23
Disusun oleh: Kelompok 6 XI IPA 1 NADA ADZHANI PRILIA ESADIANTI A RIDHA JUNIHARTI RIZKA MULIA ANANDA ULFA AFRIYANTI YENNI RAMDHANI ADAT ISTIADAT TAU SAMAWA

ADAT ISTIADAT TAU SAMAWA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Membahas tentang beberapa adat istiadat Sumbawa

Citation preview

Disusun oleh:

Kelompok 6 XI IPA 1

NADA ADZHANI

PRILIA ESADIANTI A

RIDHA JUNIHARTI

RIZKA MULIA ANANDA

ULFA AFRIYANTI

YENNI RAMDHANI

ADAT ISTIADATTAU SAMAWA

Pangantan

Pernikahan adat Sumbawa atau yang biasa disebut pangantan terdiri dari beberapa prosesi, yaitu sebagai berikut:

1. BajajakBajajak merupakan tahap awal yang penting dan

sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah perkawinan. Seorang jejaka yang menaruh hati pada seorang gadis sebelum resmi meminang memerlukan waktu khusus untuk mengadakan semacam observasi mengenai gadis tersebut. Biasanya kerabat dekatnya (saudara perempuan atau bibi) diutus bertandang ke rumah sang gadis untuk mengadakan pendekatan  sedemikian rupa sehingga segala data tentang gadis tersebut dapat diperoleh yang meliputi kepribadian, keterampilan, dsb, sudah tentu yang terpenting adalah kesungguhan sang gadis untuk berumah tangga. Biasanya data tersebut dipergunakan untuk lebih memantapkan persiapan si jejaka untuk segera meminang (rata-rata pasangan tersebut sudah pacaran sebelumnya).

2. Bakatoan

Bakatoan atau meminang dilaksanakan oleh sebuah tim kecil yang ditentukan oleh pihak keluarga laki-laki yang terdiri dari kerabat terdekat yang dituakan ditambah dengan tokoh-tokoh masyarakat yang disegani. Sebelum prosesi Bakatoan dilaksanakan, seorang kurir dari pihak laki-laki mendatangi orang tua pihak perempuan untuk memberitahukan bahwa akan dating rombongan dari pihak laki-laki pada waktu tertentu yang telah disepakati oleh pihak laki-laki.

3. Basaputis

Biasa juga disebut Saputis Ling. Pada tahap ini segala bentuk keperluan dari kedua belah pihak untuk mendukung suksesnya perkawinan dimusyawarahkan dan dibicarakan secara tuntas. Pihak perempuan yang menurut adat menjadi pelaksana hampir seluruh upacara, pada kesempatan itu menyatakan keperluan yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki yang biasanya dalam bahasa Sumbawa disebut Mako. Besar kecilnya keperluan tersebut tergantung hasil musyawarah antar keluarga perempuan. Pada saat inilah peran dukun atau sanro menonjol, seperti misalnya untuk menentukan hari baik bulan baik upacara selanjutnya. Tentu saja dengan tetap mempertimbangkan keinginan kedua belah pihak.

4. Bada’

Bada’ adalah pemberitahuan secara resmi kepada si gadis bahwa dia tidak lama lagi akan menikah. Petugas unutk itu biasanya ditunjuk istri tokoh-tokoh masyarakat yang disegani. Waktu yang dipilih pagi hari, dengan mengucapkan kata-kata sebagai berikut :“Mulai ano ta, man mo mu lis tama, apa ya tu sabale sapara kauke si A anak si B”. Setelah mendengar ucapan itu, sang gadis biasanya langsung menangis ditingkahi oleh suara rantok (alat penumbuk padi) bertalu-talu seolah-olah menjadi publikasi spontan kepada masyarakat kampung bahwa seorang gadis telah akan meninggalkan masa remajanya.

 

5. NyorongNyorong merupakan sebuah upacara adat

dimana pihak keluarga calon pengantin laki-laki datang dengan rombongan yang cukup besar untuk menyerahkan bawaan kepada pihak keluarga calonn pengantin wanita. Upacara ini biasanya diiringi dengan kesenian Ratib Rebana Ode. Di pihak wanita telah menanti juga dalam jumlah yang cukup besar, wakil-wakil dari pihak keluarga dan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Setelah diawali dengan basa-basi dalam acara berbalas pantun, maka barang-barang bawaanpun diserahkan.

6. Barodak Rapancar

Untuk mempersiapkan kedua mempelai dalam menghadapi upacara selanjutnya seperti layaknya yang terjadi pada etnik lain, di Sumbawapun di kenal apa yang disebut dengan Barodak Rapancar. Dalam upacara tersebut, calon pengantin di lulur dengan ramuan tradisional yang disebut Odak. Odak dibuat dari ramuan kulit-kulit beberapa jenis pohon yang serba guna yang diproses secara khusus (ditumbuk halus). Fungsi utama odak adalah agar kulit menjadi kuning dan halus. Di samping itu, dengan ramuan daun pancar (pemerah kuku), kedua mempelai di cat kukunya (kaki maupun tangan) oleh Ina Odak, petugas khusus sebagai juru rias. Selain yang bersifat fisik, selama menjalani proses barodak, kepada mereka diajarkan pula hal-hal yang berhubungan dengan persiapan menjadi suami istri, termasuk menjaga makanan/minuman.

7. Ete Ling

Dua atau tiga hari sebelum upacara terpenting yaitu Nikah tiba, 2 (dua) orang petugas agama (P3NTR) atas permintaan orang tua pihak wanita mendatangi calon pengantin wanita untuk secara resmi meminta jawaban dan keinginan sang gadis dinikahkan dengan calon pengantin pria. Pada saat itu, sang gadis menyampaikan maksudnya bahwa memang betul dia ingin dinikahkan dengan jejaka tersebut, dan meminta agar hal tyersebut disampaikan kepada orang tuanya. Ling (ucapan) tersebut disampaikan kepada orang tua, dan langsung saat itu dirundingkan apakah akad nikah nanti dilaksanakan sendiri olehg ayah sang gadis atau diwakilkan.Bila segala sesuatu telah siap, maka dengan berpedoman pada jadwal waktu yang telah ditetapkan pada acara basaputis, maka upacara nikahpun akan segera dilaksanakan.

8. NikahSebagai penganut agama Islam, bagi

masyarakat Sumbawa sebenarnya inilah inti dari segala rangkaian upacara adat perkawinan. Petrugas agama dan tokoh-tokoh masyarakat yang diundang dalam upacara ikut menjadi saksi telah terjadinya ikatan perkawinan yang suci dan sangat disucikan. Kembang-kembang nikah yang ditancapkan mengelilingi sebatang pohon pisang yang diletakkan dalam sebuah bokor kuningan berisi beras dibagi-bagikan kepada hadirin.

9. BasaiPada upacara inilah kedua mempelai

menjadi raja sehari. Publikasi kepada seluruh warga                 masyarakat tentang perkawinan mereka dilaksanakan sepenuhnya lewat upacara basai. Gemerincing uang logam yang diberikan oleh hadirin dalam acara Barupa yang ditingkahi dengan puisi lisan tradisional (lawas) merupakan pesan-pesan moral terselubung yang sukar untuk dilupakan oleh kedua mempelai.

Biso Tian

Biso Tian adalah upacara yang dilaksanakan pada masyarakat Samawa untuk mendoakan wanita yang sedang hamil pertama pada saat usia kehamilan mencapai 8-9 bulan dengan tujuan agar ibu dan bayinya mendapat keselamatan.

Upacara biso tian mengharapkan bayi dalam kandungan menjadi anak yang berguna dan tidak kurang satu apapun (tidak cacat).

Cara pelaksanaan:

Menyiapkan 7 lembar kain panjang yang diujungnya diikat uang logam untuk diperebutkan oleh hadirin. Ini melambangkan kehadirannya diterima oleh lingkungannya.

Medo bura, terdiri dari bête, loto kuning untuk mengusir roh-roh jahat yang akan mengganggu calon bayi.

Buka bura, maksudnya siap untuk dilahirkan di dunia dengan segala tantangan.

Petikal (topat), melambangkan ketekadan hati pada sesame (saling membutuhkna nsatu sama lain).

Basunat

Basunat adalah memotong bagian ujung kelamin anak laki-laki yang berusia antara 3-10 tahun, untuk menjalankan sunnah rasul. Pada anak-anak perempuan, kegiatan basunat ini dinamakan “Batoba”. Sering juga terjadi bahwa anak-anak yang disunat telah berumur lebih dari 10 tahun pada laki-laki. Dan pada perempuan juga terjadi pada umur kurang dari 3 tahun. Salah satu tujuan basunat untuk kebersihan dan kesehatan anak.

Ada beberapa tahapan dalam acara basunat sebagai berikut:

1) Barodak 2) Basunat 3) Barupa

Sehari sebelum anak disunat , dilakukan acara barodak, yaitu memberi lulur pada sekujur tubuh anak agar harum, bersih dan segar. Biasanya acara barodak ini dimeriahkan oleh ratib rebana ode atau music gong genang. Anak yamg akan disunat biasanya dikenakan pakaian dan kain sarung yang bersih dan berwarna putih atau berwarna kuning. Kain sarung tersebut dinamakan “Awi”.Pada saat anak disunat selalu diiringi dengan acara sakral. Biasanya anak diberi makan telur ayam yang direbus. Orang yang bertugas untuk menyunat atau memotong ujung kelamin anak adalah sandro sumat atau mantri kesehatan atau dokter.Setelah anak disunat dilakukan acara berupa, yaitu pemberian hadiah kepada anak yang telah disunat oleh sanak saudara dan handai taulan ataupun oleh semua orang yang hadir ditempat itu. Hadiah-hadiah itu biasanya berupa uang atau barang, sehingga anak menjadi gembira dan melupakan rasa takut dan rasa sakitnya akibat disunat. Dalam rangka acara basunat ini biasanya disemarakkan dengan kegiatan-kegiatan permainan rakyat gentao, yaitu semacam permainan pencak silat.

Bateruk

Bateruk dalam bahasa Indonesia juga di sebut meninidik telinga yang diselenggarakan melalaui sebuah upacara tersendiri pada anak perempuan. Bateruk sudah jarang di upacarai, sekarang masyarakat lebih memilih mengunjungi dan menggunakan tenaga medis untuk melakukan bateruk karena di anggap lebih praktis. Upacara bateruk pada anak perempuan umumnya dilakukan pada saat anak masih bayi atau balita.

Tama Lamung

Tama lamung bermula dari kebiasaan menggunakan lamung pene bagi seorang wanita Sumbawa khususnya di kecamatan Sumbawa yang akan memasuki usia remaja. Wanita yang melaksanakan tradisi Tama Lamung haruslah dari golongan bangsawan dan tau sanak (golongan merdeka). Guna menghindari malapetaka yang dapat menimpa individu yang bersangkutan maka dilaksanakan tradisi Tama Lamung. Hal ini dapat dilihat dalam prosesi Tama Lamung yang dalam tahapannya seperti berodak dan maning suci berguna untuk menolak bala berupa penyakit seperti kesikal (kesurupan) yang dapat menimpa wanita tersebut.

Dalam perkembangannya tradisi ini mulai mengalami perubahan yang di sebabkan oleh adanya perubahan ide pada masyarakat bangsawan samawa yang mulai menitik beratkan pada pola piker praktis ekonomi. Namun perubahan yang terjadi dalam Tama Lamung hanya terlihat pada permukaannya atu kulitnya saja,sedangkan makna dan tujuan dari upacara ini masih tetap di pertahankan,artinya masih ada masyrakat yang melaksanakannya tradisi ini karena menganggap tradisi ini masih di perlukan dan berguna dalam kelangsungan hidup masyarakat tersebut.

Adapun beberapa factor yang mendorong perubahan dalam pelaksanaan upacara Tama Lamung antara lain factor ekonomi yang menyebabkan tradisi ini mulai di sederhanakan dengan menggabungkannya dalam upacara-upacara lain terutama dalam acara khitan. Selain itu kemajuan teknologi membawa perubahan dalam paralatan yang di gunakan dalam upacara Tama Lamung yang tidak lagi menggunakan peralatan tradisional melainkan telah diganti dengan peralatanan modern. Hal ini dikarenakan pola fikir masyrakat Sumbawa yang lebih mementingkan kepraktisan dari peralatan tersebut. Faktor pendidikan dan agama dalam hal ini mulai jarang dilakukan oleh masyarakat pendukungnya.

Tradisi Tama Lamung yang mulai jarang di lakukan menyebabkan masyarakat muali mengenal adanya tradisi rebuya (mencari) agar di laksanakan upacara Tama Lamung.

Wanita yang telah melakukan upacara Tama Lamung maka memiliki kewajiban untuk menjaga harkat dan martabatnya sebagai wanita dengan selalu mengikuti segala adat istiadat dalam masyarakat. Adat istiadat ini dapat di pelajari dengan mengikutsertakan wanita tersebut dalam berbagai upacara adat seperti menjadi ina odak (orang yang mengurus segala keperluan acara). Dan ina saneng (pedampaing kedua mempelai) dalam upacaara perkawinan. Tradisi Tama Lamung mulai mengalami kepunahan, oleh sebab itulah di harapkan kepada pemerintah setempat dan budayawan Sumbawa untuk lebih memperhatikan keberadaan upacara Tama Lamung. Perhatian ini dapat berupa motivasi, atau fasilitas upacara agar masyarakat tetap melaksanakan upacara Tama Lamung seperti yang dilakukan nenek moyangnya, sehingga generasi muda khususnya yang berada di kecamatan Sumbawa tetap mengenal dan mengetahui keberadaan tradisi Tama Lamung.

Tama Lamung diKecamatan Sumbawa dulu sering dilaksanakan oleh masyarakat Sumbawa tapi sekarang acara Tama Lamung jarang dilaksanakan. Acara Tama Lamung dilaksanakan pada acara yaitu:1) Khitan (basunat)2) Pencucian perut(bisotian)3) Belulur(odak pancar)

Di acara Bisotian juga dilaksanakan acara Tama Lamung bisa juga tidak. Diacara Basunat pun harus dilaksanakan tidak seperti acara Bisotian bisa tidak dilaksanakan

Adat istiadat Tama Lamung ini dilaksanakan dalam upacara perkawinan adat Sumbawa maupun dalam upacara khitan,menurut adat istiadat Sumbawa dalam upacara perkawinan biasanya di rangkaikan dengan upacara odak pancar dan upacara Tama Lamung.

SEKIAN