51
BAB I PENDAHULUAN 1. I. LATAR BELAKANG Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non asertif dan perilaku agresif (Horgie, 1990) Stresterhim dan Boer (1980), mengatakan bahwa orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif orang yang berpendapat dari oroentasi dari dalam, memiliki kepercayan diri yang baik, dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut dan berkomunikasi dengan orang lain secara lancar. Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri terlalu mudah mengalah/ lemah, mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada diri sendiri, sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain, dan tidak bebas mengemukakan masalah atau hal yang telah dikemukakan. Menurut Suterlinah Sukaji (1983), perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relative terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain. Sementara menurut Lange dan Jukubowski (1976), seperti yang dikutip oleh Calhoun (1990), perilaku asertif merupakan perilaku sesorang dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat. Selanjutnya menurut Rimm da Masters (1979), seperti yang dikutip Hargie (1990) mendefinisikan perilaku asertif sebagai perilaku antar pribadi yang bersifat jujur dan terus terang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mempertimbangkan pikiran dan kesejahteraan orang lain. Taubman (1976) yang dikutip oleh Kelley (1979) yang memberikan batasan assertiveness sebagai ekspresi dari perasaan-perasaan,

asertif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

good

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

 

1. I.             LATAR BELAKANG

Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non asertif dan perilaku agresif (Horgie, 1990) 

Stresterhim dan Boer (1980), mengatakan bahwa orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif orang yang berpendapat dari oroentasi dari dalam, memiliki kepercayan diri yang baik, dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut dan berkomunikasi dengan orang lain secara lancar. Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri terlalu mudah mengalah/ lemah, mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada diri sendiri, sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain, dan tidak bebas mengemukakan masalah atau hal yang telah dikemukakan.

 Menurut Suterlinah Sukaji (1983), perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relative terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain. Sementara menurut Lange dan Jukubowski (1976), seperti yang dikutip oleh Calhoun (1990), perilaku asertif merupakan perilaku sesorang dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat.

 Selanjutnya menurut Rimm da Masters (1979), seperti yang dikutip Hargie (1990) mendefinisikan perilaku asertif sebagai perilaku antar pribadi yang bersifat jujur dan terus terang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mempertimbangkan pikiran dan kesejahteraan orang lain.

Taubman (1976) yang dikutip oleh Kelley (1979) yang memberikan batasan assertiveness sebagai ekspresi dari perasaan-perasaan, keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan, belajar bertindak atas dasar perasaan, keinginan dan kebutuhan orang disekitarnya. Sedangkan Rathus (1981) memberi batasan asertifitas sebagai kemampuan mengekspresikan perasaan, membela hak secara sah dan menolak permintaan yang dianggap tidak layak serta tidak menghina atu meremehkan orang lain.

 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah perilaku sesesorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut, emosi, perasaan, pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur tanpa perasaan cemas atau tegang terhadap orang lain, tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.

 

1. II.          TUJUAN

1. Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan agar mahasiswa atau pembaca dapat menjelaskan tentang teknik asertif.

1. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa atau pembaca dapat menjelaskan tentang:

a)      Perbedaan antara perilaku pasif, agresif, dan asertif.

b)      Teknik-teknik asertif

c)      Unsur-unsur asertif

d)     Ciri-ciri asertif

e)      Petunjuk menjadi asertif

f)       Formula menjadi asertif

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

1. I.             DEFINISI

Asertif berasal dari kata asing to assert yang berarti menyatakan dengan tegas. Menurut Lazarus (Fensterheim, l980)

pengertian perilaku asertif mengandung suatu tingkah laku yang penuh ketegasan yang timbul karena adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung yang antara lain meliputi : menyatakan hak-hak pribadi, berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut, melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi.

Taumbmann (l976) menyatakan bahwa asertif adalah suatu pernyataan tentang perasaan, keinginan dan kebutuhan pribadi kemudian menunjukkan kepada orang lain dengan penuh percaya diri.

Alberti dan Emmons (Gunarsa, S.D. l98l) mengatakan bahwa orang yang memiliki tingkah laku asertif adalah mereka yang menilai bahwa oraang boleh berpendapat dengan orientasi dari dalam, dengan tetap memperhatikan sungguh-sungguh hak-hak orang lain. Mereka umumnya memiliki kepercayaan diri yang kuat.

Menurut Rathus (l986) orang yang asertif adalah orang yang mengekspresikan perasaan dengan sungguh-sungguh, menyatakan tentang kebenaran. Mereka tidak menghina, mengancam ataupun meremehkan orang lain. Orang asertif mampu menyatakan perasaan dan pikirannya dengan tepat dan jujur tanpa memaksakannya kepada orang lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah tingkah laku interpersonal yang mengungkap emosi secara terbuka, jujur, tegas dam langsung pada tujuan sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi dan dilakukan dengan penuh keyakinan diri dan sopan.

 

Asertif mungkin dapat dipahami dengan baik bila membandingkan asertif dengan dua gaya dalam merespon suatu situasi, yaitu: pasif atau tidak peduli dan agresif atau menyerang.

1. Perilaku Pasif

Respon pasif bertujuan untuk menghindari konflik dengan cara apapun. Orang yang pasif atau tidak asertif akan mengatakan hal-hal yang tidak tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan karena takut orang lain tidak setuju.

Individu yang pasif “bersembunyi” dari orang lain dan menunggu orang lain untuk memulai percakapan. Mereka meletakkan kepentingan atau keinginan orang lain di atas dirinya.

Dalam suatu hubungan dengan orang lain, mereka cenderung gelisah, khawatir bagaimana orang lain akan bereaksi kepada mereka dan memiliki kebutuhan yang tinggi untuk disetujui. Masalah akan muncul ketika orang yang bersikap pasif, secara rahasia, merasa marah atau benci kepada orang lain. Orang yang pasif mungkin memandang diri mereka sendiri sebagai korban manipulasi oleh orang lain. Cara pandang yang seperti inilah yang merusak kepercayaan diri mereka.

Contoh perilaku pasif, antara lain:

1. ‘Ini hanya pendapat saya, tapi…’2. ‘Maaf mengganggu waktu anda, tapi…’3. ‘Bila anda berpendapat demikian, kita akan…’

 

2. Perilaku Agresif

Pada suatu situasi konflik, orang yang agresif ingin selalu “menang” dengan cara mendominasi atau mengintimidasi orang lain. Orang yang agresif memajukan kepentingannya sendiri atau sudut pandangnya sendiri tetapi tidak peduli atau “kejam” terhadap perasaan, pemikiran, dan kebutuhan orang lain.

Cara agresif ini sering berhasil karena orang lain mengalah untuk menghindari konflik yang lebih buruk atau berkepanjangan. Karena perilaku agresif dapat memberikan efek yang menguntungkan dalam jangka pendek, seseorang bisa enggan untuk tidak menggunakan strategi yang agresif.

Seringkali orang-orang yang cenderung untuk menggunakan strategi agresif untuk mencapai tujuannya, memiliki sudut pandang yang menyimpang misalnya bahwa mereka merasa dirinya terus menerus dalam situasi yang terancam, diserang secara personal, atau merasa diganggu oleh orang lain yang menghalangi usahanya. Individu seperti itu mudah marah dan frustasi. Mereka nampaknya percaya bahwa mereka seharusnya tidak merasakan frustasi. Bukannya secara rasional menganggap suatu kejadian sebagai kekecewaan, orang yang agresif meresponnya dengan kemarahan. Bukannya membantu menyelesaikan masalah, mereka malah “meluapkan apa yang ada di dalam dada” meningkatkan kemarahan dan serangan. Pada awalnya orang lain mungkin menyerah akibat intimidasi oleh individu yang bersikap agresif, mereka juga bisa bertindak dengan cara yang halus untuk membalas.

Contoh perilaku agresif dalam mengeluarkan pendapat, antara lain:

1. Kerjakan saja sendiri!2. Bodoh!3. Pasti kamu tidak percaya!

 

3. Perilaku Asertif

Perilaku asertif adalah menyatakan secara langsung suatu ide, opini, dan keinginan. Tujuan perilaku asertif adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu pada suasana saling percaya. Konflik yang muncul dihadapi dan solusi dicari yang menguntungkan semua pihak. Individu yang asertif memulai komunikasi dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat menyampaikan kepedulian dan rasa penghargaan mereka terhadap orang lain.

Tujuan komunikasi ini adalah untuk mengungkapkan pendapat diri sendiri dan untuk menyelesaikan masalah interpersonal tanpa merusak suatu hubungan. Perilaku asertif mengharuskan kita untuk menghormati orang lain sebagaimana kita menghormati diri sendiri. Konflik tidak dapat dihindari dalam hubungan dengan sesama manusia. Walaupun konflik biasanya dipandang sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi proses penyelesaian konflik tersebut dapat membuat seseorang berkembang, meningkatkan pemahaman dan rasa hormat kepada orang lain, kendati terdapat perbedaan-perbedaan. Masalah timbul ketika konflik

membuat kita memandang orang lain sebagai “musuh”, ketika perbedaan kekuasaan dieksploitasi, atau ketika diskusi untuk penyelesaian masalah menjadi tidak fokus dengan membawa persoalan lain untuk mengalihkan percakapan. Faktor penting untuk menjadi individu asertif adalah kemampuan untuk bertindak secara konsisten sesuai standar yang kita miliki untuk perilaku kita sendiri

Contoh perilaku asertif, antara lain:

1. ‘Saya berpendapat … bagaimana pendapat Anda?2. ‘Masalah ini akan saya hadapi dengan cara ini. Bagaimana efeknya terhadap Anda?’

 

1. II.          TEKNIK-TEKNIK BERTINDAK ASERTIF

Terdapat beberapa teknik komunikasi atau strategi yang berguna dalam menanggapi situasi yang cenderung menjadi konflik.

Memberikan Umpan Balik

Membiarkan orang lain tahu bagaimana Anda merespon perilaku mereka dapat membantu menghindari kesalah pahaman dan membantu menyelesaikan konflik yang tidak dapat dihindari dalam suatu hubungan. Bagaimanapun, memberikan umpan balik yang jujur ketika Anda mendapat reaksi negatif karena perilaku orang lain memang sulit dilakukan tanpa menyakiti perasaan. Sering kali, untuk memperbaiki hubungan Anda dalam jangka panjang, Anda harus menyatakan bahwa Anda kecewa pada apa yang mereka telah lakukan. Ketika Anda memilih untuk menyampaikan umpan balik negatif kepada orang lain, gunakan teknik komunikasi yang tidak berkesan mengancam. Kriteria untuk umpan balik yang bermanfaat termasuk:

1. Umpan balik difokuskan pada perilaku seseorang bukan kepribadiannya. Dengan memfokuskan pada perilaku, Anda mengarahkan umpan balik kepada sesuatu yang dapat diubah oleh seorang individu.

2. Umpan balik bersifat deskriptif bukan evaluatif.

Menjelaskan apa yang telah dikatakan atau dilakukan berkesan lebih tidak mengancam dibandingkan dengan menghakimi mengapa sesuatu dilakukan (yang hanya berdasarkan asumsi Anda).

1. Umpan balik berfokus pada reaksi Anda sendiri bukan maksud orang lain.

Menyalahkan atau menganggap ada maksud buruk dibalik perilaku orang lain bukan merupakan umpan balik yang konstruktif. Umpan balik menggunakan kata “saya” dengan bentuk kalimat “Ketika kamu [lakukan atau katakan]___saya merasa___.” Sebagai contoh, “Ketika kamu terlambat datang kerja, saya merasa frustasi dan marah” adalah lebih baik daripada “Kamu tidak bertanggungjawab. Kamu tidak peduli pada pasien yang menunggu dan pekerja lain yang menggantikanmu ketika kau telat”.

1. Umpan balik bersifat spesifik bukan umum.

Umpan balik fokus pada perilaku yang baru saja terjadi dan menghindari mengungkit perilaku di masa lalu. Umpan balik juga tidak boleh menyamaratakan atau terlalu jauh dari peristiwa spesifik yang telah membuat Anda kesal (misalnya “Kamu selalu melakukan___)

1. Umpan balik difokuskan pada penyelesaian masalah.

Bukan bertujuan untuk melampiaskan kemarahan. Tujuannya adalah untuk menyelesaikan suatu masalah yang timbul pada suatu hubungan sehingga hubungan tersebut dapat berkembang lebih baik.

1. Umpan balik disampaikan secara pribadi.

 

Meminta Umpan Balik Dari Orang Lain

Seperti telah dijelaskan di atas, kita perlu berlatih memberikan umpan balik dengan cara yang tepat. Pada saat yang bersamaan, kita juga perlu mengundang umpan balik dari orang lain untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal kita. Sebagai contoh, sebagai seorang perawat, Anda harus menilai kepuasan pasien secara rutin dan meminta umpan balik mengenai pelayanan Anda. Sebagai manajer, Anda harus membiarkan para pekerja tahu bahwa Anda menerima saran dari mereka mengenai bagaimana mengembangkan operasional di rumah sakit (tempat kerja). Kemampuan Anda untuk mendengar kritik atau saran tanpa sikap defensif atau marah, mengakui ketika Anda berbuat kesalahan, dan mendorong orang lain untuk memberikan umpan balik (meskipun hal itu negatif) akan membuat orang lain jujur saat berkomunikasi dengan Anda. Mereka juga membantu Anda untuk mengidentifikasi bidang-bidang pada praktek profesional Anda yang mungkin perlu perbaikan dan membantu meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

 

Menentukan Batasan

Bagi sebagian dari kita, menentukan bagaimana kita akan menghabiskan waktu pribadi dan uang kita adalah sumber frustasi. Kita merasa sulit untuk berkata “tidak” terhadap permintaan apapun. Dan akibatnya, kita merasa kewalahan dan, sering, marah kepada orang lain karena “telah mengambil keuntungan” dari kita. Bertindak asertif dalam menentukan batasan berarti Anda mengambil tanggung jawab untuk keputusan yang Anda ambil mengenai bagaimana menghabiskan sumberdaya pribadi Anda tanpa merasa marah kepada orang lain yang memohon/mengajukan permintaan tertentu kepada Anda. Bertindak asertif dengan menentukan batasan tidak berarti bahwa Anda berhenti berkata “ya” terhadap semua permintaan. Anda akan tetap membantu orang lain, karena adanya nilai-nilai yang Anda pegang dan keinginan Anda untuk membantu orang lain ketika mereka membutuhkan bantuan, meskipun ketika melakukannya Anda mungkin merasa tidak nyaman. Ketika menghadapi sebuah permintaan,

langkah pertama adalah menentukan seberapa jauh Anda mau memenuhi permintaan tersebut. Jika Anda perlu waktu untuk mengambil keputusan, menunda keputusan adalah tindakan yang tepat asalkan Anda kembali ke orang tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Seringkali respon tidak selalu berarti “ya” atau “tidak” tetapi bisa juga berupa tawaran untuk memenuhi sebagian dari permintaan. Berkata “tidak” atau menentukan batasan mungkin sulit jika Anda yakin bahwa orang tersebut harusnya tahu bahwa Anda memiliki alasan yang tepat untuk berkata “tidak”. Jika persaan bersalah menjb ak anda, anda mungkin tidak ingin menjelaskan alasan khusus mengenai keputusan anda. Bagaimanapun, apakah Anda memberikan alasan atau tidak, tidak akan mengubah fakta bahwa anda memiliki hak untuk membuat keputusan mengenai bagaimana Anda akan menggunakan waktu dan keuangan pribadi Anda.

 

Membuat Permintaan

Meminta sesuatu yang anda inginkan dari orang lain secara langsung juga diperlukan pada hubungan yang sehat. Jika anda berada pada posisi manajemen, menyatakan dengan jelas apa yang anda harapkan dari orang lain adalah suatu bagian penting untuk mencapai tujuan organisasi. Pada hubungan yang sederajat, membuat permintaan, termasuk meminta pertolongan, adalah suatu bagian penting dari komunikasi yang jujur. Kita harus percaya bahwa orang lain akan dapat merespon permintaan kita secara asertif, termasuk berkata “tidak”. Jadi, kita tidak perlu bereaksi berlebihan ketika seseorang menolak permintaan kita dengan cara yang asertif.

 

e)      Berlaku Persisten

Salah satu aspek penting dalam perilaku asertif adalah persisten untuk menjamin bahwa hak-hak Anda dihargai. Sering ketika kita telah menentukan batasan atau telah berkata “tidak’, kemudian orang-orang tersebut akan membujuk untuk mengubah pikiran. Jika kita mengulangi lagi menyatakan keputusan kita dengan santai, kita telah bertindak asertif tanpa menjadi agresif dan tanpa menyerah. Respon ini, mengulangi menyatakan keputusan tadi dengan santai, sering disebut sebagai respon “kaset rusak” (Smith, 1975). Respon seperti ini akan menghentikan, bahkan orang yang paling manipulatif, tanpa menimbulkan rasa bersalah atau meningkatkan konflik.

 

Membingkai Kembali

Bingkai adalah “jalan pintas kognitif yang digunakan orang untuk membuat suatu informasi yang kompleks menjadi masuk akal” (Kaufman et al, 2003). Teknik pembingkaian kembali (reframing) yang dijelaskan oleh Kaufman dkk termasuk:

1. Fokus pada membangun komunikasi yang efektif untuk suatu kelompok/set tujuan yang terbatas.

2. Menguji validitas/keabsahan perspektif orang lain.3. Menentukan di mana kesamaan pandangan/tujuan. Mencari hal-hal yang

samasamadisetujui dan fokus pada hasil yang diinginkan dengan perspektif  jangka panjang.

4. Mengenali kesempatan untuk mencari solusi-solusi yang belum dieksplorasi/ dipikirkan lebih mendalam dan kesempatan-kesempatan yang dapat saling ditawarkan (trade-off) atau kompromi-kompromi.

5. Terakhir, mengenali perbedaaan yang tidak bisa dijembatani dan pada saat yang bersamaan mencari tindakan yang masih bisa diambil untuk mengurangi konflik.

 

Mengabaikan Provokasi

Konflik interpersonal dapat memunculkan berbagai metode untuk “menang” dengan cara menghina atau mengintimidasi orang lain. Sebagai contoh, pasien yang marah atau merasa putus asa mungkin menyerang dengan serangan personal. Farmasis  yang merasa dikritik secara tidak adil mungkin merespon dengan sikap agresif atau sarkastik. Konflik interpersonal antara profesional-profesional di bidang kesehatan sering ditandai dengan perebutan kekuasaan dan otonomi (sering disebut “perang kartu kunci/turf battle”). Mengabaikan komentar yang bersifat mencela dari orang lain dan tetap fokus pada penyelesaian masalah dapat menjaga konflik agar tidak meningkat ke arah yang dapat merusak hubungan.

 

Merespon Kritik

Bagi sebagian orang, kritik benar-benar dapat membuat diri hancur karena kita biasanya memegang dua keyakinan irasional yang umum:

1. Bahwa kita harus disayangi atau diakui oleh semua orang yang kita kenal,2. Bahwa kita harus benarbenar kompeten/mampu dalam segala hal yang kita lakukan tanpa

pernah melakukan kesalahan. Karena standar perfeksionis seperti itu tidak mungkin dicapai, kita secara terus menerus menghadapi perasaan gagal atau tidak berguna. Pada beberapa kasus, kita mungkin mempunyai keinginan untuk “membalas dendam” dengan melakukan serangan balik terhadap orang yang memberikan kritik. Cara satu-satunya untuk meniadakan perasaan seperti itu dan untuk mulai mengatasi kritik dengan layak adalah dengan menantang kepercayaan irasional yang mendasarinya yang mengakibatkan kita takut tidak diakui oleh orang lain.

 

1. III.       UNSUR-UNSUR ASERTIF

Unsur-unsur dalam komunikasi asertif, antara lain:

1)      Terbuka dan jelas

Upayakan berkomunikasi secara jelas dan spesifik.

Misalnya: “saya kurang suka ini”, “Hm….saya menyukai rencana itu, hanya saja mungkin ada beberapa bagian yang bisa ditingkatkan (bahasa halus dari diperbaiki)”, “saya punya pendapat yang berbeda yaitu….”

2)      Langsung

Berbicara langsung dengan subyek yang bersangkutan, jangan membawa masalah ke orang lain yang tidak berhubungan.

3)      Jujur

Berkata jujur agar dapat dipercaya

4)      Tepat dalam bersikap

Pastikan memperhitungkan nilai sosial dalam berbicara.

5)      Tanyakan umpan balik

Menanyakan umpan balik menjadi bukti bahwa anda lebih mengutarakan pendapat daripada perintah.

Misalnya: “Apakah sudah jelas? Atau ada pertanyaan?”.

 

1. IV.       CIRI-CIRI ASERTIF2. Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain.3. Mendengarkan pendapat orang lain dan memahaminya.4. Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain.5. Mencari solusi bersama dan keputusan.6. Menghargai diri sendiri dan orang lain dan mampu mengatasi konflik.7. Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati.8. Mempertahankan hak diri

 

Sedangkan, Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.

Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau

segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak 

menyenangkan dengan cara yang tepat. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai

apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).

§

1. V.          PETUNJUK MENJADI ASERTIF 1. Bedakan dengan jelas apa saja yang menjadi hak Anda dan apa yang bukan hak

Anda tetapi Anda menginginkannya.Ingat, orang yang asertif bukanlah orang yang suka merampas hak orang lain. Orang yang asertif bisa memenuhi keinginannya walaupun sebetulnya itu bukan haknya tanpa pemaksaan dan tindakan destruktif.

2. Berani mengungkapkan sesuatu yang mengganjal perasaan Anda. Misalnya tentang ketidakpuasan Anda. Dengan sikap asertif Anda bisa mengungkapkan ketidakpuasan itu dengan nada yang lebih bersahabat, bukan dengan nada penuh emosi.

3. Tunjukkan image yang positif, misalnya dengan bertutur kata dan bertingkah laku sopan. Dengan image positif ini Anda akan lebih mudah diterima dalam bersikap asertif.

4. Pandai membaca keadaan. Perilaku asertif dapat dinilai agresif jika ditunjukkan dalam kondisi yang salah. Maka jika ingin mengungkapkan sesuatu pastikan suasana dan kondisinya dalam keadaan tenang dan tidak dalam keadaan yang penuh emosi.

5. Dalam keadaan emosi jangan sekalipun mengungkapkan keinginan Anda, karena dikhawatirkan hasilnya tidak objektif karena dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat subyektif dan emosionil.

 

Sedangkan menurut Bourne, (1995), untu menjadi individu yang asertif dibutuhkan strategi, sebagai berikut:

a)      Evaluasi terhadap hak-hak pribadi.

Tentukan apa yang menjadi hak anda dalam situasi yang sedang dihadapi. Misalnya, Anda berhak membuat kesalahan dan mengubah pikiran anda.

b)      Mengemukakan problem dan konsekuensinya kepada orang yang terlibat dalam konflik.

Jelaskan sudut pandang anda, bahkan meski sudah jelas sekalipun. Ini alan membuat orang lain lebih tahu posisi dan pandangan anda. Deskripsikan problem seobjektif mungkin tanpa menyalahkan atau menghakimi.

c)      Mengekspresikan perasaan tentang situasi tertentu.

Ketika anda menyatakan perasaan anda, bahkan orang yang tidak setuju dengan anda sekalipun akan bisa mengerti perasaan anda tentang situasi itu. Ingat, gunakan pesan “aku” bukan pesan “kamu”.

d)     Mengemukakan apa yang menjadi permintaan.

Ini adalah aspek penting dari bersikap asertif. Kemukakan keinginan anda atau yang tidak anda inginkan secara langsung.

 

1. VI.       FORMULA MEMBANGUN ASERTIF

Ada tiga formula untuk membangun asertif sebagai sebuah pendekatan yang dapat dilakukan dalam mewujudkan sikap Assertivitas diri, yaitu:

Appreciation.

Dengan cepat dan tanggap memberikan penghargaan dan rasa hormat terhadap kehadiran orang lain sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri mereka tanpa menunggu mereka untuk lebih dahulu memperhatikan, memahami, menghormati dan menghargai kita.

Acceptance

Adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal ini, kita tidak memiliki tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang negatif) agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak memilih-milih orang dalam berhubungan, dengan tidak membatasi diri hanya pada keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku, agama, keturunan, dan latar belakang lainnya.

Accomodating.

Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang kita jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

1. I.             KESIMPULAN

sertif dapat dipahami dengan baik bila membandingkan asertif dengan dua gaya dalam merespon suatu situasi, yaitu: pasif (tidak peduli) dan agresif (menyerang).

Terdapat beberapa teknik komunikasi atau strategi yang berguna dalam menanggapi situasi yang cenderung menjadi konflik. Diantaranya yaitu; memberikan umpan balik, meminta umpan balik dari orang lain, menentukan batasan, membuat permintaan, berlaku persisten, membingkai kembali, mengabaikan profokasi, dan merespon kritik.

Dalam komunikasi asertif dibutuhkan beberapa unsure, yaitu: terbuka dan jelas, langsung, jujur, tepat dalam bersikap, dan tanyakan umpan balik.

Komunikasi sertif memiliki ciri-ciriterbuka dan jujur, mau mendengarkan, memberi pendapat, mencari solusi, saling menghargai, menyatakan perasaan pribadi, dan mempertahankan hak pribadi.

Untuk mencapai perilaku asertif di butuhkan petunjuk, yaitu: evaluasi terhadap hak-hak pribadi, mengemukakan problem dan konsekuensi konflik,mengekspresikan perasaan tetntang situasi, dan mengemukakan apa yang menjadi permintaan.

Formula-formula yang mendukung terjadinya erilaku asertif, yaitu: appreciation,acceptance, dan accommodating.

 

1. II.          SARAN

Perawat harus mampu menguasai teknik-teknik asertif agar komunikasi yang dihasilkan antara perawat dan klien lebih berkualitas.

Untuk menghindari konflik yang berkepanjangan, seorang perawat tidak boleh bersikap pasif maupun agresif tapi harus bersikap asertif. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://zhalabe.blogspot.com/2012/01/perilaku-asertif.html#.UI5DmG_rzFA

http://ab3770iy.wordpress.com/2010/10/16/sedikit-berbagi-komunikasi-asertif/

http://www.andriewongso.com/awartikel-139-Artikel_Tetap Komunikasi_Berdasarkan_Sifat_Dasar_Manusia_-_Asertif

http://emwiha.multiply.com/journal/item/117/CARA-KOMUNIKASI-DENGAN-CARA-ASERTIF

http://peterdraw.wordpress.com/tag/cara-asertif/

ASERTIF TRAINING

ASERTIF TRAINING

A. DEFINISI

Istilah Asertif dewasa ini sudah sangat populer “mengiang” ditelinga kita, terlebih-lebih

istilah itu sering digunakan sebagai materi Assertiveness and social Skills training bagi

para karyawan perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme kerja. Banyak Pakar

memberikan definisi yang berbeda tapi sama (satu makna) tentang asertif, berikut

diantaranya :

Asertif adalah sikap di mana seseorang mampu bertindak sesuai dengan keinginannya,

membela haknya dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain. Selain itu, bersikap asertif

juga berarti mengkomunikasikan apa yang kita inginkan secara jelas dengan

menghormati tanpa menyakiti orang lain.

Sikap asertif adalah kemampuan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, perasaan, dan

kepentingan secara langsung kepada siapapun. Namun sikap asertif ini jangan

disamakan dengan sikap agresif. Sikap asertif bersifat jujur, obyektif, tidak

dipengaruhi oleh judgement, atau hal-hal yang bersifat emosionil.

Asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat, dan kebutuhan kita secara jujur, wajar

dan tidak dibuat-buat.

Asertif adalah sarana untuk menjadikan hubungan kita lebih setara dan menghindari

perasaan direndahkan yang kerap kali datang bilamana gagal mengekspresikan apa

yang sungguh-sungguh kita dambakan.

Asertif adalah Cara Efektif dalam mengekpresikan diri, mempertahankan harga diri, dan

menunjukan rasa hormat kepada orang lain.

Asertif adalah kemampuan mengekspresikan hak, pikiran, perasaan, dan kepercayaan

secara langsung, jujur, terhormat, dan tidak mengganggu hak orang lain. Jadi, berani

untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan pikiran dengan

apa adanya

Asertif adalah membina hubungan tanpa melakukan penolakan terhadap diri sendiri

maupun terhadap orang lain.

Asertif artinya menyadari bahwa andalah penentu perilaku anda sendiri dan anda dapat

memutuskan apa yang anda lakukan atau tidak. Kita juga menyadari kondisi yang

sama yang dihadapi orang lain dan tidak berusaha mengendalikan mereka.

Asertif adalah cara kita mengekspresikan pikiran atau perasaan kita kepada orang lain

tanpa bermaksud melukainya.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asertif adalah sikap positif bukan

sikap negatif, asertif bukan agresif yang selalu merugikan orang lain, asertif bukan

perilaku permisif/pasif yang selalu merugikan diri sendiri, bahkan menurut penelitian di

Amerika, dikatakan bahwa perilaku agresif dan permisif/pasif adalah animal behavior

sedangkan asertif adalah human behavior. Jelaslah bahwa dengan Bersikap Asertif, kita

akan mampu mempertahankan kredibiltas dan eksistensi diri sebagai pribadi yang

berguna bagi lingkungannya. Sedangkan non asertif adalah sikap yang pasif dan tidak

langsung. Sikap ini membiarkan orang lain mempengaruhi hak-hak kita dan bersikap

tidak hormat terhadap kebutuhan kita. Memecahkan masalah secara lose-win solution.

B. CIRI-CIRI ASERTIF

Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif

apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.

Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.

Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.

Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau

segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.

Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.

Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak

menyenangkan dengan cara yang tepat.

Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.

Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai

apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia

akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).

Kedelepan pandangan Fensterheim dan Baer (1980) tentang ciri-ciri individu jadi sebuah

penegasan dalam memposisikan kita (secara individu) sebagai manusia merdeka yang

mempunyai hak, kewajiban dan martabat yang sama dengan yang lainnya dalam

menentukan sikap, bersuara/berpendapat, mengapresiasikan bakat, minat dan

kemampuannya. Selain itu, seseorang yang asertif dengan ikhlas dapat menerima

dengan lapang dada berbagai kritikan dan saran yang dapat meningkatkan kualitas diri

atas berbagai kekurangan dan kesalahan yang pernah/sedang dilakukan tanpa

memandang siapa ??? (orang tua / Senior yunior / atasan / bawahan) yang menggugah

kita untuk segera terbangun dari keterpurukan.

C. MANFAAT

Sikap asertif memengaruhi banyak segi kehidupan kita. Orang yang asertif cenderung

memiliki konflik yang lebih sedikit dengan orang lain, artinya stres dalam hidup mereka

berkurang. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dan juga menolong orang

lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan memiliki hubungan yang

saling mendukung, orang yang asertif memiliki orang-orang yang dapat ia andalkan. Hal

ini menjauhkan mereka dari stres sehingga tubuh dan jiwa mereka juga menjadi lebih

sehat.

Sikap asertif ini terbukti bermanfaat ketika Anda berada dalam situasi yang tidak

menyenangkan. Misalnya saat bos sedang bad mood atau marah, ataupun saat Anda

sedang suntuk berat karena pekerjaan menumpuk. Meski Anda sedang dilanda rasa

gelisah, Anda tetap bisa berpikir dengan jernih tanpa terpengaruh oleh emosi Anda.

Misalnya saja, meskipun hati Anda sudah panas karena kemarahan bos, Anda tidak

terpancing untuk bersikap destruktif.

Sebaliknya, sikap agresif cenderung mengasingkan orang lain dan menumbuhkan stres

yang sebenarnya tidak perlu jika dapat dikendalikan dengan bersikap asertif. Seseorang

dengan perilaku agresif selalu merasa diserang dan menghindari interaksi dengan orang

yang ia anggap agresif.Seringkali, orang yang bersikap agresif memiliki hubungan yang

retak dan sedikit dukungan sosial. Mereka tidak mengerti bahwa hal ini terjadi karena

sikap mereka sendiri. Sebaliknya, mereka sendiri juga merasa sebagai korban.

Orang yang pasif selalu menghindari konflik dengan cara menghindar dari komunikasi

untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan mereka. Namun, sikap ini juga

merusak suatu hubungan dalam jangka panjang. Mereka selalu merasa menjadi korban,

tapi terus menerus menghindari konfrontasi. Hingga mencapai puncak kemarahan, dan

mereka akan melepaskan kemarahannya dengan agresif. Pihak lain yang membuatnya

marah tidak mengetahui masalahnya, sampai orang yang pasif ini meledak dalam

kemarahan. Peristiwa seperti ini memicu hubungan yang buruk dan perasaan terluka.

D. PERBEDAAN AGRESIF DAN NON-ASERTIF

Seseorang dikatakan asertif bila ia mampu bersikap tulus dan jujur dalam

mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangannya pada pihak lain sehingga tidak

merugikan atau mengancam integritas pihak lain. Sedangkan dalam agresif, ekspresi yang

dikemukakan justru terkesan melecehkan, menghina, menyakiti, merendahkan dan

bahkan menguasai pihak lain sehingga tidak ada rasa saling menghargai dalam interaksi

atau komunikasi tersebut.

Sikap ataupun perilaku agresif cenderung akan merugikan pihak lain karena seringkali

bentuknya seperti mempersalahkan, mempermalukan, menyerang (secara verbal ataupun

fisik), marah-marah, menuntut, mengancam, sarkase (misalnya kritikan dan komentar

yang tidak enak didengar), sindiran ataupun sengaja menyebarkan gosip.

Seseorang dikatakan bersikap non-asertif, jika ia gagal mengekspresikan perasaan,

pikiran dan pandangan/ keyakinannya; atau jika orang tersebut mengekspresikannya

sedemikian rupa hingga orang lain malah memberikan respon yang tidak dikehendaki

atau negatif.

E. LATIHAN ASERTIF

Latihan asertif adalah suatu terapi modaliltas keperawatan dalam nentuk terapi

kelompok(terapi tingkah laku), klien belajar mengungkapkan rasa marah secara tepat atau

asertif sehingga pasien mampu untuk berhubungan dengan orang lain,mampu

menyatakan: apa yang diinginkannya , apa yangn disukainya, dan apa yang ingin dia

kerjakan dan kemampuan untuk membuat seseorang merasa tidak risih berbicara tentang

dirinya sendiri.

Teknik ini dugunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan

diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di

antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan

tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif

lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan

konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.

F. CARA MENGEKSPRESIKAN EMOSI NEGATIF SECARA ASERTIF

Ekspresi asertif pada umumnya mengandung unsur yang dapat kita katakan sebagai berita

tentang aku, seperti saya sebal, saya kesal, saya marah. Dalam berita tentang aku

terkandung makna bahwa saya mempunyai perasaan dan perasaan saya adalah tanggung

jawab saya.

Sebaliknya ekspresi agresif selalu mengandung unsur berita tentang kamu, karena

seseorang diserang atau diberi sebutan yang bermakna negatif. Kamu seharusnya tidak

melakukan hal itu atau kamu orang jahat, atau kamu bloon. Apabila kemarahan sudah

memuncak, biasanya seseorang akan lebih sering menggunakan komunikasi yang

didominasi oleh berita tentang kamu.

Sementara itu komunikasi asertif tidak sama dengan komunikasi agresif, karena dalam

asertif terjadi suatu ungkapan yang langsung, jujur, dan secara spontan mengekspresikan

segala macam perasaan yang ada, namun dengan cara tertentu yang membuat lawan

bicara tidak akan terpancing untuk memberikan respons yang emosional pula.

Oleh karena seorang yang asertif tidak akan pernah menyertakan berita tentang kamu.

Jadi tidak ada yang merasa disalahkan dan dicerca oleh keberadaan emosi negatif secara

agresif, dari apa yang dirasakan oleh lawan bicaranya tersebut.

G. LANGKAH-LANGKAH

Astrid French, pakar perilaku terkenal di Amrik dalam bukunya yang berjudul

Interpersonal Skills, mengungkapkan bahwa perilaku asertif akan membantu Anda

mendapatkan apa yang menjadi hak Anda maupun apa yang bukan hak Anda tetapi Anda

menginginkannya. Namun tanpa menanggalkan tanggung jawab dalam melakukannya. Di

bawah ini merupakan petunjuk untuk bersikap asertif:

Bedakan dengan jelas apa saja yang menjadi hak Anda dan apa yang bukan hak Anda

tetapi Anda menginginkannya. Ingat loh, orang yang asertif bukanlah orang yang

suka merampas hak orang lain. Orang yang asertif bisa memenuhi keinginannya

walaupun sebetulnya itu bukan haknya tanpa pemaksaan dan tindakan destruktif.

Berani mengungkapkan sesuatu yang mengganjal perasaan Anda. Misalnya tentang

ketidakpuasan Anda. Dengan sikap asertif Anda bisa mengungkapkan ketidakpuasan

itu dengan nada yang lebih bersahabat, bukan dengan nada penuh emosi.

Tunjukkan image yang positif, misalnya dengan bertutur kata dan bertingkah laku sopan.

Dengan image positif ini Anda akan lebih mudah diterima dalam bersikap asertif.

Pandai membaca keadaan. Perilaku asertif dapat dinilai agresif jika ditunjukkan dalam

kondisi yang salah. Maka jika ingin mengungkapkan sesuatu pastikan suasana dan

kondisinya dalam keadaan tenang dan tidak dalam keadaan yang penuh emosi.

Dalam keadaan emosi jangan sekalipun mengungkapkan keinginan Anda, karena

dikhawatirkan hasilnya tidak objektif karena dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat

subyektif dan emosionil.

H. Formula Membangun Assertivitas

Setidaknya ada Formula 3 A sebagai sebuah pendekatan yang dapat dilakukan dalam

mewujudkan sikap Assertivitas diri, yang terangkai dalam tiga kata yaitu Appreciation,

Acceptance, Accommodating:

Appreciation.

Dengan cepat dan tanggap memberikan penghargaan dan rasa hormat terhadap kehadiran

orang lain sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri mereka tanpa

menunggu mereka untuk lebih dahulu memperhatikan, memahami, menghormati dan

menghargai kita.

Acceptance

Adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan

kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain

sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal ini, kita tidak memiliki

tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang negatif)

agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak memilih-milih orang dalam berhubungan,

dengan tidak membatasi diri hanya pada keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku,

agama, keturunan, dan latar belakang lainnya.

Accomodating.

Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang

sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada

semua orang yang kita jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat

mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi,

tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri

Formula diatas dapat dijadikan sebagai pedoman berinteraksi sosial dalam membina hubungan

baik dengan banyak orang, dengan asumsi bahwa orang lain pun mempunyai hak dan

kesempatan yang sama seperti kita. Oleh karena itu, kita dapat mengemukakan hak pribadi,

namun janganlah kita melupakan untuk memperhatikan hak orang lain pula.

I. TIPS UNTUK BERSIKAP ASERTIF

Tips untuk mampu mengatakan “tidak” terhadap permintaan yang tidak diinginkan

Tentukan sikap yang pasti, apakah Anda ingin menyetujui atau tidak. Jika Anda belum

yakin dengan pilihan Anda, maka Anda bisa minta kesempatan berpikir sampai

mendapatkan kepastian. Jika Anda sudah merasa yakin dan pasti akan pilihan Anda

sendiri, maka akan lebih mudah menyatakannya dan Anda juga merasa lebih

percaya diri.

Jika belum jelas dengan apa yang dimintakan pada Anda, bertanyalah untuk

mendapatkan kejelasan atau klarifikasi.

Berikan penjelasan atas penolakan Anda secara singkat, jelas, dan logis. Penjelasan

yang panjang lebar hanya akan mengundang argumentasi pihak lain.

Gunakan kata-kata yang tegas, seperti secara langsung mengatakan “tidak” untuk

penolakan, dari pada “sepertinya saya kurang setuju..sepertinya saya kurang

sependapat...saya kurang bisa.....”

Pastikan pula, bahwa sikap tubuh Anda juga mengekspresikan atau mencerminkan

“bahasa” yang sama dengan pikiran dan verbalisasi Anda...Seringkali orang tanpa

sadar menolak permintaan orang lain namun dengan sikap yang bertolak belakang,

seperti tertawa-tawa dan tersenyum.

Gunakan kata-kata “Saya tidak akan....” atau “Saya sudah memutuskan untuk.....” dari

pada “Saya sulit....”. Karena kata-kata “saya sudah memutuskan untuk....” lebih

menunjukkan sikap tegas atas sikap yang Anda tunjukkan.

Jika Anda berhadapan dengan seseorang yang terus menerus mendesak Anda padahal

Anda juga sudah berulang kali menolak, maka alternatif sikap atau tindakan yang

dapat Anda lakukan : mendiamkan, mengalihkan pembicaraan, atau bahkan

menghentikan percakapan.

Anda tidak perlu meminta maaf atas penolakan yang Anda sampaikan (karena Anda

berpikir hal itu akan menyakiti atau tidak mengenakkan buat orang

lain)...Sebenarnya, akan lebih baik Anda katakan dengan penuh empati seperti : “

saya mengerti bahwa berita ini tidak menyenangkan bagimu.....tapi secara terus

terang saya sudah memutuskan untuk ...”

Janganlah mudah merasa bersalah ! Anda tidak bertanggung jawab atas kehidupan

orang lain...atau atas kebahagiaan orang lain, bukan.....

Anda bisa bernegosiasi dengan pihak lain agar kedua belah pihak mendapatkan jalan

tengahnya, tanpa harus mengorbankan perasaan, keinginan dan kepentingan

masing-masing.(jr)

Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, tidak setiap saat kita mendapat stimulus yang

positif, terkadang kita mendapati stimulus yang negatif, stimulus negatif menimbulkan

perasaan negatif seperti pada kasus B , stimulus negatif buat B adalah temannya

mengajak dia bermain games (padahal tugasnya belum selesai), perasaan negatif B adalah

merasa ditantang dan pengen membuktikan (di satu sisi B menimbang antara ajakan atau

mengerjakan tugas mandiri). Ada tiga bentuk respon penting untuk mencegah perasaan

negatif, yaitu :

Pertama, kita bisa menghambat ekspresi dari perasaan negatif dengan tidak mengatakan

apa pun, atau menggerutu dalam hati yang sama sekali tidak dipahami orang lain

(berarti kita pasif).

Kedua, kita dapat menyerang lawan bicara kita dengan kata-kata keras, kasar atau bahkan

melecehkan, merendahkan, menyalah-nyalahkan orang yang kita ajak bicara (berarti

kita agresif).

Ketiga, kita akan langsung mengungkapkan perasaan negatif secara spontan dan sesuai

dengan kondisi yang kita rasakan, tanpa menyalahkan orang yang kita ajak bicara

(berarti kita asertif).

Dalam interaksi dengan orang lain, pengaruh masa kecil tidak dapat diabaikan, sehingga

ada kerangka kerja interaktif masa kecil yang melandasi ketiga pilihan tersebut di atas.

Maka kemudian terbentuk pola interaktif sebagai berikut:

I am not OK-You are OK. Saya akan berhati-hati dalam mengungkapkan apa pun

terhadap perilakumu, karena saya harus yakin bahwa apa yang saya katakan tidak

akan mengganggu perasaanmu dan membuatmu jengkel dan marah. Saya merasa

yakin tidak akan menyerang kamu, dan membuat kamu merasa tidak nyaman. Disini

kita bersikap pasif.

I am OK-You are not OK. Cara ini membuat kita merasa lebih baik, dan orang lain

kurang baik, sehingga orang lain tersebut patut mendapat luapan kemarahan dan

cercaan dari kita. Dalam hal ini kita bersikap agresif dan menyerang, sehingga akan

membuat orang lain merasa tidak nyaman oleh serangan kita. Disini kita bersikap

agresif.

I am OK-You are OK. Kita dengan bebas meluapkan perasaan apa pun yang kita rasakan,

dan kita sendirilah yang bertanggung jawab terhadap perasaan kita. Kita tidak akan

membiarkan orang lain mengambil manfaat dari kondisi kita, tetapi orang lain pun

memiliki kebebasan untuk mengungkap apa yang dirasakan. Kita tidak akan

menyerang orang lain, bahkan akan menerima kehadiran orang lain dengan sikap

terbuka. Ini adalah cara pengungkapan perasaan secara asertif.

Jadi, dengan cara asertif maka kedua belah pihak yang berkomunikasi merasa nyaman,

tidak ada yang merasa disakiti hatinya dan tidak ada pula yang merasa ingin menyakiti

lawan bicaranya. Namun dapat tercipta saling pengertian yang memudahkan pengambilan

keputusan dan dirasakan adil bagi semua pihak.

prilaku asertifDecember 9, 2012 by delfieliza2012

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkat_Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyusun makalah ini bertujuan agar pembaca dapat memahami dan mengertti tentang “MANAJEMEN KEPERAWATAN TENTANG ASERTIF”. Dalam penyusunan makalaah ini penulis banyak mendapatkan kesulitan dan masalah. Nmun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, penulis akhirnya dapaat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bpk. Ns.Dedi Adha,S.kep Selaku dosen pengajar mata ajar Manajemen Keperawatan.

Penulis mohon maaf apabila makalah ini tidak Sesuai dengan apa yang diinginkan pembaca. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan sehingga dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan sehingga memajukan dalam pembuatan makalah berikutnya.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Padang, 2012

Penuliis

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non asertif dan perilaku agresif (Horgie, 1990)  Stresterhim dan Boer (1980), mengatakan bahwa orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif orang yang berpendapat dari oroentasi dari dalam, memiliki kepercayan diri yang baik, dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut dan berkomunikasi dengan orang lain secara lancar. Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri terlalu mudah mengalah/ lemah, mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada diri sendiri, sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain, dan tidak bebas mengemukakan masalah atau hal yang telah dikemukakan.

Menurut Suterlinah Sukaji (1983), perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relative terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain. Sementara menurut Lange dan Jukubowski (1976), seperti yang dikutip oleh Calhoun (1990), perilaku asertif merupakan perilaku sesorang dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat.

Selanjutnya menurut Rimm da Masters (1979), seperti yang dikutip Hargie (1990) mendefinisikan perilaku asertif sebagai perilaku antar pribadi yang bersifat jujur dan terus terang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mempertimbangkan pikiran dan kesejahteraan orang lain. Taubman (1976) yang dikutip oleh Kelley (1979) yang memberikan batasan assertiveness sebagai ekspresi dari perasaan-perasaan, keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan, belajar bertindak atas dasar perasaan, keinginan dan kebutuhan orang disekitarnya. Sedangkan Rathus (1981) memberi batasan asertifitas sebagai kemampuan mengekspresikan perasaan, membela hak secara sah dan menolak permintaan yang dianggap tidak layak serta tidak menghina atu meremehkan orang lain.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah perilaku sesesorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut, emosi, perasaan, pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur tanpa perasaan cemas atau tegang terhadap orang lain, tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.

B.     Tujuan

1. Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan agar mahasiswa atau pembaca dapat menjelaskan tentang teknik asertif.

1. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa atau pembaca dapat menjelaskan tentang:

1. Perbedaan antara perilaku pasif, agresif, dan asertif.2. Teknik-teknik asertif3. Unsur-unsur asertif4. Ciri-ciri asertif5. Petunjuk menjadi asertif6. Formula menjadi asertif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Istilah Asertif dewasa ini sudah sangat populer “mengiang” ditelinga kita, terlebih-lebih istilah itu sering digunakan sebagai materi Assertiveness and social Skills training bagi para karyawan perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme kerja. Banyak Pakar memberikan definisi yang berbeda tapi sama (satu makna) tentang asertif, berikut diantaranya :

1. Asertif adalah sikap di mana seseorang mampu bertindak sesuai dengan keinginannya, membela haknya dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain. Selain itu, bersikap asertif juga berarti mengkomunikasikan apa yang kita inginkan secara jelas dengan menghormati tanpa menyakiti orang lain.

2. Sikap asertif adalah kemampuan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, perasaan, dan kepentingan secara langsung kepada siapapun. Namun sikap asertif ini jangan disamakan dengan sikap agresif. Sikap asertif bersifat jujur, obyektif, tidak dipengaruhi oleh judgement, atau hal-hal yang bersifat emosionil.

3. Asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat, dan kebutuhan kita secara jujur, wajar dan tidak dibuat-buat.

4. Asertif adalah sarana untuk menjadikan hubungan kita lebih setara dan menghindari perasaan direndahkan yang kerap kali datang bilamana gagal mengekspresikan apa yang sungguh-sungguh kita dambakan.

5. Asertif adalah Cara Efektif dalam mengekpresikan diri, mempertahankan harga diri, dan menunjukan rasa hormat kepada orang lain.

6. Asertif adalah kemampuan mengekspresikan hak, pikiran, perasaan, dan kepercayaan secara langsung, jujur, terhormat, dan tidak mengganggu hak orang lain. Jadi, berani untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan pikiran dengan apa adanya

7. Asertif adalah membina hubungan tanpa melakukan penolakan terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

8. Asertif artinya menyadari bahwa andalah penentu perilaku anda sendiri dan anda dapat memutuskan apa yang anda lakukan atau tidak. Kita juga menyadari kondisi yang sama yang dihadapi orang lain dan tidak berusaha mengendalikan mereka.

9. Asertif adalah cara kita mengekspresikan pikiran atau perasaan kita kepada orang lain tanpa bermaksud melukainya.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asertif adalah sikap positif bukan sikap negatif, asertif bukan agresif yang selalu merugikan orang lain, asertif bukan perilaku permisif/pasif yang selalu merugikan diri sendiri, bahkan menurut penelitian di Amerika, dikatakan bahwa perilaku agresif dan permisif/pasif adalah animal behavior sedangkan asertif adalah human behavior. Jelaslah bahwa dengan Bersikap Asertif, kita akan mampu mempertahankan kredibiltas dan eksistensi diri sebagai pribadi yang berguna bagi lingkungannya. Sedangkan non asertif adalah sikap yang pasif dan tidak langsung. Sikap ini membiarkan orang lain mempengaruhi hak-hak kita dan bersikap tidak hormat terhadap kebutuhan kita. Memecahkan masalah secara lose-win solution.

Asertif mungkin dapat dipahami dengan baik bila membandingkan asertif dengan dua gaya dalam merespon suatu situasi, yaitu: pasif atau tidak peduli dan agresif atau menyerang.

1. Perilaku Pasif

Respon pasif bertujuan untuk menghindari konflik dengan cara apapun. Orang yang pasif atau tidak asertif akan mengatakan hal-hal yang tidak tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan karena takut orang lain tidak setuju. Individu yang pasif “bersembunyi” dari orang lain dan menunggu orang lain untuk memulai percakapan. Mereka meletakkan kepentingan atau keinginan orang lain di atas dirinya. Dalam suatu hubungan dengan orang lain, mereka cenderung gelisah, khawatir bagaimana orang lain akan bereaksi kepada mereka dan memiliki

kebutuhan yang tinggi untuk disetujui. Masalah akan muncul ketika orang yang bersikap pasif, secara rahasia, merasa marah atau benci kepada orang lain. Orang yang pasif mungkin memandang diri mereka sendiri sebagai korban manipulasi oleh orang lain. Cara pandang yang seperti inilah yang merusak kepercayaan diri mereka.

Contoh perilaku pasif, antara lain:

1. ‘Ini hanya pendapat saya, tapi…’2. ‘Maaf mengganggu waktu anda, tapi…’3. ‘Bila anda berpendapat demikian, kita akan…’

2. Perilaku Agresif

Pada suatu situasi konflik, orang yang agresif ingin selalu “menang” dengan cara mendominasi atau mengintimidasi orang lain. Orang yang agresif memajukan kepentingannya sendiri atau sudut pandangnya sendiri tetapi tidak peduli atau “kejam” terhadap perasaan, pemikiran, dan kebutuhan orang lain. Cara agresif ini sering berhasil karena orang lain mengalah untuk menghindari konflik yang lebih buruk atau berkepanjangan. Karena perilaku agresif dapat memberikan efek yang menguntungkan dalam jangka pendek, seseorang bisa enggan untuk tidak menggunakan strategi yang agresif. Seringkali orang-orang yang cenderung untuk menggunakan strategi agresif untuk mencapai tujuannya, memiliki sudut pandang yang menyimpang misalnya bahwa mereka merasa dirinya terus menerus dalam situasi yang terancam, diserang secara personal, atau merasa diganggu oleh orang lain yang menghalangi usahanya. Individu seperti itu mudah marah dan frustasi. Mereka nampaknya percaya bahwa mereka seharusnya tidak merasakan frustasi. Bukannya secara rasional menganggap suatu kejadian sebagai kekecewaan, orang yang agresif meresponnya dengan kemarahan. Bukannya membantu menyelesaikan masalah, mereka malah “meluapkan apa yang ada di dalam dada” meningkatkan kemarahan dan serangan. Pada awalnya orang lain mungkin menyerah akibat intimidasi oleh individu yang bersikap agresif, mereka juga bisa bertindak dengan cara yang halus untuk membalas.

Contoh perilaku agresif dalam mengeluarkan pendapat, antara lain:

1. Kerjakan saja sendiri!2. Bodoh!3. Pasti kamu tidak percaya!

3. Perilaku Asertif

Perilaku asertif adalah menyatakan secara langsung suatu ide, opini, dan keinginan. Tujuan perilaku asertif adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu pada suasana saling percaya. Konflik yang muncul dihadapi dan solusi dicari yang menguntungkan semua pihak. Individu yang asertif memulai komunikasi dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat menyampaikan kepedulian dan rasa penghargaan mereka terhadap orang lain.

Tujuan komunikasi ini adalah untuk mengungkapkan pendapat diri sendiri dan untuk menyelesaikan masalah interpersonal tanpa merusak suatu hubungan. Perilaku asertif

mengharuskan kita untuk menghormati orang lain sebagaimana kita menghormati diri sendiri. Konflik tidak dapat dihindari dalam hubungan dengan sesama manusia. Walaupun konflik biasanya dipandang sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi proses penyelesaian konflik tersebut dapat membuat seseorang berkembang, meningkatkan pemahaman dan rasa hormat kepada orang lain, kendati terdapat perbedaan-perbedaan. Masalah timbul ketika konflik membuat kita memandang orang lain sebagai “musuh”, ketika perbedaan kekuasaan dieksploitasi, atau ketika diskusi untuk penyelesaian masalah menjadi tidak fokus dengan membawa persoalan lain untuk mengalihkan percakapan. Faktor penting untuk menjadi individu asertif adalah kemampuan untuk bertindak secara konsisten sesuai standar yang kita miliki untuk perilaku kita sendiri

Contoh perilaku asertif, antara lain:

1. ‘Saya berpendapat … bagaimana pendapat Anda?2. ‘Masalah ini akan saya hadapi dengan cara ini. Bagaimana efseknya terhadap Anda?’

B. Teknik-Teknik Bertindak Asertif

Terdapat beberapa teknik komunikasi atau strategi yang berguna dalam menanggapi situasi yang cenderung menjadi konflik.

1. Memberikan Umpan Balik

Membiarkan orang lain tahu bagaimana Anda merespon perilaku mereka dapat membantu menghindari kesalah pahaman dan membantu menyelesaikan konflik yang tidak dapat dihindari dalam suatu hubungan. Bagaimanapun, memberikan umpan balik yang jujur ketika Anda mendapat reaksi negatif karena perilaku orang lain memang sulit dilakukan tanpa menyakiti perasaan. Sering kali, untuk memperbaiki hubungan Anda dalam jangka panjang, Anda harus menyatakan bahwa Anda kecewa pada apa yang mereka telah lakukan. Ketika Anda memilih untuk menyampaikan umpan balik negatif kepada orang lain, gunakan teknik komunikasi yang tidak berkesan mengancam. Kriteria untuk umpan balik yang bermanfaat termasuk:

1. Umpan balik difokuskan pada perilaku seseorang bukan kepribadiannya. Dengan memfokuskan pada perilaku, Anda mengarahkan umpan balik kepada sesuatu yang dapat diubah oleh seorang individu.

2. Umpan balik bersifat deskriptif bukan evaluatif. Menjelaskan apa yang telah dikatakan atau dilakukan berkesan lebih tidak mengancam dibandingkan dengan menghakimi mengapa sesuatu dilakukan (yang hanya berdasarkan asumsi Anda).

3. Umpan balik berfokus pada reaksi Anda sendiri bukan maksud orang lain. Menyalahkan atau menganggap ada maksud buruk dibalik perilaku orang lain bukan merupakan umpan balik yang konstruktif. Umpan balik menggunakan kata “saya” dengan bentuk kalimat “Ketika kamu [lakukan atau katakan]___saya merasa___.” Sebagai contoh, “Ketika kamu terlambat datang kerja, saya merasa frustasi dan marah” adalah lebih baik daripada “Kamu tidak bertanggungjawab. Kamu tidak peduli pada pasien yang menunggu dan pekerja lain yang menggantikanmu ketika kau telat”.

4. Umpan balik bersifat spesifik bukan umum.Umpan balik fokus pada perilaku yang baru saja terjadi dan menghindari mengungkit perilaku di masa lalu. Umpan balik juga tidak boleh

menyamaratakan atau terlalu jauh dari peristiwa spesifik yang telah membuat Anda kesal (misalnya “Kamu selalu melakukan___)

5. Umpan balik difokuskan pada penyelesaian masalah. Bukan bertujuan untuk melampiaskan kemarahan. Tujuannya adalah untuk menyelesaikan suatu masalah yang timbul pada suatu hubungan sehingga hubungan tersebut dapat berkembang lebih baik.

6. Umpan balik disampaikan secara pribadi.

1. Meminta Umpan Balik Dari Orang Lain

Seperti telah dijelaskan di atas, kita perlu berlatih memberikan umpan balik dengan cara yang tepat. Pada saat yang bersamaan, kita juga perlu mengundang umpan balik dari orang lain untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal kita. Sebagai contoh, sebagai seorang perawat, Anda harus menilai kepuasan pasien secara rutin dan meminta umpan balik mengenai pelayanan Anda. Sebagai manajer, Anda harus membiarkan para pekerja tahu bahwa Anda menerima saran dari mereka mengenai bagaimana mengembangkan operasional di rumah sakit (tempat kerja). Kemampuan Anda untuk mendengar kritik atau saran tanpa sikap defensif atau marah, mengakui ketika Anda berbuat kesalahan, dan mendorong orang lain untuk memberikan umpan balik (meskipun hal itu negatif) akan membuat orang lain jujur saat berkomunikasi dengan Anda. Mereka juga membantu Anda untuk mengidentifikasi bidang-bidang pada praktek profesional Anda yang mungkin perlu perbaikan dan membantu meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

1. Menentukan Batasan

Bagi sebagian dari kita, menentukan bagaimana kita akan menghabiskan waktu pribadi dan uang kita adalah sumber frustasi. Kita merasa sulit untuk berkata “tidak” terhadap permintaan apapun. Dan akibatnya, kita merasa kewalahan dan, sering, marah kepada orang lain karena “telah mengambil keuntungan” dari kita. Bertindak asertif dalam menentukan batasan berarti Anda mengambil tanggung jawab untuk keputusan yang Anda ambil mengenai bagaimana menghabiskan sumberdaya pribadi Anda tanpa merasa marah kepada orang lain yang memohon/mengajukan permintaan tertentu kepada Anda. Bertindak asertif dengan menentukan batasan tidak berarti bahwa Anda berhenti berkata “ya” terhadap semua permintaan. Anda akan tetap membantu orang lain, karena adanya nilai-nilai yang Anda pegang dan keinginan Anda untuk membantu orang lain ketika mereka membutuhkan bantuan, meskipun ketika melakukannya Anda mungkin merasa tidak nyaman. Ketika menghadapi sebuah permintaan, langkah pertama adalah menentukan seberapa jauh Anda mau memenuhi permintaan tersebut. Jika Anda perlu waktu untuk mengambil keputusan, menunda keputusan adalah tindakan yang tepat asalkan Anda kembali ke orang tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Seringkali respon tidak selalu berarti “ya” atau “tidak” tetapi bisa juga berupa tawaran untuk memenuhi sebagian dari permintaan. Berkata “tidak” atau menentukan batasan mungkin sulit jika Anda yakin bahwa orang tersebut harusnya tahu bahwa Anda memiliki alasan yang tepat untuk berkata “tidak”. Jika persaan bersalah menjbak anda, anda mungkin tidak ingin menjelaskan alasan khusus mengenai keputusan anda. Bagaimanapun, apakah Anda memberikan alasan atau tidak, tidak akan mengubah fakta bahwa anda memiliki hak untuk membuat keputusan mengenai bagaimana Anda akan menggunakan waktu dan keuangan pribadi Anda.

1. Membuat Permintaan

Meminta sesuatu yang anda inginkan dari orang lain secara langsung juga diperlukan pada hubungan yang sehat. Jika anda berada pada posisi manajemen, menyatakan dengan jelas apa yang anda harapkan dari orang lain adalah suatu bagian penting untuk mencapai tujuan organisasi. Pada hubungan yang sederajat, membuat permintaan, termasuk meminta pertolongan, adalah suatu bagian penting dari komunikasi yang jujur. Kita harus percaya bahwa orang lain akan dapat merespon permintaan kita secara asertif, termasuk berkata “tidak”. Jadi, kita tidak perlu bereaksi berlebihan ketika seseorang menolak permintaan kita dengan cara yang asertif.

1. Berlaku Persisten

Salah satu aspek penting dalam perilaku asertif adalah persisten untuk menjamin bahwa hak-hak Anda dihargai. Sering ketika kita telah menentukan batasan atau telah berkata “tidak’, kemudian orang-orang tersebut akan membujuk untuk mengubah pikiran. Jika kita mengulangi lagi menyatakan keputusan kita dengan santai, kita telah bertindak asertif tanpa menjadi agresif dan tanpa menyerah. Respon ini, mengulangi menyatakan keputusan tadi dengan santai, sering disebut sebagai respon “kaset rusak” (Smith, 1975). Respon seperti ini akan menghentikan, bahkan orang yang paling manipulatif, tanpa menimbulkan rasa bersalah atau meningkatkan konflik.

1. Membingkai Kembali

Bingkai adalah “jalan pintas kognitif yang digunakan orang untuk membuat suatu informasi yang kompleks menjadi masuk akal” (Kaufman et al, 2003). Teknik pembingkaian kembali (reframing) yang dijelaskan oleh Kaufman dkk termasuk:

1. Fokus pada membangun komunikasi yang efektif untuk suatu kelompok/set tujuan yang terbatas.

2. Menguji validitas/keabsahan perspektif orang lain.3. Menentukan di mana kesamaan pandangan/tujuan. Mencari hal-hal yang samasamadisetujui

dan fokus pada hasil yang diinginkan dengan perspektif jangka panjang.4. Mengenali kesempatan untuk mencari solusi-solusi yang belum dieksplorasi/ dipikirkan lebih

mendalam dan kesempatan-kesempatan yang dapat saling ditawarkan (trade-off) atau kompromi-kompromi.

5. Terakhir, mengenali perbedaaan yang tidak bisa dijembatani dan pada saat yang bersamaan mencari tindakan yang masih bisa diambil untuk mengurangi konflik.

1. Mengabaikan Provokasi

Konflik interpersonal dapat memunculkan berbagai metode untuk “menang” dengan cara menghina atau mengintimidasi orang lain. Sebagai contoh, pasien yang marah atau merasa putus asa mungkin menyerang dengan serangan personal. Farmasis  yang merasa dikritik secara tidak adil mungkin merespon dengan sikap agresif atau sarkastik. Konflik interpersonal antara profesional-profesional di bidang kesehatan sering ditandai dengan perebutan kekuasaan dan otonomi (sering disebut “perang kartu kunci/turf battle”). Mengabaikan komentar yang bersifat mencela dari orang lain dan tetap fokus pada penyelesaian masalah dapat menjaga konflik agar tidak meningkat ke arah yang dapat merusak hubungan.

1. Merespon Kritik

Bagi sebagian orang, kritik benar-benar dapat membuat diri hancur karena kita biasanya memegang dua keyakinan irasional yang umum:

1. Bahwa kita harus disayangi atau diakui oleh semua orang yang kita kenal,2. Bahwa kita harus benarbenar kompeten/mampu dalam segala hal yang kita lakukan tanpa

pernah melakukan kesalahan. Karena standar perfeksionis seperti itu tidak mungkin dicapai, kita secara terus menerus menghadapi perasaan gagal atau tidak berguna. Pada beberapa kasus, kita mungkin mempunyai keinginan untuk “membalas dendam” dengan melakukan serangan balik terhadap orang yang memberikan kritik. Cara satu-satunya untuk meniadakan perasaan seperti itu dan untuk mulai mengatasi kritik dengan layak adalah dengan menantang kepercayaan irasional yang mendasarinya yang mengakibatkan kita takut tidak diakui oleh orang lain.

C.    Unsur-Unsur Asertif

Unsur-unsur dalam komunikasi asertif, antara lain:

a)      Terbuka dan jelas

Upayakan berkomunikasi secara jelas dan spesifik.

Misalnya: “saya kurang suka ini”, “Hm….saya menyukai rencana itu, hanya saja mungkin ada beberapa bagian yang bisa ditingkatkan (bahasa halus dari diperbaiki)”, “saya punya pendapat yang berbeda yaitu….”

b)      Langsung

Berbicara langsung dengan subyek yang bersangkutan, jangan membawa masalah ke orang lain yang tidak berhubungan.

c)      Jujur

Berkata jujur agar dapat dipercaya

d)      Tepat dalam bersikap

Pastikan memperhitungkan nilai sosial dalam berbicara.

e)      Tanyakan umpan balik

Menanyakan umpan balik menjadi bukti bahwa anda lebih mengutarakan pendapat daripada perintah.

Misalnya: “Apakah sudah jelas? Atau ada pertanyaan?”.

D.    Ciri-Ciri Asertif

Komunikasi asertif memiliki cirri-ciri, sebagai berikut:

1. Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain.2. Mendengarkan pendapat orang lain dan memahaminya.3. Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain.4. Mencari solusi bersama dan keputusan.5. Menghargai diri sendiri dan orang lain dan mampu mengatasi konflik.6. Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati.7. Mempertahankan hak diri

Sedangkan, Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.

2. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.

3. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.

4. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.

1. 5. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.

6. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak  menyenangkan dengan cara yang tepat.

1. 7. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.2. 8. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai

apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).

E.     Petunjuk Menjadi Asertif

Adapun petunjuk untuk menjadi asertif, sebagai berikut:

1. Bedakan dengan jelas apa saja yang menjadi hak Anda dan apa yang bukan hak Anda tetapi Anda menginginkannya.Ingat, orang yang asertif bukanlah orang yang suka merampas hak orang lain. Orang yang asertif bisa memenuhi keinginannya walaupun sebetulnya itu bukan haknya tanpa pemaksaan dan tindakan destruktif.

2. Berani mengungkapkan sesuatu yang mengganjal perasaan Anda. Misalnya tentang ketidakpuasan Anda. Dengan sikap asertif Anda bisa mengungkapkan ketidakpuasan itu dengan nada yang lebih bersahabat, bukan dengan nada penuh emosi.

3. Tunjukkan image yang positif, misalnya dengan bertutur kata dan bertingkah laku sopan. Dengan image positif ini Anda akan lebih mudah diterima dalam bersikap asertif.

4. Pandai membaca keadaan. Perilaku asertif dapat dinilai agresif jika ditunjukkan dalam kondisi yang salah. Maka jika ingin mengungkapkan sesuatu pastikan suasana dan kondisinya dalam keadaan tenang dan tidak dalam keadaan yang penuh emosi.

5. Dalam keadaan emosi jangan sekalipun mengungkapkan keinginan Anda, karena dikhawatirkan hasilnya tidak objektif karena dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat subyektif dan emosionil.

Sedangkan menurut Bourne, (1995), untu menjadi individu yang asertif dibutuhkan strategi, sebagai berikut

1. Evaluasi terhadap hak-hak pribadi.

Tentukan apa yang menjadi hak anda dalam situasi yang sedang dihadapi. Misalnya, Anda berhak membuat kesalahan dan mengubah pikiran anda.

1. Mengemukakan problem dan konsekuensinya kepada orang yang terlibat dalam konflik.

Jelaskan sudut pandang anda, bahkan meski sudah jelas sekalipun. Ini alan membuat orang lain lebih tahu posisi dan pandangan anda. Deskripsikan problem seobjektif mungkin tanpa menyalahkan atau menghakimi.

1. Mengekspresikan perasaan tentang situasi tertentu.

Ketika anda menyatakan perasaan anda, bahkan orang yang tidak setuju dengan anda sekalipun akan bisa mengerti perasaan anda tentang situasi itu. Ingat, gunakan pesan “aku” bukan pesan “kamu”.

1. Mengemukakan apa yang menjadi permintaan.

Ini adalah aspek penting dari bersikap asertif. Kemukakan keinginan anda atau yang tidak anda inginkan secara langsung.

F.     Formula Membangun Asertif

Ada tiga formula untuk membangun asertif sebagai sebuah pendekatan yang dapat dilakukan dalam mewujudkan sikap Assertivitas diri, yaitu:

1)      Appreciation.

Dengan cepat dan tanggap memberikan penghargaan dan rasa hormat terhadap kehadiran orang lain sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri mereka tanpa menunggu mereka untuk lebih dahulu memperhatikan, memahami, menghormati dan menghargai kita.

2)      Acceptance

Adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain

sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal ini, kita tidak memiliki tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang negatif) agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak memilih-milih orang dalam berhubungan, dengan tidak membatasi diri hanya pada keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku, agama, keturunan, dan latar belakang lainnya.

3)      Accomodating.

Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang kita jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri.

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Asertif dapat dipahami dengan baik bila membandingkan asertif dengan dua gaya dalam merespon suatu situasi, yaitu: pasif (tidak peduli) dan agresif (menyerang).

2. Terdapat beberapa teknik komunikasi atau strategi yang berguna dalam menanggapi situasi yang cenderung menjadi konflik. Diantaranya yaitu;memberikan umpan balik, meminta umpan balik dari orang lain, menentukan batasan, membuat permintaan, berlaku persisten, membingkai kembali, mengabaikan profokasi, dan merespon kritik.

3. Dalam komunikasi asertif dibutuhkan beberapa unsure, yaitu: terbuka dan jelas, langsung, jujur, tepat dalam bersikap, dan tanyakan umpan balik.

4. Komunikasi sertif memiliki ciri-ciriterbuka dan jujur, mau mendengarkan, memberi pendapat, mencari solusi, saling menghargai, menyatakan perasaan pribadi, dan mempertahankan hak pribadi.

5. Untuk mencapai perilaku asertif di butuhkan petunjuk, yaitu: evaluasi terhadap hak-hak pribadi, mengemukakan problem dan konsekuensi konflik,mengekspresikan perasaan tetntang situasi, dan mengemukakan apa yang menjadi permintaan.

6. Formula-formula yang mendukung terjadinya erilaku asertif, yaitu: appreciation,acceptance, dan accommodating.

B. SARAN

1. Perawat harus mampu menguasai teknik-teknik asertif agar komunikasi yang dihasilkan antara perawat dan klien lebih berkualitas.

2. Untuk menghindari konflik yang berkepanjangan, seorang perawat tidak boleh bersikap pasif maupun agresif tapi harus bersikap asertif.

DAFTAR PUSTAKA