27
BAB I Kepustakaan Visnoi N K.1979. Advanced Practical Organic Chemistry, 1 st ed. New Delhi: Vikas Publising House, PVT Ltd, 331 Furniss BS, et al, 1989, Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry, 5 th edition, Longman Scientific & Technical, New York, 916-918. Mc Murry J, 2000, Organic Chemistry, 5 th edition, Brooks/ Cole Publishing Company Pasific Grove, USA, 1002 Vishnoi NK, 1979, Advanced Practical Organic Chemistry, First Edition, Vikas Publishing House, PVT, Ltd., New Delhi 330-331 1

aset

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: aset

BAB IKepustakaan

Visnoi N K.1979. Advanced Practical Organic Chemistry, 1st ed. New Delhi: Vikas Publising House, PVT Ltd, 331

Furniss BS, et al, 1989, Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry, 5th edition,

Longman Scientific & Technical, New York, 916-918.

Mc Murry J, 2000, Organic Chemistry, 5th edition, Brooks/ Cole Publishing Company Pasific Grove, USA, 1002

Vishnoi NK, 1979, Advanced Practical Organic Chemistry, First Edition, Vikas Publishing House, PVT, Ltd., New Delhi 330-331

1

Page 2: aset

BAB IIDasar Teori

Asetanilida atau sering disebut phenilasetamida mempunyai rumus molekul C6H5NHCOCH3 dan

berat molekul 135,16.Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan

cara mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang kemudian

dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun 1899 Beckmand menemukan

asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Pada tahun 1905 Weaker

menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetat.

Asetanilida dapat diperoleh dari asetilasi anilina, amina aromatis primer dapat bereaksi dengan

anhidrida asetat menghasilkan turunan monoasetil, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantokan

dengan satu gugus asetil. Bila cara pemanasan selama reaksi diperpanjang dan dengan kelebihan

anhidrida asetat, maka akan menghasilkan juga bentuk atau turunan asetil. Umumnya bentuk diasetil

tidak stabil dalam air. Dan mengalami hidrolisis menjadi bentuk monoasetil. Bila hasil resetilasi dijumpai

dalam campuran mono dan diasetil, maka dari hasil rekristalisasi dengan pelarut yang mengandung air,

misalnya etanol encer hanya bentuk monoasetil yang diperoleh. Asetinilida berbentuk butiran berwarna

putih tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.

Asetanilida dapat dibuat dari anilin dan anhidrida asetat. Produknya berupa kristal yang

dimurnikan dengan kristalisasi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

C6H5NH2 + AcO C6H5NHCOCH3 + CH3COOH

2

Page 3: aset

Mekanisme reaksi pembuatan Asetanilida disebut juga dengan reaksi asilasi amida yang

diberikan oleh Fessenden, sebagai berikut : Mula – mula anilin bereaksi dengan asam asetat

membentuk suatu amida dalam keadaan transisi, kemudian diikuti dengan reduksi H2O

membentuk asetanilida. Mekanisme reaksinya menyangkut serangan nukleofilik oleh anilin

pada atom karbon karbonil dari suatu turunan asam. Anilin adalah benzene tersubstitusi yang

bereaksi lebih mudah daripada benzenanya sendiri. Jadi anilin bereaksi substitusi elektrofilik

lebih cepat daripada benzene. Hal ini disebabkan aniline mempunyai gugus NH2 yang

merupakan gugus aktivasi. Adanya gugus ini menyebabkan cincin lebih terbuka terhadap

substitusi lebih lanjut. Sedang reaksi dengan nukleofilik terhadap anhidrida lebih reaktif

dibanding ester dan ammonia.

Sifat – sifat fisis:

1. Rumus molekul : C6H5NHCOCH3

2. Berat molekul : 135,16 g/gmol

3. Titik didih normal : 305 oC

4. Titik leleh : 114,16 oC

5. Berat jenis : 1,21 gr/ml

6. Suhu kritis : 843,5 oC

7. Titik beku : 114 oC

8. Wujud : padat

9. Warna : putih

10. Bentuk : butiran / kristal

3

Page 4: aset

Sifat – sifat kimia:

1. Pirolysis dari asetanilida menghasilkan N –diphenil urea, anilin, benzene dan

hydrocyanic acid.

2. Asetanilida merupakan bahan ringan yang stabil dibawah kondisi biasa, hydrolisa

dengan alkali cair atau dengan larutan asam mineral cair dalam kedaan panas akan

kembali ke bentuk semula.

3. Adisi sodium dlam larutan panas Asetanilida didalam xilena menghasilkan N-Sodium

derivative.

C6H5NHCOCH3 + HOH C6H5NH2 + CH3COOH

4. Bila dipanaskan dengan phospor pentasulfida menghasilkan thio Asetanilida

( C6H5NHC5CH3 ).

5. Bila ditreatmen dengan HCl, Asetanilida dalam larutan asam asetat menghasilkan 2

garam ( 2 C6H5NHCOCH3 ).

6. Dalam larutan yang memgandung pottasium bicarbonat menghasilkan N- bromo

asetanilida.

7. Nitrasi asetanilida dalam larutan asam asetaat menghasilkan p-nitro Asetanilida.

Asetanilida banyak digunakan dalam industri kimia , antara lain;

4

Page 5: aset

1. Sebagai bahan baku pembuatan obat – obatan

2. Sebagai zat awal penbuatan penicilium

3. Bahan pembantu dalam industri cat dan karet

4. Bahan intermediet pada sulfon dan asetilklorida

Bahan Pembuatan

a. Anilin

Anilina, phenylamine atau aminobenzene adalah senyawa organik

dengan rumus C 6 H 7 N. Senyawa ini sederhana dan salah satu yang paling penting

aromatik amine, yang digunakan sebagai prekursor bahan kimia yang lebih

kompleks. Aplikasi utamanya adalah dalam pembuatan polyurethane. Seperti

kebanyakan volatile amina, itu memiliki bau yang agak tidak menyenangkan ikan

busuk dan juga memiliki aromatik terbakar rasa; itu adalah sangat-bau racun. Itu

mudah terbakar, membakar dengan api berasap.

Struktur dan sintesis

Terdiri dari sebuah kelompok fenil melekat pada sebuah gugus amino, anilina biasanya diproduksi

dalam industri dalam dua langkah dari benzena:

5

Page 6: aset

Pertama, benzena dinitrasi menggunakan campuran pekat asam nitrat dan asam sulfat pada 50 hingga

60 ° C, yang memberikan nitrobenzene. Pada langkah kedua, nitrobenzene terhidrogenasi, biasanya

pada 600 ° C dengan katalis zink memberikan anilina. Sebagai alternatif, anilina juga disiapkan dari

fenol dan amonia, fenol yang berasal dari proses cumene.

Sifat – sifat fisis:

1. Rumus molekul : C6H5NH2

2. Berat molekul : 93,12 g/gmol

3. Titik didih normal : 184,4 oC

4. Suhu kritis : 426 oC

5. Tekanan kritis : 54,4 atm

6. Wujud : cair

7. Warna : jernih

8. Spesifik gravitu : 1,024 g/cm3

Sifat – sifat kimia :

1. Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer

menghasilkan endapan 2, 4, 6 tribromo anilin.

2. Pemanasan anilin hipoklorid dengan senyawa anilin sedikit berlebih

pada tekanan sampai 6 atm menghasilkan senyawa diphenilamine.

6

Page 7: aset

3. Hidrogenasi katalitik pada fase cair pada suhu 135 – 170oC dan tekana

50 – 500 atm menghasilkan 80% cyclohexamine (C6H11NH2). Sedangkan hidrogenasi anilin

pada fase uap dengan menggunakan katalis nikel menghasilkan 95% cyclohexamine.

C6H5NH2 + 3H2 C6H11NH2

4. Nitrasi anilin dengan asam nitrat pada sushu -20oC menghasilkan

mononitroanilin, dan nitrasi anilin dengan nitrogen oksida cair pada suhu 0oC

menghasilkan 2, 4 dinitrophenol.

b. Anhidrida Asetat

Anhidrida asam asetat, (Nama IUPAC: etanoil etanoat) dan disingkat sebagai Ac2O, adalah salah

satu anhidrida asam paling sederhana. Rumus kimianya adalah (CH3CO)2O. Senyawa ini merupakan

reagen penting dalam sintesis organik. Senyawa ini tidak berwarna, dan berbau cuka karena reaksinya

dengan kelembapan di udara membentuk asam asetat.

7

Page 8: aset

Struktur Kimia Anhidrida Asetat

Produksi

Anhidrida asetat dihasilkan melalui reaksi kondensasi asam asetat, sesuai persamaan

reaksi :

25% asam asetat dunia digunakan untuk proses ini. Selain itu, anhidrida asetat juga

dihasilkan melalui reaksi asetil klorida dengan natrium asetat

H3C-C(=O)Cl + H3C-COO − Na + → Na + Cl − + H3C-CO-O-CO-CH3

Reaksi

Anhidrida asetat mengalami hidrolisis dengan pelan pada suhu kamar, membentuk

asam asetat. Ini adalah kebalikan dari reaksi kondensasi pembentukan anhidrida asetat

(CH3CO)2O + H2O → 2CH3COOH

Selain itu, senyawa ini juga bereaksi dengan alkohol membentuk sebuah ester dan asam

asetat. Contohnya reaksi dengan etanol membentuk etil asetat dan asam asetat.

(CH3CO)2O + CH3CH2OH → CH3COOCH2CH3 + CH3COOH

8

Page 9: aset

Anhidrida asetat merupakan senyawa korosif, iritan, dan mudah terbakar. Untuk

memadamkan api yang disebabkan anhidrida asetat jangan menggunakan air, karena sifatnya

yang reaktif terhadap air. Karbon dioksida adalah pemadam yang disarankan.

I.3. Rekristalisasi

Kristalisasi adalah suatu teknik untuk mendapatkan bahan murni suatu senyawa. Dalam sintesis

kimia banyak senyawa-senyawa kimia yang dapat dikristalkan. Untuk mengkristalkan senyawa-senyawa

tersebut, biasanya dilakukan terlebih dahulu penjenuhan larutan kemudian diikuti dengan penguapan

pelarut serta perlahan-lahan sampai terbentuk kristal. Pengkristalan dapat pula dilakukan dengan

mendinginkan larutan jenuh pada temperatur yang sangat rendah di dlam lemari es atau freezer.

Rekristalisasi adalah suatu teknik pemurnian bahan kristalin. Seringkali senyawa yang diperoleh

dari hasil suatu sintesis kiia memiliki kemurnian yang tidak terlalu tinggi. Untuk memurnikan senyawa

tersebut perlu dilakukan rekristalisasi. Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut

yang cocok dengan senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut dilarutkan ke dalam pelarut yang sesuai

kemudian dipanaskan (direfluks) sampai semua senyawa tersebut larut sempurna. Apabila pada

temperatur kamar, senyawa tersebut sudah larut secara sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu

lagi dilakukan pemanasan. Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau tidak

larut sempurna pada keadaan suhu kamar. Setelah senyawa/solut tersebut larut sempurna di dalam

pelarut baik dengan pemanasan maupun tanpa pemanasan, maka kemudian larutan tersebut disaring

dalam keadaan panas. Kemudian larutan hasil penyaringan terssebut didinginkan perlahan-lahan sampai

terbentuk kristal.

Salah satu faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat

pelarut. Pelarut yang digunakan dalam proses kristalisasi dan rekristalisasi sebaiknya memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki gradient temperatur yang besar dalam sifat kelarutannya.

2. Titik didih pelarut harus di bawah titik lebur senyawa yang akan di kristalkan.

3. Titik didih pelarut yang rendah sangat menguntungkan pada saat pengeringan.9

Page 10: aset

4. Bersifat inert (tidak bereaksi) terhadap senyawa yang akan dikristalkan atau

direkristalisasi.

Apabila zat atau senyawa yang akan kita kritalisasi atau rekristalisasi tidak dikenal secara pasti,

maka kita setidak-tidaknya kita harus mengenal komponen penting dari senyawa tersebut. Jika senyawa

tersebut adalah senyawa organik, maka yang kita ketahui sebaiknya adalah gugus-gugus fungsional

senyawa tersebut. Apakah gugus-gugus tersebut bersifat hidrofobik atau hidrofilik. Dengan kata lain kita

minimal harus mengetahui polaritas senyawa yang akan kita kristalkan atau rekristalisasi. Setelah

polaritas senyawa tersebut kita ketahui kemudian dipilihlah pelarut yang sesuai dengan polaritas

senywa tersebut. Tabel berikut ini memuat beberapa pelarut yang biasa digunakan dalam proses

kristalisasi maupun rekristalisasi.

10

Page 11: aset

BAB IIITujuan

Tujuan dari praktikum pembuatan aspirin yaitu :

a. Memahami reaksi pembentukan anilida.

b. Memahami arti refluks.

c. Terampil dalam menggunakan karbon aktif dalam proses pemurnian melalui

rekristalisasi.

d. Mampu menghasilkan bentuk kristal yang homogen.

11

Page 12: aset

BAB IVBahan dan Alat

III.1 Alat 1. Labu alas bulat 250 ml

2. Gelas ukur

3. Gelas piala

4. Pendingin balik

5. Gelas arloji

6. Bunsen

7. Kaki tiga

8. Labu hisap

9. Corong Buchner

10. Corong panas

11. Sumbat gabus

12. Kaleng

13. Pompa hisap

14. Statif & klem

15. Oven

III.2 Bahan1. Anilin 5 ml

2. Anhidrida asetat 5 ml

3. Asam asetat glacial 5 ml

4. Serbuk Zn 250 mg

5. Etanol 2,5 ml

6. Aquadest 125 ml

7. Batu didih q.s

12

Page 13: aset

BAB VReaksi Kmia dan Mekanisme Reaksi

13

Page 14: aset

BAB VICara Kerja

VI. 1 PROCEDUR (Visnoi N K.1979. Advanced Practical Organic Chemistry, 1st ed.

New Delhi: Vikas Publising House, PVT Ltd.) 330-331

Methode 2 – chemicals required. (i) aniline 10 ml (ii) acetic anhydride 10 ml (iii) glacial

acetic acid 10 ml (iv)Zinc dust 0,5g.

Place 10 ml aniline, 10 ml glacialacetic acid, 10 ml acetic anhydride and 0,5 g zinc dust in

a 250 ml round bottom flask fitted with a reflux condenser. Heat the reaction mixture to boiling

for about 40 minutes, detach the consender and pour the hot contents slowly so as to prevent

any residual zinc dust from escaping the flask, into a 500 ml beaker containing about 250 ml of

cold water whilst stirring vigorously the resultant solution. Cool the beaker in ice bath when

crude acetanilide separales. Filter it in a buchner funnel using suction, wash with cold water,

drain well with the help of an inverted glass slopper and dry on the filter papers in air. The yield

of crude acetanilide, m.p. 1130, is about 15 g. recristallise it from hot water containing 2%

rectified spirit. The pure recristallised product has the m.p. 1140

VI.2. CARA KERJA ½ PROSEDUR ( VISNOI )

1. Dimasukkan 250 mg serbuk Zn + 5 ml anhidrida asetat, + 5 ml asam

asetat glacial + 5 ml aniline kedalam labu alas bulat leher panjang.

2. Masukkan batu didih ke dalam labu alas bulat.

3. Direfluks dalam tangas air selama 40-60 menit ( diberi corong +

kapas) sambil digoyang-goyang.

4. Setelah direfluks, larutan dituang ke beaker glass 500 ml yang berisi

125 ml air dingin, aduk ± 10 menit .

5. Masukkan ke ice bath, ad terbentuk kriatal abu-abu keunguan.

6. Saring dengan corong Buchner dan labu hisap

14

Page 15: aset

7. Lakukan rekristalisasi, pindahkan hasil penyaringan ke beaker glass,

ditambah dengan 125 ml air panas ditambah 2,5 – 3 ml etanol 2% kemudian

didinginkan.

8. Bila berwarna ditambahkan 75 mg norit, panaskan 10 menit, segera

saring dengan corong panas ( corong panas terlebih dahulu diisi air, kemudian

panaskan dengan api Bunsen, setelah corongnya panas baru dilakukan penyaringan.

Selama penyaringan api Bunsen tidak perlu dimatikan, karena pemanasannya

menggunakan air)

9. Hasil penyaringan dengan corong panas didinginkan dalam ice bath ad

terbentuk kristal.

10. Saring dengan corong Buchner dalam labu hisap dalam keadaan

dingin.

11. Keringkan hasilnya di oven.

12. Timbang hasilnya dan tentukan titik lelehnya.

15

Page 16: aset

BAB VIISkema Kerja

SKEMA KERJA ½ PROSEDUR ( VISNOI )

16

Page 17: aset

BAB VIIIGambar penggunaan dan Pemasangan Alat

17

Page 18: aset

BAB IXHasil Percobaan

Hasil akhir dari percobaan aspirin kami yaitu :

1. Preparat : Asetanilida

2. Teoritis : 7.5 gram

3. Praktis : 4 gram

4. Persentase hasil : 4 gram × 100 % = 53.33 %

7.5 gram

5. Titik leleh teoritis : 114oC

18

Page 19: aset

BAB XPembahasan dan Diskusi

Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah serbuk Zn, asam asetat glacial, anhidrida

asetat, etanol, anilin dan aquadest serta menggunakan alat refluks dan rekristalisasi. Asetanilida dapat

dibuat dari anilin dan anhidrida asetat, Anilin merupakan suatu benzene tersubstitusi yang bereaksi

lebih mudah daripada benzenanya sendiri. Sehingga reaksi substitusi elektrofilik anilin lebih cepat

daripada benzene. Hal ini disebabkan karena aniline mempunyai gugus NH2 yang merupakan gugus

aktivasi. Gugus aktivasi menyebabkan cincin lebih terbuka terhadap substitusi lebih lanjut, sedangkan

reaksi dengan nukleofil terhadap anhidrida lebih reaktif dibanding ester. Kedua hal inilah yang

menyebabkan reaksi pembuatan asetanilida asetat dari anilin lebih cepat dibandingkan ester dan

ammonia. Pada awal praktikum kita harus mempersiapkan semua bahan yang akan digunakan, serta

yang perlu diperhatikan adalah cara memasukkan bahan-bahan sebelum direfluks dimana refluks adalah

peristiwa dimana uap yang mengkondensasi dikembalikan ke dalam labu. Setelah itu siapkan alat untuk

refluks terlebih dahulu, proses refluks pada praktikum kali ini dilakukan selama 40-60 menit setelah air

di dalam water bath mendidih.

Ada banyak yang harus diperhatikan pada waktu pembuatan asetanilida, antara lain : cara

memasukkan labu Zn, anilin, anhidrida asetat & asam asetat glacial ke dalam labu alas bulat leher

panjang. Yang masuk ke dalam labu alas bulat leher panjang terlebih dahulu adalah serbuk Zn karena

komposisi serbuk paling sedikit. Labu dalam posisi tegak dan serbuk Zn dimasukkan dengan bantuan

kertas perkamen yang dibuat seperti corong agar serbuk Zn tidak menempel dinding labu & tumpah

keluar. Fungsi Zn adalah untuk mencegah oksidasi dari anilin Kemudian masukkan asam asetat glacial,

anhidrida asetat & anilin. Asam asetat glacial berfungsi untuk mempercepat terjadinya pergeseran

reaksi membentuk asetanilida sedangkan anhidrida asetat berfungsi sebagai pengering yang memiliki

sifat reversible sehinga dapat mengikat air dan anilin yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan

asetanilida. Serbuk Zn diserap oleh cairan 2 – 4 bagian. Kemudian labu yang telah berisi kelima zat

tersebut digoyang ad homogen & diberi batu didih, batu didih juga diperlukan untuk mengatur suhu

didih, supaya terjadi sirkulasi udara yang teratur sehingga tidak terjadi bumping.

19

Page 20: aset

Pada saat pemanasan dalam water bath perlu direfluks dengan menggunakan pendingin balik

(bola). Pendingin balik digunakan untuk membantu supaya tidak terjadi menguap karena asam asetat

dan anhidrida asetat mudah menguap. Selama direfluks, pendingin dan labu digoyang-goyang supaya

cairan didalam labu menjadi homogen. Refluks dalam tangas air ini dilakukan selama 40 menit agar tidak

terjadi menguap pada saat pemanasan (reaksi sedang berlangsung) karena asam asetat mudah

menguap. Setelah direfluks, cairan tersebut dituangkan perlahan-lahan ke dalam beaker gelas yang

berisi air es sambil diaduk. Dituangkan ke dalam air es dengan mempunyai tujuan untuk mempercepat

terbentuknya kristal dan direndamkan dengan es batu sampai dingin dan akan terbentuk kristal abu-

abu keunguan. Pada penuangan air es tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan kristal sulit

terbentuk. Kemudian kristal yang sudah terbentuk disaring dengan corong buchner.

Kristal yang sudah disaring dimasukkan ke dalam beaker gelas lalu ditambahkan air panas ke

dalam beaker gelas yang berisi kristal. Asetanilida membentuk lapisan di bagian atas, sehingga tidak

semuanya larut maka perlu ditambahkan etanol untuk meningkatkan kelarutan. Setelah itu didinginkan

dan bila larutan yang dihasilkan berwarna (menandakan bahwa di larutan terdapat kotoran) maka perlu

ditambahkan norit lalu dipanaskan selama 10 menit. Pada penambahan norit ke dalam cairan tidak

boleh waktu mendidih karena dapat menyebabkan karbon tersebut menjadi terurai. Norit merupakan

karbon aktif, sehingga tidak boleh diletakkan di udara bebas dalam waktu lama karena sifat norit yang

dapat mengadsorbsi atau menyerap udara sehingga dapat menjadi karbon inaktif. Pada penambahan

norit tidak boleh berlebihan karena akan menyerap asetanilidanya juga.

Pada saat pemanasan suhu harus dijaga 50oC dan termometer tidak boleh dicelupkan langsung

dengan bahan yg dipanaskan dapat rusak ataupun pecah dan karena suhu ini merupakan suhu optimum

dimana zat warna dapat di tarik.

Kemudian hal yang sangat penting setelah penambahan norit dan dipanaskan harus langsung

disaring dimana corong yang digunakan harus benar-benar dalam kondisi panas agar kristal asetanilida

cepat terbentuk pada saat masuk di beaker glass. Hasil penyaringan didinginkan di dalam ice bath agar

kristal asetanilida cepat terbentuk.

20

Page 21: aset

Dengan demikian kita dapat memperoleh hasil praktikum asetanilida dengan cukup baik namun

hasil kristal kami jauh dari hasil secara teoritis kemungkinan pada saat pemenasan terlalu lama dan

volume air berkurang.

Dalam praktek ini kami mendapatkan hasil sebanyak 4 gram, ini jauh dari hasil teoritis yang harusnya di

dapat, ini mungkin terjadi karena human error seperti pemanasan yang terlalu tinggi saat refluks,

penambahan norit yang kurang tepat(terlalu banyak) sehingga menarik asetanilidanya.

Diskusi :1. Apa fungsi dari asam asetat glacial, serbuk Zn, asam asetat dan etanol?

Asam asetat glacial adalah untuk mempercepat terjadinya pergeseran reaksi membentuk asetanilida.

Serbuk Zn adalah untuk mencegah oksidasi anilin menjadi nitro benzene yang kemudian direduksi kembali menjadi anilin lagi.

Etanol Penambahan etanol 1-2 % bertujuan meningkatkan kelarutan dari asetanilida

2. Apa guna refluks selama 40 menit? Membantu untuk mencegah terjadinya penguapan pada saat pemanasan ( reaksi sedang

berlangsung) karena asam asetat mudah menguap. Sehingga uap dapat menetes kembali kedalam labu.

3. Mengapa penambahan karbon aktif ke dalam cairan tidak boleh pada waktu mendidih? Penambahannya tidak boleh pada saat mendidih karena dapat menyebabkan karbon tersebut

menjadi terurai. Dan juga karbon hanya dapat menyerap warna dan kotoran pada suhu optimal 50oC

4. Apa akibat penambahan norit berlebih? Penambahan norit yang berlebih tidak diperbolehkan karena selain menarik kotorannya juga

dapat menarik asetanilidanya sehingga mempengaruhi hasil yang didapat.

5. Apa akibat kelebihan penambahan pelarut untuk rekristalisasi? Kristal akan terbentuk dengan penambahan air menggunakan perbandingan 1:20 (berdasarkan

kelarutan), karena dengan adanya penambahan air yang berlebih dapat mengakibatkan kristal sulit terbentuk.

21

Page 22: aset

Tanda tangan peserta I Tanda Tangan peserta II

Surio Trisno (1110349) Gede Yudha Sugita (1110351)

22