196
LO 1 Anatomi

anatomi telinga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anatomi telinga

Citation preview

Page 1: anatomi telinga

LO 1

Anatomi

Page 2: anatomi telinga
Page 3: anatomi telinga

Telinga luar

• Daun telinga (auricula) – Terdiri dari: Helix, Tuberculum auriculae, Antihelix, Tragus.– Perdarahan:

• A. Temporalis superficialis• A. Auricularis posterior

• Liang telinga (Meatus Acusticus Externus)– Dasar cavum conchae s/d membrana tympani (2,5 cm pada

dewasa).– 1/3 lateral tulang rawan berbentuk huruf S.– 2/3 medial tulang + kulit tipis, sedikit kelenjar tanpa folikel

rambut.

Page 4: anatomi telinga

Membrana tympani

Membran fibrosa tipis dilapisi kulit tipis di lateral dan mukosa di medial, bentuk elips, permukaan konkaf, diameter ± 1 cm, warna putih mutiara mengkilat.

Umbo

Cone of light

Pars flaccida

Pars tensa

Page 5: anatomi telinga

Telinga tengah

• Ruang sempit di pars petrosa ossis temporalis yang mengandung:– Udara– Tulang2 pendengaran:

- Malleus- Incus- Stapes

– Otot:• M. Tensor tympani• M. Stapedius

– Chorda tympani mengandung saraf parasimpatis.

Page 6: anatomi telinga
Page 7: anatomi telinga
Page 8: anatomi telinga

Telinga dalam

• Berada di pars petrosa ossis temporalis.• Terdiri dari:– Labyrinthus osseus

• Panjangnya 17 mm• Terdiri dari Canales semicirculares, Vestibulum dan Cochlea

– Labyrintus membranaceus• Mengikuti bentuk Labyrinthus osseus, berisi endolympha• Terdiri dari Ductus semicirculares, Utriculus dan Sacculus, dan

Ductus cochlearis• Diperdarahi oleh A. labyrinthi

Page 9: anatomi telinga

Perjalanan N. Fascialis

Page 10: anatomi telinga
Page 11: anatomi telinga
Page 12: anatomi telinga
Page 13: anatomi telinga
Page 14: anatomi telinga
Page 15: anatomi telinga
Page 16: anatomi telinga
Page 17: anatomi telinga

MALLEUS

INCUS

STAPES

Page 18: anatomi telinga
Page 19: anatomi telinga
Page 20: anatomi telinga
Page 21: anatomi telinga
Page 22: anatomi telinga
Page 23: anatomi telinga
Page 24: anatomi telinga
Page 25: anatomi telinga

Tuba Eustachius

• B’asal pharyngeal pouch.• Otopharyngeal tube - pharyngotympanic tube.• menghub kavitas telinga tengah dengan nasofaring• proteksi ventilasi (keseimbangan telinga tengah) & bersihan kavitas telinga tengah (pengeringan cairan )• Normal = tertutup. •Saat lahir 17-17mm, sempit, horizontal. Terbuka o/ otot palati tensor• Dewasa 36mm. Lebar dan 45o. Terbuka o/ otot palati tensor dan palati levator

Page 26: anatomi telinga
Page 27: anatomi telinga

Histologi

Page 28: anatomi telinga

Saccule and semicircular canal

Page 29: anatomi telinga

Macula of saccule

Page 30: anatomi telinga

Crista of semicircular canal

Page 31: anatomi telinga

Koklea

Page 32: anatomi telinga

Koklea

Page 33: anatomi telinga

Organ Corti

Page 34: anatomi telinga

Spiral ganglion

Page 35: anatomi telinga

Fisiologi

Page 36: anatomi telinga

FISIOLOGI PENDENGARAN• Daun telinga menangkap energi bunyi dalam bentuk

gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke kokleamenggetarkan membran tymphanitelinga tengah, melalui rangkaian tulangdiamplifikasimenuju stapestingkap lonjong bergerakperilimfa bergerakmembrana Reissnermendorong endolimfa sehingga menimbulkan gerak relatif antar membran basilaris dan membran tektoria.

• Kejadian di atas adlh rangsang mekanikdefleksi strereosilia sel rambutmelepaskan neurotransmitter ke sinapspotensial aksi pd saraf auditoriusnukleus auditoriuskorteks pendengaran di lobus temporalis

Page 37: anatomi telinga
Page 38: anatomi telinga

Ada 2 jalur

Page 39: anatomi telinga

Jalur pendengaran sentral

• Setiap daerah di membran basilaris berhubungan dengan daerah tertentu di lobus temporalis

• N. VIII membawa sinyal dari organ pendengaran ke pusat pendengaran di otak

• Sinyal pendengaran dari kedua telinga disalurkan ke kedua lobus temporalis sehingga gangguan pada salah satu jalur pendengaran tidak akan menggangu pendengaran kedua telinga

Page 40: anatomi telinga
Page 41: anatomi telinga

Mekanisme pendengaran

• Mengubah gelombang suara dari hantaran udara menjadi getaran cairan di telinga dalam.• Telinga luar (Pinna, meatus auditorius eksternus dan membrana timpani)

Pinna(mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga luar)

↓Masuk ke kanalis telinga (saluran telinga) terdapat rambut-rambut halus untuk menyaring

partikel-paartikel asing↓

Membrana timpani sebagai pintu masuk ke telinga tengah bergetar↓

Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membrana timpani ke cairan telinga dalam dibantu oleh osikula (maleus,inkus,stapes)

↓Tekanan membrana timpani dan efek pengungkit dari osikuler

↓Mengenai jendela oval (pintu masuk koklea)

↓Pergerakkan cairan koklea

↓Getarana membrana basalis (terdapat organ corti)

↓Sel rambut organ corti mengubah gerakan cairan menjadi sinyal saraf

↓Perambatan potensial aksi ke korteks auditorius d lobus temporalis otak untuk presepsi suara

Air Condaction

Page 42: anatomi telinga

Bone condaction• berjalan melalui penghantar tulang getaran sumber suara

menggetarkan tulang kepala menggetarkan perylimph pada skala vestibuli skala tympani penghantaran udara

• penghantaran melalui tulang dapat dilakukan dengan percobaaan rine, sedangkan penghantaran bunyi melalui tulang kemudian dilan-jutkan melalui udara dapat dilakukan dengan percobaan weber

• kecepatan penghantaran suara terbatas, makin tambah usia makin berkurang daya tangkap suara atau bunyi yang dinyatakan antara 30 – 20.000 siklus/detik

Page 43: anatomi telinga

Transmisi Gelombang Suara• Gelombang suara getaran membran timpani gerakan

tulang2 telinga tengah getaran jendela oval gerakan cairan koklea

• Melalui 2 jalur :– Melalui skala vestibuli helikotrema skala timpani

jendela bundar bergetar penghamburan energi (tidak ada persepsi suara) – Skala vestibuli membrana basilaris pembengkokan sel2

rambut reseptor organ corti perubahan posisi membran tektorial perubahan potensial pembentukan potensial aksi perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara

Page 44: anatomi telinga

2 Jalur Transmisi Suara

Page 45: anatomi telinga

• Sel-sel rambut meghasilkan sinyal saraf jika rambut di permukaannya secara mekanis mengalami perubahan bentuk karena gerakan cairan di telinga dalam

• Rambut-rambut ini secara mekanis terbenam di dalam membrana tektorial

• Transmisi gelombang tekanan melalui membrana basilaris menyebabkan membran ini bergerak ke atas-bawah atau bergetar secara sinkron sel-sel rambut bergerak naik-turun membrana basilaris bergeser terhadap membrana tektorial sel-sel rambut terbuka dan tertutup bergantian perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi

Transmisi Gelombang Suara

Page 46: anatomi telinga

Gerakan Sel Rambut Potensial Aksi

Page 47: anatomi telinga

• Perubahan bentuk mekanis rambut pembukaan dan penutupan saluran di sel reseptor perubahan potensial berjenjang perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak

• Depolarisasi sel rambut:Saat membrana basilaris bergeser ke atas meningkatkan kecepatan pengeluaran zat perantara menaikkan kecepatan potensial aksi di serat aferen

• Hiperpolarisasi sel rambut:Membrana basilaris bergerak ke bawah penurunan pengeluaran zat perantara kecepatan potensial aksi berkurang

Transmisi Gelombang Suara

Page 48: anatomi telinga

Diskriminasi Nada

• Diskriminasi nada adalah kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang datang

• Bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris

• Ujung membran (pendek & kaku) bergetar maximum pd nada frekuensi tinggi

• Daerah Helikotrema ( lebar & lentur) bergetar maximum pd nada frekuensi rendah

Page 49: anatomi telinga

Membrana Basilaris Bergetar pada Frekuensi yg Berbeda

Page 50: anatomi telinga

Korteks Pendengaran• Setiap daerah di membrana basilaris berhubungan

dengan daerah tertentu di korteks pendengaran dalam lobus temporalis

• Neuron korteks hanya diaktifkan oleh nada-nada tertentu

• Neuron aferen menangkap sinyal auditorius dari sel rambut keluar dari koklea melalui saraf auditorius

• Jalur saraf antara organ corti dan korteks pendengaran melibatkan beberapa sinaps terutama sinaps di batang otak dan talamus

• Batang Otak masukan pendengaran untruk kewaspadaan & arousal

• Talamus menyortir & memancarkan sinyal ke atas

Page 51: anatomi telinga
Page 52: anatomi telinga

Organ corti• Mengandung sel rambut auditori yg merupakan reseptor

suara.• Ada 15000 sel rambut di setiap koklea, disusun menjadi 4

baris pararel (1 baris sel rambut dalam dan 3 baris sel rambut luar)

• Menonjol dari setiap sel rambut sejumlah 100 rambut yg disebut stereocilia

• Sel rambut merupakan mekanoreseptor, menghasilkan signal neural ketika permukaan rambut tertekan secara mekanik karena gerakan cairan di telinga dalam

• Sel rambut dalam mentrasformsikan kekuatan mekanik suara menjadi impulse elektrik pendengaran, mengirim signal pendengaran ke otak melalui jalur aferen

Page 53: anatomi telinga

Kelainan Telinga

Page 54: anatomi telinga

Fistula Preaurikula

• Fistula terbentuk akibat kegagalan penggabungan tuberkel pertama dan kedua

• kelainan herediter yang dominan• Lokasi : depan tragus; berbentuk bulat/lonjong dengan

ukuran seujung pensil.• sering keluar sekret asal kelenjar sebasea di muara fistula• Bila obstruksi dan infeksi fistula -> pioderma atau selulitis

fasial• Th/ : antibiotik (akut), insisi (abses), operasi (cairan keluar

berkepanjangan/rekuren)

Page 55: anatomi telinga

Fistula Preaurikular

Page 56: anatomi telinga

Microtia dan Atresia Liang TelingaMikrotia : daun telinga lebih kecil dan tidak sempurnaMikrotia sering disertai atresia liang telinga dan

kelainan tulang pendengaranAtresia : tidak terbentuknyaSering : laki-laki, telinga kanan Angka kejadian = 1:7000 kelahiranUnilateral : bilateral = 3:1Etio : belum jelas -> diduga faktor genetik, infeksi virus,

intoksikasi bahan kimia dan obat teratogenik pada kehamilan muda

Page 57: anatomi telinga

Microtia dan Atresia Liang Telinga

Diagnosis ditegakkan dengan bentuk daun telinga yang tidak sempurna dan liang telinga yang atresia

Pemeriksaan : fungsi pendengaran dan CT-Scan tulang temporal dengan resolusi tinggi -> menilai telinga tengah dan dalam, membantu menentukan kemungkinan berhasilnya operasi konstruksi kelainan telinga tengah

Page 58: anatomi telinga

Microtia dan Atresia Liang Telinga

Th/:1. Atresia bilateral -> bone conduction hearing aid2. Kanaloplasti saat usia 5-7 th3. Atresia unilateral -> operasi setelah usia dewasaKomplikasi operasi : 1. paresis N VII2. Hilangnya pendengaran3. Restenosis (sering)

Page 59: anatomi telinga

Bat’s ear

Daun telinga > lebar dan > menonjolTidak mengganggu fungsi pendengaranMenimbulkan dampak psikis -> perlu operasi

otoplasti

Page 60: anatomi telinga

Hematoma Daun Telinga

Terdapat kumpulan darah di antara perikondrium dan tulang rawan

Etiologi : traumaTh/: darah dikeluarkan secara sterilKomplikasi : perikondritis

Page 61: anatomi telinga

Perikondritis

Radang tulang rawan pada kerangka daun telingaEtiologi : trauma akibat kecelakaan, operasi daun

telinga yang terinfeksi, dan komplikasi pseudokista daun telinga

Tatalaksana: antibiotikKomplikasi : cauliflower ear

Page 62: anatomi telinga

Inflammation of Auricle

Page 63: anatomi telinga

Pseudokista

Benjolan di daun telinga akibat kumpulan cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga

Manifestasi klinis : benjolan di daun telinga yang tidak nyeri dan tanpa sebab

Terapi: mengeluarkan cairan secara steril -> balut tekan dengan bantuan semen gips selama seminggu -> perikondrium melekat pada tulang rawan

Komplikasi : perikondritis

Page 64: anatomi telinga

Serumen

hasil poduksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu

Letak normal : 1/3 luar liang telingaKonsistensi normal : lunak, terkadang keringPengaruh : faktor usia, iklim, keturunan, dan

lingkunganMempunyai efek proteksiPenumpukan serumen -> Tuli konduktifTelinga masuk air -> serumen mengembang

Page 65: anatomi telinga

Serumen

Th/ : 1. Serumen lunak -> kapas yang dililitkan pada pelilit kapas2. Serumen keras -> pengait/kuret3. Apabila kedua cara di atas tidak berhasil : serumen

dilunakkan terlebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari

4. Bila serumen sudah terlalu jauh terdorong ke liang telinga maka dilakukan irigasi air hangat ( sesuai suhu tubuh )

Page 66: anatomi telinga

Benda Asing di Liang Telinga

Benda mati/hidup, binatang, komponen tumbuh-tumbuhan, mineral

Anak kecil : manik, kacang hijau, mainan, karet penghapus, dan terkadang baterai

Orang dewasa : kapas cotton bud yang tertinggal, potongan korek api, patahan pensil, terkadang serangga

Mematikan serangga : memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan misalnya larutan rivanol atau obat anestesi lokal + 10 menit

Page 67: anatomi telinga

Benda Asing di Liang Telinga

Benda asing seperti baterai jangan dibasahiTerapi : 1. Benda asing besar -> pengait serumen2. Benda asing kecil -> cunam atau pengait3. Binatang -> pinset/diirigasi dengan air bersih hangat

Page 68: anatomi telinga

Otitis Eksterna

Radang liang telinga akut maupun kronisEtiologi : infeksi jamur, virus, dan bakteriFaktor predisposisi : 1.perubahan pH di liang telinga -> basa2.Keadaan udara yang hangat dan lembab3.Trauma ringan ketika mengorek telinga

Page 69: anatomi telinga

Otitis Eksterna Akut

1. Otitis eksterna sirkumkripta (furunkel : bisul ) 1/3 kulit luar liang telinga mengandung adneksa

kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar serumen -> infeksi pada pilosebaseus -> furunkel

Etiologi : Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus

Gejala dan tanda : 1. rasa nyeri hebat tidak sesuai besar bisul2. gangguan pendengaran (furunkel besar)

Page 70: anatomi telinga

Otitis Eksterna Akut Pemeriksaan: • inspeksi dan palpasipembengkakan tragus dngn bts

tegas,nyeri hebat pada 1/3luar CAE • Otoskop: kulit pada CAE tampak merah, bengkak dan terisi

debris. Membran timpani normalTerapi : 1. abses -> aspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanah. 2. Lokal -> antibitioka dalam bentuk salep seperti polymixin B

atau bacitrasin, atau antiseptik ( asam asetat 2-5 % dalam alkohol )

3. Dinding furunkel tebal -> insisi -> dipasang salir untuk mengalirkan nanahnya

Page 71: anatomi telinga

Otitis Eksterna Akut 2. Otitis eksterna difus 2/3 kulit liang telinga dalam Etiologi : Pseudomonas (sering), Staphylococcus albus

dan Escherichia coli Gejala dan tanda : kulit liang telinga dalam nampak hiperemis dan edema

yang tidak jelas batasnya. Nyeri tekan tragus Liang telinga sangat sempit

Page 72: anatomi telinga

Otitis Eksterna Akut

Kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan

Ada sekret yang berbau( tidak mengandung musin) Terapi : Membersihkan liang telinga memasukkan tampon yang mengandung

antibiotika ke liang telinga kadang –kadang : obat antibiotika sistemik

Page 73: anatomi telinga

Otomikosis

Infeksi jamur di liang telingaEtiologi : Pityrosporum, Aspergillus, Candida albicanFaktor presisposisi : kelembaban yang tinggi di liang

telingaPityrosporum -> terbentuknya sisik yang mirip

ketombe ; predisposisi otitis eksterna bakterialisTanda dan gejala : rasa gatal dan penuh di liang

telinga, sering pula tanpa keluhan

Page 74: anatomi telinga

Otomikosis

Terapi : 1. Membersihkan liang telinga dengan asam asetat 2%

dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung antibiotik dan steroid.

2. Kadang diperlukan salep antijamur yang mengandung nistatin,klotrimazol

Page 75: anatomi telinga

Herpes zoster otikus

Etiologi : varicella zosterVirus ini menyerang 1 atau lebih dermatom saraf

kranialDapat mengenai nevus trigeminus, ganglion

genikulatum, dan radiks servikalis bagian atas Sindroma Ramsay Hunt

Tanda dan gejala : tampak lesi kulit yang vesikuler pada kulit daerah

muka sekitar liang telinga. otalgia

Page 76: anatomi telinga

Herpes zoster otikus

terkadang disertai paralisis otot wajah berat : + tuli sensorineuralTerapi : sesuai tatalaksana herpes zoster

Page 77: anatomi telinga

Herpes Zoster Otikus

Page 78: anatomi telinga

Keratosis Obturans dan Kolesteatoma Eksterna

• Keratosis obturans -> gumpalan epidermis di liang telinga akibat

pembentukkan sel epitel berlebihan dan tidak bermigrasi ke arah telinga luar

-> manifestasi klinis : tuli konduktif akut, nyeri hebat, liang telinga lebih lebar, membran timpani utuh + > tebal, jarang ada sekresi telinga, erosi tulang liang telinga menyeluruh

Page 79: anatomi telinga

Keratosis Obturans dan Kolesteatoma Eksterna

• Kolesteatoma Eksterna-> manifestasi klinis : 1. erosi tulang liang tengah hanya di daerah

posteroinferior2. otore, nyeri tumpul menahun-> th/: operasi, pemberian obat tetes telinga campuran

alkohol/gliserin dalam H2O2 3% 3x seminggu

Page 80: anatomi telinga

Perbandingan Keratosis obturans Kolesteatoma eksterna

Umur Dewasa muda Tua

Penyakit terkait SinusitisBronkiektasi

-

Nyeri Akut/ berat Kronis/ nyeri tumpul

G3 pendengaran Konduktif/sedang -/ ringan

Sisi telinga Bilateral Unilateral

Erosi tulang Sirkumferensial Terlokalisi

Kulit telinga Utuh Ulserasi

Osteonekrosis - Bisa ada

Otorea Jarang Sering

Page 81: anatomi telinga

Otitis Eksterna MalignaInfeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain

di sekitarnya.Biasanya terjadi pada orang tua yang terkena

diabetes melitusEtiologi tersering Pseudomonas AerugenosaGejala dan tanda : 1. Rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat

diikuti nyeri2. Sekret yang banyak disertai pembengkakan liang

telinga

Page 82: anatomi telinga

Otitis Eksterna Maligna

Terapi :1. Sementara menunggu hasil kultur diberikan

golongan fluoroquinolone ( ciprofloxasin ) dosis tinggi per oral

2. Pada keadaan yanglebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan golongan aminoglikosida selama 6-8 minggu.

3. Selain obat – obatan perlu dilakukan membersihkan luka secara radikal.

Page 83: anatomi telinga

Bullous Myringitis

• Merupakan bentuk khusus dr otitis externa, yg dikarakteristikan dgn gambaran fluid-filled hemorrhagic blebs pada membran timpani dan kulit bagian dalam meatus external.

• Etiologi :– Virus influenza– Mycoplasma pneumoniae

• Sering berkaitan dgn infeksi saluran napas atas

Page 84: anatomi telinga

Tanda & Gejala Bullous Myringitis

• Nyeri lokal di telinga• Biasanya diikuti jg spontaneous appearance of

a blood-tinged serous / serousanguineous discharge

Page 85: anatomi telinga
Page 86: anatomi telinga

Diagnosis Bullous Myringitis

• Otoscopic examination– Terdapat lesi vesicular & multipel kecil pd

membran timpani– Kadang2, membran timpani inflamasi dan adanya

efusi pd telinga tengah– Sering terdapat posterior cervica

lymphadenopathy

Page 87: anatomi telinga

Bullous Myringitis

Manajemen• Terapi analgesia adekuat• Terapi antibiotik

oral/topikal : bila ada inflamasi

• Menjaga telinga tetap bersih dan kering utk preventif dari infeksi sekunder

Komplikasi• Sensorineural hearing loss• Perforasi membran timpani

Page 88: anatomi telinga

Kelainan Telinga Tengah

Page 89: anatomi telinga

1. Gangguan fungsi Tuba Eustachius

• Fungsi Tuba Eustachius :– Ventilasi menjaga tekanan udara telinga tengah= tekanan udara

luar.– Drenase sekret– Menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah.

• Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila ada oksigen diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap.

• Pembukaan tuba dibantu otot tensor veli palatini apabila terdapat perbedaan tekanan 20-40 mmHg.

• Gangguan fungsi tuba dapat terjadi karena :– Tuba terbuka abnormal.– Myoklonus palatal– Palatoskisis– Obstruksi tuba

Page 90: anatomi telinga

Tuba Terbuka Abnormal

• Hilangnya jar lemak sekitar mulut tuba -> tuba terbuka terus-menerus -> Udara masuk ke telinga tengah saat respirasi

• Etio: turun BB hebat, penyakit kronis tertentu (rinitis atrofi dan faringitis), gangguan fungsi otot (myastenia gravis), penggunaan obat anti hamil (wanita) dan estrogen (laki-laki)

• Keluhan: rasa penuh dalam telinga/autofoni

Page 91: anatomi telinga

Tuba Terbuka Abnormal

• Pemeriksaan klinis : terlihat membran timpani atrofi, tipis dan bergerak pada respirasi

• th/: obat penenang -> gagal -> pasang pipa ventilasi (Grommet)

Page 92: anatomi telinga

Obstruksi Tuba

• Dapat terjadi oleh berbagai kondisi : peradangan nasofaring, peradangan adenoid atau tumor nasofaring

• Gejala klinik awal (sumbatan o/ tumor) : terbentuk cairan pada telinga tengah (OM serosa)

• OM serosa kronik -> kemungkinan karsinoma nasofaring

• Sumbatan mulut tuba di nasofaring ok Bellocq tampon atau sikatriks akibat trauma operasi (adenoidektomi)

Page 93: anatomi telinga

2. Barotrauma (Aerotitis)

a. Definisi• perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga

tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam → tuba gagal membuka

b. PatofisiologiPerbedaan tekanan >90 cmHg otot tidak mampu membuka tuba tekanan negatif di rongga telinga tengah cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa & ruptur pembuluh darah cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.

Page 94: anatomi telinga

Kelainan Telinga Tengahc. Gejala :• Kurang dengar• Nyeri dalam telinga• Autofoni• Perasaan ada air dalam telinga• Tinitus• Vertigo

Page 95: anatomi telinga

Kelainan Telinga Tengahd. Penatalaksanaan• Dekongestan lokal• Perasat Valsava (bila tidak ada infeksi pada jalan

napas atas)• Miringotomi (bila cairan menetap di telinga tengah

sampai beberapa minggu)• Pipa ventilasi (Grommet)

e. Pencegahan• Mengunyah permen karet atau melakukan perasat

valsava (sewaktu pesawat terbang mulai mendarat)

Page 96: anatomi telinga

3. Otitis Media

• Adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa

telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid,

dan sel-sel mastoid.

Page 97: anatomi telinga

3. Otitis Media

Page 98: anatomi telinga

ETIOLOGI:BarotitisAlergiInfeksiSumbatan (sekret, tampon, tumor)

Gg tubaTekanan negatif telinga tengah Efusi

Sembuh / normal

OME

OMA

OMEOMSKSembuh

Tuba tetap terganggu + infeksi

Tuba tetap terganggu tanpa infeksi

Page 99: anatomi telinga

Skema Pembagian Otitis Media

Page 100: anatomi telinga

Klasifikasi

• Otitis media supuratif– Otitis media supuratif akut– Otitis media supuratif kronis

• Otitis media serosa – Otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis)– Otitis media serosa kronis

• Otitis media spesifik– Otitis media tuberkulosa– Otitis media sifilitika

• Otitis media adhesif

Page 101: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Akut (Otitis Media Akut)

Page 102: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Akut (Otitis Media Akut)

a. Definisi• peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum

telinga tengah akibat faktor pertahanan tubuh terganggu

b. Etiologi• Bakteri piogenik seperti :– Streptococcus hemolyticus– Staphylococcus aureus– Pneumokok– H.influenzae– E.coli– Streptococcus anhemolyticus– Proteus vulgaris– Pseudomonas aeruginosa

Page 103: anatomi telinga

Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Stadium Hiperemis

Stadium Supurasi Stadium Perforasi

Stadium Resolusi

•Gambaran retraksi membran timpani•Kadang membran timpani nampak normal/keruh pucat•Efusi mungkin sudah terjadi,tetapi susah dideteksi•Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus/alergi

•Pembuluh darah melebar•Membran timpani hiperemis + edem•Sekret mungkin masih bersifat eksudat yang serosa

•Edema hebat pada mukosa telinga tengah•Hancurnya sel epitel superficial•Eksudat yang purulen di kavum timpanibulging ke arah liang telinga luar•Sangat sakit, nadi dan suhu ↑, nyeri di telinga ber+•Tekanan nanah tidak ber- iskemia•Nekrosis: daerah yang lebih lembek, kekuningan

•Terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar•Suhu badan turun•Anak menjadi tenang

•Membran timpani ttp utuhnormal kembali•Terjadi perforasisekret ber-,kering•Daya tahan tubuh baik/virulensi kumah rendahresolusi tanpa pengobatan•OMAOMSK jika perforasi menetap•OMA otitis media serosa

Page 104: anatomi telinga

c. Patofisiologi• Faktor penyebab utama : sumbatan tuba eustachius

sehingga pencegahan invasi kuman terganggu.• Pencetusnya : infeksi saluran napas atas.• Mudah terjadi pada bayi

d. Manifestasi klinis• Gejala klinis tergantung stadium penyakit dan umur

pasien• anak : – Rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh yang

tinggi– Biasanya terdapat riwayat batuk pilek

sebelumnya

Page 105: anatomi telinga

• orang dewasa :– Gangguan pedengaran berupa rasa penuh dan

kurang dengar• bayi dan anak kecil :– Suhu tubuh yang tinggi (>39,50c)– Gelisah– Sulit tidur– Tiba-tiba menjerit saat tidur– Diare– Kejang– Kadang memegang telinga yang sakit.

Page 106: anatomi telinga
Page 107: anatomi telinga
Page 108: anatomi telinga

Acute otitis media

Page 109: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Akut (Otitis Media Akut)

e. Penatalaksanaan• Terapi bergantung pada stadium

penyakitnya.• Pengobatan pada stadium awal ditujukan

untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik dan antipiretik.

Page 110: anatomi telinga

Stadium oklusi Stadium presupurasi

Stadium supurasi

Stadium perforasi

Stadium resolusi

Obat tetes hidung:•HCl efedrin 0.5% dalam larutan fisiologik (<12thn)•HCl 1% dalam larutan fisiologik (>12thn dan dewasa)Antibiotik bila ec. kuman

Obat tetes hidungAnalgetikaAntibiotik•Ampisilin 50-100mg/kg BB per hari 4dosis•Amoksisilin 40mg/kg BB/hari 3 dosis•Eritromisin 40mg/kg BB/hari

AntibiotikMiringotomi bila membran timpani masih utuh

Obat cuci telinga H2O2 3% 3-5hariAntibiotik

Membran timpani berangsur normalSekret tidak ada lagiPerforasi menutup

Terapi

Page 111: anatomi telinga

• Bila tidak terjadi resolusi, tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi membran timpani

• Antibiotik dilanjutkan sampai 3 minggu, >3minggu tidak sembuh mungkin terjadi mastoiditis

• OMA berlanjut dengan keluarnya sekret > 3minggu otitis media supuratif subakut

• Perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari 1.5 bulan atau 2 bulan otitis media supuratif kronis (OMSK)

Page 112: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Akut (Otitis Media Akut)

f. Komplikasi• Sebelum adanya antibiotik, OMA

menimbulkan komplikasi yaitu abses sub-periosteal sampai abses otak dan meningitis.

• Sekarang semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapat pada OMSK.

Page 113: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Akut (Otitis Media Akut

Miringotomi• tindakan insisi pada pars tensa membran

timpani agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke telinga luar.

• Bila pasien mendapat terapi adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali bila jelas tampak adanya nanah di telinga tengah.

• Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan akibat trauma liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma fenestra rotundum, trauma nervus fasialis dan trauma pada bulbus jugulare.

Page 114: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronik

a. Definisi• infeksi kronik telinga tengah dengan perforasi

membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul.

• Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau nanah.

• Biasanya disertai gangguan pendengaran.

Page 115: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronikb. Etiologi• Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan OMA

yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan.• Beberapa faktor penyebab adalah – Terapi yang terlambat – Terapi tidak adekuat– Virulensi kuman tinggi– Daya tahan tubuh rendah– higiene buruk

Page 116: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronikb. Etiologi• Bila <2 bulan subakut.• Sebagian kecil perforasi membran timpani terjadi

akibat trauma telinga tengah.• Kuman penyebab biasanya Gram positif aerob,

sedangkan pada infeksi yang telah berlangsung lama sering juga terdapat kuman Gram negatif dan anaerob.

Page 117: anatomi telinga

Letak perforasi

• Letak perforasi penting u/ menentukan jenis/tipe OMSK

• Perforasi dpt ditemukan daerah sentral, marginal, atau atik.

• Perforasi sentral perforasi trdpt di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani.

• Perforasi marginal sebagian tepi perforasi lgsg berhubungan dg anulus atau sulkus timpanikum

• Perforasi atik perforasi yg terletak di pars flaksida

Page 118: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronikc. Klasifikasi• OMSK dibagi dalam 2 jenis :– OMSK Benigna atau Tipe Mukosa• Peradangan terbatas pada mukosa saja• Tidak mengenai tulang• Perforasi terletak di sentral• Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan

tidak terdapat kolestatom

Page 119: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronikc. Klasifikasi– OMSK Maligna atau Tipe Tulang• Disertai dengan kolesteatom• Perforasi terletak marginal, subtotal atau di

atik.• Sering menimbulkan komplikasi yang

berbahaya atau fatal• Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani,

juga dikenal tipe aktif dan tipe tenang.

Page 120: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronik

d. Manifestasi Klinis• Otore• Vertigo• Tinitus• Rasa penuh di telinga• Gangguan pendengaran

Page 121: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronik

e. Diagnosis• Berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT

terutama pemeriksaan otoskopi.• Pemeriksaan penala mengetahui gangguan

pendengaran.• Pemeriksaan audiometri nada murni , audiometri

tutur (speech audiometry) dan BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) jenis dan derajat gangguan pendengaran.

• Foto rontgen mastoid• Kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga

Page 122: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronikf. Terapi OMSK Benigna• Bila sekret keluar terus, diberikan obat cuci telinga yaitu

H2O2 3% selama 3-5 hari.• Setelah sekret berkurang -> obat tetes telinga yang

mengandung antibiotik dan kortikosteroid, tidak lebih dari 2 minggu -> bersifat ototoksik.

• Antibiotik oral : ampisilin atau eritromisin sebelum hasil tes resistensi diterima.

• Bila sekret telah kering namun perforasi tetap ada setelah diobservasi selama 2 bulan miringoplasti atau timpanoplasti. Sumber infeksi harus diobati dulu

Page 123: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronik

Terapi OMSK Maligna• Pembedahan yatu mastoidektomi dengan

atau tanpa timpanoplasti.• Bila terdapat abses subperiosteal

retroaurikular, maka dilakukan insisi abses tersendiri sebelum mastoidektomi.

Page 124: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronik

g. Komplikasi1. Telinga tengah• Perforasi membran timpani persisten• Erosi tulang pendengaran• Paralisis nervus fasialis2. Telinga dalam• Fistula labirin• Labirinitis supuratifa• Tuli saraf (sensorineural)

Page 125: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronik

g. Komplikasi3. Ekstradural• abses ekstradural• Trombosis sinus lateralis• Petrositis 4. SSP• meningitis • Abses otak• Hidrosefalus otitis

Page 126: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronik

Komplikasi Otitis Media :Komplikasi Intratemporal1. Komplikasi di telinga tengah– Paresis nervus fasialis– kerusakan tulang pendengaran– Perforasi membran timpani

2. Komplikasi ke rongga mastoid– Petrositis– Mastoiditis koalesen

3. Komplikasi ke telinga dalam– Labirinitis– Tuli saraf/sensorineural

Page 127: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronik

Komplikasi ekstratemporal1. Komplikasi intrakranial– Abses ekstradura– Abses subdura– Abses otak– Meningitis– Tromboflebitis sinus lateralis– Hidrosefalus otikus

2. Komplikasi ekstrakranial– Abses retroaurikular– Abses Bezold’s– Abses zigomatikus

Page 128: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronis

1. Komplikasi Telinga Tengah• hampir selalu berupa tuli konduktif.• Pada membran timpani yang masih utuh, tetapi

rangkaian tulang pendengaran terputus tuli konduktif berat.

• Contoh :– Paresis nervus fasialis

• Otitis media akut Penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis

• Otitis media kronis erosi tulang oleh kolesteatom atau jaringan granulasi infeksi ke dalam kanalis fasialis.

Page 129: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronis

2. Komplikasi Telinga Dalam• Penyebaran oleh proses destruksi, seperti oleh

kolesteatoma (suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel atau keratin) atau infeksi langsung ke labirin akan menyebabkan gangguan keseimbangan dan pendengaran.

• Terdiri dari :a. Fistula labirin dan labirinitis

• Otitis media supuratif kronis terutama yang dengan koleosteatoma kerusakan pada bagian vestibuler labirin fistula.

• Pada keadaan ini infeksi dapat masuk, sehingga terjadi labirinitis dan akhirnya akan terjadi komplikasi tuli total atau meningitis.

Page 130: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronikb. Labirinitisa. Definisi• infeksi pada telinga dalam (labirin) yang disebabkan oleh

bakteri atau virus.• = vestibular neuritis, vestibular neuronitis,

neurolabyrinthitis dan acute peripheral vestibulopathy.b. Gejala akibat penyebaran infeksi ke ruang perilimfa.• Labirinitis umum (General) :– Vertigo berat dan tuli saraf berat

• Labirinitis terbatas (Labirinitis sirkumskripta)– Vertigo saja atau tuli saraf saja

Page 131: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronikc. Klasifikasi• Labirinitis serosa– Labirinitis serosa difus– Labirinitis serosa sirkumskripta

• Labirinitis supuratif– Labirinitis supuratif akut difus– Labirinitis supuratif kronik difus

d. Prognosis• Labirinitis serosa toksin disfungsi labirin tanpa invasi

sel radang.• Labirinitis supuratif sel radang menginvasi labirin

fibrosis dan osifikasi.

Page 132: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronik

e. Penatalaksanaan• Operasi menghilangkan infeksi dari telinga

tengah.• Drenase nanah dari labirin mencegah

meningitis.• Antibiotika adekuat pada pengobatan otitis

media kronik dengan/tanpa kolesteatoma.

Page 133: anatomi telinga

Otitis Media Supuratif Kronikg. Pemeriksaan Penunjang• Terlihat bayangan kolesteatom pada foto mastoid.Kolesteatoma• Merupakan suatu kista epiterial yang berisi

deskuamasi epitel (keratin), deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar.

• Apabila terdapat serumen padat dalam waktu lama epitel kulit yang berada medial dari serumen terperangkap kolesteatoma

• Kolestatoma merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman (infeksi) inflamasi stimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatoma hiperproliferatif, destruktif dan mampu berangiogenesis.

Page 134: anatomi telinga

Kolesteatoma

Page 135: anatomi telinga

Otitis media non supuratif

• Keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen

di telinga tengah, sedangkan membran

timpani utuh

• Efusi encer otitis media serosa, efusi kental

seperti lem otitis media mukoid

Page 136: anatomi telinga

• Otitis media serosa adanya transudat atau plasma

yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga

tengah perbedaan tekanan hidrostatik

• Otitis media mukoid timbul akibat sekresi aktif

dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam

mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga

mastoid

Page 137: anatomi telinga

Etiologi

• Terganggunya fungsi

tuba eustachius

• Adenoid hipertrofi

• Adenoitis

• Sumbing palatum

• Tumor di nasofaring

• Barotrauma

• Sinusitis

• Rinitis

• Defisiensi imunologik

atau metabolik

Page 138: anatomi telinga

Klasifikasi

• Otitis media serosa akut

• Otitis media serosa kronik

Page 139: anatomi telinga

Otitis media serosa akut

• Keadaan terbentuknya sekret di telinga

tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh

gangguan fungsi tuba

Page 140: anatomi telinga

Etiologi

• Sumbatan tuba karena tersumbatnya tuba secara

tiba-tiba seperti pada barotrauma

• Virus berhubungan dengan dengan infeksi pada

jalan napas atas

• Alergi keadaan alergi pada jalan napas atas

• Idiopatik

Page 141: anatomi telinga

Gejala

• Pendengaran berkurang utama

• Rasa tersumbat pada telinga

• Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada

telinga yang sakit

• Terasa cairan yang bergerak dalam telinga

• Tinitus, vertigo, atau pusing ringan

• Otoskopi membran timpani retraksi

• Tuli konduktif garpu tala

Page 142: anatomi telinga

Pengobatan

• Medikamentosa

– Obat vasokonstriktor lokal (tetes hidung)

– Antihistamin

– Perasat valsava ≠ tanda-tanda infeksi jalan napas atas

• Pembedahan

– Miringitomi gejala menetap

– Pemasangan pipa ventilasi masih belum sembuh

Page 143: anatomi telinga

Otitis media serosa kronik

• Lebih sering pada anak-anak

• Sekret kental seperti lem glue ear

Page 144: anatomi telinga

Glue ear

Page 145: anatomi telinga

Etiologi

• Karena gejala sisa dari OMA

• Infeksi virus

• Keadaan alergi

• Gangguan mekanis tuba

Page 146: anatomi telinga

Gambaran klinik

• Perasaan tuli lebih menonjol (40-50 dB)

• Otoskopi membran timpani utuh, retraksi,

suram, kuning kemerahan, atau keabu-abuan

Page 147: anatomi telinga

Pengobatan

• Mengeluarkan sekret dengan miringitomi dan

memasang pipa ventilasi

• Pada kasus baru dekongestan tetes hidung

serta kombinasi anti histamin-dekongestan

per oral kadang bisa berhasil

Page 148: anatomi telinga
Page 149: anatomi telinga

Pemeriksaan

• Otoskopi• Pneumatic otoscope– Meniupkan udara secara perlahan ke gendang telinga, dan

melihat pergerakannya

• Tympanometry. – Mengukur gerakan membran timpani dengan mengubah

tekanan di dalam telinga

• Acoustic reflectometry. – Menggunakan alat yang menghasilkan suara dalam

berbagai frekuensi

Page 150: anatomi telinga

Tympanograms “Normal” “Flat”

Page 151: anatomi telinga

Otitis media adhesiva

• Keadaan terjadinya jaringan fibrosis di telinga tengah sebagai

akibat proses radang yang berlangsung lama

• Komplikasi dari otitis media supuratif atau otitis non supuratif

rusaknya mukosa telinga tengah

• Waktu penyembuhan terbentuk jaringan fibrotik yang

menimbulkan perlekatan

• Kasus berat angkilosis pada tulang-tulang pendengaran

Page 152: anatomi telinga

Gambaran klinik

• Pendengaran berkurang dengan riwayat infeksi

telinga

• Otoskopi gambaran membran timpani bervariasi

mulai dari sikatriks minimal, suram sampai sikatriks

berat, disertai bagian-bagian yang atrofi atau

timpanosklerosis plaque

Page 153: anatomi telinga

Otitis media adhesiva

Page 154: anatomi telinga

PERFORASI MEMBRAN TIMPANI

Page 155: anatomi telinga

PERFORASI MEMBRAN TIMPANI

• Definisi:– Perforasi: lubang– Membran timpani: gendang telinga• Hilangnya sebagian jaringan dari membrane timpani

yang menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi dari membrane timpani.

Page 156: anatomi telinga

ETIOLOGI PERFORASI MEMBRAN TIMPANI

• Infeksi akut pada telinga tengah • Trauma fisik dari telinga, yang tersering adalah

pukulan yang keras kearah telinga dalam, tenaga yang timbul dapat memecahkan atau merobek membran timpani.

• Beberapa trauma yang lain adalah, perubahan tekanan pada telinga yang berubah secara mendadak, pada contohnya sering pada penyelam, yang didahului dengan gangguan pada saluran telinga dan mulut, peradangan ataupun infeksi.

Page 157: anatomi telinga

GEJALA KLINIS PERFORASI MEMBRAN TIMPANI

• Gejala klinis yang timbul pada perforasi membran timpani adalah:– Penurunan pendengaran – Sensasi mendengar suara siulan saat meniup telinga atau

bersin – Cairan yang keluar dari telinga dapat terus menerus – Tanda-tanda infeksi telinga tengah (demam, nyeri, telinga

berdenging) – Hilangnya fungsi pendengaran (test pendengaran), hal ini

menentukan apakah penderita membutuhkan alat bantuan pendengaran atau tidak.

Page 158: anatomi telinga

PEMERIKSAAN PERFORASI MEMBRAN TIMPANI

• Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan biasanya adalah: – Otoskopi – Timpanometri – Test pendengaran (Audiologi) (Swabach,

Webber, dan Rinne)

Page 159: anatomi telinga

NORMAL

Page 160: anatomi telinga
Page 161: anatomi telinga

PENGOBATAN PERFORASI MEMBRAN TIMPANI

• Terapi pengobatan pada perforasi membran timpani ditujukan untuk mengendalikan infeksi pada telinga tengah.

• Penggunaan anti bacterial (Antibiotik oral atau tetes telinga) sebaiknya digunakan jika hasil kultur dan resistensi sudah didapatkan.

• Penyumbatan pada lubang baik dengan lemak atau bahan sintetis yang tidak menimbulkan reaksi tubuh penerima (timpanoplasty). – Pengobatan ini memiliki tingkat keberhasilan 80 hingga 90

% tergantung dari besarnya perforasi maupun komplikasi yang timbul.

• Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri yang timbul

Page 162: anatomi telinga

PROGNOSIS PERFORASI MEMBRAN TIMPANI

• Adanya perforasi atau robekan pada membran timpani menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2 bulan.

• Hilangnya fungsi pendengaran biasanya untuk sementara waktu.

Page 163: anatomi telinga

Otosklerosis

• Penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah kaki stapes -> stapes kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik

• Faktor penyebab : faktor keturunan dan gangguan perdarahan pada stapes

• Insiden tertinggi pada bangsa kulit putih (8-10%), 1% bangsa Jepang, 1% bangsa kulit hitam

• Bilateral, perempuan > sering, usia 11-45 th

Page 164: anatomi telinga

Otosklerosis

• Manifestasi klinis1. Pendengaran terasa berkurang secara progresif2. Tinitus3. Kadang vertigo• Pemeriksaan -> membran timpani utuh• Tuba biasanya paten dan tidak ada riwayat penyakit/

trauma telinga atau kepala sebelumnya• Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan audiometri

nada murni dan impedance

Page 165: anatomi telinga

Otosklerosis

• Mungkin dapat terlihat Schwarte’s sign dan Paracusis Willisii

• Th/: operasi stapedektomi atau stapedotomi, ABD dapat digunakan sementara

Page 166: anatomi telinga

Tympanosclerosis

• Tympanosclerosis adalah suatu kondisi di mana terdapat kalsifikasi jaringan di telinga tengah yg jika meluas dapat mempengaruhi pendengaran.

• Tympanosclerosis dapat diklasifikasikan sebagai:– Myringosclerosis - hanya melibatkan membran

timpani– Intratympanic tympanosclerosis – mempengaruhi

bagian telinga tengah lain: the ossicular chain, atau yg lebih jarang mastoid cavity

Page 167: anatomi telinga

Patofisiologi Tympanosclerosis

• Terdapat deposit kalsifikasi pd membran timpani, ossicular chain, tympanic cavity dan mastoid

• Diperkirakan merupakan hasil dari inflamasi persisten dan biasanya berhubungan dgn infeksi kronik telinga tengah

• Terdapat proliferasi fibroblast → penumpukan serat kolagen dlm jumlah yg byk → hyaline mass formation → penumpukan kalsium

Page 168: anatomi telinga

Etiologi Tympanosclerosis

• Etiologi masih belum jelas, mungkin disebabkan suatu bentuk jaringan parut yang terkait dengan peradangan kronis telinga tengah

• Faktor penyebab dan yg berkaitan :– Chronic otitis media– Grommet (tympanostomy tube) insertion– Systemic slerosis– Carotid atheroma atau atherosclerosis– cholesteatoma

Page 169: anatomi telinga

Tanda & Gejala Tympanosclerosis

• Karakteristik chalky white patches pada eardrum

• Pd bbrp kasus , tuli konduktif

Page 170: anatomi telinga

Pemeriksaan Penunjang Tympanosclerosis

• Otoscopic examination• Pure tone audiometry - defines extent and

type of hearing loss• Tympanometry - the tympanogram result can

be affected by tympanosclerosis• CT - may help with diagnosis of disease within

the middle ear cavity

Page 171: anatomi telinga

Tympanosclerosis

Diagnosa Banding• Auditory canal obstruction

due to wax or debris• Otosclerosis• Tympanic perforation• Chronic otitis media

(chronic suppurative otitis media and otitis media with effusion or 'glue ear')

• Cholesteatoma• Glomus tumours (rare)

Manajemen• Hearing aids• Surgery

Page 172: anatomi telinga
Page 173: anatomi telinga

CHOLESTEATOMA

• Definisi: kista epitelial yg berisi deskuamasi epitel (keratin) terbentuk terus + menumpuk– (Gray) kolesteatoma: ep. Kulit yg berada pada tempat

yg salah• Klasifikasi:– Kongenital– Kolesteatoma didapat primer (paling sering)– Kolesteatoma didapat sekunder

• Teori² patogenesis:– teori invaginasi (primer), teori migrasi & metaplasi

(sekunder)

Page 174: anatomi telinga

Fs t. eustachius tergggInflamasi kronik t. tengah cth: chronic otitis media

Tekanan negatif retraksi area lemah di m.timfani (pars flacida)

Akumulasi keratin ok efek retraksi

FR infeksi (pseudomonas, proteus, coccus) + inflamasi

↑ proliferasi sel keratinosit & aktivitas osteoclastic+ ↑cholesteatoma

Page 175: anatomi telinga

• Kolesteatoma merupakan media pertumbuhan yang baik untuk mikroba ( Proteus sp. Dan Pseudomonas sp. )

• Gejala tanda yang berbahaya :– Abses / fistel retroaurikuler– Polip / granulasi pada liang telinga luar– Kolesteatoma yang terlihat– Sekret nanah dan berbau khas– Tampak bayangan kolesteatoma pada rontgen

mastoid

Page 176: anatomi telinga
Page 177: anatomi telinga

Kolesteatoma akuisital

• Terbentuk setelah anak lahir• Terbagi atas :

a. Kolesteatom akuisital primer• Terbentuk tanpa di dahului oleh perforasi membran

timpani• Patogenesis : teori invaginasi

b. Kolesteatom akuisital sekunder• Terbentuk setelah adanya perforasi membran

timpani• Patogenesis : teori imigrasi atau teori metaplasi

Page 178: anatomi telinga
Page 179: anatomi telinga
Page 180: anatomi telinga
Page 181: anatomi telinga
Page 182: anatomi telinga
Page 183: anatomi telinga
Page 184: anatomi telinga

Dasar terapi• Untuk tipe aman dapat dilakukan terapi

konservatif ataupun medikamentosa– Pemberian obat cuci telinga ( H2O2 3% )– Antibiotik & kortikosteroid tetes– Antibiotik oral ( ampicillin atau eritromycin )– Miringoplasti / timpanoplasti

• Untuk tipe berbahaya umumnya surgikal– Mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti

Page 185: anatomi telinga
Page 186: anatomi telinga
Page 187: anatomi telinga
Page 188: anatomi telinga
Page 189: anatomi telinga

Penyulit terapi• Perforasi membran timpani• Sumber infeksi dari faring, nasofaring, hidung,

sinus paranasal• Terbentuk jaringan patologis yang irreversibel

pada rongga mastoid• Gizi dan higien yang kurang

Page 190: anatomi telinga
Page 191: anatomi telinga

Prognosis

Page 192: anatomi telinga

Labirinitis • adalah infeksi pada telinga dalam (labirin) yang

disebabkan oleh bakteri atau virus.• Terjadi karena penyebaran ke ruang perilimfa • Labirinitis merupakan komplikasi intratemporal yang

paling sering dari radang telinga tengah. • Di klinis, dibagi atas labirinitis lokalisata (serosa) dan

labirinitis difusa (supuratif). • Gejala klinis yang timbul pada keduanya hampir sama,

yaitu gangguan vestibular, vertigo, nistagmus, mual dan muntah serta gangguan fungsi pendengaran sensorineural, hanya gejala klinis pada labirinitis difusa bersifat lebih berat.

Page 193: anatomi telinga

• Pada kedua bentuk labirinitis, operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi

• Kadang diperlukan drainase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis

Page 194: anatomi telinga
Page 195: anatomi telinga

Miringitis • Peradangan membran timpani• Dapat meneyrtai radang telinga tengah, otitis eksterna.• Miringitis bulosa atau hemoragik t’bentuk bula /

bleb(cairan serosa, darah, atau keduanya) pd membran timpani & dinding kanalis.

• Diagnosis banding : otitis eksterna, herpes zoster otikus (sindrom Ramsayn-Hunt).

• Komplikasi : g3 pendengaran sensorineural.• Penatalaksanaan :

Bleb dipecahkan dgn jarum halus/pisau miringotomiEritromisin (infeksi sistemik)

Page 196: anatomi telinga

Keganasan THT (head + neck)

• Leukoplakia• Polyps • Karsinoma nasofaring• Pleomorphic adenoma• Warthins tumor