Upload
ni-komang-sri-yulianingsih
View
516
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
Analisis SWOT dalam Perencanaan Penanggulangan Kemiskinan di NAD
Analisis yang digunakan adalah analisis SWOT,dimana analisis ini
menggunakan hasil – hasil analisis dan pengumpulan data guna menjawab
pertanyaan mengenai kondisi organisasi saat ini dan di masa depan (strengths,
weaknesses) serta prediksi mengenai pasar/industri yang dimasuki (opportunities,
threats). Berdasarkan analisis SWOT, rekomendasi dibuat guna menentukan strategi
alternatif yang terbaik bagi organisasi. Kondisi organisasi dapat dibedakan menjadi
dua,yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Kondisi internal yaitu
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi, sementara lingkungan
eksternal yaitu berupa peluang dan kendala yang dimiliki oleh organisasi.
Komponen Streght
1. Wilayah Aceh merupakan wilayah yang terletak di ujung barat
Indonesia,dimana Ace memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak.
Keunggulan jumlah SDM ini merupakan suatu hal positif bagi wilayah
Aceh
2. Selain itu Aceh memiliki wilayah yang luas,sehingga sangat cocok
untuk menegmbangkan pertanian. Pertanian dapat dijadikan sebagai
sebuah komoditi utama yang dapat menyerap banyak tenaga kerja dan
dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
3. Keunggulan di bidang maritim,dimana Aceh memiliki garis pantai
yang panjang. Sektor perikanan juga bisa menjadi komoditi unggulan
bagi Aceh.
4. Keunggulan di bidang SDA seperti minyak bumi dan gas alam,
merupakan suatu potensi yang dapat menjadikan Aceh sebagai wilayah
yang kaya
Komponen Weakness
1. Jumlah penduduk yang banyak merupakan suatu komoditi,namun
dalam kasus Aceh keberadaan SDM tersebut kurang berkualitas.
Dengan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Aceh,menyebabkan
kurangnya tenaga yang terampil dan handal yang sesuai dengan
tuntutan jaman. Selain itu, di wilayah pedesaan Aceh masalah yang
dihadapi jauh lebih kompleks. Dimana jumlah penduduk yang banyak
dalam satu keluarga dan tingginya jumlah anggota keluarga yang
menjadi tanggungan (sebagaian besar merupakan anak-anak) serta
rumah tangga yang di kepalai oleh perempuan.
2. Secara kultural, Aceh merupakan wilayah yang hampir seluruh
penduduknya menganut agama Islam. Sehingga segala peraturan dan
kebijakan yang diterapkan disana harus sesuai dengan Syariat Islam.
Hal ini sedikit menyulitkan pihak investor yang mayoritas merupakan
pihak asing,sebab pemikiran penduduk Aceh yang konservatif.
3. Aceh merupakan suatu wilayah yang rawan konflik dan bencana.
Tercatat selama hampir 30 tahun telah terjadi konflik ribuan nyawa
melayang dan selama terjadinya konflik tersebut kondisi perekonomian
Aceh terus menurun. Meskipun Aceh merupakan wilayah yang kaya
akan SDA,namun letak SDA yang berada pada daerah konflik
menyulitkan untuk melakukan ekspolitasi. Selain itu, sejak terjadinya
gempa dan tsunami, angka kemiskinan di Aceh terus meningkat tajam
sehingga hal ini memperburuk kondisi perekonomian Aceh. Bencana
alam tersebut telah menyebabkan kerusakan berbagai infrastruktur dan
menimbulkan trauma mendalam bagi masyarakat Aceh. Sehingga
mereka mengalami kerugian secara mental dan spiritual.
4. Buruknya birokrasi juga merupakan suatu kelemahan. Aceh tidak
memiliki pengeluaran yang tepat bagi program pengentasan
kemiskinan. Dalam segi pendidikan dan kesehatan misalnya, Aceh
tidak menganggarkan dana yang cukup untuk kedua sektor tersebut,
padahal kedua hal ini merupakan indikator penting untuk
meningkatkan kesejahteraan mansyarakat.
Opportunity
1. Poisisi Aceh yang cukup strategis, yaitu terletak di wilayah ujung barat
merupakan sebuah keuntungan. Aceh dapat menjadi sebuah “pintu
masuk” bagi perdagangan dunia.
2. Kebutuhan pasar akan barang – barang hasil pertanian merupakan
sebuah peluang tersendiri dan dapat meningkatkan kapasitas produksi
(melalui kegiatan ekspor). Menurut Program Penilaian Kemiskinan
Indonesia tahun 2006, yang menyatakan bahwa peningkatan
produktivitas pertanian serta peningkatan produktivitas di bidang non-
pertanian, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan (Bank Dunia,
2006), merupakan jalan utama untuk keluar dari kemiskinan.
Threat
Ancaman dari pihak luar (lingkungan eksternal) dapat berupa kebijakan dari
pemerintah pusat yang tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Aceh. Tidak
adanya supremasi hukum dan juga kebijakan dari pemerintah pusat untuk
pengembangan wilayah Aceh dapat menjadi ancaman dan justru dapat merugikan.
Misalkan saja dalam pengelolaan hasil SDA yang tidak sesuai dapat memicu
ketimpangan dan mengakibatkan konflik. Selain itu juga mengenai undang – undang
perbankan, dimana dari hasil diskusi yang dilakukan dengan penduduk Aceh,mereka
mengaku kesulitan dalam hal memperoleh pinjaman modal dari bank sehingga
mereka tidak dapat mengembangkan kegiatan produksinya
`