Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
420
Abstrak: Apakah Pengetahuan Pajak dan Tingkat Pendidikan Meningkatkan Kepatuhan Membayar Pajak? Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara pengetahuan pajak serta tingkat pendidikan terhadap kepatuhan dalam membayar pajak. Metode yang digunakan adalah regresi berganda dengan sampel warga Ketintang, Surabaya. Penelitian ini membuktikan bahwa hanya pengetahuan pajak yang memacu kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak. Sebaliknya, tingkat pendidikan belum mampu memberikan dampak pada kepatuhan masyarakat untuk membayar pajak. Oleh karena itu, masyarakat perlu diberi pemahaman intensif mengenai pengetahuan pajak melalui berbagai kegiatan, seperti seminar, pelatihan dan sosialisasi tentang pajak. Abstract: Do Tax Knowledge and Education Levels Improve Taxpay-ing Compliance? This study aims to examine the effect of tax knowledge and education level on tax compliance. The method used is multiple regres-sion with a sample of residents of Ketintang, Surabaya. This study proves that only tax knowledge spurs tax compliance. Instead, the level of edu-cation has not been able to have an impact on tax compliance. Therefore, society needs to be given an intensive understanding of tax knowledge through various activities, such as seminars, training and socialization about taxes.
Indonesia merupakan negara yang mempunyai kebergantungan penerimaan dari pajak dan menghendaki adanya perlakuan aktif dari masyarakat agar berpartisipasi untuk membayar pajak. Pengertian Pajak yang didasarkan pada UndangUndang Pajak yang merupakan hasil perubahan UU Nomor 16 Tahun 2009 yang keempat ialah “kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya ke
makmuran rakyat”. Perihal tersebut, menjadi keharusan bagi masyarakat untuk membantu meningkatkan pendapatan negara. Mangoting (2018) dan Prastiwi et al. (2019), menyatakan bahwa pajak dan sistem perpajakan sangat penting dalam pembangunan negara.
Setiap negara memiliki tata cara bagi warganya untuk bersama–sama membangun agar perekonomian berjalan dengan baik. Namun, pasti ada kendala dari ma syarakat yang kurang mampu menaati dan sadar akan aturan terutama masalah pajak. Prastiwi et al. (2019) dan Sidani et al. (2014) berargu
Volume 11Nomor 2Halaman 420-431Malang, Agustus 2020ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879
Mengutip ini sebagai: Susanti., Susilowibowo, J., & Hardini, H. T. (2020). Apakah Pengetahuan Pajak dan Tingkat Pendidikan Meningkatkan Kepatuhan Membayar Pajak. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 11(2), 420431. https://doi.org/10.21776/ub.jamal.2020.11.2.25
APAKAH PENGETAHUAN PAJAK DAN TINGKAT PENDIDIKAN MENINGKATKAN KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK?Susanti, Joni Susilowibowo, Han Tantri Hardini
Universitas Negeri Surabaya, Jl. Lidah Wetan, Surabaya 60213
Tanggal Masuk: 28 Maret 2019Tanggal Revisi: 05 Agustus 2020Tanggal Diterima: 31 Agustus 2020
Surel: [email protected]
Kata kunci:
kepatuhan,pengetahuan perpajakan,sosialiasi,tingkat pendidikan
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2020, 11(2), 420-431
mentasi bahwa masalah yang se ring terjadi di negara berkembang dan maju salah satunya ialah permasalahan kepatuh an wajib pajak. Kurangnya pemasukan ne gara yang didapatkan dari pajak disebabkan karena wajib pajak tidak mematuhi aturan perpajakan. Ketika pendapatan yang diterima berupa pajak berkurang, maka pembangunan di negara akan terhambat. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberikan kesadar an para wajib pajak agar dapat patuh membayar pajak. Saat ini pemerintah telah menerapkan tax amnesty dengan tujuan supaya para wajib pajak mau membayar pajak di dalam negeri. Patuh membayar pajak dapat ditunjukkan dengan perilaku memenuhi kewajiban perpajakan sebagai kontribusi terhadap pembangunan negara yang harapannya dapat dipenuhi dan diberikan secara sukarela. Mangoting (2018) menjelaskan bahwa kepatuhan pajak yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat yang wajib membayar pajak untuk mematuhi undangundang perpajakan, menyatakan pendapatan yang benar di setiap tahun, dan bayar jumlah pajak tepat waktu. Sementara itu, Pratama (2017) mengungkapkan kepatuh an bagi yang memiliki kewajiban membayar pajak merupakan kesediaan dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakan mereka tanpa perlu mengadakan proses pemeriksaan, investigasi secara cermat, teguran, ataupun ancaman serta menerapkan sanksi hukum ataupun administrasi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Menurut peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012 bahwa tolok ukur seseorang dikatakan patuh pada pajak adalah “tepat waktu dalam menyampaikan SPT, dan tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak”. Kepatuhan wajib pajak adalah perwujudan dari sikap disiplin para wajib pajak untuk memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya, serta melaporkan jumlah pajak terutang sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan. (Dyan & Venusita, 2013).
Sejumlah penelitian terdahulu menghasilkan beberapa temuan terkait kepatuhan masyarakat dalam pembayaran pajak. Faktor yang mampu memberikan dampak atas kepatuhan wajib pajak bagi masyarakat salah satunya ialah pengetahuan perpajakan. Ibrahim et al. (2015) menyebutkan bahwa pengetahuan perpajakan merupa
kan tingkat sensitivitas serta kesadaran wajib pajak atas undangundang perpajak an. Beberapa hasil penelitian relevan tentang kepatuhan pembayaran pajak yang bisa dipengaruhi oleh pengetahuan perpajakan adalah perolehan penelitian dari Rodríguez (2018) yang me nyatakan bahwa faktor penge tahuan wajib pajak yang baik perihal peraturan pajak, dapat berdampak pada kepatuhan membayar pajak. Tidak hanya itu, penelitian Dyan & Venusita (2013) menyebutkan bahwa pe ngetahuan perpajakan juga menimbulkan inisiatif wajib pajak atas pemenuhan kewajiban pembayaran pajak, wawasan perpajak an para wajib pajak, ke sadaran terhadap aturanaturan perpajakan, persepsi efektivitas pada mekanisme perpajakan, mutu penya jian pada wajib pajak serta ke sediaan proses pembayaran pajak. Le et al. (2020) dan Pratama (2017) memperoleh hasil temuan bahwa kepatuhan untuk membayar pajak mampu dipengaruhi oleh faktor penge tahuan pajak. Penelitian Saad (2014) memperoleh hasil bahwa kepatuhan pajak warga negara New Zealand dipengaruhi oleh penge tahuan pajak mereka. Masyarakat memiliki pengetahuan pajak yang buruk dikarenakan adanya aturanaturan negara yang rumit yang akhirnya menyebabkan mereka tidak patuh membayar pajak. Ada gap penelitian terkait dengan hasil penelitian lain yang menunjukkan bahwa pengetahuan pajak tidak bisa mempengaruhi kepatuhan membayar pajak. Penelitian oleh Areo et al. (2020) menyebutkan tentang pengaruh pengetahuan perpajakan atas kepatuhan wajib pajak pelaku usaha kecil dan menengah yang menghasilkan data bahwa kepatuhan pro ses pembayaran pajak tidak mampu dipe ngaruhi oleh tinggi rendahnya pengetahuan pajak. Para pelaku usaha hanya mengalami kesulitan untuk memahami hukum pajak, tetapi mereka juga menunjukkan pengetahuan yang buruk tentang tarif pajak dan konsep dasar perpajakan.
Tidak hanya faktor pengetahuan perpajakan, derajat pendidikan juga mampu mempengaruhi kepatuhan pembayaran pajak. Tingkat pendidikan seseorang yang lebih tinggi, pada umumnya memiliki kesadaran yang tinggi terhadap kepatuhan membayar pajak. Dengan pendidikan yang tinggi dapat menjadikan seseorang kaya akan informasi terutama tentang pajak dan banyak mempelajari seluk beluk pajak selama menempuh pendidikan tersebut. RodriguezJusticia &
Susanti, Susilowibowo, Hardini, Apakah Pengetahuan Pajak dan Tingkat Pendidikan... 421
Theilen (2018) menjelaskan tentang pengetahuan pajak memegang peran vital. Pendidikan pajak sebaiknya diperoleh setiap wajib pajak, agar setiap wajib pajak mempunyai pengetahuan yang lebih baik mengenai perpajakan. Hal ini dapat dimaknai apabila wajib pajak telah mendapatkan pengetahuan yang cukup baik mengenai pajak, maka kepatuh an dalam memenuhi tanggung jawab perpajakan juga akan meningkat. Le et al. (2020) menemukan bahwa yang bisa mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan tanggung jawab perpajakan ialah derajat pendidikan dan wawasan wajib pajak mengenai pajak itu sendiri. Namun, ada hasil penelitian lain yang menyebutkan bahwa derajat pendidikan tidak dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang membayar pajak. Lai et al. (2013) dan Strawczynski (2014) memperoleh hasil penelitian bahwa tingkat pendidikan tidak mampu mempengaruhi ketaatan pembayaran pajak.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian serta fenomena sebelumnya yang menjelaskan adanya kajian empiris dan gap empiris, maka peneliti bermaksud untuk melaksanakan penelitian untuk menguji pengaruh antara pengetahuan para wajib pajak tentang perpajakan dan latar belakang pendidikan di masa lalu yaitu tingkat pendidikannya terhadap kepatuhan dalam membayar pajak para warga. Kebaruan dari penelitian ini terletak pada penggabungan tingkat pendidikan dan pengetahuan perpajakan sebagai variabel independen. Penyesuaian penggunaan indikator dalam penelitian dengan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Perolehan hasil penelitian ini juga mengungkap gap theory antarpenelitian sebelumnya yang diperoleh di Indonesia ataupun di luar negeri.
METODEPenelitian ini menggunakan pengeta
huan perpajakan dan tingkat pendidikan sebagai variabel bebas/independen. Selain itu, variabel kepatuhan membayar pajak dijadikan sebagai variabel dependen/terikat. Gambar 1 menerangkan rancangan penelitian ini.
Penelitian ini mencakup seluruh warga di Ketintang Surabaya sebanyak 17.246 penduduk dengan kurang lebih ada 960 kepala keluarga di 12 RW pada kelurahan Ketintang. Pemilihan warga daerah Ketintang, Surabaya dilaterbelakangi karena kota Surabaya memiliki pendapatan dari sektor pajak daerah tahun 2015 sebesar Rp2,73 triliun. Hal ini berarti bahwa target pajak tahun 2015 berjumlah Rp2,67 triliun telah terlampaui. Kondisi ini memperlihatkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Surabaya mengalami eskalasi lebih dari 100 persen. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) menjadi kontributor terbesar dengan jumlah senilai Rp834 miliar atau melebihi target yang hanya Rp825 miliar.
Peneliti menggunakan rumus finite population. Rumus ini tepat dipilih untuk menentukan sampel dikarenakan populasi dapat dihitung dan dapat diidentifikasi karakteristiknya (Čiginas, 2013; O’Neill & Stern, 2012). Didapatkan sampel penelitian sejumlah 202 responden. Selanjutnya penarikan sampel tiap RT dan RW di Kelurahan Ketintang dilakukan dengan teknik pro-porsionate random sampling.
Skala likert yang telah diatur dengan lima alternatif jawaban akan digunakan pada instrumen penelitian. Variabel pengetahuan perpajakan serta kepatuhan wajib pajak digunakan sebagai pengambilan data penelitian ini. Wu et al. (2015) berar
Tingkat Pendidikan
Kepatuhan Membayar Pajak
Pengetahuan Perpajakan
Gambar 1. Desain Penelitian
422 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 420-431
gumentasi bahwa instrumen penelitian pada penelitian sosial dapat berupa skala likert yang berguna untuk mengukur sikap dan pendapat manusia. Adapun kisikisi instrumen penelitian untuk variabel pengetahuan perpajakan diadaptasi dari penelitian Adkins et al. (2012) dan Blechová et al. (2016) dengan indikator antara lain peraturan pajak, pendaftaran sebagai wajib pajak, tata cara membayar pajak, tarif pajak, dan pengetahuan wajib pajak mengenai fungsi pajak. Untuk menggali informasi tingkat pengetahuan perpajakan warga dari variabel pengetahuan perpajakan ini, responden diberikan 5 pilih an jawaban dengan skala likert pada tiap butir pertanyaan dari indikator yang sudah dibuat. Penggunaan kisikisi instrumen penelitian pada variabel Kepatuhan Membayar Pajak diadaptasi dari penelitian Boonyarat et al. (2015). Adapun kisikisi tersebut adalah pendaftaran NPWP, menghitung pajak ter utang, proses membayar pajak, dan pelapor an SPT. Untuk menggali informasi tingkat kepatuhan pajak, peneliti memberikan 5 pilihan jawaban de ngan skala likert pada tiap butir pertanyaan dari indikator yang sudah dibuat.
Kisikisi instrumen penelitian untuk variabel tingkat pendidikan digolongkan berdasarkan lulusan jenjang pendidikan akhir yang pernah ditempuh sebelumnya. Tiap res ponden harus mengisi jenjang pendidikan akhir yang mereka tempuh sebelumnya dengan cara mencentang salah satu pilih an dari jenjang pendidikan akhir. Peneliti menggunakan metode dumi untuk membuktikan pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan membayar pajak. Variabel dumi digunakan untuk membedakan tingkat pendidikan responden, yang terdiri dari lima kategori yaitu SD, SMP, SMA, S1, dan S2/S3.
Instrumen yang akan disebarkan kepada sampel penelitian, uji validitas, dan reliabilitas harus diuji terlebih dahulu. Jika perolehan r hitung ≥ r tabel (signifikasi 0,05 dengan pengujian 2 sisi) instrumen dinyatakan valid. Oleh karena itu, instrumen berupa butir pertanyaan berkorelasi signifikan pada skor jumlah keseluruhan. Sementara itu, disebut reliabel bila diperoleh Cronbach Alpha ≥ 0,60.
Penggunaan kuesioner/angket ialah untuk proses mengumpulkan data dengan 5 skala likert untuk menggali informasi tentang pengetahuan perpajakan yang dimili
ki oleh wajib pajak serta kepatuhan proses pembayaran pajak yang dilaksanakan oleh wajib pajak. Digunakan analisis regresi berganda ialah sebagai pengukur pengaruh antarvariabel. Berikut bentuk statistik pada penelitian ini.
Y = a + b1D1 + b2X1+ e
Keterangan: Y = Kepatuhan membayar pajak α = Konstanta b1 = Koefisien regresi tingkat pendi
dikanb2 = Koefisien regresi pengetahuan per
pajakanD1 = Tingkat pendidikan (dumi) X1 = Pengetahuan perpajakane = Eror
HASIL DAN PEMBAHASANStatistik deskriptif. Berdasarkan ha
sil kuesioner didapatkan beberapa hal terkait dengan karakteristik yang terdapat pada sampel penelitian ini. Hasil tabulasi data menyebutkan bahwa berjumlah 112 res ponden laki–laki berjumlah 112 dan wanita berjumlah 90. Tingkat usia responden ratarata terbanyak adalah usia antara 41 sampai 50 tahun yaitu 110 responden. Tingkat pendidikan responden dengan ratarata terba nyak yaitu SMA dengan total 114 responden. Pertama kali membayar pajak adalah di atas tahun 2000. Adapun pajak yang dibayarkan tiap individu bervariasi mulai dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak Pengha silan (PPh) serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Tabel 1 menunjukkan paparan data hasil kuesioner responden tentang pengetahuan perpajakan. Perolehan yang dihasilkan Tabel 1 tentang frekuensi pengetahuan pajak dapat disampaikan mengenai pengetahuan perpajakan dengan jumlah 136 responden dengan kategori baik, sisanya yaitu sangat baik (29 responden), dan cukup (37 responden). Tidak terdapat responden yang pengetahuan perpajakannya tergolong kurang atau sangat kurang.
Tabel 2 menunjukkan paparan data hasil kuesioner responden tentang kepatuhan membayar pajak. Perolehan hasil pada Tabel 2 dapat disampaikan mengenai responden memiliki kepatuhan membayar pajak yang cukup berjumlah 112 responden, sisanya yaitu dengan kategori sangat tinggi (2 res
Susanti, Susilowibowo, Hardini, Apakah Pengetahuan Pajak dan Tingkat Pendidikan... 423
ponden), dan tinggi (88 responden). Tidak ada responden yang kepatuhan pembayaran pajaknya masuk dalam kriteria rendah atau sangat rendah.
Tabel 3 menunjukkan paparan mengenai tingkat pendidikan yang dapat ditunjukkan dari data hasil kuesioner responden. Perolehan hasil pada Tabel 3 dapat disampaikan mengenai kategori tingkat pendidikan responden terdiri dari lulusan SMA/SMK dengan jumlah 114 responden. SD berjumlah 11 responden, SMP berjumlah 18 responden, S1 dengan jumlah 57 responden dan S2/S3 hanya 2 responden. Oleh karena itu, diperoleh simpulan bahwa responden dengan kategori paling banyak adalah lulusan SMA/SMK.
Analisis regresi. Penggunaan regresi linier berganda ialah untuk menganalisis data penelitian ini. Sebelum melakukan analisis dengan regresi, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persayaratan ini dapat dibuktikan dengan melaksanakan uji normalitas, uji multikolinearitas, serta uji heteroskedastisitas atau dapat dikatakan sebagai uji asumsi klasik. Untuk menentukan data penelitian berdistribusi normal, peneliti mengacu pada grafik hasil uji P-Plot yang
mendekati garis miring sehingga dapat dikatakan data berdistribusi normal. Sementara itu, untuk membuktikan ada tidaknya kemiripan antarvariabel independen dalam penelitian menggunakan uji multikolinearitas.
Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai VIF pada variabel pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak diperoleh 1,018. Sementara itu, hasil pada variabel tingkat pendidikan atas kepatuhan membayar pajak sebesar 1,018. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa nilai VIF sudah sesuai dengan kriteria bebas multikolinearitas yaitu kurang dari 10. Uji yang berfungsi menunjukkan jenis residual yang memiliki ketidaksamaan pada model regresi ialah uji heterokedastisitas. Berdasarkan hasil uji tersebut, didapatkan data bebas heteroskesdastisitas yang ditunjukkan pada sebaran data yang tidak membentuk pola.
Langkah selanjutnya adalah melakukan uji t untuk menunjukkan ikatan antarvariabel yang diteliti untuk menanggapi rumusan masalah penelitian. Hasil uji t pada Tabel 4 menunjukkan nilai pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak sebesar 8,483 dengan signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perpajakan
Interval Kategori Distribusi FrekuensiFrekuensi Persentase
FrekuensiKumulatif
93110 Sangat baik 29 14,35% 14,357592 Baik 136 67,32% 81,675774 Cukup 37 18,31% 1003956 Kurang 0 0 02138 Sangat Kurang 0 0 0Total 202 100%
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Membayar Pajak
Interval Kategori Distribusi FrekuensiFrekuensi Persentase
FrekuensiKumulatif
5868 Sangat Tinggi 2 9% 94757 Tinggi 88 43,56% 52,563646 Cukup 112 55,44% 1002535 Rendah 0 0 01424 Sangat Rendah 0 0 0Total 202 100%
424 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 420-431
terdapat pengaruh parsial antara pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan warga didalam membayar pajak. Selain itu, nilai t untuk tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pajak sebesar -0,785 dengan signifikansi 0,434. Hal ini menunjukkan tidak adanya keterpengaruhan variabel.
Selanjutnya, penulis melakukan uji R untuk menunjukkan seberapa besar kontribusi simultan variabel independen atas variabel dependen. Berdasarkan hasil uji pada Tabel 5 diperoleh data pada nilai Adjusted R Square sebanyak 0,259. Perolehan hasil pada faktor kepatuhan membayar pajak dipengaruhi secara serentak oleh variabel pengetahuan perpajakan serta tingkat pendidikan sebesar 25,9%. Sisanya diakibatkan oleh variabel di luar penelitian sebesar 74,1%.
Pengujian terakhir adalah Anova, untuk melihat pengaruh simultan. Pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 6. Perolehan hasil pada Tabel 6 adalah 36,037 (>3,04) de ngan tingkat signifikansi bernilai 0,00 (<0,05). Hasil ini bermakna bahwa kepatuhan masyarakat wajib pajak dipengaruhi secara simultan oleh pengetahuan perpajakan dan tingkat pendidikan.
Pengetahuan Perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak. Hasil pengujian pada Tabel 6 menyimpulkan bahwa pengetahuan perpajak an memberikan pengaruh pada kepatuh an da
lam membayar pajak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,00<0,05. Hal ini membuktikan bahwa ada keterpengaruhan antarvariabel pengetahuan perpajakan atas kepatuhan dalam pembayaran pajak.
Berdasarkan kajian teoritis tentang kepatuhan membayar pajak bahwa faktor pengetahuan sebagai prediktor dalam meningkatkan kepatuhan. Horodnic (2018) dan Musimenta (2019) menjelaskan bahwa pajak ialah iuran yang terutang dari wajib pajak yang dibayarkan kepada negara dan dapat dipaksakan, di mana pembayarannya berdasarkan aturan tidak memperoleh prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk. Pengetahuan pajak merupakan informasi mengenai pajak sebagai dasar para wajib pajak dalam berbuat, pengambilan keputus an, serta sebagai dasar untuk menentukan arah atau kebijakan tertentu yang berkait an pada pemenuhan hak dan kewajiban mereka dalam aspek perpajakan. Di dalam pengertian tersebut dapat ditarik simpulan bahwa seseorang yang memiliki wawasan akan memiliki dasar untuk bertindak dan mengambil keputusan dalam melaksanakan sesuatu dalam hal ini adalah adanya dasar untuk patuh terhadap negara dalam membayar pajak. Sementara itu, tunduk, taat, atau patuh pada aturan merupakan kepatuh an. Kepatuhan merupakan cerminan perilaku individu yang tunduk terhadap aturan yang berlaku. Kamleitner et
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan
Kategori Distribusi FrekuensiFrekuensi Persentase
FrekuensiKumulatif
S2/S3 2 0,9% 0,9S1 57 28,21% 29,11
SMA/SMK 114 56,43% 85,54SMP 18 8,9% 94,44SD 11 5,4% 100
Total 202 100%
Tabel 4. Hasil Uji t
Model Koefisien Tidak Terstandarisasi
Koefisien Standar
t Signifikansi
Beta ErrorKonstanta 29,694 3,195 9,295 0,000Pengetahuan Perpajakan 0,306 0,036 0,520 8,483 0,000Tingkat Pendidikan 0,356 0,454 0,048 0,785 0,434
Susanti, Susilowibowo, Hardini, Apakah Pengetahuan Pajak dan Tingkat Pendidikan... 425
al. (2012) menjelaskan perilaku ditentukan oleh tiga faktor yaitu predisposisi (predispos-ing factor) meliputi pengetahuan, keyakinan, kepercayaan, nilainilai, dan lainlain ialah faktor pertama. Pendorong (reforcing factor) meliputi sikap perilaku petugas kesehatan ialah faktor kedua. Dan yang terakhir, pendukung (enabling factor) meliputi lingkungan fisik yang ada atau tidak adanya fasilitas ialah faktor ketiga. Stark & Kirchler (2017) menjelaskan bahwa seseorang yang telah paham tentang pajak akan semakin patuh karena telah mengetahui sanksi dan hukum yang mengatur pajak. Berdasarkan pada kajian teoritis ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku. Hasil penelitian ini mendukung kajian teoritis tentang keterpengaruhan antara pengetahuan dan perilaku.
Berdasarkan kajian empiris sebelumnya dapat ditunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan dapat mempengaruhi kepatuhan membayar pajak warga Ketintang Surabaya. Saad (2014) menjelaskan bahwa pengetahuan pajak adalah komponen utama pada mekanisme ketaatan pajak sukarela. Hasil penelitian Sidani et. al (2014) memperlihatkan pengetahuan perpajakan mampu mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dengan signifikan. Pratama (2017) menunjukkan adanya keterpengaruhan antarvariabel pengetahuan perpajakan atas kepatuhan wajib pajak. Hasil riset Le et al. (2020), Pratama (2017), dan Rodríguez (2018) juga menunjukkan adanya keterpengaruhan antarvariabel pengetahuan perpajakan pada kepatuhan membayar pajak. Sementara itu, Jones & Sejati (2013) dan Tallaha et al. (2014) menghasilkan simpulan bahwa kepercayaan pada pembayaran pajak yang ditunjukkan dengan pengetahuan perpajakan,
akan menambah kesadaran pada kepatuhan membayar pajak. Penelitian yang diperoleh Stark & Kirchler (2017) mengenai kepatuhan para wajib pajak bumi menemukan fakta bahwa seseorang yang patuh membayar pajak bumi dan bangunan dikarenakan tingginya wawasan mereka tentang pajak. Hasil penelitian Yee et al. (2017) menyimpulkan bahwa pengetahuan pajak menjadi faktor penting yang mempengaruhi pemenuhan utang pajak para wajib pajak. Begitu pula dengan temuan Ibrahim et al. (2015) yakni orang yang memiliki wawasan perpajakan, akan lebih bijaksana dalam mendorong untuk menyelesaikan pengembalian pajak.
Hasil penelitian yang dilakukan pada warga Ketintang Surabaya diperoleh data bahwa pengetahuan yang mereka dapatkan memang kurang saat menempuh pendidikan sebelumnya. Namun, ketika sudah berke luarga timbul kepatuhan membayar pajak dan ternyata kepatuhan ini tidak disebabkan oleh tingkat pendidikannya. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan pengetahuan dalam perpajakan seiring dengan timbul nya kesadaran untuk memenuhi kewajiban membayar pajak. Mereka mendapatkan pengetahuan terkait perpajakan seperti peraturan pajak, tata cara pendaftaran pajak, prosedur pembayaran pajak, tarif pajak, dan fungsi pajak adalah karena kebiasaan para warga ketika mereka membayar pajak pernah diberikan sosialisasi oleh kantor Pajak. Selain itu, mereka mendapatkan pengetahuan dari orang lain yang sama sama memiliki kewajiban membayar pajak. Dengan adanya fasilitas sosialisasi yang disalurkan oleh aparatur pajak terjadi peningkatan kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan pada tabel 2 tentang distribusi frekuensi kepatuhan membayar pajak bagi warga
Tabel 5. Hasil Uji R
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
0,516 0,266 0,259 5,02211 1,165
Tabel 6. Hasil Uji Anova
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Signifikansi
Regresi 1817,802 2 908,901 36,037 0,000Residu 5019,089 199 25,222Total 6836,891 201
426 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 420-431
Ketintang tergolong cukup (112 orang) dan tinggi (88 orang). Pengetahuan pajak yang mereka dapatkan selama membayar pajak di kantor Pajak Surabaya dirasa cukup berarti untuk menambah kepatuhan mereka dalam melakukan pembayaran pajak. Pelayanan yang baik dari lembaga perpajakan berupa keramahan dalam memberikan informasi, adanya fasilitas memadai, brosur dan sistem yang cepat dan memudahkan, maka para warga mendapatkan manfaat itu sehingga dengan sukarela mereka akan membayar pajak di kemudian hari pada saat pajak tersebut harus dibayarkan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatkan pembayar pajak di kota Surabaya dari waktu ke waktu. Para warga yang membayar sukarela adalah cerminan dari perilaku mereka yang dikatakan memiliki kepatuhan dalam membayar pajak.
Terdapat hasil yang tidak sesuai dari penelitian yang telah dilaksanakan ini dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Areo et al. (2020), yaitu bahwa pengetahuan pajak tidak memberikan pengaruh apa pun atas kepatuhan membayar pajak. Fenomena yang berbeda tersebut dikarenakan bahwa sampel penelitian yang diambil berbeda karakteristiknya dengan penelitian ini. Hasil penelitian Bilgin (2014) menyimpulkan bahwa penyebab tidak terdapatnya pengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak adalah adanya perbedaan pandangan atas pajak pada masingmasing wajib pajak. Perihal tersebut membuat wajib pajak mempertimbangkan kategori wajib pajak untuk tunduk pada peraturan yang berlaku ternyata terlalu sulit untuk dilakukan dan tidak sebanding dengan penghargaan atau kegunaan yang diraih wajib pajak. Jawaban responden banyak menunjukkan angka ketidaktahuan wajib pajak akan aturan yang telah ditetapkan. Wajib pajak orang pribadi belum memiliki pemahaman yang mendalam mengenai pengetahuan pajak (tax knowledge). Perubahan regulasi dengan waktu cepat dan sistem yang rumit serta adanya sanksi pajak yang dipungut oleh aparat pajak, membuat pandangan yang berbeda untuk setiap wajib pajak. Hal itu mengharuskan pembayar pajak untuk belajar banyak mengenai halhal yang berkaitan dengan perpajakan, tetapi tidak mudah bagi wajib pajak karena keinginan untuk belajar perpajakan sendiri harus muncul dari wajib pajak itu sendiri. Hasil penelitian di luar negeri juga tidak sejalan de ngan hasil penelitian ini, di mana
penelitian dari Bornman & Ramutumbu (2019) dan Inasius (2019) yang menghasilkan data pelaku usaha kecil menengah tidak mematuhi undangundang perpajakan. Mereka hanya memiliki pengetahuan dasar tentang pajak dan tidak memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah perpajakan. Hal ini mengisyaratkan bahwa tinggi rendahnya kepatuhan pelaku usaha kecil dan mene ngah tidak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki.
Tingkat Pendidikan tidak berpengaruh pada kepatuhan membayar pajak. Hasil pada Tabel 4 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,434. Hal ini dapat dinyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak mempe ngaruhi kepatuhan membayar pajak.
Kajian teoritis menjelaskan bahwa tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang. Kowk & Yip (2018) berargumentasi bahwa orang yang berpendidikan tinggi akan lebih mengetahui perpajakan dan memahami manfaat pajak daripada individu yang berpendidikan rendah. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang berpendidikan tinggi akan lebih taat dan lebih patuh terhadap peraturan pajak. Semakin baik tingkat pendidikan yang diraih, maka pengetahuan dan informasi juga akan semakin baik sehingga orang akan patuh terhadap aturan yang berlaku. Motivasi dalam membayar pajak dipicu oleh tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan status perkawinan (Ibrahim et al., 2015). Perolehan pada penelitian ini belum mampu membuktikan adanya pemahaman ini. Didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa warga tidak semuanya berpendidikan tinggi, tetapi kebanyakan adalah lulusan SMA/SMK. Meskipun demikian, mereka memiliki kepatuhan yang lebih baik daripada lulusan yang berpendidikan tinggi. Hal ini dapat ditunjukkan pada Tabel 3 tentang distribusi tingkat pendidikan bahwa sampel terbanyak adalah warga dengan kategori pendidikan SMA (114 orang).
Hasil empiris dalam penelitian ini konsisten dengan penelitian Lai et al. (2013) dan Strawczynski (2014). Tingkat pendidikan tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi naik turunnya kepatuhan dalam membayar pajak. Wajib pajak dengan berbagai karakteristik tingkat pendidikan yang tidak hanya sarjana, tetapi lulusan SD pun sudah sanggup untuk memenuhi kewajibannya membayar pajak apabila pemerintah
Susanti, Susilowibowo, Hardini, Apakah Pengetahuan Pajak dan Tingkat Pendidikan... 427
setempat berinisiatif menyosialiasikan arti penting perpajakan serta kewajiban sebagai wajib pajak. Pengawasan yang baik ditambah dengan sosialisasi yang terus dilakukan oleh pemerintah ataupun perangkat desa ternyata mampu membagikan informasi yang baik bagi wajib pajak dalam proses pembayaran pajak. Apalagi sampel penelitian ini dilakukan pada warga tentunya memiliki berbagai kemudahan dalam mengakses informasi, sarana dan prasarana tentang pajak.
Fakta di lapangan ditemukan bahwa beberapa orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dan bekerja di perusahaan besar, mereka memiliki NPWP. Hal ini dikarenakan adanya peraturan agar setiap yang bekerja di perusahaan tersebut agar mendaftarakan kepemilikan NPWP. Sebagian yang memiliki tingkat pendidikan tinggi tapi bekerja di perusahaan yang tidak menganjurkan untuk mendaftarakan kepemilikan NPWP, tidak memiliki NPWP. Hal ini mematahkan teori bahwa tingkat pendidikan tinggi selalu mempengaruhi kepatuhan seseorang membayar pajak. Sementara itu, masyarakat dengan pendidikan SD, SMP, atau SMP yang bekerja tapi bukan di perusahaan besar juga memiliki NPWP tanpa adanya kewajiban dari perusahaan untuk membuat NPWP. Hal ini karena kesadaran dari masyarakat sendiri untuk patuh membayar pajak. Berpendidikan tinggi tidak menjamin orang mau membayar pajak. Seharusnya tingkat pendidikan yang tinggi menjadi pengukur sese orang untuk dapat lebih nalar dalam berpikir dan memahami sesuatu dengan baik.
Fakta lainnya juga ditemukan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan latar belakang pendidikan tidak berhubungan dengan patuh tidaknya warga. Berdasarkan pada hasil wawancara bahwa seseorang yang pendidikannya tinggi belum tentu melaporkan kekayaannya kepada ne gara. Hal ini menurut sebagian orang bahwa kesadarannya kurang di dalam membantu pemerintah untuk membayarkan pajaknya secara jujur. Kekayaan yang tinggi terkadang tidak dilaporkan oleh mereka yang berpendidikan. Namun, hal itu mungkin jumlahnya hanya beberapa orang di antara masyarakat. Demikian juga bagi masyarakat yang tidak berpendidikan, walapun mereka telah mendapatkan informasi mendaftarkan pajak, tidak semuanya mengikuti informasi dan melaporkan pajaknya. Oleh karena itu, masyarakat wajib pajak dengan berpendi
dikan atau tidak belum tentu patuh membayar pajak.
Meskipun demikian, gap penelitian sebelumnya menjelaskan adanya keterpengaruhan antara tingkat pendidikan atas kepatuhan dalam proses pembayaran pajak. Perolehan hasil penelitian Steinberg et al. (2016) menjelaskan bahwa berbagai jenis tingkat pendidikan mempengaruhi kepatuhan membayar pajak. Hasil penelitian yang berbeda disebabkan adanya karakteristik responden penelitian yang berbeda pula. Adanya kursus terkait dengan perpajakan menyebabkan seseorang bertambah patuh dan taat untuk melakukan pembayaran pajak. Perolehan penelitian ini juga tidak selaras dengan Amponsah & Adu (2017) yang menghasilkan simpulan bahwa status pekerjaan, lokasi tempat tinggal, jenis kelamin, jenis operasi bisnis, usia, tingkat pendidikan, dan rumah tangga adalah prediktor yang signifikan dalam mempengaruhi kepatuhan membayar pajak.
Studi empiris yang lain juga belum memberikan jawaban yang pasti tentang pengaruh antara level pendidikan dan kepatuhan pajak. Alstadsæter & Jacob (2017) dan Mangoting (2018) mengamati bahwa wajib pajak yang kurang memiliki pendidikan cenderung menghindari pajak lebih sering daripada wajib pajak berpendidikan tinggi. Namun, Bergman et al. (2019) dan LaLumia (2012) menemukan bahwa tingkat pendidikan dasar juga menurunkan kecenderungan untuk menghindari pajak lebih dari pendidikan tinggi. Berdasarkan hal tersebut, tentunya masyarakat tidak perlu mencapai tingkat pendidikan tertinggi sebelum mereka menjadi wajib pajak. Setidaknya, tingkat pendidikan yang lebih rendah sudah cukup untuk menanamkan rasa kepatuhan pajak sebagai tanggung jawab warga negara.
Pengaruh secara simultan antara pengetahuan perpajakan serta tingkat pendidikan wajib pajak terhadap kepatuhan membayar pajak. Penelitian ini menemukan bahwa variabel kepatuhan membayar pajak mampu dipengaruhi secara serentak (simultan) oleh variabel pengetahuan perpajakan dan tingkat pendidikan berpengaruh. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pada Tabel 6, dengan nilai F sebesar 3,04 (<36,037) dan tingkat signifikansi sebesar 0,00 (< 0,05).
Ikatan yang terbentuk antarvariabel independen atas variabel dependen pada sampel penelitian berlaku untuk popula
428 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 420-431
si dalam penelitian ini. Kombinasi variabel yang terjadi secara kuat antara pengetahuan perpajakan serta tingkat pendidikan menyebabkan keterpengaruhan atas variabel kepatuhan membayar pajak secara positif. Salah satu dari beberapa variabel yang mampu menyebabkan orang untuk berperilaku secara baik sesuai dengan pengetahuannya, dalam hal ini kepatuhan dalam membayar pajak, merupakan keterkaitan antara pengetahuan yang baik tentang pajak. Pengetahuan ini akan lebih baik jika pendidikan yang ditempuh selama menempuh pengetahuan pajak di lembaga pendidikan juga tinggi, maka akan lebih kuat pengaruhnya terhadap patuhnya seseorang dalam menyetor pajak. Hal ini terbukti berdasarkan pada hasil penelitian, ketika wajib pajak mendapatkan wawasan dan pendidikan yang baik mampu membuat kepatuh an membayar pajak lebih baik daripada yang lain. Mereka memiliki loyalitas yang baik dalam membayar pajak. Namun, secara parsial tingkat pendidikan tidak mempe ngaruhi kepatuhan menyetor pajak. Hal tersebut dikarenakan warga Ketintang Surabaya mempunyai pengetahuan tentang pajak le bih baik. Pengetahuan yang mereka dapatkan tidak hanya berasal pada saat mereka menempuh pendidikan saja, tetapi berasal dari berbagai hal di antaranya adalah adanya sosialisasi pajak baik informasi langsung dari dirjen pajak maupun informasi dari berbagai hasil teknologi yang saat ini berkembang. Kesadaran pribadi membayar pajak cukup baik yang ditunjukkan dengan sikap mereka bahwa melaksanakan pajak adalah tanggung jawab warga negara bagi yang mampu membayarnya.
SIMPULANSimpulan dari penelitian ini adalah
pe ngetahuan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan seseorang untuk membayar pajak, sementara tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap patuh tidaknya seseorang untuk membayarkan pajaknya. Implikasi dari penelitian ini adalah bagi pemerintah dan lembaga perpajakan agar terus meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak karena masih ditemukan warga negara yang enggan membayar pajak. Bersumber dari hasil penelitian dan pembahasan, terbukti bahwa pengetahuan perpajakan bisa mempengaruhi kepatuhan membayar pajak dise
babkan tingkat pelayanan kantor pajak yang baik, sosialisasi saat membayar pajak, adanya informasi dan teknologi yang mendorong untuk membayar pajak, serta adanya berbagai pelatihan pajak. Usia dan tingkat pendidikan tidak menyebabkan warga untuk patuh membayar pajak, sehingga adanya hasil uji empiris bahwa faktor pengetahuan pajak mempengaruhi kepatuhan pajak, memberikan implikasi bahwa baik warga maupun pemerintah tetap perlu meningkatkan pengetahuan pajak agar semua berkontribusi membayar pajak secara sukarela. Salah satu bentuk upaya peningkat an pengetahuan pajak adalah dengan tetap mengadakan kegiatan seminar, pelatihan dan sosialisasi tentang pajak. Berdasarkan pada perkembangan era industri 4.0, ba nyak perubahan dari segala aktivitas manusia berbasis teknologi sehingga untuk meningkatkan kepatuhan membayar pajak dapat menggunakan teknologi sebagai solusi untuk sosialisasi pajak, sehingga pengetahuan warga baik akan meningkat.
Bagi lembaga pendidikan, sejak SD sampai perguruan tinggi, perlu adanya tambahan informasi berupa pengetahuan tentang pajak bagi peserta didik. Hal ini bisa dimasukkan ke dalam materi tertentu atau masuk ke dalam kurikulum perpajakan dan bisa diprogram oleh peserta didik secara wajib untuk ditempuh. Dosen/guru perlu memberikan kesadaran dan pengetahuan kepada peserta didik untuk patuh membayar pajak di masa depan, memberikan kesadaran bahwa pajak adalah sumber pendapatan untuk negara dan tentunya dapat digunakan untuk membangun infrastruktur dan memenuhi berbagai kebutuhan negara. Sementara itu, pemerintah dan aparat pajak tetap membantu peserta didik selama menempuh pendidikan berupa sosialisasi tentang pentingnya pajak dan kewajiban membayar pajak.
Agenda penelitian pada periode mendatang yang bisa diajukan dari adanya hasil penelitian ini yaitu penelitian mendatang perlu memperluas beberapa variabel lain yang mampu mempengaruhi kepatuhan perpajakan. Dengan demikian, peneliti dan pembaca dapat mengetahui berbagai faktor lainnya selain faktor pengetahuan dan tingkat pendidikan. Penelitian selanjut nya sebaiknya juga dapat menambah sampel penelitian pada objek penelitian agar mendapat hasil yang lebih ideal dan lebih umum sehingga dapat digeneralisasikan ke dalam
Susanti, Susilowibowo, Hardini, Apakah Pengetahuan Pajak dan Tingkat Pendidikan... 429
populasi yang lebih luas. Hal ini tentunya dapat menambah referensi keilmuan dan empiris terhadap berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak.
DAFTAR RUJUKANAdkins, N., Charlene Henderson, B., & Key,
K. G. (2012). Graphical Organizers in Tax Education. Journal of Accounting Education, 30(1), 221. https://doi.org/10.1016/j.jaccedu.2012.06.011
Alstadsæter, A., & Jacob, M. (2017). Who Participates in Tax Avoidance? Evidence from Swedish Microdata. Applied Economics, 49(28), 27792796. https://doi.org/10.1080/00036846.2016.1248285
Amponsah, S., & Adu, K. O. (2017). SocioDemographics of Tax Stamp Compliance in Upper Denkyira East Municipal and Upper Denkyira West District in Ghana. International Journal of Law and Ma nagement, 59(6), 13151330. https://doi.org/10.1108/IJLMA1020160092.
Areo, O. S., Gershon, O., & Osabuohien, E. (2020). Improved Public Services and Tax Compliance of Small and Medium Scale Enterprises in Nigeria: A Generalised Ordered Logistic Regression. Asian Eco-nomic and Financial Review, 10(7), 833836. https://doi.org/10.18488/journal.aefr.2020.107.833860
Bergman, P., Denning, J. T., & Manoli, D. (2019). Is Information Enough? The Effect of Information about Education Tax Benefits on Student Outcomes. Journal of Policy Analysis and Mana-gement, 38(3), 706731. https://doi.org/10.1002/pam.22131
Bilgin, C. (2014). Determinants of Tax Morale in Spain and Turkey: An Empirical Analysis. European Journal of Government and Economics, 3(1), 6074. https://doi.org/10.17979/ejge.2014.3.1.4297
Blechová, B., & Sobotovičová, Š. (2016). Analysis of Tax Education in a Business School: A Case Study. Periodica Polytechnica Social and Management Sciences, 24(2), 113118. https://doi.org/10.3311/PPso.8486
Boonyarat, N., Sofian, S., & Wadeecharoen, W. (2015). The Antecedents of Taxpayers Compliance Behavior and the Effectiveness of Thai Local Government Levied Tax. International Business Man-
agement, 9(2), 182190. https://doi.org/10.3923/ibm.2015.182.190
Bornman, M., & Ramutumbu, P. (2019). A Conceptual Framework of Tax Knowledge. Meditari Accountancy Re-search, 27(6), 823839. https://doi.org/10.1108/MEDAR0920180379
Čiginas, A. (2013). Second-Order Approximations of Finite Population Lstatistics. Statistics, 47(5), 954965. https://doi.org/10.1080/02331888.2012.658398
Dyan, F., & Venusita, L. (2013). Analisis Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, dan Kontrol Keperilakuan terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Restoran di Surabaya. Jurnal Akuntansi Akrual, 5(1), 5974. https://doi.org/10.26740/jaj.v5n1.p5974
Horodnic, I. A. (2018). Tax Morale and Institutional Theory: A Systematic Review. In-ternational Journal of Sociology and So-cial Policy, 38(9/10), 868886. https://doi.org/10.1108/IJSSP0320180039
Ibrahim, M., Musah, A., & AbdulHanan, A. (2015). Beyond Enforcement: What Drives Tax Morale in Ghana? Human-omics, 31(4), 399414. https://doi.org/10.1108/H0420150023
Inasius, F. (2019). Factors Influencing SME Tax Compliance: Evidence from Indonesia. International Journal of Public Ad-ministration, 42(5), 367379. https://doi.org/10.1080/01900692.2018.1464578
Jones, C. R., & Sejati, Y. (2013). Improving UseTax Compliance by Decreasing Effort and Increasing Knowledge. ATA Journal of Legal Tax Research, 11(1), 1-18. https;//doi.org/10.2308/jltr-50457
Kamleitner, B., Korunka, C., & Kirchler, E. (2012). Tax Compliance of Small Business Owners: A Review. International Journal of Entrepreneurial Behavior & Research, 18(3), 330351. https://doi.org/10.1108/13552551211227710
Kwok, B. Y. S., & Yip, R. W. Y. (2018). Is Tax Education Good or Evil for Boosting Tax Compliance? Evidence from Hong Kong. Asian Economic Journal, 32(4), 359386. https://doi.org/10.1111/asej.12163
Lai, M. L., Zalilawati, Y., Amran, M. M., & Choong, K. F. (2013). Quest for Tax Education in NonAccounting Curriculum: A Malaysian Study. Asian Social Science, 9(2), 154162. https://doi.org/10.5539/ass.v9n2p154
430 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 420-431
LaLumia, S. (2012). Tax Preferences for Higher Education and Adult College Enrollment. National Tax Journal, 65(1), 5990. https://doi.org/10.17310/ntj.2012.1.03
Le, H. T. H., Tuyet, V. T. B., Hanh, C. T. B., & Do, Q. H. (2020). Factors Affecting Tax Compliance among Smalland MediumSized Enterprises: Evidence from Vietnam. Journal of Asian Finance, Eco-nomics and Business, 7(7), 209217. https://doi.org/10.13106/jafeb.2020.vol7.no7.209
Mangoting, Y. (2018). Quo Vadis Kepatuhan Pajak? Jurnal Akuntansi Multipa-radigma, 9(3), 451470. https://doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9027
Musimenta, D., Naigaga, S., Bananuka, J., & Najjuma, M. S. (2019). Tax Compliance of Financial Services Firms: A Developing Economy Perspective. Journal of Money Laundering Control, 22(1), 1431. https://doi.org/10.1108/JMLC0120180007
O’Neill, T. J., & Stern, S. E. (2012). Finite Population Corrections for the Kolmogorov–Smirnov Tests. Journal of Non-parametric Statistics, 24(2), 497504. https://doi.org/10.1080/10485252.2011.650169
Prastiwi, D., Narsa, I. M., & Tjaraka, H. (2019). Sistensis Sistem Akuntansi Perpajakan. Jurnal Akuntansi Multipa-radigma, 10(2), 276294. https://doi.org/10.18202/jamal.2019.08.10016
Pratama, A. (2017). Machiavellianism, Tax Knowledge, and Ethical Perceptions of Tax Avoidance: Survey of Undergraduate Students in West Java, Indonesia. International Journal of Trade and Glob-al Markets, 10(1), 8390. https://doi.org/10.1504/IJTGM.2017.082370
Rodríguez, V. M. C. (2018). Tax Determinants Revisited. An Unbalanced Data Panel Analysis, Journal of Applied Economics, 21(1), 124. https://doi.org/10.1080/15140326.2018.1526867
RodriguezJusticia, D., & Theilen, B. (2018). Education and Tax Morale. Journal of Economic Psychology, 64, 1848. https://doi.org/10.1016/j.joep.2017.10.001
Saad, N. (2014). Tax Knowledge, Tax Complexity and Tax Compliance: Taxpayers’ View. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 109, 10691075. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.12.590
Sidani, Y. M., Ghanem, A. J., & Rawwas, M. Y. A. (2014), When Idealists Evade Taxes: The Influence of Personal Moral Philosophy on Attitudes to Tax Evasion – A Lebanese study. Business Ethics: A Eu-ropean Review, 23(2), 183196. https://doi.org/10.1111/beer.12046
Stark, J. A., & Kirchler, E. (2017). Inheritance Tax Compliance – Earmarking with Normative Value Principles. Inter-national Journal of Sociology and Social Policy, 37(7/8), 452467. https://doi.org/10.1108/IJSSP0720160086
Steinberg, M. P., Quinn, R., Kreisman, D., & Anglum, J. C. (2016). Did Pennsylvania’s Statewide School Finance Reform Increase Education Spending or Provide Tax Relief? National Tax Journal, 69(3), 545582. https://doi.org/10.17310/ntj.2016.3.03
Strawczynski, M. (2014). The Optimal Inheritance Tax in the Presence of Investment in Education. International Tax and Public Finance, 21(4), 768795. https://doi.org/10.1007/s1079701493241
Tallaha, A. M., Shukor, Z. A., & Hassan, N. S. A. (2014). Factors Influencing EFiling Usage among Malaysian Taxpayers: Does Tax Knowledge Matters? Jurnal Pengurusan, 40, 91101. https://doi.org/10.17576/pengurusan20144008
Wu, W., Jia, F., & Enders, C. (2015). A Comparison of Imputation Strategies for Ordinal Missing Data on Likert Scale Variables. Multivariate Behavioral Research, 50(5), 484503. https://doi.org/10.1080/00273171.2015.1022644
Yee, C. P., Moorthy, K., & Soon, W. C. K. (2017). Taxpayers’ Perceptions on tax Evasion Behaviour: An Empirical Study in Malaysia. International Jour-nal of Law and Management, 59(3), 413429. https://doi.org/10.1108/IJLMA0220160022
Susanti, Susilowibowo, Hardini, Apakah Pengetahuan Pajak dan Tingkat Pendidikan... 431