87
1 ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT PENDATANG TERHADAP MASYARAKAT LOKAL Di SUMBAWA BARAT Studi di Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh HALIKIN NIM: 109015000072 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT PENDATANG … · 2016. 10. 9. · memiliki penduduk yang majemuk, yaitu suku Samawa sebagai penduduk asli. Selain itu, juga terdapat suku Jawa,

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT PENDATANG

    TERHADAP MASYARAKAT LOKAL Di SUMBAWA BARAT

    Studi di Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    HALIKIN NIM: 109015000072

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

    HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

    ABSTRAK

    Halikin (NIM. 109015000072). Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Terhadap

    Masyarakat Lokal Di Sumbawa Barat, (Penelitian deskriptif kualitatif di Kecamatan

    Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat).

    Hubungan manusia dengan alam sekitar maupun dengan manusia lainnya selalu akan

    menghasilkan interaksi. Dalam hidup bersama, manusia menciptakan hubungan dalam rangka

    memenuhi kebutuhan hidup. Hubungan ini tampak pada masyarakat Kecamatan Maluk

    dengan masyarakat pendatang dalam hubungannya baik dalam agama, sosial, budaya dan

    ekonomi. Penulis merasa tertarik mengkaji tentang pola interaksi masyarakat pendatang

    terhadap masyarakat lokal di Kecamatan Maluk untuk mengetahui bentuk dan pola hubungan

    yang terjalin antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal.

    Untuk menjawab permasalahan di atas penulis menggunakan metode penelitian kualitatif

    deskriptif, yakni penulis berusaha menceritakan keadaan yang sesungguhnya dengan cara

    mencari beberapa pendatang diantaranya pedagang dan beberapa tokoh masyarakat di daerah

    penelitian.

    Dari hasil penelitian terlihat bahwa interaksi masyarakat pada daerah penelitian antara

    masyarakat lokal dan pendatang berjalan dengan baik. Hubungan baik tersebut ditunjukkan

    oleh para masyarakat dengan sikap antusia masyarakat pendatang yang selalu aktif dalam

    mengikuti dan melestarikan berbagai bentuk acara keagamaan khusunya yang berhubungan

    dengan kegiatan hari-hari besar Islam. Selanjutnya adanya konsep baru pada masyarakat

    yaitu terbentuknya pembaruan sosial, kondisi sosial, tatanan sosial, interaksi sosial, sistem

    sosial, sistem kepercayaan, norma sosial, sistem adat dalam hal perkawinan.

    Kata kunci: Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Terhadap Masyarakat Lokal

  • 6

    ABSTRACT

    Halikin (NIM. 109015000072). Community Interaction Pattern Analysis Arrivals Local

    Community In West Sumbawa (Qualitative descriptive study in District Maluk, West

    Sumbawa, West Nusa Tenggara).

    Human relationship with the environment and with other human beings will always

    generate interaction. In living together, creates human relationships in order to make ends

    meet. This relationship is shown in the District community Maluk immigrant community in

    conjunction with either the religious, social, cultural and economic. The author was interested

    in studying the interaction patterns of immigrant communities on the local communities in

    the District of Maluk to know the shape and pattern of the relationship between immigrant

    communities and local communities.

    To answer the above problems the writer uses descriptive qualitative research methods,

    the authors are trying to tell the real situation by finding some of them newcomers merchants

    and some community leaders in the area of research.

    It is shown that the interaction between the research community in the area of local and

    migrant communities goes well. The good relationship with the community is shown by the

    attitude of those colonists antusia always active in following and preserving the various forms

    of religious events especially related to the day-to-day activities of Islam. Furthermore, the

    existence of a new concept in society, namely the formation of social reform, social

    conditions, social structure, social interaction, social systems, belief systems, social norms,

    customs system in terms of marriage.

    Keywords: Community Interaction Pattern Analysis Newcomer Local Community

  • 7

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penelitian pendidikan ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga

    senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarganya,

    para sahabatnya, dan para pengikutnya.

    Penelitian ini dilakukan guna memenuhi persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Pendidkan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan IPS

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Dalam penulisan penelitian pendidikan ini, penulis menyadari sepenuhnya masih

    terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulismiliki. Namun

    berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penelitian pendidikan ini dapat

    terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada

    semua pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian pendidikan ini. Ucapan

    terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada:

    1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph,d, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan IPS, beserta seluruh

    Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3. Bapak Drs. H. Syaripulloh, M.Si, sebagai dosen Pembimbing Akademik dan

    dosen pembimbing skripsi yang banyak membantu serta membimbing penulisan

    skripsi ini selama mengikuti perkuliahan di Universitas ini.

    4. Para dosen pengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen

    pengajar di Jurusan Pendidikan IPS. Penulis mengucapkan banyak terima kasih.

    5. Kepada seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Fakultas Tarbiyah Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta penulis mengucapkan banyak terima

    kasih.

    6. Bapak Jhon Rayes selaku ketua adat Desa Maluk, Akhairuddin, S.Pd.I Selaku

    ketua karang taruna, semua responden terkait dalam penyusunan skripsi ini yang

    siap memberikan waktu dan ilmunya hingga pada akhirnya dapat terselsaikan.

    7. Kepada orang tua terkasih, serta kakak tersayang, kakak ipar, dan keluarga besar

    ku terima kasih atas segala doa, perhatian, motivasi dan kasih sayang.

  • 8

    8. Teman-teman Seperjuangan di Jurusan IPS angkatan 2009 Universitas Islam

    Nrgeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Septi Lesmalasari, Desi Hanani, Sonia

    Awalokita, Ulin Nadroh, Akbar Fauzi, Wahyu Dwijyanto, Agus Suherman (cikal),

    Ajami Solichin (jamong), M. Wahyudin (beles), M. Faisal Sudrajat (ical), Halimi,

    Abduh Abdurohman, Lufi Saputra, M. Bus Julis, Awang Julian, Abdul Aziz,

    Anjayudin sahabat dan teman-teman semua yang telah memberikan motivasi,

    waktu, tenaga, dan kesempatan untuk membantu menyelesaikan skripsi ini.

    Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para

    pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah

    semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki.

    Jakarta, 15 Juli 2014

    Penulis

  • 9

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ……… i

    SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH …………………… ii

    ABSTRAK........................................................................................ iii

    ABSTRACT........................................................................................ iv

    KATA PENGANTAR …………………………………………… v

    DAFTAR ISI ……………………………………………………… vii

    DAFTAR TABEL ………………………………………………… x

    DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang …….. ……………………….. 1

    B. Identifikasi Masalah …………………………… 3

    C. Pembatasan Masalah ……………………………... 4

    D. Perumusan Masalah ……………………………... 4

    E. Tujuan Penelitian .……………..................……... 4

    F. Manfaat Penelitian................................................ 5

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. Pola Interaksi Sosial.……………………………. 6

    B. Pengertian Interaksi Sosial .…. ………………… 9

    C. Syarat-syarat Terjadinya Kontak Sosial.............. 11

    D. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial............................ 13

    E. Proses-proses Terjadinya Kontak Sosial ……… 14

    F. Interaksi Simbolik.......………………………..... 20

    G. Masyarakat Menurut Teori Simbolik………....... 24

  • 10

    H. Perubahan Sosial dan Kebudayaan....................... 25

    I. Masyarakat dan Unsur-unsur Kebudayaan…….. 31

    J. Kerangka Berfikir……………………................... 36

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. TempatdanWaktuPenelitian …………………… 37

    B. Metodologi Penelitian .………………................. 37

    C. Teori dan Pendekatan Yang Menjadi Dasar……. 39

    D. Teknik Pengumpulan Data.................................... 43

    E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data…………... 45

    F. Teknik Penelitian dan Keabsahan Data ………… 46

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

    A. Daerah Resetlemen (Tahun 1984)…….............. 49

    B. Desa Maluk…………………………………… 51

    C. Kecamatan Maluk……………………………… 53

    a. Kondisi Wilayah………………………………. 54

    b. Pemerintahan…………………………………… 54

    D. Pola Interaksi Masyarakat Lokal dengan

    Masyarakat Pendatang ………………………… 57

    1. Pola Interaksi Masyarakat Terhadap

    Pergaulan Hidup dengan Pendatang…. 59

    2. Pengadopsian Perilaku Positif

    Masyarakat Lokal Terhadap Pendatang.... 62

    3. Persepsi Negatif Masyarakat Lokal

    Terhadap Pendatang......................... 62

    E. Pola Interaksi Masyarakat Desa Maluk

    Dengan Pedagang (Pendatang)……………. 63

    F. Agama Sebagai Perekat Harmoni Sosial…. 65

    G. Kehidupan Sosial, Adat dan Kebiasaan Masyarakat 70

    H. Perubahan Nilai Adat, Hukum dan Kebiasaan

    Masyarakat Lokal………………………… 72

  • 11

    I. Nilai-nilai Kekerabatan dan Perkawinan Suku

    Sumbawa (Tau Samawa)…………………. 75

    J. Pola Interaksi Masyarakat Terhadap Tatanan Sosial

    Budaya……………………………… 81

    K. Analisis dan Pembahasan…………… 83

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan …………………………………… 86

    B. Saran ……………………….…………………. 87

    DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 88

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 12

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah Diterangkan bahwa suku Sumbawa atau “Tau Samawa” awal terbentuknya, nenek

    moyang mereka adalah terdiri dari berbagai jenis suku yang berdatangan dari berbagai

    bagian nusantara kita ini. Mereka mengadakan hubungan perkawinan dengan penduduk

    yang lebih dahulu mendiami daerah sumbawa. Walaupun mereka tidak bersama pada

    waktu datangnya, tetapi karena telah berabad-abad lamanya hidup dalam lingkungan

    kekerabatan dan kekeluargaan, maka dari keturunan mereka inilah akhirnya merupakan

    satu rumpun yang menamakan dirinya “Tau Samawa”.1 Dari pengaruh pencampurannya

    yang banyak dan luas ini, maka dapat kita lihat, bahwa watak orang sumbawa adalah

    kompromis dan penuh rasa toleran.

    Penduduk Sumbawa pada masa lalu, berasal dari berbagai-berbagai tempat dan

    datangnya secara berkelompok lalu masing-masing membuat tempat kediamannya.

    Kemudian mereka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain terdesak oleh

    suasana dan keadaan, baik karena arus perpindahan yang baru, maupun karena tarikan

    alam untuk mereka jadikan tempat bercocok tanam dan pemeliharaan ternak. Tempat-

    tempat ini akhirnya merupakan tanah ulayat, yang dimana dalam istilah adat Sumbawa

    dikenal dengan nama “larlamat” “Nyaka”. 2.

    Tanah samawa atau yang dikenal dengan sebutan Sumbawa adalah merupakan salah

    satu wilayah indonesia yang didiami oleh berbagai suku, agama, ras yang hidup bersama

    dalam satu kerukunan. Keberadaan pendatang di Sumbawa selalu disambut baik oleh

    warga penduduk lokal asli, semua hidup dalam satu kesatuan tanpa memandang adanya

    perbedaan. Kaitan dari pada penjelasan diatas bahwa pada masa ini masyarakat Sumbawa Barat

    khususnya wilayah penelitian adalah masyarakat yang sedang mengalami proses transisi

    globalisasi dan moderinisasi, transisi modernisasi dalam artian bahwa masyarakat yang

    dulu merupakan masyarakat yang budayais yang sulit diretas akan nilai

    ketradisionalannya yang memegang teguh menjalankan, dan menjunjung tinggi nilai, 1 Lalu Mantja. Sumbawa Pada Masa Dulu, Suatu Tinjauan Sejarah, (Sumbawa Besar: CV. Samratulangi, 2011), h. 15. 2Lalu Mantja. Sumbawa Pada Masa DuluSuatu Tinjauan Sejarah, h. 8.

  • 13

    norma dan adat istiadat yang telah mereka yakini secara turun temurun sedikit demi

    sedikit mulai luntur disebabkan pengaruh arus globalisasi dan penetrasi budaya luar.

    Perubahan dinamika yang menjembatani pola pikir, karakter, pola berperilaku, gaya

    hidup adalah salah satu bentuk pengaruh yang disebabkan oleh modernisasi itu sendiri.

    Dapat disebutkan adalah salah satu contoh gambaran yang terjadi akibat adanya pengaruh

    dari berbagai latar belakang dan kemajemukan budaya yang ada di Kabupaten Sumbawa

    Barat (KSB) terutama di daerah yang akan saya jadikan tempat penelitian. Secara sadar

    bahwa dapat dikatakan adalah wilayah ini merupakan wilayah yang didiami oleh berbagai

    suku dan adat istiadat yang beragam. Tidak dapat dipungkiri dengan adanya

    kemajemukan budaya mengakibatkan suatu budaya asli itu tidak mungkin tidak

    terpengaruh oleh adanya budaya lain. Oleh karena itu nampak jelas perbedaan yang

    sangat signifikan.

    Secara sadar manusia memiliki naluri untuk bergaul dengan sesamanya semenjak

    dilahirkan dan disosialisasikan dalam kehidupan masyarakat. Hubungan dengan

    sesamanya merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia. Itulah sebabnya, individu

    menjalin hubungan dengan individu atau kelompok yang lain, sebab manusia tidak dapat

    bertahan hidup tanpa berhubungan dengan individu atau kelompok yang lainnya.

    Hubungan antara individu dengan individu atau individu dengan kelompok juga disebut

    dengan interaksi sosial. Dalam beberapa kasus, timbul konflik yang tajam antara

    masyarakat lokal dengan warga pendatang. Baik itu disebabkan oleh perebutan dominasi

    sektor perekonomian maupun penguasaan aset-aset strategis ataupun yang disebabkan

    oleh indikator-indikator lain. Konflik antar etnis ini memang bukan yang pertama terjadi

    di wilayah Sumbawa. Menurut pemberitaan, konflik di wilayah ini sudah terjadi semenjak

    tahun 1981. Beralih pada konteks penelitian, terkait dengan masalah yang akan dikaji

    pada daerah Kecamatan Maluk yang menjadi dasar penelitianya itu sebagai media untuk

    menemukan maslah-masalah pada masyarakat itu sendiri. masyarakat kecamatan Maluk

    memiliki penduduk yang majemuk, yaitu suku Samawa sebagai penduduk asli. Selain itu,

    juga terdapat suku Jawa, Bugis, Melayu dan Sasak yang berdiam di sana, dengan adat

    istiadat, agama, dan latar belakang yang berbeda. Bukan hanya itu saja, proses assimilasi

    dan akulturasi yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Maluk pun menarik untuk diteliti.

    Bagaimana akhirnya proses interaksi dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan

    penerimaan unsur kebudayaan pendatang atau justru mengakibatkan perubahan pada

    unsur kebudayaan lokal. Berikut adalah sediki tgambaran daerah penelitian yang penulis

  • 14

    letakkan dalam latar belakang masalah penelitian ini agar menjadi sudut pandang dan

    tolak ukur dalam penyesuaian penelitian.

    Oleh karena dari latar belakang masalah tersebut saya sebagai penulis bermaksud

    mengadakan penelitian yang berjudul “Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang

    Terhadap Masyarakat Lokal di Sumbawa Barat” (Studi di Kecamatan Maluk,

    NTB).

    B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan masalahnya yaitu:

    1. Lunturnya kebudayaan lokal disebabkan adanya kebudayaan lain.

    2. Kesadaran masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat (KecamatanMaluk) dalam

    menerima budaya lain.

    3. Proses assimilasi dan akulturasi di Kabupaten Sumbawa Barat (Kecamatan Maluk).

    C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah penulis uraikan dan luasnya masalah

    yang diidentifikasi serta mengingat terhadap keterbatasan waktu yang digunakan. Oleh

    karena itu untuk memudahkan kegiatan proses penelitian dan demi terarahnya penulisan

    ini, penulis terlebih dahulu menetapkan atau membatasi variabel atau faktor yang akan

    dijadikan sebagai fokus kajian. Dimana yang menjadi variabel masalah pada penelitian ini

    adalah indikator-indikator yang menyebabkan terjadinya konflik serta hubungannya

    dengan interaksi masyarakat lokal terhadap masyarakat pendatang sebagai suatu variabel

    terhubung antara keduanya.

    D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka timbul beberapa pokok permasalahan yang

    hendak dibahas dalam penelitian ini, antara lain: 1. Bagaimanakah pola interaksi antara masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang?

    2. Bagaimanakah gambaran proses assimilasi atau akulturasi yang berlangsung di

    Kecamatan Maluk antara kebudayaan masyarakat lokal dengan masyarakat

    pendatang?

  • 15

    E. TujuanPenelitian Sedangkan mengenai tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian dapat di uraikan

    sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan data dan fakta serta menggambarkan bagaimana

    berlangsungnya pola interaksi antara masyarakat pendatang dengan masyarakat

    lokal. 2. Untuk menggambarkan faktor-faktor yang mengintegrasikan proses assimilasi

    atau akulturasi yang berlansung di Kecamatan Maluk antara kebudayaan

    masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang.

    F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat-manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

    1. Manfaat Teoritis

    Dapat memberikan kontribusi berupa informasi, data, fakta, analisis terhadap studi-

    studi yang terkait dengan kajian interaksi sosial. Walaupun penelitian ini berkisar pada

    pola interaksi masyarakat pendatang dengan masyarakat asli, namun sedikit banyak dapat

    digeneralisasikan secara umum.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat (KSB)

    1. Memberikan masukan dalam bentuk bacaan khususnya disertakan kepada masyarakat

    Sumbawa Barat baik bagi masyarakat lokal maupun bagi masyarakat pendatang dan

    dapat di jadikan sebagai bahan tolak ukur positif dari adanya kemajemukan itu, serta

    harapan demi berlansungnya masyarakat yang ideal.Untuk memperkaya wawasan

    terutama bagi kaum muda mudi yang yang berwawasan intlektual sebagai pesan, bahan

    kajian dan renungan bagi yang membaca hasil penelitian ini tentang analisis pola

    interaksi masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal di Kabupaten Sumbawa Barat

    (Studi di Kecamatan Maluk).

    2. Menjadi wahana untuk memperkaya khazanah edukasi khususnya bagi publik

    masyarakat Sumbawa Barat tentang adanya interaksi masyarakat lokal dan masyarakat

    pendatang.

    b. Bagi penulis

    Bagi penulis sendiri adalah menambah wawasan dan pengetahuan tentang interaksi

    masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal di Kabupaten Sumbawa Barat

  • 16

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Pola Interaksi Sosial

    a. Pengertian Pola Interaksi

    Sebagai mahluk sosial, manusia dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan hubungan

    dengan manusia yang lain. Hubungan tersebut terjadi karena manusia saling membutuhkan

    untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Karena manusia tidak bisa lepas dari manusia

    lainnya dan tidak bisa melakukan seorang diri. Kecenderungan manusia berhubungan

    melahirkan komunikasi dengan manusia yang lainnya. Komunikasi terjadi karena saling

    membutuhkan melalui sebuah interaksi.

    Interaksi merupakan hubungan antar manusia yang sifat dari hubungan tersebut adalah

    dinamis artinya hubungan itu tidak statis, selalu mengalami dinamika.3Hubungan antara

    manusia satu dan lainnya disebut interaksi. Dari interaksi akan menghasilkan produk-

    produk interaksi, yaitu tata pergaulan yang berupa nilai dan norma yang berupa kebaikan

    dan keburukan dalam ukuran kelompok tersebut. Pandangan tentang apa yang dianggap

    baik dan apa yang dianggap buruk tersebut mempengaruhi perilaku sehari-hari.4

    Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling memengaruhi

    dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-

    hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ada beberapa pengertian interaksi

    sosial yang ada di lingkungan masyarakat, di antaranya; Menurut H. Booner dalam

    bukunya, Sosial Psychology, memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa: “interaksi

    sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu

    memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu lain atau sebaliknya.”

    Menurut Gillin and Gillin yang menyatakan bahwa “interaksi sosial adalah hubungan-

    hubungan antara orang-orang secara individual. Antarkelompok orang, dan orang perorang

    dengan kelompok”.5

    3 Elly M. Setiadi dan Kolip Usman. Pengantar Sosiologi: pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial: teori, aplikasi, dan pemecahannya. (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup. 2011) h. 62 4 Ibid, h. 38 5 Setiadi, Elly M, dkk. Ilmu sosial dan Budaya Dasar. (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup. 2007) h. 90-91

  • 17

    Dengan demikian pada dasarnya, interaksi ialah hubungan antar inividu, kelompok,

    dimana dengan adanya hubungan itu dapat saling mempengaruhi, merubah baik dari yang

    buruk menjadi lebih baik atau sebaliknya.

    Dalam kamus bahasa Indonesia, pola artinya adalah gambar, corak, model, sistem, cara

    kerja, bentuk, dan struktur.6 Sedangkan interaksi artinya hal yang saling melakukan aksi,

    berhubungan, memengaruhi, dan antar hubungan7 Apabila kata tersebut dikaitkan dengan

    interaksi maka dapat diartikan pola interaksi adalah bentuk dasar cara komunikasi individu

    dengan individu atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan individu dengan

    memberikan timbal balik antara pihak satu dengan yang lain dengan maksud atau hal-hal

    tertentu guna mencapai tujuan.

    Dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia, M. Ali menyatakan bahwa pola adalah

    gambar yang dibuat contoh atau model. Jika dihubungkan dengan pola interaksi adalah

    bentuk-bentuk dalam proses terjadinya interaksi. Interaksi yang bernilai pendidikan dalam

    dunia pendidikan ataupun yang disebut dengan interaksi edukatif, sebagai contoh dari pola

    interaksi adalah dalam hal seorang guru menghadapi murid-muridnya yang merupakan

    suatu kelompok manusia di dalam kelas. Di dalam interaksi tersebut pada taraf pertama

    akan tampak bahwa guru mencoba untuk menguasai kelasnya supaya proses interaksi

    berlangsung dengan seimbang, di mana terjadi saling pengaruh-mempengaruhi antara

    kedua belah pihak. Sebagai contoh lain seorang guru mengadakan diskusi diantara anak

    didiknya untuk memecahkan sebuah persoalan, disinilah proses interaksi itu akan terjadi,

    adanya saling memberikan pendapat yang berbeda satu sama lain.

    Dapat disimpulkan bahwa pola interasksi merupakan suatu cara, model, dan bentuk-

    bentuk interaksi yang saling memberikan pengaruh dan mempengaruhi dengan adanya

    timpal balik guna mencapi tujuan. Guru sebagai pengajar memiliki peran penting utuk

    dapat mengatur jalannya kegiatan belajar mengajar melalui pola interaksi dimana guru

    berperan sebagai pemberi aksi melalui pengajaran dan juga bisa menjadi penerima aksi

    melalui pertanyaan-pertayaan yang diajukan oleh siswa. Sebaliknya siswa pun memiliki

    peran yang sama dengan guru bisa sebagai pemberi aksi melalui melalui pertanyaan-

    pertayaan yang diajukan olehnya dan juga bisa menjadi menjadi penerima aksi melaui

    belajar dan mendengarkan. Namun, kerja sama dapat sangat membantu dalam proses

    kegiatan belajar mengajar yang diperlukan oleh guru dan siswa.

    6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Bahasa. (Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. 2008) h. 1088 7 Ibid, hlm 542

  • 18

    Pola dalam sosiologi berarti gambaran atau corak hubungan sosial yang tetap dalam

    interaksi sosial. Contoh pola, antara lain:

    a. Seorang anak harus menghormati orang tuanya.

    b. Seorang bawahan harus menghormati atasannya

    c. Seorang siswa harus mengormati gurunya.

    Terbentuknya pola dalam interaksi sosial tersebut melalui proses cukup lama dan

    berulang-ulang. Akhirnya, muncul menjadi model yang tetap untuk dicontoh dan ditiru oleh

    anggota masyarakat. Pola sistem norma pada masyarakat tertentu akan berbeda dengan pola

    sistem norma masyarakat lainnya karena pola interaksi masyarakat diterapkan berbeda-beda.

    Adanya pola interaksi dalam sebuah masyarakat tersebut nantinya akan menghasilkan sebuah

    keajegan, di mana keajekan adalah gambaran suatu kondisi keteraturan sosial yang tetap dan

    relatif tidak berubah sebagai hasil hubungan yang selaras antara tindakan, norma, dan nilai

    dalam interaksi sosial.

    B. Pengertian Interaksi Sosial Sudah menjadi kenyataan bahwa manusia adalah mahluk sosial, mahluk yang mempunyai

    keterbatasan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, sebagai mahluk sosial

    manusia saling bergantung kehidupannya satu sama lain. Depedensi manusia ini tidak saja

    terdapat pada awal kehidupannya, akan tetapi dialami manusia seumur hidupnya.

    Interaksi merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Didalam interaksi sosial

    terkandung makna-makna tentang kontak secara timbal-balik dan respon antara individu-

    individu atau kelompok. Interaksi sosial adalah istilah yang dikenal oleh parah ahli sosiologi

    secara umum sebagai aspek inti bagi berlangsungnya kehidupan bersama. Interaksi sosial

    berarti suatu kehidupan bersama yang menunjukkan dinamikanya, tanpa itu masyarakat akan

    kurang atau bahkan tidak mengalami perubahan. Menurut Soerjono Soekanto dalam

    Zainuddin Ali, interaksi sosial merupakan “hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang

    menyangkut hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara

    orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antar perorangan dengan

    kelompok manusia”.8Bila menyimak pendapat Soerjono Soekanto tersebut, dapat dipahami

    bahwa interaksi sosial merupakan proses individu dalam melakukan hubungan sepanjang ia

    hidup sebagai anggota masyarakat, sehingga individu akan merasa menjadi sebagian dari 8 Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 17.

  • 19

    masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, interaksi sosial merupakan suatu wadah

    yang berfungsi sebagai perekat dalam kehidupan sosial, baik dalam konteks kehidupan

    pranata keluarga maupun dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

    Apabila interaksi sosial berjalan dengan baik, masyarakat dapat hidup dengan tenang.

    Mereka dapat memperoleh hubungan yang baik melalui interaksi antar sesamanya, baik

    dalam bentuk berkomunikasi melalui interaksi maupun dalam bentuk bekerja sama. Oleh

    karena itu, hubungan masyarakat dalam bentuk apapun dapat diselsaikan dengan interaksi,

    baik interaksi dengan masyarakat bawahan, menenengah, maupun sampai pada kalangan

    masyarakat paling atas.

    Kontak sosial pada dasarnya merupakan aksi dari individu atau kelompok yang

    mempunyai makna bagi pelakunya yang kemudian ditangkap oleh individu atau kelompok

    lain. Penangkapan makna tersebut yang menjadi pangkal tolak untuk memberikan reaksi.

    Suatu interaksi sosial dimungkinkan terjadi karena dua hal yakni, kontak sosial dan

    komunikasi. Kontak sosial terjadi secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara

    langsung misalkan melalui gerak fisik seseorang, misalnya dari berbicara, gerak isyarat.

    Secara tidak langsung misalkan melalui tulisan atau komunikasi jarak jauh yang menjadi

    syarat utama terjadinya kontak sosial.

    Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa adanya

    interaksi sosial tidak mungkin adanya kehidupan. Bertemunya orang perorangan secara

    badaniyah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup suatu kelompok sosial. Pergaulan

    baru akan terjadi apabila individu atau kelompok bekerja sama, saling berkomunikasi untuk

    mencapai tujuannya masing-masing, bahkan mungkin terjadi persaingan, pertikaian,

    pertentangan diantara individu atau kelompok.

    Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor antara lain

    imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri secara

    terpisah maupun dalam keadaan bergabung. Imitasi adalah kecendrungan dalam diri

    seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain dengan kata lain secara tidak disadari

    seseorang mengambil sifat, sikap, norma, pedoman hidup sebagainya. Sugesti adalah

    dorongan yang berasal dari dalam dirinya dan kemudian diterima oleh orang lain dan

    dijadikan sebagai pedoman untuk berinteraksi. Sedangkan identifikasi mempunyai peranan

    penting yaitu dapat mendorong seseorang untuk mematuhi nilai-nilai yang berlaku, tetapi

    juga dapat melemahkan atau dapat mematikan perkembangan daya kreasi seseorang. Simpati

    merupakan perasaan individu tertariknya dengan individu lain.

  • 20

    Hal tersebut merupakan faktor minimal yang menjadi dasar bagi keberlangsungan proses

    interaksi sosial, walaupun kenyataan proses tersebut sangat kompleks sehingga terkadang

    sulit mengadakan pembedaan tegas antara faktor-faktor tersebut.

    C. Syarat-syarat Terjadinya Kontak Sosial Suatu interaksi tidak mungkin dapat terjadi apabila tidak memenuhi kedua syarat yaitu

    adanya kontak sosial dan komunikasi.

    1. Kontak Sosial

    Kontak sosial pada dasarnya merupakan aksi dari individu atau kelompok yang

    mempunyai makna bagi pelakunya, yang kemudian ditangkap oleh individu atau

    kelompok lain. Secara fisik kontak baru akan terjadi apabila terjadi hubungan

    badaniyah atau tanpa menyentuh seperti halnya berhubungan melalui telepon,

    telegraf, radio, televisi, internet dan lain-lain. Lebih jelasnya dijelaskan dengan bahasa

    lain adalah kontak sosial memiliki dua sifat yang pertama bersifat primer artinya

    terjadi apabila hubungan diadakan secara langsung dengan berhadapan muka. Yang

    kedua bersifat skunder artinya suatu kontak memerlukan suatu perantara. Cara

    pertama bersifat verbal atau gestural, yaitu kontak yang terjadi akibat saling menyapa,

    berbicara dan berjabat tangan. Cara kedua adalan nonverbal atau nongestural yaitu

    kontak yang terjadi dengan tidak menggunakan kata-kata atau bahasa melainkan

    dengan adanya isyarat. Misalkan dengan adanya timbul bau keringat, bau minyak

    wangi, lambaian tangan dan sebagainya.

    2. Komunikasi

    Manusia merupakan mahluk yang saling menggantungkan satu sama lain.

    Keinginan dan kebutuhan yang dimilikinya tidak dapat dipenuhi tanpa bantuan orang

    lain. Untuk mewujudkannya, ia berupaya menyampaikan keinginan tersebut kepada

    orang lain baik secara verbal maupun simbol-simbol tertentu, sehingga orang lain

    dapat memahaminya dan meresponnya, ketika itu terjadilah komunikasi. Webster s

    new dictionary 1981: 225) dalam Abdul Chaer dan Leoni dikatakan, komunikasi

    adalah: Communication is process by which information is exchange between

    individualals through a common system of symbol, sign, or behaviour (Komunikasi

    adalah proses pertukaran informasi antar individu melalui sistem simbol, tanda, atau

  • 21

    tingkahlaku yang umum).9Sedangkan dalam Bambang Pranowo ditegaskan

    hubungannya dengan bahasa adalah sistem komunikasi simbolikmenggunakan kata-

    kata yang diucapkan sesuai dengan pola-pola tertentu serta memiliki makna yang

    telah distandarisasikan.Bahasa mencakup juga tanda (sign), dan simbol. Bahasa

    memiliki dua karakteristik utama sebagai sebuah sistem komunikasi. Pertama adalah

    kualitas simbolnya. Kedua adalah norma atau yang bisa disebut sebagai

    gramatikalnya.10 Oleh karena itu bahasa dan komunikasi mencakup juga tanda dan

    simbol yang memiliki karakteristik utama sebagai sebuah sistem komunikasi. Tafsiran

    tersebut dapat berwujud melalui pembicaraan, gerak gerik badan atau sikap-sikap

    perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

    Komunikasi terjadi apabila sesorang memberi arti pada kegiatan orang lain serta

    perasaan-perasaan apa saja yang ingin disampaikan oleh orang tersebut, orang yang

    bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan-perasaan yang ingin

    disampaikan oleh orang tersebut. Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Interaksi sosial baru bisa berlangsung apabila dilakukan minimal dua orang atau lebih.

    2. Adanya interaksi dari pihak lain atas komunikasi dan kontak sosial.

    3. Adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara satu dan yang

    lainnya.

    4. Interaksi cendrung bersifat positif, dinamis, dan berkesinambungan.

    5. Interaksi cendrung menghasilkan penyusuain diri bagi subjek-subjek yang menjalin

    interaksi.

    6. Berpedoman pada norma-norma atau kaidah sebagai acuan dalam interaksi.

    D. Bentuk-bentuk Interaksi sosial Bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama, persaingan bahkan pertentangan

    atau pertikaian. Suatu pertikaian mungkin mendapat suatu penyelesaian. Mungkin

    penyelsaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, proses ini

    dinamakan akomodasi. Dibawah ini akan dijelaskan bentuk-bentuk interaksi sosial,

    yaitu: 1. Kerja sama

    2. Persaingan

    9 Abdul Chaer, Leoni Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h.17. 10 M. Bambang Pranowo,Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), h. 145.

  • 22

    3. Pertentangan

    Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai semenjak masa kanak-kanak

    dalam kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan. Kerja sama timbul

    karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya yaituin-group-nya dan

    kelompok lainnya yang merupakan out-group-nya. Kerja sama tersebut mungkin akan

    bertambah kuat apabila ada bahaya dari luar yang mengancam atau ada tindakan-

    tindakan dari luar yang menyinggung kesetiaan secara tradisionil atau institusionil telah

    tertanam di dalam kelompok-kelompok tersebut, dalam diri seorang atau segolongan

    orang.Persaingan atau compeetition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana

    orang perorangan atau suatu kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari

    keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat

    perhatian dari publik (Tidak perseorangan maupun kelompok manusia). Selanjutnya

    Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha

    memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman

    dan kekerasan.

    E. Proses-proses interaksi sosial 1. Proses Asosiatif

    a. Kerja sama

    Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya

    yaitu in- group dan kelompok lainnya yang merupakan out group. Kerja sama akan

    mungkin bertambah kuat apabila adanya bahaya-bahaya dari luar yang mengancam

    atau ada tindakan-tindakan dari luar yang menyinggung kesetiaan yang secara

    tradisional atau institusional yang mengancam terhadap suatu kelompok.Betapa

    pentingnya kerja sama digambarkan oleh Charles H. Cooley dalam Soerjono

    Soekanto dikatakan bahwa:

    Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa merekamempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.11

    Dalam hubungannya dengan kebudayaan suatu masyarakat, maka kebudayaan

    itulah yang mengarahkan dan mendorong terjadinya kerja sama. Lain halnya dengan 11 Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005), Cet. 38, h.73.

  • 23

    keadaan yang dijumpai pada msayarakat indonesia umumnya. Dikalangan masyarakat

    indonesia dikenal dengan nama gotong royong.

    b. Akomodasi

    Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa

    menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan-lawan tersebut

    kehilangankepribadiannya.Menurut Gillin dan Gillin dalam Soerjono Soekanto

    dikatakan bahwa:

    Akomodasi adalah suatu pengertian yang dipergunakan oleh parasosiolog untuk

    menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya

    dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi

    untuk menunjuk pada suatu proses dimana mahluk-mahluk hidup menyesuaikan

    dirinya dengan alam sekitarnya.12

    Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses dimana orang

    perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang saling mengadakan penyesuaian

    diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Tujuan dari akomodasi dapat berbeda-

    beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:

    1. Untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau kelompok- kelompok

    manusia sebagai akibat perbedaan paham. Untuk mencegah meledaknya suatu

    pertentangan, untuk sementara untuk atau secara temporer.

    2. Akomodasi kadang-kadang diusahakan untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara

    kelompok-kelompok sosial yang sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan

    kebudayaan, hidupnya terpisah seperti, misalnya yang dijumpai pada masyarakat-

    masyarakat yang mengenal sistem berkasta.

    3. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya,

    melalui perkawinan campuran atau asimilasi dalam arti yang luas.

    Akomodasi sebagai suatu proses, dapat mempunyai beberapa bentuk, yaitu:

    a. Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh suatu

    paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, dimana salah satu pihak berada dalam

    keadaan yang lemah sekali, dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaannya dapat

    dilakukan secara fisik yaitu secara langsung, maupun secara psikologis yaitu secara tidak

    langsung. Misalnya perbudakan, adalah suatu coercion, dimana interaksi sosialnya

    12Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.75.

  • 24

    didasarkan pada penguasaan majikan atas budak-budaknya, dimana yang terakhir

    dianggap sama sekali tidak mempunyai hak-hak apapun juga.

    b. Compromise, yaitu suatu bentuk akomodasi, dimana pihak-pihak yang terlibat masing-

    masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelsaian terhadap perselisihan

    yang ada. Sikap untuk dapat melaksanakan compromise berarti bahwa salah satu pihak

    bersedia untuk merasakan dan mengerti pihak lainnya begitupun sebaliknya.

    c. Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak

    yang berhadapan, masing-masing tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.

    Pertentangan diselsaikan oleh pihak atau oleh suatu badan yang kedudukannya lebih

    tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan itu, seperti contohnya adalah penyelsaian

    suatu perselisihan suatu perselisihan perbuatan.

    d. Mediation, hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah pihak ketiga

    yang netral dalam soal perselisihan yang ada.

    e. Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang

    berselisih, untuk mencapai persetujuan bersama.

    f. Tolerantion, yang juga sering dinamakan tolerant-participation, ini merupakan suatu

    bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formil bentuknya, kadang-kadang tolerantion

    timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan, hal mana disebabkan karena adanya

    watak orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia.

    g. Stalamete, merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan karena

    mempunyai kekuatan yang seimbang, berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan

    pertentangannya.

    h. Adjudication. Yaitu penyelsaian perkara atau sengketa di pengadilan.

    Secara panjang lebar, Gillin dan Gillin mengurauikan hasil-hasil dari terjadinya proses

    akomodasi, dengan banyak mengambil contoh-contoh dari sejarah. Antara lain hasil-

    hasilnya sebagai berikut:

    1. Akomodasi menyebabkan usaha-usaha untuk sebanyak mungkin menghindarkan diri

    dari benih-benih yang dapat menyebabkan pertentangan yang baru, untuk kepentingan

    integrasi masyarakat.

    2. Menekan oposisi. Seringkali suatu persaingan dilaksanakan demi keuntungan suatu

    kelompok tertentu misalnya golongan produsen demi kerugian pihak lain misalnya

    golongan konsumen.

  • 25

    3. Akomodasi antara golongan produsen yang mula-mula bersaing akan dapat

    menyebabkan turunnya harga, oleh karena barang-barang dan jasa lebih mudah sampai

    kepada konsumen.

    4. Koordinasi berbagai keperibadian yang berbeda. Hal ini tampak dengan jelas apabila

    dua orang misalnya, bersaing untuk menduduki kedudukan atau sebagai pimpinan suatu

    partai politik.

    5. Perubahan dari lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan yang

    baru.

    6. Perubahan-perubahankedudukan. Sebetulnya akomodasi menyebabkan suatu penetapan

    yang baru dari kedudukan orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia.

    7. Akomodasi membuka jalan kearah assimilalsi. Dengan adanya proses assimilasi, para

    pihak lebih sering mengenal dan dengan demikian juga lebih mudah untuk saling

    mendekati, oleh karena timbul benih-benih toleransi.

    c. Assimilasi

    Assimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai

    dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara

    orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha

    untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan

    memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Proses assimilasi timbul apabila ada

    kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya. Memperjelas maksud di

    atas adalah:

    1. Orang-perorangan sebagai warga kelompok-kelompok tadi saling bergaul secara

    langsung dan intensif untuk waktu yang lama.

    2. Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing

    berubah dan saling menyesuaikan diri.

    Dan faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu assimilasi adalah antara lain:

    a. Toleransi

    b. Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang.

    c. Suatu sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.

    d. Sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.

    e. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.

    f. Perkawinan campuran (Amalgamations).

    g. Adanya bersama dari luar.

  • 26

    Faktor-faktor yang dapat menjadi penghalang terjadinya assimilasi adalah antara lain:

    1. Terisolirnya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat (Biasanya golongan

    minoritas). Suatu contoh misalnya orang-orang indian di Amerika Serikat yang

    diharuskan bertempat tinggal di wilayah-wilayah tertentu yang tertutup (Reservation) .

    2. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi itu.

    3. Perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan yang dihadapi itu.

    4. Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu, lebih superior dari

    pada kebudayaan golongan atau kelompok biasanya.

    5. Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniyah

    dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya assimilasi. Faktor ini merupakan

    salah satu dari terhalangnya proses assimilasi.

    6. Suatu in-group feeling yang kuat dapat pula menjadi penghalang terhadap terjadinya

    assimilasi. In-group feeling artinya bahwa suatu perasaan yang kuat sekali bahwa

    individu terkait pada suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada suatu

    kelompok yang bersangkutan.Suatu hal lain yang dapat mengganggu proses assimilasi

    adalah apabila golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang

    berkuasa.

    2. Proses Disosiatif

    Proses disosiatif sering juga disebu sebagai oppositional proces, persis halnya dengan

    kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya

    ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan.

    Proses-proses yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:

    1. Persaingan

    Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana

    orang perorangan atau suatu kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari

    keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat

    perhatian dari publik (Tidak perseorangan maupun kelompok manusia).

    Bentuk-bentuk persaingan, yaitu antara lain: Pertama, persaingan di bidang

    ekonomi.Kedua, persaingan dalam bidang kebudayaan. Ketiga, persaingan untuk

    mencapai kedudukan dan peranan yang tertentu dalam masyarakat. Keempat, kersaingan

    karena perbedaan ras.

  • 27

    2. Kontravensi

    Kontravensi pada hakekatnya merupakan suatu bentuk proses sosial antara

    persaingan dengan pertentangan atau pertikaian. Contravention terutama ditandai oleh

    gejala-gejala adanya ketidak pastian mengenai seseorang atau suatu rencana dan

    perasaan tidak suka disembunyikan, kebencian atau keraguan-keraguan terhadap

    kepribadian seseorang. Dalam bentuk yang murni, contervention adalah suatu sikap

    mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur

    kebudayaan suatu golongan tertentu.Proses contravention mencakup lima sub proses,

    yaitu:

    a. Proses yang umum dari contravention meliputi perbuatan-perbuatan seperti

    penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi protes,

    gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan dan perbuatan mengacaukan rencana pihak

    lain.

    b. Bentuk-bentuk dari contravention yang sederhana seperti misalnya menyangkal

    perbuatan orang lain dimuka umum, memaki-maki orang lain, melalui surat-surat

    selembaran, mencerca dan sebagainya.

    c. Contravention yang bersifat rahasia, seperti umpamanya mengumumkan rahasia

    pihak lain, perbuatan khianat dan seterusnya.

    d. Bentuk-bentuk contravention yang intensif yang mencakup penghasutan,

    menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak lain dan sebagainya.

    e. Contravention yang bersifat taktis, misalnya mengejutkan lawan. Mengganggu atau

    atau membingungkan pihak lain, umpamanya dalam kampanye pemilihan umum. Hal

    itu sering terjadi antara partai-partai politik yang memperubutkan kedudukan melalui

    suatu pemilihan umum.

    Contoh lain adalah memaksa pihak-pihak lain untuk menyesuaikan diri (Conformity)

    dengan memakai kekerasan, mengadakan provokasi, dan sebagainya.

    3. Pertentangan

    Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok

    berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai

    dengan ancaman dan kekerasan. Sebab musabab dari pertikaian ini antara lain:

    a. Perbedaan antara orang perorangan. Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin

    menyebabkan bentrokan antara orang-perorangan.

  • 28

    b. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung

    pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta

    perkembangan kepribadian tersebut.

    c. Bentrokan antara kepentingan-kepentingan. Bentrokan-bentrokan kepentingan

    orang perorangan maupun kelompok-kelompok manusia merupakan sumber lain

    dari pertentangan.

    d. Perubahan-perubahan sosial. Perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam

    masyarakat, untuk sementara waktu merubah nilai-nilai dalam masyarakat tadidan

    menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya mengenai

    reorganisasi dari sitem nilai-nilai yang sebagai akibat perubahan-perubahan sosial

    menyebabkan suatu disorganisasi.

    F. Interaksionisme Simbolik Istilah interaksionalisme simbolik yang digunakan pertama kali oleh Herbert Blumer,

    pada dasarnya merupakan satu perspektif psikologi sosial. Perspektif ini memusatkan

    perhatiannya pada analisa hubungan antar pribadi. Individu dipandang sebagai pelaku yang

    menafsirkan, dan bertindak. Kendati istilah ini digunakan pertama kalinya oleh Blumer,

    dalam kenyataannya, beberapa pemikir sebelumnya telah memberikan sumbangan penting

    bagi perkembangan perspektif ini.

    Teori interaksionalisme simbolik ini berkembang pertama kali di Universitas Chicago

    dan dikenal juga dengan aliran Chicago. Dua orang tokoh besarnya yaitu Jhon Dewey dan

    Charles Horton Cooley adalah filsuf yang mula mengembangkan teori interaksionisme

    simbolik di universitas Michigan. Tokoh modern dari teori ini adalah Herbert Blumeryang

    menjelaskan perbedaan antara teori ini dan teori behaviorisme.Charles Horton Cooley

    dalam Bernard Raho SVD menjelaskan dua hal tentang selfadalah:Petama, dia melihat self

    sebagai proses dimana individu-individu biasa melihat diri mereka sendiri sebagai obyek

    bersama dengan obyek-obyek lainnya didalam lingkungan sosial mereka. Kedua dia

    mengakui bahwa ‘self’ muncul dari komunikasi dengan orang lain. Dalam berinteraksi

    dengan orang lain, seseorang individu menafsirkan gerak-gerik orang lain dan dengan

    demikian ia dapat melihat dirinya berdasarkan sudut pandangan orang lain. Mereka

    membayangkan bagaimana orang lain menilai mereka. Dengan demikian mereka

    membentuk gambaran-gambaran tentang diri sendiri. Cooley menamakan proses ini

    “looking glass self”(diri berdasarkan penglihatan orang lain). Dia juga mengakui bahwa

  • 29

    ‘self’ muncul dari interaksi berdasarkan konteks kelompok. Dialah yang mengembangkan

    konsep tentang kelompok primer yang mencakup perkembangan keperibadian seseorang. 13Selanjutnya Jhon Deweydalam Bernard Raho SVD dikatakan, dia sebagai pendukung

    utama pragmatisme, dia memusatkan perhatiannya pada proses-proses penyesuaian diri

    manusia dengan lingkungannya. Menurut dia, “keunikan manusia muncul dari proses

    penyesuaian diri dengan kondisi-kondisi hidupnya”.14 Dewey menegaskan bahwa apa yang

    unik dalam diri manusia adalah kemampuaan untuk berpikir.

    Bagimana proses kehidupan bermasyarakat itu terjadi menurut pandangan teori

    interaksionalisme simbolik?. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:Individu

    atau unit-unit tindakan yang terdiri atas sekumpulan orang tertentu, saling menyesuaikan

    atau saling mencocokkan tindakan mereka satu sama lain melalui proses interpretasi.

    Interpretasi yaitu proses berpikir yang merupakan kemampuan yang dimiliki manausia. Jadi

    dalam proses interaksi manusia itu bukan suatu proses dimana adannya stimulus atau

    ransangan secara otomatis dan langsung menimbulkan tanggapan tetapi antara stimulus

    yang diterima direspon melalui proses interpretasi atau berpikir.

    Diantara berbagai pendekatan yang digunakan untuk mempelajari interaksi sosial,

    dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama interaksionisme simbolik. Pendekatan ini

    bersumber pada pemikiran Geroge Herbert Mead. Simbol merupakan sesuatu yang nilai atau

    maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya. Herbert Blummer,

    salah seorang penganut pemikiran Mead, berusaha menjabarkan pemikiran Mead mengenai

    interaksionisme simbolik dalam Kamanto Sunarto, menurut Blumer pokok pikiran

    interaksionisme simbolik ada tiga; pertama bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu

    (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Kedua, makna

    yang dipunyai tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan

    sesamanya. Ketiga, bahwa makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran,

    (interpretative process), yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang

    dijumpainya.15

    Yang hendak ditekankan oleh Blumer disini adalah bahwa makna yang muncul dari

    interaksi tersebut tidak begitu saja diterima oleh seseorang melainkan ditafsirkan terlebih

    dahulu.

    13 Bernard Raho, SVD. Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2007), Cet. I, h. 97. 14Ibid.h. 97. 15 Kumanto Sunarto. Pengantar Sosioligi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993), h. 47.

  • 30

    Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, yang dikenal dengan

    nama interactionist perspektive. Diantara berbagai pendekatan yang digunakan untuk

    mempelajari intreaksi sosial, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama interaksionisme

    simbolik (Symbolic interaksionism). Pendekatan ini bersumber dari pemikiran George

    Herbert Mead. Dari kata interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendekatan ini ialah

    interaksi sosial; kata simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi.

    Dalam interaksi sosial, ada asumsi teoretis yang distilahkan dengan interaksionisme

    simbol. Herbert Blumer menyampaikan rumusan yang paling ekonomis menurutnya dari

    asumsi-asumsi interaksionisme simboldimana hal ini berhubungan konsep “diri” konsep

    perbuatan (action), konsep obyek, konsep interaksi sosial, konsep joint action. Ia

    menyambung pada gagasan-gagasan Mead adalah sebagai berikut: konsep diri, konsep

    perbuatan (action), konsep obyek. Ketiga konsep menurut Blumer tersebut bila dikaitkan

    dengan gagasan Mead adalah dapat dijelaskan. Manusia bukan semata-mata organisasi saja

    yang bergerak dibawah pengaruh perangsang-perangsang entah dari luar, entah dari dalam,

    melainkan “organisme yang sadar akan dirinya”. (An organism having a self). Selanjutnya

    perbuatan manusia dibentuk dalam dan melalui proses interaksi dengan diri sendiri, maka

    perbuatan itu berlainan sama sekali dengan gerak mahluk-mahluk yang bukan manusia.

    Manusia menghadapkan diri pada macam-macam hal seperti kebutuhan perasaan, tujuan,

    perbuatan orang lain, peraturan-peraturan masyarakatnya, situasinya, self image-nya,

    ingatannya dan cita-cita untuk masa depan. Manusia hidup ditengah obyek-obyek. Kata

    “obyek” dimengerti dalam arti luas dan meliputi semua yang menjadi sasaran perhatian arti

    manusia. Menurut Blumer, obyek dapat bersifat fisik seperti kursi, atau khayalan, kebendaan

    seperti Empire state Building atau abstrak seperti konsep kebebasan, hidup atau tidak hidup

    terdiri dari golongan atau terbatas pada satu orang, bersifat pasti seperti golongan darah, atau

    agak kabur seperti ajaran filsafat. Inti hakikat obyek-obyek tidak ditentukan oleh ciri-ciri

    instrinsik mereka, melainkan oleh minat dan arti yang dikenakan kepada obyek-obyek itu.

    Konsep interaksi sosial.

    Dalam deskripsi Mead, “proses pengambilan peran” menduduki tempat penting. Interaksi

    berarti bahwa para peserta masing-masing memindahkan diri mereka secara mental ke dalam

    posisi orang lain. Konsep joint action. Blumer mengganti istilah sosial act dari mead dengan

    istilah joint action. Artinya ialah aksi kolektif yang lahir dimana masing-masing perbuatan-

    perbuatan peserta dicocokkan dan diserasikan satu sama lain.

  • 31

    G. Masyarakat Menurut Teori Simbolik Interaksi simbolik menggambarkan masyarakat bukanlah dengan memakai konsep-

    konsep seperti sistem, struktur sosial, posisi status, peranan sosial, pelapisan sosial, struktur

    institusional, pola status, norma-norma, dan nilai-nilai sosial, melainkan dengan memakai

    istilah “aksi”. Masyarakat, organisasi atau kelompok terdiri dari orang-orang yang

    menghadapi keragaman stuasi dan masalah yang berbeda-beda.

    Pengaruh interaksionisme yang paling umum adalah pandangan bahwa kita

    menggunakan interpretasi orang lain sebagai bukti “kita”. Berarti, citra diri (Self-image).

    Kesadaran kita adalah produk dari cara orang lain berpikir tentang kita. Akibatnya, dalam

    hal ini “saya adalah apa yang saya pikir engkau berpikir tentang saya”. Bagi interaksi

    simbolik inilah terutama apa yang dimaksud dengan sosialisasi itu. Jadi bukan aturan-

    aturan kebudayaan sudah ada, bersifat eksternal, yang secara umum diinternalisasi oleh

    manusia, seperti pendapat teori struktural. Citra diri adalah produk dari proses interpreatif.

    Alokasi makna antara satu orang dengan orang yang lain. Yang bagi teori tindakan adalah

    akar dari semua interaksi sosial. Maka muncullah suatu gambaran masyarakat yang dinamis,

    bercorak serba berubah dan pruralis. Orang saling berhubungan satu sama lain dan saling

    menyesuaikan kelakuan mereka secara timbal-balik. Mereka tidak bertindak dengan

    berdoman pada satu kebudayaan, struktur sosial dan sebagainya, melainkan dengan

    menghadapi situasi-situasi. Ciri-ciri struktural seperti kebudayaan, pelapisan sosial atau

    peran-peran sosial yang menyediakan kondisi-kondisi tindakan mereka tetapi tidak

    menentukannya.

    Interaksionisme simbolik adalah nama yang diberikan kepada salah satu teori tindakan

    yang paling terkenal. Melalui interaksionisme simboliklah pernyatan-pernyataan seperti

    ‘definisi situasi”, “realitas dimata pemiliknya”, dan “jika orang mendefinisikan situasi itu

    nyata, maka hanyalah situasi itu dalam konsekuensinya”, menjadi paling relevan. Meski

    agak berlebihan, interaksionisme simbolik itu jelas menunjukkan jenis-jenis aktivitas

    manusia yang unsur-unsurnya memandang penting untuk memusatkan perhatian dalam

    rangka memahami kehidupan sosial. Menurut ahli teori interaksionisme simbolik,

    kehidupan sosial secara harfiah adalah interaksi manusia melalui penggunaan simbol-

    simbol”. Interaksionisme simbolik tertarik pada: Pertama,cara manusia menggunakan

    simbol untuk mengungkapkan apa yang mereka maksud, dan untuk berkomunikasi satu

  • 32

    sama lain (Suatu interpreatif yang ortodok). Kedua, akibat interpretasi atas simbol-simbol

    terhadap kelakuan pihak-pihak yang terlibat selama interaksi sosial.16

    Interaksionisme simbolik menekankan bahwa interaksi adalah proses interpretatif dua

    arah. Kita tidak hanya harus memahami bahwa tindakan seseorang adalah produk

    bagaimana ia menginterpretasi perilaku orang lain, tetapi bahwa interpretasi ini akan

    memberi dampak terhadap pelaku yang berperilakunya diinterpretasi dengan cara tertentu

    pula. Salah satu konstribusi interaksionisme simbolik bagi teori tindakan adalah elaborasi

    dan menjelaskan berbagai akibat interpretasi terhadap orang lain terhadap identitas sosial

    individu yang menjadi objek interpretasi tersebut.

    H. Perubahan Sosial dan Kebudayaan

    Setiap manusia pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan

    masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, susunan lembaga

    kemasyarakatan, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.

    1. Definisi Perubahan Sosial dan Kebudayaan

    Para sosiolog maupun antropolog telah banyak mempersoalkan mengenai

    pembatasan pengertian perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan. William F.Ogburn

    dalam Soerjono Soekanto, berusaha memberikan sesuatu pengertian tertentu, walau tidak

    memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup

    perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun

    yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan

    material terhadap unsur-unsur immaterial.17 Kingsley Davis mengartikan perubahan

    sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

    Misalnya timbul perorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan

    perubahan-perubahan dalam hubungan-hubungan antara buruh dan majikan dan

    seterusnya menyebabkan perubahn-perubahan dalam organisasi ekonomi dan

    politik.18Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan

    perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Kingsley Davis

    berpendapat bahwa perubahan sosial meerupakan bagian dari perubahan kebudayaan.

    Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu: kesenian, ilmu 16 Pip Jones. Pengantar Teori-teori Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), h. 142. 17Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 303-304. 18Ibid. h. 304.

  • 33

    pengetahuan, teknologi, bahkan dalam bentuk aturan-aturan organisasi sosial. Perubahan

    sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk yaitu:

    2. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan kebudayaan

    Perubahn sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk,

    yaitu:

    a. Perubahan lambat dan perubahan cepat

    Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu yang lama, dan rentetan-

    rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan yang lambat, dinamakan

    evolusi. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat

    untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan

    kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.

    Rentetan perubahan-perubahn tersebut tidak perlu sejalan dengan peristiwa-

    peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.

    b. Perubahan kecil dan perubahan besar

    Agak sulit untuk merumuskan masing-masing pengertian tersebut di atas,

    karena batas-batas pembedaannya sangat relatif. Sebagai pegangan dapatlah

    dikatakan bahwa perubahan-perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang

    terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung

    yang berarti bagi masyarakat. Perubahan mode pakaian, misalnya tidak akan

    membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat dalam keseluruhannya, karena tidak

    mengakibatkan perubahan-perubahn pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.

    Sebaliknya, suatu proses industrilisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris,

    misalnya, merupakan pengaruh besar pada masyarakat.

    c. Perubahan yang dikehendaki dan perubahan tidak dikehendaki

    Perubahan yang dikehendaki adalah perubahan yang diperkirakan atau yang

    telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang akan melakukan

    perubahan di dalam masyarakat. Pihak yang menghendaki perubahan disebut agent

    of change. Agent of change memimpin masyarakat dalam mengubah sistem sosial.

    Dalam melaksanakannya, agent of change langsung tersangkut dalam tekanan-

    tekanan untuk mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan perubahan-

    perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Selanjutnya perubahan

  • 34

    yang tidak dikehendaki merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa

    dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat

    menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.

    Konsep perubahan yang dikehendaki atau tidak dikehendaki tidak mencakup

    paham apakah perubahan-perubahan tadi diharapkan atau tidak diharapkan oleh

    masyarakat. Mungkin suatu perubahan yang tidak dikehendaki sangat diharapkan

    dan diterima masyarakat. Bahkan para agent of change yang merencanakan

    perubahan-perubahan yang dikehendaki telah memperhitungkan terjadinya

    perubahan-perubahn yang tidak terduga di bidang-bidang lain.

    3.faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dan kebudayaan.

    Untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketeahui sebab-sebab yang

    melatarbelakangi terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab

    terjadinya perubahn masyarakat, mungkin karena adanya sesuatu yang dianggap

    sudah tidak lagi memuaskan. Mungkin saja karena ada factor baru yang lebih

    memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor-faktor lama itu. Pada umumnya

    dikatakan bahwa sebab-sebab tersebut mungkin sumbernya ada yang terletak di dalam

    masyarakat itu sendiri da nada yang terletaknya di luar. Sebab-sebab yang terletak di

    dalam masyarakat itu sendiri, antara lain adalah:

    a. Bertambah atau berkurangnya penduduk

    b. Penemuan-penemuan baru

    c. Pertentangan konflik masyarakat

    d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi

    Selanjutnya suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada

    sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain:

    a. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia

    b. Peperangan

    c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

  • 35

    4.Faktor-faktor yang mempengaruhi Jalannya proses perubahan

    Di dalam masyarakat dimana terjadi suatu proses perubahan, terdapat faktor-faktor

    yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain

    adalah:

    a. Kontak dengan kebudayaan lain. Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah

    diffusion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke

    individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses tersebut

    masyarakat mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang dihasilkan.

    b. Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan mengajarkan kepada individu

    aneka macam kemampuan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi

    manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga

    bagimana cara berpikir secara ilmiah.

    c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.

    Apabila sikap tersebut melembaga dalam suatu masyarakat, maka masyarakat akan

    merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru.

    d. Sistem terbuka lapisan masyarakat. Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak

    sosial vertical yang luas atau berarti atau memberi kesempatan kepada para individu

    untuk maju atas dasar kemampuan diri sendiri. Dengan keadaan demikian, seseorang

    mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status

    lebih tinggi. Identifikasi merupakan tingkah laku yang sedemikian rupa, sehingga

    seseorang meras berkedudukan sama dengan orang atu golongan lain yang dianggap

    lebih tinggi dengan harapan agar diberlakukan sama dengan golongan tersebut.

    e. Penduduk yang heterogen. Masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang

    mempunyai latar-belakang kebudayaan yang berbeda, ras yang berbeda, ideologi

    yang berbeda dan seterusnya, mempermudah terjadinya pertentangan-pertentangan

    yang mengundang kekgoncangan-kegoncangan. Keadaan-keadaan tersebut

    mempermudah terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat.

    f. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupsn tertentu.

    Ketidakpuasan yang berlangsung terlalu lama dalam masyarakat berkemungkinan

    besar akan mendatangkan revolusi.

    g. Orientasi ke masa depan

    h. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar terjadinya perubahan

  • 36

    5. Faktor-faktor Yang Menghalangi terjadinya Proses Perubahan

    a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. Kehidupan asing menyebabkan

    sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi

    pada mamsyarakat lain yang mungkin akan memperkaya kebudayaannya sendiri.

    Hal itu juga menyebabkan bahwa para warga masyarakat terkukung pola-pola

    pemikirannya oleh tradisi.

    b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. Hal ini mungkin disebabkan hidup

    masyarakat tersebut terasing dan tertutup atau mungkin karena lama dijajah oleh

    masyarakat lain.

    c. Sikap masyarakat yang sangat tradisionil. Suatu sikap yang mengagung-agungkan

    tradisi dan masa lampau serta anggapan bahwa trasdisi secara mutlak tidak dapat

    diubah, menghambat jalannya proses perubahan.

    d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat. Dalam

    organisasi sosial yang mengenal sistem sosial pasti akan ada sekelompok orang yang

    menikmati kedudukan perubahan-perubahan. Misalnya dalam mamsyarakat feodal

    atau masyarakat yang sedang mengalami transisi.

    e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integritas kebudayaan. Memang harus

    diakui kalo tidak mungkin integrasi semua unsur-unsur kebudayaan bersifat

    sempurna. Beberapa perkelompokkan unsur-unsur tertentu mempunyai drajat

    integritas tinggi. Maksudnya unsur-unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan

    integrasi dan menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu

    masyarakat.

    f. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup. Sikap-sikap

    demikian banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang pernah dijajah bangsa-

    bangsa barat.

    g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Setiap usaha pada unsur-unsur

    kebudayaan rohaniah. Biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan

    ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasr integritas masyarakat tersebut.

    h. Adat atu kebiasaan. Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota

    masyarakat di dalam memenuhi semua kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian

    pola-pola perilaku tersebut efektif di dalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan

    muncul. Mungkin adat atau kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, sistem

    mata pencaharian, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk

    diubah.

  • 37

    I. Masyarakat dan Unsur-Unsur Persamaan Kebudayaan Sejak lama para sarjana tertarik akan adanya bentuk-bentuk yang sama dari unsur-

    unsur kebudayaan diberbagai tempat yang sering kali jauh letaknya satu sama lain. Ketika

    cara berpikir mengenai evolusi kebudayaan berkuasa, para sarjana menguraikan gejala

    persamaan itu dengan keterangan bahwa persamaan-persamaan itu disebabkan karena

    tingkat-tingkat yang sama dalam proses evolusi kebudayaan di berbagai tempat di muka

    bumi. Sebaliknya ada juga uraian-uraian lain yang mulai tampak di kalangan ilmu

    antropologi, terutama waktu cara berfikir mengenai evolusi kebudayaan mulai kehilangan

    pengaruh, yaitu kira-kira pada akhir abad ke-19. Menurut uraian ini, gejala persamaan

    unsur-unsur kebudayaan di berbagai tempat di dunia disebabkan karena persebaran atau

    difusi dari unsur-unsur itu ke tempat–tempat tadi. Selanjutnya diterangkan bahwa

    menurut Garebner yang disebutnya satu Kulturkreise.19 Maksud istilah itu adalah

    lingkaran kebudayaan di muka bumi yang mempunyai unsur-unsur kebudayaan yang

    sama.

    Metode klasifikasi unsur-unsur kebudayaan dari berbagai tempat di muka bumi ke dalam

    berbagai kulturkreis itu diterangkan dalam bukunya yang menjadi sangat terkenal, yaitu

    Methode der Etnologie (1911) dalam Koentjaraningrat. Prosedur klasifikasi itu berjalan

    sebagai berikut:

    1. Seseorang peneliti mula-mula harus melihat di tempat-tempat mana di muka bumi

    terdapat unsur-unsur kebudayaan yang sama. Misalnya di tiga kebudayaan di tempat-

    tempat yang kita sebut A, B, dan C yang letaknya saling berjauhan, terdapat unnsur-

    unnsur kebudayaan a yang sama, maka unsur itu yang di A kita sebutkan a,di B kita

    namakan a, di C adalah a. Persamaan akan kesadaran tadi dicapai dengan alasan

    pembandingan berupa ciri-ciri, atau kualitas, dari ketiga unsur tadi, dan disebut Qualitats

    Kriterium.

    2. Si peneliti kemudian harus melihat apakah di A ada unsur-unsur lain yang sama dengan

    unsur-unsur di B dan C; dan misalkan ada unsur b,c, d, dan e di A yang sama dengan

    unsur-unsur b, c, d, dan e di C, maka alasan pembandingan berupa suatu jumlah banyak

    (kuantitas) dari berbagai unsur kebudayaan tadi di sebut Quantitats Kriterium. Tiap

    kelompok unsur-unsur yang sama tadi, yaitu (a b c d e, (a’ b’ c’ d’ e’) dan (a” b” c” d”

    e”), masing-masing disebut Kulturkomplex. 19 Koentjaraningrat,Sejarah Teori Antropologi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1987), h. 112-113.

  • 38

    3. Akhirnya peneliti menggolongkan ketiga tempat itu, yaitu A, B dan C, dimana terdapat

    ketiga Kultu rkomplex tadi, menjadi satu, seolah-olah memasukkan ketiga tempat di atas

    peta bumi bumi itu ke dalam satu lingkaran. Ketiga tempat tadi itu menjadi Kulturkreis.

    Dengan melanjutkan prosedur tersebut, maka di atas peta bumi akan tergambar berbagai

    Kulturkreis, yang saling berpadu dan bersimpangisiur. Dengan demikian akan tampak

    gambaran atau difusi dari unsur-unsur kebudayaan di masa yang lampau.

    Berhubungan dengan perhatian terhadap masalah persebaran kebudayaan tersebut di atas,

    ada seorang sarjana ilmu hayat yang merangkap ilmu bumi bernama F. Ratzel (1844-1904)

    yang pernah mempelajari berbagai bentuk senjata busur di berbagai tempat di Afrika. Ia

    banyak menemukan persamaan bentuk pada busur-busur di berbagai tempat di Afrika itu, dan

    kemudian juga pada unsur-unsur kebudayaan lain, seperti bentuk rumah, topeng,pakaian dan

    lain-lain. Anggapan dasar para sarjana tadi dapat diringkaskan sebagai berikut: Kebudayaan

    manusia itu pangkalnya adalah satu, dan di suatu tempat yang tertentu, yaitu pada waktu

    mahluk manusia baru muncul di dunia ini. Kemudian kebudayaan induk itu berkembang,

    menyebar, dan pecahah ke dalam banyak kebudayaan baru karena pengaruh keadaan

    lingkungan dan waktu. Oleh Karena itu dari penjelasan teori kulturkreise di atas dapat

    dihubungkan dengan realitas kebudayaan secara univesal yakni gejala-gejala persebaran atau

    difusi kebudayaan yang ada di indonesia terdapat kesamaan unsur-unsur di dalamnya. Secara

    umum terdapat bebrapa deminsi yang menjelaskan kekhasan suatu bangsa. Unsur-unsur

    identitas itu secara normatif berbentuk sebagai nilai, bahasa, adat istiadat, dan letak

    geografis.20Selanjutnya keterkaitan antara teori tersebut akan dijelaskan pada hasil kajian

    ilmiah ini apakah ada hubungan serta interpretasi dari hasil kajian tersebut.

    Masyarakat dan kebudayaan adalah dwi tunggal yang tidak bisa dipisahkan. Ada yang

    memamandang masyarakat dari sudut pandang kebudayaan dengan alasan bahwa unsur

    kebudayaan merupakan unsur terpenting dari masyarakat, ada yang memandang masyarakat

    dari aspek organisasi dan kerja sama karena unsur inilah yang terpentingdalam kehidupan

    bermasyarakat. Dan ada pula yang memandang sebagai kelompok-kelompok karena

    kelompok adalah unsur yang menentukan kehidupan masyarakat. Berikut ini adalah sejumlah

    pengertian dari beberapa ahli mengenai masyarakat. Kehidupan masyarakat harus dipandang

    sebagai suatu sistem atau sistem sosial, yaitu suatu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-

    unsur yang saling berhubungan dalam suatu kesatuan. Menurut Koentjaraningrat masyarakat 20 A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Demokrasi Hak Asasi Manusia, Dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2000), h. 97.

  • 39

    adalah “kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu

    yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama”.21Sementara

    menurut Horton dan Hunt dalam M. Bambang Pranowo mengatakan;masyarakat adalah

    “suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain, sedangkan kebudayaan

    adalah sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan masyarakat

    tersebut”.22 Kemudian selanjutnya menurut Selo Soemardjan dalam Jacobus Ranjabar

    mengatakan; masyarakat adalah “orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan

    kebudayaan”.23Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

    masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang saling berhubungan:pengaruh-

    mempengaruhi; mempunyai norma-norma; memiliki identitas yang sama; dan memiliki

    teritorial kewilayahan tertentu.

    Untuk memberikan penjelasan yang cukup detail mengenai unsur-unsur masyarakat

    untuk membedakannya dengan istilah lain seperti komunitas, perkumpulan dan lain

    sebagainya adalah:

    1. Adanya kelompok manusia yang berinteraksi

    Syarat pertama yang harus ada dalam kehidupan masyarakat adanya interaksi

    diantara anggota kelompok masyarakat tersebut, berlansung lama, saling pengaruh

    mempengaruhi dan memiliki prasarana untuk berinteraksi.

    2. Adanya Norama-norma dan adat istiadat

    Kehidupan masyarakat akan berlangsung tertib manakalah terdapat norma-norma

    yang diterapkan secara kontinyu dan teratur, sehingga menjadi adat istiadat yang khas

    untuk masyarakat tersebut yang menjadi pembeda dengan masyarakat lainnya.

    3. Adanya identitas yang sama

    Unsur lain yang membentuk adanya masyarakat adalah adanya identitas yang sama

    yang dimiliki oleh warga masyarakatnya, bahwa mereka memamang merupakan suatu

    kesatuan khusus yang berbeda dengan kesatuan-kesatuan lainnya.

    21M. Bambang Pranowo, Sosiologi Sebuah Pengantar, h. 128. 22Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian, (Yogyakarta: Gadjah Madah University Press, 1999), h. 62. 23Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), h. 10.

  • 40

    4. Adanya batas wilayah

    Suatu masyarakat umumnya mempunyai batas-batas wilayah yang jelas. Batas-batas

    itu sering menjadi petunjuk bagi pengamat untuk memgetahui jenis suku bangsa yang

    menghuni wilayah tersebut.

    Oleh karena itu masyarakat tidak dapat dipisahkan dari manusia karena hanya

    manusia saja yang hidup bermasyarakat. Sebaliknya manusia pun tidak dapat dipisahkan

    dengan masyarakat. Dengan adanya kebudayaan di dalam masyarakat itu adalah sebagai

    bantuan yang sangat besar sekali pada individu-individu, baik dari sejak permulaan adanya

    masyarakat sampai kini. Setiap kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah di dalam

    bertindak dan berpikir, sehubungan dengan pengalaman-pengalaman fundamental, oleh

    sebab itulah kebudayaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat.

    J. Kerangka Berpikir Pola interaksi masyarakat pendatang terhadap masyarakat lokal di Sumbawa barat

    studi di kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat menggambarkan suatu bentuk-

    bentuk umum dalam suatu sudut pandang interaksi sosial pada suatu komunitas

    masyarakat. Telah dijelaskan secara teoritis bahwa bentuk umum proses-proses sosial

    adalah interaksi sosial yang juga dapat dinamakan proses sosial. Oleh karena intreaksi

    sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

    Bentuk-bentuk lain dari proses-proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk

    khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang

    dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-

    kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

    Jelaslah dapat diterangkan bahwa dengan keeradaan masyarakat suatu interaksi sosial itu

    dapat dilakukan. Oleh karena itu dengan berinteraksi mengarahkan kehadiran masyarakat

    itu sendiri kearah perubahan, baik cara berpikir, gaya hidup, tingkah laku dan peran

    seseorang dalam suatu sistem masyarakat. Namun dalam konteks interaksi faktor budaya

    menjadi latar belakang yang sangat penting, karena melihat budaya menjadi tolak ukur

    dan acuan oleh seseorang untuk bergaul antar sesama sehingga menghasilkan kerja sama

    dan mencapai tujuan yang sama. Seseorang akan bergaul sesuai dengan apa yang

    diharapkan yakni mengarah pada bentuk-bentuk perilaku yang positif terhadapnya tentu

    dipengarui oleh latar belakang dan norma-norma yang sesuai dengan paham mereka

    yang dianut dalam ajaran kebudayaannya. yang menjadi permasalahan pokok dan

  • 41

    asumsi dasar dalam hal ini adalah pola berinteraksi masyarakat pendatang terhadap

    masyarakat lokal sehingga membentuk suatu masyarakat yang dinamakan masyarakat

    yang ideal baik dilihat dari sudut pandang agama, budaya,sosial dan ekonomi.

    Pembahasan dalam kerangka berfikir ini, yang mencakup ruang lingkup yang luas,

    merupakan serangkaian muatan-muatan ilmu pengetahuan mengenai interaksi sosial

    yang akan dilakukan pada tingkat penelietian akan dilakukan. Maka pembahasan akan

    dibatasi pada bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu bentuk-bentuk yang tampak apabila

    orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia itu mengadakan hubungan suatu

    sama lain.

  • 42

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat,

    Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

    September 2013.

    B. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif

    deskriptif Pada dasarnya sebuah penelitian sosial dilakukan untuk memahami berbagai hal

    berkaitan dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat. Walaupun demikian, berbagai

    pengalaman melakukan serangkaian prosedur penelitian menunjukkan bahwa ternyata

    metode penelitian kuantitatif tidak dapat sepenuhnya mengungkap kehidupan sosial secara

    rinci dan mendalam. Metode penelitian kuantitatif ternyata tidak dapat digunakan untuk

    mengungkap dinamika kehidupan sosial secara utuh. Penelitian kuantitatif menjadi tidak

    tepat atau dirasa kurang tepat digunakan apabila ingin meneliti kehidpan sosial secara rinci

    karena dengan alasan-alasan seperti: (1) kehidupan sosial yang diteliti sangat kompleks; dan

    (2) hasil penelitian tidak memuaskan karena banyak hal yang belum dapat dijelaskan oleh

    hasil penelitian tersebut.

    Menurut Taylor dan Bogdan dalam Bagong Suyanto dan Sutinah Pengertian penelitian

    kualitatif dapat diartikan sebagai “penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai

    kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang

    diteliti”.24 Penelitian kualitatif yang berakar dari paradigma interpretatif, pada awalnya

    muncul dari ketidakpuasan atau reaksi terhadap paradigma positivist, yang menjadi akar

    penelitian kuantitatif.

    Untuk mengadakan pengkajian selanjutnya terhadap istilah penelitian kualitatif perlu

    kiranya dikemukakan beberapa definisi. Pertama, Bogdan dan Taylor (1975: 5) dalam Lexi J.

    Moleong mendefinisikan “metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

    menghasilkan data deskriptif yang berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang yang

    24Bagong Suyanto, Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 166.

  • 43

    diamati”.25Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu te