Artikel (Pengaruh Strategi Pembelajaran ....)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pembelajaran, Pendidikan

Citation preview

23PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN (KOOPERATIF GI VS INKUIRI) DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP PRESTASI BELAJARSISWA MA DI LINGKUNGAN YPHPPD NW PANCORKABUPATEN LOMBOK TIMUROleh:Tsamarul Hizbi (E-mail: [email protected])(Dosen Program Studi Pendidikan Fisika STKIP Hamzanwadi Selong) ABSTRAKPenelitian ini akan dilakukan pada Madrasah Aliyah (MA) lingkungan Yayasan Pendidikan Hamzanwadi Pondok Pesanteran Darunnahdlatain (YPHPPD) Nahdlatul Wathan (NW) Pancor kabupaten Lombok Timur, bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh strategi kooperatif GI dan inkuiri terhadap prestasi belajar siswa, (2) Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, (3) Interaksi antara strategi kooperatif GI dan inkuiri dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (4) Untuk strategi kooperatif GI: Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, (5) Untuk strategi inkuiri: Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, (6) Untuk sikap ilmiah tinggi: Pengaruh strategi kooperatif GI dan inkuiri terhadap prestasi belajar siswa, (7) Untuk sikap ilmiah rendah: Pengaruh strategi kooperatif GI dan inkuiri terhadap prestasi belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan analisis variansi faktorial design 2x2. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X di MA selingkungan YPHPPD NW Pancor tahun pembelajaran 2015/2016, dan sampel akan diambil dengan teknik cluster random sampling. Data dalam penelitian ini ada dua yaitu data prestasi belajar yang akan diambil menggunakan tes obyektif pilihan ganda dan data sikap ilmiah siswa yang akan diambil menggunakan angket sikap skala likert. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis normalitasnya dengan persamaan Lillifors dan kolmogogorof smirnov dan homogenitas data dengan persamaan Bartleth dan Levens test, setelah memenuhi persyaratan analisis kemudian akan diuji hipotesisnya menggunakan analisis variansi dua jalur 2x2 dengan bantuan program komputer SPSS versi 16.Kata kunci: Strategi, kooperatif GI, Inkuiri, Sikap ilmiah dan Prestasi belajar.INFLUENCE OF STRATEGY STUDY (CO-OPERATIVE of GI VS INKUIRI) AND SCIENTIFIC ATTITUDE TO ACHIEVEMENT LEARN STUDENTof MA [IN] ENVIRONMENT of YPHPPD NW PANCORKABUPATEN LOMBOK TIMURBy:Tsamarul Hizbi (E-mail: [email protected])( Lecturer Program Study Education Of Physics of STKIP Hamzanwadi Selong)ABSTRACTIONThis Research will be [done/conducted] [by] [at] Madrasah Aliyah (MA) Environmental [of] Institution Education of Loud Maisonette hamzanwadi [of] Darunnahdlatain (YPHPPD) Nahdlatul Wathan (NW) Pancor Lombok Timur sub-province, aim to to know: (1) Influence of co-operative strategy of GI and of inkuiri to achievement learn student, (2) Influence of low and high erudite attitude to achievement learn student, (3) Interaction [among/between] co-operative strategy of GI and of inkuiri with erudite attitude to achievement learn student, (4) For the strategy of co-operative of GI: Influence of low and high erudite attitude to achievement learn student, (5) For the strategy of inkuiri: Influence of low and high erudite attitude to achievement learn student, (6) For high erudite attitude: Influence of co-operative strategy of GI and of inkuiri to achievement learn student, (7) For erudite attitude lower: Influence of co-operative strategy of GI and of inkuiri to achievement learn student. Method which [is] used in this research [is] experiment method with analysis of variansi factorial [of] design 2x2. Population in this research [is] all class student of X [in] MA YPHPPD NW Pancor study year selingkungan 2015 / 2016, and sampel will be taken with technique of cluster sampling random. Data in this research there [is] two that is achievement data learn to be taken to use objective tes [of] double helix and erudite attitude data [of] student to be taken to use scale attitude enquette of likert. obtained data later;then will be analysed its its[his] with equation of Lillifors and of kolmogogorof data homogeneity and smirnov with equation of Bartleth and of Levens test, after fulfilling conditions of analysis later;then will test [by] its hypothesis use analysis of variansi two band 2x2 constructively computer program of SPSS version 16 Keyword: Strategy Co-Operative of GI, Inkuiri, Erudite Attitude, Achievement learn.PENDAHULUANPendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu mengelola sumber daya alam dan memberi layanan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hampir semua bangsa berusaha meningkatkan kualitas pendidikan yang dimilikinya, termasuk Indonesia. Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Agar bangsa Indonesia memiliki karakter yang kuat, peradaban yang bermartabat, dan kemampuan bersaing dengan bangsa lain, maka mutu pendidikan harus terus ditingkatkan. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah banyak melakukan perbaikan dan reorientasi kurikulum. Usaha ini tentu tidak akan berarti jika tidak didukung oleh guru-guru yang handal dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu, profesionalisme guru harus ditegakkan dengan cara pemenuhan syarat-syarat kompetensi yang harus dikuasai oleh setiap guru, baik di bidang penguasaan keahlian materi keilmuan maupun metodologinya. Peters dalam Mulyasa (2006:190) menyatakan bahwa Proses dan hasil belajar peserta didik bergantung kepada kompetensi guru dan ketrampilan mengajar. Guru mempunyai peran penting dalam meningkatkan proses dan hasil belajar, sehingga guru harus berusaha meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian maupun profesional. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal, maka guru dituntut mempunyai ketrampilan dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan materi pelajaran serta daya dukung sarana pembelajaran. Ada beberapa hal yang mempengaruhi guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Pertama, adalah berkaitan dengan kemampuan guru atau penguasaannya terhadap teori, metode, dan praktik pembelajaran. Kedua, berkaitan dengan motivasi dan kreativitas guru. Ketiga, terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Dari ketiga hal tersebut, faktor pertama dan kedua merupakan prasyarat yang utama. Tanpa kemampuan, motivasi, dan kreativitas, guru akan cenderung mengajar secara tradisional, yaitu hanya menyampaikan materi yang ada pada buku pelajaran dengan metode ceramah. Madrasah Aliyah (MA) di lingkungan Yayasan Pendidikan Hamzanwadi Pondok Pesantren Darunnahdlatain (YPHPPD) Nahdlatul Wathan (NW) Pancor Kabupaten Lombok Timur telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak tahun pelajaran 2007/2008. Seperti kebanyakan sekolah penyelenggara KTSP, keterlaksanaan kurikulum di sekolah ini baru pada tahap pengadaan dokumen KTSP saja, sedangkan sistem pembelajarannya masih belum memenuhi kreteria tuntutan kurikulum. Kegiatan pembelajarannya masih menggunakan pendekatan konvensional yang didominasi oleh metode ceramah. Atau dengan kata lain, kegiatan pembelajaran yang disajikan kurang berkualitas. Sebagai dampak dari kegiatan pembelajaran yang kurang berkualitas, maka prestasi belajar siswa pada materi Suhu dan Kalor masih tergolong rendah. Ada dua faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar fisika di MA di lingkungan YPHPPD NW Pancor, yaitu faktor internal dan eksternal siswa. Faktor internal siswa yang belum mendapatkan perhatian guru diantaranya: minat dan motivasi belajar, kreativitas, dan sikap ilmiah siswa. Sedangkan faktor eksternal yang belum mendapatkan perhatian guru adalah pemilihan model, pendekatan, strategi, metode, dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pembelajaran. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, proses pembelajaran fisika di MA selingkungan YPHPPD NW Pancor masih cenderung berpusat pada keaktifan guru (teacher centered) yang seharusnya dialihkan pada keaktifan siswa (student centered). Agar aktivitas siswa muncul dalam kegiatan pembelajaran, maka guru harus mampu menampilkan kegiatan pembelajaran yang menarik dan menantang. Sugiyanto (2007:4) menyatakan bahwa Profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuannya, tetapi lebih pada kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Jadi, guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran sehingga siswanya berminat dan termotivasi untuk belajar. Masih dari pengamatan di lapangan, peneliti melihat adanya karakter pembelajaran fisika yang cenderung berorientasi pada tes dan ujian, sehingga guru cenderung hanya menyampaikan fisika sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual, kemudian diperbanyak dengan latihan soal. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru cenderung berorientasi pada hasil belajar dan mengabaikan evaluasi proses pembelajaran. Akibatnya, kinerja dan sikap ilmiah siswa kurang mendapat perhatian guru. Guru Fisika MA di lingkungan YPHPPD NW Pancor menjelaskan bahwa dalam kegiatan pembelajaran fisika masih jarang menggunakan strategi kooperatif dan inkuiri di kelas atau laboratorium. Kegiatan pembelajarannya lebih sering diselenggarakan di kelas dengan metode ceramah. Akibatnya, siswa cenderung lebih banyak mendapatkan pengalaman belajar kognitif, sedang pengalaman belajar afektif, dan psikomotoriknya sangat rendah. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, guru dituntut mempunyai kompetensi dan ketrampilan yang memadai dalam menjalankan tugas pokoknya, yaitu merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil pembelajaran. Yang termasuk ketrampilan dalam merencanakan pembelajaran, diantaranya adalah memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materi pelajaran yang akan disampaikan. Beberapa strategi pembelajaran yang memenuhi karakteristik fisika di antaranya adalah strategi pembelajaran konstruktivisme atau generative, strategi pembelajaran berbasis masalah, strategi pembelajaran kooperatif, dan strategi pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran kooperatif tipe GI dan inkuiri belum pernah diterapkan di MA lingkungan YPHPPD NW Pancor. Ditinjau dari hakekat sains yang mencakup konsep, proses, produk, dan sikap ilmiah, maka investigation group dan penemuan sendiri dalam pembelajaran sains adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan, sebab sains berkembang pesat melalui aktivitas proses ilmiah termasuk di dalamnya jujur dalam investigation group dan obyektif dalam proses menemukan konsep fisika. Dengan demikian, materi fisika tidak hanya disampaikan dalam bentuk produk yang berupa fakta-fakta, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori, tetapi pembelajaran fisika juga harus memperhatikan proses untuk mendapatkan pengetahuan dan diharapkan dapat mengembangkan sikap jujur, obyektif, tekun, teliti, dan terbuka. Strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Fisika diantaranya adalah kooperatif tipe GI (group investigation) dan inkuiri. Penerapan strategi kooperatif GI dan inkuiri dapat membantu siswa untuk menemukan dan memahami konsep fisika sebagai produk IPA melalui penemuan sendiri dan investigation group dalam proses pembelajaran fisika di sekolah/madrasah. Strategi kooperatif tipe GI dan inkuiri mempunyai kaitan erat dengan sikap ilmiah siswa. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus dikembangkan pada diri siswa. Sikap ilmiah meliputi: sikap jujur, obyektif, rasa ingin tahu yang tinggi, sikap terbuka, ulet dan tidak mudah putus asa, kritis terhadap pernyataan ilmiah, dan dapat bekerja sama dengan orang lain. Kenyataan di lapangan, sikap ilmiah siswa masih sangat bervariasi. Atas dasar uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul Pengaruh Strategi Pembelajaran (Kooperatif GI vs Inkuiri) dan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar Siswa MA di Lingkungan YPHPPD NW Pancor Kabupaten Lombok TimurDari uraian latar belakang masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh strategi kooperatif GI dan inkuiri terhadap prestasi belajar siswa, (2) Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, (3) Interaksi antara strategi kooperatif GI dan inkuiri dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (4) Untuk strategi kooperatif GI: Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, (5) Untuk strategi inkuiri: Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, (6) Untuk sikap ilmiah tinggi: Pengaruh strategi kooperatif GI dan inkuiri terhadap prestasi belajar siswa, (7) Untuk sikap ilmiah rendah: Pengaruh strategi kooperatif GI dan inkuiri terhadap prestasi belajar siswa.KAJIAN TEORETISPrestasi belajar menurut Saifudin Azwar (1998:13) adalah Hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.. Sedangkan Nana Sudjana (1995:22) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah : beragam kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dan Reigeluth (1983: 20) menyatakan bahwa achievement learn is : " as result of effort or someone action after performing a effort learn. (prestasi belajar adalah : sebagai hasil usaha atau tindakan seseorang setelah mengadakan usaha belajar). Pada kamus besar bahasa Indonesia yang dikeluarkan departemen pendidikan dan kebudayaan (1973:700) bahwa, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Nilai dari hasil tes yang dilakukan guru dapat digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa terhadap penguasaan kompetensi, sehingga dapat dinyatakan prestasi siswa baik atau tidak, tuntas atau tidak. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil aktivitas terbaik yang dilakukan dalam memperoleh pengetahuan atau keterampilan baik secara individu maupun kelompok pada mata pelajaran tertentu, yang memenuhi unsur kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar adalah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang terjadinya karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan. Tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri (faktor internal) maupun faktor yang berada di luar individu (faktor eksternal). Faktor-faktor internal meliputi : (1) faktor fisiologis, dan (2) faktor psikologis, yang terdiri atas kecerdasan atau inteligensi siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Sedangkan faktor eksternal berupa lingkungan sosial yang meliputi: (1) lingkungan sosial keluarga yang mencakup cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan, (2) lingkungan sosial sekolah yang mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, metode belajar, dan tugas rumah, dan (3) lingkungan sosial masyarakat yang mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat (Baharuddin, 2008:19-28 dan Slameto, 2003:54-72). Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2006:132), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga, yaitu: (1) faktor internal siswa, yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa yang berupa aspek pisiologis dan aspek psikologis, aspek psikologis ini berupa sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi siswa dan intelegensi siswa yaitu kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan leingkungan dengan cara yang tepat; (2) faktor eksternal siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa yang berupa lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial; (3) faktor pendekatan belajar, yakni upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran, dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu pendekatan tinggi (speculative dan achieving), pendekatan sedang (analitical dan deep), pendekatan rendah (reproductive dan surface). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi belajar berupa keadaan jasmani, intelegensi, sikap, bakat, minat, perhatian, kematangan, dan motivasi siswa. Sedangkan faktor eksternal berupa faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi orang tua, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi metode pembelajaran, kurikulum, hubungan guru dan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standard pelajaran, keadaan gedung, dan tugas rumah. Sedangkan faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Di dalam penelitian ini faktor internal yang perlu diperhatikan sebagai variable moderator adalah sikap ilmiah dan minat belajar fisika. Sedangkan faktor eksternal yang yang digunakan sebagai perlakuan (variable bebas) adalah model pembelajaran berbasis observasi gejala fisis melalui metode metode eksperimen dan inkuiri terbimbing. Pada Rancangan Penilaian Hasil Belajar, Depdiknas (2008:3), dijelaskan bahwa Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Jadi, penilaian adalah suatu kegiatan yang merupakan bagian integral dari proses pembelajaran yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan untuk mengetahui pretasi belajar siswa. Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Berkaitan dengan prestasi belajar ini, Bloom membagi kawasan belajar menjadi tiga ranah yaitu: (1) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor. 1) Ranah Kognitif (cognitive domain). Meliputi enam tingkatan yait: (1) Pengetahuan (knowledge), berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip dalam bentuk yang dipelajari. (2) Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa menghubungkan dengan isi pelajaran lainnya. (3) Penerapan (Application), mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. (4) Analisis (analysis), mencakup kertramplian untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dianalisa dengan baik. (5) Sintesis (synthesis), mencakup kemampuan untuk membentuk satu kesatuan isi pola baru. (6) Evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasarkan kriteria tertentu. (2) Ranah Afektif (afective domain). Meliputi lima tingkatan yaitu : (1) Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu. Pada peringkat receiving atau attending ini, siswa memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, materi pelajaran tertentu , buku dan sebagainya. Tugas guru adalah mengarahkan perhatian siswa pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. (2) Partisipasi (responding), menecakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan Peringkat responding merupakan partisipasi aktif siswa, yaitu sebagai bagian dari perilakunya. Pada peringkat ini siswa tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada daerah ini menekankan pada pemerolehan respons berkeinginan memberi respon, atau kepuasan dalam memberi respons. Pringkat yang paling tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal khusus yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. (3) Penilaian atau penentuan sikap (valuing), mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Hasil belajar pada peringkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas dan nyata. (4) Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. (5) Pembentukan pola hidup (characterization by value or value complex), mencakup mampuan untuk mnghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa sehingga, menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. (3) Ranah Psikomotorik (phsycomotoric domain). Berkaitan dengan psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Phsycomotor domain yang merupakan perilaku fisik ini dipelajari melalui latihan yang berulang-ulang. Menurut Dark (1999) kemampuan siswa untuk melakukan ketrampilan psikomotor ini dipengaruhi oleh: ketepatan (precision), kecepatan (speed), jarak (distance), dan teknik (technique). Dengan demikian faktor ketrampilan psikomotorik secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Mengindera, yaitu suatu kegiatan ketrampilan psikomomrik yang diilakukan dengan alat-alat indra siswa. (2) Menyiapkan diri, ialah mengatur kesiapan diri sebelum melakukan tindakan atau kegiatan dalam rangka mencapai tujuan 3) Bertindak secara terpimpin adalah melakukan tindakan-tindakan dengan mengikuti prosedur tertentu dan bertanggung jawab. (4) Bertindak secara mekanik adalah bertindak mengikuti prosedur baku dalam kegiatan. (5) Bertindak secara komplek adalah bertindak secara teknologi bersinambungan dengan yang lain. Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor atau keterampilan, diantaranya adalah Ryan dan Leighbody. Menurut Ryan dalam Muhammad (2004:8) menjelaskan bahwa hasil belajar ketrampilan itu dapat diukur melalui: (1) Pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama proses belajar-mengajar praktik berlangsung. (2) Sesudah mengikuti pelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Sementara itu Leighbody dalam Muhammad (2004:8) berpendapat dalam melakukan penilaian hasil belajar ketrampilan sebaiknya itu mencakup: (1) Kemampuan siswa menggunakan alat dan sikap kerja. (2) Kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan, menyusun urut-urutan pengerjaan. (3) Kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. (4) Kemampuan siswa dalam membaca gambar dan atau simbol. (5) Keserasian bentuk dengan yang diharapkan. Penjelasan di atas menggambarkan bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau ketrampilan itu harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung dengan cara mengetes siswa atau dapat juga dilakukan sesudah siswa bekerja. Dari uraian tentang aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, maka prestasi belajar seseorang dapat diukur dengan mengunakan alat tes yang sudah dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Alat tes dapat berbentuk: (1) tes tertulis, (2) tes lisan, (3) tes perbuatan atau tindakan. Tes tertulis terdiri dari berbagai macam bentuknya antara lain: tes bentuk obyektif dan tes bentuk subyektif. Tes bentuk obyektif meliputi: bentuk benar salah, bentuk pilihan ganda, bentuk menjodohkan, dan bentuk isian. Tes bentuk subyektif meliputi : tes uraian singkat dan uraian bebas. Di dalam penelitian ini, prestasi yang diteliti adalah mencakup semua ranah, yaitu: prestasi afektif, kognitif, dan psikomotorik. Hal ini sesuai dengan karakteristik materi Suhu dan Kalor serta model dan metode yang digunakan dalam penelitian. Prestasi belajar kognitif diukur menggunakan tes pilihan ganda, prestasi psikomotorik dikumpulkan menggunakan lembar observasi, dan prestasi afektif dikumpulkan menggunakan angket. Data nilai yang dianalisis adalah prestasi belajar kognitif dan psikomotorik, sedangkan data prestasi afektif digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembahasan hasil penelitian.Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dalam kelompok kecil yang bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan penguasaan tentang apa yang dipelajari siswa (Tejada, 2002). Dalam pembelajaran kooperatif terjadi proses saling membantu di antara anggota-anggota kelompok.Lie (2002) dan Tejada (2002) mengemukakan ada lima elemen dasar dalam strategi kooperatif. (1) Saling ketergantungan positif di antara anggota kelompok dan keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. (2) Tanggung jawab individu dan kelompok. Kelompok bertanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama dan setiap individu bertanggung jawab atas pekerjaannya masing-masing, (3) Interaksi yang baik. Setiap anggota kelompok bekerja sama untuk memahami materi dengan saling memberikan dukungan dan bantuan, (4) Adanya keterampilan interpersonal dan kelompok. Terjadi pembelajaran keterampilan sosial yang menyangkut pembelajaran tentang kepemimpinan, pengambilan keputusan membangun kepercayaan, komunikasi, dan penanganan komplik, (5) Anggota kelompok berdiskusi antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama. Tahapan-tahapan pelaksanaan strategi kooperatif GI adalah sebagai berikut (Slavin, 1995); (1) Membentuk kelompok dan identifikasi topik. Siswa membentuk kelompok dari siswa yang memiliki interes yang sama namun heterogen. Kelompok mengidentifikasi topik-topik yang akan dilakukan investigasinya, (2) Perencanaan kegiatan kelompok. Siswa bersama-sama merencanakan segala sesuatu untuk melaksanakan investigasi sesuai dengan topik yang dipilihnya, misalnya metode yang dipilih, tujuan yang ingin dicapai, dan lain sebagainya, (3) Melakukan investigasi. Siswa bersama-sama mengumpulkan informasi/data, melakukan analisis data, dan menentukan simpulan. Siswa menganalisis hasil investigasinya, membahas, serta mensintesis ide-ide. (4) Perencanaan laporan akhir. Kelompok merencanakan laporan hasil investigasi dan mempersiapkan presentasi, (5) Presentasi laporan akhir. Laporan dipresentasikan di hadapan kelas. Audien menanggapi presentasi, (6) Evaluasi. Siswa dan guru melakukan umpan balik terhadap apa yang telah dilakukan siswa. Penilaian terhadap siswa lebih ditekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Phillips (2002), mengemukakan inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran dengan strategi ini sangat terintegrsi meliputi penerapan proses IPA yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis. Cherif (1993) menyatakan inkuiri adalah strategi belajar untuk memperoleh pengetahuan dan memahaminya dengan jalan bertanya, observasi, investigasi, analisis, dan evaluasi. Pembelajaran dengan inkuiri menempatkan pebelajar pada situasi di mana mereka menggunakan intelektualnya dalam belajar dan memahami pengalaman belajarnya. Bayer (1971) mengemukakan, inkuiri terdiri atas tiga kompenen yaitu: pengetahuan, sikap dan nilai, dan proses dengan hubungannya seperti pada gambar 1.SIKAP DAN NILAIPENGETAHUANINKUIRIPROSESGambar 1: Komponen Inkuiri (Bayer, 1971)Germann (1999), mengungkapkan dalam pembelajaran berpendekatan inkuiri diperlukan pengetahuan dan pengalaman untuk memahami dan mengarahkan proses inkuiri. Bila siswa tidak memiliki pengetahuan cukup, maka siswa tidak akan dapat menghubungkan antara masalah dengan peroses inkuiri yang akan dilakukan. Siswa tidak dapat membuat hipotesis, menentukan variabel dan tidak dapat menguji hipotesisnya. Oates (2002) menerapkan strategi inkuiri IPA dalam pembelajaran menyimpulkan bahwa siswa tidak hanya tahu menggunakan IPA, melainkan juga memahami dengan benar apa IPA tersebut.Sikap dan nilai sebagai kompenen inkuiri, adalah sikap ilmiah yang dimiliki bila seseorang sukses dalam melakuan inkuiri. Sikap dan nilai ini terdiri dari: (1) skeptis, yaitu sikap tidak mudah percaya, yang merupakan dasar dari inkuiri. Sikap ini ditunjukkan selalu bertanya dan ingin mendapatkan jawaban, (2) kuriosity, adalah sikap ingin tahu sebagai implikasi dari sikap skeptis. Inkuiri tidak berjalan bila sikap ini tidak berkembang, (3) respek dalam menggunakan rasionalisasi, merupakan sikap yang selalu mendahulukan pelaksanaan rasional investigasi dalam belajar, (4) respek terhadap fakta-fakta atau data untuk menunjukkan kebenaran, (5) obyektif, adalah sikap yang selalu menjungjung kebenaran, (6) mau menunda pendapat, merupakan sikap yang tidak segera memberikan keputusan sebelun terkumpul data atau informasi yang cukup untuk itu, dan (7) toleransi terhadap perubahan, merupakan sikap mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungannya. Sementara, Windschitil and Buttemer (2000), mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan inkuiri IPA membantu siswa dalam mengembangkan kebiasaan berpikir ilmiah. Menurut Gagne dan Briggs, yang dikutip Catharina Tri Annie (2004:25) mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam lima kategori adalah kemahiran intelektual (intelectual skill), strategi kognitif (cognitif strategies), informasi verbal (verbal information), kemahiran motorik ( motor sklills), dan sikap ( attitudes). Sikap atau (attitudes) merupakan kecenderungan untuk bertindak (tendency to behave). Wilayah sikap mencakup juga wilayah kognitif dan psikomotor. Sikap dapat membatasi atau mempermudah anak untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai. Anak tidak akan berusaha untuk memahami suatu konsep jika dia tidak memiliki kemauan untuk itu, sedangkan kemauan berada dalam wilayah sikap. Karena itu, sikap seseorang terhadap mata pelajaran sangat berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran. Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude, berasal dari bahasa latin yakni aptus yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2006:141), sikap adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Jadi sikap seseorang siswa menentukan bagaimana ia bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari dalam kehidupannya. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek itu disertai perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu ketika berhadapan dengan suatu masalah atau obyek. Attitude yang dikembangkan dalam IPA adalah sikap ilmiah yang lazim dikenal dengan scientific attitude. Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Jadi, sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, seorang ilmuwan selalu menggunakan metode ilmiah. Sikap dan metode ilmiah ini perlu dikembangkan pada diri siswa dalam kegiatan pembelajaran fisika, sehingga siswa merasakan bagaimana seorang ilmuwan menemukan fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori yang berkaitan dengan materi pelajaran. Berdasarkan ciri-ciri sikap positif siswa yang menunjukkan sikap ilmiah dalam metode sains, mengajarkan: (1) tidak berprasangka dalam mengambil keputusan, (2) sanggup menerima gagasan baru dan semangat baru, (3) sanggup menerima kesimpulan dari hasil eksperimen bebas bila ada bukti yang menyakinkan kebenarannya, (4) bebas dari takhayul, (5) dapat membedakan fakta dan opini, (6) membuat perencanaan yang teliti sebelum melakukan kegiatan ilmiah, (7) teliti, hati-hati dan seksama dalam bertindak, (8) ingin tahu, apa, bagaimana dan mengapa demikian, dan (9) menghargai penemuan para ahli. (Sukarno, 1981: 21). Mukayat Brotowidjoyo (1985:31-34) mengemukaan beberapa sikap ilmiah yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain: (1) Sikap ingin tahu, yaitu apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya maka ia berusaha mengetahuinya, senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa, kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah, dan memperlihatkan gairah serta kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen. (2) Sikap kritis, yaitu tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada waktu menarik kesimpulan, tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain, dan bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat. (3) Sikap obyektif, yaitu melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek. (4) Sikap ingin menemukan, yaitu selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru, kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif, dan selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya. (5) Sikap menghargai karya orang lain, yaitu tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, dan menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain. (6) Sikap tekun, yaitu tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai, dan terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti. 7) Sikap terbuka, yaitu bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya. Terbuka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya. Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah siswa adalah tingkat kesesuaian tingkah laku siswa terhadap proses belajar mengajar yang memiliki ciri-ciri: rasa ingin tahu, jujur, obyektif, tekun, teliti, terbuka, kritis, menghargai penemuan atau karya orang lain, menghargai pendapat orang lain, dan sanggup menerima gagasan baru dan semangat baru. Sikap dan metode ilmiah harus dikembangkan pada diri siswa dalam kegiatan pembelajaran fisikaagar siswa merasakan proses menemukan konsep yang berkaitan dengan materi yang pelajari. Pengukuran sikap ilmiah didasarkan pada skor yang diperoleh siswa dalam pengisian angket. Menurut Riduwan (2008:99), Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Jadi angket adalah merupakan alat serta teknik pengumpulan data yang mengandalkan informasi atau keterangan yang ada pada diri responden melalui daftar tertulis. Angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Angket terbuka (angket tidak terstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Sedangkan angket tertutup (angket terstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikan rupa sehingga responden dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda contreng (). Untuk mengukur sikap ilmiah digunakan skala Linkert (linkert scale). Variabel sikap ilmiah yang akan diukur dijabarkan menjadi komponen atau aspek sikap ilmiah, yaitu: jujur, teliti atau cermat, tanggung jawab, disiplin, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, menyampaikan pendapat / ide, bekerja sama, dan kritis. Dari aspek yang ada kemudian disusun indicator untuk mrnyusun item pertanyaan atau pernyataan angket. Pernyataan dalam angket dapat dibagi menjadi dua yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.METODE PENELITIANPenelitian ini akan dilaksanakan pada MA selingkungan YPHPPD NW Pancor Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Alasan pemilihan tempat penelitiaan ini karena peneliti melihat proses pembelajaran di sekolah ini lebih banyak menggunakan pendekatan dan metode konvensional. Waktu penelitiaan hingga penyusunan laporan akan dilaksanakan pada bulan Juli 2015 sampai dengan Juni 2016. Secara operasional penelitiaan ini dibagi dalam tiga tahap, yaitu: (1) Tahap persiapan, meliputi pengajuan judul, permohonan perijinan, survei sekolah, desain instrument dan seminar proposal, (2) Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang berlangsung di lapangan, meliputi: uji coba instrumen, pelaksanaan proses pembelajaran, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran untuk pengambilan data prestasi belajar sebagai variabel terikat penelitian, (3) Tahap penyelesaian, yaitu meliputi kegiatan analisis data, penyusunan laporan hasil penelitian dan seminar hasil.Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2003:272), penelitian eksperimen adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui tentang ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subyek yang diselidiki atau dicari, caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok (kelas) yang menjadi subjek penelitian, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok kontrol mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis observasi gejala fisis melalui metode eksperimen, sedangkan kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis observasi gejala fisis melalui metode inkuiri terbimbing. Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu model pembelajaran berbasis observasi gejala fisis melalui metode inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan metode eksperimen pada kelas kontrol. Variabel bebas yang lain (variabel moderator) yang ikut mempengaruhi variabel terikat berupa prestasi belajar adalah sikap ilmiah dan minat belajar fisika. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial 2x2, yaitu untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat (kemampuan analisis). Desain rancanagan penelitian ini tampak pada Tabel 1 berikut ini.Tabel 1: Design faktorial 2x2Strategi Pembelajaran (A)Kooperatif GI (A1)Inkuiri (A2)Sikap Ilmiah (B)Tinggi (B1)A1B1A2B1Rendah (B2)A1B2A2B2Keterangan :A1B1 :kelompok siswa dengan sikap ilmiah tinggi yang diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif GIA1B2 :kelompok siswa dengan sikap ilmiah rendah yang diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif GIA2B1 :kelompok siswa dengan sikap ilmiah tinggi yang diberikan perlakuan pembelajaran InkuiriA2B2 :kelompok siswa dengan sikap ilmiah rendah yang diberikan perlakuan pembelajaran Inkuiri.Sugiyono (2005:57) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan Reduwan (2004:3) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah tertentu yang menjadi sasaran penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di MA selingkungan YPHPPD NW Pancor Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran 2015/2016. Penentuan populasi ini dengan pertimbangan bahwa prestasi hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran fisika khususnya pada materi Suhu dan Kalor pada tahun pelajaran sebelumnya masih banyak yang belum mencapai kreteria ketuntasan minimal (KKM). Maka perlu adanya suatu penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang dapat membantu mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran khususnya pada materi Suhu dan Kalor sehingga mendapatkan nilai minimal baik.Menurut Suharsimi (2003:120), Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian, penarikan sampel sangat diperlukan oleh seorang peneliti. Tujuan penarikan sampel dari populasi adalah untuk memperoleh informasi mengenai populasi tersebut, untuk itu sampel harus representatif, yang betul-betul mewakili populasi. Oleh karena itu dalam menentukan besarnya jumlah sampel penelitian tidak secara sembarangan, karena sampel harus benar-benar mewakili sifat populasi. Sampel yang representatif ialah sampel yang memiliki karakteristik-karakteristik populasi yang relevan dengan penelitian yang bersangkutan. Beberapa sumber pustaka menjelaskan tentang jumlah sampel yang sebaiknya diambil secara bervariasi, sehingga dalam penarikan jumlah sampel tidak selalu sama. Pemecahan terbaik masalah besarnya sampel adalah dengan menggunakan sampel sebesar mungkin, karena data menjadi lebih akurat dan lebih tepat. Meskipun pengambilan jumlah sampel tidak selalu sama, bukan berarti tidak ada pedoman yang baku dalam menentukan jumlah sampel. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik probability sampling dengan cara cluster random sampling (sampel acak klaster). M. Toha Anggoro (2007: 4.7) menyatakan bahwa Klaster berarti kelompok . Sampel Acak Klaster berarti penarikan dari populasi yang telah dikelompokkan terlebih dahulu. Teknik ini dilakukan dengan asumsi bahwa semua kelas X mempunyai kemampuan awal yang seimbang berdasarkan proses seleksi penerimaan siswa baru. Sebelum pelaksanaan eksperimen, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji kesetaraannya dengan menggunakan uji t berdasarkan nilai prestasi belajar pada kompetensi dasar sebelumnya. Prasyarat untuk dapat menggunakan uji t adalah normal dan homogen. Uji t dibantu dengan menggunakan program SPSS Versi 16.Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam suatu penelitian ada beberapa, antara lain: observasi, tes, angket, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode tes dan metode angket. Metode tes digunakan untuk mengetahui kemampuan menganalisis siswa pada materi Suhu dan Kalor, sedangkan metode angket digunakan untuk mengetahui data tentang sikap ilmiah siswa. Kegiatan dokumentasi dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian, yaitu mengumpulkan data nilai prestasi belajar fisika kelas kontrol dan kelas eksperimen pada materi Pengukuran Panjang, Massa dan Waktu. Data nilai ini digunakan untuk uji keseimbangan tingkat kemampuan awal siswa dari kedua kelompok kelas. Uji keseimbangan ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa kedua kelas tersebut tidak mempunyai perbedaan rataan nilai yang signifikan pada kemampuan awal sebelum dilakukan eksperimen. Budiyono (2003:54) mengatakan bahwa Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subjek penelitian. Dan Arikunto (2002:198) mengatakan bahwa tes adalah kumpulan pertanyaan atau latihan ataupun alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Teknik tes pada penelitian ini, digunakan untuk mengambil data tentang kemampuan menganalisis pada ranah kognitif setelah siswa mengikuti kegitan pembelajaran. Dalam penelitian ini bentuk tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda yang berisi tentang materi pokok Suhu dan Kalor. Pemberian skor untuk item tes, jawaban yang benar memperoleh skor 1 sedangkan jawaban yang salah memperoleh skor 0.Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permitaan pengguna. Sugiyono (2007:142), menyatakan : Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. (Sugiyono, 2007:142). Angket pada penelitian ini digunakan untuk mengukur skor sikap ilmiah sebelum mengikuti pembelajaran materi Suhu dan Kalor. Setiap pertanyaan dalam angket diberi bobot tertentu. Skala yang digunakan adalah skala Likert. Pada pernyataannya positif, maka untuk pilihan Sangat Setuju (SS) diberi skor = 5, Setuju (S) diberi skor = 4, Ragu-ragu (R) diberi skor = 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor = 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, pilihan Sangat Setuju (SS) diberi skor = 1, Setuju (S) diberi skor = 2, Ragu-ragu (R) diberi skor = 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor = 4, dan Sangat Tidak Setuju (SST) diberi skor = 5. Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Terdapat dua langkah utama yang diperlukan yaitu Uji Persyaratan Analisis dan Uji Hipotesis. Dan sebelum dilakukan penelitian, juga dilakukan uji keseimbangan kelas eksperimen dan kelas control. Uji keseimbangan dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata nilai prestasi belajar pada kompetensi dasar sebelumnya dites dengan Uji-t. Syarat Uji-t adalah data harus homogen dan terdistribusi normal. Jika dari Uji-t tidak signifikan, maka dikatakan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan antara kedua kelas tersebut. Dalam pengolahan datanya digunakan bantuan software program SPSS Versi 16.Uji persyaratan analisis digunakan untuk mengetahui normalitas dan homogenitas varians populasi agar Analisis Varians (ANAVA) dapat digunakan. Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Untuk menguji normalitas data digunakan metode Liliefors dan kolmogorof smirnov dan uji homogenitas rumus Bartleth dan Levens test pada SPSS versi 16.0.Uji hipotesis yang digunakan adalah analisis variansi (Anava) dua jalan dengan sel tak sama dengan factorial 2x2. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menguji signifikansi efek dua variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi variabel bebas terhadap variabel terikat. Penghitungan dimulai dari menghitung: (1) komponen jumlah kuadrat, (2) jumlah kuadrat, (3) derajat kebebasan, (4) rerata kuadrat, (5) statistik uji, (6) derajat kritik, dan (7) keputusan uji. Dalam penelitian ini, data prestasi belajar fisika diuji dengan anava menggunakan GLM-Univarians pada program SPSS Versi 16.0. Bila diperoleh hasil yang signifikan, maka analisis data dilanjutkan dengan uji Scheffe. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono yaitu: Metode Scheffe ini dapat digunakan baik untuk analisis variansi dengan sel sama maupun untuk analisis variansi dengan sel tak sama. (Budiyono, 2004:201). Uji Scheffe sebagai tindak lanjut uji anava pada penelitian ini juga menggunakan bantuan program SPSS Versi 16DAFTAR PUSTAKABaharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.Bloom BS. 1979. Taxonomy of Education Objektif. New York : David Mc Clay Company.Budiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press.------------. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS Press.------------. 2004. Statistik untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press.Bruce Joice-Marsha Weil. 2000. Models of Teaching. USA : Allyn & Bacon.Catharina Tri Anni. 2005. Psikologi Pendidikan. Semarang : UPT MKK UNNES.Dirin. 2009. Pembelajaran Fisika dengan Metode Inkuiri Terbimbing dan Eksperimen Bebas Ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa. Tesis. Erman Mulyasa. 2006. Panduan Praktis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.Hasto Tyas Harjadi. 2007. Pengaruh Pendekatan dengan Metode Inkuri Terbimbing dan Eksperimen Ditinjau Dari Kemapuan Awal Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Tesis.Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius.Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.M. Toha Anggoro, dkk. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka.Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : RosdakaryaNani Dahniar. 2006. Pertumbuhan Aspek Psikomotorik dalam Pembelajaran Fisika Berbasis Observasi Gejala Fisis pada Siswa SMP. http://jurnaljpi. files.wordpress.com/2009/09/vol-1-no-2-nani-dahniar.pdfRatna Wilis Dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.Reigeluth. 1983. Learning How to Learn. Cambridge : University Press.Riduwan. 2008. Metode danTeknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.Slameto. 2008. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Bina Aksara.Slavin RE. 2008. Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. (Diterjemahkan dari Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. London: Allymond Bacon:2005 oleh Nurulita). Bandung : Nusa Media.Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.----------------------. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.----------------------. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.----------------------. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.Sugiyanto. 2007. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : UNS Press. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan R&D. Bandung : Alfabeta.Tarono. 2006. Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Sikap Ilmiah Peserta Didik. TesisUndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional : CV Duta Nusindo.Wayan Memes. 2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP. Jakarta : Proyek.Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.Winkel WS. 1986. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.Bloom, B.S, dkk, 1971. Hand Book on Formative and Sumative of Student Learning. New York: Graw Hill Book CompanyBayer, B. K. 1971. Inquiry in the Social Studies Classroom A Strategy for Teaching. Ohio: Charles E. Merril Publishing Company.Cherif, A. 1993. Relevant Inqiury, Six Question to Guide Your Student. The Science Teacher. December: 26-27.Depdiknas, 2003. Pola Induk Pengembangan Sistem Penilaian. Jakarta: Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sub Din Dikmenum. Proyek Peningkatan Mutu SMU Jawa Timur Tahun Anggaran 2003.Dick, W. and Cary Lou. 1990. The Systematic Design of Instruction. 3rd Ed. New York: Harper Collins Publisher.Dumas.A. 2003. Cooperative Learning Response to Diversity. California Departemen of Education. (Online) http://www.cde.ca.gov/iasa/cooplrng2.html. Diakses 26 April 2013. Germann, P. J. 1999. Developing Science Process Skils Through Direct Inquiry. The American Biology Theacher. 53(4): 243-247.Ibrahim, M. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa University Press.Joyce, B. and Weil, M. 1996. Models of Teaching. 5th Ed. Boston: Allyn and Bacon.Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.Oates, K.K. (2002). Inquiry Science: Case Study in Antibiotic Prospecting. The American Biology Teacher 64(3): 184-187.Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. 2nd Ed. London: Allyn and Bacon.Tejada, C. 2002. Define and Describe Cooperative Learning. (Online). http://condor.admin.ccny.cuny.edu /-eg9306candy%20research.htm. Diakses 26 April 2003. Tim Puskur, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. http://www.puskur.or.id/index.html