Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
1
APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN DENGAN
REGRESI LOGISTIK ORDINAL
Johan Budhiana*
STIKES Kota Sukabumi
Abstrak
Dalam menentukan variabel-variabel prediktor yang berpengaruh terhadap variabel respon
dimana variabel respon berskala ordinal dalam hal ini adalah kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan di RSUD. R. Syamsudin, SH. digunakan Analisis Regresi Logistik
Ordinal. Salah satu model regresi logistik ordinal adalah cumulative logit model atau
proportional odds model. Penaksiran parameter dalam regresi logistik ordinal
menggunakan metode penaksir kemungkinan maksimum dimana konsepnya
memaksimumkan fungsi likelihood dengan menghasilkan persamaan yang merupakan
fungsi nonlinier sehingga diperlukan metode iterasi algoritma newton-raphson untuk
memperoleh estimasi parameternya Pemilihan variabel-variabel prediktor yang
berpengaruh terhadap variabel respon menggunakan metode backward elimination dengan
tahap awal memasukkan seluruh variabel prediktor ke dalam model untuk kemudian
diseleksi apakah masing-masing variabel prediktor secara signifikan berpengaruh terhadap
variabel respon. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ordinal terhadap kepuasan pasien
di Ruang Rawat Inap RSUD. R. Syamsudin, SH., dari 9 variabel prediktor yang diuji
hanya 3 variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pasien yaitu
kualitas pelayanan dokter, kualitas pelayanan perawat dan kelengkapan alat medis.
Semakin tinggi kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter, pelayanan perawat dan
kelengkapan alat medis maka pasien akan semakin puas terhadap pelayanan kesehatan di
RSUD. R. Syamsudin SH.
Keyword : cumulative logit model, metode penaksir kemungkinan maksimum, metode
iterasi algoritma newton-raphson
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
2
PENDAHULUAN
Era globalisasi yang menuntut
persaingan tinggi disertai program
otonomi daerah menuntut kesiapan rumah
sakit untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Paradigma lama
telah bergeser menjadi suatu paradigma
baru yang ditandai dengan pengelolaan
suatu organisasi yang menerapkan pola
manajemen kualitas mutu dan
peningkatan kinerja pelayanan yang
handal dalam menghadapi persaingan dan
dinamika kerja yang mengglobal, tak
terkecuali pada sektor kesehatan.
Peningkatan kualitas pelayanan prima
kepada pasien merupakan salah satu
indikator penting untuk mengukur
kualitas layanan dikaitkan dengan
peluang pasar pengembangan industri
perumahsakitan.
Semakin ketatnya persaingan serta
pasien yang semakin selektif
dan berpengetahuan mengharuskan
RSUD. R.Syamsudin, SH di Kota
Sukabumi selaku salah satu penyedia jasa
pelayanan kesehatan untuk selalu
meningkatkan kualitas pelayanannya.
Salah satu indikator untuk mengukur
kualitas pelayanan adalah dengan
mengukur kepuasan pasien.
Menurut Kotler dalam Zahrotul
(2008), kepuasan adalah perasaan senang
atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara persepsi
atau kesannya terhadap kinerja atau hasil
suatu produk dan harapan-harapannya.
Menurut L.Green dalam
Notoatmojo (2003), untuk mengukur
tingkat kepuasan pasien sangat
bergantung kepada faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu Faktor
prediposisi (predisposing factor), yang
mencakup pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai yang
terdapat dalam diri individu/masyarakat.
Faktor pendukung (enabling factor)
adalah ketersediaan fasilitas kesehatan
dan kemudahan untuk mencapainya.
Faktor pendorong (reinforcing factor)
adalah sikap dan pelayanan petugas.
Survey terhadap pasien merupakan
cara umum yang digunakan dalam
menentukan variabel-variabel apa saja
yang mempengaruhi kepuasan pasien.
Salah satu alat uji dalam menentukan
variabel-variabel tersebut adalah dengan
menggunakan metode statistika. Metode
Statistika dapat menguji apakah variabel-
variabel yang berhubungan dengan
kepuasan pasien memang mempengaruhi
kepuasan atau tidak. Salah satu metode
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
3
statistika yang digunakan untuk
menentukan variabel-variabel yang
berhubungan dengan kepuasan pasien
adalah menggunakan Analisis Regresi.
Analisis regresi merupakan salah
satu teknik analisis statisika untuk
menganalisis data dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh satu atau beberapa
variabel prediktor terhadap variabel
respon. Terdapat beberapa metode
analisis regresi dimana cara dan
penggunaannya didasarkan kepada
banyaknya variabel dan skala pengukuran
data serta beberapa asumsi tertentu yang
harus dipenuhi.
Akan tetapi sejalan dengan
banyaknya fenomena yang timbul dalam
penelitian ilmiah maka banyak juga
ditemui kasus dimana variabel responnya
bersifat kategori yaitu mempunyai skala
pengukuran ordinal dan nominal. Salah
satu teknik analisis regresi untuk
menganalisis hubungan dimana variabel
respon berupa skala ordinal dengan
variabel prediktor berupa skala kontinu
atau kategori adalah Regresi Logistik
Ordinal.
Model Regresi Logistik Ordinal
adalah model regresi logistik untuk data
respon ordinal dengan k kategori dimana
k > 2 kategori. Model ini merupakan
pengembangan dari model regresi logistik
dengan data nominal untuk 2 kategori.
Dalam hal bentuk penaksir parameter
model regresi, terdapat perbedaan model
regresi logistik ordinal dengan regresi
linier multiple. Dimana dalam penaksiran
parameter model regresi logistik ordinal
menghasilkan persamaan yang bukan
merupakan fungsi linier pada koefisien
regresinya sehingga nilai taksiran
koefisien regresi dicari dengan
menggunakan Maximum Likelihood
Estimator atau Penaksir Kemungkinan
Maksimum.
Kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan seperti yang telah
dijelaskan diatas merupakan salah satu
contoh kasus yang menggunakan regresi
logistik ordinal. Penggunaan regresi
logistik ordinal akan menentukan taksiran
parameter dari variabel-variabel
prediktor. Selain itu untuk menentukan
variabel prediktor mana yang
mempengaruhi variabel respon akan
dilakukan suatu prosedur pemilihan untuk
menyeleksi variabel-variabel prediktor
mana yang berpengaruh terhadap variabel
respon. Dalam hal ini untuk menyeleksi
variabel-variabel prediktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan yang menghasilkan
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
4
tiga kategori dari varibel respon yang
bersifat ordinal yaitu sangat puas, puas,
tidak puas.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah
1. Mengkaji bentuk penaksir
kemungkinan maksimum pada
Regresi Logistik Ordinal.
2. Mengetahui model terbaik
kepuasan pasien dalam pelayanan
kesehatan di RSUD.
R.Syamsudin, SH dengan
menggunakan regresi logistik
ordinal.
METODE PENELITIAN
Prosedur Pemilihan Variabel-
Variabel Prediktor yang Berpengaruh
Terhadap Variabel Respon akan
diaplikasikan dalam pemilihan variabel-
variabel yang mempengaruhi variabel
kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah
R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian mengambil
tempat di RSUD R. Syamsudin, SH
Kota Sukabumi. Waktu penelitian mulai
bulan Februari 2010 sampai dengan
bulan Mei 2010.
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel-
variabel prediktor yang dipergunakan
untuk analisis Regresi Logistik Ordinal
adalah sebagai berikut :
X1 : Jenis Kelamin
X2 : Penghasilan
X3 : Pekerjaan
X4 : Pendidikan
X5 : Jumlah Kunjungan
X6 : Lama Perawatan
X7 : Kualitas Pelayanan
Dokter
X8 : Kualitas Pelayanan
Perawat
X9 : Kelengkapan Alat
Medis
Sebagai variabel respon adalah
tingkat kepuasan pasien dengan 3 (tiga)
kriteria adalah sebagai berikut :
1. Sangat Puas
2. Puas
3. Tidak Puas
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian (Arikunto, 1998:108).
Dalam penelitian ini populasi yang
dimaksud adalah seluruh pasien yang ada
di Ruang Rawat Inap RSUD R.
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
5
Syamsudin, SH Kota Sukabumi Provinsi
Jawa Barat.
Sampel adalah suatu himpunan
bagian (subset) dari unit populasi.
Konsumen yang dijadikan sampel adalah
pasien yang datang berobat dan dirawat
inap minimal dua hari perawatan di
Ruang Rawat Inap RSUD R. Syamsudin,
SH Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
Teknik Sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Sratified
Random Sampling dengan alasan bahwa
di Ruang Rawat Inap RSUD R.
Syamsudin, SH terdiri dari beberapa
kelas sesuai dengan fasilitas yang
diberikan.
Menurut Whitehead dalam
Walters (2004), Ukuran sampel yang
digunakan untuk analisis regresi logistik
ordinal dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
k
i
j
ORzzx
n
1
3
22
12
1
1
log/6
dimana :
n = ukuran sampel
21
z = nilai tabel distribusi
normal dari kesalahan tipe I
Z1- = nilai tabel distribusi
normal dari kesalahan tipe II
OR = odds rasio minimal
yang dianggap bermakna
_
= rata-rata proporsi untuk
setiap kategori respon ke-i
Menurut Campbell (1995), nilai
untuk
22
12
1log/6 ORzzx
dengan OR = 1,75 dan power (1-)
dengan uji 2 sisi 5% diperoleh nilai
sebesar 150,38
Dengan mengasumsikan bahwa
peluang untuk setiap kategori adalah
sama yaitu sebesar 0,33 maka ukuran
sampel yang diambil adalah :
16989,0
38,150
33,033,033,01
log/84,096,16333
22
ORxn
Berdasarkan perhitungan tersebut
maka jumlah ukuran sampel dalam
penelitian ini sebanyak 169 responden.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
mengkombinasikan Stratified Random
Sampling dan Accidental Sampling.
Penggunaan Stratified Random Sampling
karena memperhatikan strata dalam ruang
rawat inap yang memiliki fasilitas yang
berbeda. Sedangkan Accidental Sampling
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
6
karena pemilihan sample didasarkan
kepada pasien yang ada di ruang rawat
inap pada saat penelitian dilaksanakan.
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan
termasuk data primer yang diperoleh dari
pasien atau keluarga pasien.
Pengumpulan data menggunakan
kuisioner. Data dikumpulkan dengan cara
menyebar daftar pertanyaan kepada
pasien di Ruang Rawat Inap RSUD R.
Syamsudin, SH Kota Sukabumi Provinsi
Jawa Barat.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum melakukan pengolahan
data, uji validitas dan reliabilitas
dilakukan terhadap 3 item pertanyaan
dalam kuisioner yaitu item pertanyaan
terhadap kualitas pelayanan dokter,
kualitas pelayanan perawat dan kepuasan
pasien terhadap pelayanan kesehatan.
Uji validitas dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi spearman,
sedangkan uji reliabilitas menggunakan
korelasi alpha-Cronbach. Berdasarkan
hasil perhitungan maka ke-3 item
pertanyaan tersebut dikatakan valid
karena pada perhitungan korelasi
spearman diperoleh nilai p-value < 0,05
yaitu sebesar 0,000 untuk semua item
pertanyaan. Sedangkan semua item
dinyatakan reliabel karena nilai r alpha-
Cronbach sebesar 0,842 lebih besar dari
0,7. Hasil uji validitas dan reliabilitas bisa
dilihat pada Lampiran 3.
Penaksiran Parameter Pada Regresi
Logistik Ordinal
Salah satu cara estimasi parameter
yang dapat dipergunakan pada regresi
logistik ordinal adalah dengan Maximum
Likelihood Estimator (MLE).
Konsepnya adalah memaksimumkan
fungsi likelihood dari sampel random
untuk menduga parameter (Hosmer dan
Lemeshow, 2000).
Langkah-langkah penaksiran
dengan MLE adalah sebagai berikut :
1. Membentuk fungsi likelihood,
Estimasi dari parameter regresi
logistik ordinal didapatkan
dengan menurunkan fungsi log
likelihood terhadap parameter
yang akan diestimasi dan
disamakan dengan nol.
2. Persamaan 0)(
k
L
dipergunakan untuk estimasi
parameter k dimana k = 1,2,
…,p dan 0)(
j
L
dipergunakan untuk estimasi
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
7
intersep, dimana j = 1,2, …, J-
1.
3. Hasil dari persamaan pada no. 2
merupakan fungsi nonlinier
sehingga diperlukan metode
iterasi untuk memperoleh
estimasi parameternya. Metode
iterasi yang dipergunakan adalah
metode iterative Weighted Least
Square (WLS) yaitu
menggunakan algoritma Newton-
Raphson dengan langkah-langkah
sebagai berikut ( Raharjanti,
2005) :
i. Memilih taksiran awal A*m,
m = 1,2, ..., misalkan diambil
r1= 0
ii. Pada setiap iterasi ke (m+1)
menghitung taksiran baru : b
= A*m+1 = A*m+*
K
iii. Iterasi dilanjutkan hingga
akhirnya diperoleh A*m+1
A*m
Prosedur Pemilihan Variabel-Variabel
Prediktor yang Berpengaruh
Terhadap Variabel Respon
Prosedur pemilihan variabel-
variabel prediktor yang berpengaruh
terhadap variabel respon menggunakan
teknik backward elimination sebagai
berikut :
1. Menaksir parameter model regresi
logistik ordinal
2. Melakukan pengujian signifikansi
model secara serentak,.
Uji signifikansi model dapat
dipergunakan likelihood rasio test.
Hipotesis :
H0 : β 1= β2 = ... =
βp = 0
H1 : paling sedikit
satu βj ≠ 0 untuk j =
1,2,...,p
Statistik Uji :
^^2 lnln2 LG
Dimana :
^
ln = Fungsi
likelihood di bawah H0
^
ln = Fungsi
likelihood di dalam ruang
parameter
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
8
Dengan kriteria uji Tolak H0 jika G²
>²(p;0,05) dimana p adalah banyaknya
prediktor dalam model; atau nilai p-
value 0,05
3. Melakukan uji signifikansi parameter
dari masing-masing variabel prediktor
4. Menghilangkan variabel prediktor
yang memiliki nilai p-value terbesar
melebihi nilai kriteria
5. Melakukan kembali langkah no.2
sampai no.4.
6. Iterasi dihentikan pada saat p-value
dari masing-masing variabel prediktor
yang tersisa kurang dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosedur Pemilihan Variabel-
Variabel Prediktor yang Berpengaruh
Terhadap Variabel Respon akan
diaplikasikan dalam pemilihan variabel-
variabel yang mempengaruhi variabel
kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah
R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi.
Penaksiran Parameter Regresi Logistik
Ordinal
Penaksiran terhadap parameter β
dilakukan dengan menggunakan Metode
Maximum Likelihood Estimation
(MLE). Peluang pengamatan merupakan
suatu fungsi dari parameter yang tidak
diketahui yang dinamakan fungsi
likelihood (Likelihood Function). Untuk
memaksimumkan nilai dari fungsi
likelihood tersebut digunakan Metode
Maximum Likelihood Estimation (MLE).
Model logit yang digunakan
adalah cumulative logit models atau
proportional odds model adalah sebagai
berikut:
1,...,2,1,X|Pr kjXjYLogit T
j
(3.10)
dimana θ merupakan vektor intersep dan
k
T ,...,, 21 adalah vektor
parameter slope. Jika j < θj+1 maka
model ini adalah model kumulative
dengan slope yang sama yaitu model
garis regresi yang berdasar pada peluang
kumulatif kategori respon.
Jika
XXXXX jj ...321
, maka
1...321 XXXXX JJ
(3.11)
Model logistik ordinal yang terbentuk
adalah
k
Xk
XXXx
xxit
...3322111
11
1log
1log
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
9
k
Xk
XXXJx
J
xJx
Jit
...
33221111
1
1log1
log
(3.12)
dimana
1,...,2,1,
1
...321
Jj
XTJe
XTJe
Xj
XXXXj
dan 1Xj . Model ini disebut
cumulative logit model atau proportional
odds model sebab odds ratio kejadian
jY adalah independen pada setiap
indikator kategori.
Dalam penelitian ini terdapat 3
kategori untuk variabel respon, sehingga
model regresi logistik yang terbentuk
adalah
1.
k
Xk
XXX
x
x
xit
...3322111
11
1log
1log
2.
k
Xk
XXX
x
x
xit
...
3322112
21
2log
2log
Fungsi Likelihood
Peluang kumulatif digunakan
dalam menaksir parameter, maka
likelihood dapat ditulis sebagai perkalian
J-1 kategori, sehingga fungsi peluang
bersama dari nYYY ,...,, 21 adalah
proporsional untuk perkalian n fungsi
multinomial.
Untuk sebuah ukuran sampel n
dari kemungkinan pengamatan Y, X
adalah
n
i
xyfxfL1
)()(,
...
23
3
232
3
2
1
12
2
121
2
1,
i
Ri
R
i
iii
R
i
in
i
iR
iR
i
iii
R
i
iL
iJR
JiR
Ji
iJJiiJR
Ji
iJ 1111
(3.13)
Fungsi Log-Likelihood
Berdasarkan L(,), maka fungsi
log-likelihood adalah
n
iii
Rii
Riii
Ri
Rii
RL
12
log22
log212
log121
log1
,log
...loglog 332323 iiiiii RRR
JiJi
RiJJiiJ
RJi
RiJiJ
R log1
log11
log1
iX
Te
iXT
e
iXT
e
iXT
ei
Ri
Rn
ii
XT
e
iXT
ei
R
11
1
21
2log
121
11
1log
1
...
21
2
31
3log
23
iXT
e
iXT
e
iXT
iXT
ei
Ri
R
iXT
Je
iXT
JeiJ
RJi
R
11
11log
1 (3.14)
maka fungsi log-likelihood adalah
n
iee
iXT
iR
iR
iXT
ei
XTi
RL
112log
12
11log11
,log
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
10
23log23
11log21log
eei
XTi
Ri
R
iXT
eiXT
e
iXT
JeiJ
R
iXT
eiXT
e
11log1
1...
21log31log
(3.15)
Berdasarkan fungsi log-likelihood, maka
n
ii
XT
e
iX
T
e
ee
e
iR
iR
iX
T
e
iX
T
e
iR
L
111
1
12
1
12
11
1
11
1
log
n
iee
ei
Ri
R
iXT
e
iXT
ei
RL
12
12
21
122
11
1
221
log2
n
i
ii
ee
eRR
L
1212
21
2
12
21log
0log
1
2
j
L
dimana j = 3,...,J-1
,
12
11
1
21
log2
n
ii
XT
e
iXT
eji
X
iR
j
L
dimana
j=2,...,J-2
n
i iXT
ue
iXT
ue
ueue
ueiu
Rui
Ru
L
11
11
log
iXT
ue
iXT
ue
ueue
ueui
Riu
R
1
1
n
ii
XTue
iXT
ueiu
Riu
R
u
L
12
1
112
log2
21
1
1
1
1
1ueue
uueui
Riu
R
ue
ue
uueiu
Rui
R
dimana u=2,...,J-2
n
i ueue
uueiu
Rui
R
uu
L
12
1
1
11
log2
, u=2,...,J-
1
2,0log2
jujika
ju
L
n
ii
XTue
iXT
ueji
X
iuR
iuR
ju
L
12
1
11log2
,
u=2,…,j-2
n
i
iX
T
Je
iX
T
Je
iJR
iX
T
Je
iX
T
Je
JeJe
Je
iJR
iJR
J
L
1
11
1
11
11
1
21
1
21
1
log
n
i
iXT
Je
iXT
Je
iJR
Je
Je
JJe
iJR
iJR
J
L
1 2
11
1
21
21
21
21
1
2
log
2
n
ii
XTJe
iXT
Jeji
X
iJR
jJ
L
12
11
1
21
1
log2
n
ii
XT
e
iX
T
eui
X
iX
T
e
iX
T
eui
X
uiX
iR
iR
iX
T
e
iX
T
eui
X
uiX
iR
u
L
12
2
11
1
12
11
1
1
log
iXT
Je
iXT
Jeui
X
iJR
11
1
11...
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
11
n
i
iXT
e
iXT
eji
Xui
X
iXT
e
iXT
eji
Xui
X
iR
iR
iXT
e
iXT
eji
Xui
X
iR
ju
L
1
21
2
2
11
1
12
11
1
1
log
2
2
11
1
11...
iXT
Je
iXT
Jeuj
Xui
X
iJR
(3.16)
Berdasarkan hasil diatas diperoleh
bahwa turunan pertama fungsi log-
likelihood L(,) terhadap dan bukan
merupakan fungsi linier dalam . Karena
nonlinier maka untuk mendapatkan
taksiran parameter digunakan Metode
Newton-Raphson.
Untuk mengestimasi varians dan
kovarians diperoleh dari turunan kedua
fungsi log-likelihood. Turunan kedua dari
fungsi log-likelihood merupakan model
negatif elemen dari matriks Hessian yang
dinyatakan dengan
HVXXI . Selanjutnya
Metode Newton Raphson digunakan
untuk mengestimasi parameter model
non-linier.
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
12
Metode Newton Raphson
Model nonlinier dinyatakan sebagai
ieXfy , (3.17)
Dimana
,,...,,2
,,1
,,,...,2
,1 T
xfxfxfXfT
yyyy
TxxxX ...,, ,21
adalah vektor dari variabel
prediktor dan
Teeee ,...,, 21 adalah random
error.
Maka untuk menaksir parameter
yang tidak diketahui diperoleh melalui
optimasi objective function. Dengan
spesifikasi tersebut dapat digunakan least
square estimation, yaitu residual sum of
squares function :
,, XfyXfyeeS
dengan meminimumkan objective
function S tersebut maka akan dilakukan
penaksiran parameter .
Dengan metode iterasi newton-
rhapson, mula-mula fungsi objektif S()
akan diaproksimasi dengan second order
Taylor series di sekitar initial value (1)
1
1
21
2
111
1
SSSS
Turunan pertama dari persamaan
tersebut adalah
01
1
2
10
SSS
Persamaan menurut (2)
secara
implisit adalah
0
121
2
1
SS
(3.18)
bila (2) menggantikan (1)
maka akan
diperoleh (3) dan seterusnya. Sehingga
persamaan umumnya dapat ditulis :
n
Sn
Snn
12
1
(3.19)
Persamaan 3.19 merupakan Newton-
Raphson Iteration. Jika iterasi sudah
konvergen, yaitu (n+1)
= n. Maka
persamaan 4.10 dapat disimpulkan
0
n
S
dimana memenuhi
persyaratan first order condition di
persamaan 4.9.
Karena estimasi parameter dengan
Metode Maximum Likelihood sangat
sulit, maka digunakan program
komputerisasi yaitu program SPSS versi
16.
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
13
Pemilihan Variabel-Variabel Yang
Berpengaruh Terhadap Kepuasan
Pasien
Seleksi terhadap variabel-variabel
prediktor yang berpengaruh terhadap
kepuasan pasien dilakukan dengan
menggunakan metode seleksi mundur
atau backward elimination. Keuntungan
menggunakan model ini adalah bahwa
semua variabel prediktor pada langkah
awal mempunyai kesempatan untuk
masuk ke dalam model secara lengkap
untuk kemudian diseleksi apakah masing-
masing variabel prediktor memang secara
signifikan berpengaruh terhadap variabel
kepuasan pasien. Penyeleksian dilakukan
secara bertahap dengan mengeluarkan
variabel yang paling tidak signifikan
terhadap variabel kepuasan pasien.
1. Iterasi pertama adalah memasukkan
semua variabel prediktor ke dalam
model. Berdasarkan perhitungan yang
dilakukan melalui software SPSS
diperoleh bahwa variabel yang paling
tidak signifikan terhadap variabel
kepuasan pasien adalah variabel
pekerjaan pasien (p = 0,935).
Sehingga variabel pekerjaan pasien
untuk analisis selanjutnya dikeluarkan
dari model.
2. Iterasi kedua, Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan melalui
software SPSS diperoleh bahwa
variabel yang paling tidak signifikan
terhadap variabel kepuasan pasien
adalah variabel penghasilan pasien (p
= 0,981). Sehingga variabel
penghasilan pasien untuk analisis
selanjutnya dikeluarkan dari model.
3. Iterasi ketiga, Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan melalui
software SPSS diperoleh bahwa
variabel yang paling tidak signifikan
terhadap variabel kepuasan pasien
adalah variabel lama perawatan
pasien (p = 0,927). Sehingga variabel
lama perawatan untuk analisis
selanjutnya dikeluarkan dari model.
4. Iterasi keempat, Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan melalui
software SPSS diperoleh bahwa
variabel yang paling tidak signifikan
terhadap variabel kepuasan pasien
adalah variabel pendidikan pasien (p
= 0,776). Sehingga variabel
pendidikan pasien untuk analisis
selanjutnya dikeluarkan dari model.
5. Iterasi kelima, Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan melalui
software SPSS diperoleh bahwa
variabel yang paling tidak signifikan
terhadap variabel kepuasan pasien
adalah variabel jenis kelamin pasien
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
14
dengan nilai (p = 0,546). Sehingga
variabel jenis kelamin pasien untuk
analisis selanjutnya dikeluarkan dari
model.
6. Iterasi keenam, bahwa variabel yang
paling tidak signifikan terhadap
variabel kepuasan pasien adalah
variabel frekuensi kunjungan pasien
dengan nilai (p = 0,461). Sehingga
variabel frekuensi kunjungan pasien
untuk analisis selanjutnya dikeluarkan
dari model.
7. Iterasi ketujuh, Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan melalui
software SPSS diperoleh bahwa
semua variabel yang ada yaitu
variabel kualitas pelayanan dokter,
kualitas pelayanan perawat dan
kelengkapan alat medis sangat
signifikan terhadap variabel kepuasan
pasien karena memiliki nilai p-value
< 0,05. Sehingga model terbaik untuk
variabel-variabel prediktor terhadap
kepuasan pasien bisa dibentuk. Hasil
perhitungan bisa dilihat pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1
Hasil Analisis Regresi Logistik Ordinal
Berdasarkan Tabel 4.1, diperoleh
model terbaik untuk kepuasan
pasien.
Variabel-variabel yang signifikan
terhadap variabel kepuasan pasien
adalah kualitas pelayanan dokter,
kualitas pelayanan perawat dan
kelengkapan alat medis.
Selengkapnya model yang bisa
dibentuk dari hubungan tersebut
adalah
)3(8683,1)2(8389,2)3(7572,1
)2(7324,2176,6
11
11
xxx
xLogLogit
)2(9339,1
)1(9988,22 xx (4.1)
)3(8683,1
)2(8389,2
)3(7572,1
)2(7324,2336,1
21
22
xxx
xLogLogit
)2(9339,1
)1(9988,22 xx (4.2)
Estimate SE Wald df Sig OR
Intercept 1 -6,176 0,669 85,262 1 0,000
Intercept 2 -1,336 0,421 10,089 1 0,007
Dokter
Tidak Puas
Puas
-2,324
-1,572
0,926
0,629
5,840
6,246
1
1
0,016
0,012
0,098
0,208
Perawat
Tidak Puas
Puas
-2,389
-1,683
0,959
0,604
6,211
7,761
1
1
0,013
0,005
0,092
0,186
Alat
Tidak Lengkap
Cukup Lengkap
-22.988
-1,339
0,000
0,465
.
8,302
1
1
0,004
0,000
0,262
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
15
Uji Kecocokan Model
Berdasarkan hasil perhitungan
seperti yang ada pada Lampiran 5,
Model Fitting Information–2 Log
Likelihood untuk intercept dan semua
variabel prediktor, diperoleh nilai chi-
square 82,641 dengan nilai p-value 0,000
(< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
model fit atau cocok dengan data.
Kesimpulan ini diperkuat dengan nilai
Pearson pada Goodness-OfFit dimana
hasil perhitungan menunjukkan model
signifikan karena p-value = 0,011 yang
berarti model fit dengan data.
Berdasarkan nilai Pseudo R-
Square, nilai tertinggi adalah Nagelkerke
yaitu 0,475. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel prediktor yaitu Kepuasan
terhadap Pelayanan Dokter, Kepuasan
Pelayanan Perawat dan Kelengkapan Alat
Medis mampu menjelaskan variasi
kepuasan pasien terhadap pelayanan
rumah sakit sebesar 47,5% sedangkan
sisanya 52,5% dijelaskan oleh variabel-
variabel yang lain.
Interpretasi Odds Ratio
Berdasarkan pada Tabel 4.1, dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
Interpretasi Kepuasan Terhadap
Kualitas Pelayanan Dokter
Seorang pasien yang menyatakan
tidak puas terhadap kualitas pelayanan
dokter akan memiliki tingkat kepuasan
yang lebih rendah (0,098) terhadap
pelayanan kesehatan di rumah sakit
dibandingkan dengan pasien yang
menyatakan sangat puas terhadap kualitas
pelayanan dokter.
Seorang pasien yang menyatakan
puas terhadap kualitas pelayanan dokter
akan memiliki tingkat kepuasan yang
lebih rendah (0,208) terhadap pelayanan
kesehatan di rumah sakit dibandingkan
dengan pasien yang menyatakan sangat
puas terhadap kualitas pelayanan dokter.
Interpretasi Kepuasan Terhadap
Kualitas Pelayanan Perawat
Seorang pasien yang menyatakan
tidak puas terhadap kualitas pelayanan
perawat akan memiliki tingkat kepuasan
yang lebih rendah (0,092) terhadap
pelayanan kesehatan di rumah sakit
dibandingkan dengan pasien yang
menyatakan sangat puas terhadap kualitas
pelayanan perawat.
Seorang pasien yang menyatakan
puas terhadap kualitas pelayanan perawat
akan cenderung memiliki tingkat
kepuasan yang lebih rendah (0,186)
terhadap pelayanan kesehatan di rumah
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
16
sakit dibandingkan dengan pasien yang
menyatakan sangat puas terhadap kualitas
pelayanan perawat.
Interpretasi Kepuasan Terhadap
Kelengkapan Alat Medis
Seorang pasien yang menyatakan
kelengkapan alat medis cukup lengkap
akan cenderung memiliki tingkat
kepuasan yang lebih rendah terhadap
pelayanan kesehatan di rumah sakit
dibandingkan dengan pasien yang
menyatakan lengkap terhadap peralatan
medis.
Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa jika seorang pasien
menyatakan kelengkapan alat medis
semakin lengkap akan cenderung
mempunyai tingkat kepuasan yang tinggi
terhadap kualitas pelayanan kesehatan di
rumah sakit
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana
17
DAFTAR PUSTAKA
Agresti, A. (1996). An Introduction to Categorical Data Analysis. John Wiley &
Sons, New York.
Ananth CV, Kleinbaum DG. (1997). Regression models for ordinal responses: a review of
methods and applications. International Journal Epidemiologi; 26:1323-33.
Bender, R. and Benner (2000). A. Calculating Ordinal Regression Models in SAS and S-
Plus. Biometrical Journal, 42, 6, 677-699.
Bender, R. and Grouven (1997). Ordinal Logistic Regression in medical. Journal of the
Royal College of Physicians of London. Vol .31, 1997
Campbell, Julious, Altman. (1995). Estimating sample size for binary, ordered categorical,
and continuous outcome in two group.
Gunarsa, S. (1995). Psikologi Keperawatan. Cetakan ke-2. Jakarta: Gunung
Mulia.
Hosmer, D. W. and Lemeshow, S. (2000). Applied logistic regression. 2nd edition.John
Wiley & Sons, New York,
Kim, HS. (2004), Topics In Ordinal Logistic Regression And Its Applications.
Dissertation, 2004
McCullagh, P. (1980), Regression Models for Ordinal Data (with discussion), Jurnal
Royal Statistic Society, B(42): 109 – 142.
McCullagh, P. and J. A. Nelder. (1989). Generalized Linear Models. Second ed. London:
Chapman and Hall.
Notoadmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Raharjanti, R,P dan Widiharih, T. (2005). Model Logit Kumulatif Untuk Respon Ordinal.
FMIPA Undip.
SPSS, Inc. (2002), Ordinal Regression Analysis, SPSS Advanced Models 10.0., Chicago,
IL
Walters, SJ. (2004). Sample size and power estimation for studies with health related
quality of life outcomes: a comparison of four methods using the SF-36. BioMed
Central. Health and Quality of Life Outcomes. 2:26
Yuliarmi, N, N dan Riyasa, P. (2007). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan PDAM Kota Denpasar. Skripsi. FE
Uniersitas Udayana
Zahrotul,N,A. (2008). Kepuasan Pasien Ditinjau Dari Kualitas Pelayanan Perawat di
Rumah Sakit TK. IV dr. M. Yasin Watampone. Skripsi. Fakultas Psikologi dan
Ilmu Sosial Budaya UII. Yogyakarta.
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
18
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat
Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
Rosliana Dewi*
STIKES Kota Sukabumi
ABSTRAK
Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di Ruang Instalasi Rawat
Inap masih dibawah standar. Hal ini menandakan kurangnya motivasi yang dimiliki oleh
perawat dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
fasilitas terhadap motivasi kerja perawat.
Fasilitas adalah penunjang seperti sarana dan prasarana yang dapat memudahkan
karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Motivasi kerja adalah suatu kondisi / keadaan yg
mempengaruhi seseorang untuk terus meningkatkan, mengarahkan serta memelihara
perilaku yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam lingkungan
kerjanya.
Penelitian menggunakan jenis penelitian korelasional melalui pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian adalah perawat pelaksana ruang instalasi rawat inap
berjumlah 97 orang, sampel penelitian sebanyak 78 orang. Teknik pengambilan sampel
dengan stratified proportional random sampling. Uji validitas Fasilitas dari 20 item 18 item
pertanyaan yang valid dengan nilai reliabilitas 0,662. Analisis hipotesa menggunakan chi
kuadrat dan koefisien kontingensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan paling banyak Perawat
mengungkapkan bahwa fasilitas Cukup sebanyak 60,3% (47 perawat), paling banyak
Perawat memiliki motivasi kerja cukup sebanyak 71,8% (56 orang) dan hasil P Value =
0,000 yang berarti ada pengaruh fasilitas terhadap motivasi kerja perawat.
Fasilitas berpengaruh terhadap motivasi kerja sehingga upaya yang dapat dilakukan
oleh rumah sakit adalah dengan meningkatkan fasilitas yang dapat meningkatkan motivasi
kerja perawat.
Kata kunci
:
Fasilitas, Motivasi Kerja Perawat
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
19
PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai salah satu
bentuk organisasi pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan
yang komprehensif mencakup aspek
promotif, preventive, kuratif, dan
rehabilitatif bagi seluruh lapisan
masyarakat. Menurut UU No. 44 tentang
Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karakteristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat
agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Pelayanan Rawat Inap
merupakan salah satu jenis pelayanan
yang sangat kompleks dan dapat
memberikan kontribusi yang paling besar
dari pelayanan lain serta tidak lepas dari
potensi sumber daya keperawatan yang
sangat menentukan mutu pelayanan yang
dihasilkan disamping sumber daya yang
lain. Peran perawat sangat penting karena
sebagai ujung tombak di pelayanan Rawat
Inap dan merupakan tenaga yang paling
lama kontak atau berhubungan dengan
pasien selama 24 jam.
Keperawatan merupakan salah satu
profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai
profesi, pelayanan yang diberikan harus
profesional, sehingga para perawat harus
memiliki kompetensi dan memenuhi
standar praktik keperawatan, serta
memperhatikan kode etik dan moral profesi
agar masyarakat menerima pelayanan dan
asuhan keperawatan yang bermutu.
Keperawatan sebagai profesi
dimanifestasikan antara lain melalui praktik
profesi yang diatur dalam suatu ketetapan
hukum, yaitu Permenkes No.
HK.02.02/Menkes/148 Tahun 2010 tentang
ijin dan penyelenggaraan praktik perawat.
Dengan demikian diharapkan perlindungan
hukum masyarakat terjamin melalui
akuntabilitas perawat dalam praktik.
Pelayanan keperawatan yang
dapat diterima oleh masyarakat terlihat
dari disiplin dan motivasi tenaga
keperawatan. Dimana disiplin dan
motivasi yang baik dalam pelayanan
kesehatan bagi masyarakat merupakan
harapan bagi semua pengguna pelayanan.
Disiplin dan motivasi tenaga keperawatan
sebagai pemberi layanan yang rendah
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
20
akan berdampak negatif, karena pengguna
jasa pelayanan akan meninggalkan jasa
pelayanan dan beralih ke tempat
pelayanan kesehatan lainnya. Motivasi
atau dorongan untuk bekerja ini sangat
penting bagi tinggi rendahnya
produktivitas. Tanpa adanya motivasi dari
pegawai untuk bekerja dan bagi
kepentingan institusi maka tujuan yang
telah ditetapkan tidak akan tercapai.
Untuk itu diperlukan tenaga perawat yang
profesional yang dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif,
efisien dan bermutu.
Motivasi merupakan bagian
integral dari kegiatan organisasi atau
perusahaan dari dalam proses pembinaan,
pengembangan dan pengerahan tenaga
kerja manusia. perawat akan bekerja
dengan lebih baik dalam lingkungan
dimana mereka merasa dihargai dan
merasa dapat berguna untuk orang
banyak. Pentingnya motivasi karena
motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan, dan mendukung prilaku
manusia supaya mau bekerja giat dan
antusias mencapai hasil yang optimal
(Hasibuan, 2010). Tetapi pada dasarnya
motivasi yang keluar tergantung dari
bentuknya baik itu dari dalam diri sendiri,
dari lingkungan luar atau pun dari
keadaaan yang mendesak seseorang untuk
melakukan suatu hal sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
Tidak banyak orang yang
mempunyai motivasi yang tinggi untuk
mencapai tujuan yang diharapkan banyak
faktor yang bisa membuat motivasi
seseorang menjadi kurang seperti karena
fasilitas yang kurang dapat menurunkan
motivasi kerja seseorang karena
keterbatasan sarana yang diperlukan.
Selain itu seperti umur, situasi lingkungan
kerja, dan program rutin seperti pelatihan
dan fasilitas dapat menjadi faktor yang
memepengaruhi motivasi seseorang
(Purwanto, 2008).
Rumah Sakit Umum Daerah
Sekarwangi adalah rumah sakit yang
terletak di Cibadak Kabupaten Sukabumi,
pada tahun 1994 sampai sekarang status
Rumah sakit menjadi kelas C sesuai SK
Menkes No. 95/menkes/SK/II/1994.
Sampai pada tahun 2002 Rumah Sakit
Umum Sekarwangi berubah menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi berdasarkan
peraturan Bupati no. 6 tahun 1999 tanggal
22 April Tahun 2002 dengan akreditasi 5
pelayanan dasar penuh oleh Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
21
kesehatan Sertifikasi No.
YM.00.03.2.2.489.
Tahun 2009 tepatnya pada
tanggal 31 Desember 2009 telah
ditetapkan menjadi PPK BLUD melalui
Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 900 /
Kep. 789-RSUD Sekarwangi / 2009
tentang Penerapan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
( PPK – BLUD ) secara Penuh Pada
Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD )
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
Sampai sekarang RSUD sekarwangi
memiliki fasilitas rawat jalan dengan 15
klinik spesialis, memiliki 9 ruang rawat
inap dengan klasifikasi kelas VIP, kelas I,
kelas II, kelas III dan HCU dengan
jumlah perawat 107 orang dengan
penunjang pelayanan dan fasilitas lain
yang semakin bertambah ini menjadikan
tantangan yang sangat tinggi untuk
Rumah sakit karena semakin banyaknya
masyarakat yang percaya dengan
pelayanan yang tersedia serta untuk
perawat yang lebih sering bertemu selama
24 jam dengan pasien untuk bisa
memberikan pelayanan yang maksimal
dan meningkatkan motivasi kerja agar
bisa memberikan pelayanan yang
memuaskan
Berdasarkan data profil BLUD
RS Sekarwangi terdapat kekuatan
ataupun kelebihan dari pelayanan yaitu,
sumber daya manusia yang mempunyai
komitmen yang tinggi dari para dokter
spesialis, dokter umum, dokter gigi,
perawat, tenaga non keperawatan dan
administrasi terhadap pengembangan
pelayanan rumah sakit moralitas tinggi,
kemampuan memberikan pelayanan cepat
dan santun, serta pengendalian kualitas
pelayanan yang terpadu. Namun
disamping itu terdapat kelemahan seperti,
sumber daya manusia yang sebagian kecil
belum profesional/tidak sesuai protap
dalam memberikan pelayanan, sehingga
menimbulkan adanya komplain dari
pelanggan. Selain itu peralatan medik dan
non medik yang belum memadai. (Profil
BLUD RSUD Sekarwangi Cibadak
Kabupaten Sukabumi 2010).
Tingkat kepuasan pasien di ruang
rawat inap pada trimester 1 2011
terhadap pelayanan keperawatan
didapatkan pasien yang mengatakan puas
atas pelayanan keperawatan mencapai 60
% dan pasien yang mengatakan tidak
puas 40 % dengan standar minimal
kepuasan yang harus dicapai rumah sakit
sesuai dengan Standar pelayanan minimal
Rumah Sakit yang di keluarkan oleh
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
22
direktorat jendral bina pelayanan medik
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia yaitu 90%. Ini bisa
menandakan bahwa kurangnya dorongan
atas tindakan yang diberikan kepada
pasien dimana dapat mencerminkan
motivasi kerja yang kurang sehingga
angka kepuasan tidak mencapai standar.
Dimana mungkin banyak faktor yang bisa
mempengaruhi motivasi kerja perawat
yang kurang dalam memberikan
pelayanan. (Bidang Peningkatan dan
Pengendalian Mutu 2012)
Berdasarkan hasil studi
Pendahuluan melalui teknik Wawancara 8
dari 10 perawat mengatakan fasilitas dan
lingkungan kerja kurang memadai seperti
diantaranya prasarana alat-alat yang
kurang memadai, sarana ruangan yang
sempit, lingkungan fisik yang tidak
nyaman, sedangkan untuk lingkungan
non fisik terjalin dengan baik. Sehingga
memepengaruhi motivasi kerja perawat,
dan 2 orang perawat mengatakan bahwa
fasilitas alat – alat sudah cukup membaik,
ruangan cukup nyaman dan untuk
Lingkungan fisik di ruang rawat inap
cukup mendukung dalam memotivasi
kerja dan lungkungan non fisik antara
atasan dan sesama terjalin baik.
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh
fasilitas terhadap motivasi kerja
perawat di Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran
fasilitas di Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi.
b. Mengidentifikasi gambaran
Motivasi Kerja Perawat di Ruang
Instalasi Rawat Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
c. Mengidentifikasi pengaruh
fasilitas terhadap Motivasi Kerja
Perawat di Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan rumusan yang ada
dalam penelitian ini, maka penelitian ini
menggunakan jenis penelitian
korelasional. Penelitian korelasional
adalah penelitian yang bertujuan apakah
terdapat asosiasi antara dua variabel atau
lebih serta seberapa jauh korelasi yang
ada antara variabel yang diteliti (Hidayat,
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
23
2010). Dengan pendekatan cross
sectional, yaitu dimana data yang
menyangkut variabel bebas dan terikat
dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan, atau yang dapat mengukur
variabel Independen dan Variabel
Dependen pada waktu yang
bersamaan.Pada penelitian ini mengkaji
pengaruh fasilitas terhadap Motivasi kerja
Perawat.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian pada
sampel dengan jumlah 78 orang perawat
pelaksana dan data terkumpul,
selanjutnya peneliti melakukan proses
pengolahan data dan menganalisa data.
Hasil penelitian yang menjelaskan
Pengaruh Fasilitas terhadap Motivasi
Kerja Perawat Di Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS Sekarwangi kabupaten
Sukabumi adalah sebagai berikut :
A. HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
a. Gambaran Umum
Karakteristik Responden
Karakteristik responden
dalam penelitian adalah
Pendidikan responden, status
kepegawaian, jenis kelamin dan
lama kerja, distribusi frekuensi
dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 1
Distribusi Frekuensi
Perawat berdasarkan
Pendidikan
B
e
rdasarkan Tabel 1 dapat dilihat
bahwa paling banyak Perawat
Di Ruang Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi memiliki
tingkat Pendidikan D-III
Keperawatan sebanyak 97,4%
(76 Perawat) dan paling Sedikit
memiliki tingkat Pendidikan
S.Kep sebanyak 2,6% (2
perawat).
Pendidikan
Perawat
Jumlah Prosentase
(%)
D-III
Keperawatan
76 97,4
S.Kep 2 2,6
Jumlah 78 100
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
24
Tabel 2
Distribusi Frekuensi
Perawat Berdasarkan
Status Kepegawaian
Status
Kepegawaian
Jumlah Prosentase
(%)
PNS 35 44,9
PHL 43 55,1
Jumlah 78 100
Berdasarkan Tabel 2
dapat dilihat bahwa paling
banyak Perawat Di Ruang
Instalasi Rawat Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi memiliki status
kepegawaian PHL sebanyak
55,1 % (43 perawat) dan paling
sedikit memiliki status
kepegawaian PNS 44,9% (35
perawat)
Tabel 3
Distribusi Frekuensi
Perawat Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Jumlah Prosentase
(%)
Perempuan 62 79,5
Laki – laki 16 20,5
Jumlah 78 100
Berdasarkan Tabel
3 dapat dilihat bahwa
paling banyak Perawat Di
Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi adalah
Perempuan sebanyak 79,5
% (62 perawat) dan paling
sedikit laki- laki
sebnanyak 20,5 % (16
perawat).
Tabel 4
Distribusi Frekuensi
Perawat Berdasarkan
Lama Kerja
Lama kerja Jumlah Prosentase
(%)
≤ 1 tahun 5 6,4
1-5 tahun 38 48,7
6-10 tahun 22 38,2
≥ 10 tahun 13 16,7
Jumlah 78 100
Berdasarkan Tabel
4 dapat dilihat bahwa
paling banyak Perawat Di
Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi memiliki lama
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
25
kerja 1-5 tahun sebanyak
48,7% (38 perawat) dan
yang paling sedikit lama
kerja ≤ 1 tahun sebanyak
6,4 % (5 perawat).
b. Analisa Univariat
berdasarkan Variabel
yang diteliti
Tabel 5
Distribusi Frekuensi
Persepsi Perawat
Fasilitas Jumlah Prosentase
(%)
Baik 0 0
Cukup 47 60,3
Kurang 31 39,7
Jumlah 78 100
Berdasarkan Tabel
5 dapat dilihat bahwa
paling banyak Perawat Di
Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi
mengungkapkan bahwa
fasilitas Cukup sebanyak
60,3 % (47 perawat),
sedangkan yang paling
sedikit mengungkapkan
fasilitas kurang sebanyak
39,7 % (31 perawat)
Tabel 6
Distribusi Frekuensi
Motivasi
Kerja
Perawat
Jumlah Prosentase
(%)
Baik 8 10,3
Cukup 56 71,8
Kurang 14 17,9
Jumlah 78 100
Berdasarkan Tabel
6 dapat dilihat bahwa
paling banyak Perawat Di
Ruang Instalasi Rawat
Inap RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi
memiliki motivasi kerja
cukup sebanyak 71,8 %
(56 orang), dan paling
sedikit memiliki motivasi
kerja perawat yang baik
sebanyak 10,3 % (8
Orang).
2. Analisa Tabulasi silang
Dalam Penelitian ini
karena ada tabel yang bernilai
0 dan total nilai expected
account lebih dari 20% yang
tidak sesuai dengan syarat chi
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
26
kuadrat maka dilakukan
penggabungan sel sehingga
tabulasi silang Motivasi Kerja
Perawat dengan Fasilitas Di
Ruang instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi adalah
sebagai berikut :
Tabel 7
Distribusi Frekuensi
Fasilitas Terhadap Motivasi
Kerja
Berdasarkan Tabel 7
diatas dapat dilihat bahwa dari
78 perawat pelaksana di
Ruang Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi. Perawat
yang mengungkapkan fasilitas
cukup mayoritas memiliki
motivasi kerja cukup sebanyak
97,9% (46 perawat) dan yang
mengungkapkan fasilitas
kurang mayoritas motivasi
kerja cukup sebanyak 58,1 %
(18 perawat)
3. Analisa Bivariat
Hasil analisa ini
bertujuan untuk mengetahui
adanya pengaruh fasilitas
terhadap Motivasi Kerja
Perawat di Ruang Instalasi
Rawat Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi. Analisa bivariat
dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Pengaruh Fasilitas
terhadap Motivasi Kerja
Perawat Pelaksana Di
Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi.
Tabel 8
Pengaruh Fasilitas
terhadap Motivasi Kerja
Perawat
Fasilitas Motivasi Kerja Perawat
Cukup % kurang % Total %
Cukup 46 97,9 1 2,1 47 100
Kurang 18 58,1 13 41,9 31 100
Total 64 82,1 14 17,9 78 100
Fasilita
s
Motivasi Kerja Perawat
P value
Koefisie
n
Konting
ensi
Cukup Kura
ng
Tot
al
Cukup 46 1 47
0,000
0,453 Kurang 18 13 31
Total 64 14 78
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
27
Berdasarkan Tabel
8 dapat dilihat bahwa nilai
P value = 0,000 berarti <
0,05 yang menunjukan
ada pengaruh antara
fasilitas dengan motivasi
kerja perawat. Dengan
nilai koefisien kontingensi
0,453 yang menunjukan
bahwa keeratan pengaruh
fasilitas dengan motivasi
kerja Cukup kuat.
B. PEMBAHASAN
Pembahasan hasil
penelitian ini dimaksud untuk
memberikan penjelasan terhadap
hasil penelitian deskriptif maupun
hasil penelitian korelasi yang akan
dijabarkan sebagai berikut.
1. Gambaran Fasilitas di Ruang
Instalasi Rawat Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi.
Berdasarkan Tabel 5 dapat
dilihat bahwa paling banyak
Perawat Di Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi
mengungkapkan bahwa fasilitas
Cukup sebanyak 60,3% (47
perawat), sedangkan yang paling
sedikit mengungkapkan fasilitas
kurang sebanyak 39,7 % (31
perawat)
Berdasarkan data bahwa
fasilitas di ruang rawat inap
termasuk Cukup hal ini mungkin
dikarenakan para perawat
merasakan fasilitas seperti sarana
(ruangan) dan prasarana (alat –
alat kesehatan) yang ada dan
tersedia di ruangan cukup
memenuhi sesuai dengan
kebutuhan dalam bekerja.
2. Gambaran Motivasi Kerja
Perawat di Ruang Instalasi
Rawat Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi.
Berdasarkan Tabel 6 dapat
dilihat bahwa paling banyak
Perawat Di Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi memiliki
motivasi kerja cukup sebanyak
71,8% (56 perawat), dan paling
sedikit memiliki motivasi kerja
perawat yang baik sebanyak 10,3
% (8 Orang). Menurut Hasibuan
(2010) Motivasi kerja adalah
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
28
suatu kondisi / keadaan yg
mempengaruhi seseorang untuk
terus meningkatkan, mengarahkan
serta memelihara perilaku yang
berhubungan baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam
lingkungan kerjanya.
Berdasarkan data diatas
motivasi kerja perawat termasuk
cukup, banyak hal yang dapat
mempengaruhi menurut Hasibuan
(2010) metode untuk memotivasi
ada yang secara langsung ataupun
tidak langsung, motivasi langsung
adalah motivasi yang diberikan
langsung kepada individu atau
karyawan untuk memenuhi
kebutuhan serta kepuasannya,
seperti pujian, penghargaan,
tunjangan, bonus dan lain- lain.
Hal ini mungkin saja tidak
dirasakan oleh seluruh perawat di
ruang rawat inap sehingga
menjadikan motivasi mereka
cukup dalam bekerja mungkin
karena kurangnya pujian yang
didapatkan ataupun tidak adanya
penghargaan yang diberikan
kepada perawat yang berprestasi
dari rumah sakit. Atau bisa juga
dari motivasi tidak langsung
dimana motivasi ini diberikan
hanya berupa fasilitas-fasilitas
yang mendukung, ataupun dari
ruangan yang terang dan nyaman,
alat alat yang baik, suasana
pekerjaan yang serasi.
Berdasarkan Tabel 5 dapat
dilihat bahwa paling banyak
Perawat Di Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi
mengungkapkan bahwa fasilitas
Cukup sebanyak 60,3% (47
perawat), sedangkan yang paling
sedikit mengungkapkan fasilitas
kurang sebanyak 39,7% (31
perawat) seperti menurut
Hasibuan (2010) fasilitas adalah
penunjang seperti sarana dan
prasarana yang dapat
memudahkan karyawan dalam
melaksanakan tugasnya. Sehingga
hal ini mungkin saja yang
mempengaruhi motivasi kerja
cukup, karena fasilitas yang
dirasakan oleh perawat cukup baik
dari ruangan yang sesuai atau pun
alat –alat medis yang sesuai atau
yang tersedia.
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
29
Berdasarkan Tabel 4 dapat
dilihat bahwa paling banyak
Perawat Di Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi memiliki
lama kerja 1-5 tahun sebanyak
48,7% (38 perawat) dan yang
paling sedikit lama kerja ≤ 1 tahun
sebanyak 6,4 % (5 perawat).
Menurut Usmara (2006) staf yang
lebih lama masa kerjanya
seringkali menilai dan
mengharaapkan penghasilan
tambahan tertentu karena latar
belakang senioritas.
Berdasarkan data diatas
lama kerja mungkin dapat
mempengaruhi motivasi kerja
karena lama kerjanya 1-5 tahun
yang sudah cukup lama dalam
bekerja dapat berpengaruh
mungkin karena sudah merasakan
kejenuhan dengan keadaan yang
ada di lingkungan kerja ataupun
merasakan keadaan yang tidak
sesuai dengan apa yang
diharapkan dalam bekerja karena
dengan lama kerja yang dinilai
masih baru otomatis umur pekerja
pun masih muda yang berfikir
kritis terhadap apa yang mereka
rasakan mungkin ini akan
berpengaruh kepada motivasi
kerja perawat di ruangan.
Berdasarkan Tabel 3 dapat
dilihat bahwa paling banyak
perawat pelaksana di ruang
Instalasi rawat Inap BLUD RS
Sekarwangi adalah perempuan
sebanyak 79,5% (62 perawat), dan
paling sedikit laki-laki sebanyak
20,5% (16 perawat). Menurut
Marilyn M. Freedman (2008)
setiap posisi normatif dari
kelompok dihubungkan dengan
peran terkait. Suami atau ayah
diharapkan menjadi pencari uang,
peran formal yang standar
terdapat dalam keluarga adalah
kepala rumah tangga sebagai
pencari nafkah. Dapat
disimpulkan bahwa laki-laki
motivasi kerjanya lebih tinggi
dibanding perempuan.
Berdasarkan Tabel 1 dapat
dilihat bahwa paling banyak
perawat Di Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi memiliki
tingkat pendidikan D-III
Keperawatan sebanyak 97,4% (76
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
30
perawat) dsn paling sedikit S1
Keperawatan sebanyak 2,6% (2
perawat). Menurut Usmara (2006)
nilai – nilai pada motivasi kerja
dipengaruhi oleh karakter atau
latar belakang personal dari staf
diantaranya pendidikan,
pendidikan tinggi akan menilai
dan mengharapkan lebih
penghargaan dibandingkan
mereka yang memiliki level
pendidikan yang lebih rendah.
Berdasarkan data
pendidikan DIII Keperawatan
dikatakan paling banyak namun
hasil motivasi cukup, hal ini
mungkin dengan pendidikan
tinggi individual cenderung untuk
mengharapkan penghargaan dan
insentif yang tinggi pula tetapi
mungkin pada kenyataannya hal
tersebut tidak atau kurang
terpenuhi sehingga menghasilkan
motivasi kerja yang cukup. Dan
bila dihubungkan sesuai Tabel 2
sebagian besar perawat pelaksana
di ruang instalasi rawat inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi memiliki status
kepegawaian BHL sebanyak
55,1% (43 perawat) dan paling
sedikit PNS sebanyak 44,9% (35
perawat) hal ini mungkin bisa
mempengaruhi motivasi ketika
semakin tinggi pendidikan
seseorang akan lebih
menginginkan intensif yang lebih
tinggi pula tapi hal ini tidak bisa
teraplikasi karena sebagian besar
perawat adalah PHL yang
mungkin intensif yang mereka
harapkan tidak sebanding dengan
perawat yang status
kepegawaiannya adalah seorang
PNS.
3. Pengaruh Fasilitas
Terhadap Motivasi Kerja
Perawat Di Instalasi Rawat
Inap BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan Tabel 7
diatas dapat dilihat bahwa dari
78 perawat di Ruang Instalasi
Rawat Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi. Perawat yang
mengungkapkan fasilitas
cukup mayoritas memiliki
motivasi kerja cukup sebanyak
97,9% (46 perawat) dan yang
mengungkapkan fasilitas
kurang mayoritas motivasi
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
31
kerja cukup sebanyak 58,1 %
(18 perawat). Berdasarkan
hasil uji statistik dalam
penelitian ini ada pengaruh
fasilitas terhadap motivasi
kerja perawat di Ruang
Instalasi Rawat Inap BLUD
RS Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi.
Menurut Purwanto
(2008) Hubungan antara
fasilitas dan motivasi kerja
sangat erat karena Motivasi
bisa timbul dengan adanya
kenyamanan dan segala yang
memudahkan dengan
tersedianya sarana dan
prasarana yang dibutuhkan
untuk hal yang diinginkan.
Berdasarkan hasil
penelitian didapat bahwa
prosentase terbesar perawat
mengemukakan bahwa
fasilitas yang ada di ruang
instalasi rawat inap cukup dan
cenderung memiliki motivasi
kerja yang cukup dengan
didapatkannya hasil P value
0,000 < 0,05 yang
menunjukan ada pengaruh
antara fasilitas dengan
motivasi kerja. Dengan nilai
koefisien kontingensi 0,453
yang berarti keeratan pengaruh
fasilitas dengan motivasi kerja
Cukup kuat.
Hal ini sesuai dengan
teori ketika kenyamanan dan
kemudahan perawat dalam
bekerja akan meningkatkan
motivasi dalam bekerja
dimana perawat yang
mengungkapkan fasilitas
cukup cenderung motivasi
kerjanya pun cukup, dimana
ketika seseorang bisa
merasakan kemudahan untuk
menunjang seseorang bekerja
maka akan timbul dorongan
untuk bekerja yang tinggi
pula, mungkin hal ini
dirasakan pula oleh perawat
yang menganggap fasilitas di
ruangan rawat inap cenderung
cukup dalam menunjang
mereka bekerja dengan hasil
akhir motivasi kerja yang
cukup pula. Bukan hanya itu
perawat yang mengatakan
fasilitas kurang memiliki
motivasi cukup hal ini tidak
searah mungkin dalam hal ini
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
32
mungkin perawat yang
mengungkapkan fasilitas yang
kurang cenderung lebih
memaksimalkan fasilitas yang
ada atau sudah mulai terbiasa
dengan keadaan fasilitas di
ruangan sehingga motivasi
kerja tidak ikut kurang
melainkan cukup.
Dalam hal ini sarana
dan prasarana yang ada di
ruang rawat inap mungkin
cukup sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh perawat yang
bekerja di rawat inap mungkin
ini dikarenakan oleh sarana
atau prasarana yang cukup
mendukung, seperti sarana
tempat seperti ruangan
perawatan, stasi perawat,
ruang perawat yang cukup
mendukung atau bahkan bias
juga dari prasarananya sendiri
seperti ketersediaan alat –alat
kesehatan yang dirasa cukup,
layak pakai, sesuai dengan
kemajuan tekhnologi atau pun
dari alat non medic yang
cukup tersedia yang mungkin
menyebabkan fasilitas cukup
dengan hasil motivasi kerja
yang cenderung cukup
sehingga dengan demikian
ada pengaruh fasilitas terhadap
motivasi kerja perawat di
Ruang Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penyusunan
penelitian ini banyak keterbatasan
yang peneliti temukan, seperti ada
faktor lain yang tidak diteliti oleh
peneliti seperti faktor instrinsik
dari karakteristik personal seperti
pendidikan, lama kerja, status
kepegawaian, dan jenis kelamin
yang mungkin memiliki pengaruh
terhadap motivasi kerja perawat di
ruang insatalasi rawat inap BLUD
RS Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan beberapa hal penting
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
33
1. Sebagian besar perawat
mengungkapkan fasilitas di ruang
rawat inap cukup.
2. Sebagian besar Motivasi Kerja
Perawat cukup.
3. Ada pengaruh fasilitas dengan
Motivasi Kerja Perawat Di Ruang
Instalasi Rawat Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
B. Saran
1. Bagi BLUD RS Sekarwangi
Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi acuan dalam
meningkatkan motivasi kerja
perawat dengan meningkatkan
fasilitas baik dari sarana dan
prasarana seperti bangunan
ruangan yang nyaman untuk
perawat serta peralatan yang
tersedia dengan mudah dan
lengkap yang berada di setiap
ruangan rawat inap.
2. Peneliti selanjutnya
Melalui penelitian ini
diharapkan dapat digunakan
sebagai sumber referensi dan
bacaan untuk peneliti selanjutnya
dalam kaitannya dengan faktor –
faktor yang mempengaruhi
motivasi Kerja Perawat
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
34
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010.
Budiarot, Eko. Biostatistik untuk kedokteran dan kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC,
2002.
Depkes RI. Pedoman teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap
(umum). 2006.
Depkes RI. Standar Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat jendral bina
pelayanan medik, 2007.
Gitosudarmo. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE, 2008.
Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Hastono, sutanto. Statistic Kesehatan.Jakarta : PT raja grafindo persada.2010
Hidayat, A. Metode Penelitian dan kebidanan dan teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika, 2010.
Kusnanto. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC, 2004.
Luthans, F. Perilaku Organisasi. Yogyakarta :ANDI, 2006.
Marilyn, friedman. Keperawatan keluarga (teori dan praktek) edisi 3, Jakarta: EGC.2008
Notoatmodjo, Sukidjo. Metodologi Penelitian dan Kesehatan. Jakarta : Rineka Medika,
2005.
Nursalam. Manajmen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Professional.
Jakarta : Salemba Medika, 2002.
Nursalam dan ferry, E. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Purwanto. Unsur Motivasi. Jakarta : Balai Pustaka, 2008.
Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi
35
Riyanto, Agus. Pengolahan dan Analisa Data Kesehatan : (Dilengkapi Uji validitas dan
reliabilitas serta Aplikasi Program SPSS). Yogyakarta : Nuhu Medika, 2009.
Sedarmayanti. Tata kerja dan Produktifitas Kerja: suatu tinjauan dari aspek ergonomi
atau kaitan antara manusia dan lingkungan kerja. Bandung: Mandar maju, 2009.
Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta, 2010.
Suarli dan bahtiar. Manajemen keperawatan. Jakarta : Erlangga, 2009.
Uno, hamzah b. teori motivasi dan pengukurannya . Jakarta : Bumi Aksara, 2011.
Usmara. Motivasi kerja, proses, teori dan praktik.Yogyakarta : Amara Books,2006
Widayatun. Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Infomedika, 1999
Winardi. Motivasi pemotivasi dalam Manajemen. Jakarta : raja Grafindo Persada, 2004.
www.scribd.com/doc/83710124/Rumah-Sakit-Kelas-c kelas C diakses tanggal 6 april 2012
www.scribd.com/doc/.../B-Tinjauan-Umum-Tentang-Usia-Produktif
www. depkes.go.id / tenaga- perawat- diakses tanggal 16 maret 2012.
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
36
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi
ABSTRAK
Enung Tati Amalia*
STIKES Kota Sukabumi
Hipertensi sendiri merupakan masalah yang besar dan serius diseluruh dunia karena
angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat dimasa yang akan datang.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi pada tahun 2011 Puskesmas
Cipelang merupakan Puskesmas yang jumlah klien hipertensi terbanyak yaitu sebesar 4959
jiwa. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh air rebusan seledri
terhadap tekanan darah pada klien hipertensi.
Air rebusan seledri merupakan salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan
untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Dimana air rebusan seledri memiliki kandungan
apiin yang bersifat diuretik untuk menurunkan tekanan darah dan mengandung senyawa
apigenin yang membantu menurunkan hormone stress dalam darah.
Jenis penelitian adalah experiment research dengan pendekatan quasi eksperiment.
Penelitian ini dilakukan selama 14 hari sebanyak 2 kali sehari dari mulai tanggal 16 Mei
2012 sampai 30 Mei 2012. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian klien hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh yaitu sebanyak 20 orang. Dengan teknik pengambilan sampel
quota sampling. Analisis hipotesis menggunakan Uji Wilcoxon Matched Pairs.
Hasil penelitian didapatkan dari total 20 orang responden sebelum pemberian air
rebusan seledri memiliki tekanan darah sistolik rata-rata 166.50 mmHg dan tekanan darah
diastoliknya rata-rata 94.75 mmHg Sedangkan sesudah pemberian air rebusan seledri
memiliki tekanan darah sistolik rata-rata 129.50 mmHg dan tekanan darah diastoliknya
rata-rata 82.50 mmHg. Berdasarkan hasil analisa data uji Wilcoxon Matched Pairs
diketahui bahwa responden yang mengikuti terapi air rebusan mengalami penurunan
tekanan darah yang signifikan, nilai p=0,000 (p<0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa air rebusan seledri berpengaruh
terhadap penurunan tekanan darah pada klien hipertensi. Saran untuk penelitian berikutnya
perlu memperhitungkan bias selama penelitian seperti ketepatan waktu terapi dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan selama terapi.
Kata kunci : Air Rebusan Seledri, Tekanan Darah
Daftar Pustaka : 25 Buku (2000 -2011) dan 9 website
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
37
Effect of Water Celery Stew on Client Of Blood Pressure Hypertension in Gunung Puyuh
Work Regional Health Center Cipelang Sukabumi
ABSTRACT
xi, Chapter v, 82 pages, 1 drawing, 15 tables, 11 appendix
Hypertension it self is a big and serious problem world wide due to the high prevalence
rate and tended to increase in the future. Based on data from the Health Department in 2011
Sukabumi Cipelang Health Center is a health center which is the largest number of clients
for 4959 hypertensive people. The purpose of this study is to investigate the effect of celery
boiled water on blood pressure in hypertensive clients.
Cooking water celery is one of the non-pharmacological therapies are offered to lower
high blood pressure. Which the water decoction of celery contains apiin that are diuretics to
lower blood pressure and contain apigenin compounds that help lower stress hormone in
the blood.
This type of research is research, experiments, quasi experiments with this approach.
The research was conducted for 14 days as much as two times a day from the start date of
May 16, 2012 until May 30, 2012. The sample in this study is the most clients in the
Village of Mountain Quail hypertension as many as 20 people. With a sampling quota
sampling technique. Hypothesis analysis using Wilcoxon Matched Pairs Test.
The results obtained from a total of 20 respondents prior to the cooking water celery
have a systolic blood pressure an average of 166.50 mmHg and diastolic blood pressure an
average of 94.75 mmHg, while after the issuance of the cooking water celery have a
systolic blood pressure an average of 129.50 mmHg and diastolic blood pressure average of
82.50 mmHg. Based on the analysis of test data Wilcoxon Matched Pairs note that
respondents who followed the cooking water therapy experienced a significant decrease in
blood pressure, the value of p = 0.000 (p <0.05)
The conclusion from this study indicate that the water boiled celery effect on lowering
blood pressure in hypertensive clients. Suggestions for subsequent research needs to take
into account the bias for the study of timeliness of therapy and not taking medication during
therapy.
Key words : Water Stew Celery, Blood Pressure
References : 25 Books (2000 -2011) and 9 website
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
38
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekanan darah merupakan faktor
yang amat penting pada sistem
sirkulasi. Menurut Perry & Potter
(2005) mendefinisikan tekanan darah
merupakan kekuatan lateral pada
dinding arteri oleh darah yang
didorong dengan tekanan dari jantung.
Terdapat dua macam kelainan tekanan
darah darah, antara lain yang dikenal
sebagai hipertensi atau tekanan darah
tinggi dan hipotensi atau tekanan darah
rendah. Tekanan darah tinggi atau
yang sering disebut dengan hipertensi
merupakan masalah utama dalam
kesehatan masyarakat yang ada di
Indonesia maupun di beberapa negara
yang ada di dunia.
Menurut Ridwan (2002)
hipertensi sering kali disebut sebagai
pembunuh diam-diam (silent killer)
karena termasuk yang mematikan
tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
lebih dahulu sebagai peringatan bagi
korbannya. Menurut WHO di dalam
guidelines terakhir tahun 1999, batas
tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah kurang dari 130/85
mmHg, sedangkan bila lebih dari
140/90 mmHG dinyatakan sebagai
hipertensi, dan di antara nilai tersebut
disebut sebagai normal-tinggi. (batasan
tersebut diperuntukkan bagi individu
dewasa diatas 18 tahun).
(http//www.kesehatan123.com.
Masdhani 2011, Kesehatan Hipertensi,
diakses pada tanggal 12 april 2012)
Dengan demikian hipertensi yaitu
suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah
di atas normal yaitu > 140/90 mmHg.
Hipertensi sendiri merupakan
masalah yang besar dan serius
diseluruh dunia karena angka
prevalensinya yang tinggi dan
cenderung meningkat dimasa yang
akan datang, juga karena tingkat
keganasan dari penyakit hipertensi
yang tinggi berupa kecacatan
permanen dan kematian mendadak.
Menurut WHO (2005), selama 10
tahun terakhir bahwa jumlah penderita
hipertensi yang dirawat di berbagai
rumah sakit meningkat lebih dari 10
kali lipat (Sudoyo, 2006).
Angka prevalensi hipertensi di
Indonesia berdasarkan RISKESDAS
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
39
(Riset Kesehatan Dasar) tahun 2009
mencapai 30 % dari populasi yaitu
kurang lebih sebanyak 15 juta orang
dan hanya 4 % penderita hipertensi
yang dapat terkontrol. Selain angka
prevalensinya yang tinggi angka
kematian akibat hipertensi di
masyarakat mengalami peningkatan
yang pesat. Dari 15 juta penderita, 60
% penderita hipertensi berakhir pada
stroke, sedangkan sisanya pada
penyakit jantung koroner, gagal ginjal
dan kebutaan. Sedangkan angka
prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2009 menduduki
peringkat tertinggi yaitu sekitar 48 %
dari keseluruhan populasi penduduk
Indonesia. (http: //
www.medicastore.co.id. Fatima Fitri
2009, angka prevalensi hipertensi di
Indonesia, diakses pada tanggal 31
maret 2012).
Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi, pada tahun
2011 hipertensi termasuk kedalam 10
besar penyakit terbanyak, berikut data
jumlah klien dengan hipertensi
terbanyak menurut peringkat dari
peringkat 1 sampai 5 di beberapa
Puskesmas yang ada di Kota
Sukabumi, seperti yang terlihat dalam
table A.1
Table 1
Jumlah Klien Dengan
Hipertensi Terbanyak Di 5
Puskesmas Kota Sukabumi tahun
2011
No Puskesmas
Jumlah Klien
Dengan
Hipertensi
1 Cipelang 4959
2 Selabatu 3447
3 Tipar 3196
4 Pabuaran 2664
5 Limus nunggal 2154
Sumber : Laporan tahunan Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi
Berdasarkan tabel 1 pada tahun
2011 Puskesmas Cipelang merupakan
Puskesmas yang jumlah klien dengan
hipertensi terbanyak yaitu sebesar
4959 dan menduduki peringkat
pertama dibandingkan dengan
Puskemas yang lain yang ada di Kota
Sukabumi. Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cipelang mempunyai 2
Puskesmas pembantu yang berada
dimasing-masing Kelurahan yaitu
Kelurahan Gunung Puyuh dan
Kelurahan Sriwidari. Adapun data
jumlah klien dengan hipertensi dalam
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
40
kurun waktu 3 bulan terakhir pada
tahun 2012 di Puskesmas Pembantu
Gunung Puyuh dan Puskesmas
Pembantu Sriwidari, Seperti yang
terlihat dalam tabel 2
Table 2.
Jumlah Klien Dengan
Hipertensi Dalam Kurun
Waktu 3 Bulan Terakhir
Tahun 2012
N
o
Puskes
mas
Pemba
ntu
Jumlah
Klien Dengan
Hipertensi To
tal
Janu
ari
Febr
uari
Ma
ret
1
Gunun
g
puyuh
47 43 42 13
2
2 Sriwid
ari 41 42 42
12
5
Sumber : Laporan bulanan
Wilayah Kerja Puskesmas
Cipelang
Berdasarkan table 2 pada kurun
waktu 3 bulan terakhir tahun 2012
Kelurahan Gunung Puyuh merupakan
kelurahan yang jumlah klien
hipertensinya terbanyak yaitu sebesar
132 dibandingkan dengan kelurahan
sriwidari yang berjumlah 125 orang
Beberapa studi menunjukan
bahwa penyebab penyakit hipertensi
secara umum diantaranya
aterosklerosis (penebalan dinding
arteri yang menyebabkan hilangnya
elastisitas pembuluh darah), keturunan,
bertambahnya jumlah darah yang
dipompa ke jantung, penyakit ginjal,
kelenjar adrenal, dan sistem saraf
simpatis, obesitas, tekanan psikologis,
stres, dan ketegangan bisa
menyebabkan hipertensi. (Ridwan,
2002).
Akibat tekanan darah tinggi yang
berlanjut dan tidak tertangani secara
tepat, dapat berakibat fatal, salah
satunya adalah kerusakan pada
berbagai organ target seperi otak,
ginjal, aorta, pembuluh darah perifer
sampai kerusakan pada retina mata.
Kerusakan ini diakibatkan oleh
ambulatory blood pleasure. Hipertensi
apabila tidak segera ditangani maka
dapat menimbulkan komplikasi atau
kerusakan pada berbagai organ tubuh.
Salah satu contoh dampak yang
ditimbulkan dari penyakit hieprtensi
atau tekanan darah tinggi yaitu angina
dan serangan jantung, stroke, gagal
jantung, kerusakan ginjal dan lain-lain
(Ridwan, 2002). Berhubungan dengan
hal tersebut maka diperlukan
penanganan hipertensi yang tepat dan
efisien.
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
41
Terapi untuk penaganan penyakit
hipertensi pada prinsipnya ada dua
macam terapi yang bisa dilakukan
yaitu secara farmakologis dan non
farmakologis. Secara farmakologis
terdiri atas pemberian obat yang
bersifat diuretik, simpatetik, beta
blocker, dan vasodilator dengan
memperhatikan tempat, mekanisme
kerja dan tingkat kepatuhan.
Penanganan secara farmakologis
dianggap mahal oleh masyarakat.
Selain itu penanganan farmakologis
juga mempunyai efek samping. Efek
samping tersebut bermacam-macam
tergantung dari obat yang digunakan
(Vitahelth, 2004).
Penanganan non-farmakologis
yaitu meliputi penurunan berat badan,
olah raga secara teratur, diet rendah
lemak dan garam, serta terapi
komplementer (Utami, 2009).
Penanganan secara non farmakologis
sangat diminati oleh masyarakat
karena sangat mudah untuk
dipraktekan dan tidak mengeluarkan
biaya yang terlalu banyak. Selain itu,
penanganan non-farmakologis juga
tidak memiliki efek samping yang
berbahaya tidak seperti penanganan
farmakologis. Sehingga masyarakat
lebih menyukai penanganan secara non
farmakologis dari pada secara
farmakologis (Utami, 2009).
Salah satu dari penanganan non
farmakologis dalam menyembuhkan
penyakit hipertensi yaitu terapi
komplementer dengan cara
mengkonsumsi tumbuhan herbal yang
diyakini mampu menurunkan tekanan
darah tinggi. Beberapa contoh
tumbuhan herbal yang berkhasiat
menurunkan tekanan darah seperti
mengkudu, mindi kecil, murbei,
seledri, pepaya, alpukat, ketimun dan
lain-lain (Yuliarti, 2011). Dari
beberapa contoh tumbuhan herbal kita
ambil salah satu contohnya adalah
seledri.
Seledri atau celery (Apium
graveolens) merupakan sayuran
tanaman yang oleh banyak masyarakat
Tiongkok tradisional sejak lama
digunakan untuk menurunkan tekanan
darah. Seledri mengandung apigenin
yang sangat bermanfaat untuk
mencegah penyempitan pembuluh
darah dan tekanan darah tinggi. Selain
itu, seledri juga mengandung pthalides
dan magnesium yang baik untuk
membantu melemaskan otot-otot
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
42
sekitar pembuluh darah arteri dan
membantu menormalkan penyempitan
pembuluh darah arteri. Pthalides
dapat mereduksi hormon stres yang
dapat meningkatkan darah dikutip dari
(http//: www.ramuantradisional.com.
Liza 2011, manfaat seledri bagi
pengobatan tekanan darah tinggi
diakses pada tanggal 30 maret 2012).
Selain itu seledri juga pernah menjadi
bahan penelitian untuk mengobati
hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Universitas
Diponegoro, Rahmawati pada tahun
(2010) terdapat perbedaan penurunan
tekanan darah sistolik (p< 0,0001) dan
tekanan darah diastolik (p = 0,035)
antara kelompok perlakuan dan
kontrol. Setelah konsumsi jus seledri,
tekanan darah sistolik kelompok
perlakuan mengalami penurunan
dengan nilai median yaitu 11.50 +
9.26. mmHg dan diastolik menurun
4.50 + 13.58 mmHg sedangkan
kelompok kontrol tidak mengalami
penurunan yang bermakna. Jadi
kesimpulannya bahwa mengkonsumsi
seledri mampu menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi.
Didalam seledri banyak terdapat
kandungan kimia yang dapat
mengobati hipertensi.
Selain mengandung apigenin dan
pthalides seledri juga mengandung gizi
yang tinggi, vitamin A,B1, B2, B6 dan
juga vitamin C. Seledri juga kaya
pasokan kalium, asam folik, kalsium,
magnesium, zat besi, fosfor, sodium
dan banyak mengandung asam amino
esensial. Pada pasokan kalium sangat
bermanfaat untuk terapi darah tinggi.
Pada 100 g seledri terkandung 344 mg
kalium dan 125 mg natrium. Konsumsi
makanan dengan perbandingan kalium
dan natrium yang mencapai 3:1, sangat
baik bagi penderita darah tinggi. Pada
seledri perbandingan tersebut
mencapai 2,75:1 sudah sangat
mendekati rasio ideal untuk
pencegahan Hipertensi (http//:
www.ramuanteradisional.com. Liza
2011, manfaat seledri bagi
pengobatan tekanan darah tinggi,
diakses pada tanggal 30 maret 2012).
Seledri juga sangat mudah dicari,
harganya juga sangat terjangkau oleh
masyarakat. Selain itu selederi juga
tidak memiliki efek samping yang
berbahaya. Oleh karena itu seledri
sangat baik sebagai terapi pengobatan
hipertensi.
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
43
Walaupun seledri sangat mudah
dicari, harganya juga sangat terjangkau
oleh masyarakat dan bermanfaat untuk
penurunan tekanan darah namun
masyarakat kurang banyak mengetahui
manfaat dari seledri itu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka dalam penelitian ini peneliti
membuat rumusan masalah sebagai
berikut “Apakah Pemberian Air
Rebusan Seledri Berpengaruh
Terhadap Tekanan Darah Pada
Klien Hipertensi di Kelurahan
Gunung Puyuh Kota Sukabumi
Wilayah Kerja Puskesmas
Cipelang”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari
penelitian ini yaitu mengetahui
pengaruh air rebusan seledri
terhadap tekanan darah pada klien
hipertensi di Kelurahan Gunung
Puyuh Kota Sukabumi wilayah
kerja Puskesmas Cipelang.
D. Hipotesis
Hipotesis didalam suatu
penelitian berarti jawaban sementara
penelitian, patokan duga, atau dalil
sementara, yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut.
Setelah melalui pembuktian dari hasil
penelitian maka hipotesis ini dapat
diterima tau ditolak (Notoatmodjo,
2010).
Hipotesis dalam penelitian ini
yaitu apabila ada pengaruh pemberian
air rebusan seledri terhadap penurunan
tekanan darah, maka hipotesis
sementara dinyatakan dengan H1
(hipotesis alternatif/kerja), tetapi
apabila setelah dilakukan penelitian
ternyata tidak ada pengaruh pemberian
air rebusan seledri terhadap tekanan
darah, maka hipotesis penelitian
dinyatakan dengan Ho (hipotesis 0).
Hipotesis dalam penelitian ini :
Ho : Tidak ada pengaruh antara
pemberian air rebusan
seledri dengan
penurunan tekanan darah
di Kelurahan Gunung
Puyuh wilayah kerja
Puskesmas Cipelang
H1 : Ada pengaruh antara
pemberian air rebusan
seledri dengan
penurunan tekanan darah
di Kelurahan Gunung
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
44
Puyuh wilayah kerja
Puskesmas Cipelang.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah quasi eksperiment atau pre
experiment, yaitu eksperiment jenis
ini belum memenuhi persyaratan
seperti cara eksperiment yang dapat
dikatakan ilmiah mengikuti
peraturan-peraturan tertentu
(Arikkunto, 2006). Sedangkan untuk
jenis design pre eksperiment yang
diambil dalam penelitian ini adalah
pre-test dan post-test group yaitu
memberikan pre-test atau
pengamatan awal terlebih dahulu
sebelum diberikan intervensi, setelah
itu diberikan intervensi kemudian
dilakukan post-test atau pengamatan
akhir ( Hidayat, 2007 ).
Penelitian ini meneliti apakah
ada pengaruh air rebusan seledri
terhadap tekanan darah pada klien
hipertensi melalui pre-test dan post-
test group.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah klien hipertensi yang ada di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah
Kerja Puskesmas Cipelang Kota
Sukabumi yang berjumlah 132 orang.
Sampel pada penelitian ini
adalah sebagian klien hipertensi yang
ada di Kelurahan Gunung Puyuh
Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang
yang belum pernah diberikan air
rebusan seledri.
Sample
Dalam penelitian keperawatan
kriteria sampel dapat meliputi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi, dimana
kriteria tersebut dapat menentukan
layak dan tidaknya sampel yang akan
digunakan (Sugiyono, 2008).
Kriteria inklusi:
a. Pria/Wanita dewasa berusia
sekitar 25-59 tahun
b. Pria/wanita dewasa yang sedang
mengalami peningkatan tekanan
darah.
c. Tidak mengkonsumsi obat
antihipertensi
d. Klien hipertensi yang bersedia
mengikuti kegiatan penelitian
mengkonsumsi rebusan seledri
setiap 2 kali sehari selama satu
minggu sesuai jadwal.
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
45
e. Tidak disertai dengan resiko
penyakit lain seperti gagal ginjal
Kriteria eklusi responden sebagai
berikut :
a. Pria/Wanita dewasa berusia
sekitar < 25 tahun atau >59 tahun
b. Mengkonsumsi obat antihipertensi
c. Tidak bersedia mengikuti kegiatan
penelitian mengkonsumsi rebusan
seledri setiap 2 kali sehari selama
satu minggu sesuai jadwal.
d. Memiliki penyakit penyerta
seperti gagal ginjal.
Teknik Pengambilan Sample
Pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah menentukan
responden dengan usia 25-59
tahun, melakukan wawancara
terkait riwayat hipertensi serta
keluhan yang dialami responden,
memastikan responden baru
pertama kali diberikan perlakuan
pemberian air rebusan seledri,
serta melakukan pemeriksaan
tekanan darah sebelum dilakukan
pemberian air rebusan seledri.
Ukuran Sample
Berdasarkan formula drop out
tersebut, maka jika prediksi sampel drop
outnya 30% maka sampelnya berjumlah
22 orang, 22 orang dibagi menjadi dua
tahap pertemuan, 11 orang menjadi tahap
pertama dan 11 orang lagi menjadi tahap
ke dua.
Teknik Analisa Data
Metode analisis statistik yang
digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan skala pengukuran yang
digunakan adalah uji-T sampel
berpasangan (paired t-test). Uji-T sampel
berpasangan adalah salah satu pengujian
hipotesis dimana data yang digunakan
tidak bebas (berpasangan), ciri yang
paling sering ditemui pada kasus yang
berpasangan adalah satu individu (objek
penlitian) dikenai 2 jenis perlakuan yang
berbeda atau lebih sering untuk melihat
adanya perbedaan antara pre-post
(Kurniawan, 2008)
Uji paired t-test memerlukan persyaratan,
yaitu data harus mengikuti distribusi
normal, maka sebelum dilakukan analisa
melalui uji paired t-test data harus diuji
kenormalannya dengan menggunakan uji
normalitas. Uji normalitas yang dilakukan
adalah uji Kolgomorov Smirnov.
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
46
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian diketahui analisis
deskristif klien hipertensi sebelum
dirberikan air rebusan seledri dalam
penelitian ini bisa dilihat pada tabel 4.6
berikut ini.
Tabel 3
Analisis Deskristif Klien Hipertensi
Berdasarkan Tekanan Darah
Sebelum Diberikan Air rebusan Seledri
Variabel
Tekanan
Darah
N Mean Medi
an Sd
Mi
n
Ma
x
Sistol 20 166.5
0
165.0
0
13.8
70
15
0 190
Diastol 20 94.75 90.00 5.49
5 90 105
Berdasarkan data pada tabel 3
menunjukkan bahwa dari total 20 klien
hipertensi mempunyai tekanan darah
sistol rata-rata 166,50 mmHg dengan
tekanan darah sistol tertinggi 190 mmHg
dan terendah 150 mmHg. Sedangkan
untuk tekanan darah diastol mempunyai
rata-rata 94,75 mmHg dengan tekanan
darah diastol tertinggi 105 mmHg dan
terendah 90 mmHg.
Pembahasan
Berdasarkan analisa bivariat hasil
perhitungan uji Wilcoxon Matched Pairs
menggunakan SPSS (Statistical Product
and Service Solution 16) didapatkan p
value 0.000 dimana p value di bawah
0.05 (0.000 < 0.05). Maka H0 ditolak, dan
H1 gagal tolak atau air rebusan seledri
mempunyai pengaruh terhadap penurunan
tekanan darah.
Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Universitas Diponegoro,
Rahmawati pada tahun (2010), terdapat
perbedaan penurunan tekanan darah
sistolik (p< 0,0001) dan tekanan darah
diastolik (p = 0,035) antara kelompok
perlakuan dan kontrol. Setelah konsumsi
jus seledri, tekanan darah sistolik
kelompok perlakuan mengalami
penurunan dengan nilai median yaitu
11.50 + 9.26. SD mmHg dan diastolik
menurun 4.50 + 13.58 SD mmHg
sedangkan kelompok kontrol tidak
mengalami penurunan yang bermakna.
Jadi kesimpulannya bahwa
mengkonsumsi seledri mampu
menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
Hal ini sesuai dengan konsep yang
dikemukakan oleh Dalimartha (2000)
bahwa seledri atau celery (Apium
graveolen) merupakan salah satu dari
jenis terapi herbal untuk menangani
penyakit hipertensi. Unsur-unsur yang
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
47
terdapat dalam seledri yang dapat
menurunkan tekanan darah adalah
flavanoid, apigenin, vitamin C, fitosterol
dan vitamin K yang dapat berperan dalam
metabolisme gula (mengatur kadar gula
darah), metabolisme lemak, efek diuretik
dan mempertahankan elastisitas
pembuluh darah. Dengan demikian
rebusan seledri memiliki peranan
mekanisme penurunan takanan darah.
Selama proses menjalani terapi
yang dilakukan responden dalam 14 kali
terapi dengan waktu 7 hari berturut-turut
terdapat faktor yang tidak diteliti tapi
dimungkinkan dapat mempengaruhi
pengaruh air rebusan seledri dalam
menurunkan tekanan darah.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil pembahasan yang
didapatkan maka dalam penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
1. Tekanan darah pada klien
hipertensi sebelum diberikan air
rebusan seledri memiliki rata-rata
tekanan darah sistolik sebesar
166.50 mmHg yang menurut Joint
National Comite (JNC) termasuk
dalam kategori hipertensi stadium
2 atau hipertensi sedang dan untuk
diastoliknya adalah 94.75 mmHg
termasuk dalam kategori
hipertensi stadium 1 atau
hipertensi ringan.
2. Tekanan darah pada Klien
hipertensi setelah diberikan air
rebusan seledri memiliki rata-rata
tekanan darah sistolik sebesar
129.50 mmHg yang menurut Joint
National Comite (JNC) termasuk
dalam kategori normal dan untuk
diastoliknya adalah 82.50 mmHg
termasuk dalam kategori normal.
3. Terdapat pengaruh pemberian air
rebusan seledri yang bermakna
terhadap penurunan tekanan darah
klien hipertensi di Kelurahan
Gunung Puyuh Wilayah Kerja
Puskesmas Cipelang Kota
Sukabumi.
B. Saran
1. Tempat Penelitian
Diharapkan agar lebih
memperkenalkan manfaat seledri
di masyarakat sehingga
masyarakat dapat mengkonsumsi
seledri secara rutin dan dapat
merasakan manfaatnya secara
optimal.
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
48
2. Institusi Pendidikan
Terapi air rebusan seledri
hendaknya dapat
dipertimbangkan sebagai topik
bahasan baru dan sebagai salah
satu kompetensi yang harus
dikuasai mahasiswa dalam mata
ajar keperawatan komplementer
di kurikulum lokal dan sekaligus
sebagai bentuk upaya
pengembangan ilmu keperawatan
terapan.
3. Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian
berikutnya perlu
memperhitungkan bias selama
penelitian seperti ketepatan
waktu terapi dan konsistensi
responden untuk tidak
mengkonsumsi obat-obatan
selama terapi. Serta dilakukan
penelitian lebih spesifik lagi
dengan variabel-variabel dan
metodologi yang lebih beragam
untuk mengetahui hubungan
faktor-faktor tersebut agar
hasilnya dapat digeneralisasikan.
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
49
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,
2006
Armilawati, dkk. Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian epidemiologi Makassar:
Bagian Epidemiologi FKM UNHAS 2007
Brunner & Suddarth, Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC,
2002.
Budiarto, E. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,. Jakarta: EGC
2002.
Corwin J. Elizabeth. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC, 2001
Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jili 2. Jakarta : Trubus Agriwidiya
2000.
Dempsey A.D. & Dempsey P.A. Riset Keperawatan. Jakarta: EGC, 2002
Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Data Laporan Tahunan Hipertensi : 2011.
Gunawan, Lany. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius 2001
Hidayat, A. Aziz alimul. Metode Penelitian kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba, 2007.
Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. FKUI Jakarta : Media Aesculpius,
2009.
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika, 2008.
Palmer, Anna. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama 2007
Potter, P.A Perry, A. G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta : EGC, 2005.
Ridwan, Muhammad. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi. Semarang
: Pustaka Widyarama 2002.
Sudjana. Metoda Statistika edisi 6. Bandung: PT Tarsito, 2005.
Sudoyo W. Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta : FKUI 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D. Bandung: Alfabet, 2008.
Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di
Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia
50
Sunarjono, Hendro. Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta : Penebar Swadaya, 2011.
Tim prodi S1 keperawatan. Penyusunan Dan Penulisan Skripsi. Sukabumi: STIKESMI,
2012
Utami, Prapti. Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi. Jakarta: PT Agromedia Pustaka, 2009.
Vitahealth. Hipertensi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang, Data Bulanan PUSTU Sriwidari dan Gunung puyuh
2012
www.deherba.com, Santoso Budi 2006 cara sehat menurunkan darah tinggi, diakses pada
tanggal 2 april 2012 .
www.dokter-herbal.com, Sani Asrul 2010, manfaat dan fungsi vitamin k, diakses pada
tanggal 7 april 2012
www.informasitips.com, Digi 2011, manfaat dan khasiat sayur seledri, diakses pada
tanggal 7 april 2012.
www.kesehatan123.com, Masdhani 2011 Kesehatan Hipertensi, diakses pada tanggal 12
april 2012
www.medicastore.co.id, Fatima Fitri 2009 angka prevalensi hipertensi di Indonesia,
diakses pada tanggal 31 maret 2012.
www.ramuantradisional.com, Liza 2011 manfaat seledri bagi pengobatan tekanan darah
tinggi, diakses pada tanggal 30 maret 2012.
www.smallcrab.com, Abdullah Tegar 2011 manfaat vitamin c bagi kesehatan, diakses pada
tanggal 7 april 2012.
www.tropicanaslim.com, Noni 2011 fitosterol musuh si kolesterol, diakses pada tanggal 7
april 2012.
www.wordpess.com, Samantho Ahmad 2012, khasiat dan manfaat daun seledri, diakses
pada tanggal 2 april 2012.
Yuliarti, Nurheti. Libas Hipertensi Dengan Herbal. Magelang : Gajayana Publisher, 2011.
Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan
Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya
51
PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI
DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR KOTA SUKABUMI
2012
IRAWAN DANISMAYA*
ABSTRAK
Imunisasi menurut Depkes RI (2005) adalah tindakan untuk mencegah berpindahnya
penyakit dari satu orang ke orang lain atau dari daerah satu ke daerah lain, dengan cara
memasukan vaksin hidup yang dilemahkan/dimatikan sehingga tubuh terangsang
membentuk antibodi alami. Partisipasi masyarakat dalam program imunisasi tergambar dari
besarnya angka Drop Out (DO). Kelurahan Dayeuh Luhur di wilayah binaan Puskesmas
Benteng dilaporkan memiliki angka DO tertinggi dan non UCI (Universal Child
Immunization) se-Kota Sukabumi di tahun 2011. Jenis penelitian korelasional ini bertujuan
mengidentifikasi ada tidaknya pengaruh dukungan masyarakat bagi keluarga terhadap
pengambilan keputusan keluarga tentang DO imunisasi dasar di kelurahan Dayeuh Luhur.
144 orang responden dipilih berdasarkan kriteria inklusi sampel melalui teknik Cluster
Random Sampling dari 21 RW di lokasi penelitian. 67 responden ( 46,5% ) menyatakan
dukungan masyarakat terasa Rendah, 44 orang ( 30,6% ) merasakan dalam tingkat Sedang
dan 33 orang ( 22,9% ) merasakan dukungan yang Tinggi. Teridentifikasi 71 keluarga (
49,3% ) memiliki kecenderungan Tinggi untuk DO, 42 keluarga ( 29,2% ) bersikap ragu-
ragu dan 31 keluarga ( 21,5% ) bersikap tidak akan DO. Analisis Spearman mendapatkan
nilai p sebesar 0,0005 sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh dukungan masyarakat
terhadap pengambilan keputusan keluarga tentang DO. Puskesmas hendaknya melakukan
upaya-upaya preventif secara rutin kepada para ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan
dengan melibatkan partisipasi masyarakat di tingkat RW.
Kata Kunci : dukungan, keputusan, Drop Out.
59 Halaman, 15 Pustaka (2002-2012), 9 Tabel, 1 Skema, 5 Lampiran.
Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan
Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya
52
EFFECT OF COMMUNITY SUPPORT FOR FAMILY ON BASIC
IMMUNIZATION PROGRAMME AT DAYEUH LUHUR DISTRICT OF
SUKABUMI CITY
2012
ABSTRACT
Immunization according to the Ministry of Health (2005) is an act to prevent the migration
of disease from one person to another or from one area to another area, by entering the live
attenuated vaccine / turned off so the body naturally produces antibodies. Community
participation in immunization programs drawn from a large number Drop Out (DO).
Dayeuh Luhur Village at the Fort built health center was reported to have the highest DO
rates and non UCI (Universal Child Immunization) at Sukabumi City in 2011. This type of
correlational research is aimed at identifying the presence or absence of public support for
the family influence on family decisions about basic immunization in villages of Dayeuh
Luhur. 144 respondents were selected based on inclusion criteria of the sample through
random cluster sampling technique from 21 neighborhoods in the study site. 67 respondents
(46.5%) stated that community support was low, 44 individuals (30.6%) felt the level of
Medium and 33 men (22.9%) felt that support High. Identified 71 families (49.3%) had a
tendency to DO High, 42 families (29.2%) were undecided and 31 families (21.5%) were
not going to DO. Spearman analysis of a p-value of 0.0005 so that it can be concluded there
is the influence of public support of family decision-making about the DO. Health centers
should conduct preventive measures routinely to mothers with babies aged 0-12 months
with community participation at the local level.
Keywords: support, decision, Drop Out.
59 Pages, 15 Bibliography (2002-2012), Table 9, Scheme 1, 5 Appendix,
Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan
Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya
53
LATAR BELAKANG
Imunisasi dijelaskan Depkes RI
(2005) merupakan tindakan untuk
mencegah berpindahnya penyakit dari
satu orang ke orang lain atau dari daerah
satu ke daerah lain, sebagai cara yang
sangat efektif dan dapat dilakukan dalam
waktu relatif singkat. Pencegahan
penyakit infeksi dengan cara diimunisasi
pada tingkat dasar dilaksanakan oleh
puskesmas melalui program rutin maupun
program tambahan bagi sekelompok
PD3I seperti penyakit TBC, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, dan
Campak. Targetnya adalah setiap bayi
harus mendapat imunisasi dasar yang
lengkap.
Angka cakupan dan target
imunisasi diperoleh melalui kegiatan
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
yang dilakukan rutin di satu wilayah
binaan puskesmas. Depkes RI (2006)
menyatakan harus dilakukan analisis
terlebih dahulu terhadap indikator di
dalam PWS untuk menentukan
ketercapaian program, yaitu . 1).
partisipasi masyarakat, 2). tingkat
perlindungan terhadap penyakit, dan 3).
pengelolaan sasaran. Dan angka Drop
Out (DO) mengindikasikan tingkat
pengelolaan sasaran (bayi). Semakin
besar angka DO maka semakin buruk
pula pengelolaan sasarannya.
Sasaran imunisasi di Kota
Sukabumi sebesar 6.998 bayi, tetapi
laporan dalam tabel 1 selama bulan
Januari sampai Oktober 2011 sebelum
penelitian ini dilakukan menunjukan
bahwa belum ada satu jenis imunisasi pun
yang berhasil mencapai target.
Tabel 1
Cakupan Imunisasi Dasar di Kota
Sukabumi Januari sampai Desember
2011
Antigen
% Cakupan
Januari sampai
dengan
Oktober 2011
%
Target
BCG 94,9 98
DPT/HB 3 87,3 93
Polio 4 85,5 90
Campak 87,0 75
DO
DPT/HB(1)-(3)
5,7 >5
DO DPT/HB1-
Campak
6,1 >8
Sumber:
Laporan Monitor dan Evaluasi
Program Imunisasi Dinas Kesehatan
Kota Sukabumi triwulan 4 tahun
2011
Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan
Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya
54
Puskesmas Benteng memiliki
persentase cakupan Drop Out
tertinggi dan dibanding dengan 15
puskesmas lainnya. Salah satu
wilayah binaaannya yaitu Kelurahan
Dayeuh Luhur memiliki angka
cakupan DO DPT/HB(1)-(3) sebesar
18,86% (angka toleransi 5%) dan DO
DPT/HB1-Campak sebesar 13,59%
sedangkan angka toleransinya 8%.
Survey pendahuluan di Puskesmas
Benteng hasil diskusi bersama petugas
pelaksana program imunisasi
menemukan bahwa aspek budaya lokal
seringkali menjadi penyebab tidak
bersedia diimunisasi. Azwar MA (2003)
menyatakan bahwa faktor lingkungan
memiliki kekuatan besar dalam
menentukan perilaku, bahkan kadang-
kadang kekuatannya lebih besar
daripada karakteristik individu. Perawat
harus meluruskan persepsi masyarakat
yang salah tentang imunisasi sebagai
salah satu bentuk intervensi praktek
keperawatan komunitas untuk
membantu mensukseskan program
imunisasi.
RUMUSAN MASALAH
rumusan permasalahan penelitian
berdasarkan fenomena yang terjadi sebagai
latar belakang penelitian ini adalah ; “
Adakah pengaruh dukungan masyarakat
bagi keluarga terhadap pengambilan
keputusan keluarga dalam program
imunisasi dasar di kelurahan Dayeuh Luhur
?”
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum dari penelitian ini
untuk mengidentifikasi pengaruh
dukungan masyarakat bagi keluarga
terhadap pengambilan keputusan
keluarga dalam program imunisasi
dasar di kelurahan Dayeuh Luhur
Kota Sukabumi. Sedangkan Tujuan
Khususnya adalah ;
1. Mengidentifikasi tingkat
dukungan masyarakat bagi
keluarga dalam program
imunisasi dasar di kelurahan
Dayeuh Luhur Kota Sukabumi
2. Mengidentifikasi pengambilan
keputusan keluarga dalam
program imunisasi dasar di
kelurahan Dayeuh Luhur Kota
Sukabumi
3. Mengidentifikasi pengaruh
dukungan masyarakat bagi
keluarga terhadap pengambilan
keputusan keluarga dalam
program imunisasi dasar di
kelurahan Dayeuh Luhur Kota
Sukabumi
Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan
Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya
55
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian adalah satu
bentuk pernyataan yang harus diuji
kebenarannya dengan melakukan uji
hipotesis. Hipotesis dalam penelitian
ini adalah :
Ho : Tidak ada pengaruh dukungan
masyarakat bagi keluarga
terhadap pengambilan
keputusan keluarga dalam
program imunisasi dasar di
Kelurahan Dayeuh Luhur
H1 : Ada pengaruh dukungan
masyarakat bagi keluarga
terhadap pengambilan
keputusan keluarga dalam
program imunisasi dasar di
Kelurahan Dayeuh Luhur
JENIS PENELITIAN
Desain penelitian merupakan
penelitian deskriptif korelasional
untuk menemukan hubungan antara
variabel dukungan masyarakat bagi
keluarga dengan pengambilan
keputusan keluarga dalam program
imunisasi dasar. Masing-masing
variabel diukur dalam skala ordinal
dan selanjutnya analisis korelasi.
POPULASI DAN SAMPLE
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh keluarga yang memiliki
bayi usia 0-12 bulan dan bertempat
tinggal di kelurahan Dayeuh Luhur pada
saat penelitian dilakukan yang berjumlah
224 keluarga. Sedangkan sampelnya
didapat dengan teknik cluster random
sampling yaitu sebagian keluarga setelah
dihitung menggunakan rumus Slovin
dengan didapatkan hasil sebesar 144
keluarga yang harus memenuhi kriteria
inklusi sebagai berikut :
1. Telah berdomisili di kelurahan
Dayeuh Luhur lebih dari 6 bulan
2. Mampu membaca dan menulis
3. Status bayi adalah anak kandung
4. Keluarga yang dijadikan responden
adalah ibu
PENGUMPULAN DAN ANALISIS
DATA
Data kedua variabel penelitian
dikumpulkan dengan menggunakan
Instrumen berbentuk kuisioner yang
berisi pernyataan-pernyataan tertutup
yang harus dipilih dalam skala ukur
Ordinal. Sistem skoring yang dipakai
seprti terlihat dalam tabel 2.
Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan
Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya
56
Tabel 2
Skor Jawaban Instrumen
Pilihan
Jawaban
Nilai Skor
Pernyataan
Positif
Nilai Skor
Pernyataan
Negatif
1. Sangat
Tidak
Setuju
(STS)
4 1
2. Tidak
Setuju
(TS)
3 2
3. Setuju (S) 2 3
4. Sangat
Setuju
(SS)
1 4
Tingkat Dukungan masyarakat
terhadap keluarga dikategorikan
berdasarkan nilai kuartil untuk
menginterpretasikan data yaitu :
a. Jika T > K3 = Tingkat
dukungan masyarakat tinggi
b. Jika K2 ≤ T ≤ K3 = Tingkat
dukungan masyarakat sedang
c. Jika T < K2 = Tingkat
dukungan masyarakat rendah
dan Keputusan keluarga terhadap
kelanjutan partisipasi dalam
program imunisasi dasar
diputuskan berdasarkan kategori
sebagai berikut :
a. Jika T > K3 = Keluarga tidak
akan Drop Out
b. Jika K2 ≤ T ≤ K3 = Keluarga
Ragu-ragu
c. Jika T < K2 = Keluarga akan
Drop Out
Korelasi Rank Spearman (rho)
digunakan untuk mengidentifikasi
adanya pengaruh, lalu
memutuskanya setelah melihat
nilai T yang didapatkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Seluruh responden sejumlah
144 orang (100 %) sudah tinggal
lebih dari 6 bulan di tempat
tinggalnya ketika penelitian ini
dilaksanakan. Hal ini berarti
bahwa para ibu telah cukup
mengetahui dan mengalami
kehidupan sosial di
lingkungannya. Meskipun tidak
dibuktikan secara pasti bahwa
status anak dapat memotivasi ibu
untuk lebih rajin mengimunisasi
anaknya sesuai jadwal, tetapi
secara sengaja responden
ditetapkan 100 % harus ibu
kandung. Tabel 3 menunjukan
distribusi umur ibu.
Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan
Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya
57
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Umur
Ibu N 144
Kelompok
Umur (thn) Jumlah Persentase
Kurang dari
21 3 2,08
21 s.d. 25 104 72,22
Lebih dari
25 37 25,69
Total 144 100
Hasil analisis terhadap
variabel tingkat dukungan
masyarakat terhadap keluarga dan
variabel keputusan keluarga dalam
program imunisasi dasar serta
korelasinya tertuang dalam tabel
4, 5 dan 6.
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Tingkat
Dukungan Masyarakat N 144
Dukungan
Masyaraka
t
Jumla
h
Persentas
e
Rendah 67 46,5
Sedang 44 30,6
Tinggi 33 22,9
Total 144 100
Dukungan masyarakat
yang dimaksud dalam kaitan
penelitian ini bersumber dari
kelompok-kelompok sosial yang
ada di sekitar rumah tempat
tinggal ibu yaitu dukungan dari
aparat pemerintah (pengurus RT
& RW), Kader Posyandu, PKK
dan tetangga. Angka dukungan
rendah yang dinyatakan oleh lebih
dari 50 % responden
mengindikasikan potensi masalah
bagi pengembangan program
imunisasi di wilayah Dayeuh
Luhur. Jika kondisi ini diabaikan,
maka lambat laun akan
membentuk pola budaya keluarga
yang cenderung negatif terhadap
program imunisasi.
Dukungan masyarakat
adalah peran sosial yang
berbentuk budaya.Seperti
disebutkan Azwar (2003) bahwa
masyarakat terikat dengan
kebudayaan sebagai hasil interaksi
antar seseorang dengan orang
lainnya. Lebih jauh Maramis
(2006) menekankan juga bahwa
masyarakat memberikan pengaruh
normatif yang tidak tertulis tapi
disetujui secara umum. Dengan
demikian hal ini berarti bahwa jika
keterlibatan keluarga dalam
program imunisasi dirasakan tidak
Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan
Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya
58
lazim dalam lingkungan
masyarakat di tempat ibu tinggal,
maka budaya baru itu akan
semakin menjauhkan bayi dari
imunisasi.
Teridentifikasi ada
sekelompok ibu yang merasakan
ada dukungan yang tinggi yaitu
22,9%. Kelompok ini dapat
menjadi potensi yang positif jika
dilibatkan untuk memperbaiki isue
negatif terkait imunisasi. Mereka
bersama dengan tokoh masyarakat
dan kader kesehatan dapat
menjadi motor untuk memobilisasi
masyarakat di lingkungannya agar
terlibat dalam program imunisasi.
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Tingkat
Pengambilan Keputusan
Keluarga N 144
Pengambila
n
Keputusan
Keluarga
Jumla
h
Persentas
e
Akan Drop
Out 71 49,3
Ragu - ragu 42 29,2
Tidak Akan
Drop Out
31 21,5
Total 144 100
Usia responden yaitu ibu
sebanyak 104 dari 144 orang
berada dalam rentang 21 – 25
tahun. Kelompok usia ini
merupakan usia yang matang
dalam berpikir untuk mengambil
keputusan. Meskipun sesuai
dengan pola budaya masyarakat
suku sunda yang menempatkan
suami sebagai pemimpin keluarga
dan penentu keputusan, tetapi
pendapat ibu dalam kaitan
kesehatan anak akan sangat
diperhatikan karena mereka
terlibat langsung dalam pola asuh
sehari-hari.
Pengambilan keputusan
menurut Friedman dalam
Suprajitno (2004) merupakan
salah satu tugas dalam fase
perkembangan keluarga. Faktor
yang berpengaruh yaitu
bagaimana kecenderungan fokus
yang menjadi perhatian keluarga,
bagaimana cara memperoleh
informasi dan bagaimana cara
bersikap terhadap dunia luar. Jika
keluarga memandang bahwa
kesehatan anak sangat penting
maka tanpa ragu keluarga akan
menggunakan sumber daya yang
Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan
Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya
59
dimilikinya demi kesembuhan
anaknya bila sakit. Jika informasi
dirasakan oleh keluarga telah
cukup maka keputusan segera
akan diambil. Dan jika keluarga
memiliki norma keterbukaan
terhadap lingkungan luarnya,
maka ia akan memperoleh banyak
bahan sebelum memutuskan.
Tanpa pengetahuan yang
memadai, keluarga akan
mengambil keputusan dengan
terburu-buru atau bahkan salah.
Sehingga dalam hal ini
pengetahuan keluarga akan jenis
dan jadwal imunisasi dasar turut
menentukan bentuk sikap yang
akan dilakukan. Cukup
mengejutkan jika mengingat hasil
penelitian yang menunjukan
bahwa ada 71 orang ibu ( 49,3% )
yang memutuskan akan Drop Out
dan terdapat 42 orang ibu ( 29,2%
) yang bersikap ragu-ragu. Ibu
mungkin saja bukan pengambil
keputusan dalam keluarga, tetapi
angka tersebut mengindikasikan
bahwa kemungkinan motivasi ibu
untuk menuntaskan imunisasi
dasar sangat menurun. Perlu
segera dilakukan langkah-langkah
antisipatif dari penyelenggara
program yang dalam hal ini adalah
Puskesmas.
Tabel 6
Pengaruh Dukungan
Masyarakat
terhadap Pengambilan
Keputusan Keluarga
N r p-value (2
tailed)
144 0,453 0,0005
Individu yang menerima
dukungan sosial secara memadai
bila menghadapi krisis kehidupan,
umumnya lebih mampu
menghadapi situasi itu
dibandingkan dengan mereka yang
tidak menerimanya (Maramis,
2006). Beberapa pernyataan dalam
intrumen penelitian ini disusun
untuk menggali persepsi ibu
tentang bagaimana dukungan
masyarakat bagi dirinya ketika
anaknya panas pasca imunisasi,
mengingatkan jadwal posyandu
atau mengajak datang ke
posyandu. Jika ibu merasakan
dukungan yang penuh saat hal
tersebut terjadi, tentunya ibu akan
merasa sangat diperhatikan atau
Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan
Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya
60
didukung. Tetapi yang terjadi
sesuai hasil penelitian di
Kelurahan Dayeuh Luhur adalah
ibu merasa dukungan yang rendah
dan sedang dengan angka lebih
dari 50 % responden. Akhirnya
yang terjadi kemudian ibu
mempersepsikan imunisasi
sebagai satu stressor yang harus
dihindari dan selanjutnya
memutuskan akan DO.
Seseorang akan mengambil
keputusan yang negatif jika dia
sendiri menyakini bahwa ia tidak
sedang melakukan sesuatu yang
salah. Ini dapat terjadi jika
informasi yang diterima tidak utuh
atau salah. Sampai penelitian ini
usai dilaksanakan, belum
diketahui ada program penyuluhan
khusus dan rutin tentang manfaat
imunisasi yang dilakukan oleh
pihak Puskesmas bagi
masyarakatDayeuh Luhur. Bahkan
ini kemungkinan terjadi juga di
seluruh wilayah kerja Dinas
kesehatan Kota Sukabumi.
Kondisi ini tentunya ikut
melatarbelakangi cara
pengambilan keputusan ibu. Ibu
yang sedang merasa tidak
mendapatkan dukungan dan
ditambah dengan kurangnya
informasi akhirnya memutuskan
untuk DO dari program imunisasi.
Hasil penelitian yang telah
dilakukan ini telah membuktikan
bahwa tingkat dukungan dari
masyarakat berpengaruh terhadap
tingkat pengambilan keputusan
keluarga tentang DO program
imunisasi dasar. Namun demikian
aspek dukungan masyarakat ini
juga bukan satu-satunya faktor
karena ada faktor lainnya seperti
hambatan geografis, jarak,
jangkauan pelayanan, transportasi
dan ekonomi. Faktor tersebut
disebutkan dalam Kepmenkes no.
482/Menkes/SK/IV/2010 tentang
Gerakan Akselerasi Imunisasi
Nasional Universal Child
Immunization (GAIN UCI) 2010-
2014, sebagai faktor penyebab
rendahnya cakupan imunisasi di
beberapa daerah. Dengan arti lain
bahwa untuk memperbaiki
cakupan DO di Dayeuh Luhur
tidak bisa hanya dengan
meningkatkan dukungan
masayarakat saja. Penyelenggara
program imunisasi pada
Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan
Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya
61
Puskesmas Benteng sebaiknya
memikirkan upaya lainnya sebagai
penguat bagi solusi persoalan
tersebut.
KESIMPULAN DAN EKOMENDASI
Seluruh ibu di kelurahan Dayeuh
Luhur merasakan adanya dukungan dari
masyarakat tetapi dalam tingkatan yang
berbeda, dan lebih dari setengahnya
menyatakan tidak mendapatkan dukungan
yang tinggi. Hanya sebagian kecil
keluarga yang diwakili oleh sikap ibu
yang mengambil keputusan tidak akan
Drop Out dari program imunisasi dasar
bagi anaknya. Dan diketahui terdapat
pengaruh dukungan masyarakat terhadap
pengambilan keputusan keluarga untuk
tidak Drop Out dari program imunisasi
dasar.
Puskesmas Benteng sebagai
pelaksana pelayanan kesehatan di wilayah
Dayeuh Luhur hendaknya melakukan
upaya-upaya preventif melalui program
penyuluhan dan sosialisasi program
imunisasi secara rutin kepada keluarga
terutama suami dan ibu yang memiliki
bayi usia 0-12 bulan dengan melibatkan
partisipasi masyarakat di tingkat RW.
Efektifitas suatu program koreksi
terhadap masalah imunisasi di Dayeuh
Luhur misalnya penyuluhan manfaat
imunisasi terhadap keputusan keluarga
untuk Drop Out dapat dijadikan fokus
penelitian berikutnya.
Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan
Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya
62
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Laporan Hasil Monitor dan Evaluasi Program Imunisasi Dinas Kesehatan
Propinsi 2010.
---------- 2011. Laporan Triwulan Monitor dan Evaluasi Program Imunisasi Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi 2011,.
`Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar MA, Saipuddin. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Azwar dan Prihartono. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara.
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC
Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006. Pedoman Pelatihan Tenaga Imunisasi Puskesmas.
Departemen Kesehatan RI, 2009. Buku Acuan Imunisasi Dasar Bagi Pelaksana Imunisasi
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Maramis, Willy F. 2006. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga
University Press.
Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Suprajitno. 2004.Asuhan keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC
Sugiono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
63
ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM PERAWATAN KESEHATAN
MASYARAKAT DI DINAS KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Iwan Permana
STIKES Kota Sukabumi
ABSTRAK
Latar Belakang : Masyarakat Indonesia saat ini mulai terlihat kecenderungan adanya perubahan
pola permintaan pelayanan kesehatan pada golongan masyarakat tertentu dari pelayanan kesehatan
tradisional di rumah sakit beralih ke pelayanan keperawatan di rumah disebabkan karena terjadinya
peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar dibanding sebelumnya (Depkes RI, 2004a, 2004b;
Sharkey, 2000; MacAdam, 2000). Sedangkan secara filosofis, saat ini telah terjadi perubahan
paradigma sakit yang menitikberatkan pada upaya kuratif ke arah paradigma sehat yang melihat
penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996). Sehingga
situasi tersebut dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan program perawatan kesehatan
masyarakat dengan pendekatan upaya promotif dan preventif. Menurut hasil laporan LAKIP Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi (2010) evaluasi pencapaian sasaran tahun 2009/2010 untuk cakupan
pelaksanaan perkesmas melalui kegiatan Klinik Terpadu Kesuma pada sasaran kelompok individu
adalah tidak baik ( 0%) dari pencapaian target sebesar 25 % dari jumlah kasus di Kota Sukabumi,
sedangkan cakupan perkesmas pada sasaran keluarga adalah baik dari target 15 % pencapaian
sebesar 56,6% dari jumlah kasus yang tangani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan
menganalisa pelaksanaan program perkesmas di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.
Metode : penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 di di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Metode
yang digunakan adalah wawancara dan focus group discution kepada pemegang program
perkesmas, koordinator perkesmas, bagian perencanaan , dan bagian kepegawaian di tingkat Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi.
Hasil : Hasil penelitian dengan melakukan analisa SWOT faktor internal dengan hasil kekuatan
kecil sebesar 2,59 dan faktor eksternal di atas rata – rata dengan nilai 3,2, setelah dilakukan
pembobotan. Hasil matrixs pada posisi Grow and Build. Strategi yang digunakan adalah strategi
intensif (market penetration, market development dan product development) dan strategi integratif
(backward ibtegration, foward integration dan hirizontal integration).
Kesimpulan : Peningkatan biaya operasional pelaksanaan perkesmas , peningkatan kualitas SDM
melalui pelatihan perkesmas secara rutin , dan pengembangan perkesmas disetiap puskesmas
mempunyai peranan penting dalam pelaksanakan perkesmas di puskesmas sehingga perlu adanya
perencanaan di tingkat Dinas agar cakupan program perkesmas tercapai.
Kata Kunci : analisa, program, perawatan kesehatan masyarakat
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
64
Pendahuluan
Permasalahan kesehatan yang dihadapi
sampai saat ini juga yaitu upaya kesehatan
belum dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
diketahui penyebab kematian di Indonesia
untuk semua umur, telah terjadi pergeseran
dari penyakit menular ke penyakit tidak
menular, yaitu penyebab kematian pada untuk
usia > 5 tahun, penyebab kematian yang
terbanyak adalah stroke, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Hasil Riskesdas 2007
juga menggambarkan hubungan penyakit
degeneratif seperti sindroma metabolik,
stroke, hipertensi, obesitas dan penyakit
jantung dengan status sosial ekonomi
masyarakat (pendidikan, kemiskinan, dan
lain-lain). Prevalensi gizi buruk yang berada
di atas rata-rata nasional (5,4%) ditemukan
pada 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota.
Sedangkan berdasarkan gabungan hasil
pengukuran gizi buruk dan gizi kurang
Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa
sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi
gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi
nasional sebesar 18,4%. Namun demikian,
target rencana pembangunan jangka
menengah untuk pencapaian program
perbaikan gizi yang diproyeksikan sebesar
20%, dan target Millenium Development
Goals sebesar 18,5% pada 2015, telah dapat
dicapai pada 2007.
Indonesia berupaya mengatasi masalah
tersebut melalui pembangunan dibidang
kesehatan. Tujuan pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan upaya dari seluruh potensi bangsa
baik dari masyarakat, swasta maupun
pemerintah pusat dan daerah. Pembangunan
kesehatan untuk mencapai Indonesia Sehat
2025 bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan ayng setinggi – tingginya dan
perubahan paradigma sehat yaitu upaya untuk
meningkatkan kesehatan bangsa Indonesia
agar mampu mendorong masyarakat untuk
bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan
sendiri melalui kesadaran yang tinggi yang
mengutamakan upaya promotif dan preventif.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka
Visi Rencana Strategi (Renstra) Kementrian
Kesehatan RI adalah “ Masyarakat sehat
yang mandiri dan berkeadilan “ dengan Misi
Renstra Kementrian Kesehatan adalah
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat termasuk
swasta dan masyarakat madani; Melindungi
kesehatan masyarakat dengan menjamin
tersedianya upaya kesehatan paripurna,
merata, bermutu dan berkeadilan ; Menjamin
ketersediaan dan pemerataan sumberdaya
kesehatan; Menciptakan tata kelola
keperintahan yang baik. Guna mencapai visi
dan misi tersebut kementrian kesehatan
menetapkan strategi sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemberdayaan
masyarakat, swasta dan masyarakat
madani dalam pembangunan
kesehatan melalui kerjasama nasional
dan global
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan
yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan serta berbasis bukti
dengan pengutamaan pada upaya
promotif dan preventif
3. Meningkatkan pembiayaan
pembangunan kesehatan, terutama
untuk mewujudkan jaminan sosial
kesehatan nasional
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
65
4. Meningkatkan pengembangan dan
pemberdayaan SDM kesehatan yang
merata dan bermutu.
5. Meningkatkan ketersediaan,
pemerataan dan keterjangkauan obat
dan alat kesehatan serta menjamin
keamanan, khasiat, kemamfaatan dan
mutu kesediaan farmasi, alat
kesehatan dan makanan.
6. Meningkatkan manajemen kesehatan
yang akuntabel, transparan,
berdayaguna dan berhasilguna untuk
memantapkan desentralisasi
kesehatan yang bertanggungjawab.
Guna mendukung pembangunan nasional
dibidang kesehatan dan seiring dengan
adanya reformasi puskesmas pemerintah
mengambil suatu kebijakan dalam upaya
revitalisasi puskesmas dimana keperawatan
sebagai salah satu profesi di bidang kesehatan
berkontribusi melalui pengembangan
pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
termasuk pelayanan keluarga. Pelayanan
kesehatan masyarakat termasuk keperawatan
keluarga merupakan bentuk pelayanan
kesehatan yang diharapkan dapat mendukung
terciptanya kemandirian klien dalam
mengatasi masalah kesehatannya. Pelayanan
kesehatan masyarakat dapat dilakukan
dengan sasaran pelayanan individu, keluarga,
kelompok dengan penekanan upaya promotif,
preventif dengan tidak mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif. Kemudian
berdasarkan UU kesehatan no 36 tahun 2009
pasal 53 ayat 1 dinyatakan bahwa Pelayanan
kesehatan perseorangan ditujukan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan perorangan dan keluarga kemudian
pada UU Rumah Sakit no: 44 tahun 2009
dinyatakan bahwa tugas dan fungsi rumah
sakit adalah memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.
Sementara itu pada Kepmenkes 279 tahun
2006 dinyatakan bahwa lingkup pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat di
puskesmas lebih difokuskan pada upaya
promotif dan preventif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitaif
yang ditujukan pada sasaran pelayanan
indvidu, keluarga kelompok dan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut berarti pelayanan
kesehatan masyarakat dapat melakukan upaya
kesehatan perorangan maupun upaya
pelayanan kesehatan masyarakat.
Upaya keperawatan kesehatan masyarakat
adalah pelayanan profesional yang
terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di
Puskesmas yang dilaksanakan oleh perawat.
Perawat puskesmas mempunyai tugas pokok
memberikan pelayanan keperawatan dalam
bentuk asuhan keperawatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Untuk
mencapai kemamdirian masyarakat baik
disaranan pelayanan rumah sakit dan
puskesmas (Kep.Menpan No. 94 Tahun
2001).
Dalam Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) di tetapkan sub sistem upaya
kesehatan yang terdiri dari dua unsur utama
yaitu upaya kesehatan perorangan (UKP) dan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). UKM
terutama diselenggarakan oleh pemerintah
dengan peran serta aktif masyarakat dan
swasta, sedangkan UKP dapat
diselenggarakan upaya kesehatan harus
bersifat menyeluruh, terarah, terencana,
terpadu, berkelanjutan, terjangkau,
berjenjang, professional dan bermutu,
(Kemenkes, 2006c) .
Kota Sukabumi mempunyai Misi
pembangunan dibidang jasa perdagangan,
pendidikan dan kesehatan. Adapun Tujuan
yang ingin dicapai dari Visi dan Misi bidang
Kesehatan yaitu : Terlindunginya Kota
Sukabumi dari masalah kesehatan melalui
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
66
pelayanan kesehatan yang profesional dengan
melibatkan peran aktif masyarakat sehingga
terwujud masyarakat yang Sehat, Cerdas,
dan Sejahtera. Pewujudan visi dan misi Dinas
Kesehatan tersebut diaplikasikan dalam
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di
Bidang Pelayanan Kesehatan yang terdiri dari
3 seksi, yakni Kesehatan Komunitas,
Kesehatan Khusus dan Kesehatan Gizi.
Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
sudah berupaya melakukan Visi dan Misi
dalam upaya mencapai pembangunan
kesehatan yakni kesehatan komunitas dengan
melakukan penerapan keperawatan kesehatan
masyarakat melalui Klinik Terpadu Kesuma
yang dilaksanakan di seluruh Puskesmas
wilayah Kota Sukabumi sesuai dengan
komitmen Dinas Kesehatan dengan
melakukan kebijakan melalui Keputusan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi agar
setiap Puskesmas melaksanakan kegiatan
perkesmas melalui Klinik Terpadu Kesuma
dengan dasar rujukan Kepmenkes No.
279/MENKES/SK/IV/2006. Klinik Terpadu
Kesuma yaitu klinik yang ada di Puskesmas
dengan ruangan khusus sebagai rujukan dari
poliklinik Puskesmas atau dari masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan yang
komprehensif, holistic, terintegrasi dan
berkesinambungan.
Namun menurut hasil laporan LAKIP Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi (2010) evaluasi
pencapaian sasaran tahun 2009/2010 untuk
cakupan pelaksanaan perkesmas melalui
kegiatan Klinik Terpadu Kesuma pada
sasaran kelompok individu adalah tidak baik (
0%) dari pencapaian target sebesar 25 % dari
jumlah kasus di Kota Sukabumi, , sedangkan
cakupan perkesmas pada sasaran keluarga
adalah baik dari target 15 % pencapaian
sebesar 56,6% dari jumlah kasus yang
tangani.
Berdasarkan pemikiran dan
permasalahan tersebut diatas, untuk berupaya
merealisasikan upaya yang lebih konkrit
dalam penerapan keperawatan kesehatan
masyarakat yang mana harus ditunjang
dengan peran perawat yang profesional dan
dukungan Pemerintah Kota Sukabumi
melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas
maka peneliti melakukan studi tentang
“Analisa Pelaksanaan Program Perawatan
Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan
Kota Sukabumi.”
Metode
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan
teknik pengumpulan data menggunakan
angket yang dilakukan dengan cara
wawancara dan focus group discusion (FGD).
Sampel digunakan dengan purposive
sampling yaitu pemegang program
perkesmas, koordinator perkesmas, bagian
perencanaan, bagian kepegawaian dan bagian
pelayanan kesehatan. Data yang di
kumpulkan dengan menggunakan analisa
SWOT.
Hasil Dan Pembahasan
A. Analisa SWOT Di Tingkat Dinas
Kesehatan
1. Analisis Internal
Berdasarkan hasil analisa di Dinkes
Kota Sukabumi :
a. Kekuatan ( Strength )
1) Adanya visi dan misi Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi
yang jelas akan memberikan
kekuatan atau energi semua
komponen struktural maupun
fungsional untuk menunjukan
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
67
kinerja yang optimal bagi
peningkatan program
keperawatan
komunitas/perkesmas/klinik
kesuma
2) Kebijakan Kepala Dinas
Kesehatan untuk perbaikan
program perkesmas yang
akan menjadi modal
pendorong untuk melakukan
perubahan ke arah yang lebih
baik
3) Penanggung jawab
perkesmas adalah seorang
perawat yang akan bisa
memahami masalah dan
kecenderungan mampu
melakukan analisis situasi
dengan cermat
4) Adanya seksi kesehatan
komunitas dalam organisasi
dinas kesehatan yang dapat
mendukung kegiatan
perkesmas
5) Sudah adanya kebijakan
dinas kesehatan ke tingkat
puskesmas dalam
pelaksanaan perkesmas.
b. Kelemahan ( Weaknes )
1) Biaya operasional
pelaksanaan perkesmas tidak
tersendiri dan besaran biaya
rendah sebesar 0,05 % dari
total anggaran kesehatan di
tingkat dinas kesehatan.
2) Jumlah/ mutu/ kinerja SDM
yaitu jumlah kebutuhan
perawat D III, dan S1 belum
maksimal akan menggaggu
pelayanan pada masyarakat
yang pada gilirannya
menyebabkan tidak puas dan
mencari pelayanan lain
3) SOP dan aturan serta metoda
pelaksanaan perkesmas di
tingkat dinas kesehatan
belum ada yang akan
berakibat pada praktik
pelayanan dibawah standar.
4) Kurangnya pengembangan
SDM melalui pelatihan
perkesmas dan pelatihan
kemampuan dasar
keperawatan di tingkat dinas
kesehatan
5) Penempatan tenaga/rotasi
yang terlalu cepat yang pada
akhirnya penanggungjawab
perkesmas belum bekerja
secara penuh
6) Bagian/ program penelitian
dan pengembang tidak ada
sehingga pengembangan
pegawai atau karyawan
stagnan dan tidak ada
inovasi-inovasi baru yang
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
68
dihasilkan untuk pelayanan
dan manajemen serta sebagai
indikator lemahnya
penerapan praktik
berdasarkan bukti (evidence-
base practice) di
dinaskesehatan
7) SIK dinas kesehatan belum
ada yang menyebabkan
saluran komunikasi
manajemen yang kurang ,
fungsi-fungsi manajemen
yang tidak berjalan di dinas
kesehatan
8) Evaluasi pencapaian sasaran
tahun 2010 dalam Cakupan
perkesmas individu tidak baik
9) Belum adanya sumber daya
alat, bahan, sarana prasarana
khusus perkesmas seperti :
PHN Kit, alat dan bahan
pertolongan darurat.
10) Belum adanya penunjukan
perawat penyelia dengan
tugas dan fungsi yang jelas
2. Analisis Eksternal
Berdasarkan hasil analisa di Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi secara
eksternal diperoleh hasil sebagai
berikut :
a. Peluang ( Opurtunity )
1) Merupakan daerah transit
antar daerah dengan luas
wilayah yang sangat kecil
sehingga mudah mengakses
pelayanan kesehatan dan
terbuka peluang kerjasama
dengan instansi pemerintah
maupun swasta dalam
memberi pelayanan
kesehatan serta mudah untuk
memperoleh informasi dan
teknologi terbaru baik
dibidang manajemen maupun
pelayanan kesehatan
2) Visi dan Misi Kota Sukabumi
adalah di bidang jasa
pelayanan kesehatan,
perdagangan dan pendidikan
hal ini akan membantu proses
penyelesaian masalah
kesehatan
3) Adanya peningkatan jumlah
kebutuhan tenaga perawat
dan pengembangan tingkat
pendidikan tenaga
keperawatan
4) Adanya 3 lembaga
pendidikan kesehatan (
Poltekes Yapkesbi,
Universitas Sukabumi dan
SITKES Sukabumi)
5) Adanya kebijakan dinas
kesehatan profinsi untuk
melaksanakan kegiatan
program keperawatan
komunitas melalui Nursing
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
69
Center (NC) untuk
dilakasanakan di setiap
kota/kabupaten
6) Adanya aturan Permenkes
No. 279 tentang pelaksanaan
perkesmas
7) Adanya program desa siaga
dan RW siaga
8) Adanya bantuan dana dari
tingkat profinsi,
APBN dan DAK
yang dapat
mendukung
kegaiatan program
serta BOK untuk
puskesmas
b. Ancaman ( Treath )
1. Tuntutan pelayanan
kesehatan masyarakat
makin dinamis dan
variatif yang tidak
diimbangi oleh
peningkatan kinerja
pemberi pelayanan
kesehatan yang baik serta
mutu pelayanan kesehatan
di dinkes akan
berdampak pelayanan
kurang bermutu dan
kinerja tenaga kurang baik.
2. Adanya universal coverarage yang
mana harus menyediakan pelayanan
masyarakat tidak mampu
3. Terjadinya peningkatan teknologi
pelayanan keperawatan/kedokteran
4. Menngkatnya IPTEK di bidang
komputerisasi
5. Meningkatnya Penyakit tropis dan
penyakit infeksi
BAGAN MATRIXS TOWS
Faktor Internal Kekuatan (strengths) :
Kelemahan (weaknesses) :
Faktor Exsternal
1. Adanya Visi dan Misi Dinkes Kota Sukabumi
2. Adanya Kebijakan Dinkes
3. Adanya PJ perkesmas 4. Adanya seksi keskom 5. Adanya akreditasi Tk.
PKM
1. Biaya operasional rendah 2. Belum adanya
SOP/aturan/metoda pelaksanaan perkesmas
3. Kurangnya pelatihan di tk. Dinkes
4. Belum adanya program penelitian dan pengembangan
5. Belum adanya SIK 6. Belum adanya sapras dan
alat PHN KIT/desa 7. Belum adanya perawat
penyelia
Peluang (oppurtunities) : 1. luas wilayah kecil 2. Visi dan Misi Kota
Sukabumi 3. Adanya 3 lembaga
pendidikan kesehatan
4. Kebijakan Dinkes Profinsi
5. Permenkes 279 6. Adanya kel. Siaga
dan RW 7. Dana bantuan
APBD, DAK BOK
SO strategis 1. Meningkatkan program
pengembangan yankes (S: 1, 2, O: 1, 2, 4, 5)
2. Memperluas kemitraan dan advokasi (S: 5 O; 3)
WO strategis 1. Meningkatkan biaya
operasional perkesmas (W:1, O:7)
2. Membuat model SOP/aturan/metode perkesmas (W:2, O: 1, 2)
3. Meningkatkan pelatihan perkesmas (W:3, O; 4,5)
Ancaman (treaths) : 1. Tuntutan yankes 2. Multi bourden
desease 3. UHH meningkat 4. Adanya IPTEK
bid.kes/kep
ST strategi, Meningkatkan sistem yankes dlm menghadapi pasar bebas (S: 2, 5, T: 1, 2, 3, 4)
WT strategis 1. Pengembangan dan
peneltian yankes (W:4, T: 3, 2, 3)
2. Pengembangan yankes berbasis komputerisasi (W:5, T:4)
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
70
Tabel : Internal Factor Evaluation (IFE
Matrix)
Keterangan : 1 = kelemahan besar 3 = kekuatan kecil 2 = kelemahan kecil 4 = kekuatan besar
No Critical Succes Factor Bobot AS Score Keterangan
1
Kekuatan : Adanya visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Sukabumi yang jelas akan memberikan kekuatan atau energi semua komponen struktural maupun fungsional untuk menunjukan kinerja yang optimal bagi peningkatan program keperawatan komunitas/perkesmas/klinik kesuma
0,15
4
0,60
Arah yang jelas
2 Kebijakan Kepala Dinas Kesehatan untuk perbaikan program perkesmas yang akan menjadi modal pendorong untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik
0,12 4 0,48 Kualitas pelayanan ke arah yang lebih baik
Bentuk komitmen Dinkes Kota Sukabumi
3 Penanggung jawab perkesmas adalah seorang perawat yang akan bisa memahami masalah dan kecenderungan mampu melakukan analisis situasi dengan cermat
0,10 4 0,40
4 Adanya seksi kesehatan komunitas dalam organisasi dinas kesehatan yang dapat mendukung kegiatan perkesmas
0,08 3 0,24 Bentuk pengembangan pelayanan kesehatan
5 Kerjasama lintas program yang baik 0,08 3 0,24 Potensi pelayanan akan berkembang
Kelemahan :
1 Biaya operasional pelaksanaan perkesmas tidak tersendtiri dan besaran biaya rendah sebesar 0,05 % dari total anggaran kesehatan di tingkat dinas kesehatan.
0,10 1 0,10 Menghambat pelayanan perkesmas
2 Jumlah/ mutu/ kinerja SDM yaitu jumlah kebutuhan perawat D III, dan S1 belum maksimal akan menggaggu pelayanan pada masyarakat yang pada gilirannya menyebabkan tidak puas dan mencari pelayanan lain. yaitu S1 keperawatan 9 orang, D III keperawatan 84 orang dan SPK 25 orang.
0,04 2 0,08 Gangguan proses pelayanan perkesmas
3 SOP dan aturan serta metoda pelaksanaan perkesmas di tingkat dinas kesehatan belum ada yang akan berakibat pada praktik pelayanan dibawah standar.
0,05 1 0,05 Menghambat pelayanan perkesmas
4 Kurangnya pengembangan SDM melalui pelatihan perkesmas dan pelatihan kemampuan dasar keperawatan di tingkat dinas kesehatan secara rutin
0,06 2 0,12
5 Penempatan tenaga/rotasi yang terlalu cepat yang pada akhirnya penanggungjawab perkesmas belum bekerja secara penuh
0,03 1 0,03
7 Bagian/ program penelitian dan pengembang tidak ada sehingga pengembangan pegawai atau karyawan stagnan dan tidak ada inovasi-inovasi baru yang dihasilkan untuk pelayanan dan manajemen serta sebagai indikator lemahnya penerapan praktik berdasarkan bukti (evidence-base practice) di dinas kesehatan
0,08 1 0,08 Potensi pengembangan program pelayanan
kesehatan lebih rasional
8 SIK dinas kesehatan belum ada yang menyebabkan saluran komunikasi manajemen yang kurang , fungsi-fungsi manajemen yang tidak berjalan di dinas kesehatan
0,04 2 0,08 Pengembangan program perkesmas tidak
terprogram
9 Belum adanya penunjukan perawat penyelia dengan tugas dan fungsi yang jelas
0,05 1 0,05 Pelaksanaan program perkesmas tidak optimal
10 Belum adanya sumber daya alat, bahan, sarana prasarana khusus perkesmas seperti : PHN Kit, alat dan bahan pertolongan darurat.
0,02 2 0,04
1,0 2,59
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
71
Tabel : External Factor Evaluation (EFE Matrix)
N
o
Critical Succes Factor Bobot AS Scor
e
Keterangan
Peluang :
1 Merupakan daerah transit antar daerah dengan luas wilayah yang sangat kecil
sehingga mudah mengakses pelayanan kesehatan dan terbuka peluang kerjasama
dengan instansi pemerintah maupun swasta dalam memberi pelayanan kesehatan
serta mudah untuk memperoleh informasi dan teknologi terbaru baik dibidang
manajemen kesehatan maupun pelayanan kesehatan
0,10 3 0,30 Alternatif
pengembang
an program
yankes
perkesmas
2 Visi dan Misi Kota Sukabumi adalah di bidang jasa pelayanan kesehatan,
perdagangan dan pendidikan hal ini akan membantu proses penyelesaian masalah
kesehatan
0,15 4 0,60 Mendukung
program
perkesmas
dan terposisi
dengan baik
3 Adanya peningkatan jumlah kebutuhan tenaga perawat dan pengembangan tingkat
pendidikan tenaga keperawatan
0,10 3 0,30 Membantu
pelayanan
perkesmas
4 Adanya 3 lembaga pendidikan kesehatan ( Poltekes Yapkesbi, Universitas Sukabumi
dan SITKES Sukabumi)
0,08 3 0,24
5 Adanya kebijakan dinas kesehatan profinsi untuk melaksanakan kegiatan program
keperawatan komunitas melalui Nursing Center (NC) untuk dilaksanakan di setiap
kota/kabupaten
0,08 3 0,24 Pendukung
kecepatan/
akurasi
sistem
pelayanan
kesehatan
dan
memerlukan
inovasi
6 Adanya aturan Permenkes No. 279 tentang pelaksanaan perkesmas
0,08 4 0,32 Memperkuat
pelaksanaaa
n perkesmas
7 Adanya program desa/kelurahan siaga dan RW siaga
0,05 2 0,10 Memerlukan
inovasi
pelayanan
8 Adanya bantuan dana dari tingkat profinsi, APBN dan DAK yang dapat mendukung 0,08 3 0,24 Mendukung
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
72
kegaiatan program dan BOK untuk tk. puskesmas
program
perkesmas
Ancaman :
1 Tuntutan pelayanan kesehatan masyarakat makin dinamis dan variatif yang tidak
diimbangi oleh peningkatan kinerja pemberi pelayanan kesehatan yang baik serta
mutu pelayanan kesehatan di dinkes akan berdampak pelayanan kurang bermutu
dan kinerja tenaga kurang baik.
0,10 3 0,30 Perlu respon
selektif
2 Adanya universal coverarage yang mana harus menyediakan pelayanan masyarakat
tidak mampu
0,03 2 0,06 Masih
dipertanyaka
n
3 Terjadinya peningkatan teknologi pelayanan keperawatan/kedokteran
0,03 2 0,06
4 Meningkatnya IPTEK di bidang komputerisasi
0,04 3 0,12
5 Meningkatnya jumlah lansia, Penyakit tidak menular dan penyakit menular (penyakit
tropis, penyakit infeksi) serta multi bourden desease
0,08 4 0,32 Perlu
peningkatan
pelayanan
kesehatan
berbasis
masyarakat
1,0 3,2
Keterangan :
1 = dibawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = Sangat bagus
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
73
BAGAN MATRIXS INTERNAL
EXSTERNAL TOTAL IFE
Kuat Sedang Lemah
kuat
I
II
III
Sedang
IV
V
VI
lemah
VII
VIII
IX
Dari gambar matrixs diatas diperoleh hasil
posisi Grow and Build. Strategi yang
digunakan adalah strategi intensif (market
penetration, market development dan product
development) dan strategi integratif
(backward ibtegration, foward integration dan
hirizontal integration).
B. Rencana Strategi
1. Peningkatan biaya operasional pelaksanaan
perkesmas
2. Peningkatan kualitas SDM melalui
pelatihan perkesmas secara rutin
3. Pengembangan perkesmas disetiap
puskesmas
4. Penyediaan fasilitas dan sarana prasarana :
ruangan khusus, PHN Kit minimal 1/desa,
PPGD Kit
5. Pengembangan program layanan kesehatan
berbasis komputerisasi (Sistem Informasi
Kesehatan )
6. Pengembangan pelayanan kesehatan
melalui penelitian dan penerapan praktik
berdasarkan bukti (evidence-base practice)
7. Ditetapkan adanya perawat penyelia
Kab/Kota di Tk. Dinkes
8. Ditetapkannya SOP/standar/pedoman
pelaksanaan kegiatan perkesmas
9. Pengembangan dukungan administrasi
10. Pengembangan kerjasama dengan
lembaga pendidikan kesehatan
Kesimpulan
Hasil penelitian dengan melakukan analisa
SWOT faktor internal dengan hasil kekuatan
kecil sebesar 2,59 dan faktor eksternal di atas
rata – rata dengan nilai 3,2, setelah dilakukan
pembobotan. Hasil matrixs pada posisi Grow
and Build. Strategi yang digunakan adalah
strategi intensif (market penetration, market
development dan product development) dan
strategi integratif (backward ibtegration,
foward integration dan hirizontal integration).
Saran
Diharapkan Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
melakukan peningkatan biaya operasional
1,0
4,0
3,0
2,0
3,0 2,0 es
1,0
3,2
2,59
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
74
pelaksanaan perkesmas , peningkatan kualitas
SDM melalui pelatihan perkesmas secara
rutin , dan pengembangan perkesmas disetiap
puskesmas mempunyai peranan penting
dalam pelaksanakan perkesmas di puskesmas
sehingga perlu adanya perencanaan di tingkat
Dinas agar cakupan program perkesmas
tercapai.
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
75
DAFTAR PUSTAKA
Referensi
American Nurses Association. (2004). Scope and Standards for Nurses Administrator. 2
Edition. Washington: Nursesbooks.org.
American Public Health Association, Public Health Nursing Section.(1996). Essential of
Master's Level Nursing Education for Advance Community/Public Health Nursing
Practice. New York: Association of Community Health Nurse Educator.
Anderson. McFarlane (2000). Community As Partner : Theory and Practice ini Nursing.
3th.ed. Philadelhia. Lippincott
Arikunto, S. (1998:229-230). Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktek,Edisi Revisi,
cetakan kesebelas. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
_________. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
_________. (2002). Evaluasi Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: PT.Rhineka
Cipta
Azrul, A. (2001). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Azwar, S. (2009). Sikap Manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Offset.
Bacal, R. (2002:149). How To Manage Performance Management. New York: McGraw-
Hill Companies.Inc.
Barbara L. Paterson1, L. D.-L., Kathleen Cruttenden3. (2009). contextual Factors
Influencing the Evolution of Nurses' Roles in a Primary Health Care. public Health
Nursing,DOI: 10.1111/j.1525-1446.2009.00800.x.
Bernadin, H. d. J. R. (1993). Human Resource Management. Singapore: MacGraw Hill.Inc.
Budiarto, E. (2001). Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.
Brockopp, D.Y (2000). Dasar - Dasar Riset Keperawatan. Alih Bahasa; Yasmin, Aniek.
Ed.2. Jakarta: EGC
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
76
CHS. (1997). Community Health Service.
Clark, M. J (1999). Community Health Nursing Hand Book. Appleton & Lange. Stamford,
Connecticut.
Cowman, M. O. N. a. S. (2008). Partners in care: investigating community nurses’
understanding of an interdisciplinary team-based approach to primary care. Journal
of Clinical Nursing, 17, 3004–3011doi: 10.1111/j.1365-2702.2008.02068.x
Creswell, J.W. (2010) Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.
ALih Bahasa; Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dale, T. A. (1992). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Kinerja. Jakarta: Elex Media.
Danim, S. (2002). Riset Keperawatan Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC
Daruji, M. (2001). Hubungan faktor indvidu dengan pelaksanaan perkesmas di Puskesmas
Sleman. Undip. Skripsi: S1 Keperawatan.
Dedi, A. (2011). Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Depkes RI. (2001). Penyelenggaraan Puskesmas Di Era Desentralisasi. Jakarta: Dirjen
Binkesmas.
Dian.(2011). Pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap kinerja perawat
dalam pelaksanaan perkesmas di kabupaten Bandung.Universitas Padjajaran
Bandung
Dinkes. (2009b). Profil Dinas Kesehatan Provinsi. jawa barat.
Dinkes. (2010).Profil Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.Dinkes Kota Sukabumi
Dinkes. (2010). Laporan Kinerja Kegiatan Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Kota
Sukabumi.Dinkes Kota Sukabumi
Efendi & Mahkfudli. (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Endang. (2009). Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik di Puskesmas.Surakarta.
Universitas Surakarta
Hasibuan, M. (1997; 97-99). Manajemen Sumber daya Manusia dan kunci keberhasilan.
Jakarta: Penerbit Haji Masagung.
Hastono, S. P. (2007 ; 46-99). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: FKM UI.
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
77
Hill, S. ( 2011). Community Health Center. Journal. Retrieved from
http://www.sandyhillchc.on.ca/mainEngl/faq.engl.html 15 september 2011
Indra. Hari (2006). Pelaksanaan Program Perkesmas Keluarga Miskin Di Kabupaten
Agam. Universitas Dipenogoro.
IKeban. (2008 ; 210-220). Enam Dimensi Strategis Administrasi Pubik:Konsep, Teori dan
Isu. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Institute of Medicine. (2003). Who Will Keep the Public Health. Washington: National
Academy Press.
Kemenkes. (2001a). Pedoman Pembinaan/Supervisi Upaya Kesehatan Puskesmas, Dirjen
Bin Kesmas. Jakarta.
Kemenkes. (2001b). Pedoman Supervisi/Pembinaan Upaya Kesehatan Puskesmas. Jakarta:
Dirjen Binkesmas.
Kemenkes. (2005). Pedoman Manajemen Kinerja Perawat. Jakarta.
Kemenkes. (2006a). Pedoman Kegiatan Perawat kesehatan masyarakat di Puskesmas,
Dir.Yan.Kep. Jakarta.
Kemenkes. (2006b). Pedoman Peningkatan Kinerja Perawat di Puskesmas (panduan bagi
Kabupaten/Kota). Direktorat keperawatan dan Keteknisan Medik. Jakarta:
Kemenkes RI Dirjen Yanmed.
Kemenkes. (2006c). Pedoman penyelenggaraan upaya keperawatan kesehatan masyarakat
di Puskesmas. Jakarta.
Kemenkes.dirjenbinkesmas. (2005). Hasil evaluasi peran dan fungsi perawat kesehatan
masyarakat di Puskesmas daerah terpencil. Jakarta.
Kemenkes. (2011). Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan. Jakarta.
Marquis & Huston. (2010). Kepemimpinan dan manajemen Keperawatan Teori dan
Aplikasi. Alih Bahasa, Widyawati, dkk. Jakarta: EGC
Mc. Mahon, R. (1999). Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. Alih Bahasa, Popy
Kumala; editor, Brahm. Jakarta: EGC
Muninjaya. (2004). Manajemen Kesehatan. Edisi. 2. Jakarta: EGC
Nawawi, H.(2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi.7. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana
78
Notoatmojo, S. (2003 : 34-39). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan ilmu perilaku
kesehatan. Yogyakarta: PT.Rineka Cipta
____________. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
____________. (2007 : 144-146). Kesehatan Masyarakat:ilmu dan Seni. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
Nugroho, M. K. (2004). Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Perawat
Pegawai Daerah di Puskesmas Kabupaten Kudus. Universitas Diponogoro
Semarang.
Nursalam. (2007) Manajemen Keperawatan Teori dan Praktek.Jakarta:EGC
Pangabean. (2004). Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kumala, P. (2000). Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.Edisi 2.Jakarta.EGC
Riduwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel - Variabel Penelitian. Alfabeta : Bandung
_______. (2010), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan ke-8. Alfabeta: Bandung.
Rusli.Syarif. (1987). Teknik Manajemen Latihan dan Pembinaan. Bandung: Angkasa.
Riyanto, (2010). Model Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Makalah Seminar
Nasional Pada Stikes Kharisma di Karawang, 28 Juli.
Sastrohadiwiryo. (2005). Manajemen tenaga kerja Indonesia, pendekatan administratif dan
operasional. Jakarta: Bumi aksara.
Septino (2007). Evaluasi Pelaksanaan Program Perkesmas Dalam Meningkatkan Kinerja
Puskesmas di Puskesmas Mantrijeron Kota Yogyakarta. Universitas Dipenogoro.
Sinambela, L. P. (2006 : 136-137). Reformasi Pelayanan Publik:Teori, Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Spradley, A. (2001). Community Health Nursing:Concepts and Practice 5th.ed.
Philadelphia:Lipincott.
Stanhope.Knollmueller. (2001). Hand Book Of Public And Community Health Nursing
Practice: A Health Promotion Guide. 2 Edition
Sugiyono. (2006). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.