27
BAB II ISI Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+. Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO 3 ) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasari titrasi argentometri adalah : AgNO 3 + Cl - AgCl (s) + NO 3 - 1

Argento Metri i

Embed Size (px)

DESCRIPTION

k

Citation preview

Page 1: Argento Metri i

BAB II

ISI

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum,

yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk

menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan

titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+.

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar

halogenida dan senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak

nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut

juga dengan metode pengendapan karena pada argentometri

memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau

endapan. Reaksi yang mendasari titrasi argentometri adalah :

AgNO3 + Cl- AgCl(s) + NO3-

Sebagai indicator, dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan

warna merah dengan adanya kelebihan ion Ag+.

Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah

metode titrasi kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan

ke sampel yang mengandung ion klorida atau bromide. Sisa AgNO3

selanjutnya dititrasi kembali dengan ammonium tiosianat

memggunakan indicator besi(III) ammonium sulfat. Reaksi yang terjadi

1

Page 2: Argento Metri i

pada penentuan ion klorida dengan cara titrasi kembali adalah sebagai

berikut :

AgNO3 berlebih + Cl- AgCl(s) + NO3-

Sisa AgNO3 + NH4SCN AgSCN(s) + NH4NO3

3NH4SCN + FeNH4(SO4)2 Fe(SCN)3 merah + 2(NH4)2SO4

Sebelum ditirasi kembali, endapan AgCl harus disaring terlebih

dahulu atau dilapisi dengan penambahan dietilftalat untuk mencegah

disosiasi AgCl oleh ion tiosianat. Halogen yang terikat dengan cincin

aomatis tidak dapat dibebaskan dengan hidrolisis sehingga harus

dibakar dengan labu oksigen untuk melepaskan halogen sebelum

dititrasi.

2.1 Teori Kelarutan

Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam

suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran

homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari

gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat

larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal

campuran).

Kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai

konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu,

dan secara kualitatif didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua

atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Larutan

2

Page 3: Argento Metri i

dinyatakan dalam mili liter pelarut yang dapat melarutkan satu gram

zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 ml air.

Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan

persen.

Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan

konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut

tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat

terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan

jenuh.

Larutan Jenuh adalah suatu larutan di mana zat terlarut berada

dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak

jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat

terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk

penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Suatu larutan lewat

jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam

konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada

temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut. Keadaan

lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang

dibutuhkan untuk pembentukan kristal permulaan adalah lebih mudah

larut daripada kristal besar sehingga menyebabkan sulitnya inti

terbentuk (Martin, 1990).

3

Page 4: Argento Metri i

Kelarutan yang tanpa angka adalah kelarutan pada suhu kamar.

Istilah-istilah dalam kelarutan sebagai berikut (Anief, 2003):

Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat

Sangat mudah larut Kurang dari 1

Mudah larut 1 –10

Larut 10 – 30

Agak sukar larut 30 – 100

Sukar larut 100 – 1000

Sangat sukar larut 1000 – 10000

Praktis tidak larut Lebih dari 10000

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat

adalah :

1. pH

2. Temperatur

3. Jenis pelarut

4. Bentuk dan ukuran partikel

5. Konstanta dielektrik pelarut

6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion

sejenis dan lain-lain.

4

Page 5: Argento Metri i

2.2 Harga Hasi Kali Kelarutan (Ksp)

Senyawa – senyawa ion yang terlarut di dalam air akan terurai

menjadi partikel dasar pembentuknya yang berupa ion positif dan ion

negative. Bila kedalam larutan jenuh suatu senyawa ion ditambahkan

Kristal senyawa ion maka kristal tersebut tidak melarut dan akan

mengendap. Setiap elektrolit mempunyai suatu besaran yang disebut

hasil kali kelarutan (Ksp). Jadi Ksp dapat didefinisikan sebagai hasil

kali konsentrasi ion-ion suatu elektrolit dalam larutan yang tepat jenuh.

Jika garam AxBy dilarutkan dalam air, maka hasil kali kelarutan (Ksp)

garam didefinisikan sebagai berikut :

AxBy (s) xAy+ (aq) + yBx- (aq) Ksp = [Ay+]x[Bx-]y

Contoh :

Ag2SO4 (s) 2Ag+ (aq) + SO42- (aq) Ksp = [Ag+]2[SO4

2-]

Hubungan antara kelarutan dan Ksp

Pada larutan jenuh senyawa ion AxBy konsentrasi zat di dalam larutan

sama dengan harga kelarutannya dalam satuan mol L-1. Senyawa AxBy

yang terlarut akan mengalami ionisasi dalam system kesetimbangan

AxBy (s) xAy+ (aq) + yBx- (aq) Ksp = [Ay+]x[Bx-]y

Jika harga kelarutan dari senyawa sebesar z M, maka di dalam reaksi

kesetimbangan tersebut konsentrasi ion-ion dan ion sebagai berikut :

AxBy (s) xAy+ (aq) + yBx- (aq) Ksp = [Ay+]x[Bx-]y

z M x s M y s M

5

Page 6: Argento Metri i

sehingga hasil kali kelarutannya (Ksp) adalah

Ksp AxBy = [Ay+]x [Bx-]y

= [xz]x [yz]y

= xx x yy(z)x+y

Contoh :

Jika kelarutan garam perak sulfat dalam air murni adalah 1,5x10-5 M,

tentukan hasil kali kelarutan garam tersebut !

Jawab

Ag2SO4 (s) 2Ag+ (aq) + SO42- (aq)

3x10-5 1,5x10-5

Ksp = [Ag+]2 [SO42-]

= (3x10-5)2 (1,5x10-5)

= 1,35 x 10-14

2.3 Reaksi Pengendapan

Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase

padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal (kristalin)

atau koloid,dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan

atau peusingan (centrifuge). Endapan terbentuk jika larutan menjadi

terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan(S) suatu

endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.

Kelarutan bergantung pada nerbagai kondisi seperti suhu, tekanan,

6

Page 7: Argento Metri i

konsentrasi bahan-bahan lain dlam larutan itu, dan pada komposisi

pelarutnya (Vogel, 1979).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendapan antara lain:

1. Temperatur, Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu,

jadi dengan meningkatnya suhu maka pembentukan endapan akan

berkurang disebabkan banyak endapan yang berada pada

larutannya.

2. Sifat alami pelarut, Garam anorganik mudah larut dalam air

dibandingkan dengan pelarut organik seperti alkohol atau asam

asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat

dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat

3. Pengaruh ion sejenis, Kelarutan endapan akan berkurang jika

dilarutkan dalam larutan yang mengandung ion sejenis

dibandingkan dalam air saja.

4. Pengaruh Ph, Kelarutan endapan garam yang mengandung anion

dari asam lemah dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena

penggabungan proton dengan anion endapannya. Misalnya

endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH

disebabkan H+ akan bergabung dengan I- membentuk HI.

5. Pengaruh hidrolisis, Jika garam dari asam lemah dilarutkan

dalam air maka akan dihasilkan perubahan konsentrasi H+ dimana

7

Page 8: Argento Metri i

hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami

hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.

6. Pengaruh ion kompleks, Kelarutan garam yang tidak mudah larut

akan semakin meningkat dengan adanya pembentukan kompleks

antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai contoh AgCl

akan naik kelarutannya jika ditambahkan larutan NH3, ini

disebabkan karena terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl

(Bharmanto, 2012).

2.4 Metode Titrasi Dalam Argentometri

1. Metode Mohr

Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan

bromide dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat

dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indicator. Pada

permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah

tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan

bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat

yang berwarna merah.

Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang

asam adalah dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara

berlebihan. Untuk larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan

asam asetat kemudian ditambah sedikit berlebih CaCO3.

8

Page 9: Argento Metri i

Titrasi langsung iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan

dengan penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa

pengoksidasi. Warna biru akan hilang pada saat titik akhir dan

warna putih-kuning dari endapan perak iodida (AgI) akan muncul.

Kerugian metode Mohr :

(a) Bromide dan klorida kadarnya dapat ditetapkan dengan

metode Mohr akan tetapi untuk iodide dan tiosianat tidak

memberikan hasil yang memuaskan, karena endapan perak

iodide atau perak tiosianat akan mengabsorbsi ion kromat,

sehingga memberikan titik akhir yang kacau.

(b) Adanya ion-ion seperti sulfida , fosfat, dan arsenat juga akan

mengendap.

(c) Titik akhir kurang sensitive jika menggunakan larutan yang

encer.

(d) Ion-ion yang diabsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan

mengakibatkan hasil yang rendah sehingga penggojokan yang

kuat mendekati titik akhir titrasi diperlukan untuk

membebaskan ion yang terjebak tadi.

2. Metode Volhard

Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan

larutan baku kalium atau ammonium tiosianat yang mempunyai

9

Page 10: Argento Metri i

hasil kali kelarutaan 7,1x10-13. Kemudian tiosianat dapat

ditetapkan secara jelas dengan garam besi(III) nitrat atau besi(III)

ammonium sulfat sebagai indicator yang membentuk warna

merah dari kompleks besi(III) tiosianat dalam lingkungan asam

nitrat 0,5 – 1,5 N. titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam,

sebab ion besi (III) akan diendapkan memjadi Fe(OH)3 jika

suasananya basa , sehingga titik akhir tidak dapat ditunjukkan.

Ph larutan harus dibawah 3. Pada titrasi ini terjadi perubahan

warna 0,7 – 1 % sebelum titik ekivalen. Untuk mendapatkan

hasil yang teliti pada waktu akan dicapaititik akhir, titrasi

digojok kuat-kuat supaya ion perak yang diarbsorbsi oleh

endapan perak tiosianat dapat bereaksi dengan tiosianat. Metode

volhard dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida,

bromide, dan iodide dalam suasana asam. Caranya dengan

menambahkan larutan baku perak nitrat berlebihan, kemudian

kelebihan larutan baku perak nitrat dititrasi kembali dengan

larutan baku tiosianat.

3. Metode Fajans

Pada metode ini digunakan indicator adsorbs, yang mana pada

titik ekivalen, indicator teradsorbsi oleh endapan. Indicator ini

tidak memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada

permukaan endapan.

10

Page 11: Argento Metri i

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini ialah,

endapan harus dijaga sedapat mungkin dalam membentuk koloid.

Garam netral dalam jumlah besar dan ion bervalensi banyak

harus dihindarkan karena mempunyai daya mengkoagulasi.

Larutan tidak boleh terlalu encer karena endapan yang terbentuk

sedikit sekali sehingga mengakibatkan perubahan warna

indicator tidak jelas. Ion indicator harus bermuatan berlawanan

dengan ion pengendap. Ion indicator harus tidak terabsorbsi

sebelum tercapai titik ekivalen, tetapi harus segera terabsorbsi

kuat setelah tercapai titik ekivalen. Ion indicator tidak boleh

terabsorbsi sangat kuat, misalnya pada titrasi klorida dengan

indicator eosin, yang mana indicator terabsorbsi lebih dulu

sebelum titik ekivalen tercapai.

2.5 Pengaruh PH Dalam Analisis Argentometri

Pengaruh PH Dalam Analisis Argentometri Yaitu:

1.Dalam metode mohr

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi

dengan metode Mohr adalah titrasi dilakukan dengan

kondisi larutan berada pada pH dengan kisaran 7-10

disebabkan ion kromat adalah basa konjugasi dari

asam kromat. Oleh sebab itu jika pH dibawah 7 maka

11

Page 12: Argento Metri i

ion kromat akan terprotonasi sehingga asam kromat

akan mendominasi di dalam larutan akibatnya dalam

larutan yang bersifat sangat asam konsentrasi ion

kromat akan terlalu kecil untuk memungkinkan

terjadinya endapan Ag2CrO4 sehingga hal ini akan

berakibat pada sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi.

Pada pH diatas 10 maka endapan AgOH yang

berwarna kecoklatan akan terbentuk sehingga hal ini

akan menghalangi pengamatan titik akhir titrasi. Analit

yang bersifat asam dapatditambahkan kalsium

karbonat agar pH nya berada pada kisaran pH tersebut

atau dapat jugadilakukan dengan menjenuhkan analit

dengan menggunakan padatan natrium hydrogen

karbonat.Disebabkan kelarutan AgCl dan Ag2CrO4

dipengaruhi oleh suhu maka semua titrasi

dilakukan pada temperatur yang sama.

2.Dalam metode volhard

Metode ini digunakan untuk menentukan kandungan perak

dalam suasana asam dengan larutan standar kalium atau amonium

tiosianat berlebih. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas

dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat sebagai

indikator yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III)

12

Page 13: Argento Metri i

tiosianat dalam suasana asam nitrat 0,5 – 1,5 N. Titrasi ini harus

dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan diendapkan

menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhir tidak

dapat diamati.

3.Dalam metode fajans

Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah

indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein

menurut macam anion yang diendapkan oleh

Ag+.Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet

menjadi merah. pH tergantung pada macam anion dan

indikator yang dipakai.

pH larutan harus terkontrol agar dapat mempertahankan

konsentrasi ion dari indikator asam lemah ataupun basa. Misalnya,

fluoresein (Ka = 10-7) dalam larutan yang lebih asam dari pH 7

melepas fluoreseinat sangat kecil sehingga perubahan warna tidak

dapat diamati. Fluoresein hanya dapat digunakan pada pH 7-10,

sedangan difluoresein (Ka=10-4) digunakan pada pH 4-10.

2.6 Indikator Argentometri

Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan

AgNO3 yaitu :

13

Page 14: Argento Metri i

1. Potensiometri

2. Amperometri

3. Indikator kimia

Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak

yang dicelupkan kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri

melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang mikro

elektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang

dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan

warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi.

Untuk menentukan berakhirnya suatu reaksi pengendapan 

dipergunakan indikator yang baru menghasilkan suatu endapan  bila

reaksi dipergunakan dengan berhasil baik untuk titrasi pengendapan ini.

Dalam titrasi yang melibatkan garam-garam perak ada tiga indikator

yang telah sukses dikembangkan selama ini yaitu metode Mohr

menggunakan ion kromat, CrO42-, untuk mengendapkan Ag2CrO4

coklat. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk

sebuah kompleks  yang berwarna dengan ion tiosianat, SCN. Dan

metode Fajans menggunakan indikator adsorpsi. (Underwood.2004)

14

Page 15: Argento Metri i

2.7 Aplikasi Argentometri Dalam Analisis Obat dan Bahan Obat

Beserta Contoh Obatnya

1. Penetapan kadar amonium klorida (NH4Cl) dengan metode

argentometri

Ditimbang seksama ±100 mg sampel ,larutkan dalam 100ml

air,dipipet 10ml larutan kedalam erlenmeyer 250 ml ,ditambahkan

larutan sampel dengan 0,5-1ml larutan K2CrO4 5%,dititrasi larutan

dengan larutan AgNO3 0,1 N hingga titik akhir tercapai,dihitung

kadar amonium klorida.

2. Penetapan Kadar Efedrin HCL Metode Pengendapan (Argentometri)

Ditimbang 250 mg efedrin HCl ,Dilarutkan dengan aquadest

sebanyak 250 ml,Dipipet 20 ml larutan Efedrin HCl ,Ditambahkan 3

tetes indikator K2CrO4 ,Dititrasi dengan larutan AgNO3 hingga

15

Page 16: Argento Metri i

terjadi perubahan warna dari kuning sampai terbentuk endapan

merah bata.

3. Penetapan Papaverin HCL Dengan Metode Argentometri

Ditimbang seksama sempel papaverin HCL yang setara dengan

10ml AgNO3 0,1 N ,larutkan dengan 100ml air suling ,tambhkan

indikator K2CrO4 0,005 M dan titrasi dengan AgNO3 0,1 N. Titik

akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari kuning menjadi

merah coklat atau merah bata.

BAB V

PENUTUP

5.1Kesimpulan

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang

berarti perak. Argentometri merupakan salah satu cara untuk

menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi

berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+. Metode

argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena pada

argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak

larut atau endapan.

16

Page 17: Argento Metri i

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2003. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

Day, R.A dan Underwood, A.L.2001. Analisis Kimia Kuantitas. Jakarta :

Erlangga.

Gandjar Ibnu Ghalib dan Rahman Abdul.2007. Kimia Farmasi

Analisis.Pustaka Pelajar.

Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Pres

Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik, jilid I Edisi III. Jakarta: UI-Press.

Svehla, G. 1979. Vogel I. PT.Kalman Media Pustaka : Jakarta.

17