107
ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERIODE (NTB) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: FITRIADI FAUZAN 1113084000049 EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERIODE (NTB)

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi syarat-Syarat Meraih

Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

FITRIADI FAUZAN

1113084000049

EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019

Page 2: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus
Page 3: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus
Page 4: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus
Page 5: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus
Page 6: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus
Page 7: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus
Page 8: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama Lengkap : Fitriadi Fauzan

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 6 Februari 1996

Alamat : JL. Raden Fatah No. 92 RT/RW 001/06 Ciledug

Nomor Handphone : 081382689241

Email : [email protected]

Latarbelakang Keluarga

Nama Ayah : M. Said Karim

Tempat Tanggal Lahir : Bima, 12 April 1958

Nama Ibu : Juariah Sarbini

Tempat Tanggal Lahir : Bima, 12 Juli 1962\

Alamat : JL. Raden Fatah No. 92 RT/RW 001/06 Ciledug

Anak Ke – dari - : 2 dari 2 bersaudara

Pendidikan Formal

1. SDN Parung Serab : 2001 - 2007

2. SMPN 1 Tangerang Selatan : 2007 - 2010

3. SMAN 5 Tangerang Selatan : 2010 - 2013

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2013 - 2019

Page 9: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

ABSTRAK

Sektor pariwisata merupakan sektor yang menjadi andalan pada masa sekarang sebagai

pendongkrak perekonomian daerah maupun nasional. Daerah-daerah yang memiliki potensi terus

dikembangkan dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah. Penelitian ini bertujuan untuk

melihat potensi daerah Kota Bima, Nusa Tenggara Barat dalam bidang pariwisata. Metode

penelitian menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan teknik analisa data

menggunakan wawancara, dokumentasi, Location Quotient (LQ), Analisis shift share, tipologi

Klassen, serta analisis SWOT terkait potensi pariwisata di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dari analisis Location Quotient (LQ) yang menjadi sektor basis

dengan nilai LQ > 1 ada 11 sektor termasuk sub sektor pendukung pariwisata, yakni sub sektor

penyediaan akomodasi dan makan minum.

Berdasarkan analisis shift share, untuk tahun 2018 sub sektor pariwisata yang diambil

dari sub sektor penyediaan akomodasi dan makan minum memiliki nilai sebesar -68,82 yang

berarti bahwa sub sektor ini akan berjalan lambat. Berdasarkan analisis tipologi Klassen untuk

sub sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebagai pendukung sektor pariwisata,

tipologi Klassen memiliki interpretasi Si < S dan Gi > G yang diartikan bahwa sektor tersebut

merupakan sektor potensial dan masih dapat dikembangkan dengan kontribusi sebanyak 4,6%

bagi Provinsi NTB. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa peran pemerintah melalui

perencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus lebih ditingkatkan dalam rangka mendukung

kunjungan wisata ke Kota Bima untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun daerah.

Kata kunci : Potensi Pariwisata, Location Quotient (LQ), Analisis shift share, tipologi Klassen,

analisis SWOT, Kota Bima

Page 10: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

ABSTRACT

The tourism sector is a sector that is a mainstay at present as a booster for regional and national

economies. Regions that have the potential developed into tourism areas continue to be

developed by the region, especially related to regional economies. This study aims to see the

potential of the City of Bima, West Nusa Tenggara in the field of tourism. The research method

uses quantitative and qualitative methods with data analysis techniques using interviews,

documentation, Location Quotient (LQ), shift share analysis, Klassen typology, and SWOT

analysis related to tourism potential in the City of Bima, West Nusa Tenggara. The results

showed that from the Location Quotient (LQ) analysis which became the base sector with a LQ

value > 1 there were 11 sectors including the supporting tourism sector, namely the

accommodation and food supply sector. Based on shift share analysis, for 2018 the tourism sub-

sector taken from the accommodation and food and beverage supply sub-sector has a value of -

68.82 which means that this sub-sector will run slowly. Based on Klassen's typology analysis for

the accommodation and food and beverage supply sub-sector as a supporter of the tourism

sector, Klassen's typology has an interpretation of Si < S and Gi > G which means that the

sector is a potential sector and can still be developed with a contribution of 4.6% for NTB

Province . The results of the SWOT analysis show that the role of the government through urban

planning on the tourism sector must be further enhanced in order to support tourist visits to the

City of Bima relation in society and regional economic increasing.

Keyword : Tourism potential, Location Quotient (LQ), shift share analysis, Klassen tiphology,

SWOT analysis, Bima city

Page 11: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Potensi Sektor Pariwisata di Kota Bima,

Nusa Tenggara Barat”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagai syarat-

syarat guna mencapai gelar sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan doa dari orang-orang terdekat penulis.

Oleh karena itu, peulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, M. Said dan Ibunda Juariah Sarbini yang telah memberikan

dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya.

2. Kakak-kakak dan adik-adik tersayang, Mulia Arista Sari yang telah memberikan

dukungan serta motivasi kepada penulis.

3. Bapak xxxxxxx selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat selama masa perkuliahan.

5. Teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan memberikan semangat di setiap

kesulitan dalam penyelesaian skripsi dan memberikan arti kebersamaan yang berarti bagi

penulis.

Penulis memahami bawasannya tak ada satupun di dunia ini yang sempurna, tak ter kecuali

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada pembaca berkenan memberikan saran

dan masukan serta kritik yang membangun guna memberikan koreksi bagi penulis Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khusus nya dalam bidang

manajemen pada skripsi ini.

Jakarta, Agustus 2019

Fitriadi Fauzan

Page 12: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... .... ii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... .... iii

LEMBAR LULUS UJI KOMPREHENSIF ............................................... .... iii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... .... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... .... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... .... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... .... vi

DAFTAR ISI................................................................................................... ... vii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... .... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 13

C. Pembatasan Masalah ................................................................ 13

D. Perumusan Masalah ................................................................. 14

E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 14

F. Manfaat Penelitian ................................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Analisis dan Potensi ........................................................... 16

B. Pariwisata ........................................................................... 17

C. Jenis Pariwisata .................................................................. 19

D. Pengembangan Pariwisata ................................................. 21

E. Pariwisata da Pengembangan Ekonomi ............................. 25

F. Teori Basis Ekonomi.......................................................... 27

G. Analisis Location Quotient (LQ) ....................................... 28

Page 13: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

H. Analisis Shift Share .......................................................... 30

I. Analisis Tipologi Klassen .................................................. 31

J. Analisis SWOT .................................................................. 32

K. Penelitian Terdahulu ........................................................ 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian .............................................................. 36

B. Pendekatan Penelitian ....................................................... 36

C. Metode Penelitian ............................................................. 36

D. Metode Analisis Deskriptif ............................................... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 38

1. Data primer ....................................................................... 38

2. Data sekunder ................................................................... 39

F. Sumber informasi .............................................................. 39

G. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data ........................ 40

H. Fokus Penelitian ................................................................ 41

I. Teknik Analisa Data ......................................................... 41

BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian .................................. 45

B. Hasil Penelitian ....................................................................... 52

1. Analisa Location Quotient (LQ) ....................................... 53

2. Analisis shif share ............................................................. 57

3. Analisis Tipologi Klassen ................................................... 59

4. Analisis SWOT ................................................................ 65

a. Analisis SWOT Pantai Lawata ............... 65

b. Analisis SWOT Obyek daya tarik wisata alam kota bima ...............

81

c. Analisis SWOT Obyek daya tarik wisata alam kota bima ...............

89

d. Analisis SWOT Pariwisata kota bima ............... ........ 92

Page 14: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................. 94

B. Saran ....................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 97

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Data kunjungan wisman tahun 2018 ......................................................... 1

1.2. Pendapatan negara sektor pariwisata ........................................................ 2

1.3. Urutan sektor penghasil devisa terbesar tahun 2018................................. 2

1.4. Data kunjungan turis secara global dan prediksinya................................. 3

1.5. Kontribusi pariwisata terhadap PDB ........................................................ 3

1.6. Provinsi Nusa Tenggara Barat .................................................................. 7

1.7. Kunjungan wisatawan Prov. NTB ............................................................ 8

1.8. Jumlah obyek wisata NTB 2018 ............................................................... 8

4.1. Kota Bima, Provinsi NTB ......................................................................... 45

4.2. Lambang dan moto Kota Bima ................................................................. 49

4.3. Jumlah wisatawan ke kota Bima ............................................................... 52

4.4. Citra satelit pantai Lawata ...................................................................... 64

4.5. Sarana pendukung di pantai Lawata ......................................................... 68

4.6. Sarana transportasi menuju pantai Lawata ............................................... 71

4.7. Sarana jalan menuju pantai Lawata .......................................................... 73

Page 16: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Karakteristik Tipologi Klassen ................................................................. 31

2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 34

3.1 Karakteristik Tipologi Klassen .................................................................. 44

4.1 Luas wilayah kota Bima dirinci per Kecamatan ........................................ 51

4.2. Ibukota kecamatan dan jumlah kelurahan di kota Bima ........................... 52

4.3. PDRB Prov. NTB periode 2016-2018 ...................................................... 53

4.4. PDRB Kota Bima periode 2016-2018 ...................................................... 54

4.5. Nilai Location Quotient (LQ) Kota Bima Periode 2016-2018 ................. 54

4.6. Jumlah Wisatawan Prov. NTB Periode 2016-2018 .................................. 56

4.7. Jumlah Wisatawan Kota Bima Periode 2016-2018................................... 56

4.8. Persentase Jumlah Wisatawan Periode 2016-2018.................................... 56

4.9. Laju Pertumbuhan PDRB Periode 2016-2018........................................... 58

4.10. Analisis shift share berdasarkan PAD..................................................... 59

4.11. Karakteristik tipologi Klassen................................................................... 60

4.12. Penentuan tipologi Klassen sektor-sektor PDRB.................................... 60

4.13. Penentuan tipologi Klassen berdasarkan PAD........................................ 62

4.14. Obyek Daya Tarik Wisata Alam Kota Bima........................................ 63

4.15. Analisis SWOT Pantai Lawata................................................................ 77

4.16. Analisis SWOT Obyek Daya Tarik Wisata Budaya Kota Bima........... 90

4.17. Analisis SWOT Pariwisata Kota Bima.................................................... 92

Page 17: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Adanya daya tarik pada suatu daerah dapat dijadikan sebagai tempat tujuan wisata.

Terdapatnya daerah tujuan wisata tersebut dapat menjadi penarik datangnya wisatawan untuk

berkunjung, baik wisatawan lokal, domestik maupun mancanegara. Kedatangan wisatawan

tersebut dapat memberikan pemasukan bagi daerah tersebut. Pemasukan akan didapat dari uang

yang dibelanjakan dan dikeluarkan untuk akomodasi wisatawan selama berada di daerah yang

mereka datangi. Dalam perspektif ekonomi pembangunan, kunjungan wisatawan dapat

meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat khususnya dan daerah secara umum.

Menurut Rai Utama (2017:11), pariwisata dapat berdampak langsung terhadap perekonomian

daerah. Dampak tersebut dapat dilihat dari adanya pertukaran valuta asing, pendapatan

pemerintah (pajak pendapatan dan cukai barang masuk), penyerapan tenaga kerja, pembangunan

infrastruktur, dan peningkatan ekonomi masyarakat.

Sumber: Kemenpar, 2019

Gambar 1.1. Data kunjungan wisman tahun 2018

Manahati Zebua (2016:188) menyebutkan bahwa pembangunan dan pengembangan

pariwisata sering disebut akan memberikan hasil yang berlipat ganda (multiplier effect) pada

berbagai pembangunan sektor lain sebagai efek ekonomi. Menurut menpar Arief Yahya (2019,

idntimes.com) pariwisata berhasil meningkatkan PAD di sebagian besar daerah nusantara.

1

Page 18: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Sumber: Kembudpar, 2018

Gambar 1.2. Pendapatan negara sektor pariwisata

Gambar 1.1 menjelaskan data jumlah kunjungan wisman ke Indonesia sebanyak 1.405.554

orang dengan pendapatan devisa dari sektor pariwisata yang diperoleh sebanyak $ 16,1 juta yang

ditampilkan pada gambar 1.2. Hal tersebut menjadikan pariwisata menjadi sektor unggulan

setelah ekspor kelapa sawit.

Sumber: Data BPS dan Kemenperindag diolah, 2018

Gambar 1.3. Urutan sektor penghasil devisa terbesar tahun 2018

Intensitas wisata yang semakin meningkat telah menjadi sumber pendapatan yang potensial

bagi negara (Shidarta, dkk., 2018:271). Menurut LIPI (2018), sektor pariwisata mendukung

pertumbuhan ekonomi nasional dengan angka di atas sektor lainnya (www.lipi.go.id).

Berdasarkan data UNWTO (2017), pendapatan secara global dari sektor pariwisata

mencapai $1.340 billion dengan kunjungan turis sebanyak 1.326 million. Menurut WTTC

(World Travel & Travel Council) pada tahun 2018, sektor pariwisata tumbuh sebesar 3,9%

Page 19: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

dengan memberikan kontribusi $8,8 trillion serta memberikan 319 million lapangan pekerjaan

bagi perekonomian dunia.

Gambar 1.4. Data kunjungan turis secara global dan prediksinya

Gambar 1.1 menggambarkan bahwa pangsa pasar sektor pariwisata untuk kawasan Asia-pasifik

menempati urutan teratas secara global. Untuk Indonesia, kunjungan wisman mencapai 16 juta

orang dengan devisa yang terserap sebanyak $17,6 miliar (www.ekbis.sindonews.com).

Indonesia menempati ranking 70 pada 2013 naik menjadi ranking 50 pada 2015 dan ranking 42

pada 2017 berdasarkan Tourism Index, yang dikeluarkan oleh World Travel and Tourism

Council (WTTC).

Sumber: Kemenpar, 2019

Gambar 1.5. Kontribusi pariwisata terhadap PDB

Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah

jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi pada suatu daerah di

saat tertentu. Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan alat pengukur dari pertumbuhan

ekonomi. PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di

dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari

Page 20: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang

bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara

tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam

negeri atau tidak. Gambar 1.5 memperlihatkan bahwa sektor pariwisata menyumbang devisa

sebesar 224 triliun rupiah dengan realisasi pada PDB sebanyak 5,25% pada tahun 2018. Hal ini

tentunya dapat menjadi gambaran bahwa pariwisata dapat menjadi salah satu penggerak

perekonomian nasional. Pemerintah melalui Kementrian Pariwisata menargetkan kunjungan

wisatawan sebanyak 20 juta orang wisatawan dengan proyeksi pendapatan sekitar Rp. 280 triliun

(Kemenpar.go.id).

Tidak hanya berpengaruh pada Produk Domestik Bruto, sektor pariwisata secara langsung

juga akan mempengaruhi pendapatan asli daerah tempat daerah tujuan wisata berada. PAD dapat

merujuk pada Peraturan Menteri Dalam Negeri atau Permendagri No. 37 Tahun 2014 tentang

Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam peraturan

tersebut, Pendapatan Asli Daerah menjadi salah satu bagian dari Pendapatan Daerah yang

dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran dan merupakan perkiraan yang terukur secara

rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. PAD yang dapat diperoleh

oleh pemerintah daerah terkait pariwisata berasal dari pajak dan retribusi komponen-komponen

yang berhubungan dengan jalannya pariwisata serta pengelolaan daerah tujuan wisata. Sebagai

contoh, Pada 2017 lalu, PAD Kabupaten Banyuwangi dari sektor pariwisata mencapai Rp 22

miliar. Lalu pada 2018, PAD dari sektor pariwisata mencapai Rp 29 miliar

(https://travel.detik.com/travel-news/d-4602950). Dinas Pariwisata Kota Palembang, Sumatera

Selatan mencatat sumbangan pendapatan asli daerah dari bisnis sektor pariwisata sepanjang 2018

cukup besar mencapai Rp185 miliar (http://www.neraca.co.id/article/113504).

Berbeda dari sudut pandang ekonomi, sektor pariwisata dapat dipandang dari sisi suatu

kebutuhan manusia. Maslow (1970) mengungkapkan teori kebutuhan dasar manusia, yaitu

kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan penghargaan dan

kebutuhan aktualisasi diri. Dari sudut pandang teori tersebut, teori kebutuhan Maslow menjadi

dasar penting bagi manusia dalam hal motivasi untuk bepergian (travel) dan umumnya dalam hal

pariwisata (Mokhtarian, dkk., 2015:6). Travelling merupakan kebutuhan manusia disebabkan

adanya eksistensi/aktualisasi seseorang pada suatu tempat, menambah wawasan serta sebagai

sarana hiburan. Banyaknya destinasi wisata dari negara-negara di dunia membuat orang-orang

Page 21: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

untuk berlibur. Berdasarkan hasil Indonesia E-Tourism Summit (IETS) 2013 di Bali, travelling

menjadi kebutuhan kedua orang Indonesia setelah kebutuhan pokok (www.liputan6.com).

Pariwisata di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dewasa ini seiring

dengan kemajuan teknologi. Pariwisata merupakan sumber devisa negara setelah pajak dan

migas. Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara

menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat baik dari segi

ekonomi, sosial dan budaya. Oleh karena itu, diperlukan adanya keterpaduan dan sinergi yang

meliputi :

1. Integrasi perencanaan sektor secara horizontal. Yang dimaksud perencanaan horizontal

yaitu memadukan serta mensinergikan perencanaan dari berbagai sektor yang

menghasilkan keuntungan bagi daerah itu sendiri seperti pertanian dan konservasi yang

berada di hulu, perikanan, pariwisata, perhubungan laut, industri maritim, pertambangan

lepas pantai, konservasi laut dan sektor pengembangan kota.

2. Integrasi perencaan sektor secara vertikal yaitu integrasi kebijakan- kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah daerah guna mengatur pengelolaan potensi yang ada dan

perencanaan mulai dari tingkat yang terendah yang meliputi tingkat desa, Kecamatan,

Kabupaten kota, Provinsi, sampai tingkat nasional.

3. Integrasi antara ekosistem dengan laut. Hal ini diprioritaskan dengan menggunakan

kombinasi pendekatan batas ekologis. Dengan demikian, dampak dari suatu kegiatan di

pesisir seperti potensi pariwisata bahari maupun wisata pendukung lainnya perlu di

perhitungkan dalam pengelolaan daerah pesisir.

4. Integrasi Sains dan teknologi dengan menejemen yang didasarkan pada input data dan

informasi ilmiah yang valid untuk alternatif dalam mempertimbangkan kondisi yang ada,

karakteristik sosial ekonomi budaya kelembagaan dan bio-geofisik lingkungan setempat.

5. Integrasi serta kerjasama antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat guna

mengendalikan faktor-faktor penyebab kerusakan sumber daya pesisir maupun ekosistem

laut yang ada di dalamnya yang bersifat lintas Negara. Dengan tercapainya hal di atas

akan menciptakan simbiosis mutualisme yang pastinya akan sangat menguntungkan bagi

kedua belah pihak yaitu pemerintah pusat dengan daerah serta pemerintah daerah dengan

aspek kesejahteraan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.

Page 22: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Pengembangan pariwisata harus memperhatikan kelestarian, lingkungan (ekologis), aspek

sosial, ekonomi, budaya, politik, hukum dan kelembagaan serta pertahanan keamanan dalam

ruang lingkup yang mencakup daerah maupun nasional. Ironisnya, dalam pengembangan sebagai

industri, pariwisata telah menyebabkan dampak negatif akibat pengelolaan yang belum terpadu.

Sebagai contoh, meningkatnya penderita HIV dan AIDS akibat pembangunan hotel-hotel

penyedia hiburan malam di sekitar wilayah wisata. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa hotel-

hotel atau bangunan-bangunan penyedia tempat penginapan merupakan salah satu faktor

penunjang pariwisata. Sebagai contoh, Pantai Karabia yang terletak di Teluk Mexico telah

menghancurkan daerah pesisir yang meliputi pantai serta pulau-pulau kecil di dalamnya yang

sebenarnya merupakan salah satu daya tarik mendatangkan wisatawan.

Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari dua pulau merupakan salah satu provinsi

yang memiliki kekayaan alam yang berpotensi dijadikan daerah tujuan wisata. Letaknya yang

bersebelahan dengan pulau dewata dapat menjadikan Nusa Tenggara Barat menjadi tujuan

wisata potensial bagi wisatawan asing dan domestik. Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas

dua pulau besar, yaitu Lombok dan Sumbawa dan dikelilingi oleh 280 pulau-pulau kecil.

Luas wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 49.312,19 km2 teriri dari daratan

seluas 20.153,15 Km2 (40,87%) dan perairan laut seluas 29.159,04 Km

2 (59,13%) dengan

panjang garis pantai 2.333 km. Luas Pulau Sumbawa mencapai 15.414,5 km2 (23,51%).

Berdasarkan data statistik dari lembaga meteorologi, temperatur maksimum berkisar antara 30,9°

– 32,1° C, dan temperatur minimum berkisar antara 20,6° - 24,5°C. Sebagai daerah tropis, Nusa

Tenggara Barat mempunyai rata-rata kelembaban yang relatif tinggi, yaitu antara 48-95%. Letak

dan kondisi Geografis Nusa Tenggara Barat terletak antara Barat - Timur 115° 46' – 119O 5'

Bujur Timur Utara - Selatan 8° 10' – 9O 5' Lintang Selatan dengan Batas Wilayah sebelah Utara

dengan Laut Jawa dan Laut Flores sedangkan sebelah Selatan Dengan Samudra Indonesia.

Sebelah Barat dengan Selat Lombok (Prov. Bali) dan sebelah Timur berbatasan dengan Selat

Sape (Prov. NTT).

Page 23: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Gambar 1.6. Provinsi Nusa Tenggara Barat

Sumber: Disparbud Prov. NTB, 2018

Gambar 1.7. Kunjungan wisatawan Prov. NTB

Dari gambar 1.7. memperlihatkan bahwa jumlah kunjungan wisman pada triwulan I

sebanyak 288.892 orang dan wisnus sebanyak 328.556 orang. Pada triwulan II, wisman sebanyak

572.512 orang dan wisnus sebanyak 953.671 orang. Pada triwulan III wisman sebanyak 241.668

orang dan wisnus sebanyak 378.730 orang. Dan pada triwulan IV wisman sebanyak 101.484

orang dan wisnus sebanyak 158.261 orang. Total wisman pada tahun 2018 sebanyak 1.204.556

orang dan wisnus sebanyak 1.819.218 orang. Dengan jumlah wisatawan yang berkunjung

Page 24: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

tersebut, Provinsi NTB mendapatkan PAD sebanyak Rp. 1,6 triliun dengan pemasukan dari

sektor pariwisata sebesar Rp. 1,7 triliun.

Sumber: Disparbud Prov. NTB, 2018

Gambar 1.8. Jumlah obyek wisata NTB 2018

Provinsi NTB melalui Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 menetapkan kawasan

strategis daerah (KSPD) yang terdiri dari 11 kawasan, 4 KSPD di pulau Lombok dan 7 KSPD di

pulau Sumbawa. KSPD pulau Lombok : kawasan Mataram Metro, kawasan Senggigi-Tiga gili,

kawasan Kuta-Mandalika, kawasan Rasimas-Sembalun. KSPD pulau Sumbawa: kawasan

Alasutan, kawasan Pototano-Maluk, kawasan Batu Hijau-Dodorinti, kawasan Samota, kawasan

Hu‟u, kawasan teluk Bima dan kawasan Waworada-Sape. Menurut data dinas pariwisata

propinsi NTB, perolehan devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2018 mencapai 16 miliar dolar

AS dari target 17 miliar dolar AS. Untuk tahun 2019, target perolehan devisa pariwisata dipatok

pada angka 17,6 miliar dolar AS (www.dpr.go.id).

Selaras dengan tujuan dari target pendapatan sektor pariwisata Provinsi NTB, Kota Bima

sebagai salah satu daerah juga berupaya untuk mendukung misi tersebut. Selain sebagai salah

satu daerah penyumbang pendapatan provinsi, Kota Bima juga mengusahakan sektor pariwisata

bagi daerahnya sendiri dalam rangka mensejahterakan masyarakatnya. Kota Bima merupakan

salah satu Daerah Otonom di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terletak di bagian timur Pulau

Sumbawa pada posisi 118°41'00"-118°48'00" Bujur Timur dan 8°20'00"-8°30'00" Lintang

Selatan. Kota Bima memiliki areal tanah berupa: persawahan seluas 1.923 hektar (94,90%

merupakan sawah irigasi), hutan seluas 13.154 ha, tegalan dan kebun seluas 3.632 ha, ladang dan

huma seluas 1.225 ha dan wilayah pesisir pantai sepanjang 26 km. Secara umum kondisi tanah di

Kota Bima didominasi oleh gunung batu, hal ini menyebabkan rata-rata masyarakatnya bertani

dengan menanam jagung dan tanaman keras lainnya. Tingkat curah hujan rata-rata 132,58 mm

Page 25: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

dengan hari hujan: rata-rata 10.08 hari/bulan. Sementara matahari bersinar terik sepanjang

musim dengan rata-rata intensitas penyinaran rata-rata 21 °C sampai 30,8 °C.

Kota Bima memiliki beberapa daerah tujuan wisata, yaitu :

1. Wisata alam : gunung Pundu Nence, gua Ringi Ncanga, air terjun Busu, air terjun

Maronci

2. Wisata pantai: pantai Sonumbe, pantai Kolo, pantai Ule, pantai Amahami, Pantai

Lawata, pantai Kalaki, pantai So Ati, pantai Buntu

3. Wisata budaya: tenun songket di Rambadompu

4. Wisata sejarah: museum Asi Mbojo (Istana Bima) di Rasanae Barat

5. Wisata kuliner: Uta Maju (daging rusa)

Gambar 1.9. Kota Bima, Provinsi NTB

PAD Kota Bima pada tahun 2018 mencapai Rp. 35 miliar dengan kontribusi sektor

pariwisata mencapai Rp. 1,7 miliar dengan banyaknya kunjungan wisatawan mancanegara

sebanyak 1.152.022 orang dan wisatawan nusantara sebanyak 36.465 orang. Hal ini tentunya

menandakan bahwa sektor pariwisata di Kota Bima sangat menjanjikan untuk dikembangkan

dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah.

Untuk menjadikan suatu daerah menjadi daerah tujuan wisata, tentunya tidak terlepas dari

peran masyarakat setempat khususnya dan peran pemerintah daerah serta para pelaku sektor

pariwisata. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, sarana, prasarana dan fasilitas pendukung

Page 26: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

wisata harus dapat terpenuhi. Sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah

(RIPPDa) Kota Bima:

1. Merancang sebuah Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah yang Komprehensif,

terpadu dan berkelanjutan serta berdaya saing yang sesuai dengan karakteristik fisik dan

non fisik daerah, serta nilai-nilai agama dan budaya masyarakat setempat

2. Memberikan arah kebijakan dalam membangun kepariwisataan yang dilandasi dengan

kebijakan pembangunan serta memberikan pedoman tentang perencanaan yang

dibutuhkan dalam pembangunan pariwisata

3. Memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai pembangunan potensi kebudayaan

dan pariwisata yang meliputi daya tarik wisata, usaha sarana wisata, usaha jasa wisata

dan usaha lain pendukung pariwisata

4. menjadi acuan bagi seluruh stakeholder pariwisata agar dapat bekerjasama secara positif

dalam mekanisme kerjasama untuk pembangunan kepariwisataan

Dalam RPJMD (rencana pembangunan jangka menengah daerah) 2018-2023 Kota Bima,

sektor pariwisata mendapat dukungan karena pengembangan kawasan pesisir dengan konsep

Kota Tepian Air sedang diangkat sebagai isu strategis. Pembangunan terminal tipe A untuk

AKAP, pembangunan sarana parkir, pembukaan dan perawatan jalan juga menjadi isu strategis

yang menjadi perhatian pemerintah Daerah Kota Bima.

Menurut Middleton (2019:58), ada lima komponen yang harus ada dalam produk wisata,

yaitu :

1. Atraksi wisata di daerah tujuan wisata; natural attraction, built attraction, cultural

attraction, social attraction

2. Fasilitas dan pelayanan di daerah tujuan wisata

3. Aksebilitas menuju daerah tujuan wisata

4. Image daerah tujuan wisata

5. Harga yang dikenakan pada konsumen

Pengembangan sektor pariwisata ini tidak dapat serta merta terwujud dengan lancar dan

baik. Seperti sektor lain yang dikembangkan, pengembangan sektor pariwisata tidak dapat

terlepas dari adanya kekurangan dan hambatan. Menurut Bappenas, luasnya wilayah Indonesia,

biaya besar untuk sarana prasarana, serta kemampuan sumber daya manusia pada sektor

pariwisata menjadi kendala penting bagi pengembangan pariwisata Indonesia

Page 27: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

(www.bappenas.go.id). Hal serupa diungkapkan oleh Singgalen, dkk. (2018:175) bahwa

permasalahan pengembangan pariwisata disebabkan oleh manusia, alam dan pendanaan. Tenaga

terampil, infrastruktur serta bencana alam dapat menghambat pengembangan pariwisata.

Target pemerintah daerah Kota Bima sesuai dengan tema pengembangan pariwisata,

“Pembangunan Wisata Berbasis Edukasi, Rekreasi dan Gaya Hidup Aktif”, antara lain :

1. Meningkatnya kualitas ODTW bahari dan ODTW sejarah dan budaya

2. Meningkatnya kualitas infrastruktur dan fasilitas penunjang pariwisata

3. bertambahnya kawasan wisata baru di kota bima

4. meningkatnya kunjungan wisata di kota bima

5. meningkatnya kontribusi positif sektor pariwisata terhadap perekonomian

masyarakat

6. meningkatnya kontribusi positif sektor pariwisata terhadap sosial budaya

masyarakat kota bima

7. memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan alam

Permasalahan yang terjadi di Kota Bima dalam mengembangkan potensi pariwisata

diungkapkan oleh Walikota Bima, antara lain fasilitas pendukung (air bersih dan listrik),

kebijakan pemerintah, serta aspek keamanan dan kenyamanan (www.bimakini.com). Kota Bima

merupakan Kota kedua terkecil setelah Kota Mataram dengan luas hanya 222,25 Km2

sebanyak

0,45% dari luas Provinsi NTB dengan topografi dataran sebanyak 95% yang kebanyakan adalah

kebun dan ladang dengan kondisi tanah didominasi oleh gunung batu. Permasalahan pada sektor

pariwisata Kota Bima yang dapat diungkapkan oleh penulis yang pertama adalah topografi tanah

yang tidak rata dimana pada umumnya sarana jalan, penunjang jalan, sarana umum (toilet umum,

tempat ibadah, sarana parkir, tempat istirahat), pusat cinderamata dan oleh-oleh, serta

transportasi menjadi kendala. Sedangkan untuk destinasi wisata berupa pantai, sarana dermaga,

air bersih dan listrik yang biasanya menjadi kendala. Adat istiadat serta sumber daya manusia

terampil menjadi kendala yang dihadapi berikutnya. Menurut Ahmad dan Argubi (2018), Hampir

semua daya tarik wisata yang ada di Kota Bima belum dikemas secara menarik, padahal minat

masyarakat untuk mengunjungi daya tarik wisata sangat besar. Dengan demikian upaya untuk

meningkatkan mutu dan layanan daya tarik wisata di Kota Bima perlu terus dilakukan. Menuru

Kadis Dikbud NTB, Muh. Suruji (2018), pengembangan pariwisata dan pendidikan belum

berjalan seiring, SMK khusus pariwisata belum ada (www.suarantb.com).

Page 28: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul, :”Analisis Potensi Sektor Pariwisata di Kota Bima Provinsi Nusa

Tenggara Barat”.

B. Identifikasi Masalah

1. Target pendapatan daerah sektor pariwisata belum tercapai

2. Penentuan sektor-sektor basis dan non-basis sebagai pendukung sektor pariwisata belum

jelas

3. Sektor pariwisata belum maksimal dalam mendukung laju pertumbuhan ekonomi lokal

4. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD dan PDRB belum maksimal

5. Daerah-daerah tujuan wisata masih banyak yang berpotensi untuk dikembangkan

6. Pembangunan sarana dan fasilitas pendukung daerah tujuan wisata masih belum

maksimal

7. Ketersediaan sumber daya manusia pendukung pariwisata masih minim

8. Promosi daerah tujuan wisata yang potensial belum ada

C. Batasan Masalah

1. Penelitian ini menggunakan Location Quotient (LQ) dalam menentukan sektor basis dan

non basis terkait sektor pariwisata di Kota Bima

2. Penelitian ini menggunakan Analisis shif share dalam menentukan perkembangan sektor

pariwisata di Kota Bima

3. Penelitian ini menggunakan Analisis Tipologi Klassen dalam menentukan pertumbuhan

ekonomi terkait sektor pariwisata di Kota Bima

4. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT potensi sektor pariwisata di Kota Bima

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah, permasalahan dalam penelitian dapat dibuat

sebagai berikut:

1. “Bagaimana Location Quotient (LQ) dalam mengklasifikasikan sub sektor basis dan non

basis terkait sektor pariwisata di Kota Bima?”

2. “Bagaimana Analisis shift share dalam menentukan perkembangan sektor pariwisata di

Kota Bima?”

Page 29: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

3. “Bagaimana Analisis Tipologi Klassen dalam menentukan pertumbuhan ekonomi terkait

sektor pariwisata di Kota Bima?”

4. “Bagaimana analisis SWOT potensi sektor pariwisata di Kota Bima?”

E. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan sub sektor basis dan non basis terkait

sektor pariwisata di Kota Bima menggunakan analisis location quotient (LQ)

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan sektor pariwisata di Kota Bima

menggunakan analisis shift share

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi terkait sektor pariwisata

di Kota Bima menggunakan analisis Tipologi Klassen

4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi sektor pariwisata di Kota Bima

menggunakan analisis SWOT

F. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini bermanfaat bagi penulis dalam menambah ilmu, pengetahuan serta

wawasan dalam mengembangkan potensi pariwisata terkait jurusan yang penulis ambil,

yakni ekonomi pembangunan

2. Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat di lingkungan daerah tujuan wisata yang akan

dikembangkan untuk mengetahui strategi pengembangan potensi wisata di daerah

tersebut

3. Penelitian ini bermanfaat bagi Pemerintah Kota Bima khususnya Dinas Pariwisata

sebagai bahan masukan dan informasi terkait pengembangan daerah tujuan wisata

4. Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat khususnya peneliti dan praktisi terkait

kepariwisataan, pembangunan daerah sebagai penambah informasi serta dalam

melakukan penelitian lanjutan dari penelitian ini

Page 30: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis dan Potensi

Analisis atau analisa berasal dari kata Yunani kuno “analusis” yang berarti melepaskan.

Analusis terbentuk dari dua suku kata, yaitu “ana” yang berarti kembali, dan “luein” yang berarti

melepas, jika digabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau menguraikan. Kata

“analusis” ini diserap kedalam bahasa inggris menjadi “analysis”, yang kemudian juga diserap

juga ke dalam bahasa Indonesia menjadi “analisis”. Menurut Komaruddin (2001:53) seperti

dikutip oleh Junaidi (2015:3), analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu

keseluruhan menjadi komponen sehinga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya

satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu.

Analisis/ana·li·sis/ n 1 penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan

sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya,

dan sebagainya); 2 Man penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian

itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman

arti keseluruhan; 3 penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya; 4 pemecahan persoalan yang

dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.

Potensi/po·ten·si/ /poténsi/ n kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk

dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. Menurut Munroe (2016:21), potensial merupakan

kemampuan yang terbengkalai, kekayaan yang belum diolah, keindahan yang masih

tersembunyi, daya tarik yang masih tertutup, kekuatan yang masih tertutup. Menurut Ensiklopedi

Indonesia, Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan.

Potensi adalah kemampuan yang belum dibukakan, kuasa yang tersimpan, kekuatan yang belum

tersentuh, keberhasilan yang belum digunakan, karunia yang tersembunyi atau dengan kata lain

potensi adalah kemampuan atau kekuatan atau daya, dimana potensi dapat merupakan bawaan

atau bakat dan hasil stimulus atau latihan dalam perkembangan (www.abihafiz.wordpress.com).

16

Page 31: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

B. Pariwisata

Menurut etimologi, kata tour berasal dari bahasa Latin „tornare‟ dan Yunani „tornos,‟

mempunyai arti „lingkaran; pergerakan mengelilingi titik pusat‟. Imbuhan -ism berarti aksi atau

proses, sedangkan imbuhan -ist menyatakan melakukan aksi. Penggabungan kata tour dan

imbuhan -ism dan -ist berarti aksi dari pergerakan di sekitar lingkaran. Seperti lingkaran, wisata

merepresentasikan perjalanan yang bersifat kembali lagi, yakni perilaku meninggalkan/pergi

kemudian kembali pada titik awal, orang yang melakukan perjalanan tersebut disebut dengan

turis.

Menurut UU No. 10 Tahun 2009, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam

jangka waktu sementara. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan

Pemerintah Daerah. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata

dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang

dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang

memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,

dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Daerah tujuan

pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada

dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas

umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi

terwujudnya kepariwisataan.

Pariwisata/pa·ri·wi·sa·ta/ n yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi;

pelancongan; turisme. Menurut Raju (2012:2) pariwisata muncul dari pergerakan orang ke suatu

tempat dan mereka menetap di tempat tersebut pada berbagai tempat tujuan. Pariwisata memiliki

elemen perjalanan ke tempat tujuan serta menetap dan beraktivitas pada tujuan tersebut.

Kegiatan perjalanan serta menginap berada di luar tempat tinggal dan tempat kerja. Pergerakan

ke tempat tujuan bersifat sementara, dalam jangka pendek dan akan kembali ke tempat semula

dalam waktu beberapa hari, minggu atau bulan. Lickorish dan Jenkins (1997:2) pariwisata

menyiratkan bahwa seseorang melakukan perjalanan yang mungkin kurang dari sehari (day

Page 32: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

tripper / pengunjung); atau perjalanan dalam batas nasional/wisata domestik; atau mungkin

perjalanan yang melintasi batas internasional/wisata internasional.

Pariwisata adalah kegiatan yang terjadi ketika orang menyeberang perbatasan untuk liburan

atau bisnis dan tinggal setidaknya 24 jam tetapi kurang dari satu tahun (Mill and Morrison,

1998: 2). Menurut WTO atau World Tourism Organization, Pariwisata adalah kegiatan manusia

yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya.

Prof. Salah Wahab dalam Yoeti (2008:116) Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang

mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan

penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,

sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri

kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi. Spillane (1982:20) dalam

Ahmad dan Rio (2015:567) mengemukakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan

perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu,

memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan

lain-lain.

Baggio (2013:3) menjelaskan karakteristik dari pariwisata antara lain:

Pergerakan orang-orang ke suatu tujuan dibedakan menjadi perjalanan (journey) dan

menetap (stay) di luar dari tempat tinggal dan pekerjaan

Perpindahan dilakukan secara sementara dengan durasi relatif singkat, yang berbeda dari

migrasi

Melakukan aktivitas berbeda dari orang-orang di daerah yang dikunjungi

Maksud dari pariwisata adalah rekreasi, bukan untuk mencari tempat tinggal permanen

atau bekerja di tempat yang dikunjungi

Pariwisata merupakan penjabaran dari kegiatan kesenangan dengan menggunakan uang,

waktu bebas dan keinginan sendiri

C. Jenis pariwisata

Berkunjung ke suatu tempat untuk wisata bagi semua orang merupakan kegiatan yang

menyenangkan. Bagi sebagian orang, wisata akan lebih menyenangkan dan meningkatkan nilai

wisata bagi dirinya apabila mereka melakukan wisata atau mengunjungi tempat-tempat tertentu

yang memiliki atraksi atau ciri khas tertentu. Hal ini dipengaruhi dari jenis-jenis pariwisata yang

dikehendaki masing-masing pengunjung wisata.

Page 33: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Adapun berbagai jenis pariwisata berdasarkan motif perjalanan wisata (Yoeti, 2008:127),

yaitu:

1. Wisata budaya, motivasinya untuk mengetahui dan mempelajari kebudayaan tertentu

2. Wisata perjalanan, umumnya berpergian menikmati keindahan alam

3. Wisata kesehatan dan rekreasi, motifasinya mengunjungi lokasi untuk bersantai dan

menikmati serta menyegarkan wisatawan akan kondisi jasmani dan rohani

4. Wisata olahraga, motifasinya untuk berolahraga seperti mendaki gunung, berburu, atau

ikut serta dalam kegiatan olahraga seperti Olympiade

5. Wisata komersil untuk urusan dagang, motivasinya mengunjungi pameran-pameran atau

pekan raya atau festival yang bersifat komersial menyangkut kebutuhan atau profesi dari

wisatawan tersebut

6. Wisata maritim, motivasinya menyaksikan keindahan laut, pantai, sungai dan danau

Berbagai jenis pariwisata berdasarkan letak geografis :

1. Pariwisata lokal (local tourism)

2. Pariwisata regional (regional tourism)

3. Pariwisata nasional (national tourism)

4. Pariwisata regional-internasional

5. Kepariwisataan dunia (international tourism)

Menurut Ismayanti (2012:10) jenis wisata dibagi menjadi beberapa jenis yakni sebagai

berikut:

1. Wisata Kuliner. Wisata untuk mengenyangkan dan memanjakan perut pengunjung

dengan aneka ragam masakan khas, juga untuk mendapatkan pengalaman menarik dari

sensasi kuliner daerah

2. Wisata Olahraga. Wisata yang dipadukan dengan kegiatan olahraga. Kegiatan wisata ini

berupa kegiatan olahraga aktif yang membuat pengunjung melakukan gerakan olah

tubuh. Selain itu, pengunjung juga dapat hanya menjadi penikmat dan pecinta olahraga

saja

3. Wisata komersial. Wisatawan yang melakukan perjalanan untuk mengunjungi pameran-

pameran dan festival yang bersifat komersial seperti pameran industri, pameran dagang

dan sebagainya

4. Wisata bahari. Wisata yang dikaitkan dengan dengan pantai, air laut, dan pulau

Page 34: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

5. Wisata industri. Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan orang-orang awam ke suatu

tempat perindustrian dengan maksud dan tujuan untuk melihat proses industri

6. Wisata Bulan Madu. Perjalanan yang dilakukan pasangan pengantin baru dengan

fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan

7. Wisata Cagar Alam. Wisata yang mengkhususkan ke tempat atau cagar alam, Taman

lindung, pegunungan, hutan daerah dan sebagainya, yang kelestariannya dilindungi oleh

Undang-Undang.

Menurut AH Mir (2008, dalam Pineda dan Brebbia, 2016:67), tujuan utama dari suatu

perjalanan dapat menentukan bentuk dan jenis dari wisata.

1. Archeological tourism. Bentuk alternatif dari wisata budaya dengan tujuan

mempromosikan dan melestarikan sejarah arkeologi

2. Cultural heritage tourism. Wisata warisan budaya merupakan yang terbanyak di dunia.

Wisata yang menunjukkan identitas suatu daerah

3. Pilgrimage tourism. Dalam hal keagamaan dan spiritual, ziarah merupakan perjalanan

panjang dalam pencarian moral dan batin. Wisata ziarah merupakan bagian penting bagi

pengikut keagamaan

4. Adventure tourism. Bagian dari wisata yang melibatkan eksplorasi perjalanan yang

eksotik, dimana traveler mengharapkan apa yang tidak diharapkan berupa tantangan

5. Agri tourism. Merupakan liburan di pertanian. Pengunjung dapat hanya melihat maupun

terlibat dalam proses pertanian

6. Atomic tourism. Berkaitan dengan tempat atau situs sejarah atom

7. Bookstore tourism. Merupakan bagian dari wisata budaya yang mempromosikan toko

buku yang berada dalam destinasi wisata

8. Disaster tourism. Aksi perjalanan ke daerah bencana untuk melihat proses pemulihan,

maupun peninggalan bencana

9. Drug tourism. Pengenalan jenis obat terlarang maupun penggunannya

10. Excursions. Perjalanan sekelompok orang untuk kesenangan atau tujuan pendidikan ke

suatu tempat

11. Garden tourism. Kunjungan ke kebun botani atau taman bersejarah

12. Medical tourism. Perjalanan yang bertujuan melihat praktik medis

13. Shark tourism. Kunjungan ke habitat hiu

Page 35: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

14. Space tourism. Kunjungan untuk mempelajari perihal terkait pesawat dan luar angkasa

15. Eco-tourism. Industri wisata terkait lingkungan dan budaya lokal

16. Water tourism. Wisata air

17. Wild life tourism. Wisata di alam bebas

18. Wine tourism. Wisata pengolahan minuman anggur

D. Pengembangan Pariwisata

Pengembangan suatu daerah menjadi destinasi wisata bukanlah proses yang mudah. Banyak

pertimbangan yang harus dilakukan, baik oleh masyarakat, pemerintah daerah, pengelola

maupun pemerintah pusat.

Menurut Bhatia (2012:222), suatu pemerintahan sebelum mengembangkan sektor pariwisata

harus memperhatikan isu-isu :

1. Pertumbuhan rata-rata sektor pariwisata, apakah akan dikembangkan menjadi wisata

massal, dikembangkan perlahan, atau selektif

2. Peran sektor pariwisata bagi perekonomian nasional, serta kesesuaian perkembangan dan

pertumbuhannya mengacu pada perencanaan pengembangan nasional, regional dan lokal

3. Aturan atau undang-undang untuk sektor publik dan private dalam pengembangan

industri pariwisata

4. Aturan atau undang-undang untuk pelaku usaha domestik dan asing

5. Kebijakan yang akan dibuat, apakah sama dengan industri lainnya atau adanya kebijakan

khusus

6. Kebijakan pengembangan industri pariwisata, apakah jangka panjang atau jangka pendek

Menurut UN-WTO (2011), tanggung jawab pemerintah dalam penentuan kebijakan sektor

pariwisata berada dalam beberapa hal berikut:

1. Menentukan kebijakan operasional bagi sektor publik dan swasta

2. Menentukan kebijakan leglislasi, regulasi dan kontrol, pelesatarian lingkungan dan

budaya

3. Kebijakan pembangunan infrastruktur pariwisata

4. Kebijakan pembangunan kualitas SDM penunjang sektor pariwisata

5. Implementasi kebijakan pariwisata, yakni evaluasi kekayaan pariwisata, identifikasi dan

kategorisasi produk wisata unggulan dan kompetitif, menentukan persyaratan dan

Page 36: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

ketentuan penyediaan infrastruktur pada keragaman pariwisata, serta mengelaborasi

program pembiayaan dalam aktivitas pariwisata

Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDa) Kota Bima:

5. Merancang sebuah Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah yang Komprehensif,

terpadu dan berkelanjutan serta berdaya saing yang sesuai dengan karakteristik fisik dan

non fisik daerah, serta nilai-nilai agama dan budaya masyarakat setempat

6. Memberikan arah kebijakan dalam membangun kepariwisataan yang dilandasi dengan

kebijakan pembangunan serta memberikan pedoman tentang perencanaan yang

dibutuhkan dalam pembangunan pariwisata

7. Memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai pembangunan potensi kebudayaan

dan pariwisata yang meliputi daya tarik wisata, usaha sarana wisata, usaha jasa wisata

dan usaha lain pendukung pariwisata

8. menjadi acuan bagi seluruh stakeholder pariwisata agar dapat bekerjasama secara positif

dalam mekanisme kerjasama untuk pembangunan kepariwisataan

Menurut Bhatia (2012:227), dalam perencanaan pengembangan pariwisata, hal pertama

yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan (establishing objectives). Hal ini merupakan

dasar dari pengembangan pariwisata, dimana pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan

standar hidup dari masyarakat di daerah tujuan wisata, meningkatkan investasi daerah dan

mendongkrak perekonomian nasional. Konsep perencanaan menyediakan pandangan dalam

mengembangkan pariwisata masa depan. Konsep perencanaan biasanya memuat, tujuan

perencaan, pemilihan tempat wisata, fasilitas yang dibutuhkan, atraksi pendukung, penggunaan

lahan serta kontrolnya, biaya yang dibutuhkan serta kebijakan yang mendukung. Hal kedua

adalah perencanaan tata ruang (territorial planning). Pengembangan dan pembangunan daerah

wisata harus sesuai dengan kebijakan rencana tata ruang wilayah yang sudah dibuat oleh

pemerintah daerah, jangan sampai menyalahi atau mengganggu pembangunan daerah yang sudah

direncanakan. Hal berikutnya adalah pemasaran (marketing and promotion). Pemasaran dan

promosi daerah wisata yang baik dapat menarik wisatawan lebih menikmati dan terkesan dengan

paket pariwisata yang tersedia. Pemasaran dan promosi dilakukan dengan berbagai saluran

komunikasi, seperti katalog, iklan, public relations, dsb. Hal berikutnya adalah melakukan

monitoring progress. Hal ini terkait dengan pantauan secara periodik untuk menilai keunggulan

Page 37: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

dan kelemahan pada proses perencanaan yang telah dilakukan serta solusinya. Hal kelima yang

diperhatikan adalah environmental planning. Pengembangan dan pembangunan sektor pariwisata

harus memperhatikan aspek lingkungan, kebijakan yang baik dapat melestarikan lingkungan

wisata dan lingkungan hidup manusia. Hal terakhir adalah pertimbangan kapasitas dan

berkelanjutan (carrying capacity and sustainability). Pengembangan dan pembangunan sektor

pariwisata harus memperhatikan kapasitas wisatawan yang dapat ditampung serta

memperhatikan pengembangan yang berkelanjutan. Wisatawan yang berkunjung ke hutan hujan

yang masih liar harus dibatasi karena dapat mengganggu ekosistem.

Menurut Middleton (2019:58), ada lima komponen yang harus ada dalam produk wisata,

yaitu :

6. Atraksi wisata di daerah tujuan wisata; natural attraction, built attraction, cultural

attraction, social attraction

7. Fasilitas dan pelayanan di daerah tujuan wisata

8. Aksebilitas menuju daerah tujuan wisata

9. Image daerah tujuan wisata

10. Harga yang dikenakan pada konsumen

Unsur-unsur pariwisata menurut Pendit (1994) dalam Putra (2019:15) antara lain:

1. Akomodasi. Merupakan tempat tinggal sementara bagi pengunjung. Sekarang telah

berkembang luas ke arah pemenuhan kebutuhan dasar lainnya seperti makan, perjalanan,

rekreasi, dsb.

2. Jasa boga dan restoran. Pengadaan makanan dan minuman secara komersial pada saat

berwisata maupun untuk di bawa pulang

3. Transportasi dan jasa angkutan. Angkutan menuju atau di dalam destinasi wisata untuk

memudahkan pergerakan pengunjung

4. Atraksi wisata. Kegiatan yang dapat menarik minat pengunjung, baik dilihat saja maupun

dilakukan pengunjung

5. Cinderamata. Barang-barang khas destinasi wisata yang dapat dibawa oleh pengunjung

6. Biro perjalanan. Badan usaha pelayanan dalam proses wisata

Yoeti (2008 : 164), mengemukakan tiga kriteria yang menentukan bagi suatu objek wisata;

1) Something To See, adalah objek wisata harus mempunyai sesuatu yang dapat dilihat atau

Page 38: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

ditonton oleh pengunjung atau daya tarik khusus yang mampu untuk menarik minat wisatawan

yang berkunjung; 2) Something To Do, adalah sarana bagi wisatawan untuk melakukan sesuatu

yang berguna, memberikan perasaan senang, bahagia, relax; 3) Something To Buy, merupakan

fasilitas bagi wisatawan untuk membeli sesuatu yang digunakan pada saat itu ataupun sebagai

cinderamata.

Konsep pembangunan pariwisata menurut McIntosh dan Goeldner (1990) dalam Judisseno

(2017:65)

1. Perspektif sejarah yang memahami pariwisata dengan melihat perkembangan pariwisata

dari masa ke masa

2. Perspektif ekonomi yang melihat pariwisata sebagai pertemuan suplai dan kebutuhan

yang menggerakkan perekonomian suatu negara dilihat dari sisi devisa, ketenagakerjaan,

upah dan gaji dan dampak ekonomi lainnya

3. Perspektif sosial yang melihat pariwisata atas dasar interaksi sosial antara wisatawan dan

masyarakat lokal

4. Perspektif produk dan jasa pariwisata mulai dari penciptaan, pemasaran dan

pendistribusiannya sampai ke tangan wisatawan

5. Perspektif geografis yang melihat pariwisata dari sisi spasial (jarak) meliputi aspek jarak,

waktu, batas wilayah

6. Perspektif manajerial yang membahas pariwisata dari sisi kegiatan pengelolaan industri

pariwisata secara umum

E. Pariwisata dan Pengembangan Ekonomi

Pembangunan sektor pariwisata dilakukan dengan mendayagunakan sumberdaya pariwisata

yang ada untuk dimanfaatkan sebagai sumber kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan.

Perkembangan yang pesat dari komponen-komponen pariwisata yang berperan dalam

membangun berbagai kegiatan pariwisata, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Beberapa komponen ekonomi pariwisata yang mempengaruhi pendapatan nasional diantaranya

pengeluaran wisatawan nusantara pengeluaran wisatawan mancanegara, investasi dari

pemerintah atau swasta di sektor pariwisata, pengeluaran promosi pariwisata, dan pengeluaran

usaha bidang pariwisata (Hermawan, 2012).

Page 39: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Peningkatan kunjungan wisatawan ke Indonesia membuat sektor pariwisata dalam negeri

mampu berperan dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber penerimaan negara yang

diperoleh dari konsumsi wisatawan selama melakukan kunjungan ke daerah tujuan wisata di

Indonesia (Singagerda, 2014). Potensi wisata ini dikembangkan dan dimanfaatkan oleh

pemerintah untuk memperoleh devisa negara. Dari komoditas-komoditas ekspor terbesar di

Indonesia pada tahun 2010-2014, pariwisata menghasilkan devisa dengan rata-rata 9.299,79 juta

USD. Pada tahun 2014, nilai ekspor pariwisata sebesar 11 166.13 juta USD menempati posisi

keempat setelah komoditas minyak dan gas bumi, batu bara, dan minyak kelapa sawit.

Dengan demikian, industri pariwisata dapat memainkan peran sebagai katalis penting bagi

pembangunan wilayah. Bagian terbesar dari prasarana yang dibutuhkan industri ini, seperti

halnya jalan, bandara, telekomunikasi, memberikan sumbangan langsung bagi pembangunan

perekonomian pada umumnya, dimana industri pariwisata itu dikembangkan. Kedatangan

wisatawan mancanegara atau nusantara merupakan sumber penerimaan bagi daerah atau negara,

baik dalam bentuk devisa atau penerimaan pajak dan retribusi lainnya, di samping dapat

meningkatkan kesempatan kerja. Dalam kebijaksanaan tahun 1980-an dimana industri pariwisata

ditetapkan sebagai sektor prioritas dalam bidang ekonomi bagi penerimaan devisa dan

pembukaan lapangan kerja, Indonesia telah mengambil posisi kebijakasanaan strategis

mendahului kabanyakan pesaing Indonesia di forum internasional. Untuk menggali potensi

industri pariwisata di Indonesia secara efektif untuk bersinergi secara menyeluruh di tingkat

nasional, mencakup semua pihak terkait dikembangkan tanpa penundaan lebih lanjut, meliputi

semua sub-sektor utama dalam industri pariwisata seperti: kalangan pengembangan kawasan

wisata, industri perhotelan, sistem transportasi wisata (terutama maskapai penerbangan), jasa

biro perjalanan wisata, pemasaran dan promosi, dan pengembangan sumberdaya manusia (Yoeti,

2008).

Pariwisata merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara, karena

mendorong perkembangan beberapa sektor perekonomian nasional (Yoeti, 2008:67), misalnya:

a) Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunnya prasarana dan sarana demi

pengembangan pariwisata, sehingga memungkinkan orang-orang melakukan aktivitas

ekonominya dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik dalam satu wilayah negara tertentu,

maupun dalam kawasan internasional sekali pun. b) Meningkatkan industri-industri baru yang

erat kaitannya dengan pariwisata seperti misalnya: transportasi, akomodasi, yang akhirnya akan

Page 40: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

menciptakan permintaan baru seperti: trasportasi wisatawan dan perlengkapan hotel. c)

Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan restoran, seperti sayur,

buah-buahan, bunga, telur, daging, dan lainnya karena semakin banyaknya orang yang

melakukan perjalanan wisata. d) Meningkatkan permintaan terhadap souvenir, kerajinan tangan,

dan lainlain. e) Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia internasional

termasuk makanan dan minuman, seperti: Ukiran Jepara, Patung Bali, Batik Pekalongan, atau

Sate Madura. f) Meningkatkan perolehan devisa negara sehingga dapat mengurangi beban defisit

neraca pembayaran. g) Memberikan kesempatan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan

penerimaan pajak bagi pemerintah, dan peningkatan pendapatan nasional. h) Mempercepat

perputaran perekonomian pada negara penerima kunjungan wisatawan. i) Dampak pengganda

yang ditimbulkan dari pengeluaran wisatawan, sehingga memberi dampak positif bagi

pertumbuhan daerah tujuan wisata yang dikunjungi wisatawan.

F. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi

suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah

(Ananda, 2018:31). Teori basis ini di golongkan kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor

non basis. Sektor basis merupakan sektor yang melakukan aktifitas berorientasi ekspor keluar

batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Sektor basis memiliki peran penggerak utama

(primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah semakin

maju pertumbuhan wilayah. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis menimbulkan efek

ganda dalam perekonomian regional.

Sedangkan sektor non basis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa untuk

masyarakat di dalam batas wilayah perekonomian bersangkutan. Luas lingkup produksi dan

pemasaran bersifat lokal. Inti dari teori ini adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah

ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Strategi pembangunan daerah yang berdasarkan teori ini

adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) kepada dunia usaha yang mempunyai pasar

secara nasionaal maupun internasional. Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan

hambatan/batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan

didirikan di daerah tersebut.

Page 41: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah digunakan analisis Location quotient

(LQ). LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sector basis atau

unggulan dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah tersebut dengan

peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perkonomian regional. LQ menggunakan rasio total

nilai PDRB di suatu daerah (kabupaten/kota) dibandingkan dengan rasio PDRB pada sektor yang

sama di wilayah referensi (provinsi/nasional).

G. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis location quotient (LQ) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui

sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di wilayah tertentu yang memanfaatkan

sektor basis atau leading sector. Location quotient menghitung perbandingan share output sektor

i di kota atau kabupaten dan share out sektor i di provinsi. Sektor unggulan disini berarti sektor

bisnis yang tidak akan habis apabila dieksploitasi oleh pemerintah wilayah. Menurut Hood

(Ananda, 2018:61), menyatakan bahwa location quotient adalah suatu alat pengembangan

ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQ

merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai

langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemicu pertumbuhan. LQ

mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan

perbandingan. Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah

pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan

ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sektor

suatu kegiatan ekonomi industri. Dasar pembahasannya sering difokuskan pada aspek tenaga

kerja dan pendapatan.

LQij : indeks/koefisien location quotient sektor i di kota/kabupaten j

Xij : PDRB sektor i di kota/kabupaten j

Xi : PDRB sektor i di Provinsi acuan

RVj : Total PDRB di kota/kabupaten j

RV : Total PDRB Provinsi

Jika hasil perhitungan di formulasi di atas menghasilkan:

Page 42: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

1. LQ > 1 artinya, komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan.

Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi

kebutuhan di wialyah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.

2. LQ = 1 komoditas itu tergolong non-basis, tida memiliki keunggulan komparatif.

Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu

untuk diekspor.

3. LQ < 1 komoditas ini juga termasuk non-basis. Produksi komoditas di suatu wilayah

tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.

H. Analisis Shift Share

Esteban-Marquillas (Hutchinson dan Chong, 2016:34) melakukan modifikasi dari analisis

shift share klasik dengan cara mendefinisikan kembali kedudukan kenggulan kompetitif sebagai

komponen ketiga dari teknik shift share klasik dan menciptakan komponen shift share yang ke

empat yaitu pengaruh alokasi (Aij). Analisis shif share merupakan metode yang digunakan untuk

melihat perkembangan dari sektor perekonomian suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi

yang lain dan perkembangan sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor

lain. Metode perhitungan SS beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi atau nilai tambah suatu

daerah (Dij) dipengaruhi oleh tiga komponen utama yaitu regional share (Nij), pertumbuhan

sektoral (proportional shift), dan pertumbuhan daya saing wilayah (differential shift).

Perhitungan analisis shift share adalah sebagai berikut.

Dij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota/Kabupaten disebabkan oleh pengaruh

pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Nij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota/Kabupaten disebabkan oleh pengaruh

pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Page 43: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Mij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota/Kabupaten disebabkan oleh pengaruh

pertumbuhan sektor i Provinsi

Cij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota/Kabupaten disebabkan oleh keunggulan

komparatif sektor i di Kota/Kabupaten

Eij = PDRB sektor/subsektor i di Kota/Kabupaten

rij = laju pertumbuhan sektor i di daerah j (Kota/Kabupaten)

rin = laju pertumbuhan sektor i di daerah n (Provinsi)

rn = laju pertumbuhan PDRB di daerah n (Provinsi)

I. Analisis Tipologi Klassen

Tipologi Klassen mendasarkan pengelompokkan suatu sektor di suatu wilayah dengan cara

membandingkan pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut dengan pertumbuhan ekonomi wilayah

yang lebih luas dan membandingkan pangsa sektor tersebut dengan nilai rata–ratanya di tingkat yang

lebih luas (Hidayat, 2017:69). Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan

dan pangsa sektor tersebut dalam membentuk perekonomian di suatu wilayah. Untuk melihat potensi

ekonomi di suatu wilayah digunakan pendekatan pertumbuhan sektoral dan kontribusinya terhadap

perekonomian di suatu wilayah. Melalui metode ini diperoleh empat karakteristik pola dan struktur

pertumbuhan dari sektor ekonomi yang berbeda, yaitu: sektor unggulan dan tumbuh pesat, sektor

unggulan tapi pertumbuhannya tertekan, sektor potensial yang berkembang cepat, dan sektor yang

tidak potensial.

Tabel 2.1.

Karakteristik tipologi Klassen

Page 44: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Gi:Pertumbuhan sektor i di wilayah analisis

G: Pertumbuhan sektor i di wilayah referensi

Si: Kontribusi sektor i di wilayah analisis

S: Kontribusi sektor i di wilayah referensi

J. Analisis SWOT

Analisis SWOT menurut Kotler dan Keller (2012:63) diartikan sebagai evaluasi terhadap

keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Sedangkan menurut Rangkuti

(2013:19), analisis SWOT diartikan sebagai analisa yang didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan

dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

1. Kekuatan (strength) adalah keterampilan atau keunggulan terhadap pesaing yang dimiliki

oleh perusahaan atau organisasi. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya

keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli dengan pemasok, dan faktor-

faktor lain.

2. Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,

keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan

atau organisasi.

3. Peluang (opportunity) adalah situasi yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan

atau organisasi. Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada

Page 45: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya hubungan

dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi perusahaan atau

organisasi.

4. Ancaman (threath) adalah keadaan yang tidak menguntungkan dalam lingkungan

perusahaan atau organisasi. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang

yang diinginkan organisasi. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar,

meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan

teknologi serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi

keberhasilan perusahaan

Metode analisis SWOT merupakan metode analisis yang paling dasar dalam melakukan

analisis strategi, yang bermanfaat untuk mengetahui suatu permasalahan ataupun suatu topik dari

4 empat sisi yang berbeda. Hasil dari analisis ini biasanya berupa arahan ataupun rekomendasi

untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan suatu perusahaan tau

organisasi dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan yang dimiliki dan juga

menghindari berbagai ancaman yang terjadi.

Jika digunakan dengan baik dan benar, maka analisis ini akan dapat digunakan untuk

membantu melihat sisi-sisi yang terabaikankan atau tidak terlihat dari sebuah perusahaan atau

organisasi. Dari uraian di atas tadi, analisis SWOT adalah instrumen yang bermanfaat dalam

melakukan analisis strategi dalam manajemen perusahaan atau organisasi .Analisis ini berperan

sebagai alat untuk meminimalisir kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam suatu

perusahaan atau organisasi serta menekan dampak dari ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

Analisis SWOT dalam Kepariwisataan dapat di manfaatkan untuk merumuskan arahan dan

skenario dalam perkembangan pariwisata baik dalam skala mikro sampai skala makro yang

saling berhubungan, artinya SWOT dapat merumuskan secara rasional dan berurutan sesuai

dengan tujuan keperluanya sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran mengenai permasalahan yang perlu diindikasikan untuk

pengembangan industri pariwisata.

2. Menganalisis hubungan antar isu pengembangan industri pariwisata.

3. Memberikan skenario dan arahan keadaan sekarang dan masa datang yang akan dituju bagi

pengembangan industri pariwisata.

Page 46: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Dari hasil analisis SWOT akan dihasilkan beberapa manfaat yang akan di gunakan untuk

perencanaan dan pengembangan industri pariwisata.

Menurut Ferrel dan Harline (2011:58), fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk

mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal

(kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis

SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan

membantu perusahaan mencapai tujuaannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan

yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan. Analisis

SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan analisis dalam usaha

penetapan strategi. Umumnya yang sering digunakan adalah sebagai kerangka/paduan sistematis

dalam diskusi untuk membahas kondisi alternatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan

perusahaan.

K. Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka tentang penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan yang akan dilakukan. Di bawah ini peneliti

akan memberikan kesimpulan hasil penelitian yang pernah dilakukan.

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

Peneliti Metode penelititan Hasil penelitian

Syarif ahmad dan Adi

Hidayat Argubi, 2018,

“Pengembangan

Pariwisata Kota Bima

Sebagai daerah

Transit Wisata

Alternatif”

Deskriptif

kualitatif dan

kuantitatif

disimpulkan bahwa : 1). Sarana dan

prasarana pariwisata di Kota Bima

meliputi sarana kesehatan,

transportasi, air bersih, energi,

perbankan, pos, telekomunikasi, dan

usaha sarana dan jasa pariwisata

serta potensi daya tarik wisata di

Kota Bima yang melimpah; 2).

Strategi pengembangan pariwisata

Kota Bima sebagai daerah transit

wisata alternatif terdapat dua yaitu

strategi umum dan strategi alternatif. 3). Program-program yang

dirancang untuk pengembangan

Kota Bima sebagai daerah tujuan

wisata meliputi: program

Page 47: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

penyusunan blok kawasan, program

pengembangan produk wisata,

program inventarisasi daya tarik

wisata, program peningkatan

keamanan melalui Sistem Keamanan

Lingkungan (Siskamling),

pembangunan hotel berbintang,

meningkatkan akses ke Kawasan

Kolo, rencana pengembangan sarana

wisata tirta, penyediaan fasilitas

toilet dan kamar mandi umum,

penyediaan ruang terbuka (open

space), memperluas pangsa pasar,

melakukan promosi melalui Biro

Perjalanan Wisata, melakukan

promosi melalui internet dan media

lainnya, mendirikan TIC (Tourism

Information Centre),

Nurul Islamy, 2019,

Analisis Sektor

Potensial, Dapatkah

Pariwisata Menjadi

Lokomotif Baru

Ekonomi Nusa

Tenggara Barat?

Deskriptif

kuantitatif

Location Quotient (LQ), Analisis

Shift–Share, dan Tipologi Klassen.

Berdasarkan tiga metode tersebut

diperoleh hasil bahwa dari delapan

kategori unggulan, tiga

diantaranya merupakan kategori

yang menyokong pariwisata di NTB

yakni lapangan usaha

Transportasi dan Pergudangan, Real

Estate dan Jasa–jasa. Kategori

penting lainnya yaitu

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum; Konstruksi; dan

Perdagangan berpotensi lebih

digenjot untuk semakin

meningkatkan perekonomian NTB.

Bagi pengusaha, kategori

unggulan yang menyokong

pariwisata tersebut dapat “dilirik”

untuk investasi di masa mendatang.

Ristina Wahyu Astuti,

2018,

Analisis Pengaruh

sektor pertanian,

pariwisata, investasi

Analisis fixed

effect model

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa periode tahun 2011-2016

variabel sektor pertanian,

pariwisata, investasi dan tenaga

kerja secara bersama-sama

Page 48: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

dan tenaga kerja

terhadap petumbuhan

ekonomi pada

kabupaten/kota di

provinsi Nusa

tenggara Barat tahun

2011-2016

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat.

B. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Pada penelitian dengan metode kualitatif,

Page 49: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara kualitatif (Sugiyono, 2016:15). Pendekatan

kualitatif dimulai dengan memunculkan pertanyaan dan serangkaian prosedur, pengumpulan data

diperoleh dari responden, analisis data dibangun dari khusus ke umum, kemudian peneliti

membuat interpretasi data tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menganalisis

opini, penilaian, sikap dan gejala-gejala dari analisis potensi sektor pariwisata di Kota Bima

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

C. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2016:9) metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu dimana cara ilmiah tersebut mengandung penjelasan bahwa

kegiatan penelitian tersebut didasarkan pada ciri - ciri keilmuan yakni rasional, empiris dan

sistematis. Menurut Arikunto (2016: 203) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya dengan standar yang telah ditentukan.

Sugiyono (2016:21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah metode yang digunakan

dalam menggambarkan atau menganalisis hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode kuantitatif

dan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu menurut Menurut Arikunto

(2016:27) metode penelitian kuantitatif adalah penelitian kuantitatif menggunakan angka, mulai

dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. Menurut

Sugiyono (2016:15), penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai

lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan

sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan

36

Page 50: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan

makna dari pada generalisasi.

D. Metode Analisis Deskriptif

Setelah data itu dikumpulkan, maka kemudian data tersebut dianaisis dengan menggunakan

teknik pengolahan data. Analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini bertujuan

untuk menjawab pertanyaan yang tercantum dalam identifikasi masalah. Menurut Sugiyono

(2016:206) analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul.

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis

responden, mantabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data dari

setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan

melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Metode yang digunakan

oleh penulis dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif.

Menurut Sugiyono (2016:206) analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi. Analisis deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

variabel independen dan variabel dependen.

E. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Data Primer

Data ini diperoleh langsung dari narasumber atau pengamatan, diantaranya:

a) Wawancara

Page 51: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atau pertanyaan itu. Dalam

hal ini yang bertindak sebagai interviewer adalah penulis, dengan informans sebagai

interviewees. Wawancara dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan

menggunakan recorder sebagai alat bantu. Wawancara dalam penelitian kualitatif

menggunakan wawancara mendalam (depth interview) atau wawancara intensif dan

tak berstruktur untuk mendapatkan data yang mendalam.

b) Observasi

Observasi atau pengamatan langsung yang dilakukan penulis dalam hal ini bersifat

observasi partisipan. Observasi partisipan adalah suatu bentuk observasi khusus

dimana peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil

berbagai peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa yang akan

diteliti. Observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena

penelitian yang mencakup interaksi dan percakapan di antara subyek yang diteliti.

2. Data sekunder. Data ini diperoleh dari catatan-catatan organisasi dan literatur-literatur

kepustakaan yang sudah ada yang berhubungan dengan topik penelitian, yaitu dokumen

resmi dari pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian, seperti arsip dan dokumen yang

berasal dari dinas Pariwisata Kab. Bima, dan sumber terkait. Studi kepustakaan

bersumber dari buku-buku, jurnal, dokumen elektronik yang relevan terhadap penelitian.

F. Sumber Informasi

Data penelitian diperoleh menggunakan informan source sebagai sumber data dengan

melakukan wawancara yang mendalam (indepth interview). Penentuan informan source

Page 52: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

didasarkan pada teknik purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan tujuan untuk

memperoleh data yang akurat melalui orang yang dipilih yang mengerti tentang hal ikhwal

penelitian. Informan source menurut Sugiyono (2016:85) adalah mereka tidak hanya memberi

keterangan tentang sesuatu kepada peneliti tetapi juga bisa memberi saran tentang sumber bukti

yang mendukung serta menciptakan akses terhadap sumber yang bersangkutan.

Informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar belakang penelitian, ia

berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.

Informan dalam penelitian ini adalah, dinas Pariwisata Kota Bima, Masyarakat di lingkungan

daerah tujuan wisata yang diobservasi; Pengelola daerah tujuan wisata yang diobservasi;

Pengunjung daerah tujuan wisata yang diobservasi; serta pihak-pihak yang terkait.

G. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data

Dalam proses memeriksa reliabilitas dan validitas data, peneliti menggunakan Triangulasi,

yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Sugiyono,

2016:15).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi yang memanfaatkan

penggunaan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, yaitu dengan jalan:

1. Membandingkan apa yang dikatakan responden tentang situasi penelitian dengan apa

yang dikatakan sepanjang waktu,

2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen.

Selain penggunaan sumber, peneliti juga menggunakan teknik triangulasi yang

memanfaatkan teori. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan:

1. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.

Page 53: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

2. Mengeceknya dengan berbagai metode agar pengecekkan kepercayaan data dapat

dilakukan.

H. Fokus Penelitian

Fokus penelitian menyatukan tentang pokok-pokok persoalan apa yang menjadi objek dalam

penelitian.

1. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif, dengan alasan bahwa data hasil penelitian

lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan,

kemudian data yang terkumpul di analisa secara kualitatif.

2. Bidang penelitian mengarah pada pihak-pihak terkait pengembangan potensi pariwisata

di Kota Bima.

3. Objek penelitian adalah potensi sektor pariwisata di Kota Bima.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data

diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara,

observasi, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, menyajikan data serta menyimpulkan data.

Sesuai dengan tipe penelitian deskriptif, maka setelah data terkumpul, data disederhanakan ke

dalam bentuk yang mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasi yang pada hakekatnya untuk

mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara

kualitatif yakni melakukan pemaparan serta penjabaran secara mendalam. Kenudian diperoleh

kesimpulan yang memadai yang bisa digeneralisasikan.

Selain model analisis data kualitatif, langkah analisis data yang dilakukan adalah dengan

menggunakan model interaktif (Sugiyono, 2016:91).

1. Reduksi data (data reduction)

Page 54: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penulis untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data (data display)

Tahap selanjutnya setelah mereduksi data adalah melakukan penyajian data. Dengan

melakukan penyajian data, data dapat disusun dalam pola hubungan sehingga akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi. Dalam penyajian data, penulis

mengumpulkan informasi yang tersusun sehingga memberikan dasar pijakan kepada

penulis untuk melakukan suatu pembahasan dan pengambilan kesimpulan.

3. Menarik kesimpulan

Setelah selesai melakukan penyajian data, penarikan kesimpulan dilakukan sebagai suatu

kegiatan dari konfigurasi yang utuh.

Dari segi kualitatif, pengolahan data dilakukan menggunakan analisis:

1. Analisis location quotient (LQ)

LQij : indeks/koefisien location quotient sektor i di kota/kabupaten j

Xij : PDRB sektor i di kota/kabupaten j

Xi : PDRB sektor i di Provinsi acuan

RVj : Total PDRB di kota/kabupaten j

RV : Total PDRB Provinsi

Jika hasil perhitungan di formulasi di atas menghasilkan:

4. LQ > 1 artinya, komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan.

Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi

kebutuhan di wialyah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar

wilayah.

Page 55: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

5. LQ = 1 komoditas itu tergolong non-basis, tida memiliki keunggulan komparatif.

Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak

mampu untuk diekspor.

LQ < 1 komoditas ini juga termasuk non-basis. Produksi komoditas di suatu

wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau

impor dari luar.

2. Analisis Shift Share

Dij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota/Kabupaten disebabkan oleh pengaruh

pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Nij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota/Kabupaten disebabkan oleh pengaruh

pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Mij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota/Kabupaten disebabkan oleh pengaruh

pertumbuhan sektor i Provinsi

Cij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota/Kabupaten disebabkan oleh

keunggulan komparatif sektor i di Kota/Kabupaten

Eij = PDRB sektor/subsektor i di Kota/Kabupaten

rij = laju pertumbuhan sektor i di daerah j (Kota/Kabupaten)

rin = laju pertumbuhan sektor i di daerah n (Provinsi)

rn = laju pertumbuhan PDRB di daerah n (Provinsi)

3. Analisis Tipologi Klassen

Tabel 3.1.

Karakteristik tipologi Klassen

Page 56: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Gi:Pertumbuhan sektor i di wilayah analisis

G: Pertumbuhan sektor i di wilayah referensi

Si: Kontribusi sektor i di wilayah analisis

S: Kontribusi sektor i di wilayah referensi

Page 57: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

BAB IV

HASIL PENELITIAN

L. Gambaran umum obyek penelitian

Kota Bima merupakan salah satu Daerah Otonom di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terletak

di bagian timur Pulau Sumbawa pada posisi 118°41'00"-118°48'00" Bujur Timur dan 8°20'00"-

8°30'00" Lintang Selatan. Kota Bima memiliki areal tanah berupa: persawahan seluas

1.923 hektar (94,90% merupakan sawah irigasi), hutan seluas 13.154 ha, tegalan dan kebun

seluas 3.632 ha, ladang dan huma seluas 1.225 ha dan wilayah pesisir pantai sepanjang 26 km.

Secara umum kondisi tanah di Kota Bima didominasi oleh gunung batu, hal ini menyebabkan

rata-rata masyarakatnya bertani dengan menanam jagung dan tanaman keras lainnya. Tingkat

curah hujan rata-rata 132,58 mm dengan hari hujan: rata-rata 10.08 hari/bulan. Sementara

matahari bersinar terik sepanjang musim dengan rata-rata intensitas penyinaran rata-rata 21 °C

sampai 30,8 °C.

Gambar 4.1. Kota Bima, Provinsi NTB

Batas-batas Kota Bima :

Sebelah Utara : Kecamatan Ambalawi- Kab. Bima

Sebelah Timur : Kecamatan Wawo-Kab. Bima

Sebelah Selatan : Kecamatan Palibelo-Kab. Bima

Sebelah Barat : Teluk Bima

Bima atau yang disebut juga dengan Dana Mbojo telah mengalami perjalanan panjang dan

jauh mengakar ke dalam Sejarah. Menurut Legenda sebagaimana termaktub dalam Kitab BO

45

Page 58: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

(Naskah Kuno Kerajaan dan Kesultanan Bima), kedatangan salah seorang musafir dan

bangsawan Jawa bergelar Sang Bima di Pulau Satonda merupakan cikal bakal keturunan Raja-

Raja Bima dan menjadi permulaan masa pembabakan Zaman pra sejarah di tanah ini. Pada masa

itu, wilayah Bima terbagi dalam kekuasaan pimpinan wilayah yang disebut Ncuhi. Nama para

Ncuhi terilhami dari nama wilayah atau gugusan pegunungan yang dikuasainya. Ada lima orang

ncuhi yang tergabung dalam sebuah Federasi Ncuhi yaitu, Ncuhi Dara yang menguasai wilayah

Bima bagian tengah atau di pusat Pemerintah. Ncuhi Parewa menguasai wilayah Bima bagian

selatan, Ncuhi Padolo menguasai wilayah Bima bagian Barat, Ncuhi Banggapupa menguasai

wilayah Bima bagian Timur, dan Ncuhi Dorowuni menguasai wilayah Utara. Federasi tersebut

sepakat mengangkat Sang Bima sebagai pemimpin. Secara De Jure, Sang Bima menerima

pengangkatan tersebut, tetapi secara de Facto ia menyerahkan kembali kekuasaannya kepada

Ncuhi Dara untuk memerintah atas namanya.

Pada perkembangan selanjutnya, putera Sang Bima yang bernama Indra Zamrud dan Indra

Komala datang ke tanah Bima. Indra Zamrut lah yang menjadi Raja Bima pertama. Sejak saat itu

Bima memasuki Zaman kerajaan. Pada perkembangan selanjutnya menjadi sebuah kerajaan

besar yang sangat berpengaruh dalam percaturan sejarah dan budaya Nusantara. Secara turun

temurun memerintah sebanyak 16 orang raja hingga akhir abad 16. Fajar islam bersinar terang di

seluruh Persada Nusantara antara abad 16 hingga 17 Masehi. Pengaruhnya sagat luas hingga

mencakar tanah Bima. Tanggal 5 Juli 1640 Masehi menjadi saksi dan tonggak sejarah peralihan

sistem pemerintahan dari kerajaan kepada kesultanan. Ditandai dengan dinobatkannya Putera

Mahkota La Ka‟i yang bergelar Rumata Ma Bata Wadu menjadi Sultan Pertama dan berganti

nama menjadi Sultan Abdul Kahir (kuburannya di bukit Dana Taraha sekarang). Sejak saat itu

Bima memasuki peradaban kesultanan dan memerintah pula 15 orang sultan secara turun

menurun hingga tahun 1951.

Masa kesultanan berlangsung lebih dari tiga abad lamanya. Sebagaimana ombak dilautan,

kadang pasang dan kadang pula surut. Masa-masa kesultanan mengalami pasang dan surut

disebabkan pengaruh imperialisme dan kolonialisme yang ada di Bumi Nusantara. Pada tahun

1951 tepat setelah wafatnya sultan ke-14 yaitu sultan Muhammad Salahudin, Bima memasuki

Zaman kemerdekaan dan status Kesultanan Bima pun berganti dengan pembentukan Daerah

Swapraja dan swatantra yang selanjutnya berubah menjadi daerah Kabupaten. Pada

tahun 2002 wajah Bima kembali di mekarkan sesuai amanat Undang-undang Nomor 13 tahun

Page 59: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

2002 melaui pembentukan wilayah Kota Bima. Hingga sekarang daerah yang terhampar di ujung

timur pulau sumbawa ini terbagi dalam dua wilayah administrasi dan politik yaitu Pemerintah

kota Bima dan Kabupaten Bima. Kota Bima saat ini telah memliki 5 kecamatan dan 38 kelurahan

dengan luas wilayah 437.465 Ha dan jumlah penduduk 419.302 jiwa dengan kepadatan rata-rata

96 jiwa/Km². Sebagai sebuah daerah yang baru terbentuk, Kota Bima memiliki karakteristik

perkembangan wilayah yaitu: pembangunan infrastruktur yang cepat, perkembangan sosial

budaya yang dinamis, dan pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi.

Sudah 13 tahun ini Kota Bima dipimpin oleh seorang Wali kota dengan peradaban Budaya

Dou Mbojo yang sudah mengakar sejak jaman kerajaan hingga sekarang masih dapat terlihat

dalam kehidupan masyarakat Kota Bima dalam kesehariannya. Baik sosial, Budaya dan Seni

tradisional yang melekat pada kegiatan Upacara Adat, Prosesi Pernikahan, Khataman Qur‟an,

Khitanan dan lain-lain serta bukti-bukti sejarah Kerajaan dan Kesultanan masih juga dapat dilihat

sebagai Situs, Kepurbakalaan dan bahkan menjadi Objek Daya Tarik Wisata yang ada di Kota

Bima dan menjadi objek kunjungan bagi wisatawan lokal, nusantara bahkan mancanegara.

Suku asli masyarakat Kota Bima adalah suku Bima atau dikenal dalam bahasa lokal nya

“Dou Mbojo”. Salah satu ke-unikan Kota Bima adalah sebagian dari masyarakat nya juga berasal

dari berbagai suku dan etnik di indonesia seperti; Jawa, Sunda, Timor, Flores, Bugis, Bajo,

Madura, Sasak (Lombok), Bali, Minang dan Batak sehingga memberi warna tersendiri di dalam

keseharian mereka di Kota Bima (suku-suku ini selalu memeriahkan upacara dan pawai pada

hari-hari besar di Kota Bima) dengan hidup berdampingan secara rukun dan damai serta suasana

kondusif. Kota Bima berdasarkan data tahun 2000 tercatat sebesar 116.295 jiwa yang terdiri dari

57.108 jiwa (49%) penduduk laki-laki dan 59.187 jiwa (51%) penduduk perempuan. Sebaran

penduduk kurang merata, konsentrasi penduduk berada di pusat-pusat kegiatan ekonomi dan

pemerintahan. Penduduk terbanyak berada di Kelurahan Paruga, yaitu berjumlah 12.275 jiwa

(11%) dan paling sedikit di Desa Kendo yang berjumlah 1.130 jiwa (1%). Selanjutnya

berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2018, penduduk Kota Bima berjumlah 169.714 jiwa

yang terdiri dari 83.267 jiwa laki-laki dan 86.447 jiwa perempuan. Komposisi penduduk Kota

Bima berdasarkan mata pencaharian didominasi oleh petani/peternak dan

jasa/pedagang/pemerintahan yang besarnya masing-masing 45,84% dan 45,05%. Jenis pekerjaan

yang digeluti penduduk Kota Bima antara lain: petani 15.337 orang, nelayan 425 orang, peternak

13.489 orang, penggalian 435 orang, industri kecil 1.952 orang, industri besar/sedang 76 orang,

Page 60: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

perdagangan 1.401 orang, ABRI 304 orang, guru 1.567 orang dan PNS berjumlah 2.443 orang.

Mayoritas penduduk Kota Bima memeluk agama Islam yaitu sekitar 97,38% dan selebihnya

memeluk agama Kristen Protestan 0,89%, Kristen Katolik 0,62% dan Hindu/Budha sekitar

1,11%. Sarana peribadatan di Kota Bima terdiri dari Masjid sebanyak 51 unit, Langgar/Mushola

89 unit dan Pura/Vihara 3 unit. Sedangkan fasilitas sosial yang ada di Kota Bima meliputi Panti

Sosial Jompo dan Panti Asuhan sebanyak 6 Panti yang tersebar di 3 kecamatan. Masyarakat

Bima adalah masyarakat yang religius. Secara historis Bima dulu merupakan salah satu pusat

perkembangan Islam di Nusantara yang di tandai oleh tegak kokohnya sebuah kesultanan, yaitu

kesultanan Bima. Islam tidak saja bersifat elitis, hanya terdapat pada peraturan-peraturan formal-

normatif serta pada segelintir orang saja melainkan juga populis, menjadi urat nadi dan darah

daging masyarakat, artinya juga telah menjadi kultur masyarakat Bima.

Gambar 4.2. Lambang dan moto Kota Bima

1. Bentuk lambang daerah adalah perisai segi lima dengan garis tepi warna hitam,

didalamnya berisi lukisan-lukisan :

a. Sebuah bintang bersudut lima berwarna kuning emas.

b. Setangkai bulir padi berjumlah 45 butir berwarna kuning dan setangkai kapas

berjumlah 17 (Tujuh Belas) buah berwarna hijau putih.

c. Sebuah kubah masjid berwarna putih.

d. Rantai dalam ikatan yang tidak terputus yang berjumlah 8 (delapan) buah

berwarna hitam.

e. Gambar Burung Garuda yang berpaling kedua sisi.

Page 61: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

f. Persegi delapan (Nggusu Waru)

g. Garis pembatas dan tulisan berwarna hitam.

h. Tulisan Kota Bima.

i. Sehelai pita putih bertuliskan Maja Labo Dahu Berwarna Hitam.

2. Pada bagian bawah Lambang Daerah terdapat tulisan Maja Labo Dahu

3. Arti simbol yang terdapat dalam Lambang Daerah :

1. Perisai : Bentuk dasar perisai berwarna hijau daun yang

sederhana serta memiliki keseimbangan memberi

kesan kemudahan pelayanan kepada masyarakat serta

mencerminkan kemakmuran masyarakat Kota Bima.

2. Bintang : Bersudut lima sebagai Lambang Sila Ketuhanan

Yang Maha Esa

3. Kubah : Melambangkan kehidupan masyarakat Daerah Kota

Bima yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

4. Rantai : Rantai dalam ikatan bersambung melambangkan

keanekaragaman masyarakat yang menjunjung tinggi

persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat

Berbangsa dan Bernegara.

5. Rangkaian Padi

dan Kapas serta

dalam ikatan yang

tidak terputus

: Melambangkan keadilan sosial, kesejahteraan,

kedamaian serta Persatuan dan Kesatuan dalam

Wadah Negara Kesatuan RI yang di Proklamasikan

Tanggal 17 – 8 – 1945 yang bergambar dari tujuh

belas rantai yang saling terkait, delapan Buah Kapas

dan 45 bulir padi.

6. Tulisan Kota Bima

di atas Kubah

: Memberi makna bahwa Kota Bima telah memiliki

Pemerintah Otonom.

7. Gambar Burung

Garuda berpaling ke

dua sisi

: Mencerminkan Masyarakat Kota Bima yang

mengandung sitsem sosial Adat Bersendikan Sara-

Sara Bersendi Kitabullah.

8. Persegi Delapan

(Ngggusu Waru)

mencerminkan sifat

dan Fisiolofis

Kepemimpinan Dana

Mbojo

: 1. Iman ro Taqwa (keimanan dan ketaqwaan)

2. Ilmu ro Bae Ade (Ilmu Pengetahuan)

3. Loa ro Tingi (Keahlian dan Ketrampilan)

4. Londo ro Dou (Asal Usul Keturunan)

5. Mori ro Woko (Keadaan serta Tata

Kehidupan)

6. Ruku ro Rawi (Tingkah Lakunya)

7. Nggahi ro Eli (Tutur Katanya)

8. Hidi ro Toho (Fisik dan Mentalnya)

4. Arti Warna yang Terdapat Dalam Lambang Daerah :

Page 62: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

1. Hijau Daun : Berarti memberi kesan kemudahan pelayanan

kepada masyarakat serta mencerminkan

kemakmuran masyarakat Kota Bima.

2. Merah : Mencerminkan sifat dan filosofis kepemimpinan

Dana Mbojo.

3. Putih : Melambangkan kesucian masyarakat Kota Bima

yang mayoritas muslim, teguh serta taat dalam

melaksanakan syariat agamanya.

4. Hitam : Menggambarkan arti mampu menghimpun tangguh

dalam menyikapi tantangan dalam gerak

penyelenggaraan pemerintahan serta kemantapan

untuk meraih harapan.

5. Biru Tua : Kesetiaan yang berarti tetap menjunjung Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 serta tetap setia

pada Pemerintah Republik Indonesia.

6. Kuning : Kejayaan, Keberanian berjuang atas dasar kesucian

sebagai Lambang Ketuhanan Yang Maha Esa.

5. Penggunaan Warna Pada Lambang Daerah.

1. Hijau Daun : Dipergunakan pada dasar Lambang ( Perisai ) dan

Kelopak Kapas.

2. Kuning : Dipergunakan pada Warna Bulir Padi dan Bintang.

3. Putih : Dipergunakan pada bagian Kubah Masjid dan

Bunga Kapas.

4. Merah : Dipergunakan pada dasar Nggusu Waru, dasar

Tulisan Kota Bima dan garis pembatas lambang.

5. Biru Tua : Dipergunakan pada gambar Burung Garuda yang

berpaling kedua sisi.

6. Hitam : Dipergunakan sebagai garis pembatas Lambang,

Tulisan Kota Bima dan Tulisan Maja Labo Dahu.

MOTTO:

Motto Daerah Kota Bima adalah “Maja Labo Dahu”.

Arti “Motto Maja Labo Dahu” adalah orang yang beriman dan bertaqwa akan malu kepada

Tuhan, kepada manusia dan diri sendiri dan takut kepada Allah dan juga kepada manusia apabila

tidak mematuhi perintah dan larangan agama dan adat yang baik.

Page 63: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Tabel 4.1.

Tabel 4.2.

Page 64: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Gambar 4.3. Jumlah wisatawan ke Kota Bima

M. Hasil penelitian

Hasil penelitian yang akan dijelaskan didapat dari data primer, yakni wawancara langsung

dengan informan yang berasal dari Dinas Pariwisata Kota Bima, masyarakat/pengelola,

pengunjung dan pihak-pihak yang berkaitan dengan destinasi pariwisata yang dibahas serta

observasi langsung peneliti di lapangan. Untuk data sekunder, peneliti mengambil dari sumber-

sumber terkait destinasi wisata yang ditelaah serta analisis potensi sektor pariwisata di Kota

Bima.

1. Analisa Location Quotient (LQ)

Metode Location Quotient/LQ digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang

dimiliki suatu daerah yaitu sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis dan sektor non basis

dengan menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan satu sektor antara daerah yang

diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas (Kartikaningdyah,

2013). Perhitungan nilai LQ adalah sebagai berikut.

LQij : indeks/koefisien location quotient sektor i di kota/kabupaten j

Page 65: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Xij : PDRB sektor i di kota/kabupaten j

Xi : PDRB sektor i di Provinsi acuan

RVj : Total PDRB di kota/kabupaten j

RV : Total PDRB Provinsi

Tabel 4.3.

PDRB Prov. NTB Periode 2016-2018

Sumber: BPS Kota Bima, 2019

Tabel 4.4.

PDRB Kota Bima Periode 2016-2018

Page 66: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Sumber: BPS Kota Bima, 2019

Tabel 4.5.

Nilai Location Quotient (LQ) Kota Bima Periode 2016-2018

Lapangan Usaha PDRB Nilai LQ

2016 2017 2018

A. Pertanian,Kehutanan,dan Perikanan 0,655755 0,61677 0,576154

B. Pertambangan dan Penggalian 0,017145 0,019872 0,028215

C. Industri Pengolahan 0,801531 0,764941 0,730767

D. Pengadaan Listrik dan Gas 2,954573 2,518151 2,334186

E. Pengadaan Air dan Pengelolaan Sampah 0,443386 0,433963 0,414133

F. Konstruksi 1,039561 1,024612 0,963238

G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Sepeda Motor dan Mobil 1,889999 1,824385 1,684765

H. Transportasi dan Pergudangan 1,332349 1,396214 1,341402

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,432948 1,409984 1,441632

Page 67: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

J. Informasi dan Komunikasi 0,845158 0,820663 0,753566

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,727506 0,711896 0,650177

L. Real Estate 1,800914 1,754943 1,618912

M, N. Jasa Perusahaan 2,128081 2,065282 1,910085

O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,116455 2,029264 1,892421

P. Jasa Pendidikan 1,788256 1,702365 1,56792

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,819794 1,73423 1,603705

R, S, T, U. Jasa Lainnya 1,853152 1,787441 1,661311 Sumber: data penelitian diolah, 2019

Nilai location quotient digunakan untuk menentukan sub sektor-sub sektor mana yang

merupakan sub sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis merupakan sektor yang melakukan

aktifitas berorientasi ekspor keluar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Sektor basis

memiliki peran penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Sedangkan

sektor non basis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat di dalam

batas wilayah perekonomian bersangkutan. Luas lingkup produksi dan pemasaran bersifat lokal.

Tabel 4.5 memperlihatkan nilai LQ dari sektor-sektor yang ada dalam PDRB Kota Bima,

Prov. NTB. Pada tahun 2016-2018, yang menjadi sektor basis dengan nilai LQ > 1 adalah sektor

pengadaan listrik dan gas; konstruksi; perdagangan besar dan eceran; transportasi dan

pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan; real estate; jasa perusahaan; administrasi

pemerintahan; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial serta jasa lainnya. Sedangkan

sektor non basis dengan nilai LQ < 1 adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan;

pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; pengadaan air dan pengolahan; informasi

dan komunikasi serta jasa keuangan dan asuransi.

Sebagai pendukung pariwisata di Kota Bima, lapangan usaha yang menjadi sub sektor

pendukung antara lain penyediaan akomodasi dan makan, jasa perusahaan, transportasi dan

pergudangan, perdagangan besar dan eceran serta pengadaan listrik dan gas. Sub sektor-sektor

tersebut merupakan sub sektor basis dengan nilai LQ > 1. Hal ini dapat diartikan bahwa sektor

pariwisata di Kota Bima berdasarkan telaah location quotient berpotensi besar untuk

dikembangkan karena didukung oleh lima sub sektor basis berdasarkan PDRB ADH konstan.

Page 68: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Tabel 4.6.

Jumlah Wisatawan Prov. NTB Periode 2016-2018

Wisatawan Jumlah wisatawan di Prov. NTB

2016 2017 2018

wisatawan Mancanegara 1404328 1430249 1090020

Wisatawan Domestik 1690109 3508903 1820104

Jumlah 3094437 4939152 2910124 Sumber: BPS Prov.NTB, 2019

Tabel 4.7.

Jumlah Wisatawan Kota Bima Periode 2016-2018

Wisatawan Jumlah wisatawan di Kota Bima

2016 2017 2018

wisatawan Mancanegara 779 1152 1053

Wisatawan Domestik 18724 36465 37286

Jumlah 19503 37617 38339 Sumber: Dispar Kota Bima, 2019

Tabel 4.8.

Persentase Jumlah Wisatawan Periode 2016-2018

Wisatawan %

2016 2017 2018

wisatawan Mancanegara 0,055 0,081 0,097

Wisatawan Domestik 1,108 1,039 2,049

Jumlah 1,163 1,12 2,146 Sumber: Data penelitian diolah, 2019

Dari tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa persentase jumlah wisatawan yang datang ke Kota

Bima memiliki tren positif. Pada 2018, jumlah wisatawan memiliki persentase yang lebih besar

sebanyak 2,146% dari total kunjungan wisatawan di Prov. NTB. Hal tersebut dapat diakibatkan

adanya bencana alam yang menimpa wilayah lain dari Prov. NTB sehingga wisatawan lebih

memilih untuk berkunjung ke Kota Bima.

Page 69: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

2. Analisa Shift Share

Analisis shift share merupakan metode yang digunakan untuk melihat perkembangan dari

sektor perekonomian suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi yang lain dan

perkembangan sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor lain. Metode

perhitungan SS beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi atau nilai tambah suatu daerah (Dij)

dipengaruhi oleh tiga komponen utama yaitu regional share (Nij), pertumbuhan sektoral

(proportional shift), dan pertumbuhan daya saing wilayah (differential shift). Perhitungan

analisis shift share adalah sebagai berikut.

Dij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota Bima disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan

ekonomi di Prov. NTB

Nij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota Bima disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan

ekonomi di Prov. NTB

Mij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota Bima disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan

sektor i Prov. NTB

Cij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota Bima disebabkan oleh keunggulan komparatif

sektor i di Kota Bima

Eij = PDRB sektor/subsektor i di Kota Bima

rij = laju pertumbuhan sektor i di daerah j (Kota Bima)

rin = laju pertumbuhan sektor i di daerah n (Provinsi NTB)

rn = laju pertumbuhan PDRB di daerah n (Provinsi NTB)

Cij = Eij (rij-rin)

= 5,78 (8,12-10,44)

= - 13,41

Mij = Eij (rin-rn)

= 5,78 (10,44-5,82)

= 26,7

Nij = Eij x rn

Page 70: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

= 5,78 x 5,82

= 33,64

Dij = Nij + Mij + Cij

= 33,64 + 26,7 + (-13,41)

= 46,9

Perhitungan di atas diambil dari data laju pertumbuhan PDRB Provinsi NTB dan Kota Bima

pada tahun 2016, yang merupakan perhitungan shift share sektor pariwisata yang diambil dari

sub sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Untuk tahun 2017, nilai shift share sebesar

102,005 sedangkan untuk tahun 2018 memiliki nilai sebesar -68,82. Nilai shift share tahun 2018

memberikan bauran negatif sebesar -68,82 yang berarti bahwa sub sektor penyediaan akomodasi

dan makan minum sebagai penunjang sektor pariwisata Kota Bima akan berjalan lambat. Hal ini

dipengaruhi oleh laju pertumbuhan PDRB Provinsi NTB yang diakibatkan menurunnya laju

pertumbuhan yang dimungkinkan akibat dari banyaknya bencana alam yang mengganggu

perekonomian regional provinsi NTB.

Tabel 4.9.

Laju Pertumbuhan PDRB Periode 2016-2018

Lapangan Usaha PDRB Laju PDRB ADHK Kota Bima

Laju Pertumbuhan PDRB Prov. NTB

2016 2017 2018 2016 2017 2018

A.Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

1.92 4.55 3.03 1.96 6.60 1.65

B.Pertambangan dan Penggalian 6.21 7.85 5.03 6.49 -19.86 -33.71

C.Industri Pengolahan 5.84 5.55 3.97 5.32 5.93 1.33

D.Pengadaan Listrik dan Gas 17.35 3.49 1.93 11.25 4.29 1.55

E.Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

4.58 5.51 0.87 4.89 4.61 -3.64

F.Konstruksi 8.35 9.62 4.83 8.64 7.62 2.41

G.Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

8.01 8.55 5.99 7.66 8.64 5.45

H.Transportasi dan Pergudangan 5.45 7.59 4.11 6.58 7.19 2.03

I.Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

8.12 6.70 5.38 10.44 7.61 -4.59

J.Informasi dan Komunikasi 8.54 7.96 6.62 8.79 8.66 5.41

K.Jasa Keuangan dan Asuransi 6.37 9.58 6.53 12.32 9.98 6.77

L.Real Estat 5.85 5.84 5.74 6.18 7.05 4.66

M,N.Jasa Perusahaan 5.35 5.67 6.51 6.99 5.87 5.08

Page 71: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

O.Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

2.64 2.70 2.38 2.69 3.30 1.03

P.Jasa Pendidikan 5.87 5.87 5.53 5.38 6.54 5.22

Q.Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.89 5.54 8.72 5.70 7.07 8.08

R,S,T,U.Jasa Lainnya 6.60 7.95 5.71 6.29 7.35 5.33

Produk Domestik Regional Bruto 5.78 6.76 4.85 5.82 0.11 -4.56

Sumber: BPS Prov. NTB, data diolah 2019

Tabel 4.10

Analisis shift share berdasarkan PAD

PAD Kota Bima PAD Prov. NTB

2016 2017 2018 2016 2017 2018

30524,799 34890,509 31054,459 1450044,93 1489588,23 1762840,19

*dalam juta rupiah

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bima

Laju pertumbuhan ekonomi Prov. NTB

2016 2017 2018 2016 2017 2018

5,78 6,76 4,7 5,82 0,12 4,56

Analisis shift share berdasarkan PAD

Tahun Nilai SS

2016 176433,338 2017 235859,841

2018 145955,957 Sumber: Data penelitian diolah, 2019

Berdasarkan tabel 4.10, dapat digambarkan bahwa analisa shift share berdasarkan laju

pertumbuhan ekonomi dan PAD Kota Bima dengan Provinsi NTB memiliki nilai positif yang

berarti bahwa laju pertumbuhan ekonomi dan PAD Kota Bima memberikan kontribusi positif

bagi Provinsi NTB.

3. Analisa Tipologi Klassen

Tipologi Klassen mendasarkan pengelompokkan suatu sektor di suatu wilayah dengan cara

membandingkan pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut dengan pertumbuhan ekonomi wilayah

yang lebih luas dan membandingkan pangsa sektor tersebut dengan nilai rata–ratanya di tingkat yang

lebih luas. Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor

tersebut dalam membentuk perekonomian di suatu wilayah. Untuk melihat potensi ekonomi di suatu

Page 72: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

wilayah digunakan pendekatan pertumbuhan sektoral dan kontribusinya terhadap perekonomian di

suatu wilayah. Melalui metode ini diperoleh empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan dari

sektor ekonomi yang berbeda, yaitu: sektor unggulan dan tumbuh pesat, sektor unggulan tapi

pertumbuhannya tertekan, sektor potensial yang berkembang cepat, dan sektor yang tidak potensial.

Tabel 4.11.

Karakteristik tipologi Klassen

Gi:Pertumbuhan sektor i di wilayah analisis

G: Pertumbuhan sektor i di wilayah referensi

Si: Kontribusi sektor i di wilayah analisis

S: Kontribusi sektor i di wilayah referensi

Tabel 4.12.

Penentuan tipologi Klassen sektor-sektor PDRB

Lapangan Usaha PDRB

Laju PDRB ADHK Kota Bima

Laju Pertumbuhan

PDRB Provinsi NTB

PDRB ADH Berlaku Kota

Bima

PDRB Prov. NTB

Kontribusi

sektoral

Pertumbuha

n sektor

al

2018 2018 2018 2018 2018 2018

A.Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

3.03 1.65 534427,46 28984759,78 Si < S Gi > G

B.Pertambangan dan Penggalian

5.03 -33.71 15636,8 17317568,63 Si < S Gi > G

C.Industri Pengolahan 3.97 1.33 119479,03 5108956,56 Si < S Gi > G

D.Pengadaan Listrik dan Gas 1.93 1.55 7282,79 97494,88 Si < S Gi > G

E.Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

0.87 -3.64 1348,56 101753,7

Si < S Gi > G

F.Konstruksi 4.83 2.41 362948,34 11774174,52 Si < S Gi > G

Page 73: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

G.Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

5.99 5.45 968068,33 17955029,82

Si < S Gi > G

H.Transportasi dan Pergudangan

4.11 2.03 400859,68 9337978,74 Si < S Gi > G

I.Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

5.38 -4.59 122731,08 2660232,5

Si < S Gi > G

J.Informasi dan Komunikasi 6.62 5.41 59244,19 2456652,27 Si < S Gi > G

K.Jasa Keuangan dan Asuransi 6.53 6.77 97637,27 4692491,82 Si < S Gi > G

L.Real Estat 5.74 4.66 212403,72 4099759,22 Si < S Gi > G

M,N.Jasa Perusahaan 6.51 5.08 13852,59 226619,74 Si < S Gi > G

O.Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

2.38 1.03 473484,95 7818221,29

Si < S Gi > G

P.Jasa Pendidikan 5.53 5.22 307186,34 6122056,65 Si < S Gi > G

Q.Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

8.72 8.08 125746,02 2450130,58 Si < S Gi > G

R,S,T,U.Jasa Lainnya 5.71 5.33 141835,57 2667802,94 Si < S Gi > G

Produk Domestik Regional Bruto

4.85 -4.56 3964172,73 123871683,6

Sumber: Data penelitian diolah, 2019

Tabel 4.12 memperlihatkan nilai-nilai dalam tipologi Klassen yang didasarkan pada

perbandingan nilai laju pertumbuhan PDRB serta kontribusi sektor-sektor PDRB menurut

lapangan usaha antara Kota Bima dengan Provinsi NTB. Dapat disimpulkan bahwa semua sektor

PDRB menurut lapangan usaha ditinjau dari kontribusi sektoral dan pertumbuhan sektoral

memiliki interpretasi sektor-sektor tersebut merupakan sektor potensial dan masih dapat

dikembangkan.

Di Kota Bima, untuk sub sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebagai

pendukung sektor pariwisata, tipologi Klassen memiliki interpretasi Si < S dan Gi > G yang

diartikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor potensial dan masih dapat dikembangkan

dengan kontribusi sebanyak 4,6% bagi Provinsi NTB.

Tabel 4.13.

Penentuan tipologi Klassen berdasarkan PAD

PAD Kota Bima PAD Prov. NTB

2016 2017 2018 2016 2017 2018

30524,799 34890,509 31054,459 1450044,93 1489588,23 1762840,19

*dalam juta rupiah

Page 74: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bima Laju pertumbuhan ekonomi Prov. NTB

2016 2017 2018 2016 2017 2018

5,78 6,76 4,85 5,82 0,12 4,56

Interpretasi Tipologi Klassen berdasarkan PAD

Tahun Kontribusi

sektoral Pertumbuhan

sektoral

2016 Si < S Gi > G 2017 Si < S Gi > G 2018 Si < S Gi > G Sumber: Data penelitian diolah, 2019

Tabel 4.13 memperlihatkan nilai-nilai tipologi Klassen yang didasarkan pada perbandingan

nilai laju pertumbuhan PDRB serta nilai PAD antara Kota Bima dengan Provinsi NTB. Dapat

disimpulkan bahwa didasarkan pada perbandingan nilai laju pertumbuhan PDRB serta nilai PAD

antara Kota Bima dengan Provinsi NTB ditinjau dari kontribusi sektoral dan pertumbuhan

sektoral termasuk sektor potensial dan masih dapat dikembangkan dengan nilai Si < S dan Gi >

G.

4. Analisa SWOT

Pembahasan berdasarkan teori Middleton (2019:58), yang mengungkapkan lima komponen

yang harus ada dalam produk wisata, yaitu :

11. Atraksi wisata di daerah tujuan wisata; natural attraction, built attraction, cultural

attraction, social attraction

12. Fasilitas dan pelayanan di daerah tujuan wisata

13. Aksebilitas menuju daerah tujuan wisata

14. Image daerah tujuan wisata

15. Harga yang dikenakan pada konsumen

Kemudian dilakukan analisis SWOT terhadap potensi setiap destinasi wisata yang dibahas

dalam penelitian ini.

Tabel 4.14.

Obyek Daya Tarik Wisata Alam Kota Bima

Page 75: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

N0 Nama Obyek Wisata

Jenis Obyek

Wisata Kelurahan Kecamatan

1 Pantai Ni'u Wisata Pantai/ Bahari

Dara Rasanae Barat

2 Pantai Lawata Wisata Pantai/ Bahari

Dara Rasanae Barat

3 Pantai Kolo Wisata Pantai/ Bahari

Kolo Asakota

4 Pantai Ule Wisata Pantai/ Bahari

Melayu Asakota

5 Pantai So Ati Wisata Pantai/ Bahari

Kolo Asakota

6 Pulau kambing Wisata Pantai/ Bahari

7 Pantai Amahami Wisata Pantai/ Bahari

Dara Rasanae Barat

8 Diwu Monca WisataTirta Lampe Rasanae

Timur

9 Lanco Gajah Wisata Tirta jati baru Asakota

10 Taman Ria Wisata Alam

Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2018

Dari banyaknya wisata alam di atas, ada beberapa obyek daya tarik wisata yang cukup

dikenal dan diperkenalkan sebagai obyek daya tarik wisata alam Kota Bima diantaranya

sebagai berikut:

A. Pantai Lawata

Nama Lawata tentu tidak asing lagi bagi masyarakat Bima maupun NTB. Nama

Pantai yang indah di pintu masuk Kota Bima ini memang sudah sejak lama menjadi

obyek wisata andalan bagi Kota Bima. Asal nama Lawata diambil dari kata “Lawang Ita”

yang merupakan percampuran bahasa Jawa dan Bima. Saat itu Sang Bima yang merupakan

musafir dari Jawa kedatangannya disambut oleh masyarakat dan Para Ncuhi di tepi pantai.

Pada saat penyambutan, para Ncuhi mempersilahkan sambil berkata “Lawang Ita” yaitu

“lawang” berarti pintu dan “Ita” berarti Anda. Kata “lawang ita” ini ejaannya kemudian

mulai berubah dalam pelafalannya menjadi Lawata. Pantai Lawata ibarat sebuah gerbang

selamat datang, memberi isyarat bahwa perjalanan akan segera memasuki Kota Bima.

Panjang pantai kira-kira setengah kilometer yang dikelilingi perbukitan yang indah. Di

bawah bukit berbatu terdapat sebuah goa peninggalan Jepang. Dahulu tempat ini

merupakan tempat peristrahatan bagi para bangsawan Bima dan kemudian menjadi

tempat rekreasi andalan masyarakatyang selalu ramai dikunjungi.

Page 76: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Gambar 4.4. Citra satelit pantai Lawata

Pemerintah Kota Bima terus membenahi Pantai Lawata untuk menjadisalah satu

obyek wisata pantai andalan di kota Bima dengan membangun berbagai fasilitas seperti

rumah makan terapung, perlengkapan berenang, panggung hiburan rakyat serta

sederetan penataan lainnya.

1) Atraksi wisata di daerah tujuan wisata; natural attraction, built attraction, cultural

attraction, social attraction

Menurut Kepala Dinas Pariwisata:

“Selain menawarkan panorama pantai yang mempesona untuk dilihat, bisa juga untuk

swaphoto, memancing, atau sekedar makan bersama keluarga. Di areal sekitar pantai

Lawata, diatas bukit yang menghadap ke arah pantai juga telah di bangun rumah-

rumah makan untuk para wisatawan santap siang. Selain itu, tersedia pula lesehan-

lesehan yang menyajikan berbagai makanan khas daerah bima. Wisatawan juga dapat

membawa pulang oleh-oleh khas daerah Bima yang sangat mudah di dapat di kios-kios

penjual suovenir dan oleh-oleh khas Bima. Para wisatawan juga dapat mencoba

berbagai wahana olahraga air. Panorama keindahan Teluk Bima yang tenang sangat

jelas bila berdiri di atas bukit pantai Lawata”.

Menurut Pihak Pengelola :

“Selain wisata pantai, pengunjung Pantai Lawata juga dapat memancing, menyelam,

berperahu, berselancar dan berlayar menuju Pulau Kambing. Bagi pengunjung yang

ingin menyebrang kami pihak pengelola hanya mematok dengan harga Rp. 250.000,

untuk satu rombongan yang ingin menyebrang guna menikmati keindahan dan

eksotiksme pulau Kambing. Apabila masuk jam makan siang pengunjung tidak usah

khawatir kelaparan karena banyak sekali rumah makan yang tersedia di sekitar Pantai

Lawata yang menawarkan sajian khas wisata bahari. Ikannya masih segar-segar yang

kami dapat langsung dari nelayan yang mencari ikan di sekitaran Teluk Bima”.

Menurut Pengunjung :

Page 77: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

“Kalo pergi ke pantai Lawata kita bisa nongkrong-nongkrong di tepi pantai, berenang,

mancing ikan disana. Hasil tangkapannya pun dapat langsung di olah di rumah-rumah

makan yang ada di sekitar pantai. Saya juga sering coba snorkling di pantai ini.

Karangnya bagus, airnya jernih terus juga banyak ikannya. Pokoknya mantap deh. Salut

buat pengelola, semoga terus diadakan peningkatan sarana dan prasarananya biar saya

dan keluarga lebih betah lagi main-main di pantai ini”.

Menurut pandangan penulis, atraksi wisata yang ditawarkan oleh ODTW pantai Lawata

sudah baik dan bervariasi. Hal tersebut dapat menarik lebih banyak pengunjung.

Menurut Bayraktar, dkk. (2016:251), atraksi yang ditawarkan oleh daerah wisata akan

lebih menarik banyak pengunjung bila terdiri dari beberapa atraksi wisata.

2) Fasilitas dan pelayanan di daerah tujuan wisata

Tersediakah sarana parkir bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi seperti

motor, mobil pribadi maupun bus di destinasi tesebut ?

Menurut Kepala Dinas Pariwisata :

“Pada awal tahun 2015 Dinas Pariwisata melakukan Pengurukan sekitar 2000m garis

pantai. Pembebasan garis pantai ini di lakukan untuk membuka lahan parkir di Pantai

Lawata. Karena destinasi ini merupakan salah satu destinasi unggulan, oleh karena itu

sering terjadi penumpukan kendaraan di pintu masuk pantai. Pembebasan sejumlah

garis pantai ini merupakan langklah yang sangat tepat guna. Diharapkan agar

ketersediaan lahan parkir untuk motor, mobil pribadi maupun bus di destinasi tesebut”.

Menurut Pihak Pengelola :

“Lahan parkir di Pantai Lawata terus kami lakukan pelebaran mengingat beberapa

tahun terakhir terus terjadi penungkatan pengunjung. Pantai Lawata merupakan

destinasi pilihan keluarga maka dari itu harus selalu tersedia lahan parkir untuk

kendaraan pribadi dan bus. Selain itu untuk pengendara roda dua tidak usah khawatir

kehilangan helm karena di destinasi ini tersedia tempat penitipan helm yang di jaga

ketat oleh petugas”.

Menurut Pihak Pengunjung :

“Sejauh ini kami dengan keluarga belum pernah tidak mendapatkan tempat untuk

kendaraan parkir. Parkiran di Pantai Lawata ini cukup luas. Selain itu juga tingkat

keamanannya cukup baik”.

Menurut Wakil Direktur Wooden Hippie Tour and Travel:

“lahan parkir untuk mobil pribadi, motor dan bus sudah sangat memadai di Pantai

lawata. Pada awalnya kami sebagai pihak penedia jasa Tour dan Travel sempat

Page 78: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

kebingungan kalo misalnya ada Client yang tipenya serombongan yang biasanya

menggunakan Bus. Ternyata lahan parkirnya sudah terbagi-bagi untuk kendaraan

pribadi, untuk motor dan untuk Bis. Penggolongan kendaraaan yang perkir ini menjadi

sangat memudahkan untuk pengunjung dalam mencari kendaraannya ketika hendak

ingin pulang”.

Tersediakah tempat makan di destinasi tersebut ?

Menurut Pihak Kepala Dinas Pariwisata:

“Kalo untuk masalah kuliner, para pengunjung Pantai Lawata tidak usah khawatir

dilanda kelaparan karena telah tersedia banyak rumah-rumah makan. Rumah-rumah

makan yang ada menyediakan makanan-makanan khas pariwisata bahari seperti Ikan

laut bakar dengan beragam jenis. Bagi yang tidak suka seafood banyak juga tenda-

tenda warung makan yang sengaja dibuka masyarakat sekitar pantai yang menyediakan

makanan non seafood”.

Menurut Pihak Pengelola :

“Kalo kepantai Lawata pengunjung akan dipastikan terhindar dari 3 K, yaitu

Kehausan, Kelaparan dan Kepanasan. Karena destinasi ini telah tersedia banyak

rumah-rumah makan dengan berbagai jenis. Apabila anda pecinta sajian kuliner khas

bahari maka siapkan kocek yang lebih karena banyak sekali jenis olahan hasil laut

yang ditawarkan oleh pihak-pihak penyedia jasa kuliner”.

Menurut Pengunjung :

“Karena kebetulan kami sekeluarga pecinta Seafood makan di Pantai Lawata menjadi

sangat penting. Sajian khas baharinya yang sangat beragam jadi satah satu sebab kami

sekeluarga tidak pernah bosan ke pantai Lawata. Kelaparan kami akan seketika

terobati bila main ke pantai ini. ikan-ikan yang dibakar jenisnya cukup banyak

ragamnya. Selain ikan juga ada cumi bakar, udang bakar dan lain-lain”.

Menurut Wakil Direktur Wooden Hippie Tour and Travel:

“Tidak usah diragukan lagi kalo jasa-jasa penyedia kuliner di sekitaran pantai Lawata

pastinya akan mengobati kelaparan pengunjung. Jenis dan ragamnya sangat banyak.

Hal ini disebabkan karena memang masyarakat setempat banyak yang menyediakan

jasa penyedia kuliner di sekiratan pantai Lawata. Selain itu juga banyak tersedia kios-

kios penyedia oleh-oleh khas daerah Bima”.

Bagaimana ketersediaan sarana penujang pariwisata di destinasi tersebut ?

Menurut Kepala Dinas pariwisata:

“Fasilitas penunjang kesehatan tersedia apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

seperti halnya kecelakan kecil saat berenang di pantai, tak jauh dari pantai ini juga

terdapat Puskesmas Paruga Kota Bima. Pantai Lawata saat ini cukup lengkap seperti,

Page 79: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

toilet, tempat parkir dan gubuk-gubuk yang dibuat di sepanjang pantai. Gubuk (baruga)

ini dapat digunakan oleh pengunjung untuk bersantai bersama keluarga. Selain itu

disekitar pantai juga terdapat café-café warung steak (sajian makanan non seafood)

dan warung makan yang menajikan aneka makanan”.

Menurut Menurut Pihak Pengelola :

“Menurut kami sekeluarga pantai Lawata sudah sangat ideal menjadi destinasi yang

aman untuk kami beserta keluarga. Selain ombak pantainya yang tenang, apabila

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya kecelakan kecil saat berenang di

pantai, tak jauh dari pantai ini juga terdapat Puskesmas Paruga Kota Bima”.

Menurut Pihak Pengunjung :

“Belum lama telah terjadi kecelakaan pada pengunjung yang sedang menikmati pesona

pantai Lawata. Di sinyalir pengunjung ini terseret oleh ombak dan semnpat kehabisan

nafas karena terlalu lama tenggelam di air. Tapi karena adanya yang berdekatan

dengan Puskesmas paruga jadi korban kecelakaan dapat segera dilarikan ke puskesmas

dan dapat segera di berikan pertolongan”.

Menurut Wakil Direktur Wooden Hippie Tour and Travel:

“Selain menawarkan panorama indahnya Teluk Bima di Pantai Lawata ini juga

menediakan olahraga-olahraga khas pariwisata bahari seperti contoh yaitu, olahraga

Surfing. Olahraga ini merupakan salah satu cabang olahraga extream maka itu perlu

diadakan pengawasan yang lebih extra oleh pihak pengelola. Namun dengan kedekatan

lokasi pantai dengan fasilitas penunjang kesehatan seperti Puskesmas apabila terjadi

kecelakaan oleh atlet olahraga ini pihak pengelola maupun jasa-jasa penyedia Tour and

Travel dapat segera mengantisipasi apabila terjadi kecelakan pada atlet-atlet papan

seluncur yang mengalami kecelakaan”.

Untuk sarana lain yang berada di pantai Lawata, Kadis Pariwisata mengungkapkan

bahwa sudah terdapat sarana ibadah berupa musholla, pusat informasi, penginapan,

panggung pentas dan gazebo untuk istirahat pengunjung.

Page 80: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Sumber: Observasi penelitian, 2019

Gambar 4.5. Sarana pendukung di pantai Lawata

Pelayanan prima (service excellent) adalah suatu pelayanan yang terbaik dalam

memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain, pelayanan prima

merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas. Pelayanan yang memenuhi

standar kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan

pelanggan/masyarakat. Pelayanan prima adalah kepedulian terhadap pelanggan.

Jadi pelayanan prima pada dasarnya adalah rasa keperdulian organisasi yang

berorientasi keuntungan (profit oriented) atau organisasi yang berorientasi sosial

(nonprofit) terhadap pelanggan yang ditunjukkan dengan adanya sikap, perhatian, dan

tindakan nyata, sehingga pelanggan merasa nyaman dengan pelayanan prima yang

diberikan (http://standardisasi.menlhk.go.id). Menurut tanggapan penulis, pelayanan di

pantai Lawata sudah dikatakan baik. Layanan parkir, penyebrangan, sarana ibadah,

panggung dan kesehatan sudah tersedia. Fasilitas istirahat bagi pengunjung tersedia

gazebo.

3) Aksebilitas menuju daerah tujuan wisata

Apakah akses jalan ke destinasi tersebut sudah ideal ?

Kalo iya, seperti apa yang sudah ideal menurut narasumber ?

Menurut Kepala Dinas Pariwisata :

“Pantai lawata ini sudah sangat ideal menjadi destinasi yang dapat kami sebarluaskan

ke khayalak ramai. Bila di tinjau dari aspek akses jalan ke destinasi juga sudah sangat

ideal. Selain letaknya yang berada tepat di pinggir jalan lintas Provinsi, akses jalan

menuju destinasi ini sudah sangat ideal melainkan dikeranakan, garis pantai ini memiliki

akses jalan yang bagus. Selain itu juga fasilitas penunjang infrastruktur lainnya seperti

penerangan jalan sudah sangat tersedia di destinasi ini. oleh karena itu destinasi ini

Page 81: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

tidak hanya dapat dinikmati pada siang hari saja melainkan pada malam hari banyak

warung-warung kopi yang buka pada malam hari”.

Menurut Pihak Pengelola :

“Akses jalan menuju pantai ini sangat-sangat ideal melainkan dengan letaknya yang ada

di jalur lintas provinsi. Apabila anda dari pusat kota (Lapangan Serasuba) hanya dengan

menempuh perjalanan darat sekitar 30 menit wisatawan asing maupun manca negara

sudah dapat menikmati pesona indahnya Pantai Lawata. Apabila dari pusat

pemerintahan Kota Bima jaraknya hanya sekitar 15 menit dengan menempuh perjalanan

darat”.

Menurut Pihak Pengunjung :

“Dari rumah kami kepantai Lawata hanya 10 menit, oleh karena itu pantai Lawata masih

jadi pantai andalan kami hingga saat ini. ruas jalannya juga makin kesini makin bagus.

Penerangan jalannya juga selalu ditambah sehingga stigma kalo pantai ini mistis sudah

dapat terpatahkan”.

Menurut Wakil Direktur Wooden Hippie Tour and Travel:

“Menurut kami, akses jalan ke Pantai Lawata sudah sangat ideal. Hal ini kami

sampaikan karena melihat dari segi Infrastruktur yang menurut kami sudah sangat

sesuai dengan area wisata. Bidang jalannya yang bagus, minim jalanan berlubang lalu

penerangan jalan yang sudah sangat teredia di sekanjang jalan atau akses menuju ke

panatai Lawata”.

Apakah stasiun transportasi (Pelabuhan, Bandara, terminal dan stasiun) selalu tersedia

bagi wisatawan yang ingin mengakses destinasi tersebut ?

Menurut Kepala Dinas Parwisata :

“Memang belum tersedia kendaraan khusus untuk ke destinasi ini akan tetapi bagi para

wisatawan asing maupun manca Negara yang ingin mengakses destinasi ini dapat

menaiki Bus umum lintas antar kota antar provinsi”.

Menurut Pihak Pengelola :

“Sejauh ini belum tersedia memang kendaraan yang dikhususkan bagi para wisatawan

asing maupun manca Negara untuk mengakses destinasi ini. akan tetapi, sudah tersedia

banyak armada Bus umum Lintas kota lintas provinsi yang melewati Pantai Lawata

sehingga, para wisatawan asing maupun manca Negara dapat menaiki bus tersebut

untuk dapat menuju ke Pantai Lawata”.

Menurut Pihak Pengunjung :

“Kalo bis khusus sih sejauh ini kami belum pernah tau. Akan tetapi kalau tidak ada

kendaraan pribadi seperti mobil atau motor. Kami biasa menggunakan ojek atau bus

dari Terminal Dara menuju ke pantai Lawata. Ongkosnya cukup terjangkau hanya

Page 82: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

sekitar Rp.3000 kita sudah dapat menaiki bus dan turun langsung di bibir pantai

Lawata”.

Menurut Wakil Direktur Wooden Hippie Tour and Travel:

“Kami dari pihak travel sih tidak terlalu memusingkan ada atau tidaknya kendaraan

atau angkutan yang dikhususkan untuk mengakses Pantai Lawata ini. karena sejatinya

kami telah menyediakan 20 elf (mini bus) dan 4 bus dengan kapasitas 40-50 0rang bagi

wisatawan asing maupun manca Negara yang ingin mengakses destinasi ini”.

Apakah ketersediaan sarana Trasportasi sudah ideal dengan kebutuhan daerah

pariwisata tersebut ?

Menurut Kepala Dinas Pariwisata :

“Sarana transportasi yang dikhususkan untuk ke destinasi ini memang belum

disediakan. Akan tetapi tersedia banyak opsi lan bagi para wisatawan asing maupun

manca Negara yang ingin mengakses pantai Lawata. Selain bus antar kota antar

provinsi para wisatawan dapat mengunakan ojek atau Benhur. Sekedar pengetahuan

untuk peneliti, Benhur adalah kereta yang di Tarik oleh kuda yang merupakan alat

trasportasi tradisional yang merupakan warisan sejarah yang hingga saat ini masih

masyarakat Bima pertahankan keberadaanya. Selain kegunannya yang merupakan alat

trasportasi benhur ini menjadi sangat unik karena menggunakan tenaga hewan untuk

keretanya dapat berjalan”.

Menurut Pihak Pengelola :

“Ketersediaan sarana trasportasi untuk mengakses destinasi ini sudah cukup ideal.

Rencananya apabila mendapatkan subsidi dari pemerintah daerah setempat . pihak

pengelola akan menyediakan kendaraan yang trayeknya dikhususkan ke destinasi ini.

akan tetapi ini merupakan program jangka panjang pihak pengelola. Menyediakan

kendaraan khusus untuk mengakses destinsi ini hingga sekarang menjadi prioritas kami

karena mengingat semakin tahun, pengunjung yang mengakses pantai ini semakin

bertambah jumlahnya”.

Sumber: Observasi penelitian, 2019

Gambar 4.6. Sarana transportasi menuju pantai Lawata

Menurut Pihak Pengunjung :

“Kalo misalnya rencana pengelola menyediakan bus-bus khusus untuk ke Pantai

Lawata ini dapat terlaksanakan. Saya selaku pengunjung akan sangat senang karena

kalo dari terminal Dara sering kali kami kehabisan bus lintas provinsi. Kalo sudah

kehabisan bus mau tidak mau kami menggunakan ojek atau benhur dengan biaya yang

lebih mahal bila dibandingkan dengan menggunakan bus”.

Menurut Wakil Direktur Wooden Hippie Tour and Travel:

“ketersediaan sarana Trasportasi sudah ideal dengan kebutuhan daerah pariwisata

menjadi sangat penting karena mengingat, pengunjung ke destinasi ini yang semkin

Page 83: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

tahun semakin mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Apabila ketersediaan sarana

trasportasi sudah sangat ideal maka peningkatan pengunjung tidak dapat dihindari

oleh pihak pengelola”.

Apakah transportasi yang digunakan layak atau tidak ?

Menurut Kepala Dinas Pariwisata :

“Kalo ditinjau dari segi kelayakan, memang masih jauh dari kata layak. Akan tetapi,

alat transportasi yang tersedia untuk mengakses destinasi ini dapat dikatakan cukup

bervariasi. Bila wisatawan ingin ke Pantai Lawata dari Terminal Dara tersedia banyak

kendaraan yang menuju ke destinasi ini. harganya pun sangat bervariasi mulai dari

Rp.2000-15000”.

Menurut pihak pengelola :

“Menurut kami pihak pengelola, transportasi yang digunakan untuk mengakses

destinasi ini sudah cukup layak. Tersedia banyak pilihan Bus antar kota antar provinsi

bagi para wisatawan asing maupun manca Negara yang ingin mengakses destinasi ini.

pengunjung dapat menggunakan bus, ojek ataupun benhur. Sekedar info benhur itu

kereta yang ditarik oleh kuda. Sensasi yang berbeda akan pengunjung dapatkan apabila

menggunakan benhur menuju ke pantai Lawata”.

Menurut Pihak Pengunjung :

“Kalo dibilang layak sih tidak juga, soalnya banyak bus-bus yang keadannya sudah

dapat dikatakan dibawah rata-rata. Kami suka takut terjadi hal yang tidak dingiinkan

apabila mengakses pantai ini menggunakan bus. Kerena kadang kondektur bus tidak

memperhatikan muatan busnya. Padahal busnya sudah sangat penuh tapi kalu mereka

tau kami hanya ingin ke pantai lawata kami masih saja dipaksa untuk naik bus tersebut.

Kami berharap sih ada kendaraan khusus yang disediakan pemerintah daerah melauli

dinas pariwisata dengan gratis ke pantai Lawata”.

Menurut Wakil Direktur Wooden Hippie Tour and Travel:

“Kalo kami sebagai pihak penyedia jasa tour and travel pastinya menyediakan

kendaraan yang layak dan nyaman bagi pengguna jasa kami. Karena kenyamanan

pengguna jasa merupakan prioritas kami sebagai pihak penyedia jasa”.

Apakah sarana trasportasi sudah ideal ?

Menurut Kepala Dinas Pariwisata :

“Memang belum ada trayek khusus untuk melayani rute dari kota Bima menuju

langsung ke pantai Lawata. Pengunjung bisa memanfaatka bus AKAP, benhur, dan

bemo”.

“Dikatakan ideal, belum sepenuhnya. Tapi menurut saya, sarana transportasi yang

sudah ada dapat dibilang sudah memadai”.

Menurut Pihak Pengunjung :

“Kalo dibilang ideal sih tidak juga, ya itu tadi, bus-busnya kurang bagus. Kalau dari

kota banyak benhur sama bemo, bisa juga ojek. Kami sih inginnya ada angkutan khusus

langsung ke pantai”.

Page 84: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Sumber: Observasi penelitian, 2019

Gambar 4.7. Sarana jalan menuju pantai Lawata

Menurut hasil pengamatan penulis, aksesibilitas menuju pantai Lawata tergolong

aksesibel. Sarana jalan sudah aspal mulus, dengan penerangan jalan yang memadai.

Jaraknya yang dekat pusat kota, serta tersedianya transportasi yang dapat dipilih sesuai

keinginan menjadikan pantai Lawata tujuan favorit untuk berwisata. Menurut penelitian

Candrahalim dan Priambudi (2018), aksesibilitas mempengaruhi keputusan minat

berkunjung ke kawasan wisata.

4) Image daerah tujuan wisata

Martineau seperti dikutip Engel, et al., (2010) mengenai citra yaitu cara dimana

sebuah produk atau merek didefinisikan di dalam benak pembelanja, sebagian oleh

kualitas fungsionalnya dan sebagian lagi oleh atribut psikologisnya.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata :

“Pantai lawata dapat diibaratkan sebagai gerbang masuknya kota Bima. Karena pantai

ini terletak sangat dekat dengan pusat perekonomian dan jantung kota. Apabila

menempuh jalur darat, Pantai ini dapat diakses hanya dengan 30menit perjalanan

darat. Pantai ini memiliki kontur yang darat dan semakin menajak. Terdapat

perbukitan-perbukitan yang tidak terlalu miring konturnya sehingga dapat dinaiki guna

wisatawan yang ingin menukmati panorama indah treluk Bima dan Pulau Kambing”.

Menurut Pihak Pengelola :

“Pantai Lawata dapat disebut sebagai destinasi yang sangat ideal apabila ditinjau dari

segi topografi dikarenakan letaknya yang sangat dekat dengan pusat kota. Selain itu

dengan program kerja Dinas Pariwisata Bima dengan dibukanya sejumlah lajur jalan

lintas provinsi Nusa Tenggara Barat – Nusa Tenggara Timur. Letaknya yang sangat

dekat dengan ibukota menyebabkan Pantai Lawata hingga saat ini masih menjadi

destinasi primadona bagi masyarakat setempat, wisatawan asing maupun manca

Negara”.

Page 85: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Menurut pihak pengunjung :

“Pantai Lawata letaknya sangat dekat dengan rumah kami. Maka dari itu pantai lawata

hingga saat ini masih jadi destinasi primadona keluarga kami. Garis pantainya

panjang jadi bisa berpindah-pindah tempat berteduh. Sekalipun kalo kita tidak bawa

alas untuk duduk- duduk di tepian pantai, sudah tersedia banyak pendopo-pendopo

yang disediakan oleh pihak pengelola”.

Menurut Wakil Direktur Wooden Hippie Tour and Travel:

“Kami sebagai pihak penyedia jasa Tour dan Travel hingga saat ini masih masuk

kedalam destinasi yang utama kami kenalkan kepada pihak pengguna jasa kami. Letak

pantai lawata yang sangat mudah diakses serta garis pantainya yang melintang cukup

panjang mengelilingi Teluk Bima. Hamparan pohon Kelapa yang mengelilingi garis

pantai menambah eksotisme Pantai Lawata”.

Terkait image (gambaran umum) terhadap pantai Lawata, pihak dinas pariwisata

menuturkan bahwa pantai Lawata merupakan destinasi wisata ikon kota Bima dari jaman

dahulu. Menurut penuturan salah satu pengunjung, pantai Lawata memang sudah ramai

dikunjungi sejak lama. Sebagai sarana rekreasi masyarakat Bima khususnya. Tetapi ada

kekurangannya untuk saat ini, kawasan pantai agak kotor dengan sampah. Pengunjung

tersebut juga menuturkan harapan agar pihak-pihak terkait segera menangani masalah

tersebut, agar pantai Lawata sebagai salah satu ikon kota Bima tetap terjaga dan populer

sampai ke luar daerah.

Hasil pengamatan penulis, dapat dikatakan bahwa pantai Lawata merupakan image bagi

kota Bima, karena dikenal sejak dahulu sebagai gerbang masuknya kota Bima, hal ini

termasuk pada citra unik destinasi wisata. Untuk citra kognitif, pengunjung merasakan

fasilitas dan sarana yang tersedia sudah memadai. Sedangkan untuk citra afektif,

pengunjung merasakan kenyamanan dan rasa senang mengunjungi pantai Lawata. Citra

destinasi (destination image) merupakan pengetahuan mengenai suatu destinasi dan apa

yang dirasakan oleh wisatawan selama berwisata. Coban (2012) dalam (AsyaHanif et al,

2016) penelitiannya menjelaskan bahwacitradestinasi terdiri dari hasil penilaian rasional

atau citra kognitif (cognitive image) dan penilaian emosional atau citra afektif (affective

image) dari destinasi itu sendiri. Hasil penelitian dari Cipta dan Farida (2018)

mengungkapkan bahwa image/citra daerah tujuan wisata menentukan gambaran yang

diterima (perceived value) dan perhatian (behavioral intention) dari calon pengunjung untuk

mendatangi suatu obyek wisata.

Page 86: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

5) Harga yang dikenakan pada konsumen

Menurut Kepala Dinas Pariwisata :

“Sebenarnya alangkah lebih bagusnya destinasi ini agar di gratiskan saja karena

mengingat letak Pantai Lawata yang dapat dikatakan sebagai wajahnya kota Bima”.

“Akan tetapi dengan sangat terpaksa kami mengeluarkan peraturan agar para

wisatawan yang mengunjungi destinasi ini membeli tiket masuk seharga Rp.2000.Hasil

pendapatan dari pengunjung ini akan digunakan untuk peningkatan sarana dan

prasarana yang ada di Pantai Lawata”.

Menurut Pihak Pengelola :

“Semenjak destinasi ini dikelola oleh pihak pengelola telah kami berlakukan tikcketing.

Dengan harga tiket masuk Rp.2000 rupiah pihak pengunjung sudah dapat menikmati

panorama indahnya Teluk Bima melalui Pantai Lawata. Selain pemberlakuan tiket

masuk, pihak pengelola juga menyediakan tiket speedboad seharga Rp.250.000 untuk

satu kali perjalanan menyeberang ke Pulau Kambing”.

Menurut Pihak Pengunjung :

“Harga tiketnya sangat terjangkau hanya dengan merogoh kocek Rp.10.000 kami

sekeluarga yang berjumlah 5 orang sudah dapat menikmati liburan di Pantai lawata.

Makanya kami tidak pernah bosan kepantai ini karena tiket masuk pantainya cukup

terjangkau. Dalam satu bulan saja saya dan keluarga bisa berkunjung 3-4 kali dalam

satu bulan”.

Menurut Wakil Direktur Wooden Hippie Tour and Travel:

“Setau saya sudah diberlakukan tiket masuk untuk mengakses pantai Lawata. Akan

tetapi harga tiketnya sangat murah dan terjangkau. Hanya dengan membayar Rp.2000

pengunjung sudah dapat menikmati indahnya gugusan pantai Lawata yang dikelilingi

oleh Teluk Bima”.

Penulis menanggapi bahwa untuk destinasi wisata, harga masuk pantai Lawata

dikatakan murah meriah. Biaya transportasi juga terjangkau, harga makanan dan

minuman di lokasi juga standar, harga sarana permainan air pun terjangkau, sampai

tarif menginap pun tidak terlalu mahal. Hal tersebut dapat mendukung bertambahnya

pengunjung untuk berwisata. Fasilitas pariwisata yang ada di Pantai Lawata berupa

shelter dan panggung hiburan yang akan menampilkan berbagai macam hiburan dan

kesenian rakyat. Hasil penelitian Baiturrahman (2018), menunjukkan bahwa harga

termasuk salah satu faktor penentu yang dipertimbangkan calon pengunjung destinasi

Page 87: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

wisata.

Tabel 4.13.

Analisis SWOT Pantai Lawata

Kekuatan (strength-S) Kelemahan (weakness-W)

1. Merupakan ikon Kota Bima 2. Suasana nyaman 3. Udara sejuk 4. Berada pada posisi strategis/dekat

pusat kota dan dilintasi jalan antar provinsi

1. Atraksi wisata air yang minim 2. Tidak ada transportasi khusus ke

pantai Lawata 3. Masih dalam tahap

pengembangan 4. Fasilitas pendukung untuk kuliner

belum tertata dengan baik dan menarik

Peluang (oppurtinity-O) Ancaman (threats-T)

1. Adanya rencana pemerintah kota untuk mengembangkan pantai Lawata

2. Adanya otonomi daerah untuk pengembangan pariwisata

3. DTW dekat dengan pusat kota 4. Motivasi untuk wisata yang tinggi

dari masyarakat lokal maupun luar daerah

5. Terletak pada jalan antar provinsi

1. Pantai Lawata bukanlah satu-satunya obyek wisata di Kota Bima

2. Pantai Lawata bukanlah satu-satunya obyek wisata pantai di Kota Bima

3. Perilaku pengunjung yang membuang sampah sembarang di pantai

4. Belum tersedianya sarana tempat sampah yang cukup

5. Pengembangan kawasan ekonomi khusus Mandalika

1) Strategi SO (strength and oppurtinity). Pantai Lawata yang merupakan ikon Kota Bima

sejak dahulu kala dapat dijadikan kekuatan untuk meraih peluang pengembangan potensi

destinasi wisata dalam rangka menarik pengunjung dari luar daerah dan mancanegara

sebanyak banyaknya.

2) Strategi ST (strength and threats). Adanya dukungan dari pemerintah kota Bima melalui

RPJPD untuk pembangunan fasilitas menuju dan di daerah destinasi wisata dapat

meminimalisir kekurangan pada ODTW.

3) Strategi WO (weakness and oppurtinity). Kekurangan pada DTW pantai Lawata yang

diakibatkan adanya sampah yang mengotori pantai dapat dijadikan sebagai ajang kegiatan

Page 88: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

bersih-bersih pantai dengan mengikutsertakan masyarakat dan wisatawan yang

berkunjung.

4) Strategi WT (weakness and threats). Penambahan fasilitas pendukung di pantai Lawata

dan sarana dan infrastuktur transportasi dapat menambah daya tarik dan menambah daya

saing dengan DTW lainnya.

B. Obyek daya tarik wisata alam kota bima

So ati, amahami, diwu monca

1. Atraksi wisata di daerah tujuan wisata; natural attraction, built attraction, cultural

attraction, social attraction

Menurut pihak disbudpar kota Bima, pantai So Ati memiliki kelebihan pada alam bawah

air yang memiliki terumbu karang yang bagus. Dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi

air seperti berenang, olah raga air, snorkelling dan diving, serta memancing. Dituturkan

pula, daerah So Ati merupakan kawasan budidaya rumput laut dan keramba apung yang

sekaligus sebagai mata pencaharian warga sekitar.

Menurut informasi dari warga sekitar, di daerah So Ati ini tempatnya rumput laut, dan

memelihara ikan di keramba. “Untuk kegiatan orang-orang yang berkunjung sih yang

saya tahu, berenang-berenang, makan-makan, sewa perahu, mancing”, tutur seorang

warga. “itupun biasanya di akhir pekan, kalau hari biasa jarang sekali, bahkan tidak

ada”, tambahnya. Menurut informasi dari pengunjung yang berhasil ditemui di lokasi, ia

mengungkapkan bahwa kalau berkunjung ke pantai So Ati biasanya ia sekedar berenang,

menikmati pemandangan, dan kalau sedang ada uang lebih, ia membeli ikan dari nelayan

dan membakarnya di pantai. “kalau sudah sore hari, lihat-lihat warga yang kontrol

keramba-keramba ikan, sekalian lihat sunset”, tambahnya.

Pantai Amahami yang berada di daerah Mpunda memiliki keunggulan, yang pertama

karena dekat pusat kota (± 2,5 Km). Yang kedua, tempat ini biasa digunakan untuk

latihan kuda pacuan. Memiliki taman untuk berjalan-jalan, kemudian sebagai tempat

wisata kuliner khas Bima juga. Adanya masjid terapung juga menambah daya tarik di

kawasan pantai ini.

Page 89: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Menurut pengunjung, biasanya ia melepas penat di pinggir pantai Amahami sambil

menikmati pemandangan, kalau sore bisa melihat sunset. Sedangkan menurut pengunjung

lain, ia biasanya keliling pantai dengan menyewa perahu bersama keluarga baru nanti

anak-anak berenang di pantai. Menurut informasi dari pedagang, di daerah Amahami

biasanya ramai di sore sampai malam hari pada hari-hari biasa. “Banyak yang makan di

sini kalau malam hari, atau sekedar duduk-duduk santai sambil ngobrol”, ujarnya.

Untuk wisata alam Diwu Monca, kelebihan wisata alam yang ditawarkan adalah tracking

pemandangan alam menyusuri DAS (daerah aliran sungai) sungai Lampe sampai tempat

seperti kolam. Kolam itulah yang disebut sebagai Diwu Monca. Menurut penuturan

seorang pengunjung, wilayah diwu monca pemandangannya asih asri, udara masih segar,

tetapi ia menuturkan memang lokasinya agak jauh. Salah satu masyarakat menjelaskan

bahwa orang-orang yang datang ke sini untuk menikmati alam sambil jalan-jalan

menyusuri sungai, terakhir mereka melepas lelah dengan berenang di kolam diwu monca.

2. Fasilitas dan pelayanan di daerah tujuan wisata

Untuk sarana parkir kendaraan di Pantai So Ati, salah satu pengunjung menuturkan

bahwa ia memarkir kendaraan roda duanya langsung dilokasi di dekat saung yang ia

gunakan. Untuk parkir kendaraan roda empat, ia menuturkan bahwa ia pernah melihat

mereka parkir juga di dekat tempat mereka berekreasi di pantai. Untuk kendaraan besar ia

belum pernah menjumpai rombongan yang berwisata ke pantai So Ati.

Senada dengan pengunjung tersebut, salah satu warga Pantai So Ati yang memiliki

warung mengungkapkan bahwa kalau untuk parkir kendaraan, motor dan mobil kecil

langsung parkir d dekat pantai. “di pantai sini belum ada rombongan yang datang

rekreasi pakai bus, pengunjung dari kota biasanya yang sudah sering ke sini. Biasanya

yang mencari tempat yang tidak ramai pantainya”.

Untuk fasilitas dan layanan lain di Pantai So Ati, salah satu pengunjung menuturkan

bahwa untuk warung menjajakan makanan minuman ada tapi tidak sebanyak di pantai

yang ramai pengunjungnya. “kebetulan di tempat yang saya singgahi ini saung milik

warga yang punya warung juga, ia juga melayani kalau kita ingin bakar-bakar ikan.

Aneka jajanannya memang tidak terlalu banyak apalagi lengkap, tapi sekedar makanan

Page 90: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

dan minuman ringan tersedia disini. Kalau soal harga, menurut saya standar lah, beda

Rp.2000-3000 masih wajar. Kita makan keluar duit Rp.20.000-30.000 sudah kenyang

sama ngopi juga”. Pengunjung tersebut juga menambahkan bahwa untuk wc umum, ia

menggunakan tempat di dalam rumah pemilik warung. “untuk urusan buang air, kita

numpang sekalian sama pemilik saung, kan rumahnya di sebelah warung, jadi tidak jauh,

sekalian untuk kita sholat sekalian, musholla agak jauh kalau kita tempatnya di sini,

musholla agak ke arah sana dua ratus meteran lah”. “untuk layanan kesehatan saya kira

hanya di puskesmas, itu jauh lagi, tapi mudah-mudahan tidak terganggu lah kita kalau

persoalan kesehatan, kalau ga sehat, kita ga datang ke sini”, ujar pengunjung sambil

tersenyum.

Hasil konfirmasi kepada pemilik warung, ia mengatakan bahwa di Pantai So Ati memang

sarana ibadah agak jauh kalau dari tempatnya. Biasanya pengunjung yang menyewa

saungnya menggunakan wc dan sholat di dalam rumahnya. “mereka kan sudah

menggunakan (menyewa) saung saya, jajan juga di sini, kadang bakar ikan juga, saya

persilahkan pakai sarana di rumah saya, apalagi untuk sholat”, ujarnya.

Hasil konfirmasi kepada pihak disbudpar. “memang belum kita garap kalau di pantai So

Ati, tapi sudah masuk ke dalam perencanaan. Mudah-mudahan kalau di Kolo-nya sudah

kita rapihkan, baru kita geser ke daerah itu. Maklumlah dengan segala keterbatasan

yang kita miliki, ga bisa kita garap semuanya sekaligus”. Narasumber juga mengatakan

bahwa pihak dinasnya mengakui bahwa sarana dan fasilitas seperti lahan parkir, sarana

ibadah, wc umum belum disediakan khusus, hanya dikelola warga setempat.

Untuk sarana parkir kendaraan di Pantai Amahami, salah satu pengunjung menuturkan

bahwa ia memarkir kendaraan roda duanya langsung dilokasi di pinggir pantai. Untuk

parkir kendaraan roda empat, ia menuturkan bahwa mereka parkir di pinggir jalan di

pantai. Untuk bus pariwisata, ia belum pernah menjumpai rombongan yang berwisata ke

pantai Amahami. “biasanya hanya warga-warga sekitar yang rekreasi, kalau dari luar

kota, saya kira mereka datangnya perorangan atau perkelompok beberapa orang saja,

sehingga saya belum pernah lihat untuk bus pariwisata”.

Senada dengan pengunjung tersebut, salah satu pedagang di Pantai Amahami

mengungkapkan bahwa kalau untuk parkir kendaraan, motor dan mobil kecil langsung

parkir d dekat pantai. “di pantai sini untuk parkir kendaraan langsung di samping

Page 91: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

warung, biasanya kalau bukan orang sini, tamu luar kota/daerah yang mencari tempat

makan saja atau jalan-jalan santai”.

Untuk fasilitas dan layanan lain di Pantai Amahami, salah satu pengunjung menuturkan

bahwa untuk warung yang menjajakan makanan minuman ringan banyak, untuk tempat

makan juga banyak, ramai pengunjungnya. “karena dekat kota, makanan dan minuman

banyak tersedia. Warung makanan khas Bima maupun yang biasa juga ada”. Pengunjung

tersebut juga menambahkan bahwa untuk wc umum, ia menggunakan di masjid yang ada

di pantai. “untuk layanan kesehatan saya kira ada puskesmas, atau klinik”, kata

pengunjung tersebut.

Hasil konfirmasi kepada pedagang, ia mengatakan bahwa untuk sarana ibadah bisa di

masjid terapung dalam area pantai, atau musholla di seberang jalan. Pihak disbudpar

menjelaskan bahwa pantai Amahami masih terus akan dilengkapi sarananya. “Taman

sudah kita bangun sebagai penunjang wisata pantai. Nanti kita tambah sarananya, kan

masjid sudah ada, tinggal sarana toilet umum dan kita tambah tempat sampah, juga

lahan parkir khusus”. Narasumber juga mengatakan bahwa pihak dinasnya tengah

mengkoordinasikan untuk mengalokasikan pedagang yang ada.

Untuk kawasan Diwu Monca, pengunjung memarkir kendaraan dititipkan di rumah

warga dengan membayar seikhlasnya. “Karena areanya masih benar-benar alam, di sini

tidak ada pedagang, kita harus bawa bekal sendiri”, menurut seorang pengunjung.

Warga sekitar menuturkan bahwa kawasan diwu monca agak jauh dari permukiman

penduduk dengan medan yang bervariasi, sehingga warga enggan untuk berjualan disana.

“medannya agak sulit, sehingga agak repot untuk berdagang disana, kita hanya

menyediakan tempat untuk parkir kendaraan dan tempat istirahat sementara, untuk

pemandu juga kita bisa”, menurut seorang warga. Untuk sarana penunjang, pengunjung

dan warga menuturkan hal senada bahwa belum tersedia penunjang apapun karena

memang agak jauh dari permukiman dan keramaian. Menurut pihak Dispar, kawasan

Diwu Monca belum menjadi prioritas dikarenakan kawasan wisata yang diprioritaskan

belum selesai dari target.

3. Aksebilitas menuju daerah tujuan wisata

Page 92: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Terkait akses ke pantai So Ati, pengunjung mengatakan bahwa untuk mencapai daerah

tersebut selain menggunakan kendaraan pribadi, menggunakan angkutan umum antar

kota dengan ongkos sekitar Rp.15.000. Untuk sarana jalannya, ia mengatakan bahwa

sudah cukup bagus, meski ada beberapa titik yang sudah tidak mulus. “Penerangan jalan

yang masih harus ditambah, karena hanya penerangan dari rumah warga dipinggir jalan

saja yang ada sampai sekarang. Kalau pas lewat yang tidak ada rumah warganya, ya

gelap”, ujar pengunjung. Menurut pihak disbudpar, “memang kalau ke sana, agak jauh

dari kota. Dari sarana transportasi umum (bandara, terminal dan pelabuhan) juga

jauh”. Pihaknya pun mengatakan bahwa sarana jalan umum sudah lebih bagus sekalipun

belum seluruhnya. Untuk PJU (penerangan jalan umum) sudah dikoordinasikan berupa

masukan dan permohonan ke dinas terkait untuk melengkapi sarana jalan ke sana.

Terkait akses ke pantai Amahami, pengunjung mengatakan bahwa untuk mencapai

daerah tersebut selain menggunakan kendaraan pribadi, banyak angkutan umum. Untuk

sarana jalannya, ia mengatakan bahwa sudah bagus, dan sekarang sudah dua jalur dengan

penerangan jalan cukup banyak. Menurut pihak disbudpar, “Karena dekat dari kota,

sarana transportasi umum (bandara, terminal dan pelabuhan) dekat”. Pihaknya pun

mengatakan bahwa sarana jalan umum sudah lebih bagus dengan penerangan jalan umum

yang baik.

Akses menuju kawasan Diwu Monca jalannya sudah bagus, dari Lampe ongkos ojek

Rp. 15.000, hanya saja masuk ke area Diwu Monca harus berjalan kaki agak jauh, sekitar

satu jam, menurut penuturan seorang pengunjung dan warga. Pihak dispar menyebutkan

bahwa untuk akses masuk kawasan, memang tracking nya masih alami, kita tidak bisa

merubah, karena itu menjadi bagian daya tarik wisata Diwu Monca.

4. Image daerah tujuan wisata

“Sebenarnya, daerah So Ati itu terkenal dengan budidaya rumput laut, keramba

apung serta tempat barang-barang bekas dari luar negeri”, ujar pihak disbudpar.

“Untuk wisata pantai sebenarnya kurang begitu terkenal, meski memiliki terumbu

karang yang bagus. Tapi kelebihan itu yang nantinya akan dikembangkan oleh

pemkot”, tambahnya. Menurut warga setempat, daerahnya memang dari dulu terkenal

dengan rumput lautnya dan keramba. Selain sebagai nelayan, rumput laut menjadi

Page 93: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

andalan pendapatan warga. Harga rumput laut kering mencapai Rp. 10.000 per

kilogramnya, sedangkan ikan kerapu mencapai Rp. 250.000 an per kilo nya. Perihal

akan adanya pengembangan wisata pantai, ia menuturkan bahwa ia mendukung sekali

rencana tersebut. Tetapi ia menginginkan agar rumput laut dan keramba juga

dimasukkan ke dalam rencana tersebut.

Menurut Lohmann dan Netto (2007) dalam Prasetyo dan Arifin (2018:37), meningkatkan

reputasi tujuan merupakan komponen pemasaran penting dari citra lokal destinasi wisata.

Sistem produksi pariwisata daerah dapat menciptakan citra terkonsilidasi jika usaha

pemasarannya berorientasi pada masyarakat dan produk pariwisata yang ditawarkan

sesuai dengan citra yang dipromosikan.

“Amahami merupakan gerbang masuknya Kota Bima, itulah citra yang selama ini

sudah terbentuk”, ujar pihak disbudpar. “Untuk wisata pantai, masih akan terus

dikembangkan oleh pemkot”, tambahnya. Menurut warga setempat, Amahami sudah

terkenal karena tempat dilatihnya kuda-kuda pacuan. Beberapa tahun ini dikembangkan

karena daerah ini tempat masuk untuk ke kota. Menurut Soekadijo (2000), salah satu

batasan suatu kawasan wisata unggulan adalah daerah tersebut dapat berfungsi sebagai

identitas daerah.

Citra wisata untuk Diwu Monca adalah wisata alam berupa tracking sungai dan kolam

mata air dengan pemandangan pegunungan yang asri. Wisatawan akan dimanjakan

dengan rimbunnya pepohonan dan suara-suara hewan liar.

5. Harga yang dikenakan pada konsumen

Menurut penuturan pengunjung, biaya yang ia keluarkan untuk rekreasi di pantai So Ati,

dari transportasi sampai makan masih terbilang wajar dan standar. Menurut pengakuan

warga pemilik warung, ia menuturkan bahwa makanan dan minuman yang dijajakan

dijual dengan harga wajar meski lebih tinggi dari di kota. Ia mengakui jikalau harga yang

ditawarkan selisihnya terlalu jauh, ia tidak akan mendapat pemasukan yang lebih banyak,

karena pengunjung enggan membeli di warungnya. Hasil pengamatan penulis, penulis

menghabiskan kurang lebih satu liter bensin untuk transportasi kendaraan roda dua

Page 94: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

pulang pergi dari tempat awal, makan dan minum mengeluarkan Rp. 30.000 untuk dua

orang. Dapat disimpulkan oleh penulis, biaya yang dikeluarkan masih tergolong murah.

Menurut Medlik (dalam Utama, 2017:106), harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan

wisata akan memberikan imbas pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga

permintaan wisatawan akan berkurang.

Menurut penuturan pengunjung, untuk bersantai di pantai Amahami, ia mengeluarkan

dana hanya sedikit, untuk parkir dan minuman ringan. Kalau dengan makan juga masih

harga biasa. Menurut pengakuan pedagang, ia menjual makanan dan minuman dengan

harga yang sama. Ia mengakui jikalau harga yang ditawarkan ada selisihnya, warungnya

akan sepi, karena warung disini banyak. Berdasarkan penuturan pihak disbudpar, mereka

tidak melakukan kontrol terhadap harga yang dikenakan oleh pedagang. “mereka sudah

paham tentunya, lokasi yang dekat keramaian apabila mengenakan harga yang lebih

tinggi, mereka tentunya tidak akan bersaing dengan pedagang lainnya”, ujar pihak

disbudpar. Hasil pengamatan penulis selama observasi di sini, penulis membeli makanan

dan minuman dengan harga normal. Jaraknya yang dekat dengan keramaian dan

penginapan untuk wisatawan luar daerah, membuat biaya yang dikeluarkan untuk wisata

disini hanya sedikit. Menurut Dina (2016), persaingan harga pada suatu daerah wisata

akan mempengaruhi keuntungan yang didapat oleh pedagang.

Menurut penuturan pengunjung, pengeluaran ke daerah Diwu Monca tidak terlalu mahal.

Kita memanfaatkan dari warga sekitar yang menawarkan jasa pemandu, menyediakan

makanan dan untuk tempat istirahat.

Tabel 4.16.

Analisis SWOT Obyek Daya Tarik Wisata Alam Kota Bima

Kekuatan (strength-S) Kelemahan (weakness-W)

1. Wisata alam pantai merupakan fokus Kota Bima dalam

1. Atraksi wisata air di kawasan wisata pantai masih minim

Page 95: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

mengenalkan konsep “Kota Tepian Air”

2. Wisata alam pantai berada pada posisi strategis di jalan lintas antar provinsi

3. Masing-masing pantai punya keunggulan sendiri

4. Suasana alami, nyaman dan udara sejuk

2. Tidak ada transportasi khusus ke kawasan wisata pantai dan wisata alam lain

3. Kawasan wisata masih ada yang dalam tahap pengembangan maupun belum dikembangkan

4. Fasilitas pendukung di kawasan wisata belum semuanya ada

Peluang (oppurtinity-O) Ancaman (threats-T)

1. Masuk dalam RPJMD dan RIPPDA Kota Bima untuk dikembangkan

2. Adanya otonomi daerah untuk pengembangan pariwisata

3. Dapat ditempuh dalam waktu singkat dari pusat kota

4. Motivasi untuk wisata yang tinggi dari masyarakat lokal maupun luar daerah

5. Pengembangan pariwisata untuk mendukung ekonomi masyarakat sekitar

6. Adanya kelompok masyarakat sadar wisata

1. Kota Bima bukanlah satu-satunya wilayah yang mengembangkan wisata alam

2. Banyaknya obyek wisata alam yang harus dikembangkan dan dikelola oleh pemerintah Kota Bima

3. Perilaku dan kesadaran pengunjung dalam menjaga obyek wisata

4. Wisata di Kota Bima belum terkenal seperti kota/kab. Lain di Provinsi NTB

1) Strategi SO (strength and oppurtinity). RPJMD dan RIPPDA untuk pengembangan

konsep Kota Tepian Air dapat menjadikan daya tarik bagi Kota Bima dalam meraih

peluang kunjungan wisata sebanyak banyaknya.

2) Strategi ST (strength and threats). Banyaknya kawasan pantai dan wisata alam untuk

dikembangkan menjadi tantangan pemerintah kota Bima untukmeminimalisir kekurangan

pada ODTW.

3) Strategi WO (weakness and oppurtinity). RPJMD dan RIPPDA untuk pengembangan

daerah wisata, menjadi peluang pemerintah Kota untuk melengkapi sarana dan fasilitas

penunjang pada DTW.

Page 96: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

4) Strategi WT (weakness and threats). Penambahan fasilitas pendukung dalam sarana

atraksi wisata air dan transportasi khusus dapat menambah daya tarik dan menambah

daya saing dengan DTW lainnya.

C. Obyek daya tarik wisata budaya kota bima

Museum asi mbojo, sentra tenun khas bima

1. Atraksi wisata di daerah tujuan wisata; natural attraction, built attraction, cultural

attraction, social attraction

Menurut pengelola Museum Asi Mbojo, “di museum ini pengunjung dapat melihat

kebesaran dari kesultanan Bima pada jaman dahulu. Mulai dari bangunan, koleksi

pakaian, peralatan, sampai senjata dapat dilihat disini dengan tujuan masyarakat bisa

bercermin dan membanggakan adat budaya dari leluhur mereka”. Berdasarkan

ungkapan pengunjung, mereka berkunjung ke Museum Asi Mbojo dalam rangka tugas

sekolah dalam mempelajari sejarah Bima agar mereka memahami dan sadar akan adat

istiadat dan budaya yang harus dijaga.

Untuk sentra tenun Bima Rambadompu, warga menjelaskan bahwa “daya tarik dari desa

ini adalah kain tenun khas Bima yang masih diproduksi secara turun menurun dengan

motif-motif khas Bima yang masing-masing mempunyai arti dan makna tersendiri. Kita

perlihatkan proses penenunan menggunakan alat tradisional, pengunjung juga bisa

mencoba alatnya memilih kain tenun yang dapat bisa mereka beli sebagai souvenir”.

Menurut seorang pengunjung, “kita bisa melihat proses pembuatan/tenun langsung dari

warga. Kita langsung bisa beli kain tenun disitu juga, harga mulai Rp. 150.000 sampai

jutaan ada”.

2. Fasilitas dan pelayanan di daerah tujuan wisata

Museum Asi Mbojo dulunya merupakan Istana bagi Raja dan Sultan Bima. Museum ini

dikonstruksi dengan campuran gaya Eropa dan Bima pada tahun 1927 oleh Mr.

Obzicshteer Rehata, arsitek kelahiran Ambon yang diundang pemerintah Kolonial

Belanda ke Bima. Ia dibantu oleh Bumi Jero Istana dan dilakukan secara gotong royong

oleh masyarakat ditambah pembiayaan dari anggaran belanja kesultanan. Asi Mbojo

Page 97: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

terletak di tengah-tengah Kota Bima di atas lahan seluas 10 Ha. Luas dari utara selatan

kurang lebih dua kali luas dari timur barat. Istana menghadap ke barat. Di depannya

terdapat alun-alun disebut lapangan “Sera Suba” karena di sana tempat latihan pasukan

kesultanan yang disebut “Suba”. Di sini juga raja tampil secara terbuka di depan rakyat

pada saat upacara- upacara penting atau perayaan hari besar keagamaan.

Untuk sarana parkir di Museum Asi Mbojo, disini tersedia luas, untuk rombongan besar

menggunakan bus pariwisata tertampung. Untuk urusan makan dan minum karena adanya

di pusat kota, pengunjung tidak perlu khawatir, pun dengan fasilitas ibadah maupun

kesehatan. “memang untuk sarana kesehatan hanya menyediakan kotak P3K saja sesuai

standar, selebihnya kita rujuk ke klinik di dekat museum. Untuk sarana lainnya

pengunjung tidak perlu khawatir, tempat ini berada di pusat kota”, tutur seorang penjaga

museum.

Pada masa lalu, kaum wanita Mbojo (Bima-Dompu) telah mampu memproduksi berbagai

jenis kain tenun yang bermutu dan bernilai seni. Bukan hanya untuk kebutuhan

masyarakat Mbojo, tetapi juga menjadi barang yang laris di wilayah Nusantara. Semua

orang tua bangga, bila putra-putri mereka menjadi penenun yang terampil dan kreatif.

Sebaliknya bila putri mereka tidak memiliki ketrampilan di bidang Muna ro Medi, orang

tua akan merasa malu kepada masyarakat, karena gagal melaksanakan amanat adat yang

mengharuskan semua wanita Mbojo menjadi penenun yang terampil.

Untuk sarana penunjang wisata tenun di desa Rabadompu, Rasanae Timur, seperti sarana

parkir, akomodasi makan minum, sarana ibadah, dan kesehatan sudah ada. “kebetulan

daerah wisatanya ada di perkampungan tempat keramaian, jadi sarana-sarana seperti

itu sudah ada, memang tidak dibangun khusus dari pemerintah hanya memanfaatkan

yang ada di kampung sini”, ujar warga sekitar. Menurut pengunjung, ia menngatakan

bahwa di daerah sentra tenun ini banyak pilihannya, kita bebas mau melihat pembuatan

dan membeli dari tempat yang menurut kita bagus. Parkir kendaraan langsung dilokasi,

tempat makan tersedia, sarana ibadah pun ada. Menurut pihak dispar, sentra tenun

tersebut merupakan implementasi dari pengembangan wisata berbasis wisata dengan akar

budaya. “kita libatkan masyarakat sekitar dalam melestarikan budaya sekaligus

menambah tingkat ekonomi masyarakat melalui kerajinan tenunnya”. “untuk sarana

Page 98: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

yang ada, karena berbasis masyarakat, kita hanya memberikan arahan saja agar

kampung yang menjadi sentra wisata tenun tersebut mempersiapkan dengan baik”.

3. Aksebilitas menuju daerah tujuan wisata

Akses ke Museum Asi Mbojo sangat mudah karena letaknya di pusat kota, pengunjung

dapat memanfaatkan sarana transportasi yang ada seperti ojek, benhur, taksi maupun bus.

Akses dari pusat transportasi (Pelabuhan, Bandara, terminal) sangat mudah.

Akses ke sentra tenun desa Rambadompu sangat mudah karena letaknya di pusat kota,

pengunjung dapat memanfaatkan sarana transportasi yang ada seperti ojek, benhur, taksi

maupun bus. Akses dari pusat transportasi (Pelabuhan, Bandara, terminal) sangat mudah.

“Untuk kedua tempat wisata tersebut, pengunjung dapat dengan mudah menemukan dan

mengakses transportasi, sarana jalannya pun sudah baik, jenis transportasinya juga

banyak”, ungkap pihak dispar.

4. Image daerah tujuan wisata

Citra Museum Asi Mbojo sudah terkenal di Kota Bima. Sebagai istana kesultanan Bima

tentunya merupakan tempat sumber sejarah dan adat budaya. Masyarakat yang akan

mempelajari sejarah dan adat budaya Bima pasti akan mengunjungi Museum Asi Mbojo.

Untuk Rambadompu, citra daerah wisata budaya ini merupakan sentra kain tenun khas

Bima. Berbagai motif kain tenun khas Bima ditawarkan dan diperlihatkan prosesnya

didesa wisata ini.

5. Harga yang dikenakan pada konsumen

Untuk harga tiket masuk Museum Asi Mbojo, sebesar Rp. 15.000. bagi pengunjung,

harga yang dikeluarkan untuk berkunjung ke Museum Asi Mbojo dengan akomodasinya

kurang lebih Rp. 50.000.

Page 99: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Harga yang dikeluarkan untuk berkunjung ke sentra tenun desa Rambadompu sangat

murah. Harga kain tenun mulai dari Rp. 150.000 sampai jutaan, tergantung motif dan

tingkatkesulitan pengeerjaan.

Tabel 4. 17.

Analisis SWOT Obyek Daya Tarik Wisata Budaya Kota Bima

Kekuatan (strength-S) Kelemahan (weakness-W)

1. Merupakan tempat mengenal sejarah Bima

2. Merupakan tempat mengenal adat istiadat dan budaya Bima

3. Sentra tenun khas Bima ada di beberapa desa wisata

4. Berada pada posisi strategis, dekat pusat kota atau di jalur lintas antar provinsi

1. Wisata budaya kurang terperhatikan pemeliharaannya

2. Minimnya program kunjungan dan kegiatan di museum

3. Pengunjung museum sedikit

Peluang (oppurtinity-O) Ancaman (threats-T)

1. Adanya rencana pemerintah kota untuk melestarikan adat istiadat dan budaya Bima

2. Pengembangan paket wisata budaya terpadu

3. DTW mudah dijangkau

1. obyek wisata budaya juga ada di daerah lain selain Kota Bima

2. daerah lain di Provinsi NTB juga memiliki kain tenun khas

1) Strategi SO (strength and oppurtinity). Dapat dijadikan strategi pemerintah Kota Bima

dalam mengembangkan wisata budaya dalam rangka menarik pengunjung dari luar

daerah dan mancanegara sebanyak banyaknya.

2) Strategi ST (strength and threats). Pemerintah kota Bima dapat menonjolkan keunggulan

wisata budaya dalam rangka bersaing dengan daerah lain.

3) Strategi WO (weakness and oppurtinity). Pemeliharaan warisan budaya dapat dijadikan

sebagai kegiatan yang dapat menarik wisatawan.

4) Strategi WT (weakness and threats). Jumlah pengunjung yang sedikit dapat menjadi

dorongan bagi pemerintah Kota Bima dalam mengembangkan wisata budaya dalam

rangka menarik pengunjung dari luar daerah dan mancanegara sebanyak banyaknya.

Page 100: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

D. Analisis SWOT Pariwisata Kota Bima

Dari analisis SWOT Obyek Daya Tarik Wisata Alam dan Obyek Daya Tarik Wisata

Budaya Kota Bima, dapat dilakukan analisis SWOT terhadap sektor pariwisata di Kota

Bima.

Tabel 4. 18.

Analisis SWOT Pariwisata Kota Bima

Kekuatan (strength-S) Kelemahan (weakness-W)

1. Merupakan tempat mengenal adat istiadat, sejarah dan budaya Bima

2. Wisata alam pantai merupakan fokus Kota Bima dalam mengenalkan konsep “Kota Tepian Air”

3. Berada pada posisi strategis, dekat pusat kota atau di jalur lintas antar provinsi

1. Wisata budaya kurang terperhatikan pemeliharaannya

2. Atraksi wisata air di kawasan wisata alam masih minim

3. Minimnya program kunjungan dan kegiatan di daerah tujuan wisata

4. Kawasan wisata alam dan budaya masih ada yang dalam tahap pengembangan maupun belum dikembangkan

5. Fasilitas pendukung di kawasan wisata belum semuanya tersedia

Peluang (oppurtinity-O) Ancaman (threats-T)

1. Adanya rencana pemerintah kota untuk melestarikan adat istiadat dan budaya Bima

2. Pengembangan paket wisata budaya terpadu (wisata alam dan wisata budaya)

3. Daerah Tujuan Wisata mudah dijangkau

4. Daerah Tujuan Wisata masuk dalam RPJMD dan RIPPDA Kota Bima untuk dikembangkan

5. Adanya otonomi daerah untuk pengembangan pariwisata

1. Obyek wisata alam dan budaya juga ada di daerah Provinsi NTB lainnya selain Kota Bima

2. Daerah lain di Provinsi NTB juga memiliki kain tenun khas

3. Kota Bima bukanlah satu-satunya wilayah yang mengembangkan wisata alam khususnya wisata pantai

4. Wisata di Kota Bima belum terkenal seperti kota/kab. lain di Provinsi NTB

5. Banyaknya obyek wisata alam

Page 101: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

6. Pengembangan pariwisata untuk mendukung ekonomi masyarakat sekitar

7. Adanya kelompok masyarakat sadar wisata

yang harus dikembangkan dan dikelola oleh pemerintah Kota Bima

1) Strategi SO (strength and oppurtinity). Posisi daerah tujuan wisata yang srategis dan

RPJMD dan RIPPDA Kota Bima serta adaya otonomi daerah yang mendukung

pariwisata menjadi acuan yang dapat digunakan dalam mengembangkan potensi

pariwisata. Hal tersebut didukung dengan adanya kelompok masyarakat sadar (pokdar)

wisata yang sudah terbentuk. Kota Bima dapat mengembangkan konsep Kota Tepian Air

yang dapat menjadi peluang menarik kunjungan wisata sebanyak banyaknya.

2) Strategi ST (strength and threats). Kota Bima sebagai tempat mengenal adat istiadat,

sejarah dan budaya Bima, serta banyaknya kawasan wisata alam untuk dikembangkan

menjadi tantangan pemerintah kota Bima dalam bersaing dengan daerah lain.

3) Strategi WO (weakness and oppurtinity). Minimnya program untuk kunjungan ke daerah

wisata, atraksi wisata air yang masih minim, fasilitas yang kurang memadai, menjadi

peluang pemerintah Kota Bima dalam mengembangkan potensi pariwisata sesuai RPJMD

dan RIPPDA.

4) Strategi WT (weakness and threats). Minimnya program untuk kunjungan ke daerah

wisata, atraksi wisata air yang masih minim, fasilitas yang kurang memadai, menjadi

peluang pemerintah Kota Bima dalam mengembangkan potensi pariwisata sesuai RPJMD

dan RIPPDA agar dapat bersaing dengan daerah lain.

Page 102: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

B. Kesimpulan

Berdasarkan nilai Location Quotient (LQ), yang menjadi sub sektor non basis dengan nilai

LQ < 1 adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan penggalian;

industri pengolahan; pengadaan air dan pengolahan; informasi dan komunikasi serta jasa

keuangan dan asuransi. Sebagai pendukung pariwisata di Kota Bima, lapangan usaha yang

menjadi sub sektor pendukung antara lain penyediaan akomodasi dan makan, jasa perusahaan,

transportasi dan pergudangan, perdagangan besar dan eceran serta pengadaan listrik dan gas. Sub

sektor-sektor tersebut merupakan sub sektor basis dengan nilai LQ > 1. Hal ini dapat diartikan

bahwa sektor pariwisata di Kota Bima berdasarkan telaah location quotient berpotensi besar

untuk dikembangkan karena didukung oleh lima sub sektor basis berdasarkan PDRB ADH

konstan.

Berdasarkan Analisis shif share, yang merupakan perhitungan shift share sektor pariwisata

diambil dari sub sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Untuk tahun 2017, nilai shift

share sebesar 102,005 sedangkan untuk tahun 2018 memiliki nilai sebesar -68,82. Nilai shift

share tahun 2018 memberikan bauran negatif sebesar -68,82 yang berarti bahwa sub sektor

Page 103: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

penyediaan akomodasi dan makan minum sebagai penunjang sektor pariwisata Kota Bima akan

berjalan lambat. Hal ini dipengaruhi oleh laju pertumbuhan PDRB Provinsi NTB yang

diakibatkan menurunnya laju pertumbuhan yang dimungkinkan akibat dari banyaknya bencana

alam yang mengganggu perekonomian regional provinsi NTB.

Berdasarkan Analisa Tipologi Klassen, Kota Bima, untuk sub sektor penyediaan akomodasi

dan makan minum sebagai pendukung sektor pariwisata, tipologi Klassen memiliki interpretasi

Si < S dan Gi > G yang diartikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor potensial dan masih

dapat dikembangkan dengan kontribusi sebanyak 4,6% bagi Provinsi NTB.

Dari penelitian yang dilakukan, berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa Kota Bima memiliki potensi pariwisata pantai yang masih banyak untuk

dikembangkan. Ditinjau dari atraksi yang tersedia di daerah tujuan wisata (DTW) pantai,

kebanyakan pantai di Kota Bima yang ditetapkan sebagai daerah wisata masih belum banyak

tersedia, sehingga masih berpotensi untuk dikembangkan. Dari aspek fasilitas dan pelayanan,

kebanyakan daerah wisata pantai di Kota Bima belum tersedia. Pihak-pihak terkait di Kota Bima

ditantang untuk membangun dan memperbaiki sarana fasilitas dan pelayanan wisata maupun

pendukung wisata di daerah tujuan wisata terutama sarana ibadah, toilet umum dan sarana jalan.

Perihal aksesibilitas, kebanyakan dari daerah tujuan wisata pantai di Kota Bima masih

memerlukan perhatian dalam bidang transportasi dan sarana jalan umum. Untuk citra destinasi

wisata pantai, kebanyakan daerah wisata pantai di Kota Bima sudah memiliki citranya sendiri.

Hal ini merupakan kelebihan dan daya dukung dalam mengembangkan potensi wisata pantai di

Kota Bima. Terakhir, dalam hal pengenaan harga/biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan, daerah

wisata pantai di Kota Bima memiliki biaya yang wajar dan terjangkau oleh pengunjung.

C. Saran

5. Berdasarkan analisis location quotient (LQ), pemerintah Kota Bima harus

menembangkan sub sektor penunjang lainnya seperti sub sektor informasi dan

komunikasi, jasa pendidikan, transportasi, dan pengadaan air dan pengelolaan sampah.

6. Berdasarkan analisis shift share, sub sektor penyediaan akomodasi dan makan minum

harus menjadi perhatian pemerintah Kota Bima terkait laju pertumbuhan PDRB. Sub

sektor penunjang pariwisata lainnya juga harus memiliki nilai positif dalam rangka

menunjang sektor pariwisata.

94

Page 104: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

7. Berdasarkan analisis Tipologi Klassen, pemerintah Kota Bima harus lebih

mengoptimalkan potensi yang dimiliki agar sektor pariwisata dapat memberikan

sumbangan bagi perekonomian secara signifikan.

8. Berdasarkan analisis SWOT, Pemerintah Kota Bima melalui RPJMD dan RIPPDA dapat

mengembangkan potensi sektor pariwisata baik wisata alam dan budaya dalam rangka

meningkatkan kunjungan wisatawan dan meningkatkan daya saing dengan daerah lain

dengan tujuan peningkatan ekonomi masyarakat dan daerah

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Syamsir. “Metodelogi Penelitian : Cara Praktis Menulis Disertasi”. Edisi pertama.

Universitas Trisakti. Jakarta. 2006

Ahmad, Muhridhon dan Rio, Andreas. “Mobile Tourism Application Design for Magelang

Regency”, e-Proceeding of Art & Design: Vol. 2, o. 2 Agustus 2015, ISSN: 2355-9349

Ahmad, Syarif dan Argubi, AH. “Pengembangan Pariwisata Kota Bima Sebagai Daerah Transit

Wisata Alternatif”. Jurnal Pariwisata, SADAR WISATA. Vol. 1 No.1 2018

Ahmad, Syarif dan Argubi, Adi Hidayat. “Pengembangan Pariwisata Kota Bima Sebagai

Daerah Transit Wisata Alternatif”, Jurnal Sadar Wisata Volume 1, No 1, Januari 2018, Hal

1-20

Ananda, Candra Fajri. “Pembangunan Ekonomi Daerah: Dinamika dan Strategi Pembangunan”,

UB Press, Malang, 2018

Arikunto, Suhasirmi. “Prosedur Penelitian, suatu Pendekatan Praktik”, Rineka Cipta, Jakarta,

2016

Astuti, Ristina Wahyu. “Analisis Pengaruh sektor pertanian, pariwisata, investasi dan tenaga

kerja terhadap petumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di provinsi Nusa tenggara Barat

tahun 2011-2016”, Skripsi, UIN Suka, Yogyakarta, 2018

Page 105: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Baggio, Rodolfo. “Studying complex tourism Systems: A Novel Approach Based on Networks

Derived from A Time Series”, XIV April International Academic Conference on Economic

and Social Development, Moscow, 2013

BAPEDA. “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bima Nusa

Tenggara Barat tahun 2013-2018”, BAPEDA Provinsi Bima Nusa Tenggara Barat. 2013

Bhatia, AK . “Tourism Development”. Sterling publications. New Delhi. 2012

Dina, Maulina. “Strategi Persaingan Harga Pasar Di Kawasan Wisata Religi Sunan Ampel

Surabaya”. Undergraduate thesis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. UIN Sunan

Ampel Surabaya. 2016

Ferrel, OC. Dan Hartline, Michael. “Marketing Strategy”, Thomson, Ohio, 2011

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS”, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang, 2016

Hermawan, Agus. “Komunikasi Pemasaran”, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2012

Hidayat, Wahyu. “Perencanaan Pembangunan Daerah: Pendekatan Pertumbuhan Ekonomi,

Disparitas Pendapatan dan Kemiskinan di Jawa Timur”, UMM Press, Malang, 2017

Hutchinson, Francis dan Chong, Terence. “The SIJORI cross-border region: Transnational

Politics, Economics and culture”, ISEAS Institute, Singapore, 2016

Islamy, Nurul. “Analisis Sektor Potensial, Dapatkah Pariwisata Menjadi Lokomotif Baru

Ekonomi Nusa Tenggara Barat?”, Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and

Recreation, Vol. 2 No. 1 April 2019

Ismayanti. “Pengantar Pariwisata”, Grasindo, Jakarta, 2012

Judisseno, Rimsky K. “Aktivitas dan Kompleksitas Kepariwisataan”, Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, 2017

Junaidi, Achmad. “Analisis Program Siaran Berita Berjaringan di Programa 1 RRI Samarinda

dalam Menyampaikan Berita Dari Kawasan Perbatasan”, eJournal Ilmu Komunikasi, 2015,

3 (2) :278-292

Komarudin. “Ensiklopedia Manajemen, Edisi IX”. Bumi Aksara. Jakarta. 2001

Kotler, Phillip dan Keller, Kevin. “Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13” Penerbit

Erlangga. Jakarta. 2012

Lickorish, Leonard dan Jenkins, Carson. “An Introduction to Tourism”. Butterwoeth-Heinemann.

Oxford. 1997

Middleton, Victor, et.al. “Marketing In Travel And Tourism. Elsevier. Oxford. 2019

Mokhtarian, Patricia, dan Singer, Matan. “What Moves Us? An Interdisciplinary Exploration of

Reasons for Traveling”, Routledge, 2015

Morrison, Alastair dan Mill, Christie. “The Tourism System: An Introductory”. Hall & McArthur.

Canada. 1998

Munroe, Myles. “Understanding Your Potential”. Destiny Image Pub. Shippenburg. 2016

Page 106: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

Peraturan Menteri Dalam Negeri atau Permendagri No. 37 Tahun 2014 tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Pineda, FD. Dan Brebbia, CA. “Sustainable Tourism VII”, WIT Press, Southampton, 2016

Prasetyo, Andjar dan Arifin, M. Zaenal. “Pengelolaan Destinasi Wisata Yang Berkelanjutan

Dengan Sistem Indikator Pariwisata”. Indocamp. Jakarta. 2018

Putra, Rizki A. “Analisis Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata di Kecamatan Teluk

Pandan Kabupaten Pesawaran”, Skripsi, FISIP UNILA, 2019

Raina, AK dan Agarwal, SK. “The Essence Of Tourism Development (Dynamics, Philosophy,

And Strategies)”. Sarup & sons. New delhi. 2004

Raju, GP. “Tourism Marketing and Management”. Manglam Pub. New Delhi. 2012

Rangkuti, Freddy. “SWOT Balanced Scorecard, Teknik Menyusun Strategi Korporat yang Efektif

Plus Cara Mengelola Kinerja dan Resiko”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013

RIPPDA Kota Bima 2018-2023

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2018

Shidarta, dkk. “Aspek Hukum Ekonomi & Bisnis”. Prenadamedia group. Jakarta. 2018

Singagerda, Faurani. “Analisis Aliran Investasi dan Perdagangan Pariwisata Indonesia”, Journal UNPAR, vol. 17. No.2, 2014

Singgalen, Yerik dan Kudubun, Elly E. “Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pariwisata : Studi Kasus Kelompok Museum Pemerhati Sejarah Perang Dunia ke II di Kabupaten Pulau Morotai”, Jurnal Cakrawala 2018, ISSN 1693 6248, h.199-213

Sjafrijal. “Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi”. Edisi pertama cetakan

pertama. Rajawali Pers. Jakarta. 2014

Sugiyono. “Stastistika Untuk Penelitian”, edisi revisi terbaru cetakan ketigabelas, CV Alfabeta.

Bandung. 201

Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”. Edisi revisi cetakan pertama. PT

Bumi Aksara. Jakarta. 2006

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Utama, I Gusti Bagus. “Pemasaran Pariwisata”. Andi offset. Yogyakarta. 2017

Woodside, Arch G. dan Martin, Drew. “Tourism Management: Analysis, Behaviour, and

Strategy”. CAB International. Oxford. 2010

Yoeti, Oka A. “Perencanaan Strategi Pemasaran Daerah Tujuan Wisata”. Pradaya Paramita.

Jakarta. 2008

Zebua, Manahati. “Inspirasi Pengembangan Pariwisata Daerah”, DeePublish, Yogyakarta, 2016

Page 107: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA BIMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47771/1/FITRIADI FAUZAN-FEB.pdfperencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus

www.kbbi.kemdikbud.go.id

Abi Hafiz, http://www.abihafiz.wordpress.com, Juli, 2019

https://www.wttc.org/about/media-centre/press-releases/press-releases/2019/travel-tourism-

continues-strong-growth-above-global-gdp/

https://www.republika.co.id/berita/en/national-politics/18/10/23/ph201e414-indonesia-worlds-

ninthfastest-growing-tourism-sector

https://www.liputan6.com/bisnis/read/687691/traveling-jadi-prioritas-kedua-masyarakat-

indonesia?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https%3A

%2F%2Fwww.google.com%2F

https://ekbis.sindonews.com/read/1364689/34/kunjungan-wisman-162-juta-devisa-pariwisata-

capai-usd176-miliar-1545375563

http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/24426/t/Komisi+X+Ajak+Wisatawan+Kembali+Kunjungi+

Destinasi+Wisata+NTB

http://standardisasi.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2016/09/SPM-pariwisata-alam.pdf

http://lipi.go.id/lipimedia/anjloknya-rupiah-tarik-minat-70-ribu-wisman/21338

https://www.suarantb.com/pendidikan/2018/05/256216/Konsep.Pendidikan.dan.Pariwisata.Belu

m.Sejalan/

https://www.idntimes.com/news/indonesia/kementerian-pariwisata/dongkrak-pad-csc/full

https://www2.unwto.org/publication/unwto-annual-report-2011