Upload
kamesy-woro
View
211
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
menjabarkan tentang Askep Perioperatif
Citation preview
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
1/50
Asuhan keperawatan pada Pasien dengan HEMOROID
1.Pengertian
Hemoroid/Wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir anus
mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan.
Hemoroid dapat diartikan sebagai suatu benjolan yang ada disekitar anus yang
didalamnya terdapat pembuluh darah balik (vena), otot dan jaringan ikat elastis. Anus sendiri
merupakan suatu muara usus besar tempat keluarnya kotoran hasil dari pencernaan makanan.
Hemo Haemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal (Suddarth and
Bruner 2001). Hemoroid adalah pemekaran pembuluh-pembuluh balik poros usus karena
bendungan darah eksternal. (Ramli, Ahmad, Dr.Med.2003).
2.Jenis-Jenis / Macam-Macam Wasir / Homoroid / Ambeyen
Wasir atau ambeien ada dua macam yaitu:
a. Hemoroid Dalam/InternaPada wasir dalam terdapat pembuluh darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir
yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul menonjol ke luar seperti wasir luar.
Gejala wasir dalam adalah suka ada darah yang keluar dari anus saat bab / buang air
besar. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus membesar sebesar bola tenis
sehingga harus diambil tindakan operasi untuk membuang wasir.
Hemoroid Interna menjadi 4 derajat untuk menilai tingkat keparahannya:
1)Grade 1, terjadi perdarahan tetapi tidak ada tonjolan rektum.
2)Grade 2, terjadi tonjolan rektum tetapi bisa masuk kembali dengan sendirinya.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
2/50
3)Grade 3, terjadi tonjolan rektum tetapi bisa masuk kembali dengan bantuan tangan.
4) Grade 4, terjadi tonjolan rektum disertai dengan bekuan darah dan tonjolan ini
menutupi muara anus.
b. Hemoroid Luar/EksternaWasir luar merupakan varises di bawah otot yang umumnya berhubungan dengan kulit.
Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan pada pinggir anus yang terasa sakit
dan gatal.
3.Hal-Hal / Faktor Pemicu Yang Menyebabkan atau Penyebab Wasir / Ambeien / Hemoroid
a.Terlalu banyak duduk
b.Diare menahun
c.Kehamilan ibu hamil yang diakibatkan perubahan hormon
d.Keturunan penderita wasir
e.Hubungan seks yang tidak lazim
f.Penyakit yang membuat mengejan penderita
g.Sembelit / konstipasi / obsitpasi menahun
h.Penekanan kembali aliran darah vena, dll.
4.Ciri Khas / Gejala Penyakit Wasir / Ambeien / Hemoroid
Sebelum parah sebaiknya kita mengenal seperti apa penyakit wasir ada awal mulanya
sehingga kita bisa obati sedini mungkin. Biasanya penderita akan mengalami pendarahan
dubur dengan warna darah merah muda yang menetes atau mengalir lewat lubang dubur /
anus. Penderita juga akan merasa ada ganjalan pada anus ketika bab sehingga penderita akan
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
3/50
ngeden / mengejan yang bisa memperparah wasirnya. Selain itu biasanya anus akan terasa
gatal akibat virus dan bakteri yang membuat infeksi.
5.Mengatasi, Mengobati & Menyembuhkan Wasir / Ambeyen / Hemoroid
a.Jalankan pola hidup sehat
b.Olah raga secara teratur
c.Makan makanan berserat
d.Hindari terlalu banyak duduk atau nongkrong di wc / toilet
e.Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll
f.Jangan melakukan aktivitas hubungan seks yang tidak wajar
g.Minum air yang cukup
h.Jangan menahan kencing dan berak
i.Jangan suka menggosok dan menggaruk dubur berlebihan
j.Jangan mengejan / mengeden / ngeden berlebihan
k.Jika tidak ingin pup / bab jangan dipaksa
l.Duduk berendam pada air yang hangat
m.Minum obat sesuai anjuran dokter
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
4/50
6. Cara Mengobati Hemoroid
a. Meminimalisasi kemungkinan penyebab dari hemoroid tersebut. Bila disebabkan oleh
faktor makanan maka dianjurkan untuk mulai mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung serat seperti buah buahan, sayur sayuran, padi padian dan sereal. Konsumsiobat pelunak kotoran dan minum yang banyak juga direkomendasikan
b. Menggunakan obat obatan antihemoroid. Ada beberapa sediaan obat diantaranya, salep,
krim dan tablet anus.
c.Operasi. Operasi biasanya dilakukan pada hemoroid yang parah dan sulit diatasi dengan
obat obatan. Namun biasanya, walau telah dilakukan operasi, pasien tetap dianjurkan
untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat.
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
PADA PASIEN DENGAN HEMOROID
A.Asuhan Keperawatan Pra Operasi di Kamar Bedah
1.Biodata Pasien
a.Nama : Ny. L
b.Usia : 26 tahun
c.No Registrasi : 156818
d.Ruang : ZH
e.Diagnosa Medis : Hemoroid Grade III
f.Tindakan Operasi : Hemoroidectomy
g.Kamar/Tanggal Operasi : II/Jumat, 3 April 2009
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
5/50
2.Status Kesehatan
a.Kesadaran : Compos Mentis
b.TTV :
1)TD : 110/70 mmHg
2)N : 80 x/mnt
3)T : 36oC
4)RR : 20 x/mnt
c.Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu: Klien belum pernah di operasi
Riwayat Kesehatan Saat ini: Muncul benjolan di anus, sakit 3 bulan yang lalu, nyeri
dan berdarah
d.Nutrisi
1)BB : 43 kg
2)TB : 152 cm
e.Cairan Parenteral
Infuse sudah terpasang dengan cairan RL
f.Kebersihan Colon Lambung
Klien sudah melakukan puasa selama 6 jam, tanpa di huknah dan tanpa pemasangan
NGT
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
6/50
g.Pencukuran area operasi : sudah dilakukan
h.Personal Hygiene (mandi) : sudah
i.Pengosongan kandung kemih
DC : sudah terpasang
j.Baju Operasi : sudah terpakai
3.Persiapan Penunjang
Laboratorium : darah lengkap : sudah, antara lain :
No Parameter Hasil
1 CT 6
2 BT 3
3 Golongan Darah AB
4 Hb 9,7
5 AL 9800
6 AT 472.0007 Gula Sewaktu 85
4.Informed Consent : Sudah disetujui dengan Tn. S
5.Definisi dan Pathway :
a.Definisi
Hemoroid/Wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir
anus mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan.
b.Pathway
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
7/50
c.Status Psikososial
1)Subjektif :
a)Klien mengatakan belum pernah operasi
b)Klien mengatakan nyeri sekali untuk duduk dengan skla 8, keluar darah sejak
3 bulan yang lalu
2)Objektif
a)Ada benjolan di anus
b)BAB darah
c)Skala nyeri : 8
d)Meringis kesakitan
6.Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan proses penyakit (hemoroid grade III)
dimanifestasikan dengan skala nyeri : 8
7.Rencana Keperawatan
a.Tujuan : menurunkan tingkat nyeri dengan meningkatkan kenyamanan
Kriteria Hasil : dalam waktu 15 menit, klien mengatakan:
1)Tingkat nyeri menurun
2)Latihan nafas dalam
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
8/50
b.Rencana Tindakan Keperawatan
1)Kaji tingkat nyeri / ketidaknyamanan pada skala 0-10
2)Ajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri
3)Atur posisi yang nyaman : posisi klien miring
c.Implementasi
No Implementasi Respon Pasien
1 mengkaji tingkat nyeri /
ketidaknyamanan pada skala 0-10
Skala 8
2 Mengkaji aktivitas sehari-hari
sebelumnya
Pasien kooperatif
3 Mengatur posisi yang nyaman : posisi
klien miring
Klien kooperatif (
klien miring kiri)
4 Ajarkan teknik nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
Klien kooperatif
dalam latihan nafas
dalam
B.Perawatan Intra Operasi
1.Persiapan pasien
Posisi pasien : litothomy
TTV :
a.TD : 110/70 mmHg
b.T : 36oC
c.RR : 21 x/mnt
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
9/50
d.N : 88 x/mnt
2.Persiapan Alat
a.Chromic atraumatik 0 (2)
b.Cromatik 1 (1)
c.Saturasi O2
d.Cairan RL
e.Tensi
f.Perlak
g.Duk Besar (3)
h.Duk kecil (2)
i.Calamicityne
j.Kasa (10)
k.Plester
l.Jarum (besar, sedang, kecil)
m.Jas Operasi (4)
n.Handschoen
o.Scapel (2)
p.Pinset anatomis (2)
q.Pinset sirurgis (2)
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
10/50
r.Klem arteri (10)
s.Cocker (4)
t.Duk klem (6)
u.Nail Holder (2)
v.Bengkok (2)
w.Kom (2)
x.Gunting (2)
y.Bisturi (1)
3.Pelaksanaan Asisten/Instrumen
No Tindakan Alat yang disiapkan
1 Atur posisi pasien Litothomy
2 Mempersempit area operasi Duk klem, duk besar,
duk sedang
3 Antiseptic area operasi Kasa, betadin, alcohol,
klem arteri
4 Klem posisi jam 12, 3, 6, 9 Siap klem
5 Sayat benjolan siap bisturi, dan kasa
6 Adanya perdarahan Siap klem, kasa
7 Klem posisi jam 12-3 dan pemotongan
kulit dan mukosa
Benang dan Nail holder
8 Posisi sama dengan arah jarum jam
a.36
Gunting, kasa
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
11/50
b.69
c.912
9 Mengulangi jahitan memutar sesuai arah
jam
Siapkan benang
atraumatik no. 1
10 Cek perdarahan kasa
11 Gunakan tampon Kasa tampon kenicer
12 Operasi selesai, klien dibersihkan -
13 Pasang DC Siapkan DC
C.Asuhan Keperawatan Post Operasi di Kamar Bedah
1.Pengkajian post operasi
a.Primer
A : tidak ada secret, RR: 20 x /mnt
B : tidak ada gangguan jalan nafas
C : TD : 100/60 mmHg, N : 88 x/mnt, tidak simetris, kemerah-merahan di areaoperasi
b.Pengkajian Sekunder
1)TTV:
a)TD : 100/60 mmHg
b)N : 88 x/mnt
c)RR : 20 x/mnt
d)T : 36,5oC
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
12/50
Jenis Anastesi : Spinal Anastesi
Nilai Bromage score
No Kriteria Standar Masuk Keluar
1. Gerakan penuh di tungkai 0 0 0
2. Tidak mampu ekstensi tungkai 1 0 0
3. Tidak mampu fleksi lutut 2 1 1
4. Tidak mampu fleksi
pergelangan kaki
3 1 0
c.Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kesadaran pasien yang belum optimal
d.Rencana Keperawatan
1)Tujuan
Resiko cedera menurun (perilaku keamanan : pencegahan jatuh)
Kriteria Hasil: dalam waktu 15 menit, klien dapat:
a)Mencegah terjadinya jatuh
b)Kesadaran optimal
c)Mengembangkan strategi pengendalian resiko cedera.
2)Rencana Tindakan Keperawatan
a) Indentifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misal : defisit
motorik/sensorik, perubahan status fisik, tingkat kesadaran klien
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
13/50
b) Identifikasi faktor lngkungan yang memungkinkan resiko jatuh (posisi pasien
senyaman mungkin)
c)Pantau tingkat kesadaran pasien dan lakukan RPS yaitu denganBromage score
d)Anjurkan untuk makan dan minum langsung setelah operasi
e)Anjurkan Bed rest selama 24 jam
3)Implementasi
No Implementasi Respon Pasien
1 Memantau tingkat kesadaran pasien Klien Kooperatif
2 Memasang penghalang tempat tidur Klien Kooperatif
3 Mengajak klien berbincang-bincang
(menanyakan nama dan alamat)
Klien Kooperatif
4 Menganjurkan makan dan minum
langsung setelah operasi dengan
penyajian yang masih hangat.
Klien Kooperatif
4)Evaluasi Sumatif
No SOAP TTD
1 S: klien mengatakan masih sakit
O:
a.TTV:
TD:100/60 mmHg
N : 88 x/mnt
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
14/50
RR : 20 x/mnt
T : 36,5oC
b. Kesadaran : Bromage Score: 1, tidak mampu
fleksi lutut
c.Bngun bila dipanggil
d.Gringsang
e.Terpasang plang bed.
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan RTL
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
15/50
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
16/50
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
17/50
KEPERAWATAN PRE OPERATIF
A.PENDAHULUAN
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.
Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini
disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan
berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.
Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
B. PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN
a) PERSIAPAN FISIK
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :
Persiapan di unit perawatan
Persiapan di ruang operasi
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
1)Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum,meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien
tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat
hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinyahaid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep,lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen.
Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein
yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasienmengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lamadirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,
dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka
yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkankematian.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
18/50
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaianjuga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya
dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l),
kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 - 1,50 mg/dl).Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsimengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal
baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menungguperbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisadiberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung
dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam
(biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dankolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi
pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada
pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan carapemasangan NGT (naso gastric tube).
5) Pencukuran daerah operasiPencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah
yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan
luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuransebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren)
harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.
Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebihnyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yangdilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi,
uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait
daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum
pembedahan.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat
merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Padapasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah
operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhankebutuhan personal hygiene.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
19/50
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untukpengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
8) Latihan Pra OperasiBerbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagaipersiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk
dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
1. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah
operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan
nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas
dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah
operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1) Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan
perut tidak boleh tegang.
2) Letakkan tangan diatas perut
3) Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup
rapat.
4) Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit
demi sedikit melalui mulut.
5) Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
6) Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
7) Latihan Batuk EfektifLatihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami
operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas
selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak
nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
20/50
efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret
tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
1) Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang
diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
2) Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
3) Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk
dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal
ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
4) Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
5) Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan
bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati
sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
2. Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi,
pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien
setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitanoperasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena
justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang
usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah
menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi
dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis
vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi
tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya
dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka
pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan
mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukung dan mempengaruhi proses
penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
21/50
Demikian juga faktor usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor
resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien
sebelum dilakukan pembedahan/operasi. Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :
1. Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih
besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . sedangkan
pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.
2. Nutrisi
Kondisi malnutrisi dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingakan
dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutisi
maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses
penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C,
vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali
sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan
mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit
dirawat karena tambahan beraat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaaring miring dan
karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu,
distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebihsering pada pasien obes.
3. Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal
menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan juga
pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan
maupun pasca pembedahan sangat tinggi.
4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak
terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah
terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anstesi. Atau juga
akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuart pasca operasi atau pemberian insulin yang
berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
22/50
terapi kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal. Pengguanaan oabat-obatan
kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya.
5. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi
arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya.
6. Alkohol dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholic kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-masalah
sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan. Pada
kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan
operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari asprirasi dengan
pemasangan NGT.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
23/50
b) PERSIAPAN PENUNJANG
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan
pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin
bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang
yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain
seperti ECG, dan lain-lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan
berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa
menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan
operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani
operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium
terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time)
darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi
berupa foto thoraks dan EKG.
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien
sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun tergantung
pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain :
1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerahfraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic
Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop),
EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit,
LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium,
natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada
sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.
3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan
apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
24/50
5. Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang
normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan
diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).
c)PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk keselamatan
selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, pasien akan
mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko
pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan
karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran
darah dan sistem saraf. Berikut adalah tabel pemeriksaan ASA.
ASA grade I
Status fisik : Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal: penderita
dengan herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi muda yang sehat.
Mortality (%) : 0,05.
ASA grade IIStatus fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan oleh
penyakit yang akan dibedah. Misal: penderita dengan obesitas, penderita dengan bronkitis dan
penderita dengan diabetes mellitus ringan yang akan mengalami appendiktomi
Mortality (%) : 0,4.
ASA grade III
Status fisik : Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes mellitus dengan
komplikasi pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut.
Mortality (%) : 4,5.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
25/50
ASA grade IV
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak
selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 25.
ASA grade V
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak
selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 50.
d)INFORM CONSENT
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain
yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu
Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis,
operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani
tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis
(pembedahan dan anastesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi tidak dapat dihindari danmerupakan satu-satunya pilihan bagi pasien. Dan dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan
operasi mengakibatkan komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat
pulang kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko apapun segera
setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor seperti: kondisi
nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang baik
dengan perawat dan tim selama dalam perawatan.
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik
hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk
menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan
pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala
resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat
pernyataan tersut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
26/50
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan
secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-
betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak meka penyesalan akan
dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai
dengan gambaran keluarga.
e)PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan
operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi
fisiknya.
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang
yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long).Contoh
perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara lain :Pasien dengan
riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit
tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. Pasien wanita yang
terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya,
sehingga operasi terpaksa harus ditunda.
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi
sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takutdan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang
dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain :
1) Takut nyeri setelah pembedahan
2) Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image)
3) Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
4) Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang
sama.
5) Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
6) Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
7) Takut operasi gagal.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
27/50
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya
perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-
gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan
pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji
mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu
perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi
masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan
pasien, faktor pendukung/support system.
Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang
terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
1. Pengalaman operasi sebelumnya
Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan operasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang.
2. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar
operasi.
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post operasi)
Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan
setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dankeluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan
biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit
setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah
dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal
yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan
keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu
mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata
yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara:
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
28/50
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi,
memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien
selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
2. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih
siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien
mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.
3. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai dengan
tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus
puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa,
dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang
dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami
oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik
4. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur
yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama
sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
5. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena
pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
6. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan
diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidursehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
7. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di
situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk
memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk mengantar
pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang
terletak di depan kamar operasi.
f) OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan
premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup.
Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik
profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang diberikan
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
29/50
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis
biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali.
Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien.
C.MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
1) Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis
vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus.
2) Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial,
hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
3) Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi
(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasapra operasi).
4) Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5) Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune
(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi
kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat
transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
30/50
antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol
(risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006)
meliputi :
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan
status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi atau
krisis maturasi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping penanganan, factor
budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan penampilan.
3. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan, keluhan
terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker.
4. Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks, hospitalisasi/perubahan
lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan penampilan.5. Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis (misalnya kanker), ketidakberdayaan.
6. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kerusakan saraf/otot,
dan nyeri.
3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006)
adalah :
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
31/50
1. Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dread yang
disertai dengan respons autonomis ; sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu ; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.ini merupakan
tanda bahya yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu untuk
membuat pengukuran untuk mengatasi ancaman.
Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria hasil :
- klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress.
- klien mampu mempertahankan penampilan peran.
- klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
- klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
R : memudahkan intervensi.
2. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
R : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan
mengontrol ansietas.3. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan.
R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan
kecemasan yang dirasakan.
4. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapa-harapan yang
positif terhadap terapy yang di jalani.
R : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
kecemasan.
5. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan
cemas.
R : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
32/50
dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas
kemampuannya.
6. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
R : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
7. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis,
perawatan dan prognosis.
R : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
8. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
R : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
2. Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental dari fisik seseorang.
Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
Kriteria hasil :
- pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
- memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.
- menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang tubuhnya.R : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan persepsi pada citra tubuh.
2. Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.
R : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan pasien sehingga pasien tidak
menyukai keadaan fisiknya.
3. Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui realitas adanya perhatian terhadap
perawatan, kemajuan dan prognosis.
R : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran koping, mengurangi kecemasan.
4. Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan martabat pasien.
R : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan harga diri dan perasaan berarti dalam diri
pasien.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
33/50
3. Koping individu, ketidakefektifan adalah ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat
terhadap stressor, pilihan respons untuk bertindak secara tidak adekuat, dan atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.
Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif.
Kriteria hasil :
- pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk mengisi waktu luang.
- mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping yang efektif.
- menimbang serta memilih diantara alternative dan konsekuensinya.
- berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan pandangan pemberi
pelayanan kesehatan.
R : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kondisinya.
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
R : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan saling percaya, memudahkan intervensi
3. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realitas.
R : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang kondisi nyata yang ada saat ini.
4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain.R : meningkatkan perasaan berarti, memberikan penguatan yang positif.
5. Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan dukungan emosional untuk
pasien dan keluarga.
R : menciptakan suasana saling percaya, perasaan berarti, dan mengurangi kecemasan.
4. Proses keluarga, perubahan adalah suatu perubahan dalam hubungan dan/atau fungsi keluarga.
Tujuan : pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.
Kriteria hasil :
- pasien/keluarga mampu mengidentifikasi koping.
- paien/keluarga berpartisipasi dalam proses membuat keputusan berhubungan dengan perawatan
setelah rawat inap.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
34/50
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.
R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin menghambat pengobatan.
R : mempengaruhi pilihan intervensi.
3. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan ketrampilan koping yang digunakan.
R : membantu keluarga dalam memilih mekanisme koping adaptif yang tepat .
4. Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman masa anak-anak yang normal pada anak
yang berpenyakit kronis atau tidak mampu.
R : memudahkan keluarga dalam menciptakan/memelihara fungsi anggota keluarga.
5. Ketakutan adalah ansietas yang disebabkan oleh sesuatu yang dikenali secara sadar dan bahaya
nyata dan dipersepsikan sebagai bahaya yang nyata.
Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
Kriteria hasil :
- mencari informasi untuk menurunkan ketakutan.
- menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan.
- mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Kaji respons takut subjektif dan objektif pasien.
R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2. Berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat menurunkan atau
mengurangi takut.
R : mempertahankan perilaku koping yang efektif.
3. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan.
R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang
dirasakan.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
35/50
4. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang
positif terhadap terapy yang di jalani.
R : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
kecemasan.
6. Mobilitas fisik, hambatan adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang
bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
- penampilan yang seimbang..
- melakukan pergerakkan dan perpindahan.
- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :
a. 0 = mandiri penuh
b. 1 = memerlukan alat Bantu.
c. 2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.
d. 3 =membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
e. 4 =ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
R : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan
ataukah ketidakmauan.
3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
R : menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
4. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
R : mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
R : sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
36/50
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
37/50
4. EVALUASI
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Tumor adalah :
1) Ansietas berkurang/terkontrol.
2) Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
3) Pasien menunjukkan koping yang efektif.
4) Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.
5) Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
6) Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
38/50
Asuhan Keperawatan INTRA OPERATIF
1. Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan
kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
1. Anggota steril
1) Ahli bedah utama / operator
2) Asisten ahli bedah.
3) Scrub Nurse / Perawat Instrumen
4) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
1. Ahli atau pelaksana anaesthesi.
2. Perawat sirkulasi
3. Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).
2. Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.
A. Pengaturan Posisi
1. Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis
pasien.
2. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe anaesthesia yang digunakan.
4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
3. Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
1) Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
2) Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan
duk.
3) Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya dililitkandiatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
4) Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan terjadinya
pertukaran udara.
5) Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat menyebabkan
perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi terjadinya thrombus.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
39/50
6) Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini dapat melemahkan
sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
7) Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
8) Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
9) Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara bersamaan untuk
menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
10) Pengkajian psikososial
a. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.
b. Penutupan Daerah Steril
c. Mempertahankan Surgical Asepsis
d. Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
e. Monitor dari Malignant Hyperthermia
f. Penutupan luka pembedahan
g. Perawatan Drainase
h. Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.
B. Pengkajian
Sebelum dilakukan operasi
- Perasaan takut / cemas
- Keadaan emosi pasien
1. Pengkajian Fisisk
- Tanda vital : TN, N, R, Suhu.
- Sistem integumentum
Pucat
Sianosis
Adakah penyakit kulit di area badan.
- Sistem Kardiovaskuler
Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?
Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?
Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.
Kebiasaan merokok, minum alcohol
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
40/50
Oedema
Irama dan frekuensi jantung.
Pucat
- Sistem pernafasan
Apakah pasien bernafas teratur ?
Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.
- Sistem gastrointestinal
Apakah pasien diare ?
- Sistem reproduksi
Apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
- Sistem saraf
Kesadaran ?
- Validasi persiapan fisik pasien
Apakah pasien puasa ?
Lavement ?
Kapter ?
Perhiasan ?
Make up ?
Scheren / cukur bulu pubis ?
Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?
Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
1. Selama dilaksanakannya operasi
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi
total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah
dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1. Pengkajian mental
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
41/50
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya
perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar
pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
2.
Pengkajian fisik- Tanda-tanda vital
(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus memberitahukan
ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
- Transfusi
(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan juga
dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).
- Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti dan juga
dilakukan observasi jalannya aliran infuse).
- Pengeluaran urin
Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.
Diagnosa Kepeawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan operasi
adalah sebagai berikut :
1. Cemas
1. Resiko perlukaan/injury
2. Resiko penurunan volume cairan tubuh
3. Resiko infeksi
4. Kerusakan integritas kulit
Fase Pasca Anaesthesi
Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus
mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi
mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
42/50
Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi
tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
1. Mempertahankan ventilasi pulmonari
2.
Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang dan rahangdidorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.
3. Saluran nafas buatan.
Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum untuk
mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien
tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction.
1. Terapi oksigen
O2sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan lyphokhemia.
Selain pemberian O2harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar.
2. Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi
pada pasien post anaesthesi.
Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang pemulihan.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan pencegah
kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.
4. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman
sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat
tekanan kepada saraf otot dan persendian.
Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program
dokter.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
43/50
Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak merasa
sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang
sedang dilakukan.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
44/50
Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi. Untuk
lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan :
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan umum,
sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5. Beri O2
2,3 liter sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.
Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis
- Tekanan sistolik < 90100 mmHg atau > 150160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau > dari 90
mmHg.
- HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit
- Suhu > 38,3oC atau kurang dari 35
oC.
- Meningkatnya kegelisahan pasien
- Tidak BAK + 8 jam post operasi.
Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
1. Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.
2. Tanda-tanda vital harus stabil.
3. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
4. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.5. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.
6. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan dilaporkan.
7. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
8. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran pasien
tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan dipindahkan.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
45/50
9. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan
menerima pasien tersebut.
Pengangkutan Pasien keruangan
Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
- Keadaan penderita serta order dokter.
- Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
- Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu-waktu,
dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-waktu terlihat.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
46/50
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
A. Pengkajin awal
1. Status Respirasi
Melipuiti :
- Kebersihan jalan nafas
- Kedalaman pernafasaan.
- Kecepatan dan sifat pernafasan.
- Bunyi nafas
1. Status sirkulatori
Meliputi :
- Nadi
- Tekanan darah
- Suhu
- Warna kulit
1. Status neurologis
Meliputi : tingkat kesadaran
1. Balutan
Meliputi :
- Keadaan drain
- Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.
1. Kenyamanan
Meliputi :
- Terdapat nyeri
- Mual
- Muntah
1. Keselamatan
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
47/50
Meliputi :
- Diperlukan penghalang samping tempat tidur.
- Kabel panggil yang mudah dijangkau.
- Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
1. Perawatan
Meliputi :
- Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
- Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah
drainage.
1. NyeriMeliputi :
- Waktu
- Tempat.
- Frekuensi
- Kualitas
- Faktor yang memperberat / memperingan
A.Data Subyektif
Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan setelah ditempatkan
ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-pertanyaan yang langsung
misalnya :Bagaimana perasaan anda?, dapat memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa
memfokuskan pada daerah yang spesifik, dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri
sering kali meningkat pada waktu ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat
penting untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan
bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan.
Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan terjadi mual
bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat
narkotika yang cukup banyak.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
48/50
B.Data Objektif
1. Sistem Respiratori
2. Status sirkulatori
3. Tingkat Kesadaran4. Balutan
5. Posisi tubuh
6. Status Urinari / eksresi.
C.Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur
pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang
menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta
ekspresi wajah.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis, dan
manifestasi klinik post operasi.
Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :
1. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.
2. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan insufisisensi
ginjal.
Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
A. Diagnosa Umum
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
d. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan (penenang,
analgesik) dan imobil terlalu lama.
B. Diagnosa Tambahan
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
49/50
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
b. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
d. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan.
e. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia, lemah,
nyeri, mual.
h. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.
5/28/2018 Asuhan keperawatan PERIOPERATIF
50/50
DAFTAR PUSTAKA
1. Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
2. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
3. Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi. Sahabat
Setia : Yogyakarta.
4. Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah : Preoperatif Nursing,
Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.
5. Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
6. Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
7. Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta,
Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.
8. Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.
9. Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.
10. Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University Press :
Surabaya.
11. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
12. www.elearning.unej.ac.id