Upload
winda-k
View
249
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asuhan keperawatan kardiovaskuler
Citation preview
ASKEP SISTEM KARDIOVASKULER
KELOMPOK I
Maria Antonia V 201211068
Montania Dea R 201211077
Maria Mierna 201211072
Ni Putu Prischa 201211082
Petra Angelia P 201211087
Reuni Fransiska 201211095
Rina Sulistyowati 201211099
Rafael Imelda 201211091
Riyanti Indri A 201211104
Sara Kurniawati 201211108
Silvia Nita A 201211112
Victoriana Dinata 201211117
Windy Kusumawati 201211121
Yohana Gilang 201211125
Yosenia Wulan 201211130
Yulius Yudas 201211134
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES ST. ELISABETH SEMARANG
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler.Cardiac yang berarti
jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah.Sistem kardiovaskuler bertugas mengedarkan
darah ke seluruh tubuh dimana darah mengandung oksigen dan nutrisi yang diperlukan
sel/jaringan untuk metabolisme.Sistem kardiovaskuler juga membawa sisa metabolisme untuk
dibuang melalui organ-organ eksresi.
Sistem kardiovaskuler atau sistem sirkulasi adalah suatu sistem yang berfungsi untuk
mempertahankan kuantitas dan kualitas dari cairan yang ada diseluruh tubuh. Sistem
kardiovaskuler terdiri dari dua sistem, yaitu sistem jantung dan vasa darah. Sistem sirkulasi
darah dimulai dari jantung yang berfungsi untuk mempompa darah yang kemudian dialirkan
melalui aorta dan diteruskan ke cabang – cabang pembuluh darah. Sistem kardiovaskuler
berhubungan erat dengan darah dimana masing – masing darah memiliki tugas atau fungsi
sendiri – sendiri dan saling berkaitan satu sama lain.
Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler.Jantung dibentuk oleh
organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan
kiri.Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm.
Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari
kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung
memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. Posisi jantung terletak diantar
kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada
kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus.
Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke seluruh tubuh dimana pada saat
memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak.Selain itu otot jantung juga
mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan listrik.
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya
adalah ventrikel.Pada orang awan atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan
bilik.
B. Tujuan Penulisan
Ø Tujuan Umum
Mengetahui secara umum tentang System Cardiovaskuler.
Ø Tujuan Khusus
· Untuk mengetahui asuhan keperawatan dalam System Cardiovaskuler
BAB II
ASKEP
KASUS 1
An. Dino usia 2 tahun saat ini dirawat dirumah sakit karena mengalami sianosis. Pasien mempunyai riwayat tetralogi of fallot. Dari hasil pemeriksaan TTV T=36,2C, RR=32x/menit,HR=115x/menit. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, ictus cordis tampak, terdengar bising systole. Hasil BGA PCO2 50% PO2 75%. Saat ini pasien mendapat terapi O2 11 liter/menit. Hasil echokardiografi overriding aorta dan hipertrofi ventrikel kanan terdapat. Akan dilakukan operasi dan ibu tampak cemas.
PENGKAJIAN KLINIK PADA PASIEN TOF
Namaperawat yang mengkaji : -
Unit :-
Kamar/ ruang :-
Tanggal/ waktumasuk RS :-
Tanggal/ waktupengkajian :-
Cara pengkajian :-
I. IdentitasKlien
Nama : An. Dino
JenisKelamin :laki-laki
Umur :2 th
Tempat/tgl lahir :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Status Perkawinan :-
Agama :-
Suku :-
Alamat :-
Dx :
I. Identitaspenanggungjawab
Nama :
Alamat :-
Hubungandenganklien :-
II. Riwayat penyakit : Tetra of flagi
III. Alasan masuk rumah sakit : pasien mengalami kebiruan dibadan
IV. KeluhanUtama :
V. Kebutuhan
a. Oksigen
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit :pasien menggunakan oksigen 11 liter permenit
b. Cairan
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit :
c. Nutrisi
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit :
d. EliminasiFekal
SebelumSakit : tidak terkaji
SaatSakit :
e. EliminasiUrin
Sebelumsakit : tidak terkaji
Saatsakit :
f. Aktivitas
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit :
g. Tidur
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit : tidak terkaji
h. Sexualitas
Sebelumsakit : tidak terkaji
Saatsakit : tidak terkaji
i. PrivasidanInteraksiSosial
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit : tidak terkaji
j. Pencegahan masalah kesehatan
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit : tidak terkaji
k. PromosiKesehatan
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit : tidak terkaji
VI. PemeriksaanFisik
A. keadaan sakit
pasien tampak sakit sedang
B. Tanda-tanda Vital
a) T=36,2C, RR=32x/menit,HR=15x/menit
b)
VII. PemeriksaanDiagnostik
Hasil Lab : Hasil BGA PCO2 50% PO2 75%.
VIII. Terapi
oksigen binasal 11 ltr/mnt
PENGKAJIAN LAINNYA
PENGERTIAN Tetralogi fallot (TOF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat (Staf IKA, 2007). Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi Defek septum ventrikel, Stenosis pulmonal, Overriding aorta, dan Hipertrofi ventrikel kanan.
1. Defek septum ventrikel : adanya lubang di sekat pemisah bilik kiri (ventrikel kiri) dengan bilik kanan (ventrikel kanan)2. Stenosis pulmonal : penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan3. Overriding Aorta : pembuluh darah utama yang keluar dari bilik kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan4. Hipertrofi ventrikel kanan :,penebalan otot bilik kanan akibat kerja keras (karena jalan keluarnya terhambat) dan tekanan dalam rongga ini meningkat.Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
B. ETIOLOGIPada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor – factor tersebut antara lain : Faktor Endogen1. Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu1. Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)2. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella3. Pajanan terhadap sinar –XPara ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai
C. PATOFISIOLOGITetralogi fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan“ yang terdiri dari defek septum ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler dan hipertrofi ventrikel kanan. Secara anatomis sesungguhnya tetralogi fallot merupakan suatu defek ventrikel subaraortik yang disertai deviasi ke anteriol septum infundibuler (bagian basal dekat dari aorta). Devisiasi ini menyebabkan akar aorta bergeser ke depan (dekstroposisi aorta), sehinnga terjadi overriding aorta terhadap septum interventrikuler, stenosis pada bagian infundibuler ventrikel kanan dan hipoplasia arteri pulmonal. Pada tetralogi fallot, overriding aorta biasanya tidak melebihi 50 %. Apabila overriding aorta melebihi 50 %, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya suatu outlet ganda ventrikel kanan.Devisiasi septum infindibuler ke arah anteriol ini sesungguhnya merupakan bagian yang paling esensial pada tetralogi fallot.Itulah sebabnya suatu defek septum ventrikel dan overriding aorta yang disertai stenosis pulmonal valvuler misalnya, tidak bisa disebut sebagai tetralogi fallot apabila tidak terdapat devisiasi septum infundibuler ke anteriol. Kadang-kadang tetralogi fallot disertai pada adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini disebut sebagai tetralogi fallotBetapapun tekanan dalam ventrilel kanan meninggi karena obstruksi infundibuler, tapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogi fallot, daerah didorong ke kiri masuk ke aorta,
sehingga tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi sama. Itulah sebabnya mungkin mengapa pada tetralogi fallot jarang terjadi gagal jantung kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek septum ventrikel, gagal jantung kongestif bisa saja melebihi tekanan sistemikSianosis merupakan gejala tetralogi fallot yang utama.Berat ringanya sianosis ini tergantung dari severitas stenosis infindibuler yang terjadi pada tetralogi fallot dan arah pirau interventrikuler.Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan ini menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat atau bahkan atresia pulmonal atau bisa pula sianosois timbul beberapa bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini menandakan adanya peningkatan hipertrofi infindibuler pulmonal yang memperberat obstruksi pada bagian ituStenosis infindibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrkel kanan, sehingga lama-lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu, dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi fallot, melalui cabang-cabang mediastinal, brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA ( major aorta pulmonary collateral arteries )
D. TANDA DAN GEJALAa. Sianosis sianosis. obstruksi meningkat disertai pertumbuhan yang semakin meningkat hipertropi infundibulum meningkat Obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan b. DispneaTerjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik.c. Serangan-serangan dispnea paroksimal (serangan-serangan anoksia biru) umum pada pagi hari.Semakin bertambah usia, sianosis bertambah berat
d. Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembanganGangguan pada pertambahan tinggi badan terutama pada anak, keadaan gizi kurang dari kebutuhan normal, pertumbuhan otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak, masa pubertas terlambat.e. Denyut pembuluh darah normalJantung baisanya dalam ukuran normal, apeks jantung jela sterlihat, suatu getaran sistolis dapat dirasakan di sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal 3 dan 4.f. Bising sistolikTerdengar keras dan kasar, dapat menyebar luas, tetapi intensitas terbesar pada tepi kiri tulang dada
E. KOMPLIKASIKomplikasi dari gangguan ini antara lain :1. Penyakit vaskuler pulmonel2. Deformitas arteri pulmoner kanan3. Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia4. Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia, anemia, atau sepsis5. Gagal jantung kongestif jika piraunya terlalau besar6. Oklusi dini pada pirau7. Hemotoraks8. Sianosis persisten9. Efusi pleura10. Trombosis Pulmonal
11. Anemia relative
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan laboratoriumDitemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH. Pasien dengan Hg dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.2. RadiologisSinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu. 3. ElektrokardiogramPada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal4. EkokardiografiMemperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru5. KateterisasiDiperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah
G. PENATALAKSANAANPada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/ bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative7. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat. Lakukan selanjutnya 1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi3. Hindari dehidrasi
KASUS 1
An. Dino usia 2 tahun saat ini dirawat dirumah sakit karena mengalami sianosis. Pasien mempunyai riwayat tetralogi of fallot. Dari hasil pemeriksaan TTV T=36,2C, RR=32x/menit,HR=115x/menit. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, ictus cordis tampak, terdengar bising systole. Hasil BGA PCO2 50% PO2 75%. Saat ini pasien mendapat terapi O2 11 liter/menit. Hasil echokardiografi overriding aorta dan hipertrofi ventrikel kanan terdapat. Akan dilakukan operasi dan ibu tampak cemas.
A.
DATA MASALAH KEPERAWATAN
ETIOLOGI DIAGNOSA KEPERAWATAN
DS : - DO: RR=32x/menitHR=115x/menitmengalami sianosisHasil BGA PCO2 50% PO2 75%.konjungtiva anemis
Gangguan pertukaran gas
Ventilasi perfusi Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi ditandai dengan RR=32x/menit,HR=115x/menit. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, ictus cordis tampak, terdengar bising systole. Hasil BGA PCO2 50% PO2 75%. Saat ini pasien mendapat terapi O2 11 liter/menit
TUJUAN dan KRITERIA
HASIL
INTERVENSI RASIONALISASI
Gangguan pertukaran gas
dapat teratasi setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24jam
dengan kriteria hasil :
1. Pasien tidak sianosis
2. APGAR skore
meningkat
3. Hasil GDA normal
4. Hasil pemeriksaan
Tanda-Tanda vital
normal
1. Monitor TTV ( HR,
RR, T )
2. Monitor keadaan
umum klien
1.Klien dengan
gangguan pertukaran gas
perlu dimonitor suara
nafasnya untuk mengetahui
adanya suara nafas tambahan
2. Klien dengan
gangguan pertukaran
gas perlu dimonitor
APGAR skore nya
untuk mengetahui
perubahan asfiksia
klien
3. Klien dengan
gangguan pertukaran
gas perlu dilakukan
3. Bantu ADL klien
4. Monitor suara nafas
klien
5. Monitor APGAR
skore klien
6. Lanjutkan kolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian O₂ 4L/menit
7. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemeriksaan GDA
8. Lanjutkan kolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian cairan
pemberian O₂ 4L/menit untuk
mempertahankan
kebutuhan O₂ klien
4. Klien mengalami
asidosis respiratorik
jadi perlu dilakukan
pemeriksaan GDA
untuk mengetahui
5.
6. perubahan GDA
klien
7. Kolaborasi pemberian
cairan D10% 10 tetes
dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi klien
D10% 10 tetes/menit
Kasus 2
Bapak Dono (60 tahun) dirawat dirumah sakit dengan keluhan pusing, leher terasa kenceng. dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data TD 200/100 mmHg, nadi 100x/menit kuat, Spo2 94%, RR 20x/menit, S 37 derajat C . saat ini pasien mendapatkan terapi oksigen binasal 2 liter/ menit . pasien tampak lemah, dari hasil pengkajian pasien mengatakan suka makan makanan asin, pedas, dan makanan instan seperti mie dan sosis. dan mempunyai riwayat hipertensi dari ibunya. Pasien mengatakan mendapat obat penurun tensi tetapi tidak pernah diminum dan pasien tidak pernah kontrol ke pelayanan kesehatan karena tidak ada yang mengantar.
A. PENGKAJIAN
PENGKAJIAN KLINIK PADA PASIEN HIPERTENSI
Namaperawat yang mengkaji : -
Unit :-
Kamar/ ruang :-
Tanggal/ waktumasuk RS :-
Tanggal/ waktupengkajian :-
Cara pengkajian :-
II. IdentitasKlien
Nama : Sdr. D
JenisKelamin :laki-laki
Umur :60 th
Tempat/tgllahir :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Status Perkawinan :-
Agama :-
Suku :-
Alamat :-
Dx : hipertensi
III. Identitaspenanggungjawab
Nama :
Alamat :-
Hubungandenganklien :-
IV. Riwayat penyakit : hipertensi
V. Alasanmasukrumahsakit : pasien mengatakan pusing dan leher terasa kenceng
VI. KeluhanUtama : pasien mengatakan pusing
VII. Kebutuhan
l. Oksigen
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit :tidak terkaji
m. Cairan
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit :
n. Nutrisi
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit :
o. EliminasiFekal
SebelumSakit: tidak terkaji
SaatSakit :
p. EliminasiUrin
Sebelumsakit : tidak terkaji
Saatsakit :
q. Aktivitas
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit : aktivitas terganggu
r. Tidur
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit : tidak terkaji
s. Sexualitas
Sebelumsakit : tidak terkaji
Saatsakit : tidak terkaji
t. PrivasidanInteraksiSosial
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit : tidak terkaji
u. Pencegahanmasalahkesehatan
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit : tidak terkaji
v. PromosiKesehatan
Sebelumsakit : tidak terkaji
SaatSakit : tidak terkaji
VIII. PemeriksaanFisik
C. keadaan sakit
pasien tampak sakit sedang
D. Tanda-tanda Vital
c) Tekanan Darah 200/100 mmHg
d) HR : 100x/menit
IX. PemeriksaanDiagnostik
-Hasil Lab :
X. Terapi
oksigen binasal 2 ltr/mnt
Pengkajian lain
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan
pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui berbagai
permasalahan yang ada.
(Aziz Alimul. 2009 : h 85)
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001) adalah
1. Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit
screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan
diagnosis
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)
- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi
vertical kiri).
3. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis (dapat
mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang
meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat,
pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat
pengguna diuretik.
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori
Gejala : - Keluhan pening/pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan
setelah beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir atau
memori.
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala : - Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa
8. Pernapasan
Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda : - Distres respirasi
- Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
9. Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan
- Hipotesia pastural
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM
B. PelaksanaanMedis, Gizi dan Farmakologi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.
- Penatalaksanaan
Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal, pengobatan
jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas terhadap penyakit kardiovascular
dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu : menurunkan
isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf
simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat vasediator.
(Arif Manjoer, 2001)
- Pencegahan
1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat mengurangi
ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat membakar lemak yang
berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di kurangi)
4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling sedikit 7
kali dalam seminggu.
5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg yang memiliki
riwayat penderita hipertensi.
7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk mengendalikan stress.
(Bambang Sadewo, 2004)
- Pengobatan
- Jenis-jenis pengobatan :
1. Arti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation evalution
treatmori of high blood preasure
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
2. Obat anti hipertensi
a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input
b. Penyakit beta (B.Blocker)
c. Antoganis kalsium
d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f. Obat penyekar ben
g. Vasodilatov
(Arif Mansjoer, 2001, 522)
3. Perubahan gaya hidup
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan
berbagai penyakit digeneratif lainnya.
· Mengkurangi konsumsi garam
· Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
· Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada limfa
· Menghentikan kebiasaan merokok
· Menjaga kestabilan BB
Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu upayahnya.
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya
diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah
puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin protein urine
24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.
(Mansjoer Arif,2000 : 49)
- Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol
e). Menghentikan merokok
f). Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus
220–umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1).
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar
yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA,
1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat
ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita(2).
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik
antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan
adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan
untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Meyakinkan penderita/clien. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan
tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui
dengan mengukur memakai alat tensimeter
e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
f. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
g. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah
i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
j. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-
masalah yang mungkin terjadi
k. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk
mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
- Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
m. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
n. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
C. Analisa Data
Tgl/
jam
No DP Data fokus Problem Etiologi
1 Ds:
- pasien mengeluh
pusing, leher terasa
kenceng
- pasien mengatakan
mempunyai
riwayat hipertensi
dari ibunya
Do :
- TD 200/100
mmHg,
- nadi 100x/menit
kuat
- pasien tampak
lemah
Risiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak
Hipertensi
2 Ds :
- pasien mengatakan
suka makan
makanan asin,
pedas, dan
makanan instan
seperti mie dan
sosis
- Pasien
mengatakan
mendapat obat
penurun tensi tetapi
tidak pernah
diminum
- pasien tidak
pernah kontrol ke
pelayanan
kesehatan karena
tidak ada yang
mengantar.
Defisiensi
Pengetahuan
Keterbatasan
kognitif
Diagnosa Keperawatan
DP I : Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Hipertensi
DP II : Defisiensi Pengetahuan b.d Keterbatasan kognitif yang ditandai dengan pasien
mengatakan suka makan makanan asin, pedas, dan makanan instan seperti mie dan sosis, Pasien
mengatakan mendapat obat penurun tensi tetapi tidak pernah diminum, pasien tidak pernah
kontrol ke pelayanan kesehatan karena tidak ada yang mengantar.
Intervensi
Tgl/
Jam
No
DP
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 ketidakefektifan perfusi
jaringan otak tidak terjadi
setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam dengan kriteria hasil:
- pasien tidak
mengeluh pusing
dan leher terasa
kenceng
- pasien tidak
tampak lemah
- TD normal 110-
120/70-80 mmHg
- HR mulai kembali
normal
60-100x/menit dan
irama teratur
1. Pantau KU
2. Monitor TTV ( TD,
HR,RR) setiap 6
jam sekali
3. pantau GCS
4. Berikan posisi head
up 30 derajat
5. anjurkan pasien
untuk menutup
mata jika kambuh
pusing
1. pasien dengan
resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak akan resiko
mengalami
penurunan
kesadaran maka
perlu dipantau
2. Pasien dengan
hipertensi perlu
dipantau TD dan
HR agar dapat
mengetahui
perkembangan
penyakit tersebut
3. pasien dengan
resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak dipantau
GCS dapat
melihat tingkat
kesadaran pasien
4. pasien dengan
hipertensi dengan
diberi kan head
up 30 derajat
dapat membantu
menurunkan TIK
dan meningkatkan
sirklasi darah ke
otak
5. pasien dengan
rasa pusing yang
terus menerus
dengan
dianjurkan
6. lakukan imobilisasi
7. lanjutkan
pemberian teraki
oksigen binasal 2
ltr/menit
8. kolaborasi dengan
dokter pemberian
manitol dan obat
antihipertensi
9. kolaborasi dengan
dokter pemberian
obat diuretik
menutup mata
saat kambuh
maka tekanan
berkurang dan
rasa pusing
berkurang
6. pasien dengan
hipertensi jika
dilakukan banyak
istirahan tidak
banyak
memaksan
jantung dan otak
segerabekerja
keras maka
dengan dilakukan
imobilasis dapat
membantu
memulihkan keb,
energi
7. pasien dengan
diberikan oksigen
dapat memenuhi
keb. oksigen yg
kurang membuat
kerja jantung
kembali normal
8. pasien dengan
hipertensi
diberikan manitol
untuk membantu
menurunkan TD
9. pasien dengan
diberikan diuretik
akan mengurangi
beban akibat
adanya
penumpukan
cairan sehingga
kerja jantung
tidak bekerja
keras
2 Defisiensi Pengetahuan
dapat teratasi setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24
jam dengan kriteria hasil:
- Pasien mengetahui
penyakitnya
- pasien mengetahui
cara perawatan
hipertensi dan
pantangan yang
harus dihindari
- pasien mengetahui
cara pencegahan
dan pengobatan
hipertensi
1. pantau
pengetahuan pasien
2. berikan posisi
senyaman pasien
( head up 30
derajat)
3. lakukan
komunikasi
terapeutik
4. lakukan
pendekatan pada
pasien dan
keluarga
5. Berikan lingkungan
yang kondusif
untuk belajar
1. dengan dipantau
maka kita akan
mengetahui
tingkat
pemahaman
pasien nantinya
2. dengan diberikan
posisi senyaman
pasien maka
pasien mampu
mendengarkan
materi dengan
baik
3. dengan dilakukan
komunikasi
terapeutik akan
membuat pasien
merasa nyaman
4. dengan dilakukan
pendekatan jadi
kita dapat
berkomunikasi
dengan baik
5. dengan diberikan
lingkungan yang
nyaman dapat
menciptakan
pembelajaran
6. berikan pendidikan
kesehatan tentang
cara perawatan dan
pencegahan
hipertensi
yang nyaman
sehingga
pelajaran dapat
ditangkap dengan
baik
6. pasien dengan
defisit
pengetahuan
dengan diberikan
pendidikan
kesehatan dapat
menambah
wawasan
A. Pengertian hipertensi atau tekanan darah tinggi Pengertian hipertensi atau tekanan darah tinggi - Penyakit yang dalam bahasa inggris disebut
hypertension ini adalah gangguan yang terjadi pada sistem peredaran darah sehingga tekanan
darah menjadi diatas normal. Karna itulah penyakit ini juga dikenal dengan nama tekanan darah
tinggi.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi umum di mana cairan darah dalam tubuh
menekan dinding arteri dengan cukup kuat hingga akhirnya menyebabkan masalah kesehatan,
seperti penyakit jantung. Tekanan darah ditentukan dengan jumlah darah yang dipompa jantung
dan jumlah resistensi terhadap aliran darah pada arteri Anda. Semakin banyak darah dipompa
jantung Anda dan arteri Anda menyempit, tekanan darah akan meningkat.
B. Tanda dan Gejala:
- Sakit kepala
- Perdarahan dari hidung
- Pusing
- Wajah kemerahan
- Kelelahan
C. Penyebab Hipertensi dan Faktor Risiko
- Hipertensi primer (esensial)
Untuk kebanyakan orang dewasa, tidak terdapat identifikasi penyebab dari tekanan darah tinggi.
Tipe tekanan darah tinggi ini, disebut hipertensi “essential” atau hipertensi primer, cenderung
berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun.
- Hipertensi sekunder
Beberapa orang mengalami hipertensi karena kondisi/gangguan yang merupakan penyebab
utama (underlying conditon). Tipe tekanan darah tinggi ini, disebut tekanan darah tinggi
sekunder, cenderung muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dari pada
hipertensi primer. Berbagai kondisi dan pengobatan dapat menyebabkan hipertensi sekunder,
termasuk di antaranya :
Masalah ginjal
Tumor “adrenal gland”
Pengobatan tertentu, seperti pil KB, obat-obat pilek, dekongestan, pereda nyeri dan
beberapa resep obat.
Kelainan tertentu pada pembuluh darah yang didapat sejak dilahirkan (congenital)
Obat-obatan illegal, seperti kokain dan “amphetamines”
Faktor resiko
Tekanan darah tinggi memeliki berepa faktor risiko, antara lain:
Usia. Resiko tekanan darah tinggi meningkat.
Ras. Tekanan darah tinggi
Latar belakang keluarga
Kelebihan berat badan atau obesitas.
Tidak aktif secara fisik. Denyut jantung orang-orang yang tidak aktif cenderung lebih
tinggi. Sehingga semakin keras jantung Anda harus bekerja dengan setiap kontraksi dan
semakin kuat gaya pada arteri Anda. Kekurangan aktivitas fisik juga meningkatkan risiko
kelebihan berat badan.
Merokok
Terlalu banyak garam (sodium) pada diet Anda. Terlalu banyak sodium pada diet Anda
dapat menyebabkan tubuh Anda menahan cairan yang meningkatkan tekanan darah.
Terlalu sedikit potasium pada diet Anda. Pottasium membantu menyeimbangkan jumlah
dari sodium di sel Anda. Terlalu sedikit vitamin D di dalam darah Anda. Vitamin D dapat
mempengaruhi enzim yang diproduksi oleh ginjal yang mempengaruhi tekanan darah
Anda.
Terlalu banyak minum alkohol
Stres
Kondisi kronik tertentu. Seperti, kolestrol tinggi, diabetes, penyakit ginjal, dan “sleep
apnea”.
Terkadang kehamilan juga berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi.
KASUS 3
Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi dapat memompakan
cukup darah ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat timbul dengan atau tanpa penyakit
jantung. Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi diastolik atau sistolik,
gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian preload dan afterload. Keadaan ini dapat
menyebabkan kematian pada
pasien. Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan. Gagal
jantung juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal jantung kronis dekompensasi, serta
gagal jantung kronis.
Beberapa sistem klasifikasi telah dibuat untuk mempermudah dalam pengenalan dan
penanganan gagal jantung. Sistem klasifikasi tersebut antara lain pembagian berdasarkan
Killip yang digunakan pada Infark Miokard Akut, klasifikasi berdasarkan tampilan klinis
yaitu klasifikasi Forrester, Stevenson dan NYHA.
Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan pada penderita infark miokard akut, dengan
pembagian:
- Derajat I : tanpa gagal jantung
- Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus di basal paru, S3 galop dan
peningkatan tekanan vena pulmonalis
- Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru seluruh lapangan paru.
- Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan darah sistolik 90 mmHg) dan
vasokonstriksi perifer (oliguria, sianosis dan diaforesis)
Klasifikasi Stevenson menggunakan tampilan klinis dengan melihat tanda kongesti dan
kecukupan perfusi. Kongesti didasarkan adanya ortopnea, distensi vena juguler, ronki
basah, refluks hepato jugular, edema perifer, suara jantung pulmonal yang berdeviasi ke kiri,
atau square wave blood pressure pada manuver valsava. Status perfusi ditetapkan berdasarkan
adanya tekanan nadi yang sempit, pulsus alternans, hipotensi simtomatik, ekstremitas dingin
dan penurunan kesadaran. Pasien yang mengalami kongesti disebut basah (wet) yang tidak
disebut kering (dry). Pasien dengan gangguan perfusi disebut dingin (cold) dan yang tidak
disebut panas (warm). Berdasarkan hal tersebut penderita dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
- Kelas I (A) : kering dan hangat (dry – warm)
- Kelas II (B) : basah dan hangat (wet – warm)
- Kelas III (L) : kering dan dingin (dry – cold)
- Kelas IV (C) : basah dan dingin (wet – cold)
B. Etiologi
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi cukup penting
untung mengetahui penyebab dari gagal jantung, di negara berkembang penyakit arteri koroner
dan hipertensi merupakan penyebab terbanyak sedangkan di negara berkembang yang
menjadi penyebab terbanyak adalah penyakit jantung katup dan penyakit jantung akibat
malnutrisi. Pada beberapa keadaan sangat sulit untuk menentukan penyebab dari gagal
jantung. Terutama pada keadaan yang terjadi bersamaan pada penderita. Penyakit jantung
koroner pada Framingham Study dikatakan sebagai penyebab gagal jantung pada 46% laki-
laki dan 27% pada wanita. Faktor risiko koroner seperti diabetes dan merokok juga
merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain
itu berat badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL juga dikatakan
sebagai faktor risiko independen perkembangan gagal jantung.
Hipertensi telah dibuktikan meningkat-kan risiko terjadinya gagal jantung pada
beberapa penelitian. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa
mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan
disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya infark
miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia
ventrikel. Ekokardiografi yang menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri berhubungan kuat
dengan perkembangan gagal jantung. Kardiomiopati didefinisikan sebagai penyakit pada otot
jantung yang bukan disebabkan oleh penyakit koroner, hipertensi, maupun penyakit jantung
kongenital, katup ataupun penyakit pada perikardial. Kardiomiopati dibedakan menjadi
empat kategori fungsional : dilatasi (kongestif), hipertrofik, restriktif dan obliterasi.
Kardiomiopati dilatasi merupakan penyakit otot jantung dimana terjadi dilatasi
abnormal pada ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan. Penyebabnya antara
lain miokarditis virus, penyakit pada jaringan ikat seperti SLE, sindrom Churg-Strauss dan
poliarteritis nodosa. Kardiomiopati hipertrofik dapat merupakan penyakit keturunan
(autosomal dominan) meski secara sporadik masih memungkinkan. Ditandai dengan adanya
kelainan pada serabut miokard dengan gambaran khas hipertrofi septum yang asimetris yang
berhubungan dengan obstruksi outflow aorta (kardiomiopati hipertrofik obstruktif).
Kardiomiopati restriktif ditandai dengan kekakuan serta compliance ventrikel yang buruk,
tidak membesar dan dihubungkan dengan kelainan fungsi diastolik (relaksasi) yang
menghambat pengisian ventrikel.
Penyakit katup sering disebabkan oleh penyakit jantung rematik, walaupun saat ini
sudah mulai berkurang kejadiannya di negara maju. Penyebab utama terjadinya gagal
jantung adalah regurgitasi mitral dan stenosis aorta. Regusitasi mitral (dan regurgitasi
aorta) menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload) sedangkan stenosis
aorta menimbulkan beban tekanan (peningkatan afterload).
Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung dan dihubungkan
dengan kelainan struktural termasuk hipertofi ventrikel kiri pada penderita hipertensi. Atrial
fibrilasi dan gagal jantung seringkali timbul bersamaan.
Alkohol dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan gagal jantung akut
maupun gagal jantung akibat aritmia (tersering atrial fibrilasi). Konsumsi alkohol yang
berlebihan dapat menyebabkan kardiomiopati dilatasi (penyakit otot jantung alkoholik).
Alkohol menyebabkan gagal jantung 2 – 3% dari kasus. Alkohol juga dapat menyebabkan
gangguan nutrisi dan defisiensi tiamin. Obat – obatan juga dapat menyebabkan gagal
jantung. Obat kemoterapi seperti doxorubicin dan obat antivirus seperti zidofudin juga dapat
menyebabkan gagal jantung akibat efek toksik langsung terhadap otot jantung.
C. Tanda Dan Gejala
Tanda serta gejala penyakit gagal jantung dapat dibedakan berdasarkan bagian mana dari
jantung itu yang mengalami gangguan pemompaan darah, lebih jelasnya sebagai berikut :
1. Gagal jantung sebelah kiri ; menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru
(edema pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada awalnya sesak nafas hanya
dirasakan saat seseorang melakukan aktivitas, tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit
maka sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak melakukan aktivitas. Sedangkan
tanda lainnya adalah cepat letih (fatigue), gelisah/cemas (anxity), detak jantung cepat
(tachycardia), batuk-batuk serta irama degub jantung tidak teratur (Arrhythmia).
2. Sedangkan Gagal jantung sebelah kanan ; cenderung mengakibatkan pengumpulan darah
yang mengalir ke bagian kanan jantung. Sehingga hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki,
pergelangan kaki, tungkai, perut (ascites) dan hati (hepatomegaly). Tanda lainnya adalah mual,
muntah, keletihan, detak jantung cepat serta sering buang air kecil (urin) dimalam hari
(Nocturia).D. Penanganan
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung
dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secar
sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.Penanganan
biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pad saat beraktivitas biasa. Rejimen penanganan
secar progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut
dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan
untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun
sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jngn sampai
memaksakan lrngan yng tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka.Kini telah
dikethui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan
fisik.Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian
antikoagulansia mungkin diperlukan pad pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan
gejala.
E. Penatalaksanaan Medis, Pemeriksaan Diagnostik, Diet, Farmakologis, Intervensi
Komplementer
1) Penatalaksanaan medis
1. Perbaikan katup/penggantian katup dengan mitral valve replacement (MVR)
2. Diet rendah garam
3. Istirahat
4. Diit, diit jantung, makanan lunak, Pemberian digitalis, membantu kontraksi
jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan
curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan
diuresis akan mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau
terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer.
Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu
gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel
premature, bigemini (denyut normal dan premature saling berganti ), dan
takikardia atria proksimal
5. Pemberian Diuretic, yaitu unutuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal.
Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak mengganggu
istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin
pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah pemberian diuretic, pasien juga
harus menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya
tanda-tanda dehidrasi
6. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati
depresi pernapasan
7. Pemberian oksigen
8. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan
pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk mengurangi
impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.
2) Pemeriksaan diagnostic
Kegagalan jantung diagnosa khas berdasarkan temuan-temuan, tanda-tanda dan gejala klinis dan
diketahui. Factor-faktor pencetus, test diagnostic yang dilakukan antara lain:
a) Electrocardiogram (ECG)
Hipertrofi atrial atau ventricular, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan pola
mungkin terlihat dysritmia misalnya: tachycardia, fibrilasi atrial.
b) Sonogram
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi atau struktur
katup atau area penurunan kontraktilitas ventrikel.
c) Scan jantung (multigooted adivisiton (MUGA))
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan geraka dinding.
d) Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dna membantu membedakan gagal jantung sisi
kanan versus kiri dan stenosis katup atau insufisiensi juga mengkaji potensi arteri
koroner. Zat kontras disuntikkan ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan
perubahan kontraktilitas.
e) Rontgent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertropi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan
tekanan pulmonal abnormal misalnya: pulgus pada pembesaran jantung kiri dapat
menunjukkan aneurisma ventrikel.
f) Enzim hepar
Meningkat dalam gagal atau kongesti hepar.
g) Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
h) Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika gagal jantung kiri akut memperburuk
PPOM atau gagal jantung kiri kronis.
i) AGD
Gagal ventrikel ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia
sengan peningkatan PCO2 akhir.
j) Kreatinin
Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal.
k) Albumin/transforin serum
Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan syntesis
dalam hepar yang mengalami kongesti.
l) HSD
Mungkin menentukan anemia, polysitemia atau perubahan kepekatan menandakan retensi
air mungkin meningkat, menunjukkan infark akut.
3). Diet
Pembatasan asupan garam, konsumsi alkohol, serta pembatasan asupan cairan perlu
dianjurkan pada penderita terutama pada kasus gagal jantung kongestif berat. Penderita juga
dianjurkan untuk berolahraga karena mempunyai efek yang positif terhadap otot skeletal,
fungsi otonom, endotel serta neurohormonal dan juga terhadap sensitifitas terhadap insulin
meskipun efek terhadap kelengsungan hidup belum dapat dibuktikan.
4). Farmakologis
Strategi terapi gagal jantung :
Memperbaiki kontraktilitas miokardial
( inotropik positif )
Menurunkan beban awal (preload)
Menurunkan beban akhir (afterload)
Memperbaiki kontraktilitas miokardial
GLIKOSIDA JANTUNG ( DIGOKSIN )
Digoksin berasal dari daun Digitalis lanata.Mekanisme : Meningkatkan influks
kalsium ke dalam sel miokardium --- menambah kontraktilitas jantung. Efek terapi
nampak setelah 1-2 jam (per oral)Efek maksimal dicapai max 6 jam setelah pemberian
oral.
Dosis :
- Dewasa : Emergency : 1-1.5 mg / hariMaintenance : 0.125-0.75 mg/hari
- Anak : Emergency : 0.025 mg/kg BB ,Maintenance : 0.01-0.02 mg/kg BB/hari
Sediaan : - Tablet 0.25 mg
- Ampul 0.25 mg/ml (1 ampul=2 ml)
AMRINONE
Menghambat degradasi cAMP --- enzym inhibitor (cAMP pembawa pesan
biokimia yang merangsang jantung)
Dosis :
I.V 5 mg/ml (1 ampul=20 ml)
DM : 10 mg/kg/24 jam
I.O : pemakaian bersama digitalis akan menambah efek inotropik
DOBUTAMIN
Meningkatkan produksi cAMP dengan stimulasi reseptor adrenergik ß 1
meningkatkan kontraktilitas jantung, meningkatkan curah jantung.
Menurunkan Beban Awal (preload)
Obat : NITROGLISERIN
Mekanisme : menurunkan tonus vena---alir balik vena ke jantung berkurang,
mendilatasi arteri koroner, meningkatkan penghantaran darah ke jantung
Menurunkan Beban Akhir (afterload)
Diuretika, ACE Inhibitor
Mekanisme : menurunkan volume darah dengan cara meningkatkan volume air yang
dieksresi ke dalam urin.
Hidralazin : merelaksasi arteriol
5). Intervensi komplementer
Kasus 3 :
Tuan Basuki (48th) di rawat di Unit Penyakit Jantung dengan diagnose medis gagal
jantung NHYA IV. Terdapat edema anasarka dan haluaran urine 30ml/jam.Pasien hanya
membuka mata saat dibangunkan kemudian tidur lagi. Pemeriksaan TTV : RR : 28 x/mnt, T: 36
C, HR : 122 x/mnt, Td: 100/80 mmHg. Terpasang O2 5 L/mnt dan infuse NaCl 15 tpm. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan, bunyi jantung S3, suara paru krekels.Pasien terpasang
CVP.Pemeriksaan diagnostic rontgen didapatkan hasil kardiomegali dan edema
paru.Pemeriksaan EKG dengan hasil sinus takikardi.Pasien mendapat terapi Debutamine 20mcg,
Digoxin 4 tab/hari, nitrogliserin 15 mcg.
FORMAT PENGKAJIAN KLINIK
Nama perawat yang mengkaji : Maria Antonia
Unit :-
Ruang / kamar : -
Tanggal / waktu masuk RS :-
Tanggal waktu pengkajian :-
Cara pengkajian : Studi Dokumentasi
I. Identitas klien
Nama : Tn. B
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 48th
Tempat tanggal lahir : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Status perkawinan : -
Agama : -
Suku :-
Alamat : -
Diagnose medis : -
II. Identitas penanggung jawab
Nama : -
Alamat : -
Hubungan dengan klien : -
III. Riwayat keperawatan saat ini
Alasan masuk RS : -
Tindakan/terapi yang sudah diterima : . Terpasang O2 5 L/mnt dan infuse NaCl
15 tpm. Pasien terpasang CVP.
Keluhan utama : -
Keluhan penyerta : -
IV. Riwayat keperawatan masa lalu
Penyakit yang pernah diderita : -
Penyakit keturunan dalam keluarga : -
Operasi yang pernah dilakukan : -
Alergi : -
Imunisasi : -
Kebiasaan buruk : -
Obat-obatan : -
V. Kebutuhan Orem
a. Oksigenasi
Sesak nafas ? Menggunakan alat bantu ?
b. Cairan
Tanda dehidrasi ?turgor kulit ? frekuensi cairan masuk? Cairan keluar?
c. Nutrisi
Mual ?muntah? Pusing?Lemah ?nafsu makan ?
d. Eliminasi fekal
Frekuensi ?warna ?karakteristik ?diare? Konstipasi?
e. Eliminasi urin
Warna urin?Frekuensi?Karakteristik?Bau?
f. Aktivitas
Ambulasi?Eliminasi?Berpakaian?Mobilisasi?Ambulasi?
g. Tidur
Frekuensi tidur?Nyeri?Kelemahan?
h. Seksualitas
Jumlah keluarga?
i. Interaksi social
Hubungan dengan keluarga?Hubungan dengan tetangga?Hubungan dengan
lingkungan atau tempat kerja?
j. Pencegahan masalah keperawatan
Cara mencegah masalah ketika sakit?Olahraga?Mencuci tangan?Diit
seimbang?
k. Promosi kesehatan
Pernah mengikuti penyuluhan? Penyuluhan apa saja? Penyuluhan tentang
jantung/ gagal jantung?
VI. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : somnolen
Antropometri
Berat Badan : 80 kg
Tinggi Badan : 170 cm
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 100 / 80 mmHg
- Nadi : 122 x/menit, frekuensi teratur,
- Pernafasan : 28 x /menit
- Suhu : 360 C
- Spo2 : -
Head to toe
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, bunyi jantung S3, suara paru krekels.
Terdapat edema anasarka dan haluaran urine 30ml/jam.
VII. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic rontgen didapatkan hasil kardiomegali dan edema
paru.Pemeriksaan EKG dengan hasil sinus takikardi.
VIII. Terapi
Pasien mendapat terapi Debutamine 20mcg, Digoxin 4 tab/hari, nitrogliserin 15
mcg.
IX. Analisa data :
Data Fokus Masalah
keperawatan
Etiologi Diagnose keperawatan
Dx: -
Do:
- Td: 100/80 mmHg
- Dari pemeriksaan fisik
didapatkan, bunyi
jantung S3, suara paru
krekels.
- Pemeriksaan diagnostic
rontgen didapatkan
hasil kardiomegali dan
edema paru.
- Pemeriksaan EKG
dengan hasil sinus
takikardi.
- Terpasang O2 5 L/mnt
Intoleran
aktivitas
Ketidakseimbangan
antara suplay darah
dan kebutuhan
oksigen
Intoleran aktivitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
antara suplay darah
dan kebutuhan oksigen
ke paru dan jantung
ditandai dengan data
TD menurun,
pemeriksaan fisik
didapatkan, bunyi
jantung S3, suara paru
krekels.Pemeriksaan
diagnostic rontgen
didapatkan hasil
kardiomegali dan
edema paru,
Pemeriksaan EKG
dengan hasil sinus
takikardi.Terpasang
O2 5 L/mnt
X. FORMAT PERENCANAAN :
Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Intoleran aktivitas pada
Tn. B teratasi setelah
dilakukan tindakan 7x24
jam dengan criteria hasil :
- Tekanan darah normal
1. Monitor TTV per 8
jam
1. Gagal jantung dapat
menyebabkan perubahan TTV
terutama pada HR, TD dan
RR.
2. Pemeriksaan ekg merupakan
berada dalam kisaran
120/80 mmHg
- Respon jantung normal
saat beraktivitas ( HR
60-100 x/mnt)
- Perubahan EKG dari
takikardi >100
menjadi 60-100 x/mnt.
- Kesadaran
composmentis.
- Adl klien terpenuhi
- Hasil rontgen
menunjukkan
kardiomegali dan
edema paru berkurang.
2. Lanjutkan
pemeriksaan EKG
setiap pagi.
3. Lanjutkan terapi
pemberian nitrogliserin
15 mcg via oral
4. Lanjutkan terapi
pemberian oksigen 5
L/mnt
5. Lanjutkan terapi
pemberian Dobutamine
20 mcg via oral
6. Bantu ADL klien
7. Lanjutkan terapi
pemberian Digoxin 4
tablet / hari
rekam jantung untuk
mengetahui irama dan
gangguan pada jantung
terutama klien dengan gagal
jantung mempunyai gangguan
takikardi.
3. Nitrogliserin intravena atau
sublingual (dibawah lidah)
akan menyebabkan pelebaran
vena, sehingga mengurangi
jumlah darah yang melalui
paru-paru. Dapat mengurangi
sesak nafas dan mengurangi
keletihan
4. Kelemahan yang disebabkan
oleh karena kekurangan
oksigen dan suplay darah
dapat teratasi karena asupan
oksigen dari alat bantu nafas.
5. Dobutamine dapat
mempengauhi kontraktilitas
kerja jantung sehingga jantung
dapat berkontraksi kembali
dan dapat memenuhi asupan
darah ke otak.
6. Klien dengan gagal jantung,
memiliki ADL yang menurun
karena aktivitas dapat
mempengaruhi HR, sehingga
perlu di bantu untuk
mengurangi kenaikan HR.
7. Edema dapat dikurtangi
dengan cara diuretic yaitu
dengan dikelurakan lewat urin
klien sehingga dengan
pemberian digoxin dapat
membantu untuk
mengeluarkan cairan yang
8.
berada di paru dan jantung
untuk mengurangi edema.
8.
KASUS 4
Pengertian penyakit AMIa. Definisi
AMI adalah proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang, jika iskemia berlangsung dalam waktu yang lama maka akan menyebabkan Nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu, atau yang biasa dikenal dengan nama Infark Miokardium.
b. EtiologiSuplai oksigen ke miocard berkurang
Faktor pembuluh darah Faktor sirkulasi Faktor darah
Curah jantung yang meningkat Kebutuhan oksigen miocard meningkat
Kerusakan miocard Hipertropi miocard
Hipertensi diastolicFaktor biologis yang tidak bisa dirubah
Usia lebih dari 40 tahun Jenis kelamin Hereditas Ras
c. Tanda dan Gejala1. Nyeri
Mendadak dan terus menerus tidak mereda
Seperti tertusuk – tusuk, menjalar ke bahu dan kebawah menuju lengan kiri
Mulai secara spontan, menetap beberapa jam dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin
Menjalar ke leher dan rahang
Disertai dengan sesak napas, pucat, dingin dan pening, serta melayang,mual dan muntah
A. Penatalaksanaan Medis
Bagi pasien dengan penyakit Infark Miokard penatalaksanaan madis yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Rawat ICCU, puasa 8 jam2. Tirah baring, posisi semi fowler.3. Monitor EKG pasien untuk mengetahui aliran konduksi arus listrik di jantung pasien4. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit5. Oksigen 2 – 4 lt/menit.6. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg7. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg8. Bowel care : laksadin9. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infuse10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna11. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
d. Gizi
Kandungan garam (Sodium/Natrium)
Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam
mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk
pengontrolan diet sodium/natrium ini ;
- Jangan meletakkan garam diatas meja makan
- Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makan
- Batasi konsumsi daging dan keju
- Hindari cemilan yang asin-asin
- Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium
Kandungan Potasium/Kalium
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah,
Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah
dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita
tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam,
bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih.
Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam
membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).
e. Farmakologi
Pada poasien dengan penyakit Infark Miokard dapat diberikan terapi obat sebagai
berikut:
Anti angina ( nitrat organik, nitrocine, ISDN)
Untuk mengurangi nyeri dada (angina) yang dirasakan akibat dari komplikasi dari
penyakit jantung koroner
Antikoagulan : heparin
Untuk mengencerkan darah yang membeku dan menyumbat di pembuluh arteri
koroner
Trombolitik : streptokinase
Sebagai antikoagulan dan pengencer darah-rah yang mengalami pembekuan
Bowel care : laksadin
Sedatif :diazepam
Sebagai antikonvulsan jika pasien sampai mengalami kekejangan
Analgesik : Morphin atau Pethidine
Untuk mengurangi nyeri yang dirasakann oleh pasien
f. Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan pola nafas bd. Kecemasan, Hiperventilasi
Penurunan cardiac out put bd gangguan stroke volume (preload, afterload,
kontraktilitas)
Nyeri akut bd Agen injuri (fisik)
Intoleransi aktivitas b/d fatigue
Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurangnya informasi
Kasus 4
Tn. Juno (34 tahun) di rawat di bangsal penyakit dalam dengan diagnose medis AMI.
Pasien saat ini masih mengeluh dada terasa berat, nafas sesak, dan kadang nyeri muncul di dada
sebelah kiri menjalar ke punggung, Skala nyeri 8.Pasien mendapat terapi oksigenasi 5
ltr/mnt.Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/90 mmHg, nadi 100x/mnt, RR 22x/mnt,
S 37ᵒc. hasil pemeriksaan lab didapatkan Trop T meningkat, CKMB meningkat.Pasien
mendapatkan terapi obat Aspilet 3x300 mg dikunyah.Dilakukan pemeriksaan EKG dengan hasil
ST Elevasi.
FORMAT PENGKAJIAN KLINIK
Nama perawat yang mengkaji : Rafael Imelda Ayu
Unit :-
Ruang / kamar : -
Tanggal / waktu masuk RS :-
Tanggal waktu pengkajian :-
Cara pengkajian : Studi Dokumentasi
XI. Identitas klien
Nama : Tn. J
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 34th
Tempat tanggal lahir : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Status perkawinan : -
Agama : -
Suku :-
Alamat : -
Diagnose medis : -
XII. Identitas penanggung jawab
Nama : -
Alamat : -
Hubungan dengan klien : -
XIII. Riwayat keperawatan saat ini
Alasan masuk RS : -
Tindakan/terapi yang sudah diterima : . Terpasang O2 5 L/mnt dan laboratorium
T Trop T meningkat, terapi obat aspilet 3x300 mg dikunyah, pemeriksaan EKG.
Keluhan utama : nyeri
Keluhan penyerta : -
XIV. Riwayat keperawatan masa lalu
Penyakit yang pernah diderita : -
Penyakit keturunan dalam keluarga : -
Operasi yang pernah dilakukan : -
Alergi : -
Imunisasi : -
Kebiasaan buruk : -
Obat-obatan : -
XV. Kebutuhan Orem
a. Oksigenasi
Sesak nafas ? Menggunakan alat bantu ?
b. Cairan
Tanda dehidrasi ?turgor kulit ? frekuensi cairan masuk? Cairan keluar?
c. Nutrisi
Mual ?muntah? Pusing?Lemah ?nafsu makan ?
d. Eliminasi fekal
Frekuensi ?warna ?karakteristik ?diare? Konstipasi?
e. Eliminasi urin
Warna urin?Frekuensi?Karakteristik?Bau?
f. Aktivitas
Ambulasi?Eliminasi?Berpakaian?Mobilisasi?Ambulasi?
g. Tidur
Frekuensi tidur?Nyeri?Kelemahan?
h. Seksualitas
Jumlah keluarga?
i. Interaksi social
Hubungan dengan keluarga?Hubungan dengan tetangga?Hubungan dengan
lingkungan atau tempat kerja?
j. Pencegahan masalah keperawatan
Cara mencegah masalah ketika sakit?Olahraga?Mencuci tangan?Diit
seimbang?
k. Promosi kesehatan
Pernah mengikuti penyuluhan? Penyuluhan apa saja? Penyuluhan tentang
jantung/ gagal jantung?
XVI. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Antropometri
Berat Badan :
Tinggi Badan :
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 140 / 90 mmHg
- Nadi : 100 x/menit
- Pernafasan : 22 x /menit
- Suhu : 370 C
- Spo2 : -
Head to toe
Dari pemeriksaan fisik didapatkan klien mengeluh nyeri skala 8, nyeri mencul didada
sebelah kiri menjalar ke punggung.
XVII. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic
XVIII. Terapi
Pasien mendapat terapi aspilet 3x300 mg dikunyah.
ANALISA DATAI
Data Problem Etiologi
DS :
-mengeluh dada terasa berat,
- nafas sesak,
- kadang nyeri muncul di dada
sebelah kiri menjalar ke
punggung,
-Skala nyeri 8
DO :
-ttv : RR 22x/menit, HR
100x/menit,
S 37ᵒc
-Hasil EKG ST elevasi
Nyeri akut Agen cidera
biologis
DIAGNOSA KEPERAWATAN I:
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi ditandai denganmengeluh dada
terasa berat, nafas sesak, kadang nyeri muncul di dada sebelah kiri menjalar ke punggung, Skala
nyeri 8, ttv : RR 22x/menit, HR 100x/menit, S 37ᵒc ,Hasil EKG ST elevasi.
INTERVENSI I
Tujuan dan
Kriteria hasil
Intervensi Rasionalisasi
Nyeri akut dapat
teratasi setelah
dilakukan
tindakan 7x24
jam dengan
criteria hasil :
1.monitor TTV (TD dan RR) 1. pasien dengan nyeri
biasanya mengalami
perubahan tekanan darah dan
pernafasan sehingga perlu
dipantau.
2. pasien dengan nyeri perlu
1.skala nyeri
teratasi
2.RR
16-20x/menit
3.tidak terlihat
wajah menahan
sakit
4. hasil EKG
tidak ada ST
elevasi
2.monitor nyeri (PQRST)
3.ajarkan teknik relaksasi
4.dekatkan segala kebutuhan
pasien
5. monitor EKG klien
6. anjurkan klien untuk
melaporkan nyerinya dengan
segera
7. anjurkan klien untuk
membatasi pergerakannya
8.lanjutkan pemberian obat
aspilet 3x300 mg.
di kaji PQRST untuk
mengetahui perubahan skala
nyeri.
3. pasien dengan keluhan
nyeri perlu diberi teknik
relaksasi karena dapat
melancarkan peredaran darah
sehingga dapat merilekskan
bagian otot yang tegang
sehingga nyeri klien dapat
berkurang.
4. pasien dengan nyeri
aktifitasnya menjadi terbatas
sehingga perlu dibantu dalam
pemenuhan ADL
5.mengetahui ada tidaknya
kelainan pada jantung klien
6. mengetahui dan memantau
tingkat nyeri klien.
7. mengurangi nyeri Yang
klien rasakan karena
pergerakan dapat
memperparah rasa nyeri
8. dengan diberikan obat
aspilet dapat menurunkan
nyeri yang dirasakan klien.
ANALISA DATAIII
Data Problem Etiologi
DS : klien mengeluh
sesak nafas, dada
terasa berat.
DO : terpasang O2 5
liter per menit, RR
22x/ menit
Pola nafas tidak efektif Keletihan otot pernafasan
DIAGNOSAKEPERAWATAN II:Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
Keletihan otot pernafasan ditandaidengan terpasang O2 5 liter per menit, RR 22x/
menit.
INTERVENSI II
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi Rasionalisasi
Pola nafas tidak
efektif dapat
teratasi setalah
dilakukan
tindakan 3x24
jam dengan
criteria hasil :
1.RR
16-20x/menit
2. klien tidak
mengeluh sesak
nafas.
3. tidak terpasang
O2
4. spO2 90-100%
1.monitor TTV (TD,RR,Nadi)
2. pantau saturasi klien (spO2)
3. ajarkan nafas dalam bila masih
memungkinkan
4.batasi aktivitas klien
5. beri posisi semi fowler
6. beri posisi knee chest
7.lanjutkan kolaborasi pemberian
O2 5 liter/mnt
8. kolaborasi dalam pemberian
vasodilator
1. mengetahui kelainan
dan perkembangan
hemodinamik pasien
2. klien dengan sesak
nafas perlu dipantau
saturasinya agar
mengetahui tindakan
selanjutnya
3. membantu pasien
agar dapat bernafas
normal
4. mengurangi resiko
klien sesak nafas
5. meluaskan lapangan
paru sehingga
mempermudah
masuknya O2 ke paru
6. aliran balik vena
sistematik berkurang
dan tahanan vasikuler
sistematik bertambah,
karena sebagian darah
berkumpul pada
ekstremitas bawah.
7.klien sesak nafas
sehingga diberikan O2
agar kebutuhan
oksigenasi klien
terpenuhi.
8. agar mengurangi
sesak nafas klien dan
pola jalan nafas klien
dapat efektif / tidak
sesak nafas lagi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem Cardiovaskuler merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk mempertahankan
kuantitas dan kualitas dari cairan yang ada diseluruh tubuh. Sistem kardiovaskuler terdiri dari
dua sistem, yaitu sistem jantung dan vasa darah. Sistem sirkulasi darah dimulai dari jantung yang
berfungsi untuk mempompa darah yang kemudian dialirkan melalui aorta dan diteruskan ke
cabang – cabang pembuluh darah. Sistem kardiovaskuler berhubungan erat dengan darah dimana
masing – masing darah memiliki tugas atau fungsi sendiri – sendiri dan saling berkaitan satu
sama lain.
Sistem kardiovaskular memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh
jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap
jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga
jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan adekuat. Sistem kardiovaskular yang
berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons
seluruh aktivitas tubuh.Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar
aktivitas jaringan dapat terpenuhi.
Dari makalah ini kita bisa belajar apa saja masalah keperawatan yang akan timbul jika
terjadi masalah pada system kardiovaskuler dan bagaimana cara mengatasi dan penanganannya.
B. Saran
Dilihat dari fungsi serta manfaatnya pada tubuh, tentulah jantung sangat berharga. Oleh
karena itu, untuk menjaga agar semua yang ada tidak rusak ataupun mengalami gangguan,
perbiasakanlah hidup sehat serta mengurangi kegiatan yang dapat membuat jantung bekerja lebih
cepat dari normalnya.
Di samping itu, kurangilah mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak
dan perbanyaklah mengkonsumsi buah serta makanan yan
DAFTAR PUSTAKA
Abhique, 2010.Sistem Kardiovaskuler. http://abhique.blogspot.com.Diakses pada tanggal 16 Februari 2010 pukul 20.43 WITA.
Angga, 2010.Fisiologi Kardiovaskular. www.blogsot.com. Diakses pada tanggal 16 Februari 2010 pukul 20.43 WITA.
Sloane , E., 1994, Anatomi dan Fisiologi. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.Syaifuddin, 2002.Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Widya Medika, Jakarta.
Tambayong, J., 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperwatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Watson, R., 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.