Upload
trinhnguyet
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAM FILM DOKUMENTER BATTLE FOR SEVASTOPOL
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh :
Corri Prestita Ishaya NIM : 1112051100019
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H / 2016
ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAN{ FILM DOKUMENTER, BATTLE FORSEVASTOPOL
SklipsiDiajukan kepacla Fakultas Ilmu Dakr,vah dan Ilmu Kornunikasi untuk Mernenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Corri Prestita IshayaNIM: 1112051100019
Pernbimbing:
KONSENTRASI JURNALISTIK- JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM.T'ANITTES
ILMI.J DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H I 2017
NIP. 197104122
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAM FILM
DOKUMENTER BATTLE FOR SEVASTOPOL telah diujikan dalam sidang
munaqosyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah lakarta pada Jumat,28 April 2017. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SarjanaSosial (S.Sos)
pada Program Studi Konsentrasi Jurnalistik.
Tangerang, 28 April 201 6
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
NrP. 19801 142009121002
Anggota
Penguji II
D
Rizaludin Kurniawan, M. Si
NIP.
Pembimbing
t\
IKholis firah Nu
NrP. 1 971 0 412200003200t
197009031996031001
firah tlurlailv. M.A197104122000032001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
l. Sla'ipsi inimerupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Strata-1 (S1) di Fakultas Ihnu Dakwah dan Ihnu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya ,rru*n dalarn penelitian ini telah saya canturnkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ihnu Kornunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. .Iika di kernudian hari saya terbukti bahwa karya. ini bukan hasil karya asli saya atau
mempakan jipiakan dari karya orang lain, inaka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Fakultas Ilmu Dakwah dan lhnu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakafta.
Tangerang, Mei 2017
Con'i Presti ta Ish a,u'.a
i
ABSTRAK
Corri Prestita Ishaya (1112051100019) ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAM FILM DOKUMENTER BATTLE FOR SEVASTOPOL
Battle for Sevastopol merupakan film dokumenter yang bergenre dokudrama biografi karya Sergey Mokritskiy. Film ini menceritakan kehidupan seorang perempuan asal Rusia yang berprofesi sebagai penembak jitu. Perempuan yang digambarkan dalam film ini diposisikan sederajat dengan lelaki karena penembak jitu biasa dilakoni oleh seorang lelaki. Perempuan diidentifikasikan sebagai sosok yang tangguh dan mampu menyamai kedudukan seorang lelaki. Peneliti melihat dalam film tersebut terdapat pemarginalan perempuan. Ketika perempuan tidak bisa meninggalkan kehidupan di sektor domestik maka perempuan memiliki kedudukan lebih rendah dari lelaki.
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah skripsi ini adalah bagaimana penggambaran perempuan dilihat dari posisi subjek-objek dan posisi pembaca atau penonton dalam film Battle for Sevastopol?
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian skripis ini adalah metode analisis wacana Sara Mills. Metode ini memfokuskan perhatian pada wacana feminisme. Bagaimana wanita ditampilkan dalam teks, baik dalam novel, gambar, foto ataupun berita. Selain itu, Mills juga lebih memperlihatkan posisi subjek-objek dan posisi pembaca.Metodologi penelitian yang digunakan adalah paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rangkaian dialog dan gambar (scene) dalam film Battle for Sevastopol.
Peneliti menggunakan teori feminisme sebagai landasan dari analisis wacana Sara Mills yang menitikberatkan pada perempuan. Posisi subjek adalah siapa aktor yang menjadi pencerita (subjek). Sedangkan, posisi objek adalah siapakah pihak yang didefinisikan dan digambarkan kehadirannya oleh orang lain (subjek). Sedangkan, posisi pembaca adalah bagaimana pembaca mengidentifikasikan dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks.
Hasil penelitian ini disimpulkan, bahwa perempuan yang berdiri sendiri sebagai feminisme digambarkan dengan karakter tokoh utama sebagai penembak jitu perempuan yang gagah berani. Perempuan sesungguhnya tidak dapat menyamai kedudukan lelaki dalam posisi tertinggi. Karena perempuan masih memiliki kehidupan domestik seperti ingin memiliki anak dan kehidupan berumahtangga lainnya yang menurut anggapan para feminis bahwa perempuan tidak bisa memiliki pemikiran yang rasional. Salah satu faktor penghambat perempuan tidak memiliki pemikiran yang rasional karena perempuan tidak dapat memasuki sektor publik. Permasalahan utamanya adalah permasalahan biologis. Perempuan ditakdirkan sebagai makhluk yang memiliki hak untuk reproduksi. Dengan demikian perempuan tidak bisa menyamai kedudukan lelaki, sehingga lelaki tetap dalam kedudukan tertinggi. Film ini menunjukkan bagaimana perempuan termarginalkan karena profesinya sebagai penembak jitu didominasi oleh lelaki ditunjukkan dalam potongan adegan dan dialog dalam film tersebut. Kata kunci : Subjek, Objek, Pembaca, Feminisme, Perempuan, Battle for Sevastopol.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripis ini. Shalawat
serta salam peneliti panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat, dan umat beliau yang senantiasa mengamalkan sunnah dan ajarannya.
Alhamdulillah peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Wacana Sara Mills dalam Film Battle for Sevastopol“. Skripsi ini merupakan syarat
untuk mencapai gelar strara satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Skripsi ini
dibuat tidak dengan hasil tangan sendiri, tetapi berkat bantuan, motivasi, dan
kesabaran dari berbagai pihak selama proses bimbingan skripsi berlangsung. Oleh
karena itu, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Arief Subhan, MA. Wakil Dekan
Bidang Akademik, Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D. Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Dr. Hj. Roudhonah, M. Ag. Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan, Dr. H. Suhaimi, M. Si.
2. Ketua konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M. Si, yang telah membantu
dan memberikan kemudahan, solusi, dan motivasi kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
iii
3. Dosen pembimbing skripsi sekaligus sekretaris konsentrasi Jurnalistik,
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA, terima kasih telah berkenan meluangkan
waktu untuk memberikan arahan, saran, dukungan, doa, ilmu, perhatian,
serta motivasi selama penyusunan skripsi ini.
4. Dosen Pembimbing Akademik Jurnalistik A 2012, Siti Nurbaya, M.Si,
yang memberikan saran, arahan, dan motivasi selama proses proposal
skripsi.
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat dari peneliti selama
masa perkuliahan.
6. Seluruh staff perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membantu peneliti dalam urusan referensi buku-buku
dan jurnal selama masa perkuliahan.
7. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunkasi
yang telah membantu peneliti dalam urusan administrasi selama masa
perkuliahan.
8. Kedua Orang Tua Peneliti, Ibunda Yuliani Purnamawati dan Ayahanda
Haryana Razwin Ishaya, serta kakak dan adik yang telah memberikan
bantuan baik materil maupun moril, serta segala doa yang dipanjatkan
untuk peneliti.
9. Sahabat peneliti, Rista Dwi Septiani, Deby Novia, Hana Futari, Nuzulul
Fitriani Alifta, Indah Yuni Permata, Khomisah Sya’baniah, Sindi Patika
Sari, dan Dhio Prastyo yang telah sabar mendengar keluh kesah peneliti,
iv
memberikan motivasi, ilmu, pengalaman, dan mendoakan peneliti.
Semoga kita tetap mejaga silaturahmi.
10. Teman-teman Jurnalistik Angkatan 2012 yang telah berjuang bersama-
sama untuk mencapai gelar sarjana dan telah berbagi suka duka, pelajaran,
pertemanan, dan pengalaman semasa perkuliahan.
11. Teman-teman KKN Wanasatya 2015 yang saling membantu
menyelesaikan kewajiban bersama selama sebulan, sehingga
mempermudah pembuatan skripsi ini. Kalian telah memberikan
pengalaman berharga selama KKN berlangsung.
12. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap
penyelesaian skripsi ini. Peneliti tidak bisa menyebutkan satu persatu.
Jazakumullah Khairan Jaza, tidak ada sebaik-baik balasan kecuali dari Allah
SWT. Peneliti menyadari skripsi ini belum mencapai kesempurnaan, namun peneliti
berusaha untuk mencapai kesempurnaan tersebut. Semoga skripsi ini bermanfaat
untuk semua pihak, khususnya mahasiswa konsentrasi Jurnalistik Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, April 2017
Peneliti
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 4
D. Metodologi Penelitian ..................................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 10
F. Keterbatasan Peneliti ........................................................................ 12
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 12
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Wacana .............................................................................. 14
1. Pengertian Analisis .................................................................... 14
2. Pengertian Wacana .................................................................... 14
3. Macam-macam Analisis Wacana .............................................. 17
a. Analisis Wacana Model Teun A. Dijk ................................. 17
b. Analisis Wacana Model Norman Fairclough ....................... 18
vi
c. Analisis Wacana Model Sara Mills ...................................... 19
d. Analisis Wacana Model Roger Fowler, Robert Hodge,
Gunther Kress, dan Tony Trew ............................................ 19
e. Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen ....................... 20
B. Analisis Wacana Model Sara Mills ................................................. 21
C. Film ................................................................................................. 24
1. Pengertian Film ......................................................................... 24
2. Jenis-jenis Film .......................................................................... 24
a. Film Fitur .............................................................................. 25
b. Film Dokumenter ................................................................. 25
c. Film Animasi ........................................................................ 30
3. Klasifikasi Film .......................................................................... 30
D. Feminisme ....................................................................................... 34
1. Pengertian Feminisme ............................................................... 34
2. Jenis-jenis Feminisme ............................................................... 38
a. Feminisme Liberal ................................................................ 38
b. Feminisme Radikal ............................................................... 40
c. Feminisme Sosialis ............................................................... 42
d. Ekofeminisme ....................................................................... 43
e. Teologi Feminisme ............................................................... 45
BAB III FILM DOKUMENTER BATTLE FOR SEVASTOPOL
A. Sinopsis Film Dokumenter Battle for Sevastopol ........................... 49
B. Profil Sutradara Film Dokumenter Battle for Sevastopol .............. 51
vii
C. Struktur dalam Film Dokumenter Battle for Sevastopol ................ 52
D. Penghargaan Film Dokumenter Battle for Sevastopol ................... 54
BAB IV ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAM FILM DOKUMENTER
BATTLE FOR SEVASTOPOL
A. Posisi Subjek ............................................................................. 57
B. Posisi Objek .............................................................................. 84
C. Posisi Pembaca ........................................................................... 99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 101
B. Saran ............................................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 104
LAMPIRAN ......................................................................................................... 107
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penghargaan dalam film Battle for Sevastopol ....................................... 54
Tabel 2 Kerangka Temuan Data Posisi Subjek Pertama dalam film Battle for
Sevastopol .............................................................................................. 58
Tabel 3 Kerangka Temuan Data Posisi Subjek Kedua dalam film Battle for
Sevastopol ............................................................................................... 69
Tabel 4 Kerangka Temuan Data Posisi Objek dalam film Battle for
Sevastopol ................................................................................................. 85
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Adegan Eleanor berbincang pada pengawal ..................................... 58
Gambar 2 Adegan Eleanor menceritakan tentang sniper wanita ...................... 58
Gambar 3 Adegan perkenalan Eleanor dengan para siswa dari Rusia .............. 59
Gambar 4 Adegan seorang siswa memperkenalkan diri dihadapan Eleanor .... 59
Gambar 5 Adegan Pavlichenko memperkenalkan diri dihadapan Eleanor ....... 60
Gambar 6 Adegan Eleanor memberi arahan Pavlichenko ................................. 61
Gambar 7 Adegan Eleanor sedang menenangkan Pavlichenko ........................ 61
Gambar 8 Adegan Pavlichenko mengenakan gaun ........................................... 62
Gambar 9 Adegan Eleanor berbicara dengan Pavlichenko ............................... 62
Gambar 10 Adegan Eleanor melihat bekas luka di tubuh Pavlichenko .............. 62
Gambar 11 Adegan Eleanor menyentuh bekas luka di tubuh Pavlichenko......... 63
Gambar 12 Adegan Eleanor menceritakan kehidupan Pavlichenko ................... 63
Gambar 13 Adegan Eleanor menceritakan kehidupan Pavlichenko ................... 63
Gambar 14 Adegan Eleanor menceritakan kehidupan Pavlichenko ................... 64
Gambar 15 Adegan Adegan Pavlichenko mengabari ayahnya atas kelulusan masuk
Kiev State University ........................................................................ 69
Gambar 16 Adegan Pavlichenko ikut serta dalam kompetisi menembak ........... 69
Gambar 17 Adegan Pavlichenko menentang ajakan Boris ................................. 70
Gambar 18 Adegan Pavlicenko berbicara pada Boris ......................................... 70
Gambar 19 Adegan Pavlichenko berandai-andai ................................................ 70
Gambar 20 Adegan Pavlichenko training camp tiarap ....................................... 71
x
Gambar 21 Adegan Pavlichenko training camp berlari ...................................... 71
Gambar 22 Adegan Pavlichenko training camp menggali tanah ........................ 72
Gambar 23 Adegan Pavlichenko training camp kedua ....................................... 72
Gambar 24 Adegan Pavlichenko training camp kamuflase ................................ 73
Gambar 25 Adegan Pavlichenko training camp menembak ............................... 73
Gambar 26 Adegan Pavlichenko menghindari ledakan ...................................... 73
Gambar 27 Adegan Pavlichenko menangis ......................................................... 74
Gambar 28 Adegan Pavlichenko mengucap janji ............................................... 74
Gambar 29 Adegan Pavlichenko menangis ......................................................... 74
Gambar 30 Adegan Pavlichenko dan Kapten Leonid menyelamatkan diri ........ 75
Gambar 31 Adegan Pavlcihenko ketakutan ........................................................ 75
Gambar 32 Adegan Pavlichenko menghadiri jumpa pers di Amerika Serikat .... 75
Gambar 33 Adegan Ayah Pavlichenko berbicara kepada Leonid ....................... 76
Gambar 34 Adegan Ayah Pavlichenko berbicara dengan Pavlichenko .............. 85
Gambar 35 Adegan Ibu Pavlichenko berbicara kepada ayahnya ........................ 85
Gambar 36 Adegan Pavlichenko ikut kompetisi menembak .............................. 86
Gambar 37 Adegan instruktur menilai hasil tembakan ....................................... 86
Gambar 38 Adegan Pavlichenko dan Masha menunggu hasil penilaian ............ 86
Gambar 39 Adegan Kolesov terkejut .................................................................. 87
Gambar 40 Adegan Kamerad Jenderal membacakan bukti keberhasilan
Pavlichenko ..................................................................................... 87
Gambar 41 Adegan ibu dan ayah Pavlichenko berbicara .................................... 88
Gambar 42 Adegan wartawan mengejek Pavlichenko ........................................ 88
xi
Gambar 43 Adegan Boris berbicara dengan Pavlichenko ................................... 88
Gambar 44 Adegan Kamerad Jenderal menyeret paksa wanita .......................... 89
Gambar 45 Adegan destruksi barang di Camp ..................................................... 89
Gambar 46 Adegan pembakaran barang-barang wanita ..................................... 89
Gambar 47 Adegan training camp ...................................................................... 90
Gambar 48 Adegan Kamerad Jenderal memberikan penghargaan ..................... 90
Gambar 49 Adegan Nikolai berbicara pada Pavlichenko ................................... 90
Gambar 50 Adegan pasukan militer mendatangi Pavlichenko ........................... 91
Gambar 51 Adegan Pavlichenko berfoto ............................................................ 91
Gambar 52 Adegan Boris berbicara pada Kamerad Jenderal .............................. 92
Gambar 53 Adegan Masha dan Pavlichenko berbicara ....................................... 92
Gambar 54 Adegan Masha ingin menikah .......................................................... 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi komunikasi yang pesat menuntut masyarakat
untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi
sebagai dampak dari kemajuan teknologi informasi tersebut. Teknologi
informasi dan komunikasi telah mengubah perilaku dan pola hidup
masyarakat secara global, perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dan menyebabkan
perubahan sosial budaya, ekonomi, dan pola penegakan hukum yang
secara signifikan berlangsung dengan cepat.1
Film merupakan salah satu media komunikasi yang dipilih
masyarakat untuk mengetahui informasi dan hiburan. Lebih dari 70 tahun
terakhir, film telah memasuki kehidupan umat manusia yang sangat luas
lagi beranekaragam.2 Film memiliki nilai seni tersendiri yang dibuat oleh
tenaga-tenaga kreatif dan profesional. Onong Uchjana Effendy
menyatakan ada jenis-jenis film, yaitu film cerita, film berita, film
dokumenter, dan film kartun.3 Film dokumenter merupakan salah satu
karya jurnalistik karena memuat fakta. Film dokumenter termasuk ke
dalam jurnalisme film.
1Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Menuju Kepastian Hukum di
Bidang: Informasi dan Transaksi Elektronik, (Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, 2007), h. 1.
2Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 153.
3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 210.
2
Saat ini film yang banyak diproduksi oleh dunia adalah film yang
mengusung tema perempuan. Kata perempuan secara terminologis sebagai
makhluk yang dihormati, dimuliakan, dan dihargai.4 Perempuan dalam
sebuah film sering digambarkan sebagai sosok yang termarginalkan,
lemah, tertindas baik fisik maupun psikis, dan penggambaran buruk
lainnya. Untuk itu kajian film mengenai tentang perempuan atau yang
sering disebut sebagai feminisme cukup menarik perhatian publik.
Perfilman lebih banyak mengangkat isu feminisme karena memiliki nilai
jual yang mampu menarik minat khalayak untuk mengkonsumsi film
tersebut. Untuk itu, sebagian film masih menggunakan pandangan bahwa
lelaki memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Dengan kata lain, perfilman di berbagai dunia masih menggunakan
ideologi patriarki.
Salah satu film yang mengangkat isu feminisme adalah film yang
berjudul Battle for Sevastopol. Film Battle for Sevastopol merupakan film
dokumenter yang bergenre dokudrama biografi karya Sergey Mokritskiy
yang berlatarbelakang perang dunia II di Rusia. Film ini menceritakan
tentang penembak jitu wanita dari Rusia yang menjadi pahlawan selama
penyerbuan oleh Nazi Jerman di Sevastopol, Rusia (1941-1942). Lyudmila
Pavlichenko adalah seorang perempuan berusia 24 tahun. Ia adalah satu
dari 2000 perempuan yang mendapat posisi sebagai penembak jitu tentara
merah dari divisi Chapeyevskaya (25th Guards Rifle Division). Nama
4 Zaitunah Subhan, Kodrat Perempuan: Takdir atau Mitos? (Jakarta: PT. LKiS Pelangi
Aksara, 2004), h. 1.
3
Pavlichenko semakin berkibar dan menjadi inspirasi tentara Soviet setelah
menembak 36 sniper Jerman.5
Film ini menarik untuk diteliti karena menggambarkan sosok
perempuan yang tangguh, berani, dan mampu menjadi inspirasi dunia.
Perempuan dalam film ini diposisikan menjadi sederajat dengan kaum
lelaki. Selain itu film Battle for Sevastopol juga merupakan film sniper
terbaik yang diperankan oleh perempuan. Film sniper terbaik lainnya
diperankan oleh lelaki seperti film American Sniper (2014) diperankan
oleh Bradley Cooper, Enemy at the Gates (2001) diperankan oleh Jude
Law, Shooter (2007) diperankan oleh Mark Wahlberg, Sniper Reload
(2011) diperankan oleh Chad Michael Collins dan lainnya.6 Film
dokumenter ini memiliki rating 7.2 dari 10 dalam IMDb. IMDb (Internet
Movie Database) yaitu situs web yang menjadi tolak ukur bagus atau
tidaknya suatu film dilihat dari kacamata dunia. Film dokudrama biografi
ini meraih beberapa penghargaan yang membuat peneliti ingin mengkaji
lebih dalam tentang isu feminisme liberal dengan judul “Analisis Wacana
Sara Mills dalam Film Dokumenter Battle for Sevastopol”.
5 http://www.bisotisme.com/2015/10/sedikit-tentang-lyudmila-pavlichenko.html , situs diakses pada 1 September 2016 pukul 21.30 WIB.
6 https://www.kaskus.co.id/thread/56ce1f6bde2cf2260d8b4569/10-film-sniper-terbaik, situs diakses pada 1 September 2016 pukul 23.03 WIB.
4
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Masalah yang akan diteliti berfokus pada analisis wacana Sara
Mills dalam film dokumenter Battle for Sevastopol terkait dengan
rangkaian gambar (scene) dan dialog.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggambaran perempuan menurut analisis wacana
Sara Mills dalam film dokumenter Battle for Sevastopol ?
2. Bagaimana posisi subjek-objek dalam menggambarkan
perempuan pada film dokumenter Battle for Sevastopol ?
3. Bagaimana posisi pembaca atau penonton dalam
menggambarkan perempuan pada film dokumenter Battle for
Sevastopol ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui posisi subjek-objek perempuan dan untuk
mengetahui bagaimana pembaca menggambarkan perempuan dalam
film dokumenter Battle for Sevastopol.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dihasilkan dengan adanya penelitian ini
adalah:
5
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan langkah positif
berupa referensi, wawasan, dan manfaat bagi penikmat film
dokumenter jurnalistik dan mahasiswa khususnya mahasiswa
konsentrasi jurnalistik .
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang
positif untuk penikmat film dokumenter jurnalistik dan akademis
dalam bidang dakwah dan komunikasi yang ingin meneliti film
dokumenter.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan pandangan yang mendasar dari para
ilmuwan yang memiliki beberapa kumpulan asumsi, konsep, atau
proposisi yang secara logis dipakai peneliti untuk mengungkap
kebenaran dalam realita sosial dan penelitian. Paradigma yang
digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis. Paradigma
kritis sering menjadi landasan berpikir dalam analisis wacana berupa
keterlibatan media massa dan struktur sosial.
Pandangan ini dipengaruhi oleh ide dan gagasan Marxis yang
melihat masyarakat sebagai suatu sistem kelas. Masyarakat dilihat
sebagai suatu sistem dominasi, dan media merupakan salah satu bagian
dari sistem dominasi tersebut. Paradigma kritis ini mempunyai sifat
dasar yaitu selalu menaruh curiga dan mempertanyakan kondisi
6
masyarakat. Kondisi masyarakat yang terlihat produktif dan bagus
tersebut sesungguhnya memiliki struktur masyarakat yang menindas
dan menipu kesadaran khalayak.7
Paradigma kritis umumnya menguji kandungan-kandungan makna
ideologis media melalui pembongkaran teks atau isi media. Paradigma
kritis mempunyai beberapa karakteristik yaitu, meyakini bahwa
refleksi dan kritik metode untuk menghasilkan pengetahuan bukan
melalui observasi, lebih dari sekedar data kuantitatif dan kualitatif,
ideologi dan kekuasaan ada dalam pengalaman sosial dan tujuan
penelitian untuk perubahan sosial.
Menurut Stuart Hall seperti yang dikutip Jumroni bahwa
paradigma kritis bukan hanya mengubah pandangan mengenai realitas
yang dipandang alamiah oleh kaum pluralis, tetapi juga
berargumentasi bahwa media adalah kunci utama dari sebuah
pertarungan kekuasaan. Melalui media nilai-nilai kelompok dominan
dimapankan, dibuat berpengaruh, dan menentukan apa yang
diinginkan oleh khalayak.8
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik,
7 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS Grup,
2001), h. 23-24. 8 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.
84.
7
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah.
Menurut Badgan dan Taylor seperti yang dikutip Emzir bahwa
metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati serta diarahkan pada latar
individu dan individu secara utuh.9
Metode penelitian kualitatif ini menggunakan data dalam bentuk
gambar dan narasi dalam skenario. Penelitian ini bersifat deskriptif.
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang digunakan
untuk menekankan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek
penelitian pada suatu saat tertentu. Tujuan utama dalam menggunakan
metode deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan
yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan
memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Dengan demikian
peneliti hanya memaparkan situasi/ peristiwa, membuat deskriptif,
gambar/ lukisan secara sistematis.
3. Metode Penelitian
Peneliti menggunakan metode analisis wacana kritis model Sara
Mills. Wacana merupakan cara mempresentasikan makna yang
terkandung di dalam sebuah teks.
9 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2012), h. 2.
8
Analisis wacana merupakan suatu analisis yang membongkar
makna atau pesan yang tersembunyi dibalik teks. Seperti pernyataan
Sara Mills bahwa analisis wacana dapat dilihat sebagai reaksi yang
lebih pada bentuk linguistik dimana fokus pada unit-unit yang
konstituen dan struktur kalimat dan tidak fokus pada kalimat itu sendiri
dengan sebuah analisis bahasa yang digunakan ada beberapa
pandangan dalam analisis wacana.10
4. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah film dokumenter berjudul Battle
for Sevastopol.
b. Objek dalam penelitian ini adalah potongan adegan (scene) dan
dialog dalam film dokumenter berjudul Battle for Sevastopol.
5. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan teknik observasi, yaitu suatu kegiatan
mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu
kesimpulan atau diagnosis. Menurut Cartwright and Cartwrigh seperti
yang dikutip Haris Herdiansyah bahwa observasi adalah suatu proses
melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara
sistematis untuk sutau tujuan tertentu.11
Peneliti akan melakukan pengamatan langsung pada objek tersebut
untuk mencapai hasil yang akurat. Peneliti akan melakukan
pengamatan pada adegan atau scene dan dialog-dialog pada film
dokumenter Battle for Sevastopol. Selain itu, peneliti juga
10 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 199. 11 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012) h. 131.
9
menggunakan teknik pengumpulan data document research, yaitu
pengumpulan data dengan cara menelaah dan mengkaji buku, majalah,
internet, dan literatur-literatur lainnya (seperti sinopsis film, resensi,
dan artikel di situs berita online) yang berhubungan dengan objek
penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
cara mengklasifikasikan satu persatu adegan atau scene dalam film
dokumenter Battle for Sevastopol dengan menggunakan metode
analisis wacana kritis Sara Mills. Sara Mills menekankan perhatian
pada wacana yang membahas tentang sisi feminisme, misalnya
bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, meliputi teks novel,
gambar, foto, atau berita. Sara Mills mengatakan Feminist Stylistic
bertujuan untuk membuat asumsi yang ada dalam stilistik
konvensional menjadi lebih jelas, dengan tidak hanya untuk
memaksimalkan stilistika dalam analisis bahasa, tidak lagi bahwa
bahasa itu sekedar ada, atau memang harus ada dan dimunculkan. Sara
Mills lebih melihat bagaimana posisi-posisi aktor ditampilkan dalam
teks, serta bagaimana pembaca (audien) mengidentifikasi dan
menempatkan dirinya dalam penceritaan teks.12
12 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 199-200.
10
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti
terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka dari berbagai rujukan,
diantaranya sebagai berikut:
a. Skripsi yang ditulis oleh Rista Dwi Septiani dengan NIM
1112051100011 Mahasiswa Jurnalistik, Universitas Islam Negeri
Jakarta yang berjudul, “Representasi Perempuan dalam Film
(Analisis Wacana Kritis Sara Mills dalam Film The Herd)”.
Skripsi ini membahas tentang film The Herd yang menceritakan
bagaimana perempuan digambarkan sebagai pengganti sapi betina di
industri susu. Film tersebut menggambarkan bahwa perempuan
sebagai kaum yang termarginakan dan representasi perempuan
menjadi bias. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui
bagaimana penggambaran perempuan dalam film tersebut. Penelitian
ini menggunakan metode analisis wacana model Sara Mills yang
terfokus pada perempuan dengan melihat posisi subjek-objek dan
posisi penonton.
b. Skripsi yang ditulis oleh Ira Vera Tika SN dengan NIM 41809810
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik, Universitas
Komputer Indonesia Bandung yang berjudul, “Representasi
Perjuangan Perempuan dalam Film Tjoet Nja’ Dhien”. Skripsi ini
membahas tentang pejuang perempuan, yaitu Tjoet Nja’ Dhien.
Penelitian ini menggunakan teori representasi tentang perempuan
dengan menggunakan metode analisis wacana model Sara Mills yang
11
terfokus pada posisi subjek-objek dan posisi penonton, serta
menggunakan paradigma kritis.
c. Skripsi yang ditulis oleh Diah Handayani Staf Pengajar Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam, STAIN Kediri yang berjudul
“Analisis Wacana Feminis Mengenai Human Trafficking dalam
Film Jamila dan Sang Presiden”. Skripsi ini membahas tentang
ketidakberpihakan peran negara kepada seorang perempuan korban
Human Trafficking yang berdampak pada aspek moral, gender, dan
semakin maraknya kasus Human Trafficking. Penelitian ini
menggunakan analisis wacana kritis model Sara Mills. Adapun
kontribusi pada penelitian ini adalah agar perempuan sadar bahwa
perubahan terletak pada diri sendiri bukan dengan bantuan orang lain.
Berdasarkan skripsi di atas, peneliti menemukan persamaan dari
metode yang digunakan, yaitu metode analisis kritis model Sara Mills dan
menggunakan subjek penelitian yang sama, yaitu film. Sedangkan,
perbedaan terletak pada teori, objek, dan paradigma penelitian. Peneliti
menggunakan tinjauan pustaka tersebut karena metode analisis yang
digunakan sama,yaitu metode analisis wacana kritis model Sara Mills.
Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah film dokumenter Battle for
Sevastopol dan objek penelitian adalah potongan-potongan adegan atau
scene dan dialog dalam film Battle for Sevastopol. Film ini
mendeskripsikan seorang perempuan yang berani, tangguh, dan mampu
mengubah pandangan masyarakat bahwa perempuan tidak selalu ditindas
oleh kaum lelaki. Kedudukan derajat perempuan dalam film menjadi
12
sederajat dengan kaum lelaki. Sehingga analisis ini belum pernah dibahas
pada skripsi sebelumnya.
F. Keterbatasan Peneliti
Analisis wacana Sara Mills pada film dokumenter Battle for
Sevastopol ini tidak menggunakan wawancara karena analisis ini hanya
memfokuskan bagaimana posisi subjek, posisi objek, dan pembaca saja.
Sehingga peneliti hanya menggunakan teknik pengumpulan data observasi
melalui pengamatan dan memberi kesimpulan dalam film tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini ditujukan untuk mempermudah pembaca
dalam memahami penelitian skripsi. Adapun sistematika penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini terdiri atas Latar Belakang Masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Keterbatasan
Peneliti, dan Sistematika Penulisan.
BAB II Kajian Teoritis
Bab ini terdiri atas sub bab,yaitu sub bab Analisis Wacana
yang membahas secara rinci Pengertian Analisis,
Pengertian Wacana, Macam-macam Analisis Wacana,
Analisis Wacana Model Sara Mills. Sub bab Film yang
13
membahas tentang Pengertian Film, Jenis-jenis Film, dan
Klasifikasi Film serta sub bab Feminisme yang meliputi
Pengertian Feminisme dan Jenis-jenis Feminisme.
BAB III Film Dokumenter Battle for Sevastopol
Bab ini menjelaskan Film Dokumenter Battle for
Sevastopol, Sinopsis Film Dokumenter Battle for
Sevastopol, Profil Sutradara Film Dokumenter Battle for
Sevastopol, Struktur dalam Film Dokumenter Battle for
Sevastopol, dan Penghargaan Film Dokumenter Battle for
Sevastopol.
BAB IV Analisis Wacana Sara Mills dalam Film Dokumenter
Battle for Sevastopol
Bab ini merupakan bab Analisis Wacana Sara Mills dalam
Film Dokumenter Battle for Sevastopol, yaitu bab hasil
penelitian dalam film dokumenter Battle for Sevastopol
dengan menggunakan Analisis Wacana Model Sara Mills
yang terdiri atas posisi subjek-objek dan posisi pembaca
atau penonton serta memaparkan penggambaran perempuan
sesuai dengan teori feminisme liberal.
BAB V Penutup
Bab ini terdiri atas Kesimpulan dan Saran dari
permasalahan yang diteliti.
14
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis
Analisis berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “analusis” berarti
melepaskan. Analusis terbentuk dari dua kata yaitu “ana” yang berarti
kembali dan “luein” yang berarti melepas. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya. 1
Menurut Gorys Keraf, analisis adalah sebuah proses untuk
memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang saling berkaitan atau
satu sama lainnya.2 Kesimpulan dari pengertian analisis adalah
sekumpulan kegiatan, aktivitas dan proses yang saling berkaitan untuk
memecahkan masalah atau memecahkan komponen menjadi lebih detail
dan digabungkan kembali untuk ditarik kesimpulan.
2. Pengertian Wacana
Kata wacana secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta wac/
wak/ vak berarti “berkata” atau “berucap”. Sedangkan, kata –ana
merupakan imbuhan berbentuk akhiran (sufiks) yang bermakna
1 http://kbbi.web.id/analisis/, situs diakses pada 24 November 2016 pukul 08.52 WIB. 2 http://www.pengertiandefinisi.com/pengertian-analisis-menurut-para-ahli/, situs diakses
pada 24 November 2016 pukul 09.02 WIB.
15
membedakan (nominalisasi). Kemudian kata tersebut digabung menjadi
wacana yang diartikan sebagai perkataan atau tuturan.3 Namun, kata
wacana ini diperkenalkan dan digunakan oleh ahli linguis di Indonesia
sebagai terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu dari kata discourse. Kata
discourse juga berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti “lari kian-
kemari”.4 Secara teminologi, wacana memiliki pengertian yang luas mulai
dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, dan sastra.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wacana mencangkup tiga
hal. Pertama: ucapan, percakapan, dan tutur kata. Kedua: keseluruhan
tutur atau cakap yang merupakan kesatuan. Ketiga: satuan bahasa terbesar,
terlengkap dan terealisasi pada bentuk karangan utuh seperti novel, buku,
dan artikel.5
Analisis wacana memiliki definisi yaitu studi tentang struktur pesan
dalam komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.6
Bahasa yang dianalisis bukan hanya bahasa semata melainkan konteks
dalam wacana tersebut. Konteks ini digunakan untuk tujuan dan praktik
tertentu, termasuk praktik kekuasaan untuk memarjinalkan individu atau
kelompok.7
3 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 48. 4 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing, h. 9. 5 Peter Y Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:
Modern English Press, 2002), h. 1709. 6 Alex Sobur, Analisis Teks Medis, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing, h. 72. 7 Aris Badara, Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media, h.28
16
Menurut Michel Foucault seperti yang dikutip Eriyanto bahwa kajian
analisis wacana tidak hanya dipahami sebagai serangkaian kata atau
proposisi dalam teks saja tetapi kajian wacana merupakan sesuatu yang
memproduksi suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup dibentuk
dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan
bertindak.8
Kesimpulan dari analisis wacana adalah suatu cara atau metode untuk
mengkaji isi pesan komunikasi yang ada di teks, baik secara bahasa
ataupun penulisan.
Analisis wacana memiliki tiga pandangan dari segi bahasa.9
Pandangan pertama diwakili oleh kaum positivisme-empiris. Oleh
penganut aliran ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia
dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dapat
diekspresikan secara langsung melalui penggunaan bahasa tanpa ada
kendala atau distorsi. Salah satu ciri pemikiran ini adalah ada pemisah
antara pemikiran dan realitas. Pandangan ini terfokus pada kebenaran tata
bahasa dan sintaksis.10
8 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 65. 9 Aris Badara, Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media, h.
19-20. 10 Aris Badara, Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media, h.
19.
17
Pandangan kedua yaitu konstruktivisme.11 Pandangan ini menolak
pemikiran positivisme-empiris yang memisahkan subjek dan objek
bahasa. Konstruktivisme menganggap subjek sebagai kontrol terhadap
maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Bahasa dipahami sebagai
pernyataan-pernyataan yang dihidupkan.
Pandangan ketiga adalah pandangan kritis. Pandangan ini menekankan
pada kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.
Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang
berperan dalam membentuk subjek , tema-tema wacana, maupun strategi-
strategi didalamnya.12 Analisis wacana kritis dipakai untuk membongkar
kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan pandangan atau paradigma kritis.
3. Macam-macam Analisis Wacana
a. Analisis Wacana Model Teun A. Dijk
Analisis ini berfokus pada teks. Van Dijk juga melihat
bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang
ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran dan
kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.13
Analisis wacana model Van Dijk terdapat tiga dimenis meliputi : teks,
kognisi sosial, dan konteks sosial.
11 Aris Badara, Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media, h.
19-20. 12 Aris Badara, Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media, h.
20. 13 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 221.
18
Pada analisis teks, Van Dijk melihat bagaimana struktur teks
dan strategi wacana yang digunakan untuk mengangkat suatu tema
tertentu dalam sebuah berita. Dimensi kognisi sosial melihat
bagaimana berita tersebut diproduksi dan bagaimana kedudukan
wartawan dan media dalam keseluruhan proses produksi berita.
Dimensi ketiga yaitu konteks sosial yang membahas bagaimana
wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah atau
berita. Van Dijk menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke
dalam satu kesatuan analisis.14
b. Analisis Wacana Model Norman Fairclough
Analisis ini dikenal sebagai analisis model perubahan sosial
(social change). Fairclough membangun suatu model yang
mengintegrasikan secara bersama-sama analisis wacana yang
didasarkan pada linguistik dan pemikiran sosial dan politik, dan secara
umum diintegrasikan pada perubahan sosial. Fairclough membagi
analisis wacana dalam tiga dimensi, yaitu teks, discourse practice,
dan sociocultural practice.
Teks, dianalisis secara linguistik dengan melihat kosakata,
semantik, dan tata kalimat. Ia juga memasukkan koherensi dan
kohesivitas, bagaimana antarkata atau kalimat tersebut digabung
sehingga membentuk pengertian. Discourse practice merupakan
dimensi yang berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks.
14 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 225.
19
Sedangkan socialcultur practice adalah dimensi yang berhubungan
dengan konteks di luar teks.15
c. Analisis Wacana Model Sara Mills
Analisis wacana model Sara Mills ini merujuk pada bagaimana
wanita digambarkan dalam dan dimarjinalkan dalam teks baik berita,
novel, gambar, foto, atau film, dan bagaimana pola pemarjinalan itu
dilakukan. Sara Mills sedikit membedakan model critical linguistics.16
Ia memusatkan perhatian pada struktur kebahasaan dan bagaimana
pengaruhnya dalam pemaknaan khalayak, Sara Mills lebih
memperlihatkan bagaimana posisi-posisi actor ditampilkan dalam teks.
Siapa yang menjadi subjek pencerita dan siapa yang menjadi objek
pencerita serta bagaimana posisi pembaca atau penulis dalam sebuah
wacana.
d. Analisis Wacana Model Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress,
dan Tony Trew
Analisis model ini memiliki penjelasan mendasar melalui
Halliday yaitu struktur dan fungsi bahasa. Fungsi dan struktur bahasa
ini menjadi sadar struktur bahasa, dimana tata bahasa menyediakan
alat untuk dikomunikasikan kepada khalayak.17 Analisis wacana
model Fowler dan kawan-kawan adalah meletakkan tata bahasa dan
praktik pemakaiannya tersebut untuk mengetahui praktik ideologi.
15 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 286-287. 16 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 199-200. 17 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 133.
20
Berikut merupakan elemen-elemen yang dipelajari oleh Fowler dan
kawan-kawan.
Menurut Fowler dan kawan-kawan seperti dikutip Eriyanto
bahwa bagaimana pengalaman, politik dan pertarungan sosial dapat
terlihat melalui bahasa yang digunakan. Karena bahasa yang berbeda
akan menghasilkan realitas yang berbeda pula ketika diterima oleh
khalayak. Kosakata dikelompokan menjadi empat kelompok, yaitu
kosakata: membuat klasifikasi, kosakata: membatasi pandangan,
kosakata: pertarungan wacana, kosakata: marjinalisasi serta melihat
tata bahasa. 18
Tata bahasa tidak hanya dilakukan untuk teknis kebahasaan
saja tetapi bentuk kalimat dapat menentukan makna yang dihasilkan
oleh susunan kalimat. Tata bahasa memiliki dua efek sebagai berikut.
Pertama yaitu efek bentuk kalimat pasif: penghilang pelaku dan
kedua yaitu efek nominalisasi: penghilang pelaku.19
e. Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen
Analisis ini memberikan pandangan untuk melihat bagaimana
peristiwa dan aktor-aktor sosial tersebut ditampilkan dalam media, dan
bagaimana suatu kelompok yang tidak punya akses menjadi pihak
18 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 134. 19 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 152-163.
21
yang secara terus-menerus dimarjinalkan.20 Ada dua pusat perhatian
menurut Van Leeuwen, pertama proses pengeluaran (exclusion).
Apakah dalam berita ada kelompok atau aktor yang
dikeluarkan dalam pemberitaan dan strategi wacana apa yang dipakai
untuk itu.21 Proses pengeluaran ini, secara tidak langsung bisa
mengubah pemahaman khalayak akan suatu isu dan melegitimasi
posisi pemahaman tertentu. Ada beberapa strategi bagaimana suatu
aktor (seseorang atau kelompok) dikeluarkan dalam pembicaraan,
yaitu pasivasi, nominalisasi, dan penggantian anak kalimat.
Ada beberapa macam strategi wacana yang dilakukan ketika
sesuatu, seseorang, atau kelompok ditampilkan dalam teks (Inclusion),
yaitu diferensiasi-indiferensiasi, objektivasi-abstraksi, nominasi-
kategorisasi, nominasi-identifikasi, determinasi-indeterminasi, dan
asosiasi-disosiasi.
B. Analisis Wacana Model Sara Mills
Analisis wacana model Sara Mills ini memfokuskan perhatian pada
wacana mengenai feminisme. Bagaimana wanita ditampilkan dalam teks, baik
dalam novel, gambar, foto ataupun dalam berita.22 Titik perhatian dari
prespektif wacana feminis adalah menunjukkan bagaimana teks bias dalam
menampilkan wanita. Wanita cenderung ditampilkan dalam teks sebagai pihak
20 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 171-172. 21 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 178-190. 22 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 199-200.
22
yang salah, marjinal dibandingkan dengan pihak laki-laki. Gambaran dari
ketidakadilan dan citraan wanita yang buruk ini menjadi sasaran utama dari
analisis Mills.
Sara Mills menggunakan gagasan yang sedikit berbeda dengan gagasan
para penulis wacana lainnya. Critical linguistic yang digunakan yaitu critical
linguistic yang memusatkan perhatian pada struktur kebahasaan dan
bagaimana pengaruh dalam pemaknaan khalayak, Sara Mills lebih
memperlihatkan bagaimana posisi-posisi aktor di dalam teks. Posisi-posisi ini
memiliki arti bahwa siapa yang menjadi subjek penceritaan dan siapa yang
menjadi objek penceritaan akan menentukan bagaimana struktur teks dan
bagaimana makna yang diperlakukan dalam teks secara keseluruhan.23
Selain posisi subjek dan objek, Mills juga memusatkan perhatian pada
bagaimana pembaca dan penulis ditampilkan dalam teks. Bagaimana pembaca
mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks. Pada
akhirnya cara penceritaan dan posisi-posisi yang ditempatkan dan ditampilkan
dalam teks ini membuat satu pihak menjadi legitimate dan pihak lain menjadi
illegitimate.24
1. Posisi: Subjek-Objek
Sara Mills lebih menekankan pada bagaimana posisi dari berbagai
aktor sosial, posisi gagasan, atau peristiwa itu ditempatkan dalam teks.
Posisi-posisi tersebut pada akhirnya menentukan bentuk teks yang hadir di
23 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 200. 24 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 200.
23
tengah khalayak. Setiap aktor pada dasarnya mempunyai kesempatan yang
sama untuk menggambarkan dirinya, tindakannya, dan memandang atau
menilai dunia. Ia mempunyai kemungkinan menjadi subjek atas dirinya
sendiri, menceritakan dirinya sendiri, dan mempunyai kemungkinan atas
penggambaran dunia menurut persepsi dan pendapatnya.25 Namun, ada
pihak yang hanya sebagai objek, ia bukan hanya tidak bisa menampilkan
dirinya dalam teks berita, tetapi juga kehadiran dan representasi mereka
dihadirkan dan ditampilkan oleh aktor lain.
2. Posisi Pembaca
Sara Mills berpandangan dalam suatu teks posisi pembaca
sangatlah penting dan harus diperhitungkan dalam teks. Teks dianggap
sebagai hasil negosiasi antara penulis dan pembaca.Dalam hal ini, dilihat
bagaimana pembaca mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam
penceritaan teks. Posisi semacam ini akan menempatkan pembaca pada
salah satu posisi dan mempengaruhi bagaimana teks itu hendak dipahami
dan bagaimana aktor sosial ini ditempatkan. Pada akhirnya cara
penceritaan dan posisi yang ditempatkan dan ditampilkan dalam teks ini
membuat satu pihak menjadi legitimit dan pihak lain menjadi ilegitimit. 26
25 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 200-201. 26 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 203-204.
24
C. Film
1. Pengertian Film
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis
yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat
potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimaikan di bioskop).27
Sedangkan secara etimologi, film adalah gambar hidup, cerita hidup.
Menurut Gatot Prakoso dalam buku berjudul Film Pinggiran- Antalogi
Film Pendek, Eksperimental & Dokumenter, film adalah bayangan yang
diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari,
yang menyebabkan selalu ada kecenderungan untuk mencari relevansi
antara film dengan realitas kehidupan.28 Kesimpulan dari pengertian film
adalah suatu alat komunikasi yang memiliki sifat audio visual dan
berfungsi untuk memberikan hiburan, informasi, pendidikan, dan
dokumentasi.
2. Jenis-jenis Film
Menurut Marcel Danesi dalam buku berjudul Pengantar Semiotik
Media, ia menuliskan tiga jenis film yang utama, yaitu sebagai berikut:29
27 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), h. 316. 28 Gatot Prakoso, Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental & Dokumenter. FFTV-
IKJ dengan YLP, (Jakarta: Fatma Press, 1997), h. 22. 29 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Percetakan Jalasutra,
2010), h. 134-135.
25
a. Film Fitur
Film fitur merupakan film fiksi yang memiliki struktur berupa
narasi. Film jenis ini memiliki tahap dalam proses produksi. Pertama,
tahap praproduksi yaitu tahap awal saat skenario dibuat. Skenario yang
dibuat bisa berupa adaptasi dari sebuah novel, kisah nyata maupun
cerita fiktif. Kedua, tahap produksi yaitu proses pembuatan film
berdasarkan skenario yang sudah ditetapkan. Ketiga, post-produksi
yaitu proses editing atau penyempurnaan dalam film yang sudah
diproduksi.
b. Film Dokumenter
Film dokumenter merupakan film nonfiksi yang menggambarkan
situasi kehidupan nyata yang memiliki tujuan tertentu. Film
dokumenter memiliki berbagai tujuan diantaranya untuk penyebaran
informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok
tertentu.30 Menurut Robert Claherty mendefinisikan film dokumenter
sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan” atau creative treatment of
actuality. 31
Film dokumenter merupakan sebuah karya ciptaan mengenai
kenyataan yang pembuatannya dilakukan dengan pemikiran dan
perencanaan yang matang (creative treatment of actuality) serta
30 Heru Effendy, Mari Membuat Film Panduan Menjadi Produser, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
3. 31 Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 139.
26
memerlukan usaha keras dalam imajinasi dan biasanya berkisar pada
hal-hal yang meupakan perpaduan antara manusia dan alam.
Selain itu film dokumenter adalah siaran yang mengandung nilai
dan fakta.32 Era sinematografi dimulai ketika Lumiere Brothers
memproduksi jenis film dokumenter pada tahun 1805. Film yang
diakui sebagai sinema pertama di dunia berjudul Workers Leaving the
Lumiere’s Factory pada 28 Desember 1895 yang akhirnya ditetapkan
sebagai hari lahirnya sinematografi.33 Film dokumenter ini mulai
digunakan kembali oleh kritikus film di Inggris, yaitu John Grierson
untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Ia berpendapat bahwa
film dokumenter merupakan cara kreatif untuk mempresentasikan
realitas .34
Film dokumenter yang diambil tanpa skrip disebut sebagai film
dokumenter klasik, namun ada juga film dokumenter yang dikemas
untuk mengenang sebuah tragedi yang sudah berlalu atau rekonstruksi
peristiwa disebut dokumenter drama. Sehingga film tersebut
membutuhkan skrip yang sesuai dengan kejadian nyata pada saat
tragedi berlangsung. Bahkan, situasi juga dapat digambarkan sesuai
dengan tragedi pada saat itu. Pembuatan film dokumenter yang
menggunakan skrip dan tempat sesuai dengan kenyataannya, misalnya
32 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 204. 33 http://komunikasipers.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-
film.html, situs diakses pada 8 September 2016 pukul 16.14 WIB. 34 Heru Effendy, Mari Membuat Film Panduan Menjadi Produser, h. 3.
27
pada film dokudrama biografi yang diangkat dari tokoh terkenal, film
tentang perang dunia, dan lain sebagainya. Adapun jenis-jenis film
dokumenter, yaitu sebagai berikut:35
1. Film Biografi
Film ini menggambarkan kisah nyata sosok seseorang. Sosok
seseorang yang dikenal luas baik di masyarakat maupun di dunia.
Ada tiga penggolongan pada film biografi:36 pertama, potret yaitu
film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari
seseorang. Plot yang diambil hanya peristiwa penting dan krusial
dari orang tersebut. Kedua, biografi cenderung mengupas secara
kronologis kehidupan seseorang tersebut. Ketiga, profil yaitu
pembagian plot-nya tidak secara kronologis dan hanya membahas
aspek-aspek positif dari tokoh yang diambil.
Salah satu contoh film dokumenter biografi adalah The Social
Network (2010), yaitu film yang menceritakan tentang perjalanan
hidup penemu facebook.
2. Film Sejarah
Film ini merupakan salah satu film dokumenter yang
mengangkat cerita dari referensi peristiwa. Pembuatan film
dokumenter ini membutuhkan data yang akurat. Salah satu contoh
35 https://namafilm.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-film-dokumenter.html, situs diakses
pada 8 September 2016 pukul 16.51 WIB. 36 https://kusendony.wordpress.com/2011/03/25/jenis-jenis-film-dokumenter.html, situs
diakses pada 21 Januari 2017 pukul 13.22 WIB.
28
film dokumenter sejarah adalah Soekarno (2016) menceritakan
tentang kehidupan presiden pertama Indonesia dalam
memperjuangan bangsa Indonesia.
3. Film Traveling
Pada awal perkembangan, film dokumenter ini merupakan film
dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi.
Namun seiring perkembangan waktu maka film ini disebut sebagai
film laporan perjalanan atau film travel documentary.37 Film yang
diangkat dari perjalanan seseorang dalam perjalanan wisata. Film
ini memiliki tujuan untuk memberikan informasi atau rekomendasi
perjalanan wisata.
Salah satu film dokumenter tentang perjalanan yaitu The
Endless Summer. Film ini menceritakan tentang seorang pencinta
selancar yang mengelilingi tempat berselancar yang menarik
dibelahan dunia.
4. Film Ilmu Pengetahuan
Film ini menggambarkan beberapa aspek yang meliputi
pengetahuan alam, astronomi, fisika, matematika, ekonomi, dan
lain sebagainya. Tujuannya untuk memberikan edukasi kepada
khalayak. Salah satu film dokumenter ilmu pengetahuan adalah
Oceans (2009) yang menceritakan kehidupan di bawah laut.
37 https://kusendony.wordpress.com/2011/03/25/jenis-jenis-film-dokumenter.html, situs diakses pada 21 Januari 2017 pukul 13.22 WIB.
29
5. Film Investigasi
Film ini merupakan sebuah karya jurnalistik yang diangkat
menjadi sebuah film dokumenter menarik.38 Aspek yang diambil
merupakan peristiwa yang ingin diketahui secara mendalam, baik
diketahui oleh publik. Film dokumenter ini membutuhkan
rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya
peristiwa yang akan diangkat dalam film tersebut. Biasanya film
ini diangkat dari sebuah berita kriminal yang sudah mendunia atau
terkenal dan pernah menjadi headline.
Salah satu film dokumenter investigasi yang terkenal dan
masuk ke dalam nominasi Piala Oscar adalah Spotlight (2016).
Film ini menceritakan tentang penyelidikan tersangka seorang
pastur yang telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak
di gereja katolik ternama di Boston.
6. Dokudrama
Film dokumenter ini lebih menampilkan rekonstruksi peristiwa
yang dikemas secara estetis, agar gambar dan cerita yang
ditampilkan lebih menarik dengan menggunakan skenario
tertentu.39 Salah satu film dokudrama yaitu Pursuit of Happiness
(2016) menceritakan tentang seorang salesman yang berhasil
menjadi pialang saham (broker) kaya.
38 https://namafilm.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-film-dokumenter.html, situs diakses pada 8 September 2016 pukul 16.51 WIB.
39 Heru Effendy, Mari Membuat Film Panduan Menjadi Produser, h. 3.
30
c. Film Animasi
Film animasi merupakan film yang menggunakan teknik ilusi dari
serangkaian gambar dua dimensi atau tiga dimensi.40 Pembuatan film
animasi membutuhkan konsentrasi dan ketelitian yang baik. Awal
produksi film animasi harus membuat sketsa terlebih dahulu untuk
latar belakang gambar. Film jenis ini lebih banyak proses editing
karena membutuh kan seorang dubber (pengisi suara). Salah satu fim
animasi adalah Sing (2016) menceritakan tentang hewan-hewan yang
mempunyai talenta bernyanyi dan menari.
3. Klasifikasi Film
Menurut Himawan dalam buku Memahami Film cara mudah
untuk mengklasifikasikan film adalah berdasarkan genre film. Genre
adalah klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola
sama (khas).41
Kata genre berasal dari bahasa Perancis yang bermakna “bentuk”
atau “tipe”. Genre adalah bentuk, kategori, atau klasifikasi dari
sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama (khas)
seperti setting, isi, dan subjek cerita, tema , struktur cerita, aksi, atau
peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta karakter.42
40 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 134-135. 41 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h.4. 42 http://videomaker79.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-genre-dalam-film.html?m=1,
situs diakses pada 2 Mei 2017 pukul 00.15 WIB.
31
Adapun macam-macam genre dalam film adalah sebagai berikut:43
a. Aksi (Action)
Aksi (action) adalah genre film yang mengandung banyak aksi
gerakan dinamis para aktor dan aktris dalam adegan film seperti
adegan baku tembak, berkelahi, mengejar, ledakan, dan tempo cerita
relatif cepat.
b. Drama
Drama adalah genre film yang menampilkan isu sosial seperti
kisah percintaan, kekerasan, ketidakadilan, masalah kejiwaan yang
dikemas dalam kehidupan sehari-hari. Kisah tersebut sering dikaitkan
dengan emosi dan dramatik, sehingga penonton sering tersentuh
hatinya dan menangis.
c. Epic atau Historical
Epic atau historical adalah genre film yang menekankan drama
manusia dalam skala besar atau periode masa silam (sejarah). Genre
ini lebih ambisius sehingga menjadi genre yang paling berbeda dengan
genre lainnya seperti sepotong periode atau film petualangan.44 Film
ini biasanya memiliki latar kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang
menjadi mitos, legenda, atau kisah biblical.
43 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 13. 44 http://www.mindtalk.com/channel/film-o-graphy/post/film-epic-
510407208975261863.html, situs diakses pada 2 Mei 2017 pukul 01.38 WIB.
32
d. Fantasi
Fantasi adalah genre film yang berhubungan dengan tempat,
peristiwa yang tidak nyata dengan menggunaan unsure magis, mitos,
imaginasi, halusinasi serta alam mimpi.
e. Fiksi Ilmiah
Fiksi ilmiah adalah genre film yang berhubungan dengan
teknologi dan kekuatan di luar jangkauan teknologi masa kini yang
artificial.
f. Horror
Horror adalah genre film yang berisi tentang kejadian mistis,
dimensi spiritual, dan berhubungan dengan kejadian-kejadian yang
menakutkan sebagai nyawa dari film tersebut.
g. Komedi
Komedi adalah genre film yang setiap adegan diisi oleh lelucon
agar penonton dapat terhibur.
h. Kriminal atau gangster
Kriminal atau gangster adalah genre film yang menampilkan
aksi-aksi kriminal atau kejahatan dengan mengambil kisah kehidupan
tokoh kriminal besar yang diinspirasi dari kisah nyata.
i. Musikal
Musikal adalah genre film yang berkaitan dengan musik,
kebanyakan genre ini digabung dengan genre lain seperti drama,
romance dan documentary, tapi lebih memperlihatkan unsure seni
33
dengan mengkombinasi unsur musik, lagu, tari (dance) serta gerakan
(koreografi).
j. Petualangan (Adventure)
Petualangan (adventure) adalah genre film tentang perjalanan,
eksplorasi, dan penjelajahan ke suatu tempat atau lokasi yang belum
pernah dikunjungi orang biasanya dalam perjalanannya terdapat
tantangan.
k. Perang (War)
Perang (war) adalah genre film yang sesuai dengan
kategorinya yaitu memiliki inti cerita dari latar belakang peperangan
yang memperlihatkan aksi perjuangan dan kegigihan.
l. Western
Western adalah genre film yang berkaitan dengan suku di
Amerika dan kehidupan pada zaman kebudayaan suku Indian. Tokoh
dalam film digambarkan sebagai koboi berkuda, sheriff, dan aksi khas
duel menembak.
m. Documentary
Documentary adalah genre film yang berisi tentang kejadian dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi secara nyata. 45
45 https://namafilm.blogspot.co.id/2014/07/macam-genre-film.html?m=1, situs diakses pada 8 September 2016 pukul 16.51 WIB.
34
D. Feminisme
1. Pengertian Feminisme
Feminisme memiliki pengertian yang luas menurut para ilmuwan.
Secara etimologis, feminisme berasal dari bahasa latin “femina” berarti
sifat kewanitaan.46 Feminisme diterjemahkan dari Bahasa Inggris
mencakup dua kata, yaitu “feminine“ berarti perempuan dan “-isme“
berarti aliran atau paham. Feminisme secara sederhana dapat didefiniskan
sebagai paham tentang perempuan.
Feminisme muncul di Eropa dan Amerika Utara dibagi menjadi dua
gelombang: pertama, pada abad ke-18 dan 19, kedua pada tahun 1960-an.
Pada masa tersebut perempuan dipandang sebagai makhluk yang
stereotype.47 Pandangan ini menjadi awal mula suatu ketimpangan sosial
antara laki-laki dan perempuan. Gerakan perempuan ini memberikan isu-
isu pokok yang didasarkan pada ide bahwa semua manusia itu memiliki
derajat yang sama antara lelaki dan perempuan dan memiliki kebebasan.
Gelombang feminisme pertama pada abad 18 dan 19 diletakkan dalam
konteks sejarah Revolusi Perancis, Industrialisasi, dan perang
kemerdekaan Amerika Utara yang memberikan dampak besar terhadap
perempuan.48 Selama Revolusi Perancis (1789) muncul ide tentang status
sosial karena hubungan keturunan serta hak-hak feodal dari raja-raja dan
46 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita Syarif
Hidayatullah, 2003), h. 86. 47 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 89. 48 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 90.
35
para aristokrasi telah tumbang. Pada saat itu, ada beberapa perempuan
yang memberikan pandangan baru tentang hubungan antara laki-laki dan
perempuan untuk mendukung hak-hak perempuan. Feminisme ditetapkan
sebagai teori pada tahun 1880 M, pada saat itu terjadi debat publik yang
diikutsertai oleh kaum lelaki. Tetapi pada abad 15 M suara perempuan
sudah mulai terdengar.
Perempuan pertama yang menulis buku tentang hak-hak dan
kewajiban seksualnya adalah Cristine de Pisan (1364-1430).49 Ide
feminisme ini berlanjut sampai abad 17 M, ditandai dengan gerakan
protes sekuler yang dilancarkan oleh gerakan feminis pertama di Inggris
bernama Valerie Bryson dalam bukunya Feminist Political Theory.
Gerakan feminisme di abad ini berbeda dengan abad sebelumnya karena:
pertama, skala keterlibatan perempuan yang cukup tinggi. Kedua, gerakan
ini muncul bersamaan dengan perubahan yang signifikan di bidang
ekonomi, sosial, dan politik. Gerakan feminisme ini memberikan
anggapan-anggapan baru, salah satunya adalah Mary AStell. Menurut
Mary Astell, laki-laki dan perempuan mempunyai kemampuan yang sama.
Pada Abad ke 18, gerakan feminisme ini dipengaruhi oleh doktrin
Jhon Lock tentang Human Right (Hak Asasi Manusia).50 Hak Asasi
Manusia (HAM) di Negara Barat lebih dirasakan oleh kaum lelaki Karena
kaum lelaki dianggap memiliki pemikiran yang rasional. Seperti di
49 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 90. 50 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 91.
36
Amerika Serikat perempuan tidak diberikan hak-hak untuk terlibat dalam
pemilihan umum (Pemilu) sampai tahun 1920. Tokoh feminisme yang
berpengaruh pada tahun ini adalah Mary Wollstonecraft. Dalam bukunya
Vindication of Right of Woman, ia menolak ide Rousseau yang
menekankan bahwa pendidikan perempuan dan lelaki berbeda karena
memiliki watak dan kemampuan yang berbeda dan secara biologis
menentukan peranan yang berbeda dalam masyarakat.51
Abad ke-19 terjadi Revolusi Industri yang mempercepat urbanisasi
dan diferensiasi antara kelas. Perempuan di kelas menengah secara hokum
bergantung sepenuhnya terhadap suami dan terikat di rumah. Pada abad
ini juga terdapat eksploitasi perempuan. awal abad ke-20, gerakan
perempuan menekankan tuntutan agar perempuan mempunyai hak yang
sama seperti laki-laki.
Gelombang feminisme kedua, feminisme pada tahun 1960-an ini
memiliki tujuan politik yang terfokus pada penentuan perempuan agar
sederajat dengan laki-laki. Perubahan ini terjadi ketika kaum feminis
menunjukkan teori-teori yang berfungsi untuk menerangkan otonomi
perempuan yakni hak perempuan dibidang politi, ekonomi, dan penentuan
diri secara intelektual.52
Gross, menguraikan lima hal yang membuat teori-teori tentang
persamaan sebelumnya.
51 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 90-91. 52 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 94.
37
Pertama, perempuan menjadi subyek dan juga objek ilmu pengetahuan. Kedua, semua metode, prosedur, anggapan, dan teknik teori sebelumnya dipertanyakan. Ketiga, dengan menggunakan teori otonomi, kaum feminis tidak hanya mengembangkan perspektif-perspektif mengenai perempuan dan isu-isunya tetapi juga tentang sederet topik yang luas, dengan memasukkan teori-teori lain. Keempat, teori-teori feminis tidak hanya menegaskan alternatif-alternatif, tetapi berusaha menggali teks-teks patriarki. Teori-teori itu tidak hanya menyalahkan atau menerima tulisan-tulisan yang disampaikan, tetapi juga mengkritiknya. Kelima, teori feminis menekankan institusi-institusi dan tindakan sosial dengan memberikan kerangka-kerangka alternatif.53
Pada umumnya perbincangan feminisme mengacu pada bagaimana
pola relasi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, serta bagaimana
hak, status, dan kedudukan perempuan di sektor domestik dan publik.
Pada dasarnya perempuan dan laki-laki tidak ada perbedaan. Mereka
sama-sama menuntut kesempatan dan hak yang sama sebagai makhluk
yang rasional. Hanya saja perempuan berada di sektor domestik, maka
perempuan lebih mementingkan aspek emosional dibandingkan dengan
rasional. Apabila perempuan tidak bergantung dengan suami dan tidak
berada dalam sektor domestik, maka perempuan merupakan makhluk yang
rasional seperti lelaki.54 Feminisme dianggap sebagai usaha
pemberontakan kaum perempuan untuk mengingkari apa yang disebut
sebagai kodrat atau fitrah perempuan, melawan pranata sosial yang ada,
atau institusi rumah tangga, seperti perkawinan dan lain sebagainya.55
53 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 94. 54 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender,
(Bandung: Mizan, 2014), h. 15. 55 Mansour Fakih, dkk, Posisi Kaum Perempuan dalam Islam; Tinjauan dari Analisis Gender,
dalam Membincangkan Feminisme Diskursus Gender Prespektif Islam, (Surabaya: Risalah Gusti. 2003), h. 81.
38
Masyarakat beranggapan bahwa diskriminasi pada wanita terjadi
karena ada budaya patriakat yang berasumsi bahwa lelaki memiliki
kedudukan tertinggi dalam suatu kelompok, maka perempuan ditempatkan
pada posisi yang lebih rendah dari lelaki.
Menurut analisis feminisme, ketidakadilan gender muncul karena ada
kesalahpahaman terhadap konsep gender yang disamakan dengan konsep
seks. Secara bahasa “seks” dan “gender” memiliki makna yang sama,
yaitu jenis kelamin. Namun, berbeda bagi pemikir feminis. Menurut
feminis, konsep seks adalah suatu sifat yang kodrati (given), alami, ada
sejak lahir dan tidak bisa diubah-ubah seperti perempuan bisa hamil,
melahirkan, menyusui. Adapun konsep gender, menurut feminisme, bukan
suatu hal yang kodrati atau alami, tetapi hasil konstruksi sosial dan
kultural yang telah berproses selama manusia berkembang. Perempuan
memiliki sifat yang lembut, emosional, hanya cocok mengambil peran
domestik, sementara laki-laki berperan di sektor publik.
2. Jenis-jenis Feminisme
a. Feminisme Liberal
Feminisme liberal memiliki dasar asumsi, yaitu doktrin Jhon
Lock tentang natural right (hak asasi manusia). Asumsi ini
menganggap bahwa setiap manusia mempunyai hak asasi yaitu hak
untuk hidup, mendapatkan kebebasan, dan hak untuk mencari
39
kebahagiaan.56 Hak asasi manusia di Barat lebih dirasakan oleh kaum
pria karena di dunia Barat memiliki prinsip apabila ingin mendapatkan
hak sebagai warga Negara maka seseorang harus memiliki rasionalitas
yang memadai. Beberapa feminis teoritis berusaha memasukkan ide
bahwa wanita juga makhluk yang sama dengan pria dan mempunyai
hak yang sama pula dengan pria.
Asumsi dasar aliran ini adalah tidak ada perbedaan antara pria
dan wanita. Feminisme liberal memberikan landasan teoritis akan
kesamaan wanita dalam potensi rasionalitasnya dengan pria. Namun,
karena wanita ditempatkan bergantung dengan suami maka wanita
dianggap makhluk yang tidak atau kurang daya rasionalitasnya,
sehingga tidak diberikan hak-hak sebagai warga Negara.
Salah satu pemikir teoritis adalah John Stuart Mill, dalam
bukunya The Subjection of Women (1869). Mill mengkritik pekerjaan
perempuan di sektor domestik, sebagai pekerjaan irasional,
emosionalitas dan tiranis. Melalui doktrin utilitarian ”The Greatest
Good for the Greatest Number”, Mill menyuruh wanita untuk juga
menekan dan menghilangkan segala aspek yang kaitannya dengan
pekerjaan domestik agar “kebahagian” tertinggi dapat tercapai.57
56 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
126. 57 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
127.
40
Menurut feminisme liberal, persamaan hak antara perempuan
dan laki-laki dapat tercapai maka dibutuhkan kekuatan hukum. Oleh
karena itu, aliran ini memfokuskan pada hukum dengan memperkuat
undang-undang dan hukum yang dianggap dapat melestarikan institusi
keluarga yang patriakat. Hal lain yang bersangkutan dengan feminisme
liberal adalah hak reproduksi perempuan. Reproduksi merupakan
permasalahan biologis yang menyebabkan kedudukan perempuan
tidak setara dengan laki-laki karena hanya perempuan yang bisa
melahirkan. Selain itu, para feminis menganggap bahwa perempuan
memiliki hambatan ke sektor publik ketika ia memilih untuk
melahirkan anak.58
Feminisme liberal memberikan olusi bahwa perempuan harus
meninggalkan sektor domestik untuk mendapatkan hak-hak yang
setara dengan laki-laki.
b. Feminisme Radikal
Feminisme radikal mempunyai pandangan yang berbeda dari
teori feminisme yang lain. Feminisme radikal berpendapat bahwa
ketidakadilan gender bersumber dari perbedaan biologis antara laki-
laki dan perempuan. Perbedaan biologis ini seperti peran kehamilan
dan keibuan yang dimiliki oleh perempuan. Para feminis radikal
beranggapan bahwa keberadaan institusi keluarga merupakan salah
58 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
138.
41
satu penyebab lahirnya dominasi laki-laki (patriakat) sehingga
perempuan tertindas.
Manifesto feminisme radikal yang diterbitkan dalam Notes
from the Second Sex (1970) mengatakan bahwa lembaga perkawinan
adalah lembaga formalitas yang memiliki tujuan untuk menindas
perempuan. Oleh karena itu, feminis radikal menolak institusi keluarga
baik dalam teori maupun praktik.59 Apabila lembaga perkawinan tidak
dapat dihindari, maka alternatif untuk mengurangi beban biologis
perempuan adalah dengan menggunakan teknologi seperti alat
kontrasepsi, alat-alat tiruan seperti plasenta dan bayi tabung.
Tujuannya untuk menghindari proses kehamilan, menyusui, dan
mengasuh anak.
Para feminis radikal memiliki prinsip untuk menghindari kaum
laki-laki dan memisahkan diri dari budaya maskulin dan membentuk
budaya kelompoknya sendiri yang disebut “sisterhood”.60 Aliran ini
mempunyai misi untuk menghilangkan perbedaan seksual antara
manusia secara kultural. Elsa Gildow (1977) berteori bahwa menjadi
lesbian adalah cara untuk terbebas dari dominasi laki-laki baik secara
internal maupun eksternal.61 Gerakan feminisme ini mempersoalkan
59 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
202.
60 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h. 203.
61 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 105.
42
bagaimana cara menghancurkan patriarki sebagai sistem nilai yang
melembaga dalam masyarakat bahkan ada sekelompok masyarakat
yang ekstrim memutuskan hubungan dengan laki-laki. Inti dari politik
feminis adalah berusaha menunjukkan bahwa hubungan heteroseksual
sebagai ideologi yang merupakan kekuatan laki-laki. Perempuan harus
memisahkan diri dari laki-laki agar mampu berdiri sendiri.
Feminisme radikal banyak dikritik oleh para feminis yang pro
terhadap orientasi kultural (cultural orientation). Karena feminisme
radikal terlalu berumpu pada orientasi bilogis, dan melupakan
pengaruh kultural. Padahal dalam pembentukkan konsep gender
dibutuhkan orientasi kultural. Menurut feminis radikal, apapun yang
berhubungan dengan laki-laki dapat menghambat tujuan kesetaraan
gender.
c. Feminisme Sosialis
Gerakan feminisme ini merupakan perpaduan dari feminisme
marxis dan feminisme liberal. Menurut feminis sosialis, perwujudan
kesetaraan gender adalah gerakan feminisme yang mengadopsi teori
Praxis Marxisme, yaitu teori penyadaran pada kelompok tertindas,
agar para perempuan sadar bahwa mereka adalah kaum yang tidak
menguntungkan.62 Proses penyadaran ini merupakan usaha untuk
membangkitkan rasa emosi agar para perempuan bangkit mengubah
62 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
147.
43
keadaannya bahwa mereka adalah kelompok yang tertindas. Asumsi
yang digunakan feminisme sosialis adalah bahwa hidup dalam
masyarakat kapitalis bukan satu-satunya penyebab utama
keterbelakangan perempuan.63
Aliran ini lebih memfokuskan perhatian terhadap
keanekaragaman bentuk patriarki dan pembagian kerja seksual karena
menurut kaum feminis sosialis, keduanya tidak bisa dipisahkan dari
aktivitas produksi masyarakat. Perempuan dapat dibebaskan dari
penindasan, jika sistem ekonomi kapitalis diganti dengan masyarakat
sosialis, yaitu masyarakat egaliter tanpa kelas. Aliran ini terpaku pada
proses kerja dan eksploitasi tenaga kerja, dan tidak mementingkan
pembentukan seksualitas dan kekerasan seksual.64 Aliran ini menitik
beratkan pada teori marxis , yaitu menekankan pada faktor-faktor
sosial ekonomi.
d. Ekofeminisme
Ekofeminisme merupakan sebuah gerakan feminisme yang
muncul karena ketidakpuasan akan arah perkembangan ekologi dunia
yang tidak memadai. Menurut para ekofeminis, masuknya para
perempuan ke dunia maskulin (atau dunia publik lainnya), telah
menyebabkan peradaban modern semakin dominan diwarnai oleh
kualitas maskulin. Inilah cara yang tepat bagi para ekofeminis untuk
63 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 102. 64 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 104.
44
merebut materi dan status yang seharusnya dapat dimiliki oleh para
perempuan. Namun, ada perbedaan ketika para perempuan telah
memasuki dunia maskulin, yaitu para perempuan tidak bisa
mempertahankan kualitas femininnya, tetapi kualitas femini
perempuan justru memudar. Akibat dari ekofeminisme, semakin
banyak kompetisi, dominasi, dan eksploitasi. Alam semakin rusak,
meningkatnya kriminalitas, solidaritas sosial yang menurun, banyak
perempuan yang menelantarkan anak.
Josephine Donovan, seorang ahli teori feminisme dari
University of Maine, meramalkan bahwa gerakan feminisme pasca
tahun 1990-an akan diwarnai dan diilhami oleh teori ekofeminisme.
Teori ekofeminisme mempunyai konsep yang bertolak belakang
dengan teori-teori feminisme modern (feminisme liberal, marxis,
sosialis, dan radikal) yang telah masuk ke dunia Barat sejak awal abad
ke-20 sampai akhir 1970-an.65
Teori-teori feminisme modern berasumsi bahwa individu
merupakan makhluk otonom yang lepas dari pengaruh lingkungannya
dan berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. Teori ekofeminisme
adalah teori yang melihat individu secara lebih komperhensif, yaitu
sebagai makhluk yang terikat dan berinteraksi dengan lingkungannya.
65 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
214.
45
Ekofeminisme mempunyai tujuan dan pandangan yang disebut
“ A Declaration of Interdependence” yang berisi adalah sebagai
berikut.66
Melihat arah perkembangan kehidupan manusia, adalah semakin mendesak untuk menciptakan hubungan baru antarmanusia di atas bumi, yang dapat menghubungkan satu dan lainnya, mengemban kewajiban secara bersama di bawah hukum-hukum alam, dengan menghormati kesejahteraan umat manusia dan seluruh kehidupan di bumi. Gerakan ekofeminisme berkembang menjadi sebuah gerakan
yang ingin mengembalikan kesadaran manusia akan pentingnya
kualitas feminisme di dalam masyarakat dengan tujuan agar tidak
terdominasi dengan laki-laki. Banyak para feminis yang semakin sadar
bahwa pengadopsian kualitas maskulin adalah cara untuk memisahkan
perempuan dengan alam. Dengan meningkatkan kualitas feminin
perempuan maka perempuan bisa menikmati peranannya yaitu
mengasuh, memelihara, berkorban, dan menciptakan kedamaian.
e. Teologi Feminisme
Teologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “theologia”. Istilah
ini berasal dari dua kata, kata “theos” berarti Tuhan dan “logos”
berarti ilmu. Teologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan keagamaan dan ketuhanan. Sedangkan,
arti teologi feminisme adalah sebuah gerakan untuk melakukan
66 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
215.
46
pembebasan perempuan dari penindasan , namun pembebasan didasari
oleh keagamaan.
Teologi feminisme bersumber dari teolog pembebasan
(liberation theology) yang dikembangkan oleh James Cone pada akhir
1960-an. Teologi ini menggunakan paradigma konflik atau teori
Marxis yang telah diubah. Perbedaan teologi feminisme dengan teori
Marxisme adalah teori Marxisme menganggap bahwa agama
digunakan oleh kelas penguasa untuk melegitimasi kekuasaan,
sehingga pengaruh agama harus dihilangkan dari kehidupan
masyarakat.67 Sementara, teologi feminisme menganggap bukan untuk
melegitimasi penguasa, melainkan sebagai alat untuk membebaskan
golongan yang dianggap tertindas. Oleh karena itu, para teolog feminis
tetap mempertahankan agama.
Paradigma yang diterapkan teologi feminisme sama dengan
feminisme sosialis, namun pendekatannya lebih menonjolkan
perubahan keagamaan yang bertujuan untuk perubahan struktural agar
keadilan gender dan keadilan sosial dapat tercipta.
Menurut para feminis, agama-agama tersebut sering ditafsirkan
menggunakan ideologi patriarki yang lebih meninggikan derajat laki-
laki dan merendahkan derajat perempuan. Para feminis yang
berkembang di agama Islam lebih banyak mencari konteks dan latar
belakang ayat-ayat al-Quran dan hadist yang berkaitan dengan
67 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 112.
47
perempuan, dengan tujuan untuk membantah penafsiran dan fiqih
yang dianggap bisa merugikan perempuan.68
Para teolog feminis menolak beberapa pernyataan ayat-ayat al-
Quran yang menafsirkan bahwa Hawa diciptakan dari tualng rusuk
Adam. Berikut adalah ayat al-Quran yang mengatakan bahwa kaum
perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki.
“Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dan (diri)nya… ” (QS. An-Nisa: 1)
Dari ayat di atas disebutkan bahwa Adam lebih dahulu lahir ke
dunia, kemudian Hawa diciptakan dari bagian Adam. Bagi para teolog
feminis, pernyataan tersebut bermakna bahwa perempuan adalah
manusia kedua dan hal tersebut pula yang membuat para teolog
feminis menolak kedudukan perempuan lebih rendah dari lelaki.
Selain itu, ada hadist yang menyebutkan bahwa perempuan diciptakan
dari tulang rusuk laki-laki.
“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Maka sikapilah para wanita dengan baik.” (HR. al- Bukhari Kitab an-Nikah no.5186)
68 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h. 167.
48
Para feminis beranggapan bahwa kitab-kitab agama “seolah-
olah” mendudukan posisi perempuan lebih rendah dari pria karena
penulis agama dan fiqih merupakan laki-laki. Sehingga segala
penafsiran tergantung dengan tujuan dan agenda para penafsir.69
Solusi untuk mengubah pandangan tersebut adalah mengkaji kembali
konteks turunan ayat al-Quran dan mengkaji kesahihan hadist.
Penafsiran agama ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu aspek eksternal
(apa yang tertulis) dan aspek internal (apa yang tersirat).
Menurut Rahman, untuk memahami pesan al-Quran sebagai
suatu kesatuan haruslah mempelajarinya dengan latar belakang berupa
aktivitas nabi sendiri dan perjuangannya dibawah bimbingan al-Quran,
maupun latar belakang tidak langsung yaitu pandangan orang-orang
Arab sebelum atau sesudah Islam datang, adat istiadat, pranata-pranata
sosial, kehidupan ekonomi dan politik.70
69 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
169. 70 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 114.
49
BAB III
FILM DOKUMENTER BATTLE FOR SEVASTOPOL
A. Sinopsis Film Dokumenter Battle for Sevastopol
Film Battle for Sevastopol merupakan film biografi karya Sergey
Mokritskiy yang berlatarbelakang perang dunia II di Rusia. Film ini
menceritakan tentang penembak jitu perempuan dari Rusia yang menjadi
pahlawan selama penyerbuan oleh Nazi Jerman di Sevastopol pada tahun
1941-1942. Lyudmila Pavlichenko adalah seorang perempuan berusia 24
tahun. Ia memiliki bakat alami sebagai penembak jitu. Ia adalah satu dari
2000 perempuan yang mendapat posisi sebagai penembak jitu tentara
merah dari divisi Chapeyevskaya (25th Guards Rifle Division).1
Awalnya Pavlichenko tidak menginginkan pendidikan penembak jitu.
Akan tetapi, ayah Pavlichenko adalah seorang tentara Rusia yang
menginginkan anaknya ikut serta menjadi tentara Rusia. Saat masih duduk
di perguruan tinggi di Kiev, serangan Jerman membuat Pavlichenko
terpaksa meninggalkan pendidikan sejarah di Kiev dan mendapatkan
pendidikan penembak jitu di Odessa untuk relawan perang selama enam
bulan. Namun, belum sempat menyelesaikan pendidikan sebagai
penembak jitu, ia sudah ditugaskan perang bersama rekan-rekannya di
Sevastopol.
1 http://www.bisotisme.com/2015/10/sedikit-tentang-lyudmila-pavlichenko.html , situs
diakses pada 1 September 2016 pukul 21.30 WIB.
50
Perang di Sevastopol berlangsung selama 250 hari, sebanyak 80.000
warga Sevastopol dikerahkan untuk mempertahankan Sevastopol dalam
perang melawan Jerman. Pertama kali terlibat dalam perang di Odessa,
Pavlichenko berhasil membunuh 309 tentara fasis Jerman (hanya jumlah
yang dikonfirmasi). Karena mampu membunuh tentara Jerman lebih dari
kemampuan seorang penembak jitu laki-laki maka ia mendapat gelar nama
“Lady Death”. Keahlian Pavlichenko membuat komandan tertinggi
Jerman terancam dan memerintahkan tentara fasis Jerman untuk
memusnahkan Pavlichenko agar dapat menaklukkan kota Sevastopol.
Atas keahliannya dalam menembak, Pavlichenko mendapat beberapa
penghargaan antara lain: medali penghargaan “Medal for the Defence of
Odessa”, “Medal for the Defence of Sevastopol”, mendapatkan dua kali
penghargaan “Order of Lanin”, “Hero of the Soviet Union”, “Medal for
Battle Merit”, “Medal for the Victory Over Germany in the Great Patriotic
War 1941-1945”, penghargaan berupa senapan SVT -40 “Tokarev Self-
loading Rifle Model of 1940” dari komandan 25th Rifle Division karena
berhasil menghancurkan tank Jerman dengan senapan. Nama Lyudmila
semakin berkibar dan menjadi inspirasi tentara Soviet setelah menembak
36 sniper Jerman.2 Pavlichenko mulai menceritakan pengalamannya
selama perang di Sevastopol dalam konferensi pers di gedung putih,
2 http://www.bisotisme.com/2015/10/sedikit-tentang-lyudmila-pavlichenko.html diakses
pada tanggal 1 September 2016 pukul 21.30
51
Amerika Serikat pada tahun 1942. Ketika itu Pavlichenko diundang oleh
Eleanor Roosevelt.
B. Profil Sutradara Film Dokumenter Battle for Sevastopol
Sergey Mokritskiy adalah seorang sutradara dan sinematografi
berkebangsaan Rusia. Sergey lahir pada tahun 1961 di Ukrain. Pada
awalnya Sergey Mokritskiy memasukin dunia sinematografi dengan
menghasilkan karya pertamanya berjudul The Murder’s Diary pada tahun
2002. Film ini bergenre fiksi yang ditayangkan dalam saluran TV Rusia
sebagai film serial. Kemudian pada tahun 2007 – 2015, ia mendalami
dunia perfilman dengan menjadi penulis sekaligus menjadi sutradara.
Salah satu film yang paling terkenal adalah Battle for Sevastopol.
Sergey menjadi sutradara dan penulis. Adapun beberapa karya film yang
sudah dibuat oleh Sergey Mokritskiy adalah sebagai berikut.3
Director
2015 - Battle for Sevastopol (Битва за Севастополь)
2012 - Protest Day (День учителя)
2008 - Four Ages Of Love (Четыре Возраста Любви )
2007 - Spetsgruppa (Спецгруппа)
Writer
2015 - Battle for Sevastopol by Sergey Mokritskiy
2012 - Protest Day by Sergey Mokritskiy
3 http://www.imdb.com/name/nm0596364/bio diakses pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 17.22
52
Cinematographer
2011 - My Dad, Baryshnikov by Dmitriy Povolotskiy
2011 - Odin by Olesia Fokina
2010 - Diamonds by Rustam Khamdamov
2010 - Oleg Tabakov. A Reflexion by Kirill Serebrennikov
2010 - Theater in Jail by Kirill SErebrennikov
2007 - Spetsgruppa by Dmitriy Dyachenko, Sergey Mokritskiy
2006 - Playing the Victim by Kirill Serebrennikov
2002 - The Murderer’s Diary by Kirill Serebrennikov
2001 - Rostov-papa by Kirill Serebrennikov
C. Struktur dalam Film Dokumenter Battle for Sevastopol
Sutradara : Sergey Mokritskiy
Produser4 : Natalya Mokritskaya (general producer)
Egor Olesov (general producer)
Yuriy Prylypko (post production producer)
Mila Rozanova (producer)
Ulyana Saveleva (producer)
Penulis Naskah : Sergey Mokritskiy (co-writer)
Maksym Budarin
Maksym Dankevych
4 http://m.imdb.com/title/tt4084744/fullcredits?ref_=m_tt_cl_scc, situs diakses pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 12.43 WIB.
53
Leonid Korin
Egor Olesov
Pemain : Yulia Peresild
Joan Blackham
Aleksandr Kovbasyuk
Evgeniy Tsyganov
Nikolay Boklan
Oleg Vasilkov
Nikita Tarasov
Polina Pakhomova
Ilya Prokopiv
Penata Musik : Evgen Galperine
Sinematografi : Yuriy Korol
Penyunting Film : Viktor Onysko
Efek Visual : Egor Borschevsky
Alexey Gusev
Rumah Produksi : 20th Century Fox
Waktu Tayang : 2 April 2015
Genre : Dokudrama Biografi
Durasi : 122 menit
Negara : Ukraina – Rusia
Bahasa : Russian, English, Ukrainian
54
D. Penghargaan-penghargaan Film Dokumenter Battle for Sevastopol
Film Dokumenter Battle for Sevastopol sukses menarik perhatian
masyarakat di berbagai negara. Film yang ditayangkan pada bulan April
2015 ini telah meraih berbagai penghargaan, diantaranya sebagai berikut.5
Tabel 1
Penghargaan dalam Film Battle for Sevastopol
Nama
Penghargaan
Tahun Status Kategori
Beijing
International Film
Festival (Tiantian
Award)
2015 Menang
Aktris terbaik
(Yuliya Peresild)
Nominasi Gambar terbaik
Golden Eagle
Awards, Russia
(Golden Eagle)
2016
Menang Aktris terbaik
(Yuliya Peresild)
Sinematografi
terbaik
(Yuriy Koroi)
5 http://www.imdb.com/title/tt4084744/awards?ref_=tt_awd diakses pada tanggal 1
September 2016 pukul 22.02
55
Nominasi Fitur film terbaik
(Sergey Mokritskiy,
Sutradara)
(Natalya
Mokritskaya,
Produser)
(Egor Olesov,
Produser)
Desain busana
terbaik
Musik terbaik
Evgueni Galperine
Nika Awards
(Nika)
2016 Nominasi Film terbaik
(Sergey Mokritskiy,
Sutradara)
(Egor Olesov,
Produser)
(Natalya
Mokritskaya,
Produser)
Russian Guild of
Film Critics
2016 Nominasi Aktris terbaik
(Yuliya Peresild)
56
(White Elephant)
Visual Effects
Society Award
(VES Award)
2016 Nominasi Visual Efek Terbaik
dalam Photoreal
Episode
(Dmitry
Ovharenko),
(Igor Klimovsky),
(Egor
Borscheysky),
(Vladimir
Mikheyenko)
Sumber: Situs www.imdb.com
57
BAB IV
ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAM FILM DOKUMENTER
BATTLE FOR SEVASTOPOL
Pada bab ini peneliti memaparkan hasil analisis terhadap film Battle for
Sevastopol dengan menggunakan analisis wacana model Sara Mills. Analisis ini
terbagi menjadi dua bagian, yaitu analisis posisi subjek-objek dan analisis posisi
pembaca.
Pandangan feminisme terlihat dari tokoh utama yang diperankan oleh seorang
perempuan, Lyudmila Pavlichenko. Film tersebut memberikan gambaran tersendiri
untuk seorang perempuan. Bagaimana perempuan ditampilkan dalam rangkaian
gambar (scene) dan teks yang menjadi penelitian utama dalam film Battle for
Sevastopol ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana model Sara Mills.
A. Posisi Subjek
Posisi subjek adalah bagaimana posisi aktor-aktor ditampilkan dalam
teks. Posisi yang dimaksud adalah siapa aktor yang menjadi pencerita (subjek)
dalam Battle for Sevastopol. Posisi subjek dapat dilihat dari potongan adegan
dan dialog pemain. Hal ini dapat menentukan bagaimana struktur teks, serta
bagaimana makna yang terkandung dalam teks. Berikut potongan adegan
yang menggambarkan bagaimana posisi subjek dalam film Battle for
Sevastopol.
58
Tabel 2
Kerangka Temuan Data Posisi Subjek Pertama pada Film Battle
for Sevastopol
Scene Visual Audio Interpretasi
Simbolik
Scene 2:
Di dalam
mobil,
Moscow
Vnukov
Airport,
1957
(Pagi)
Gambar 1
Adegan Eleanor berbincang pada
pengawal
Gambar 2
Adegan Eleanor menceritakan
tentang sniper wanita
Eleanor:
“Kita tetap
pergi. Nikita
Sergeyevich
sudah
menunggu.
Seharusnya
satu
kesenangan
bila mau
menunggu
seorang
wanita.”
Pengawal 1:
“Siapa yang
harus kita
kunjungi
itu?”
Eleanor:
“Aku akan
memperkenal
Seorang
nenek tua
bernama
Eleanor
Roosevelt. Ia
merupakan
Ibu Negara
Amerika
Serikat. Ia
menceritakan
awal bertemu
dengan
seorang
sniper
wanita,
Lyudmila
Pavlichenko
kepada
pengawalnya
yang saat itu
tengah
penasaran
dengan orang
59
kan wanita
ini…”
yang ingin ia
temui di
Rusia.
Scene 3:
Delegasi
Siswa,
1942
(Pagi)
Gambar 3
Adegan perkenalan Eleanor
dengan para siswa dari Rusia
Eleanor:
“Ketika itu
ada gadis
yang
mengenakan
seragam.”
Fang Hui:
“Fang Hui,
infanteri,
menewaskan
8 musuh.”
Eleanor
sedang
menghadiri
delegasi
siswa di
White House,
Amerika
Serikat.
Gambar 4
Adegan seorang siswa
memperkenalkan diri dihadapan
Eleanor
Vladimir
Pchelintsev:
“Vladimir
Pchelintsev,
Sniper. 152
musuh
dengan 154
tembakan.”
Eleanor
berkenalan
dengan
penembak
jitu lelaki
dari Rusia
yang telah
menembak
152 musuh
dengan 154
tembakan.
60
Gambar 5
Adegan Pavlichenko
memperkenalkan diri dihadapan
Eleanor
Pavlichenko:
“Letnan
Lyudmila
Pavlichenko.
"
Eleanor: “
Dan siapa
dirimu?”
Pavlichenko:
“Penembak
jitu.”
Eleanor:
“Seorang
penembak
jitu wanita?
Berapa
banyak
musuh yang
kau bunuh?”
Pavlichenko:
“Tak banyak.
Hanya fasis.
309 orang.”
Eleanor
terkejut
ketika
melihat ada
seorang
penembak
jitu wanita
berbaris di
delegasi
siswa
tersebut.
Padahal
kebanyakan
siswa
penembak
jitu adalah
seorang
lelaki.
Wartawan
dan Eleanor
lebih terkejut
ketika
Pavlichenko
mengumum-
kan bahwa
ada 309
orang musuh
yang telah ia
bunuh.
61
Scene 49:
White
House
(Siang)
Gambar 6
Adegan Eleanor memberi arahan
Pavlichenko
Eleanor: “
Jadilah
lembut
secara
alami.”
Eleanor
tengah
memberikan
arahan
kepada
Lyudmila
Pavlichenko
agar dapat
menjawab
dengan baik
saat
konferensi
pers
berlangsung.
Scene 69:
Dapur,
White
House
(Sore)
Gambar 7
Adegan Eleanor sedang
menenangkan Pavlichenko
Eleanor:
“Aku hanya
bisa
membayangk
an
bagaimana
mengerikann
ya peristiwa
itu.”
Eleanor
mencoba
menenang-
kan diri
Pavlichenko
yang terlihat
cemas
dengan
memegang
pisau.
62
Scene 74:
White
House
(Siang)
Gambar 8
Adegan Pavlichenko
mengenakan gaun
(Tak ada
suara)
Pavlichenko
mengenakan
gaun yang
diberikan
oleh Eleanor
Roosevelt.
Scene 75:
Ruang
makan,
White
House
(Siang)
Gambar 9
Adegan Eleanor berbicara
dengan Pavlichenko
Eleanor:
“Aku begitu
sedih tak ada
yang
menganggap
mu sebagai
wanita.”
Eleanor
mengungkap
-kan
kesedihannya
terhadap
kehidupan
Lyudmila
Pavlichenko.
Scene 104:
White
House
(Pagi)
Gambar 10
Adegan Eleanor melihat bekas
luka di tubuh Pavlichenko
Eleanor:
“Apa yang
mereka
lakukan
padamu?”
Eleanor
terkejut
melihat
banyak bekas
luka di tubuh
Pavlichenko.
Eleanor
mencoba
menyentuh
bekas luka
63
Gambar 11
Adegan Eleanor menyentuh
bekas luka di tubuh Pavlichenko
Pavlichenko:
(Suara
menangis)
yang terdapat
di tubuh
Pavlichenko.
Scene 31:
White
House
(Pagi)
Gambar 12
Adegan Eleanor menceritakan
kehidupan Pavlichenko
Gambar 13
Adegan Eleanor menceritakan
kehidupan Pavlichenko
Eleanor:
“Aku ingin
memahami-
nya sebagai
wanita.
Bagaimana
dia bisa
membunuh
309 orang?
Kenapa
memegang
senapan? Itu
bukan
pekerjaan
wanita.
Wartawan
kita
menyebutnya
Lady of the
Death. Aku
menyadari
Pavlichenko
memasuki
ruang kamar
yang berada
di White
House, ia
menaruh
koper yang ia
bawa, lalu
melihat
keadaan
barang-
barang
disekitarnya.
64
Gambar 14
Adegan Eleanor menceritakan
kehidupan Pavlichenko
betapa dia
terluka. Dia
cerdas dan
berpendidik-
an . itu satu
keindahan.
Intinya,
perang
terjadi di
negerinya
dan dia tak
punya
pilihan. Di
sisi lain, dia
punya bakat.
Tapi tak
terlihat
dengan
sempurna.”
Sumber: Potongan Adegan dalam Film Battle for Sevastopol
a) Penjelasan Gambar
Pada gambar di atas terlihat bahwa subjek dalam film Battle for
Sevastopol adalah Eleanor Roosevelt. Eleanor Roosevelt menjadi subjek yang
menceritakan bagaimana kehidupan penembak jitu perempuan. Dari gambar 1
dan 2 Eleanor menceritakan kepada pengawalnya dengan dialog sebagai
berikut:
65
“Aku akan memperkenalkan wanita ini…”1
Dialog tersebut menunjukkan bahwa Eleanor Roosevelt sebagai subjek yang
menceritakan si tokoh utama.
Berawal saat Eleanor menghadiri undangan dari Kedutaan Rusia.
Tetapi Eleanor tidak ingin langsung memenuhi undangan tersebut. Ia ingin
bertemu dengan Nikita Sergeyevich. Akan tetapi pengawal Eleanor penasaran
siapakah gadis yang ingin ditemui oleh Eleanor ini. Kemudian Eleanor
menceritakan bagaimana pertama kali ia bertemu dengan seorang penembak
jitu perempuan yang hebat.
Gambar 3 terlihat bahwa pertama kali Eleanor menghadiri Delegasi
Siswa yang diadakan di White House, Amerika Serikat pada tahun 1942. Saat
itu Eleanor bertemu dengan para siswa. Para siswa tersebut memperkenalkan
diri satu persatu dihadapan Ibu Negara Amerika Serikat, Eleanor Roosevelt.
Siswa pertama yang memperkenalkan diri adalah Fang Hui. Fang Hui
merupakan infanteri (pasukan darat utama) yang telah membunuh 8 musuh.
Pada gambar 4 terlihat seorang siswa bernama Vladimir Pchelintsev yang
merupakan sniper. Ia telah membunuh 152 musuh dengan 154 tembakan.
Gambar 5 menunjukkan bahwa pertama kali Eleanor terkejut ketika
ada seorang wanita dibarisan para sniper. Lalu sniper wanita itu
memperkenalkan dirinya. Ia adalah Letnan Lyudmila Pavlichenko. Lyudmila
Pavlichenko menjelaskan bahwa ia telah membunuh 309 fasis (musuh).
1 Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 2 dari menit ke 00.02.09 sampai
00.02.11.
66
Gambar 6 menunjukan kepedulian Eleanor untuk mengajarkan Pavlichenko
ketika dihadapan publik untuk bersikap lembut layaknya seorang wanita.
Gambar 7 terlihat Eleanor sedang menenangkan Pavlichenko yang
cemas dan ketakutan karena pengalaman Pavlichenko ketika perang. Gambar
8 terlihat Elenor memberikan gaun dan kemudian dikenakan oleh
Pavlichenko. Gambar 9 menunjukkan keprihatinan Eleanor kepada
Pavlichenko karena tidak ada yang menganggap Pavlichenko sebagai wanita
seutuhnya. Gambar 10 dan 11 menunjukkan kesedihan Eleanor ketika melihat
bekas luka yang terdapat di seluruh tubuh Pavlichenko.
Gambar 12, 13, dan 14 terlihat Pavlichenko sedang memasuki kamar
yang disediakan oleh Eleanor di White House. Pavlichenko menaruh koper
yang ia bawa dan melihat barang-barang di sekitar kamarnya. Pada gambar ini
terlihat teks yang menunjukkan bahwa Eleanor sedang menceritakan
bagaimana kehidupan Pavlichenko.
“Aku ingin memahaminya sebagai wanita. Bagaimana dia bisa membunuh 309 orang? Kenapa memegang senapan? Itu bukan pekerjaan wanita. Wartawan kita menyebutnya Lady of the Death. Aku menyadari betapa dia terluka. Dia cerdas dan berpendidikan . itu satu keindahan. Intinya, perang terjadi di negerinya dan dia tak punya pilihan. Di sisi lain, dia punya bakat. Tapi tak terlihat dengan sempurna.”2
Dialog di atas merupakan pembicaraan yang dilakukan oleh Eleanor
dan Staff Kedutaan Amerika Serikat. Dalam dialog tersebut terdapat kata-kata
yang menunjukan bahwa Eleanor tidak setuju dengan profesi Pavlichenko
2 Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 12, 13, 14 dari menit ke 00.30.54
sampai 00.31.29.
67
sebagai sniper wanita. Karena menurut Eleanor, profesi tersebut tidak sesuai
dengan hakikat wanita yang dilahirkan sebagai makhluk yang lembut.
b) Penjelasan Posisi Subjek Pertama
Dalam film Battle for Sevastopol, Eleanor Roosevelt sebagai subjek
pertama yang menceritakan kisah sniper wanita, Lyudmila Pavlichenko.
Subjek pertama ini tidak menceritakan secara detail bagaimana kehidupan
Pavlichenko selama menjalani perang dunia melawan Jerman, sehingga
posisinya tidak leluasa dalam menceritakan kehidupan Pavlichenko. Peneliti
mengambil dua subjek dari penelitian ini. Posisi subjek pertama dilihat dari
sudut pandang Eleanor Roosevelt dan kedua dari sudut pandang Lyudmila
Pavlichenko.
Gambar-gambar di atas dilihat dari sudut pandang Eleanor Roosevelt.
Bermula saat Eleanor berkunjung ke Rusia untuk menghadiri undangan dari
Kedutaan Rusia. Tetapi ia menolak karena ada pertemuan yang lebih penting.
Lalu ia menceritakan kepada pengawalnya siapa orang yang ingin ia temui.
Eleanor mengenal Pavlichenko pada Delegasi Siswa tahun 1942. Ketika itu
Pavlichenko terlihat sebagai wanita yang gagah mengingat pada saat itu ialah
satu-satunya wanita di antara barisan para lelaki. Ketika para siswa
memperkenalkan diri satu persatu, Pavlichenko menyatakan sebanyak 309
fasis yang telah ia bunuh. Dialog tersebut menunjukkan bahwa Pavlichenko
sebagai sniper wanita terbaik bahkan di antara sniper lelaki. Padahal profesi
sebagai sniper adalah profesi yang hanya digeluti oleh kaum lelaki.
68
Eleanor sangat tertarik dengan kehidupan yang dijalani Pavlichenko
selama masa perang. Eleanor memberi kesempatan kepada Pavlichenko untuk
sementara waktu tinggal di Amerika Serikat pada tahun 1942. Setiap hari ia
berinterkasi dengan Pavlichenko, sehingga ia mengetahui apa yang dirasakan
Pavlichenko selama menjadi sniper di medan perang. Dibalik kegagahan dan
keberanian Pavlichenko, Eleanor mengungkap kesedihan yang dialami
Pavlichenko selama perang berlangsung. Sebagai subjek pertama, Eleanor
hanya menceritakan bagaimana kehidupan Pavlichenko saat berada di White
House. Ada beberapa adegan yang menunjukan bahwa Eleanor ikut
merasakan kesedihan yang dialami Pavlichneko terlihat pada adegan Eleanor
melihat bekas luka di tubuh Pavlichenko. Eleanor merasa profesi sebagai
sniper untuk wanita sangat tidak adil. Karena wanita diperlakukan sama
dengan kaum lelaki.
Alur cerita dalam film ini adalah alur sirkuler. Alur sirkuler atau alur
campuran merupakan gabungan antara alur maju dan alur mundur. Satu saat
cerita berjalan dengan alur maju namun pada saat lain berjalan dengan alur
mundur, bahkan alur cerita melompat. Dengan lebih banyak dialog, Eleanor
memaparkan dengan perbincangan bersama Pavlichenko saat berada di White
House. Eleanor memposisikan dirinya sebagai mediator saja.
69
Tabel 3
Kerangka Temuan Data Posisi Subjek Kedua pada Film Battle for
Sevastopol
Scene Visual Audio Interpretasi
Simbolik
Scene 10:
Rumah
Pavlichen
-ko
(Sore)
Gambar 15
Adegan Pavlichenko mengabari
ayahnya atas kelulusan masuk
Kiev State University
Pavlichenko:
“Aku
diterima.
Paling
pertama
dalam daftar.
Ayah pasti
bangga
padaku.”
Pavlichenko
terlihat
senang ketika
mengabarkan
kelulusannya
masuk Kiev
State
University
kepada
Ayahnya.
Scene 17:
Kompe-
tisi
Menem-
bak
(Pagi)
Gambar 16
Adegan Pavlichenko ikut serta
dalam kompetisi menembak
(Suara
tembakan)
Pavlichenko
membidik
target dengan
senapan
didampingi
instruktur
menembak
Kovalchuk.
70
Scene 29:
Teater
(Malam)
Gambar 17
Adegan Pavlichenko menentang
ajakan Boris
Pavlichenko:
“Perang
bukan untuk
pengecut.”
Pavlichenko
dan Boris
melakukan
perdebatan
mengenai
profesi ketika
sedang
menyaksikan
opera di
Teater.
Gambar 18
Adegan Pavlichenko berbicara
pada Boris
Pavlichenko:
“Ayah bilang
aku harus
berangkat.”
Pavlichenko
berbicara
kepada Boris
mengenai
profesi yang
harus ia
jalani.
Scene 30:
Kedutaan
Uni
Soviet di
Amerika
Serikat,
1942
(Pagi)
Gambar 19
Adegan Pavlichenko berandai-
andai
Pavlichenko:
“Sepertinya
penting jika
pakaian
dalamku dari
sutra atau
pakai
lipstik.”
Pavlichenko
berbicara
dengan salah
satu
temannya di
Kedutaan
Uni Soviet,
Amerika
Serikat.
71
Scene 32:
Training
Camp,
Musim
Panas
(Siang)
Gambar 20
Adegan Pavlichenko training
camp tiarap
(Suara
perintah dari
Kamerad
Jenderal)
Pavlichenko
latihan tiarap
di tanah
dalam rangka
pelatihan
sniper.
Terlihat
wajah yang
serius ketika
mengikutipel
atihan
tersebut.
Scene 34:
Training
Camp,
Musim
Panas
(Sore)
Gambar 21
Adegan Pavlichenko training
camp berlari
(Suara
gemercik air
dan suara
orang berlari)
Pavlichenko
latihan
berlari
bersama
teman-
temannya di
antara
sungai.
Namun, pada
saat itu
terlihat
Pavlichenko
terjatuh.
72
Scene 35:
Training
Camp,
Musim
Panas
(Sore)
Gambar 22
Adegan Pavlichenko training
camp menggali tanah
(Suara
perintah
Komandan)
Pavlichenko
latihan
menggali
tahan untuk
membuat
benteng
pertahanan
bersama
teman-
temannya.
Scene 36:
Training
Camp
kedua,
Musim
Panas
(Sore)
Gambar 23
Adegan Pavlichenko training
camp kedua
(Suara air
dan perintah
Komandan)
Pavlichenko
dan teman-
temannya
latihan tiarap
di sungai
kecil saat
Training
Camp kedua.
Ia terlihat
berusaha
ketika
menjalani
pelatihan
tersebut.
73
Scene 39:
Training
Camp
kedua,
Musim
Panas
(Sore)
Gambar 24
Adegan Pavlichenko training
camp kamuflase
Pavlichenko:
(Suara
tertawa)
Pavlichenko
terlihat
tertawa
gembira
ketika
mengelabui
Kamerad
dalam latihan
kamuflase.
Scene 41:
Training
Camp
kedua,
Musim
Panas
(Sore)
Gambar 25
Adegan Pavlichenko training
camp menembak
(Suara
tembakan)
Pavlichenko
terlihat
tegang saat
mengikuti
pelatihan
menembak
bersama
teman-
temannya.
Scene 43:
Serangan
udara di
Odessa,
1941
(Siang)
Gambar 26
Adegan Pavlichenko
menghindari ledakan
(Suara
ledakan bom)
Pavlichenko
tampak
ketakutan
menghindari
ledakan dari
bom tentara
Jerman. Ia
berlindung
dibalik
mobil.
74
Scene 43:
Serangan
udara di
Odessa,
1941
(Siang)
Gambar 27
Adegan Pavlichenko menangis
(Tak ada
suara)
Pavlichenko
meneteskan
air mata
ketika
melihat
temannya
tewas.
Scene 45:
Markas
di Odessa
(Sore)
Gambar 28
Adegan Pavlichenko mengucap
janji
Pavlichenko:
“Dan dengan
senjata ini,
akan
membunuh
ratusan
fasis!”
Pavlichenko
berjanji
dihadapan
Kamerad dan
Jenderal
untuk
membunuh
banyak
musuh.
Scene
104:
White
House
(Pagi )
Gambar 29
Adegan Pavlichenko menangis
Pavlichenko:
(Suara
menangis)
Pavlichenko
menangis
dan dipeluk
oleh Eleanor.
75
Scene
105:
Perang di
Sevas-
topol,
Musim
panas
(Pagi)
Gambar 30
Adegan Pavlichenko dan Kapten
Leonid menyelamatkan diri
(Suara
ledakan bom)
Pavlichenko
dan Kapten
Leonid
berlari untuk
menyelamatk
an diri dari
bom.
Scene
106:
Rumah
sakit
(Pagi)
Gambar 31
Adegan Pavlichenko ketakutan
Pavlichenko:
(Suara teriak)
Pavlichenko
menutup
telinga dan
berteriak
ketakutan.
Terlihat
Boris sedang
menenang-
kannya.
Scene
121:
Konferen
si Pers di
White
House,
Amerika
Serikat
(Siang)
Gambar 32
Adegan Pavlichenko menghadiri
jumpa pers di Amerika Serikat
Pavlichenko:
“Hadirin
sekalian,
usiaku 25
tahun. Aku
telah
membunuh
309 penjajah
fasis. Tapi
apakah Anda
Pavlichenko
berdiri
dengan
gagah,
berpidato di
atas
panggung
dihadapan
para tamu
undangan
76
semua
berpikir,
hadirin
sekalian
bahwa
mereka
sekarang
sudah jadi
beban
hidupku
sampai saat
ini?”
dari
Kedutaan
Amerika
Serikat dan
para
wartawan di
White House.
Scene
102:
Markas
Sevasto-
pol
(Malam)
Gambar 33
Adegan Pavlichenko berbicara
kepada Leonid
Pavlichenko:
“Leonid, aku
ingin punya
bayi.”
Pavlichenko
menggunaka
n mahkota
yang biasa
digunakan
oleh seorang
pengantin. Ia
berbicara
kepada
Leonid.
Sumber: Potongan Adegan dalam Film Battle for Sevastopol
a) Penjelasan Gambar
Pavlichenko sebagai subjek kedua dalam film Battle for Sevastopol
karena ia merupakan tokoh utama dalam film ini. Dengan demikian ia lebih
leluasa dalam menceritakan kisahnya sendiri. Pada gambar 15 terlihat
77
Pavlichenko merasa senang karena terdaftar sebagai orang pertama yang
masuk ke Kiev State University. Ia memberitakan kabar tersebut kepada
ayahnya yang baru saja pulang. Hal tersebut terlihat pada dialog dalam film
tersebut.
“Aku diterima. Paling pertama dalam daftar. Ayah pasti bangga padaku.”3
Hal ini menunjukan bahwa Pavlichenko memulai karirnya dengan masuk
perkuliahan sebelum memasuki dunia perang.
Gambar 16 terlihat Pavlichenko sedang mengikuti kompetisi
menembak. Ia mencoba untuk menebak target didepannya. Awalnya
Pavlichenko tidak bisa menggunakan senjata dengan didampingi seorang
instruktur menembak Kovalchuk akhirnya ia bisa menembak tepat di daerah
sasaran. Pada gambar 17 dan 18 di dalam scene yang sama, yaitu di sebuah
teater terlihat Pavlichenko bersama seorang lelaki berkacamata. Lelaki itu
adalah Boris, seorang dokter yang ia kenal melalui temannya di Kiev State
University. Pavlichenko dan Boris tengah memperdebatkan profesi yang
dijalani Pavlichenko sebagai sniper. Namun, Pavlichenko tidak
mengindahkan permintaan Boris yang tidak setuju dengan profesinya sebagai
sniper.
Gambar 19 terlihat Pavlichenko sedang berandai-andai sebagai
perempuan seutuhnya. Ia ingin seperti perempuan pada umumnya yang
lembut dan memiliki kehidupan yang semestinya. Ia berbicara kepada
3 Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 15 dari menit ke 00.05.35 sampai 00.05.45.
78
temannya yang saat itu sedang berada di Kedutaan Rusia, Amerika Serikat. Ia
berkata:
“Sepertinya penting jika pakaian dalamku dari sutra atau pakai lipstik.”4
Dalam dialog tersebut terdapat makna yang menunjukan bahwa Pavlichenko
sangat berharap memiliki hidup sederhana layaknya perempuan pada
umumnya. Ia ingin mengenakan busana yang digunakan oleh wanita seperti
dress bukan menggunakan seragam setiap hari. Ia ingin bersolek seperti
wanita lain dengan mengenakan alat-alat kecantikan agar tampil cantik
dihadapan publik. Hal ini sesuai dengan pandangan feminisme liberal bahwa
setiap manusia memiliki hak asasi manusia seperti hak untuk kebahagiaan.
Kemudian pada gambar 20, 21, 22, 23, 24, dan 25 merupakan
serangkaian pelatihan yang diadakan oleh sekolah sniper di Odessa.
Serangkaian gambar tersebut terlihat pelatihan sebagai sniper tidak hanya
membidik kemudian menembak target saja. Tetapi banyak langkah-langkah
pelatihan yang wajib diikuti oleh para sniper diantaranya pelatihan tiarap,
berlari cepat, menggali tanah untuk benteng pertahanan, kamuflase yang
berguna untuk mengelabui musuh, dan menembak jitu menuju target atau
sasaran.
Gambar 26 menunjukan rasa ketakutan Pavlichenko saat pertama kali
berpartisipasi dalam perang. Ia mendengar ledakan bom yang tidak jauh dari
benteng pertahanannya, sehingga ia berlari dan merunduk didekat sebuah
4 Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 19 dari menit ke 00.28.50 sampai 00.28.55.
79
mobil tentara untuk menghindari ledakan tersebut. Gambar 27 menunjukan
kesedihan di wajah Pavlichenko. Ia melihat temannya terkena tembakan tepat
dihadapannya. Pavlichenko pun merasa kaget dan shock.
Pada gambar 28 terlihat Pavlichenko dengan tegas berjanji untuk
membunuh para musuh dengan senjata yang diberikan oleh Jenderal dan
Komisaris sebagai penghargaan bahwa ia berhasil melumpuhkan musuh. Janji
yang diikrarkan Pavlichenko sebagai berikut:
“Dan dengan senjata ini, akan membunuh ratusan fasis!”5
Ikrar di atas menunjukkan bahwa Pavlichenko sebagai pribadi yang pemberani
dan mendendam.
Gambar 29 terlihat Pavlichenko menangis dipelukan Eleanor
Roosevelt. Ia menangis mengingat masa lalu saat ia masih berada di medan
perang. Bekas luka di punggung Pavlichenko membuat Eleanor simpati dan
memeluk Pavlichenko. Gambar 30 terlihat Leonid dan Pavlichenko berlari
menyelamatkan diri dari ledakan bom. Gambar 31 terlihat wajah Pavlichenko
ketakutan ditambah dengan gerakan tubuh saat ia menutup telinga dan berteriak.
Hal ini menunjukkan bahwa Pavlichenko mengalami trauma pasca ledakan bom
yang diluncurkan oleh pasukan Jerman. Selain itu terlihat Boris yang sedang
bersama Pavlichenko mencoba untuk menenangkannya.
Gambar 32 terlihat Pavlichenko menghadiri jumpa pers di White
House, Amerika Serikat. Pavlichenko berdiri di atas panggung berpidato dan
5 Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 28 dari menit ke 00.45.54 sampai
00.45.56.
80
menceritakan pengalamannya di medan perang yang disaksikan oleh para tamu
undangan dari Kedutaan Amerika berserta para wartawan. Pernyataan
Pavlichenko sebagai berikut:
“Hadirin sekalian, usiaku 25 tahun. Aku telah membunuh 309 penjajah fasis. Tapi apakah Anda semua berpikir, hadirin sekalian bahwa mereka sekarang sudah jadi beban hidupku sampai saat ini?”6
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa diusia yang masih muda ia
berani mengikuti perang dan melawan musuh untuk mempertahanakan tanah
airnya, Rusia. Namun, dibalik keberhasilannya membunuh 309 penjajah
Pavlichenko merasa bahwa profesi sebagai sniper adalah beban terbesar
dihidupnya dan kenangan itu selalu ada dipikiran Pavlichenko sampai saat itu.
Gambar 33 menunjukkan bahwa Pavlichenko mengenakan mahkota
pengantin dan membicarakan seputar kehidupan yang diinginkan perempuan
pada umumnya. Hal tersebut terdapat pada dialog sebagai beikut:
“Leonid, aku ingin punya bayi.”7
Dalam percakapan tersebut Pavlichenko berbicara kepada Leonid bahwa ia
menginginkan seorang bayi. Adegan ini menggambarkan bahwa Pavlichenko
sebagai wanita menuntuk hak reproduksi, yaitu hak untuk melahirkan seorang
bayi.
6 Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 32 dari menit ke 01.57.14 sampai
01.57.41. 7 Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 33 dari menit ke 01.38.03 sampai
01.38.15.
81
b) Penjelasan Posisi Subjek Kedua
Dalam film Battle for Sevastopol, Lyudmila Pavlichenko sebagai
subjek kedua yang menceritakan kisahnya sendiri sebagai sniper wanita.
Subjek kedua ini lebih mudah dan bebas menceritakan pengalamannya sendiri
dan orang lain. Film tersebut diambil dari potongan adegan peradegan dari
sudut pandang Pavlichenko sebagai subjek kedua. Berawal dari Pavlichenko
yang dengan bangga memberitakan bahwa ia masuk dalam daftar pertama di
Kiev State University kepada ayahnya. Namun ayah Pavlichenko tidak setuju
dengan kelulusan putrinya. Ia lebih setuju apabila putrinya mengikuti jejak karir
sang ayah sebagai tentara angkatan darat. Hal ini menunjukkan bahwa seorang
anak harus mengikuti perintah ayahnya. Pavlichenko tetap memutuskan untuk
mengikuti perkuliahan di Kiev State Univesrsity.
Ketika mulai memasuki masa perkuliahan, Pavlichenko dan teman-
temannya ikut kompetisi menembak siapa yang menembak paling dekat dengan
sasaran maka ia yang menentukan tempat mana yang akan mereka kunjungi.
Teman-teman yang berpartisipasi dalam permainan itu adalah para lelaki,
sedangkan Pavlichenko merupakan perempuan satu-satunya. Pada saat itulah
Pavlichenko mulai menunjukkan bakat alami yang ia miliki. Ia mengalahkan
semua teman lelakinya yang mengikuti permainan tersebut.
Suatu ketika Pavlichenko mulai perkuliahan di Kiev State University,
seorang pria memanggilnya untuk menghadap rektor. Di dalam ruang rektor ada
seorang Kamerad Jenderal dari Tentara Rusia yang memberikan komando agar
Pavlichenko ikut serta dalam pelatihan sniper selama enam bulan di Odessa.
82
Awalnya Pavlichenko menolak perintah Kamerad Jenderal, tetapi Kamerad
Jenderal bisa membujuk Pavlichenko untuk tetap mengikuti perintahnya. Dari
perintah inilah Pavlichenko memberanikan diri mengikuti jejak ayahnya dalam
dunia militer.
Ketika memasuki dunia militer, Pavlichenko diajarkan untuk
melakukan ketahanan fisik dengan beragam pelatihan seperti latihan tiarap
untuk berlindung dari musuh, berlari cepat, menggali tanah untuk membuat
benteng pertahanan, latihan kamuflase untuk menyamarkan diri dengan
lingkungan sekitar agar bisa melindungi diri dari musuh, latihan menembak dan
masih banyak pelatihan yang lain. Dengan serangkaian pelatihan tersebut
menggambarkan bahwa dirinya harus bisa memposisikan dirinya sebagi wanita
yang kuat, tangguh, gagah, dan berani.
Suatu ketika Pavlichenko menjalin asmara dengan Kapten Leonid saat
perang di Sevastopol. Ia berbagi suka duka dengan Kapten Leonid sampai suatu
ketika ia menginginkan kehidupan dengan damai dan ia bisa hidup bersama
pasangan untuk membangun sebuah keluarga. Ia menginginkan seorang bayi.
Hal ini menunjukkan sisi feminisme yang terdapat dalam film Battle for
Seavstopol. Dalam feminisme liberal mengatakan bahwa setiap manusia
memiliki hak asasi yaitu hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan kebebasan,
dan hak untuk mencari kebahagiaan.8 Adegan ini juga menunjukkan bahwa
wanita tidak bisa terlepas dari kehidupan domestik (berumahtangga). Dalam
8 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
126.
83
feminisme liberal, wanita memiliki permasalahan biologis seperti hak
reproduksi sehingga kedudukan wanita dengan pria tidak setara hanya karena
wanita bisa melahirkan. Hal tersebut juga menjadi penghambat wanita untuk
masuk ke sektor publik ketika wanita.9
Pavlichenko juga menceritakan bagaimana ketika menghadapi perang,
ketika ia melihat teman yang tewas, bahkan ketika ia terkena tembakan atau
ledakan bom. Ia juga menceritakan bagaimana rasa trauma yang dideritanya
pasca perang. Ia mengakhiri karirnya sebagai sniper wanita karena Boris
mengajukan surat evakuasi kepada Kamerad Jenderal. Selama pertempuran
Pavlichenko mengalami luka sebanyak empat kali dan mengalami trauma pasca
ledakan bom. Sementara itu, Kamerad Jenderal tidak ingin pasukannya ada
yang cacat (terluka baik mental maupun psikis) mengingat Pavlichenko salah
satu sniper terbaik. Kemudian pihak militer menyetujuinya dan mengevakuasi
Pavlichenko ke Kaukasus.
Cerita ini diakhiri dengan adegan evakuasi warga Sevastopol dan
beberapa anggota militer ke Kaukasus. Evakuasi yang berlangsung tidak
terorganisir banyak warga yang memilih untuk tinggal di Sevastopol demi
mempertahankan daerahnya. Banyak warga Sevastopol yang tertangkap dan
dijatuhi hukuman mati. Perang yang berlangsung selama 250 hari di Sevastopol
tetap dimenangkan oleh Jerman. Adegan terakhir ditutup dengan pernyataan
Pavlichenko di depan para duta Amerika Serikat dan wartawan bahwa ia telah
9Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h. 138.
84
membunuh 309 fasis dan itu sudah menjadi beban dihidupnya sampai saat ini.
Kini Pavlichenko sudah tidak kembali ke front depan. Ia bekerja sebagai
instruktur di pendidikan sniper dan melanjutkan kuliahnya sebagai sejarahwan.
Dia dianugerahi sebagai pahlwan Uni Soviet. Selain itu, Pavlichenko juga
mendapatkan banyak penghargaan berkat keberanian dalam pertempuran
melwana musuh.
B. Posisi Objek
Posisi objek dalam film Battle for Sevastopol dapat dilihat dari
potongan adegan peradegan dan dialog dari para pemainnya. Posisi objek
adalah siapakah pihak yang didefinisikan dan digambarkan kehadirannya oleh
orang lain. Posisi objek ini merupakan kelanjutan dari posisi subjek dimana
posisi subjek, yaitu mengidentifikasikan dan melakukan penceritaan dari
sudut pandang dirinya sendiri. Aktor-aktor dalam posisi objek ini hanya
sebagai aktor-aktor pendukung, sehingga tidak menguntungkan posisinya saat
ditampilkan dalam film tersebut.
85
Tabel 4
Kerangka Temuan Data Posisi Objek pada Film Battle for
Sevastopol
Scene Visual Audio Interpretasi
Simbolik
Scene
10:
Rumah
Pavlichen
-ko
(Sore)
Gambar 34
Adegan Ayah Pavlichenko
berbicara dengan Pavlichenko
Ayah
Pavlicehnko:
“Wow, ada
yang
berdandan
rupanya. Tapi
tak
mengenakan
seragam serta
memakai
sepatu.”
Ayah
Pavlichenko
baru pulang
dinas dan
Pavlichenko
menghampiri
ayahnya
untuk
member
kabar
gembira.
Scene
11:
Ruang
kerja
Ayah
Pavlichen
-ko
(Sore)
Gambar 35
Adegan Ibu Pavlichenko
berbicara kepada ayahnya
Ibu
Pavlicehnko:
“Misha,
berlakulah
lembut
padanya.”
Ayah
Pavlichenko
sedang
membuka
kancing baju
dinas di
lengannya,
terdengar Ibu
Pavlichenko
menasihati-
nya.
86
Scene 17:
Kompe-
tisi
Menem-
bak
(Pagi)
Gambar 36
Adegan Pavlichenko ikut
kompetisi menembak
Teman
Pavlichenko:
“Pavlichenko
jangan
khawatir.
Urutan
kempat juga
bagus.”
(Suara
tertawa)
Pavlichenko
mengambil
peluru untuk
persiapan
menembak.
Ketika itu
tenman-
temannya
menertawai-
nya.
Scene 17:
Kompe-
tisi
Menem-
bak
(Pagi)
Ganbar 37
Adegan instruktur menilai hasil
tembakan
Teman
Pavlichenko:
“Pavlichenko,
seperti yang
kau lihat,
menembak
bukanlah
pekerjaan
perempuan.”
Instruktur
menembak
menilai hasil
tembakan
Pavlichenko
dan teman-
temannya.
Gambar 38
Adegan Pavlichenko dan Masha
menunggu hasil penilaian
Instruktur:
“Pemenang-
nya,
Pavlichenko.
47 poin dari
total 50.”
Pavlichenko
dan Masha
menunggu
penilaian dari
instruktur.
Mereka
terkejut
ketika
mengetahui
hasilnya.
87
Gambar 39
Adegan Kolesov terkejut
Kolesov:
“Kamerad
Komandan,
apa nilainya
sudah dilihat
baik-baik?”
Teman
Pavlichenko,
Kolesov
terkejut
ketika
mengetahui
bahwa
pemenang
kompetisi
menembak
adalah
Pavlichenko.
Scene 20:
Ruang
Rektor
(Pagi)
Gambar 40
Adegan Kamerad Jenderal
membacakan bukti keberhasilan
Pavlichenko
Kamerad
Jenderal: “Dia
menunjukkan
hasil
tembakan
yang sangat
baik, memang
berbakat.”
Kamerad
Jenderal
membacakan
hasil
tembakan
Pavlichenko
yang cukup
baik dan
terlihat rektor
sedang
menulis.
88
Scene 21:
Rumah
Pavlichen
-ko
(Siang)
Gambar 41
Adegan ibu dan ayah
Pavlichenko berbicara
Ibu
Pavlichenko:
“Dia bukan
anak laki-laki.
Kau tahu?
Kenapa tak
ditunda dulu
saja?”
Ibu
Pavlichenko
berbicara
kepada
ayahnya
bahwa ia
tidak setuju
dengan
keputusan
sang ayah.
Scene 22:
Konfe-
rensi pers
di White
House
(Pagi)
Gambar 42
Adegan wartawan mengejek
Pavlichenko
Wartawan:
“Bahasa
Inggrisnya
bagus untuk
seorang
prajurit
biasa.”
Wartawan
mengejek
Pavlichenko
saat
konferensi
pers
berlangsung
di White
House.
Scene 29:
Teater
(Malam)
Gambar 43
Adegan Boris berbicara dengan
Pavlichenko
Boris:
“Lyuda, kau
tidak wajib
melakukannya
. Tak ada
tempat bagi
perempuan
dalam
perang.”
Boris
berbicara
kepada
Pavlichenko
saat
pertunjukkan
opera
berlangsung.
89
Scene 32:
Training
Camp,
Musim
Panas
(Siang)
Gambar 44
Adegan Kamerad Jenderal
menyeret paksa wanita
Kamerad
Jenderal:
“Kau sudah
mati!Punggun
gmu
kelihatan.
Sasaran
empuk bagi
musuh.
Kamerad
Jenderal
menyeret
paksa wanita
saat pelatihan
tiarap di
camp.
Scene 33:
Training
Camp
(Sore)
Gambar 45
Adegan destruksi barang di
Camp
Gambar 46
Adegan pembakaran barang-
barang wanita
Kamerad
Jenderal:
“Bakar
semuanya!”
Kamerad
Jenderal
mengambil
barang-
barang dari
tangan salah
satu pasukan
militer.
Destruksi
dilakukan
agar pasukan
wanita tidak
mengguna-
kan barang-
barang
wanita.
90
Scene 34:
Training
Camp
(Sore)
Gambar 47
Adegan Training Camp
(Suara
komando dan
teriakan
wanita)
Kamerad
Jenderal
mendorong
wanita dari
ketinggian
gurun.
Scene 45:
Markas di
Odessa
(Sore)
Gambar 48
Adegan Kamerad Jenderal
memberikan penghargaan
Kamerad
Jenderal:
“Kamerad,
jadikan dia
contoh.”
Kamerad
Jenderal
memberikan
penghargaan
berupa
senjata
kepada
Pavlichenko
disaksikan
para
pasukannya.
Scene
104:
Whiet
House
(Pagi)
Gambar 49
Adegan Nikolai berbicara pada
Pavlichenko
Nikolai:
“Pavlichenko,
kostum apa
itu? Segera
ganti.”
Pavlichenko:
“Biarkan
Nikolai
menghampiri
Pavlichenko
dan
memerintah-
kannya untuk
mengganti
pakaian.
91
mereka
melihatku
sebagai
seorang
wanita.”
Nikolai: “Kau
bukan seorang
wanita. Kau
tentara Uni
Soviet.”
Perbincangan
itu
disaksikan
oleh Eleanor
Roosevelt.
Scene
106:
Rumah
sakit
(Malam)
Gambar 50
Adegan pasukan militer
mendatangi Pavlichenko
Gambar 51
Adegan Pavlichenko berfoto
Boris: “Kau
non-aktif
sekarang, tak
layak lagi
dalam dinas
militer.”
(Boris kepada
Pavlichenko)
Komisaris:
“Siapa bilang
dia cacat?
Pavlichenko
tak hanya
seorang
pejuang. Dia
adalah simbol,
dan tak ada
Boris terkejut
ketika
melihat
komisaris
dan
pasukannya
datang tiba-
tiba untuk
memerintah-
kan
Pavlichenko
berfoto
dengan
mengguna-
kan seragam
militer.
92
simbol yang
cacat.”
Komisaris:
“Senyum
lagi.”
Scene
118:
Ruang
Kamerad
Mayor
Jenderal
Gambar 52
Adegan Boris berbicara pada
Kamerad Jenderal
Boris: “Apa
seorang
wanita, karena
semua ini,
jadi tak ada
harganya?”
Boris
meminta
Kamerad
Jenderal
untuk
mengevakua-
si
Pavlichenko
yang sudah
tidak layak
menjadi
anggota
militer.
Scene
102:
Markas
Sevasto-
pol
(Malam)
Gambar 53
Adegan Masha dan Pavlichenko
berbicara
Marsha: “Kau
tahu, aku
memutuskan
untuk
memberikan
bayi buat
Hryshko.”
Masha
berbicara
kepada
Pavlichenko
tentang
keinginannya
memiliki
seorang bayi.
93
Scene
102:
Markas
Sevasto-
pol
(Malam)
Gambar 54
Adegan Masha ingin menikah
Masha:
“Silahkan
datang pagi
untuk
pernikahan
yang akan
diadakan di
sini.”
Masha
mengenakan
mahkota
pengantin
yang ingin ia
gunakan saat
pernikahan.
Sumber: Potongan Adegan dalam Film Battle for Sevastopol
a) Penjelasan Gambar
Aktor –aktor yang menjadi objek penceritaan adalah Kamerad Jenderal,
Boris, Ibu Pavlichenko, Ayah Pavlichenko, Komisaris, Teman-teman
Pavlichenko, Nikolai, wartawan, dan instruktur menembak. Mereka semua
sebagai objek dilihat dari beberapa potongan adegan dan dialog. Sebagai
objek, mereka merupakan hasil identifikasi dari subjek yang
menggambarkannya dalam penafsirannya sendiri. Gambar 34 terlihat Ayah
Pavlichenko yang baru pulang dinas terkejut melihat putrinya mengenakan
pakaian perempuan dan berdandan cantik layaknya seorang anak perempuan
pada umumnya. Namun Ayah Pavlichenko tidak menyukai itu. Ia meminta
putrinya untuk mengganti penampilannya sebagai seorang tentara sama seperti
profesi dirinya.
Gambar 35 terlihat bahwa Ibu Pavlichenko berbicara kepada ayahnya
agar memperlakukan anak perempuannya dengan lembut. Ia ingin anak
perempuan diperlakukan seperti anak perempuan pada umumnya. Gambar 36,
94
37, 38, dan 39 merupakan serangkaian adegan saat Pavlichenko mengikuti
kompetisi menembak. Hal ini menunjukkan bahwa Pavlichenko adalah wanita
yang berani walaupun teman lelakinya mengejek saat ia hendak mengikuti
kompetisi menembak. Tetapi, ia berhasil mengalahkan teman-temannya
dengan nilai terbaik.
Gambar 40 terlihat Kamerad Jenderal datang ke Kiev State University
untuk memberikan keputusan bahwa Pavlichenko harus mengikuti pendidikan
sniper selama enam bulan. Pernyataan tersebut diucapkan Kamerad Jenderal
atas dasar bakat yang telah ditunjukkan Pavlichenko di kompetisi menembak.
Gambar 41 menunjukkan bahwa Ibu Pavlichenko tidak setuju dengan
keputusan sang ayah yang meminta putrinya untuk mengikuti jejak ayahnya
dalam bidang militer. Ibu Pavlichenko merasa bahwa militer hanya profesi
yang untuk kaum lelaki saja.
Kemudian pada gambar 42 terlihat seorang wartawan mengejek
Pavlichenko sebagai prajurit biasa yang pintar menguasai bahasa inggris. Ia
beranggapan Pavlichenko hanya prajurit biasa lantaran ia adalah seorang
wanita. Gambar 43 terlihat Boris yang sedang berbicara pada Pavlichenko di
pertunjukkan opera. Ia tidak menginginkan Pavlichenko untuk ikut bertempur
melawan Jerman. Hal tersebut terlihat pada dialog berikut:
“Lyuda, kau tidak wajib melakukannya. Tak ada tempat bagi perempuan dalam perang.”10
10 Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 43 dari menit ke 00.26.49 sampai
00.27.02.
95
Dialog di atas menunjukkan bahwa Boris tidak setuju apabila seorang wanita
dipekerjakan ke dalam militer.
Pada gambar 44, 45, 46, dan 47 merupakan serangkaian adegan training
camp yang diadakan di Odessa. Gambar 44 terlihat Kamerad Jenderal
menyeret paksa seorang wanita karena tidak mampu mengikuti latihan dengan
sempurna. Gambar 45 terlihat pasukan wanita membawa barang-barang seperti
boneka, pakaian dalam wanita, sisir, sepatu wanita, dan barang-barang wanita
lainnya. Kamerad Jenderal berdiri di depan pasukan wanita bersiap untuk
mendestruksikan atau memusnahkan barang-barang yang berhubungan dengan
wanita tersebut. Gambar 46 menunjukkan proses pemusnahan barang-barang
tersebut dengan cara dibakar. Gambar 47 terlihat Kamerad Jenderal mendorong
wanita yang takut untuk meluncur dari atas gurun. Wanita itu pun terjatuh dan
terguling.
Gambar 48 terlihat Kamerad Jenderal memberikan penghargaan kepada
Pavlichenko yang berhasil menembaki tank musuh hingga hancur. Ia diberi
penghargaan berupa senjata. Gambar 49 terlihat Pavlichenko, Nikolai, dan
Eleanor di dalam sebuah kamar. Nikolai menghampiri Pavlichenko yang saat
itu mengenakan gaun. Ia meminta Pavlichenko mengganti gaunnya dengan
seragam tentara. Ia beranggapan bahwa Pavlichenko tetap menjadi tentara Uni
Soviet sampai kapan pun. Berikut dialog antara Pavlichenko dan Nikolai:
Nikolai: “Pavlichenko, kostum apa itu? Segera ganti.” Pavlichenko: “Biarkan mereka melihatku sebagai seorang wanita.”
96
Nikolai: “Kau bukan seorang wanita. Kau tentara Uni Soviet.”11
Dialog di atas menunjukkan bahwa Pavlichenko tidak boleh memposisikan
dirinya sebagai wanita seutuhnya.
Gambar 50 dan 51 menunjukkan bahwa Kamerad Komisaris Militer
sangat tega dengan Pavlichenko yang sedang terluka parah karena ledakan
bom. Ia meminta Pavlichenko untuk tetap melakukan pemotretan di rumah
sakit itu dengan wajah harus tersenyum. Gambar 52 menunjukkan kepedulian
Boris pada Pavlichenko. Ia meminta Kamerad Jenderal mengevakuasi
Pavlichenko dengan alas an Pavlichenko tidak bisa menjadi anggota militer
lagi.
Pada gambar 53 terlihat adegan Teman Pavlichenko, Masha yang
berbicara dengan Pavlichenko membahas tentang keinginannya mempunyai
bayi. Adegan tersebut memberikan makna bahwa wanita memiliki naluri
alamiah saat ingin memiliki bayi. Gambar 54 terlihat Masha sedang
mengenakan mahkota pengantin. Ia memiliki keinginan untuk menikah
bersama pasangannya, Grisha. Hal tersebut sesuai dengan feminisme liberal
yang berasumsi bahwa wanita tidak dapat memiliki kedudukan yang sama
karena tidak memiliki potensi rasionalitas.12
11 Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 49 dari menit ke 01.39.11 sampai
01.39.35. 12Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
126.
97
b) Penjelasan Posisi Objek
Posisi objek dalam film Battle for Sevastopol adalah Kamerad
Jenderal, Boris, Ibu Pavlichenko, Ayah Pavlichenko, Komisaris, Teman-
teman Pavlichenko, Nikolai, wartawan, dan instruktur menembak.
Pavlichenko subjek pencerita mendeskripsikan aktor-aktor yang menjadi
objek ini dengan berbagai cerita yang berbeda. Ia menceritakan ayahnya yang
tegas dalam memilih sebuh keputusan, termasuk ketika ayahnya meminta
Pavlichenko untuk masuk ke sekolah militer. Ia terlihat seperti diktator yang
memerintahkan anaknya secara otoriter. Tak peduli apakah anaknya
perempuan atau laki-laki. Adegan ini bertentangan dengan ajaran islam. Islam
sangat membedakan antara anak perempuan dan anak laki-laki. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam Surah Ali ‘Imraan ayat 36:
Artinya: “ Maka tatkala istri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: ‘Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari pada setan yang terkutuk.”
Allah memerintahkan umatnya untuk membedakan antara anak
perempuan dengan anak laki-laki seperti apa yang dikatakan ‘Imran dalam
98
surat di atas. Perbedaan yang dimaksud bahwa anak perempuan lebih banyak
dilindungi daripada anak laki-laki dan harus dimuliakan.
Pada film tersebut juga terlihat Pavlichenko juga menceritakan ibunya
yang sangat peduli kepadanya. Ia juga menceritakan Boris yang dapat
menghargai wanita dan memperlakukan wanita dengan lembut. Sementara,
Kamerad Jenderal digambarkan sebagai orang yang tegas, sadis, dan otoriter.
Teman-teman Pavlichenko digambarkan dengan sudut pandang yang
berbeda. Kebanyakan dari mereka adalah orang yang meremehkan
Pavlichenko ketika ia masuk ke pendidikan menembak jitu. Pavlichenko lebih
banyak menafsirkan bahwa kehidupan di dunia militer adalah kehidupan yang
sangat menyakitkan terlebih untuk wanita. Karena militer tidak memandang
posisi wanita atau pria dalam menjalani tugas. Hal tersebut terlihat pada
adegan teman-teman wanita Pavlichenko ketika mengikuti serangkaian
pelatihan. Ada yang diseret karena tidak mampu tiarap dengan sempurna. Ada
juga yang didorong dari atas gurun hingga jatuh terguling ke bawah. Adegan
ini merupakan adegan yang bertolak belakang dengan ajaran islam. Islam
mengajarkan agar laki-laki memuliakan perempuan. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam Surah An Nisaa’ ayat 19:
99
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kaum mempusakai
wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata…”
Allah memerintahkan umatnya untuk memuliakan wanita dengan cara
yang baik bukan dengan paksaan. Dalam pelatihan tersebut terlihat Kamerad
Jenderal mendorong pasukan wanita dari atas gurun karena wanita itu ragu
untuk mengikuti pelatihan tersebut.
Wanita juga dipandang memiliki naluri alamiah seperti ingin memiliki
anak. Wanita dalam film ini menuntut adanya kehidupan berumahtangga
dalam dunia militer. Wanita tidak bisa sepenuhnya meninggalkan kehidupan
di sektor domestik demi kepentingannya di sektor publik. Hal ini membuat
wanita memiliki kedudukan lebih rendah daripada laki-laki menurut
pandangan feminis. Adegan yang menunjukkan Marsha ingin menikah
tersebut menjadi pendukung bahwa dalam film tersebut apa pandangan
feminisme. Apabila seorang wanita menikah maka ia akan ditempatkan
bergantung dengan suami. Oleh karena itu wanita dianggap mahluk yang tidak
atau kurang daya rasionalitasnya sehingga wanita sulit menyamai kedudukan
laki-laki. Profesi yang diperani oleh tokoh utama dalam film Battle for
Sevastopol didominasi oleh lelaki. Lelaki memiliki kedudukan tertinggi.
C. Posisi Pembaca
Pada analisis wacana ini, Sara Mills juga memusatkan perhatian pada
bagaimana posisi pembaca yang ditampilkan dalam teks. Mills berpendapat
100
bahwa teks merupakan suatu hasil negosiasi antara penulis dan pembaca.
Pembaca di sini bukanlah hanya sebagai konsumen saja, tetapi juga ikut
melakukan transaksi sebagaimana akan terlihat dalam teks.
Selain itu Mills juga melihat bagaimana pembaca mengidentifikasikan
dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks. Posisi ini akan
menempatkan pembaca pada salah satu posisi dan mempengaruhi bagaimana
suatu teks dipahami dan bagaimana pula aktor sosial ini ditempatkan. Pada
akhirnya cara penceritaan dan posisi-posisi yang ditempatkan dan ditampilkan
dalam teks ini membuat satu pihak menjadi legitimate dan pihak lain menjadi
illegitimate.13
Pada film Battle for Sevastopol ini, karakter Pavlichenko sebagai
tokoh utama dideskripsikan sebagai wanita yang cerdas, tangguh, dan berani.
Pembaca diposisikan sebagai tokoh utama dengan begitu pembaca juga ikut
merasakan bahwa wanita bisa sederajat dengan laki-laki terlihat pada profesi
yang dilakoni oleh Pavlichenko sebagai sniper wanita. Apabila pembaca
melihat proses pendidikan yang dijalani Pavlichenko, maka pembaca akan
ikut merasakan bagaimana sulitnya menyamai kedudukan laki-laki.
Perempuan memiliki kodrat yang tidak bisa dihilangkan seperti menikah,
melahirkan, dan berumahtangga. Demikian perempuan sulit memiliki
kedudukan yang sama dengan lelaki karena perempuan dianggap tidak
memiliki potensi rasional dan perempuan tidak bisa meninggalkan kehidupan
di sektor domestik untuk mengedepankan kehidupan di sektor publik.
13 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 200.
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka kesimpulan dari penelitian
analisis wacana Sara Mills dalam film dokumenter Battle for Sevastopol, yaitu
sebagai beikut:
1. Posisi subjek atau pencerita yang dideskripsikan dalam film Battle for
Sevastopol adalah Eleanor Roosevelt dan Lyudmila Pavlichenko. Posisi
subjek dalam film ini memiliki dua sudut pandang yang berbeda. Posisi
subjek pertama, Eleanor Roosevelt menceritakan pengalamannya bertemu
di White House pada saat Delegasi Siswa. Cerita yang disampaikan
Eleanor tidak lengkap, sehingga peneliti mengambil dari sudut pandang
subjek kedua. Eleanor hanya menceritakan tokoh utama pasca perang.
Bagaimana tokoh utama diperlakukan tidak adil oleh kaum lelaki pasca
perang. Subjek kedua, yaitu Lyudmila Pavlichenko. Pavlichenko
menceritakan pengalamannya dengan leluasa. Ia memaparkan dari awal
terpilih menjadi sniper wanita hingga ia tidak mampu meninggalkan
kehidupan domestik sebagai perempuan. Ia menginginkan pernikahan dan
melahirkan sesuai kodrat perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak
dapat menyamakan kedudukan lelaki karena para feminis liberal
beranggapan ketika perempuan terpaku dalam kehidupan domestik maka
102
perempuan tersebut tidak memiliki rasional, sehingga perempuan lebih
rendah dari lelaki.
2. Posisi objek dalam film Battle for Sevastopol adalah Kamerad Jenderal,
Boris, Ibu Pavlichenko, Ayah Pavlichenko, Komisaris, Teman-teman
Pavlichenko, Nikolai, wartawan, dan instruktur menembak. Karena
mereka adalah objek maka aktor-aktor ini tidak dapat menampilkan
dirinya sendiri. Aktor-aktor tersebut hanya sebagai pelengkap subjek yang
memberikan pandangan yang berbeda. Para aktor tersebut memperlihatkan
dirinya sebagai seseorang yang menjadi pemarginal perempuan atau tidak
memarginalkan perempuan.
3. Posisi pembaca mendeskripsikan perempuan tidak dapat menyamai
kedudukan lelaki karena adanya sistem patriakat dimana lelaki memiliki
kekuasaan tertinggi. Selain itu perempuan digambarkan tertindas ketika ia
berusaha untuk menyamakan kedudukan lelaki seperti Pavlichenko yang
ingin menyamakan kedudukan lelaki melalui profesinya sebagai
penembak jitu.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka kesimpulan dari penelitian
analisis wacana Sara Mills dalam film dokumenter Battle for Sevastopol,
maka peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada para pembaca yang berminat melakukan penelitian khusunya pada
kajian film, hendaknya mampu mengembangkan penelitian dengan
103
metodologi yang sesuai dengan kajian film agar lebih kritis dan lebih
banyak mencari referensi.
2. Kepada pembuat film, disarankan untuk mengurangi adegan-adegan
kekerasan khususnya pada perempuan. Semoga selalu memberikan pesan
moral yang dapat mendidik dan menjadi inspirasi para penikmat film.
3. Kepada penikmat film, disarankan agar menjadi penikmat film yang
cerdas dan selektif dalam menonton film. Pilihlah film yang memiliki
pesan moral yang baik.
104
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis. dkk. Pengantar Kajian Gender. Jakarta: Pusat Studi Wanita Syarif
Hidayatullah. 2003.
Badara, Aris. Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana
Media. Jakarta: Kencana. 2012.
Danesi, Marcel. Pengantar Memahami Semotika Media. Yogyakarta: Percetakan
Jalasutra. 2010.
Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Menuju Kepastian
Hukum di Bidang: Informasi dan Transaksi Elektronik. Jakarta:
Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia. 2007.
Effendy, Heru. Mari Membuat Film Panduan Menjadi Produser. Jakarta:
Erlangga. 2009.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti. 2000.
Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2007.
Emzir. Metodologi Penelitian Kuantitafif: Analisis Data. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada. 2012.
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS
Pelangi Aksara. 2001.
Fakih, Mansour. dkk. Posisi Kaum Perempuan dalam Islam; Tinjauan Pustaka
dari Analisis Gender, dalam Membincangkan Feminisme Diskursus Gender
Prespektif Islam. Surabaya: Risalah Gusti. 2003.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika. 2012.
Jumroni. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press.
2006.
Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2004.
Megawangi, Ratna. Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi
Gender. Bandung: Mizan. 2014.
105
Peter Y Salim dan Yenny Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta: Modern English Press. 2002.
Prakoso, Gatot. Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental &
Dokumenter, FFTV- IKJ dengan YLP. Jakarta: Fatma Press. 1997.
Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. 2008.
Pusat Bahasa Depatemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka. 2002.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2012.
Subhan, Zaitunah. Kodrat Perempuan: Takdir atau Mitos? Jakarta: PT. LKiS
Pelangi Aksara. 2004.
Referensi Pendukung
http://kbbi.web.id/analisis/, situs diakses pada 24 November 2016 pukul 08.52
WIB.
http://www.imdb.com/name/nm0596364/bio, situs diakses pada 12 Desember
2016 pukul 17.22 WIB.
http://www.imdb.com/title/tt4084744/awards?ref_=awd, situs diakses pada 1
September 2016 pukul 22.02 WIB.
http://www.jadibaru.com/coretan/jenis-jenis-genre-film/ diakses pada 2 Mei 2017
pukul 01:33 WIB.
http://www.mindtalk.com/channel/film-o-graphy/post/film-epic-
510407208975261863.html diakses pada 2 Mei 2017 pukul 01.38 WIB.
http://www.pengertiandefinisi.com/pengertian-analisis-menurut-para-ahli/, situs
diakses pada 24 November 2016 pukul 09.20 WIB.
https://www.kaskus.co.id/thread/56ce1f6bde2cf2260d8b4569/10-film-sniper-
terbaik, situs diakses pada 1 September 2016 pukul 23.03 WIB.
http://m.imdb.com/title/tt4084744/fullcredits?ref_=m_tt_cl_scc, situs diakses pada
tanggal 1 Mei 2017 pukul 12.43 WIB.
http://kusendony.wordpress.com/2011/03/25/jenis-jenis-film-dokumenter.html,
situs diakses pada 21 Januari 2017 pukul 13.22 WIB.
106
http://videomaker79.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-genre-dalam-
film.html?m=1 diakses pada 2 Mei 2017 pukul 00.15 WIB.
https://namafilm.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-film-dokumenter.html, situs
diakses pada 8 September 2016 pukul 16:51 WIB.
https://namafilm.blogspot.co.id/2014/07/macam-genre-film.html?m=1, situs
diakses pada 8 September 2016 pukul 16.51 WIB.
http://komunikasipers.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-
unsur-film.html, situs diakses pada 8 September 2016 pukul 16:14 WIB.
http://www.bisotisme.com/2015/10/sedikit-tentang-lyudmila-pavlichenko.html,
situs diakses pada 1 September 2016 pukul 21.30 WIB.
LAMPIRAN
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HID AYAT ULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, IndonesiaWebsite : www.fi dkom.uinjkt.ac.id
Telp./Fax: (62-21) 1432728 / 74103580Email: fi [email protected]
r\l)r It0tl..nrrpiranL-1- I
l-einiruga n
i Dek:rrr2 Kasirbb;gl--akullii-c linru,l ikd,'it,t I
un.U'l ll*b/rY.UU.9l 2t2r 11"U1 /1 (satir) Ecrkas SkrrlisrUjian $kripsi
f(epada Yth'1 Kholis Rrclho, M Si2 Ahmad fiatonr, S lios I
li Drs Wahidin lieputra. MA4 Rir:i:riL.idriin Kr-rrniarnr;ttn, IVI Sr
ii Dla i"11 ltlluslirah Nrirlarly, Mlrdi.Jelkarta
.n SS.ll:lp;i/ ..tl.1 t!(: ttt t'.\'r'r\,'.
Dekan i:alkr:itats llntu Dakwtrh rjan llrlrr Ki:rlLtnil;,,isr tJlN Syiirrlllidayatirllah ia:karla nre nun[rk Bapaklihu ser:irr.];ir
'f rnr FrrquI Skl;.isrmalrasiswa/i di Fakultas llnru Daky",ah dan llmu Koiriinik;isi
.Jakarla Aprrrl 2[r 1;'
Kr:tui-r:'Pr:nl1r t1I
Srrkrt,la rs[])e,,Iil ii1 i
Pc;ri"tirirPr,rrlbirrbirrr;
NamaNIIVI
Terlpat Tan,goal lahirJLrtri$anJLrdL:l Skrrpsi
, Corri Prestita lshaya: 1 'l '12051 10001!Jakafia, 4 JanLrari '199.1
. Jurnalistik,.iitelii:;is lrilr:;,rna lii:r;r i'.,1rii: illii,ir:, ir,, i
Dok Irne rt1t,:r 3atiIc I]ror S:Ivi t Sia.,t,rC:1
Ullan iersebut akan dilaksanakarr parla
,.Jrm'al ?18 Aprii ?01?Plr 14 30 s ri 1 5 :10 \,tiiil{Lronq Muraqnsy;:ir i..i i,j\
Untr:k r-r"lenLtn.lalq kelaricaran lrllarr drrl;:ksuiJ. ltlrs;1r.,'r: r, r..ti r
kirintkan naskffh skrrpsr yanq akan rirLilikan qr.lnfi cliile iirl.r;r cl,1:.:lr.r
sebagaimana m(}stinya
Denrikian penurijLikan ini disanipaikan Aies pe rh:.:lian tlaprkrlbiikilnri ucapkan terimi: kasih
i#ass:larn.
Hari/l anggalWaktLrTerrpat
l.J rn ur-n
lJi"rklvalr dan llmu Korluntkast
Ed