Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BABBABBABBAB IIII
PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN
A.A.A.A. LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang PermasalahanPermasalahanPermasalahanPermasalahan
Batik awalnya hanya digunakan sebagai pakaian formal pada acara-acara tertentu
saja, kini batik bisa digunakan dalam pakaian sehari-hari, seragam instansi pada hari-hari
tertentu setiap minggunya. Bahkan fenomena batik dapat mengalahkan pakaian mahal
yang lainnya, saat ini batik juga dikenakan oleh anak-anak. Batik tidak saja dimanfaatkan
sebagai bahan pakaian, namun dimanfaatkan pula sebagai pelengkap pakaian, aksesoris,
pelengkap interior, souvenir, merchandise, dan lain-lain.
Hampir setiap daerah di Indonesia saat ini masyarakatnya menekuni dan
mengembangkan usaha kerajinan batik. Usaha kerajinan tersebut senantiasa diwujudkan
dengan karakter kedaerahaan yang menjadi daya tarik karena memiliki keunikkan
tersendiri. Pengembangan motif batik dengan karakter suatu daerah adalah salah satu
potensi pengembangan motif batik yang baru (kontemporer). Para creator dan Para
pengrajin batik perlu untuk terus mengembangkan jenis-jenis motif batik yang baru
sebagai upaya keikutsertaan mereka dalam pasar komoditas. Salah satu upaya
pengembangan dapat dilakukan melalui eksplorasi bentuk motif (Rossa, Terry De,
Rahmatsyam Laksoro, 2014:1).
Eksplorasi perancangan motif pada kain tidak terbatas pada sumber, ide dasar atau
temanya dapat berbentuk flora dengan gaya naturalis, geometris atau bahkan melalui
sumber tradisional (Rizali, Nanang, 2013:34). Penggalian ide dasar perancangan melalui
sumber tradisional diantaranya budaya lokal dapat dijadikan sebagai kekuatan visual
tekstil sekaligus sebagai usaha pelestarian. Pemilihan unsur budaya lokal yang dijadikan
sebagai sumber ide perancangan tekstil harus dilakukan secara cermat sehingga, ia
mampu menjadi daya tarik masyarakat pengguna bahkan menjadi trend setter.
Beberapa budaya lokal di wilayah Indonesia sangat menarik untuk dijadikan sebagai
sumber ide perancangan, diantaranya adalah budaya lokal masyarakat Betawi. Betawi
merupakan suku yang dikenal sebagai penduduk asli kota Jakarta. Masyarakat Betawi
tumbuh dengan beberapa kearifan lokal, seni dan budaya yang berkembang di lingkungan
masyarakat pendukung, salah satunya adalah Ondel-ondel dan Jipeng. Ondel-ondel dan
Jipeng merupakan salah satu bentuk kebudayaan Betawi yang terkandung dalam adat
istiadat masyarakat Betawi. Kesenian Betawi kini hampir punah menjadi tugas penting
untuk dilestarikan keberadaannya (Data Kepariwisataan Jakarta, 2011:85).
Menilik fenomena pengembangan motif batik berkarakter kedaerahan, disusul
dengan kebutuhan batik bagi masyarakat yang semakin meningkat, ditambah lagi dengan
adanya anjuran pemerintah DKI Jakarta untuk melakukan pengembangan dan pelestarian
seni dan budaya Betawi, maka penulis memiliki gagasan untuk melakukan perancangan
batik dengan sumber ide Ondel-ondel dan Jipeng. Ondel-ondel memiliki ciri khas berupa
boneka besar berpasangan dan Jipeng dengan ciri khas tari topeng Betawi yang diiringi
dengan Tanjidor. Ondel-ondel dan Jipeng paling sering dipentaskann pada acara-acara
pesta adat masyarakat Betawi. Perancangan ini diharapkan dapat dijadikan salah satu
usaha pelestarian dan pengembangan hasil budaya masyarakat Betawi.
B.B.B.B. StudiStudiStudiStudi PustakaPustakaPustakaPustaka
1.1.1.1. MerancangMerancangMerancangMerancang TekstilTekstilTekstilTekstil
Perancangan motif tekstil disebut juga perancangan desain permukaan, yaitu
penciptaan desain dengan cara memberi hiasan berupa motif dan warna di atas
permukaan setelah kain ditenun. Penampilan rupa dan warnanya menjadi peran utama
yang berkaitan dengan daya tarik estetik (Rizali, Nanang, 2013:34).
Dalam merancang desain permukaan pada tekstil, ada tahapan-tahapan yang harus
dilakukan. Nanang Rizali (2013:56-61) menyatakan beberapa tahapan dalam merancang
tekstil, yaitu:
a. Konsep Perancangan Tekstil
Perancangan tekstil, konsep dimulai sejak awal masalah desain tekstil dan
pemenuhan kebutuhannya diketahui, yaitu pada tahap identifikasi masalah. Apabila
diperluas pengertiannya dalam konteks ilmu seni (rupa), yaitu penjabaran dari dasar
tujuan dan maksud dari perancangan (penciptaan) karya. Hal tersebut berkaitan
dengan memikirkan nilai-nilai estetis, etis dan logis serta azas manfaat. Secara
khusus diperlukan pada tahap cita cipta, rancangan, yaitu pencarian data informasi
berbagai hal yang terkait.
b. Proses Perancangan
Proses perancangan merupakan menjabarkan hasil dasar pemikiran sebagai
aplikasi dari kerangka konseptual ke kerangka kerja perancangan secara visual.
Dalam pengertian yang lebih luas disebut dengan istilah kerja cipta seni atau dalam
kategori integralis dikenal dengan unsur energi. Secara umum termasuk pada tahapan
proses kreatif, sehingga tahap ini sudah melibatkan kepekaan rasa dan keterampilan.
Setelah kerangka konseptual dirumuskan, maka akan diperoleh gagasan awal
perancangan yang meliputi pertimbangan berbagai aspek, di antaranya fungsi,
estetika, bahan, teknik, dan mode.
c. Perwujudan Batik
Dalam perwujudan batik terdapat aspek desain yang mempengaruhi
penampilannya, yaitu ragam hias, warna, bahan, adat, proses, dan fungsi.
Aspek-aspek tersebut dapat diterapkan pada desain tekstil struktur maupun
permukaan. Secara garis besar, aspek desain tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Ragam hias, meliputi flora, fauna, geometris, figuratif, non figuratif, alam,
benda dan lain-lain.
2) Warna, meliputi aneka warna sesuai kebutuhannya.
3) Bahan, meliputi benang (lungsi, pakan, emas, atau perak), kain polos (katun,
tetoron katun dan velvet) dan lain sebagainya.
4) Alat, meliputi alat tenun gendong, tenun Malaya, ATBM, ATM, atau
pembatikan, mesin cetak flat dan rotary, mesin bordir dan lain-lain.
5) Proses, meliputi pertenunan, perajutan, pencelupan, pencetakan,
penggambaran (melukis) dan lain sebagainya.
6) Fungsi, meliputi busana (kain panjang, selendang, pakaian adat) ikat kepala,
pelengkap interior, kebutuhan rumah tangga, cindera mata dan lain
sebagainya.
2.2.2.2. PengulanganPengulanganPengulanganPengulangan patternpatternpatternpattern padapadapadapada batikbatikbatikbatik
a.a.a.a. BatikBatikBatikBatik
Batik merupakan proses menghias dengan cara menahan penyerapan warna
menggunakan lilin malam atau dikenal dengan wax-resist dyeing (Wijayanti, Lucky,
Rahayu Pratiwi, 2013:1).
Menurut Asti Musman dan Ambar B. Arini (2011:17-22) Berdasarkan cara
pembuatannya, batik dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1) Batik Tulis
Batik tulis dikerjakan dengan menggunakan canting. Canting merupakan alat
yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik).
Ujungnya berupa saluran atau pipa kecil untuk keluarnya malam yang digunakan
untuk membentuk gambar pada permukaan bahan yang akan dibatik. Pengerjaan
batik tulis dibagi menjadi dua, yaitu batik tulis halus dan batik tulis kasar.
2) Batik Cap
Batik cap adalah kain yang dihias dengan motif atau corak batik dengan
menggunakan media canting cap. Canting cap adalah suatu alat dari tembaga dimana
terdapat suatu desain motif.
3) Batik Tulis dan Cap (kombinasi)
Pada proses pembuatan batik ini dapat dilakukan dengan menggunakan
perpaduan antara batik tulis dan cap.
b.b.b.b. PengulanganPengulanganPengulanganPengulangan polapolapolapola
Pola merupakan hasil susunan dari motif, baik bersifat tunggal maupun
kombinasional, dengan demikian motif adalah satuan terkecil pembentukkan pola
( Guntur, 2004:113).
Pembuatan pola pada batik dilakukan dengan membuat master desain (pattern).
Motif-motif yang disusun mempertimbangkan aturan-aturan yang sudah baku, yaitu :
1) Motif utama
Merupakan unsur pokok pola, berupa gambar-gambar tertentu, karena
merupakan unsur pokok, maka disebut sebagai ornamen pokok (tama).
2) Motif pengisi
Merupakan pola bergambar yang dibuat untuk mengisi bidang, bentuknya
lebih kecil dan tidak turut membentuk arti atau jiwa pola tersebut, disebut
sebagai motif pengisi (selingan).
3) Isen-isen
Isen, untuk memperindah pola secara keseluruhan, baik ornamen pokok
maupun ornamen pengisi diberi isian berupa hiasan; titik-titik, garis-garis,
gabungan titik dan garis. Biasanya isen dalam seni batik mempunyai bentuk dan
nama tertentu, dan jumlahnya banyak (Dharsono,2007:87).
Master desain yang dibuat akan direpetisi sesuai dengan sistim repetisi.
Repetisi pada master desain juga digunakan pada batik cap. Menurut Sewan
Susanto (1980:31-32) dalam perulangan master desain terdapat beberapa sistem
perulangan/repetisi, yaitu sebagai berikut:
a. Satu langkah ke kanan dan satu
langkah ke depan
b. Satu langkah ke kanan, kemudian
setengah langkah ke depan
c. Satu langkah ke depan kemudian
satu langkah ke kanan
d. Satu langkah ke kiri depan
(miring) dan satu langkah ke
kanan (horizontal)
e. Berputar seperempat lingkaran
dengan salah satu sudut sebagai
titik pusat.
f. Dua pola motif membentuk satu
master desain motif, kedua pola
motif jalan bersama.
Motif-motif yang digambarkan dalam master desain harus saling menyambung ketika
dilakukan repetisi pola batik secara keseluruhan terbentuk.
3.3.3.3. KesenianKesenianKesenianKesenian BetawiBetawiBetawiBetawi
Undang-undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Pasal 26 ayat (6) telah
mengamanatkan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melestarikan dan
mengembangkan budaya masyarakat Betawi serta melindungi berbagai budaya
masyarakat daerah lain yang ada di daerah Provinsi DKI Jakarta, oleh karena itu
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkewajiban melakukan upaya perlindungan,
pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan yang ada di DKI Jakarta (Data
Kepariwisataan Jakarta, 2011:85).
Betawi merupakan suku bangsa yang pada awalnya berasal dari Kota Jakarta. Sejak
zaman dahulu Kota Jakarta merupakan daerah asal masyarakat Betawi adalah kota
pelabuhan dan perdagangan. Dengan demikian, seperti halnya kota sejenis ini, banyak
bangsa maupun suku bangsa dari seluruh Indonesia bahkan mancanegara datang untuk
melakukan kegiatan perdagangan dan tidak sedikit diantaranya menetap dan bermukim di
Jakarta. Para pendatang atau pemukim tersebut membawa pula adat-istiadat serta seni
budaya dari daerah asalnya sehingga penduduk DKI Jakarta merupakan masyarakat
yang heterogen (Ismet B. Harun, et.all., 1991:7).
Seperti suku lainnya di Indonesia, masyarakat Betawi memiliki kebudayaan dan
kesenian khas Betawi, salah satunya adalah kesenian Betawi. Terkait dengan pemilihan
sumber ide perancangan kali ini, di bawah ini dijelaskan mengenai Ondel-ondel dan
Jipeng yang merupakan jenis dari kesenian Betawi.
a. Ondel-ondel
Gambar 1. Ondel-ondel(Sumber gambar: Profil Seni Budaya Betawi, 2009)
Ondel-ondel adalah boneka yang merupakan bagian dari upacara babarit.
Upacara ini merupakan karnaval yang ditujukan untuk menyambut datangnya panen
dan menghalau gangguan-gangguan terhadap musim tanam ( Yahya, Andi Saputra,
Nur Zain, 2009:60). Istilah Ondel-ondel tidak diketahui pasti asal muasalnya. Namun
apabila ditelaah lebih dalam, istilah Ondel-ondel muncul dikarenakan permainan kata
semata, dimana muncul pengulangan kata "Ondel" menjadi "Ondel-ondel"
dikarenakan ingin menyebut sepasang boneka raksasa tersebut berpasangan, serta
juga fitrahnya orang Betawi yang terkenal dengan gaya bicaranya yang ceplas-ceplos
tetapi tanpa makna yang jelas (Claudia Natalia Liawinata (2014:6)
Gambar 2. Ondel-ondel(Sumber gambar: http://www.google.com , diakses pada tanggal 22 November 2014)
Pembuatan Ondel-ondel dilakukan secara tertib, baik saat menganyam
kerangkanya maupun saat membuat kedoknya. Upacara pemberian sesajen dan
membakar kemenyan yang disebut "ukup" atau "ngukup" dilakukan sebelum dan
sesudah pembuatan selesai dan hendaknya dimainkan. Kesenian ini tumbuh dalam
masyarakat agraris yang tergolong dalam kategori "abangan", khususnya yang berada
di pinggiran Jakarta( Yahya, Andi Saputra, Nur Zain, 2009:61).
Ondel-ondel terdiri dari boneka laki-laki dan perempuan yang keduanya
mengenakan selendang. Kedua wajahnya berbentuk topeng atau kedok dengan mata
melotot. Untuk laki-laki wajahnya berwarna merah, berkumis melintang dan beralis
tebal, berjenggot, dan bercambang. Terkadang diberi caling/taring yang menyembul
dari sisi kanan dan kiri sudut mulutnya ( Yahya, Andi Saputra, Nur Zain, 2009:60).
Pada awalnya wujud Ondel-ondel dibuat menyeramkan karena ditujukan untuk
penolakan bala/musibah, oleh karena itu pada zaman dahulu wujud Ondel-ondel
(khusus Ondel-ondel laki-laki) menyeramkan (Claudia Natalia Liawinata, 2014:4).
Sedang yang perempuan wajahnya berwarna putih atau kuning, bibirnya bergincu,
bulu matanya lentik, alis lancip, dan terkadang diberi tahi lalat, hal ini ditujukan
untuk membedakan antara Ondel-ondel laki-laki dan Ondel-ondel perempuan
( Yahya, Andi Saputra, Nur Zain, 2009:60).
Pakaian pangsi berwarna gelap biasanya dikenakan untuk ondel-ondel laki-laki,
sementara yang perempuan mengenakan pakaian jenis kurung, ataupun bermotif dan
berwarna cerah. Sudah menjadi kebiasaan keduanya selalu diarak atau dibawa secara
berpasangan. Biasanya ditujukan untuk memeriahkan acara pengantin, sunat atau
pesta lainnya, hingga untuk acara bersih desa. Musik pengiring ondel-ondel
tergantung dari kebiasaan masing-masing rombongan, ada pula yang diiringi tanjidor
( Yahya, Andi Saputra, Nur Zain,2009:60).
1) Filosofi nilai yang terkandung pada Ondel-ondel
Ondel-ondel sebagai suatu bentuk yang dihasilkan dari kebudayaan
mengandung nilai filosofis seperti bentuk kebudayaan lainnya. Menurut studi
kasus yang ditulis oleh Claudia Natalia Liawinata (2014:6) makna filosofis yang
terkandung dalam Ondel-ondel antara lain:
a) Penangkal bala/kesialan dalam berbagai peresmian bangunan dan
upacara (sedekah bumi dan penangkal wabah penyakit).
b) Kembang kelapa yang menghiasi bagian kepala Ondel-ondel merupakan
harapan orang Betawi agar setiap orang Betawi dapat menjadi manusia
yang berguna secara keseluruhan, mulai dari tutur kata, akal pikiran dan
juga perilaku.
c) Selendang yang terlampir pada tubuh Ondel-ondel selalu dari kiri atas
mengarah ke kanan bawah, hal ini dimaksudkan manusia berbuat
kesalahan (letak kiri), sehingga harus diperbaiki menjadi lebih baik
(mengarah ke kanan).
d) Warna merah pada Ondel-ondel laki-laki mengandung arti marah
sehingga terlihat seram. Hal ini dikarenakan pada awalnya fungsi
Ondel-ondel adalah untuk menakut-nakuti roh setan/roh jahat.
e) Warna putih pada Ondel-ondel perempuan mengandung arti sifat
keibuan yang lembut.
f) Baju yang digunakan pada Ondel-ondel tidak terikat pada jenis bahan,
warna maupun motif. Warna-warna yang meriah biasa digunakan pada
Ondel-ondel agar mendapatkan nuansa yang meriah dan ceria.
b. Jipeng
Gambar 3. Topeng Betawi(Sumber gambar: Profil Seni Budaya Betawi, 2009)
Jipeng baru muncul tahun 80-90. Jipeng merupakan akronim dari kata "Tanji" dan
"Topeng". Kesenian ini merupakan Topeng Betawi yang diiringi orkes Tanjidor seperti
Lenong yang diiringi Gambang Kromong. Cara memainkan Jipeng tidak hanya terdapat
pada waktu pembukaan. Orkes Tanjidor juga biasa mengiringi tarian dalam Jipeng.
Kostum yang digunakan pemain Jipeng sederhana. Kostum penarinya cukup
menggunakan kebaya, kain panjang, dan selendang panjang yang diikatkan di pinggang
(Seni Pertunjukan Tradisional Betawi, 2012:43)
Dalam situs resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta disebutkan bahwa
topeng merupakan kesenian teater masyarakat Betawi, yang pertunjukannya hampir sama
dengan lenong dan tumbuh di lingkungan masyarakat pinggiran Kota Jakarta. Kesenian
Topeng Betawi ini terdiri atas Topeng Blantek dan Topeng Jantuk. Pertunjukkan topeng
biasanya dimaksudkan sebagai kritik sosial atau untuk menyampaikan nasehat-nasehat
tertentu kepada masyarakat lewat banyolan-banyolan yang halus dan lucu, agar tidak
dirasakan sebagai suatu ejekan atau sindiran. Teater Topeng Betawi mulai tumbuh pada
awal abad ke-20. Karena tumbuhnya di daerah pinggiran Jakarta sehingga dipengaruhi
oleh kesenian Sunda. Saat itu masyarakat Betawi mengenal topeng melalui pertunjukan
ngamen keliling kampung (http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/Topeng-Betawi,
diakses pada tanggal 8 Oktober 2014).
Pada awalnya pementasan atau pertunjukan topeng tidak menggunakan panggung
tetapi hanya tanah biasa dengan properti lampu minyak bercabang tiga dan gerobak
kostum yang diletakkan ditengah arena. Tahun 1970-an baru dilakukan di atas panggung
dengan properti sebuah meja dan dua buah kursi. Pertunjukkannya diiringi dengan
tabuhan seperti, rebab, kromong tiga, gendang besar, kulanter, kempul, kecrek dan gong
buyung (http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/Topeng-Betawi, diakses pada tanggal
8 Oktober 2014).
Para pemain Topeng Betawi sebagian memakai pakaian khusus sesuai dengan
peranannya dan sebagian lainnya memakai pakaian biasa yang dipakai sehari-hari. Bagi
para pemain laki-laki unsur pakaian yang harus ada biasanya, kemeja putih, baju hitam,
kaos oblong, celana, sarung, peci atau tutup kepala, serta kedok. Sedangkan untuk wanita
unsur yang ada biasanya kain panjang atau kain batik, kebaya, selendang, "mahkota"
warna-warni yang terletak di kepala yang biasanya disebut "kembang topeng". Sesuai
dengan perannya, para pemain menggunakan pakaian yang khas
(http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/Topeng-Betawi, diakses pada tanggal 8
Oktober 2014).
Pertunjukan topeng Betawi dengan tarian lazim disebut tari topeng Betawi.
Merupakan salah satu jenis tarian tradisional masyarakat Betawi yang disebut juga
Ronggeng Topeng. Tari Topeng sendiri terdiri dari beberapa jenis tari, yaitu Tari Lipet
Gandes (merupakan sebuah tari yang dijalin dengan nyanyian, lawakan dan
kadang-kadang dengan sindiran-sindiran tajam menggigit tetapi lucu), Tari Topeng
Tunggal, dan beberapa tari topeng lainnya seperti Tari Topeng Kreasi Baru
(http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/Topeng-Betawi, diakses pada tanggal 8
Oktober 2014).
Dalam buku Seni Pertunjukan Tradisional Betawi (2012:7) topeng sendiri merupakan
bentuk dari tarian rakyat Betawi dan diyakini sebagai tari spiritual yang melambangkan
penciptaan alam semesta. Tari topeng memiliki pola gerak tertentu dari awal hingga akhir,
namun juga terdapat variasi gerakan hasil improvisasi penari yang bersangkutan. Tari
topeng biasanya dimainkan sebagai pengawal pertunjukan topeng Betawi, meski ia juga
bisa dimainkan sendirian seperti tari kembang topeng, tari topeng tunggal atai tari topeng
kedok, dan tari ronggeng topeng.
Dalam tari kembang topeng, penari tidak memakai topeng. Topeng atau kedok
dipakai pada tari topeng kedok atau tari topeng tunggal. Topeng yang digunakan
berjumlah tiga buah, masing-masing berwarna putih, merah, dan hitam. Ketiganya
memiliki karakter sendiri, yaitu karakter Subadra, Srikandi, dan Jingga. Pakaian penari
topeng Betawi atau ronggeng topeng terdiri dari kembang (hiasan kepala terbuat dari kain
perca), ampok atau ampeng (penutup perut) baju kebaya berlengan pendek, kain batik
panjang, selendang dan andong (Seni Pertunjukan Tradisional Betawi, 2012: 7).
Gambar 4. Jipeng(Sumber gambar: pakenkbetawi.com, diakses pada tanggal 22 Oktober 2014)
Gambar 5. Jipeng(Sumber gambar: pakenkbetawi.com, diakses pada tanggal 22 Oktober 2014)
a) Filosofi yang dimiliki Jipeng
Menurut Yahya Andi Saputra dalam situs resmi Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan DKI Jakarta, menyatakan terdapat beberapa filosofi yang
dimiliki Jipeng, yaitu :
1) Mahkota warna-warni/kembang topeng yang digunakan pada
kostum Jipeng perempuan memiliki makna bahwa perempuan harus
dihormati layaknya primadona.
2) Pemain Topeng Betawi yang biasanya dianggap sebagai primadona
grup adalah penari Topeng, yang kostumnya paling unik, serba
meriah dan gemerlapan.
3) Pemakaian rias dalam tari Topeng tunggal sangat sederhana dengan
menggunakan rias cantik tidak begitu tebal untuk menunjukan karakter
tari yang akan dibawakan.
Sedangkan menurut Ernst Heinz (2012:70) alat musik yang digunakan pemain
Tanjidor seperti klarinet, piston, trombon, tenor, bas trompet, bas drum, tambur dan
simbal merupakan alat musik bergaya Eropa. Hal ini disebabkan karena pada awal abad
ke-19, tanjidor berasal dari para budak yang ditugaskan memainkan musik untuk VOC
(Ernst Heinz, 2012:70).
Seni Pertunjukan Tradisional Betawi (2012:27) menyatakan bahwa kostum yang
digunakan pemain Jipeng sederhana. Untuk kebaya, kain panjang, dan selendang
panjang yang diikatkan di pinggang. Untuk memeriahkan kadang-kadang
dimunculkan juga tokoh perempuan yang dimainkan oleh laki-laki. Adapun
lakon-lakon yang dibawakan juga tidak banyak berbeda dengan yang dibawakan
kelompok topeng. Berkisar pada kebaikan atau kebenaran pasti dapat mengalahkan
kejahatan. Selalu ditampilkan sosok tokoh kesatria, yang melawan kesewenangan
penjajah atau tuan tanah. Sering pula Jipeng membawakan cerita babad dan legenda.
c. Warna pada batik Betawi
Batik Betawi disebut juga dengan batik Jakarta, karena khas motif yang
dikandung digali dari hasil kebudayaan Betawi. Jakarta yang dahulu menjadi pusat
pemerintahan dan perdagangan, merupakan pertemuan kebudayaan dari berbagai
daerah di Indonesia, maupun kebudayaan asing. Kebudayaan asing datang dari Cina,
India, Arab maupun negara-negara Barat. Pengaruh kebudayaan tersebut baik dari
dalam maupun negeri berpengaruh pada seni kerajinan batik DKI Jakarta (Ja'far
Amin Muhammad, 1997:43).
Seperti daerah pantai lainnya, ragam hias batik Betawi termasuk golongan batik
pesisiran, ciri utama batik Pesisiran ini antara lain menggunakan berbagai macam
warna dan motifnya yang dipengaruhi kebudayaan/kesenian Cina, India, Arab
maupun Barat (Ja'far Amin Muhammad, 1997:43). Warna khas batik Jakarta adalah
kuning kunyit, cokelat, hijau lumut dan merah (Wijayanti, Lucky, Rahayu Pratiwi,
2013:29).
C.C.C.C. FokusFokusFokusFokus PermasalahanPermasalahanPermasalahanPermasalahan
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang difokuskan dalam perancangan
batik adalah :
Bagaimana merancang batik dengan sumber ide Ondel-ondel dan Jipeng sebagai
batik berkarakter kedaerahan?