6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk Analisa Potensi Batuan Fosfat (Studi Kasus : Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep) Regina Verra Santiara Yahya Putri, Muhammad Taufik 1) , Widya Utama 2) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia Email : [email protected] 1) , [email protected] 2) AbstrakSalah satu daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki cadangan batuan fosfat adalah Madura. Formasi geologi dari batuan fosfat yang terdapat di Madura umumnya berupa endapan fosfat guano dimana memiliki sifat, sebaran dan sumber daya yang terbatas. Untuk memperoleh informasi estimasi potensi batuan fosfat di Kecamatan Saronggi, teknologi penginderaan jauh dan metode geolistrik diterapkan untuk menggambarkan struktur atas dan bawah permukaan bumi yang diperkirakan berpotensi terdapat kandungan fosfat. Penggambaran struktur atas permukaan didapatkan dari pengolahan citra Landsat-7 ETM+ tahun 2009 untuk mendapatkan gambaran kondisi tutupan lahan dan kerapatan vegetasi SAVI. Pengolahan citra Landsat-7 ETM+ tahun 2001 dengan Aster GDEM untuk interpretasi geologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daerah yang berpotensi batuan fosfat adalah Desa Langsar, Kecamatan Saronggi. Berdasarkan pengamatan in situ daerah tersebut memiliki singkapan-singkapan batuan fosfat pada ketinggian ± 90 meter. Dominasi tutupan lahan berupa tegalan/ladang dan semak belukar dengan masing-masing kerapatan vegetasi jarang. Luas area tegalan/ladang adalah 713,88 Ha dan luas area semak belukar adalah 135,72 Ha. Selain itu didapatkan bahwa formasi yang menyusun Desa Langsar adalah Formasi Madura. Selain itu juga didapatkan pola kelurusan yang memiliki arah SW 109° NE (Barat Daya-Timur Laut). Nilai resistivitas batuan fosfat pada daerah itu berkisar antara 95 – 291 Ωm. Dengan ketinggian yang rendah dan kelerengan lahan yang relatif datar, memungkinkan tumbuhnya tumbuhan khas yang berada pada daerah berpotensi fosfat. Kata KunciAster GDEM, Batuan Fosfat, Geolistrik, Landsat 7 ETM+, Resistivitas, SAVI I. PENDAHULUAN OSFAT merupakan jenis batuan yang mengandung mineral dan ion fosfat dalam struktur kimianya. Jenis batuan ini dikenal dengan nama batuan fosfat atau (rock phosphate). Batuan fosfat memiliki berbagai formasi geologi seperti batuan sedimen, batuan beku, batuan metarmorfik dan guano. Batuan jenis ini umumnya terdapat di daerah pegunungan karang, batu gamping atau dolomitik yang merupakan deposit gua. Perkiraan cadangan batuan fosfat terbesar terdapat di Provinsi Jawa Timur yaitu sekitar 313.000 ton atau sekitar 66 % dari seluruh cadangan batuan fosfat yang berada di Indonesia. Cadangan batuan fosfat tersebut terletak di daerah Tuban, Lamongan, Gresik dan Madura [4]. Salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki cadangan batuan fosfat adalah Madura. Formasi geologi dari batuan fosfat yang terdapat di Madura umumnya berupa endapan fosfat guano dimana memiliki sifat, sebaran dan sumber daya yang terbatas. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Landsat-7 ETM+ tahun 2009 untuk mendapatkan gambaran kondisi tutupan lahan daerah potensi fosfat dan indeks kerapatan vegetasi. Kemudian interpretasi geologi dengan menggunakan citra Landsat-7 ETM+ tahun 2001 dan Aster GDEM. Selain itu penggambaran struktur bawah permukaan bumi menggunakan metode geolistrik berdasarkan nilai tahanan jenis batuan. Berdasarkan hasil pengolahan citra satelit dan data geolistrik tersebut, nantinya diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan penetapan kebijakan bagi pelaku usaha penambangan batuan fosfat skala kecil untuk mendorong pengelolaan/pemanfaatan fosfat agar lebih optimal. II. METODE PENELITIAN Lokasi yang digunakan pada penelitian ini terletak di Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep. F Gambar 1. Lokasi Penelitian

Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-30041-3509100029-Paper.pdf · Berdasarkan pengamatan daerah tersebut memiliki in situ

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-30041-3509100029-Paper.pdf · Berdasarkan pengamatan daerah tersebut memiliki in situ

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

1

Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk Analisa Potensi Batuan Fosfat

(Studi Kasus : Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep)

Regina Verra Santiara Yahya Putri, Muhammad Taufik1), Widya Utama2)

Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

Email : [email protected]), [email protected])

Abstrak− Salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki cadangan batuan fosfat adalah Madura. Formasi geologi dari batuan fosfat yang terdapat di Madura umumnya berupa endapan fosfat guano dimana memiliki sifat, sebaran dan sumber daya yang terbatas.

Untuk memperoleh informasi estimasi potensi batuan fosfat di Kecamatan Saronggi, teknologi penginderaan jauh dan metode geolistrik diterapkan untuk menggambarkan struktur atas dan bawah permukaan bumi yang diperkirakan berpotensi terdapat kandungan fosfat.

Penggambaran struktur atas permukaan didapatkan dari pengolahan citra Landsat-7 ETM+ tahun 2009 untuk mendapatkan gambaran kondisi tutupan lahan dan kerapatan vegetasi SAVI. Pengolahan citra Landsat-7 ETM+ tahun 2001 dengan Aster GDEM untuk interpretasi geologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daerah yang berpotensi batuan fosfat adalah Desa Langsar, Kecamatan Saronggi. Berdasarkan pengamatan in situ daerah tersebut memiliki singkapan-singkapan batuan fosfat pada ketinggian ± 90 meter. Dominasi tutupan lahan berupa tegalan/ladang dan semak belukar dengan masing-masing kerapatan vegetasi jarang. Luas area tegalan/ladang adalah 713,88 Ha dan luas area semak belukar adalah 135,72 Ha. Selain itu didapatkan bahwa formasi yang menyusun Desa Langsar adalah Formasi Madura. Selain itu juga didapatkan pola kelurusan yang memiliki arah SW 109° NE (Barat Daya-Timur Laut).

Nilai resistivitas batuan fosfat pada daerah itu berkisar antara 95 – 291 Ωm. Dengan ketinggian yang rendah dan kelerengan lahan yang relatif datar, memungkinkan tumbuhnya tumbuhan khas yang berada pada daerah berpotensi fosfat.

Kata Kunci−Aster GDEM, Batuan Fosfat, Geolistrik, Landsat 7 ETM+, Resistivitas, SAVI

I. PENDAHULUAN OSFAT merupakan jenis batuan yang mengandung mineral dan ion fosfat dalam struktur kimianya. Jenis batuan ini dikenal dengan nama batuan fosfat atau

(rock phosphate). Batuan fosfat memiliki berbagai formasi geologi seperti batuan sedimen, batuan beku, batuan metarmorfik dan guano. Batuan jenis ini umumnya terdapat di daerah pegunungan karang, batu gamping atau dolomitik yang merupakan deposit gua.

Perkiraan cadangan batuan fosfat terbesar terdapat di Provinsi Jawa Timur yaitu sekitar 313.000 ton atau sekitar 66 % dari seluruh cadangan batuan fosfat yang berada di Indonesia. Cadangan batuan fosfat tersebut terletak di daerah Tuban, Lamongan, Gresik dan Madura [4].

Salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki cadangan batuan fosfat adalah Madura. Formasi geologi dari batuan fosfat yang terdapat di Madura umumnya berupa endapan fosfat guano dimana memiliki sifat, sebaran dan sumber daya yang terbatas.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Landsat-7 ETM+ tahun 2009 untuk mendapatkan gambaran kondisi tutupan lahan daerah potensi fosfat dan indeks kerapatan vegetasi. Kemudian interpretasi geologi dengan menggunakan citra Landsat-7 ETM+ tahun 2001 dan Aster GDEM. Selain itu penggambaran struktur bawah permukaan bumi menggunakan metode geolistrik berdasarkan nilai tahanan jenis batuan.

Berdasarkan hasil pengolahan citra satelit dan data geolistrik tersebut, nantinya diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan penetapan kebijakan bagi pelaku usaha penambangan batuan fosfat skala kecil untuk mendorong pengelolaan/pemanfaatan fosfat agar lebih optimal.

II. METODE PENELITIAN

Lokasi yang digunakan pada penelitian ini terletak di

Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep.

F

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Page 2: Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-30041-3509100029-Paper.pdf · Berdasarkan pengamatan daerah tersebut memiliki in situ

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

2

Dalam penelitian ini, analisis potensi batuan fosfat dilakukan dengan menggunakan teknik penginderaan jauh melalui interpretasi citra guna menggambarkan struktur atas permukaan bumi. Dalam penggambaran struktur atas permukaan, dilakukan pengolahan citra satelit Landsat 7 ETM+ path/row 118/65 tahun 2009 untuk mendapatkan tutupan lahan dengan klasifikasi terselia berdasarkan perhitungan statistika minimum distance dan indeks kerapatan vegetasi menggunakan algoritma SAVI [6]. Selain itu penerapan metode geolistrik berdasarkan nilai tahanan jenis batuan. Metode ini diharapkan mampu menggambarkan struktur bawah permukaan bumi.

Untuk mendapatkan interpretasi geologi daerah penelitian, maka digunakan citra Landsat-7 ETM+ path/row 118/65 tahun 2001 yang di-superimpose dengan Aster GDEM. Hal ini bertujuan untuk membuat kenampakan rupa bumi se-vertical mungkin yang bertujuan untuk menghilangkan kenampakan bayangan yang dibentuk, sehingga kelurusan batuan akan jelas diidentifikasi [2]. Dalam interpretasi geologi secara visual, digunakan peta geologi digital skala 1 : 100.000 sebagai acuan.

Pembuatan peta ketinggian dan kelerengan yang didapatkan dari data Aster GDEM. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi nilai SAVI dengan ketinggian lahan, analisa potensi batuan fosfat dengan pengolahan citra dan data geolistrik.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Koreksi Geometrik Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2009

dan 2001 Pada citra Landsat-7 ETM+ tahun 2009 dilakukan

koreksi geometrik dengan 9 titik kontrol atau Ground Control Point (GCP). Adapun nilai RMSe (Root Mean Square error) adalah 0,002592 dengan besar SOF yaitu 0,7083. Sedangkan untuk citra Landsat-7 ETM+ tahun 2001

dilakukan koreksi geometrik dengan 10 titik kontrol atau Ground Control Point (GCP). Adapun nilai RMSe (Root Mean Square error) adalah 0,003056 dengan besar SOF yaitu 0,6852. Nilai Strength of Figure (SOF) yang memenuhi syarat adalah kurang dari 1, artinya semakin kecil faktor bilangan Strength of Figure maka semakin baik pula konfigurasi jaringan dari jaring tersebut dan sebaliknya [1].

Gambar 3. Sebaran Ground Control Point (a) Landsat-7 ETM+ tahun 2009 dan (b) Landsat-7 ETM+ tahun 2001

B. Pengolahan Data Lapangan

Dari pengamatan in situ ditemukan singkapan-singkapan batuan fosfat di Kecamatan Saronggi yaitu berada di Desa Langsar.

Berdasarkan data pengamatan in situ, maka hipotesa

awal mengenai lokasi potensi batuan fosfat di Kecamatan Saronggi adalah terletak di Desa Langsar. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil analisis potensi fosfat yang lebih baik maka dilakukan pengolahan dan analisis potensi batuan fosfat di Desa Langsar.

C. Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan dari Citra Landsat-7

ETM+ tahun 2009 Hasil dari klasifkasi tutupan lahan terdiri dari delapan

kelas. Kemudian dilakukan reklasifikasi sehingga didapatkan hasil klasifikasi pada Desa Langsar yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.

Luas Area Tutupan Lahan Desa Langsar, Kec. Saronggi No. Jenis Tutupan

Lahan Luas

Area (Ha) Luas

Area (%) 1 Semak Belukar 135,72 14,45 2 Permukiman 48,06 5,12

Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data Citra

Gambar 4. Singkapan Batuan Fosfat di Desa Langsar, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep

Page 3: Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-30041-3509100029-Paper.pdf · Berdasarkan pengamatan daerah tersebut memiliki in situ

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

3

No. Jenis Tutupan Lahan

Luas Area (Ha)

Luas Area (%)

3 Tegalan/Ladang 713,88 76,01 4 Hutan Rawa 29,07 3,10 5 Awan 12,42 1,32

Total 939,15 100 D. Uji Klasifikasi

Uji klasifikasi dilakukan dengan cara membandingkan sample titik-titik koordinat di lapangan yang sesuai dengan kelas tutupan lahan dengan hasil klasifikasi citra yang telah dilakukan. Pada penelitian ini jumlah titik sample yang dibandingkan berjumlah 38 titik. Selanjutnya titik sample tersebut dihitung dengan metode confussion matrix. Dari hasil perhitungan confussion matrix yang sudah dilakukan, didapatkan hasil ketelitian klasifikasi untuk citra Landsat-7 ETM+ tahun 2009 sebesar 89,47 % sedangkan kesalahannya yaitu 10,53 %.

E. Analisa Nilai SAVI (Soil Adjusted Vegetation Indeks)

Algoritma SAVI merupakan algoritma yang paling bagus untuk kerapatan vegetasi yang rendah atau penutupan yang rendah [3].

Hasil nilai SAVI untuk daerah studi pada penelitian ini adalah memiliki rentang antara -0,470833 sampai 0,149068. Berdasarkan kelas yang terbentuk, didapatkan nilai SAVI yang terbagi ke beberapa kelas yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.

Statistik Nilai SAVI Tiap Kelas No

Kelas Nilai SAVI

min max mean 1 Semak Belukar -0,343 -0,001 -0,022 2 Permukiman -0,390 -0,002 -0,009 3 Tegalan/Ladang -0,336 0,149 -0,096 4 Hutan Rawa -0,470 -0,002 -0,009

F. Hasil Interpretasi Visual Citra dan Aster GDEM dengan

Peta Geologi Berdasarkan hasil interpretasi visual, didapatkan pola

kelurusan yang memiliki arah SW 109° NE (Barat Daya-Timur Laut). Kelurusan ini terdapat di daerah Desa Langsar yang berbatasan dengan Desa Pagarbatu. Selain itu juga terdapat struktur antiklin yang berarah W 131° E (Barat-Timur), struktur ini terdapat di sebagian kecil Desa Tanah Merah dan Desa Saronggi. Formasi batuan di Desa Langsar adalah formasi Madura (Tpm) dengan luas area 939,15 Ha. Formasi madura terdiri atas batu gamping terumbu dan batugamping dolomitan.

Di daerah Madura, sebaran endapan fosfat tersebar setempat mengisi rekahan, dolina dan gua-gua dalam jumlah kecil. Umumnya terdapat pada batugamping terumbu Formasi Madura (Tpm) dan sebagian kecil pada batugamping lempungan Formasi Pasean (Tmp) dan batugamping Formasi Bulu (Tmb).

Berdasarkan formasi geologi dan pola kelurusan maka dapat diindikasikan bahwa daerah yang berpotensi terdapat

batuan fosfat adalah Desa Langsar. Di Desa Langsar tersebut terdapat kelurusan yang membentang dari arah Barat Daya-Timur Laut selain itu juga terdapat patahan-patahan yang arahnya juga searah dengan kelurusan. Patahan-patahan yang searah dengan kelurusan ini menunjukkan bahwa Desa Langsar memiliki formasi berupa formasi Madura yang didominasi dengan batu gamping, dimana pada umumnya batuan fosfat juga berasosiasi dengan batu gamping. G. Hasil Klasifikasi Ketinggian Lahan

Informasi ketinggian lahan merupakan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian tumbuh vegetasi di dalam interval ketinggiannya. Berikut ini adalah hasil kelas ketinggian wilayah.

Tabel 3.

Kelas Ketinggian Wilayah No. Kelas Ketinggian 1 25 - 50 2 51 – 75 3 76 – 100 4 100

Untuk klasifikasi jenis tumbuhan wilayah Desa

Langsar, Kecamatan Saronggi termasuk pada klasifikasi zona tropik dataran rendah dengan ketinggian (0 – 1.000 dpl). Dari pengamatan secara in situ didapatkan bahwa jenis tumbuhan yang mendominasi adalah pohon jati (Tectona grandis), tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendra), rumput-rumputan, semak-semak, kacang-kacangan (kacang hijau, kacang tanah), sirih jambe dan tanaman khas Madura yaitu mimba (Azadirachta indica A. Juss). Dalam bahasa Madura biasa disebut dengan Membha atau Mempheuh. Mimba umumnya tumbuh di tempat kering berkala dan agak tandus. Di Madura, mimba dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 300 m.

H. Hasil Klasifikasi Kelerengan

Berdasarkan hasil klasifikasi kelerengan wilayah, dapat diketahui bahwa Desa Langsar merupakan daerah yang relatif datar. Dengan dominasi kelerengan yaitu 0-8%. Berikut ini adalah hasil kelas kelerengan.

Tabel 4.

Kelas Kelerengan No. Kelas Kelerengan Keterangan 1 0 – 8% Datar 2 9 – 15% Landai 3 16 – 25% Bergelombang 4 25% Curam

I. Analisa Hubungan Ketinggian dengan Kerapatan

Vegetasi SAVI Analisis korelasi ini dihitung dengan persamaan uji

korelasi Pearson [5] menggunakan dua variabel, yaitu nilai indeks vegetasi SAVI dan ketinggian tempat (m). Hubungan antara variabel dapat dilihat melalui angka koefisien korelasi (r).

Page 4: Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-30041-3509100029-Paper.pdf · Berdasarkan pengamatan daerah tersebut memiliki in situ

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

4

Penentuan analisis korelasi dilakukan dengan pengambilan contoh titik yang dilakukan secara acak dan merata sebanyak ± 30 titik yang mewakili penyebaran SAVI pada tiap kelas. Analisis korelasi kelas ketinggian dengan SAVI dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.

Analisis Korelasi Ketinggian dengan SAVI

Kelas Korelasi Ketinggian dengan SAVI r %

Semak Belukar 0,466 46,6 Tegalan/Ladang 0,496 49,6

Hutan Rawa 0,340 34,0 Koefisien korelasi pada setiap kelas bertanda positif

(+), artinya hubungan ketinggian tempat dengan kerapatan vegetasi memiliki hubungan satu arah yaitu jika ketinggian tempat semakin tinggi maka tingkat kerapatan vegetasi semakin besar.

Berdasarkan hasil korelasi, didapatkan hubungan korelasi yang agak rendah dan rendah. Hal ini disebabkan karena kondisi lapangan yang memang memiliki tingkat kerapatan vegetasi yang jarang akibat peralihan fungsi lahan menjadi daerah tambang batuan. Selain itu juga ketinggian di wilayah penelitian yang relatif datar dan landai. J. Interpretasi Data Geolistrik

Berdasarkan data geolistrik sebaran batuan fosfat di Desa Langsar, Kecamatan Saronggi dijelaskan bahwa nilai resistivitas batuan fosfat berada pada rentang 95 – 291 Ωm. Sedangkan nilai resitivitas dari pengukuran sampel batuan fosfat di lapangan berada pada rentang 99 – 198 Ωm. Berikut ini adalah hasil interpretasi data geolistrik pada tiap lintasan pengukuran.

a. Lintasan 1-1 (L1-1)

b. Lintasan 1-2 (L1-2)

Gambar 6. Hasil Interpretasi pada L1-2

Berdasarkan hasil pertampalan data geolistrik (berupa titik-titik koordinat) dengan peta hasil pengolahan citra, didapatkan bahwa tutupan lahan yang mendominasi daerah potensi fosfat adalah tutupan lahan berupa tegalan/ladang dan semak belukar dengan tingkat kerapatan vegetasi masing-masing tutupan lahan adalah jarang.

Secara umum, nilai resistivitas dari batuan fosfat yang terdapat pada daerah tersebut adalah 95 – 291 Ωm. K. Analisa Potensi Batuan Fosfat

Peta potensi batuan fosfat diperoleh dengan melakukan pertampalan pada 4 peta yaitu peta tutupan lahan, peta indeks vegetasi SAVI, peta ketinggian dan kelerengan lahan dan peta geologi. Empat peta tersebut merupakan parameter untuk mengidentifikasi potensi fosfat di daerah penelitian.

Berdasarkan peta geologi, lokasi penelitian termasuk dalam Alluvium (Qa), Formasi Pasean (Tmp) dan Formasi Madura (Tpm). Untuk daerah yang berpotensi fosfat yaitu Desa Langsar, Kecamatan Saronggi termasuk dalam Formasi Madura (Tpm). Formasi ini disusun oleh batugamping terumbu dan batugamping dolomitan. Pada formasi Madura yang memiliki rongga-rongga sangat memungkinkan menjadi tempat terbentuknya fosfat jenis guano yang merupakan fosfat hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping akibat pengaruh air hujan dan air tanah.

Selain itu, berdasarkan hasil interpretasi geologi didapatkan pola kelurusan yang memiliki arah SW 109º NE (Barat Daya-Timur Laut). Kelurusan ini terdapat di daerah Desa Langsar yang berbatasan dengan Desa Pagarbatu. Selain itu juga terdapat struktur antiklin yang dengan bidang W 131º E (Barat-Timur), struktur ini terdapat di sebagian kecil Desa Tanah Merah dan Desa Saronggi. Dimana umumnya struktur antiklin ini berkembang pada formasi Ngrayong, Bulu dan Formasi Pasean. Untuk sesar yang terdapat di lokasi penelitian merupakan sesar geser dimana searah dengan arah kelurusan yaitu Barat Daya-Timur Laut.

Setelah dilakukan pengolahan citra, pengamatan in situ dan pertampalan peta, didapatkan bahwa tutupan lahan yang mendominasi daerah potensi fosfat di Desa Langsar adalah tutupan lahan berupa tegalan/ladang dengan luas area 713,88 Ha dengan tingkat kerapatan vegetasi yang jarang (range -0,336 – 0,149). Jika ditinjau dari parameter kerapatan vegetasi, bahwa salah satu terbentuknya kawasan karst (dominasi batu gamping dengan adanya celah celah gua) adalah memiliki vegetasi tutupan lahan dengan kerapatan cukup rapat [7]. Pada daerah yang memungkinkan terdapat potensi fosfat, juga terdiri dari tutupan lahan semak belukar seluas 135,72 Ha dimana tutupan lahan ini merupakan tutupan lahan yang mendominasi setelah tutupan lahan berupa tegalan. Tingkat kerapatan vegetasi SAVI pada tutupan lahan semak belukar berada pada rentang kerapatan yang jarang (range -0,343 - -0,001). Pada daerah potensi memiliki kerapatan vegetasi yang jarang karena akibat peralihan fungsi lahan menjadi area tambang batuan fosfat.

Gambar 5. Hasil Interpretasi pada L1-1

Page 5: Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-30041-3509100029-Paper.pdf · Berdasarkan pengamatan daerah tersebut memiliki in situ

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

5

Dari pengolahan data ketinggian dan pengamatan secara in situ, didapatkan bahwa jenis tumbuhan khas di daerah potensi fosfat yang mendominasi adalah pohon jati (Tectona grandis), tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendra), rumput-rumputan, semak-semak, kacang-kacangan (kacang hijau, kacang tanah), sirih jambe dan tanaman khas Madura yaitu mimba (Azadirachta indica A. Juss). Dalam bahasa Madura biasa disebut dengan Membha atau Mempheuh.

Berdasarkan hasil korelasi ketinggian lahan dengan nilai indeks vegetasi SAVI didapatkan nilai masing-masing kelas yaitu kelas semak belukar memiliki nilai korelasi sebesar +0,466, untuk kelas tegalan memiliki nilai korelasi sebesar +0,496 dan untuk kelas hutan rawa memiliki nilai korelasi sebesar +0,340.

Tanda positif pada tiap nilai menunjukkan hubungan yang searah antara ketinggian lahan dan indeks vegetasi SAVI. Semakin tinggi suatu titik maka nilai kerapatan vegetasi akan semakin tinggi di daerah sekitarnya.

Sebagai validasi potensi fosfat dari hasil pengolahan data citra, maka dilakukan pendekatan identifikasi potensi fosfat menggunakan data geolistrik berdasarkan tahanan jenis. Setelah dilakukan analisis, didapatkan tutupan lahan berupa tegalan/ladang dan semak belukar dengan masing-masing kerapatan vegetasi jarang. Dimana nilai resistivitas batuan fosfat pada daerah itu berkisar antara 95 – 291 Ωm. Selain itu, dari pengamatan secara langsung juga ditemukan singkapan-singkapan batuan fosfat di Desa Langsar, Kecamatan Saronggi. Selain itu, dari pengamatan secara langsung juga ditemukan singkapan-singkapan batuan fosfat di Desa Langsar. Singkapan batuan fosfat tersebut terdapat pada ketinggian yang relatif rendah yaitu ± 90 meter.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis potensi batuan fosfat dengan menggunakan citra satelit Landsat-7 ETM+ dan data geolistrik, maka didapatkan beberapa kesimpulan akhir yaitu: a. Tutupan lahan yang mendominasi daerah potensi fosfat

di Desa Langsar adalah tegalan/ladang dengan luas area 713,88 Ha dengan tingkat kerapatan vegetasi yang jarang (range -0,336 – 0,149) dan semak belukar seluas 135,72 Ha dengan tingkat kerapatan vegetasi yang jarang (range -0,343 - -0,001).

b. Formasi batuan di Desa Langsar adalah formasi Madura (Tpm) dengan luas area 939,15 Ha.

c. Berdasarkan hasil interpretasi geologi didapatkan pola kelurusan yang memiliki arah SW 109º NE (Barat Daya-Timur Laut). Selain itu juga terdapat struktur antiklin yang berarah W 131º E (Barat-Timur). Untuk sesar yang terdapat di lokasi penelitian merupakan sesar geser dimana searah dengan arah kelurusan yaitu Barat Daya-Timur Laut.

d. Dari pengolahan data ketinggian dan kelerengan, memungkinkan tumbuhnya tumbuhan khas yang terdapat pada daerah potensi fosfat.

e. Berdasarkan hasil korelasi ketinggian lahan dengan nilai indeks vegetasi SAVI pada tiap kelas, didapatkan nilai masing-masing kelas yaitu kelas semak belukar memiliki nilai korelasi sebesar +0,466, untuk kelas tegalan memiliki nilai korelasi sebesar +0,496 dan untuk kelas hutan rawa memiliki nilai korelasi sebesar +0,340. Tanda positif menunjukkan hubungan yang searah.

f. Berdasarkan tahanan jenis, nilai resistivitas batuan fosfat pada daerah itu berkisar antara 95 – 291 Ωm.

g. Dari pengamatan secara in situ ditemukan singkapan-singkapan batuan fosfat di Desa Langsar pada ketinggian ± 90 meter.

LAMPIRAN

Gambar 7. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Saronggi

Gambar 8. Peta Kerapatan Vegetasi Kecamatan Saronggi

Page 6: Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-30041-3509100029-Paper.pdf · Berdasarkan pengamatan daerah tersebut memiliki in situ

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

6

Gambar 9. Peta Geologi Kecamatan Saronggi

Gambar 12. Peta Potensi Batuan Fosfat Kecamatan Saronggi

Gambar 10. Peta Ketinggian Lahan Kecamatan Saronggi

Gambar 11. Peta Kelerengan Lahan Kecamatan Saronggi

DAFTAR PUSTAKA [1] Abidin, HZ, 2002. Penentuan Posisi Dengan GPS

Dan Aplikasinya. Pradnya Paramita. Jakarta [2] Hanafi, Rendy Arta. 2010. Pemetaan Geologi dengan

Menggunakan Data Citra ALOS di Daerah Pegunungan Selatan (Kabupaten Wonogiri-Jawa Tengah). Jurusan Teknik Geomatika. Fakultas Teknik SIpil dan Perencanaan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya

[3] Huete, A., Justice, C., Leeuwen, W. V. 1999. MODIS VEGETATION INDEX (MOD 13) ALGORITHM THEORETICAL BASIS DOCUMENT.pdf

[4] Kasno, A, 2005. Deposit, Penyebaran, dan Karekteristik Fosfat Alam. Pusat Penelitian dan Pengambangan Teknologi Mineal dan Batubara.

[5] Usman, Husaini dan Purnomo, Setiadi Akbar. 2006. Pengantar Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara

[6] Wibowo, Agus. 2011. Pengembangan Metode Estimasi Kandungan Air Kanopi Daun (Canopy Water Content) Tanaman Padi Dengan Data Hyperspectral. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya

[7] Wikipedia. 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Karst