Upload
zulfida-nurainiyah
View
158
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori ini di gagas pertama kali oleh Madeleine Leininger yang di inspirasi oleh
pengalaman dirinya sewaktu bekerja sebagai perawat spesialis anak di Midwestern United
States pada tahun 1950. Saat itu ia melihat adanya perbedaan perilaku di antara anak yang
berasal dari budaya yang berbeda. Fenomena ini membuat Leininger menelaah kembali
profesi keperawatan. Ia mengidentifikasi bahwa pengetahuan perawat untuk memahami
budaya anak dalam layanan keperawatan ternyata masih kurang.
Pada tahun 1960, Leininger pertama kali menggunakan kata transkultural nursing,
ethnonursing, dan cross-cultural nursing. Akhirnya, pada tahun 1985, Leininger
mempublikasikan teorinya untuk pertama kali, sedangkan ide-ide dan teorinya sudah di
presentasikan pada tahun 1988. Teori Leininger kemudian disebut sebagai cultural care
diversity and universality. tetapi para ahli lebih sering menyebutnya transcultural nursing
theory atau teori keperawatan transkultural
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang
berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda di
dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan tentang
sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowladge
yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu
dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan transkultural ini
menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya klien
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun
culture imposition.Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau
beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam
mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku
1
yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka
meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Teori keperawatan transkultural matahari terbit, sehingga disebut juga sebagai sunrise
model matahari terbit (sunrise model) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan
budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit.
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut Leininger di pengaruhi oleh tujuh
faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, pendidikan,
dan ekonomi.
Peran perawatan pada transcultural nursing teori ini adalah menjembatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui
asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh Leininger. Oleh
karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan
yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan, hal
tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana teori model keperawatan transkultural?
2) Bagaimana konsep keluarga?
3) Bagimana asuhan keperawatan pada keluarga dengan menggunakan pendekatan
transkultural?
1.3 Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui model keperawatan transkultural.
2) Untuk mengetahui konsep kelurga.
3) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga dengan menggunkan pendekatan
transkultural.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Teori Model Keperawatan Transcultural in Nursing
2.1.1 Model Keperawatan Transcultural in Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuaan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai
dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh.
Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
2.1.2 Konsep dalam Transcultural Nursing
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,
dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil
keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi
tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai
3
nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap
lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi
(Leininger, 1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia.
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang
tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk
mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik
diantara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi
kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung
dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai.
11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
4
2.1.3 Paradigma Transcultural Nursing
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara
pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsepsentral keperawatan
yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995).
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga
dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas
sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and
Boyle, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di
daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
5
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik
adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok
merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negosiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
a. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi.
b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatankesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
6
2.1.4 Proses keperawatan Transcultural Nursing
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh
perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien
(Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,
1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang adapada “Sunrise Model”
yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat
untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
7
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan
dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor ekonomi
yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota
keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh
jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif
mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
8
2.1.5 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi
sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini.
2.1.6 Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan
latar belakang budaya klien (Gigerand Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang
ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan
dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan kliendan standar etik
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
9
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan. Perawat dan
klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan danperbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu.
Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan
hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
2.1.7 Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya
klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat
diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
2.2 Konsep Keperawatan Keluarga
2.2.1 Pengertian keluarga dan pengertian keperawatan keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan
keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan,
ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga
(Marilynn M. Friedman, 1998).
Keluarga adalah dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
10
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Salvicion G Balion dan Aracelis
Maglaya, 1989).
Dari ketiga pengertisn diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang
atau lebih yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, ikatan darah yang tinggal dalam
satu rumah dan saling berinteraksi satu sama lain dalam perannya masing-masing untuk
menciptakan atau mempertahankan suatu budaya.
Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitna, 2004).
2.2.2 Tipe atau jenis keluarga
Menurut Friedman (1998) tipe keluarga dari dua tipe yaitu keluarga tradisional dan
keluarga nontradisional.
1. Tipe keluarga tradisional terdiri dari :
a) Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami, istri dan anak kandung atau anak adopsi.
b) Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, bibi dan
paman.
c) Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal dalam
satu rumah tanpa anak.
d) Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
e) Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.
f) Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah
lanjut usia.
2. Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :
a) Keluarga community yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian darah, hidup
dalam satu rumah.
b) Orang tua (ayah dan ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
11
c) Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang hidup bersama dalam
satu rumah dan berperilaku layaknya suami istri.
2.2.3 Struktur keluarga
Menurut Friedman (1998), struktur keluarga terdiri dari :
1) Pola dan proses komunikasi dapat dikatakan berfungsi apabila jujur, terbuka,
melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta adanya hierarki
kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan akan berhasil jika pengirim
pesan (sender) yakin mengemukakan pesannya, isi pesan jelas dan berkualitas, dapat
menerima dan memberi umpan balik, tidak bersifat asumsi, berkomunikasi sesuai.
Sebaliknya, seseorang menerima pesan (receiver) dapat menerima pesan dengan baik
jika dapt menjadi pendengan yang baik, memberi umpan balik dan dapat
memvalidasi pesan yang diterima.
2) Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang
diberikan baik peran formal maupun informal.
3) Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan mempengaruhi
atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari legitimate power (hak), referen
power (ditiru), expert power (keahlian), reward power (hadiah), coercive power
(paksaan) dan affektif power.
4) Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan norma adalah pola perilaku yang
diterima pada lingkungan sosial tertentu.
2.2.4 Peran keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
12
1) Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan dari
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga,
anggota dari kelompok sosial serta dari anggota masyarakat dari lingkungannya.
2) Peran ibu : ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peran
mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
3) Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.2.5 Fungsi keluarga
Menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :
1) Fungsi afektif (the Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya.
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada
anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3) Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) adalah
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
13
produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang
kesehatan.
Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan menjadi :
1) Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang
mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya
keluarga.
2) Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda disekitarnya.
3) Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab yang besar
terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.
4) Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu
menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
5) Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
dasar primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang
mungkin dialami oleh keluarga.
6) Fungsi reliugius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran agama.
7) Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang
dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
8) Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi juga tempat
untuk mengembangkan fungsi reproduksi secara menyeluruh, diantaranya seks yang
sehat dan berkualitas serat pendidikan seks bagi anak-anak.
9) Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.
Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarganya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatin dan
rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbun dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Sedangkan asuh, yaitu
menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu
14
terpelihara sehingga diharapkan mereka menjadi anak-anak yang sehat baik fisik,
mental, sosial dan spiritual. Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak
sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
2.2.6 Tahap-tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga
Menurut friedman (1998), tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus kehidupan
keluarga terbagi atas 8 tahap :
1) Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang insan yang
menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai tugas
perkembangan, yaitu membina hubungan dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan
bersam, membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial dan
merencanakan anak atau KB.
2) Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Mempunyai tugas
perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan tanggungjawab, adaptasi
pola hubungan seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi
orang tua.
3) Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak pertama yang
berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai tugas perkembangan, yaitu
membagi waktu, pengaturan keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya dan
membagi tanggungjawab dengan anggota keluarga yang lain.
4) Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13 tahun.
Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menyediakan aktivitas untuk anak,
pengaturan keuangan, kerjasama dalkam memnyelesaikan masalah, memperhatikan
kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga.
5) Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13 tahun sampai
dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini adalah menyediakan fasilitas
kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan keluarga dalam bertanggungjawab
dan mempertahankan filosofi hidup.
15
6) Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama, meninggalkan
rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu menata kembali sumber dan
fasilitas, penataan yang bertanggungjawab antar anak, mempertahankan komunikasi
terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan menantu.
7) Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalakan rumah
dan berakhir pada saat pensiun. Adapun tugas perkembangan, yaitu mempertahankan
suasana yang menyenangkan, bertanggungjawab pada semua tugas rumah tangga,
membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan kontak dengan anak dan
berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
8) Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari salah satu
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menghadapi
pensiun, saling rawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak dengan anak,
cucu dan masyarakat.
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus :
Perawat Z berasal dari Madura mengunjungi sebuah desa, untuk menemui Keluarga Tn. A
yang mengalami musibah karena sakit yang diderita. Keluarga ini (Tn.A dan Ny.S) terkena
Lepra/ Kusta/ Morbus Hansen, sejak dua tahun yang lalu. Tampak pada saat pengamatan
lingkungan rumah keluarga Tn.A sangat kotor, tidak terdapat tempat pembuangan sampah,
biasanya Ny.S membuang sampah di sungai, tampak juga perabotan di rumah keluarga Tn.A
letaknya berserakan. Ia menganggap sakit yang dideritanya akibat kutukan karena Tn.A
mengambil buah kesemek yang dianggap keramat di desanya. Ny. S juga menderita kusta karena
ia juga ikut memakan buah kesemek tersebut, sebelumnya mereka menganggap bahwa makan
buah kesemek keramat tersebut dapat memperoleh rejeki yang berlimpah. Selain itu mereka
percaya bahwa mandi di sungai merupakan wujud kedekatan dengan ciptaan Tuhan. Mereka
tidak mau berobat ke rumah sakit atau balai pengobatan karena mereka beranggapan bahwa
berobat disana membuat penyakit mereka bertambah parah. Apabila sakit mereka pergi berobat
ke tabib atau dukun karena mereka yakin bahwa doa-doa dan mantra dapat menyembuhkan
penyakitnya.
3.1 Pengkajian
1) Faktor teknologi
Keluarga menganggap bahwa dirinya sehat apabila ia mampu melakukan aktivitasnya
sehari-hari, dan menganggap bahwa dirinya sakit apabila tubuhnya terasa lemas dan
hanya bisa terbaring di tempat tidur. Apabila salah satu anggota keluarganya ada yang
sakit, tidak pernah berobat ke dokter maupun ke rumah sakit, karena mereka beranggapan
bahwa berobat disana membuat penyakit mereka semakin parah, mereka biasanya
berobat ke dukun atau tabib yang ada disekitar rumah tempat mereka tinggal, karena
mereka percaya bahwa doa atau mantra yang dibacakan oleh dukun dapat
menyembuhkan penyakitnya.
17
2) Faktor agama dan falsafah hidup
Agama yang dianut oleh keluarga adalah agama islam, di dalam keluarga terdapat ayah,
ibu dan satu orang anak, Tn.A menganggap bahwa penyakit yang dideritanya akibat
kutukan Tuhan karena dirinya telah mengambil buah kesemek yang dianggap keramat di
desanya. Keluarga memperbanyak sedekah dan berdzikir untuk menebus kesalahan yang
telah dilakukannya.
3) Faktor sosial dan keterikatan keluarga
Nama Suami : Tn. A
Panggilan : Tn. A
Usia : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Nama Istri : Ny. S
Panggilan : Ny. S
Usia : 30 tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Status : Kawin
Nama Anak : An. K
Panggilan : Keti
Usia : 15 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum kawin
Tipe keluarga yaitu “Nuclear family” atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami, istri dan anak kandung. Suami sebagai pengambil keputusan dalam
keluarga.Tn.doel adalah seorang ayah dalam keluarga tersebut. Hubungan antar keluarga
cukup baik.
18
4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga adalah petani kesemek, bahasa
yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa, keluarga susah mengerti bahasa
Indonesia dan yang lainnya, keluarga biasa makan sebanyak 3x sehari, keluarga tidak
pernah pilih-pilih makanan karena jika pilih-pilih makanan dianggap tidak mensyukuri
nikmat yang diberikan oleh Tuhannya. Tidak ada pantangan makanan yang dimakan saat
sakit. Tn. A dan Ny.S memiliki kebiasaan mandi dan mencuci pakaian di sungai belakang
rumah tempat ia tinggal, padahal mereka memiliki kamar mandi sendiri, tetapi mereka
mempercayai bahwa mandi di sungai itu merupakan wujud kedekatan mereka terhadap
Tuhannya.
Luka di tangan Tn.A dan Ny.S dirawat sendiri menggunakan rebusan daun sirih dan daun
jarak karena mereka meyakini mengobati dengan cara tersebut dapat membuat luka
secara berangsur sembuh.
5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
Tn.A menetapkan peraturan kepada seluruh anggota keluarga bahwa tidak boleh keluar
rumah setelah menjelang waktu maghrib karena keluarga beranggapan jika keluar rumah
setelah menjelang maghrib akan diculik oleh makhluk ghoib dan dibawa ke alamnya.
6) Faktor ekonomi
Tn. A bekerja sehari-hari sebagai petani kesemek, untuk menambah penghasilan Ny. S
mencari kayu bakar untuk dijual. Kelurga berobat ke tabib dengan biaya pengobatan
seikhlasnya saja. Keluarga tidak memiliki tabungan karena penghasilannya hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.
7) Faktor pendidikan
Tn. A dan Ny. S berpendidikan hanya sampai SD saja, sedangkan An.K sedang menjalani
pendidikan SMA.
19
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1.
2.
DS:
- Keluarga mengatakan
bahwa terbiasa mandi
dan mencuci pakaian
di sungai
DO:
- Tampak banyak orang
menggunakan sungai
untuk mandi dan
mencuci pakaian
- Sungai tampak kotor
dan banyak sampah
yang dibuang disana
DS:
- Keluarga mengatakan
jika sakit melakukan
pengobatan ke tabib
dan menggunakan
obat-obatan
tradisional
DO:
- Tampak klien
mengobati lukanya
hanya menggunakan
rebusan daun sirih
Keluarga meyakini bahwa
mandi di sungai merupakan
wujud kedekatan mereka
dengan Tuhan
Keluarga meyakini bahwa
dengan mantra yang
dibacakan dukun, dapat
menyembuhkan penyakit
mereka.
Ketidakmampuan
pemeliharaan kesehatan
Ketidakpercayaan
keluarga terhadap
pengobatan medis
20
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakmampuan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan keyakinan nilai budaya
yang diyakini.
2. Ketidakpercayaan keluarga terhadap pengobatan medis berhubungan dengan keyakinan
yang dimiliki
3.3 Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1
2
Ketidakmampuan
pemeliharaan
kesehatan
berhubungan dengan
keyakinan nilai
budaya yang diyakini.
Ketidakpercayaan
keluarga terhadap
pengobatan medis
berhubungan dengan
keyakinan yang
dimiliki
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 3 hari
diharapkan keluarga
mampu memelihara
kesehatan
KH :
- Keluarga tidak
mandi di sungai
- Keluarga
menggunakan
fasilitas kamar
mandi yang ada di
rumah
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 3 hari
diharapkan percaya
terhadap pengobatan
1. Identifikasi perbedaan
persepsi antara keluarga dan
perawat
2. Beritahu keluarga tentang
pentingnya perilaku hidup
sehat
3. Beritahu keluarga mengenai
bahaya penularan penyakit
yang diderita
Reconstruction :
Beritahu agar keluarga
menghilangkan kebiasaan
mandi di sungai
1. Beri penjelasan tentang proses
penyakit yang dialami
2. Beritahu keluarga tentang
pentingnya menjalani
21
medis
KH :
- Keluarga mau
berobat ke rumah
sakit
pengobatan medis secara rutin
Negotiation :
Perbolehkan keluarga tetap
berobat ke tabib, tetapi juga
berobat ke rumah sakit
3.4 Implementasi Keperawatan
No.
Dx
Tanggal Implementasi Pelaksana
1.
2.
12 Mei 2013
12 Mei 2013
1. Mengidentifikasi perbedaan persepsi
antara keluarga dan perawat
2. Memberitahu keluarga tentang pentingnya
perilaku hidup sehat
3. Memberitahu keluarga mengenai bahaya
penularan penyakit yang diderita
4. Memberitahu agar keluarga
menghilangkan kebiasaan mandi di sungai
1. Memberi penjelasan tentang proses
penyakit yang dialami
2. Memberitahu keluarga tentang pentingnya
menjalani pengobatan medis secara rutin
3. Melakukan negosiasi dengan
memperbolehkan keluarga tetap berobat
ke tabib, tetapi juga berobat ke rumah
sakit
Zulyanma
Zulyanma
22
3.5 Evaluasi Keperawatan
No No Diagnosa Catatan perkembangan Pelaksana
1. 1
Tanggal
15 Mei 2013
S :
- Klien mengatakan bahwa ia telah
mengerti cara merawat kebersihan diri
(personal hygiene) yang baik
- Klien mengatakan sudah tidak pernah
mandi lagi di sungai
O :
- Klien dapat menyebutkan tentang cara
merawat kebersihan diri yang baik
- Klien dapat menyebutkan bahaya dan
dampak penyakit yang dideritanya
- Klien sudah menggunakan fasilitas
kamar mandi yang ada di rumahnya
dengan menggunakan air yang bersih
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Zulyanma
2. 2
15 Mei 2013
S :
- Klien mengatakan bahwa ia sudah pergi
ke dokter tetapi dengan intensitas yang
sangat jarang
- Klien mengatakan masih
berobat ke tabib atau dukun
O :
- Klien minum obat dari dokter
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Zulyanma
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Transcultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan keperawatan yangh fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara udaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
keoercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khussnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Model
konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model) seperti
yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawaqtan ini
digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah
klien (Andrew & Boyle, 1995).
Ada tiga pedoman yang yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya kien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
4.2 Saran
Peran perawatan pada transcultural nursing teori ini adalah menjembatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui
asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh Leininger. Oleh
karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan
yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan, hal
tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M.M. (1998). Family Nursing : Research, Theory and Practice. (4th Ed.).
Norwalk CT : Alpleton & Lange.
http://widantivirgian.wordpress.com/2013/03/29/konsep-keperawatan-keluarga/ (diakses
pada tanggal 25 September 2013; 19.00 WIB)
http://okfridacanismutputri.blogspot.com/p/pengkajian-transkultural.html (diakses pada
tanggal 25 September 2013; 19.00 WIB)
25