat
pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi
pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks, morrow,
dan sistem harvest.
Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik)
mempersarafi tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis
sementara serabut syaraf efferent menstramisikan rangsangan nyeri.
Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang
Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan
maksimal. Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian
pertumbuhan yang seimbang pembentukan dan penghancuran hanya
berlangsung hanya sampai usia 35 tahun. Tahun tahun berikutnya
rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang mengalami
penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.Pertumbuhan
http://kerzt.files.wordpress.com/2009/02/normal.gifhttp://kerzt.files.wordpress.com/2009/02/normal.gif7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
6/19
dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai
berikut :
Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90%fosfor. Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik.
Apabila kadar kalsium meningkat maka kadar fosfor akan
berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah,
calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.
Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalammenurunkan kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal.
Menghambat reabsorbsi tulang dan meningkatkan sekresi fosfor
oleh ginjal bila di perlukan.
Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darahuntuk meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus,
juga memberi kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas
kalsium dari tulang.
Proses Pembentukan Tulang
Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar
ultraviolet matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi
denagan kalsium dan fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan
tulang.
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin, termasuk
vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah D3
(kolekalsiferol), yang dihasilkan olehakifitas foto kimia pada kulit ketika
dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit atau makanan diwa ke(liver bound) untuk sebuah alfa globulin sebagai
transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi
kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal
untuk transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25
dihydroxycho lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di
produksi diatur oleh hormone parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di
dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor penambahan produksi
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
7/19
kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau pengurangan
kadar fosfat dalam cairan darah.
Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara
optimal dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu
pengaturan kalsium darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan
vitamin D dihasilkan karena pengurangan penyerapan kalsium dari usus,
dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT dan pengurangan,
baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.
Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurunsekresi hormone parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam
menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone ini
menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi
absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.
Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjangtulang dan penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa
sebelum pubertas.
Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukanhormone ini dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk
mengurangi atau meningkatkan matriks organic. Tulang ini juga
membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor dari usus
kecil.
Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik danmenghambat hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun
seperti pada masa menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa
tulang (osteoporosis).
Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada
tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi dan
jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut) dan
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
8/19
menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin
dilakukan pada persendian).
Gambar. Sendi
(http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_376/images/hal14a.jpg)
Klasifikasi struktural persendian : Persendian fibrosa Persendian kartilago Persendian sinovial.
Klasifikasi fungsional persendian : Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati
Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringanikat fibrosa atau kartilago.
AmfiartrosisSendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan
kompresi .
DiartrosisSendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi
sinovial.Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan
sinovial,suatu kapsul sendi yang menyambung kedua tulang,
dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago
artikular.
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
9/19
Klasifikasi persendian sinovial : Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih
besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi
bahu.
Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja.Contoh : persendian pada lutut dan siku.
Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksissentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal
tulang radius dan ulna.
Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arahdi sudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang
radius dan tulang karpal.
Sendi pelana : Contoh : ibu jari. Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu
tulang dengan tulang lainnya. Contoh : persendian
intervertebra.
2. Anatomi Fisiologi Otot.Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah
energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap
perubahan lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50%
berat tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang serabut
otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan
melakukan pekerjaan.
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
10/19
Gambar. Otot pada tubuh manusia
Fungsi sistem Muskular Pergerakan Penopang tubuh dan mempertahankan postur Produksi panas.
Ciri-ciri otot Kontraktilitas Eksitabilitas Ekstensibilitas Elastisitas
Klasifikasi Jaringan OtotOtot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya
striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali
konstruksinya, volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan
juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang hanya ditemukan
di jantung.
Jenis-jenis Otot Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka. Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot
ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti
kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada
sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan
sistem sirkulasi darah.
Otot jantung adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukanpada jantung.
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
11/19
D. PATOFISIOLOGIInflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongestivaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang
sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya artritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang
lain. terutama yang mempunyai faktor reumatoid (seropositif gangguan
reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan
meghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya
menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan
generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi
otot.
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
12/19
Kekakuan sendi
Edema, poliferasi
membrane sinovial
Faktor Pencetus: Bakteri,
mikroplasma, atau virus
Menginfeksi sendi
secara antigenik
Reaksi autoimun
dalam jaringan
sinovial
(antibodi IgG)
Respon IgG awal
menghancurkan
mikroorganisme
Penyakit autoimun
Predisposisi Genetik Individu yang mengidap AR
membentuk antibodi IgM
Pelepasan Faktor
Reumatoid (FR)
FR menempati dikapsula sendi
Inflamasi Kronis Pada Tendon, Ligamen juga terjadi deruksi jaringan
Fagositosis
ektensifAkumulasi Sel
Darah Putih PembentukanJaringan Parut
Pemecahan
Kolagen
Membrane
sinovium menebal
& hipertropi
Terbentuk
nodul- nodul
rematoid
Kerusakan sendi
Progresif
Deformitas Sendi
Ndx: Kerusakan
Mobilitas Fisik Panus
Rentang Gerak
Berkurang
Ndx: Gangguan
Citra Tubuh
Atrofi Otot
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
13/19
Kartilago
dirusak
Erosi Sendi dan Tulang
Menghilangnya
permukaan sendi
Penurunan
elastisitas dankontraksi otot
Hambatan
Aliran Darah
Nekrosis Sel
Ndx: Kurang
Perawatan diri
Nyeri
Ndx: Nyeri
Kronis
Ndx: Kurang
Pengetahuan
Mengenai penyakit
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
14/19
E. MANIFESTASI KLINIK1. Tanda dan gejala setempat
Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morningstiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih
dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari.
Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya
tidak berlangsung lama.
Lambat laun membengkak, panas merah, lemah. Poli artritis simetris sendi perifer Semua sendi bisa terserang,
panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling
sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan,
meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga.
Artritis erosif sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendiyang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat
dilihat pada penyinaran sinar X.
Deformitas pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendimetakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi
yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan
kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami
ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total.
Rematoid nodul merupakan massa subkutan yang terjadi pada1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa
olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah,
bentuknya oval atau bulat dan padat.
Kronik Ciri khas rematoid artritis.2. Tanda dan gejala sistemik
Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia.
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium sinovitisPada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
15/19
b. Stadium destruksiPada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya
kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula
perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c. Stadium deformitasPada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan
pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan
pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKFaktor rematoid: positif pada 80%-95% kasus.
Fiksasi lateks: positif pada 75% dari kasus-kasus khas.
Reaksi-reaksi aglutinasi: Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
LED: Umumnya meningkat pesat (80-100mm/h). Mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat.
Protein C-reaktif: Positif selama masa eksaserbasi.
SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
JDL: Umumnya menunjukkan anemia sedang.
Ig (IgM dan IgG): Peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
sebagai penyebab AR.
Sinar x dari sendi yang sakit: Menunjukkan pembengkakkan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendidan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
Scan radionuklida: Identifikasi peradangan sinovium.
Artroskopi langsung: Visualisasi dari area yang menunjukkan
iregularitas/degenerasi tulang pada sendi.
Aspirasi cairan sinovial: Mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal; buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
16/19
perdarahan, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan
leukosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
Biopsi membran sinovial: Menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
G. PENATALAKSANAAN MEDIK DAN TERAPIPenatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, danprognosis penyakit ini.
b) Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebatc) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang,
ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
d) Termoterapie) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepatf) Pemberian Obat-obatan :
Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikanpada dosis yang telah ditentukan.
Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik,
Anty Inflamatory)
Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori) Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori) Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori) Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori) Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori) Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)
H. KOMPLIKASIa) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.c) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.d) Terjadi splenomegali
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
17/19
I. PROGNOSISPerjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung pada
ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50 70%
pasien artritis reumatoid akan mengalami prognosis yang lebih buruk.
Golongan ini umumya meninggi 10 15 tahun lebih cepat dari pada orang
tanpa artritis reumatoid. Penyebab kematiannya adalah infeksi, penyakit
jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna.
Umumnya mereka memiliki keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah
sendi yang mengalami peradangan, dengan manifestasi ekstraartikuler, dan
tingkat pendidikan yang rendah. Golongan ini memerlukan terapi secara
agresif dan dini karena kerusakan tulang yang luas dapat terjadi dalam 2
tahun pertama.
J. PENCEGAHANSelain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi nyeri juga bisa
dilakukan tanpa obat , misalnya dengan menggunakan kompres es. Kompres
es bias menurunkan ambang nyeri dan menggurangi fungsi enzim.
Kemudian banyak jenis sayuran yang dapat di konsumsi oleh penderita
rematik, misalnya jus seledri, kubis dan wortel yang dapat mengurangi
gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat melawan nyeri rematik,
misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau minyak juniper
yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.
Menjaga berat badan ideal juga perlu. Kelebihan berat badan dapat
membebani sendi di bagian ekstermitas bawah. Selain itu bobot tubuh
berlebih dapat memperbesar resiko terkena penyakit rematik. Olahraga
ringan seperti jalan kaki bermanfaat bagi penderita rematik. Ini karena Jalan
kaki dapat membakar kalori, memperkuat otot, dan membangun tulang
yang kuat tanpa menggangu persendian yang sakit.
Selama periode bebas gejala, ini pedoman diet dapat membantu melindungi
terhadap serangan penyakit rematik masa depan:
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
18/19
a. Jaga asupan cairan tubuh anda tinggi. Sekitar 8 sampai 16 gelas(sekitar 2 sampai 4 liter) air setiap hari.
b. Batasi atau menghindari alkohol.c. Makan diet seimbang. Makanan sehari-hari Anda harus menekankan
buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan bebas atau rendah lemak susu
produk-lemak.
d. Dapatkan protein dari lemak susu produk-rendah.e. Batasi konsumsi daging, ikan dan unggas.f. Menjaga berat badan yang diinginkan.
7/29/2019 Atritis Reumatoid NN.docx
19/19
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep & Praktik.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Price, Sylvia.A. 2006.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6
; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Ian. 2010.Asuhan Keperawatan Pada Klien Atritis Reumatoid.