Upload
others
View
24
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lompat Jauh
a. Pengertian Lompat Jauh
Untuk mulai dan memahami dan menambah pendalaman terkait dengan apa
dan bagaimana lompat jauh, maka sangat diperlukan pengertian mendalam tentang
lompat jauh itu sendiri. Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari
cabang olahraga atletik.
Lompat adalah bergerak meloncat ke depan (ke bawah, ke atas) dengan
cepat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 873), sedangkan jauh berarti ”panjang
antaranya (jaraknya); tidak dekat” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 582).
Lompat jauh menurut Aip Syarifuddin (1992 : 90) didefinisaikan sebagai suatu
bentuk gerakan melompat, mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya
membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang akan
dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk
mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tujuan lompat jauh untuk mencapai
jarak lompatan sejauh mungkin kesebuah letak pendaratan atau bak lompat. Jarak
lompatan diukur dari papan tolakan sampai batas terdekat dari letak pendaratan
yang dihasilkan oleh bagian tubuh.
Berdasarkan beberapa uraian dan penjelasan tersebut, akhirnya dapat di tarik
kesimpulan bahwa “lompat jauh adalah gerakan berpindah tempat dari satu tempat
ke tempat yang lain dengan satu kali tolakan ke depan sejauh-jauhnya sesuai jarak
yang dapat dijangkau”
b. Teknik Lompat Jauh
12
Menurut Carr (2003: 135) lompat jauh menggunakan dua teknik utama
yaitu: teknik menggantung dan teknik menendang. Kedua komponen ini sangat
penting di dalam teknik lompat jauh, apalagi siswa untuk mencapai jarak lebih dari
8.83 meter (29 kaki ).
Teknik menggantung dan menendang merupakan pola gerakan yang
digunakan oleh siswa saat melayang. Masing-masing teknik digunakan untuk
menindak balas rotasi ke depan yang tidak diinginkan pada saat take off. Jika teknik
menggantung atau menendang tidak dilakukan, kaki siswa akan menyentuh pasir
lebih awal dan menghasilkan jarak yang lebih pendek (Carr, 2003: 135).
Teknik menggantung dan menendang membutuhkan run-up yang kencang,
posisi tubuh yang sama saat take off an gerakan yang sama saat mendarat di pasir.
Kebanyakan atlet remaja akan mengalami kesulitan melakukan teknik menendang,
karena teknik ini membutuhkan kecepatan dan lompatan yang memadai. Namun,
lompat jauh tahap dasar dan bentuk permukaan dari teknik menggantung dapat
dijangkau oleh siswa, syarat lompat jauh yang paling penting adalah kecepatan
melompat dan siswa tidak perlu harus melakukan teknik menendang untuk
memdapatkan jarak yang memuaskan (Carr, 2003: 135).
Menurut Carr (2003: 136-137) langkah pengajaran dalam lompat jauh
dengan 4 langkah yaitu:
1) Langkah I Pengantar
Lompat jauh menggunakan pengantar dan aktivitas pengantar yang
sama, dan kedua nomor ini membutuhkan kemampuan sprint yang sangat baik
dan kekuatan kaki yang eksplosif. Aktivitas untuk pemula yaitu 3 dan 4 kali
pengulangan dengan istirahat pendek diantaranya.
2) Langkah lompat jauh dan run-up tahap dasar saat take off, atlet meluruskan kaki
melompat sepenuhnya dan menekukkan kaki yang memimpin dengan paha
diangkat sehingga horizontal, badan tegak lurus, pandangan kedepan atas, dan
tangan mengimbangi gerakan kaki. Ketika atlet melayang, kaki yang memimpin
diluruskan dan kaki melompat mengikuti dibelakang sehingga pelompat untuk
sementara berada dalam posisi melangkah, untuk mendarat kaki yang melompat
13
digerakkan kedepan dan kedua kaki diluruskan. Tangan dan badan menggapai
kedepan, dan kaki ditekukkan pada lutut saat kontak dengan pasir.
3) Langkah-langkah teknik mendarat
Setelah run-up yang kencang, atlet melakukan take off dengan kuat. Kaki
yang memimpin yang ditekukkan saat take off, diluruskan sehingga atlet
menirukan posisi melakukan saat diudara, kaki yang memimpin diputar dan
digerakkan kedepan untuk lurus, dan kedua kaki ditekukkan dan digerakkan
kedepan untuk mendarat. Tangan berputar searah jarum jam, mengimbangi
gerakan kaki, ciri gerakan mengayuh sepeda pada kaki disebut tuck kick
(tendangan menyentak).
Menurut Dikdik Zafar Sidik(2010:65-68) Pengertian Lompat Jauh:
1) Rangkaian lompat jauh terbagi dalam beberapa fase :Awalan, tolakan, melayang
dan mendarat.
2) Dalam fase awalan (approach), pelompat melakukan akselerasi dengan
kecepatan maksimal yang dapat dikontrol.
3) Dalam fase tolakan (take off), lompatan menghasilkan kecepatan vertikal dan
meminimalisasi hilangnya kecepatan horisontal.
4) Dalam fase melayang, pelompat melakukan persiapan untuk mendarat.Tiga
teknik melayang dapat digunakan: teknik sailing, hang, dan hitch kick/walking
in the air.
5) Dalam fase mendarat, pelompat memaksimalkan jarak potensi pada jalur
melayang dan meminimalisasikan hilangnya jarak saat menyentuh dalam
pendaratan.
a) Fase Awalan
Tujuan : untuk mengetahui kecepatan maksimal yang terkontrol
14
Gambar 2.1. Fase Awalan
Karakteristik Teknik:
1) Panjang awalan bervariasi antara 10 langkah (untuk pemula) sampai 20
langkah (untuk atlet kelas atas)
2) Teknik lari sama dengan teknik sprinter.
3) Kecepatan awalan meningkat secara terus-menerus sampai papan tolakan.
b) Fase Bertolak
Tujuan : Guna memaksimalkan kecepatan vertikal dan guna memperkecil hilangnya
kecepatan horizontal.
Gambar 2.2 Fase Bertolak
Karakteristik Teknik
1) Penancapan kaki adalah aktif dan cepat dengan suatu gerakan ke bawah dan
ke belakang,
2) Waktu bertolak dipersingkat, pembengkokan minimum dari kaki menumpu.
3) Paha tungkai bebas didorong keposisi horizontal
4) Sendi-sendi pergelangan kaki,lutut dan pinggang diluruskan sepenuhnya
15
c) Fase Melayang
Teknik Duduk Luncur (Sail)
Teknik ini sangat cocok bagi para pemula.
Tujuan : Persiapan untuk mendarat yang efisien
Gambar 2.3. Fase Melayang
Karakteristik Teknik
1) Dalam posisi menolak (take off) tungkai bebas dipertahankan.
2) Badan tetap tegak keatas dan vertikal.
3) Tungkai tolakan mengikuti selama waktu melayang.
4) Tungkai tumpuan dibengkokkan dan ditarik kedepan dan keatas mendekati
akhir gerak melayang
5) Baik tungkai bebas maupun tungkai tumpu diluruskan kedepan untuk
mendarat
16
d) Fase Pendaratan
Tujuan : Memperkecil hilangnya jarak lompatan.
Karakteristik Teknik
1) Kedua tungkai hampir sepenuhnya diluruskan.
2) Togok dibengkokkan kedepan
3) Kedua lengan ditarik ke belakang
4) Pinggang didorong kedepan menuju ketitik sentuh tanah.
Gambar 2.4. Fase Mendarat
Gambar 2.5. Rangkaian gerakan lompat jauh secara keseluruhan
c. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok
Cara melakukan lompat jauh gaya jongkok menurut Aip Syarifuddin
(1992: 93) pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan) keadaan sikap badan di
udara jongkok dengan jalan membulatkan badan dengan kedua lutut ditekuk,
kedua tangan ke depan. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dijulurkan ke
17
depan kemudian mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih dahulu,
kedua tangan ke depan.
Mendarat adalah sikap jatuh dengan posisi kedua kaki menyentuh tanah
secara bersama-sama dengan lutut dibengkokkan dan mengeper sehingga
memungkinkan jatuhnya badan kearah depan. Seperti dikatakan Yusuf
Adisasmita (1992 : 68) pada saat mendarat titik berat badan harus dibawa
kemuka dengan jalan membungkukkan badan hingga lutut hampir merapat,
dibantu pula dengan juluran tangan kemuka. Pada waktu mendarat ini lutut
dibengkokkan sehingga memungkinkan suatu momentum membawa badan ke
depan di atas kaki. Mendarat merupakan suatu gerakan terakhir dari rangkaian
gerakan lompat jauh. Sikap mendarat pada lompat jauh baik untuk lompat jauh
gaya jongkok, gaya menggantung maupun gaya jalan di udara adalah sama,
yaitu: pada waktu akan mendarat kedua kaki dibawa ke depan lurus dengan
cara mengangkat paha ke atas, badan dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke
depan, kemudian mendarat dengan kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper,
dengan kedua lutut ditekuk, berat badan dibawa kedepan supaya tidak jatuh
dibelakang, kepala ditundukkan, kedua tangan ke depan (Aip Syarifuddin,
1992:95).
Gerakan mendarat dapat disimpulkan sebagai berikut: sebelum kaki
menyentuh pasir dengan kedua tumit, kedua kaki dalam keadaan lurus ke depan,
maka segara diikuti ayunan kedua lengan ke depan. Gerakan tersebut
dimaksudkan supaya secepat mungkin terjadi perpindahan posisi titik berat
badan yang semula berada di belakang kedua kaki berpindah ke depan, sehingga
terjadi gerakan yang arahnya sesuai dengan arah lompatan dengan demikian
tubuh akan terdorong ke depan setelah menginjak pasir. Untuk lebih jelasnya,
gambar dibawah ini menunjukkan serangkaian gerakan lompat jauh gaya
jongkok dari take-off sampai sikap mendarat.
2. Analisa otot dalam Lompat Jauh
Sebagian besar otot yang menggerakkan sendi pangkal dan paha mempunyai
origo pada panggul, beberapa otot diantaranya berasal dari columna vertrebalis, dan
18
sebagian melalui sendi lutut. Panggul berupa cincin tulang yang dibentuk oleh sepasang
osa coxae. Os sacrum terdiri dari 5 ossae vertrebrae yang telah menyatu. Empat
vertrebrae terakhir bersatu membentuk os occygis widjaja, (1998: 72; Syarifudin dan
Matakupan, 1985: 58).
Sendi pangkal paha articulation coxae merupakan sendi peluru, berarti dapat
melakukan gerakan ke segala arah, juga terdapat ikat-ikat yang memperkuat sendi ini
antara lain:
a. Ligamentum iliofemorale mencegah gerakan ekstensi tungkai atas berlebihan
pada sendi pangkal paha.
b. Ligamentum pubofemurale mencegah aduksi tungkai atas yang berlebihan
(Widjaya, 1998: 72; Lutan, 2002: 97).
Otot merupakan bagian yang dominan dalam melakukan gerakan. Dalam tubuh
manusia otot-otot bekerja sesuai dengan aktivitas yang dibutuhkan sesuai dengan
bagian-bagian dan tempat. Berikut ini adalah bagian-bagian otot yang berperan dalam
lompat jauh:
a. Pada tahap awalan, otot yang berperan:
1) Gerak utama
a) Quadriceps Femoris
b) Gastronemius
2) Gerak sinergis
a) Fektoralis Mayor
b) Rektus abdominalis
3) Stabilisator
a) Latisimus dorsi
b) Gluteus maksimus
c) Sartorius
d) Tibia anterior
b. Pada tahap tolakan, otot yang berperan:
1) Vastus lateralis
2) Cracillis
19
3) Semitendonesis
4) Biceps femoris
5) Gastroknemius
c. Pada saat melayang, otot yang berperan:
1) Latisimus dorsi
2) Eksternal abdominal
3) Rhomboideus major
4) Deltoid
d. Pada saat mendarat, otot yang berperan:
1) Latisimus dorsi
2) Gluteus maksimus
3. Komponen Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak
dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya
bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus
dikembangkan, walaupun disana-sini dilakukan dengan system prioritas sesuai keadaan
atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang
dibutuhkan tersebut. Hal ini akan semakin jelas bila kita sampai pada masalah status
kondisi fisik (Sajoto. 1990: 16).
Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha
peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak
dapat ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi. Dengan demikian maka dapat dinyatakan
bahwa kondisi fisik merupakan kondisi yang paling mendasar dalam upaya
pemberdayaan aspek-aspek lainnya (Sajoto, 1988: 16). Adapun kebugaran fisik dapat di
artikan sebagai kemampuan untuk berfungsi secara efektif sepanjang hari pada saat
melakukan aktifitas, biasanya pada saat kita melakukan kegiatan lain, masih memiliki
sisa energi yang cukup untuk menangani tekanan tambahan atau keadaan darurat yang
mungkin timbul. Berikut sepuluh komponen kondisi fisik masing-masing adalah
sebagai berikut:
20
1. Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu
bekerja.
2. Daya tahan (endurance), dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan, yakni: a).
Daya tahan umum (general endurance) adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan system jantung dan peredaran darahnya secara efektif dan efesien
untuk menjalankan kerja secara terus menerus, yang melibatkan kontraksi sejumlah
otot-otot dengan intensitas tinggi dalm waktu cukup lama. b.) daya tahan otot (local
endurance) adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk
berkontraksi secara terus-menerus dalam waktu yang relative lama dengan beban
tertentu.
3. Daya ledak (muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan
kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.
Dalam hal ini, dapat dinyatakan bahwa daya ledak (Power) sama dengan kekuatan
(force) x kecepatan (felocity). Seperti dalam lompat tinggi, tolak peluru serta gerak
lain yang bersifat eksplosive.
4. Kecepatan (speed) adalah kemampuan sseorang untk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya
seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda, panahan dan lain-lain.
Dalam hal ini ada kecepatan gerak dan kecepatan explosive.
5. Daya lentur (flexsibility) adalah efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri
untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat
mudah ditandai dengan tingkae fleksibilits persendian pada seluruh tubuh.
6. Kelincahan (agility) adalah kemampuan seseorang untuk merubah posisi diarena
tertentu. Seseorang yang mampu merubah satu posisi yang berbeda dalam
kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik.
7. Koordinasi (coordination) adalah kemampun seseorang mengintegrasikan
bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tungal secara
efektif. Misalnya dalam bermain tennis, seorang pemain akan kelihatan mempunyai
21
koordinasi yang baik bila ia dapat bergerak kearah bola sambil mengayun raket,
kemudian memukulnya dengan teknik yang benar.
8. Keseimbangan (balance) adalah kemampun seseorang mengendalikan organ-organ
saraf otot, seperti dalam handstand atau dalam mencapai keseimbangan sewaktu
seseorang sedang berjalan kemudian terganggu (misalnya tergelincir dan lain-lain).
Dibidang olahraga banyak hal yang harus dilakukan atlit dalam masalah
keseimbangan ini, baik dalam menghilangkan ataupun mempertahankan
keseimbangan.
9. Ketepatan (accuracy) adalah seseorang yuntuk mengendalikan gerak-gerak bebas
terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu
obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh.
10. Reaksi (reaction) adalah kemampuann seseorang untuk segera bertindak secepatnya
dalam menanggapi rangsangan yang ditumbulkan lewat indra, saraf atau filling
lainnya.
Aspek kondisi fisik merupakan bagian terpenting dalam semua cabang olahraga,
terutama untuk mendukung aspek-aspek lainnya seperti teknik, taktik, dan mental.
Kondisi fisik sangat menentukan dalam mendukung tugas atlet dalam pertandingan
sehingga dapat tampil secara maksimal. (Harsono, 1988: 153) menjelaskan bahwa:
Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya.
Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan
ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari
sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi
yang lebih baik. Atlet yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan
terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya terjadi jika seseorang melakukan
kerja fisik yang berat. Apabila seseorang mempuyai kondisi fisik yang baik maka dia
mampu melakukan tugas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kondisi
fisik sangat menunjang atlet dalam bertanding, sehingga dalam pertandingan atlet tidak
mengalami kelelahan yang berarti dan akan terhindar dari cedera yang dapat
mengganggu penampilannya. Oleh karena itu peranan kondisi fisik sangatlah
diperlukan dalam olahraga (Setiawan, 1991: 110).
22
Apabila kondisi baik maka: (1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem
sirkulasi dan kerja jantung. (2) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan,
stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik. (3) Akan ada ekonomi gerak
yang lebih pada waktu latihan. (4) Akan ada pemulihan yang cepat dalam organ-organ
tubuh setelah latihan. dan (5) Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita
apabila sewaktu-waktu respons demikian diperlukan. Kalau faktor-faktor tersebut
kurang tercapai setelah suatu masa latihan kondisi fisik tertentu, maka hal ini berarti
bahwa perencanaan dan sistematika latihan kurang sempurna, karena sukses dalam
olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang
tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan prestasi atlet (Harsono, 1988: 153).
a. Kekuatan Otot Perut
Kekuatan adalah dasar yang paling penting dalam melatih ketrampilan
gerak. Menurut Sajoto (1988 : 58) kekuatan diartikan komponen kondisi fisik yang
menyangkut masalah kemampuan seorang pada saat menggunakan otot-ototnya,
menerima beban waktu bekerja, sedangkan Harsono (1988: 40), kekuatan atau
(strengh) adalah tegangan (tension) terhadap suatu tahanan (resistence), Giriwijoyo
dan Muchtamaji (2007 : 54), kekuatan otot perut adalah kemampuan otot perut
untuk melakukan aktifitas gerak atau mendukung gerakan. Dengan kekuatan yang
dimiliki otot perut diharapkan dapat melakukan aktivitas gerak yang bertumpu pada
perut atau mndukung unsur gerakan lainnya.
Otot perut merupakan otot-otot batang badan (Rushall dan Frank, 1992: 12).
Lebih lanjut Rushall dan Frank;”otot perut merupakan otot-otot penegak badan
selain otot punggung”. Sebagai otot penegak badan, otot perut dan otot punggung
memiliki arti penting dalam sikap dan gerak-gerik tulang belakang. Dinding depan
perut dibentuk oleh otot-otot lurus perut yang terletak disebelah kiri garis tengah
perut, otot serong dalam perut, dan otot lintang perut. Otot-otot tersebut terentang
diantara gelang panggul dan rangka dada, merupakan sebuah penutup yang dapat
merubah volume rongga perut.
23
Kekuatan otot menurut Sajoto (1988:99) adalah komponen kondisi fisik
yang dapat ditingkatkan sampai batas sub maksimal, sesuai kebutuhan setiap cabang
olahraga yang memerlukan. Faktor-faktor yang harus benar-benar diperhatikan
secara matang melalui pembinaan secara dini serta memperhatikan beberapa aspek
yang harus meningkatkan prestasi adalah struktur postur tubuh yang meliputi: a)
ukuran tinggi dan panjang tubuh, b) ukuran besar, lebar, dan berat tubuh, c) somato
tipe (bentuk tubuh: endomorphy, mesomorphy, dan ectomorphy). Dari beberapa
pengertian tersebut kekuatan dapat diartikan sebagai kualitas tenaga otot atau
sekelompok otot dalam membangun kontraksi secara maksimal untuk mengatasi
beban yang datang baik dari dalam maupun dari luar.
Otot Perut terdiri dari empat kelompok otot. yaitu rectus abdominis. external
obliques. internal obliques, dan transverse abdominis. Secara umum, otot-otot perut
bekerja sebagai penggerak utama dan penstabil tulang belakang. Rectus abdominis
membentang ke atas dan tulang pubis ke tulang dada. External melintang diagonal,
dengan arah menurun dan rusuk ke bagian tengah tulang panggul. Internal obliques
membentang diagonal ke atas dan panggul ke rusuk. Kedua kelompok obliques
bekerja sama dengan rectus abdominis untuk meregangkan dan memutar torso ke
samping. Transverse abdominis melintang horizontal dan belakang ke depan,
berkontraksi ketika yang lain sedang bekerja, namun tidak dapat bekerja sendiri.
b. Power Otot Tungkai
Setiap aktivitas olahraga, otot merupakan komponen tubuh yang dominan
dan tidak dapat dipisahkan. Semua gerakan yang dilakukan oleh manusia karena
adanya otot , tulang, persendian, ligamen, serta tendon sehingga gerakan dapat
terjadi melalui gerakan tarikan otot serta jumlah serabut otot yang diaktifkan
(Harsono, 1988: 190).
Kekuatan atau strenght adalah komponen kondisi fisik, yang menyangkut
masalah kemampuan seseorang atlit pada saat mempergunakan otot−ototnya,
menerima beban dalam waktu kerja tertentu. Kesegaran Kekuatan otot adalah
kemampuan otot atau kelompok otot untuk melakukan kerja, dengan menahan
beban yang diangkatnya. Otot yang kuat akan membuat kerja otot sehari-hari secara
24
efisien seperti, mengangkat, menjinjing serta mereka akan membuat bentuk tubuh
yang lebih baik (Sajoto, 1988 : 45).
Kekuatan adalah kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban
dalam menjalankan aktivitas, seperti gerakan menahan atau memindahkan beban.
Istilah otot diartikan sebagai jaringan yang mempunyai kemampuan khusus untuk
berkontraksi. Istilah tungkai dalam Kamus Besar Indonesia diartikan sebagai
anggota badan yang menopang bagian tubuh dan dipakai untuk berjalan dari
pangkal ke bawah yang mempunyai kemampuan khusus untuk berkontraksi
(http://www.scrib.com/doc/37570594/87).
Komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan suatu aktivitas yang
sangat berat adalah power, karena dapat menentukan seberapa orang dapat orang
berlari dengan cepat. Semua usaha maksimal yang exsplosive tergantung pada
power. Untuk meningkatkan power dapat dengan cara meningkatkan kekuatan,
meningkatkan kecepatan kontraksi, atau meningkatkan keduanya, yaitu
meningkatkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot. (Jansen, Schultn, dan
Bongerter, 1983).
Musculer power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan
maksimum dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya.
Dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa daya ledak otot atau power = kekuatan
atau force x kecepatan atau velocity (P = F x T) (Sajoto, 1988: 59).
Power merupakan kemampuan fisik yang tersusun dari beberapa komponen
diantaranya komponen yang menonjol adalah kekuatan dan kecepatan (Bompa,
1990: 264) . Power adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi tahanan dengan
suatu kecepatan kontraksi otot (Nossek, 1982: 46). Jadi, power otot tungkai adalah
kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot kaki secara keseluruhan
(tungkai atas dan tungkai bawah) untuk menghasilkan kerja fisik secara explosive.
Setiap beraktifitas atau melakukan kegiatan olahraga otot merupakan
komponen tubuh yang dominan dan tidak dapat dipisahkan. Semua gerakan yang
dilakukan oleh manusia karena adanya otot, tulang, persendian, ligamen serta
tendon, sehingga gerakan dapat terjadi melalui gerakan tarikan otot serta jumlah
25
serabut otot yang diaktifkan. Berkaitan dengan power, Harsono (1988:200)
menyatakan bahwa “power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan
maksimal dalam waktu yang sangat cepat”. Power dideskribsikan sebagai fungsi
dari kekuatan dan kecepatan dari gerakan (Rushall & Pyke, 1992:252). Sedangkan
menurut Suharno HP. (1993:59), yang menyatakan bahwa “power adalah
kemampuan otot atlet untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan
kecepatan maksimal dalam satu gerak yang utuh”.
Berdasarkan batasan-batasan power di atas dapat disimpulkan bahwa power
adalah kemampuan untuk mengerahkan kekuatan dan kecepatan otot dalam waktu
yang relatif singkat. Power merupakan perpaduan dua unsur komponen kondisi fisik
yaitu kekuatan dan kecepatan dalam hal ini kekuatan dan kecepatan otot. Kualitas
power akan tercermin dari unsur kekuatan dan kecepatan otot yang dalam
pelaksanaannya dilakukan dengan eksplosif dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Rangkaian otot tungkai menurut Ethel Sloane (2004: 149) adalah sebagai berikut:
1) Otot tungkai atas (otot pada paha); Mempunyai selaput pembungkus yang
sangat kuat dan disebut fasia lata yang dibagi atas 2 golongan yaitu:
a. Otot abduktor terdiri dari: a) Muskulus abduktor maldanus sebelah dalam, b)
Muskulus adduktor brevis sebelah tengah, dan c) Muskulus abduktor longus
sebelah luar. Ketiga otot ini menjadi satu yang disebut muskulus abduktor
femoralis. Fungsinya menyelenggarkan gerakan abduksi dari femur.
b. Muskulus ekstensor (quadriseps femoris) otot berkepala empat. Otot ini
merupakan otot yang terbesar terdiri dari: a) Muskulus rektus femoris, b)
Muskulus vastus lateralis eksternal, c) Muskulus vastus medialis internal, d)
Muskulus vastus intermedial, dan e) Otot fleksor.
26
Femoris, yang terdapat di bagian belakang paha terdiri dari: - Biseps
femoris, otot berkepala dua (fungsinya membengkokkan paha dan meluruskan
tungkai bawah), - Muskulus semi membranosus, otot seperti selaput (fungsinya
membengkokkan tungkai bawah), - Muskulus semi tendinosus, otot seprti urat
(fungsinya membengkokkan urat bawah serta memutarkan ke dalam), - Muskulus
sartorius, otot penjahit (Bentuknya panjang seperti pita, terdapat di bagain paha.
Fungsi: eksorotasi femur memutar ke luar pada waktu lutut mengetul, serta
membantu gerakan fleksi femur dan membengkokkan ke luar)
1 2
Gambar 2.6 Otot Tungkai Atas Bagian Dalam (1) dan Otot Tungkai Atas Bagian Belakang (2) (Syaifuddin, 2010: 56)
2) Otot tungkai bawaha. Otot tulang kering depan muskulus tibialis anterior. Fungsinya mengangkat
pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokkan kaki.b. Muskulus ekstensor talangus longus. Fungsinya meluruskan jari telunjuk ke
tengah jari, jari manis dan kelingking kaki.c. Otot kedang jempol, fungsinya dapat meluruskan ibu jari kaki. Urat-urat
tersebut dipaut oleh ikat melintang dan ikat silang sehingga otot itu bisa
27
membengkokkan kaki ke atas. Otot-otot yang terdapat di belakang mata kaki luar dipaut oleh ikat silang dan ikat melintang. Fungsinya dapat mengangkat kaki sebelah luar.
d. Urat akiles (tendo achlilles). Fungsinya meluruskan kaki di sendi tumit dan membengkokkan tungkai bawah lutut (muskulus popliteus). Yang: Berpangkal pada kondilus tulang kering, dan Melintang dan melekat di kondilus lateralis tulang paha. Fungsinya memutar fibia ke dalam (endorotasi). Otot ketul jari (muskulus fleksor falangus longus). Berpangkal pada tulang kering dan uratnya menuju telapak kaki dan melekat pada ruas jari kaki. Fungsinya membengkokkan jari dan menggerakkan kaki ke dalam.
e. Otot ketul empu kaki panjang (muskulus falangus longus). Berpangkal pada betis, uratnya melewati tulang jadi dan melekat pada ruas empu jari. Fungsinya membengkokkan empu kaki.
f. Otot tulang betis belakang (muskulus tibialis posterior). Berpangkal pada selaput antara tulang dan melekat pada pangkal tulang kaki. Fungsinya dapat membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki di sebelah ke dalam.
g. Otot kedang jari bersama. Letaknya di punggung kaki, fungsinya dapat meluruskan jari kaki (muskulus ekstensor falangus 1-5).
h. Otot lainya yaitu: a) Otot ketul, b) Otot penengah empu kaki, telapak di telapak kaki, dan c) Otot penepsi, terletak di sebelah punggung kaki.
1 2
Gambar 2.7 Otot Tungkai Bawah (1) dan Otot Tungkai Bawah Bagian Depan (2) (Syaifuddin, 2010: 58)
c. Kecepatan lari (speed)
28
Menurut Muhajir (60: 2006) “Kecepatan adalah kemampuan untuk
menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”.Kecepatan bukan
hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, tetapi dapat pula terbatas
pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
Upaya pencapaian prestasi atau hasil optimal dalam olahraga, memerlukan
beberapa macam penerapan unsure pendukung keberhasilan seperi kecepatan.
Kecepatan adalah kemampuan dalam seseorang dalam melakukan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk gerakan yang sama dalam waktu yang singkat-
singktnya ( Sajoto, 1988 : 58 ). Kecepatan adalah kemampuan seseorang untu
melakukan gerakan kedepan dalam waktu sesingkat-singkatnya (Boosey, Derek
1980 : 35). Sebagai salah satu syarat terpenting bagi prestasi lompat jauh yang baik
adalah suatu perkembangan yang baik dari uatu kecepatan, tetapi tetap dalam
pengawasan. Arahnya telah diubah oleh dorongan tenaga yang di arahkan ke atas.
Seseorang pelompat itu akan berhasil lompatannya, apabila lari cepat kemudian
diikuti oleh tumpuan yang tepat dan kuat pada balok tumpuan. Oleh karena itu
seseorang atlit yang ingin mencapai hasil yang baik pada lompatannya, dituntut
suatu lari awalan yang cepat dengan langkah-langkah yang tetap, agar dapat
bertumpu pada balok tumpuan dengan tepat.
Berdasarkan pada pengertian tentang kecepatan yang disampaikan oleh para
ahli tersebut, maka dapat disimpukan bahwa kecepatan merupakan suatu
kemampuan tubuh untuk menggerakan system dalam melawan beban atau
hambatan pada jarak tertentu dalam waktu yang relatif cepat atau singkat.
Berorientasi pada pengertian tentang kecepatan dan penerapannya dalam
aktivitas olahraga, unsur kecepatan merupakan salah satu unsur yang penting dalam
mencapai hasil ( prestasi ) optimal. Implikasi kecepatan berupa reaksi sebagian,
sedangkan kecepatan gerak adalah kecepatan gerak anggota tubuh secara
keseluruhan dalam menempuh jarak tertentu seperti lari. Lari merupakan gerakan
memindah kaki secara bergantian diikuti dengan gerakan lengan dan dada saat
29
melayang di udara. Hampir seluruh cabang olahraga membutuhkan lari seperti pada
atletik, sepakbola, bola basket dan lain-lain.
Berkaitan dengan penerapan lari pada cabang olahraga atletik, lari
merupakan nomor yang seiring dipertandingkan, dikelompokkan menurut jarak
tempuh, yaitu : 1) lari jarak pendek 100 meter, 200 meter, 400 meter, 2) lari jarak
menengah seperti 800 mater, 1500 meter, 3) lari jarak jauh seperti 5000 meter,
10000 meter, dan lari marathon. Disamping itu ada lari yang dilakukan secara
beregu ( nomor lari estafet ), lari gawang, dan lari halang rintang.
Penerapan lain tentang lari juga dibutuhkan pada nomor lompat yaitu lompat
jauh. Penerapan lari pada lompat jauh dilakukan sebagai awalan dalam melakukan
lompatan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Lompat jauh sebenarnya adalah lari dengan kecepatan dan menumpu. Jadi
seorang pelompat akan berhasil melompat apabila larinya cepat dan kemudian
diikuti oleh tumpuan yang tepat dan kuat pada balok tumpu. Oleh karena itu
seseorang yang ingin mencapai hasil baik dalam lompatanya, dituntut suatu lari
awalan yang cepat dengan langkah-langkah yang tepat. Kecepatan dan ketepatan
dalam lari awalan sangat mempengaruhi pada hasil lompatan. Ini berarti kecepatan
lari awalan adalah suatu keharusan untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya (
Yusuf Adisasmita, 1992 : 67 ).
Agar dapat melakukan gerakan atau berlari dengan cepat dalam melakukan
lari awalan, maka dalam latihan juga harus berlatih kecepatan. Dengan mengetahui
jenis otot yang paling sedikit ada dua jenis otot yang berbeda, yaitu serabut otot
kontraksi lambat dan serabut yang berkontraksi cepat. Serabut yang kontraksi
lambat adalah untuk ketahanan ( endurance ). Karena mereka kaya akan suplai
darah, mereka terlihat merah bila dilihat dengan mikroskop. Serabut yang
berkontraksi cepat adalah untuk kecepatan dan kekuatan. Karena suplai darahnya
terbatas, maka terlihat putih bila dilihat dengan mikroskop.
Perbandingan antara serabut yang berkontraksi lambat dan cepat didalam
sebuah otot telah ditentukan sejak lahir. Tidak ada yang dapat dilakukan untuk
mengubah perbandingan ini. Atlet yang baik dalam olahraga yang memerlukan
30
ketahanan cenderung dikaruniai lebih banyak serabut yang berkontraksi lambat,
sedangakan juara-juara lari jarak pendek cenderung dikaruniai lebih banyak serabut
yang berkontraksi cepat.
Tetapi daya guna serabut tersebut dapat dimaksimalkan melalui latihan.
Misalnya lari pelan-pelan untuk mengembangkan serabut otot lambat, sedangkan
lari cepat untuk mengembangkan serabut-serabut otot cepat ( Sadoso Sumardjono,
1994 : 31 ).
4. Komponen Anthropometri
Anthropometri berasal dari kata anthropos dan metry. Anthropos artinya tubuh
dan metros artinya ukuran ekstenal bagian tubuh. Dalam kaitanya dengan pengukuran
fisik, antropometri merupakan salah satu satuan teknik standar untuk pengukuran yang
sistematis terhadap tubuh secara keseluruhan ataupun bagian-bagian tubuh (Malina,
Bouchard dan Bar-Or, 2004: 42).
Ukuran anthropometri mencangkup kuantitas dari dimensi-dimensi tubuh
termasuk di dalamnya berat badan, ukuran panjang dan luas penampang tubuh atau
bagian-bagian tubuh. Perbandingan dari masing-masing organ tubuh memberikan
tampilan yang berbeda-beda pada masing-masing individu. Ukuran athropometri
berkaitan dengan tipe atau bentuk tubuh, juga dapat dijadikan sebagai parameter untuk
menentukan status gizi seseorang (Djoko Pekik Irianto, 2007: 67).
Perkembangan ukuran anthropometri tubuh berkembang sesuai dengan periode
perkembangan individu. Perkembangan ukuran bagian-bagian tubuh ini dipengaruhi
faktor-faktor perkembangan seperti faktor genetis, lingkungan serta aktivitas gerak fisik
yang dilakukan. Perkembangan ukuran tubuh dan bagian-bagiannya berlangsung terus
selama masa pertumbuhan dengan tingkat perkembangan yang berbeda-beda pada
proporsi dan kecepatannya. Pertumbuhan ukuran bayi berlangsung sangat cepat,
kemudian secara proporsional mengalami penurunan pada masa anak-anak dan
kemudian mengalami ledakan pertumbuhan pada masa adolesensi (Gallahue dan
Ozmun, 1998: 189). Perbedaan kecepatan pertumbuhan menyebabkan terjadinya variasi
pada bentuk dan tipe tubuh seseorang.
31
Ukuran anthropometri merupakan salah satu faktor penting dalam aktivitas
olahraga. Masing-masing cabang olahraga memerlukan karakteristik anthropometri
yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan karakteristik gerak yang diperlukan dalam
masing-masing cabang olahraga tersebut. Perbedaan perbandingan dari bagian-bagian
tubuh serta perbedaan struktur tubuh memberikan kemungkinan efisien gerak yang
berbeda pula.
Anthropometri atau postur tubuh berpengaruh terhadap olahraga, terutama untuk
meraih prestasi yang tinggi (olahraga prestasi). Untuk mencapai prestasi yang tinggi,
diperlukan ciri-ciri fisik dan postur tubuh tertentu sesuai dengan tuntutan cabang
olahraga yang diikutinya.
Antropometri melibatkan pengukuran bagian tubuh luar. Terdapat dua tipe
pengukuran antropometri yaitu dimensi tubuh dan yang berhubungan dengan
somatotropi.
1. Dimensi Tubuh
Dua pengukuran tubuh yang umum digunakan dalam pendidikan olahraga
menitik beratkan pada diameter dan keliling dari macam-macam ruas tubuh.
Diameter pengukuran tubuh ditentukan dengan menggunakan papan bilah
antropometer seperti terlihat pada gambar
Gambar 2.8 Macam Peralatan Pengukuran Tubuh
Saat pengukuran sudah ditentukan, lapisan kulit diperas sehingga terjadi
kontak antara tulang dengan alat. Hal ini menghilangkan tingkat variabilitas dalam
32
pengukuran dan meningkatkan reliabilitas. Jari-jari dari kedua tangan digunakan
untuk menempatkan lanmark yang tipis. Sebagai contoh penggunaan peralatan
untuk mengukur diameter tubuh adalah sebagai berikut:
Penempatan secara anatomi untuk pengukuran diameter disajikan pada
gambar dibawah ini. Diambil ketika seorang didudukkan:
Gambar 2.9 Pengukuran Diameter
Salah satu contoh diatas menunjukkan pengukuran pada diameter tubuh
bagian atas dan pengukuran diameter atas dan panjang tangan.
Adapun banyak sekali pengukuran pada bagian anatomi tubuh lainnya.
Menurut Frank. M. Verducci (1932: 216) dimana pengukuran tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
1) Ankel diukur pada saat berdiri dengan jarak diantara malleoll
(antropometer menunjukkan sudut 450 dari bawah)
2) Lengan diukur pada saat berdiri dengan punggung bersandar pada dinding
rata, kedua lengan atas melebar bersama-sama, diukur panjang jarak antara
jangkauan jari kiri dan kanan.
3) Diameter biocromial diukur dengan posisi siku berada disebelah badan,
jaraknya antara proyeksi tulang rusuk dari acromial.
4) Diameter bideltoid diukur dengan posisi siku berada di samping tubuh dan
tangan berada di atas paha, jarak antara bagian terluar pundak
(antropometer hanya sedikit menyentuh kulit)
5) Diameter bi-iliac pengukuran yang dilakukan antara proyeksi rusuk dari
puncak iliac.
33
6) Diameter bitrochanteric diukur pada posisi berdiri dengan jarak antara
proyeksi rusuk dari trochanters yang lebih besar.
7) Lebar dada diukur pada saat berdiri dengan lengan agak sedikit ditarik ke
depan dan belakang tubuh, dengan jarak antara tulang rusuk ke 5 sampai ke
6.
8) Siku dengan siku satunya ditarik dan posisi tangan menghadap ke depan
dengan jarak antara kondilus dari homerus.
9) Panjang tangan diukur dengan jarak antara ujung ruas distal dan titik-titik
pada tulang carpal proximal.
10) Panjang kepala diukur dengan jarak anterior-posterior pada posisi alis dan
occipital protuberance.
11) Lebar kepala diukur dengan jarak pada titik terlebar dari tengkorak.
12) Lutut diukur dengan cara lutut direntangkan sampai sudut 900, dengan
jarak antara proyeksi terluar dari tibial condyles.
13) Panjang kaki diukur pada saat berdiri dengan jarak antara lantai sampai
coccyx.
14) Tinggi badan diukur pada ujung tumit kaki menapak lantai, tubuh
bersandar pada dinding dengan kepala menghadap ke depan, diukur sampai
ujung kepala.
Gambar 2.10. Cara Pengukuran Antropometri Tubuh Manusia
34
Alat pengukur berupa lingkaran kurang begitu diandalkan untuk mengukur
dimensi diameter. Saat menggunakan pengukur kain, tekanan dari jaringan yang
lembut memunculkan masalah dalam menggali hasil akhir yang konsisten. Gulick
tape meminimalkan masalah ini dengan memberikan data konsisten dalam seluruh
pengaturan melalui penggunaan spring-loaded handle. Selanjutnya tape harus
diposisikan secara konsisten pada posisi horisontal atau disebelah kanan sisi
panjang dari segmen “tape kain” harus dikalibrasikan secara periodik/berkala
karena cenderung merenggang karena digunakan.
Landmark menjelaskan bagaimana penggunaan alat pengukuran ini, dimana
saat seorang berdiri untuk diukur pada bagian pundak menjadi pengecualian.
Pengukuran dilakukan pada posisi:
1) Abdomen 1. Diukur secara lateral, jalan tengah antara porsi rusuk
paling bawah dari tulang rusuk dan puncak iliac, anterior, jalan
tengah antara xyphoid process dari sternum dan umbilicus.
2) Abdomen 2. Diukur secara lateral, pada tingkat puncak iliac dan
anterior, pada umbilicus .
3) Rata-rata abdominal. Adalah pengukuran 1 dan 2 engkel. Paling atas
hingga malleoli, lingkaran terkecil.
4) Bicep tambahan, diukur saat siku dikunci dalam penambahan
maksimal, berhubungan dengan bagian bawah, dengan otot terikat,
lingkaran maksimal dari lengan tengah.
5) Bicep lebar, diukur pada posisi saat merentang/melebar pada sudut
terbesar dengan otot berkontraksi, keliling maksimal dari lengan
tengah.
6) Betis, diukur dengan keliling maksimal.
7) Dada, pada pria puting susu berada pada pada volume midtidal,
sedangkan pada wanita tepat berada di atas jaringan payudara.
8) Deltoid, diukur dengan cara lengan membentuk sudut 900 dari sisi
tubuh, maximal circumference berada pada level axillae.
35
9) Lengan atas, diukur dengan cara siku dilebarkan secara bersamaan
kebawah dan posisi tangan terbuka ke depan, maximal circumference.
10) Kepala, diukur dengan cara sedikit ke atas hingga garis alis dan
menunjuk pada tengkuk.
11) Panggul belakang, diukur pada max. protrucion dari otot gluteal dan
anterior, pada level shymphysis pubis.
12) Lutut, diukur dengan cara posisi lutut sedikit dilipat dan beban tubuh
ditumpu pada kaki lainnya, level midpatellar.
13) Leher, diukur dengan posisi sedikit agak menunduk pada laring.
14) Pundak, diukur secara lateral pada max. protrucion dari otot deltoid,
anterior, pada articular dari strenom dan rusuk kedua.
15) Paha, diukur pada posisi sedikit ditekuk, maximal circumference.
16) Pinggul diukur dengan cara lengan dilebarkan bersamaan, sedikit
distal pada proses styloid dari radius dan ulna, minimum
circumference.
2. Somatotype
Somatotropi adalah proses pengukuran dan pendiskripsian conformasi tubuh
secara morfologi. Berdasarkan metode yang digunakan oleh Sheldon tentang
somatotropi menjadi metode yang pertama kali yang mendasari munculnya metode-
metode modern lainnya. Secara umum dapat digambarkan 3 bentuk dan susunan
teubuh manusia: (1) endomorph, (2) mesomorph, dan (3) ectomorph. Setiap tubuh
manusia terbentuk dari macam-macam tingkat dari ketiganya. Klasifikasi yang
pertama (somatotype) ditentukan dengan jumlah dari masing-masing komponen
dalam satu fase.
1) Bentuk tubuh endomorph
2) Bentuk tubuh mesomorph
3) Bentuk tubuh ectomorph
36
Gambar 2.11. Macam Susunan Tubuh Manusia
Beberapa ukuran antrhropometri yang memiliki pengaruh cukup besar dalam
aktivitas olahraga diantaranya tinggi badan. Tinggi badan merupakan faktor penting
dalam cabang olahraga atletik khususnya lompat jauh.
Peranan tinggi badan, berat badan dan panjang tungkai dengan prestasi
lompat jauh diuraikan secara singkat sebagai berikut:
a. Tinggi Badan
Anwar Pasau (1988: 15) menyatakan, “Tinggi badan adalah tinggi
seseorang yang diukur dengan menggunakan alat Stadiometer yang diukur dari
ujung kaki (telapak kaki) sampai dengan kepala bagian atas (ubun-ubun) apabila
berdiri dengan sikap tegak”. Menurut Wahjoedi (2001: 57) bahwa, “Tinggi
badan (height) diukur dalam posisi berdiri dengan sikap sempurna tanpa alas
kaki dalam satuan ukuran inchi”. Hal senada dikemukakan M. Furqon H. (2003:
13) bahwa, “Tinggi badan adalah jarak vertikal dari lantai ke ujung kepala
(vertex)”.
37
Postur tubuh dapat diukur di depan dinding. Atlet tidak bersepatu dan
berdiri pada permukaan yang rata di sebelah kana tiang vertical atau papan
stadiometer. Atlet berdiri tegak lurus dan kedua tumit harus menyentuh lantai.
Kepala, punggung dan pantat juga menyentuh tiang vertical. Kepala tegak
dengan mata fokus ke depan. Tungkai yang menonjol ke depan dari alat
pengukur stadiometer berada di atas kepala. Posisi alat pengukur sejajar dengan
derret ruas-ruas tulang belakang. Kedudukan kepala hendaknya sedemikian rupa
sehingga lubang telinga dan batas bawah dari rongga mata berada dalam garis
horizontal. Hasil pengukuran tinggi badan dicatat dalam satuan centimeter.
(Verducci, 1984: 217).
Tinggi badan mempunyai peran penting terhadap prestasi lompat jauh
gaya jongkok. Karena atlet yang memiliki badan tinggi sudah barang tentu
disertai tulang dan otot yang panjang. Otot-otot yang panjang mempunyai
kontribusi dengan kemampuan fisik seseorang. Anwar Pasau (1988: 81), bahwa
Orang yang mempunyai fisik yang tinggi dan besar rata-rata akan mempunyai
kemampuan fisik seperti kekuatan, kecepatan, daya tahan jantung dan paru-paru,
daya tahan otot dan lainnya, lebih baik dibanding orang yang bertubuh kecil dan
pendek”.
b. Berat badan
Berat badan dan susunan tubuh ditentukan oleh serangkaian faktor
keturunan dan perilaku. Pada atlet perorangan susunan tubuh bervariasi sesuai
dengan perubahan jangka panjang dalam keseimbangan kalori. Berat badan akan
bertambah apabila masukan kalori secara nyata melebihi pengeluaran kalori,
beerat menurun bila terjadi hal sebaliknya. (Pate, Mc Clenaghan, dan Rotella,
1984: 312) dan juga menggolongkan berat badan adalah sebagai berikut:
1) Penggolongan Berat Badan
Berdasarkan pengukuran tinggi badan (TB) dan berat badan (BB),
seseorang dapat digolongkan ke dalam klafikasi ideal atau normal.
Kelebihan berat (overweight), kurang berat (underweight), atau terlalu
38
gemuk (obesity). Penggolongan tersebut berpedoman pada index Brocca
yaitu BB ideal = (TB-100) ± 10 % (TB-100). Orang dengan berat badan
10% di atas berat idealnya termasuk dalam klasifikasi normal plus dan
sebaliknya normal minus. Golongan yang termasuk dalam klasifikasi
overweight adalah orang yang mempunyai berat badan 25% di atas ideal,
dan sebaliknya, underweight.
2) Berat Badan Normal
Berat badan normal merupakan kondisi dimana sesorang masih
mempunyai ambang batas normal untuk berat badannya sesuai dengan
standard Brocca. Sebagai contoh seseorang yang mempunyai tinggi badan
150 cm,berat badan ideal atau normalnya adalah (150-100)- 10% (150-100 =
45 kg) berarti termasuk kategori normal.
3) Berat Badan Normal Plus
Berat badan normal plus merupakan kondisi dimana seseorang masih
mempunyai ambang batas normal untuk berat badannya sesuai dengan
standard Brocaa, yaitu berada 10% di atas berat badan normal. Sebagai
contoh seseorang yang mempunyai tinggi badan 150 cm, berat badan ideal
atau normalnya adalah (150-100) - 10% (150-100) = 45 kg. apabila dia
mempunyai berat badan 48 kg berarti termasuk kategori normal plus.
4) Berat Badan Normal Minus
Berat badan normal minus merupakan kondisi dimana seseorang
masih mempunyai ambang batas normal untuk berat badannya sesuai
dengan standard Brocca, yaitu berada 10% di bawah berat badan normal.
Sebagai conoh seseorang yang mempunyai tinggi badan 160 cm, berat badan
idealnya adalah (160-100) - 10% (160-100) = 54 kg. apabila dia mempunya
berat badan 50 kg termasuk kategori normal minus.
Pada umumnya, penimbangan badan yang menggunakan system
pengungkit lebih reliable daripada system pegas. Namun keduanya memerlukan
pemeriksaan (penerapan) secara periodik. Siswa mengenakan pakain seminim
mungkin, pakaian senam misalnya. Hasil penimbangan yang paling akurat,
39
ditemukan bila testi ditimbang dalam keadaan telanjang. Pada saat penimbangan
testi tidak boleh mengenangkan atas kaki. Tingkat ketelitian pengukuran sampai
sepersepuluh kg (Ismaryati, 2008: 99-100).
Berat badan seorang atlet bias diakibatkan karena makanan yang
dikonsumsi oleh atlet banyak mengandung lemak dan juga diakibatkan karena
berkembangnya serabut otot, akan tetapi yang biasa terjadi adalah karena
kelebihan lemak.
c. Panjang Tungkai
Depdiknas (2000: 49) menjelaskan, “Panjang tungkai adalah jarak antara
SIAS (Spina Illioca Anterior Superior ) dan (mata kaki) moleolus”. Menurut
Ismaryati (2008: 100) bahwa, “Panjang tungkai diukur dari tulang belakang
terbawah atau dapat juga dari trochanter sampai ke lantai”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menujukkan bahwa, panjang tungkai
merupakan ukuran dari jarak trochanter sampai telapak kaki. Dalam lompat
jauh, proporsi tungkai harus dimanfaatkan secara maksimal pada teknik yang
benar. Karena tungkai yang panjang memiliki jangkauan atau langkah yang
lebih jauh atau panjang. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 73)
menyatakan, “Keuntungan kaki yang panjang adalah dimungkinkan
bertambahnya panjang langkah”. Sedangkan Sudarminto (1995: 40)
menyatakan, “Makin panjang pengungkit makin besar usaha yang digunakan
untuk mengayun”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, tungkai
yang panjang memiliki efektifitas yang baik dalam langkah, yaitu lebih jauh,
sehingga sangat membantu gerakan lari cepat lebih maksimal dalam lompat
jauh.
d. Panjang Telapak Kaki
Telapak kaki merupakan bagian dari tungkai yang merupakan salah satu
faktor dominan dalam lompat jauh. Telapak kaki yang panjang disertai otot-otot
yang baik mempunyai peran yang penting untuk melakukan tolakan dalam
usaha melangkah ke depan. Telapak kaki yang panjang memungkinkan
40
memiliki tolakan kaki yang lebih jauh dan panjang, sehingga hal ini akan
mempengaruhi kecepatan yang dilakukan. Lain halnya dengan atlet lompat jauh
yang memiliki telapak kaki pendek akan memiliki jangkauan dan tolakan yang
pendek juga, sehingga hasil lompatannya juga tidak maksimal dibandingkan
dengan atlet yang memilki telapak kaki yang panjang. Oleh karena itu untuk
memperoleh kecepatan dan tolakan yang lebih maksimal, maka seorang atlet
cepat harus memanfaatkan telapak kakinya untuk menghasilkan tolakan yang
besar.
Keuntungan memiliki telapak kaki yang panjang bisa menjadi suatu alat
kerja yang bekerja berdasarkan asas-asas momen yaitu sebagai pengungkit
anatomi. Pengungkit ialah suatu batang yang kaku yang dapat berputar pada titik
yang tetap bila gaya digunakan untuk mengatasi beban. Bila pengungkit
bergerak, berarti pengungkit melakukan dua fungsi penting, yaitu: pengungkit
digunakan untuk mengatasi beban yang lebih besar dari pada gaya, atau untuk
memperbesar jarak bergeraknya beban dengan gaya yang lebih besar dari pada
beban. Bila tidak bergerak, berarti pengaruh putaran (momen) dari gaya sama
dengan pengaruh putaran (momen) dari beban dan pengungkit dalam keadaan
seimbang.
Telapak kaki mempunyai dua fungsi utama, yaitu: 1) sebagai penyokong
berat badan, 2) berfungsi sebagai pengungkit untuk memajukan tubuh sewaktu
berjalan atau berlari. Telapak kaki merupakan komponen pembentuk ekstrimitas
inferior, yang tersusun dari sekelompok tulang yaitu: calcaneus, talus,
navikular, cuboit, cuneiform, metatarsal, dan palanges. Telapak kaki dapat
menyokong berat badan dan berfungsi sebagai pengungkit yang kaku untuk
gerakan kedepan. Gerak maju seluruhnya akantergantung pada aktivitas
m.Gastrocnemius dan m.Soleus. Karena pengungkit ini terdiri atas segmen-
segmen dengan banyak sendi. Otot-otot flexor panjang dan otot-otot kecil kaki
dapat menggunakan fungsinya pada tulang-tulang kaki bagian depan dan jari-
41
jari (sebagai landasan maju kaki) dan sangat membantu gerakan maju kedepan
m. Gastrocnemius dan m. Soleus.
Gambar 2.12 Telapak Kaki
5. Hubungan Anthropometri dan Kondisi Fisik dengan Lompat Jauh Gaya Jongkok
a. Hubungan Tinggi Badan dengan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Barry Jhonson (1986:34) menyatakan penampilan pria dan wanita di
pengaruhi oleh usia, tinggi badan dan struktur badan. Tinggi badan menentukan
keberhasilan dalam sejumlah cabang olahraga, termasuk cabang atletik nomor
lompat jauh gaya jongkok. Atlet yang memiliki tinggi badan lebih tinggi akan lebih
42
menguntungkan, yaitu jangkauan akan menjadi luas. Atlet yang memiliki sifat dan
karakteristik tinggi badan yang ideal dimungkinkan akan mempunyai keuntungan
secara mekanik.
Dalam pemilihan cabang olahraga tidak terlepas dari postur yang dimiliki
atlet, postur dikatakan baik apabila:
1. Bagian atau segmen tersusun rapi.
2. Tidak ada ketegangan pada persendian, tulang, ligamen dan otot di
sekelilingnya.
Postur mempunyai kaitan dengan proporsi tubuh yang khas menurut cabang
olahraganya sebagai berikut:
1. Kaki mengarah kedalam atau inversi saat berdiri dalam sikap sedia,
dengan lutut agak ditekuk dan badan membungkuk, stabilitasnya lebih
besar dan lebih mudah bergerak.
2. Sebaiknya kaki yang mengarah keluar atau eversi (duck feet),
mempunyai kemampuan di air untuk menyisir keluar.
3. Badan dengan ruas tulang belakang bagian pinggang yang agak
melengkung (sway back) atau tenggeng, disebabkan oleh karena pelvis
condong ke depan. Postur ini cocok untuk peloncat, pesenam, sprinter
dan lompat jauh.
b. Hubungan Berat Badan dengan Lompat Jauh Gaya JongkokFaktor anthropometri merupakan salah satu bagian yang dapat mendukung
pencapaian prestasi olahraga. Demikian halnya dalam lompat jauh gaya jongkok
dibutuhkan faktor anthropometri yang ideal sesuai tuntutan cabang olahraga atletik
terutama lompat jauh. M. Furqon H.(2003: 13) menyatakan, “Berat badan
merupakan penentu keberhasilan yang penting untuk beberapa cabang olahraga: (1)
berat badan yang berat diperlukan untuk nomor-nomor yang berdurasi pendek, (2)
berat badan yang ringan diperlukan untuk nomor-nomor yang berdurasi panjang.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, berat badan dapat
mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok. Ditinjau dari gerakan
lompat jauh gaya jongkok, maka berat badan yang ringan (ideal) dapat mendukung
43
pencapaian prestasi yang maksimal. Karena berat badan yang ringan akan dapat
melakukan gerakan melompat jauh tinggi ke depan (melayang) dengan ringan.
Lompatan yang tinggi jauh ke depan, maka prestasi yang tinggi dapat dicapai lebih
maksimal.
c. Hubungan Panjang Tungkai dengan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Tungkai adalah anggota gerak bagian bawah yang terdiri dari paha, betis dan
kaki. Secara keseluruhan tulang ekstremitas bawah atau anggota gerak bawah
dikaitkan dengan batang tubuh dengan perantaraan gelang panggul terdiri dari 31
pasang tulang yaitu: a) Tulang coxae : Tulang pangkal paha, b) Femur: Tulang
Paha, c) Tibia: Tulang Kering, d) Fibula: Tulang Betis, e) Patelai: Tempurung
Lutut, f) Tarsalia: Tulang Pangkal Kaki, g) Metatarsalia: Tulang telapak kaki, h)
Falang: Ruas Jari Kaki Os coxcae terdiri dari tiga buah tulang picak yang masing-
masing banyaknya dua buah, kiri dan kanan yang satu sama lainya berhubungan
sangat rapat sekali sehingga persendian tersebut tidak dapat digerakan. Os Femur
merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar didalam tulang kerangka pada
bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala sendi
yang disebut kaputfemoris. Os Tibialis dan Fibularis, merupakan tulang pipa yang
terbesar setelah tulang paha yang membentuk persendian lutut dengan Os Femur.
Pada bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut Os Maleolus Lateralis
atau mata kaki luar. Os Tarsalia dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi
pergelangan kaki terdiri dari tulang-tulang kecil yaitu yang banyaknya lima buah
yaitu: a) Tialus (tulang locat), b) Calcaneus (tulang tumit), c) Navicular (tulang
bentuk kapal), d) Os Kobideum (tulang bentuk dadu), e) Kunaiformi (tiga buah):
Lateralis, Intermedialis, Medialis.
Metatarsalia terdiri dari tulang-tulang pendek yang banyaknya lima buah,
yang masing-masing berhubungan dengan tarsus dan falangus dengan perantaraan
persendian. Falangus merupakan tulang-tulang pipa pendek yang masing-masing
terdiri dari tiga ruas kecuali ibu jari yang banyaknya dua ruas.
44
Gambar 2.13
Tulang Coxae (Syaefudin, 1997 : 28)
Gambar 2.14
Tulang Femur, Tibia dan Fibula (Syaefuddin, 1997 :28)
45
Apabila seorang pelompat jauh memiliki otot panjang tidak menutup
kemungkinan lebih besar kekuatan otot yang dimiliki. Panjang otot sama
pentingnya dengan panjang tulang, semakin panjang otot semakin panjang
tulangnya, dimungkinkan besar pula kekuatannya. Bahwa besar kecilnya otot benar-
benar berpengaruh terhadap kekuatan otot yang kenyataannya apabila pelari yang
memiliki tulang yang panjang tetapi tidak didukung otot yang panjang dan tidak
memiliki kekuatan otot yang besar, makin besar serabut otot seseorang makin kuat
pula otot tersebut dan makin panjang ukuran otot, makin kuat pula mereka. Panjang
tungkai juga merupakan keuntungan kekuatan, karena dengan panjang tungkai dan
exsplosif yang baik tidak menutup kemungkinan semakin panjang otot yang
dimiliki, karena besar kecilnya otot benar-benar berpengaruh terhadap kekuatan otot
tersebut. Makin panjang otot makin kuat pula untuk bergerak.
Tulang yang panjang akan menghasilkan kekuatan yang besar sedangkan
tulang yang pendek dan tidak didukung otot yang panjang, tidak akan menghasilkan
kekuatan yang besar, otot yang panjang dan langsing dapat terjadi gerakan yang
luwes dan cepat. Sedangkan otot yang pendek tidak didukung tulang yang panjang
terjadi gerakan yang lambat dan sempit. Sehingga panjang tungkai sangat
diperlukan bagi seorang pelari.
Bentuk tubuh yang ideal sesuai dengan cabang olahraga yang dipelajari
merupakan salah satu syarat yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi
olahraga. Sajoto (1988:11) menyatakan salah satu aspek untuk mencapai prestasi
dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh,
yaitu: 1) ukuran tinggi badan dan panjang tungkai, 2) ukuran besar, lebar dan berat
badan, 3) somatotype (bentuk tubuh). Tungkai manusia terbagi atas tiga segmen
yaitu: tungkai atas, tungkai bawah, dan telapak kaki. Rasio panjang tungkai dan
tinggi badan secara biomekanika diduga dapat meningkatkan prestasi prestasi
lompat jauh gaya jongkok.
Berdasarkan hal diatas, panjang tungkai dan tinggi badan merupakan salah
satu aspek yang dapat mendukung kemampuan seseorang dalam usaha
meningkatkan prestasi lompat jauh. Hal itu terkait dengan kemampuan seseorang
46
untuk dapat melakukan tolakan yang maksimal. Rangkaian gerak berupa tolakan
dihasilkan oleh sistem pengungkit yang melibatkan sendi, tulang dan otot-otot
sebagai tenaga penggerak.
d. Hubungan Panjang Telapak Kaki dengan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Salah satu penunjang prestasi dalam cabang olahraga adalah proporsi tubuh
(anthropometrik), begitu juga jika dilihat dari atlet lompat jauh dalam menunjang
peningkatan lompatannya terletak pada antropometri ditinjau dari panjang telapak
kaki.
Telapak kaki merupakan bagian dari tungkai yang merupakan salah satu
faktor dominan dalam lompat jauh. Telapak kaki yang panjang disertai otot-otot
yang baik mempunyai peran yang penting untuk melakukan tolakan dalam usaha
melompat sejauh mungkin. Telapak kaki yang panjang memungkinkan memiliki
tolakan kaki yang lebih jauh dan panjang, sehingga hal ini akan mempengaruhi
lompatan yang dilakukan. Lain halnya dengan atlet lompat jauh yang memiliki
telapak kaki pendek akan memiliki jangkauan dan tolakan yang pendek juga,
sehingga hasil lompatannya juga tidak maksimal dibandingkan dengan pelompat
yang memilki telapak kaki yang panjang. Oleh karena itu untuk memperoleh
kecepatan dan tolakan yang lebih maksimal, maka seorang pelompat cepat harus
memanfaatkan telapak kakinya untuk menghasilkan tolakan yang besar.
Keuntungan memiliki telapak kaki yang panjang bisa menjadi suatu alat
kerja yang bekerja berdasarkan asas-asas momen yaitu sebagai pengungkit anatomi.
Pengungkit ialah suatu batang yang kaku yang dapat berputar pada titik yang tetap
bila gaya digunakan untuk mengatasi beban. Bila pengungkit bergerak, berarti
pengungkit melakukan dua fungsi penting, yaitu: pengungkit digunakan untuk
mengatasi beban yang lebih besar dari pada gaya, atau untuk memperbesar jarak
bergeraknya beban dengan gaya yang lebih besar dari pada beban. Bila tidak
bergerak, berarti pengaruh putaran (momen) dari gaya sama dengan pengaruh
putaran (momen) dari beban dan pengungkit dalam keadaan seimbang.
e. Hubungan Kecepatan Lari dengan Lompat Jauh Gaya Jongkok
47
Kecepatan lari dalam lompat jauh sangat penting untuk menambah kejauhan
lompatan, yang artinya semakin cepat kecepatan lari maka semakin jauh lompatan
yang dihasilkan dan sebaliknya semakin pelan kecepatan larinya maka akan
semakin pendek lompatan yang dihasilkan. Gerak lari terjadi karena adanya gerak
mencengkram dari kaki. Tubuh terdorong kedepan karena adanya gaya reaksi dari
tanah yang melawan gaya aksi yang ditimbulkan oleh tolakan kaki pada tanah
kearah belakang ( Hukum Newton ke 3 ).
Pada gerak lari ada tiga tahap penting yang perlu mendapat perhatian adalah
: mula-mula pelari harus melakukan awalan sedini mungkin dan sekuat mungkin,
kemudian mengubah kecepatan gerak ( Hukum Newton 1 ). Oleh karena itu
efesiensi gerak lari terletak pada memelihara kecepatan gerak setelah kecepatan
maksimal dapat tercapai.
Untuk memelihara kecepatan lari, pelari harus memperhatikan setiap
kemiringan tubuhnya, sedemikian sehingga proyeksi titik berat badan, jatuh tepat
pada tumpuan kaki depan dengan tanah. Kemiringan tubuh dimaksudkan juga agar
dapat mengurangi gaya hambatan dari udara.
Aip Syarifuddin (1992: 10) menyatakan bahwa menurut hasil penelitaian,
kemiringan tubuh kedepan berkisar 20 derajat dan 70 derajat dengan sumbu vertikal
merupakan sikap yang paling efektif dalam gerak lari.
Gerak ayunan lengan berfungsi untuk menambah kecepatan lari, sedangkan
posisi gerak yang antaginistik antara lengan dan kaki berfungsi untuk memelihara
dan mempertahankan keseimbangan selama berlari.
f. Hubungan Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh
Power otot tungkai adalah suatu kemampuan otot tungkai untuk melakukan
aktivitas secara cepat dan kuat untuk menghasilkan tenaga. Power otot tungkai
merupakan kombinasi dari kecepatan maksimal dan kekuatan maksimal. power ini
harus ditunjukkan oleh perpindahan tubuh melintasi udara, dimana otot-otot harus
mengeluarkan kekuatan dengan kecepatan yang tinggi, agar dapat membawa tubuh
atau obyek pada saat pelaksanaan gerak untuk dapat mencapai suatu jarak.
48
Upaya dalam meningkatkan unsur power dapat dilakukan dengan cara : a)
meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau menitik beratkan pada
kekuatan; b) meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau menitik
beratkan pada kecepatan; c) meningkatkan kedua-duanya sekaligus, kekuatan dan
kecepatan dilatih secara simultan.
Power otot tungkai adalah gabungan dari kekuatan dan kecepatan
merupakan aspek penting pada olahraga yang banyak menggunakan tungkai
khususnya cabang lompat jauh, power otot tungkai banyak memberikan sumbangan
untuk seseorang dapat melompat dengan jauh terutama pada saat tolakan, otot-otot
tungkai akan berkontraksi memberikan dorongan yang besar.
g. Hubungan Kekuatan Otot Perut dengan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Kekuatan merupakan faktor utama untuk menciptakan prestasi yang optimal,
dengan kekuatan seorang pelari dapat berlari lebih cepat karena dia memiliki
kekuatan. Demikian pula seorang pelompat jauh dapat melompat lebih jauh karena
sumbangan dari kekuatan. Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan
kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.
Kekuatan otot perut merupakan kontraksi otot-otot diperut ketika seseorang
melakukan lompatan. Menurut pendapat para ahli kekuatan otot perut akan
memberikan sumbangan yang besar untuk menghasilkan lompatan yang jauh,
karena ketika seseorang melompat otot perut akan berkontraksi untuk memberikan
dorongan, makin kuat otot perut seseorang makin jauh pula lompatannya.
6. Homogenitas Laki-Laki dan Wanita
Dalam hal ini Baik laki-laki maupun wanita dapat melakukan aktivitas olahraga
tanpa pengecualian.Walaupun memang secara biologis anatara kedua jenis kelamin
berbeda sehingga dalam memberikan intensitas dan frekuensi pada wanita lebih ringan
49
dibandingkan laki-laki namun ada penelitian yang menunjukkan pada saat istirahat
sebelum latihan dimana 50% denyut nadi wanita dan laki-laki sama, namun setelah
diberi latihan secara maksimal menunjukkan perbedaan pada denyut jantung dimana
selisih antara denyut jantung laki-laki dan wanita 10 denyut permenit. Maka dianggap
tidak bermakna (Berger : 2002).
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan di atas dapat digambarkan
konseptual kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 2.15. Konseptual Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran yang akan dikemukakan dalam penelitian ini, berdasarkan pada
teori yang benar dan berkaitan dengan variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini.
Faktor-Faktor Pendukung Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok
Kemampuan fisikAnthropometri
1. Kecepatan Lari2. Power Otot Tungkai3. Kekuatan Otot Perut
1. Tinggi Badan2. Berat Badan3. Panjang Tungkai4. Panjang Telapak
Kaki
Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok
50
Adapun kerangka berfikir yang dikemukakan sebagai berikut: untuk meningkatkan prestasi
lompat jauh gaya jongkok, dibutuhkan latihan fisik yang terfokus terutama pada faktor fisik
dominan, diantaranya mempunyai tinggi badan, berat badan, panjang tungkai yang standar
untuk cabang atletik lompat jauh, mempunyai power otot tungkai, kecepatan lari, dan
kekuatan otot perut yang baik dalam olahraga atletik lompat jauh.
Dari penjelasan di atas, dalam penelitian ini peneliti beranggapan bahwa penentuan
prestasi lompat jauh gaya jongkok dapat ditentukan dengan mempunyai tinggi badan, berat
badan, panjang tungkai panjang telapak kaki yang standar, dan latihan power otot tungkai,
kecepatan lari, dan kekuatan otot perut. Dengan demikian yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah terjadi keterkaitan antara variabel terikat dengan variabel bebas.
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori yang dibangun di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah faktor anthropometri (panjang tungkai) dan kemampuan fisik (kekuatan otot perut)
merupakan faktor dominan yang menentukan prestasi lompat jauh gaya jongkok.