Upload
aggifitiyaningsih
View
227
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
anemia adalah
Citation preview
Mewaspadai Anemi Pada Kehamilan
Hupitoyo, S.Kp.M.Kes. Dosen Kebidanan Malang
Anemia adalah manifestasi dari keadaan yang diakibatkan pendeknya
kelangsungan hidup sel darah merah sebagai berkurangnya kadar
hemoglobin darah (misalnya hemolisis, kehilangan darah), produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi (misalnya keadaan defisiensi, kegagalan
sumsum tulang), atau kombinasi keduanya.
Anemia Dalam kehamilan
Selama kehamilan terjadi adaptasi secara psikologik maupun fisiologis secara
sistemik, salah satunya adalah pada sistem kardiovaskular khususnya volume
darah. Volume darah meningkat sekitar 1500 ml (nilai normal: 8,5% sampai 9%
berat badan) terdiri atas 1000 ml plasma ditambah 450 ml sel darah merah.
Peningkatan ini mulai sekitar minggu ke-10 sampai ke-12, mencapai puncak sekitar
30% sampai 50% di atas volume normal pada minggu ke-20 sampai ke-26, dan
menurun setelah minggu ke-30. Peningkatan volume merupakan mekanisme
protektif karena (1) system vascular yang mengalami hipertrofi akibat pembesaran
uterus, (2) hidrasi jaringan janin dan ibu yang harus adekuat saat ibu berdiri atau
telentang, dan (3) cadangan cairan untuk mengganti darah yang hilang selama
proses melahirkan dan puerperium.
Peningkatan volume ini menyebabkan rasio eritrosit terhadap volume cairan
menurun sebagai efek dilusi. Rerspon tubuh terhadap penurunan ini adalah akan
mengadaptasi dengan meningkatkan produksi eritrosi 30% sampai 33% selama
kehamilan. Walaupun produksi eritrosit meningkat tetapi secara kuantitatif rasio
normal tidak pernah akan tercapai. Apabila nilai hemoglobin turun sampai 10 g/dl
atau lebih dan hematokrit turun sampai 35% atau lebih, maka menyebabkan
menifestasi anemi. Karena peningkatan volume cairan ini sebab yang fisiologi maka
anemi yang terjadi disebut sebagi anemi fisisiologis. Penurunan lebih jelas terlihat
selama trimester kedua, saat terjadi ekspansi volume darah yang cepat.
Mengingat bahaya selama kehamilan, perslinan dan pasca persalinan
maka dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi anemi ini. Salah satunya adalah
dengan program pemberian tablet Fe mulai trimester II dengan maksud agar pada
trimester III eritrosit sudah optimal secara kuantitatif maupun kualitatif. Tetapi pada
kenyataanya 18,5% ibu hamil masih, 57,9% , pseudoanemia. Badan kesehatan
dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil
yang mengalami anemia sekitar 35-75%, yang semakin meningkat seiring dengan
pertambahan usia kehamilan.
Analisa
Ada awalnya eritrosit masih dalam bentuk stemcell yang
pluripoten dan terus berdifferensiasi sampai maturasi membutuhkan
semua element nutrient (harbohidrat, asam lemak, protein) dan elektrolit
( Fe. Mg. Cu, Co dsb). Elemen ini sangat berfungsi untuk membentuk
struktur rantai hemoglobin. Bila salah satu tidak ada atau berkurang
maka morfologi eritrosit tidak akan sempurna. Secara klinis
manifestasi yang muncul adalah anemi tetapi secara morfologis akan
memberikan gambran yang sangat berbeda bergantung substrat yang
tidak ada
Gambar 1. Struktur rantai Hemoglobin
Oleh karena itu bila di lihat secara
patogenesis morfologis akan di dapatkan
beberapa bentuk anemia
Menurut Sarwono (2007), anemia dalam kehamilan dapat dibagi
sebagai berikut :
a. Anemia defisiensi besi.62,3%
b. Anemia megaloblastik..29,0%
c. Anemia hipoplastik....8,0%
d. Anemia hemolitik...0,7%
1. Anemia Defisiensi Besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia
akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang
masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi,
gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari
badan, misalnya pada perdarahan.
Gambar 2. Peran Fe dalam sintesis eritrosit
2. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik
(pteroylglutamic acid), atau karena defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin).
Beberapa penyebab kekurangan B 12 adalah:
a. Tidak ada produksi asam lambung (Achlorhydria)
b. Asupa makanan yang tidak adekua
c. Kerusakan molekul produsen di lambung
d. Coeliac disease
e. diverticulosis, fistula, intestinal anastomosis atau infection marine parasite
Diphyllobothrium latum
f. Malabsorbsi Vit B12
g. Pancreatitis cronic
Gambar 2 morfologi megalobalstic
anemi yang bercirikan hipersegmentasi
neutrofil
Penyebab kekurangan asam folat adalah :
a. Alcoholism b. Kekurangan asupan makanan c. Peningkatan kebutuhan d. Malabsorbsi
3. Anemia Hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang
kurang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik
dalam kehamilan.
4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia
hemolitik sukar menjadi hamil; apabila ia hamil, maka anemianya biasanya
menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan
menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak
menderita anemia.
Menurut Tarwoto (2007), derajat anemia berdasarkan kadar
hemoglobin menurut WHO, adalah:
a. Ringan Sekali : Hb 10 g/dl Batas Normal
b. Ringan : Hb 8 g/dl 9,9 g/dl
c. Sedang : Hb 6 g/dl 7,9 g/dl
d. Berat : Hb < 6 g/dl
1. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi Eritrosit
a. Anemia Mikrositik Hipokromik
Defisiensi besi merupakan penyebab terpenting suatu anemia
mikrositik hipokrom, dengan ketiga indeks eritrosit (MCV, MCH, dan
MCHC-volume eritrosit rata-rata, dan kadar hemoglobin) berkurang dan
sediaan apus darah menunjukkan eritrosit yang kecil (mikrositik) dan
pucat (hipokrom). Gambaran ini disebabkan oleh defek sintesis
hemoglobin, (Hoffbrand, 2005).
b. Anemia Normokromik Makrositik
Menurut Hoffbrand (2005), pada anemia makrositik eritrosit
berukuran besar abnormal (volume eritrosit rata-rata, MCV >95 fL). Ada
beberapa penyebab yang dapat dibagi secara luas berdasarkan
gambaran eritroblas yang sedang berkembang dalam sumsum tulang
menjadi megaloblastik dan non-megaloblastik.
Menurut Isbister, James (1999), jika MCV >110 fl, tampaknya
penyebab kemungkinan besar adalah anemia megaloblastis atau suatu
anemia diseritropoietik. Dalam film darah, akan diperlihatkan makrosit
oval, anisositosis jelas dan poikilositosis menunjukkan ke arah
megaloblastosis. Makrosit bulat, tipis, sel-sel target, anisositosis ringan
dan poikilositosis menandakan penyakit hati dengan atau tanpa
alkoholisme (terutama jika ada stomatosit). Polikromasia yang
menandakan hitung retikulosit yang meningkat, akan meninggikan MCV
dan gambaran hemolisis sel darah merah juga ada. Anemia
normokromik makrositik dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Anemia Makrositik Nonmegaloblastik
Ada beberapa keadaan yang dapat timbul dengan anemia
makrositik tanpa adanya eritropoiesis megaloblastik. Keadaan-
keadaan ini, seperti defisiensi B12 atau folat dini, dapat makrositik
tanpa terjadinya anemia yang nyata. Meskipun ini tampaknya agak
memberatkan daftar penyebab, dalam mayoritas pasien,
penyebabnya dapat terlihat pada penemuan klinis atau pada
pemeriksaan awal. Jika megaloblastis telah dikesampingkan,
pemeriksaan paling baik dilakukan melalui jalur normokromik
normositik dan kebanyakan penyebab akhir yang menentukan dari
anemia makrositik tersebut akan dapat ditemukan. Penyebab dari
makrositosis (dengan atau tanpa anemia) tanpa adanya bukti
megaloblastosis berat adalah:
a) Retikulositpsis-hemolisis, perdarahan atau neonates.
b) Toksin-alkohol, arsen
c) Anemia aplastik, aplasia sel darah merah
d) Anemia diseritropoietik
e) Beberapa anemia sideroblastik akuisita
f) Sindroma preleukimia
g) Infiltrasi maligna dari sumsum tulang
h) Beberapa keganasan hematologi dengan diseritropoiesis nyata
i) Skorbut
j) Malnutrisi protein
k) Pasca splektomi
l) Kehamilan
m) Penyakit paru obstruktif menahun
2) Anemia Megaloblastik Makrositik
Vitamin B12 dan asam folat dibutuhkan untuk sintesis asam
deoksiribonukleat (DNA) normal. Defisiensi salah satu dari substansi
ini akan menimbulkan defek maturasi nucleus dari sel, dan yang
paling banyak terkena adalah sel-sel yang terus melakukan replikasi
(sumsum tulang, mukosa usus, dan kuat). Pemeriksaan definitive
untuk memastikan adanya eritropoiesis megaloblastik adalah
pemeriksaan sumsum tulang dan identifikasi penyebab adalah
dengan menilai status vitamin B12 dan folat. Kebanyakan klinisi akan
meneyetujui bahwa tidak penting untuk melakukan pemeriksaan
sumsum tulang dalam defisiensi B12 atau folat yang ringan, kecuali
jika ada indikasi khusus lainnya. Tetapi dalam anemia makrositik
berat dimana penyebabnya tidak segera dapat diketahui,
pemeriksaan sumsum tulang menjadi suatu pemeriksaan penting.
c. Anemia Normokromik Normositik
Menurut Isbister, James (1999), ini adalah kelompok anemia
dimana ukuran sel darah merah dan hemoglobinisasi tidak terpengaruh,
sehingga pasien datang dengan anemia, jumlah sel darah merah yang
berkurang, MCV (Mean Corpuscular Volume), MCH (Mean Corpuscular
Hemoglobin), dan MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin
Concentration) normal.
Menurut Varney (2010), berikut adalah pengkategorian etiologi
anemia berdasarkan ukuran sel darah merah :
a. Anemia Mikrositik (penurunan ukuran sel darah merah)
1) Kekurangan zat besi
2) Talassemia
3) Gangguan Hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak
ditemukan di Asia Tenggara)
4) Keracunan timah
5) Penyakit kronis (infeksi, tumor)
b. Anemia Normositik (ukuran sel darah normal)
1) Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat
a) Kehilangan sel darah merah akut
2) Gangguan Hemolisis darah
a) Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle cell disease)
b) Gangguan C hemoglobin
c) Sferocitosis (banyak ditemukan di Eropa Utara)
d) Kekurangan G6PD (glucose-6phosphate dehydrogenase)
e) Anemia hemolitik (efek samping obat)
f) Anemia hemolisis autoimun
3) Penurunan produksi sel darah merah
a) Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang yang mengancam
jiwa)
b) Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor)
4) Ekspansi-berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi-
berlebihan
c. Anemia Makrositik (peningkatan ukuran sel darah merah)
1) Kekurangan Vit. B12
2) Kekurangan asam folat
3) Hipotiroid
4) Kecanduan alkohol
5) Penyakit hati dan ginjal kronis
Jadi ibu hamil sudah mengkonsumsi Fe dengan benar tetapi masih terdapat anemi
maka perlu di pertimbangkan hal-hal lain oleh karena penyebab anemi adalah multi
factorial.