10
A. Proses Penuaan 1. Pengertian Menjadi tua atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur, serta fungsi normalnya. Akibatnya tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut (Cunnningham, 2003). Proses penuaan ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh meliputi organ dalam tubuh, seperti jantung, paru-paru, ginjal, indung telur, otak, dan lain-lain, juga organ terluar dan terluas tubuh, yaitu kulit (Cunnningham, 2003; Yaar dan Gilchrest, 2007). Menurut Nugroho (2008), menua atau menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional. Sehingga masalah-masalah sering terjadi pada lansia, baik masalah kesehatan, gizi, atau yang lain, termasuk mudah jatuh. 2. Klasifikasi Lansia WHO mengklasifikasikan lansia menjadi beberapa, yaitu : lansia usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Nugroho, 2008). Klasifikasi lansia menurut Maryam (2003), antara lain pralansia (prasenilis), lansia, lansia risiko tinggi, lansia potensial, lansia tidak potensial. 3. Patogenesis Proses Penuaan Menurut Donion dalam Stanley (2007), teori-teori yang menjelaskan tentang terjadinya penuaan secara umum dibagi menjadi 2 (dua) bagian umum, yaitu : teori biologi dan psikososial. 1) Teori Biologi Teori biologi menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan dalam tubuh terutama perubahan secara molekuler dan seluler dalam

Arti Menua Dan Teori Penuan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

A. Proses Penuaan1. PengertianMenjadi tua atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur, serta fungsi normalnya. Akibatnya tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut (Cunnningham, 2003). Proses penuaan ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh meliputi organ dalam tubuh, seperti jantung, paru-paru, ginjal, indung telur, otak, dan lain-lain, juga organ terluar dan terluas tubuh, yaitu kulit (Cunnningham, 2003; Yaar dan Gilchrest, 2007).Menurut Nugroho (2008),menua atau menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional. Sehingga masalah-masalah sering terjadi pada lansia, baik masalah kesehatan, gizi, atau yang lain, termasuk mudah jatuh.2. Klasifikasi LansiaWHO mengklasifikasikan lansia menjadi beberapa, yaitu : lansia usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Nugroho, 2008). Klasifikasi lansia menurut Maryam (2003), antara lain pralansia (prasenilis), lansia, lansia risiko tinggi, lansia potensial, lansia tidak potensial.3. Patogenesis Proses PenuaanMenurut Donion dalam Stanley (2007), teori-teori yang menjelaskan tentang terjadinya penuaan secara umum dibagi menjadi 2 (dua) bagian umum, yaitu : teori biologi dan psikososial.1) Teori BiologiTeori biologi menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan dalam tubuh terutama perubahan secara molekuler dan seluler dalam sistem organ utama, kemampuan untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Teori biologis juga menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Teori biologi terdiri atas : teori genetika, teori wear and tear, riwayat lingkungan, teori imunitas, dan teori neuroendokrin.a) Teori GenetikaPenuaan merupakan suatu proses perubahan struktur sel dan jaringan yang secara tidak sadar diwariskan dari waktu ke waktu. Teori genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. Proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena adanya informasi yang tidak sesuai dari inti sel. Molekul DNAmenjadi saling bersilangan (crosslink) dengan unsur lain sehingga mengubah informasi genetik. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kesalahan tingkat seluler yang mengakibatkan sistem dan organ tubuh tidak berfungsi.b) Teori wear and tearTeori wear and tear (dipakai dan rusak) menjelaskan bahwa penumpukan sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan tingkat seluler dan akhirnya organ tubuh tidak berfungsi dengan baik. Radikal bebas adalah contoh sampah metabolisme yang akan menyebabkan kerusakan. Radikal bebas dapat berupa atom atau molekul dengan suatu elektron yang tidak berpasangan hasil dari metabolisme. Hal ini menyebabkan radikal bebas sangat reaktif. Pada keadaan normal radikal bebas aka dihancurkan dengan cepat oleh enzim pelindung tetapi beberapa radikal bebas dapat lolos dari proses perusakan tersebut dan akhirnya menumpuk di dalam struktur bioligis. Hingga akhirnya hal ini menyebabkan kerusakan.c) Riwayat LingkunganDalam teori ini terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan, antara lain zat karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma, dan infeksi. Faktor-faktor tersebut tidak menjadi faktor utama dalam penuaan tetapi merupakan faktor yang mempercepat penuaan.d) Teori ImunitasTeori ini menjelaskan bahwa pada usia lanjut terjadi penurunan sistem imun seseorang. Seiring bertambahnya usia maka fungsi endokrin juga menurun sehingga sering muncul penyakit autoimun seperti arthritis rheumatoid dan alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan lainnya.e) Teori NeuroendokrinTeori ini menitikberatkan pada kelainan sekresi hormon yang dipengaruhi oleh sistem saraf. Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses dan bereaksi terhadap perintah. Hal ini diinterpretasikandengan adanya tindakan melawan, ketulian dan kurangnya pengetahuan.2) Teori PsikososialDalam teori ini terdapat beberapa teori antara lain : teori kepribadian, teori tugas perkembangan, teori disengagement, teori aktivitas, dan teori kontinuitas.a) Teori KepribadianKepribadian manusia adalah aspek yang berkembang pesat pada tahun akhir perkembangannya. Penuaan juga berpengaruh pada kepribadian lansia tersebut.b) Teori Tugas PerkembanganTugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang sebagai tahap-tahap spesifik dalam kehidupannya. Pencapaian dan kepuasan yang pernah dicapai akan mempengaruhi perasaan lansia.c) Teori DisengagementTeori Disengagement (pemutusan hubungan) menjelaskan bahwa lansi akan mengalami suatu tahapan menarik diri dari kegiatan bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Lansia akan merasa bahagia apabila perannya dalam masyarakat telah berkurang dan tanggung jawabnya sudah dilanjutkan oleh generasi muda. Namun bagi banyak individu pengurangan peran dalam masyarakat tidak diinginkan.d) Teori AktivitasTeori ini merupakan teori lawan dari teori disengagement, menurut teori ini untuk menuju lansia yang sukses diperlukan aktivitas yang terus berlanjut. Selain itu, aktivitas juga sangat penting untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang kehidupan manusia.e) Teori KontinuitasTeori ini juga dikenal sebagai teori perkembangan. Teori ini menjelaskan tentang dampak dari kepribadian pada kebutuhan untuk tetap melakukan aktivitas atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dimasa tua.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33561/4/Chapter%20II.pdf

penyebab tiba2 jatuh pada lansia ---> sariI. DefinisiJatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata ,yang melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben)Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut .Banyak faktor berperan di dalamnya ,kelemahan otot ekstremitas bawah kekakuan sendi ,sinkope dan dizzines, serta faktor ekstrinsik sertai lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda, penglihatan kurang terang dan sebagainya. Jatuh merupakan salah satu geriatric giant, sering terjadi pada usia lanjut, penyebab tersering adalah masalah di dalam dirinya sendiri (gangguan gait, sensorik, kognitif, sistem syaraf pusat) di dukung oleh keadaan lingkungan rumahnya yang berbahaya (alat rumah tangga yang yua/tidak stabil, lantai yang licin dan tidak rata,dan lain-lain).

Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:a)Faktor IntrinsikFaktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit sepertiStroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi , Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan . Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope, syncope lah yang sering menyebabkan jatuh pada lansia.Jatuh dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan.b)EkstrinsikAlat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di bawah,tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar, licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser,lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.2.1. Faktor ResikoUntuk dapat memahami faktor resiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh:a. Sistem SensorikPada sistem ini, yang berperan adalah penglihatan dan pendengaran. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan. Begitu pula, semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran yang selanjutnya akan berpengaruh pada resiko terjadinya jatuh.

b. Sistem Saraf Pusat (SSP)SSP akan memberikan respons motorik untuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, parkinson, hodrosefalus tekanan normal, sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik (Tinetti, 1992).

c. KognitifPada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya resiko jatuh.

d. MuskuloskeletalGangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan dan hal ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis, misalnya:Kekakuan jaringan penyambungBerkurangnya massa ototPerlambatan konduksi sarafPenurunan visus / lapang pandangKerusakan proprioseptik

Semua itu menyebabkan:PenurunanRange of Motion (ROM)sendiPenurunan kekuatan otot, terutama ekstremitasPerpanjangan waktu reaksiGoyangan badanKerusakan persepsi dalam.Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah/terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpleset, tersandung, kejadian tiba-tiba, sehingga memudahkan jatuh.Secara singkat, faktor resiko jatuh pada lansia itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.a)Faktor Instinsik, misalnya:Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darahGangguan sistem susunan sarafGangguan sistem anggota gerakGangguan penglihatan dan pendengaranGangguan psikologisGangguan gaya berjalanb)Faktor Ekstrinsik, misalnya:Cahaya ruangan yang kurang terangLingkungan yang asing bagi lanjut usiaLantai yang licinObat-obatan yang diminum (diuretik, antidepresan, sedatif, anti-psikotik, alkohol, dan obat hipoglikemi)

2.3. KomplikasiJatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti berikut ini:a.Perlukaan (Injury)b. Perawatan Rumah Sakitc.Disablitasd. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatane.Mati

2.4. PencegahanPencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan.dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua :

1.Identifikasi faktor resikoPada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor instrinsik resiko jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang sulit djilihat.

2.Penilaian keseimbangan dan gaya berjalanSetiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan garakan pindah tempat , pindah posisi. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah lansia menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki denganbenar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah lansia cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya harus dikoreksi bila terdapat kelainan / penurunan.

3.Mengatur / mengatasi situasional.Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan, seperti pada bagian sebelumnya. Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lansia

4. Latihan fisikLatihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)

5.Managemen obat-obatanGunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:a.Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obatb.Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatanc.Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan tranquilisersd.Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas indikasi klinis kuate.Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan

6.Modifikasi lingkunganAtur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing akibat suhu di antara:a.Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulub.Gunakan karpet antislip di kamar mandi.c. Perhatikan kualitas penerangan di rumah.d.Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.e.Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah tangga.f.Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk melintas.g.Gunakan lantai yang tidak licin.h.Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung.i.Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar mandi.

7.Memperbaiki kebiasaan pasien lansia,misalnya:a.Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.b.Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.c.Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.d.Hindari olahraga berlebihan.

8.Alas KakiPerhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:a.Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebarb.Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga keseimbanganc.Pakai sepatu yang antislip

9.Alat Bantu JalanTerapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya.a.Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual.b.Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.

10.Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.

11.Hip protektor: terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.

12.Memelihara Kekuatan Tulanga.Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tuab.Berhenti merokokc.Hindari konsumsi alkohold.Latihan fisike.Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogenf.Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahjudi. 2012.Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta . EGCSoejono. CH, Dkk. 2000.Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta. FKUI.http://kurniawanedi09.blogspot.com/2013/04/instabilitas-dan-jatuh-pendahuluan.html