110
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANG ARAFAH RSU ALIYAH 2 KOTA KENDARI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelasaikan pendidikan program Diploma III Keperawatan PUTRI ANINGSI P00320015090 PUTRI ANINGSI P00320015090 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN T. A 2018

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM …repository.poltekkes-kdi.ac.id/625/1/KTI PUTRI ANINGSI.pdf · asuhan keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue (dbd) dalam pemenuhan

  • Upload
    vocong

  • View
    245

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM

BERDARAH DENGUE (DBD) DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DI RUANG ARAFAH RSU ALIYAH 2

KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelasaikan pendidikan program

Diploma III Keperawatan

PUTRI ANINGSI

P00320015090

PUTRI ANINGSI

P00320015090

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

T. A 2018

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Putri Aningsi

Nim : P00320015090

Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN

ELEKTROLIT DI RUANG ARAFAH RSU ALIYAH 2

KOTA KENDARI

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan sendiri.

Apabila dkemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 25 Juli 2018

Yang Membuat Pernyataan,

Putri Aningsi

v

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama Lengkap : Putri Aningsi

Tempat/ Tanggal Lahir : Kendari, 03 Februari 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/ Kebangsaan : Bugis Makassar/ Indonesia

Orang Tua

1. Ayah : H. Muh. Anton

2. Ibu : HJ. Rusnaeda

Alamat : Jl. Mutiara. Kp. Butung, Kel.Kasilampe

No. Telp/ Hp : 0822 9316 4639

II. PENDIDIKAN

Pendidikan Tahun

Sekolah Dasar Negeri 37 Palambarae Kab. Bulukumba 2006-2011

Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Gantarang Kab. Bulukumba 2011-2013

Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Wangi-Wangi Kab. Wakatobi 2013-2015

Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan 2015-2018

vi

MOTTO

“Open your day with Bismillah”

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu

telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang

lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.

(QS. Al Insyirah : 5-8)

Ya Rabb....

Jauhkan diri ini dari sifat sombong dan angkuh ketika diri berilmu, lindungi hati

ini dari malas, putus asa ketika diri bodoh.

Sebagai tanda syukurku atas nikmat-Nya berupa :

Ibu, Ibu, Ibu, dan Bapak, mereka yang kusayang dan bahagianya kunanti, karena

tanpa pengorbanan mereka, saya tidak bisa seperti sekarang ini.

Lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali !

memang kadang sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil,

terkadang kita baru menyadari dan yakin bahwa kita telah berhasil ketika kita

telah melakukannya dengan baik, karena keberhasilan tidak datang secara tiba-

tiba, melainkan adanya proses yaitu Do’a, usaha, sabar, kerja keras, ikhlas.

vii

KATA PENGANTAR

assalamu’alaikum warohmatullohiwabarokatuh.

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT. karena atas berkat dan

rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk untuk

menyelesaikan pendidikan program Diploma III Keperawatan Poltiteknik

Kesehatan Kendari. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak,

sangat sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh

karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Taamu,

A.Kep.,S.Pd.,M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Ibu Asminarsih Zainal Prio,

M.Kep.,Sp.Kom selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, dan pikiran

untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini. dan terimakasih kepada :

(1) Pihak Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara.

(2) Ibu Askrening, S.K,M.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kendari dan para Wakil Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.

(3) Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.

(4) Bapak Muslimin L, A.Kep.,S.Pd.,M.Si selaku dosen penguji I, Ibu Hj.

Sitti Rachmi Misbah, S.Kep.,M.Kes selaku dosen penguji II, dan Ibu Hj.

Nurjannah, B.Sc.,S.Pd.,M.Kes selaku dosen penguji III yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

viii

(5) Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kendari yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal peneliti.

(6) Pihak RSU Aliyah 2 Kota Kendari yang telah banyak membantu dalam

usaha memperoleh data yang peneliti perlukan.

(7) Teristimewa kepada kedua Orang Tua saya tercinta, terkasih dan tersayang

H. Muh. Anton dan HJ. Rusnaeda serta keempat kakak saya yang telah

memberikan bantuan, motivasi, nasehat, semangat dan medengar keluh

kesah selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. Kepada Mama dan Bapak

maafkan selama kuliah peneliti banyak menghabiskan uang kalian.

Terimakasih banyak atas segala pengorbanan serta Do’a restu untuk

peneliti sehingga peneliti selalu merasa dimudahkan selama proses

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini hingga penulis bisa sampai pada tahap

akhir ini.

(8) Sahabat tercinta Nurul Aziizah, Amd.Kep, Mudzakiroh, Amd.Kep, Indar

Asmarani, Amd.Kep, dan Abdul Rahman At-Tin, Amd.Kep. yang selama 3

tahun ini bersama, susah senang, saling membantu, saling memotivasi,

hingga kita bersama-sama meraih gelar Amd. Kep.

(9) Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan PERAWAT MUDA

kelas B angkatan 2015 atas kebersamaan selama 3 tahun ini, banyak

kejadian-kejadian yang sama-sama kita alami.

(10)Terima kasih kepada teman satu bimbingan Maria Ayu Kondorura,

Amd.Kep. yang telah sama-sama melalui pembuatan proposal hingga

Karya Tulis Ilmiah ini, sekaligus menjadi orang pertama yang peneliti

kenal mulai dari masa Ospek mahasiswa baru di Politeknik Kesehatan

ix

Kendari tahun 2015 lalu dan Alhamdulillah sampai saat ini kita masih

berteman baik, semoga selamanya.

(11) Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Bahwa tanpa mereka semua, penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini mungkin belum

bisa terwujud. Meskipun demikian, pertanggung jawaban keseluruhan isi Karya

Tulis Ilmiah ini merupakan tanggung jawab peneliti. Peneliti menyadari bahwa

Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik, masukan dan

arahan senantiasa peneliti harapkan dari berbagai pihak demi kemajuan penelitian

selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Akhir kata, peneliti berharap semoga Allah SWT. berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Wassalamu’alaikum warohmatullohiwabarokatuh

Kendari, 26 Juli 2018

Penulis

x

ABSTRAK

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Di Ruang Arafah Rsu Aliyah 2 Kota

Kendari

Putri Aningsi (2018)

DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari dibimbing oleh H. Taamu,

A.Kep.,S.Pd.,M.Kes dan Asminarsih Zainal Prio, M.Kep.,Sp.Kom

Demam berdarah dengue (DBD) pada anak merupakan penyakit infeksi tropis berisiko

tinggi yang dapat mengakibatkan kematian. Angka kematian pada anak DBD Sekitar

2,5% dari mereka tidak dapat diselamatkan (meninggal dunia). Tujuan penelitian adalah

mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan DBD dalam pemenuhan

kebutuhan cairan dan elektrolit di ruang arafah RSU Aliyah 2 Kota Kendari. Jenis

penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain studi kasus. Tempat penelitian

di RSU Aliyah 2 Kota Kendari dari tanggal 08 Juni 2018 - 11 Juni 2018. Rencana

analisis data yang telah didapatkan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori

sesuai dengan proses keperawatan. Hasil penelitian yang didapatkan pada An. N yaitu

mengalami DBD dengan gejala demam dengan suhu > 38,2oC, mual dan muntah, perut

terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Ditegakkan diagnosa keperawatan

kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, hal

ini berdasarkan data yang didapatkan berupa data subjektif dan objektif. Rencana

keperawatan untuk diagnosa kekurangan volume cairan dan elektrolit adalah mengatur

keseimbangan cairan, sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan

pada implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan didapatkan masalah teratasi.

Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Pemenuhan Cairan dan Elektrolit

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………….. ...................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

PERSETUJUAN PENGUJI ...............................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v

MOTTO ............................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

ABSTRAK .......................................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4

C. Tujuan Studi Kasus ................................................................................. 4

D. Manfaat Studi Kasus ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................. 7

1. Pengkajian ......................................................................................... 7

2. Diagnosa ............................................................................................ 9

3. Intervensi ......................................................................................... 10

4. Implementasi ................................................................................... 10

5. Evaluasi ........................................................................................... 12

B. Konsep Dasar Demam Bedarah Dengue (DBD) ................................... 12

1. Pengertian ........................................................................................ 12

2. Klasifikasi ....................................................................................... 13

3. Etiologi ............................................................................................ 13

4. Patofisiologi .................................................................................... 14

5. Manifestasi Klinis ........................................................................... 15

6. Pemeriksaan Diagnostik .................................................................. 17

xii

7. Penatalaksanaan .............................................................................. 17

8. Asuhan Keperawatan Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) ...... 18

9. Pengkajian ....................................................................................... 18

10. Diagnosa Keperawatan.................................................................... 24

11. Intervensi dan Implementasi ........................................................... 25

12. Evaluasi ........................................................................................... 28

C. Konsep Dasar Kekurangan Volume Cairan dan Elektrolit ................... 26

1. Pengertian ........................................................................................ 29

2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit ....... 29

3. Asuhan Keperawatan Kekurangan Volume Cairan ........................ 35

4. Pengkajian ....................................................................................... 35

5. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 42

6. Intervensi Keperawatan ................................................................... 43

7. Implementasi Keperawatan ............................................................. 44

8. Evaluasi ........................................................................................... 48

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus ......................................................................... 49

B. Subjek Studi Kasus ............................................................................... 49

C. Fokus Studi Kasus ................................................................................. 50

D. Definisi Operasional Studi Kasus ......................................................... 50

E. Tempat Dan Waktu Studi Kasus ........................................................... 52

F. Pengumpulan Data ................................................................................ 52

G. Penyajian Data ...................................................................................... 53

H. Etika Studi Kasus .................................................................................. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 55

B. Pembahasan ........................................................................................... 71

C. Keterbatasan .......................................................................................... 79

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 80

B. Saran ...................................................................................................... 81

xiii

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkiraan Kebutuhan Cairan Tubuh Berdasarkan Usia .................... 30

Tabel 2.2 Kategori Kehilangan Cairan.............................................................. 31

Tabel 4.1 Identitas Rekam Medis An. N di RSU Aliyah 2 Kota Kendari ........ 57

Tabel 4.2 Perkembangan klien setelah diberikan tindakan keperawatan. ......... 64

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Instrumen Studi Kasus

Lampiran 4 Lembar Dokumentasi

Lampiran 5 Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6 Lembar Usulan Izin Penelitian Dari Jurusan Keperawatan

Lampiran 7 Lembar Pengantar Izin Penelitian Dari Poltekkes Kendari

Lampiran 8 Lembar Izin Penelitian Dari Litbang

Lampiran 9 Lembar Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari RSU Aliyah 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) 2014. Penyakit DBD

pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina,

selanjutnya menyebar keberbagai Negara. Dengue di Asia Tenggara menyebar ke

negara-negara tropis dan subtropis dan sekelilingnya, Cina Selatan dan Taiwan

Selatan, lalu menurun ke negara-negara kepulauan Malaysia , Filipina, Guinea

Baru, Australia, dan beberapa pulau di Pasifik, Penularan hiperendemis

berlangsung di Vietnam, Thailand, Pakistan, India dan Indonesia. Populasi

didunia diperkirakan beresiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar

terutama yang tinggal didaerah perkotaan di Negara tropis dan subtropis.

diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD)

dan 500.000 kasus DBD yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90%

penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan jumlah

kematian oleh penyakit DBD mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian

setiap tahunnya. Sekitar 2,5% dari mereka tidak dapat diselamatkan (meninggal

dunia).

DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang

ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae) dengan

manifestasi klinis demam akut selama 2-7 hari, nyeri kepala, nyeri otot dan/atau

nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan

ditesis hemoragik. Pada DBD ditandai pembesaran plasma yang ditandai dengan

2

hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga

tubuh. (Sudoyo Aru,dkk 2009).

Ngastiyah (2014), penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak

tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,

muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-

gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam

muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan

berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi,

epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan

lambung, melena, dan juga hematuria massif.

Hasil penelitian Annisa, dkk (2015), menyebutkan bahwa tanda dan

gejala lain yang terdapat pada anak DBD yaitu pembesaran hepar, epistaksis,

purpura, juga hematemesis. Kemenkes RI (2010), menyebutkan bahwa tanda

bahaya DBD adalah nyeri perut, muntah berkepanjangan, terdapat akumulasi

cairan, perdarahan mukosa, letargi, lemah, pembesaran hati > 2 cm,

kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.

DBD yang terlambat ditangani akan menyebabkan Dengue Syok

Sindrom (DSS) yang dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut disebabkan

karena penderita mengalami defisit volume cairan dan elektrolit akibat dari

meningkatnya permeabilitas atau kemampuan yang dimiliki zat/membrane

partikel yang menembus kapiler pembuluh darah sehingga penderita mengalami

syok hipovolemik yang dapat menyebabkan kegagalan system organ yang

berujung pada kematian, sehingga pemberian cairan sangat penting untuk

mengatasi masalah itu. (Anas Tamsuri, 2009).

3

Defisit volume cairan dan elektrolit adalah kondisi ketika individu

mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vaskuler, interstisial, atau intra

vaskuler sehingga klien yang mengalami penyakit DBD dengan defisit volume

cairan dan elektrolit dianjurkan untuk banyak minum. Jika pasien masih dapat

minum, berikan minum sebanyak 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan setiap 5

menit. Jenis minuman yang dapat diberikan adalah air putih, sirup, jus buah, susu

atau oralit. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan karena tidak mau minum,

muntah atau nyeri perut yang berlebihan, cairan intravena perlu diberikan.

(Depkes, 2013).

Tahun 2016 merupakan tahun dengan kasus DBD tertinggi dalam

beberapa tahun terakhir, jumlah penderita DBD di Sulawesi Tenggara, yaitu pada

periode Januari-Maret 2016 saja mencapai 2.278 kasus, dengan 25 penderita harus

merenggang nyawa. Khusus untuk kota kendari pada periode Januari-Februari

2016 sudah mencapai 349 orang. Meningkat 4 kali dibandingkan tahun 2015 dan

11 kali dari tahun 2014. (Riskesda Sulawesi Tenggara, 2016).

Data yang diperoleh dari RSU Aliyah 2 Kota Kendari pada tahun

2016 terdapat 520 pasien anak, 61 orang diantaranya adalah penderita DBD,

sedangkan pada tahun 2017 pasien anak meningkat hingga 603 orang, 79 orang

diantaranya menderita penyakit DBD. Pada awal tahun 2018 yakni bulan januari

sampai februari terdapat 11 orang anak yang menderita DBD.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Berdarah

Dengue (DBD) dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit di Ruang

Arafah RSU Aliyah 2 Kota Kendari”.

4

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada

Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam Pemenuhan Kebutuhan

Cairan dan Elektrolit Di Ruang Arafah RSU Aliyah 2 Kota Kendari?”.

C. Tujuan Studi Kasus

1) Tujuan umum

Peneliti mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak

dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam pemenuhan kebutuhan

cairan dan elektrolit di RSU Aliyah 2 Kota Kendari.

2) Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam pembuatan Studi Kasus ini diharapkan

penulis mampu :

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien anak

dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam pemenuhan kebutuhan

cairan dan elektrolit di RSU Aliyah 2 Kota Kendari.

b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada

pasien anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit di RSU Aliyah 2 Kota

Kendari.

c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien anak

dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam pemenuhan kebutuhan

cairan dan elektrolit di RSU Aliyah 2 Kota Kendari.

5

d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien anak

dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam pemenuhan kebutuhan

cairan dan elektrolit di RSU Aliyah 2 Kota Kendari.

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien anak

dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam pemenuhan kebutuhan

cairan dan elektrolit di RSU Aliyah 2 Kota Kendari.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi masyarakat

Memperoleh pengetahuan tentang DBD serta meningkatkan

kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai

acuan bagi keluarga untuk mencegah terjadinya penyakit.

2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada institusi

pendidikan khususnya bagi mahasiswa sebagai acuan penelitian lebih

lanjut dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan DBD.

b. Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa

Poltekkes Kemenkes Kendari terutama Diploma III Keperawatan

khususnya yang berkaitan dengan kasus DBD pada anak.

3. Bagi Profesi Perawat

Untuk menambah bahan bacaan dalam rangka meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan yang lebih optimal, khususnya pada pasien DBD

pada anak.

6

4. Bagi penulis

Penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dapat menambah wawasan dan

pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak

dengan DBD.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien di berbagai

tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah

keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat

keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial, dan spiritual secara

komprehensif yang bertujuan bagi individu, keluarga, dan masyarakat

(Asmadi, 2008).

1. Pengkajian Umum

Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan

dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar pasien. Imformasi yang

di dapat dari klien (sumber data primer), data yang di dapat dari orang lain

(sumber data sekuder), cacatan kesehatan klien, imformasi atau laporan

laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan orang yang terdekat, atau

anggota tim kesehatan merupakan pengkajian dasar (Hidayat, 2012).

a) Pengumpulan data

Data yang diperoleh berupa informasi mengenai masalah kesehatan

yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus

diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,

mental, sosial, dan spiritual serta faktor lingkungan yang

8

memperngaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah di analisis

(Hidayat, 2012).

Jenis data dalam pengkajian adalah data Objektif, yaitu data yang

diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,

misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Sedangkan Data

Subjektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien,

atau dari keluarga pasien/saksi lain. Mengeluh kepala pusing, nyeri dan

mual (Hidayat, 2012).

Adapun fokus dalam pengambilan data meliputi :

1) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

2) Pola koping sebelumnya dan sekarang

3) Fungsi status sebelumnya dan sekarang

4) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

5) Resiko untuk masalah potensial

6) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien.

b) Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berfikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan (Hidayat, 2012).

c) Perumusan masalah

Setelah analisis data dilakukan dapat dirumuskan beberapa masalah

kesehatan.Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan

asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan

lebih memerlukan tindakan medis.Selanjutnya disusun diagnosis

9

keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan

berdasarkan kriteria penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan

apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera

mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka

tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih

parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan

hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu keadaan yang mengancam

kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang

kesehatan dan keperawatan (Hidayat, 2012).

2. Diagnosa Keperawatan

a) Pengertian

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi atau memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan

merubah (Carpenito, 2000). Perumusan diagnosa keperawatan adalah

sebagai berikut :

1) Aktual, yaitu menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan

data klinik yang ditemukan.

2) Resiko, yaitu menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi

jika tidak dilakukan intervensi.

3) Kemungkinan, yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data

tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.

10

4) Wellness, yaitu keputusan klinik tentang keadaan individu,

keluarga atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera

tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.

5) Syndrom, yaitu diagnose yang terdiri dari kelompok diagnosa

keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan

muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses

keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan pemecahan

maslah dan menentukan tujuan rencana untuk mengatasi masah pasien.

Perawat dapat menggunakan strategi pemecahan untuk mengatasi masah

pasien melalui intervensi dan menejemen yang baik. Rencana

keperawatan memuat tujuan sebagai berikut : (Hidayat, 2012).

a) Organisasi imformasi pasien sebagia sumber dokumentasi.

b) Sebagai alat komuniasi atara perawat dan klien.

c) Sebagai alat komunikasi antara angota tim kesehatan.

d) Langkah dari proses keperawatan, (pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi) yang merupakan rangkaian yang tidak

dapat di pisahkan.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai

setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan .Oleh karena itu

11

rencana tindakan yang spesifik dilakasanakan untuk memodifikasi faktor

yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Pada waktu perawat memberikan pelayanan keperawatan, proses

pengumpulan dan analisa data berjalan terus-menerus, guna perubahan

atau penyesuaian tindakan keperawatan, pengorganisasian pekerjaan

perawat serta lingkungan fisik untuk pelayanan yang dilakukan (Hidayat,

2012).

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagaiberikut:

a) Tahap 1:

persiapan Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut

perawat untuk mengevaluasi yang di indentifikasi pada tahap

perencanaan.

b) Tahap 2:

Intervensi Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan

adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dariperencanaan untuk

memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan

keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen, dan

interdependen.

c) Tahap 3 :

Dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus di ikuti

oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian

dalam proses keperawatan.

12

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan cacatan paling atas tentang indikasi kemajuan

pasien terhadap tujuan yang di capai. Evaluasi bertujuan untuk menilai

keefektifan perawatan dan untuk mengomunikasikan status pasien dari

hasil tindakan keperawatan. Evalausi memberikan imformasi, sehingga

memuminginkan revesi perawatan (Hidayat, 2012).

Evaluasi adalah tahap ahkir dari proses keperawatan. Evaluasi

menyediakan nilai imformasi mengenai pengaruh intervensi yang telah di

rencanakan dengan merupkan perbandingan dari hasil yang di amati

dengan criteria hasil yang telah di buat pada tahap perencanaan.

Pernyataan evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat

yang menyatakan kasus kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang

menyatakan efek dari tindakan yang di berkan pada pasien (Hidayat,

2012).

B. Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan

oleh Virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan

nyamuk aedes aegypti yang apabila terlambat ditangani akan

menyebabkan Dengue Syok Sindrom (DSS) yang dapat menyebabkan

kematian. Hal tersebut disebabkan karena penderita mengalami defisit

volume cairan akibat dari meningkatnya permeabilitas atau kemampuan

yang dimiliki zat/membrane partikel menembus kapiler pembuluh darah

sehingga penderita mengalami syok hipovolemik yang dapat menyebabkan

13

kegagalan system organ yang berujung pada kematian, sehingga

pemberian cairan sangat penting untuk mengatasi masalah itu.

2. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas, manifestasi

perdarahan dengan uji tourniquet positif.

Derajat II : Derajat I disertai manifestasi perdarahan lain.

Derajat III : Ditemukan tanda dini renjatan, adanya kegagalan sirkulasi,

nafas cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg)

atau hipotensi, disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.

Derajat IV : Renjatan berat, nadi tidak teraba, terdapat DSS (dengue syok

sindrom) dengan nadi dan tekanan darah tak terukur.

Sari wijayaningsih, K. (2013), mengklasifikasikan DBD dalam

empat derajat. Derajat 1, demam mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas,

manifestasi perdarahan dengan uji tourniquet positif. Derajat II (sedang),

derajat I disertai manifestasi perdarahan lain. Derajat III, ditemukan tanda

dini renjatan, adanya kegagalan sirkulasi, nafas cepat dan lemah, tekanan

darah menurun (20 mmHg) atau hipotensi, disertai kulit dingin, lembab

dan gelisah. Derajat IV renjatan berat, nadi tidak teraba, terdapat DSS

(dengue syok sindrom) dengan nadi dan tekanan darah tak terukur.

3. Etiologi

Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae

terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.

Keempat ditemukan diindonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi

satu serotype terbanyak akan menimbulkan antibodi terhadap serotype

14

yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotype

lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang

memadai terhadap serotype lain tersebut. Seseorang yang tinggal didaerah

endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.

Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah

diindonesia (Sudoyo Aru,dkk 2009).

Wati (2009), menyatakan bahwa kejadian DBD pada responden

yang pernah sakit DBD terdapat hubungan antara kebiasaan menggantung

pakaian dengan kejadian DBD. Penelitian yang dilakukan Dardjito pada

tahun 2008 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan tidur

siang dengan kejadian DBD.

Nursalam, dkk (2008), menyatakan bahwa kondisi lingkungan

yang menyebabkan DBD sering kali di daerah yang padat penduduknya

dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang, bak

yang jarang di kuras dan gantungan baju di kamar). Nyamuk Aedes

Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari

pada jam 16.00-18.00. Menurut Soedjas (2011), menyebutkan bahwa

nyamuk dari tetangga mungkin terbang ke rumah sekitarnya, karena

nyamuk memiliki daya jelajah hingga 100 meter.

4. Patofisiologi

a. Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah

kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi system

complement. Akibat aktivasi dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua

15

peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan

mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding

pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding

itu.

b. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan

menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X dan

fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,

terutama perdarahan saluran gastrointestinal DHF.

c. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas

dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya

hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Renjatan terjadi

secara akut.

d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma

melalui endotel dinding pembuluh darah dan mengalami hypovolemik.

5. Manifestasi Klinis

a. Demam tinggi selama 2-7 hari

b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis,

hematoma

c. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuri

d. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi

e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati

f. Sakit kepala

g. Pembengkakan sekitar mata

h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening

16

i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah

menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan

lemah).

Menurut Ngastiyah, 2014 penyakit DBD ditandai oleh demam

mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu

makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi,

kepala dan perut. Gejala- gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada

hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam

dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit

(petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan

yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan

juga hematuria massif.

Susilaningrum dkk (2013), Gejala khas DBD berupa perdarahan

pada kulit atau tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan

konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi,

hematemesis, melena. Menurut Nursalam dkk (2008), mengatakan kasus

DBD ditandai dengan manifetasi klinis perdarahan kulit dapat berwujud

memar atau dapat juga berupa peradarahan spontan mulai dari petekie

(muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6

hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai epistaksis dan

peradarahan gusi.

Menurut penelitian Zein, dkk (2015), mengatakan bahwa didapatkan

jumlah anak yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34

penderita (68%). Menurut Suriadi & Yuliani (2010) mengatakan manifestasi

17

klinis pada anak DBD adanya nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu

hati.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi virus

dengue adalah :

a. Uji rumple leed/tourniquet positif

b. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau

lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)

c. Serologi : uji HI (hemoaglutination inhibition test) dipakai untuk

menentukan adanya infeksi virus dengue

d. Rontgen thoraks : effusi pleura

7. Penatalaksanaan

a. Minum banyak 1,5 - 2 liter/24 jam atau 1 sendok makan tiap 3-5 menit.

Minuman berupa air teh manis, sirup, susu, sari buah, soft drink, atau

oralit.

b. Kolaborasi pemberian antipiretik jika terdapat demam

c. Kolaborasi pemberian cairan melalui intravena, dilakukan jika pasien

mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.

Menurut penelitian Andriani, dkk (2014), penatalaksanaan terapi

DBD pada anak terdiri dari 2 terapi yaitu terapi suportif dan terapi

simptomatik. Terapi suportif pada penderita DBD berupa pergantian

cairan intravena akibat terjadinya dehidrasi. Data terapi suportif

terbanyak ialah pemberian cairan kristaloid sebanyak 62 penderita

(83.78%). Pada terapi DBD derajat I dan II jenis cairan yang diberikan

18

ialah kristaloid berupa RL/Asering/NaCl 0,9%. Sedangkan untuk terapi

simptomatik ada beberapa jenis yang diberikan salah satunya terapi

antipiretik. Pada terapi antipiretik, data hasil penelitian menunjukkan terapi

terbanyak ialah pemberian sanmol sebanyak 58 penderita (78.38%).

Ngastyah (2014), mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan

biasanaya bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada

otot-otot atau sendi seperti sanmol. Pemberian minum pada anak sedikit

demi sedikit yaitu 1,5 - 2 liter dalam 24 jam, infus diberikan pada klien

apabila klien terus menerus muntah, tidak dapat minum sehingga

mengancam terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang cenderung

meningkat.

Sesuai dengan pernyataan (Tarwoto dan Wartonah, 2012)

mengatakan bahwa kebutuhan cairan pada anak usia 10 tahun yaitu 2000-

2500 ml per 24 jam, pemberian cairan 1500 cc per hari atau 6 gelas ( 1

gelas = 200cc) ditujukan untuk memberikan cairan yang cukup agar tidak

terjadi dehidrasi dan mengembalikan keseimbangan cairan.

C. Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Anak Demam Berdarah Dengue

(DBD)

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Nama, umur (pada DBD sering menyerang anak dengan usia

kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan

orang tua, pekerjaan orang tua.

19

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke

rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang

disertai menggigil. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan

ke-7, anak anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai

dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah

anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan

persendian, nyeri ulu hati dan pergerakkan bola mata terasa pegal,

serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III,

IV), melena hematemesis.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak

biasanya mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus

yang lain.

4) Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi.

Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat

beresiko, apabila terdapat beberapa faktor predisposisinya. Anak

20

yang menderita DBD sering mengalami keluhan mual, muntah,

dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan

tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka

akan dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status

gizinya menjadi kurang.

c. Kondisi lingkungan

Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan

yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju

kamar).

d. Pola kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme

Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang.

2) Eliminasi alvi (buang air besar)

Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara pada DBD

grade IV bisa terjadi melena.

3) Eliminasi urin (bang air kecil)

Pada anak DBD akan mengalami urine output sedikit.

Pada DBD grade IV sering terjadi hematuria.

4) Tidur dan istirahat

Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang

hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak

21

biasanya sering tidur pada siang hari dan pada sore hari ,tidak

memakai kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk.

5) Kebersihan

Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung kurang terutama untuk memebersihkan

tempat sarang nyamuk aedes aegypti, dan tidak adanya keluarga

melakukan 3m plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan

menebar bubuk abate

e. Pemeriksaan fisik

Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari

ujung rambut sampai ujung kaki.

Pemeriksaan fisik secara umum :

1) Tingkat kesadaran

Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade

III dan grade IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan

darah mengental dan oksigen ke otak berkurang.

2) Keadaan umum

Lemah

22

3) Tanda-tanda vital (TTV)

Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak

teraba (grade IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun

sampai 80 mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)

4) Kepala

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena

demam.

5) Mata

Konjungtiva anemis

6) Hidung

Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,

III, IV.

7) Telinga

Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV)

8) Mulut

Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan

mengalami hyperemia pharing.

23

9) Leher

Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami

pembesaran

10) Dada/thorak

I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.

Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama

Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun

pada paru

A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada

grade III, dan IV.

11) Abdomen

I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.

Pal : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)

Per : Terdengar redup

A : Adanya penurunan bising usus

12) Sistem integument

Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan

uji tourniquet. Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,

dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih

dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan

24

tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang

dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit,

perhatikan timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah

(Soedarmo, 2008).

13) Genitalia

Biasanya tidak ada masalah

14) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada

kuku sianosis/tidak

3) Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang muncul pada pasien demam berdarah dengue

(DBD) adalah sebagai beriukut :

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif

b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurangnya asupan makanan

d. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus Dengue

25

4) Intervensi dan implementasi

a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif

Tujuan :

Setelah berikan asuhan keperawatan diharapkan terjadi

keseimbangan cairan.

Kriteria hasil :

1. Mempertahankan urine output, Ht normal

2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membran

mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Intervensi :

a. Mengobservasi tanda-tanda vital

b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor

tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun

c. Mengobservasi dan mencatat intake dan output yang akurat

d. Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab,

denyut nadi adekuat, dan tekanan darah)

e. Dorong klien menambah asupan oral, misalnya minum banyak,

1,5-2 liter/hari atau 1 sendok makan tiap 3-5 menit. Minum

berupa air putih, sirup, susu, sari buah, soft drink, atau oralit.

f. Memonitor nilai laboratorium

g. Mempertahankan intake dan output yang adekuat

h. Kolaborasi pemberian cairan melalui intravena

26

b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

perdarahan

Tujuan :

Setelah berikan asuhan keperawatan diharapkan Capillary refill, nadi

dan tekanan darah dalam batas normal.

Kriteria hasil :

1. Capillary refill pada jari-jari tangan dalam batas normal (< 2

detik)

2. Capillary refill pada jari-jari kaki dalam batas normal (< 2 detik)

3. Tekanan darah sistolik dalam batas normal (< 120 mmHg)

4. Darah diastolic dalam batas normal (< 90 mmHg)

5. Tekanan nadi dalam batas normal (60-100 x/menit)

6. Tidak terjadi edema pada perifer

Intervensi :

a) Mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi

denyut nadi, tekanan darah, capillary refill)

b) Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu,

kelembaban, warna)

c) Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada

ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki).

27

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi

klien terpenuhi secara adekuat

Kriteria hasil :

1. Klien mengalami peningkatan nafsu makan

2. Adanya peningkatan berat badan

3. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

4. Tidak ada tanda-tanda mallnutrisi

5. Tidak terjadi penurunan berat badan

Intervensi :

a. Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi

anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saaat

selera makan anak meningkat

b. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk

meningkatkan kualitas intake nutrisi

c. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan

dengan teknik porsi kecil tapi sering

d. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama,

dengan skala yang sama

e. Membersihkan kebersihan mulut pasien

f. Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk

kesembuhan penyakit.

28

d. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan suhu tubuh klien

dalam batas normal.

Kriteria hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal

b. Kulit klien tidak teraba hangat

Intervensi :

1. Observasi tanda-tanda vital

2. Beri kompres dingin

3. Anjurkan untuk minum yang banyak

4. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap

keringat

5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

Menurut soedjas (2011), mengatakan bahwa fase

penyembuhan yang terjadi pada hari ke-7 atau ke-8, ditunjukkan

adanya keadaan umum membaik dan demam sudah turun sebagai

bagian dari rekasi tahap ini.

5) Evaluasi

Pengumpulan data selama tindakan keperawatan, misal (tanda-

tanda vital, turgor kulit, asupan dan haluaran cairan, serta pengukuran

berat badan) di samping menentukan apakah kriteria hasil yang telah

ditetapkan menurut masing-masing diagnosis telah tercapai atau belum.

29

D. Konsep Dasar Kekurangan Volume Cairan dan Elektrolit

1. Pengertian Kekurangan Volume Cairan Dan Elektrolit

Kekurangan volume cairan dan elektrolit adalah kondisi ketika

individu, yang tidak menjalani puasa mengalami kehilangan cairan dan

elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonic). Kondisi

seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali

dengan kehilangan cairan intravascular, lalu diikuti dengan perpindahan

cairan intravascular sehingga menyebabkan penurunan jumlah cairan

ekstraseluler. Untuk mengompensasi kondisi ini, tubuh melakukan

pemindahan cairan intraseluler.

Secara umum, defisit volume cairan dan elektrolit disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan

asupan cairan, pendarahan, dan pergerakan cairan ke lokasi “ketiga”.

Lokasi “ketiga” yang dimaksud adalah lokasi tempat cairan berpindah dan

tidak mudah untuk mengembalikannya kelokasi semula dalam kondisi

cairan ekstraseluler (CES) istirahat. Cairan dapat berpindah dari lokasi

intravascular menuju lokasi potensial seperti pleura, peritoneum,

pericardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti

terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat

obstruksi saluran pencernaan.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

a. Usia

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal

ini, usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh,

30

kebutuhan metabolic, serta berat badan. Bayi dan anak dimasa

pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar

dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang

diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar

dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan

anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolic yang tinggi serta

kondisi ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat

pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada

individu lansia, ketidakseimbangan dan cairan sering disebabkan oleh

masalah jantung atau gangguan ginjal.

Tabel 2.1. Perkiraan kebutuhan cairan tubuh berdasarkan usia.

Usia Berat badan (kg) Kebutuhan (ml)/24 jam

3hari

1 tahun

2 tahun

6 tahun

10 tahun

14 tahun

18 tahun

(dewasa)

3,0

9,5

11,8

20,0

18,7

45,0

54,0

250-300

1150-1300

1350-1500

1800-2000

2000-2500

2200-2700

2200-2700

31

Tabel 2.2. Kategori Kehilangan Cairan

Kriteria Tanda/gejala Kehilangan cairan

Ringan - Haus

- Berat badan menurun

- Tidak ada gejala lain

1-2 liter (2% BB)

Sedang - Rasa haus berat

- Sangat lelah

- Lidah kering

- Oliguria

- Na+

serum meningkat

- Suhu tubuh meningkat

- Hipertonik

- BJ urine meningkat

3-4 liter (6% BB)

Berat - Gejala diatas

bertambah berat

- Koma

- Konsentrasi darah

tinggi

- Na+ serum meningkat

- Viskositas plasma

meningkat

- Gangguan mental

- Delirium

5-10 liter (7%-14%

BB)

b. Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap

kebutuhan cairan. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses

metabolism dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan peningkatan haluaran

cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang

32

dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairairan yang tidak

disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan akibat

peningkatan laju pernafasan dan aktivasi kelenjar keringat.

c. Iklim

Normalnya, individu yang tinggal dilingkungan yang iklimnya

tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang

ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang

keluar umumnya tidak diobservasi sehingga disebut sebagai kehilangan

cairan yang tidak disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL

pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat

metabolisme, dan usia. Individu yang tinggal dilingkungan yang

bersuhu tinggi atau didaerah dengan tingkat kelembaban yang rendah

akan lebih sering mengalami kehilangan cairan dan elektrolit.

Umumnya, orang yang biasa berada dilingkungan panas akan

kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang

panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada dilingkungan panas

dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam, sama halnya dengan

penyakit DBD, suhu udara, curah hujan dan kelembaban berpengaruh

terhadap kasus DBD karena berpengaruh terhadap aktivitas dan

metabolisme nyamuk. Suhu yang meningkat sampai 34oC akan

mempengaruhi suhu air pada tempat perindukan nyamuk (TPN) yang

selanjutnya berpengaruh terhadap penetasan telur menjadi larva secara

lebih cepat.

d. Diet

33

Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan, jika

asupan makanan tidak adekuat atau tidak seimbang, tubuh berusaha

memecah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan

glikogen dan lemak. Kondisi ini mengakibatkan penurunan kadar

albumin. Dalam tubuh, albumin penting untuk mempertahankan

tekanan onkotik plasma. Jika tubuh kekurangan albumin, tekanan

onkotik plasma dapat menurun. Akibatnya, cairan dapat berpindah dari

intravaskuler keinterstisial sehingga terjadi edema di interstisial.

e. Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan tubuh. Saat

stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan

konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini

mengakibatkan retensi air dan natrium. Disamping itu, stress juga

menyebabkan peningkatan produksi hormone antideuretik yang dapat

mengurangi produksi urine.

f. Penyakit

Trauma pada jaringan dapat menyebkan kehilangan cairan ari

sel/jaringan yang rusak misalnya, luka robek atau luka bakar. Pasien

yang menderita diare juga mengalami saluran gastrointestinal.

Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan

ketidakseimbangan cairan. Saat aliran darah keginjal menurun karena

pompa jantung menurun, tubuh akan melakukakan “penimbunan”

cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban

34

cairan (hipovolemia). Lebih lanjut, kondisi ini dapat menyebabkan

edema paru.

Pasien DBD bisa terjadi kekurangan volume cairan akibat dari

meningkatnya permeabilitas atau kemampuan yang dimiliki

zat/membrane partikel yang menembus kapiler pembuluh darah sehingga

penderita DBD mengalami syok hipovolemik dan dapat menyebabkan

kegagalan system organ yang berujung pada kematian.

g. Tindakan medis

Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap

kebutuhan cairan. Tindakan pengisian cairan lambung dapat

menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.

h. Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti deuretik maupun laksatif secara

berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam

tubuh. Akibatnya, terjadi defisit cairan tubuh. Selain itu, penggunaan

deuretik menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan

meningkat.

i. Pembedahan

Klien yang mengalami beresiko tinggi mengalami

ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak

darah selama periode operasi.

35

E. Asuhan Keperawatan Kekurangan Volume Cairan dan Elektrolit

1) Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan kekurangan volume cairan

dan elektrolit meliputi pengkajian riwayat kesehatan (keperawatan),

pengukuran klinis (berat badan harian, tanda vital, serta asupan, dan

haluaran cairan), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium untuk

mengevaluasi keseimbangan cairan.

a. Riwayat kesehatan

Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan

meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah

pemasukan secara oral, parental, atau internal. Jumlah pengeluaran

dapat diukur melalui jumlah produksi urine, feses, muntah atau

pengeluaran lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan, dan perubahan

berat badan yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.

b. Faktor yang berhubungan

Faktror yang berhubungan meliputi faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kebutuhan cairan, seperti kulit, diet,

lingkungan, usia perkembangan, dan penggunaan obat.

c. Pengukuran Klinis

Tiga jenis pengukuran klinis yang dapat dilakukan oleh perawat

antara lain pengukuran berat badan, tanda-tanda vital, serta asupan dan

haluaran cairan.

36

1) Pengukuran berat badan

Pengukuran berat badan harian menyediakan informasi

yang relatif akurat tentang status cairan sebab perubahan berat badan

menunjukkan adanya perubahan cairan akut. Setiap perubahan berat

badan satu kilogram menunjukkan terjadinya perubahan cairan pada

seluruh kompartemen tubuh. Apabila kehilangan/kelebihan berat

badan mencapai 5%-8% dari total berat badan, ini mengindikasikan

terjadinya kelebihan/kehilangan cairan sedang hingga berat. Untuk

memperoleh hasil pengukuran berat badan yang akurat, diperlukan

standardisasi alat ukur yang digunakan sebelum dan sesudah

penimbangan. Selain itu, penimbangan berat badan dilakukan pada

waktu yang sama misalnya, sebelum sarapan atau setelah buang air

besar) dan dengan mengenakan pakaian yang sama. Secara umum,

jumlah cairan yang hilang dapat dihitung dengan rumus berikut.

Kehilangan air = Berat badan normal - Berat badan sekarang

Jika berat badan turun lebih dari 500 g/hari, ini mungkin

menunjukkan telah terjadi kehilangan cairan dari tubuh. Akan tetapi,

jika penurunan kurang dari 300% g/hari, ini mungkin disebabkan

oleh penyebab lain. Begitu juga bila ada penambahan berat badan,

mungkin ini menunjukkan retensi cairan.

37

2) Tanda-tanda Vital

Perubahan tanda vital mungkin mengindikasikan adanya

keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa, atau sebagai upaya

kompensasi dalam mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

Peningkatan suhu tubuh mungkin menunjukkan adanya hipovolemia

akibat kekurangan cairan. Denyut nadi cenderung menguat pada

kondisi kelebihan cairan, melemah pada kekurangan cairan.

Perubahan laju dan kedalaman pernapasan mungkin adanya

gangguan keseimbangan asam basa. Tekanan darah cenderung

meningkat pada kelebihan cairan dan menurun pada kekurangan

cairan.

Pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien DBD ditemukan

nadi cepat dan melemah, tekanan darah turun ≤ 20 mmHg, hari ke 1-

3 demam tinggi 39-41oC, hari 4-5 ditandai demam mereda, suhu

tubuh kembali normal, mengaitkannya dengan kesembuhan, akan

tetapi ini menandakan bahwa penderita sedang memasuki masa

dimana risiko tertinggi DBD dapat terjadi.

3) Asupan Haluaran

Pengukuran klinis ketiga yang tidak kalah penting adalah

besarnya asupan dan haluaran cairan. Pengukuran dan pencatatan

asupan dan haluaran cairan dalam 24 jam diperlukan sebagai data

dalam menentujan keseimbangan cairan tubuh. Perawat harus

memberikan informasi pada klien, keluarga, dan seluruh tenaga

kesehatan tentang perlunya penghitungan asupan dan haluaran cairan

38

yang akurat. Penghitungan asupan cairan meliputi asupan minum per

oral, makanan, makanan cair, cairan parental, obat-obat intravena,

serta irigasi kateter atau selang. Adapun penghitungan haluaran

cairan meliputi haluaran urine, feses encer, muntahan, keringat,

drainase (lambung atau usus), drainase luka/fistula, serta dari

pernafasan yang cepat dan dalam.

Untuk menentukan apakah asupan dan haluaran dan cairan

proporsional, kita dapat melakukan beberapa teknik, seperti

membandingkan total asupan cairan per 24 jam dengan total

haluaran dalam 24 jam atau dengan membandingkan hasil

pengukuran saat ini dengan sebelumnya. Langkah ini terutama

dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang besar seperti urine.

Normalnya, orang dewasa memproduksi urine 40-80ml/jam. Jika

volume urine melebihi kisaran tersebut, kemungkinan tubuh

mengalami kelebihan cairan. Sebaliknya, jika volume urine kurang

dari 30 ml/jam, kemungkinan terjadi dehidrasi.

Menghitung balance cairan anak tergantung tahap umur,

untuk menentukan Air Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S

dalam Fluid Theraphy Bunko don(1995) dari PT. Otsuka Indonesia

yaitu :

Usia Balita (1 - 3 tahun) : 8cc/kgBB/hari

Usia 5 – 7 tahun : 8 - 8,5 cc/kgBB/hari

Usia 7 – 11= tahun : 6 - 7 cc/kgBB/hari

Usia 12 – 14 tahun : 5 - 6 cc/kgBB/hari

39

Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia

anak dalam tahun) X cc/kgBB/hari.

Rumus IWL : (30 – usia) x BB

Rumus IWL Kenaikan Suhu : IWL + 200 (Suhu Tinggi – 36,8oC)

36,8OC adalah nilai konstanta.

Cara menghitung balance cairan :

Jumlah intake – jumlah output (termasuk IWL)

Intake berupa : Minum, infus dan obat-obatan

Output berupa : Urine, feses, muntah dan IWL

4) Status Hidrasi

Status hidrasi meliputi adanya edema, rasa haus yang

berlebihan, kekeringan pada membrane mukosa.

d. Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik meliputi sistem yang berhubungan dengan

masalah cairan, seperti sistem integument (status turgor kulit dan edema),

sistem kardiovaskular (adanya distensi vena jugularis, tekanan darah, dan

bunyi jantung), sistem pengelihatan (kondisi dan cairan mata), sistem

neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran, adanya reflex),

dan system gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah, dan bising

usus).

40

1. Turgor Kulit

Normalnya, jika dicubit kulit akan segera akan segera keposisi

normal setelah dilepaskan. Pada klien defisit volume cairan, kulit

akan kembali datar dalam jangka waktu yang lama (hingga beberapa

detik). Pada orang dewasa, pengukuran turgor kulit paling baik

dialakukan diatas sternum, kening, dan paha sebelah dalam. Pada

anak, pengukuran turgor sebaiknya dilakukan diarea badomen atau

paha bagian tengah, pada orang tua, turgor kulit mengalami

penurunan sehingga perlu dilakukan penimbangan berat badan untuk

mengukur status hidrasi disamping dengan pengukuran turgor kulit.

2. Iritabilitas Neuromuskular

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkaji ketidak

seimbangan kalsium dan magnesium. Pemeriksaan fisik meliputi

pemeriksaan tanda Chovstek dan tanda Trousseau. Pemeriksaan

tanda Chovstek dilakukan dengan mengetuk saraf wajah (sekitar 2

cm didepan liang telinga). Jika pada saat diketuk terjadi reflex

meringis pada otot wajah termasuk bibir, berarti tanda Chovstek

positif (mungkin terjadi hipomagnesemia atau hipokalsemia). Untuk

melakukan test Trousseau, pasang manset tekanan darah pada

lengan, pompa dengan tekanan dibawah sistole selama 2-3 menit.

Apabila timbul spasme karpal dan tetani, mengindikasikan terjadinya

hipokalsemia dan hipomagnesemia.

41

e. Pemeriksaan Laboratorium atau Diagnostik Lainnya

1. Pemeriksaan Laboratorium atau Diagnostik Kekurangan Volume

Cairan dan Elektrolit

Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik lainnya dapat

berupa pemeriksaan kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida, berat

jenis urine, analisis gas darah, dan lain-lain).

a) Hitung Darah

Hematokrit (Ht) menggambarkan presentase total darah

dengan volume sel dalam plasma, nilainya akan dipengaruhi oleh

jumlah cairan plasma. Dengan demikian, nilai Ht pada klien yang

mengalami dehidrasi atau hipovolemia cenderung meningkat,

sedangkan nilai Ht pada pasien yang mengalami overhidrasi dapat

menurun. Normalnya, nilai Ht pada laki-laki adalah 40%-54%

dan perempuan 37-47%. Biasanya kadar peningkatan hemoglobin

diikuti dengan peningkatan kadar hematokrit.

b) Osmolalitas

Osmolalitas merupakan indicator konsentrasi sejumlah

partikel yang terlarut dalam serum dan urine. Biasanya dinyatakan

dalam mOsm/kg.

c) pH Urine

pH urine menunjukkan tingkat keasaman urine, yang

dapat digunakan untuk menggambarkan ketidakseimbangan

asam-basa. pH urine normal adalah 4,6-8 pada kondisi asidosis

metabolik.

42

d) Berat Jenis Urine

Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indikator

gangguan keseimbangan cairan, walaupun hasilnya kurang

reliable. Akan tetapi, pengukuran BJ urine merupakan cara paling

mudah dan cepat untuk menentukan konsentrasi urine. Berat jenis

urine dapat meningkat saat terjadi pemekatan akibat kekurangan

cairan dan menurun saat tubuh kelebihan cairan. Nilai BJ urine

normal adalah 1,005m,030 (biasanya 1,010-1,025). Selain itu, BJ

urine juga meningkat saat terdapat glukosa dalam urine, juga pada

pemberian dekstran, obat kontras radiografi, dan beberapa jenis

obat lainnya.

2. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Pasien DBD

a. Darah Lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20%

atau lebih), trobositopenia (100.000/mm3 atau kurang).

b. Serologi : uji HI (hemoaglutination inhibition test).

c. Rontgen Thoraks : effusi pleura.

2) Diagnosa Keperawatan

Kekurangan volume cairan dan elektrolit

a. Definisi

Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/ atau

intraseluler, ini mngacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa

perubahan pada natrium.

b. Batasan karakteristik

1. Perubahan status mental

43

2. Penurunan tekanan darah

3. Penurunan tekanan nadi

4. Penurunan volume nadi

5. Penurunan turgor kulit

6. Penurunan turgor lidah

7. Penurunan pengisian vena

8. Penurunan haluaran urin

9. Membran mukosa kering

10. Kulit kering

11. Peningkatan hematokrit

12. Peningkatan suhu tubuh

13. Peningkatan frekwensi nadi

14. Peningkatan konsentrasi urin

15. Penurunan berat badan

16. Haus

17. Kelemahan

c. Faktor yang berhubungan

1. Kehilangan cairan aktif

2. Kegagalan mekanisme regulasi

3) Intervensi Keperawatan

Pada pasien dengan diagnosa kekurangan volume cairan dan

elektrolit ditetapkan intervensi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan

cairan dan elektrolit.

44

a. NOC :

1. Fluid balance

2. Hydration

3. Nutritional Status : Food and Fluid Intake

b. NIC :

1. Fluid management

Aktivitas :

a) Timbang popok/pembalut jika diperlukan

b) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

c) Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi

adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan

d) Monitor vital sign

e) Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori

harian

f) Kolaborasi pemberian cairan IV

g) Monitor status nutrisi

h) Berikan cairan IV pada suhu ruangan

i) Dorong masukan oral

j) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

k) Tawarkan snack (jus buah, buah segar).

4. Implementasi Keperawatan

a. Peningkatan asupan cairan oral

Dalam pemberiannya, pasien umumnya mendapat

makanan/cairan dengan konsentrasi rendah. Jika dapat ditoleransi,

45

selanjutnya pasien akan mendapat makanan/minuman dengan jumlah

dan konsentrasi yang lebih tinggi hingga memenuhi kebutuhan diet

yang diharapkan.

b. Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena

Terapi intravena merupakan metode yang efektif dan

efisien untuk menyuplai kebutuhan cairan dan elektrolit. Perawat

berperan dalam melakukan pemasangan terapi intravena, perawatan,

serta pemantauan intravena.

Prosedur pemasangan terapi intravena adalah sebagai

berikut :

1) Persiapan Alat dan bahan

a. infuse set

b. Cairan infuse

c. Standar infuse

d. Sarung tangan bersih

e. Torniket

f. Jarum infuse

g. Pengalas

h. Gunting dan plester

i. Kapas alcohol

j. Alkohol

k. Kassa

l. Bethadine (povion-iodin)

46

2) Prosedur Pelaksanaan

a. Persiapkan klien. Minta persetujuan klien setelah

memberikan penjelasan mengenai tujuan dan prosedur

b. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

c. Siapkan lingkungan

d. Cuci tangan

e. Gantungkan botol cairan pada standar infuse

f. Buka dan siapkan infuse set

g. Buka slng dari plastic, jaga slang agar tidak terurai

h. Tutup klem

i. Buka botol, tusukkan pada jarum botol infusen

j. Isikan cairan kedalam tabung reservoir (tabung penghitung

tetes) dan slang infus. Buka infuse untuk meengisi slang

dengan cairan infus. Jika telah terisi, klem ditutup kembali

k. Keluarkan udara dari slang

l. Siapkan plester yang diperlukan

m. Pakai sarung tangan bersih

n. Cari lokasi pemasangan (usahakan pada area paling distal

pada ekstremitas yang tidak dominan)

o. Pasang pengalas dibawah lengan yang akan dipasang infuse

p. Pasang torniket sekitar 8-15 cm proksimal dari lokasi

pemasang

q. Perhatikan kondisi vena dan tentukan vena yang akan

digunakan

47

r. Lakukan desinfeksi pada daerah yang akan dipasang infuse

s. Buka penutup jarum dan tusukkan jarum ke dalam vena.

Pastikan jarum telah masuk kedalam vena (2/3 jarum

dimasukkan, mandarin ditarik sedikit untuk melihat ada

tidaknya aliran darah).

t. Jika telah masuk, mandarin ditarik sekitar 1/2 panjang jarum,

kemudian jarum didorong hingga masuk seluruhnya

kedalam vena.

u. Dekatkan ujung infus set, tekan daerah proksimal dari

tempat pemasangan (sekitar 5 cm), buka ujung infuse set,

tarik mandarin, dan seger masukkan ujung infu set pada

jarum infuse

v. Buka klem untuk memastikan bahwa cairan infuse dapat

mengalir kedalam pembuluh darah dan paikan j terjadi

ekstravasasi (ditandai dengan aliran infuse yang tidak

lancer, edema pada area pemasngan infuse, nyeri yang

sangat

w. Apabila akses vena dipastikan lancer, lakukan fiksasi jarum

infuse

x. Tulis tanggal dan jam pemasangan infuse, atur tetesan

infuse

y. Rapikan alat-alat

z. Cuci tangan.

48

5. Evaluasi

Pengumpulan data selama tindakan keperawatan, misalnya (turgor

kulit, asupan dan haluaran cairan, serta pengukuran berat badan) di

samping menentukan apakah kriteria hasil yang telah ditetapkan menurut

masing-masing diagnosis telah tercapai atau belum. Jika kriteria tersebut

belum tercapai, perawat harus menggali mengapa kriteria tersebut belum

tercapai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut.

a. Mengapa belum terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit ?

b. Apa alasan yang diberikan oleh klien ?

c. Apakah klien tidak mampu mengonsumsi cairan melalui oral ?

d. Apakah klien merasa mual ?

e. Adakah kehilangan cairan abnormal ?

f. Apakah obat yang diberikan mempengaruhi asupan dan haluaran

cairan ?

49

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Penelitian studi kasus ini menggunakan desain penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan

terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran

fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi didalam suatu populasi tertentu

(Notoatmodjo, 2010).

B. Subyek Studi Kasus

Subyek pada penelitian ini adalah pasien yang menerima pelayanan

asuhan keperawatan pada anak yang mengalami demam berdarah

dengue/DBD dengan diagnosa keperawatan “Kekurangan Volume Cairan dan

Elektrolit di Ruang Arafah RSU Aliyah 2 Kota Kendari”.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2012).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Pasien yang menerima pelayanan asuhan keperawatan pada anak

yang mengalami demam berdarah dengue/DBD dengan diagnosa

keperawatan “Kekurangan Volume Cairan dan Elektrolit di Ruang

Arafah RSU Aliyah 2 Kota Kendari”.

b. Pasien yang bersedia diwawancara.

50

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

(Nusalam, 2012).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang tidak

bersedia menjadi responden.

C. Fokus Studi

1. Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

2. Kekurangan volume cairan dan elektrolit pada anak yang mengalami

DBD di Ruang Arafah RSU Aliyah 2 Kota Kendari.

3. Meningkatkan penerapan asupan cairan pada anak yang mengalami

kekurangan volume cairan dan elektrolit.

D. Definisi Operasional

1. Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit

adalah serangkaian proses interaksi antara perawat dan pasien yang

terdiagnosis DBD untuk mengatasi masalah dalam pemenuhan kebutuhan

cairan dan elektrolit.

Terdiri dari :

a) Pengkajian

Proses pengumpulan data tentang gangguan pemenuhan

kebutuhan cairan dan elektrolit.

Pengkajian meliputi pengkajian riwayat kesehatan

(keperawatan), pengukuran klinis (berat badan harian, tanda vital,

51

serta asupan, dan haluaran cairan), pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi keseimbangan cairan.

b) Diagnosis keperawatan

Penggalian masalah keperawatan pada pasien. Masalah yang

akan ditegakkan adalah kekurangan volume cairan dan elektrolit.

c) Intervensi keperawatan

Serangkaian terapi keperawatan yang akan dilakukan atau

diberikan kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan cairan dan

elektrolit.

NOC :

1. Fluid balance

2. Hydration

3. Nutritional Status : Food and Fluid Intake

NIC :

a. Dorong peningkatan asupan cairan oral

Dalam pemberiannya, pasien umumnya mendapat

makanan/cairan dengan konsentrasi rendah. Jika dapat

ditoleransi, selanjutnya pasien akan mendapat

makanan/minuman dengan jumlah dan konsentrasi yang

lebih tinggi hingga memenuhi kebutuhan diet yang

diharapkan.

52

b. Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena

Pemberian terapi cairan intravena. Terapi intravena

merupakan metode yang efektif dan efisien untuk

menyuplai kebutuhan cairan dan elektrolit.

d) Implementasi keperawatan

Pelaksanaan dari serangkaian terapi yang akan diberikan

kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.

e) Evaluasi

Penilaian keefektifan perawatan pada pasien dalam

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

E. Tempat dan waktu

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Arafah RSU Aliyah 2 Kota Kendari

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 08 juni 2018 sampai dengan 11

juni 2018.

F. Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2010: 186).

53

Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara

terstruktur, yaitu wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa

pertanyaan secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan telah disusun.

Pada penelitian ini wawancara dilakukan pada orang tua anak yang

mengalami DBD dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit di

Ruang Arafah RSU Aliyah 2 Kota Kendari.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data

yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk

melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar

peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan

yang diteliti.

Dalam penelitian ini, dilakukan observasi secara langsung. peneliti

melakukan pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada anak yang

mengalami DBD dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit di

Ruang Arafah RSU Aliyah 2 Kota Kendari.

G. Penyajian Data

Data yang telah didapatkan dari responden dengan wawancara dan

telah diolah kemudian disajikan dalam narasi beserta interprestasinya.

Interprestasinya adalah pengambilan kesimpulan dari suatu data, data ditulis

dalam bentuk narasi atau tekstuler. Narasi atau (tekstuler) Adalah penyajian

data hasil penelitian dalam bentuk kalimat (Notoatmojo, 2010:188).

54

Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul dari hasil wawancara

dan observasi tentang kekurangan volume cairan dan elektrolit pada anak

yang mengalami DBD, kemudian disajikan dalam bentuk narasi.

H. Etika Studi Kasus

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Sebelum melakukan penelitian,

peneliti terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari institusi untuk

mengajukan permohon ijin kepada institusi/lembaga tempat penelitian.

Menurut Hidayat (2008), dalam melaksanakan penelitian ini penulis

menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Inforemed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan,

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent

tersebut antara lain; partisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan,

jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial

55

yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah

dihubungi, dan lain-lain (Hidayat, 2008).

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2008). Untuk menjaga

kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden, penulis tidak

mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup mencantumkan

nama inisial saja.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikampulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008). Peneliti menjelaskan bahwa

data yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaanya oleh

peneliti.

4. Azas Manfaat (Beneficience)

Beneficience adalah prinsip untuk memberi manfaat bagi orang

lain, bukan untuk membahayakan orang lain, melainkan bertanggung

jawab dalam memberikan perawatan serta berkewajiban untuk

melindungi (Winani, 2010).

56

Pada penelitian ini, peneliti bertanggung jawab dan memberi

manfaat kepada responden tanpa merugikan atau membahayakan

responden dan orang lain.

57

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Asuhan Keperawatan Pada An. N dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)

dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit di Ruang Arafah

RSU Aliyah 2 Kota Kendari

Tabel 4.1 Identitas Rekam Medis An. N di

RSU Aliyah 2 Kota Kendari Tahun 2018

No. Rekam Medis 00.56.60

Ruangan Arafah 06

Tanggal masuk 07 Juni 2018

Tanggal pengkajian 08 Juni 2018

Diagnosa medis Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Pengkajian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa An. N berusia 10 tahun

dirawat di Ruang Rawat Inap Arafah RSU Aliyah 2 Kota Kendari dengan

diagnosa DBD. An. N masuk di RSU Aliyah 2 Kota Kendari pada tanggal

06 Juni 2018 pada jam 09.45 Wita. Nomor rekam medis (RM) 00.56.60.

tempat tanggal lahir desa moramo, 15 maret 2008, jenis kelamin

perempuan, alamat desa moramo induk, suku tolaki, bangsa indonesia,

agama islam, diagnosa medis Demam Berdarah Dengue. Identitas

penanggung jawab yaitu nama Tn. M, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan

wiraswasta, hubungan dengan klien adalah ayah.

58

Keluhan utamanya keluarga mengatakan klien demam sudah 4 hari

yang lalu, mual dan muntah, susah makan dan susah minum, perut terasa

sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala serta tampak bintik merah

pada seleruh tubuh. Tanda- Tanda Vital (TTV) klien, nadi 104 kali per

menit, respirasi 22 kali per menit, Suhu 38,2oC.

Pengkajian dilakukan pada hari kamis tanggal 08 Juni 2018 jam

08.30 WITA. Keluarga mengatakan kondisi An. N sekarang badan teraba

hangat, tampak lemah, sakit kepala masih, perut masih terasa sakit, nyeri

pada persendian, nafsu makan berkurang dan tampak bintik-bintik merah

di seluruh tubuh masih ada. Saat dilakukan pengkajian merupakan hari

kedua perawatan. Selama dirawat terdapat beberapa data penunjang

seperti pemeriksaan laboratorium. Keluarga mengatakan sebelumnya An.

N tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang lain

maupun sakit DBD. Keluarga juga mengatakan bahwa tidak ada keluarga

yang mengalami sakit seperti An. N serta tidak ada salah satu keluarga

yang mempunyai penyakit menular dan menurun.

Imunisasi yang diberikan pada An. N sudah lengkap yaitu BCG,

DPT, polio, campak. An. N berguling pada umur 5 bulan, duduk pada

umur 8 bulan, meragkak pada umur 9 bulan, berdiri pada umur 9,5 bulan,

berjalan pada umur 12 bulan.

59

Susunan genogram pada keluarga An. N dapat digambarkan

sebagai berikut :

Keterangan :

: Laki-laki sudah meninggal

: Laki-laki

: Perempuan

: Garis hubungan

: Klien

An.N tinggal satu rumah dengan kedua orangtuanya. Kondisi

lingkungan rumah yang padat penduduknya. Keluarga mengatakan di

rumah memakai bak mandi jarang dikuras, hanya 1 kali dalam 2 minggu,

banyak gantungan baju dikamar. Keluarga mengatakan tetangga sebelah

rumah juga pernah ada yang mengalami DBD sebelumnya

. Pada pemeriksaan fisik, Keadaan Umum (KU) lemah, kesadaran

composmentis, dengan GCS 15, Tanda-Tanda Vital (TTV), nadi 104 kal

60

per menit, respirasi 22 kali per menit, Suhu 38,2oC, Tinggi Badan (TB)

124 cm, Berat Badan (BB) 23 kg. Wajah tampak kemerahan dengan

bintik- bintik merah, tidak ada lesi, dan tidak ada benjolan. Pada mata

sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, dan tidak ada edema palpebra.

Hidung simetris, tidak ada pernapsan cuping hidung, tidak ada epistaksis.

Pada mulut warna bibir pucat, mukosa kering, gusi tidak berdarah. Telinga

simetris kiri dan kanan, pendengaran baik. Tidak pembesaran kelenjar

getah bening. Pada pemeriksaan dada An. N dinding dada simetris, tidak

ada tarikan dinding dada, tampak bintik merah pada dada, fremitus kiri dan

kanan sama, perkusi sonor dan saat auskultasi terdengar vesikuler.

Pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis teraba, jantung

dalam batas normal, irama jantung ireguler. Pemeriksaam abdomen

simetris, tampak bintik pada abdomen, nyeri tekan pada ulu hati, bising

usus (+). Pada pemeriksaan integument turgor kulit kembali cepat, kulit

kering dan tampak bintik kemerahan. Terpasang infus Ringer Laktat (RL)

14 tts/mnt. pada ekstremitas bagian atas sebelah kiri, tidak ada edema,

capillary refill < 3 detik, tidak ada sianosis, akral teraba hangat. Pada

ektremitas bawah tampak bintik merah pada kaki, akral teraba hangat,

tidak edema, tidak sianosis, capillary refill < 3 detik, dan nyeri pada

persendian.

Nutrisi dan pola metabolik, BB anak sebelum sakit 23 kg, BB

anak saat dikaji 22 kg. An. N tidak memiliki riwayat alergi makanan

maupun obat, anak hanya minum 1 gelas air putih, selama sakit nafsu

61

makan An. N menurun dan sulit minum, makan hanya habis 4 sendok dari

porsi yang diberikan RS.

Pola eliminasi, keluarga mengatakan sebelum sakit klien biasanya

BAB 2 kali sehari, selama di rumah sakit klien BAB baru 1 kali, dengan

konsistensi lembek berwarna kuning kecokelatan dan berbau khas,

sedangkan untuk BAK 4-5 kali per hari, urine berwarna kuning jernih dan

bau khas.

An. N sering mual dan muntah, sering terbangun saat malam hari.

pada waktu sehat An. N sering tidur pada sore hari sekitar pukul 16.30.

Pada saat sakit An. N minum 2-3 gelas/hari.

Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi, pada tanggal 06 Juni 2018

a. Hemoglobin: 13,0 g/dl (normalnya: 10-16 g/dl)

b. Leukosit: 2.500/ mm3

(normalnya: 9.000-12.000/mm3)

c. Hematokrit: 42 % (normalnya: 33-38%).

d. Trombosit: 114.000/mm3 (normalnya: 150.000-400.000/mm

3)

Terapi pada tanggal 07 Juni 2018 sampai 10 Juni 2018 yaitu :

Infus Ringer Laktat (RL) 14 tts/menit 12 jam/ 2 kolf, Ulceranin 1/2 Ampul

(25 mg) / 12 jam, cefotaxim 500mg/ 8 jam, sanmol 3 x 1 1/2 cth (75 mg).

62

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang diangkat pada klien An. N yaitu

kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif, hal ini berdasarakan data yang didapatkan berupa data

subjektif dan objektif meliputi anak tampak muntah, kondisi lemah, bibir

kering, mukosa bibir pucat, dan hematokrit meningkat 42%.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan dilakukan pada klien mengacu pada NIC

dan NOC.

Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada klien An. N

dengan diagnosa kekurangan volume cairan dan elektrolit

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan terjadi keseimbangan

cairan dengan kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal, intake dan

output tidak terganggu, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik,

membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan, tidak ada

peningkatan hematokrit, tidak ada nadi cepat dan lemah.

NOC : Fluid balance, hydration, nutritional Status ; Food and Fluid Intake

NIC : Dorong peningkatan asupan cairan oral. dalam pemberiannya, klien

umumnya mendapat makanan/cairan dengan konsentrasi rendah. Jika

dapat ditoleransi, selanjutnya klien akan mendapat makanan/minuman

dengan jumlah dan konsentrasi yang lebih tinggi hingga memenuhi

kebutuhan diet yang diharapkan. Pemberian minum minimal 5 – 6 gelas (1

63

gelas = 200cc) per hari. Minum dapat berupa air putih, sirup, susu, sari

buah, soft drink, atau oralit. Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena,

terapi intravena merupakan metode yang efektif dan efisien untuk

menyuplai kebutuhan cairan dan elektrolit. Berikan cairan parenteral (RL

14 tts/mnt).

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang

dilakukan pada klien An. N selama 4 hari mulai dari tanggal 08 Juni

2018 sampai dengan 11 Juni 2018, dilakukan sesuai rencana atau

intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan tindakan keperawatan

sesuai dengan intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai.

Tindakan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan cairan dan

elektrolit pada klien An. N adalah memonitor tanda-tanda vital,

mempertahankan intake dan output yang akurat, memonitor status hidrasi

(membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat), memonitor tanda-tanda

meningkatnya kekurangan cairan (misalnya turgor tidak elastis, ubun-

ubun cekung, produksi urin menurun), mendorong klien meningkatan

asupan cairan oral, pemberian minum minimal 5 – 6 gelas per hari.

Minum berupa air putih dan jus, serta berkolaborasi dalam pemberian

cairan Intravena (IVFD RL 14 tts/mnt), serta memonitor hematokrit, hasil

37%.

64

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan setiap hari selama 4 hari. Hasil evaluasi untuk

masalah keseimbangan cairan dan hidrasi pada diagnosa keperawatan

kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif tertatasi pada hari ke 4, dengan kriteria hasil

suhu dalam batas normal, tidak mengalami peningkatan hematokrit,

membran mukosa lembab, tidak ada muntah serta tidak ada penurunan

dan kenaikan nadi.

NOC : Fluid balance, hydration, nutritional Status ; Food and Fluid Intake.

Tabel 4.2 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan pada An. N di

Rumah Sakit Umum Aliyah 2 Kota Kendari Tahun 2018

No

Hari/Tanggal

& Jam

Implementasi Evaluasi Paraf

1. Jum’at ,

08 Juni 2018

08.30

1. Mempertahankan cairan

intake dan output yang akurat

Hasil

Input :

Air putih 400cc/24jam, bubur

150cc/24 jam, infus

1000cc/24 jam, Ulceranin 1

cc/24 jam, sanmol 15cc/24

jam, cefotaxim 30cc/24 jam.

Output :

Muntah 2 kali : 150cc/24jam,

BAK: 800cc/24jam, BAB :

100ml=100cc/24 jam, IWL:

S :

- Ibu klien

mengataka

n anaknya

muntah 2

kali sehari

- ibu klien

mengataka

n anaknya

demam

O :

- Klien

nampak

Putri

Aningsi

65

08.40

14.30

08.45

08.45

300cc/24jam. IWL kenaikan

suhu: 70cc/24 Jam.

Balance : 1.596-1.420 = 176

2. Memonitor status hidrasi

(kelembapan mukosa,

memantau TTV

Hasil :

- Membran mukosa kering,

bibir kering, S: 38,2oC,

N: 104 x/mnt, P: 22

x/mnt.

- Membran mukosa kering,

bibir kering, S: 37,3oC,

N: 98 x/mnt, P: 22 x/mnt.

3. Dorong menambah asupan

cairan oral minimal 5-6 gelas

per hari.

Hasil :

Klien hanya minum ±2

gelas (±400cc) dalam 24

jam, dalam 1 hari klien

hanya menghabiskan bubur

1 ¼ piring (150cc) dari porsi

yang disediakan oleh RS

4. Kolaborasi pemberian

cairan intravena

Hasil : Diberikan cairan Ringer

lemah

- Klien

nampak

pucat

- Membran

mukosa

kering

- Suhu:37,3o

C,N:

98x/menit,

P :

22x/menit

- Input :

1.596cc

Output:

1.420cc

A :

Masalah

kekurangan

volume cairan

belum teratasi.

P :

intervensi 1,2,3

dan 4 lanjutkan

66

Laktat (RL) 1000cc. 14 tts/mnt

dalam 24 jam.

2. Sabtu

09 Juni 2018

08.30

08.40

14.30

1. Mempertahankan cairan

intake dan output yang

akurat

Hasil

Input :

Air putih 500cc/24jam,

bubur 150cc/24 jam, infus

1000cc/24 jam, Ulceranin 1

cc/24 jam, sanmol 15cc/24

jam, cefotaxim 30cc/24 jam.

Output :

Muntah 100cc/24jam, BAK:

800cc/24jam, BAB :

100ml=100cc/24 jam, IWL:

300cc/24jam. IWL kenaikan

suhu: 39cc/24 jam.

Balance : 1.639-1339 = 300

2. Memonitor status hidrasi

(kelembapan mukosa,

memantau TTV

Hasil :

- Membran mukosa kering,

bibir kering, S: 37,9oC, N:

100 x/mnt, P: 21 x/mnt.

- Membran mukosa kering,

bibir kering, S : 37oC, N:

96 x/mnt, P: 21 x/mnt

S :

- ibu klien

mengatakan

anaknya

muntah

- ibu klien

mengatakan

anaknya

masih demam

O :

- Klien nampak

lemah

- Klien nampak

pucat

- Membran

mukosa kering

- Suhu: 37oC

N: 96x/menit

P : 21x/menit

- Input : 1.696cc

Output:

1.339cc

A :

Masalah

kekurangan

volume cairan

belum teratasi.

P :

intervensi 1, 2,

Maria Ayu

Kondorura

67

08.45

08.45

3. Dorong menambah asupan

cairan oral minimal 5-6

gelas per hari.

Hasil :

Klien hanya minum ±3 gelas

(±600cc) dalam 24 jam,

klien hanya menghabiskan

bubur 1 ¼ piring (±150cc)

dari porsi yang disediakan

oleh RS.

4. Kolaborasi pemberian

cairan intravena.

Hasil : Diberikan cairan Ringer

Laktat (RL) 1000cc. 14 tts/mnt

dalam 24 jam.

3 dan 4

dilanjutkan

3. Minggu

10 Juni 2018

08.30

1. Mempertahankan cairan

intake dan output yang

akurat.

Hasil

Input :

Air putih 1000cc/24jam, jus

jambu 100cc/24 jam, bubur

300cc/24jam, infus

1000cc/24 jam

Output :

BAK: 1000cc/24jam, BAB :

100ml=100cc/24 jam, IWL:

S :

- Ibu klien

mengatakan

anaknya tidak

muntah lagi

- Ibu klien

mengatakan

anaknya

sudah tidak

demam lagi

- Ibu klien

mengatakan

68

08.40

14.30

08.45

300cc/24jam. IWL kenaikan

suhu: 40cc/24

Balance : 2.400-1.440 = 960

2. Memonitor status hidrasi

(kelembapan mukosa,

memantau TTV

Hasil :

Membran mukosa lembab,

bibir kering, S : 36,9oC, N: 90

x/mnt, P: 20 x/mnt

Membran mukosa lembab,

bibir lembab, S : 36,5oC N:

90 x/mnt, P: 20 x/mnt

3. Dorong menambah asupan

cairan oral minimal 5-6 gelas

per hari.

Hasil :

Klien minum air putih ±5

gelas (±1000cc) per 24 jam,

jus jambu 1

/2 gelas (±100cc),

dalam sehari klien

menghabiskan 2 piring

(±300cc) bubur yang

disediakn oleh RS.

4. Kolaborasi pemberian cairan

intravena.

Hasil :

anaknya

masih kurang

minum sesuai

dengan yang

dianjurkan

- Ibu klien

mengatakan

anaknya

masih lemas

O :

- Klien nampak

lemah

- Klien nampak

pucat

- Membran

mukosa

lembab

- Suhu:36,5oc

N: 90x/menit

P : 20x/menit

- Intake :

2.400cc

Output:

1.440cc

A :

Masalah

kekurangan

volume cairan

teratasi

sebagian.

P :

intervensi 1, 2,

69

08.45 Diberikan cairan Ringer

Laktat (RL) 1000cc. 14

tts/mnt dalam 24 jam.

3 dan 4

dipertahankan

4. Senin

11 Juni 2018

08.30

08.40

14.30

1. Mempertahankan cairan

intake dan output yang

akurat.

Hasil

Input :

Air putih 1000cc/24jam, jus

jambu 200cc/24 jam, bubur

400cc/24jam, infus 800cc

Output :

BAK: 1000cc/24jam, BAB 2

kali : 200ml=200cc/24 jam.

Balance: 2.400-1.200 = 1.200

2. Memonitor status hidrasi

(kelembapan mukosa,

memantau TTV

Hasil :

- Membran mukosa lembab,

bibir lembab, S : 36,3oC, N:

94 x/mnt, P: 21 x/mnt

- Membran mukosa lembab,

bibir lembab, S : 36,3oC, N:

90 x/mnt, P: 21 x/mnt

3. Dorong menambah asupan

cairan oral minimal 5-6 gelas

S :

- Ibu klien

mengatakan

anaknya tidak

demam lagi

- Ibu klien

mengatakan

nafsu makan

anknya

bertambah

- Ibu klien

mengatakan

anaknya sudah

mulai banyak

minum

O :

- Membran

mukosa

lembab

- Suhu:36,3oC

N: 90x/menit

- P : 21x/menit

- Intput :

2.400cc

Output:

1.200cc

70

08.45

08.45

per hari

Hasil :

Klien minum air putih ±5

gelas (±1000cc) per 24 jam,

jus jambu 1 gelas (±200cc),

dalam sehari klien

menghabiskan 2 piring

(±400cc) bubur yang

disediakn oleh RS.

4. Kolaborasi pemberian cairan

intravena.

Hasil :

Diberikan cairan Ringer

Laktat (RL) 800cc. 14 tts/mnt

dalam 24 jam.

A :

Masalah

kekurangan

volume cairan

teratasi.

P :

intervensi 1,2,3

dan 4 di

hentikan

Pasien pulang

71

B. PEMBAHASAN KASUS

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori

dengan aplikasi atau prakrek asuhan keperawatan pada An. N dengan

kasus yang telah dilakukan sejak tanggal 08 Juni 2018 sampai dengan 11 Juni

2018. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi

keperawatan.

1. Pengkajian

Pada klien An. N pengkajian riwayat kesehatan didapatkan demam

sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada

persendian, dan sakit kepala, tampak bintik-bintik merah pada seluruh

tubuh.

Menurut Ngastiyah, 2014 penyakit DBD ditandai oleh demam

mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu

makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi,

kepala dan perut. Gejala- gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada

hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka

ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan dibawah

kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai

perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung,

melena, dan juga hematuria massif.

Hasil analisa peneliti, tidak ada perbedaan yang mendasari pada

teori karena pada kenyataan kasus yang ditemukan pada An. N sesuai

72

dengan teori yang mengungkapkan penyakit DBD ditandai oleh demam

mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu

makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi,

kepala dan perut dan adanya bentuk perdarahan dibawah kulit (petekie).

Hasil penelitian juga didapatkan bahwa keluarga mengatakan di

rumah memakai bak mandi jarang dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu,

banyak gantungan baju dikamar, keluarga klien juga mengatakan bahwa

tetangga sebelah rumah klien juga pernah mengalami DBD sebelumnya.

Pola tidur An. N sering tidur pada sore hari sekitar pukul 16.30.

Wati (2009), menyatakan bahwa kejadian DBD pada responden

yang pernah sakit DBD terdapat hubungan antara kebiasaan menggantung

pakaian dengan kejadian DBD. Penelitian yang dilakukan Dardjito pada

tahun 2008 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan tidur

siang dengan kejadian DBD.

Nursalam, dkk (2008), menyatakan bahwa kondisi lingkungan

yang menyebabkan DBD sering kali di daerah yang padat penduduknya

dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang, bak

yang jarang di kuras dan gantungan baju di kamar).

Menurut Soedjas (2011), menyebutkan bahwa nyamuk dari

tetangga mungkin terbang ke rumah sekitarnya, karena nyamuk memiliki

daya jelajah hingga 100 meter.

73

Menurut analisa penenliti faktor penyebab dari penyakit DBD

yang ditemukan pada An. N sama dengan teori dari aspek lingkungan.

Sedangkan pada aspek pola kebiasan tidur anak pada siang hari jam

10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00 tidak sama dengan teori

karena pola tidur pada siang hari dan sore tidak selalu berhubungan

dengan kejadian DBD.

Pada pemeriksaan fisik An. N didapatkan adanya edema pelpebra,

nyeri ulu hati, nyeri persendian, dan adanya petekie pada seluruh tubuh.

Susilaningrum dkk (2013), Gejala khas DBD berupa perdarahan

pada kulit atau tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan

konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi,

hematemesis, melena. Menurut Nursalam dkk (2008), mengatakan kasus

DBD ditandai dengan manifetasi klinis perdarahan kulit dapat berwujud

memar atau dapat juga berupa peradarahan spontan mulai dari petekie

(muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6

hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai epistaksis dan

peradarahan gusi.

Menurut analisa peneliti bahwa gejala perdarahan pada anak DBD

sama dengan teori. Perdarahan tersebut diakibatkan karena pecahnya

pembuluh darah kapiler, gangguan fungsi trombosit dan kelainan

koagulasi.

Menurut penelitian Zein, dkk (2015), mengatakan bahwa

didapatkan jumlah anak yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak

74

yaitu 34 penderita (68%). Menurut Suriadi & Yuliani (2010) mengatakan

manifestasi klinis pada anak DBD adanya nyeri otot, tulang sendi,

abdomen dan ulu hati.

Menurut analisa peneliti adanya gejala nyeri ulu hati, nyeri

abdomen dan nyeri persendian sesuai dengan teori. Adanya tersebut

diakibatkan kebocoran plasma endothelium kapiler sehingga

tertumpuknya cairan.

2. Diagnosa Keperawatan

Hasil pengkajian dan analisa yang dilakukan pada An. N diangkat

diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan dan elektrolit

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Diagnosa ini ditegakkan

oleh peneliti karena ditemukan batasan karakteristik yaitu adanya

peningkatan suhu tubuh, lemah, penurunan turgor kulit, membran mukosa

kering, dan terjadi peningkatan hematokrit 42%. Ini sesuai dengan (Nanda,

2015), bahwa kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan

intravaskular, interstisial, dan atau intraseluler yang mengacu pada

dehidrasi meliputi ; perubahan status mental, penurunan tekanan darah,

penurunan tekanan nadi, penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit,

membran mukosa kering, kulit kering, lemah dan peningkatan suhu tubuh.

3. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan kasus An. N, tindakan yang akan dilakukan sesuai

dengan intervensi yang telah peneliti susun. Pada diagnosa kekurangan

volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan

75

aktif. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam

diharapkan terjadi keseimbangan cairan dengan kriteria hasil : Suhu tubuh

dalam batas normal, intake dan output tidak terganggu, tidak ada tanda-

tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa

haus yang berlebihan, tidak ada peningkatan hematokrit, tidak ada nadi

cepat dan lemah.

NOC : Fluid balance, hydration, nutritional Status ; Food and Fluid Intake

NIC : Dorong peningkatan asupan cairan oral. dalam pemberiannya, klien

umumnya mendapat makanan/cairan dengan konsentrasi rendah. Jika

dapat ditoleransi, selanjutnya pasien akan mendapat makanan/minuman

dengan jumlah dan konsentrasi yang lebih tinggi hingga memenuhi

kebutuhan diet yang diharapkan. Pemberian minum yaitu 1,5 - 2 liter

dalam 24 jam, atau minimal 5 – 6 gelas ( 1 gelas = 200cc) per hari.

Minum dapat berupa air putih, sirup, susu, sari buah, soft drink, atau oralit.

Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena, terapi intravena merupakan

metode yang efektif dan efisien untuk menyuplai kebutuhan cairan dan

elektrolit. Berikan cairan parenteral (RL 14 tts/mnt).

Menurut peneliti, mendorong klien untuk meningkatkan asupan

cairan oral pada klien yang mengalami kekurangan volume cairan dan

elektrolit sangat diperlukan untuk mencegah dehidrasi akibat suhu tubuh

yang meningkat, begitupun dengan pemberian cairan melalui intravena

sangat diperlukan untuk mencegah dehidrasi pada klien yang tidak mau

minum, muntah, nyeri perut atau hematokrit yang cenderung meningkat.

76

Menurut penelitian Andriani, dkk (2014), penatalaksanaan

terapi DBD pada anak terdiri dari 2 terapi yaitu terapi suportif dan

terapi simptomatik. Terapi suportif pada penderita DBD berupa

pergantian cairan intravena akibat terjadinya dehidrasi. Data terapi

suportif terbanyak ialah pemberian cairan kristaloid sebanyak 62

penderita (83.78%). Pada terapi DBD derajat I dan II jenis cairan yang

diberikan ialah kristaloid berupa RL/Asering/NaCl 0,9%. Sedangkan

untuk terapi simptomatik ada beberapa jenis yang diberikan salah satunya

terapi antipiretik. Pada terapi antipiretik, data hasil penelitian

menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberian sanmol sebanyak 58

penderita (78.38%).

Ngastyah (2014), mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan

biasanaya bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada

otot-otot atau sendi seperti sanmol. Pemberian minum pada anak sedikit

demi sedikit yaitu 1,5 - 2 liter dalam 24 jam, infus diberikan pada klien

apabila klien terus menerus muntah, tidak dapat minum sehingga

mengancam terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang cenderung

meningkat.

Berdasarkan analisa peneliti, pelaksanaan implementasi dorong

peningkatan asupan cairan oral dan kolaborasi pemberian obat dan cairan

intravena sesuai dengan teori. Karena kekurangan cairan dan elektrolit

dalam tubuh akan menyebabkan kekurangan volume plasma yang

berakibatkan terjadinya peningkatan hematokrit dan pengentalan darah,

sehingga bisa menyababkan anak menjadi syok hipovolemik. Kejadian

77

tersebut terjadi pada fase akut dimana cairan akan keluar dari intraseluler

ke eskstraseluler dan masuk pada organ yang berongga.

4. Implemetasi Keperawatan

Implementasi Kekurangan volume cairan dan elektrolit

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif pada klien An. N, tindakan

keperawatan mandiri yang peneliti lakukan adalah mendorong klien

mengkonsumsi cairan minimal 5 – 6 gelas (1 gelas = 200cc) per hari.

Minuman dapat berupa air putih dan jus jambu. Tindakan kolaborasi yang

diberikan yaitu pemberian obat dan cairan IV (Ulceranin 1/2 Ampul (25

mg) / 12 jam = 1cc, cefotaxim 500mg/ 8 jam = 30cc, sanmol 3 x 1 1/2 cth

75 mg = 15cc, cairan IV RL 14 tts/mnt/12 jam, 2 kolf).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan pada An. N dengan masalah keperawatan

kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif, dapat teratasi pada hari ke 4 perawatan dengan kriteria hasil

data subjektif keluarga mengatakan anak tidak demam lagi setelah demam

naik turun hari ke 8, suhu: 36,3oC, tidak ada tanda dehidrasi seperti

mukosa lembab, tidak pucat, tidak ada mual dan muntah, hematokrit

dalam batas normal 37%, asupan oral meningkat seperti mulai banyak

minum air putih ± 5 - 6 gelas per hari, selingan jus jambu, klien namak

tidak lemah lagi.

78

Sesuai dengan pernyataan (Tarwoto dan Wartonah, 2012)

mengatakan bahwa kebutuhan cairan pada anak usia 10 tahun yaitu 2000-

2500 ml per 24 jam, pemberian cairan 1500 cc per hari atau 6 gelas

ditujukan untuk memberikan cairan yang cukup agar tidak terjadi

dehidrasi dan mengembalikan keseimbangan cairan.

Menurut soedjas (2011), mengatakan bahwa fase penyembuhan

yang terjadi pada hari ke-7 atau ke-8, ditunjukkan adanya keadaan

umum membaik dan demam sudah turun sebagai bagian dari rekasi

tahap ini.

Berdasarkan analisa peneliti, kriteria hasil diagnosis kekurangan

volume cairan dan elektrolit sesuai dengan teori karena pada klien An. N

menunjukkan bahwa suhu anak turun hari ke-7 dan 8 dan sudah tidak ada

tanda-tanda dehidrasi seperti terjadi peningkatan asupan oral, mukosa

lembab, bibir lembab, anak nampak tidak lemah lagi. Sehingga diagnosa

keperawatan pada An. N sudah teratasi pada hari ke 4 pelaksanaan asuhan

keperawatan. Fase penyembuhan terjadi pada hari ke-3 (hari ke-7 atau ke-

8 sakit, dimana virus sudah mulai melemah, ditunjukkan adanya keadaan

umum membaik, tidak ada muntah, asupan oral meningkat seperti nafsu

makan sudah ada dan demam sudah turun sebagai bagian dari rekasi tahap

ini. Pada hari ke-4 pelaksanaan asuhan keperawatan, tepat pukul 16.45

klien sudah diperbolehkan pulang dalam keadaan klien dinyatakan sembuh

dari penyakitnya dengan hasil lab trombosit 158.000/mm3.

79

C. KETERBATASAN

1. Kekuatan

Kekuatan dari implementasi diagnosa adalah klien dan ibu

termasuk aktif dan kooperatif dalam upaya perawatan klien selama 4

hari di rumah sakit. Selain itu keluarga juga bisa diajak bekerjasama

dalam melakukan tindakan keperawatan dan keluarga klien juga selalu

mendampingi dan menyediakan kebutuhan klien serta mengikuti saran

dokter dan perawat diruangan.

2. Kelemahan

Kelemahan dari implementasi diagnosa adalah klien terkadang

sulit diajak berkomunikasi, dan banyaknya pengunjung yang

menjenguk klien pada saat dilakukan tindakan keperawatan sehingga

dalam upaya pencapaian implementasi keperawatan kurang maksimal.

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An. N dengan

demam berdarah dengue (DBD) di Ruang Arafah RSU Aliyah 2 Kota

Kendari tahun 2018, peneliti dapat mengambil kesimpulan:

1. Hasil pengkajian pada An. N didapatkan data mengalami DBD dengan

gejala yang yaitu demam dengan suhu > 38,2oC, mual dan muntah, perut

terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus An. N yaitu

kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh,

penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, lemah dan terjadi

peningkatan hematokrit.

3. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah kekurangan volume

cairan dan elektrolit ya i tu mendorong klien meningkatkan asupan

cairan oral dan kolaborasi pemberian cairan melalui intravena.

4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 4 hari, Implementasi sesuai

dengan intervensi. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat

dilaksanakan pada implementasi keperawatan.

81

5. Hasil evaluasi keperawatan pada masalah kekurangan volume cairan

dan elektrolit pada An. N teratasi pada hari ke 4 pelaksanaan asuhan

keperawatan dengan kriteria hasil tidak ada peningkatan suhu tubuh

(36,3oC), tidak ada dehidrasi, mukosa lembab, tidak pucat, tidak ada

mual dan muntah, hematokrit dalam batas normal 37%, asupan oral

meningkat seperti sudah banyak minum air putih ± 5 – 6 gelas perhari,

klien namak tidak lemah lagi.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hendaknya Karya Tulis Ilmiah ini digunakan sebagai sumber

referensi atau bahan informasi tentang Demam Berdarah Dengue Pada

Anak.

2. Bagi Direktur RSU Aliyah 2 Kota Kendari

Melalui Pimpinan Rumah Sakit agar sering dilaksanakan palatihan

secara berkala penyegaran asuhan keperawatan pada klien anak dengan

DBD.

3. Bagi Perawat

Kepada pegawai khususnya perawat, agar lebih intens dan

meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada klien

karena sangat berpengaruh besar kepada kesehatan tersebut.

82

4. Bagi Masyarakat

Hendaknya memerhatikan tentang tanda-tanda DBD.

Membersihkan penampungan air serta kebersihan sekitar rumah agar

tidak ada sarang nyamuk yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk

aedes aegypti.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam

penerapan asuhan keperawatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, N.W.E., Tjitrosantoso, H., Yamlean, P.V.Y. 2013. Kajian

Penatalaksanaan Terapi Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Pada Penderita Anak yang Menjalani Perawatan Di Rsup Prof. Dr. R.D

Kandou Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3 No. 2. (Diakses pada

tanggal 15 Juli 2018)

Depkes RI, 2004. Perilaku dan Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti. Buletin

Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2016. Profil Dinkes Kota Kendari Tahun

2016. Kendari. Sulawesi Tenggara

Dinkes Kota Kendari, 2016. Data Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue

(DBD) Kota Kendari. Kota Kendari. Sulawesi Tenggara.

Djunaedi, Djoni, 2006, Demam Berdarah. Universitas Muhammadiyah Malang,

Malang.

Garna, H., 2012. Divisi Penyakit dan Penyakit Tropis. Bandung: Universitas

Padjajaran.

Grace, 2006. Buku Penatalaksanaa DHF dengan Syok. Edisi 3. Jakarta : EGC

Huda, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keoerawatan Berdasarkan Diagnosa Medis

& NANDA NIC NOC, Jilid 1, Yogyakarta : MediAction

Harian (News Later). Edisi Rabu 10 Maret 2004. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta.

Kartika, Wijayaningsih Sari. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : Trans

Info Media

Kemenkes RI, (2016). Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan

Kemenkes RI, 2010. Penemuan dan Tatalaksana Penderita Demam Berdarah

Dengue. Jakarta: Dirjen P2L.

Kemenkes RI, (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2015. Depkes RI. Jakarta

Kemenkes RI, (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2016. Depkes RI. Jakarta

Mubarak dan Chayatin. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Prof. Dr. T. H. Rampengan, SpA (K). 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak,

Edisi 2, Jakarta : EGC

Riskesda Sulawesi Tenggara. 2016. Demam Berdarah Dengue. Sulawesi Tenggara

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue. Surabaya. Airlangga Univesity press

Soedjas, Triwibowo. 2011. Bila Anal Sakit. Yogyakarta: Amara Books

Suriadi dan Rita Y, 2010, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi 2, CV. Agung

Seto, Jakarta

Susilaningrum, R., Nursalam & Utami, S. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan

Anak.Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan

Keseimbangan Cairan & Elektrolit”. Jakarta : EGC

Tarwoto dan Wartonah, 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Jakarta : Medika

Wijayaningsih, K.S. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info

Media

World Health Organization, 1999. Regional Office for South-East Asia, New

Delhi. Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Hemmorhagic

Fever in Small Hospitals

World Health Organization. 2014. Tropical Disease. Dengue and Server Dengue

: Global Burden of Dengue. Geneva.

Zein, D.A, Hapsari, M.D, Farhanah, N. 2015. Gambaran Karakteristik Warning

Sign WHO 2009 Pada Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Anak

dan Dewasa. Jurnal Universitas Diponegoro. Volume 4 No. 4 (Diakses

Pada Tanggal 15 Juli 2018).

Lampiran 1 Jawal Kegiatan

JADWAL KEGIATAN

A. Alat dan Bahan

Alat penelitian yang digunakan yaitu alat tulis, alat perekam, dan

kamera. Sedangkan bahan penelitian yang digunakan yaitu lembar

wawancara.

B. Cara kerja

1. Tahap persiapan

Tahap ini dilakukan penyusunan proposal dan mengurus surat izin

atau pengantar dari Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan

Keperawatan yang ditujukan oleh pihak Rumah Sakit Umum Aliyah 2

Kota Kendari untuk mendapatkan izin penelitian ditempat tersebut.

2. Tahap penelitian

a. Melakukan peninjauan langsung pada objek penelitian

b. Memberikan informed consent untuk ditandatangani oleh subyek

yang akan diteliti

3. Melakukan asuhan keperawatan pada Anak dengan Demam Berdarah

Dengue (DBD) dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit di

Ruang Arafah RSU Aliyah 2 Kota Kendari.

4. Tahap pengelolaan data

Melakukan analisa berdasarkan data yang telah dikumpukan

kemudian menyajikan data tersebut untuk memberikan penjelasan

tentang asuhan keperawatan pada anak dengan demam berdarah

dengue (DBD) dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

5. Tahap akhir

Tahap akhir dari penelitian ini yaitu menulis laporan, yang

disajikan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah.

Lampiran 2 informasi & Pernyataan Persetujuan (informed consent)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMEDCONSENT)

MENJADI SUBYEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : An. N

Umur : 10 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Moramo Induk

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami

penelitian yang dilakukan dengan judul Asuhan Keperawatan pada Anak

dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam Pemenuhan Kebutuhan

Cairan dan Elektrolit di Ruang Arafah RSU Aliyah 2 Kota Kendari,

dengan ini menyatakan bersedia untuk berperan serta menjadi subyek

penelitian dan bersedia melakukan terapi sesuai dengan data yang diperlukan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan

dari pihak manapun.

Yang membuat surat pernyataan

Lampiran 3 Instrumen Studi Kasus

INSTRUMEN STUDI KASUS

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan

data (notoatmojo, 2010). Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu :

1. Alat tulis dan buku

Alat tulis dan buku digunakan untuk menuliskan informasi yang

didapatkan dari narasumber.

2. Lembar wawancara

Lembar wawancara berisi pertanyaan seputar keadaan pada anak yang

mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD).

3. Kamera

Digunakan oleh peneliti untuk mendokumentasikan gambar ketika

melakukan observasi.

4. Alat perekam

Alat rekam digunakan untuk merekam suara ketika melakukan

pengumpulan data, baik menggunakan metode wawancara maupun

observasi.

Lampiran 6 Lembar Dokumentasi

1. Mengobservasi TTV

2. Mengkaji intake dan output 3. Mengatur tetesan infus 15 tpm.

4.Mendorong meningkatkan asupan oral