53
BAB I ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN A. Anatomi Sistem Pencernaan Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air dan elektrolit bagi tubuh dari nutrein yang dicerna sehingga siap diabosrbi. Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses-proses sebagai berikut : 1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut

anfis pencernaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: anfis pencernaan

BAB I

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

A. Anatomi Sistem Pencernaan

Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air dan

elektrolit bagi tubuh dari nutrein yang dicerna sehingga siap diabosrbi.

Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses-

proses sebagai berikut :

1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut

2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh

gigi. Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan

(menelan)

Page 2: anfis pencernaan

3. Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang

menggerakkan makanan tertelan melalau saluran pencernaan

4. Digesti adalah hidrolis kimia (penguraian) molekul besar menjadi

molekul kecil sehingga absorbsi dapat berlangsung

5. Absorbsi adalah pergerakan produk akhir perncernaan dari lumen saluran

pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat

digunakan oleh sel tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan,

lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga

meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas,

hati dan kandung empedu:

a. Rongga oral, faring dan esogafus

Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan

berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan.

Rongga vestibulum (bukal) terletak di antara gigi, dan bibir dan pipi

sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi di bagian

depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian bawah, dan

orafaring di bagian belakang.

1) Gigi

Gigi tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan

maksila

a) Anatomi gigi

Setiap lengkung berisan gigi pada rahang membentuk lengkung

gigi. Lengkung bagian atas lebih besar dari bagian bawah

sehingga gigi-gigi atas secara normal akan menutup (overlap) gigi

bawah. Manusia memiliki 2 susunan gigi : gigi primer (desiduous,

gigi susu) dan gigi sekunder (permanen).

(1) Gigi primer dalam setengah lengkung gigi (dimulai dari ruang

di antara gigi depan) terdiri dari, dua gigi seri, satu taring, dua

geraham molar (moral), untuk total keseluruhan 20 gigi

(2) Gigi sekunder mulai keluar pada saat usia lima sampai enam

tahun. Setengah dari lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri,

Page 3: anfis pencernaan

satu taring, dua premolar (bikuspid), dan tiga graham

(trikuspid), untuk total keseluruhan 32 buah, geraham ketiga

disebut “gigi bungsu”.

b) Fungsi gigi

Gigi berfungsi dalam proses mastikasi (pengunyahan). Makanan

yang masuk ke dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil

dan bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan

yang dapat ditelan.

b. Esofagus

1) Anatomi esofagus adalah tuba muskular, panjangnya sekitar 9

sampai 10 inchi (25 cm) dan berdiameter 1 inchi (2,54 cm). Esofagus

berawal pada area laringofaring, melewati diagfragma dan hiatus

esofagus (lubang) pada area sekitar vertebra toraks kesepuluh, dan

membuka ke arah lambung.

2) Fungsi esofagus menggerakkan makanan dari faring ke

lambung melalui gerak peristaltis. Mukosa esofagus memproduksi

sejumlah besar mukus untuk melumasi dan melindungi esofagus.

Esofagus tidak memproduksi enzim pencernaan.

c. Lambung

1) Anatomi

Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian

superior kiri rongga abdomen di bawah diafragma. Semua bagian,

kecuali sebagian kecil, terletak pada bagian kiri garis tengah. Ukuran

Page 4: anfis pencernaan

dan bentuknya bervariasi dari satu individu ke individu lain. Regia-

regia lambung terdiri dari bagian jantung, fundus, badan organ, dan

bagian pilorus.

Bagian jantung lambung adalah area disekitar pertemuan

esofagus dan lambung (pertemuan gastroesofagus). Fundus adalah

bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus. Badan

lambung adalah bagian yang terdiltasi di bawah fundus, yang

membentuk dua pertiga bagian lambung. Tepi medial badan lambung

yang konkaf disebut kurvatur kecil tepi lateral badan lambung yang

konveks disebut kurvatur besar.

2) Fungsi lambung

a) Penyimpanan makanan

b) Produksi kimus

c) Digesti protein

d) Produksi mukus

e) Produksi faktor intrinsik

f) Absorbsi

d. Usus halus

Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari

sfinger pilorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan

usus besar. Diameter usus halus kurang lebih dari 2,5 cm dan panjangnya

3 sampai 5 meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai saat

lapisan muskularis eksterna berelaksasi.

Page 5: anfis pencernaan

Usus halus terdiri dari :

1) Duodenum adalah bagian yang terpendek (25 sampai 30 cm).

Duktus empedu dan duktus prankeas, keduanya membuka ke dinding

posterior duodenum beberapa sentimeter di bawah mulut pilorus

2) Yeyunum adalah bagian yang yang selanjutnya. Panjangnya

kurang lebih 1 sampai 1,5 m

3) Ileum (2 m sampai 2,5 m) merentang sampai menyatu dengan

usus besar

a) Motilitas

Atau gerakan usus halus adalah mencampur isinya dengan enzim

untuk pencernaan, memungkinkan produk akhir pencernaan

mengadakan kontak dengan sel aborptif dan mendorong zat sisa

memasuki usus besar. Pergerakan ini dipicu oleh peregangan dan

secara refleks dikendalikan oleh SSO.

b) Peristalsis

Adalah kontraksi ritmik otot polos longtudinal dan sirkular.

Kontraksi ini adalah daya dorong utama yang menggerakkan

kimus ke arah bawah di sepanjang saluran.

e. Prankeas, hati dan kandung empedu

1) Pankreas

Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatur

besar lambung. Sel-sel endokrin (pulau-pulau langerhans) pankreas

mensekresi hormon insulin dan glukagon. Sel-sel ensokrin (asinar)

Page 6: anfis pencernaan

mensekresi enzim-enzim pencernaan dan larutan berair yang

mengandung ion karbonat dalam kosentrasi tinggi.

2) Hati

Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga.

Beratnya 1,500 gr (3 lbs) dan pada kondisi hidup berwarna merah tua

karena kaya akan persediaan darah. Hati menerima darah

teroksigenasi dari arteri hepatika dan darah yang tidak teroksigenisasi

tetapi kaya akan nutrein dari vena portal hepatika. Hati terbagi

menjadi lobus kanan dan kiri.

Fungsi utama hati :

a) Sekresi

b) Metabolisme : hati memetabolisme protein, lemak dan karbohidrat

tercerna

c) Penyimpanan : hati penyimpanan mineral, vitamin larut lemak

d) Detoksivikasi

e) Produksi panas

f) Penyimpanan darah

3) Empedu

Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli

empedu yang kemudian menjadi duktus hepatika kanan dan kiri.

Duktus hepatika menyatu untuk membentuk duktus hepatik komunis

yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung empedu

dan keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis.

Komposisi empedu adalah larutan berwarna kuning kehijauan

terdiri dari 97% air, pigmen empedu, dan garam-garam empedu yang

terdiri dari garam pigmen empedu dan garam-garam empedu.

Kandung empedu

Adalah kantong muskular hijau menyerupai pir dengan

panjang 10 cm. Organ ini terletak di lekukan di bawah lobus kanan

hati.

Page 7: anfis pencernaan

Fungsi kandung empedu

Untuk menyimpan cairan empedu yang secara terus menerus

disekresi oleh sel-sel hati, sampai diperlukan dalam duodenum. Di

antara waktu makan, sfingter oddi menutup dan cairan empedu

mengalir ke dalam kandung empedu yang relaks. Pelepasan cairan ini

dirangsang oleh CCK.

Kandung empedu juga berfungsi untuk mengkosentrasi

cairannya dengan cara mereabsorbsi air dan elektrolit. Dengan

demikian, kandung ini mampu menampung hasil 12 jam sekresi

empedu hati.

f. Usus Besar

Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke usus besar,

sebagian besar nutrein telah dicerna dan diabsorbsi dan hanya

menyisakan zat-zat yang tidak tercerna dan diabsorbsi dan hanya

menyisakan zat-zat yang tidak tercena. Makanan biasa memerlukan

waktu 2 sampai 5 hari untuk menempuh ujung saluran pencernaan yang

satu ke ujung lainnya : 2 sampai 6 jam di lambung, 6 sampai 8 jam di

usus halus, dan sisa waktunya berada di usus besar.

1) Bagian-bagian usus besar :

a) Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di

bawah area katup ileosekal. Apendik velmiform, suatu tabung

buntu yang sempit berisi jaringan limfoid, menonjol dari ujung

sekum.

b) Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai

rektum. Kolon memiliki tiga visi yaitu :

1) Kolon esenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah

hati di sebelah kanan dan membalik secara horisontal pada

fleksura hepatika.

2) Kolon transversa merentang menyilang abdomen di bawah

hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri,

tempatnya memutar ke bawah pada fleksura splenik

Page 8: anfis pencernaan

3) Kolon desenden merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen

dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di

rektum.

c) Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya

dengan panjang 12 sampai 13 cm. Rektum berakhir pada saluran

anal dan membuka ke eksterior di anus.

d) Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal

(anal), yaitu lipatan-lipatan yang masing-masing berisi arteri dan

vena

e) Sfinger anal internal otot polos (involunter) dan sfinger

anal eksternal otot rangka (vounter) mengitari anus

2) Fungsi usus besar :

a) Mengobservasi 80% sampai 90% air dan

elektrolit

b) Usus besar hanya memproduksi mukus

c) Mencerna sejumah kecil selulosa dan

memproduksi sedikit kalori nutrein bagi tubuh.

d) Mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses.

Page 9: anfis pencernaan

g. Rektum & Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus

besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini

kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada

kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam

rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.Orang dewasa dan

anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak

yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang

penting untuk menunda buang air besar.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana

bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan

tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot

(sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

2. Fisiologi Sistem Pencernaan

a. Fungsi Sistem Pencernaan

Page 10: anfis pencernaan

Untuk melakukan fungsinya, semua sel tubuh memerlukan nutrient.

Nutrien ini harus diturunkan dari masukan makanan yang terdiri dari protein,

lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral serta serat selulosa dan bahan

sayuran lain yang tidak bernilai nutrisi. Fungsinya utama system pencernaan

adalah untuk :

1) Menerima nutrient (Proses Penyerapan).

2) Menghancurkan nutrient ke dalam bentuk molekul yang ukuran cukup

kecil untuk mencapai dan memasuki aliran darah.

3) Memungkinkan molekul-molekul tadi untuk memasuki aliran darah

sehingga dapat dikirimkan keseluruh jaringan.

Setiap organ dalam saluran pencernaan memiliki fungsinya masing-

masing, diantaranya :

1) Kavum Orofaringeal

a) Sekresi

Sebagian besar saliva diproduksi oleh 3 pasang kelenjar

saliva, yaitu : kelenjar submaksilaris, sublingual dan parotis. Saliva

tersusun dari mucus yang utama sekali berguna sebagai pelicin untuk

memudahkan penelanan, lipase lidah (enzim pencerna lemak yang

disekresi oleh kelenjar-kelenjar lidah), saliva amylase (enzim

pencerna karbohidrat), antibody kelas A (Ig A) yang menghasilkan

barisan pertama pertahanan melawan bakteri dan virus, juga zat kimia

bakteriostatik dan anti kariogenik.

Stimulasi untuk mengeluarkan saliva termasuk melihat,

mencium, dan membayangkan tentang makanan. Juga rasa sedap dan

tekstur yang halus dalam mulut, makanan yang kasar, tidak sedap dan

baunya tidak harum mengurangi sekresi kelenjar saliva. Stimulasi

parasimpatik atau pemberian obat-obatan yang membentuk semacam

rangsangan (kolinergis) atau yang meningkatkan sekresi saliva kental

yang berlebihan. Rangsangan simpatik atau pemberian obat

simpatomimetik menghasilkan saliva kental yang hanya berjumlah

sedikit.

b) Motilitas

Page 11: anfis pencernaan

Adanya makanan didalam mulut adalah sasaran pertama

penghancuran mekanis oleh proses mengunyah. Ini menghasilkan

bolus makanan yang menggumpal dan dilicinkan oleh saliva yang

kemudian dapat ditelan. Menelan makanan mempunyai 2 fase :

(1) Fase awal volunter, telah digambarkan disini dan termasuk

seperti tiga bagian esophagus.

(2) Fase involunter, digambarkan dibawah pembahasan tentang

esophagus. Menelan dicetuskan oleh adanya makanan atau cairan

di dalam faring, keberadaan ini secara mekanis merangsang

reseptor-reseptor sensorik faringeal cranial kelima ke pusat

menelan didalam medulla. Hal ini menyebabkan terjadinya

peristiwa-peristiwa terkoordinasi berikut, yang mendorong bahan

padat atau cair masuk ke dalam esophagus :

- Menarik palatum lunak ke atas untuk menutup rapat-rapat area

nasofaringeal.

- Penutupan epiglotis ke bawah di atas ostium ke dalam laring.

- Relaksasi otot-otot faringeal yang mendorong makanan atau

cairan ke dalam esophagus yang terbuka.

2) Esofagus

a) Sekresi

Sel-sel pada lapisan mucosal dalam esophagus hanya mensekresi

mucus. Mucus melindungi lapisan esophageal dari kerusakan oleh

sekresi gastric atau substansi makanan, serta bekerja sebagai pelicin

untuk memudahkan pemasukan makanan.

b) Motilitas

Saat makanan atau cairan memasuki esofagus, maka cairan dan

makanan itu akan terus didorong melewati sepertiga lumen oleh

refleks-refleks yang melibatkan pusat menelan dan saraf-saraf cranial

ke-9 dan ke-10. Dalam refleks-refleks ini, makanan atau cairan

merangsang reseptor-reseptor ini menyebabkan penghantaran impuls-

impuls sepanjang serabut saraf sensorik kepusat penelanan. Hasil

refleks dari pusat menelan ke otot menghasilkan pola relaksasi

Page 12: anfis pencernaan

esophageal yang mendahului makanan dan minuman dan kontraksi otot

esophageal di belakangnya, dengan cara demikian akan mendorong

makanan yang ditelan melalui sepertiga pertama bagian esophagus.

3) Lambung

Lambung mensekresi cairan yang sangat asam dalam berespon

atau sebagai antisipasi terhadap pencernaan makanan. Cairan ini, yang

dapat mempunyai PH serendah 1, memperoleh keasamannya dari asam

hidroklorida yang disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi sekresi

asam ini dua kali lipat :

a) Untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih dapat

diabsorpsi.

b) Untuk membantu destruksi kebanyakan bakteri penceranaan.

Lambung dapat menghasilkan sekresi kira-kira 2,4 l/ hari. Sekresi

lambung juga mengandung pepsin, yang penting untuk memulai

pencernaan protein. Factor intrinsic juga disekresi oleh mukosa gaster.

Senyawa ini berkombinasi dengan vitamin B12 dalam diet, sehingga

vitamin dapat diabsorpsi dalam ileum. Tidak adanya factor intrinsic,

menyebabkan vitamin B12 tidak dapat diabsorpsi dan mengakibatkan

anemia pernisiosa.

Sekresi lambung di atur dalam 3 fase, dimana fase-fase ini

dikontrol oleh mekanisme neural dan hormonal. Tiga fase tersebut

adalah:

a) Fase sefalik

Pada fase ini penglihatan, penciuman dan pikiran tentang

makanan, juga adanya makanan dimulut bekerja pada pusat batang

otak, secara reflek meningkatkan stimulasi parasimpatis (vagal)

tentang saliva, sekresi pancreas. Pelepasan empedu dan sekresi

lambung oleh sel-sel chief dan parietal. Lambung juga menerima

rangsangan simpatik dalam fase sefalik, dalam berespon terhadap

peristiwa-peristiwa emosional dan situasional.

b) Fase Gastrik

Page 13: anfis pencernaan

Pada fase ini mengacu pada stimulasi sekresi lambung oleh

adanya makanan (Chyme) di dalam lambung. Peregangan dinding

lambung oleh makanan merangsang reseptor peregang dalam dinding

lambung. Reseptor peregang dan kemoreseptor selanjutnya

mengaktifkan neuron-neuron dalam pleksus mesenterika yang

selanjutnya menstimulasi sekresi oleh sel-sel chief dan parietal.

c) Fase Intestinal

Fase ini dimulai setelah chime mencapai duodenum,

keasamannya dari campuran ini merangsang sel-sel mucosal

duodenum untuk melepas sekretin ke dalam aliran darah, protein

memicu pelepasan kolesistokonin (cck) ke dalam aliran darah dari

sel-sel serupa, dan glukosa serta lemak merangsang GIP. Sekresi dari

cck menyebabkan sekresi pancreas dan pelepasan isi kandung empedu

ke dalam duodenum. GIP merangsang pelepasan insulin dari pulau-

pulau langerhans dan menurunkan motilitas dan sekresi lambung.

Permukaan dari sel-sel parietal mengandung reseptor untuk

asetil kolin, histamine, dan gastrin. Pemberian stimulasi salah satu

reseptor atau lebih ini mendesak sel parietal untuk mengeksresikan

HCl. Kelebihan sekresi HCl dapat menyebabkan ulkus pada

duodenum.

a) Motilitas

Makanan dari esophagus ke dalam lambung secara reflek

mendorong terjadinya relaksasi yang reseptif. Di sini spingter pilorik

hanya sedikit berperan dalam pengosongan gaster. Fungsi utamanya

adalah untuk mencegah refluks duodenal merusak sawar kimiawi

yang melapisi permukaan sel-sel mucosal lambung. Kontraksi

peristaltis ringan yang menetap setelah lambung benar-benar kosong

disebut kontraksi kelaparan. Pengosongan lambung dapat diperlambat

oleh vagotomi oleh adanya lemak, protein, atau Hcl di dalam chime

duodenal, oleh distensi duodenal dan oleh hormone instinum.

Page 14: anfis pencernaan

b) Muntah (Vomitus)

Muntah disebabkan oleh relaksasi SEB dan seluruh esophagus

yang dibarengi dengan kontraksi stimultan yang kuat pada otot-otot

abdomen dan diafragma serta penutupan epiglotis diatas saluran

udara. Kontraksi tersebut meremas lambung dan mendorong isi perut

kearah esophagus dan keluar mulut. Selain itu, iritasi pada usus halus

(oleh bahan-bahan dalam chime, oleh inflamasi atau proses penyakit)

dapat menyebabkan gerakan tertentu sehingga terjadinya gerakan

peristaltic balik. Gerakan ini, yang identik dengan gerakan peristaltic,

menggerakkan chime menuju katup pilorik.

4) Pankreas

Sel-sel asinus eksokin mensekresi larutan alkali cair (natrium

bikarbonat dan kalium bikarbonat) dan enzim-enzim pencernaan

bikarbonat menetralisasi chime yang sangat asam yang baru datang dalam

duodenum dari lambung, enzim-enzim pankreatik mencerna protein

(tripsin, kemotipsin elastase dan karboksinase). Lemak (tripsin,

kemotripsin, esterase), fosfolipase dan asam nukleat (nuclease) dan zat

tepung amylase. Pengaturan sekresi pankreatik terjadi melalui jalan

neural dan hormonal. Stimulasi vagal mengakibatkan sekresi enzim-

enzim pankreatik.

5) Kandung Empedu

Di dalam duodenum, chime tercampur dengan sekresi pankreatik

berbentuk cairan. Lemak dalam chime tidak larut dalam air, dan

membutuhkan suatu campuran enzim pelarut yang berasal dari hepar

untuk mengubahnya agar dapat terserap oleh sel-sel intestine manusia.

Empedu adalah suatu campuran garam empedu. Kolesterol bilirubin dan

asam yang membentuk suspensi dalam air. Larutan ini mengemulsikan

lemak dalam chime, dengan memecahkan lemak ke dalam globulus yang

sangat terionisasi menjadi bentuk yang dapat terserap oleh aksi dari

empedu. Empedu disimpan dan dipekatkan dalam kandung empedu.

6) Usus Halus

a) Sekresi

Page 15: anfis pencernaan

Chyme dalam duodenum tercampur dengan enzim-enzim

pencernaan, substansi alkali, air, mucus dan empedu dari lambung,

pancreas dan kandung empedu. Enzim-enzim intestine ditambahkan

ke dalam campuan ini. Usus halus menyumbangkan mucus, kelenjar

brunner di dalam mukosa duodenal menyumbangkan lebih banyak

bikarbonat dan air dalam chime, dalam responnya terhadap asam,

sekresi dan gastrin.

b) Motilitas

Usus halus mempunyai 2 tipe gerakan, mencampur dan

kontraksi peristaltic. Pleksus-pleksus intramural terutama

bertanggung jawab pada gerakan-gerakan ini, tetapi gerakan ini dapat

ditingkatkan atau diperlambat oleh stimulasi otonom ekstrinsik.

Selama gerakan pencampuran, distensi intestinal menimbulkan

kontriksi disepanjang usus halus. Ini menyebabkan area yang

meregang akan menyerupai lingkaran sosis. Kontraksi ini kemudian

relaks dan area baru menjadi kontriksi. Pengosongan usus halus ke

dalam kolon terjadi dengan cara yang sama seperti pada pengosongan

lambung. Pengosongan ileum dapat diperlambat dan refleks-refleks

intramural, yang diawali oleh kolon yang penuh (distensi).

c) Penyerapan

Lapisan mucosal pada usus halus memiliki banyak lipatan

diselimuti oleh tonjolan. Tonjolan yang berbentuk seperti jari (vili)

permukaan luminal pada setiap vilus ditutupi oleh mikrovili.

7) Usus besar

a) Sekresi

Sel-sel mukosa pada kolon mensekresi mucus, yang

melicinkan jalannya chime.

b) Motilitas

Gerakan kolon meliputi gerakan mencampur dan gerakan

peristaltic. Gerakan ketiga yang hanya dimiliki oleh kolon adalah

suatu gerakan massa kolon. Gerakan ini terjadi dari kontraksi

Page 16: anfis pencernaan

stimultan dari otot polos yang meliputi sebagian besar kolon desenden

dan kolon sigmoid. Gerakan massa ini dengan cepat mendorong

residu makanan yang tidak dicerna (feces) dari area ini ke rectum.

c) Defekasi

Pengisian rectum akan memicu refleks defekasi oleh

perangsangan reseptor-reseptor peregang dalam dinding rectum

stimulasi pada reseptor-reseptor peregang akan mengakibatkan serat

saraf sensor (afferen) mengirimkan impuls-impuls ke bagian bawah

medulla spinalis. Impuls afferent juga secara refleks menyebabkan

impuls-impuls saraf untuk dikirimkan keluar medulla spinalis

sepanjang neuron motorik somatic yang mempersarafi otot skeletal

sfingterani eksterna. Efek keseluruhan dari peristiwa-peristiwa ini

adalah untuk menghasilkan :

(1) Kontraksi ekspilsif yang terkoordinasi pada kolon dan rectum

(2) Relaksasi (pembukaan) spingter.

(3) Pengeluaran feces dari anus.

Defekasi adalah refleks medulla spinalis yang tidak

membutuhkan jaras yang utuh antara antara medulla sacral dan otak.

d) Absorpsi

Didalam usus besar, sebagian air dan kalium akan terserap

dari chime. Hal ini menghasilkan residu semi solid makanan yang

tidak tercerna yang dapat dikeluarkan dari dalam tubuh. Diare dapat

mengurangi waktu menetap chime dalam kolon sehingga membatasi

reabsorpsi kalium dalam air. Hal ini dapat mengakibatkan hipokalemi

dan dehidarsi.

Page 17: anfis pencernaan

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

a. Hernia adalah prostrusi dari organ melalui lubang defektif yang didapat

atau konginetal pada dinding rongga yang secara normal berisi organ.

Kebanyakan hernia terjadi di suatu tempat dari rongga abdomen dan

melibatkan usus. Lengkung usus didorong melalui lubang defektif sebagai

akibat dari peningkatan tekanan intra abdomen (Barbara Engram, hal 212,

tahun 1999).

b. Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi

abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus, atau kandung kemih)

memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi

abnormal (Dr.Jan Tambayong, hal. 140, tahun 2000).

Oleh karena itu dapat disimpulkan hernia adalah penonjolan yang tidak

normal dari organ melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga

akibat dari cacat bawaan (konginetal) atau diperoleh dari kelemahan otot

abdomen

2. Klasifikasi Hernia

a. Hernia menurut lokasinya dapat dibagi menjadi :

Page 18: anfis pencernaan

1) Hernia inguinalis adalah penonjolan isi abdomen yang tampak di

daerah sela paha (regio inguinalis)

2) Hernia paraumbilicalis adalah penonjolan pada orang dewasa yang

terjadi pada dinding abdomen di atas umbilikus.

3) Hernia femoralis adalah penonjolan yang terjadi karena menembus

lubang femoralis dan sering terjadi pada wanita daripada laki-laki.

Lubang femoralis yang awalnya tertutup oleh peritoneum dan lemak

terdorong oleh kandung kemih yang akhirnya terjadi rapuh dan

berlubang sehingga memungkinkan terjadinya hernia akibat tekanan

intra abdomen meningkat.

4) Hernia diafragmaticus adalah benjolan yang terjadi di bawah

diafragma. Biasanya disebabkan oleh lemahnya otot-otot diafragma

karena faktor usia.

5) Hernia scrotalis adalah benjolan yang terjadi di scrotum oleh karena

masuknya usus halus atau omentum.

6) Hernia umbilicalis adalah penonjolan isi abdomen yang tampak di

daerah pusar.

7) Hernia ventral atau incisional adalah penonjolan yang terjadi karena

proses penyembuhan yang tidak adekuat atau setelah operasi yang

disebabkan infeksi pada pasca operasi, nutrisi yang tidak adekuat atau

karena penekanan yang keras.

b. Hernia menurut sifatnya dapat dibagi menjadi :

1) Hernia reponibel yaitu hernia yang masih dapat keluar dan masuk.

Hernia akan keluar pada saat berdiri atau mengedan dan masuk lagi

jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau

gejala obstruksi usus.

2) Hernia irreponibel yaitu bila isi kantong hernia yang keluar tidak dapat

dikembalikan ke dalam rongga.

c. Hernia menurut isinya dapat dibagi menjadi :

1) Hernia adiposa, adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak

2) Hernia littre adalah hernia incarcerated atau strangulated yang

sebagian dinding ususnya saja terjepit di dalam cincin hernia.

Page 19: anfis pencernaan

3) Sliding hernia adalah isi hernia menjadi sebagian dari dinding kantong

hernia

3. Type Hernia

a. Indirect

Hernia inguinalis indirect adalah hernia yang isinya keluar melalui cincin

abdominalis diregio inguinalis dan masuk sepanjang duktrus spermatikus

di dalam kanalis inguinalis, lalu keluar dari cincin inguinalis disubkutan.

Pada hernia inguinalis ada suatu kantong kecil masuk ke dalam kanalis

inguinalis. Kadang-kadang kantong hernia itu berjalan terus dan masuk

ke dalam scrotum, maka disebut hernia scrotalis.

Hernia inguinalis indirect lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada

wanita, karena pada laki-laki saat perkembangan janin terjadi penurunan

testis dari rongga abdomen. Kalau saluran testis ini tidak menutup

dengan sempurna, akan menjadi jalan lewatnya hernia inguinalis indirect.

b. Direct adalah hernia yang melewati dinding inguinal posterior yaitu di

daerah medial pembuluh darah epigastrium inferior, yang berbatasan

dengan triganum Hessel bachii. Hernia inguinalis direct dapat terjadi

secara konginetal.

B. Patofisiologi

Kerusakan dinding otot abdomen dapat disebabkan oleh kerusakan jaringan

atau melebarnya ruang pada ligamen inguinal. Kelemahan otot abdomen sejak

lahir menyebabkan ligamen inguinal tidak menutup dengan sempurna sehingga

Page 20: anfis pencernaan

organ saluran cerna terutama usus dapat dengan mudah menembus otot. Selain

itu tekanan intra abdomen sering meningkat akibat dari kegemukan, pekerjaan

angkat berat, dan kehamilan. Meningkatnya tekanan pada abdomen menjadi

penyebab dari hernia, jika dinding otot melemah secara bersamaan. Hernia

yang incarserated (tidak dapat dipindahkan) dan telah terhalang atau tertutup

menyebabkan aliran darah menjadi tersumbat dan hernia ini dihubungkan pada

suatu keadaan tercekik (strangulated). Hernia incarcerated dan strangulated

harus dipertimbangkan untuk dibawa ke bagian bedah karena viscus benar-

benar menjadi sangat terhalang atau terjepit dan suplai pembuluh darah bisa

dengan cepat menjadi mati (nekrosis) dan ganggren. Gejala yang timbul adalah

distensi abdomen, mual, muntah, nyeri disertai panas.

1. Etiologi

Penyebab dari hernia adalah:

a.Konginetal atau cacat bawaan

b. Meningkatnya tekanan intra abdomen karena kehamilan, obesitas,

mengangkat benda yang berat dan tekanan karena batuk

c.Kelemahan dinding otot perut akibat pekerjaan angkat berat yang

dilakukan dalam jangka lama

d. Usia

Pada manusia usia lanjut jaringan penyangga makin melemah

2. Gejala Klinis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi

hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan

di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk dan bersin atau

mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang

dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau

paraumbical berupa nyeri viseral karena regangan pada mesentrium

sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.

Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi

incarcerated karena ileus atau strangulated karena nekrosis atau ganggren.

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada

inspeksi saat klien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis

Page 21: anfis pencernaan

muncul sebagai penonjolan. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum

(seperti karet) atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada

anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit scrotum

melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat

direposisi. Pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, klien

diminta mengedan sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat

dilihat.

Page 22: anfis pencernaan

3. Proses Penyakit

Kegemukan KehamilanAngkat berat

Ligamen Inguinal tidak menutup rapat karena

lemah atau trauma

Kelemahan otot abdomen sejak lahir

Meningkatkan tekanan intra abdomen

Trauma tumpul Abdomen

Mudah ditembus

Hernia

Organ saluran cerna terutama usus menembus otot

Tidak berhasilBerhasil

Aliran darah berkurang

Kematian jaringan

Hernia Irreponibel

Hernia Reponibel

Page 23: anfis pencernaan

4. Komplikasi

Terjadinya perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong

hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini

disebut hernia inguinalis irreponibilis. Pada keadaan ini belum ada

gangguan penyaluran isi usus, isi hernia yang tersaring menyebabkan

keadaan irreponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding

hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak.

Bisa juga menyebabkan Hematoma, infeksi luka, bendungan vena

femoralis terutama pada operasi hernia femoralis.

C. Penatalaksanaan Medis

1. Tes diagnostik

Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan darah lengkap

(Haemoglobin, Haematokrit, Leukosit, Trombosit, Masa pendarahan, Masa

pembekuan)

2. Terapi

Hernia dapat diatasi dengan cara konservatif dan tindakan pembedahan atau

operatif.

a.Tindakan Konservatif

Dilakukan dengan cara klien dibaringkan dengan kaki lebih tinggi

kemudian di daerah lipat paha diberi bantal pasir dengan tujuan untuk

menekan agar hernia bisa masuk kembali. Pada saat dilakukan tindakan

klien dalam keadaan bedrest. Cara lain yaitu dengan membaringkan

klien dengan kaki diangkat atau berbaring dalam bak berisi air hangat

dan mendorong massa hernia dengan lembut ke arah abdomen.

b. Tindakan Operatif

Pembedahan sering dilakukan untuk hernia yang besar atau resiko

tinggi terjadinya incarcerated, obstruksi dan strangulated. Tindakan

pembedahannya disebut Herniotomy.

Herniotomy adalah operasi untuk menyembuhkan hernia dengan

mengembalikan isi kantong hernia ke dalam posisinya yang normal dan

mengangkat kantong hernia tersebut. Herniorrhaphy yaitu pembedahan

Page 24: anfis pencernaan

dengan mengangkat suatu ligation dan pemindahan dari kantong hernia

dan mereduksi atau mengurangi (memotong) ukuran dari cincin

inguinal.

Hernioplasthy bertujuan memberikan penguatan pada area/daerah yang

lemah dengan fascia klien sendiri atau dengan bahan sintetis mesh.

Ketika hernia yang telah menjepit (incarcerated) secara spontan telah

berkurang, pembedahan dapat dilakukan termasuk menyelidiki

abdomen untuk menentukan vitabilitas dari usus kecil. Ini dapat

dilakukan dalam insisi yang sama atau dengan irisan vertikal yang

terpisah. Terdapat bermacam-macam variasi dalam teknik pembedahan

tergantung pada lokasi, ukuran dan jumlah jaringan lunak. Anastesi

yang dipakai pada umumnya anastesi lokal bila hernianya sangat besar

atau terjadi hernia strangulated maka dipakai anastesi umum.

Pemasangan NGT dapat digunakan untuk mencegah terjadinya muntah

dan distensi abdomen pada post operasi hernia umbilicalis atau

incisional. NGT dapat juga mencegah terjadinya kembung post operasi

sehingga berakibat peregangan pada luka jahitan.

c.Perawatan Pre Operasi

Prosedur pembedahan sistem pencernaan biasanya ada yang

direncanakan (elektif) dan mendadak (cito). Apabila sudah

direncanakan klien diberikan waktu untuk mempersiapkan keadaan

jasmani dan psikososial. Dukungan psikososial dan jasmani klien

sangat penting dalam ketentuan pre operatif. Sebelum dilakukan

pembedahan klien memiliki waktu untuk mengatasi periode nyeri dan

ketidaknyamanan.

Persiapan mental dan fisik sehari sebelum operasi:

1) Persiapan Mental

Klien yang akan dioperasi biasanya menjadi agak gelisah dan takut.

Klien tidak mau berbicara dan tidak memperhatikan keadaan

sekitarnya, tapi berusaha mengalihkan perhatiannya pada objek lain.

Atau sebaliknya dia bergerak terus-menerus dan tidak bisa tidur.

Klien sebaiknya diberitahu bahwa selama dioperasi dia tidak akan

Page 25: anfis pencernaan

merasa sakit karena ahli anastesi (bius) akan selalu menemaninya

dan berusaha agar selama operasi berlangsung klien tidak akan

merasakan sakit seperti yang dibayangkan. Beritahu pula bahwa

sebelum operasi dimulai klien akan dianastesi umum, lumbal atau

lokal.

2) Persiapan Fisik

a) Makanan: klien yang akan dioperasi diberi makanan yang

berkadar lemak rendah, tetapi tinggi karbohidrat, protein,

vitamin dan kalori. Untuk mempertahankan masuknya makanan

di dalam tubuh sampai saat operasi tiba dan segera setelah

operasi, klien perlu diberi makanan secara parenteral atau

disebut juga diinfus. Klien harus puasa 12-18 jam sebelum

operasi dimulai.

b) Lavamen/Klisma dilakukan untuk mengosongkan usus agar tidak

mengeluarkan feces di meja operasi.

c). Kebersihan mulut: sebelum operasi mulut harus dibersihkan dan

gigi disikat untuk mencegah terjadinya infeksi.

d). Mandi: sebelum operasi klien harus mandi, kuku disikat dan cat

kuku dihapus agar ahli anastesi dapat melihat perubahan warna

kuku dengan jelas.

e). Daerah yang akan dioperasi dicukur, tempat dan luasnya daerah

yang dicukur sesuai dengan jenis operasi yang akan dilakukan.

f). Istirahat dan tidur: malam sebelum operasi diusahakan agar klien

dapat istirahat dan tidur nyenyak.

g). Menandatangani “inform consent”.

h). Konsul dokter anastesi untuk pemberian premedikasi.

3) Perawatan sesaat sebelum masuk ruang operasi:

Persiapan fisik pada hari operasi meliputi pemeriksaan tanda-tanda

vital (Tekanan darah, Suhu, Nadi, Pernafasan). Bila suhu

meningkat laporkan kepada dokter. Operasi yang bukan darurat bila

demam, penyakit tenggorokan atau sedang haid, biasanya ditunda

oleh ahli bedah atau ahli anastesi. Klien yang akan dioperasi diantar

Page 26: anfis pencernaan

ke ruang operasi tepat pada waktunya. Pagi hari klien disuruh

mandi, rambut diikat dan tidak boleh memakai jepitan rambut.

Setelah rambut dirapikan, ditutup dengan kain bersih atau topi

bedah. Baju klien diganti dengan baju khusus operasi. Barang-

barang berharga yang dipakai, dilepaskan dan diserahkan kepada

keluarganya. Sebelum dibawa ke kamar operasi, klien disuruh

buang air kecil agar tidak membasahi meja operasi atau tersayat

kandung kemihnya sewaktu membuka dinding perut. Bila klien

tidak kencing karena takut maka perlu dipasang kateter.

Intervensi dari pre operatif untuk mencegah kemungkinan infeksi

post operatif. Persiapan pada pembedahan bervariasi dan persiapan

para ahli bedah sebelum dilakukan operasi berada dalam kondisi

aseptik.

Bila operasi dilakukan secara mendadak (cito) persiapan dilakukan

tidak sempurna.

d. Perawatan Post Operatif

Pengkajian

Observasi dilakukan saat klien tiba di ruangan, dilakukan secara

berkesinambungan oleh perawat pada 24-28 jam pertama setelah

operasi.

1) Tanda-Tanda Vital

Perhatian utama adalah kemungkinan shock berhubungan dengan

hipovolemik dari darah dan cairan yang hilang atau penurunan dari

resisten perifer total. Peningkatan sekresi kortisol dalam tubuh yang

berhubungan dengan respon stress dapat membantu

mempertahankan vasokontriksi dan kestabilan pembuluh darah.

Tekanan darah dan tanda-tanda vital lainnya dipengaruhi oleh

respon terhadap nyeri. Peningkatan suhu tubuh yang melebihi 37oC

adalah normal pada hari I atau II setelah pembedahan. Setelah

periode tersebut peningkatan suhu tubuh dapat

mengindentifikasikan terjadinya infeksi pada saluran pernafasan dan

perdarahan pada luka. Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan

Page 27: anfis pencernaan

setiap 15-30 menit sekali bila kondisi klien belum sadar dan tanda-

tanda vital belum stabil.

2) Luka

Cek tanda dan gejala inflamasi seperti eritema, rasa panas pada area

luka atau nyeri yang hebat

Proses penyembuhan luka:

a) Respon inflamasi akut terhadap cedera: mencakup hemostasis,

pelepasan histamin dan mediator lain dari sel-sel yang rusak dan

migrasi sel darah putih (leukosit polimorfonuklear dan

makrofag) ke tempat yang rusak tersebut.

b) Fase destruktif: pembersihan jaringan yang mati dan yang

mengalami devitalisasi oleh leukosit polimorfonuklear dan

makrofag.

c) Fase proliferatif: yaitu pada saat pembuluh darah baru yang

diperkuat oleh jaringan ikat, menginfiltrasi luka.

d) Fase Maturasi: mencakup re-epitalisasi, kontraksi luka dan

reorganisasi jaringan ikat.

Faktor-faktor yang memperlambat penyembuhan luka:

a) Kurangnya suplai darah dan pengaruh hipoksia

b) Dehidrasi

c) Eksudat berlebihan

d) Turunnya temperatur

e) Jaringan nekrotik, krusta yang berlebihan dan benda asing

f) Hematoma

g) Trauma dapat berulang

h) Malnutrisi

i) Penurunan daya tahan terhadap infeksi

3) Intake dan Output

Apabila kateter tidak digunakan, waktu dan jarak dari buang air

kecil harus diukur dan dicatat. Tergantung pada jenis pembedahan

dan kondisi klien, buang air kecil pertama yang terjadi pada 4-12

jam setelah operasi ini dapat mengindikasikan retensi urine.

Page 28: anfis pencernaan

Pengeluaran urine yang sedikit dapat pula diartikan dehidrasi dan

shock. Pengeluaran yang lain harus pula diukur dan dicatat

termasuk apa yang ada di dalam NGT. Intake diukur dan dicatat

baik yang melalui intravena dan oral dalam beberapa hari setelah

pembedahan.

4) Kenyamanan

Pengkajian secara spesifik untuk menentukan apakah nyeri tersebut

dari trauma pembedahan atau dari sumber kemungkinan lain yang

penting. Pengkajian kebiasaan dan frekuensi pola tidur membantu

dalam perencanaan kebutuhan istirahat yang sesuai.

5) Pengkajian Pernafasan

Pengkajian pernafasan setelah operasi membantu perawat dalam

menentukan normal dan abnormalnya dari suatu pernafasan.

Pengkajian sebelum dan sesudah klien batuk dan kedalaman

pernafasan dapat juga membantu untuk menentukan apakah latihan

tersebut efektif.

6) Pengkajian Abdomen

Abdomen harus dikaji sebelum operasi sama seperti pengkajian

pernafasan begitu juga setelah operasi. Mendengarkan suara bising

usus dapat membantu perawat menentukan klien mulai boleh makan

dan minum.

d. Rehabilitasi

Perawatan rehabilitasi pada klien hernia adalah bedrest. Saat timbulnya

nyeri latihan teknik relaksasi yaitu dengan menarik nafas dalam. Posisi

diatur senyaman mungkin untuk mengurangi nyeri.

Page 29: anfis pencernaan

D. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem pencernaan meliputi

pengumpulan data, interprestasi data dan diagnosa keperawatan.

a. Pengumpulan Data

Biodata Klien:

Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan,

pekerjaan, agama, alamat, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit dan

diagnosa medis.

b. Riwayat Keperawatan

1) Riwayat keperawatan sekarang

Menceritakan kapan klien mengalami trauma yang menyebabkan

klien dirawat di rumah sakit.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Mengkaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat

atau penyakit tertentu yang akan mempengaruhi terhadap kondisi

klien sekarang.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji apakah di dalam keluarga ada yang mempunyai penyakit yang

sama.

4) Riwayat psikososial dan spiritual

Mengkaji mengenai konsep diri dan hubungan atau interaksi klien

baik anggota keluarga maupun lingkungan dan mengkaji tentang

agama dan kepribadian, keyakinan, harapan serta semangat yang

terkandung di dalam diri klien.

c. Pola Aktivitas Sehari-hari

Meliputi nutrisi, eliminasi buang air kecil dan buang air besar, pola

personal hygiene, olahraga dan aktivitas gerak dan istirahat.

d. Pemeriksaan Fisik

Melakukan pengkajian melalui pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi sistem tubuh sehingga akan ditemukan

hal-hal sebagai berikut:

Page 30: anfis pencernaan

1) Keadaan umum, sistem penglihatan, sistem pendengaran, sistem

wicara, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan,

sistem pencernaan, sistem endokrin, sistem integumen, sistem

muskuloskletal dan sistem kekebalan tubuh.

2) Dalam sistem pencernaan didapatkan data bahwa adanya benjolan di

daerah abdomen yang muncul pada waktu berdiri, mengedan, pada

saat batuk, dan masuk kembali pada waktu berbaring.

e. Data Penunjang

Studi laboratorium yaitu dengan pemeriksaan darah lengkap

(Haemoglobin, Haematokrit, Leukosit, Trombosit, Masa perdarahan,

Masa pembekuan)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri: khususnya dengan mengedan yang

berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan.

b. Retensi urine yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan

anastetik selama pembedahan abdomen bawah.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan

immobilisasi atau kelemahan fisik

d. Resiko tinggi terjadi infeksi, berhubungan dengan proses invasif (luka

bedah, NGT dan infus)

e. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit dan cara

merawatnya.

f. Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan immobilisasi

3. Perencanaan

Diagnosa 1:

Gangguan rasa nyaman nyeri: khususnya dengan mengedan yang

berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau

hilang

Page 31: anfis pencernaan

Kriteria Hasil:

1) Klien mengatakan nyeri hilang/terkontrol

2) Ekspresi wajah tampak tenang

Rencana Tindakan:

1) Kaji dan catat tingkat nyeri: beratnya, karakter, lokasi, durasi, faktor

pencetus dan metode penghilangan. Tentukan skala nyeri dengan klien,

rentangkan ketidaknyamanan dari 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri

hebat). Laporkan nyeri berat dan menetap yang menandakan komplikasi.

2) Anjurkan klien untuk menghindari mengedan, meregang, batuk dan

mengangkat benda yang berat. Ajarkan klien untuk menekan insisi

dengan tangan atau bantal selama periode batuk. Ini khususnya penting

selama periode pasca operasi awal selama 6 (enam) minggu setelah

pembedahan.

3) Ajarkan klien bagaimana menggunakan dekker (truss) bila diprogramkan

dan anjurkan penggunaannya sebanyak mungkin, khususnya jika turun

dari tempat tidur.

4) Ajarkan klien untuk pemasangan penyokong scrotum atau kompres es

yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengembalikan

nyeri setelah perbaikan hernia inguinalis

5) Berikan analgesik sesuai program jika diindikasikan secara khusus

sebelum aktivitas pasca operasi.

Diagnosa 2:

Retensi urine yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan

anastetik selama pembedahan abdomen bawah

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kondisi klien dapat

berkemih tanpa kesulitan.

Kriteria Hasil:

1) Klien berkemih tanpa kesulitan

2) Haluaran urine ≥ 100 ml selama setiap berkemih dan adekuat kira-kira

1.000-1.500 ml selama periode 24 jam

Page 32: anfis pencernaan

Rencana Tindakan:

1) Kaji dan catat distensi supra pubik atau keluhan klien tidak dapat

berkemih

2) Pantau haluaran urine catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml

dalam suatu waktu.

3) Kaji kandung kemih terhadap distensi dengan inspeksi, perkusi dan

palpasi

4) Berikan waktu bagi dorongan klien untuk berkemih jangan mendesak

klien

5) Konsul dengan dokter jika klien tidak dapat berkemih, mengalami

distensi kandung kemih atau mengalami nyeri supra pubik atau uretra.

Diagnosa 3:

Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan

immobilisasi atau kelemahan fisik.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan mobilisasi

teratasi.

Kriteria Hasil:

1) Dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan.

2) Bisa mempertahankan atau meningkatkan kekuatan fungsi bagian tubuh

yang sakit.

Rencana Tindakan:

1) Monitor tanda-tanda vital (Tekanan darah, Nadi, Suhu, Pernafasan)

2) Kaji tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas

3) Anjurkan klien untuk istirahat bila sudah terasa lelah

4) Bantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan

klien yang sulit klien lakukan sendiri

5) Bantu klien dalam melakukan aktivitas bila keadaan tidak memungkinkan

untuk klien lakukan sendiri.

Page 33: anfis pencernaan

Diagnosa 4:

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan proses invasif (luka bedah, NGT

dan infus).

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.

Kriteria Hasil:

1) Tanda-tanda infeksi tidak terjadi seperti kalor, dolor, rubur, tumor dan

fungsiolesa

2) Tanda-tanda vital dalam batas normal

3) Luka menunjukkan penyembuhan bertahap

Rencana Tindakan

1) Monitor tanda-tanda vital (Tekanan darah, Nadi, Suhu, Pernafasan)

Monitor adanya tanda-tanda infeksi seperti kalor, dolor, rubor, tumor dan

fungsiolesa

2) Observasi keadaan luka

3) Gunakan teknik aseptik dan antiseptik dalam setiap melakukan tindakan

4) Ganti balutan luka setiap hari dengan menggunakan alat-alat yang steril

5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik sesuai dengan program

pengobatan

Diagnosa 5:

Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit dan cara

merawatnya.

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cemas berkurang atau

teratasi

Kriteria Hasil:

1) Cemas berkurang

2) Klien tampak rileks dan mampu mengungkapkan perasaannya

Page 34: anfis pencernaan

Rencana Tindakan:

1) Kaji tingkat kecemasan klien. Tentukan bagaimana klien menangani

masalahnya di masa yang lalu dan bagaimana klien menggunakan koping

dengan masalah yang dihadapinya sekarang.

2) Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur.

3) Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan masalah yang

dihadapinya.

4) Catat perilaku dari orang terdekat atau keluarga yang meningkatkan peran

sakit klien.

5) Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk

sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya.

6) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.

7) Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya.

Diagnosa 6:

Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan immobilisasi.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan konstipasi tidak terjadi.

Kriteria Hasil:

1) Buang air besar normal dan lancar

2) Tidak terjadi distensi pada abdomen.

Rencana Tindakan:

1) Melatih klien untuk melakukan pergerakan yang melibatkan daerah

abdomen seperti miring kanan atau kiri

2) Auskultasi bising usus

3) Berikan cairan yang adekuat

4) Berikan makanan tinggi serat

5) Kolaborasi untuk pemberian obat laxatif untuk mempermudah buang air

besar

Page 35: anfis pencernaan

4. Evaluasi

Diagnosa 1:

Gangguan rasa nyaman nyeri: khususnya dengan mengedan yang

berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan

- Nyeri berkurang/terkontrol

- Ekspresi wajah tampak tenang

Diagnosa 2:

Retensi urine yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan

anastetik selama pembedahan abdomen bawah

- Klien berkemih tanpa kesulitan

- Haluaran urine ≥ 100 ml selama setiap berkemih dan adekuat kira-

kira 1.000-1.500 ml selama periode 24 jam

Diagnosa 3:

Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan

immobilisasi atau kelemahan fisik.

- Dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan

- Bisa mempertahankan atau meningkatkan kekuatan fungsi bagian

tubuh yang sakit.

Diagnosa 4:

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan proses invasif (luka bedah, NGT

dan infus)

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

- Tanda-tanda infeksi tidak terjadi seperti kalor, dolor, rubur, tumor dan

fungsiolesa

- Luka menunjukkan penyembuhan bertahap

Page 36: anfis pencernaan

Diagnosa 5:

Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit dan cara

merawatnya.

- Cemas berkurang

- Klien tampak rileks dan mampu mengungkapkan perasaannya

Diagnosa 6:

Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan immobilisasi.

- Buang air besar normal dan lancar

- Tidak terjadi distensi pada abdomen.