5
Apa Kabar Ujian Nasional? kalam 13 days ago Artikel, Opini dan Analisis 3 Comments 175 Views Apa Kabar Ujian Nasional? Sebuah dilema di balik percaturan dunia pendidikan Indonesia Oleh: Recky Anadi (Ketua Departemen Penerangan Kalam UPI | Mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan UPI) Ujian Nasional atau UN, sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, khususnya bagi kalangan akademisi. 55 tahun terakhir ini pemerintah memberlakukan UN di setiap sekolah di Indonesia sebagai penentu kelulusan siswa. Menurut Kemendikbud, sistem UN sudah ada sejak tahun 1950an. Seiring dinamika kebijakan pendidikan, sistem UN seringkali mengalami perubahan. Perubahan ini merupakan respon terhadap kelemahan sistem ujian sebelumnya dan bertujuan memperbaiki agar UN menjadi lebih baik. Pada 19651971 dinamakan Ujian Negara. Kala itu, pelaksanaannya dilakukan secara nasional dengan Share

Apa kabar ujian nasional kajian islam mahasiswa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Apa kabar ujian nasional    kajian islam mahasiswa

24/4/2015 Apa Kabar Ujian Nasional? | Kajian Islam Mahasiswa UPI

data:text/html;charset=utf8,%3Ch1%20class%3D%22name%20posttitle%20entrytitle%22%20itemprop%3D%22itemReviewed%22%20itemscope%3D… 1/5

Apa Kabar Ujian Nasional?kalam 13 days ago Artikel, Opini dan Analisis 3 Comments 175 Views

Apa Kabar Ujian Nasional?Sebuah dilema di balik percaturan dunia pendidikan Indonesia

Oleh: Recky Anadi (Ketua Departemen Penerangan Kalam UPI | Mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan UPI)

Ujian Nasional atau UN, sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, khususnya bagi kalangan akademisi. 55 tahunterakhir ini pemerintah memberlakukan UN di setiap sekolah di Indonesia sebagai penentu kelulusan siswa.

Menurut Kemendikbud, sistem UN sudah ada sejak tahun 1950an. Seiring dinamika kebijakan pendidikan,sistem UN seringkali mengalami perubahan. Perubahan ini merupakan respon terhadap kelemahan sistem ujiansebelumnya dan bertujuan memperbaiki agar UN menjadi lebih baik.

Pada 19651971 dinamakan Ujian Negara. Kala itu, pelaksanaannya dilakukan secara nasional dengan

Share

Page 2: Apa kabar ujian nasional    kajian islam mahasiswa

24/4/2015 Apa Kabar Ujian Nasional? | Kajian Islam Mahasiswa UPI

data:text/html;charset=utf8,%3Ch1%20class%3D%22name%20posttitle%20entrytitle%22%20itemprop%3D%22itemReviewed%22%20itemscope%3D… 2/5

pengawasan yang ketat, sehingga angka kelulusan hanya sekira 50 persen. Di sini, banyak masyarakatmenganggap sistem ini tidak adil dan menuntut agar diubah menjadi ujian sekolah.

Selanjutnya, pemerintah mengubahnya menjadi Ujian Sekolah. Pada 19721979, pelaksanaan ujian dilakukanoleh sekolah dengan pengawasan yang relatif longgar sehingga angka kelulusan mencapai 100 persen. Tapisayangnya, menggunakan sistem ini malah terjadi penurunan mutu pendidikan.

Kemudian, pada 19802002 kembali terjadi perubahan. Pemerintah mengubahnya menjadi Ebtanas. Kelulusanpeserta didik ditentukan dari hasil penggabungan nilai UN dengan ujian sekolah. Dengan sistem ini banyak terjadimanipulasi penilaian (rumus PQR) sehingga angka kelulusan mencapai 100 persen.

Pemerintah pun mengubahnya lagi. Pada 20032004 dinamakan Ujian Akhir Nasional (UAN). Pelaksanaan ujiandilakukan secara nasional dan soal ujian dibuat oleh pusat. Sistem ini menetapkan batas minimal nilai kelulusanyakni lebih besar dari 3,00 (2003) dan lebih besar dari 4,00 (2004). Pengawasan ujian dilakukan secara ketat danUAN dianggap satusatunya syarat kelulusan.

Setelah itu, pada 20052010 dimulai lagi Ujian Nasional. Ini merupakan kelanjutan dari UAN, batas nilai kelulusanditingkatkan menjadi lebih besar dari 4,25 (20052007) dan lebih besar dari 5,50 (20082010).

Usai UN, pada 20112013 ada penyempurnaan dari UN periode sebelumnya. Kelulusan peserta didik ditentukandari hasil gabungan nilai sekolah dan nilai UN dengan presentase nilai UN : nilai sekolah sebesar 60 : 40 persendengan batas minimal nilai kelulusan lebih dari 5,50. (Sumber : Kemendikbud)

Mengapa UN ini ada?

UN adalah salah satu instrument evaluasi. Ujian Nasional merupakan suatu alat untuk mengetahui sejauh manapeserta didik menguasai materi atau kompetensi dari suatu mata pelajaran yang disampaikan oleh para pendidikdi sekolah. Dengan adanya UN, harapan pemerintah adalah mengetahui potensipotensi yang dimilki anak bangsadan juga sebagai upaya pemerataan mutu pendidikan di Indonesia. Tapi, pertanyaannya adalah sudah sesuaiharapankah?

Dilema UN

Terlepas dari itu semua, diberlakukannya UN ini masih menjadi polemik yang tak kunjung hentihenti. Banyakmasyarakat yang memperdebatkan tentang apakah UN ini perlu di adakan atau tidak? Pasalnya UN inimerupakan penentu kelulusan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. UN yang hanyadilaksanakan selama empat hari menjadi penentu hasil belajar selama tiga tahun.

Jika kita lihat hal itu, maka secara tidak langsung akan membebani pikiran siswa. Hal ini mengakibatkan adanyatekanantekanan psikologis pada siswa dalam menghadapi UN. Mereka tertekan, karena empat hari yang merekajalani akan menentukan masa depan.

Maka, tidak aneh, jika kita sering menjumpai pra dilaksanakannya UN, biasanya pihak sekolah mengadakanistighasah atau do’a bersama, berharap semua siswa bisa lulus UN. Ada juga yang gencar mencari lembagalembaga luar sekolah yang menyediakan layanan bimbel (bimbingan belajar) khusus menghadapi UN dan

Page 3: Apa kabar ujian nasional    kajian islam mahasiswa

24/4/2015 Apa Kabar Ujian Nasional? | Kajian Islam Mahasiswa UPI

data:text/html;charset=utf8,%3Ch1%20class%3D%22name%20posttitle%20entrytitle%22%20itemprop%3D%22itemReviewed%22%20itemscope%3D… 3/5

sebagainya. Tidak salah memang, namun melihat hal itu, seakanakan UN ini menjadi momok yangmenyeramkan. Menjadi beban tersendiri bagi sebagian siswa, guru, sekolah bahkan orang tua.

Tak heran jika dalam pelaksanaanya banyak sekali kecurangan terjadi. Salah satunya terjadi kebocoran soal,beredarnya kunci jawaban, dan kecurangankecurangan lainnya. Saking takutnya tidak lulus UN. Ironinya,kecurangankecurangan seperti ini sudah menjadi rahasia umum di masyarakat, khususnya di kalanganakademisi.

Kecurangankecurangan yang telah disebutkan tadi memang merupakan fakta yang terjadi di lapangan. Hal inidiperkuat dengan adanya buktibukti yang di dapatkan dari hasil survei langsung kepada siswa yang pernahmengikuti UN. Survei ini dilakukan oleh Ifa Hanifah Misbach seorang psikolog dari UPI (Universitas PendidikanIndonesia),yang dilakukan survey secara online.

Mengapa harus survei online? “Kami akhirnya lakukan survei secara online, karena saat di sekolah justru bisaterjadi bias. Pernah ketika siswa sedang mengisi data, guru masuk ke dalam kelas lalu berkata, ‘hatihati ya’,”ujar Ifa

Dari hasil survei, 75% responden mengaku pernah menyaksikan kecurangan dalam UN. Jenis kecuranganterbanyak yang diakui adalah mencontek massal lewat pesan singkat (sms), grup chat, kertas contekan, ataukode bahasa tubuh. Ada pula modus jual beli bocoran soal dan peran dari tim sukses (guru, sekolah, pengawas)atau pihak lain (bimbingan belajar dan joki).

Dalam survei juga terungkap sebagian besar responden tidak melakukan apa pun saat melihat aksi kecurangan.Sedangkan, sisanya ikut melakukan kecurangan atau sekadar sebagai pengamat. Responden yang melaporkankecurangan hanya sedikit sekali (3%).

“Ada doktrin dari sekolah bahwa kita masuk sekolah samasama dan keluar harus samasama. Ini akhirnyamenjadikan anak yang jujur malah dimusuhi dan tidak dapat kawan. Akhirnya, UN berpotensi menjadikangenerasi apatis. Yang penting saya selamat, kalau jujur malah dapat hukuman,” tutur Ifa. (Sumber :sp.beritasatu.com)

Ada apa dengan sistem pendidikan Indonesia?

Ibarat pepatah : “Semua yang terjadi pasti ada alasannya”. Permasalahan yang terjadi pada saat pelaksanaan UNpun pasti ada alasannya. Hasil survey yang menunjukkan berbagai kecurangan dalam pelaksanaan UN, danberbagai polemik yang terjadi mengenai UN dari masa ke masa mengindikasikan ada yang salah dalam sistempendidikan di Indonesia.

Mengapa demikian? Karena kecurangan yang terjadi di saat pelaksanaan UN, semua pihak ikut terlibat, mulaidari siswa, guru, lembaga luar sekolah, dan oknumoknum pemerintahan. Jika tidak, mengapa kunci jawabansoal UN bisa beredar? Padahal soal UN itu telah di jaga dan di kawal ketat oleh pihak kepolisian. Senada denganhal ini, Retno Listyarti dari juru bicara Koalisi Reformasi Pendidikan (KRP) berpendapat, “Kecurangan didugajuga melibatkan berbagai pihak dari alumni, bimbingan belajar bahkan guru. Retno mengatakan, ada yang salahdengan sistem pendidikan di Indonesia. Sistem tersebutlah yang mendorong siswa melakukan kecurangankecurangan saat UN.”

Page 4: Apa kabar ujian nasional    kajian islam mahasiswa

24/4/2015 Apa Kabar Ujian Nasional? | Kajian Islam Mahasiswa UPI

data:text/html;charset=utf8,%3Ch1%20class%3D%22name%20posttitle%20entrytitle%22%20itemprop%3D%22itemReviewed%22%20itemscope%3D… 4/5

Semua berubah, berawal dari?

Permasalahan UN tidak bisa diselesaikan hanya dengan solusi yang parsial. Misalnya denganmemberlakukannya ujian 20 paket, memperketat penjagaan, dan lain sebagainya. Solusi tersebut tidak bisamenyelesaikan masalah, buktinya soal masih bisa bocor. Jika berbicara permasalahan yang sistemik, sepertihalnya sistem pendidikan Indonesia, maka solusinya pun harus sistemik. Karena jika “Salah menganalisismasalah, akan menghasilkan solusi yang salah juga”.

Perlu kita pahami bersama, bahwasanya yang menyebabkan carut marutnya pendidikan Indonesia adalah asasyang diterapkan dalam pendidikan Indonesia, yakni sekulerisme. Sekularisme adalah suatu paham yangmemisahkan agama dengan kehidupan. Sekulerisme oleh Muhammad Qutb (1986) dalam bukunyaAncamanSekulerisme, diartikan sebagai iqomatu alhayati ‘ala ghayri asasin mina aldini, atau membangun strukturkehidupan di atas landasan selain agama (Islam). Sementara, Syekh Taqiyyudin An Nabahani (1953) dalamkitabnyaNidzamu alIslam, menjelaskan sekulerisme sebagai fashlu aldin ani alhayah atau memisahkanagama (Islam) dari kehidupan.

Mengapa saya bisa mengatakan sekularisme sebagai asas pendidikan Indonesia? Hal ini bisa kita lihat dari porsiwaktu yang diberikan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan mata pelajaran lain yang ada disekolahsekolah, PAI hanya di jadwalkan 4 jam dalam seminggu pada kurikulum 2013 dan 2 jam seminggu padakurikulum KTSP 2006. PAI ‘disamaratakan’ dengan pelajaran yang lain, hanya sebatas transfer ilmu dan tanpapemahaman yang mendalam. Sehingga membuat para siswa mempelajari PAI untuk mendapatkan nilai semata,bukan sebagai pemahaman yang akan diaplikasikan dalam kehidupan.

Di sisi lain, asas yang diterapkan pun membuat tujuan pendidikan Indonesia menjadi bias. Dalam UU no. 20Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yangdemokratis serta bertanggung jawab.”

Pertanyaannya adalah manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME yang seperti apa? Berakhlakmulia seperti apa? Tidak ada penjelasan sedikit pun mengenai standar manusia yang beriman dan bertakwa, jugaberakhlak mulia.

Resolusi Sistem Pendidikan Indonesia

Melihat kondisi sistem pendidikan Indonesia yang carut marut, pemerintah seharusnya segera membenahi.Karena tanggung jawab mengenai pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah. Imam Ibnu Hazm dalamkitabnya Al Ahkaammenjelaskan bahwa seorang kepala negara (khalifah) berkewajiban untuk memenuhi saranasarana pendidikan, sistemnya, dan orangorang yang digaji untuk mendidik masyarakat. Kemudian, Rasulullahsaw bersabda : “Imam adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya atas rakyat yangdiurusnya.” (HR alBukhari dan Muslim)

Pada masa Islam berjaya (diterapkan), landasan sistem pendidikan yang diterapkan adalah Alquran dan AsSunnah, dan berasaskan Aqidah Islam, petunjuk bagi umat manusia. Dalam pelaksanaanya, tidak terpaku

Page 5: Apa kabar ujian nasional    kajian islam mahasiswa

24/4/2015 Apa Kabar Ujian Nasional? | Kajian Islam Mahasiswa UPI

data:text/html;charset=utf8,%3Ch1%20class%3D%22name%20posttitle%20entrytitle%22%20itemprop%3D%22itemReviewed%22%20itemscope%3D… 5/5

dengan penguasaan ilmu terapan atau sains semata, akan tetapi dalam pendidikan Islam sikap dan perbuatan(akhlak) yang menjadi fokus khusus, disamping mempelajari sains dan teknologi juga. Dari situ siswa akanbenarbenar terbentuk karakternya, menjadi seorang yang berakhlak mulia sekaligus menguasai sains danteknologi. (Sumber : Menggagas Pendidikan Islam, hal 811)

Sistem evaluasi yang diterap untuk mengukur kemampuan siswa, digunakan teknik munadhoroh (diskusi) atauujian lisan (wawancara langsung) tentang suatu ilmu, seperti ilmu sejarah, syariat, bahasa, dan lainlain. Hal inidiberlakukan agar siswa tidak berpatok pada ilmuilmu sains saja (aspek kognitif), melainkan memfokuskan padaakhlak, tentang sikap dan perbuatan (afektif) dan bertujuan untuk melatih keterampilan siswa juga (psikomotor).Siswa tidak di biaskan dengan tujuan duniawi, yaitu menempuh jenjang pendidikan hanya untuk mencari materi.Penerapan sistem pendidikan Islam ini telah melahirkan ilmuwanilmuwan muslim yang terkenal seantero dunia,seperti Ibnu Sina dan AlKhawarizmi.

Jelaslah keunggulan sistem pendidikan Islam dibandingkan sistem pendidikan yang diterapkan Indonesia saatini. Sistem pendidikan Islam berlandaskan pada AlQuran dan AsSunnah, petunjuk bagi seluruh umat manusiayang sesuai dengan fitrah manusia dan telah terbukti mencetak para generasi emas. Maka sudah seharusnyapemerintah segera mengganti sistem pendidikan di Indonesia yang masih carut marut dengan sistem pendidikanIslam. Hanya saja yang perlu menjadi catatan penting dalam penerapan sistem pendidikan Islam adalah tidakmungkin sempurna kecuali diterapkan dalam sebuah negara yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh.

“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripadaKu, lalu barangsiapa yang mengikut petunjukKu, ia tidak akan

sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya

penghidupan yang sempit” (QS Thaha [20] 12124).

Wallâhu a’lam bi ashshawâb.[]