78
Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana 1 APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN DENGAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL Johan Budhiana* [email protected] STIKES Kota Sukabumi Abstrak Dalam menentukan variabel-variabel prediktor yang berpengaruh terhadap variabel respon dimana variabel respon berskala ordinal dalam hal ini adalah kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di RSUD. R. Syamsudin, SH. digunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal. Salah satu model regresi logistik ordinal adalah cumulative logit model atau proportional odds model. Penaksiran parameter dalam regresi logistik ordinal menggunakan metode penaksir kemungkinan maksimum dimana konsepnya memaksimumkan fungsi likelihood dengan menghasilkan persamaan yang merupakan fungsi nonlinier sehingga diperlukan metode iterasi algoritma newton-raphson untuk memperoleh estimasi parameternya Pemilihan variabel-variabel prediktor yang berpengaruh terhadap variabel respon menggunakan metode backward elimination dengan tahap awal memasukkan seluruh variabel prediktor ke dalam model untuk kemudian diseleksi apakah masing-masing variabel prediktor secara signifikan berpengaruh terhadap variabel respon. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ordinal terhadap kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap RSUD. R. Syamsudin, SH., dari 9 variabel prediktor yang diuji hanya 3 variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pasien yaitu kualitas pelayanan dokter, kualitas pelayanan perawat dan kelengkapan alat medis. Semakin tinggi kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter, pelayanan perawat dan kelengkapan alat medis maka pasien akan semakin puas terhadap pelayanan kesehatan di RSUD. R. Syamsudin SH. Keyword : cumulative logit model, metode penaksir kemungkinan maksimum, metode iterasi algoritma newton-raphson

APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

1

APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN DENGAN

REGRESI LOGISTIK ORDINAL

Johan Budhiana*

[email protected]

STIKES Kota Sukabumi

Abstrak

Dalam menentukan variabel-variabel prediktor yang berpengaruh terhadap variabel respon

dimana variabel respon berskala ordinal dalam hal ini adalah kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di RSUD. R. Syamsudin, SH. digunakan Analisis Regresi Logistik

Ordinal. Salah satu model regresi logistik ordinal adalah cumulative logit model atau

proportional odds model. Penaksiran parameter dalam regresi logistik ordinal

menggunakan metode penaksir kemungkinan maksimum dimana konsepnya

memaksimumkan fungsi likelihood dengan menghasilkan persamaan yang merupakan

fungsi nonlinier sehingga diperlukan metode iterasi algoritma newton-raphson untuk

memperoleh estimasi parameternya Pemilihan variabel-variabel prediktor yang

berpengaruh terhadap variabel respon menggunakan metode backward elimination dengan

tahap awal memasukkan seluruh variabel prediktor ke dalam model untuk kemudian

diseleksi apakah masing-masing variabel prediktor secara signifikan berpengaruh terhadap

variabel respon. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ordinal terhadap kepuasan pasien

di Ruang Rawat Inap RSUD. R. Syamsudin, SH., dari 9 variabel prediktor yang diuji

hanya 3 variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pasien yaitu

kualitas pelayanan dokter, kualitas pelayanan perawat dan kelengkapan alat medis.

Semakin tinggi kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter, pelayanan perawat dan

kelengkapan alat medis maka pasien akan semakin puas terhadap pelayanan kesehatan di

RSUD. R. Syamsudin SH.

Keyword : cumulative logit model, metode penaksir kemungkinan maksimum, metode

iterasi algoritma newton-raphson

Page 2: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

2

PENDAHULUAN

Era globalisasi yang menuntut

persaingan tinggi disertai program

otonomi daerah menuntut kesiapan rumah

sakit untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan. Paradigma lama

telah bergeser menjadi suatu paradigma

baru yang ditandai dengan pengelolaan

suatu organisasi yang menerapkan pola

manajemen kualitas mutu dan

peningkatan kinerja pelayanan yang

handal dalam menghadapi persaingan dan

dinamika kerja yang mengglobal, tak

terkecuali pada sektor kesehatan.

Peningkatan kualitas pelayanan prima

kepada pasien merupakan salah satu

indikator penting untuk mengukur

kualitas layanan dikaitkan dengan

peluang pasar pengembangan industri

perumahsakitan.

Semakin ketatnya persaingan serta

pasien yang semakin selektif

dan berpengetahuan mengharuskan

RSUD. R.Syamsudin, SH di Kota

Sukabumi selaku salah satu penyedia jasa

pelayanan kesehatan untuk selalu

meningkatkan kualitas pelayanannya.

Salah satu indikator untuk mengukur

kualitas pelayanan adalah dengan

mengukur kepuasan pasien.

Menurut Kotler dalam Zahrotul

(2008), kepuasan adalah perasaan senang

atau kecewa seseorang yang muncul

setelah membandingkan antara persepsi

atau kesannya terhadap kinerja atau hasil

suatu produk dan harapan-harapannya.

Menurut L.Green dalam

Notoatmojo (2003), untuk mengukur

tingkat kepuasan pasien sangat

bergantung kepada faktor-faktor yang

mempengaruhinya yaitu Faktor

prediposisi (predisposing factor), yang

mencakup pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai yang

terdapat dalam diri individu/masyarakat.

Faktor pendukung (enabling factor)

adalah ketersediaan fasilitas kesehatan

dan kemudahan untuk mencapainya.

Faktor pendorong (reinforcing factor)

adalah sikap dan pelayanan petugas.

Survey terhadap pasien merupakan

cara umum yang digunakan dalam

menentukan variabel-variabel apa saja

yang mempengaruhi kepuasan pasien.

Salah satu alat uji dalam menentukan

variabel-variabel tersebut adalah dengan

menggunakan metode statistika. Metode

Statistika dapat menguji apakah variabel-

variabel yang berhubungan dengan

kepuasan pasien memang mempengaruhi

kepuasan atau tidak. Salah satu metode

Page 3: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

3

statistika yang digunakan untuk

menentukan variabel-variabel yang

berhubungan dengan kepuasan pasien

adalah menggunakan Analisis Regresi.

Analisis regresi merupakan salah

satu teknik analisis statisika untuk

menganalisis data dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh satu atau beberapa

variabel prediktor terhadap variabel

respon. Terdapat beberapa metode

analisis regresi dimana cara dan

penggunaannya didasarkan kepada

banyaknya variabel dan skala pengukuran

data serta beberapa asumsi tertentu yang

harus dipenuhi.

Akan tetapi sejalan dengan

banyaknya fenomena yang timbul dalam

penelitian ilmiah maka banyak juga

ditemui kasus dimana variabel responnya

bersifat kategori yaitu mempunyai skala

pengukuran ordinal dan nominal. Salah

satu teknik analisis regresi untuk

menganalisis hubungan dimana variabel

respon berupa skala ordinal dengan

variabel prediktor berupa skala kontinu

atau kategori adalah Regresi Logistik

Ordinal.

Model Regresi Logistik Ordinal

adalah model regresi logistik untuk data

respon ordinal dengan k kategori dimana

k > 2 kategori. Model ini merupakan

pengembangan dari model regresi logistik

dengan data nominal untuk 2 kategori.

Dalam hal bentuk penaksir parameter

model regresi, terdapat perbedaan model

regresi logistik ordinal dengan regresi

linier multiple. Dimana dalam penaksiran

parameter model regresi logistik ordinal

menghasilkan persamaan yang bukan

merupakan fungsi linier pada koefisien

regresinya sehingga nilai taksiran

koefisien regresi dicari dengan

menggunakan Maximum Likelihood

Estimator atau Penaksir Kemungkinan

Maksimum.

Kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan seperti yang telah

dijelaskan diatas merupakan salah satu

contoh kasus yang menggunakan regresi

logistik ordinal. Penggunaan regresi

logistik ordinal akan menentukan taksiran

parameter dari variabel-variabel

prediktor. Selain itu untuk menentukan

variabel prediktor mana yang

mempengaruhi variabel respon akan

dilakukan suatu prosedur pemilihan untuk

menyeleksi variabel-variabel prediktor

mana yang berpengaruh terhadap variabel

respon. Dalam hal ini untuk menyeleksi

variabel-variabel prediktor yang

mempengaruhi kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan yang menghasilkan

Page 4: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

4

tiga kategori dari varibel respon yang

bersifat ordinal yaitu sangat puas, puas,

tidak puas.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah

1. Mengkaji bentuk penaksir

kemungkinan maksimum pada

Regresi Logistik Ordinal.

2. Mengetahui model terbaik

kepuasan pasien dalam pelayanan

kesehatan di RSUD.

R.Syamsudin, SH dengan

menggunakan regresi logistik

ordinal.

METODE PENELITIAN

Prosedur Pemilihan Variabel-

Variabel Prediktor yang Berpengaruh

Terhadap Variabel Respon akan

diaplikasikan dalam pemilihan variabel-

variabel yang mempengaruhi variabel

kepuasan pasien terhadap pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah

R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian mengambil

tempat di RSUD R. Syamsudin, SH

Kota Sukabumi. Waktu penelitian mulai

bulan Februari 2010 sampai dengan

bulan Mei 2010.

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel-

variabel prediktor yang dipergunakan

untuk analisis Regresi Logistik Ordinal

adalah sebagai berikut :

X1 : Jenis Kelamin

X2 : Penghasilan

X3 : Pekerjaan

X4 : Pendidikan

X5 : Jumlah Kunjungan

X6 : Lama Perawatan

X7 : Kualitas Pelayanan

Dokter

X8 : Kualitas Pelayanan

Perawat

X9 : Kelengkapan Alat

Medis

Sebagai variabel respon adalah

tingkat kepuasan pasien dengan 3 (tiga)

kriteria adalah sebagai berikut :

1. Sangat Puas

2. Puas

3. Tidak Puas

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian (Arikunto, 1998:108).

Dalam penelitian ini populasi yang

dimaksud adalah seluruh pasien yang ada

di Ruang Rawat Inap RSUD R.

Page 5: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

5

Syamsudin, SH Kota Sukabumi Provinsi

Jawa Barat.

Sampel adalah suatu himpunan

bagian (subset) dari unit populasi.

Konsumen yang dijadikan sampel adalah

pasien yang datang berobat dan dirawat

inap minimal dua hari perawatan di

Ruang Rawat Inap RSUD R. Syamsudin,

SH Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat.

Teknik Sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Sratified

Random Sampling dengan alasan bahwa

di Ruang Rawat Inap RSUD R.

Syamsudin, SH terdiri dari beberapa

kelas sesuai dengan fasilitas yang

diberikan.

Menurut Whitehead dalam

Walters (2004), Ukuran sampel yang

digunakan untuk analisis regresi logistik

ordinal dilakukan dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

k

i

j

ORzzx

n

1

3

22

12

1

1

log/6

dimana :

n = ukuran sampel

21

z = nilai tabel distribusi

normal dari kesalahan tipe I

Z1- = nilai tabel distribusi

normal dari kesalahan tipe II

OR = odds rasio minimal

yang dianggap bermakna

_

= rata-rata proporsi untuk

setiap kategori respon ke-i

Menurut Campbell (1995), nilai

untuk

22

12

1log/6 ORzzx

dengan OR = 1,75 dan power (1-)

dengan uji 2 sisi 5% diperoleh nilai

sebesar 150,38

Dengan mengasumsikan bahwa

peluang untuk setiap kategori adalah

sama yaitu sebesar 0,33 maka ukuran

sampel yang diambil adalah :

16989,0

38,150

33,033,033,01

log/84,096,16333

22

ORxn

Berdasarkan perhitungan tersebut

maka jumlah ukuran sampel dalam

penelitian ini sebanyak 169 responden.

Pengambilan sampel dilakukan dengan

mengkombinasikan Stratified Random

Sampling dan Accidental Sampling.

Penggunaan Stratified Random Sampling

karena memperhatikan strata dalam ruang

rawat inap yang memiliki fasilitas yang

berbeda. Sedangkan Accidental Sampling

Page 6: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

6

karena pemilihan sample didasarkan

kepada pasien yang ada di ruang rawat

inap pada saat penelitian dilaksanakan.

Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan

termasuk data primer yang diperoleh dari

pasien atau keluarga pasien.

Pengumpulan data menggunakan

kuisioner. Data dikumpulkan dengan cara

menyebar daftar pertanyaan kepada

pasien di Ruang Rawat Inap RSUD R.

Syamsudin, SH Kota Sukabumi Provinsi

Jawa Barat.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum melakukan pengolahan

data, uji validitas dan reliabilitas

dilakukan terhadap 3 item pertanyaan

dalam kuisioner yaitu item pertanyaan

terhadap kualitas pelayanan dokter,

kualitas pelayanan perawat dan kepuasan

pasien terhadap pelayanan kesehatan.

Uji validitas dilakukan dengan

menggunakan rumus korelasi spearman,

sedangkan uji reliabilitas menggunakan

korelasi alpha-Cronbach. Berdasarkan

hasil perhitungan maka ke-3 item

pertanyaan tersebut dikatakan valid

karena pada perhitungan korelasi

spearman diperoleh nilai p-value < 0,05

yaitu sebesar 0,000 untuk semua item

pertanyaan. Sedangkan semua item

dinyatakan reliabel karena nilai r alpha-

Cronbach sebesar 0,842 lebih besar dari

0,7. Hasil uji validitas dan reliabilitas bisa

dilihat pada Lampiran 3.

Penaksiran Parameter Pada Regresi

Logistik Ordinal

Salah satu cara estimasi parameter

yang dapat dipergunakan pada regresi

logistik ordinal adalah dengan Maximum

Likelihood Estimator (MLE).

Konsepnya adalah memaksimumkan

fungsi likelihood dari sampel random

untuk menduga parameter (Hosmer dan

Lemeshow, 2000).

Langkah-langkah penaksiran

dengan MLE adalah sebagai berikut :

1. Membentuk fungsi likelihood,

Estimasi dari parameter regresi

logistik ordinal didapatkan

dengan menurunkan fungsi log

likelihood terhadap parameter

yang akan diestimasi dan

disamakan dengan nol.

2. Persamaan 0)(

k

L

dipergunakan untuk estimasi

parameter k dimana k = 1,2,

…,p dan 0)(

j

L

dipergunakan untuk estimasi

Page 7: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

7

intersep, dimana j = 1,2, …, J-

1.

3. Hasil dari persamaan pada no. 2

merupakan fungsi nonlinier

sehingga diperlukan metode

iterasi untuk memperoleh

estimasi parameternya. Metode

iterasi yang dipergunakan adalah

metode iterative Weighted Least

Square (WLS) yaitu

menggunakan algoritma Newton-

Raphson dengan langkah-langkah

sebagai berikut ( Raharjanti,

2005) :

i. Memilih taksiran awal A*m,

m = 1,2, ..., misalkan diambil

r1= 0

ii. Pada setiap iterasi ke (m+1)

menghitung taksiran baru : b

= A*m+1 = A*m+*

K

iii. Iterasi dilanjutkan hingga

akhirnya diperoleh A*m+1

A*m

Prosedur Pemilihan Variabel-Variabel

Prediktor yang Berpengaruh

Terhadap Variabel Respon

Prosedur pemilihan variabel-

variabel prediktor yang berpengaruh

terhadap variabel respon menggunakan

teknik backward elimination sebagai

berikut :

1. Menaksir parameter model regresi

logistik ordinal

2. Melakukan pengujian signifikansi

model secara serentak,.

Uji signifikansi model dapat

dipergunakan likelihood rasio test.

Hipotesis :

H0 : β 1= β2 = ... =

βp = 0

H1 : paling sedikit

satu βj ≠ 0 untuk j =

1,2,...,p

Statistik Uji :

^^2 lnln2 LG

Dimana :

^

ln = Fungsi

likelihood di bawah H0

^

ln = Fungsi

likelihood di dalam ruang

parameter

Page 8: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

8

Dengan kriteria uji Tolak H0 jika G²

>²(p;0,05) dimana p adalah banyaknya

prediktor dalam model; atau nilai p-

value 0,05

3. Melakukan uji signifikansi parameter

dari masing-masing variabel prediktor

4. Menghilangkan variabel prediktor

yang memiliki nilai p-value terbesar

melebihi nilai kriteria

5. Melakukan kembali langkah no.2

sampai no.4.

6. Iterasi dihentikan pada saat p-value

dari masing-masing variabel prediktor

yang tersisa kurang dari

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosedur Pemilihan Variabel-

Variabel Prediktor yang Berpengaruh

Terhadap Variabel Respon akan

diaplikasikan dalam pemilihan variabel-

variabel yang mempengaruhi variabel

kepuasan pasien terhadap pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah

R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi.

Penaksiran Parameter Regresi Logistik

Ordinal

Penaksiran terhadap parameter β

dilakukan dengan menggunakan Metode

Maximum Likelihood Estimation

(MLE). Peluang pengamatan merupakan

suatu fungsi dari parameter yang tidak

diketahui yang dinamakan fungsi

likelihood (Likelihood Function). Untuk

memaksimumkan nilai dari fungsi

likelihood tersebut digunakan Metode

Maximum Likelihood Estimation (MLE).

Model logit yang digunakan

adalah cumulative logit models atau

proportional odds model adalah sebagai

berikut:

1,...,2,1,X|Pr kjXjYLogit T

j

(3.10)

dimana θ merupakan vektor intersep dan

k

T ,...,, 21 adalah vektor

parameter slope. Jika j < θj+1 maka

model ini adalah model kumulative

dengan slope yang sama yaitu model

garis regresi yang berdasar pada peluang

kumulatif kategori respon.

Jika

XXXXX jj ...321

, maka

1...321 XXXXX JJ

(3.11)

Model logistik ordinal yang terbentuk

adalah

k

Xk

XXXx

xxit

...3322111

11

1log

1log

Page 9: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

9

k

Xk

XXXJx

J

xJx

Jit

...

33221111

1

1log1

log

(3.12)

dimana

1,...,2,1,

1

...321

Jj

XTJe

XTJe

Xj

XXXXj

dan 1Xj . Model ini disebut

cumulative logit model atau proportional

odds model sebab odds ratio kejadian

jY adalah independen pada setiap

indikator kategori.

Dalam penelitian ini terdapat 3

kategori untuk variabel respon, sehingga

model regresi logistik yang terbentuk

adalah

1.

k

Xk

XXX

x

x

xit

...3322111

11

1log

1log

2.

k

Xk

XXX

x

x

xit

...

3322112

21

2log

2log

Fungsi Likelihood

Peluang kumulatif digunakan

dalam menaksir parameter, maka

likelihood dapat ditulis sebagai perkalian

J-1 kategori, sehingga fungsi peluang

bersama dari nYYY ,...,, 21 adalah

proporsional untuk perkalian n fungsi

multinomial.

Untuk sebuah ukuran sampel n

dari kemungkinan pengamatan Y, X

adalah

n

i

xyfxfL1

)()(,

...

23

3

232

3

2

1

12

2

121

2

1,

i

Ri

R

i

iii

R

i

in

i

iR

iR

i

iii

R

i

iL

iJR

JiR

Ji

iJJiiJR

Ji

iJ 1111

(3.13)

Fungsi Log-Likelihood

Berdasarkan L(,), maka fungsi

log-likelihood adalah

n

iii

Rii

Riii

Ri

Rii

RL

12

log22

log212

log121

log1

,log

...loglog 332323 iiiiii RRR

JiJi

RiJJiiJ

RJi

RiJiJ

R log1

log11

log1

iX

Te

iXT

e

iXT

e

iXT

ei

Ri

Rn

ii

XT

e

iXT

ei

R

11

1

21

2log

121

11

1log

1

...

21

2

31

3log

23

iXT

e

iXT

e

iXT

iXT

ei

Ri

R

iXT

Je

iXT

JeiJ

RJi

R

11

11log

1 (3.14)

maka fungsi log-likelihood adalah

n

iee

iXT

iR

iR

iXT

ei

XTi

RL

112log

12

11log11

,log

Page 10: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

10

23log23

11log21log

eei

XTi

Ri

R

iXT

eiXT

e

iXT

JeiJ

R

iXT

eiXT

e

11log1

1...

21log31log

(3.15)

Berdasarkan fungsi log-likelihood, maka

n

ii

XT

e

iX

T

e

ee

e

iR

iR

iX

T

e

iX

T

e

iR

L

111

1

12

1

12

11

1

11

1

log

n

iee

ei

Ri

R

iXT

e

iXT

ei

RL

12

12

21

122

11

1

221

log2

n

i

ii

ee

eRR

L

1212

21

2

12

21log

0log

1

2

j

L

dimana j = 3,...,J-1

,

12

11

1

21

log2

n

ii

XT

e

iXT

eji

X

iR

j

L

dimana

j=2,...,J-2

n

i iXT

ue

iXT

ue

ueue

ueiu

Rui

Ru

L

11

11

log

iXT

ue

iXT

ue

ueue

ueui

Riu

R

1

1

n

ii

XTue

iXT

ueiu

Riu

R

u

L

12

1

112

log2

21

1

1

1

1

1ueue

uueui

Riu

R

ue

ue

uueiu

Rui

R

dimana u=2,...,J-2

n

i ueue

uueiu

Rui

R

uu

L

12

1

1

11

log2

, u=2,...,J-

1

2,0log2

jujika

ju

L

n

ii

XTue

iXT

ueji

X

iuR

iuR

ju

L

12

1

11log2

,

u=2,…,j-2

n

i

iX

T

Je

iX

T

Je

iJR

iX

T

Je

iX

T

Je

JeJe

Je

iJR

iJR

J

L

1

11

1

11

11

1

21

1

21

1

log

n

i

iXT

Je

iXT

Je

iJR

Je

Je

JJe

iJR

iJR

J

L

1 2

11

1

21

21

21

21

1

2

log

2

n

ii

XTJe

iXT

Jeji

X

iJR

jJ

L

12

11

1

21

1

log2

n

ii

XT

e

iX

T

eui

X

iX

T

e

iX

T

eui

X

uiX

iR

iR

iX

T

e

iX

T

eui

X

uiX

iR

u

L

12

2

11

1

12

11

1

1

log

iXT

Je

iXT

Jeui

X

iJR

11

1

11...

Page 11: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

11

n

i

iXT

e

iXT

eji

Xui

X

iXT

e

iXT

eji

Xui

X

iR

iR

iXT

e

iXT

eji

Xui

X

iR

ju

L

1

21

2

2

11

1

12

11

1

1

log

2

2

11

1

11...

iXT

Je

iXT

Jeuj

Xui

X

iJR

(3.16)

Berdasarkan hasil diatas diperoleh

bahwa turunan pertama fungsi log-

likelihood L(,) terhadap dan bukan

merupakan fungsi linier dalam . Karena

nonlinier maka untuk mendapatkan

taksiran parameter digunakan Metode

Newton-Raphson.

Untuk mengestimasi varians dan

kovarians diperoleh dari turunan kedua

fungsi log-likelihood. Turunan kedua dari

fungsi log-likelihood merupakan model

negatif elemen dari matriks Hessian yang

dinyatakan dengan

HVXXI . Selanjutnya

Metode Newton Raphson digunakan

untuk mengestimasi parameter model

non-linier.

Page 12: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

12

Metode Newton Raphson

Model nonlinier dinyatakan sebagai

ieXfy , (3.17)

Dimana

,,...,,2

,,1

,,,...,2

,1 T

xfxfxfXfT

yyyy

TxxxX ...,, ,21

adalah vektor dari variabel

prediktor dan

Teeee ,...,, 21 adalah random

error.

Maka untuk menaksir parameter

yang tidak diketahui diperoleh melalui

optimasi objective function. Dengan

spesifikasi tersebut dapat digunakan least

square estimation, yaitu residual sum of

squares function :

,, XfyXfyeeS

dengan meminimumkan objective

function S tersebut maka akan dilakukan

penaksiran parameter .

Dengan metode iterasi newton-

rhapson, mula-mula fungsi objektif S()

akan diaproksimasi dengan second order

Taylor series di sekitar initial value (1)

1

1

21

2

111

1

SSSS

Turunan pertama dari persamaan

tersebut adalah

01

1

2

10

SSS

Persamaan menurut (2)

secara

implisit adalah

0

121

2

1

SS

(3.18)

bila (2) menggantikan (1)

maka akan

diperoleh (3) dan seterusnya. Sehingga

persamaan umumnya dapat ditulis :

n

Sn

Snn

12

1

(3.19)

Persamaan 3.19 merupakan Newton-

Raphson Iteration. Jika iterasi sudah

konvergen, yaitu (n+1)

= n. Maka

persamaan 4.10 dapat disimpulkan

0

n

S

dimana memenuhi

persyaratan first order condition di

persamaan 4.9.

Karena estimasi parameter dengan

Metode Maximum Likelihood sangat

sulit, maka digunakan program

komputerisasi yaitu program SPSS versi

16.

Page 13: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

13

Pemilihan Variabel-Variabel Yang

Berpengaruh Terhadap Kepuasan

Pasien

Seleksi terhadap variabel-variabel

prediktor yang berpengaruh terhadap

kepuasan pasien dilakukan dengan

menggunakan metode seleksi mundur

atau backward elimination. Keuntungan

menggunakan model ini adalah bahwa

semua variabel prediktor pada langkah

awal mempunyai kesempatan untuk

masuk ke dalam model secara lengkap

untuk kemudian diseleksi apakah masing-

masing variabel prediktor memang secara

signifikan berpengaruh terhadap variabel

kepuasan pasien. Penyeleksian dilakukan

secara bertahap dengan mengeluarkan

variabel yang paling tidak signifikan

terhadap variabel kepuasan pasien.

1. Iterasi pertama adalah memasukkan

semua variabel prediktor ke dalam

model. Berdasarkan perhitungan yang

dilakukan melalui software SPSS

diperoleh bahwa variabel yang paling

tidak signifikan terhadap variabel

kepuasan pasien adalah variabel

pekerjaan pasien (p = 0,935).

Sehingga variabel pekerjaan pasien

untuk analisis selanjutnya dikeluarkan

dari model.

2. Iterasi kedua, Berdasarkan

perhitungan yang dilakukan melalui

software SPSS diperoleh bahwa

variabel yang paling tidak signifikan

terhadap variabel kepuasan pasien

adalah variabel penghasilan pasien (p

= 0,981). Sehingga variabel

penghasilan pasien untuk analisis

selanjutnya dikeluarkan dari model.

3. Iterasi ketiga, Berdasarkan

perhitungan yang dilakukan melalui

software SPSS diperoleh bahwa

variabel yang paling tidak signifikan

terhadap variabel kepuasan pasien

adalah variabel lama perawatan

pasien (p = 0,927). Sehingga variabel

lama perawatan untuk analisis

selanjutnya dikeluarkan dari model.

4. Iterasi keempat, Berdasarkan

perhitungan yang dilakukan melalui

software SPSS diperoleh bahwa

variabel yang paling tidak signifikan

terhadap variabel kepuasan pasien

adalah variabel pendidikan pasien (p

= 0,776). Sehingga variabel

pendidikan pasien untuk analisis

selanjutnya dikeluarkan dari model.

5. Iterasi kelima, Berdasarkan

perhitungan yang dilakukan melalui

software SPSS diperoleh bahwa

variabel yang paling tidak signifikan

terhadap variabel kepuasan pasien

adalah variabel jenis kelamin pasien

Page 14: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

14

dengan nilai (p = 0,546). Sehingga

variabel jenis kelamin pasien untuk

analisis selanjutnya dikeluarkan dari

model.

6. Iterasi keenam, bahwa variabel yang

paling tidak signifikan terhadap

variabel kepuasan pasien adalah

variabel frekuensi kunjungan pasien

dengan nilai (p = 0,461). Sehingga

variabel frekuensi kunjungan pasien

untuk analisis selanjutnya dikeluarkan

dari model.

7. Iterasi ketujuh, Berdasarkan

perhitungan yang dilakukan melalui

software SPSS diperoleh bahwa

semua variabel yang ada yaitu

variabel kualitas pelayanan dokter,

kualitas pelayanan perawat dan

kelengkapan alat medis sangat

signifikan terhadap variabel kepuasan

pasien karena memiliki nilai p-value

< 0,05. Sehingga model terbaik untuk

variabel-variabel prediktor terhadap

kepuasan pasien bisa dibentuk. Hasil

perhitungan bisa dilihat pada Tabel

4.1.

Tabel 4.1

Hasil Analisis Regresi Logistik Ordinal

Berdasarkan Tabel 4.1, diperoleh

model terbaik untuk kepuasan

pasien.

Variabel-variabel yang signifikan

terhadap variabel kepuasan pasien

adalah kualitas pelayanan dokter,

kualitas pelayanan perawat dan

kelengkapan alat medis.

Selengkapnya model yang bisa

dibentuk dari hubungan tersebut

adalah

)3(8683,1)2(8389,2)3(7572,1

)2(7324,2176,6

11

11

xxx

xLogLogit

)2(9339,1

)1(9988,22 xx (4.1)

)3(8683,1

)2(8389,2

)3(7572,1

)2(7324,2336,1

21

22

xxx

xLogLogit

)2(9339,1

)1(9988,22 xx (4.2)

Estimate SE Wald df Sig OR

Intercept 1 -6,176 0,669 85,262 1 0,000

Intercept 2 -1,336 0,421 10,089 1 0,007

Dokter

Tidak Puas

Puas

-2,324

-1,572

0,926

0,629

5,840

6,246

1

1

0,016

0,012

0,098

0,208

Perawat

Tidak Puas

Puas

-2,389

-1,683

0,959

0,604

6,211

7,761

1

1

0,013

0,005

0,092

0,186

Alat

Tidak Lengkap

Cukup Lengkap

-22.988

-1,339

0,000

0,465

.

8,302

1

1

0,004

0,000

0,262

Page 15: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

15

Uji Kecocokan Model

Berdasarkan hasil perhitungan

seperti yang ada pada Lampiran 5,

Model Fitting Information–2 Log

Likelihood untuk intercept dan semua

variabel prediktor, diperoleh nilai chi-

square 82,641 dengan nilai p-value 0,000

(< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

model fit atau cocok dengan data.

Kesimpulan ini diperkuat dengan nilai

Pearson pada Goodness-OfFit dimana

hasil perhitungan menunjukkan model

signifikan karena p-value = 0,011 yang

berarti model fit dengan data.

Berdasarkan nilai Pseudo R-

Square, nilai tertinggi adalah Nagelkerke

yaitu 0,475. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel prediktor yaitu Kepuasan

terhadap Pelayanan Dokter, Kepuasan

Pelayanan Perawat dan Kelengkapan Alat

Medis mampu menjelaskan variasi

kepuasan pasien terhadap pelayanan

rumah sakit sebesar 47,5% sedangkan

sisanya 52,5% dijelaskan oleh variabel-

variabel yang lain.

Interpretasi Odds Ratio

Berdasarkan pada Tabel 4.1, dapat

diinterpretasikan sebagai berikut :

Interpretasi Kepuasan Terhadap

Kualitas Pelayanan Dokter

Seorang pasien yang menyatakan

tidak puas terhadap kualitas pelayanan

dokter akan memiliki tingkat kepuasan

yang lebih rendah (0,098) terhadap

pelayanan kesehatan di rumah sakit

dibandingkan dengan pasien yang

menyatakan sangat puas terhadap kualitas

pelayanan dokter.

Seorang pasien yang menyatakan

puas terhadap kualitas pelayanan dokter

akan memiliki tingkat kepuasan yang

lebih rendah (0,208) terhadap pelayanan

kesehatan di rumah sakit dibandingkan

dengan pasien yang menyatakan sangat

puas terhadap kualitas pelayanan dokter.

Interpretasi Kepuasan Terhadap

Kualitas Pelayanan Perawat

Seorang pasien yang menyatakan

tidak puas terhadap kualitas pelayanan

perawat akan memiliki tingkat kepuasan

yang lebih rendah (0,092) terhadap

pelayanan kesehatan di rumah sakit

dibandingkan dengan pasien yang

menyatakan sangat puas terhadap kualitas

pelayanan perawat.

Seorang pasien yang menyatakan

puas terhadap kualitas pelayanan perawat

akan cenderung memiliki tingkat

kepuasan yang lebih rendah (0,186)

terhadap pelayanan kesehatan di rumah

Page 16: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

16

sakit dibandingkan dengan pasien yang

menyatakan sangat puas terhadap kualitas

pelayanan perawat.

Interpretasi Kepuasan Terhadap

Kelengkapan Alat Medis

Seorang pasien yang menyatakan

kelengkapan alat medis cukup lengkap

akan cenderung memiliki tingkat

kepuasan yang lebih rendah terhadap

pelayanan kesehatan di rumah sakit

dibandingkan dengan pasien yang

menyatakan lengkap terhadap peralatan

medis.

Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa jika seorang pasien

menyatakan kelengkapan alat medis

semakin lengkap akan cenderung

mempunyai tingkat kepuasan yang tinggi

terhadap kualitas pelayanan kesehatan di

rumah sakit

Page 17: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Aplikasi Statistika Dalam Bidang Kesehatan Dengan Regresi Logistik Ordinal Johan Budhiana

17

DAFTAR PUSTAKA

Agresti, A. (1996). An Introduction to Categorical Data Analysis. John Wiley &

Sons, New York.

Ananth CV, Kleinbaum DG. (1997). Regression models for ordinal responses: a review of

methods and applications. International Journal Epidemiologi; 26:1323-33.

Bender, R. and Benner (2000). A. Calculating Ordinal Regression Models in SAS and S-

Plus. Biometrical Journal, 42, 6, 677-699.

Bender, R. and Grouven (1997). Ordinal Logistic Regression in medical. Journal of the

Royal College of Physicians of London. Vol .31, 1997

Campbell, Julious, Altman. (1995). Estimating sample size for binary, ordered categorical,

and continuous outcome in two group.

Gunarsa, S. (1995). Psikologi Keperawatan. Cetakan ke-2. Jakarta: Gunung

Mulia.

Hosmer, D. W. and Lemeshow, S. (2000). Applied logistic regression. 2nd edition.John

Wiley & Sons, New York,

Kim, HS. (2004), Topics In Ordinal Logistic Regression And Its Applications.

Dissertation, 2004

McCullagh, P. (1980), Regression Models for Ordinal Data (with discussion), Jurnal

Royal Statistic Society, B(42): 109 – 142.

McCullagh, P. and J. A. Nelder. (1989). Generalized Linear Models. Second ed. London:

Chapman and Hall.

Notoadmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Raharjanti, R,P dan Widiharih, T. (2005). Model Logit Kumulatif Untuk Respon Ordinal.

FMIPA Undip.

SPSS, Inc. (2002), Ordinal Regression Analysis, SPSS Advanced Models 10.0., Chicago,

IL

Walters, SJ. (2004). Sample size and power estimation for studies with health related

quality of life outcomes: a comparison of four methods using the SF-36. BioMed

Central. Health and Quality of Life Outcomes. 2:26

Yuliarmi, N, N dan Riyasa, P. (2007). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan PDAM Kota Denpasar. Skripsi. FE

Uniersitas Udayana

Zahrotul,N,A. (2008). Kepuasan Pasien Ditinjau Dari Kualitas Pelayanan Perawat di

Rumah Sakit TK. IV dr. M. Yasin Watampone. Skripsi. Fakultas Psikologi dan

Ilmu Sosial Budaya UII. Yogyakarta.

Page 18: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

18

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat

Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi

Rosliana Dewi*

[email protected]

STIKES Kota Sukabumi

ABSTRAK

Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di Ruang Instalasi Rawat

Inap masih dibawah standar. Hal ini menandakan kurangnya motivasi yang dimiliki oleh

perawat dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh

fasilitas terhadap motivasi kerja perawat.

Fasilitas adalah penunjang seperti sarana dan prasarana yang dapat memudahkan

karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Motivasi kerja adalah suatu kondisi / keadaan yg

mempengaruhi seseorang untuk terus meningkatkan, mengarahkan serta memelihara

perilaku yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam lingkungan

kerjanya.

Penelitian menggunakan jenis penelitian korelasional melalui pendekatan cross

sectional. Populasi penelitian adalah perawat pelaksana ruang instalasi rawat inap

berjumlah 97 orang, sampel penelitian sebanyak 78 orang. Teknik pengambilan sampel

dengan stratified proportional random sampling. Uji validitas Fasilitas dari 20 item 18 item

pertanyaan yang valid dengan nilai reliabilitas 0,662. Analisis hipotesa menggunakan chi

kuadrat dan koefisien kontingensi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan paling banyak Perawat

mengungkapkan bahwa fasilitas Cukup sebanyak 60,3% (47 perawat), paling banyak

Perawat memiliki motivasi kerja cukup sebanyak 71,8% (56 orang) dan hasil P Value =

0,000 yang berarti ada pengaruh fasilitas terhadap motivasi kerja perawat.

Fasilitas berpengaruh terhadap motivasi kerja sehingga upaya yang dapat dilakukan

oleh rumah sakit adalah dengan meningkatkan fasilitas yang dapat meningkatkan motivasi

kerja perawat.

Kata kunci

:

Fasilitas, Motivasi Kerja Perawat

Page 19: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

19

PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai salah satu

bentuk organisasi pelayanan kesehatan

yang memberikan pelayanan kesehatan

yang komprehensif mencakup aspek

promotif, preventive, kuratif, dan

rehabilitatif bagi seluruh lapisan

masyarakat. Menurut UU No. 44 tentang

Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dengan karakteristik tersendiri yang

dipengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahuan kesehatan, kemajuan

teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu

meningkatkan pelayanan yang lebih

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat

agar terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya.

Pelayanan Rawat Inap

merupakan salah satu jenis pelayanan

yang sangat kompleks dan dapat

memberikan kontribusi yang paling besar

dari pelayanan lain serta tidak lepas dari

potensi sumber daya keperawatan yang

sangat menentukan mutu pelayanan yang

dihasilkan disamping sumber daya yang

lain. Peran perawat sangat penting karena

sebagai ujung tombak di pelayanan Rawat

Inap dan merupakan tenaga yang paling

lama kontak atau berhubungan dengan

pasien selama 24 jam.

Keperawatan merupakan salah satu

profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai

profesi, pelayanan yang diberikan harus

profesional, sehingga para perawat harus

memiliki kompetensi dan memenuhi

standar praktik keperawatan, serta

memperhatikan kode etik dan moral profesi

agar masyarakat menerima pelayanan dan

asuhan keperawatan yang bermutu.

Keperawatan sebagai profesi

dimanifestasikan antara lain melalui praktik

profesi yang diatur dalam suatu ketetapan

hukum, yaitu Permenkes No.

HK.02.02/Menkes/148 Tahun 2010 tentang

ijin dan penyelenggaraan praktik perawat.

Dengan demikian diharapkan perlindungan

hukum masyarakat terjamin melalui

akuntabilitas perawat dalam praktik.

Pelayanan keperawatan yang

dapat diterima oleh masyarakat terlihat

dari disiplin dan motivasi tenaga

keperawatan. Dimana disiplin dan

motivasi yang baik dalam pelayanan

kesehatan bagi masyarakat merupakan

harapan bagi semua pengguna pelayanan.

Disiplin dan motivasi tenaga keperawatan

sebagai pemberi layanan yang rendah

Page 20: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

20

akan berdampak negatif, karena pengguna

jasa pelayanan akan meninggalkan jasa

pelayanan dan beralih ke tempat

pelayanan kesehatan lainnya. Motivasi

atau dorongan untuk bekerja ini sangat

penting bagi tinggi rendahnya

produktivitas. Tanpa adanya motivasi dari

pegawai untuk bekerja dan bagi

kepentingan institusi maka tujuan yang

telah ditetapkan tidak akan tercapai.

Untuk itu diperlukan tenaga perawat yang

profesional yang dapat memberikan

pelayanan keperawatan yang efektif,

efisien dan bermutu.

Motivasi merupakan bagian

integral dari kegiatan organisasi atau

perusahaan dari dalam proses pembinaan,

pengembangan dan pengerahan tenaga

kerja manusia. perawat akan bekerja

dengan lebih baik dalam lingkungan

dimana mereka merasa dihargai dan

merasa dapat berguna untuk orang

banyak. Pentingnya motivasi karena

motivasi adalah hal yang menyebabkan,

menyalurkan, dan mendukung prilaku

manusia supaya mau bekerja giat dan

antusias mencapai hasil yang optimal

(Hasibuan, 2010). Tetapi pada dasarnya

motivasi yang keluar tergantung dari

bentuknya baik itu dari dalam diri sendiri,

dari lingkungan luar atau pun dari

keadaaan yang mendesak seseorang untuk

melakukan suatu hal sesuai dengan tujuan

yang diharapkan.

Tidak banyak orang yang

mempunyai motivasi yang tinggi untuk

mencapai tujuan yang diharapkan banyak

faktor yang bisa membuat motivasi

seseorang menjadi kurang seperti karena

fasilitas yang kurang dapat menurunkan

motivasi kerja seseorang karena

keterbatasan sarana yang diperlukan.

Selain itu seperti umur, situasi lingkungan

kerja, dan program rutin seperti pelatihan

dan fasilitas dapat menjadi faktor yang

memepengaruhi motivasi seseorang

(Purwanto, 2008).

Rumah Sakit Umum Daerah

Sekarwangi adalah rumah sakit yang

terletak di Cibadak Kabupaten Sukabumi,

pada tahun 1994 sampai sekarang status

Rumah sakit menjadi kelas C sesuai SK

Menkes No. 95/menkes/SK/II/1994.

Sampai pada tahun 2002 Rumah Sakit

Umum Sekarwangi berubah menjadi

Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi berdasarkan

peraturan Bupati no. 6 tahun 1999 tanggal

22 April Tahun 2002 dengan akreditasi 5

pelayanan dasar penuh oleh Direktorat

Jenderal Pelayanan Medik Departemen

Page 21: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

21

kesehatan Sertifikasi No.

YM.00.03.2.2.489.

Tahun 2009 tepatnya pada

tanggal 31 Desember 2009 telah

ditetapkan menjadi PPK BLUD melalui

Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 900 /

Kep. 789-RSUD Sekarwangi / 2009

tentang Penerapan Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

( PPK – BLUD ) secara Penuh Pada

Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD )

Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

Sampai sekarang RSUD sekarwangi

memiliki fasilitas rawat jalan dengan 15

klinik spesialis, memiliki 9 ruang rawat

inap dengan klasifikasi kelas VIP, kelas I,

kelas II, kelas III dan HCU dengan

jumlah perawat 107 orang dengan

penunjang pelayanan dan fasilitas lain

yang semakin bertambah ini menjadikan

tantangan yang sangat tinggi untuk

Rumah sakit karena semakin banyaknya

masyarakat yang percaya dengan

pelayanan yang tersedia serta untuk

perawat yang lebih sering bertemu selama

24 jam dengan pasien untuk bisa

memberikan pelayanan yang maksimal

dan meningkatkan motivasi kerja agar

bisa memberikan pelayanan yang

memuaskan

Berdasarkan data profil BLUD

RS Sekarwangi terdapat kekuatan

ataupun kelebihan dari pelayanan yaitu,

sumber daya manusia yang mempunyai

komitmen yang tinggi dari para dokter

spesialis, dokter umum, dokter gigi,

perawat, tenaga non keperawatan dan

administrasi terhadap pengembangan

pelayanan rumah sakit moralitas tinggi,

kemampuan memberikan pelayanan cepat

dan santun, serta pengendalian kualitas

pelayanan yang terpadu. Namun

disamping itu terdapat kelemahan seperti,

sumber daya manusia yang sebagian kecil

belum profesional/tidak sesuai protap

dalam memberikan pelayanan, sehingga

menimbulkan adanya komplain dari

pelanggan. Selain itu peralatan medik dan

non medik yang belum memadai. (Profil

BLUD RSUD Sekarwangi Cibadak

Kabupaten Sukabumi 2010).

Tingkat kepuasan pasien di ruang

rawat inap pada trimester 1 2011

terhadap pelayanan keperawatan

didapatkan pasien yang mengatakan puas

atas pelayanan keperawatan mencapai 60

% dan pasien yang mengatakan tidak

puas 40 % dengan standar minimal

kepuasan yang harus dicapai rumah sakit

sesuai dengan Standar pelayanan minimal

Rumah Sakit yang di keluarkan oleh

Page 22: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

22

direktorat jendral bina pelayanan medik

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia yaitu 90%. Ini bisa

menandakan bahwa kurangnya dorongan

atas tindakan yang diberikan kepada

pasien dimana dapat mencerminkan

motivasi kerja yang kurang sehingga

angka kepuasan tidak mencapai standar.

Dimana mungkin banyak faktor yang bisa

mempengaruhi motivasi kerja perawat

yang kurang dalam memberikan

pelayanan. (Bidang Peningkatan dan

Pengendalian Mutu 2012)

Berdasarkan hasil studi

Pendahuluan melalui teknik Wawancara 8

dari 10 perawat mengatakan fasilitas dan

lingkungan kerja kurang memadai seperti

diantaranya prasarana alat-alat yang

kurang memadai, sarana ruangan yang

sempit, lingkungan fisik yang tidak

nyaman, sedangkan untuk lingkungan

non fisik terjalin dengan baik. Sehingga

memepengaruhi motivasi kerja perawat,

dan 2 orang perawat mengatakan bahwa

fasilitas alat – alat sudah cukup membaik,

ruangan cukup nyaman dan untuk

Lingkungan fisik di ruang rawat inap

cukup mendukung dalam memotivasi

kerja dan lungkungan non fisik antara

atasan dan sesama terjalin baik.

TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh

fasilitas terhadap motivasi kerja

perawat di Ruang Instalasi Rawat

Inap BLUD RS Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran

fasilitas di Ruang Instalasi Rawat

Inap BLUD RS Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi.

b. Mengidentifikasi gambaran

Motivasi Kerja Perawat di Ruang

Instalasi Rawat Inap BLUD RS

Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

c. Mengidentifikasi pengaruh

fasilitas terhadap Motivasi Kerja

Perawat di Ruang Instalasi Rawat

Inap BLUD RS Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan rumusan yang ada

dalam penelitian ini, maka penelitian ini

menggunakan jenis penelitian

korelasional. Penelitian korelasional

adalah penelitian yang bertujuan apakah

terdapat asosiasi antara dua variabel atau

lebih serta seberapa jauh korelasi yang

ada antara variabel yang diteliti (Hidayat,

Page 23: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

23

2010). Dengan pendekatan cross

sectional, yaitu dimana data yang

menyangkut variabel bebas dan terikat

dikumpulkan dalam waktu yang

bersamaan, atau yang dapat mengukur

variabel Independen dan Variabel

Dependen pada waktu yang

bersamaan.Pada penelitian ini mengkaji

pengaruh fasilitas terhadap Motivasi kerja

Perawat.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian pada

sampel dengan jumlah 78 orang perawat

pelaksana dan data terkumpul,

selanjutnya peneliti melakukan proses

pengolahan data dan menganalisa data.

Hasil penelitian yang menjelaskan

Pengaruh Fasilitas terhadap Motivasi

Kerja Perawat Di Ruang Instalasi Rawat

Inap BLUD RS Sekarwangi kabupaten

Sukabumi adalah sebagai berikut :

A. HASIL PENELITIAN

1. Analisa Univariat

a. Gambaran Umum

Karakteristik Responden

Karakteristik responden

dalam penelitian adalah

Pendidikan responden, status

kepegawaian, jenis kelamin dan

lama kerja, distribusi frekuensi

dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 1

Distribusi Frekuensi

Perawat berdasarkan

Pendidikan

B

e

rdasarkan Tabel 1 dapat dilihat

bahwa paling banyak Perawat

Di Ruang Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi memiliki

tingkat Pendidikan D-III

Keperawatan sebanyak 97,4%

(76 Perawat) dan paling Sedikit

memiliki tingkat Pendidikan

S.Kep sebanyak 2,6% (2

perawat).

Pendidikan

Perawat

Jumlah Prosentase

(%)

D-III

Keperawatan

76 97,4

S.Kep 2 2,6

Jumlah 78 100

Page 24: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

24

Tabel 2

Distribusi Frekuensi

Perawat Berdasarkan

Status Kepegawaian

Status

Kepegawaian

Jumlah Prosentase

(%)

PNS 35 44,9

PHL 43 55,1

Jumlah 78 100

Berdasarkan Tabel 2

dapat dilihat bahwa paling

banyak Perawat Di Ruang

Instalasi Rawat Inap BLUD RS

Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi memiliki status

kepegawaian PHL sebanyak

55,1 % (43 perawat) dan paling

sedikit memiliki status

kepegawaian PNS 44,9% (35

perawat)

Tabel 3

Distribusi Frekuensi

Perawat Berdasarkan

Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin

Jumlah Prosentase

(%)

Perempuan 62 79,5

Laki – laki 16 20,5

Jumlah 78 100

Berdasarkan Tabel

3 dapat dilihat bahwa

paling banyak Perawat Di

Ruang Instalasi Rawat

Inap BLUD RS

Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi adalah

Perempuan sebanyak 79,5

% (62 perawat) dan paling

sedikit laki- laki

sebnanyak 20,5 % (16

perawat).

Tabel 4

Distribusi Frekuensi

Perawat Berdasarkan

Lama Kerja

Lama kerja Jumlah Prosentase

(%)

≤ 1 tahun 5 6,4

1-5 tahun 38 48,7

6-10 tahun 22 38,2

≥ 10 tahun 13 16,7

Jumlah 78 100

Berdasarkan Tabel

4 dapat dilihat bahwa

paling banyak Perawat Di

Ruang Instalasi Rawat

Inap BLUD RS

Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi memiliki lama

Page 25: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

25

kerja 1-5 tahun sebanyak

48,7% (38 perawat) dan

yang paling sedikit lama

kerja ≤ 1 tahun sebanyak

6,4 % (5 perawat).

b. Analisa Univariat

berdasarkan Variabel

yang diteliti

Tabel 5

Distribusi Frekuensi

Persepsi Perawat

Fasilitas Jumlah Prosentase

(%)

Baik 0 0

Cukup 47 60,3

Kurang 31 39,7

Jumlah 78 100

Berdasarkan Tabel

5 dapat dilihat bahwa

paling banyak Perawat Di

Ruang Instalasi Rawat

Inap BLUD RS

Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi

mengungkapkan bahwa

fasilitas Cukup sebanyak

60,3 % (47 perawat),

sedangkan yang paling

sedikit mengungkapkan

fasilitas kurang sebanyak

39,7 % (31 perawat)

Tabel 6

Distribusi Frekuensi

Motivasi

Kerja

Perawat

Jumlah Prosentase

(%)

Baik 8 10,3

Cukup 56 71,8

Kurang 14 17,9

Jumlah 78 100

Berdasarkan Tabel

6 dapat dilihat bahwa

paling banyak Perawat Di

Ruang Instalasi Rawat

Inap RSUD Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi

memiliki motivasi kerja

cukup sebanyak 71,8 %

(56 orang), dan paling

sedikit memiliki motivasi

kerja perawat yang baik

sebanyak 10,3 % (8

Orang).

2. Analisa Tabulasi silang

Dalam Penelitian ini

karena ada tabel yang bernilai

0 dan total nilai expected

account lebih dari 20% yang

tidak sesuai dengan syarat chi

Page 26: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

26

kuadrat maka dilakukan

penggabungan sel sehingga

tabulasi silang Motivasi Kerja

Perawat dengan Fasilitas Di

Ruang instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi adalah

sebagai berikut :

Tabel 7

Distribusi Frekuensi

Fasilitas Terhadap Motivasi

Kerja

Berdasarkan Tabel 7

diatas dapat dilihat bahwa dari

78 perawat pelaksana di

Ruang Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi. Perawat

yang mengungkapkan fasilitas

cukup mayoritas memiliki

motivasi kerja cukup sebanyak

97,9% (46 perawat) dan yang

mengungkapkan fasilitas

kurang mayoritas motivasi

kerja cukup sebanyak 58,1 %

(18 perawat)

3. Analisa Bivariat

Hasil analisa ini

bertujuan untuk mengetahui

adanya pengaruh fasilitas

terhadap Motivasi Kerja

Perawat di Ruang Instalasi

Rawat Inap BLUD RS

Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi. Analisa bivariat

dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Pengaruh Fasilitas

terhadap Motivasi Kerja

Perawat Pelaksana Di

Ruang Instalasi Rawat

Inap BLUD RS

Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi.

Tabel 8

Pengaruh Fasilitas

terhadap Motivasi Kerja

Perawat

Fasilitas Motivasi Kerja Perawat

Cukup % kurang % Total %

Cukup 46 97,9 1 2,1 47 100

Kurang 18 58,1 13 41,9 31 100

Total 64 82,1 14 17,9 78 100

Fasilita

s

Motivasi Kerja Perawat

P value

Koefisie

n

Konting

ensi

Cukup Kura

ng

Tot

al

Cukup 46 1 47

0,000

0,453 Kurang 18 13 31

Total 64 14 78

Page 27: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

27

Berdasarkan Tabel

8 dapat dilihat bahwa nilai

P value = 0,000 berarti <

0,05 yang menunjukan

ada pengaruh antara

fasilitas dengan motivasi

kerja perawat. Dengan

nilai koefisien kontingensi

0,453 yang menunjukan

bahwa keeratan pengaruh

fasilitas dengan motivasi

kerja Cukup kuat.

B. PEMBAHASAN

Pembahasan hasil

penelitian ini dimaksud untuk

memberikan penjelasan terhadap

hasil penelitian deskriptif maupun

hasil penelitian korelasi yang akan

dijabarkan sebagai berikut.

1. Gambaran Fasilitas di Ruang

Instalasi Rawat Inap BLUD RS

Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi.

Berdasarkan Tabel 5 dapat

dilihat bahwa paling banyak

Perawat Di Ruang Instalasi Rawat

Inap BLUD RS Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi

mengungkapkan bahwa fasilitas

Cukup sebanyak 60,3% (47

perawat), sedangkan yang paling

sedikit mengungkapkan fasilitas

kurang sebanyak 39,7 % (31

perawat)

Berdasarkan data bahwa

fasilitas di ruang rawat inap

termasuk Cukup hal ini mungkin

dikarenakan para perawat

merasakan fasilitas seperti sarana

(ruangan) dan prasarana (alat –

alat kesehatan) yang ada dan

tersedia di ruangan cukup

memenuhi sesuai dengan

kebutuhan dalam bekerja.

2. Gambaran Motivasi Kerja

Perawat di Ruang Instalasi

Rawat Inap BLUD RS

Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi.

Berdasarkan Tabel 6 dapat

dilihat bahwa paling banyak

Perawat Di Ruang Instalasi Rawat

Inap BLUD RS Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi memiliki

motivasi kerja cukup sebanyak

71,8% (56 perawat), dan paling

sedikit memiliki motivasi kerja

perawat yang baik sebanyak 10,3

% (8 Orang). Menurut Hasibuan

(2010) Motivasi kerja adalah

Page 28: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

28

suatu kondisi / keadaan yg

mempengaruhi seseorang untuk

terus meningkatkan, mengarahkan

serta memelihara perilaku yang

berhubungan baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam

lingkungan kerjanya.

Berdasarkan data diatas

motivasi kerja perawat termasuk

cukup, banyak hal yang dapat

mempengaruhi menurut Hasibuan

(2010) metode untuk memotivasi

ada yang secara langsung ataupun

tidak langsung, motivasi langsung

adalah motivasi yang diberikan

langsung kepada individu atau

karyawan untuk memenuhi

kebutuhan serta kepuasannya,

seperti pujian, penghargaan,

tunjangan, bonus dan lain- lain.

Hal ini mungkin saja tidak

dirasakan oleh seluruh perawat di

ruang rawat inap sehingga

menjadikan motivasi mereka

cukup dalam bekerja mungkin

karena kurangnya pujian yang

didapatkan ataupun tidak adanya

penghargaan yang diberikan

kepada perawat yang berprestasi

dari rumah sakit. Atau bisa juga

dari motivasi tidak langsung

dimana motivasi ini diberikan

hanya berupa fasilitas-fasilitas

yang mendukung, ataupun dari

ruangan yang terang dan nyaman,

alat alat yang baik, suasana

pekerjaan yang serasi.

Berdasarkan Tabel 5 dapat

dilihat bahwa paling banyak

Perawat Di Ruang Instalasi Rawat

Inap BLUD RS Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi

mengungkapkan bahwa fasilitas

Cukup sebanyak 60,3% (47

perawat), sedangkan yang paling

sedikit mengungkapkan fasilitas

kurang sebanyak 39,7% (31

perawat) seperti menurut

Hasibuan (2010) fasilitas adalah

penunjang seperti sarana dan

prasarana yang dapat

memudahkan karyawan dalam

melaksanakan tugasnya. Sehingga

hal ini mungkin saja yang

mempengaruhi motivasi kerja

cukup, karena fasilitas yang

dirasakan oleh perawat cukup baik

dari ruangan yang sesuai atau pun

alat –alat medis yang sesuai atau

yang tersedia.

Page 29: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

29

Berdasarkan Tabel 4 dapat

dilihat bahwa paling banyak

Perawat Di Ruang Instalasi Rawat

Inap BLUD RS Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi memiliki

lama kerja 1-5 tahun sebanyak

48,7% (38 perawat) dan yang

paling sedikit lama kerja ≤ 1 tahun

sebanyak 6,4 % (5 perawat).

Menurut Usmara (2006) staf yang

lebih lama masa kerjanya

seringkali menilai dan

mengharaapkan penghasilan

tambahan tertentu karena latar

belakang senioritas.

Berdasarkan data diatas

lama kerja mungkin dapat

mempengaruhi motivasi kerja

karena lama kerjanya 1-5 tahun

yang sudah cukup lama dalam

bekerja dapat berpengaruh

mungkin karena sudah merasakan

kejenuhan dengan keadaan yang

ada di lingkungan kerja ataupun

merasakan keadaan yang tidak

sesuai dengan apa yang

diharapkan dalam bekerja karena

dengan lama kerja yang dinilai

masih baru otomatis umur pekerja

pun masih muda yang berfikir

kritis terhadap apa yang mereka

rasakan mungkin ini akan

berpengaruh kepada motivasi

kerja perawat di ruangan.

Berdasarkan Tabel 3 dapat

dilihat bahwa paling banyak

perawat pelaksana di ruang

Instalasi rawat Inap BLUD RS

Sekarwangi adalah perempuan

sebanyak 79,5% (62 perawat), dan

paling sedikit laki-laki sebanyak

20,5% (16 perawat). Menurut

Marilyn M. Freedman (2008)

setiap posisi normatif dari

kelompok dihubungkan dengan

peran terkait. Suami atau ayah

diharapkan menjadi pencari uang,

peran formal yang standar

terdapat dalam keluarga adalah

kepala rumah tangga sebagai

pencari nafkah. Dapat

disimpulkan bahwa laki-laki

motivasi kerjanya lebih tinggi

dibanding perempuan.

Berdasarkan Tabel 1 dapat

dilihat bahwa paling banyak

perawat Di Ruang Instalasi Rawat

Inap BLUD RS Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi memiliki

tingkat pendidikan D-III

Keperawatan sebanyak 97,4% (76

Page 30: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

30

perawat) dsn paling sedikit S1

Keperawatan sebanyak 2,6% (2

perawat). Menurut Usmara (2006)

nilai – nilai pada motivasi kerja

dipengaruhi oleh karakter atau

latar belakang personal dari staf

diantaranya pendidikan,

pendidikan tinggi akan menilai

dan mengharapkan lebih

penghargaan dibandingkan

mereka yang memiliki level

pendidikan yang lebih rendah.

Berdasarkan data

pendidikan DIII Keperawatan

dikatakan paling banyak namun

hasil motivasi cukup, hal ini

mungkin dengan pendidikan

tinggi individual cenderung untuk

mengharapkan penghargaan dan

insentif yang tinggi pula tetapi

mungkin pada kenyataannya hal

tersebut tidak atau kurang

terpenuhi sehingga menghasilkan

motivasi kerja yang cukup. Dan

bila dihubungkan sesuai Tabel 2

sebagian besar perawat pelaksana

di ruang instalasi rawat inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi memiliki status

kepegawaian BHL sebanyak

55,1% (43 perawat) dan paling

sedikit PNS sebanyak 44,9% (35

perawat) hal ini mungkin bisa

mempengaruhi motivasi ketika

semakin tinggi pendidikan

seseorang akan lebih

menginginkan intensif yang lebih

tinggi pula tapi hal ini tidak bisa

teraplikasi karena sebagian besar

perawat adalah PHL yang

mungkin intensif yang mereka

harapkan tidak sebanding dengan

perawat yang status

kepegawaiannya adalah seorang

PNS.

3. Pengaruh Fasilitas

Terhadap Motivasi Kerja

Perawat Di Instalasi Rawat

Inap BLUD RS Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan Tabel 7

diatas dapat dilihat bahwa dari

78 perawat di Ruang Instalasi

Rawat Inap BLUD RS

Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi. Perawat yang

mengungkapkan fasilitas

cukup mayoritas memiliki

motivasi kerja cukup sebanyak

97,9% (46 perawat) dan yang

mengungkapkan fasilitas

kurang mayoritas motivasi

Page 31: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

31

kerja cukup sebanyak 58,1 %

(18 perawat). Berdasarkan

hasil uji statistik dalam

penelitian ini ada pengaruh

fasilitas terhadap motivasi

kerja perawat di Ruang

Instalasi Rawat Inap BLUD

RS Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi.

Menurut Purwanto

(2008) Hubungan antara

fasilitas dan motivasi kerja

sangat erat karena Motivasi

bisa timbul dengan adanya

kenyamanan dan segala yang

memudahkan dengan

tersedianya sarana dan

prasarana yang dibutuhkan

untuk hal yang diinginkan.

Berdasarkan hasil

penelitian didapat bahwa

prosentase terbesar perawat

mengemukakan bahwa

fasilitas yang ada di ruang

instalasi rawat inap cukup dan

cenderung memiliki motivasi

kerja yang cukup dengan

didapatkannya hasil P value

0,000 < 0,05 yang

menunjukan ada pengaruh

antara fasilitas dengan

motivasi kerja. Dengan nilai

koefisien kontingensi 0,453

yang berarti keeratan pengaruh

fasilitas dengan motivasi kerja

Cukup kuat.

Hal ini sesuai dengan

teori ketika kenyamanan dan

kemudahan perawat dalam

bekerja akan meningkatkan

motivasi dalam bekerja

dimana perawat yang

mengungkapkan fasilitas

cukup cenderung motivasi

kerjanya pun cukup, dimana

ketika seseorang bisa

merasakan kemudahan untuk

menunjang seseorang bekerja

maka akan timbul dorongan

untuk bekerja yang tinggi

pula, mungkin hal ini

dirasakan pula oleh perawat

yang menganggap fasilitas di

ruangan rawat inap cenderung

cukup dalam menunjang

mereka bekerja dengan hasil

akhir motivasi kerja yang

cukup pula. Bukan hanya itu

perawat yang mengatakan

fasilitas kurang memiliki

motivasi cukup hal ini tidak

searah mungkin dalam hal ini

Page 32: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

32

mungkin perawat yang

mengungkapkan fasilitas yang

kurang cenderung lebih

memaksimalkan fasilitas yang

ada atau sudah mulai terbiasa

dengan keadaan fasilitas di

ruangan sehingga motivasi

kerja tidak ikut kurang

melainkan cukup.

Dalam hal ini sarana

dan prasarana yang ada di

ruang rawat inap mungkin

cukup sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh perawat yang

bekerja di rawat inap mungkin

ini dikarenakan oleh sarana

atau prasarana yang cukup

mendukung, seperti sarana

tempat seperti ruangan

perawatan, stasi perawat,

ruang perawat yang cukup

mendukung atau bahkan bias

juga dari prasarananya sendiri

seperti ketersediaan alat –alat

kesehatan yang dirasa cukup,

layak pakai, sesuai dengan

kemajuan tekhnologi atau pun

dari alat non medic yang

cukup tersedia yang mungkin

menyebabkan fasilitas cukup

dengan hasil motivasi kerja

yang cenderung cukup

sehingga dengan demikian

ada pengaruh fasilitas terhadap

motivasi kerja perawat di

Ruang Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penyusunan

penelitian ini banyak keterbatasan

yang peneliti temukan, seperti ada

faktor lain yang tidak diteliti oleh

peneliti seperti faktor instrinsik

dari karakteristik personal seperti

pendidikan, lama kerja, status

kepegawaian, dan jenis kelamin

yang mungkin memiliki pengaruh

terhadap motivasi kerja perawat di

ruang insatalasi rawat inap BLUD

RS Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya, maka dapat

disimpulkan beberapa hal penting

dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

Page 33: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

33

1. Sebagian besar perawat

mengungkapkan fasilitas di ruang

rawat inap cukup.

2. Sebagian besar Motivasi Kerja

Perawat cukup.

3. Ada pengaruh fasilitas dengan

Motivasi Kerja Perawat Di Ruang

Instalasi Rawat Inap BLUD RS

Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

B. Saran

1. Bagi BLUD RS Sekarwangi

Penelitian ini diharapkan

dapat menjadi acuan dalam

meningkatkan motivasi kerja

perawat dengan meningkatkan

fasilitas baik dari sarana dan

prasarana seperti bangunan

ruangan yang nyaman untuk

perawat serta peralatan yang

tersedia dengan mudah dan

lengkap yang berada di setiap

ruangan rawat inap.

2. Peneliti selanjutnya

Melalui penelitian ini

diharapkan dapat digunakan

sebagai sumber referensi dan

bacaan untuk peneliti selanjutnya

dalam kaitannya dengan faktor –

faktor yang mempengaruhi

motivasi Kerja Perawat

Page 34: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

34

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010.

Budiarot, Eko. Biostatistik untuk kedokteran dan kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC,

2002.

Depkes RI. Pedoman teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap

(umum). 2006.

Depkes RI. Standar Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat jendral bina

pelayanan medik, 2007.

Gitosudarmo. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE, 2008.

Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Hastono, sutanto. Statistic Kesehatan.Jakarta : PT raja grafindo persada.2010

Hidayat, A. Metode Penelitian dan kebidanan dan teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba

Medika, 2010.

Kusnanto. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC, 2004.

Luthans, F. Perilaku Organisasi. Yogyakarta :ANDI, 2006.

Marilyn, friedman. Keperawatan keluarga (teori dan praktek) edisi 3, Jakarta: EGC.2008

Notoatmodjo, Sukidjo. Metodologi Penelitian dan Kesehatan. Jakarta : Rineka Medika,

2005.

Nursalam. Manajmen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Professional.

Jakarta : Salemba Medika, 2002.

Nursalam dan ferry, E. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2008.

Purwanto. Unsur Motivasi. Jakarta : Balai Pustaka, 2008.

Page 35: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi

35

Riyanto, Agus. Pengolahan dan Analisa Data Kesehatan : (Dilengkapi Uji validitas dan

reliabilitas serta Aplikasi Program SPSS). Yogyakarta : Nuhu Medika, 2009.

Sedarmayanti. Tata kerja dan Produktifitas Kerja: suatu tinjauan dari aspek ergonomi

atau kaitan antara manusia dan lingkungan kerja. Bandung: Mandar maju, 2009.

Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta, 2010.

Suarli dan bahtiar. Manajemen keperawatan. Jakarta : Erlangga, 2009.

Uno, hamzah b. teori motivasi dan pengukurannya . Jakarta : Bumi Aksara, 2011.

Usmara. Motivasi kerja, proses, teori dan praktik.Yogyakarta : Amara Books,2006

Widayatun. Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Infomedika, 1999

Winardi. Motivasi pemotivasi dalam Manajemen. Jakarta : raja Grafindo Persada, 2004.

www.scribd.com/doc/83710124/Rumah-Sakit-Kelas-c kelas C diakses tanggal 6 april 2012

www.scribd.com/doc/.../B-Tinjauan-Umum-Tentang-Usia-Produktif

www. depkes.go.id / tenaga- perawat- diakses tanggal 16 maret 2012.

Page 36: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

36

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi

ABSTRAK

Enung Tati Amalia*

[email protected]

STIKES Kota Sukabumi

Hipertensi sendiri merupakan masalah yang besar dan serius diseluruh dunia karena

angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat dimasa yang akan datang.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi pada tahun 2011 Puskesmas

Cipelang merupakan Puskesmas yang jumlah klien hipertensi terbanyak yaitu sebesar 4959

jiwa. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh air rebusan seledri

terhadap tekanan darah pada klien hipertensi.

Air rebusan seledri merupakan salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan

untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Dimana air rebusan seledri memiliki kandungan

apiin yang bersifat diuretik untuk menurunkan tekanan darah dan mengandung senyawa

apigenin yang membantu menurunkan hormone stress dalam darah.

Jenis penelitian adalah experiment research dengan pendekatan quasi eksperiment.

Penelitian ini dilakukan selama 14 hari sebanyak 2 kali sehari dari mulai tanggal 16 Mei

2012 sampai 30 Mei 2012. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian klien hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh yaitu sebanyak 20 orang. Dengan teknik pengambilan sampel

quota sampling. Analisis hipotesis menggunakan Uji Wilcoxon Matched Pairs.

Hasil penelitian didapatkan dari total 20 orang responden sebelum pemberian air

rebusan seledri memiliki tekanan darah sistolik rata-rata 166.50 mmHg dan tekanan darah

diastoliknya rata-rata 94.75 mmHg Sedangkan sesudah pemberian air rebusan seledri

memiliki tekanan darah sistolik rata-rata 129.50 mmHg dan tekanan darah diastoliknya

rata-rata 82.50 mmHg. Berdasarkan hasil analisa data uji Wilcoxon Matched Pairs

diketahui bahwa responden yang mengikuti terapi air rebusan mengalami penurunan

tekanan darah yang signifikan, nilai p=0,000 (p<0,05).

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa air rebusan seledri berpengaruh

terhadap penurunan tekanan darah pada klien hipertensi. Saran untuk penelitian berikutnya

perlu memperhitungkan bias selama penelitian seperti ketepatan waktu terapi dan tidak

mengkonsumsi obat-obatan selama terapi.

Kata kunci : Air Rebusan Seledri, Tekanan Darah

Daftar Pustaka : 25 Buku (2000 -2011) dan 9 website

Page 37: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

37

Effect of Water Celery Stew on Client Of Blood Pressure Hypertension in Gunung Puyuh

Work Regional Health Center Cipelang Sukabumi

ABSTRACT

xi, Chapter v, 82 pages, 1 drawing, 15 tables, 11 appendix

Hypertension it self is a big and serious problem world wide due to the high prevalence

rate and tended to increase in the future. Based on data from the Health Department in 2011

Sukabumi Cipelang Health Center is a health center which is the largest number of clients

for 4959 hypertensive people. The purpose of this study is to investigate the effect of celery

boiled water on blood pressure in hypertensive clients.

Cooking water celery is one of the non-pharmacological therapies are offered to lower

high blood pressure. Which the water decoction of celery contains apiin that are diuretics to

lower blood pressure and contain apigenin compounds that help lower stress hormone in

the blood.

This type of research is research, experiments, quasi experiments with this approach.

The research was conducted for 14 days as much as two times a day from the start date of

May 16, 2012 until May 30, 2012. The sample in this study is the most clients in the

Village of Mountain Quail hypertension as many as 20 people. With a sampling quota

sampling technique. Hypothesis analysis using Wilcoxon Matched Pairs Test.

The results obtained from a total of 20 respondents prior to the cooking water celery

have a systolic blood pressure an average of 166.50 mmHg and diastolic blood pressure an

average of 94.75 mmHg, while after the issuance of the cooking water celery have a

systolic blood pressure an average of 129.50 mmHg and diastolic blood pressure average of

82.50 mmHg. Based on the analysis of test data Wilcoxon Matched Pairs note that

respondents who followed the cooking water therapy experienced a significant decrease in

blood pressure, the value of p = 0.000 (p <0.05)

The conclusion from this study indicate that the water boiled celery effect on lowering

blood pressure in hypertensive clients. Suggestions for subsequent research needs to take

into account the bias for the study of timeliness of therapy and not taking medication during

therapy.

Key words : Water Stew Celery, Blood Pressure

References : 25 Books (2000 -2011) and 9 website

Page 38: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

38

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah merupakan faktor

yang amat penting pada sistem

sirkulasi. Menurut Perry & Potter

(2005) mendefinisikan tekanan darah

merupakan kekuatan lateral pada

dinding arteri oleh darah yang

didorong dengan tekanan dari jantung.

Terdapat dua macam kelainan tekanan

darah darah, antara lain yang dikenal

sebagai hipertensi atau tekanan darah

tinggi dan hipotensi atau tekanan darah

rendah. Tekanan darah tinggi atau

yang sering disebut dengan hipertensi

merupakan masalah utama dalam

kesehatan masyarakat yang ada di

Indonesia maupun di beberapa negara

yang ada di dunia.

Menurut Ridwan (2002)

hipertensi sering kali disebut sebagai

pembunuh diam-diam (silent killer)

karena termasuk yang mematikan

tanpa disertai dengan gejala-gejalanya

lebih dahulu sebagai peringatan bagi

korbannya. Menurut WHO di dalam

guidelines terakhir tahun 1999, batas

tekanan darah yang masih dianggap

normal adalah kurang dari 130/85

mmHg, sedangkan bila lebih dari

140/90 mmHG dinyatakan sebagai

hipertensi, dan di antara nilai tersebut

disebut sebagai normal-tinggi. (batasan

tersebut diperuntukkan bagi individu

dewasa diatas 18 tahun).

(http//www.kesehatan123.com.

Masdhani 2011, Kesehatan Hipertensi,

diakses pada tanggal 12 april 2012)

Dengan demikian hipertensi yaitu

suatu keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah

di atas normal yaitu > 140/90 mmHg.

Hipertensi sendiri merupakan

masalah yang besar dan serius

diseluruh dunia karena angka

prevalensinya yang tinggi dan

cenderung meningkat dimasa yang

akan datang, juga karena tingkat

keganasan dari penyakit hipertensi

yang tinggi berupa kecacatan

permanen dan kematian mendadak.

Menurut WHO (2005), selama 10

tahun terakhir bahwa jumlah penderita

hipertensi yang dirawat di berbagai

rumah sakit meningkat lebih dari 10

kali lipat (Sudoyo, 2006).

Angka prevalensi hipertensi di

Indonesia berdasarkan RISKESDAS

Page 39: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

39

(Riset Kesehatan Dasar) tahun 2009

mencapai 30 % dari populasi yaitu

kurang lebih sebanyak 15 juta orang

dan hanya 4 % penderita hipertensi

yang dapat terkontrol. Selain angka

prevalensinya yang tinggi angka

kematian akibat hipertensi di

masyarakat mengalami peningkatan

yang pesat. Dari 15 juta penderita, 60

% penderita hipertensi berakhir pada

stroke, sedangkan sisanya pada

penyakit jantung koroner, gagal ginjal

dan kebutaan. Sedangkan angka

prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa

Barat pada tahun 2009 menduduki

peringkat tertinggi yaitu sekitar 48 %

dari keseluruhan populasi penduduk

Indonesia. (http: //

www.medicastore.co.id. Fatima Fitri

2009, angka prevalensi hipertensi di

Indonesia, diakses pada tanggal 31

maret 2012).

Berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Kota Sukabumi, pada tahun

2011 hipertensi termasuk kedalam 10

besar penyakit terbanyak, berikut data

jumlah klien dengan hipertensi

terbanyak menurut peringkat dari

peringkat 1 sampai 5 di beberapa

Puskesmas yang ada di Kota

Sukabumi, seperti yang terlihat dalam

table A.1

Table 1

Jumlah Klien Dengan

Hipertensi Terbanyak Di 5

Puskesmas Kota Sukabumi tahun

2011

No Puskesmas

Jumlah Klien

Dengan

Hipertensi

1 Cipelang 4959

2 Selabatu 3447

3 Tipar 3196

4 Pabuaran 2664

5 Limus nunggal 2154

Sumber : Laporan tahunan Dinas

Kesehatan Kota Sukabumi

Berdasarkan tabel 1 pada tahun

2011 Puskesmas Cipelang merupakan

Puskesmas yang jumlah klien dengan

hipertensi terbanyak yaitu sebesar

4959 dan menduduki peringkat

pertama dibandingkan dengan

Puskemas yang lain yang ada di Kota

Sukabumi. Di Wilayah Kerja

Puskesmas Cipelang mempunyai 2

Puskesmas pembantu yang berada

dimasing-masing Kelurahan yaitu

Kelurahan Gunung Puyuh dan

Kelurahan Sriwidari. Adapun data

jumlah klien dengan hipertensi dalam

Page 40: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

40

kurun waktu 3 bulan terakhir pada

tahun 2012 di Puskesmas Pembantu

Gunung Puyuh dan Puskesmas

Pembantu Sriwidari, Seperti yang

terlihat dalam tabel 2

Table 2.

Jumlah Klien Dengan

Hipertensi Dalam Kurun

Waktu 3 Bulan Terakhir

Tahun 2012

N

o

Puskes

mas

Pemba

ntu

Jumlah

Klien Dengan

Hipertensi To

tal

Janu

ari

Febr

uari

Ma

ret

1

Gunun

g

puyuh

47 43 42 13

2

2 Sriwid

ari 41 42 42

12

5

Sumber : Laporan bulanan

Wilayah Kerja Puskesmas

Cipelang

Berdasarkan table 2 pada kurun

waktu 3 bulan terakhir tahun 2012

Kelurahan Gunung Puyuh merupakan

kelurahan yang jumlah klien

hipertensinya terbanyak yaitu sebesar

132 dibandingkan dengan kelurahan

sriwidari yang berjumlah 125 orang

Beberapa studi menunjukan

bahwa penyebab penyakit hipertensi

secara umum diantaranya

aterosklerosis (penebalan dinding

arteri yang menyebabkan hilangnya

elastisitas pembuluh darah), keturunan,

bertambahnya jumlah darah yang

dipompa ke jantung, penyakit ginjal,

kelenjar adrenal, dan sistem saraf

simpatis, obesitas, tekanan psikologis,

stres, dan ketegangan bisa

menyebabkan hipertensi. (Ridwan,

2002).

Akibat tekanan darah tinggi yang

berlanjut dan tidak tertangani secara

tepat, dapat berakibat fatal, salah

satunya adalah kerusakan pada

berbagai organ target seperi otak,

ginjal, aorta, pembuluh darah perifer

sampai kerusakan pada retina mata.

Kerusakan ini diakibatkan oleh

ambulatory blood pleasure. Hipertensi

apabila tidak segera ditangani maka

dapat menimbulkan komplikasi atau

kerusakan pada berbagai organ tubuh.

Salah satu contoh dampak yang

ditimbulkan dari penyakit hieprtensi

atau tekanan darah tinggi yaitu angina

dan serangan jantung, stroke, gagal

jantung, kerusakan ginjal dan lain-lain

(Ridwan, 2002). Berhubungan dengan

hal tersebut maka diperlukan

penanganan hipertensi yang tepat dan

efisien.

Page 41: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

41

Terapi untuk penaganan penyakit

hipertensi pada prinsipnya ada dua

macam terapi yang bisa dilakukan

yaitu secara farmakologis dan non

farmakologis. Secara farmakologis

terdiri atas pemberian obat yang

bersifat diuretik, simpatetik, beta

blocker, dan vasodilator dengan

memperhatikan tempat, mekanisme

kerja dan tingkat kepatuhan.

Penanganan secara farmakologis

dianggap mahal oleh masyarakat.

Selain itu penanganan farmakologis

juga mempunyai efek samping. Efek

samping tersebut bermacam-macam

tergantung dari obat yang digunakan

(Vitahelth, 2004).

Penanganan non-farmakologis

yaitu meliputi penurunan berat badan,

olah raga secara teratur, diet rendah

lemak dan garam, serta terapi

komplementer (Utami, 2009).

Penanganan secara non farmakologis

sangat diminati oleh masyarakat

karena sangat mudah untuk

dipraktekan dan tidak mengeluarkan

biaya yang terlalu banyak. Selain itu,

penanganan non-farmakologis juga

tidak memiliki efek samping yang

berbahaya tidak seperti penanganan

farmakologis. Sehingga masyarakat

lebih menyukai penanganan secara non

farmakologis dari pada secara

farmakologis (Utami, 2009).

Salah satu dari penanganan non

farmakologis dalam menyembuhkan

penyakit hipertensi yaitu terapi

komplementer dengan cara

mengkonsumsi tumbuhan herbal yang

diyakini mampu menurunkan tekanan

darah tinggi. Beberapa contoh

tumbuhan herbal yang berkhasiat

menurunkan tekanan darah seperti

mengkudu, mindi kecil, murbei,

seledri, pepaya, alpukat, ketimun dan

lain-lain (Yuliarti, 2011). Dari

beberapa contoh tumbuhan herbal kita

ambil salah satu contohnya adalah

seledri.

Seledri atau celery (Apium

graveolens) merupakan sayuran

tanaman yang oleh banyak masyarakat

Tiongkok tradisional sejak lama

digunakan untuk menurunkan tekanan

darah. Seledri mengandung apigenin

yang sangat bermanfaat untuk

mencegah penyempitan pembuluh

darah dan tekanan darah tinggi. Selain

itu, seledri juga mengandung pthalides

dan magnesium yang baik untuk

membantu melemaskan otot-otot

Page 42: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

42

sekitar pembuluh darah arteri dan

membantu menormalkan penyempitan

pembuluh darah arteri. Pthalides

dapat mereduksi hormon stres yang

dapat meningkatkan darah dikutip dari

(http//: www.ramuantradisional.com.

Liza 2011, manfaat seledri bagi

pengobatan tekanan darah tinggi

diakses pada tanggal 30 maret 2012).

Selain itu seledri juga pernah menjadi

bahan penelitian untuk mengobati

hipertensi.

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh mahasiswa Universitas

Diponegoro, Rahmawati pada tahun

(2010) terdapat perbedaan penurunan

tekanan darah sistolik (p< 0,0001) dan

tekanan darah diastolik (p = 0,035)

antara kelompok perlakuan dan

kontrol. Setelah konsumsi jus seledri,

tekanan darah sistolik kelompok

perlakuan mengalami penurunan

dengan nilai median yaitu 11.50 +

9.26. mmHg dan diastolik menurun

4.50 + 13.58 mmHg sedangkan

kelompok kontrol tidak mengalami

penurunan yang bermakna. Jadi

kesimpulannya bahwa mengkonsumsi

seledri mampu menurunkan tekanan

darah pada penderita hipertensi.

Didalam seledri banyak terdapat

kandungan kimia yang dapat

mengobati hipertensi.

Selain mengandung apigenin dan

pthalides seledri juga mengandung gizi

yang tinggi, vitamin A,B1, B2, B6 dan

juga vitamin C. Seledri juga kaya

pasokan kalium, asam folik, kalsium,

magnesium, zat besi, fosfor, sodium

dan banyak mengandung asam amino

esensial. Pada pasokan kalium sangat

bermanfaat untuk terapi darah tinggi.

Pada 100 g seledri terkandung 344 mg

kalium dan 125 mg natrium. Konsumsi

makanan dengan perbandingan kalium

dan natrium yang mencapai 3:1, sangat

baik bagi penderita darah tinggi. Pada

seledri perbandingan tersebut

mencapai 2,75:1 sudah sangat

mendekati rasio ideal untuk

pencegahan Hipertensi (http//:

www.ramuanteradisional.com. Liza

2011, manfaat seledri bagi

pengobatan tekanan darah tinggi,

diakses pada tanggal 30 maret 2012).

Seledri juga sangat mudah dicari,

harganya juga sangat terjangkau oleh

masyarakat. Selain itu selederi juga

tidak memiliki efek samping yang

berbahaya. Oleh karena itu seledri

sangat baik sebagai terapi pengobatan

hipertensi.

Page 43: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

43

Walaupun seledri sangat mudah

dicari, harganya juga sangat terjangkau

oleh masyarakat dan bermanfaat untuk

penurunan tekanan darah namun

masyarakat kurang banyak mengetahui

manfaat dari seledri itu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di

atas, maka dalam penelitian ini peneliti

membuat rumusan masalah sebagai

berikut “Apakah Pemberian Air

Rebusan Seledri Berpengaruh

Terhadap Tekanan Darah Pada

Klien Hipertensi di Kelurahan

Gunung Puyuh Kota Sukabumi

Wilayah Kerja Puskesmas

Cipelang”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari

penelitian ini yaitu mengetahui

pengaruh air rebusan seledri

terhadap tekanan darah pada klien

hipertensi di Kelurahan Gunung

Puyuh Kota Sukabumi wilayah

kerja Puskesmas Cipelang.

D. Hipotesis

Hipotesis didalam suatu

penelitian berarti jawaban sementara

penelitian, patokan duga, atau dalil

sementara, yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam penelitian tersebut.

Setelah melalui pembuktian dari hasil

penelitian maka hipotesis ini dapat

diterima tau ditolak (Notoatmodjo,

2010).

Hipotesis dalam penelitian ini

yaitu apabila ada pengaruh pemberian

air rebusan seledri terhadap penurunan

tekanan darah, maka hipotesis

sementara dinyatakan dengan H1

(hipotesis alternatif/kerja), tetapi

apabila setelah dilakukan penelitian

ternyata tidak ada pengaruh pemberian

air rebusan seledri terhadap tekanan

darah, maka hipotesis penelitian

dinyatakan dengan Ho (hipotesis 0).

Hipotesis dalam penelitian ini :

Ho : Tidak ada pengaruh antara

pemberian air rebusan

seledri dengan

penurunan tekanan darah

di Kelurahan Gunung

Puyuh wilayah kerja

Puskesmas Cipelang

H1 : Ada pengaruh antara

pemberian air rebusan

seledri dengan

penurunan tekanan darah

di Kelurahan Gunung

Page 44: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

44

Puyuh wilayah kerja

Puskesmas Cipelang.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah quasi eksperiment atau pre

experiment, yaitu eksperiment jenis

ini belum memenuhi persyaratan

seperti cara eksperiment yang dapat

dikatakan ilmiah mengikuti

peraturan-peraturan tertentu

(Arikkunto, 2006). Sedangkan untuk

jenis design pre eksperiment yang

diambil dalam penelitian ini adalah

pre-test dan post-test group yaitu

memberikan pre-test atau

pengamatan awal terlebih dahulu

sebelum diberikan intervensi, setelah

itu diberikan intervensi kemudian

dilakukan post-test atau pengamatan

akhir ( Hidayat, 2007 ).

Penelitian ini meneliti apakah

ada pengaruh air rebusan seledri

terhadap tekanan darah pada klien

hipertensi melalui pre-test dan post-

test group.

Populasi

Populasi dalam penelitian ini

adalah klien hipertensi yang ada di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah

Kerja Puskesmas Cipelang Kota

Sukabumi yang berjumlah 132 orang.

Sampel pada penelitian ini

adalah sebagian klien hipertensi yang

ada di Kelurahan Gunung Puyuh

Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang

yang belum pernah diberikan air

rebusan seledri.

Sample

Dalam penelitian keperawatan

kriteria sampel dapat meliputi kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi, dimana

kriteria tersebut dapat menentukan

layak dan tidaknya sampel yang akan

digunakan (Sugiyono, 2008).

Kriteria inklusi:

a. Pria/Wanita dewasa berusia

sekitar 25-59 tahun

b. Pria/wanita dewasa yang sedang

mengalami peningkatan tekanan

darah.

c. Tidak mengkonsumsi obat

antihipertensi

d. Klien hipertensi yang bersedia

mengikuti kegiatan penelitian

mengkonsumsi rebusan seledri

setiap 2 kali sehari selama satu

minggu sesuai jadwal.

Page 45: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

45

e. Tidak disertai dengan resiko

penyakit lain seperti gagal ginjal

Kriteria eklusi responden sebagai

berikut :

a. Pria/Wanita dewasa berusia

sekitar < 25 tahun atau >59 tahun

b. Mengkonsumsi obat antihipertensi

c. Tidak bersedia mengikuti kegiatan

penelitian mengkonsumsi rebusan

seledri setiap 2 kali sehari selama

satu minggu sesuai jadwal.

d. Memiliki penyakit penyerta

seperti gagal ginjal.

Teknik Pengambilan Sample

Pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah menentukan

responden dengan usia 25-59

tahun, melakukan wawancara

terkait riwayat hipertensi serta

keluhan yang dialami responden,

memastikan responden baru

pertama kali diberikan perlakuan

pemberian air rebusan seledri,

serta melakukan pemeriksaan

tekanan darah sebelum dilakukan

pemberian air rebusan seledri.

Ukuran Sample

Berdasarkan formula drop out

tersebut, maka jika prediksi sampel drop

outnya 30% maka sampelnya berjumlah

22 orang, 22 orang dibagi menjadi dua

tahap pertemuan, 11 orang menjadi tahap

pertama dan 11 orang lagi menjadi tahap

ke dua.

Teknik Analisa Data

Metode analisis statistik yang

digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan skala pengukuran yang

digunakan adalah uji-T sampel

berpasangan (paired t-test). Uji-T sampel

berpasangan adalah salah satu pengujian

hipotesis dimana data yang digunakan

tidak bebas (berpasangan), ciri yang

paling sering ditemui pada kasus yang

berpasangan adalah satu individu (objek

penlitian) dikenai 2 jenis perlakuan yang

berbeda atau lebih sering untuk melihat

adanya perbedaan antara pre-post

(Kurniawan, 2008)

Uji paired t-test memerlukan persyaratan,

yaitu data harus mengikuti distribusi

normal, maka sebelum dilakukan analisa

melalui uji paired t-test data harus diuji

kenormalannya dengan menggunakan uji

normalitas. Uji normalitas yang dilakukan

adalah uji Kolgomorov Smirnov.

Page 46: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

46

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian diketahui analisis

deskristif klien hipertensi sebelum

dirberikan air rebusan seledri dalam

penelitian ini bisa dilihat pada tabel 4.6

berikut ini.

Tabel 3

Analisis Deskristif Klien Hipertensi

Berdasarkan Tekanan Darah

Sebelum Diberikan Air rebusan Seledri

Variabel

Tekanan

Darah

N Mean Medi

an Sd

Mi

n

Ma

x

Sistol 20 166.5

0

165.0

0

13.8

70

15

0 190

Diastol 20 94.75 90.00 5.49

5 90 105

Berdasarkan data pada tabel 3

menunjukkan bahwa dari total 20 klien

hipertensi mempunyai tekanan darah

sistol rata-rata 166,50 mmHg dengan

tekanan darah sistol tertinggi 190 mmHg

dan terendah 150 mmHg. Sedangkan

untuk tekanan darah diastol mempunyai

rata-rata 94,75 mmHg dengan tekanan

darah diastol tertinggi 105 mmHg dan

terendah 90 mmHg.

Pembahasan

Berdasarkan analisa bivariat hasil

perhitungan uji Wilcoxon Matched Pairs

menggunakan SPSS (Statistical Product

and Service Solution 16) didapatkan p

value 0.000 dimana p value di bawah

0.05 (0.000 < 0.05). Maka H0 ditolak, dan

H1 gagal tolak atau air rebusan seledri

mempunyai pengaruh terhadap penurunan

tekanan darah.

Penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa Universitas Diponegoro,

Rahmawati pada tahun (2010), terdapat

perbedaan penurunan tekanan darah

sistolik (p< 0,0001) dan tekanan darah

diastolik (p = 0,035) antara kelompok

perlakuan dan kontrol. Setelah konsumsi

jus seledri, tekanan darah sistolik

kelompok perlakuan mengalami

penurunan dengan nilai median yaitu

11.50 + 9.26. SD mmHg dan diastolik

menurun 4.50 + 13.58 SD mmHg

sedangkan kelompok kontrol tidak

mengalami penurunan yang bermakna.

Jadi kesimpulannya bahwa

mengkonsumsi seledri mampu

menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi.

Hal ini sesuai dengan konsep yang

dikemukakan oleh Dalimartha (2000)

bahwa seledri atau celery (Apium

graveolen) merupakan salah satu dari

jenis terapi herbal untuk menangani

penyakit hipertensi. Unsur-unsur yang

Page 47: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

47

terdapat dalam seledri yang dapat

menurunkan tekanan darah adalah

flavanoid, apigenin, vitamin C, fitosterol

dan vitamin K yang dapat berperan dalam

metabolisme gula (mengatur kadar gula

darah), metabolisme lemak, efek diuretik

dan mempertahankan elastisitas

pembuluh darah. Dengan demikian

rebusan seledri memiliki peranan

mekanisme penurunan takanan darah.

Selama proses menjalani terapi

yang dilakukan responden dalam 14 kali

terapi dengan waktu 7 hari berturut-turut

terdapat faktor yang tidak diteliti tapi

dimungkinkan dapat mempengaruhi

pengaruh air rebusan seledri dalam

menurunkan tekanan darah.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil pembahasan yang

didapatkan maka dalam penelitian ini

dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut.

1. Tekanan darah pada klien

hipertensi sebelum diberikan air

rebusan seledri memiliki rata-rata

tekanan darah sistolik sebesar

166.50 mmHg yang menurut Joint

National Comite (JNC) termasuk

dalam kategori hipertensi stadium

2 atau hipertensi sedang dan untuk

diastoliknya adalah 94.75 mmHg

termasuk dalam kategori

hipertensi stadium 1 atau

hipertensi ringan.

2. Tekanan darah pada Klien

hipertensi setelah diberikan air

rebusan seledri memiliki rata-rata

tekanan darah sistolik sebesar

129.50 mmHg yang menurut Joint

National Comite (JNC) termasuk

dalam kategori normal dan untuk

diastoliknya adalah 82.50 mmHg

termasuk dalam kategori normal.

3. Terdapat pengaruh pemberian air

rebusan seledri yang bermakna

terhadap penurunan tekanan darah

klien hipertensi di Kelurahan

Gunung Puyuh Wilayah Kerja

Puskesmas Cipelang Kota

Sukabumi.

B. Saran

1. Tempat Penelitian

Diharapkan agar lebih

memperkenalkan manfaat seledri

di masyarakat sehingga

masyarakat dapat mengkonsumsi

seledri secara rutin dan dapat

merasakan manfaatnya secara

optimal.

Page 48: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

48

2. Institusi Pendidikan

Terapi air rebusan seledri

hendaknya dapat

dipertimbangkan sebagai topik

bahasan baru dan sebagai salah

satu kompetensi yang harus

dikuasai mahasiswa dalam mata

ajar keperawatan komplementer

di kurikulum lokal dan sekaligus

sebagai bentuk upaya

pengembangan ilmu keperawatan

terapan.

3. Penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian

berikutnya perlu

memperhitungkan bias selama

penelitian seperti ketepatan

waktu terapi dan konsistensi

responden untuk tidak

mengkonsumsi obat-obatan

selama terapi. Serta dilakukan

penelitian lebih spesifik lagi

dengan variabel-variabel dan

metodologi yang lebih beragam

untuk mengetahui hubungan

faktor-faktor tersebut agar

hasilnya dapat digeneralisasikan.

Page 49: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

49

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,

2006

Armilawati, dkk. Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian epidemiologi Makassar:

Bagian Epidemiologi FKM UNHAS 2007

Brunner & Suddarth, Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC,

2002.

Budiarto, E. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,. Jakarta: EGC

2002.

Corwin J. Elizabeth. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC, 2001

Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jili 2. Jakarta : Trubus Agriwidiya

2000.

Dempsey A.D. & Dempsey P.A. Riset Keperawatan. Jakarta: EGC, 2002

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Data Laporan Tahunan Hipertensi : 2011.

Gunawan, Lany. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius 2001

Hidayat, A. Aziz alimul. Metode Penelitian kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta:

Salemba, 2007.

Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. FKUI Jakarta : Media Aesculpius,

2009.

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika, 2008.

Palmer, Anna. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama 2007

Potter, P.A Perry, A. G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan

Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta : EGC, 2005.

Ridwan, Muhammad. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi. Semarang

: Pustaka Widyarama 2002.

Sudjana. Metoda Statistika edisi 6. Bandung: PT Tarsito, 2005.

Sudoyo W. Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta : FKUI 2006.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D. Bandung: Alfabet, 2008.

Page 50: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di

Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi Enung Tati Amalia

50

Sunarjono, Hendro. Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta : Penebar Swadaya, 2011.

Tim prodi S1 keperawatan. Penyusunan Dan Penulisan Skripsi. Sukabumi: STIKESMI,

2012

Utami, Prapti. Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi. Jakarta: PT Agromedia Pustaka, 2009.

Vitahealth. Hipertensi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang, Data Bulanan PUSTU Sriwidari dan Gunung puyuh

2012

www.deherba.com, Santoso Budi 2006 cara sehat menurunkan darah tinggi, diakses pada

tanggal 2 april 2012 .

www.dokter-herbal.com, Sani Asrul 2010, manfaat dan fungsi vitamin k, diakses pada

tanggal 7 april 2012

www.informasitips.com, Digi 2011, manfaat dan khasiat sayur seledri, diakses pada

tanggal 7 april 2012.

www.kesehatan123.com, Masdhani 2011 Kesehatan Hipertensi, diakses pada tanggal 12

april 2012

www.medicastore.co.id, Fatima Fitri 2009 angka prevalensi hipertensi di Indonesia,

diakses pada tanggal 31 maret 2012.

www.ramuantradisional.com, Liza 2011 manfaat seledri bagi pengobatan tekanan darah

tinggi, diakses pada tanggal 30 maret 2012.

www.smallcrab.com, Abdullah Tegar 2011 manfaat vitamin c bagi kesehatan, diakses pada

tanggal 7 april 2012.

www.tropicanaslim.com, Noni 2011 fitosterol musuh si kolesterol, diakses pada tanggal 7

april 2012.

www.wordpess.com, Samantho Ahmad 2012, khasiat dan manfaat daun seledri, diakses

pada tanggal 2 april 2012.

Yuliarti, Nurheti. Libas Hipertensi Dengan Herbal. Magelang : Gajayana Publisher, 2011.

Page 51: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan

Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya

51

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP

PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI

DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR KOTA SUKABUMI

2012

IRAWAN DANISMAYA*

[email protected]

ABSTRAK

Imunisasi menurut Depkes RI (2005) adalah tindakan untuk mencegah berpindahnya

penyakit dari satu orang ke orang lain atau dari daerah satu ke daerah lain, dengan cara

memasukan vaksin hidup yang dilemahkan/dimatikan sehingga tubuh terangsang

membentuk antibodi alami. Partisipasi masyarakat dalam program imunisasi tergambar dari

besarnya angka Drop Out (DO). Kelurahan Dayeuh Luhur di wilayah binaan Puskesmas

Benteng dilaporkan memiliki angka DO tertinggi dan non UCI (Universal Child

Immunization) se-Kota Sukabumi di tahun 2011. Jenis penelitian korelasional ini bertujuan

mengidentifikasi ada tidaknya pengaruh dukungan masyarakat bagi keluarga terhadap

pengambilan keputusan keluarga tentang DO imunisasi dasar di kelurahan Dayeuh Luhur.

144 orang responden dipilih berdasarkan kriteria inklusi sampel melalui teknik Cluster

Random Sampling dari 21 RW di lokasi penelitian. 67 responden ( 46,5% ) menyatakan

dukungan masyarakat terasa Rendah, 44 orang ( 30,6% ) merasakan dalam tingkat Sedang

dan 33 orang ( 22,9% ) merasakan dukungan yang Tinggi. Teridentifikasi 71 keluarga (

49,3% ) memiliki kecenderungan Tinggi untuk DO, 42 keluarga ( 29,2% ) bersikap ragu-

ragu dan 31 keluarga ( 21,5% ) bersikap tidak akan DO. Analisis Spearman mendapatkan

nilai p sebesar 0,0005 sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh dukungan masyarakat

terhadap pengambilan keputusan keluarga tentang DO. Puskesmas hendaknya melakukan

upaya-upaya preventif secara rutin kepada para ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan

dengan melibatkan partisipasi masyarakat di tingkat RW.

Kata Kunci : dukungan, keputusan, Drop Out.

59 Halaman, 15 Pustaka (2002-2012), 9 Tabel, 1 Skema, 5 Lampiran.

Page 52: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan

Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya

52

EFFECT OF COMMUNITY SUPPORT FOR FAMILY ON BASIC

IMMUNIZATION PROGRAMME AT DAYEUH LUHUR DISTRICT OF

SUKABUMI CITY

2012

ABSTRACT

Immunization according to the Ministry of Health (2005) is an act to prevent the migration

of disease from one person to another or from one area to another area, by entering the live

attenuated vaccine / turned off so the body naturally produces antibodies. Community

participation in immunization programs drawn from a large number Drop Out (DO).

Dayeuh Luhur Village at the Fort built health center was reported to have the highest DO

rates and non UCI (Universal Child Immunization) at Sukabumi City in 2011. This type of

correlational research is aimed at identifying the presence or absence of public support for

the family influence on family decisions about basic immunization in villages of Dayeuh

Luhur. 144 respondents were selected based on inclusion criteria of the sample through

random cluster sampling technique from 21 neighborhoods in the study site. 67 respondents

(46.5%) stated that community support was low, 44 individuals (30.6%) felt the level of

Medium and 33 men (22.9%) felt that support High. Identified 71 families (49.3%) had a

tendency to DO High, 42 families (29.2%) were undecided and 31 families (21.5%) were

not going to DO. Spearman analysis of a p-value of 0.0005 so that it can be concluded there

is the influence of public support of family decision-making about the DO. Health centers

should conduct preventive measures routinely to mothers with babies aged 0-12 months

with community participation at the local level.

Keywords: support, decision, Drop Out.

59 Pages, 15 Bibliography (2002-2012), Table 9, Scheme 1, 5 Appendix,

Page 53: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan

Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya

53

LATAR BELAKANG

Imunisasi dijelaskan Depkes RI

(2005) merupakan tindakan untuk

mencegah berpindahnya penyakit dari

satu orang ke orang lain atau dari daerah

satu ke daerah lain, sebagai cara yang

sangat efektif dan dapat dilakukan dalam

waktu relatif singkat. Pencegahan

penyakit infeksi dengan cara diimunisasi

pada tingkat dasar dilaksanakan oleh

puskesmas melalui program rutin maupun

program tambahan bagi sekelompok

PD3I seperti penyakit TBC, Difteri,

Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, dan

Campak. Targetnya adalah setiap bayi

harus mendapat imunisasi dasar yang

lengkap.

Angka cakupan dan target

imunisasi diperoleh melalui kegiatan

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

yang dilakukan rutin di satu wilayah

binaan puskesmas. Depkes RI (2006)

menyatakan harus dilakukan analisis

terlebih dahulu terhadap indikator di

dalam PWS untuk menentukan

ketercapaian program, yaitu . 1).

partisipasi masyarakat, 2). tingkat

perlindungan terhadap penyakit, dan 3).

pengelolaan sasaran. Dan angka Drop

Out (DO) mengindikasikan tingkat

pengelolaan sasaran (bayi). Semakin

besar angka DO maka semakin buruk

pula pengelolaan sasarannya.

Sasaran imunisasi di Kota

Sukabumi sebesar 6.998 bayi, tetapi

laporan dalam tabel 1 selama bulan

Januari sampai Oktober 2011 sebelum

penelitian ini dilakukan menunjukan

bahwa belum ada satu jenis imunisasi pun

yang berhasil mencapai target.

Tabel 1

Cakupan Imunisasi Dasar di Kota

Sukabumi Januari sampai Desember

2011

Antigen

% Cakupan

Januari sampai

dengan

Oktober 2011

%

Target

BCG 94,9 98

DPT/HB 3 87,3 93

Polio 4 85,5 90

Campak 87,0 75

DO

DPT/HB(1)-(3)

5,7 >5

DO DPT/HB1-

Campak

6,1 >8

Sumber:

Laporan Monitor dan Evaluasi

Program Imunisasi Dinas Kesehatan

Kota Sukabumi triwulan 4 tahun

2011

Page 54: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan

Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya

54

Puskesmas Benteng memiliki

persentase cakupan Drop Out

tertinggi dan dibanding dengan 15

puskesmas lainnya. Salah satu

wilayah binaaannya yaitu Kelurahan

Dayeuh Luhur memiliki angka

cakupan DO DPT/HB(1)-(3) sebesar

18,86% (angka toleransi 5%) dan DO

DPT/HB1-Campak sebesar 13,59%

sedangkan angka toleransinya 8%.

Survey pendahuluan di Puskesmas

Benteng hasil diskusi bersama petugas

pelaksana program imunisasi

menemukan bahwa aspek budaya lokal

seringkali menjadi penyebab tidak

bersedia diimunisasi. Azwar MA (2003)

menyatakan bahwa faktor lingkungan

memiliki kekuatan besar dalam

menentukan perilaku, bahkan kadang-

kadang kekuatannya lebih besar

daripada karakteristik individu. Perawat

harus meluruskan persepsi masyarakat

yang salah tentang imunisasi sebagai

salah satu bentuk intervensi praktek

keperawatan komunitas untuk

membantu mensukseskan program

imunisasi.

RUMUSAN MASALAH

rumusan permasalahan penelitian

berdasarkan fenomena yang terjadi sebagai

latar belakang penelitian ini adalah ; “

Adakah pengaruh dukungan masyarakat

bagi keluarga terhadap pengambilan

keputusan keluarga dalam program

imunisasi dasar di kelurahan Dayeuh Luhur

?”

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum dari penelitian ini

untuk mengidentifikasi pengaruh

dukungan masyarakat bagi keluarga

terhadap pengambilan keputusan

keluarga dalam program imunisasi

dasar di kelurahan Dayeuh Luhur

Kota Sukabumi. Sedangkan Tujuan

Khususnya adalah ;

1. Mengidentifikasi tingkat

dukungan masyarakat bagi

keluarga dalam program

imunisasi dasar di kelurahan

Dayeuh Luhur Kota Sukabumi

2. Mengidentifikasi pengambilan

keputusan keluarga dalam

program imunisasi dasar di

kelurahan Dayeuh Luhur Kota

Sukabumi

3. Mengidentifikasi pengaruh

dukungan masyarakat bagi

keluarga terhadap pengambilan

keputusan keluarga dalam

program imunisasi dasar di

kelurahan Dayeuh Luhur Kota

Sukabumi

Page 55: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan

Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya

55

HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis penelitian adalah satu

bentuk pernyataan yang harus diuji

kebenarannya dengan melakukan uji

hipotesis. Hipotesis dalam penelitian

ini adalah :

Ho : Tidak ada pengaruh dukungan

masyarakat bagi keluarga

terhadap pengambilan

keputusan keluarga dalam

program imunisasi dasar di

Kelurahan Dayeuh Luhur

H1 : Ada pengaruh dukungan

masyarakat bagi keluarga

terhadap pengambilan

keputusan keluarga dalam

program imunisasi dasar di

Kelurahan Dayeuh Luhur

JENIS PENELITIAN

Desain penelitian merupakan

penelitian deskriptif korelasional

untuk menemukan hubungan antara

variabel dukungan masyarakat bagi

keluarga dengan pengambilan

keputusan keluarga dalam program

imunisasi dasar. Masing-masing

variabel diukur dalam skala ordinal

dan selanjutnya analisis korelasi.

POPULASI DAN SAMPLE

Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh keluarga yang memiliki

bayi usia 0-12 bulan dan bertempat

tinggal di kelurahan Dayeuh Luhur pada

saat penelitian dilakukan yang berjumlah

224 keluarga. Sedangkan sampelnya

didapat dengan teknik cluster random

sampling yaitu sebagian keluarga setelah

dihitung menggunakan rumus Slovin

dengan didapatkan hasil sebesar 144

keluarga yang harus memenuhi kriteria

inklusi sebagai berikut :

1. Telah berdomisili di kelurahan

Dayeuh Luhur lebih dari 6 bulan

2. Mampu membaca dan menulis

3. Status bayi adalah anak kandung

4. Keluarga yang dijadikan responden

adalah ibu

PENGUMPULAN DAN ANALISIS

DATA

Data kedua variabel penelitian

dikumpulkan dengan menggunakan

Instrumen berbentuk kuisioner yang

berisi pernyataan-pernyataan tertutup

yang harus dipilih dalam skala ukur

Ordinal. Sistem skoring yang dipakai

seprti terlihat dalam tabel 2.

Page 56: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan

Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya

56

Tabel 2

Skor Jawaban Instrumen

Pilihan

Jawaban

Nilai Skor

Pernyataan

Positif

Nilai Skor

Pernyataan

Negatif

1. Sangat

Tidak

Setuju

(STS)

4 1

2. Tidak

Setuju

(TS)

3 2

3. Setuju (S) 2 3

4. Sangat

Setuju

(SS)

1 4

Tingkat Dukungan masyarakat

terhadap keluarga dikategorikan

berdasarkan nilai kuartil untuk

menginterpretasikan data yaitu :

a. Jika T > K3 = Tingkat

dukungan masyarakat tinggi

b. Jika K2 ≤ T ≤ K3 = Tingkat

dukungan masyarakat sedang

c. Jika T < K2 = Tingkat

dukungan masyarakat rendah

dan Keputusan keluarga terhadap

kelanjutan partisipasi dalam

program imunisasi dasar

diputuskan berdasarkan kategori

sebagai berikut :

a. Jika T > K3 = Keluarga tidak

akan Drop Out

b. Jika K2 ≤ T ≤ K3 = Keluarga

Ragu-ragu

c. Jika T < K2 = Keluarga akan

Drop Out

Korelasi Rank Spearman (rho)

digunakan untuk mengidentifikasi

adanya pengaruh, lalu

memutuskanya setelah melihat

nilai T yang didapatkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seluruh responden sejumlah

144 orang (100 %) sudah tinggal

lebih dari 6 bulan di tempat

tinggalnya ketika penelitian ini

dilaksanakan. Hal ini berarti

bahwa para ibu telah cukup

mengetahui dan mengalami

kehidupan sosial di

lingkungannya. Meskipun tidak

dibuktikan secara pasti bahwa

status anak dapat memotivasi ibu

untuk lebih rajin mengimunisasi

anaknya sesuai jadwal, tetapi

secara sengaja responden

ditetapkan 100 % harus ibu

kandung. Tabel 3 menunjukan

distribusi umur ibu.

Page 57: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan

Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya

57

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Umur

Ibu N 144

Kelompok

Umur (thn) Jumlah Persentase

Kurang dari

21 3 2,08

21 s.d. 25 104 72,22

Lebih dari

25 37 25,69

Total 144 100

Hasil analisis terhadap

variabel tingkat dukungan

masyarakat terhadap keluarga dan

variabel keputusan keluarga dalam

program imunisasi dasar serta

korelasinya tertuang dalam tabel

4, 5 dan 6.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Tingkat

Dukungan Masyarakat N 144

Dukungan

Masyaraka

t

Jumla

h

Persentas

e

Rendah 67 46,5

Sedang 44 30,6

Tinggi 33 22,9

Total 144 100

Dukungan masyarakat

yang dimaksud dalam kaitan

penelitian ini bersumber dari

kelompok-kelompok sosial yang

ada di sekitar rumah tempat

tinggal ibu yaitu dukungan dari

aparat pemerintah (pengurus RT

& RW), Kader Posyandu, PKK

dan tetangga. Angka dukungan

rendah yang dinyatakan oleh lebih

dari 50 % responden

mengindikasikan potensi masalah

bagi pengembangan program

imunisasi di wilayah Dayeuh

Luhur. Jika kondisi ini diabaikan,

maka lambat laun akan

membentuk pola budaya keluarga

yang cenderung negatif terhadap

program imunisasi.

Dukungan masyarakat

adalah peran sosial yang

berbentuk budaya.Seperti

disebutkan Azwar (2003) bahwa

masyarakat terikat dengan

kebudayaan sebagai hasil interaksi

antar seseorang dengan orang

lainnya. Lebih jauh Maramis

(2006) menekankan juga bahwa

masyarakat memberikan pengaruh

normatif yang tidak tertulis tapi

disetujui secara umum. Dengan

demikian hal ini berarti bahwa jika

keterlibatan keluarga dalam

program imunisasi dirasakan tidak

Page 58: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan

Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya

58

lazim dalam lingkungan

masyarakat di tempat ibu tinggal,

maka budaya baru itu akan

semakin menjauhkan bayi dari

imunisasi.

Teridentifikasi ada

sekelompok ibu yang merasakan

ada dukungan yang tinggi yaitu

22,9%. Kelompok ini dapat

menjadi potensi yang positif jika

dilibatkan untuk memperbaiki isue

negatif terkait imunisasi. Mereka

bersama dengan tokoh masyarakat

dan kader kesehatan dapat

menjadi motor untuk memobilisasi

masyarakat di lingkungannya agar

terlibat dalam program imunisasi.

Tabel 5.

Distribusi Frekuensi Tingkat

Pengambilan Keputusan

Keluarga N 144

Pengambila

n

Keputusan

Keluarga

Jumla

h

Persentas

e

Akan Drop

Out 71 49,3

Ragu - ragu 42 29,2

Tidak Akan

Drop Out

31 21,5

Total 144 100

Usia responden yaitu ibu

sebanyak 104 dari 144 orang

berada dalam rentang 21 – 25

tahun. Kelompok usia ini

merupakan usia yang matang

dalam berpikir untuk mengambil

keputusan. Meskipun sesuai

dengan pola budaya masyarakat

suku sunda yang menempatkan

suami sebagai pemimpin keluarga

dan penentu keputusan, tetapi

pendapat ibu dalam kaitan

kesehatan anak akan sangat

diperhatikan karena mereka

terlibat langsung dalam pola asuh

sehari-hari.

Pengambilan keputusan

menurut Friedman dalam

Suprajitno (2004) merupakan

salah satu tugas dalam fase

perkembangan keluarga. Faktor

yang berpengaruh yaitu

bagaimana kecenderungan fokus

yang menjadi perhatian keluarga,

bagaimana cara memperoleh

informasi dan bagaimana cara

bersikap terhadap dunia luar. Jika

keluarga memandang bahwa

kesehatan anak sangat penting

maka tanpa ragu keluarga akan

menggunakan sumber daya yang

Page 59: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan

Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya

59

dimilikinya demi kesembuhan

anaknya bila sakit. Jika informasi

dirasakan oleh keluarga telah

cukup maka keputusan segera

akan diambil. Dan jika keluarga

memiliki norma keterbukaan

terhadap lingkungan luarnya,

maka ia akan memperoleh banyak

bahan sebelum memutuskan.

Tanpa pengetahuan yang

memadai, keluarga akan

mengambil keputusan dengan

terburu-buru atau bahkan salah.

Sehingga dalam hal ini

pengetahuan keluarga akan jenis

dan jadwal imunisasi dasar turut

menentukan bentuk sikap yang

akan dilakukan. Cukup

mengejutkan jika mengingat hasil

penelitian yang menunjukan

bahwa ada 71 orang ibu ( 49,3% )

yang memutuskan akan Drop Out

dan terdapat 42 orang ibu ( 29,2%

) yang bersikap ragu-ragu. Ibu

mungkin saja bukan pengambil

keputusan dalam keluarga, tetapi

angka tersebut mengindikasikan

bahwa kemungkinan motivasi ibu

untuk menuntaskan imunisasi

dasar sangat menurun. Perlu

segera dilakukan langkah-langkah

antisipatif dari penyelenggara

program yang dalam hal ini adalah

Puskesmas.

Tabel 6

Pengaruh Dukungan

Masyarakat

terhadap Pengambilan

Keputusan Keluarga

N r p-value (2

tailed)

144 0,453 0,0005

Individu yang menerima

dukungan sosial secara memadai

bila menghadapi krisis kehidupan,

umumnya lebih mampu

menghadapi situasi itu

dibandingkan dengan mereka yang

tidak menerimanya (Maramis,

2006). Beberapa pernyataan dalam

intrumen penelitian ini disusun

untuk menggali persepsi ibu

tentang bagaimana dukungan

masyarakat bagi dirinya ketika

anaknya panas pasca imunisasi,

mengingatkan jadwal posyandu

atau mengajak datang ke

posyandu. Jika ibu merasakan

dukungan yang penuh saat hal

tersebut terjadi, tentunya ibu akan

merasa sangat diperhatikan atau

Page 60: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan

Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya

60

didukung. Tetapi yang terjadi

sesuai hasil penelitian di

Kelurahan Dayeuh Luhur adalah

ibu merasa dukungan yang rendah

dan sedang dengan angka lebih

dari 50 % responden. Akhirnya

yang terjadi kemudian ibu

mempersepsikan imunisasi

sebagai satu stressor yang harus

dihindari dan selanjutnya

memutuskan akan DO.

Seseorang akan mengambil

keputusan yang negatif jika dia

sendiri menyakini bahwa ia tidak

sedang melakukan sesuatu yang

salah. Ini dapat terjadi jika

informasi yang diterima tidak utuh

atau salah. Sampai penelitian ini

usai dilaksanakan, belum

diketahui ada program penyuluhan

khusus dan rutin tentang manfaat

imunisasi yang dilakukan oleh

pihak Puskesmas bagi

masyarakatDayeuh Luhur. Bahkan

ini kemungkinan terjadi juga di

seluruh wilayah kerja Dinas

kesehatan Kota Sukabumi.

Kondisi ini tentunya ikut

melatarbelakangi cara

pengambilan keputusan ibu. Ibu

yang sedang merasa tidak

mendapatkan dukungan dan

ditambah dengan kurangnya

informasi akhirnya memutuskan

untuk DO dari program imunisasi.

Hasil penelitian yang telah

dilakukan ini telah membuktikan

bahwa tingkat dukungan dari

masyarakat berpengaruh terhadap

tingkat pengambilan keputusan

keluarga tentang DO program

imunisasi dasar. Namun demikian

aspek dukungan masyarakat ini

juga bukan satu-satunya faktor

karena ada faktor lainnya seperti

hambatan geografis, jarak,

jangkauan pelayanan, transportasi

dan ekonomi. Faktor tersebut

disebutkan dalam Kepmenkes no.

482/Menkes/SK/IV/2010 tentang

Gerakan Akselerasi Imunisasi

Nasional Universal Child

Immunization (GAIN UCI) 2010-

2014, sebagai faktor penyebab

rendahnya cakupan imunisasi di

beberapa daerah. Dengan arti lain

bahwa untuk memperbaiki

cakupan DO di Dayeuh Luhur

tidak bisa hanya dengan

meningkatkan dukungan

masayarakat saja. Penyelenggara

program imunisasi pada

Page 61: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan

Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya

61

Puskesmas Benteng sebaiknya

memikirkan upaya lainnya sebagai

penguat bagi solusi persoalan

tersebut.

KESIMPULAN DAN EKOMENDASI

Seluruh ibu di kelurahan Dayeuh

Luhur merasakan adanya dukungan dari

masyarakat tetapi dalam tingkatan yang

berbeda, dan lebih dari setengahnya

menyatakan tidak mendapatkan dukungan

yang tinggi. Hanya sebagian kecil

keluarga yang diwakili oleh sikap ibu

yang mengambil keputusan tidak akan

Drop Out dari program imunisasi dasar

bagi anaknya. Dan diketahui terdapat

pengaruh dukungan masyarakat terhadap

pengambilan keputusan keluarga untuk

tidak Drop Out dari program imunisasi

dasar.

Puskesmas Benteng sebagai

pelaksana pelayanan kesehatan di wilayah

Dayeuh Luhur hendaknya melakukan

upaya-upaya preventif melalui program

penyuluhan dan sosialisasi program

imunisasi secara rutin kepada keluarga

terutama suami dan ibu yang memiliki

bayi usia 0-12 bulan dengan melibatkan

partisipasi masyarakat di tingkat RW.

Efektifitas suatu program koreksi

terhadap masalah imunisasi di Dayeuh

Luhur misalnya penyuluhan manfaat

imunisasi terhadap keputusan keluarga

untuk Drop Out dapat dijadikan fokus

penelitian berikutnya.

Page 62: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Pengaruh Dukungan Masyarakat Bagi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan

Keluarga Dalam Program Imunisasi Dasar Di Kelurahan Dayeuh Luhur Kota Sukabumi Irawan Danismaya

62

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Laporan Hasil Monitor dan Evaluasi Program Imunisasi Dinas Kesehatan

Propinsi 2010.

---------- 2011. Laporan Triwulan Monitor dan Evaluasi Program Imunisasi Dinas

Kesehatan Kota Sukabumi 2011,.

`Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azwar MA, Saipuddin. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Azwar dan Prihartono. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara.

Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

EGC

Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006. Pedoman Pelatihan Tenaga Imunisasi Puskesmas.

Departemen Kesehatan RI, 2009. Buku Acuan Imunisasi Dasar Bagi Pelaksana Imunisasi

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:

Salemba Medika.

Maramis, Willy F. 2006. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga

University Press.

Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Suprajitno. 2004.Asuhan keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC

Sugiono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Page 63: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

63

ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM PERAWATAN KESEHATAN

MASYARAKAT DI DINAS KESEHATAN KOTA SUKABUMI

Iwan Permana

[email protected]

STIKES Kota Sukabumi

ABSTRAK

Latar Belakang : Masyarakat Indonesia saat ini mulai terlihat kecenderungan adanya perubahan

pola permintaan pelayanan kesehatan pada golongan masyarakat tertentu dari pelayanan kesehatan

tradisional di rumah sakit beralih ke pelayanan keperawatan di rumah disebabkan karena terjadinya

peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar dibanding sebelumnya (Depkes RI, 2004a, 2004b;

Sharkey, 2000; MacAdam, 2000). Sedangkan secara filosofis, saat ini telah terjadi perubahan

paradigma sakit yang menitikberatkan pada upaya kuratif ke arah paradigma sehat yang melihat

penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996). Sehingga

situasi tersebut dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan program perawatan kesehatan

masyarakat dengan pendekatan upaya promotif dan preventif. Menurut hasil laporan LAKIP Dinas

Kesehatan Kota Sukabumi (2010) evaluasi pencapaian sasaran tahun 2009/2010 untuk cakupan

pelaksanaan perkesmas melalui kegiatan Klinik Terpadu Kesuma pada sasaran kelompok individu

adalah tidak baik ( 0%) dari pencapaian target sebesar 25 % dari jumlah kasus di Kota Sukabumi,

sedangkan cakupan perkesmas pada sasaran keluarga adalah baik dari target 15 % pencapaian

sebesar 56,6% dari jumlah kasus yang tangani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan

menganalisa pelaksanaan program perkesmas di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.

Metode : penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 di di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Metode

yang digunakan adalah wawancara dan focus group discution kepada pemegang program

perkesmas, koordinator perkesmas, bagian perencanaan , dan bagian kepegawaian di tingkat Dinas

Kesehatan Kota Sukabumi.

Hasil : Hasil penelitian dengan melakukan analisa SWOT faktor internal dengan hasil kekuatan

kecil sebesar 2,59 dan faktor eksternal di atas rata – rata dengan nilai 3,2, setelah dilakukan

pembobotan. Hasil matrixs pada posisi Grow and Build. Strategi yang digunakan adalah strategi

intensif (market penetration, market development dan product development) dan strategi integratif

(backward ibtegration, foward integration dan hirizontal integration).

Kesimpulan : Peningkatan biaya operasional pelaksanaan perkesmas , peningkatan kualitas SDM

melalui pelatihan perkesmas secara rutin , dan pengembangan perkesmas disetiap puskesmas

mempunyai peranan penting dalam pelaksanakan perkesmas di puskesmas sehingga perlu adanya

perencanaan di tingkat Dinas agar cakupan program perkesmas tercapai.

Kata Kunci : analisa, program, perawatan kesehatan masyarakat

Page 64: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

64

Pendahuluan

Permasalahan kesehatan yang dihadapi

sampai saat ini juga yaitu upaya kesehatan

belum dapat menjangkau seluruh lapisan

masyarakat. Berdasarkan data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

diketahui penyebab kematian di Indonesia

untuk semua umur, telah terjadi pergeseran

dari penyakit menular ke penyakit tidak

menular, yaitu penyebab kematian pada untuk

usia > 5 tahun, penyebab kematian yang

terbanyak adalah stroke, baik di perkotaan

maupun di pedesaan. Hasil Riskesdas 2007

juga menggambarkan hubungan penyakit

degeneratif seperti sindroma metabolik,

stroke, hipertensi, obesitas dan penyakit

jantung dengan status sosial ekonomi

masyarakat (pendidikan, kemiskinan, dan

lain-lain). Prevalensi gizi buruk yang berada

di atas rata-rata nasional (5,4%) ditemukan

pada 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota.

Sedangkan berdasarkan gabungan hasil

pengukuran gizi buruk dan gizi kurang

Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa

sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi

gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi

nasional sebesar 18,4%. Namun demikian,

target rencana pembangunan jangka

menengah untuk pencapaian program

perbaikan gizi yang diproyeksikan sebesar

20%, dan target Millenium Development

Goals sebesar 18,5% pada 2015, telah dapat

dicapai pada 2007.

Indonesia berupaya mengatasi masalah

tersebut melalui pembangunan dibidang

kesehatan. Tujuan pembangunan kesehatan

adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan yang

optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut

diperlukan upaya dari seluruh potensi bangsa

baik dari masyarakat, swasta maupun

pemerintah pusat dan daerah. Pembangunan

kesehatan untuk mencapai Indonesia Sehat

2025 bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan ayng setinggi – tingginya dan

perubahan paradigma sehat yaitu upaya untuk

meningkatkan kesehatan bangsa Indonesia

agar mampu mendorong masyarakat untuk

bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan

sendiri melalui kesadaran yang tinggi yang

mengutamakan upaya promotif dan preventif.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka

Visi Rencana Strategi (Renstra) Kementrian

Kesehatan RI adalah “ Masyarakat sehat

yang mandiri dan berkeadilan “ dengan Misi

Renstra Kementrian Kesehatan adalah

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

melalui pemberdayaan masyarakat termasuk

swasta dan masyarakat madani; Melindungi

kesehatan masyarakat dengan menjamin

tersedianya upaya kesehatan paripurna,

merata, bermutu dan berkeadilan ; Menjamin

ketersediaan dan pemerataan sumberdaya

kesehatan; Menciptakan tata kelola

keperintahan yang baik. Guna mencapai visi

dan misi tersebut kementrian kesehatan

menetapkan strategi sebagai berikut :

1. Meningkatkan pemberdayaan

masyarakat, swasta dan masyarakat

madani dalam pembangunan

kesehatan melalui kerjasama nasional

dan global

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan

yang merata, terjangkau, bermutu dan

berkeadilan serta berbasis bukti

dengan pengutamaan pada upaya

promotif dan preventif

3. Meningkatkan pembiayaan

pembangunan kesehatan, terutama

untuk mewujudkan jaminan sosial

kesehatan nasional

Page 65: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

65

4. Meningkatkan pengembangan dan

pemberdayaan SDM kesehatan yang

merata dan bermutu.

5. Meningkatkan ketersediaan,

pemerataan dan keterjangkauan obat

dan alat kesehatan serta menjamin

keamanan, khasiat, kemamfaatan dan

mutu kesediaan farmasi, alat

kesehatan dan makanan.

6. Meningkatkan manajemen kesehatan

yang akuntabel, transparan,

berdayaguna dan berhasilguna untuk

memantapkan desentralisasi

kesehatan yang bertanggungjawab.

Guna mendukung pembangunan nasional

dibidang kesehatan dan seiring dengan

adanya reformasi puskesmas pemerintah

mengambil suatu kebijakan dalam upaya

revitalisasi puskesmas dimana keperawatan

sebagai salah satu profesi di bidang kesehatan

berkontribusi melalui pengembangan

pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat

termasuk pelayanan keluarga. Pelayanan

kesehatan masyarakat termasuk keperawatan

keluarga merupakan bentuk pelayanan

kesehatan yang diharapkan dapat mendukung

terciptanya kemandirian klien dalam

mengatasi masalah kesehatannya. Pelayanan

kesehatan masyarakat dapat dilakukan

dengan sasaran pelayanan individu, keluarga,

kelompok dengan penekanan upaya promotif,

preventif dengan tidak mengabaikan upaya

kuratif dan rehabilitatif. Kemudian

berdasarkan UU kesehatan no 36 tahun 2009

pasal 53 ayat 1 dinyatakan bahwa Pelayanan

kesehatan perseorangan ditujukan untuk

menyembuhkan penyakit dan memulihkan

kesehatan perorangan dan keluarga kemudian

pada UU Rumah Sakit no: 44 tahun 2009

dinyatakan bahwa tugas dan fungsi rumah

sakit adalah memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna.

Sementara itu pada Kepmenkes 279 tahun

2006 dinyatakan bahwa lingkup pelayanan

keperawatan kesehatan masyarakat di

puskesmas lebih difokuskan pada upaya

promotif dan preventif dengan tidak

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitaif

yang ditujukan pada sasaran pelayanan

indvidu, keluarga kelompok dan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut berarti pelayanan

kesehatan masyarakat dapat melakukan upaya

kesehatan perorangan maupun upaya

pelayanan kesehatan masyarakat.

Upaya keperawatan kesehatan masyarakat

adalah pelayanan profesional yang

terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di

Puskesmas yang dilaksanakan oleh perawat.

Perawat puskesmas mempunyai tugas pokok

memberikan pelayanan keperawatan dalam

bentuk asuhan keperawatan individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat. Untuk

mencapai kemamdirian masyarakat baik

disaranan pelayanan rumah sakit dan

puskesmas (Kep.Menpan No. 94 Tahun

2001).

Dalam Sistem Kesehatan Nasional

(SKN) di tetapkan sub sistem upaya

kesehatan yang terdiri dari dua unsur utama

yaitu upaya kesehatan perorangan (UKP) dan

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). UKM

terutama diselenggarakan oleh pemerintah

dengan peran serta aktif masyarakat dan

swasta, sedangkan UKP dapat

diselenggarakan upaya kesehatan harus

bersifat menyeluruh, terarah, terencana,

terpadu, berkelanjutan, terjangkau,

berjenjang, professional dan bermutu,

(Kemenkes, 2006c) .

Kota Sukabumi mempunyai Misi

pembangunan dibidang jasa perdagangan,

pendidikan dan kesehatan. Adapun Tujuan

yang ingin dicapai dari Visi dan Misi bidang

Kesehatan yaitu : Terlindunginya Kota

Sukabumi dari masalah kesehatan melalui

Page 66: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

66

pelayanan kesehatan yang profesional dengan

melibatkan peran aktif masyarakat sehingga

terwujud masyarakat yang Sehat, Cerdas,

dan Sejahtera. Pewujudan visi dan misi Dinas

Kesehatan tersebut diaplikasikan dalam

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di

Bidang Pelayanan Kesehatan yang terdiri dari

3 seksi, yakni Kesehatan Komunitas,

Kesehatan Khusus dan Kesehatan Gizi.

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

sudah berupaya melakukan Visi dan Misi

dalam upaya mencapai pembangunan

kesehatan yakni kesehatan komunitas dengan

melakukan penerapan keperawatan kesehatan

masyarakat melalui Klinik Terpadu Kesuma

yang dilaksanakan di seluruh Puskesmas

wilayah Kota Sukabumi sesuai dengan

komitmen Dinas Kesehatan dengan

melakukan kebijakan melalui Keputusan

Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi agar

setiap Puskesmas melaksanakan kegiatan

perkesmas melalui Klinik Terpadu Kesuma

dengan dasar rujukan Kepmenkes No.

279/MENKES/SK/IV/2006. Klinik Terpadu

Kesuma yaitu klinik yang ada di Puskesmas

dengan ruangan khusus sebagai rujukan dari

poliklinik Puskesmas atau dari masyarakat

untuk mendapatkan pelayanan yang

komprehensif, holistic, terintegrasi dan

berkesinambungan.

Namun menurut hasil laporan LAKIP Dinas

Kesehatan Kota Sukabumi (2010) evaluasi

pencapaian sasaran tahun 2009/2010 untuk

cakupan pelaksanaan perkesmas melalui

kegiatan Klinik Terpadu Kesuma pada

sasaran kelompok individu adalah tidak baik (

0%) dari pencapaian target sebesar 25 % dari

jumlah kasus di Kota Sukabumi, , sedangkan

cakupan perkesmas pada sasaran keluarga

adalah baik dari target 15 % pencapaian

sebesar 56,6% dari jumlah kasus yang

tangani.

Berdasarkan pemikiran dan

permasalahan tersebut diatas, untuk berupaya

merealisasikan upaya yang lebih konkrit

dalam penerapan keperawatan kesehatan

masyarakat yang mana harus ditunjang

dengan peran perawat yang profesional dan

dukungan Pemerintah Kota Sukabumi

melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas

maka peneliti melakukan studi tentang

“Analisa Pelaksanaan Program Perawatan

Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan

Kota Sukabumi.”

Metode

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan

teknik pengumpulan data menggunakan

angket yang dilakukan dengan cara

wawancara dan focus group discusion (FGD).

Sampel digunakan dengan purposive

sampling yaitu pemegang program

perkesmas, koordinator perkesmas, bagian

perencanaan, bagian kepegawaian dan bagian

pelayanan kesehatan. Data yang di

kumpulkan dengan menggunakan analisa

SWOT.

Hasil Dan Pembahasan

A. Analisa SWOT Di Tingkat Dinas

Kesehatan

1. Analisis Internal

Berdasarkan hasil analisa di Dinkes

Kota Sukabumi :

a. Kekuatan ( Strength )

1) Adanya visi dan misi Dinas

Kesehatan Kota Sukabumi

yang jelas akan memberikan

kekuatan atau energi semua

komponen struktural maupun

fungsional untuk menunjukan

Page 67: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

67

kinerja yang optimal bagi

peningkatan program

keperawatan

komunitas/perkesmas/klinik

kesuma

2) Kebijakan Kepala Dinas

Kesehatan untuk perbaikan

program perkesmas yang

akan menjadi modal

pendorong untuk melakukan

perubahan ke arah yang lebih

baik

3) Penanggung jawab

perkesmas adalah seorang

perawat yang akan bisa

memahami masalah dan

kecenderungan mampu

melakukan analisis situasi

dengan cermat

4) Adanya seksi kesehatan

komunitas dalam organisasi

dinas kesehatan yang dapat

mendukung kegiatan

perkesmas

5) Sudah adanya kebijakan

dinas kesehatan ke tingkat

puskesmas dalam

pelaksanaan perkesmas.

b. Kelemahan ( Weaknes )

1) Biaya operasional

pelaksanaan perkesmas tidak

tersendiri dan besaran biaya

rendah sebesar 0,05 % dari

total anggaran kesehatan di

tingkat dinas kesehatan.

2) Jumlah/ mutu/ kinerja SDM

yaitu jumlah kebutuhan

perawat D III, dan S1 belum

maksimal akan menggaggu

pelayanan pada masyarakat

yang pada gilirannya

menyebabkan tidak puas dan

mencari pelayanan lain

3) SOP dan aturan serta metoda

pelaksanaan perkesmas di

tingkat dinas kesehatan

belum ada yang akan

berakibat pada praktik

pelayanan dibawah standar.

4) Kurangnya pengembangan

SDM melalui pelatihan

perkesmas dan pelatihan

kemampuan dasar

keperawatan di tingkat dinas

kesehatan

5) Penempatan tenaga/rotasi

yang terlalu cepat yang pada

akhirnya penanggungjawab

perkesmas belum bekerja

secara penuh

6) Bagian/ program penelitian

dan pengembang tidak ada

sehingga pengembangan

pegawai atau karyawan

stagnan dan tidak ada

inovasi-inovasi baru yang

Page 68: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

68

dihasilkan untuk pelayanan

dan manajemen serta sebagai

indikator lemahnya

penerapan praktik

berdasarkan bukti (evidence-

base practice) di

dinaskesehatan

7) SIK dinas kesehatan belum

ada yang menyebabkan

saluran komunikasi

manajemen yang kurang ,

fungsi-fungsi manajemen

yang tidak berjalan di dinas

kesehatan

8) Evaluasi pencapaian sasaran

tahun 2010 dalam Cakupan

perkesmas individu tidak baik

9) Belum adanya sumber daya

alat, bahan, sarana prasarana

khusus perkesmas seperti :

PHN Kit, alat dan bahan

pertolongan darurat.

10) Belum adanya penunjukan

perawat penyelia dengan

tugas dan fungsi yang jelas

2. Analisis Eksternal

Berdasarkan hasil analisa di Dinas

Kesehatan Kota Sukabumi secara

eksternal diperoleh hasil sebagai

berikut :

a. Peluang ( Opurtunity )

1) Merupakan daerah transit

antar daerah dengan luas

wilayah yang sangat kecil

sehingga mudah mengakses

pelayanan kesehatan dan

terbuka peluang kerjasama

dengan instansi pemerintah

maupun swasta dalam

memberi pelayanan

kesehatan serta mudah untuk

memperoleh informasi dan

teknologi terbaru baik

dibidang manajemen maupun

pelayanan kesehatan

2) Visi dan Misi Kota Sukabumi

adalah di bidang jasa

pelayanan kesehatan,

perdagangan dan pendidikan

hal ini akan membantu proses

penyelesaian masalah

kesehatan

3) Adanya peningkatan jumlah

kebutuhan tenaga perawat

dan pengembangan tingkat

pendidikan tenaga

keperawatan

4) Adanya 3 lembaga

pendidikan kesehatan (

Poltekes Yapkesbi,

Universitas Sukabumi dan

SITKES Sukabumi)

5) Adanya kebijakan dinas

kesehatan profinsi untuk

melaksanakan kegiatan

program keperawatan

komunitas melalui Nursing

Page 69: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

69

Center (NC) untuk

dilakasanakan di setiap

kota/kabupaten

6) Adanya aturan Permenkes

No. 279 tentang pelaksanaan

perkesmas

7) Adanya program desa siaga

dan RW siaga

8) Adanya bantuan dana dari

tingkat profinsi,

APBN dan DAK

yang dapat

mendukung

kegaiatan program

serta BOK untuk

puskesmas

b. Ancaman ( Treath )

1. Tuntutan pelayanan

kesehatan masyarakat

makin dinamis dan

variatif yang tidak

diimbangi oleh

peningkatan kinerja

pemberi pelayanan

kesehatan yang baik serta

mutu pelayanan kesehatan

di dinkes akan

berdampak pelayanan

kurang bermutu dan

kinerja tenaga kurang baik.

2. Adanya universal coverarage yang

mana harus menyediakan pelayanan

masyarakat tidak mampu

3. Terjadinya peningkatan teknologi

pelayanan keperawatan/kedokteran

4. Menngkatnya IPTEK di bidang

komputerisasi

5. Meningkatnya Penyakit tropis dan

penyakit infeksi

BAGAN MATRIXS TOWS

Faktor Internal Kekuatan (strengths) :

Kelemahan (weaknesses) :

Faktor Exsternal

1. Adanya Visi dan Misi Dinkes Kota Sukabumi

2. Adanya Kebijakan Dinkes

3. Adanya PJ perkesmas 4. Adanya seksi keskom 5. Adanya akreditasi Tk.

PKM

1. Biaya operasional rendah 2. Belum adanya

SOP/aturan/metoda pelaksanaan perkesmas

3. Kurangnya pelatihan di tk. Dinkes

4. Belum adanya program penelitian dan pengembangan

5. Belum adanya SIK 6. Belum adanya sapras dan

alat PHN KIT/desa 7. Belum adanya perawat

penyelia

Peluang (oppurtunities) : 1. luas wilayah kecil 2. Visi dan Misi Kota

Sukabumi 3. Adanya 3 lembaga

pendidikan kesehatan

4. Kebijakan Dinkes Profinsi

5. Permenkes 279 6. Adanya kel. Siaga

dan RW 7. Dana bantuan

APBD, DAK BOK

SO strategis 1. Meningkatkan program

pengembangan yankes (S: 1, 2, O: 1, 2, 4, 5)

2. Memperluas kemitraan dan advokasi (S: 5 O; 3)

WO strategis 1. Meningkatkan biaya

operasional perkesmas (W:1, O:7)

2. Membuat model SOP/aturan/metode perkesmas (W:2, O: 1, 2)

3. Meningkatkan pelatihan perkesmas (W:3, O; 4,5)

Ancaman (treaths) : 1. Tuntutan yankes 2. Multi bourden

desease 3. UHH meningkat 4. Adanya IPTEK

bid.kes/kep

ST strategi, Meningkatkan sistem yankes dlm menghadapi pasar bebas (S: 2, 5, T: 1, 2, 3, 4)

WT strategis 1. Pengembangan dan

peneltian yankes (W:4, T: 3, 2, 3)

2. Pengembangan yankes berbasis komputerisasi (W:5, T:4)

Page 70: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

70

Tabel : Internal Factor Evaluation (IFE

Matrix)

Keterangan : 1 = kelemahan besar 3 = kekuatan kecil 2 = kelemahan kecil 4 = kekuatan besar

No Critical Succes Factor Bobot AS Score Keterangan

1

Kekuatan : Adanya visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Sukabumi yang jelas akan memberikan kekuatan atau energi semua komponen struktural maupun fungsional untuk menunjukan kinerja yang optimal bagi peningkatan program keperawatan komunitas/perkesmas/klinik kesuma

0,15

4

0,60

Arah yang jelas

2 Kebijakan Kepala Dinas Kesehatan untuk perbaikan program perkesmas yang akan menjadi modal pendorong untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik

0,12 4 0,48 Kualitas pelayanan ke arah yang lebih baik

Bentuk komitmen Dinkes Kota Sukabumi

3 Penanggung jawab perkesmas adalah seorang perawat yang akan bisa memahami masalah dan kecenderungan mampu melakukan analisis situasi dengan cermat

0,10 4 0,40

4 Adanya seksi kesehatan komunitas dalam organisasi dinas kesehatan yang dapat mendukung kegiatan perkesmas

0,08 3 0,24 Bentuk pengembangan pelayanan kesehatan

5 Kerjasama lintas program yang baik 0,08 3 0,24 Potensi pelayanan akan berkembang

Kelemahan :

1 Biaya operasional pelaksanaan perkesmas tidak tersendtiri dan besaran biaya rendah sebesar 0,05 % dari total anggaran kesehatan di tingkat dinas kesehatan.

0,10 1 0,10 Menghambat pelayanan perkesmas

2 Jumlah/ mutu/ kinerja SDM yaitu jumlah kebutuhan perawat D III, dan S1 belum maksimal akan menggaggu pelayanan pada masyarakat yang pada gilirannya menyebabkan tidak puas dan mencari pelayanan lain. yaitu S1 keperawatan 9 orang, D III keperawatan 84 orang dan SPK 25 orang.

0,04 2 0,08 Gangguan proses pelayanan perkesmas

3 SOP dan aturan serta metoda pelaksanaan perkesmas di tingkat dinas kesehatan belum ada yang akan berakibat pada praktik pelayanan dibawah standar.

0,05 1 0,05 Menghambat pelayanan perkesmas

4 Kurangnya pengembangan SDM melalui pelatihan perkesmas dan pelatihan kemampuan dasar keperawatan di tingkat dinas kesehatan secara rutin

0,06 2 0,12

5 Penempatan tenaga/rotasi yang terlalu cepat yang pada akhirnya penanggungjawab perkesmas belum bekerja secara penuh

0,03 1 0,03

7 Bagian/ program penelitian dan pengembang tidak ada sehingga pengembangan pegawai atau karyawan stagnan dan tidak ada inovasi-inovasi baru yang dihasilkan untuk pelayanan dan manajemen serta sebagai indikator lemahnya penerapan praktik berdasarkan bukti (evidence-base practice) di dinas kesehatan

0,08 1 0,08 Potensi pengembangan program pelayanan

kesehatan lebih rasional

8 SIK dinas kesehatan belum ada yang menyebabkan saluran komunikasi manajemen yang kurang , fungsi-fungsi manajemen yang tidak berjalan di dinas kesehatan

0,04 2 0,08 Pengembangan program perkesmas tidak

terprogram

9 Belum adanya penunjukan perawat penyelia dengan tugas dan fungsi yang jelas

0,05 1 0,05 Pelaksanaan program perkesmas tidak optimal

10 Belum adanya sumber daya alat, bahan, sarana prasarana khusus perkesmas seperti : PHN Kit, alat dan bahan pertolongan darurat.

0,02 2 0,04

1,0 2,59

Page 71: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

71

Tabel : External Factor Evaluation (EFE Matrix)

N

o

Critical Succes Factor Bobot AS Scor

e

Keterangan

Peluang :

1 Merupakan daerah transit antar daerah dengan luas wilayah yang sangat kecil

sehingga mudah mengakses pelayanan kesehatan dan terbuka peluang kerjasama

dengan instansi pemerintah maupun swasta dalam memberi pelayanan kesehatan

serta mudah untuk memperoleh informasi dan teknologi terbaru baik dibidang

manajemen kesehatan maupun pelayanan kesehatan

0,10 3 0,30 Alternatif

pengembang

an program

yankes

perkesmas

2 Visi dan Misi Kota Sukabumi adalah di bidang jasa pelayanan kesehatan,

perdagangan dan pendidikan hal ini akan membantu proses penyelesaian masalah

kesehatan

0,15 4 0,60 Mendukung

program

perkesmas

dan terposisi

dengan baik

3 Adanya peningkatan jumlah kebutuhan tenaga perawat dan pengembangan tingkat

pendidikan tenaga keperawatan

0,10 3 0,30 Membantu

pelayanan

perkesmas

4 Adanya 3 lembaga pendidikan kesehatan ( Poltekes Yapkesbi, Universitas Sukabumi

dan SITKES Sukabumi)

0,08 3 0,24

5 Adanya kebijakan dinas kesehatan profinsi untuk melaksanakan kegiatan program

keperawatan komunitas melalui Nursing Center (NC) untuk dilaksanakan di setiap

kota/kabupaten

0,08 3 0,24 Pendukung

kecepatan/

akurasi

sistem

pelayanan

kesehatan

dan

memerlukan

inovasi

6 Adanya aturan Permenkes No. 279 tentang pelaksanaan perkesmas

0,08 4 0,32 Memperkuat

pelaksanaaa

n perkesmas

7 Adanya program desa/kelurahan siaga dan RW siaga

0,05 2 0,10 Memerlukan

inovasi

pelayanan

8 Adanya bantuan dana dari tingkat profinsi, APBN dan DAK yang dapat mendukung 0,08 3 0,24 Mendukung

Page 72: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

72

kegaiatan program dan BOK untuk tk. puskesmas

program

perkesmas

Ancaman :

1 Tuntutan pelayanan kesehatan masyarakat makin dinamis dan variatif yang tidak

diimbangi oleh peningkatan kinerja pemberi pelayanan kesehatan yang baik serta

mutu pelayanan kesehatan di dinkes akan berdampak pelayanan kurang bermutu

dan kinerja tenaga kurang baik.

0,10 3 0,30 Perlu respon

selektif

2 Adanya universal coverarage yang mana harus menyediakan pelayanan masyarakat

tidak mampu

0,03 2 0,06 Masih

dipertanyaka

n

3 Terjadinya peningkatan teknologi pelayanan keperawatan/kedokteran

0,03 2 0,06

4 Meningkatnya IPTEK di bidang komputerisasi

0,04 3 0,12

5 Meningkatnya jumlah lansia, Penyakit tidak menular dan penyakit menular (penyakit

tropis, penyakit infeksi) serta multi bourden desease

0,08 4 0,32 Perlu

peningkatan

pelayanan

kesehatan

berbasis

masyarakat

1,0 3,2

Keterangan :

1 = dibawah rata-rata

2 = rata-rata

3 = diatas rata-rata

4 = Sangat bagus

Page 73: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

73

BAGAN MATRIXS INTERNAL

EXSTERNAL TOTAL IFE

Kuat Sedang Lemah

kuat

I

II

III

Sedang

IV

V

VI

lemah

VII

VIII

IX

Dari gambar matrixs diatas diperoleh hasil

posisi Grow and Build. Strategi yang

digunakan adalah strategi intensif (market

penetration, market development dan product

development) dan strategi integratif

(backward ibtegration, foward integration dan

hirizontal integration).

B. Rencana Strategi

1. Peningkatan biaya operasional pelaksanaan

perkesmas

2. Peningkatan kualitas SDM melalui

pelatihan perkesmas secara rutin

3. Pengembangan perkesmas disetiap

puskesmas

4. Penyediaan fasilitas dan sarana prasarana :

ruangan khusus, PHN Kit minimal 1/desa,

PPGD Kit

5. Pengembangan program layanan kesehatan

berbasis komputerisasi (Sistem Informasi

Kesehatan )

6. Pengembangan pelayanan kesehatan

melalui penelitian dan penerapan praktik

berdasarkan bukti (evidence-base practice)

7. Ditetapkan adanya perawat penyelia

Kab/Kota di Tk. Dinkes

8. Ditetapkannya SOP/standar/pedoman

pelaksanaan kegiatan perkesmas

9. Pengembangan dukungan administrasi

10. Pengembangan kerjasama dengan

lembaga pendidikan kesehatan

Kesimpulan

Hasil penelitian dengan melakukan analisa

SWOT faktor internal dengan hasil kekuatan

kecil sebesar 2,59 dan faktor eksternal di atas

rata – rata dengan nilai 3,2, setelah dilakukan

pembobotan. Hasil matrixs pada posisi Grow

and Build. Strategi yang digunakan adalah

strategi intensif (market penetration, market

development dan product development) dan

strategi integratif (backward ibtegration,

foward integration dan hirizontal integration).

Saran

Diharapkan Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

melakukan peningkatan biaya operasional

1,0

4,0

3,0

2,0

3,0 2,0 es

1,0

3,2

2,59

Page 74: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

74

pelaksanaan perkesmas , peningkatan kualitas

SDM melalui pelatihan perkesmas secara

rutin , dan pengembangan perkesmas disetiap

puskesmas mempunyai peranan penting

dalam pelaksanakan perkesmas di puskesmas

sehingga perlu adanya perencanaan di tingkat

Dinas agar cakupan program perkesmas

tercapai.

Page 75: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

75

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

American Nurses Association. (2004). Scope and Standards for Nurses Administrator. 2

Edition. Washington: Nursesbooks.org.

American Public Health Association, Public Health Nursing Section.(1996). Essential of

Master's Level Nursing Education for Advance Community/Public Health Nursing

Practice. New York: Association of Community Health Nurse Educator.

Anderson. McFarlane (2000). Community As Partner : Theory and Practice ini Nursing.

3th.ed. Philadelhia. Lippincott

Arikunto, S. (1998:229-230). Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktek,Edisi Revisi,

cetakan kesebelas. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

_________. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

_________. (2002). Evaluasi Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: PT.Rhineka

Cipta

Azrul, A. (2001). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Azwar, S. (2009). Sikap Manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Offset.

Bacal, R. (2002:149). How To Manage Performance Management. New York: McGraw-

Hill Companies.Inc.

Barbara L. Paterson1, L. D.-L., Kathleen Cruttenden3. (2009). contextual Factors

Influencing the Evolution of Nurses' Roles in a Primary Health Care. public Health

Nursing,DOI: 10.1111/j.1525-1446.2009.00800.x.

Bernadin, H. d. J. R. (1993). Human Resource Management. Singapore: MacGraw Hill.Inc.

Budiarto, E. (2001). Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

EGC.

Brockopp, D.Y (2000). Dasar - Dasar Riset Keperawatan. Alih Bahasa; Yasmin, Aniek.

Ed.2. Jakarta: EGC

Page 76: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

76

CHS. (1997). Community Health Service.

Clark, M. J (1999). Community Health Nursing Hand Book. Appleton & Lange. Stamford,

Connecticut.

Cowman, M. O. N. a. S. (2008). Partners in care: investigating community nurses’

understanding of an interdisciplinary team-based approach to primary care. Journal

of Clinical Nursing, 17, 3004–3011doi: 10.1111/j.1365-2702.2008.02068.x

Creswell, J.W. (2010) Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.

ALih Bahasa; Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dale, T. A. (1992). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Kinerja. Jakarta: Elex Media.

Danim, S. (2002). Riset Keperawatan Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC

Daruji, M. (2001). Hubungan faktor indvidu dengan pelaksanaan perkesmas di Puskesmas

Sleman. Undip. Skripsi: S1 Keperawatan.

Dedi, A. (2011). Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Depkes RI. (2001). Penyelenggaraan Puskesmas Di Era Desentralisasi. Jakarta: Dirjen

Binkesmas.

Dian.(2011). Pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap kinerja perawat

dalam pelaksanaan perkesmas di kabupaten Bandung.Universitas Padjajaran

Bandung

Dinkes. (2009b). Profil Dinas Kesehatan Provinsi. jawa barat.

Dinkes. (2010).Profil Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.Dinkes Kota Sukabumi

Dinkes. (2010). Laporan Kinerja Kegiatan Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Kota

Sukabumi.Dinkes Kota Sukabumi

Efendi & Mahkfudli. (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Endang. (2009). Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik di Puskesmas.Surakarta.

Universitas Surakarta

Hasibuan, M. (1997; 97-99). Manajemen Sumber daya Manusia dan kunci keberhasilan.

Jakarta: Penerbit Haji Masagung.

Hastono, S. P. (2007 ; 46-99). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: FKM UI.

Page 77: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

77

Hill, S. ( 2011). Community Health Center. Journal. Retrieved from

http://www.sandyhillchc.on.ca/mainEngl/faq.engl.html 15 september 2011

Indra. Hari (2006). Pelaksanaan Program Perkesmas Keluarga Miskin Di Kabupaten

Agam. Universitas Dipenogoro.

IKeban. (2008 ; 210-220). Enam Dimensi Strategis Administrasi Pubik:Konsep, Teori dan

Isu. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Institute of Medicine. (2003). Who Will Keep the Public Health. Washington: National

Academy Press.

Kemenkes. (2001a). Pedoman Pembinaan/Supervisi Upaya Kesehatan Puskesmas, Dirjen

Bin Kesmas. Jakarta.

Kemenkes. (2001b). Pedoman Supervisi/Pembinaan Upaya Kesehatan Puskesmas. Jakarta:

Dirjen Binkesmas.

Kemenkes. (2005). Pedoman Manajemen Kinerja Perawat. Jakarta.

Kemenkes. (2006a). Pedoman Kegiatan Perawat kesehatan masyarakat di Puskesmas,

Dir.Yan.Kep. Jakarta.

Kemenkes. (2006b). Pedoman Peningkatan Kinerja Perawat di Puskesmas (panduan bagi

Kabupaten/Kota). Direktorat keperawatan dan Keteknisan Medik. Jakarta:

Kemenkes RI Dirjen Yanmed.

Kemenkes. (2006c). Pedoman penyelenggaraan upaya keperawatan kesehatan masyarakat

di Puskesmas. Jakarta.

Kemenkes.dirjenbinkesmas. (2005). Hasil evaluasi peran dan fungsi perawat kesehatan

masyarakat di Puskesmas daerah terpencil. Jakarta.

Kemenkes. (2011). Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan. Jakarta.

Marquis & Huston. (2010). Kepemimpinan dan manajemen Keperawatan Teori dan

Aplikasi. Alih Bahasa, Widyawati, dkk. Jakarta: EGC

Mc. Mahon, R. (1999). Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. Alih Bahasa, Popy

Kumala; editor, Brahm. Jakarta: EGC

Muninjaya. (2004). Manajemen Kesehatan. Edisi. 2. Jakarta: EGC

Nawawi, H.(2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi.7. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Page 78: APLIKASI STATISTIKA DALAM BIDANG KESEHATAN …

Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Iwan Permana

78

Notoatmojo, S. (2003 : 34-39). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan ilmu perilaku

kesehatan. Yogyakarta: PT.Rineka Cipta

____________. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

____________. (2007 : 144-146). Kesehatan Masyarakat:ilmu dan Seni. Jakarta:

PT.Rineka Cipta.

Nugroho, M. K. (2004). Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Perawat

Pegawai Daerah di Puskesmas Kabupaten Kudus. Universitas Diponogoro

Semarang.

Nursalam. (2007) Manajemen Keperawatan Teori dan Praktek.Jakarta:EGC

Pangabean. (2004). Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kumala, P. (2000). Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.Edisi 2.Jakarta.EGC

Riduwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel - Variabel Penelitian. Alfabeta : Bandung

_______. (2010), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan ke-8. Alfabeta: Bandung.

Rusli.Syarif. (1987). Teknik Manajemen Latihan dan Pembinaan. Bandung: Angkasa.

Riyanto, (2010). Model Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Makalah Seminar

Nasional Pada Stikes Kharisma di Karawang, 28 Juli.

Sastrohadiwiryo. (2005). Manajemen tenaga kerja Indonesia, pendekatan administratif dan

operasional. Jakarta: Bumi aksara.

Septino (2007). Evaluasi Pelaksanaan Program Perkesmas Dalam Meningkatkan Kinerja

Puskesmas di Puskesmas Mantrijeron Kota Yogyakarta. Universitas Dipenogoro.

Sinambela, L. P. (2006 : 136-137). Reformasi Pelayanan Publik:Teori, Kebijakan dan

Implementasi. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Spradley, A. (2001). Community Health Nursing:Concepts and Practice 5th.ed.

Philadelphia:Lipincott.

Stanhope.Knollmueller. (2001). Hand Book Of Public And Community Health Nursing

Practice: A Health Promotion Guide. 2 Edition

Sugiyono. (2006). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.