34
Pengalaman Belajar Lapangan ASMA Oleh: Priska Yunita Bachtiar dr. Tjok Istri Anom Saturti, SpPD BAG/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR 2016

ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

Pengalaman Belajar Lapangan

ASMA

Oleh:

Priska Yunita Bachtiar

dr. Tjok Istri Anom Saturti, SpPD

BAG/SMF ILMU PENYAKIT DALAM

FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR

2016

Page 2: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan pengalaman belajar lapangan yang

berjudul “Asma” tepat pada waktunya. Penulisan tugas ini merupakan salah satu

prasyarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian / SMF Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah.

Dalam penyusunan tugas ini, banyak pihak yang telah membantu dari awal

hingga akhir, baik moral maupun material. Oleh karena itu pada kesempatan ini,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1) dr. Tjok Istri Anom Saturti, SpPD, selaku pembimbing laporan ini, atas

bimbingan, saran dan masukan selama penyusunannya.

2) Ibu NKS dan keluarga, selaku pasien yang sudi menyumbangkan

informasi untuk melengkapi laporan kasus ini.

3) Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan PBL ini.

Penulis menyadari bahwa tinjauan pustaka dan laporan kasus ini masih jauh

dari sempurna, untuk itu saran dan kritik membangun, sangat penulis harapkan demi

perbaikan tugas serupa di waktu berikutnya. Semoga tugas ini juga dapat memberi

manfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Desember 2016

Penulis

Page 3: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3

2.1 Definisi .............................................................................................. 3

2.2 Faktor Resiko ................................................................................... 3

2.3 Patogenesis dan Patofisiologi ……………………………………... 4

2.4 Diagnosis dan Klasifikasi ................................................................ 6

2.5 Penatalaksanaan ................................................................................ 11

BAB III. LAPORAN KASUS.......................................................................... 17

3.1 Identitas Pasien ................................................................................. 17

3.2 Anamnesis......................................................................................... 17

3.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................. 20

3.4 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………. 21

3.5 Diagnosis .......................................................................................... 23

3.6 Penatalaksanaan ................................................................................ 24

3.7 Prognosis………………………………………………………….. 24

BAB IV. KUNJUNGAN LAPANGAN ........................................................... 25

4.1 Alur Kunjungan Lapangan………………………………….. ......... 25

4.2 Identifikasi Masalah…………………………………...................... 25

4.3 Analisis Kebutuhan Pasien…………………………………… ....... 26

4.4 Saran Dan Pemecahan Masalah…………………………………… 30

4.5 Denah Rumah Pasien……………………………………………… 33

4.6 Foto Kunjungan……………………………………………… ........ 34

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

BAB I

PENDAHULUAN

Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal

itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di berbagai

propinsi di Indonesia. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema

sebagai penyebab kematian (mortalitas) ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun

1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar13/ 1000, dibandingkan bronkitis

kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. (Akinbami, 2011). Di Indonesia belum

ada survei asma secara nasional. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi asma di

Indonesia sangat bervariasi. Perbedaan ini antara lain disebabkan perbedaan

metodologi yang digunakan, perbedaan etnik, perbedaan faktor lingkungan dan

tempat tinggal serta perbedaan status sosial ekonomi subjek penelitian. Meskipun

belum ada survei asma secara nasional di Indonesia, dari penelitian yang ada

disimpulkan bahwa prevalensi asma di daerah rural (4,3%) lebih rendah daripada

didaerah urban (6,5%) dan yang tertinggi adalah dikota besar seperti di Jakarta

(16,4%) (Ratnawati, 2011).

Dalam penanganan asma selama ini mayoritas pasien sebenarnya dapat ditangani

dengan protokol imunologis dan farmakoterapi yang tepat dan terbaru. Namun,

dengan pengobatan efektif angka morbiditas dan mortalitas asma masih tetap tinggi.

Satu dari 250 orang yang meninggal adalah penderita asma. Di negara maju meskipun

sarana pengobatan mudah didapat, asma masih sering tidak terdiagnosis dan tidak

diobati secara tepat. Prevalensi asma di dunia sangat bervariasi dan penelitian

epidemiologi menunjukkan bahwa kekerapan asma semakin meningkat terutama di

negara maju (PDPI, 2011). Faktor – faktor yang dapat mempersulit penanganan asma

dapat berupa faktor psikologis seperti fobia terhadap golongan steroid, ketagihan

rokok, penggunaan obat terlarang, ataupun ketidakpedulian pasien terhadap

penyakitnya, sementara itu terdapat pula faktor sosioekonomis berupa kemiskinan,

akses menuju pusat pelayanan kesehatan, serta kemungkinan paparan alergen yang

tinggi terkait lingkungan di rumah ataupun tempat kerja. Oleh karena itu, diperlukan

evaluasi yang lebih komprehensif menyangkut aspek bio – psiko – sosio di dalam

menangani kasus – kasus asma di masyarakat (Patterson, 1992).

Page 5: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Asma merupakan suatu penyakit saluran pernapasan yang kronik dan

heterogenous. Penyakit ini dikatakan mempunyai kekerapan bervariasi yang

berhubungan dengan peningkatan kepekaan sehingga memicu episode mengi

berulang (wheezing), sesak napas (breathlessness), dada tertekan, dispnea, dan

batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari (GINA, 2014). Kebanyakan

bangsa dan etnik di seluruh dunia diserang dengan penyakit ini pada semua

peringkat usia dengan prevalensi laki-laki lebih banyak berbanding perempuan

(Fanta, 2009). Penyakit asma timbul akibat inflamasi dari mukosa saluran

pernapasan. Akibat hiperesponsif jalan napas, jalan napas yang normal akan

mengalami obstruksi dan hambatan sehingga muncullah asma (PDPI, 2011).

2.2 Faktor Resiko

Terdapat banyak perkara yang mengakibatkan seseorang untuk menderita

asma. Faktor lingkungan memainkan peran penting terhadap kejadian asma.

Paparan terhadap infeksi menjadi pencetus kepada asma terutamanya infeksi

virus seperti rhinovirus. Sebenarnya allergen dan sensitisasi yang ada pada

lingkungkan dipertimbangkan menjadi dasar utama yang mengarahkan kepada

terjadinya asma (PDPI, 2011). Dikatakan faktor genetik turut berperan dalam

terjadinya asma kerana pembentukkan immunoglobin E, akibat pelepasan zat

aktif seperti histamin maka terjadi kontraksi otot polos pada bronkus serta

edema pada saluran pernapasan. Sel mast turut memproduksi sisteinil

leukotriene yaitu C4, D4 dan E4. Leukotriene ini justru apabila berikatan

dengan reseptornya yang spesifik akan mengkaibatkan peningkatan

permebialitas vaskular dan hiperplasia kelenjar serta hipersekresi mukus.

Faktor lain seperti imunitas dasar turut berperan, mekanisme imunitas

terhadap kejadian inflamasi pada asma terjadi akibat ekspresi sel Th2 yang

berlebihan. Faktor host yang lain seperti obesitas dikatakan turut berkontribusi

terhadap terjadinya asma. Hal ini justru telah dibuktikan dari banyak

penelitian yang mendapatkan bahawa seseorang yang obesitas mempunyai

pelbagai mediator tertentu di dalam sel lemak misalnya leptin yang

Page 6: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

mempengaruhi fungsi saluran pernapasan dan meningkatkan kecenderungan

timbulnya asma (NHLBI, 2007).

2.3 Patogenesis dan Patofisiologi

Asma merupakan penyakit inflamasi pada saluran pernapasan yang dapat

melibatkan peranan sel – sel inflamasi dan mediator lainnya yang akan

menghasilkan karakteristik perubahan patofisiologi tertentu. Sampai saat ini

mekanisme pastinya masih belum diketahui, namun berbagai penelitian telah

menunjukkan bahwa dasar gejala asma adalah inflamasi dan respon saluran

napas yang berlebihan. Oleh karena itu paling tidak dikenal 2 jalur untuk

mencapai kedua keadaan tersebut, jalur imunologis yang terutama didominasi

oleh IgE dan jalur saraf autonom. Pada jalur IgE, masuknya alergen ke dalam

tubuh akan diolah oleh Antigen Presenting Cells (APC) untuk selanjutnya hasil

olahan alergen akan dikomunikasikan kepada sel Th (T penolong). Sel T

penolong inilah yang akan memberikan instruksi melalui interleukin atau

sitokin agar sel – sel plasma membentuk IgE, serta sel – sel radang lain seperti

mastosit, makrofag, sel epitel, eosinofil, neutrofil, trombosit, serta limfosit

untuk mengeluarkan mediator – mediator inflamasi seperti histamin

prostaglandin, leukotrien, platelet activating factor, bradikinin, tromboksan dan

lain – lain yang akan mempengaruhi organ sasaran sehingga menyebabkan

peningkatan permeabilitas dinding vascular, edema saluran napas, infiltrasi sel

radang, sekresi mukus dan fibrosis sub epitel, sehingga menimbulkan

hipereaktivitas saluran napas. Jalur non alergik selain merangsang sel inflamasi

juga merangsang sistem saraf autonom dengan hasil akhir juga berupa inflamasi

dan hipereaktivitas saluran napas (Bateman, 2011). Selain adanya respon

inflamasi, terdapat juga karakteristik perubahan seluler yang terjadi dan

biasanya dijelaskan sebagai remodeling saluran napas. Beberapa perubahan

tersebut akan berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit dan

mengakitbatkan penyempitan lumen saluran napas yang irreversible. Perubahan

ini merupakan suatu respon perbaikan terhadap inflamasi kronis (Widodo,

2012).

Penyempitan lumen saluran napas merupakan jalur akhir yang utama dan

menyebabkan timbulnya gejala serta perubahan fisiologis pada asma. Beberapa

faktor berperan pada perkembangan terjadinya penyempitan saluran napas.

Hiperresponsif saluran napas merupakan abnormalitas karakteristik fungsional

pada asma yang akan menimbulkan penyempitan saluran napas akibat respon

Page 7: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

terhadap stimulus yang tidak berbahaya pada orang normal. Penyempitan

saluran napas ini akan menyebabkan terbatasnya laju udara dan gejala yang

intermittent. Hiperresponsif saluran napas berhubungan dengan inflamasi dan

perbaikan jalur napas yang reversible secara pasial dengan pemberian terapi.

Adapun mekanisme terjadinya hiperresponsif saluran napas adalah adanya

kontraksi berlebihan dari otot polos saluran napas yang menimbulkan

peningkatan volume dan atau kontraktilitas dari sel otot polos saluran napas.

Kontraksi saluran napas yang tidak berpasangan sebagai hasil dari perubahan

inflamasi pada dinding saluran napas dan dapat menyebabkan penyempitan

yang berlebihan dari saluran napas dan hilangnya maximum plateau dari

kontraksi sebagaimana ditemukan pada saluran napas yang normal saat

substansi bronkokonstriktor terhirup. Penebalan dinding saluran napas oleh

adanya edema dan perubahan struktur melipatgandakan penyempitan lumen

saluran napas akibat kontraksi otot polos saluran napas dengan alasan

geometris. Saraf sensoris akan tersentisisasi oleh inflamasi dan menyebabkan

bronkokonstriksi sebagai respon dari stimulus sensoris (PDPI, 2009).

2.4 Diagnosis dan Klasifikasi

Diagnosis dari asma dapat dipikirkan pada pasien melalui temuan klinis dari

anamnesis maupun pemeriksaan fisik yang selanjutnya apabila mengarah ke

asma maka dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menunjang diagnosis.

Berikut ini adalah temuan klinis yang bisa ditemukan pada pasien dengan asma:

Gejala Klinis Pasien

Suara mengi atau “ngik-ngik: yang dapat didengar saat pasien mengeluarkan

napasnya, batuk yang memberat saat malam hari, mengi yang berulang,

kesulitan bernapas yang berulang, rasa terkekang pada dada yang berulang.

Gejala memburuk saat malam hari dan sering membangunkan pasien, gejala

memburuk sesuai dengan pola musim. Pasien memiliki riwayat eczema atau

ada riwayat asma atau penyakit atopi pada keluarga. Gejala terjadi dan

memburuk apabila mendapat paparan bulu binatang, senyawa kimia yang

terhirup, perubahan suhu tubuh, debu pada lingkungan sekitar, obat – obatan

(aspirin dan beta blocker), olahraga, serbuk atau tepung sari, infeksi traktus

respiratius (virus), merokok, kondisi emosional yang kuat, serta gejala berespon

terhadap terapi asma.

Page 8: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

Pemeriksaan Fisik

Karena gejala asma pada pasien bisa sangat bervariasi, temuan saat

pemeriksaan fisik sistem pernapasan bisa saja ditemukan normal. Temuan yang

paling sering pada pasien asma adalah adanya mengi (wheezing) saat auskultasi

yang akan mengkonfirmasi adanya obstruksi jalan napas. Namun pada beberapa

pasien dengan asma, wheezing bisa saja tidak ada atau hanya terdengar apabila

pasien diinstruksikan untuk melakukan ekspirasi paksa. Biasanya pada

eksaserbasi asma berat, wheezing tidak terdengar karena penurunan laju udara

pada saluran napas dan ventilasinya, tetapi dengan tanda eksaserbasi berat

lainnya berupa sianosis, penurunan kesadaran, kesulitan berbicara, takikardia,

dada hiperinflasi, napas menggunakan otot aksesoris dan resesi intercostal

(Bateman, 2011).

Pemeriksaan Penunjang

Pengukuran Fungsi Paru

Diagnosis asma biasanya berdasarkan karakteristik gejala, dengan pengukuran

fungsi paru dan demonstrasi reversibilitas dari abnormalitas fungsi paru mampu

menunjang diagnosis. Pengukuran fungsi paru akan menampilkan derajat dari

obstruksi jalan napas, reversibilitasnya dan variabilitas dan menyediakan data

untuk konfirmasi diagnosis asma. Beberapa metode dapat dilakukan untuk

obstruksi jalan napas namun hanya dua metode yang saat ini diterima secara

menyeluruh pada pasien dengan usia diatas lima tahun. Spirometri biasanya

digunakan untuk menilai forced expiratory volume dalam 1 detik (FEV1) dan

forced vital capacity (FVC) dan peak expiratory flow (PEF). Istilah reversibility

dan variability berkaitan dengan perubahan gejala oleh perubahan penyempitan

jalur napas yang terjadi secara spontan ataupun dalam respon terhadap terapi.

Reversibilitas secara umum dijelaskan sebagai perbaikan cepat pada FEV1 atau

PEF yang diukur dalam beberapa menit setelah inhalasi bronkodilator aksi

cepat, sebagai contoh pemberian 200 – 400 ug salbutamol atau perbaikan dalam

kurun waktu hari hingga minggu setelah pemberian terapi kontrol berupa

inhalasi glukokortikosteroid. Sedangkan istilah variability berarti perbaikan

pada gejala atau fungsi paru yang terjadi sepanjang waktu. Variability dapat

terjadi sepanjang satu hari penuh (diurnal variability) atau bisa juga dari hari ke

hari, bulan ke bulan ataupun per musim. Mengetahui riwayat variability

merupakan komponen esensial dalam diagnosis asma. (GINA, 2014)

Page 9: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

Spirometri

Spirometri merupakan metode yang direkomendasikan untuk mengukur

gangguan jalur napas dan reversibilitasnya untuk menegakkan diagnosis asma.

Pengukuran FEV1 dan FVC dilakukan saat pasien berekspirasi maksimal atau

ekspirasi paksa menggunakan spirometri. Derajat reversibilitas FEV1 yang

mengindikasikan diagnosis asma adalah sebesar 12% dan perbaikan 200 ml dari

nilai FEV1 sebelum pemberian bronkodilator. Namun, tidak semua pasien

menunjukkan reversibilitas pada setiap pemeriksaan, sehingga pemeriksaan

berulang disarankan untuk dilakukan. Spirometri termasuk alat yang mampu

mencerminkan kondisi saluran napas dengan baik namun dalam

penggunaannya sangat bergantung pada usaha dan teknik pasien. Oleh karena

itu diperlukan instruksi yang tepat dan menyeluruh bagaimana untuk

melakukan manuver ekspirasi paksa pada pasien dan mencatat 3 nilai tertinggi

yang mampu dilakukan oleh pasien. Rentang nilai FEV1 juga bisa sangat

berbeda sesuai dengan umur pasien. Berkaitan dengan banyak penyakit paru

lain yang menyebabkan penurunan FEV1, penilaian yang lebih tepat kondisi

saluran napas adalah dengan melihat rasio antara FEV1 terhadap FVC. Rasio

FEV1 terhadap FVC normalnya lebih besar daripada 0,75 – 0,80 dan mungkin

akan lebih besar dari 0,90 pada anak – anak. Nilai yang didapatkan lebih kecil

dibandingkan nilai diatas maka akan menandakan adanya penyempitan saluran

napas (GINA, 2014).

Peak expiratory flow

Pengukran PEF dilakukan dengan menggunakan alat bernama peak flow meter

yang menjadi alat penting didalam diagnosis dan monitoring asma. PEF meter

termasuk alat yang tidak mahal, mudah dibawa, plastik dan ideal untuk

digunakan oleh pasien di rumah untuk penilaian objektif penyempitan jalur

napas. PEF mampu untuk menilai derajat penyempitan lumen saluran napas

terutama apabila terjadi perburukan. Namun karena nilai PEF yang didapatkan

akan bervariasi dan nilai prediksi orang normal sangatlah lebar maka penilaian

PEF juga sebaiknya dibandingkan dengan nilai PEF terbaik pasien masing-

masing. Pada kondisi ini nilai yang dianggap paling baik adalah saat pasien

berada dalam fase asimptomatis atau pada kondisi dengan terapi penuh dan

nantinya akan mampu memberikan data tentang efek perbaikan kondisi saluran

napas oleh pemberian terapi saat terjadinya eksaserbasi atau setelah

maintenance-nya.Instruksi yang lengkap diperlukan dalam pemanfaatan peak

flow meter karena sama halnya dengan spirometri penggunaan alat ini termasuk

tergantung usaha pasien. Biasanya PEF diukur saat paling awal di pagi hari

Page 10: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

sebelum menjalani terapi yang menandakan nilai paling mendekati dari nilai

terkecil PEF dan dilakukan kembali saat malam hari yang menandakan nilai

paling mendekati nilai terbesar PEF. Metode untuk mendeskripsikan

variabilitas PEF diurnal adalah amplitudo (perbedaan antara nilai maksimum

dan nilai minimum) sebagai persentase dari rata-rata nilai PEF harian, dan rata-

rata selama 1-2 minggu. Metode lainnya untuk deskripsi PEF adalah nilai

minimum pre-bronkodilator di pagi hari selama 1 minggu sebagai persentase

dari nilai terbaik saat ini (GINA, 2014).

Penilaian Status Alergi

Terdapat hubungan yang kuat antara asma dan rhinitis alergi yang

menyebabkan penilaian statusnya meningkatkan probabilitas diagnosis asma

pada pasien dengan adanya gejala saluran pernapasan. Selain itu keberadaan

alergi pada pasien asma (identifikasi dengan melakukan test kulit atau

pengukuran nilai IgE spesifik pada serum) dapat membantu menilai faktor

resiko yang menimbulkan gejala asma pada pasien. Provokasi dengan sengaja

saluran napas dengan alergen yang dicurigai atau agen sensitisasi dapat

membantu dalam konteks alergi yang muncul saat bekerja, namun tindakan ini

tidak rutin direkomendasikan untuk dilakukan karena jarang bermanfaat dalam

menunjukkan diagnosis pastinya serta memerlukan penilaian oleh ahli dan

dapat menimbulkan bronkospasme yang mengancam nyawa. Test kulit dengan

alergen merupakan alat diagnostik primer dalam menentukan status alergi.

Metode ini termasuk mudah dan cepat untuk dilaksanakan serta dengan biaya

yang murah namun memiliki sensivitas yang tinggi. Namun, apabila prosedur

yang dilakukan tidak benar-benar akurat maka hasil tes kulit dapat positif palsu

atau negatif palsu. Pengukuran IgE spesifik pada serum belum tentu

mengungguli hasil dari tes kulit dan metode ini tergolong lebih mahal.

Keterbatasan utama dari metode untuk penilaian status alergi adalah hasil yang

positif tidak selalu berarti penyakit ini berasal dari alergi atau alergi yang

ditemukan bukan pasti sebagai penyebabnya asma karena pada beberapa

individu yang memiliki IgE spesifik tanpa adanya gejala alergi ataupun asma.

Paparan yang relevan dan hubungannya dengan gejala pada pasien sebaiknya

dikonfirmasi melalui anamnesis riwayat alergi pasien. Pengukuran total serum

IgE tidak memiliki nilai dalam tes diagnosis untuk atopi (GINA, 2014).

Klasifikasi

Asma dapat diklasifikan berdasarkan pola keterbatasan aliran udara dan berat

penyakit. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting untunk

Page 11: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

mendapatkan terapi pengobatan dan perencanaan penatalakasaan jangka

panjang yang tepat. Demikian merupakan klasifikasi asma berdasarkan derajat

asma :

Tabel 2.4 Klasifikasi Asma Sesuai Derajat (GINA, 2012)

Derajat

Asma

Gejala Gejala

Malam

Fungsi Faal Paru Terapi

Rawat Jalan

Intermitent Gejala < 1x/minggu

Gejala selain eksaserbasi

tidak ada

Eksaserbasi ringan

≤ 2x/ bulan VEP/APE > 80 %

prediksi

Variabilitas VEP / APE

< 20 %

Agonis β 2

kerja cepat

Persistent

Ringan

Gejala 1x/bulan hingga

1x/minggu

Eksaserbasi mengganggu

aktivitas

>2x/bulan

bulan

VEP/APE ≥ 80 %

prediksi

Variabilitas VEP / APE

20 – 30 %

Agonis β 2

kerja cepat

KSI dosis

rendah

Persistent

Sedang

Gejala setiap hari

Eksaserbasi mengganggu

aktivitas

Butuh reliever setiap hari

>1x/minggu

minggu

VEP/APE 60-80 %

prediksi

Variabilitas VEP / APE

> 30 %

Agonis β 2

kerja cepat

KSI dosis

rendah

ABKP

Persistent

Berat

Gejala setiap hari

Eksaserbasi sering dan

mengganggu aktivitas

Aktivitas fisik tidak

terbatas

sering VEP/APE ≤ 60 %

prediksi

Variabilitas VEP / APE

> 30 %

Agonis β 2

kerja cepat

KSI dosis

tinggi

ABKP &/

KSO

2.5 Penatalaksanaan

Penatalaksaan asma penting supaya asma yang diderita tidak bertambah parah.

Sebenarnya penatalaksaan asma mempunyai beberapa tujuan seperti mencegah

eksersebasi akut serta meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal

mungkin. Mencegah keterbatasan aliran udara serta kematian akibat asma

Page 12: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

merupakan tujuan lain dari penatalaksaan asma (WHO, 2010). Selain itu,

pemberian pengobatan jangka pendek serta panjang merupakan antara

komponen lain dalam penatalaksaan asma. Medikasi asma yang ditujukan

untuk mencegah gejala obstruksi jalan napas terdiri atas pengontrol dan pelega.

Pengontrol (controllers) adalah medikasi asma jangka panjang yang harus

diberikan setiap hari untuk mencapai keadaan asal yang terkontrol pada asma

persisten. Berikut adalah contoh dari obat pengontrol yang lazim digunakan

kortikosteroid inhalasi dan sistemik, sodium kromoglikat dan leukotrien

modifiers.Pelega (reliever) yang sering dianjurkan adalah antikolinergik serta

aminofilin. Tujuan daripada penggunaan pelega ini adalah sebenarnya untuk

saluran pernapasan akan berdilatasi. Akibatnya, keluhan sesak napas penderita

akan berkurangan (GINA, 2014).

Pengobatan untuk Mencapai Kontrol

Setiap pasien akan ditetapkan untuk mendapatkan salah satu dari 5 langkah

terapi. Lima langkah terapi tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 yang

merupakan terapi untuk dewasa dan anak-anak diatas umur 5 tahun. Pada setiap

langkah terapi, pemberian reliever sebaiknya diberikan untuk mengobati gejala

dengan cepat. Namun, perlu diperhatikan seberapa banyak reliever yang

digunakan pasien, regular atau terdapat peningkatan penggunaan yang

mengindikasikan asma tidak terkontrol dengan baik. Pada langkah kedua

sampai langkah kelima pasien juga memerlukan satu atau lebih medikasi

controller regular yang akan mencegah timbulnya gejala dan serangan akut

dimulai kembali. Glukokortikosteroid inhalasi merupakan medikasi controller

yang paling efektif ada saat ini.Untuk beberapa pasien yang baru didiagnosis

dengan asma dan belum mendapatkan pengobatan, maka pemberian terapi

langsung dimulai sesuai langkah kedua (atau jika pasien menunjukkan gejala

yang lebih berat langsung terapi sesuai langkah ketiga). Jika asma tidak

terkontrol dengan regimen saat ini, maka terapi sebaiknya ditingkatkan. Pasien

yang tidak mampu mencapai kondisi yang terkontrol dan sudah menggunakan

terapi protokol keempat dapat digolongkan sebagai kasus difficult-to-treat

asma. Pada pasien ini, kesepakatan diperlukan untuk focus dalam mencapai

tingkatan kontrol terbaik yang mampu dirasakan dengan gangguan yang

minimal terhadap aktivitas dan gejala harian yang sedikit mungkin serta

minimalisir efek samping potensial dari terapi. Lakukan rujukan kepada

spesialisasi asma dapat juga sangat membantu.

Page 13: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

Medikasi inhalasi merupakan pilihan utama karena dengan cara ini obat

langsung diantarkan menuju saluran napas tempat obat ini diperlukan yang

akan menghasilkan efek terapi yang potensial dengan efek samping sistemik

yang minimal. Medikasi inhalasi untuk asma tersedia dalam bentuk pressurized

metered-dose inhalers (pMDIs), breath-actuated MDIs, dry powder inhalers

(DPIs), dan nebulizers. Alat spacer memudahkan pasien menggunakan inhaler

dan mengurangi absorpsi sitemik serta efek samping glukokortikosteroid.

Gambar 1. Penatalaksanaan Asma Berdasarkan Tingkatan Kontrol pada Dewasa dan Anak-

Anak diatas Umur 5 Tahun

Monitor Untuk Mempertahankan Kontrol

Page 14: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

Monitor terus menurus status pasien penting dilakukan untuk mempertahankan

kondisi asma terkontrol dan dapat memberikan terapi sesuai langkah dan dosis

terendah sehingga akan memberikan biaya minimal serta keamanan maksimal.

Pasien sebaiknya melakukan kontrol satu hingga 3 bulan setelah kunjungan

pertama dan setiap 3 bulan setelah itu. Setelah suatu periode eksaserbasi, follow

up sebaiknya dilakukan 2 minggu hingga 1 bulan.

Penyesuaian pengobatan:

Apabila asma tidak terkontrol pada regimen terapi saat ini maka lakukan

peningkatan (step up). Pada umumnya, perbaikan akan tampak selama 1

bulan kemudian. Namun tetap perlu untuk mereview teknik pengobatan

pasien, kepatuhan konsumsi obat serta ketaatan untuk menghindari faktor

resiko.

Apabila asma termasuk terkontrol sebagian, dapat dipikirkan untuk step up

terapi, bergantung pada apakah terdapat pilihan yang lebih efektif, aman dan

biaya dari setiap pilihan terapi serta kepuasan pasien dengan peralihan status

kontrol yang didapat.

Apabila status asma pasien sudah terkontrol setidaknya dalam 3 bulan

terakhir, maka dapat dilakukan penurunan (step down) secara perlahan dan

bertingkat dari terapi yang sudah didapat pasien. Tujuan utama melakukan

penurunan terapi adalah mendapatkan pengobatan yang paling minimal

untuk mempertahankan status kontrol.

Eksaserbasi Asma

Eksaserbasi dari asma (serangan asma) merupakan suatu episode peningkatan

secara progresif keluhan sesak napas, batuk, suara napas mengi atau berat pada

dada ataupun kombinasi dari keluhan tersebut. Adapun tujuan dari penanganan

terhadap asma eksaserbasi ini adalah untuk membebaskan obstruksi jalan napas

dan mencegah hipoksia dengan secepat mungkin dan merencana pencegahan

kekambuhan. Terapi primer untuk eksaserbasi asma ini adalah pemberian obat

inhalasi kerja cepat bronkodilator secara berulang dan pemberian

glukokortikoid secara sistemik dalam waktu yang singkat serta membaiki

suplemen oksigen setelah menilai derajat keparahan eksaserbasinya.

Page 15: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

Serangan asma memerlukan penanganan segera sebagai berikut:

Inhalasi 2-agonist kerja cepat yang adekuat (dimulai dari 2 – 4 puff setiap

20 menit untuk 1 jam pertama, eksaserbasi ringan memerlukan 2 – 4 puff

setiap 3 – 4 jam, dan eksaserbasi sedang memerlukan 6 – 10 puff setiap 1 – 2

jam).

Glukokortikosteroid oral (0,5 – 1 mg prednisolon/kg/hari) diberikan diawal

terapi serangan sedang atau serangan berat untuk membantu mengembalikan

reaksi inflamasi dan mempercepat pemulihan.

Oksigen diberikan apabila pasien mengalami hipoksemia (saturasi O2<

95%).

Kombinasi terapi 2-agonist/ anticholinergic berhubungan dengan

penurunan resiko masuk rumah sakit dan peningkatan PEF dan FEV1.

Methylxantines tidak direkomendasikan jika digunakan sebagai tambahan

kombinasi terhadap 2-agonist dosis tinggi. Namun theophylline dapat

digunakan jika 2-agonist kerja cepat inhalasi tidak tersedia. Jika pasien

sudah biasa mengkonsumsi theophylline setiap harinya maka konsentrasi

serum harus diukur sebelum memberikan theophylline kerja cepat.

Pasien dengan eksaserbasi asma berat yang tidak berespon dengan

bronkodilator dan glukokortikosteroid sistemik dapat diberikan Magnesium

Sulphate IV 2 gram yang telah terbukti mampu mengurangi keperluan

masuk rumah sakit.1,15

Monitor respon terapi

Monitoring akan selalu penting dilakukan walaupun status pasien sudah

terkontrol karena asma merupakan penyakit yang sangat bervariasi. Pengobatan

perlu dilakukan penyesuaian secara periodik terhadap respon jika ada

kehilangan status kontrol akibat perburukan gejala atau munculnya serangan

akut / eksaserbasi kembali. Evaluasi gejala sebanyak mungkin termasuk juga

evaluasi peak flow. Di rumah sakit juga perlu dinilai saturasi oksigen, penilaian

analisa gas darah pada pasien yang diperkirakan mengalami hipoventilasi,

Page 16: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

kelelahan, distress berat atau peak flow prediksi 30 – 50%. Setelah eksaserbasi

kembali pulih, faktor yang menjadi presipitasi eksaserbasi sebaiknya

diidentifikasi dan strategi untuk implementasi menghindari alergen di waktu

mendatang serta untuk melakukan review ulang rencana medikasi pasien (Tabri,

2012).

Page 17: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PENDERITA

Nama : NKS

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir :Denpasar, 13 Oktober 1985

Umur : 31 tahun

Alamat : Jalan Sidakrya No.120, Denpasar

Bangsa : Indonesia

Suku : Bali

Agama : Hindu

Pekerjaan : Sales Promotion Girl

Status : Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 04 Maret 2016

Tanggal Kunjungan : 03 April 2016

3.2 ANAMNESIS

Keluhan utama : Sesak Napas

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke UGD RSUP Sanglah dirujuk oleh RS Surya Husada dan

diantar oleh keluarganya dengan keluhan utama sesak nafas. Sesak nafas

dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit ( 03 Maret 2016, siang hari).

Sesak nafas dikatakan seperti diikat tali pada dadanya dan sangat susah dalam

mengambil atau mengeluarkan nafas. Sesak dikatakan sangat mengganggu pasien

dalam melakukan aktivitas. Pasien hanya dapat berbicara kalimat sepotong-

Page 18: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

sepotong/frase saat sesak. Pasien merasa tidak membaik dengan perubahan ke

posisi duduk dan juga tidak membaik dengan pemberian uap dan pengobatan.

Awal timbulnya sesak saat itu, pasien sedang dalam kondisi membersihkan

barang-barang dirumahnya, kemudian tiba-tiba pasien merasa batuk serta sesak.

Kemudian pasien mengambil obat semprot ventolin, tetapi pasien merasa gejala

semakin memberat. Sebelum membersihkan rumah pasien juga mengaku setelah

mandi dengan air dingin.

Pasien juga mengatakan mengalami batuk berdahak. Batuk berdahak muncul

pada hari 29 Februari 2016 pagi hari (3 hari SMRS). Dahak dikatakan dapat

dikeluarkan, berwarna putih. Batuk darah disangkal oleh pasien. Batuk hilang

timbul sepanjang hari dan tidak memburuk pada malam hari. Pasien mengaku

tidak ada keluhan suara serak, tenggorokan gatal, dan panas pada badan.

Keluhan berkeringat di malam hari, penurunan berat badan badan yang

drastik, nyeri tertusuk pada dada, bengkak pada kaki disangkal oleh pasien.Makan

dan minum tidak ada masalah menurut pasien.BAK pasien dikatakan normal dan

tidak ada keluhan. BAB normal dan tidak ditemukan adanya perubahan warna

dan konsistensi BAB.

Riwayat Penyakit Sebelumnya

Pasien pertama kali mengalami keluhan seperti ini sudah sejak usia 18

tahun. (12 tahun yang lalu). Pasien mengaku baru dibawa ke RS atau klinik

sekitar 4 tahun yang lalu dan didiagnosa dengan asma oleh dokter yang merawat

ketika itu. Sebelumnya pasien hanya meminum obat ditoko atau mengikuti obat

yang dikonsumsi oleh kakaknya. Ia mengatakan pada tahun 2015 hampir setiap

bulan pasien di rawat atau datang ke klinik ataupun RS untuk dirawat ataupun di

lakukan penguapan. Saat pasien kambuh serangan asmanya pasien langsung

menyemprotkan obat semprot, kemudian gejala menjadi lebih baik. Jika gejala

semakin memberat pasien datang ke klinik atau RS untuk meminta dilakukan

penguapan.

Pasien terakhir kali mengalami sesak adalah sekitar 2 minggu sebelum

timbulnya sesak tanggal 18 Februari 2016. Dikatakan frekuensi munculnya

keluhan sesak kurang lebih 1-2 kali/minggu dan membaik dengan pemberian uap.

Pasien mengatakan memiliki riwayat alergi asap, debu, dan dingin. Jika pasien

terkena paparan debu, asap, dan dingin asma pasien sering sekali kambuh.

Page 19: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

Riwayat penyakit hipertensi dan kencing manis serta penyakit jantung

disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengakui dalam keluarganya ada yang memiliki keluhan yang sama

seperti dia yaitu ibu dan kakaknya, serta 2 keponakannya juga menderita asma.

Selain itu adik pasien juga dikatakan menderita alergi terhadap beberapa makanan

dan obat-obatan. Riwayat penyakit hipertensi, kencing manis, penyakit jantung

dan ginjal dalam keluarga disangkaloleh pasien.

Riwayat Pribadi dan Sosial

Saat ini pasien bekerja sebagai Sales Promotion Girl di salah satu

supermarket yang besar di Denpasar. Pekerjaan pasien cukup berat yaitu sekitar 8

jam dalam waktu sehari dan di bagi dalam 2 shift, pagi dan siang. Selama bekerja

pasien terpapar oleh dingin karena AC serta debu saat pasien harus mengambil

barang ataupun membersihkan barang di gudang. Saat bekerja pasien juga sering

memiliki masalah karena penyakitnya, dikarenakan atasan pasien tidak menyukai

pegawainya diam untuk sekedar beristirahat. Pasien menyagkal mengkonsumsi

rokok ataupun alkohol. Tetapi pasien mengatakan jika hidup dengan teman-teman

atau keluarga yang merokokok.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis(GCS : E4V5M6 )

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 105x/menit, reguler

RR : 32x/menit, ekspirasi memanjang

Suhu badan : 36,9oC

SaO2 : 97%

Page 20: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 55 kg

BMI : 21,48 kg/m2

Status General

Mata : anemia -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor, edema palpebra

-/-

THT : sekret -/- , hiperemis pada faring (+), Tonsil T1/T1

Leher : JVP PR+0 cmH2O , Pembesaran limfe (-)

Thorak

Cor Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V MCL S

Perkusi : batas kiri: ICS V MCL S

batas kanan: 1 cm PSL D

batas atas : ICS II

Auskultasi : S1S2 tunggal reguler murmur (-)

Po Inspeksi : gerak pernapasan simetris statis dan dinamis, retraksi (-)

suprasternal, barrel chest (-)

Palpasi : VF N/N, nyeri tekan (-)

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : Vesikular Rhonci Wheezing

Abdomen Inspeksi : distensi (-), denyut epigastrial (-)

+ +

+ +

+ +

- -

- -

- -

+ +

+ +

+ +

Page 21: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

Auskultasi : Bising Usus (+) normal

Palpasi : Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Balottement : -/-

Perkusi : timpani (+)

Ekstremitas: hangat , edema , sianosis

3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tabel 1 Darah Lengkap( 3 Maret 2016, 15.21 WITA )

Parameter Hasil Satuan Remarks Nilai Rujukan

WBC 14,04 103/μL 4,10-11,0

- Ne 8,31 76 103/μL % 1.63-6,96 47,0-80,0

- Ly 1,31 12 103/μL % 1– 4 13 – 40

- Mo 0,6 5,5 103/μL % 0,1- 1,2 2 – 11

- Eo 0,65 6,1 103/μL % Tinggi 0,3-0,44 0 - 5

- Ba 0, 01 0,1 103/μL % 0,0-0,1 0,0 – 2,0

RBC 4,58 106/μL 4,06-5,20

HGB 15,6 g/dL 12,0-16,0

HCT 39,94 % 36,0-46,0

MCV 87,11 fL 81,1-96

MCH 28,6 pg 26-34,0

+ +

+ +

- -

- -

- -

- -

Page 22: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

MCHC 32,93 g/dL 31,0-36,0

RDW 12,58 % 11,6-14,8

PLT 199,5 103/μL 140-440

MPV 6,4 fL 6,8-10,0

Tabel 2Analisis Gas Darah (3 Maret 2016, 10.21 WITA )

Parameter Result Unit Remarks Nilai Rujukan

pH 7,42 - 7,35 – 7,45

pCO2 31 mmHg Rendah 35,00 – 45,00

pO2 135 mmHg Tinggi 80,00 – 100,00

HCO3- 20,1 mmol/L 22,00 – 26,00

TCO2 21,1 mmol/L 24,00 – 30,00

BEecf -4,4 mmol/L -2 – 2

SO2c 98 % 95 – 100

Natrium 141,0 mmol/L 135,00 – 145,00

Kalium 3,4 mmol/L Rendah 3,50 – 4,80

Tabel 3 Kimia Klinik (3 Maret 2016, 10.21 WITA)

Parameter Hasil Satuan Remarks Nilai Rujukan

SGOT 17,4 U/L 11 - 27

SGPT 9,9 U/L 11,00 – 34,00

BUN 8 mg/dL 8,00 – 23,00

Creatinine 0,59 mg/dL 0,50 – 0,90

Random blood

glucose

163 mg/dL Tinggi 70,0 – 140,0

Page 23: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

Pemeriksaan Foto Thoraks AP( 3 Maret 2016)

Page 24: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

Keterangan

-Cor : besar dan bentuk normal

-Pulmo : tak tampak infiltrat/nodul

-Sinus pleura kanan tajam, kiri tertutup perselubungan

-Diafragma: kanan normal kiri tertutup perselubungan

-Tulang-tulang dan jaringan lunak tidak tampak kelainan

Kesimpulan :Hiperereted Lung

3.5 DIAGNOSIS

Serangan Asma derajat Sedang

3.6 PENATALAKSANAAN

Rencana terapi :

Rawat inap

O2 10 lpm (NRM)

IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit

Diet lunak 1800 kkalori.

Methylprednisolone 2 x 62,5 mg Bolus IV

Aminophyllin 240 mg in IVFD D5% drip 20 tpm

Ambroxol 3 x 30 mg io

Planning Diagnostic:

Spirometri (PEF atau FEV1) (jika pasien sudah stabil)

Monitor:

Keluhan

Perbaikan Gejala

Saturasi O2

Page 25: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

3.7 PROGNOSIS

Ad vitam: Dubius ad bonam

Ad functionam: Dubius ad bonam

Ad sanationam: Dubius

Page 26: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

BAB IV

KUNJUNGAN LAPANGAN

4.1 ALUR KUNJUNGAN LAPANGAN

Kunjungan yang dilakukan pada tanggal 4 April 2016. Kami mendapat sambutan

yang baik dari pasien dan keluarga. Adapun tujuan diadakannya kunjungan

lapangan ini adalah untuk mengenal lebih dekat kehidupan pasien serta

mengidentifikasi masalah yang ada pada pasien. Selain itu kunjungan lapangan

ini juga memberikan edukasi tentang penyakit yang dialami pasien serta

memberikan dorongan semangat kepada pasien dalam mengatasi penyakitnya.

Pasien dalam kasus ini telah mengalami serangan asma dan memang menderita

asma sejak lama.

4.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Adapun sejumlah permasalahan yang masih menjadi kendala pasien dalam hal

menghadapi penyakitnya :

1. Penyakit pasien merupakan penyakit kronis yang dapat kambuh pada saat-

saat tertentu sepanjang hidupnya. Dan jika kambuh atau terjadi serangan

asma pada pasien, hal ini mengakibatkan pasien sulit melakukan aktivitasnya

sehari-hari.

2. Secara umum pasien sudah mengerti tentang penyakit dan pengobatan

penyakitnya, pasien juga memahami karakter penyakit dan bagaimana pada

tahap awal menangani ketika terjadi serangan ringan. Namun untuk

penanganan lebih lanjut pasien masih belum memiliki alat-alat yang cukup

untuk mengatasi gejala yang diderita, terutama bila terjadi serangan yang

lebih berat.

3. Pasien tinggal di kamar yang terpisah dari rumah utama, jika kamar pasien

terlihat cukup bersih, pasien menggunakan sprei di atas tempat tidurnya,

tetapi kamar pasien sempit serta lembab, serta banyak debu di kamar pasien.

Ventilasi dan pencahayaan dikamar pasien juga sangat kurang. Kemudian

setiap hari pasien menggunakan kipas angin yang hanya seminggu sekali

Page 27: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

dibersihkan dari debu yang menempel pada kipas angin pasien. Pasien juga

membakar sampah di halaman rumahnya, sehingga menjadi faktor pemicu

terjadinya serangan asma. Secara keseluruhan jika rumah utama pasien

terlihat kurang bersih dan banyak debu serta barang-barang yang berserakan.

4. Faktor psikologikal dan pemicu stres pada pasien. Pasien adalah seorang

janda yang telah bercerai dari suaminya, pasien memiliki seorang anak,

dimana anak pasien diasuh oleh keluarga suami pasien. Pasien mengeluhkan

sering stress memikirkan anaknya yang kadang pasien rindukan. Selain itu

pasien juga bekerja menjadi SPG, di tempat kerjanya pasien merasa kurang

bisa dimengerti oleh atasannya karena penyakitnya, pasien terkadang disindir

ataupun diberikan peringatan jika pasien izin dari pekerjaannya karena sakit.

Hal-hal tersebut terkadang membuat pasien berpikir sangat keras dan

memicu kembali serangan asma pada pasien.

5. Pasien juga bekerja di tempat kerja yang hampir semua teman kerja laki-

lakinya adalah perokok aktif, sementara pasien mengaku jika menghisap asap

rokok pasien merasakan sesak nafas dan batuk-batuk.

6. Status gizi pasien termasuk dalam status gizi baik. Status gizi pasien harus

dipertahankan, tetapi pasien mengaku makannya tidak teratur. Pasien makan

sehari 2 kali, sekali makan di rumah dan sekali makan ditempat kerja. Pasien

juga gemar mengkonsumsi ikan asin, snack dan kue-kue kering yang

terkadang dapat membuat pasien radang tenggorokan serta batuk. Pasien

kurang dapat menjaga kondisi tubuhnya dengan baik karena pasien tidak

pernah berolahraga, serta pasien belum mempunyai tata cara hidup sehat.

4.3 ANALISIS KEBUTUHAN PASIEN

a. Kebutuhan fisik-biomedis

1. Kecukupan Gizi

Makanan untuk pasien dan keluarga disiapkan oleh pasien dan ibu pasien,

keluarga pasien sangat mendukung untuk menjaga komposisi makanan

pasien. Makanan yang disiapkan oleh pasien adalah nasi dengan lauk-pauk

seperti tempe, tahu, daging dan sayuran. Tetapi pasien mengaku hanya makan

Page 28: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

satu kali saja di rumah. Selebihnya pasien makan di tempat kerja pasien.

Biasanya pasien makan 2 kali sehari. Jadi nutrisi harian pasien bisa menjadi

kurang tercukupi dengan baik. Tetapi untuk sekarang ini status gizi pasien

masih baik. Pasien juga senang mengemil dan makan snack. Pasien juga

sering sekali mengkonsumsi ikan asin yang diawetkan walaupun pasien

merasakan gatal jika makan ikan tersebut, pasien tetap melakukannya.

Perhitungan kebutuhan kalori pada pasien :

Berat badan ideal = 90% x (155cm-100) x 1 kg = 49,5 kg

Status gizi = (BB aktual : BB ideal) x 100% = (55:49,5) x 100% =

111% (berat badan lebih)

Jumlah kebutuhan kalori per hari =

Kebutuhan kalori basal = BB ideal x 25 kalori (perempuan) =

49,5 x 25 = 1237,5 kalori

Kebutuhan aktivitas (sedang) = +30% = +371,25 kalori

Jadi total kebutuhan kalori perhari untuk penderita 1237,5 + 371,25 = 1608,75

kalori dibulatkan menjadi 1608,75 kalori.

Distribusi makanan :

Karbohidrat 60% = 60% x 1608,75 kalori = 965,25 kalori dari

karbohidrat setara dengan 240,5 gram karbohidrat (965,25 kalori : 4

kalori/gram karbohidrat).

Protein 20% = 20% x 1608,75 kalori = 321,75 kalori dari protein

setara dengan 80,43 gram protein (321,75 kalori : 4 kalori/gram

protein).

Lemak 20% = 20% x 1608,75 kalori = 321,75 kalori dari lemak setara

dengan 35,75 gram lemak (321,75 kalori : 9 kalori/gram lemak).

Contoh Makanan Sesuai Kebutuhan

Waktu Jumlah Jenis Jenis

Makan Pagi ± 20% dari total

asupan harian

Karbohidrat: 192 kal - Nasi putih (1 gelas)

- Susu sapi (1 gelas)

- Telor ayam negri (1

Page 29: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

(321,7 kalori) Lemak: 64,5 kal

Protein: 64,5 kal

butir)

Selingan Pagi ± 10% dari total

asupan harian

(161 kalori)

- Pepaya 2 potong

sedang

- Kopi+2 sendok gula

Makan Siang ± 30% dari total

asupan harian

(483 kalori)

Karbohidrat: 289 kal

Lemak: 97 kal

Protein: 97 kal

- Nasi putih (1,5

gelas)

- Pepes ayam (1

potong)

- Telur ayam negri (1

butir)

- Sup/ sayur (1

mangkuk)

Selingan

Siang

± 15% dari total

asupan harian

(241,2 kalori)

- - Singkong 2 potong

sedang

- Bubur kacang ijo 1

gelas

Makan

malam

± 25% dari total

asupan harian

(402 kalori)

Karbohidrat: 241,2kal

Lemak: 80.5 kal

Protein: 80.5 kal

- Nasi putih (1 gelas)

- Daging ayam (1

potong sedang)

- Tahu (1/2 potong

sedang)

- Cah kangkung/

sayur (1 mangkuk)

2. Kegiatan fisik

Latihan jasmani secara teratur merupakan salah satu upaya untuk

mengurangi gejala asma. Olahraga dipakai untuk mengobati asma, karena

olahraga yang bersifat aerobik dapat menyebabkan terbukanya saluran

nafas. Olahraga yang dianjurkan seperti berenang, jogging, yoga. Karena

sifat yang aerobik, maka jantung menjadi lebih kuat, sehingga pengambilan

oksigen juga lebih banyak. Sehingga sangat membantu pasien bernafas

dengan lebih baik.

Saat ini pasien merupakan sales promotion girl, sehari – hari pasien

kegiatan pasien adalah bekerja selama 8 jam, mulai dari mengangkat

barang-barang, menurunkan barang dari mobil box, berdiri dalam waktu

yang cukup lama, membersihkan barang-barang dagangannya. Serta di

rumah pasien memasak, membersihkan rumah, membanten, dan ikut

mengurus kedua keponakannya. Pekerjaan pasien tergolong pekerjaan

Page 30: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

ringan-sedang, tetapi pasien mengaku tidak pernah olahraga sama sekali,

pasien merasa sudah terlalu capek dengan aktivitasnya dirumah dan di

tempat kerja.

3. Akses ke tempat pelayanan kesehatan

Jarak dari rumah pasien ke RSUP Sanglah ± 8 km, pasien tidak mengalami

kesulitan untuk mengunjungi RSUP Sanglah untuk kontrol dan mengobati

penyakitnya. Akses dari rumah pasien menuju Puskesmas maupun Rumah

Sakit Swasta relatif dekat yaitu sekitar 4 km. Sehingga jika terjadi serangan

segera mengunjungi ke tempat pelayanan kesehatan terdekat terlebih

dahulu.

4. Lingkungan

Pasien tinggal di sebuah rumah yang cukup bagus dengan 2 lantai di Jalan

Sidakarya No.120 Denpasar. Di rumah tersebut dihuni oleh 8 orang, yaitu

pasien, ibu pasien, kakak ke dua pasien dan istri serta anaknya, kakak ke 3

pasien dengan suaminya serta anaknya. Pasien tinggal di sebuah kamar

sendiri yang terpisah dengan rumah utama. Secara keseluruhan kamar

pasien terkesan rapi dan bersih. Sedangkan ventilasi dan sirkulasi didalam

kamar kurang memadai, pasien juga terkesan sempit dan lembab. Sumber

masuknya cahaya ke dalam kamar kurang sekali, jadi saat siang hari kamar

pasien cenderung gelap. Tetapi secara keseluruhan lingkungan dalam

rumah utama kurang rapi dan kebersihannya juga kurang. Ventilasi dan

sirkulasi udara di dalam rumah utama ada dan cukup memadai, namun

sumber masuknya cahaya matahari pagi dan sore ke dalam rumah tampak

masih kurang. Pasien tidur di kamar sendirian. Tempat tidur pasien tampak

bersih dan rapi. Pasien menggunakan sumber air PAM untuk mandi,

mencuci baju, air minum, dan keperluan memasak. Tempat pembuangan

sampah diletakkan dihalaman rumahnya, dimana kalau sudah banyak,

pasien membakar sampah dihalaman rumahnya. Pasien tidak memelihara

hewan, karena beberapa anggota keluarga memiliki alergi terhadap bulu-

bulu hewan tertentu. Lingkungan halaman rumah tampak berdebu dan

kotor. Lingkungan rumah pasien tidak berada di jalur utama kendaraan.

b. Kebutuhan bio-psikosoial

1. Lingkungan biologis

Dalam lingkungan biologis atau keluarga pasien ada yang pernah

mengeluh keluhan yang sama seperti pasien yaitu ibu pasien, kakak ke

dua pasien, dan keponakan pasien dari kakak kedua pasien.

Page 31: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

Faktor psikososial

Dalam keadaan sakit ini pasien sangat membutuhkan pengertian dan

dukungan dari keluarga. Pasien membutuhkan dukungan dari keluarga

yang tinggal dengan pasien termasuk ibu dan kakak-kakak pasien.

Keluarga agar senantiasa mengawasi pola kegiatan dan makan pasien,

serta ikut mengawasi segala faktor pemicu yang berhubungan dengan

penyakit asma pasien. Penting juga dari pihak keluarga ikut membantu

permasalahan yang dihadapi pasien sehari-hari sehingga turut

meringankan beban pasien. Keluarga juga dibutuhkan sebagai teman

untuk mencurahkan segala beban pikiran yang dirasakan pasien.

4.4 SARAN DAN PEMECAHAN MASALAH

Beberapa masalah yang dijelaskan sebelumnya, kami mengusulkan

penyelesaian masalah yang yakni:

1. Edukasi pasien tentang penyakitnya

Pasien dijelaskan kembali lebih lengkap mengenai penyakit asma dan

bagaimana faktor resiko, perkiraan perjalanan penyakitnya, pencegahan dan

pengobatannya lebih lanjut. Pasien juga disarankan untuk rutin kontrol di RS

atau di dokter spesialis sampai asma yang diderita terkontrol sepenuhnya.

2. Memberikan KIE agar kegiatan pasien diatur dengan baik dan pasien dapat

menghindari faktor-faktor pencetus kambuhnya penyakit yang diderita pasien

seperti memakai jaket untuk menghindari udara dingin, memakai masker jika

bepergian menggunakan sepeda motor. Pasien juga diberikan edukasi agar

selalu menyediakan dan membawa obat-obatan yang diperlukan untuk

mengatasi jika terjadi serangan.

3. Memberikan edukasi mengenai menjaga lingkungan rumah dan rumah,

terutama mengenai debu, polutan dan alergen yang potensial timbul. Pasien

agar rutin membersihkan rumahnya dengan tidak menggunakan sapu atau

kemucing, tetapi dapat menggunakan lap basah, mengganti sprei secara

berkala, meletakkan pakaian di lemari pakaian, serta mengatur sirkulasi

udara serta cahaya yang cukup di dalam rumah. Pasien diedukasi untuk

membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir terdekat, dan tidak

membakar sampah di halaman rumah karena asap bakaran sampah dapat

Page 32: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

memicu terjadinya asma. Pasien juga diberikan edukasi mengenai pemilihan

makanan, sebaiknya memasak makanannya sendiri dan menghindari

makanan berupa snack ataupun kue kering.

4. Memberikan edukasi kepada pasien untuk menjaga pola makannya, dan

menyarankan untuk makan 3 kali sehari. Selain itu juga rutin berolahraga

aerobik secara teratur yang dapat membuat jantung menjadi lebih kuat,

sehingga pengambilan oksigen juga lebih banyak. Sehingga sangat

membantu pasien bernafas dengan lebih baik.

5. Memberikan edukasi terhadapa manajemen stres dan emosional, pasien

merupakan pribadi yang mudah sekali stres. Jadi diberikan edukasi untuk

tidak memikirkan masalah-masalahnya terlalu berat. Memberikan edukasi

jika stres juga dapat menjadi pemicu munculnya serangan asma.

Saran

1. Pasien sebaiknya membersihkan rumah setiap hari, saat membersihkan barang

ditempat kerja ataupun dirumah disarankan menggunakan lap basah berisikan

air agar debu tidak berterbangan, termasuk membersihakan kamar dan tempat

tidur, pasien sebaiknya menjemur kasur secara berkala dan memberikan sprei/

kain yang bersih diatas tempat tidur dan mencucinya secara berkala. Pasien

sebaiknya membuka jendela dan pintu saat siang hari sehingga sirkulasi

kamar dan rumah menjadi baik. Paisen juga sebaiknya membersihkan kipas

anginnya lebih sering dan menggunakan lap basah, selain itu jika kipas angin

juga bisa di ganti dengan AC tetapi dengan suhu yang relatif rendah. Pasien

juga sebaiknya membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir terdekat,

dan tidak membakar sampah di halaman rumah. Jika tidak ada TPA,

sebaiknya pasien membakar sampah pada lokasi yang agak jauh dari rumah.

2. Keluarga sebaiknya mendukung pengobatan pasien secara psikis, fisik, dan

material sehingga meringankan beban pikiran dan tenaga pasien. Terutama

mengingatkan untuk menghindari faktor-faktor pencetus penyakitnya.

Page 33: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

3. Pasien memperbaiki pola makanannya agar pasien makan 3 kali sehari dan

mengurangi kesukaan pasien terhadap ikan asin yang kadang menyebabkan

gatal serta snack dan kue kering yang membuat pasien menjadi sakit

tenggorokan.

4. Pasien disarankan untuk sesekali bertemu dengan anaknya jika pasien

merindukan anaknya. Kemudian pasien disarankan untuk memiliki teman

dekat selain keluarga yang dapat mendengarkan keluh kesah pasien. Sehingga

pasien tidak terlalu stres dengan masalah pekerjaan dan pribadinya. Pasien

juga butuh jalan-jalan atau berwisata agar pasien merasakan rilex dan nyaman

jika pasien sudah mulai lelah bekerja. Pasien disarankan juga untuk tidak

terlalu mendengarkan sindiran dan ucapaan atasan serta teman-temannya

mengenai penyakit pasien.

5. Pasien sebaiknya mulai mengatur waktu untuk berolahraga serta ikut menjaga

dirinya agar terhindar dari paparan faktor pencetus penyakitnya seperti debu,

dingin, dan asap. Hal-hal tersebut terutama yang sudah diketahui pasien dan

pernah menimbulkan kekambuhan serangan terhadap diri pasien.

Page 34: ASMA - UNUD · 2017. 6. 4. · Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumahtangga (SKRT) di

DAFTAR PUSTAKA

Akinbami LJ, Moorman JE, Liu X. 2011. Asthma Prevalence, Health

Care Use, and Mortality: United States, 2005–2009. National Health Statistics

Reports. 32. 1-15.

Bateman ED, Boulet LP, Cruz AA, Gerald MF, Haahtela T, Levy ML,

O’byrne P, Ohta K, Paggaiaro P, Pederson SE, Soto Quiroz M, Wong GW, Barnes N,

Barnes PJ, Becker A, Drazen JM, Jongste JC, Lemanske RF, Pederson SE, Pizichini

E, Reddel HK, Sulivan SD, Wenzel SE. Global Strategy For Asthma Management

and Prevention: Updated 2011. Global Initiative For Asthma (GINA). 2011. 1-124.

Global Initiative for Asthma. 2014. Global Strategy for Asthma

Management and Prevention. GINA Appendix Chapter 4. Test for diagnosis and

monitoring of asthma. Pp : 23-7.

National Heart Lung and Blood Institute. 2007. Guideline for Diagnosis

and Management Asthma. USA : NHLBI Departement of Health and Human

Services.

Patterson R, Graenberger PA.1992. Problem Cases in Asthma and

Problems in Asthma Management. Chest. 101: 430-431.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan Asma di Indonesia. Jakarta : PDPI

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Asma

Bronkiale. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta: Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Ratnawati. 2011. Editorial Asma di Indonesia. J Respir Indo. 31(4): 172-

175.

Tabri NA, Supriyadi M, Yunus F, Wiyono WH. The Efficacy of

Combination of Inhalation Salmeterol and Fluticasone Compare with Budesonide

Inhalation to Control Test as Evaluation Tool. J Respir Indo. 20120. 30 (3):152-158.

Widodo R, Djajalaksana S. 2012. Patofisiologi dan marker Airway

Remodeling pada Asma Bronkial. J Respir Indo. 32 (2): 110-119.