Upload
operator-warnet-vast-raha
View
5.022
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi
pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negara-
negara barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan
merupakan kelainan pembuluh darah karena autoimmune, panangitis yang hasil
akhirnya menyebabkan stenosis dan oklusi pada pembuluh darah.
Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh
von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul “A strange form of
endarteritis and endophlebitis with gangren of the feet”. Kurang lebih sekitar
seperempat abad kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger
mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia
lebih memfokuskan pada gambaran klinis dari Tromboangitis Obliterans sebagai
“presenile spontaneous gangren”.
Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi
pada pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus
melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru, pada
bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC publication, sebanyak
2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan penyebab kematian,
bulan, ras dan jenis kelamin (International Classification of Diseases, Tenth
Revision, 1992), telah dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan dengan
Tromboangitis Obliterans, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah
2:1 dan etnis putih dan hitam adalah 8:1.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sindrom buerger?
2. Apa yang menjadi penyebab terjadinya sindrom buerger?
3. Bagaimana proses terjadinya?
4. Apa saja tanda dan gejalanya?
5. Bagaimana cara untuk menanganinya?
6. Bagaimana konsep keperawatan dari sindrom buerger?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang penyakit sindrom buerger.
2. Untuk menambah pengetahuan agar lebih peduli terhadap kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
I. KONSEP DASAR
A. Definisi
Penyakit buerger adalah penyakit pembuluh darah yang bersifat
segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam, berupa
peradangan, proliferasi dan non supurasi serta terjadi penyumbatan oleh
thrombus pada segmen yang terkena terutama mengenai pembuluh darah kecil
sampai sedang. (Jennifer, 2001).
Burger Disease adalah infeksi dari arteri dan vena yang pada akhirnya
menyebabkan ischaemia. Biasanya disini terjadi pembentukan thrombus, dimana
menghasilkan scarring ketika peradangan terjadi. (Asih, 2002).
Penyakit Buerger Disease merupakan kelainan yang mengawali terjadinya
obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami
konstriksi atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan
sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan. (Smeltzer, 2002).
B. Etiologi
Meskipun penyebab penyakit buerger tidak diketahui dengan jelas,
tersebut berhubungan erat dengan mengkonsumsi rokok. Penggunaan atau
terpaparnya rokok merupakan hal yang mendasari inisiasi dan progresifitas dari
penyakit ini. Mengapa dan bagaimana merokok sigaret menyebabkan terjadinya
penyakit ini, tidak diketahui. (Jennifer, 2001)
De Moerloose et al. menunjukan penanda penurunan frekuensi dari
antigen HLA – B12 pada pasien dengan penyakit buerger (2,2% vs. 28%
control). Kelainan ini hamper sama dengan penyakit autoimmune lainnya, burger
disease dapat memiliki sebuah predisposisi genetic tanpa penyebab mutasi gen
secara langsung. Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit buerger
adalah suatu endarteritis yang dimediasi Sistem imun study imunositokimia
mengidentifikasikan deposisi linear dari immunoglobulin dan factor komplemen
lamina elastic. Adanya antigen tidak ditemukan. Peranan hyperhomocysteinemia
dalam pathogenesis dari penyakit buerger, adalah masih kontroversial. (Jennifer,
2001).
Hubungan antara kondisi trombofilik seperti sindrom antifosfolipid dan
penyakit buerger juga telah pula diusulkan. Endothelial perifer tergantung
vasodilatasi terganggu pada pasien dengan penyakit buerger yang mana
mekanisme endotheial vasodilatasi terlihat intak. (Jennifer, 2001).
C. Patofisiologi
Pada umumnya Syndrom Buerger terjadi pada orang yang merokok
sehingga dapat menimbulkan peningkatan asam pada penyakit buerger. Sehingga
imun meningkat dan tubuh mengalami hipersensitivitas yang menyebabkan
kepekaan seluler serta meningkatkan enzim dan serum anti endotenial. Karena
meningkatnya enzim dan serum anti endotenial menyebabkan vaskuler melemah
sehingga terjadilah peningkatan HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5, dan akan
mengakibatkan disfungsi vaskuler yang menimbulkan peradangan pada arteri dan
vena sehingga terbentuklah gangren dan akhirnya akan di amputasi. (Smeltzer,
2002).
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan
terjadi perubahan patologis : (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis, (b)
tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi
tulang yang berkembang menjadi osteomielitis, (c) terjadi kontraktur dan atrofi,
(d) kulit menjadi atrofi, (e) fibrosis perineural dan perivaskular, (f) ulserasi dan
gangren yang dimulai dari ujung jari. (Smeltzer, 2002).
Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat.
Penyakit berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang
demi falang, jari demi jari. Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal
terserang tidak dapat diramalkan. Morbus buerger ini mungkin mengenai satu
kaki atau tangan, mungkin keduanya. Penderita biasanya kelelahan dan payah
sekali karena tidurnya terganggu oleh nyeri iskemia. (Smeltzer, 2002).
D. Manifestasi Klinis
Gejala karena berkurangnya pasokan darah / iskemia ke lengan atau
tungkai terjadi secara perlahan, dimulai pada ujung – ujung jari tangan atau jari-
jari kaki dan menyebar ke lengan dan tungkai, sehingga akhirnya menyebabkan
gangren (kematian jaringan). Sekitar 40% penderita juga mengalami peradangan
vena (terutama vena permukaan) dan arteri dari kaki atau tungkai (Smeltzer,
2002).
Penderita merasakan kedinginan, mati rasa, kesemutan atau rasa terbakar.
Penderita seringkali mengalami fenome Raynaud dank ram otot, biasanya di
telapak kaki atau tungkai. Pada penyumbatan yang lebih berat, nyerinya lebih
hebat dan berlangsung lebih lama. Pada awal penyakit timbul luka terbuka,
gangren atau keduanya. Tangan atau kaki terasa dinginm berkeringat banyak dan
warnanya kebiruan, kemungkinan karena persyarafannya bereaksi terhadap nyeri
hebat yang menetap. (Smeltzer, 2002).
Manifestasi terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) yang
patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin
penyakit oklusi arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea.
(Asih, 2002).
Nyeri istirahat iskemik timbul progresif dan bisa mengenai tidak hanya
jari kaki, tetapi juga jari tangan dan jari yang terkena bisa memperlihatkan tanda
sianosis atau rubor, bila bergantung, sering terjadi radang lipatan kuku dan
akibatnya paronikia. Infark kulit kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang distal
yang bisa berlanjut menjadi gangren atau ulserasi kronis yang nyeri. (Asih,
2002).
Tanda dan gejala lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan tebal pada
tungkai dan phenomena Raynaud (suatu kondisi dimana ekstremitas distal : jari,
tumit, tangan, kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan gangren
pada jari kaki sering terjadi pada penyakit buerger. (Jennifer, 2001).
Pada perabaan, kulit sering terasa dingin. Selain itu, pulsasi arteri yang
rendah atau hilang merupakan tanda fisik yang penting. Tromboflebitis migrant
superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum tampaknya gejala
sumbatan penyakit Buerger. (Jennifer, 2001).
Fase akut menunjukan kulit kemerahan, sedikit nyeri, dan vena teraba
sebagai saluran yang mengeras sepanjang beberapa millimeter sampai centimeter
di bawah kulit. Kelainan ini sering muncul di beberapa tempat pada ekstremitas
tersebut dan berlangsung selama beberapa minggu. Setelah itu tampak bekas
yang berbenjol-benjol. Tanda ini tidak terjadi pada penyakit arteri oklusif, maka
ini hamper patognomonik untuk tromboangitis obliterans. (Jennifer, 2001).
Gejala klinis buerger disease sebenarnya cukup beragam. Ulkus dan
gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului dengan udem dan
dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas yaitu pada
ujung jari kaki sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada infeksi sekunder
mulai dari kemerahan sampai ke tanda selusitis. Kondisi ini sangat terasa nyeri
dan dimana suatu saat dibutuhkan amputasi pada daerah yang tersebut. (Jennifer,
2001).
E. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khusus untuk diagnosis buerger
disease. Namun ada beberapa yang pemeriksaan harus dilakukan untuk
menyingkirkan penyakit lainnya. Beberapa pemeriksaan yang digunakan
untuk menilai adanya vaskulitis sistemik, seperti reaktan fase akut, biasanya
negatif pada penyakit ini.
b) Pemeriksaan Radiologi
Angiografi/ Arteriografi
Pada arteriografi penemuan yang khas adalah oklusi non atherosklerotik
segmental pada pembuluh darah kecil dan menengah (digital, palmar, plantar,
tibial, peroneal, radial, dan ulnar) dengan pembentukan pembuluh darah
collateral di area sekitar oklusi dinamakan cockskrew collateral.
Echocardiography
Echocardiography untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sumber emboli
dari jantung.
F. Penatalaksanaan Medik
Pasien dengan penyakit buerger dianjurkan untuk berhenti merokok
secepatnya dan total. Ini cukup efektif dalam sebagai terapi. Selain itu terapi lain
belum disetujui sebagai konsesus sebagai pilihan terapi. Terapi suportif antara
lain meliputi :
a) Pemijatan lembut dan penghangatan untuk meningkatkan sirkulasi
b) Menghindari kondisi yang mengurangi sirkulasi perifer, seperti kondisi
dingin
c) Menghindari duduk atau berdiri pada satu posisi dalam waktu lama
d) Gunakanlah alas kaki yang dapat melindungi untuk menghindar trauma kaki
dan panas atau juga luka karena kimia lainnya
e) Menghindari pakaian yang ketat
f) Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada luka-luka ekstremis
untuk menghindari infeksi. (Smeltzer, 2002).
G. Komplikasi
1) Gangren
Gangren adalah kematian bagian jaringan tubuh. Gangren biasanya
disebabkan oleh suplai darah tidak adekuat, tetapi kadang kala disebabkan
oleh cedera langsung (gangren traumatik) atau infeksi (gas gangren – lihat di
bawah). Suplai darah yang buruk dapat disebabkan oleh :
Penekanan pada pembuluh darah (misalnya, turniket, balutan yang terlalu
ketat, dan pembengkakan ekstremitas);
Obstruksi di dalam pembuluh darah yang sehat (misalnya, emboli arteri,
kerusakan jaringan akibat suhu rendah, jika kapiler menjadi tersumbat);
Spasme dinding pembuluh darah (misalnya toksisitas ergot);
Trombosis yang disebabkan oleh penyakit dinding pembuluh darah
(misalnya, arteriosklerosis pada arteri, flebitis pada vena).
Gangren kering terjadi jika aliran darah dari area yang terkena menjadi
hitam dan emasiasi. Gangren lembap terjadi jika aliran vena tidak adekuat
sehingga jaringan mengalami pembengkakan akibat cairan.
2) Ulkus
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan
Ulkus adalah ke-matian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus
diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit
DM dengan neuropati perifer.
3) Kemerahan
4) Sianosis
Diskolorasi kebiruan pada kulit dan membran mukosa akibat konsentrasi
yang berlebihan hemoglobin tereduksi dalam darah yang lebih dari 5 g%.
(Smeltzer, 2002).
H. Dampak Terhadap Sistem Tubuh
a) Sistem Kardiovaskuler
Penyakit buerger disease berdampak besar terhadap Sistem
kardiovaskuler. Yang mana dengan terjadinya emboli pada pembuluh darah
maka akan berdampak terhadap penurunan suplai darah ke jaringan-jaringan
perifer, yang dapat dibuktikan dengan adanya rasa tidak nyaman pada area
jaringan perifer seperti nyeri dan perasaan gatal pada area-area perifer.
b) Sistem Persyarafan
Klien dengan buerger disease juga akan menimbulkan dampak
terhadap Sistem persyarafan, yang dibuktikan dengan adanya sensasi nyeri
pada area perifer akibat nekrotik jaringan perifer.
c) Sistem Integumen
Pada klien dengan buerger disease juga ikut mempengaruhi Sistem
integument. Dampak yang ditimbulkan pada Sistem kardiovaskuler berkaitan
erat dengan dampak yang disebabkan pada Sistem ini. Dan dampak yang
ditimbulkan yaitu kerusakan integritas kulit akibat adanya obstruksi yang
menyebabkan iskemi jaringan perifer yang dapat dibuktikan dengan adanya
perubahan warna kulit pada jaringan-jaringan perifer serta adanya pada area
perifer tersebut.
d) Sistem Muskuloskeletal
Ganggren dan obstruksi yang ditimbulkan pada jaringan perifer akan
menghambat proses mobilisasi tubuh, yang mana akan berdampak terhadap
bertambah parahnya kondisi kerusakan jaringan serta sensasi nyeri yang luar
biasa jika beraktifitas secara berlebih. (Long, 2000)
II. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Klien dengan Sindrom Buerger
Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Standar
proses keperawatan disusun sebagai asuhan keperawatan kritikal (Hidayat, 2004).
Proses keperawatan merupakan salah satu modalitas pemecahan masalah
yang didasari oleh metode ilmiah yang memerlukan pemeriksaan secara
sistematis serta identifikasi masalah dengan pengembangan strategi untuk
memberikan hasil yang diinginkan. Proses keperawatan memudahkan
identifikasi respon manusia terhadap masalah kesehatan.
Adapun langkah-langkah dalam proses keperawatan sebagai
berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar proses keperawatan.
Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan
ketelitian dalam mengenal masalah klien sehingga memberi arah kepada
tindakan keperawatan. Dalam pengkajian yang dilakukan dalam beberapa
tahapan, meliputi:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat
di gunakan sebagai informasi tetnag klien. Data yang dibutuhkan
mencakup data tentang biopsikososial dan spiritual dari klien, data yang
berhubungan dengan masalah klien serta data tentang factor-faktor yang
mempengaruhi atau yang berhubungan dengan klien seperti data tentang
keluarga, lingkungan yang ada di mana data-data tersebut dapt diperoleh
dari klien, kleluarga klien atau orangf lain yang ada hubungan dengan
klien, catatan medic serta tim kesehatan lainnya (Hidayat, 2004).
Adapun data data-datayang dikumpulkan adalah:
1) Biodata
Data lengkap dari klien meliputi: nama lengkap, umur, jenis kelamin,
kawin / belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, alamat serta identitas penanggung, meliputi : nama
lengkap, jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, hubungan dengan klien dan alamat.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang dirasahkan oleh klien pada saat
dilakukan pengkajian dan merupakan keluhan yang paling
mengganggu klien dalam memperoleh rasa aman dan nyamannya.
Pada umumnya klien dengan Tromboangitis Oblitrans akan
mengeluh adanya nyeri, baik itu bersifat nyeri ringan, nyeri
sedang, ataupun nyeri hebat akibat insisi bedah.
b) Riwayat keluhan utama
Mengambarkan keluahan pada saat datang ke Rumah Sakit
dan keluhan pada saat pengkajian yang dikembangkan dengan
menggunakan metode P, Q, R, S, T.
• Provokatif / Paliative : Apa yang menyebabkan
bertambahnya atau berkurangnya keluhan.
• Quantiti / Qualiti : Bagaimana bentuk gambaran yang
dirasakan dan sejauhmana tingkat keluhan. Keluhan yang
dirasakan biasanya sampai menggangu aktivitas klien
• Radiasion / Region : Lokasi keluhan yang dirasakan dan
penyebarannya.
• Skala: Itensitas keluhan apakah sampai mengganggu atau
tidak.
• Timing : Kapan waktu mulai terjadi keluhan dan berapa
lama kejadian ini berlangsung dan apakah keluhan dirasakan
menetap atau tidak.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu, pemahkah klien menderita
penyakit yang sama, apakah klien pernah mengalami penyakit yang
berat atau suatu penyakit tertentu yang memungkinkan akan
berpengaruh pada kesehatnnya sekarang.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dengan menggunakan gonogram tiga generasi, apakah dalam
keluarga klien ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien atau penyakit keturunan.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernapasan
Hal-hal yang perlu dikaji yaitu adanya sumbatan jalan napas,
frekuensi napas, serta bunyi napas. Pada klien dengan masalah
Tromboangitis Oblitrans atau penyakit buerger tdk mempengaruhi
Sistem pernapasan.
b) Sistem Cardiovaskuler
Takikardi. Penurunan nadi perifer pada ekstremitas yang sakit
(TVD) varises dan pengerasan, gelembung / ikatan vena
(thrombus) warna kulit / suhu ekstremitas yang sakit (betis/paha) :
pucat, dingin, edema (TVD) : merah mudah kemerahan, hangat
sepanjang vena (superficial). Tanda hormone positif (bila tak ada
tidak berarti TVD)
c) Sistem Pencernaan
Turgor kulit buruk, membran mukosa kering (dehidrasi pencetus
untuk hiperkoagulasi). Kegemukan (pencetus untuk statis dan
tahanan vena / pelvis). Edema pada kaki yang sakit (Tergantung
pada lokasi Trombus)
d) Sistem Perkemihan
Pada klien dengan burger disease biasanya tidak ditemukan
adanya gangguan atau Sistem kerja organ-organ pada Sistem ini
masih dalam batas normal
e) Sistem Persyarafan
Sensasi nyeri, penurunan reflex area tungkai yang mengalami
iskemik, serta kecemasan
f) Sistem Integumen
Akral dingin, kulit bersisik, adanya edema, keringat dingin, kulit
area tungkai yang iskemik Nampak cianosis
g) Sistem Indra
Pada klien dengan burger disease biasanya tidak ditemukan
adanya gangguan atau semua organ-organ Sistem ini tetap secara
normal
h) Sistem Endokrin
Pada klien dengan burger disease biasanya tidak ditemukan
adanya gangguan atau semua organ-organ Sistem ini tetap secara
normal
i) Sistem Reproduksi
Pada klien dengan burger disease biasanya tidak ditemukan
adanya gangguan atau semua organ pada Sistem ini tetap secara
normal
j) Sistem Muskuloskeletal
Paralisis / kondisi kecacatan berlanjut. Nyeri karena aktivitas /
berdiri lama. Lemah / kelemahan pada kaki yang sait. Kelemahan
umum atau ekstremitas.
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
Yang perlu dikaji pada kegiatan sehari – hari adalah sebagai berikut:
Nutrisi dan cairan
Apakah ada perubahan dengan pola makan, frekuensi makan,
apakah intake dan output cairan seimbang, jenis makanan.
Eliminasi
Meliputi frekuensi, warna, bau, konsistensinya serta kesulitan BAB
dan BAK, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak
Istirahat dan tidur
Meliputi kualitas dan kuantitas tidur, kebiasaan, dan masalah yang
mengganggu tidur, serta ada perubahan selama sakit atau tidak.
Tidur mungkin terganggu akibat nyeri yang dirasakan
Personal Hygien
Meliputi frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, kemampuan klien
dalam melakukan ADL apakah ada perubahan selama sakit atau
tidak. Pasien post operasi biasanya belum dapat melakukan aktivitas
personal hygiene seperti biasanya, sehingga memerlukan bantuan
dari orang-orang terdekat.
5) Data Psikologis
Pada umumnya klien merasa takut akan penyakitnya, cemas
karena perawatan yang lama di rumah sakit dan perasaan tidak bebas di
rumah sakit akibat hospitalisasi, dan juga karena kurangnya
pengetahuan tentang prosedur dan penyakityang dialami klien.
6) Data Sosial
Pada umumnya klien akan mengalami gangguan dalam
berhubungan karena klien mengalami perubahan kondisi dan merasa
dirinya tidak bisa memenuhi perannya di keluarga maupun di
masyarakat.
7) Data Spiritual
Pada umumnya kepercayaan klien tidak terganggu, tetapi
biasanya klien kurang dapat memenuhi kewajibannya secara optimal
karena sakit, dan klien percaya bahwa dengan perawatan dan
pengobatan penyakitnya akan sembuh.
8) Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologi
b. Klasifikasi Data
Klasifikasi data adalah merupakan upaya untuk memberikan
justifikasi pada data yang telah di kumpulkan dengan melakukan
perbandingan data subyektif dan obyektifyang didapatkan dari berbagai
sumber dengan berdasarkan standar nilai normal, untuk diketahui
kemungkinan tambahan atau pengkajian ulang tentang data yang ada
(Hidayat, 2004).
c. Analisa Data
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi,
menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompokkan data serta
mengaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa
keperawatan, biasanya ditemukan data subjektif dan data objektif
(Nursalam, 2001).
Setelah masalah dianalisa diprioritaskan sesuai dengan kriteria
prioritas masalah untuk menentukan masalahyang harus segera
diatasiyaitu:
1) Masalah yangdapatmengancam jiwaklien.
2) Masalah aktual.
3) Masalah potensial atau resiko tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon
individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual, resiko dan potensial. Diagnosa keperawatan
memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai
hasil_yang merupakan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2004).
Diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan penyakit
buerger (Tromboangitis Obliterans), menurut (Doenges, 2000) :
1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan vasopasme /
gangguan perfusi jaringan yang sakit, iskemik / kerusakan jaringan.
2) Gangguan perkusi jaringan perifer berhubungan dengan penghentian
aliran darah arteri.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
4) Kurang pengetahuan, kebutuhan belajar mengenai kondisi, kebutuhan
pengobatan b.d kurang pengetahuan / tidak mengenal sumber informasi,
salah persepsi / salah mengerti.
5) Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostic, serta rencana keperawaran.
6) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi
masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam
membuat suatu proses keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan
bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan diantaranya
pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan
klien, batasan prektek keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya,
kemampuan membuat strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi
tujuan, menulis instruksi keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan
kerjasama dengan tingkat kesehatan lain. (Hidayat, 2004).
Menurut Doenges (2000), berdasarkan diagnose keperawatan yang
mungkin muncul pada klien dengan penyakit burger , maka perencanaan yang
akan dilakukan untuk masing-masing diagnose adalah sebagai berikut :
1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan vasopasme /
gangguan perfusi jaringan yang sakit, iskemik / kerusakan jaringan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari
diharapkan nyeri berkurang dan kerusakan jaringan tidak melebar dengan
Kriteria hasil : klien mendemonstrasikan tidak adanya nyeri, klien
nampak rileks dan santai dan TTV dalam batas normal
Intervensi :
Catat karakteristik nyeri dan parestesia, periksa tanda-tanda vital
pasien.
Bantu pasien mengidentifikasikan faktor pencetus atau situasi contoh
merokok, terpajan pada dingin dan penanganannya.
Lakukan teknik menejemen nyeri distraksi dan relaksasi
Berikan teknik massase dan kompres air hangat
Dorong penggunaan teknik menajemen strees, aktivitas hiburan.
Rendam area yang sakit pada air hangat.
Berikan ruangan hangat, bebas aliran udara, contoh: ventilasi,
pendingin ruangan, pertahankan pintu tertutup sesuai indikasi.
Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi, siapkan intervensi bedah
bila diperlukan
Rasional :
Mengetahui tingkatan nyeri.
Agar pasien memahami tentang faktor yang mempengaruhi nyeri
tersebut
Membantu klien mengidentifikasi penyebab obstruksi dan nyeri
Digunakan untuk mengalihkan perhatian klien.
Air hangat akan membuat pembuluh darah melebar dan itu akan
melancarkan aliran darah.
Menghindarkan infeksi dan menjaga udara tetap panas
Pemberian obat untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien
2) Gangguan perkusi jaringan perifer berhubungan dengan penghentian
aliran darah arteri.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari
diharapkan perfusi jaringan perifer adekuat dengan
Kriteria hasil : tidak terdapat tanda-tanda cianosis, sirkulasi jaringan
perifer adekuat, tanda-tanda iskemik tidak terjadi
Intervensi :
Observasi warna kulit bagian yang sakit .
Catat penurunan nadi.
Evaluasi sensasi bagian yang sakit, contoh tajam/dangkal,
panas/dingin.
Lihat dan kaji kulit untuk ulserasi, lesi, area ganggren.
Tinggikan area ekstremitas yang mengalami obstruksi
Berikan kompres hangat pada area ekstremitas
Dorong nutrisi dan vitamin yang tepat.
Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi (vasodilator), ambil contoh
drainase lesi untuk kultur atau sensitivitas
Rasional :
Untuk melihat sianosis atau terjadi kemerahan pada kulit.
Mengidentifikasikan tingkat keparahan pada penghentian aliran darah
arteri.
Mengetahui tingkat,rasa dan bentuk dari rasa nyeri.
Melihat berapa lebar bagian yang mengalami ganggren.
Meningkatkan aliran darah vena ke jantung
Meningkatkan fasokontriksi pembuluh darah sehingga meningkatkan
aliran darah balik vena
Nutrisi yang tepat dan kebutuhan vitamin yang lengkap akan
meningkat sistem imun tubuh.
Pemberian obat vasodilator membuat pembuluh drah arteri melebar
dan melancarkan aliran darah.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari
diharapkan kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi dengan
kriteria hasil : klien dapat tidur dengan nyenyak serta klien
mendemonstrasikan perasaan tidur yang nyenyak
Intervensi :
Berikan makanan kecil, susu hangat sore hari
Berikan posisi yang nyaman (supinasi)
Turunkan jumlah minum sore hari, lakukan berkemih sebelum tidur
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Berikan terapi music
Batasi masukan makanan dan minuman mengandung kafein
Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan sedative
HE tentang pentingnya istirahat tidur
Rasional :
Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk
Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi ke kamar mandi
Posisi yang nyaman dapat merelaksasikan syaraf-syaraf yang tegang
Kafein dapat memperlambat klien untuk tidur dan mempengaruhi
tidur tahap REM
Membantu meningkatkan relaksasi pada otak
Membantu meningkatkan relaksasi pada otak
Nyeri meruhi kemampuan klien untuk tidur, dan sedative obat yang
tepat untuk meningkatkan istirahat
Memberikan pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang
pentingnya istirahat tidur
4) Kurang pengetahuan, kebutuhan belajar mengenai kondisi, kebutuhan
pengobatan b/d kurang pengetahuan / tidak mengenal sumber informasi,
salah persepsi / salah mengerti.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari
diharapkan klien paham dengan proses penyakitnya dengan
kriteria hasil : klien mendemonstrasikan paham tentang proses
penyakitnya, serta klien sudah tidak bertanya-tanya tentang penyakitnya.
Intervensi :
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
Berikan informasi pada pasien tentang penyakitnya.
Dorong menghindari pemajanan pada dingin.
Pertahankan lingkungan pada suhu diatas 20,9 0C, hilangkan aliran
dingin.
Tekankan pentingnya menghentikan rokok, berikan informasi pada
klinik lokal / kelompok pendukung.
Bantu pasien untuk membuat metode menghindari atau mengubah
stress, diskusikan teknik relaksasi.
Tekankan pentingnya melihat tiap hari dan melakukan perawatan kulit
yang benar.
HE tentang penyakit yang dialami klien serta dampak terhadap tubuh
Rasional :
Membantu mengidentifikasi kecemasan klien
Membantu mengidentifikasi kecemasan klien
Meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
Suhu yang dingin membuat kontriksi pada pembuluh darah dan akan
memperberat penyumbatan aliran darah.
Suhu panas membuat pembuluh darah mempertahankan keadaan
dilatasi.
Agar pasien mengerti dan memahami bahwa rokok merupakan faktor
utama terjadinya trombongitis.
Teknik diktrasi dan relaksasi membuta pasien lebih tenang menyikapi
keadaannya.
Membantu meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya
sehingga kecemasan dapat berkurang
5) Ansietas b/d prosedur tindakan yang akan dilakukan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari
diharapkan klien paham tentang tindakan yang akan dilakukan dengan
kriteria hasil : perasaan gugup/cemas berkurang, ekspresi wajah
tenang serta klien mengungkapkan bahwa mengerti dengan apa yang
dianjurkan.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya
Kaji tingkat kecemasan yang dialami klien
Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Jelaskan prosedur dan pentingnya tindakan yang akan dilakukan.
Observasi tanda-tanda vital.
Dampingi pasien selama prosedur tindakan dilakukan.
Yakinkan pasien bahwa tindakan yang akan dilakukan adalah
tindakan yang terbaik.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penenang.
Rasional :
Membantu meningkatkan hubungan saling percaya dengan klien
Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan
Membantu dalam mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan klien
Meningkatkan pengetahuan pasien dan agar pasien memahami tentang
tindakan yang akan dilakukan.
Mengetahui keadaan umum klien.
Meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut pasien.
Mengurangi tingkat ansietas pada klien.
Untuk memberikan ketenangan dan mengurangi tingkat
kecemasannya.
6) Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari
diharapkan kebutuhan perawatan diri terpenuhi dengan
kriteria hasil : personal hygiene klien terpenuhi.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya
Kaji tingkat personal hygiene klien
Berikan informasi tentang pentingnya perawatan diri bagi klien
Bantu dan fasilitasi klien dalam melakukan personal hygiene
Libatkan keluarga dalam perawatan klien
Jaga kebersihan pakaian dan alat tenun klien
Berikan lotion dan talk setelah mandi
Berikan HE tentang pentingnya personal hygiene
Rasional :
Agar klien lebih terbuka dan menjelaskan semua keluhan yang b/d
personal hygiene
Membantu mengidentifikasi masalah-masalah personal hygiene klien
Dengan memberikan informasi dapat menambah wawasan
pengetahuan klien tentang cara perawatan diri yang benar
Dengan menyediakan dan mendekatkan akan mendorong kemandirian
klien dalam hal melakukan aktivitas
Membantu keluarga dalam melakukan perawatan terhadap klien
Pakaian yang bersih dan alat tenun yang kering dapat mencegah
terjadinya gatal
Untuk meningkatkan rasa nyaman klien dan dapat mencegah
terjadinya biang keringat
Membantu meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang
pentingnya personal hygiene
4. Implementasi
Implementasi merupakan pengelolaan yang berupa perwujudan dari
asuhan keperawatan yang meliputi tindakan-tindakanyang telah di rencanakan,
melaksanakan hasil kolaborasi, _yang dilksanakan berdasarkan pertimbangan
rasional perawat (Hidayat, 2004).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan yang
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
dilaksanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi terdiri dari dua
komponen yaitu data yang tercatat yang menyenangkan efek dari tindakan yang
diberikan pada klien. (Hidayat, 2004).
Dalam evaluasi, proses perkembangan klien di nilai 24 jam terus-
menerus yang ditulis dalam bentuk catatan atau laporan keperawatan yang ditulis
oleh perawat jaga sebelum mengakhiri jam dinasnya. (Hidayat, 2004).
Evaluasi dasat di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut:
S : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
O : Respon obyektif klien terhadaap intervensi yang di laksanakan.
A : Analisa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru
atau mungkin terdapat data kontraindikasi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut yaitu berdasarkan hasil analisa pada
Respon klien. (Hidayat, 2004).
6. Catatan Perkembangan
Merupakan bentuk pendokumentasian atau pencatatan
hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang mencakup waktu
pelaksanaan tindakan serta respon klien terhadap pemberian
asuhan keperawatan tersebut. (Hidayat, 2004).
S = Respon subyektif klien terhadap tindakan
O = Respon Obyektif klien terhadap tindakan
A = Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk
menyimpulkan masalah
P = Perencanaan atau tindakan
I = Implementasi
E = Evaluasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit
sindrom buerger merupakan penyakit oklusi kronis pembuluh darah arteri dan
vena yang berukuran kecil dan sedang,terutama mengenai pembuluh darah
perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit Tromboangitis Obliterans
merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah
tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian
yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah
ke jaringan. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan
mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah.Penghentian kebiasaan
merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa terutama dalam bidang kesehatan, sebaiknya
kita menghindari yang namanya merokok.Karena merokok ini dapat menjadi
salah satu penyebab terjadinya penyakit sindrom buerger yang akan berakibat
fatal bagi kita, utamanya juga untuk yang perokok berat. Selain itu sebaiknya kita
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk mengetahui kebiasaan-
kebiasaan buruk mereka yang dapat menjadi faktor pemicu terjadinya penyakit
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Jennifer, 2001. Buku Ajar Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Asih. Y., 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Smeltzer, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner dan Suddarth Edisi
8. EGC. Jakarta.
Long Barbara. C., 2000. Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, EGC. Jakarta.
Hidayat. A., 2004. Pengantar Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. EGC. Jakarta.
Nursalam, 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Salemba Medika. Jakarta.
Doenges, E. M., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC. Jakarta.
TUGAS KMB I
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
“ SINDROM BUERGER ”
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4
M. NUZLAN HENDRIK
ASDAR
LA ODE MITRA FALDI
SARMAN
WD. LILIN WULANDARI
AKPER PEMKAB MUNA
2 0 1 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat dan
karuniaNya kami telah dapat menyusun makalah ini yang berjudul Asuhan
Keperawatan Sindrom buerger.
Dalam proses penyusunan makalah ini, kami mengalami banyak
permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, maka dari itu penyusun berterima kasih apabila ada kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
seperjuangan khususnya Program Studi Keperawatan Medikal Bedah I (KMB I)
nantinya.
Raha, Oktober 2013
Penyusun