24
A. Arti Dan Identifikasi Konsep Agama Tidak mudah bagi kita untuk menentukan pengertian agama, karena agama bersifat batiniah, subyektif, dan individualistis. Kalau kita membicarakan agama akan dipengaruhi oleh pandangan pribadi, juga dari pandangan agama yang kita anut. Untuk mendapatkan pengertian tentang agama, religi, dan din kita mengutip pendapat seperti: Bozman, bahwa agama dalam arti luas merupakan suatu penerimaan terhadap aturan-aturan dari pada kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Islam merupakan kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah SWT), berasal dari kata salama yang artinya patuh/ menerima. Berakar dari huruf sin, lam, mim (s-l-m). Kata dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak tercela dan tidak cacat. Dari perkataan salamat tersebut timbul ungkapan assalammu’alaikum yang mengandung doa dan harapan semoga anda selamat, damai, dan sejahtera yang telah membudaya dalam masyarakat Indonesia. Pengertian Islam sendiri dapat dipahami dari surat berikut: “Hai, orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan- syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208) 1

Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

  • Upload
    arti

  • View
    48

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

agama islam

Citation preview

Page 1: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

A. Arti Dan Identifikasi Konsep Agama

Tidak mudah bagi kita untuk menentukan pengertian agama, karena agama bersifat

batiniah, subyektif, dan individualistis. Kalau kita membicarakan agama akan

dipengaruhi oleh pandangan pribadi, juga dari pandangan agama yang kita anut.

Untuk mendapatkan pengertian tentang agama, religi, dan din kita mengutip pendapat

seperti: Bozman, bahwa agama dalam arti luas merupakan suatu penerimaan terhadap

aturan-aturan dari pada kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.            Islam

merupakan kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan

(kepada kehendak Allah SWT), berasal dari kata salama yang artinya patuh/

menerima. Berakar dari huruf sin, lam, mim (s-l-m). Kata dasarnya adalah salima

yang berarti sejahtera, tidak tercela dan tidak cacat. Dari perkataan salamat tersebut

timbul ungkapan assalammu’alaikum yang mengandung doa dan harapan semoga

anda selamat, damai, dan sejahtera yang telah membudaya dalam masyarakat

Indonesia. Pengertian Islam sendiri dapat dipahami dari surat berikut: “Hai, orang-

orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan),

dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan-syaitan

itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208)

            Sedangkan menurut Syekh Muhammad Naquib Al-Attas dalam

bukunya yang berjudul “Islam dan Filsafat Sains” menjelaskan definisi Islam adalah

penyerahan diri kepada Tuhan. Dari segi terminologis, Islam adalah cara hidup. Cara

bagaimana manusia perlu mengatur hidup mereka di atas dunia.

H. Moenawar Cholil lm bukunya “Definisi dan sendi agama” kata dien itu

masdar dari kata kerja “daana” yad i enu”. Menurut Jughat kata “dien mempunyai

arti :

1

Page 2: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

1. Cara atau adat kebiasaan

2. Peraturan

3. Nasihat

4. Agama dan lain-lain

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan :

1. Baik agama, religi, dan dien kesemuanya mempunyai pengertian yang sama.

2. Aktivitas dan kepercayaan agama, religi, dan dien mencakup masalah:

kepercayaan kepada Tuhan.

Agama bertitik tolak dari adanya suatu kepercayan terhadap suatu yang

lebih berkuasa, lebih agung, lebih mulia dari pada makhluk. Agama berhubungan

dengan masalah ketuhanan, dimana manusia yang mempercayainya harus

menyerahkan diri kepada-Nya, mengabdikan diri sepenuhnya karena manusia

mempercayainya, ada 4 ciri yang dapat kita kemukakan yaitu :

1. Adanya kepercayaan terhadap yang ghaib, kudus dan Maha Agung dan

pencipta alam semesta (Tuhan).

2. Melakukan hubungan dengan berbagai cara seperti dengan mengadakan

upacara ritual, pemujaan, pengabdian dan do'a.

3. Adanya suatu ajaran (doktrin) yang harus dijalankan oleh setiap penganutnya.

4. Ajaran Islam ada Rasul dan kitab suci yang merupakan ciri khas daripada

agama.

5. Agama tidak hanya untuk agama, melainkan untuk diterapkan dalam

kehidupan dengan segala aspeknya.

B. Manusia Dan Agamanya

Kebanyakan pemikiran modern melihat agama merupakan sekumpulan

doktrin yang dilegatimasi oleh “prasangka-prasangka” manusia di luar

rasionalitas. Sementara ilmu pengetahuan yang mengedepankan rasionalitas

sangat keras menolak doktrin. Semakin rasional seseorang semakin menjauh dien

dari ritual agama, sebaliknya manusia yang kurang tersentuh rasionalitas, dengan

2

Page 3: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

sendirinya akan kuat meyakini ajaran agama. Karena modernitas tidak selalu

memberi perbaikan bagi kondisi umat manusia, tak mampu mengatasi berbagai

problem dan bahkan hanya memberikan kontribusi positif bagi kelas yang

dominan. Mereka yang pinggirkan mengalami marginalisasi/leterasingan dari

kemajuan zaman.

Agama sebagai salah satu ajaran yang memberi tuntunan hidup banyak

dijadikan pilihan. Karena ada indikasi dalam agama terdapat banyak nilai yang

bisa dimanfaatkan manusia ketimbang ideologi. Orang juga lebih leluasa

memeluk agama dan merasakan nilai-nilai positifnya tanpa harus capek-capek

menggunakan potensi akalnya untuk berfikir. Agama memberi tempat bagi

semua. Agama juga fenomena sosia; agama tidak hanya ritual tapi juga fenomena

di luar kategori pengetahuan akademis. Psikologi agama merupakan salah satu

cara bagaimana melihat praktek keagamaan. Sebagai gejala psikologi, agama

rupanya cukup memberi pengertian tentang perlu atau tidaknya manusia

beragama ketika agama tak sanggup lagi memberi pedoman bagi masa depan

kehidupan manusia, bisa saja kita terinspirasi menciptakan agama

baru/melakukan eksperimen baru sebagai jalan keluar dari berbagai problem yang

menghimpit kehidupan.

C. Pengertian Studi (Agama) Islam

Secara teetimologi merupakan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Dalam

kajian Islam di Barat disebut Islamic Studies secara harfiyah adalah kajian tentang

hal-hal yang berkaitan dengan keislaman. Secara terminologis adalah kajian

secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memakai dan menganalisis

secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok

ajaran Islam, sejarah Islam maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan.

Islam pada hakikatnya membawa ajaran yang bukan hanya mengenai berbagai

segi dari kehidupan manusia. sumber ajaran yang mengambil berbagai aspek ialah

Al-Qur'an dan Hadits. Kedua sumber ini sebagai pijakan dan pegangan dalam

3

Page 4: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

mengakses wacana pemikiran dan membumikan praktik penghambaan kepada

Tuhan, baik bersifat teologis maupun humanistis.

Islam secara harfiyah berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti

selamat, sentosa dan damai. Arti pokok Islam adalah ketundukan, keselamatan

dan kedamaian. Maka studi Islam diarahkan pada kajian keislaman yang

mengarah pada 3 hal :

1. Islam yang bermuara pada ketundukan/berserah diri, berserah diri artinya

pengakuan yang tulus bahwa Tuhan satu-satunya sumber otoritas yang serba

mutlak. Keadaan ini membawa timbulnya pemahaman terhadap orang yang

tidak patuh dan tunduk sebagai wujud dari penolakan terhadap fitrah dirinya

sendiri.

2. Islam dapat dimaknai yang mengarah kepada keselamatan dunia dan akhirat

sebab ajaran Islam pada hakekatnya membina dan membimbing manusia

untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan dalam kehidupan di

dunia termasuk kehidupan akhirat.

3. Islam bermuara pada kedamaian manusia harus hidup berdampingan dengan

makhluk hidup yang lain bahkan berdampingan dengan alam raya. Dengan

demikian kedamaian harus dilakukan secara utuh dan multi dimensi.

Dari 3 dimensi di atas studi Islam mencerminkan gagasan tentang pemikiran

dan praktis yang bernuasan pada kedudukan pada Tuhan, selamat di dunia

dakhirat dan berdamai dengan makhluk lain. Dengan demikian studi Islam tidak

hanya bermuara pada wacana pemikiran tetapi juga pada praktis kehidupan yang

berdasarkan pada perilaku baik dan benar dalam kehidupan.

D. Asal-Usul Dan Pertumbuhan Studi Islam

Pendidikan Islam di Indonesia tidak pernah lepas dari semangat

penyebaran Islam yang dilakukan secara intensif oleh para pendahulu dalam

kerangka perpaduan antara konteks keindonesiaan dengan keislaman. Pada

awalnya pendidikan Islam, dalam bentuk halaqah-halaqah, kemudian bentuk

4

Page 5: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

madrasah. Selain pesantren pendidikan Islam di Indonesia diharapkan pada

tantangan semakin berkembangnya model-model pendidikan. Pertumbuhan minat

untuk memahami Islam lebih sebagai tradisi keagamaan yang hidup, yang

historis. Ketimbang “kumpulan tatanan doktrin” yang terdapat dalam Al-Qur'an

dan Hadits. Studi Islam kontenporer di Barat, berusaha keras menampilkan citra

yang lebih adil dengan mengandalkan berbagai pendekatan dan metode yang

lebih canggih dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan.

Islam tidaklah dijadikan semata-mata sebagai obyek studi ilmiah yang

secara leluasa ditundukkan pada prinsip yang berlaku di dunia keilmuwan, tapi

diletakkan sesuai dengan kedudukannya sebagai doktrin yang kebenarannya

diyakini. Tak heran jika dekade 80-an dan 90-an terjadi perubahan besar dalam

paradigma Islam. kecenderungan pertama, terjadinya pergeseran dari kajian Islam

yang bersifat normatif. Kepada yang lebih historis, sosiologis dan empiris. Kedua

orientasi keilmuwan yang lebih luas kendatipun orientasi studi Islam di Indonesia

lebih cenderung ke Barat, studi di Timur tengah tetap memiliki nilai penting,

terutama dalam memahami aspek doktrinal yang menjadi basis ilmu pengetahuan

dalam Islam.

Jika dipadukan menjadi satu model pendidikan Islam, kiranya dapat

menjawab kekurangan masing-masing orientasi, yakni menguasai khazanah

intelektual Islam yang paling dasar dan otentik juga menguasai metodologi yang

dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi di tengah-tengah

masyarakat.

 

b. Karakteristik Agama Islam

1 .Islam  Agama yang Sempurna

5

Page 6: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

            Islam dikenal sebagai agama yang sempurna berarti sempurna dalam

mengatur segala bidang termasuk di dalamnya hablumminallah (hubungan manusia

dengan Allah SWT), hablumminannas (hubungan manusia dengan sesama manusia),

dan hablumminalalam (hubungan manusia dengan alam sekitarnya). Tak luput pula

Islam pun turut mengatur segala aspek, mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar

dalam kehidupan sehari-hari sebagai contoh rukun-rukun serta doa-doa di setiap

melakukan aktivitas seperti saat ingin makan, istinja, thaharah, dsb yang mana tidak

ada agama lain yang mengatur hal tersebut selain Islam .

2 .Islam sebagai Agama Tauhid (Tauhidullah) 

            Sementara itu sejak diturunkan, Islam mendasarkan dirinya pada

pemusatan perhatian kepada Tuhan. Ia didasarkan pada tauhid (ke-esaan Tuhan).

Kata tauhid adalah konsep dalam Islam yang mempertegas keesaan Allah, atau

mengakui bahwa tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dzat, Sifat, dan Asma

Allah. Tauhid dapat dipecah dalam 3 aspek yakni bertauhid dalam kekuasaan Tuhan

(rububiyyah), ibadah (uluhiyyah) dan dalam nama dan sifat Allah (Asma wa Sifat).

 

a. Rububiyyah

            Rububiyah memiliki arti mempercayai dan mengakui bahwa hanya

Allah dengan menggunakan nama Rabb satu-satunya yang memiliki serta memelihara

seluruh Alam Semesta. Hal ini termaktub dalam Al Quran surat Az Zumar ayat 62:

“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu”.

6

Page 7: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

b. Uluhiyyah/Ibadah

            Memiliki pengertian bahwa hanya kepada Allah setiap ibadah

dialamatkan, dan hanya Allah semata yang layak disembah. Hal ini pun tercantum

dalam doa iftitah yang biasa kita baca sehari-hari dalam sholat “inna sholati wa

nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi robbil ‘aalamin.. Sesungguhhnya sholatku,

ibadahku, dan matiku hanyalah  untuk Allah Tuhan Semesta Alam..” Jadi, tauhid

rububiyah adalah bukti wajibnya tauhid uluhiyyah.

3. Asma was Sifat

            Memiliki pengertian bahwa sesuai nama dan sifat (karakteristik) Allah

yang tercantum dalam Asmaul Husna yang disebutkan baik oleh Al Qur'an maupun

diriwayatkan oleh Rasulullah SAW adalah hanya berhak disandang oleh Allah itu

sendiri dan kita wajib untuk meyakininya .

Tauhid Bukan Monoteisme  

            Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT sudah selayaknya kita hanya

mengimani keesaan Allah semata. Dan jangan sampai kita menyalahartikan kata

tauhid dengan kata monoteisme (menyembah satu Tuhan). Ketua Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia (DDII) Adian Husaini mengatakan bahwa banyak buku yang

ditulis akademisi Muslim menjadikan Islam sebagai agama monoteisme. Islam

bukanlah agama monoteisme. Menurutnya, Islam adalah agama wahyu. Karena itu, ia

berbeda dengan agama-agama lain yang mengklaim sebagai agama monoteisme.

Islam berdasarkan tauhid, dan tauhid bukan monoteisme. Kalau tauhid hanya Allah

7

Page 8: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

Swt yang diesakan. Berbeda dengan monoteisme yang mengesakan siapa saja,

termasuk mengesakan batu atau Fir’aun .

Dalil Al Qur'an Tentang Keutamaan & Keagungan Tauhid

            Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: "Dan sesungguhnya Kami

telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah

(saja), dan jauhilah Thaghut itu." (QS An Nahl: 36)

3 .Islam sebagai Agama Rahmatan Lil’alamin

            Salah satu karakteristik agama Islam yang lain adalah Islam agama

rahmatan lil’alamin. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Anbiya ayat 107: “Dan

tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”.

Maknanya ialah bahwa kehadiran Islam di dunia membawa rahmat, keberkahan,

kedamaian, dan keadilan bagi seluruh manusia di bumi. Ciri-ciri Islam sebagai

rahmatan lil’alamin adalah:

1. Orang lain ikut menikmatinya. Menikmati kebenarannya dan kebaikannya walaupun mereka nonmuslim dari aspek dan juga dari perilaku pengikutnya yang santun, simpatik, hormat, dsb.

2. Orang lain merasakan faedahnya. Kemajuan yang diraih umat Islam terasa manfaatnya oleh orang nonmuslim. Misalnya, dunia ilmu pengetahuan kini memakai angka 0-9.

3. Orang lain terangkat martabatnya. Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi kebenaran turut mengangkat

8

Page 9: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

martabat orang-orang yang berada di sekitarnya. Misalnya dalam kisah Bilal bin Rabbah, budak hitam yang diperjualbelikan oleh kaum kafir Quraisy kemudian menjadi orang penting Rasulullah SAW setelah ia masuk Islam.

4. Siapapun sangat membutuhkannya. Islam tidak eksklusif hanya diperuntukkan untuk umat Islam sendiri tapi seluruh manusia di muka bumi.

5. Tak satu pun orang yang merasa tidak terbantu olehnya. Keagungan Islam yang membawa kebaikan turut membantu siapa saja. Misalnya pada masa The Golden Age. Perkembangan IPTEK seperti matematika, fisika, kimia, kedokteran, astronomi, dll, yang kini lebih maju di Barat berasal dari kemajuan yang dicapai oleh dunia Islam.

4. Islam sebagai Agama yang  mengajarkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

            Karakteristik agama Islam yang terakhir adalah amar ma’ruf nahi

munkar yang memiliki arti menyuruh kepada perbuatan yang baik dan mencegah dari

perbuatan yang buruk. Allah SWT berfirman: “Kamu adalah umat yang terbaik yang

dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang

munkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali-Imran: 110)

Asal-Usul dan Perkembangan Agama Islam

Kelahiran agama Islam adalah tanggal 17 Ramadhan X tahun gajah,

bertepatan dengan tanggal 6 Agustus  610 M. Disampaikan oleh malaikat Jibril

kepada Nabi Muhammad sebgai utusan Allah. Islam sebagai agama memiliki banyak

keutamaan dibandingkan dengan agama-agama sebelumnya dan keutamaan itulah

9

Page 10: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

yang menjadi factor berkembangnya Islam. Sebagai agama terakhir Islam mampu

untuk melakukan sintesa, intregasi dan penyerapan atas semua peradaban yang telah

ada sebelumnya, yang memiliki berbagai persamaan dengan Islam. Islam muncul di

jazirah Arab pada kurun ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad mendapat wahyu dari

Allah SWT. Setelah kematian Rasulullah, kerajaan Islam berkembang sejauh

Samudera Atlantik di Barat dan Asia Tengah di Timur. Lama-kelamaan umat Islam

berpecah dan terdapat banyak kerajaan-kerajaan Islam lain yang muncul. Namun

demikian, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, kerjaan

Abbasiyyah, kerajaan Turki Seljuk, Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal

India, dan Kesultanan Malaka telah menjadi kerajaan yang terkuat dan terbesar di

dunia.

Islam berkembang dengan pesat. Hampir sebagian besar dari bumi ini menjadi

daerah kekuasaan Islam pada masa kejayaan dinasti-dinasti Islam. Wilayah tersebut

membentang dari sebelah barat dan di sebelah timur sampai Cina. Tapi jika dari

pengaruh secara agama, Islam benar-benar mencapai seluruh pelosok dunia. Agama

yang dibawa oleh Nabi Muhammad dari kota kecil bernama Mekkah ini, benar-benar

menjadi rahmatan lil Alamin pada akhirnya.

A.                     Pengertian Agama

Agama pada umumnya ialah:[1]

               Tata keimanan atau keyakinan atas adanya sesuatu yang Mutlak di luar manusia.

               Tata peribadahan manusia kepada yang dianggapnya mutlak.

               Tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainya,

sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas.

Agama dalam bahasa Arab berarti “Addin” yang artinya kepatuhan, kekuasaan,

atau kecenderungan. Agama bias juga berasal dari gabungan “a” yang artinya tidak

10

Page 11: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

dan “gama” artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau. Agama juga merupakam

terjemahan dari bahasa Inggris, “religion” atau religi yang artinya kepercayaan dan

penyembahan Tuhan.[2]

Agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya

makna dari keberadaanya sendiri dan keberadaan alam semesta .

H. Moenawar Chalil, mendefinisikan agama adalah cara atau adat kebiasaan,

peraturan, undang-undang, taat atau patuh, menunggalkan ketuhanan, pembalasan,

perhitungan, hari kiamat, nasihat, sedangkan Prof. Dr. M. Driyarkarsa S.J

mendifinisikan agama dengan mengganti istilah agama dengan religi, religi adalah

ikatan atau pengikatan diri.[3]

Dilihat dari aspek duniawinya, atau lebih tepat dalam kehidupan masyarakat,

agama merupakan sumber nilai dan kekuatan mobilisasi yang sering menimbulkan

konflik dalam sejarah umat manusia.

Selanjutnya, karena banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan oleh

para Ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa agama dapat diberi definisi sebagai

berikut:[4]

                Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus

dipatuhi.

                Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.

                Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu

sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan

manusia.

                Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.

                Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.

                Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada

suatu kekuatan gaib.

                Pemujaan kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut

terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.

                Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rosul.

11

Page 12: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

Jadi, agama adalah suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang mutlak, yang dimana keyakinan tersebut dianggap yang paling benar

B.                       Latar Belakang Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Secara alamiah, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar

dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan

berbagai bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba

maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan

bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya. Adapun latar

belakang manusia membutuhkan agama:[5]

1.             Latar belakang fitrah manusia

Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan ditegaskan dalam ajaran

islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia.

Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi beragama, maka kedua orang

tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi Islam, Kristen, Hindu, maupun

Budha.

Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi agama yaitu pada

manusia primitif yang tidak pernah mendapat informasi mengenai Tuhan, ternyata

mereka mempercayai adanya Tuhan, meskipun yang mereka percayai itu terbatas

pada khayalan.

Dalam diri manusia sudah terdapat potensi beragama, potensi beragama ini

memerlukan pembinaan, pengarahan, dan pengembangan dengan cara mengenalkan

agama kepadanya.

2.             Kelemahan dan kekurangan manusia

Disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan manusia juga memiliki

kekurangan. Dalam pandangan Al-Qur’an, manusia diciptakan oleh Allah dalam

keadaan sempurna, namun diperoleh pula manusia berpotensi positif dan negatif,

sedangkan daya tarik keburukan lebih kuat dari pada kebaikan .

12

Page 13: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

Sifat-sifat keburukan yang ada pada manusia antara lain sombong, inkar, iri,

dan lain sebagainya, Karena itu manusia dituntut untuk menjaga kesuciaannya, hal

yang dapat dilakukan untuk menjaga kesuciannya dengan cara mendekatkan diri pada

Tuhan dengan bimbingan agama dan disinilah letak kebutuhan manusia terhadap

agama.

3.             Tantangan Manusia

Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik

yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan

hawa nafsu dan bisikan setan, sedangkan tantangan dari luar berupa rekayasa dan

upaya-upaya yang dilakukan manusia dengan sengaja ingin memalingkan manusia

dari Tuhan.

Upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka

agar taat menjalankan agama. Jadi upaya mengagamakan masyarakat menjadi sangat

penting, agar masyarakat mampu menghadapi tantangan baik dari luar maupun dari

dalam.

2.4       Mengapa Manusia Butuh Agama?            Pertanyaan ini bagi kita umumnya mungkin hampir tidak pernah terpikirkan

karena kita memang hidup di lingkungan yang beragama. Pada umumnya kita beragama secara keturunan dan otomatis kita mengikuti agama orang tua kita. Selanjutnya kita kemudian mendapat pendidikan yang memperkuat keberagamaan kita dan setelah dewasa terkadang kita mencari kebenaran dari agama yang kita anut

sejak kecil tersebut.Melalui sejumlah kajian maka para pemikir dan ulama mencoba menjawab

pertanyaan di atas dan jawaban atas pertanyaan tersebut adalah: 1. Manusia secara naluri dan fitrahnya memang sangat membutuhkan agama.

Manusia pada dasarnya membutuhkan agama karena hal ini yang membedakan manusia dengan mahluk lain seperti hewan. Dalam beberapa hal, ada kesamaan antara manusia dengan hewan, yaitu sama-sama sebagai mahluk Tuhan sama-sama

13

Page 14: Asal-usul Agama & Agama Bagi Kebutuhan Manusia

mempunyai keinginan-keinginan biologis dan sama-sama mempunyai perasaan takut, sedih, dan gembira dan lain-lain. Manusia merupakan mahluk yang unik dan istimewa. Secara fisik manusia lebih lemah dibandingkan dengan hewan tetapi manusia mempunyai jiwa dan akal yang dapat membedakan baik dan buruk, benar

dan salah dan lain sebagainya.2. Manusia tidak mempunyai jawaban yang pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta.

Banyak sekali kejadian-kejadian di alam yang tidak dapat di kaji dengan menggunakan akal manusia. Oleh karena itu, muncul teori tentang ada hal yang lebih

diatas segalanya.3. Manusia sangat membutuhkan pedoman untuk mengatur kehidupan di dunia dan mempersiapkan dirinya untuk kehidupan di akhirat.

Manusia sebagai mahluk individu sekaligus sebagai mahluk sosial sangat memerlukan aturan dalam seluruh aspek kehidupannya. Mulai dari menyalurkan kebutuhan yang paling dasar sampai memenuhi kebutuhannnya yang primer, sekunder dan tersier. Semua aspek kehidupan ada aturannya apalagi untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Ilmuwan barat di antaranya Schumacher menyatakan bahwa materialisme sudah mati, manusia sekarang mencari spiritualisme sehingga menurut hemat kita pencarían dan kembalinya manusia terhadap agama merupakan jawaban

yang tepat.[13]Sumber lain mengatakan bahwa ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu

sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah: 1. Karena agama merupakan sumber moral.

2. Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.

3. Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.

4. Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.

5. Karena manusia memiliki kelemahan dan ketidak berdayaan.[14]

14