6
Anggota Gerak Bawah Metatarus Primus Varus. Kedudukan varus metatarsal pertama terhadap keempat metatarsal yang lain disebut metatarsus primus varus. Batas medial kaki melengkung ke medial sehingga terdapat celah lebar antarjari pertama dan kedua.bila diobati dini dengan penggunaan gips koreksi secara berturut-turut untuk koreksi berangsur-angsur, kelainan ini akan hilang. Bila kelainan ini tidak dikoreksi akan terjadi haluks valgus adolesen, yaitu ibu jari membelok ke lateral oleh karena penekanan sepatu. Metatarsus Varus (Metatarsus Adduktus). Seluruh kaki bagian distal berada dalam keadaan teradduksi, supinasi, dan umumnya disertai dengan endotosi tibia. Namun, tumit dan pergelangan kaki masih normal sehingga membedakannya dengan pes ekuinovarus bawaan. Pemasangan gips koreksi dilakukan secara berturut-turut dengan mempertahankan tumit dipertahankan pada posisi netral dan penekukan kaki bagian depan dalam posisi abduksi dan pronasi. Metatarsus varus yang tidak ditangani melebihi usia dua tahun memerlukan tindak bedah membebaskan jaringan ikat lunak. Bila anak telah mencapai usia empat tahun tanpa koreksi, mungkin diperlukan osteotomi pada dasar setiap metatarsal. Pes Ekuinovarus Bawaan. Kelainan ini mudah didiagnosis tetapi sulit dikoreksi sempurna. Insidensinya dua per seribu kelahiran hidup, dengan setengahnya terjadi secara bilateral. Rasio penderita laki-laki dan perempuan adalah 2 berbanding 1. Penyebab penyakit ini tetap merupakan teka teki yang tak

anggota gerak bawah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aaa

Citation preview

Page 1: anggota gerak bawah

Anggota Gerak Bawah

Metatarus Primus Varus. Kedudukan varus metatarsal pertama terhadap keempat metatarsal

yang lain disebut metatarsus primus varus. Batas medial kaki melengkung ke medial

sehingga terdapat celah lebar antarjari pertama dan kedua.bila diobati dini dengan

penggunaan gips koreksi secara berturut-turut untuk koreksi berangsur-angsur, kelainan ini

akan hilang. Bila kelainan ini tidak dikoreksi akan terjadi haluks valgus adolesen, yaitu ibu

jari membelok ke lateral oleh karena penekanan sepatu.

Metatarsus Varus (Metatarsus Adduktus). Seluruh kaki bagian distal berada dalam keadaan

teradduksi, supinasi, dan umumnya disertai dengan endotosi tibia. Namun, tumit dan

pergelangan kaki masih normal sehingga membedakannya dengan pes ekuinovarus bawaan.

Pemasangan gips koreksi dilakukan secara berturut-turut dengan mempertahankan tumit

dipertahankan pada posisi netral dan penekukan kaki bagian depan dalam posisi abduksi dan

pronasi. Metatarsus varus yang tidak ditangani melebihi usia dua tahun memerlukan tindak

bedah membebaskan jaringan ikat lunak. Bila anak telah mencapai usia empat tahun tanpa

koreksi, mungkin diperlukan osteotomi pada dasar setiap metatarsal.

Pes Ekuinovarus Bawaan. Kelainan ini mudah didiagnosis tetapi sulit dikoreksi sempurna.

Insidensinya dua per seribu kelahiran hidup, dengan setengahnya terjadi secara bilateral.

Rasio penderita laki-laki dan perempuan adalah 2 berbanding 1. Penyebab penyakit ini tetap

merupakan teka teki yang tak terjawab. Faktor genetik berperan pada 10% kasus, tapi sisanya

merupakan kelainan yang timbul pertama kali dalam silsilah keluarga. Deformitas ini

diketahui timbul pada usia dini perkembangan embrio pada saat kaki pertama kali terbentuk.

Kelainan bawaan ini merupakan gabungan beberapa kelainan, antara lain adduksi dan

supinasi kaki oada sendi tarso-metatarsal, posisi varus kalkaneus pada sendi subtalar,

keduduka ekuinus pada sendi pergelangan kaki, dan deviasi ke arah medial seluruh kaki

terhadap lutut yang disebabkan oleh angulasi leher talus dan torsi tibia ke arah dalam.

Tingkatanya dapat ringan, sedang atau berat, bergantung pada kekakuan dan tahanannya.

Otot pada bagian posterior dan medial kaki, terutama otot gastroknemius dan otot tibialis

posterior, memendek, dan sendi pun turut menebal dan memendek pada sisa konkaf kelainan

ini.

Page 2: anggota gerak bawah

Kontraktur jaringan lunak berjalan progresif dan menimbulkan perubahan sekunder,

tidak saja pada tulang yang sedang tumbuh tetapi juga pada sendi. Oleh sebab itu, koreksinya

harus dilakukan sedini mungkn, selambat-lambatnya dalam hari-hari pertama kehidupan bayi.

Tindakan koreksi pasif yang dilakukan berupa pengadaan abduksi secara berhati-hati

untuk melawan adduksi kaki depan, varus, ekuinis, dan melawan varus tumit serta ekuinus

pergelangan kaki. Koreksi ini harus dipertahankan cukup lama sampai berakhir usia

pertumbuhan. Meskipun demikian, setelah koreksi sempurna, sering terjadi kegagalan

pertumbuhan jaringan ikat lunak yang memendek sehingga timbul kekambuhan pada

sebagian penyandang, terutama pada periode pertumbuhan tulang yang cepat.

Metode penanganan harus disesuaikan dengn derajat pes ekuinovarus dan dapat

digunakan berturut-turut pada berbagai fase penanganan koreksi. Cara pertama adalah dengan

koreksi gips yang digantikan dan seminggu sekali untuk meneruskan koreksi. Koreksi ini

umumnya memakan waktu 6 minggu. Cara kedua mengguanakn bidai pes ekuinovarus

bawaan yang dikatkan pada kaki dengan plester dan berangsur-angsur diputar ke arah luar

dan ke arah valgus. Plester perekatan diganti tiap minggu selama kurang lebih 12 minggu;

setalah fase ini, koreksi dipertahankan tapi gerakan sendi tetap dapat dilakukan. Cara ketia

menggunakan sepatu bidai yang digunakan diang dan malam hari, hanya dilepas pada waktu

mandi, selama 3 bulan; pemakaian diteruskan sampai anak dapat berjalan. Bidai ini harus

terus dipakai pada malam hari sedikitnya sampa usia 2 tahun atau lebih untuk mencegah

kekambuhan. Cara keempat menggunakan sepatu yang mengahadap keluar (sepatu terbalik

kiri da kanan) yang dipakai siang hari sampai umur 3 tahun, biasanya dengan tambahan sol

pengganjal berbentuk baji di tepi luarnya.

Sekitar 60% anak penyandang ekuinovarus bawaan yang diobati dino dengan metode

nonoperatif akan memberikan hasil yang memuaskan setalh 3 bulan. Selebihnya, hasilnya

tidak memuaskan. Pada keadaan ini, penyandang dianjurkan menjalani operasi koreksi

jaringan ikat lunak akibat adanya kontraktur tendo otot posteromedial dan sendi pada fase

awal. Operasi ini ruwet dan tidak selamanya memberikan hasil yang memuaskan. Setelah

operasi, terapi tetap dilanjutkan dengan pengelolaan nonoperatif seperti yang telah disebutkan

diatas. Pada kelainan tulang kaki yang menetap, ekuinovarus dapat dikoreksi dengan

artrodesis tripel, yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian yaitu

artikulasio talokalneus, talonavikularis, dan kalkaneokuboid.

Page 3: anggota gerak bawah

Pes Kalkaneovalgus. Pada pes kalkaneovalgus, salah satu kaki atau keduanya berada dalam

posisi dorsofleksi dan eversi yang menetap. Ini dianggap suatu kelainan sementara akibat

posisi intrauterin sehingga disebut kalkaneovalgus akibat posisi. Kelainan ini dikelola dengan

cara peregangan pasif oleh orangtua secara kontinu dan biasanya sembuh spontan.

Koalesensi Tarsus. Pada koalesensi tarus, dua tulang tarsal pada kaki berkoalisi dan

disatukan oleh jembatan kartilago berupa sinkondrosis yang pada usia dewasa mengalami

penulangan menjadi sinostosis. Akibatnya, terjadi hambatan gerak pada sendi yang terkena.

Kaki selalu berada dalam posisi valgus dan rata tetapi tidak seperti pes plano valgus yang

hipermobil dan fleksibel. Jenis kelainan kaki ini berkembang menjadi kaku dan nyeri karena

spasme dan kekakuan sekunder otot peroneus sehingga disebut juga pes planus spastik

peroneus. Penanganannya nonopertaif hanya bersifat sementara, berupa eksisi daerah yang

menyatu secara tidak adekuat. Bila terjadi perubahan degeneratif sekunder pada sendi

talonavikular pengobatan yang terbaik adalah artrodesis tripel.

Flatfoot (kaki ceper). Kelainan herediter ini sering dijumpai dan ditandai dengan hilangnya

arkus plantaris yang terlihat jelas bila anak berdiri; telapak kaki rapat dengan pijakannya,

tumit dalam posisi valgus, dan kaki mengalami pronasi. Kelainan ini terutama disebabkan

oleh kekenduran ligamen yang bersifat umum, hilangnya stabilitas kekuatan otot, distribusi

tekanan yang abnormal atau kombinasinya.

Tulang Navikula Asesoris. Kelainan ini berupa tonjolan kartilago yang kadang berukuran

besar waktu lahir, timbul di pusat osifikasi yang terpisah pada daerah medial. Bila timbul

keluhan, tonjolan tulang tambahan ada tulang navikula perlu dieksisi dengan

mempertahankan insersi bagian dalam tendo tibialis posterior.

Pseudoartrosis Tibia. Merupakan kelainan yang jarang ditemukan karena disebabkan oleh

sklerosis tulang yang mengecil dan menjadi rapuh sehingga terjadi fraktur patologis pada

waktu lahir atau pada masa anak. Vaskularisasi tulang ini kurang baik sehingga tidak terjadi

penyambungan tulang dan terbentuk sendi semu atau pseudoartrosis yang menambah

kelainan angulasi. Kelainan ini memerlukan penyatuan menggunakan tandur tulang.

Menikus Diskoid Lateral. Kelainan ini merupakan kelainan maniskus lateral yang lebih

tebal dari ukuran normal, berbentuk cakram, dan kurang melekat pada bagian posterior plato

tibia. Bila lutut diekstensikan, menikus yang tebal ini akan terdorong ke depan sehingga

Page 4: anggota gerak bawah

kondilus femur yang bergeser di atasnya mendorong meniskus secara mendadak ke belakang,

menimbulkan bunyi yang khas pada gerakan sendi lutut.

Dislokasi Patela Habitual. Merupakan cacat bawaan dislokasi patela ke sisi lateral yang

terjadi berulang akibat otot kuardriseps yang pendek dan kondilus femur lateral yang datar.

Selain itu, pada pertumbuhan anak, terjadi genu valgus. Hal ini harus dibedakan dengan

dislokasi patela rekuren.

Koksa Vara Bawaan. Koksa vara bawaan merupakan keadaan akibat kegagalan osifikasi

leher femur yang menyebabkan deformitas pertumbuhan tulang berupa sikap varus bagian

atas femur pada waktu anak tumbuh. Kelainan ini lebih sering disebut kelainan pertumbuhan

daripada kelainan bawaan. Pada pemeriksaan klinis akan terlihat pemendekan tungkai dan

pembatasan gerak abduksi pasif panggul. Terdapat tanda Trendelenburg yang positif karena

jarak trokanter mayor ke krista iliaka lebih pendek dari pada normal sehingga efisiensi gerak

otot abduktor panggul terutama otot gluteus medius berkurang. Hal ini mengakibatkan anak

berjalan dengan gerakan Trendelenburg untuk mengurangi rasa nyeri. Pengobatan yang

efektif untuk koksa vara bawaan adalah osteotomi subtrokanter ke arah abduksi femur yang

tidak saja memperbaiki abduksi dan varus tetapi juga merangsang osifikasi di leher femur.

Operasi memberikan hasil baik bila dilakukan sebelum kelainan menjadi nyata.