10
Aplikasi Radioisotop Dalam Bidang Kedokteran Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran telah dimulai pada tahun 1901 oleh henry danlos yang menggunakan radium untuk pengobatan penyakit TBC pada kulit. Radioisotop adalah isotop suatu unsur yang radioaktif yang memancarkan sinar radioaktif. Isotop suatu unsur baik yang stabil maupun radioaktif memiliki sifat kimia yang sama. Radioisotop dapat digunakan sebagai perunut (untuk mengikuti unsur dalam suatu proses yang menyangkut senyawa atau sekelompok senyawa) dan sebagai sumber radiasi /sumber sinar. Berikut adalah beberapa contoh aplikasi radioisotop sebagai perunut: Teknetum-99 (Tc-99) yang disuntikkan kedalam pembuluh darah akan akan diserap terutama oleh jaringan yang rusak pada organ tertentu, seperti jantung, hati dan paru-paru. Sebaliknya, TI-201 terutama akan diserap oleh jaringan sehat pada organ jantung. Oleh karena itu, kedua radioisotop itu digunakan bersama-sama untuk mendeteksi kerusakan jantung. Iodin-131 (I-131) diserap terutama oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu dari otak. Jika I-131 ini dimasukkan kedalam tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini akan masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan akan melewati kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan sel-sel glandula tersebut. Hal ini akan memperlambat aktifitas

Aplikasi Radioisotop Dalam Bidang Kedokteran-1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

radioisotop

Citation preview

Aplikasi Radioisotop Dalam Bidang KedokteranPenggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran telah dimulai pada tahun 1901 oleh henry danlos yang menggunakan radium untuk pengobatan penyakit TBC pada kulit. Radioisotop adalah isotop suatu unsur yang radioaktif yang memancarkan sinar radioaktif. Isotop suatu unsur baik yang stabil maupun radioaktif memiliki sifat kimia yang sama. Radioisotop dapat digunakan sebagai perunut (untuk mengikuti unsur dalam suatu proses yang menyangkut senyawa atau sekelompok senyawa) dan sebagai sumber radiasi /sumber sinar.Berikut adalah beberapa contoh aplikasi radioisotop sebagai perunut: Teknetum-99 (Tc-99) yang disuntikkan kedalam pembuluh darah akan akan diserap terutama oleh jaringan yang rusak pada organ tertentu, seperti jantung, hati dan paru-paru. Sebaliknya, TI-201 terutama akan diserap oleh jaringan sehat pada organ jantung. Oleh karena itu, kedua radioisotop itu digunakan bersama-sama untuk mendeteksi kerusakan jantung. Iodin-131 (I-131) diserap terutama oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu dari otak. Jika I-131 ini dimasukkan kedalam tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini akan masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan akan melewati kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan sel-sel glandula tersebut. Hal ini akan memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid dan dalam beberapa kasus dapat merubah kondisi tiroid. Oleh karena itu, I-131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok, hati, dan untuk mendeteksi tumor otak. Iodin-123 (I-123) adalah radioisotop lain dari Iodin. I-123 yang memancarkan sinar gamma yang digunakan untuk mendeteksi penyakit otak. Natrium-24 (Na-24) digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan peredaran darah. Larutan NaCl yang tersusun atas Na-24 dan Cl yang stabil disuntikkan ke dalam darah dan aliran darah dapat diikuti dengan mendeteksi sinar yang dipancarkan, sehingga dapat diketahui jika terjadi penyumbatan aliran darah. Xenon-133 (Xe-133) digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru. Phospor-32 (P-32) digunakan untuk mendeteksi penyakit mata, tumor, dan lain-lain. Serta dapat pula mengobati penyakit polycythemia rubavera, yaitu pembentukan sel darah merah yang berlebihan. Dalam penggunaanya isotop P-32 disuntikkan ke dalam tubuh sehingga radiasinya yang memancarkan sinar beta dapat menghambat pembentujan sel darah merah pada sum-sum tulang belakang. Sr-85 untuk mendeteksi penyakit pada tulang. Se-75 untuk mendeteksi penyakit pankreas. Kobalt-60 (Co-60) sumber radiasi gamma untuk terapi tumor dan kanker. Karena sel kanker lebih sensitif (lebih mudah rusak) terhadap radiasi radioisotop daripada sel normal, maka penggunakan radioisotop untuk membunuh sel kanker dengan mengatur arah dan dosis radiasi. Kobalt-60 (Co-60) dan Skandium-137 (Cs-137), radiasinya digunakan untuk sterilisasi alat-alat medis. Ferum-59 (Fe-59) dapat digunakan untuk mempelajari dan mengukur laju pembentukan sel darah merah dalam tubuh dan untuk menentukan apakah zat besi dalam makanan dapat digunakan dengan baik oleh tubuh. Cr-51 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan limpa. Ga-67 dapat digunakan untuk memeriksa kerusakan getah bening C14 dapat digunakan untuk mendeteksi diabetes dan anemiaPada prinsipnya, bahan radioisotope ditambahkan kedalam suatu system, Karena radioisotop tersebut mempunya sifat kimia yang sama dengan sisten tersebut maka radioisotop yang telah ditambahkan dapat digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga perubahan senyawa pada sistem dapat dipantau. Secara umum, factor yang harus diperhatikan dalam pemilihan radioisotope untuk pemakaian pada manusia adalah tidak toksik, mudah diproduksi dan murah. Disamping itu pemilihan jenis radioisotope bergantung pula pada tujuan pemakaian perunut tersebut. Untuk tujuan diagnosis lebih banyak digunakan radioisotope pemancar murni dengan waktu paruh yang relative singkat serta energy yang rendah, sedangkan untuk pengobatan internal dipilih radioisotope pemancar atau . Pengertian waktu paruh suatu radioisotope adalah waktu yang menyatakan bahwa setelah waktu tersebut maka radioaktifitas akan menurun menjadi setengah dari radioaktifitas semula dan akan menurun untuk waktu berikutnya. Beberapa persyaratan yang harus dipunyai oleh suatu radiofarmaka antara lain :1. Toksisitasnya rendah2. Pembuatan dan penggunaannya mudah3. Lebih spesifik untuk penyakit tertentu atau terakumulasi pada organ tertentu4. Tingkat bahaya radiasi pada manusia rendah5. Untuk visualisasi eksternal sebaiknya merupakan sinar murni dengan energy 100-400 keV.Contoh aplikasi radioisotop sebagai sumber radiasi :1. Teknik Pengaktifan NeutronTeknik nuklir ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan mineral tubuh terutama untuk unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil (Co, Cr, F, Fe, Mn, Se, Si, V, Zn, dsb) sehingga sulit ditentukan dengan metoda konvensional. Kelebihan teknik ini terletak pada siftanya yang tidak merusak dan kepekaannya yang sangat tinggi. Disini contoh bahan biologic yang akan diperiksa ditembaki dengan neutron2. Penentuan Kerapatan Tulang Dengan Bone DensitometerPengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi gamma atau sinar-X. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar X yang diserap oleh tulang yang diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi mineral kalsium dalam tulang. Perhitungan dilakukan oleh komputer yang dipasang pada alat osteoporosis yang sering menyerang wanita pada usia menopause sehingga menyebabkan tulang mudah patah.3. Three Dimensional Conformal Radiotherapy (3d-Crt)Terapi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat pembangkit radiasi telah lama dikenal untuk pengobatan penyakit kanker. Perkembangan teknik elektronika maju dan peralatan komputer canggih dalam dua dekade, telah membawa perkembangan pesat dalam teknologi radioterapi. Dengan menggunakan pesawat pemercepat partikel generasi terakhir telah dimungkinkan untuk melakukan radioterapi kanker dengan sangat presisi dan tingkat keselamatan yang tinggi melalui kemampuannya yang sangat selektif untuk membatasi bentuk jaringan tumor yang akan dikenai radiasi, memformulasikan serta memberikan paparan radiasi dengan dosis yang tepat pada target. Dengan memanfaatkan teknologi 3D-CRT ini sejak tahun 1985 telah berkembang metode pembedahan dengan radiasi pengion sebagai pisau bedahnya (gamma knife). Kasus-kasus tumor ganas yang sulit dijangkau dengan pisau bedah konvensional menjadi dapat diatasi dengan teknik ini, bahkan tanpa perlu membuka kulit pasien dan tanpa merusak jaringan di luar target.4. Sterilisasi radiasi.Radiasi dalam dosis tertentu dapat mematikan mikroorganisme sehingga dapat digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. Steritisasi dengan cara radiasi mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan sterilisasi konvensional a) Sterilisasi radiasi lebih sempurna dalam mematikan mikroorganisme. b) Sterilisasi radiasi tidak meninggalkan residu bahan kimia. c) Karena dikemas dulu baru disetrilkan maka alat tersebut tidak mungkin tercemar bakteri lagi sampai kemasan terbuka. Berbeda dengan cara konvensional, yaitu disterilkan dulu baru dikemas, maka dalam proses pengemasan masih ada kemungkinan terkena bibit penyakit.Prinsip sterilisasi adalah membebaskan alat tersebut dari semua jasad hidup terutama jasad renik (mikroba). Secara umum teknik sterilisasi dapat dibagi menjadi 2 bagian (Nurlaila, 2002):1. Sterilisasi panas menggunakan uap dan tekanan atau suhu 170oC2. Sterilisasi dingin dengan menggunakan cara kimia atau cara radiasiAlat kedokteran kebanyakan berbahan plastik sehingga tidak tahan terhadap sterilisasi panas, untuk itu dilakukan sterilisasi cara radiasi menggunakan radioisotop. Alat-alat kedokteran yang disterilkan dengan cara radiasi harus tahan terhadap dosis radiasi yang digunakan. Bila bahan tersebut terurai karena radiasi maka hasil urainya tidak berpengaruh negatif.Jenis radiasi yang dapat digunakan untuk sterilisasi terdiri dari :1. Radiasi pengion yang dapat berupa gelombang elektromagnetik (sinar , sinar X) dan dapat pula berupa partikel .2. Radiasi non pengion misalnya sinar ultraviolet, infra merah, ultra sonik dll.Besarnya dosis untuk sterilisasi tergantung pada jumlah, jenis dan daya tahan mikroba yang mencemari, akan tetapi umumnya dosis yang digunakan adalah 25 kGy. Alat kedokteran yang disterilkan dengan cara radiasi harus tahan terhadap dosis radiasi yang digunakan.5. Metode TerapiSaat ini, telah ada beberapa terapi menggunakan radioisotop yang dapat dikatagorikan ke dalam nanomedicine. Salah satunya adalah penggunaan CNT. Mereka menggunakan lensa dilapisi dengan carbon nanotube (CNT) untuk mengkonversi cahaya dari laser untuk gelombang suara terfokus. Tujuannya adalah untuk mengembangkan sebuah metode yang bisa menghancurkan tumor atau bagian tubuh lainnya yang sakit tanpa merusak jaringan yang sehat. Para peneliti sedang menyelidiki penggunaan nanopartikel bismut untuk memfokuskan radiasi yang digunakan dalam terapi radiasi untuk mengobati tumor-kanker. Terapi ini sedang dikembangkan untuk menghancurkan tumor kanker payudara. Dalam metode ini, antibodi ditarik oleh protein yang diproduksi oleh sel kanker payudara setipe yang melekat pada nanotube, yang menyebabkan nanotube berakumulasi di tumor. Sinar inframerah dari laser diserap oleh nanotube dan menghasilkan panas yang dapat menghancurkan tumor. Terapi tumor atau kanker.Berbagai jenis tumor atau kanker dapat diterapi dengan radiasi. Sebenarnya, baik sel normal maupun sel kanker dapat dirusak oleh radiasi tetapi sel kanker atau tumor ternyata lebih sensitif (lebih mudah rusak). Oleh karena itu, sel kanker atau tumor dapat dimatikan dengan mengarahkan radiasi secara tepat pada sel-sel kanker tersebut.7. Medical ImagingMedical imaging menggunakan sinar-X didasarkan pada perbedaan daya tembus sinar-X pada materi yang berbeda. Sedangkan pada nuclear medicine, medical imaging lebih didasarkan pada interaksi level molekul antara senyawa atau gugus atom tertentu dengan sel atau jaringan. Misalnya senyawa 2- methoxy-isobutyl-isonitrile (MIBI) untuk jantung, diethylene tetramine penta acetate (DTPA) dan hexamethylpropylene amine oxime (HMPAO) untuk otak, DTPA untuk ginjal, hepatoiminodiacetic acid (HIDA) untuk hati dan hydroxy methylene diphosphonate (HMDP) untuk tulang.Penggunaan teknik nuklir dalam bidang kedokteran, dapat menunjang para ahli medis untuk mengambil keputusan dalam mendiagnosis suatu penyakit serta dapat dipakai untuk pengobatan. Diagnosis penyakit dengan teknik nuklir dapat dilakukan dengan lebih cepat dan tepat karena dari hasil pencitraan dapat dievaluasi keadaan struktur morfologis, maupun anatomis dan fisiologis suatu organ serta tidak memberikan rasa sakit. Pemakaian zat radioaktif untuk maksud diagnosis serta pengobatan penyakit relatif aman selama memenuhi aturan yang telah ditentukan baik mengenai dosis maupun penanganannya. Efek radiasi yang dipancarkan radioisotop dapat digunakan untuk sterilisasi bahan dan peralatan yang menunjang segi kesehatan serta dapat digunakan sebagai pengobatan dan terapi berbagai penyakit dalam organ tubuh. Teknik nuklir memberikan manfaat dan andil yang cukup besar dalam menunjang program kesehatan masyarakat. Daftar pustaka Akhadi, M. 2004. Pemanfaatan Radioisotop Dalam Teknik Nuklir Kedokteran. Badan Tenaga Nuklir Nasional: Jakarta.Arma, A. J. A. 2004 . Zat Radio Aktif Dan Penggunaan Radio Isotop Bagi Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera Utara: Medan.Depha. 2011. Manfaat Radiisotop. (online). (http://dephatralala.blogspot.com/2011/04/manfaat-radioisotop-di-bidang.html. Diakses 4 Mei 2013).Fatul. 2011. Pemanfaatan Radioaktif Dalam Berbagai Bidang. (online). (http: akulisfatul.blogspot.com/2011/05/pemanfaatan-radioaktif-dalam-berbagai.html. Diakses 4 Mei 2013).Nurlaila, Z. 2002. Penggunaan Teknik Nuklir dalam Bidang Kedokteran Nuklir dan Sterilisasi Serta Resikonya bagi Kesehatan. Buletin BATAN Th. XXII No. 1: Jakarta.Siregar, R. E. 2004. Aplikasi Damai Teknik Nuklir. FMIPA Unpad: Bandung.Suyatno,F. 2010. Aplikasi Radiasi dan Radioisotop dalam Bidang Kedokteran. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA: Yogyakarta.