Upload
rosa-indah-kusumawardani
View
98
Download
20
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Asuhan Neonatus Dengan Jejas Persalinan
Citation preview
Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan
dr. Rosa Indah Kusumawardani
MATERI
• Caput Succedaneum• Cephalohematoma• Fraktur Klavikula• Fraktur Humerus• Trauma pada Fleksus Brachialis
PENDAHULUAN• Jejas Persalinan adalah kelainan bayi baru lahir
yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan (Sarwono, 2007).
• Asuhan neonatus dengan jejas persalinan sebagian besar disebabkan oleh proses persalinan dengan tindakan, yang meliputi : caput succedaneum, cephal hematoma, fraktur klavikula, fraktur humerus, trauma fleksus brachialis.
PENDAHULUAN• Faktor 3P :
1. Power2. Passage3. Passanger
• Distosia persalinan mempengaruhi jalannya persalinan, sehingga memerlukan intervensi persalinan untuk mencapai well born baby dan well health mother.
CAPUT SUCCEDANEUM
DEFINISI• Caput succedaneum is a neonatal condition
involving a serosanguinous, subcutaneous, extraperiosteal fluid collection with poorly defined margins caused by the pressure of the presenting part of the scalp against the dilating cervix during delivery.
ETIOLOGI
• Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan vacum ekstraksi.
PATOFISIOLOGI• Pada kala II lama terjadi penekanan otot diafragma
pelvis mengakibatkan spasme pintu panggul. • Dengan adanya gaya berat, mengakibatkan kontraksi
uterus sehingga tulang kepala tertekan. • Fontanel meregang dan CSS tidak bisa mengalir ke
seluruh otak, sehingga CSS menerobos ke jaringan. • Cairan kemudian tedorong ke bagian ubun-ubun
besar dan terjadi timbunan CSS dibawah kulit kepala, sehingga menyebabkan caput succedaneum.
PATOFISIOLOGIMenurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut :• Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput
succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.
• Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura. (Sarwono, 2002).
MANIFESTASI KLINIS• Adanya oedem di kepala • Pada perabaan teraba lembut dan lunak • Oedem melampaui sela-sela tulang tengkorak • Batas tidak jelas • Oedem berisi cairan getah bening.• Permukaan kulit pada benjolan berwarna
ungu atau kemerahan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Caput succedaneum sangat mudah dikenali dari tanda dan gejalanya.
• Namun perlu untuk melakukan diagnosa banding dengan menggunakan foto rontgen (X-Ray) terkait dengan penyerta caput succedaneum yaitu fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.
CAPUT SUCCEDANEUM
PENATALAKSANAAN• Pada prinsipnya caput suksedenum tidak
memerlukan penanganan yang intensif karena akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 2-3 hari.
• Melakukan perawatan bayi sama dengan bayi normal.• Menempatkan bayi dilingkungan yang baik, adanya
ventilasi dan sinar matahari.• Menganjurkan ibu dan keluarga, agar tidak sering
mengangkat bayi karena akan menyebabkan tekanan intracranial sehingga cairan serebrospinalis meningkat serta mencegah perdarahan pada kepala.
• Pemberian ASI yang adekuat.• Mengajari ibu untuk tehnik menyusui dengan
tiduran karena bayi tidak boleh sering diangkat.
• Pencegahan infeksi pada daerah benjolan, menjaga kebersihan pada daerah kepala.
• Penjelasan pada orang tua bahwa oedem akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 2-3 hari.
CEPHALHEMATOMA
DEFINISI• Cephalhematoma adalah perdarahan
subperiosteal akibat kerusakan jaringan poriesteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah.
• Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 0,5 – 2 % dari kelahiran hidup. (Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)
ETIOLOGIMenurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, cephalhematoma dapat terjadi karena :• Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
• Tarikan vakum atau cunamPersalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
• Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
PATOFISIOLOGI• Cephal hematoma terjadi akibat robeknya
pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang perdarahan sub periosteum.
MANIFESTASI KLINIS• Kepala bengkak dan merah.• Tampak benjolan dengan batas jelas.• Berisi darah, fluktuasi.• Pada perabaan mula-mula keras lambat laun
lunak.• Menghilang pada waktu beberapa minggu (6-
8 minggu).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK• Pemeriksaan X-Ray tengkorak dilakukan bila
dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephal hematom).
• Pemeriksaan darah lengkap untuk menilai kadar bilirubin, hematokrit, dan hemoglobin (Alpers, 2006).
PENATALAKSANAAN• Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan
perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, dibutuhkan penatalaksanaan khusus.
• Menjaga kebersihan luka.• Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan cephal
hematoma.• Pemberian vitamin K.• Bayi tidak boleh sering diangkat untuk mencegah
perdarahan yang lebih parah.
PERBEDAAN CAPUT SUCCEDANEUM DAN CEPHALHEMATOMA
CAPUT SUCCEDANEUM CEPHALHEMATOMA
Muncul waktu lahir dan mengecil setelah lahir
Muncul atau ada pada waktu lahir atau sesudah lahir dan dapat membesar setelah lahir
Lunak, tidak berfluktuasi Teraba fluktuasi
Melewati batas sutura, teraba moulase.
Batas tidak melampaui sutura
Bisa hilang dalam beberapa jam atau 2-4hari
Hilang lama (beberapa minggu atau bulan)
Berisi cairan getah bening Berisi darah
A. CAPUT SUCCEDANEUM B. CEPHALHEMATOMA
FRAKTUR KLAVIKULA
PENDAHULUAN• Klavikula (tulang selangka) adalah tulang
menonjol di kedua sisi di bagian depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau klavikula adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh, serta memberikan perlindungan kepada pembuluh darah dan saraf.
• Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2000).
EPIDEMIOLOGI• Fraktur yang berhubungan dengan trauma lahir
sering terjadi saat proses persalinan. Prevalensi fraktur berhubungan dengan banyak faktor antara lain faktor ibu, faktor janin, dan keahlian penolong persalinan.
• Fraktur klavikula pada bayi baru lahir merupakan cedera yang sering terjadi dan merupakan komplikasi dari persalinan per vaginam.
• Fraktur klavikula dapat terjadi pada 3-18 dari 1000 kelahiran hidup.
ETIOLOGI• Faktor utama penyebab fraktur klavikula antara lain
kesulitan melahirkan bahu pada persalinan letak kepala dan lengan yang tertahan pada persalinan letak sungsang (Cunningham, 2010).
• Klavikula dapat mengalami fraktur pada saat membebaskan bahu pada distosia, dan beberapa penulis melaporkan fraktur klavikula juga dapat ditemukan pada persalinan dengan sectio caesaria. Dari berbagai laporan diduga terdapat hubungan antara terjadinya fraktur klavikula dengan persalinan operatif per vaginam, distokia bahu, kala II yang memanjang, dan berat badan bayi yang besar (Cloherty, 2008).
• Fraktur yang berhubungan dengan trauma lahir sering terjadi saat proses persalinan. Prevalensi fraktur berhubungan dengan banyak faktor antara lain faktor ibu, faktor janin, dan keahlian penolong persalinan. Trauma saat lahir sebagian besar akibat persalinan pervaginam yang sulit misalnya pada presentasi puncak kepala, lengan yang tertahan pada kelahiran sungsang, distosia bahu, dan penggunaan instrumen forsep dan ekstraksi vakum (Nasab etc, 2011).
MANIFESTASI KLINIS• Gerakan tangan kanan dan kiri tidak sama.• Refleks moro asimetris.• Bayi akan menangis pada perabaan kalvicula.• Gerakan pasif tangan yang sakit.• Adanya crepitasi.• Deformitas pada tulang klavikula yang sakit.• Riwayat persalinan yang sukar.
DIAGNOSIS• Diagnosis dengan mudah ditegakkan dengan
evaluasi fisik dan radiografi.• Radiografi anteroposterior klavikula dan
kadang-kadang pandangan sefalik akan memperlihatkan fraktur.
• Khas : fragmen fraktur bergeser dan tumpang tindih 1-2 cm.
FRAKTUR KLAVIKULA
PENATALAKSANAAN• Penanganan kebanyakan fraktur klavikula
terdiri dari pemasangan tali pengikat klavikula berbentuk angka delapan. Bentuk ini akan mengektensikan bahu dan meminimalkan besarnya tumpang tindih fragmen fraktur.
• Fraktur sembuh dengan cepat, biasanya 3-6 minggu. Biasanya massa kallus yang dapat diraba dapat dilihat pada anak yang kurus.
• Remodeling dengan baik pada umur 6-12 bulan.
FRAKTUR HUMERUS
DEFINISI• Fraktur humerus merupakan diskontinuitas
jaringan tulang humerus. • Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada
kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur.
• Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis.
MANIFESTASI KLINIS• Dislokasi tulang• Menangis kesakitan pada saat bahu
digerakkan• Gerakan ekstremitas asimetri atau berkurang• Pembengkakan diatas tulang yang patah
DIAGNOSA
• Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan fisik dan radiografi anteroposterior dan lateral.
• Adanya riwayat persalinan yang sukar.
PENATALAKSANAAN• Penanganan fraktur ini biasanya dengan
imobilisasi sederhana. Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan siku fleksi 90 derajat selama 10-14 hari.
• Kain gendongan dan segitiga (mitela) dan kadang, bidai yang mengapit satu sama lain mungkin diperlukan untuk menjaga imobilisasi dan kenyamanan yang baik.
• Pada fraktur yang tergeser berat, reduksi tertutup dengan imobilisasi perlu dilakukan.
TRAUMA FLEKSUS BRACHIALIS
PLEXUS BRACHIALIS• Pleksus brakialis adalah jaringan saraf yang
membentuk anyaman, yang dibentuk oleh akar saraf tulang belakang, dari empat akar saraf leher dan thoraks (C5-C8, T1).
• Anyaman ini berada di daerah leher, ketiak dan ke lengan. Kemudian berdiferensi menjadi saraf tepi.
ANATOMI PLEXUS BRACHIALIS
TRAUMA PLEKSUS BRACHIALIS
• Cedera akar saraf Cervical lima (C5) sampai dengan Thoracal satu (Th1)
• Menyebabkan kelemahan/kelumpuhan anggota gerak atas : bahu, pergelangan tangan, dan jari-jari.
ETIOLOGI• Kelainan-kelainan ini timbul akibat tarikan yang
kuat didaerah leher pada saat lahirnya bayi, sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis.
• Hal ini ditemukan pada persalinan letak sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usaha melahirkan kepala bayi.
• Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat terjadi pada janin dengan bahu lebar. Disini kadang-kadang dilakukan tarikan pada kepala agak kuat ke belakang untuk melahirkan bahu depan (Sarwono, 2007).
TRAUMA PLEKSUS BRACHIALIS
PATOFISIOLOGI• Jejas pada pleksus brakialis dapat menyebabkan paralisis
lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan.
• Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.
• Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenne dan paralisis Klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang mengalami trauma (Sarwono, 2007).
Paralisis Erb-Duchene• Paralisis Erb-Duchene adalah kerusakan
cabang-cabang C5-C6 dari pleksus brakialis menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan keluar serta hilangnya refleks biseps dan moro.
Paralisis Erb-Duchene• Pada trauma lahir Erb, perlu diperhatikan
kemungkinan terbukanya pula serabut saraf frenikus yang menginervasi otot diafragma.
• Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 – 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan.
• Secara klinis di samping gejala kelumpuhan Erb akan terlihat pula adanya sindrom gangguan nafas.
PARALISIS ERB-DUCHENE
Paralisis Klumpke• Kerusakan cabang-cabang C8 – Th1 pleksus
brakialis menyebabkan kelemahan lengan otot-otot fleksus pergelangan, maka bayi tidak dapat mengepal.
• Penyebabnya adalah tarikan yang kuat daerah leher pada kelahiran bayi menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis. Sering dijumpai pada letak sungsang atau pada letak kepala bila terjadi distosia bahu.
Paralisis Klumpke• Secara klinis terlihat refleks pegang menjadi
negatif, telapak tangan terkulai lemah, sedangkan refleksi biseps dan radialis tetap positif.
• Jika serabut simpatis ikut terkena, maka akan terlihat simdrom horner yang ditandai antara lain oleh adanya gejala ptosis, miosis, enoftalmus, dan hilangnya keringat (anhidrosis) di daerah kepala akibat trauma lahir tersebut.
PARALISIS KLUMPKE
PENATALAKSANAAN• Paralisis Erb-Duchene
Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu selama 1 – 2 minggu yang kemudian diikuti program latihan. Pada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi karakteristik kelumpuhan Erg. Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi 90o disertai eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 90o.
PENATALAKSANAAN• Paralisis Klumpke
Penanganan trauma lahir klumpke berupa imobilisasi dengan memasang bidang pada telapak tangan dan tangan yang sakit pada posisi netral yang selanjutnya diusahakan program latihan.
TERIMA KASIH