Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Universitas Katolik Parahyangan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A
SK BAN –PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014
Analisis Semiotika Propaganda Anti-Islam Amerika
dalam Film American Sniper
Skripsi
Oleh
Sagita Andari Yeska
2012330008
Bandung
2017
Universitas Katolik Parahyangan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A
SK BAN –PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014
Analisis Semiotika Propaganda Anti-Islam Amerika
dalam Film American Sniper
Skripsi
Oleh
Sagita Andari Yeska
2012330008
Pembimbing
Sapta Dwikardana, Ph.D.
Bandung
2017
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Tanda Pengesahan Skripsi
Nama : Sagita Andari Yeska
Nomor Pokok : 2012330008
Judul :Analisis Semiotika Propaganda Anti-Islam Amerika dalam Film
American Sniper
Telah diuji dalam Ujian Sidang jenjang Sarjana
Pada Jumat, 28 Juli 2017
Dan dinyatakan LULUS
Tim Penguji
Ketua sidang merangkap anggota
Dr. Atom Ginting Munthe, M.S. : ________________________
Sekretaris
Sapta Dwikardana, Ph.D. : ________________________
Anggota
Giandi Kartasasmita, S.IP., M.A. : ________________________
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dr. Pius Sugeng Prasetyo, M.Si
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Sagita Andari Yeska
NPM : 2012330008
Jurusan/Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Judul :Analisis Semiotika Propaganda Anti-Islam
Amerika dalam Film American Sniper
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini merupakan hasil karya tulis
ilmiah sendiri dan bukanlah karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
akademik pihak lain. Adapun karya atau pendapat pihak lain yang dikutip, ditulis
sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku.
Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan saya bersedia
menerima konsekuensi apapun sesuai dengan aturan yang berlaku apabila
dikemudian hari pernyataan saya ini tidak benar.
Bandung, 15 Juli 2017
Sagita Andari Yeska
i
ABSTRAK
Nama : Sagita Andari Yeska
NPM : 2012330008
Judul : Analisis Semiotika Propaganda Anti-Islam Amerika dalam Film
American Sniper
Anti-Islam merupakan fenomena dalam hubungan internasional dan
mengalami ekskalasi setelah terjadinya peristiwa 9/11 di Amerika Serikat, yang
merupakan negara adikuasa yang memiliki kemajuan dalam berbagai sektor, salah
satunya adalah industri perfilman Hollywood. Industri perfilman Hollywood
merajai pasar global dan tak jarang dalam perfilman hollywood memasukan unsur
propaganda di dalam filmnya. Film merupakan medium yang paling baik dalam
menyampaikan pengaruh propaganda. American Sniper merupakan salah satu film
yang diindikasikan sebagai film yang mengandung propaganda anti-Islam.
Pertanyaan penelitian adalah “Apakah film American Sniper merupakan
suatu propaganda yang mengandung unsur anti-Islam?”, teori serta konsep
yang akan dipakai di dalam penelitian diantaranya adalah konsep globalisasi,
komunikasi internasional, propaganda, psikologi dan politik, Islamophobia, dan
sistem sosial. Penelitian ini menggunakan metode analisa semiotika untuk
mengkonstruksikan realitas dan memahami makna dengan tanda di dalam film.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa propaganda juga dilakukan dalam
film-film produksi industri perfilman Hollywood. Diantaranya adalah film
American Sniper yang mengandung anti-Islam didalam adegan dan dialog
didukung sound effect dan special effect dalam film .
Kata Kunci: Propaganda, Anti-Islam, Hollywood, Amerika Serikat
ii
ABSTRACT
Name : Sagita Andari Yeska
NPM : 2012330008
Title :A Semiotics Analysis of American Anti-Islam Propaganda in the
American Sniper Film
Anti-Islam is an international relations phenomenon that escalated after
the events of 9/11 in United States of America, one of the most powerful countries
in the world, including the leading edge in the film industry. Hollywood, the major
industry of global films, located in America often uses propaganda elements in
their movies, including those of anti-Islam. Film is the best medium to deliver the
effect of propaganda. American Sniper has been indicated as the film that
contains anti-Islam propaganda.
The research question is, “Is the American Sniper Film a propaganda
that contains principles of anti-Islam?”, the theory and concept that will be use
in the research is globalization, international communication, propaganda, the
psychology of politics, anti-Islam, dan social system. This research will make use
of semiotics method to construct reality and understand purpose and meaning
with signs in films.
This research has found that the propaganda is also shown on the
production of Hollywood film industry. Among them is the American Sniper film,
that contain anti-Islam propaganda in dialog and scene supported by the sound
effect and special effect in the film.
Keywords: Propaganda, Anti-Islam, Hollywood, United States of America
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penulisan karya
tulis ilmiah yang berjudul “Analisis Semiotika Propaganda Anti-Islam
Amerika dalam Film American Sniper”. Karya tulis ini dibuat sebagai syarat
untuk menyelesaian studi akademi penulis sebagai mahasiswa program studi Ilmu
Hubungan Internasional. Kiranya karya tulis ini menjadi tolak ukur kemampuan
penulis bagi para pengajar. Namun karya tulis ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu penulis bersedia menerima saran, kritik, dan masukkan dari pembaca agar
penulis dapat mengevaluasi dan memperbaiki karya ini dan tidak melakukan
kesalahan yang sama di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan penelitian selanjutnya. Terimakasih.
Bandung, 11 Juli 2017
Sagita Andari Yeska
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang menyertai perjalanan penulis sebagai mahasiswi di Universitas
Katolik Parahyangan terutama pada saat penyusunan penelitian ini dari awal
hingga akhir. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan serta dukungan dari pihak-
pihak lain, penelitian tidak akan terselesaikan dengan lancar. Secara khusus
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang menjadi kekuatan
bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Kepada kedua orang tua penulis, yang menjadi dedikasi penulis untuk
terus memperjuangkan segalanya.
3. Mas Sapta Dwikardana selaku pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dalam penyusunan penelitian dari awal hingga akhir, terima
kasih banyak Mas.
4. Kepada Ovi Karilia Dianti dan Michelle Ardelia Nathania sebagai sahabat,
rekan seperjuangan, teman bercerita, dan lain-lainnya. Doa penulis yang
terbaik untuk kalian berdua, semoga kita dapat bertemu di titik teratas,
semangat!
5. Kepada Allizia Zulfa sahabat dan juga teman dalam mengejar Mas Sapta.
Semoga segala apa yang telah dipelajari dalam penulisan skripsi dapat
v
6. diaplikasikan dalam kehidupan nyata, begitu juga pengalaman-pengalaman
tidak mengenakkan selama mengerjakan skripsi dapat dijadikan pelajaran
kedepannya.
7. Raditia Rahmat Aulia, Marco Candino, Tantra Shalladin, dan Kharisma
Judior terima kasih atas segala masukan dan nasihat kalian terkait Mas
Sapta, semiotika, perbandingan dosen dalam menguji dan segala seluk
beluk skripsi yang begitu rumit dan pada akhirnya penulis menemukannya
tidak serumit itu.
8. Dewanti Ratnasarira, Faridah Zakiyah, dan Andhyni Umra Verona, terima
kasih sudah meluangkan waktunya untuk membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini terlepas dari tugas arsitektur kalian.
9. Kepada Dina Fiandari, Dearezita Khalissa, Lutesha Sadhewa, dan Gema
Arinda, semoga pertemanan kita berlanjut selama-lamanya ya, terima
kasih mau meluangkan waktu untuk membantu mengerjakan dan
membuka sesi tanya jawab layaknya sidang yang sesungguhnya. Terima
kasih juga kepada Gema Arinda dan Dearezita yang sudah mau mendengar
segala curahan hati penulis di tahun terakhir ini, doa kesuksesan untuk
kalian berempat, sayang kalian.
10. Omar Abdul, Helmi Alfriandi, Wynona Gabriella, Indah Permatasari,
Fadila Khoirunissa, Fajar Hadiyusuf, Ardiya Bima, Pierre Senna, dan
Aradea Abidin telah menjadi teman yang baik bagi penulis dan terima
kasih atas segala dorongan, hiburan, motivasi, dan masukan yang membuat
vi
11. penulis bersemangat untuk memperjuangkan skripsi ini. Terima kasih juga
kepada Roland Octoviano sudah menjadi pendengar yang baik atas segala
keluh kesah penulis dan segala pikiran penulis yang begitu rumit.
12. Terima kasih kepada rekan-rekan teman Komplek PU No.5, Hendar
Prihatin, Akbar Ibrahim, Jeremy Ratulangi, dan Eddy Indra semoga
dilancarkan kelulusannya.
13. Rekan-rekan kepanitian Parahyangan Sport Combat 2015 dan juga Persada
2015 sungguh dua kepanitiaan yang memberikan pengalaman dan juga
pelajaran yang tidak terlupakan.
14. Dan terakhir, kepada yang telah memberikan pengalaman tersendiri bagi
penulis, terima kasih atas segala pengalaman dan cerita yang membangun
penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, saya doakan yang
terbaik.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................3
1.2.1 Pembatasan Masalah.....................................................................................6
1.2.2 Perumusan Masalah.......................................................................................7
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian....................................................................7
1.3.1 Tujuan Penelitian............................................................................................7
1.3.2 Kegunaan Penelitian.......................................................................................7
1.4 Kajian Literatur..............................................................................................8
1.5 Kerangka Pemikiran.......................................................................................9
1.6 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data...................................................23
1.6.1 Metode Penelitian.........................................................................................23
1.6.2 Teknik Pengambilan Data..........................................................................26
1.7 Sistematika Pembahasan..............................................................................27
BAB II Anti-Islam di Amerika Serikat dan Industri Perfilman Hollywood.........28
2.1 Amerika Serikat Sebagai Negara Adikuasa................................................30
2.2 Islam di Amerika Serikat............................................................................33
viii
2.2.1 Islam dan Muslim Pra 11 September 2001.........................................33
2.2.2 Islam dan Muslim Pasca 11 September 2001........................................33
2.2.3 Peningkatan Gerakan Anti-Islam di Amerika Serikat pasca 9/11........35
2.2.4 Kasus-kasus Gerakan Anti-Islam di Amerika Serikat...........................36
2.3 Industri Perfilman Hollywood sebagai Hiburan dan Propaganda................38
2.3.1 Sejarah Singkat Industri Perfilman Hollywood 38
2.3.2 Sejarah Industri Perfilman Hollywood sebagai Alat Propaganda..........39
2.4 Propaganda dalam Industri Perfilman Hollywood.......................................43
2.4.1 Film sebagai Alat Propaganda....................................................................50
BAB III Analisis Semiotika dalam film American Sniper.....................................46
3.1 Film American Sniper...................................................................................47
3.1.1 Sinopsis Film American Sniper.............................................................47
3.1.2 Fakta-fakta di Balik Film American Sniper...........................................48
3.2. Analisis Semiotika film American Sniper...................................................52
3.2.1 Adegan, Dialog, Sound Effect, musik, dan Special Effect....................52
3.2.1.1 Adegan dan Dialog.......................................................................55
3.3 Reaksi masyarakat terhadap Film American Sniper.....................................64
BAB IV Kesimpulan.............................................................................................68
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Poster Film American Sniper............................................................47
Gambar 3.2 Sosok Chris Kyle yang sedang beribadah di Gereja........................63
Gambar 3.3 Chris Kyle sedang dinasehati ayahnya.............................................63
Gambar 3.4 Mobil yang ditumpangi oeh seorang Irak yang berusaha melakukan
peledakan...............................................................................................................65
Gambar 3.5 Tasbih yang menjadi atribut Islam untuk berzikir............................66
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penggalan Adegan I: Chris Kyle tengah memantau situasi .................55
Tabel 3.2 Penggalan Adegan II: Menunjukkan Adegan dalam Camp..................58
Tabel 3.3 Penggalan adegan III: Ketidaktahuan Chris Kyle akan Al-Quran........59
Tabel 3.4 Penggalan Adegan IV: Penyergapan rumah Sheikh Al Obeidi.............62
Tabel 3.5 Penggalan adegan V: Tokoh The Butcher sebagai target utama Tentara
Navy Seal...............................................................................................................64
Tabel 3.6 Penggalan Adegan VI: Target Sasaran Utama Navy SEAL yaitu Abu
Mashab Al- Zarqawi..............................................................................................66
1
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Agama merupakan salah satu fokus utama dalam kehidupan. Agama
mempunyai peranan penting dalam kehidupan setiap manusia, karena agama
merupakan bentuk keyakinan dan juga menjadi nilai moral yang memberikan arah
kepada manusia dalam bertindak. Seiring berkembangnya zaman, penafsiran serta
sudut pandang dalam agama meluas, seperti halnya perkembangan paham
radikalisme yang ada di dalam Islam. Radikalisme sebagai ideologi paham yang
dilakukan secara radikal tanpa cara-cara yang damai, dan tujuannya untuk
memperluas eksistensi.1 Kehadiran agama yang seharusnya ditujukan sebagai
pencapaian kedamaian justru diwujudkan sebaliknya, salah satu contohnya adalah
aksi terorisme 9/11. Radikalisme tersebut diwujudkan dalam bentuk terorisme,
yakni jihad yang dilakukan untuk mengerahkan segala upaya untuk mencapai
kebenaran.2
11 September 2001 atau 9/11 merupakan hari yang tidak dapat dilupakan
oleh Amerika Serikat. Pada hari itu, World Trade Center berhasil diruntuhkan
dengan pesawat American Airlines boeing 767 oleh kelompok jaringan terorisme
Islam Al-Qaeda tanpa pertahanan apapun. Serangan tersebut merupakan bentuk
1M. Alie Humaedi, Islam dan Kristen di Pedesaan Jawa: Kajian Konflik Sosial Keagamaan dan
Ekonomi Politik di Pedesaan Pegunungan Dieng, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jilid
XXXIV , No.1, 2008, 173. 2 Prof. Dr. Ahmad Tayyeb, ―Pengertian Jihad Dalam Islam”, http://www.waag-
azhar.org/id/Makalat1.aspx?id=312, diakses 20 Oktober 2016.
2
balas dendam atas sikap Amerika Serikat yang mendukung Israel, serta
keterlibatan Amerika Serikat di Perang Teluk yang terus memperlihatkan
kehadiran militernya di Timur Tengah.3 Sekitar tiga ribu jiwa yang mayoritas
adalah warga negara Amerika Serikat tewas pasca peristiwa tersebut, termasuk
diantaranya adalah empat ratus anggota kepolisian dan pemadam kebakaran.4
Osama Bin Laden, pemimpin jaringan Islam Al-Qaeda dituding sebagai dalang
dari peristiwa tersebut.5 Aksi radikal tersebut telah menewaskan ribuan orang dan
dianggap sebagai serangan terburuk dalam sejarah Amerika Serikat.6 Pasca
kejadian tersebut memicu perubahan warna pada politik luar negeri Amerika
Serikat yang dulu terfokus pada sektor perekonomian lalu berubah fokus pada
sektor keamanan. George W. Bush selaku Presiden Amerika Serikat dikala itu
mengambil kebijakan untuk merespon serangan dengan Global war on terror
yakni memberantas jaringan terorisme internasional.
Pada tahun 2003, Amerika Serikat memutuskan untuk mencanangkan
serangkaian invasi terhadap negara-negara di Timur Tengah sebagai bentuk
serangan balasan atas peristiwa 9/11. Peristiwa tersebut membawa pengaruh
terhadap hubungan Amerika Serikat dengan umat Islam. Salah satu contohnya
adalah tindakan diskriminasi yang dialami sebagian besar umat Muslim di
Amerika Serikat.
3 Fajar Nugraha, 2015, ―11 September 2001, Serangan di Tanah Amerika Serikat‖,
http://news.metrotvnews.com/read/2015/09/11/168453/11-september-2001-serangan-di-tanah-
amerika-serikat, diakses 14 April 2017. 4 History:―9/11 Attacks‖, http://www.history.com/topics/9-11-attacks, diakses 10 April 2017 5 Lilih Prilian Ari Pranowo, The Rape of Iraq: Kisah-kisah pemerkosaan di Irak dan Guantanamo,
Narasi: Yogyakarta, 16. 6 BBC: ― Kronologis 11 September 2001”, 2011,
http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/09/110908_kronologiseptember.shtml,
diakses 14 April 2017.
3
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka penelitian ini
mengambil judul, “Analisis semiotika propaganda anti-Islam Amerika dalam film
American Sniper.”
1.2 Identifikasi Masalah
Reputasi Islam yang menurun pasca peristiwa 11 September 2001 telah
menggeser citra Islam menjadi agama radikal. Banyak masyarakat Islam yang
dianggap sebagai pelaku tindak kekerasan sehingga jumlah masyarakat anti-Islam
pun bertambah.7 Masyarakat Amerika Serikat semakin melihat Islam dengan
penuh kecurigaan dan menjadikan umat Islam sulit untuk bergerak bebas di
lingkungan sekitarnya. Pada beberapa kasus, seorang Muslim dikeluarkan dari
airport karena beragama Islam, penyiksaan terhadap masyarakat beragama Islam
yang dianggap mencurigakan, serta pembakaran tempat ibadah atas dasar
ketakutan terhadap agama Islam.8 Contoh pada kasus-kasus tersebut merupakan
sebagian kecil bentuk penghinaan terhadap pemeluk agama Islam yang membuat
setiap individu menjadi lebih waspada terhadap lingkungan sekitar.9
Amerika Serikat sebagai salah satu negara adikuasa tentu memiliki
kekuatan dan pengaruh lebih secara internasional.10
Pengaruh Amerika Serikat
sebagai negara adikuasa memberikan efek ketergantungan terhadap negara-negara
7Amad Shaik, 2011, “Remembering 9/11 as a Muslim American”,
http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2011/09/20119893039787215.html, diakses 8
September 2016. 8Aliyah Frumin dan Amanda Sakuma, “Hope and Despair: Being Muslim in America After 9/11”,
http://www.nbcnews.com/storyline/9-11-anniversary/hope-despair-being-muslim-america-after-9-
11-n645451, diakses 4 April 2017. 9 Carol Morello, Muslim Americans Say Life is More Difficult Since 9/11,
https://www.washingtonpost.com/local/muslim-americans-say-life-is-more-difficult-since-
911/2011/08/29/gIQA7W8foJ_story.html, diakses 19 Oktober 2016. 10 Ian Bremmer, “These are the Five Reasons Why the U.S. Remains the Worlds Only Super
Power”, http://time.com/3899972/us-superpower-status-military/, diakses 15 April 2017.
4
berkembang baik dalam sektor perekonomian, industri, bahkan budaya. Negara
yang bergantung kepada negara-negara adikuasa secara tidak langsung
tereksploitasi secara moral, politik, bahkan dari film. Hollywood yaitu industri
perfilman Amerika serikat dan menjadi pusat produksi film dunia selama
beberapa dekade terakhir, dimana dalam satu tahun Hollywood dapat
memproduksi kurang lebih 400 judul film.11
Beberapa film yang dirilis oleh Hollywood menggambarkan sejarah atau
hubungan Amerika Serikat dengan negara tertentu yang berpengaruh terhadap
asumsi massa. Sebagai industri hiburan ataupun media edukasi, film telah
memberikan nilai-nilai baru kepada massanya, nilai-nilai tersebut dapat
berdampak positif ataupun negatif. Beberapa film pun digarap menjadi media
propaganda bertujuan untuk menjatuhkan pihak tertentu, sebagai contoh beberapa
produksi film Amerika Serikat adalah film karya Walt Disney yang berjudul Song
of the South, film tersebut menceritakan kisah tentang seorang berkulit hitam.
yang mana selalu dalam berbagai profesi rendah di masyarakat.12
Adapun film
Hollywood seperti The Siege dan Rules of Engagement yang mengesankan kepada
khalayak bahwa Islam identik dengan kekerasan, Islam dijadikan sebagai momok
dan hantu yang meresahkan.13
Dalam film Innocence of Muslims juga menjadi
kontroversi karena dianggap menyudutkan agama Islam dengan menceritakan
Nabi Muhammad SAW yang bertolak belakang dengan ajaran Al-Quran dan
11 Schramm, wilbur, The Process and Effects of Mass communication, (University of Ilonois:
Press Urbana,1961), 74. 12Jason Sperb, Disney‘s Most Notorious Film: Race, Convergence, and the Hidden Stories of
Song of The South, (University of Texas: Austin, 2012), 1. 13 Drs. Mohammad Shoelhi, Propaganda: Dalam Komunikasi Internasional, ( Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2012) , 163.
5
bagaimana di dalam film tersebut Nabi Muhammad SAW dirupakan, padahal
dalam Islam hal itu sangat dilarang.14
Selain itu banyaknya film-film produksi
Amerika Serikat yang memiliki daya imajinasi tinggi selalu membuat massa
terpukau dengan kecanggihannya, sebagai contoh film dengan genre action yang
selalu menempatkan Amerika Serikat sebagai pahlawan ataupun pusat peradaban
dunia, beberapa contoh film antara lain Pearl Harbour, American Sniper dan
Black Hawk Down yang menggambarkan citra kepahlawanan Amerika Serikat
secara tidak langsung membentuk pola pikir masyarakat bahwa kekuatan ada pada
Amerika Serikat. Film pun secara tidak langsung menjadi alat kontrol budaya
pada masyarakat.
Propaganda sebagai salah satu cara untuk memanipulasi opini publik.
Dibandingkan seni lain, propagandistik yang ditampilkan melalui film mampu
menimbulkan dampak psikologis yang abadi dan pengaruhnya sangat kuat karena
efeknya tidak melekat pada pikiran tetapi pada emosi.15
Pengaruh terhadap emosi
tersebut berpengaruh terhadap asumsi massa terhadap suatu isu yang ingin dibawa
oleh propaganda tersebut. Dalam penelitian ini penulis akan mengangkat film
American Sniper sebagai objek penelitian. American Sniper merupakan buku yang
lalu diangkat menjadi film menceritakan memoar Chris Kyle, yaitu salah seorang
penembak jitu dan anggota SEAL (Sea, Earth, Air and Land) yang ditugaskan ke
medan perempuran di Irak. Disutradarai oleh Clint Eastwood film American
Sniper menjadi film terlaris yang mendapat nominasi film terbaik di Oscars pada
14 Peter Bradshaw ,“Innocence of Muslims Demonstration Film”,
https://www.theguardian.com/film/filmblog/2012/sep/17/innocence-of-muslims-demonstration-
film, diakses 15 April 2017. 15 Drs. Mohammad Shoelhi, loc.cit.
6
tahun 2015.16
Dalam film ini terkandung banyak sekali kontroversi yang dinilai
oleh masyarakat maupun dari unsur pemerintahan khususnya melalui media
massa bahwa film tersebut merupakan propaganda yang dibuat untuk
menjatuhkan Islam. Salah satunya berasal dari mantan Presiden Iran Ali
Khamenei yang mengecamkan bahwa, “Film American Sniper telah membuat
begitu banyak kebisingan, mendorong pemuda, misalnya seorang penganut
Kristen atau non-Muslim, untuk melecehkan seorang Muslim sebanyak
mungkin.”17
1.2.1 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian pada film American
Sniper yang dinilai sebagai propaganda anti-Islam, dimana propaganda digunakan
sebagai cara untuk memengaruhi massa secara persuasif. Penulis akan membatasi
penelitian dengan menganalisa isi film dan menjabarkan bagian-bagian yang
diduga sebagai teknik propaganda. Penelitian akan dijabarkan menggunakan
analisis semiotika yang difokuskan pada lambang dan tanda pada adegan dan
dialog, aspek-aspek lain seperti media massa merupakan latar belakang pemicu
film tersebut dinilai sebagai propaganda anti-Islam.
1.2.2 Perumusan Masalah
Dengan melihat dari latar belakang, identifikasi masalah dan juga
pembatasan masalah yang ada, penulis ingin membahas masalah utama dalam
16 Rizky Sekar Afrisia, “Berkat Oscar American Sniper tampil di Box Office”,
http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150119100055-220-25577/berkat-oscar-american-sniper-
panen-di-box-office/, diakses 15 April 2017. 17 Amanda Puspita Sari, ―Khamenei American Sniper Film Anti Islam”,
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150218120807-120-33069/khamenei-american-
sniper-film-propaganda-anti-islam/, diakses 14 April 2017.
7
penelitian dan dibuat menjadi satu pertanyaan yang mengerucut yaitu, “Apakah
film American Sniper merupakan suatu propaganda yang mengandung
unsur anti-Islam?”
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa film American Sniper lalu
mendeskripsikan isi film dari kacamata ilmu hubungan internasional, mengetahui
bahwasanya dari sekian banyak film Hollywood tidak sedikit dari film-film
tersebut yang mengandung pesan propaganda, dalam penelitian ini pemicunya
adalah anti-Islam, dan juga bagaimana simbol serta pesan film American Sniper
sebagai bentuk propaganda terhadap Islam.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Penulis berharap dengan penelitian ini dapat memberikan informasi dalam
ruang lingkup akademis, khususnya terkait mengenai propaganda. Menjelaskan
peran industri perfilman Hollywood sebagai sarana propaganda. Selain itu setelah
penelitian selesai, penulis berharap penelitian ini dapat membantu berkontribusi
dengan kepustakaan hubungan internasional terkait isu yang ada di dalam
penelitian.
1.4 Kajian Literatur
Dalam menyusun penelitian ini, penulis menggunakan referensi-referensi
sebagai berikut sebagai acuan. Kajian literatur pertama adalah milik Anthony R
Dimaggio dalam buku Mass Media, Mass Propaganda: Examining American
8
News in the World of Terrorm. Di dalamnya dibahas mengenai hubungan antara
media dengan opini publik, bagaimana pengaruh media massa terhadap warga
Amerika Serikat, perang Irak dan juga pelanggaran hak asasi manusia di Irak.
Buku karya Anthony R Dimaggio ini memiliki keterkaitan bagaimana propaganda
serta media massa yang saling berhubungan menjadi pemicu permasalahan lalu
dijabarkan bentuk media massa dari Australian press, American press, British
Press dan juga Arab electronic media.
Kajian literatur kedua yang menjadi acuan dari penelitian ini adalah dalam
skripsi “Propaganda Film Fahrenheit 9/11 Dalam Menentang Kebijakan Perang
Terhadap Terorisme Milik Amerika Serikat Pasca Peristiwa 11 September 2001”
yang diteliti oleh Yohanes Billy Haryanto, di dalamnya dijabarkan bagaimana
hubungan antara propaganda film dengan peristiwa 11 September 2001, dan juga
membahas mengenai terorisme Amerika Serikat pasca peristiwa 11 September
2001.
Kajian literatur ketiga adalah buku Nazi Propaganda: The Power and the
Limitations karangan David Welch, merupakan sebuah buku novel yang
menceritakan bagaimana Adolf Hitler menggembangkan pandangan serta teknik-
teknik propagandanya. Hitler merupakan salah satu pemimpin yang mendunia,
cara-caranya yang kejam demi mengejar cita-citanya untuk menang
mempergunakan propaganda sebagai media untuk mempengaruhi orang, termasuk
salah satunya adalah propaganda melalui film. Kekuatan propaganda dapat
memberikan nilai positif terhadap orang-orang yang ketakutan saat perang dunia
9
ke II. Propaganda dianggap sebagai alat yang ampuh apabila dipegang oleh orang-
orang yang memang ahli untuk mengembangkannya.
1.5 Kerangka Pemikiran
Untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian, penulis menggunakan
kerangka pemikiran untuk menjelaskan teori, konsep, paradigma, kajian, yang
bertujuan untuk membentuk konten penelitian yang terstruktur.
Globalisasi merupakan suatu fenomena yang berpengaruh terhadap semua
aspek dalam kehidupan. Fenomena ini ditandai dengan adanya kemajuan
teknologi, pesatnya laju komunikasi global, munculnya beragam budaya, hingga
peningkatan masalah di masyarakat sehingga menciptakan masyarakat yang lebih
variatif. Menurut Manfred B Steger, globalisasi merupakan penyusutan ruang dan
waktu yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mencerminkan interkoneksi
dan interdependensi sosial, politik, ekonomi, dan kultural dalam skala global.18
Pesatnya laju globalisasi juga memengaruhi perkembangan komunikasi. Setiap
bangsa di dunia memanfaatkan kemajuan tersebut untuk menyatukan bangsa di
seluruh dunia, yang dapat memperkuat suatu negara dengan negara lain dan
mendorong adanya saling ketergantungan, sehingga globalisasi membuat
intensifikasi pada hubungan antar negara yang menjadi semakin erat.
Sebagai salah satu disiplin ilmu, hubungan internasional merupakan ilmu
yang mempelajari permasalahan antar negara berdaulat ataupun aktor non negara.
Hubungan internasional tidak terlepas dari globalisasi dan keduanya merupakan
18 Manfred B Steger, Globalisme: Bangkitnya Ideologi Pasar, ( Yogyakarta: Laafadl, 2005), xii.
10
aspek yang saling berkaitan. Menurut Robert Jackson dan George Sorenson,
hubungan internasional dilatar belakangi keadaan dimana populasi manusia
terbagi dalam komunitas politik yang berbeda-beda, serta kedaulatan negara yang
berbeda, dan hal tersebut berpengaruh terhadap cara hidup seseorang.19
Dalam
perkembangannya, teori-teori dalam hubungan internasional berusaha
menyelaraskan pemikiran-pemikiran kritis yang ada di dalamnya dengan kondisi
dunia. Untuk menyelaraskan pemikiran dengan perkembangan yang terus
menerus, maka dibutuhkan komunikasi lintas batas negara demi menjaga
hubungan antar satu negara dengan negara lain. Ditinjau dari segi wilayahnya,
komunikasi lintas batas atau komunikasi internasional pada umumnya
menyangkut keterlibatan dua atau lebih negara dengan memanfaatkan komunikasi
massa yang tersebar melintasi batas negara dan memiliki struktur jaringan
komunikasi tertentu.20
Dengan adanya komunikasi internasional, membuat
hubungan antar negara semakin mudah, sehingga suatu permasalahan dapat
terselesaikan lebih cepat. Pesatnya globalisasi pun menciptakan variasi terhadap
alat komunikasi yang membuatnya semakin cepat dan terjangkau oleh
masyarakat.
Komunikasi internasional dan hubungan internasional saling mendukung
antar satu sama lain, dimana komunikasi internasional menitikberatkan perhatian
pada etika internasional yang menjadi dasar moral internasional, begitu juga
dengan hubungan internasional, dalam hubungan antar negara dibutuhkan suatu
19 Robert Jackson and George Sorenson, Introduction to International Relations: Theories and
Approaches, ( New York: :Oxford University Press, 2010), 2. 20 Drs. Mohammad Shoelhi, op.cit., 1.
11
sikap negara yang saling mengindahkan hukum internasional.21
Davison dan
George dalam buku Drs. Mohammad Shoelhi, menggambarkan komunikasi
internasional sebagai “By International Political Communication, we refer to the
use by national states of Communication to influence the politically relevent
behaviour in other national states,22
sehingga komunikasi pun digunakan sebagai
cara untuk melakukan berbagai macam kepentingan politik. Maka komunikasi
dapat dimasukan ke dalam segala macam bentuk kegiatan seperti propaganda,
informasi, dan juga diplomasi. Bahkan kepentingan negara untuk pertahanan
suatu negara ataupun demi kepentingan nasional suatu negara melalui komunikasi
yang diplomatis. Komunikasi juga menjadi bentuk komunikasi antar bangsa dan
juga negara.
Propaganda sebagai salah satu instrumen dalam komunikasi digunakan
sebagai alat untuk mengendalikan seseorang. Dalam pelaksanaannya, propaganda
tidak hanya dilakukan oleh aktor negara saja tetapi juga dengan aktor non negara.
Menurut Terence Qualter dalam buku K.J Holsti mendefinisikan propaganda
sebagai “Deliberate attempt by some individual or group to form, control, or alter
the attitudes of other groups by the use of the instruments of communication, with
the intention that in any given situation the reaction of those so influenced will be
that desired by the propagadist.... in phase the deliberate attempt lies the key to
the idea of propaganda.‖23
Propagandist merupakan sebutan bagi orang-orang
yang menjalankan dan mencanangkan sebuah propaganda. Propaganda juga
21 Ibid., 4. 22 Ibid. 23 K.J Holsti, International Politics: A Framework of Analysis, (Prentice-Hall of India Privated:
India,1995), 220.
12
banyak berhubungan dengan pemanfaatan kondisi psikologis terutama rangsangan
pada aspek emosi yang membuat targetnya tidak menggunakan akal sehatnya24
,
sehingga melibatkan banyak cara dengan unsur psikologis.
Pengaruh propaganda dapat dirasakan ketika ia berhasil mewujudkan
kondisi kesatuan psikologis atau opini publik yang berkembang di suatu negara
dengan opini publik di negara lain hingga berintegrasi menjadi opini
internasional.25
Dengan berkembangnya opini publik tersebut, mendapatkan
dukungan rakyat serta pemerintahan merupakan target propaganda untuk
menghadapi lawan yang dibenci.26
Propaganda dapat mengubah pola pikir
seseorang tanpa orang tersebut harus menggunakan cara-cara kekerasan. Maka
dari itu dalam propaganda juga menjadi salah satu cara yang banyak dilakukan
dengan tujuan politik, karena dilakukan berdasarkan pendekatan-pendekatan yang
persuasif. Untuk menjelaskan pengaruh propaganda terhadap perilaku, maka dari
itu dibutuhkan teori lain yang menjelaskan pengaruh dari aspek emosi, yaitu
melalui psikologi politik. Psikologi politik merupakan penggabungan dari dua
disiplin ilmu, yaitu ilmu politik dan ilmu psikologi yang gagal menjelaskan
mengenai perilaku politik. Pada ilmu politik, proses psikologis meliputi persepsi,
kognisi seperti keyakinan, nilai, representasi sosial, identitas sosial, konflik,
komunikasi, dan juga kekuasaan.27
Manusia bertindak sesuai dengan pengaruh
yang ada disekitarnya, termasuk emosi memengaruhi perilaku seseorang dalam
berpolitik, karena emosi memengaruhi seseorang untuk bertindak sesuai dengan
24 Ibid., 27. 25 Ibid., 89. 26 Ibid., 10. 27 Dennis Fox dan Isaac Prileltensky, Psikologi Kritis: Metaanalisis Psikologi Modern,
(Yogyakarta: Teraju, 2005), 211.
13
perasaan sehingga mengantarkan seseorang untuk menjadi rasional maupun tidak
rasional sehingga emosi berpengaruh terhadap hasil akhir setiap keputusan yang
dibuat. Kebanyakan tindakan manusia pun lebih berdasarkan pada aspek emosi.
Menurut IPA (Institute of Propaganda Analysis, 1937), teknik-teknik propaganda
terbagi menjadi berbagai tujuh macam bentuk :28
1. Name Calling
Merupakan teknik propaganda dengan pelabelan buruk kepada
seseorang, ataupun lembaga. Propagandis menggunakan gagasan dengan simbol
emosional (negatif) dalam propagandanya. Dalam pengaplikasiannya,
propagandis bermaksud untuk menjatuhkan seseorang ataupun suatu ideologi.
Sebagai contoh penerapan dalam teknik ini adalah pelabelan “teroris” pada orang-
orang anti-Amerika atau dibunuh karena pemerintah yang pro-Amerika
menganggap mereka membahayakan keamanan negara. 29
2. Glittering Generality (kemilau Generalitas)
Berlawanan dengan Name Calling, dalam teknik ini berusaha
menyampaikan kata yang sangat baik, sehingga target merasa senang dan
menerima ide yang ditawarkan. Dalam penerapannya, propagandis berusaha untuk
membangkitkan semangat, emosi khalayak sebagai contoh pernyataan seorang
ulama, “Islam mengajarkan toleransi, dan perdamaian,” atau saat Presiden George
Bush menyampaikan, “rakyat Amerika mencintai kebebasan.”
3. Transfer (Pengalihan)
28 Drs. Mohammad Shoelhi, loc.cit, 58. 29 Ibid., 59.
14
Propagandis berusaha untuk membuat suatu visualisasi konsep untuk
mengalihkan karakter tertentu kepada suatu pihak. Dalam teknik ini, dibutuhkan
suatu kesan otoritas, dukungan, gengsi dari sesuatu yang dihargai dan disanjung,
sehingga sesuatu yang lain dapat lebih diterima. Dalam teknik pengalihan
menjadikan orang, produk atau organisasi diasosiasikan dengan sesuatu yang
memiliki kredibilitas yang baik.30
4. Testimony (Kesaksian)
Digunakan untuk meminta dukungan seseorang yang berstatus tinggi
untuk memperkuat tindakannya dengan pengakuan ataupun dengan kesaksian.
Teknik ini memberi kesempatan kepada orang yang mengagumi atau membenci
untuk mengatakan bahwa sebuah gagasan, program seseorang itu baik atau
buruk.31
5. Plain Folk (Rakyat Biasa)
Teknik menggunakan pendekatan dimana propagandis menunjukan
empati dan rendah hatinya terhadap penduduk. Dengan mengenalkan motif tulus
seseorang yang berkecimpung dalam kegiatan sosial kemasyarakatan atau sosial
politik.32
6. Card Stacking (Menimbang-nimbang Kartu untuk Digunakan)
Teknik ini adalah pemilihan dan pemanfaatan fakta atau kebohongan,
ilustrasi, atau penyimpangan, serta pernyataan logis atau tidak logis untuk
30 Ibid., 62. 31 Ibid., 63-64. 32 Ibid., 65.
15
memberikan kasus terbaik atau terburuk pada suatu gagasan, program, orang, atau
produk.33
7. Frustration atau Scapegoat (Menutupi Frustasi atau kambing hitam)
Teknik propaganda dengan menciptakan kebencian melalui kambing
hitam. Rezim revolusioner yang berhadapan degan ketidakpastian ekonomi dan
sosial di dalam negerinya serta mengetahui frustasi rakyat-sering menciptakan
hantu internal atau eksternal untuk menyalurkan penderitaan rakyat. 34
8. Bandwagon (Seruan mengikuti Pihak Mayoritas)
Imbauan kepada khalayak untuk ikut bergabung ke dalam kelompoknya
karena kelompoknya memiiki tujuan yang baik dan menyenangkan. Teknik
digunakan dalam upaya meyakinkan target bahwa semua anggota menerima
programnya.35
9. Fear Arousing (Membangkitkan Ketakutan)
Propaganda dengan mendapatkan dukungan dari target massa dengan
menimbulkan emosi negatif seperti ketakutan, maka propagandis menciptakan
semacam hantu untuk menimbulkan emosi negatif tersebut. Penerapan pada
teknik ini kita temukan ketika menyaksikan permainan gugahan emosional.36
Dari konsep-konsep mengenai propaganda diatas, propaganda
membutuhkan media yang baik untuk menyalurkan pengaruhnya kepada massa,
yaitu melalui film. Film hadir sebagai media representasi. Setiap film memiliki
alur ceritanya masing-masing yang menjadikan tontonan tersebut menakutkan,
33 Ibid., 67. 34 Ibid., 68. 35 Ibid., 69. 36 Ibid., 69-70.
16
mengharukan, menghibur, dan sebagainya. Anatoli Lunacharsky telah
merumuskan: “Cinemas strength lies in the fact that, like any art, it imbues an
idea with feeling and with captivating form but, unlike the other arts, cinema is
actually cheap, portable and unusually graphic. Its effect reach where even the
book cannot reach and it is, of course, more powerful than anykind of narrow
propaganda.37
Film dengan efek visualisasinya membuatnya dapat dipahami tanpa
terjemahan, yang membuatnya sebagai kekuatan dalam komunikasi visual.
John A. Broadwin dan V.R. Berghahn dalam bukunya The Triumph of
Propaganda (1996), mengutip pernyataan Fritz Hippler bahwa dibandingkan
dengan seni lain, film mampu menimbulkan dampak psikologis dan
propagandistik yang abadi dan pengaruhnya sangat kuat karena efeknya tidak
melekat pada pikiran, tetapi pada emosi dan bersifat visual sehingga bertahan
lebih lama daripada pengaruh yang dapat dicapai oleh ajaran sekolah, buku, surat
kabar, atau radio.38
Film sebagai suatu media komunikasi merupakan kombinasi
antara usaha penyampaian pesan melalui gambar yang bergerak, pemanfaat
teknologi, kamera, warna dan suara dimana unsur-unsur tersebut dilatarbelakangi
oleh suatu cerita yang mengandung suatu pesan yang ingin disampaikan sutradara
kepada khalayak film.39
Cakupan bahasan dalam ilmu Hubungan Internasional sangatlah luas, isu
agama pun berkembang menjadi bahasan internasional. Agama merupakan sudut
pandang manusia dalam menjalani kehidupan maka agama berpengaruh terhadap
37 Nicholas Reeves, The Power of Film Propaganda: Myth of Reality, (Continuum: New York,
1999), 4. 38 Drs. Mohammad Shoelhi, op, cit., 165. 39 Phil Astrid S. Susanto, komunikasi Massa, (PT Binacipta: Jakarta, 1982), 40.
17
kebiasaan setiap individu manusia. Kehadiran agama dapat menjadi penghubung
sekaligus sebagai pemecah antar satu umat dengan umat yang lainnya, oleh
karenanya agama memunculkan rasa tanggung jawab untuk menjalani ajaran
agamanya masing-masing.40
Agama merupakan unsur yang melengkapi
komunikasi, karena agama merupakan identitas serta legitimasi setiap masyarakat
dan juga negara.41
Komunikasi yang menghubungkan semua bagian di dunia
dapat membangun hubungan serta kesepahaman antar pemeluk agama, serta
meminimalisir konflik agama. Sehingga nilai-nilai yang ada dalam agama dapat
dijadikan pesan moral antar sesama manusia, dan sebagai alat pengontrol dalam
beretika. Dalam disiplin ilmu hubungan internasional, agama bukan isu utama
yang menjadi permasalahan oleh pemikir-pemikir awal dalam hubungan
internasional, karena isu yang berkembang sejak lahirnya teori-teori tradisional
dalam hubungan internasional dilatar belakangi oleh konflik, peperangan, serta
ekonomi internasional. Sebagian besar pemikir dalam hubungan internasional pun
berlatarbelakang ilmu sosiologi ataupun ilmu sosial.42
Islam adalah kepercayaan yang mengimani satu Tuhan yaitu Allah SWT,
dengan nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya dan Al-Quran sebagai kitab
suci. Muslim merupakan sebutan untuk orang-orang yang memeluk agama Islam.
Islam tidak hanya diliputi permasalahan antar manusia dengan manusia, manusia
dengan Tuhan, ataupun manusia dengan alam sekitarnya. Didalam Al-Quran serta
hadits-haditsnya pun membicarakan mengenai hubungan manusia dengan
40 Jonathan Fox and Shmuel Sandler, Bringing Religion into International Relations, ( Palgrave
macmillan: New York, 2004), 180. 41 Ibid., 180. 42 Ibid., 18.
18
kekuasaan, ataupun dengan negara-negara berdaulat.43
Sehingga ajaran dalam
agama Islam menjadi dasar petunjuk bagi manusia untuk menjalani kehidupannya.
Pasca peristiwa 9/11 merupakan pemicu terhadap kenaikan kebencian anti-Islam.
Terbukti dari jumlah angka kekerasan terhadap orang Muslim yang mengalami
kenaikan lima kali lebih banyak pasca peristiwa tersebut.44
Kata anti-Islam pun
sudah mulai berkembang sejak tahun 1980-an di dunia barat, dan awalnya
berkembang sebagai bentuk manifestasi dan respons terhadap dunia Islam.45
Untuk memperdalam mengenai fenomena anti-Islam maka akan digunakan
konsep Islamophobia. Islamophobia menurut Runnymede trust adalah kebencian
yang tidak berdasar terhadap Islam, atau Islamophobia adalah diskriminasi
terhadap individu atau komunitas Islam sebagai konsekuensi dari adanya kebecian
serta pengesampingan Muslim dari urusan politik dan sosial pada
umumnya.46
Tindakan kekerasan terhadap Muslim serta peraturan-peraturan yang
menentang tradisi Islam dapat diartikan sebagai tindakan rasis, sekularis,
nasionalis, ataupun anti-Imigran.47
Islamophobia dapat menjadi alat bagi
pergerakan politik.48
Dimana masyarakat yang tidak memiliki hubungan secara
langsung terhadap orang-Muslim, dan melihat pemberitaan buruk berupa konflik
yang dilakukan oleh orang-orang Muslim, membuat masyarakat menerima dengan
43Ibid., 95. 44 Aliyah Frumin dan Amanda Sakuma, 2016, Hope Despair being Muslim America after 9/11,
http://www.nbcnews.com/storyline/9-11-anniversary/hope-despair-being-muslim-america-after-9-
11-n645451, diakses 7 Juli 2017. 45Osman Bakar, Post 9/11 Islamophobia and The Future of American Islam,
http://www.searcct.gov.my/publications/our-publications?id=44, diakses 9 juni 2017. 46 Andrew Shryock, Isamophobia/Islamophilia: Beyond the Politics of Enemy and Friends,
(Bloomington:Indiana University Press. 2010), .4. 47 Ibid. 47Pew Research Center, Muslims and Islam Key Findings in the US and Around the World,
http://www.pewresearch.org/fact-tank/2017/02/27/muslims-and-islam-key-findings-in-the-u-s-
and-around-the-world/, 2, diakses 9 Juni 2017. 48 Ibid., 3.
19
mudah pengarahan dari politisi. Anti-Islam identik dengan negara barat terutama
Amerika Serikat dan Eropa, walaupun sebenarnya tidak hanya berkembang di
negara-negara barat saja, anti-Islam pun berkembang pula di negara-negara di
benua Afrika yang mayoritas non-Muslim, India, China. Bahkan negara-negara
mayoritas Muslim sendiri seperti Turki, Mesir, Lebanon.49
Untuk membahas lebih mendalam terkait proses perubahan pada
masyarakat, penulis akan menggunakan teori sistem sosial, bagaimana sistem
kehidupan sosial, elemen-elemen sosial yang ada di dalam masyarakat saling
terikat. Menurut Talcott parsons sistem sosial adalah mode organisasi dari unsur
tindakan terhadap proses perubahan yang persisten atau berurutan dari pola
interaktif sejumlah aktor individu.50
Asumsi dasar dari konsep ini adalah adanya
action (tindakan). Manusia pada dasarnya selalu ingin melakukan perubahan
sesuai dengan hakikat dan sifat dasarnya, karena manusia sebagai mahluk sosial
cenderung mudah bosan sehingga ingin melakukan hal-hal yang baru. Tindakan
dari masing-masing individu bertemu dan menciptakan suatu interaksi. Situasi
dimana unit dari action melakukan interaksi menciptakan relasi. Struktur dan
proses dari sistem dibangun dari relasi unit-unit dalam suatu situasi.51
Action
disini berarti adanya pertukaran makna di dalam interaksi melalui simbol yang
dipahami bersama.52
Action berada sejajar dan saling bergantung dengan hal
mendasar dari matter (masalah) dan life (kehidupan).53
Terdapat tiga jenis struktur
49 Ibid., 4. 50 Talcott Parsons, The Social System, (New York: The Free Press,1951), 24. 51 Ibid., 4. 52 Bernard Barber, “Neofunctionalism and the Theory of the Social System.” Dalam buku The
Dynamics of Social Systems, ed. Paul Colomy (London: Sage Publications Ltd, 1992), 43. 53 Ibid.
20
dalam sistem, yaitu struktur sosial, struktur budaya, dan struktur kepribadian.
Struktur sosial merupakan unit peran. Sebagai contoh pemerintah merupakan
komponen dari struktur sosial yang memiliki fungsi untuk membuat aturan sosial
diantara anggota sistem sosial melalui hukum.54
Untuk memahami makna dibalik simbol-simbol yang ada di dalam film,
penulis akan menggunakan semiotika sebagai alat analisis. Propaganda yang
dilakukan melalui film biasanya memasukan pesan melalui lambang-lambang dan
juga pada bahasa. Semiotika secara etimologis berasa dari bahasa Yunani yaitu
semeion yang berarti tanda. Semiotika sebagai model dari ilmu pengetahuan
sosial, digunakan untuk menjelaskan gejala atau realitas yang ditunjuk dengan
lambang-lambang,55
karena dari tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Semiotik
seringkali digunakan sebagai metode untuk menganalisis teks pada media. Dalam
semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna.
Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang
terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu. Teks media
seringkali memuat makna ganda dibalik tulisan yang sebenarnya, metode semiotik
tidak dipusatkan pada transmisi pesan, melainkan pada penurunan dan pertukaran
makna. Pada hakikatnya, media adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa
sebagai perangkat dasarnya, sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat
54 Ibid., 47. 55 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (LKIS: Yogyakarta, 2007), 164.
21
mempresentasikan realitas namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang
akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut.56
Menurut Bapak semiotika modern Ferdinand de Saussure, menyatakan
bahwa persepsi dan pandangan masyarakat tentang realitas dikonstruksikan oleh
kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial.57
Beliau juga
menyatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan kombinasi dari konsep dan citra
suara (sound image). Sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan. Alex Sobur
dalam bukunya semiotika komunikasi menyatakan bahwa film memiliki potensi
yang sangat besar dalam memengaruhi khalayaknya58
,karena di dalam film
terdapat banyak tanda, yang mana tanda tersebut ditinjau dari struktur film, dan
struktur paling penting di dalam sebuah film adalah gambar dan suara.59
Berdasarkan salah satu penelitian mengenai film yang berorientasi semiotika,
dalam desertasi J.M. Peters yang berjudul De Taal van de Film (1950), dikutip
oleh Van zoest, bahwa “kita hampir dapat mengatakan bahwa semua penelitian
kita telah menjadi suatu teori mengenai tanda ikonis.” Musik film sebagai tanda
ikonis, namun dengan cara-cara yang misterius dan dengan caranya tertentu, mirip
ancaman yang mendekati kita (ikonisitas metaforis).60
Menurut John Fiske dalam
buku analisis teks media yang ditulis Alex Sobur, terdapat tiga area penting dalam
studi semiotika yaitu:61
56 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotik,
dan analisis framing, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung,2001) , 87. 57 Ibid. 58 Ibid, 127. 59 Ibid., 125. 60 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Remaja Rosdakarya: Bandung, 2016), hlm 128. 61 Ibid., 94
22
1. The Sign Itself (studi tentang berbagai tanda yang berbeda), hal ini berkaitan
dengan beragam tanda berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta cara
menghubungkannya dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah
buatan manusia dan hanya dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang
menggunakannya;
2. The Codes or System( kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda) ,
studi ini meliputi beragam kode yang berbeda dibangun untuk
mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam suatu kebudayaan;
3. The Culture within which these codes and signs operate (kebudayaan tempat
kode dan tanda bekerja, Penggunaan kode dan tanda-tanda untuk keberadaan
dan bentuknya sendiri.
Dalam menganalisis film, maka pengambilan gambar juga berperan
penting dalam memberikan penekanan terhadap kata-kata yang diucapkan
pemeran, dan film pun memiliki tata bahasanya sendiri, seperti special effect,
sound effect yang ada di dalamnya, kemudian pemotretan jarak dekat (close up),
pemotretan dua (two shot), pemotretan jarak jauh (long shot), pembesaran gambar
(zoom in), pengecilan gambar (zoom out), gerakan lambat (slow motion).62
Dalam
menjelaskan makna di dalam film lebih mudah untuk menggunakan metafora
ataupun metonimi.63
Dalam metafora, dimana hubungan antara dua hal dilakukan
melalui analogi, hal yang paling umum adalah berbentuk kiasan. Sedangkan
metonomi adalah figur percakapan secara mendetail. Penelitian ini akan
menjelaskan peristiwa yaitu dikaitkan dengan propaganda anti-Islam dalam
62 Ibid, 127. 63 Arthur Asa Berger, Media analisis teknik, (Yogyakarta: Penerbitan Universitas
Atmajaya:Yogyakarta, 2000), 27-29.
23
perfilman Hollwood yaitu American Sniper yang diduga sebagai bentuk
propaganda anti-Islam.
1.6 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
1.6.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian menggunakan metode
kualitatif yang memusatkan pada proses analisa teori di dalam kerangka
pemikiran. Penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksikan realitas dan
memahami maknanya sehingga penelitian kualitatif biasanya sangat
memperhatikan proses, peristiwa, dan otentitas atau keaslian, penelitian kualitatif
akan menjelaskan peristiwa.64
1.6.2 Teknik Pengambilan Data
Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari berbagai sumber yang sudah ada. Peneliti menggunakan
data sekunder karena penelitian dilakukan dari studi kepustakaan yang berasal
dari buku, artikel, jurnal, dokumen, serta sumber-sumber lain dari internet.
1.7 Sistematika Pembahasan
Dalam sistematika pembahasan penulis akan menjabarkan ringkasan
singkat dari setiap bab berupa gambaran penulisan penelitian, yang akan terbagi
kedalam 4 bab.
64 Gumilar Rusliwa Somantri, “Memahami Metode Kualitatif”, Makara Sosial Humaniora FISIP
Universitas Indonesia Vol. 9, No.2 (2005), 58.
24
Pada bab I yang membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi
masalah yang didalamnya membahas deskripsi masalah secara umum, dilanjutkan
dengan pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian.
Di dalam bab I juga dijabarkan mengenai kajian literatur, kerangka pemikiran,
metode penelitian serta teknik pengumpulan data.
Pada bab II penulis akan menjabarkan bagaimana Muslim di Amerika
Serikat pasca 9/11, Amerika Serikat sebagai negara adikuasa yang memiliki
pengaruh lebih secara internasional. Juga akan dijabarkan mengenai Hollywood
industri perfilman Amerika Serikat, dan propaganda dalam film-film Amerika
Serikat.
Pada bab III merupakan analisis dari film American Sniper dengan
menggunanakan analisis semiotika serta dilihat dari teknik-teknik propaganda
sehingga dapat dibuktikan upaya propaganda anti-Islam yang ada di dalam film.
Pada bab IV penulis memberikan kesimpulan dari seluruh bab yang telah
didapat berdasarkan hasil dari penelitian serta saran dari penulis