Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS PERSEPSI DAN PERAN PEREMPUAN NELAYAN DALAM PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA
(STUDI KASUS DESA LERO, KECAMATAN SUPPA,
KABUPATEN PINRANG)
SKRIPSI
OLEH :
MUSTAKINA SULAEMAN
L241 13 009
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
ANALISIS PERSEPSI DAN PERAN PEREMPUAN NELAYAN DALAM PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA
(STUDI KASUS DESA LERO, KECAMATAN SUPPA,
KABUPATEN PINRANG)
SKRIPSI
OLEH:
MUSTAKINA SULAEMAN
L 241 13 009
Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Departemen Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan
Universitas Hasanuddin Makassar
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2017
iii
iv
ABSTRAK
MUSTAKINA SULAEMAN. L24113009. Analisis Persepsi dan Peran Perempuan Nelayan Dalam Penaganan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang). Dibimbing oleh Mardiana. E. Fachry dan Abdul Wahid
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan peran perempuan nelayan terhadap penanganan sampah rumah tangga, serta menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal terhadap persepsi perempuan nelayan terhadap penanganan sampah rumah tangga, di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (Purposive) pada daerah yang memungkinkan untuk melakukan Analisis Persepsi dan Peran Perempuan Nelayan dalam penanganan sampah rumah tangga.
Penelitian ini menggunakan mix methode dengan menggabungkan pendekatan kuantitatif sebagai metode dalam menghitung skoring yang didapat dari kuisioner serta pendekatan kualitatif sebagai pendekatan untuk mengetahui persepsi, peran dan pendukung data kuantitaif. Metode penelitian ini adalah metode purposive sampling denga jumlah sampel 45 perempuan nelayan. analisis data yang digunakan adalah 3 tahap data kualitatif yaitu editing, coding, dan entry serta menggunakan regresi linear berganda dengan persamaan y = aX1
b1X2b2...X4
b4....Xnbn dimana y = persepsi perempuan nelayan X1 = pendidikan,
X2= pengetahuan X3= Pendapatan dan X4= Sarana dan prasarana. Berdasarkan hasil penelitian maka diketahui bahwa faktor yang
mempengaruhi persepsi perempuan nelayan tentang penanganan sampah rumah tangga yaitu faktor internal (Pendidikan, Pengetahuan, Pendapatan). Kemudian persepsi perempuan nelayan terhadap penanganan sampah rumah tangga tergolong sangat rendah hal ini disebabkan pendidikan yang masih rendah.
Kata kunci : Persepsi, Peran, Perempuan Nelayan, Penanganan Sampah Rumah Tangga.
v
ABSTRACT
MUSTAKINA SULAEMAN. L24113009. Perception Analysis and Role of Fishermen Women in Handling of Household Waste (Case Study of Lero Village, Suppa District, Pinrang District).guided byMardiana. E. Fachry dan Abdul Wahid
This study aims to determine perceptions and roles of woman fisherman to handle household waste, and to analyze the relationship between internal and external factors to the perception of women fisherman to handling household waste, Lero Village, Suppa Subdistrict, Pinrang Regency. Determination of this location is done purposively (Purposive) on the area that allows to perform Perception Analysis and Role of Women Fisherman in handling household waste.
This research uses mix methode by combining quantitative approach as a method in calculating scores obtained from questionnaire and qualitative approach as approach to know perception, role, and supporting quantitative data. This research method is purposive sampling method with amount of sample 30 woman fisherman. Data analysis used are 3 stages of qualitative data that is editing, coding, and entry and using multiple linear regression with equation y = aX1b1X2b2 ... X4b4 .... Xnbn where y = perception of woman fisherman X1 = education, X2 = knowledge X3 = Revenue and X4 = Facilities and infrastructure.
Based on the results of the research it is known that the factors that affect the perception of woman fisherman about handling household waste is internal factors (Education, Knowledge, Income). Then the perception of woman fisherman to handling household waste is very low because of the low education. Key work : Perception, Roles, Women Fishermen, Waste Management
Household
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di langnga pada tanggal 01 Juli
1995 sebagai anak Kedua dari tiga bersaudara dari
pasangan Sulaeman dan Hj.Sulfa.
Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 53
Mattirosompepada tahun 2000 – 2007. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri
1Mattirosompe pada tahun 2007 - 2009, dan melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1MattirosompeKabupaten Pinrang pada tahun 2009 – 2013.
Pada tahun 2013 penulis berhasil diterima di Universitas Hasanuddin, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Jurusan Perikanan, Program Studi Sosial Ekonomi
Perikanan melalui jalur undangan SNMPTN. Selama masa studi.
Penulis menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, dengan
menyusun skripsi berjudul “Analisis Persepsi dan Peran Perempuan Nelayan
Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dibawah bimbingan Ibu
Dr.Ir.Mardiana E. Fachry., M.Si dan Bapak Dr.Abd.Wahid S.Pi., M.Si
KATA PENGANTAR
vii
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur senanti asa penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT, pemilik segala kesempurnaan, pemilik segala ilmu dan kekuatan yang tak
terbatas, yang telah memberikan kekuatan, kesabaran, ketenangan, dan karunia
selama ini sehingga Tugas Akhir (Skripsi) ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari ada begitu banyak
bantuan, bimbingan, dan dukungan yang sangat berharga yang telah diberikan
oleh berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena itu melalui laporan ini penulis
menghaturkan penghormatan yang setinggi-tingginya dan terimakasih sebesar-
sebesarnya kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
telah ikut menyumbangkan pikiran, tenaga, dan inspirasi bagi penulis. Dan
segala ikhlas dan tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada :
1. Ayahanda Sulaeman dan Ibunda Hj.Sulfa selaku orang tua yang tanpa
henti-hentinya memanjatkan doadan memberikan dukungan baik materi
maupun moril kepada penulis.
2. Hikma Sulaeman S.TP dan Muh.Adyaqsya Sulaeman selaku Saudara
Kandung penulis yang selalu memberikan dorongan semangat selama
penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, hingga penyelesaian tugas
akhir ini.
3. Tante Fibyanti S.Si dan Om Takdir Idris yang selama ini telah menjadi
orang tua kedua selama penulis berkuliah dengan turut memberikan
bantuan, dorongan baik materi maupun moril dalam penyelesaian tugas
akhir .
4. Ibu Dr. Ir. St. Aisyah Farhum, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
viii
5. Ibu Dr. Ir. St. Aisyah Farhum, M. Si selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
6. Bapak Dr. Ir. Gunarto Latama M.Sc selaku ketua Jurusan Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
7. Bapak Dr. Andi Adri Arief S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosial
Ekonomi Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin.
8. Dr. Ir. Mardiana E. Fachry., M.Si selaku pembimbing utama yang telah
banyak meluangkan waktunya membimbing, membantu serta memberikan
saran dan kritikan kepada penulis sehingga dapat menyusun tugas akhir
dengan baik.
9. Dr. Abdul. Wahid, S.Pi., M.Si selaku pembimbing kedua yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk membimbing, membantu, serta memberikan
saran dan kritikan kepada penulis sehingga tugas akhir dapat diselesaikan
dengan baik.
10. Bapak Dr Andi adri Arief, S.Pi., M.Si , Bapak Dr Hamzah, S.Pi., M.Si, dan
Bapak Firman, S.Pi., M.Si selaku tim penguji yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun kepada
penulis.
11. Pak Gatot, Pak Yesi, dan Kak Aspar terima kasih telah memberikan saran
dan kritikan serta dorongan dalam pengurusan surat-surat
12. Sandra Suldirah SeptianaS.Pi terima kasih tetap memberikan semangat,
kesabaran, dan bantuannya dalam hal saran dan kritikan serta
kepadapenulis dari awal hingga saat ini.
13. Teman-teman saya, Liza Afiqah, Mirnawati, Ija Tri Saputri, Irna Deviyanti,
Putri Damayanti, Khoirul Umam, Suryana Ulfa Aris, dan Nur Wahyu
ix
Ramadani penyemangat penulis yang selama ini selalu ada, yang setiap
perkataan dalam canda tawanya menjadi semangat yang nyata.
14. Teman teman Sosek #13 Rina, Jusma, Doci, Cece, Mae, Nurma, Jumliah,
Andisri, Ayu, Rahayu, Fadil, Fira, Inda, Wenty, Via, Dian, Nina, Siska, Dina,
Muti, Tiwi, Rada, Kaka Qol, Rahel, Rahel Lea, Dian, Sinta, Come, Risti, Ida,
Ranco, Rauf, Babas, Aswin, Malik, Andi, Illank, Suma, Yudis, Ari, Rilwan,
Kamal, Arfa, Haris, Samsuddin, Abang, Cukkul yang selalu ada dalam suka
duka penulis dengan suka duka sehingga menjadi pendorong dan
penyemangat dalam penyusunan tugas akhir ini.
Penulis berusaha menyajikan laporan ini dengan sebaik mungkin, namun
disadari masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan sarannya yang bersifat membangun agar kedepannya dapat lebih baik.
Makassar, 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
x
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................... 5
C. Tujuan penelitian dan kegunaan .............................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian persepsi ................................................................. 6
B. Syarat terjadinya persepsi ....................................................... 8
C. Konsep persepsi ...................................................................... 8
D. Pengertian sampah .................................................................. 9
E. Jenis-jenis sampah .................................................................. 10
1. Sampah organik ................................................................. 11
2. Sampah anorganik ............................................................. 11
F. Sumber-sumber sampah ......................................................... 12
G. Faktor yang mempengaruhi sampah ....................................... 14
H. Pengelolaan sampah .............................................................. 15
I. Dampak sampah rumah tangga jika tidak dikelola .................. 18
J. Persepsi masyarakat terhadap penanganan sampah
rumah tangga ........................................................................... 19
xi
K. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi ................ 21
L. Teori perilaku ........................................................................... 21
M. Peran perempuan .................................................................... 22
1. Pengertian peran ............................................................... 22
2. Pengertian perempuan ...................................................... 23
N. Kerangka pemikiran ................................................................. 25
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi penelitian ...................................................................... 27
B. Jenis penelitian ........................................................................ 27
C. Metode pengambilan sampel ................................................... 28
D. Sumber data ............................................................................ 29
E. Teknik pengumpulan data ....................................................... 29
F. Analisis data ............................................................................ 29
G. Konsep operasional ................................................................. 33
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak geografis dan wilayah administrasi ................................ 37
B. Keadaan demografi .................................................................. 38
C. Karakteristik responden ........................................................... 42
V. Hasil dan pembahasan
A. Persepsi perempuan nelayan tentang pengertian sampah
rumah tangga ........................................................................... 49
B. Perilaku perempuan nelayan dalam mengelola sampah
rumah tangga .......................................................................... 53
xii
1. Penampungan sampah ...................................................... 55
2. Pengangkutan sampah ...................................................... 58
3. Pemusnahan sampah ........................................................ 58
C. Peran nelayan dalam pengelolaan sampah rumah tangga ..... 61
D. Hubungan faktor internal dan ekternal perempuan nelayan
terhadap persepsi sampah rumah tangga ............................... 67
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 71
B. Saran ................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Lero,
Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang 39
2. Jumlah penduduk berdasarkan umur di Desa Lero,
xiii
Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang 39
3 Tingkat pendidikan penduduk Desa Lero, Kecamatan Suppa,
Kabupaten Pinrang 40
4. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di
Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang 41
5. Sarana dan prasarana di Desa Lero, Kecamatan Suppa,
Kabupaten Pinrang 42
6 Karateristik responden menurut tingkat umur Desa Lero,
Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang 43
7. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan
Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang 44
8.` Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang 45
9. Sebaran responden menurut status pekerjaan 46
10. Sebaran reponden berdasarkan tingkat pendapatan 48
11 Jumlah responden berdasarkan persepsi tentang
sampah rumah tangga 49
12 Persepsi perempuan nelayan terhadap prinsip 3R dalam
pengelolaan sampah rumah tangga 50
13 Tempat penampungan sementara 56
14 Sebaran jumlah sampah rumah tangga yang diproduksi
selama 4 hari 57
15 Cara pemusnahan sampah rumah tangga yang dilakukan
oleh perempuan nelayan Desa lero, Kecamatan Suppa
Kabupaten Pinrang 59
16 Peran perempuan nelayan terhadap penanganan sampah rumah
xiv
tangga 63
17 Jenis pertanyaan pengetahuan dan hasil jawaban perempuan
nelayan di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang 65
18 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan
mengenai pengelolaan sampah rumah tangga 66
19 Sarana dan prasarana pengelolaan sampah rumah tangga
Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang 67
20 Tabel analisis koefisien regresi 69
21 Tabel uji parsial (uji-t) 70
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1 Kerangka Pikir 26
2. Diagram Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Umur 43
3. Diagram Tingkat Pendidikan Responden 44
xv
4. Diagram Jumlah Tanggungan Responden 45
5. Kegiatan Pemotongan Plastik 47
6. Kondisi Perairan Laut Desa Lero 53
6 grafik jumlah sampah yang di produksi pada setiap dusu 57
7 grafik cara pemusnahan sampah rumah tangga Desa Lero,
Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang 59
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pesisir dan laut merupakan salah satu potensi utama lingkungan dan
pembangunan di Indonesia, Indonesia memiliki 75% dari seluruh wilayah berupa
perairan. Wilayah pesisir merupakan ekosistem yang unik mengingat di kawasan
ini terjadi interaksi antara ekosistem daratan dan ekosistem lautan. Secara sosio-
ekonomis, kawasan pantai merupakan kawasan yang sangat potensial ditinjau
dari segi kandungan sumberdaya alamnya baik yang bersifat biotik seperti ikan,
hutan, mangrove dan yang bersifat abiotik seperti lahan (Ade, 2011).
Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup mendefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri kelangsungan perikehidupan,
dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Lingkungan memberikan
banyak manfaat untuk kehidupan manusia, dari segi ekonomi lingkungan
memberikan manusia sumber makanan, lahan untuk tempat tinggal dan usaha,
serta bahan baku industri, sedangkan dari segi sosial lingkungan memberikan
sarana untuk bersosialisasi dan mengembang budaya (Yulanda, 2013).
Kerusakan lingkungan hidup yang masih sampai kini tetap menjadi
masalah besar di Indonesia adalah sampah baik itu dari segi jumlah maupun
jenis-jenisnya yang semakin hari semakin meningkat sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Berdasarkan data statistika
persampahan domestik tahun 2016 ada sekitar 65 juta ton sampah/hari di
produksi oleh masyarakat indonesia, jumlah ini naik satu ton dibandingkan
dengan produksi sampah tahun 2015 sekitar 64 juta ton/hari (Ririn, 2013).
2
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam
yang berbentuk padat, dimana bahwa setiap aktivitas manusia selalu
menghasilkan sisa kegiatan yang disebut sampah sebagai konsekuensinya
volume timbulan sampah akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
aktivitas manusia dan pertambahan jumlah penduduk. Permasalahan sampah
yang sudah mengemuka secara nasional di dominasi oleh wilayah pedesaan
maupun di perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan tempat pembuangan
akhir sehingga berdampak pada perubahan keseimbangan lingkungan (Lolita,
2014).
Cara pandang masyarakat yang salah tentang sampah telah
menyebabkan rendahnya tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk
memecahkan masalah persampahan contohnya mebuang sampah sembarang
telah menjadi bagian dari perilaku hidup bagi kebanyakan masyarakat yang tidak
peduli sampah dan cenderung mementingkan diri sendiri (Trihadingrum, 2008).
Permasalahan sampah dikawasan pesisir sebagai jalur yanng
membatasi daratan dan laut dengan lebar bervariasi menjadi persoalan juga
yang cukup penting mengingat pesisir sebagai muara dari berbagai sungai.
Sampah yang ditemukan dikawasan pesisir sebagian besar berasal dari aktivitas
rumah tangga, sampah dari sungai dan sampah kiriman yang terbawa oleh arus
ataupun gelombang laut. Upaya membangun kesadaran masyarakat, pemerintah
membangun sistem pengelolaan sampah terus dilakukan dengan harapan
sampah menjadi sumber bahan baku yang dapat dimanfaatkan kembali dan
memberikan nilai tambah bagi ekonomi masyarakat nelayan (lolita, 2014).
Dalam Undang-Undang No.18 Tahun 2008 yang dimaksud dengan
pengelolaan sampah rumah tangga adalah kegiatan yang sistematis menyeluruh
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah
rumah tangga. Sampah rumah tangga yang dimaksud berasal dari kegiatan
3
sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
Dimana jenis sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusu, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas
lainnya (Kemetrian Lingkungan Hidup, 2008).
Pengelolaan sampah dengan konsep lama yaitu pendekatan kumpul-
angkut-buang ketempat pembuangan akhir sebaiknya ditinggalkan, dan
digantikan dengan konsep baru yaitu sesuai dengan Undang-Undang No 18
Tahun 2008 memandang sampah sebagai sumberdaya yang dapat dimanfaatkan
dan mempunyai nilai ekonomi, sehingga komponen sampah yang akan dibuang
adalah bagdiian yang benar-benar sudah tidak dapat dimanfaatkan. Pengelolaan
sampah dilakukan dengan pendekatan terpadu mulai dari hulu, sejak sebelum
dihasilkan produk yang berpotensi menjadi sampah sampai ke hilir yaitu pada
fase produk sesudah digunakan sehingga menjadi sampah yang kemudian
dikembalikan secara aman ke lindkungan. Konsep ini biasa disebut dengan
konsep 3 R yaitu Reduce, Reuse, Recycle (Trihadingrum, 2008).
Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah bertugas untuk menjamin
terselenggaranya pengelolaan sampah. Lebih khususnya pemerintah daerah
memiliki kewenangan dalam menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan
sampah dan menyelenggarakan pengelolaan sampah (Novri, 2015).
Di Sulawesi Selatan khususnya di Kota Makassar volume sampah cukup
tinggi, dimana kota dengan luasan 177.557 ha ini mampu memproduksi samapah
hingga 550 ton atau sekitar 4.000 kubik per hari. Volume sampah ini dapat
bertambah hingga dua kali lipat pada musim-musim tertentu (Johannes, 2013).
Kota Makassar sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan juga tentunya
tak luput dari permasalahan persampahan. Jumlah penduduk yang begitu besar
menghasilkan timbulan sampah yang besar pula. Pertambahan jumlah penduduk
4
dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume,
jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam (Novri, 2015).
Desa Ujung Lero yang berada di Kabupaten Pinrang merupakan salah
satu desa pesisir yang sebagian besar masyarakatnya hidup sebagai nelayan.
Proses-proses yang terjadi dalam kegiatan sehari-hari masyarakatnya cukup
kompleks, khusunya aktivitas masyarakat yang sebagian besar adalah sebagai
nelayan. Masyarakat nelayan yang tinggal didaerah ini banyak yang masih
berada dibawah garis kemiskinan, hal ini dapat dilihat dari pemukiman
masyarakat nelayan Desa Lero yang belum semua masyarakat nelayan Desa
Lero memperhatikan sanitasi dan kebersihan lingkungan sekitaran pesisir.
Perairan pantai Desa Lero merupakan salah satu muara yang ada di Desa Ujung
Lero Kabupaten Pinrang, para nelayan yang bermukim di sekitar pantai Ujung
Lero memanfaatkan daerah tersebut sebagai sumber perikanan laut. Hampir
setiap hari aktivitas dilaut seperti transportasi nelayan, penangkapan ikan dan
usaha pengecatan perahu nelayan kita lihat diperairan pantai Ujung Lero,
tingginya aktivitas disepanjang daerah wilayah pesisir pantai Ujung Lero
menyebabkan perairan ini berfungsi sebagai tempat akhir pembuangan berbagai
bahan pencemar yang datang dari darat seperti pembuangan limbah sampah
rumah tangga (Hasma, 2014).
Kegiatan aktivitas kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh perempuan
nelayan di Desa Ujung Lero menyebabkan perairan pantai berfungsi sebagai
tempat akhir pembuangan sampah rumah tangga. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka dilakukan penelitian tentang “Analisis Persepsi dan Peran
Perempuan Nelayan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga”.
5
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana persepsi perempuan nelayan tentang penanganan sampah
rumah tangga ?
2. Bagaimana peran perempuan dalam penanganan sampah rumah tangga?
3. Bagaimana hubungan antara faktor internal dan eksternal perempuan
nelayan terhadap persepsi penanganan sampah rumah tangga
C. Tujuan Dan Kegunaan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui persepsi perempuan nelayan tentang penanganan
sampah rumah tangga
2. Untuk mengetahui peran perempuan dalam penanganan sampah rumah
tangga ?
3. Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal terhadap
persepsi perempuan nelayan terhadap penanganan sampah rumah tangga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :
1. Sebagai bahan masukan, bagi pemerintah setempat mengenai pemahaman
bagi masyarakat tentang peran perempuan nelayan dalam penanganan
sampah rumah tangga
2. Untuk pengembangan akademik, diharapkan dapat dijadikan bahan
pemikiran untuk penelitian selanjutnya.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang mengorganisir dan
menginterprestasikan kesan dari panca indera dalam tujuan untuk memberikan
arti bagi lingkungan mereka. Persepsi merupakan salah satu aspek psikologs
yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan
gejala disekitarnya, persepsi mengandung pengertian yang sangat luas
menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang
beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang
sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan
(penerimaan) langsungan dari sesuatu. Proses seseorang mahasiswa
mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (Ristandya, 2015)
Adapun pengertian persepsi menurut para ahli yaitu :
Menurut Slameto (2010:102) persepsi adalah proses yang menyangkut
masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi
manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.
Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengar,
dan penciuman.
Menurut Mulyana (2010) persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan
penafsiran (interpretasi) adalah inti dari persepsi, yang identik dengan
penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Persespi disebut inti
komunikasi, krena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita
berkomunikasi dengan efektif. Persepsi yang menetukan kita memilih suatu
pesan dan mengabaikan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi
antara individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi dan
7
sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau
kelompok identitas.
Walgito (2010) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan proses
akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan. Proses
penginderaan diterimanya stimulus oleh indera menimbulkan perhatian khusus
lalu diteruskan ke otak dan setelah itu individu akan mengerti makna dari
stimulus tersebut. Dengan persepsi individu dapat menyadari tentang keadaan
lingkungan disekitarnya maupun hal yang ada dalam diri individu tersebut. Maka
dari itu persepsi sedikit banyak akan mempengaruhi bagaimana seseorang
berperilaku.
Persepsi adalah proses penginderaan dan penafsiran rangsangan
suatu obyek atau peristiwa yang di informasikan, sehingga sesorang dapat
memandang, mengartikan dan menginterpretasikan rangsangan yang diterima
sesuai dengan keadaan dirinya dan lingkungan dimana ia berada, sehingga ia
dapat menentukan tindakannya. Persepsi yang dimiliki seseorang berbeda
karena pengaruh sebagai faktor, mulai dari pengalaman, latar belakang,
lingkungan dimana ia tinggal, juga motivasi dan lainnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang berpersepsi akan menyebabkan seseorang dapat
menginterpretasikan sesuatu yang mempunyai perbedaan (Dede, 2009).
Persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan yaitu sebagai proses
dimana individu-invidu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera
mereka agar memberi makna kepada lingkungannya. Dengan adanya persepsi
maka akan terbentuk sikap atau perilaku yaitu suatu kecenderungan yang stabil
untuk bertindak secara tertentu di dalam situasi tertentu pula (Mario dkk, 2016).
Dari penjelasan diatas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa
persepsi merupakan suatu tanggapan terhadap pengamatan langsung atau
pemberian makna sebagai hasil pengamatan tentang suatu objek, dimana proses
8
ini menggunakan alat penginderaan kemudian diinterpretasikan sehingga dapat
memahami dan mengerti stimulus yang diterima oleh individu. Proses
menginterpretasikan stimulus biasanya dipengaruhi oleh pengalaman dan proses
belajar individu.
B. Syarat Terjadinya Persepsi
Menurut Sunaryo (2013) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah
sebagai berikut :
1. Adanya objek yang dipersepsikan
2. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai persiapan
dalam mengadakan persepsi.
3. Adanya alat indera atau reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus.
4. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak yang
kemudian sebagai alat untuk mnegadakan respon.
Adapun proses terjadinya persepsi menurut Sunaryo (2013) yaitu
melalui tiga tahapan diantaranya :
1. Proses fisik melalui kealaman, yakni objek diberikan stimulus, kemudian
diterima oleh reseptor atau panca indera.
2. Proses fisiologis melalui stimulus yang dihantarkan ke saraf sensorik lalu
disampaikan ke otak
3. Proses psikologis terajdi pada otak sehingga individu menyadari stimulus
yang diterima (Sudarsono, 2016).
C. Konsep Persepsi
Persepsi adalah kemampuan dari otak dalam menerjemahkan stimulus
atau proses yang sudah diterima oleh alat indera. Persepsi manusia berbeda-
beda dilihat dari perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang
mempersepsikan sesuatu hal itu baik dan biasa juga sesautu hal itu buruk. Ada
juga dari apa yang sudah dipersepsi menimbulkan kesan positif maupun kesan
9
negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.
Adapun konsep persepsi yaitu sebagai berikut :
a. Persepsi
Pada tahapan ini individu menangkap stimulus yang datang dari luar
yang diterima oleh alat indera. Individu sadar akan keberadaan yang dipersepsi
sehingga dapat menimbulkan suatu persepsi dari apa yang sudah diinderanya.
b. Sikap
Dari apa yang sudah distimulus oleh individu dan menimbulkan suatu
persepsi, maka individu tersebut dapat menyatakan sikap atau pendapat
mengenai keberadaan stimulus yang sudah diindera tersebut. Sikap ini bisa
berupa positif maupun negatif tergantung dari sudut pandang individu tersebut
mempersepsikan.
c. Perilaku
Pada tahapan ini merupakan proses akhir dari persepsi yaitu
menghasilkan suatu responden bisa juga berperilaku sebagai akibat dari
persepsi.
Dari ketiga penjelasan konsep persepsi diatas maka dapat disimpulkan
bahwa untuk menggambarkan persepsi ada beberapa tahapan terjadinya suatu
persepsi terhadap stimulus yang diterima yang kemudian dapat menentukan
sikap baik berupa positif maupun negatif dan terakhir berupa respon yang
menimbulkan suatu perilaku (Citra, 2012).
D. Pengertian Sampah Rumah tangga
Pengertian tentang sampah telah banyak dikemukakan oleh para ahli
untuk memahaminya, ditelaah beberapa pengertian sampah. Menurut Undang-
Undang No.18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
atau proses alam yang berbentuk padat (Afoni, 2013).
10
Menurut defenisi (WHO), sampah rumah tangga adalah sesuatu yang
tidakdigunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Ria, 2013).
Sampah rumah tanga adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki
oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah membusuk dan
ada pula yang tidak mudah membusuk. Sampah yang dapat membusuk terutama
terdiri atas zat-zat organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun, dan lain-lain.
Sedangkan yang tidak membusuk dapat berupa plastik, kertas, karet, logam,
atau pun abu, bahan pengguna kertas, dan lain-lain (Ria, 2013).
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak disenangi, atau
sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya. Adapun kotoran manusia (human waste) dan air limbah atau
air tidak tergolong sampah. Sampah juga diartikan sebagai sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008) (Adnani, 2011).
Secara umum sampah dibedakan menjadi sampah organik dan sampah
non organik. Banyak sampah organik masih mungkin bisa digunakan kembali
atau pendaur-ulangan (re-using), walaupun akhirnya akan tetap merupakan
bahan material yang tidak dapat digunakan kembali (Silalahi, 2010).
Sehubungan dengan penjelasan pengertian tentang sampah rumah
tangga diatas hal ini dapat disimpulkan bahwa sampah rumah tangga adalah
sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus
dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia dan
umumnya bersifat padat.
E. Jenis-jenis sampah
Jenis sampah dikenal beberapa pembagian atas dasar pembentuknya
yaitu sampah organik dan anorganik. Kemudian pembagian atas dasar sifatnya
11
yaitu sampah yang mudah membusuk, sampah mudah terbakar dan sampah
yang tidak mudah terbakar. Dalam ilmu kesehatan lingkungan pembagian
sampah yang sering di klasifikasikan dari cara diatas sehingga sampah
dibedakan 2 yaitu berdasarkan zat kima yang terkandung didalamnya dan
berdasarkan sampah yang dapat dan tidaknya terbakar
a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya yaitu :
1. Sampah organik (Garbage)
Sampah organik adalah sampah atau sisa pengolahan yanng
membusuk misalnya sampah dari dapur, restoran, hotel dan sebaginya. Dengan
demikian penngelolaannya menghendaki kecepatan baik dalam pengumpulan
maupun dalam pembuangannya. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan
antara lain gas metan, gas H2S yang bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun
H2S juga berbau busuk sehingga secara estetika tidak dapat diterima. Bagi
lingkungan sampah ini relatif kurang berbahaya karena dapat terurai dengan
sempurna menjadi zat-zat anorganik yang berguna bagi fotosintesa tumbuhan.
Hanya saja orang harus mengangkut dan membuangnya ditempat yang aman,
dengan kecepatan yang lebih dari pada kecepatan membusuknya didalam
keadaan cuaca daerah tropis (Fitrul, 2009).
2. Sampah Anorganik (Rubbish)
Sampah anorganik adalah sampah yang mudah atau susah terbakar,
berasal dari rumah tangga, pusat perdagangan dan perkantoran yang tidak
termasuk kategori garbage. Sampah yang mudah terbakar umunya terdiri zat
organik, seperti kertas, sobekan kain, kayu, plastik, sedangkan sampah yang
tidak muda terbakar sebagian besar berupa zat organik seperti logam, mineral,
kaleng dan gelas (Fitrul, 2009).
Berdasarkan sifat-sifat biologis dan kimianya maka sampah dibedakan
atas sampah yang dapat membusuk, yaitu sampah yang mudah membusuk
12
karena aktivitas mikroorganisme. Pembusukan sampah ini menghasilkan gas
metan, gas H2S yang bersifat racun bagi tubuh dan berbau busuk sehingga
secara elastis tidak dapat diterima. Biasanya sampah ini terdiri atas sisa
makanan, daun, sampah kebun, pertanian dan lainnya. Sampah yang tidak
membusuk biasanya terdiri dari atas kertas-kertas, plastik, logam, gelas, karet
dan lainnya, yang tidak dapat membusuk. Sampah ini seharusnya didaur ulang
sehingga dapat bermanfaat kembali dan bernilai ekonomis contohnya bunga
yang terbuat dari bahan sampah plastik, tidak hanya didaur ulang namun
sampah plastik tersebut dapat juga dilangsung dijual ke pengumpul namun
harganya tidak sebesar setelah didaur ulang. Sampah jenis ini berpotensi
menimbulkan bahaya sekarang maupun dimasa yang akan datang terhadap
lingkungan pantai maupun perairan apabila tidak diolah dengan baik (Fitrul,
2009).
b. Berdasarkan sampah yang dapat dan tidaknya terbakar seperti :
1. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain
bekas, dan sebagainya.
2. Sampah yang tidak dapat terbakar misalnya : kaleng-kaleng, besi atau
logam bekas, pecahan gelas dan sebagainya
F. Sumber-SumberSampah
Berdasarkan sumber-sumber sampah dapat berasal dari :
1) Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah
tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang
sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan
sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah
tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.
13
2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, terminal
bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol,
daun, dan sebagainya.
3) Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari:
kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, daun-
daunan, plastik dan sebagainya.
4) Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang
berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses
produksi, misalnya: sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu,
potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.
5) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya:
jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah,
dan sebagainya.
6) Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung
dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya: batu-batuan, tanah/cadas,
pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.
7) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa:
kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya
(Akhmad, 2015).
14
8) Sampah alam
Sampah yang diproduksi secara alami diintegrasikan melalui proses
daur ulang alami, seperti halnya daun-daunan kering dihutan yang terurai
menjadi tanah. Dilingkungan pemukiman, sampah-sampah ini dapat menjadi
masalah misalnya daun-daun kering (Maritsa, 2009).
G. Faktor Yang Mempengaruhi Sampah
Menurut Juli Soemirat Slamet (1996), sumber-sumber tumpukan
sampah adalah sebagai berikut :
1) Jumlah penduduk
Semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya.
Pengelolaan sampah ini pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.
Seperti yang kita lihat, luas daratan yang teerbatas saat ini terasa makin sempit
dengan bertambahnya jumlah penduduk yang memerlukan lahan untuk daerah
pemukiman.
2) Keadaan Sosial Ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak
jumlah perkapita sampah yang dibuang, kualitas sampahnya pun semakin
banyak yang bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini
tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran
masyarakatnya akan persoalan persampahan.
3) Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah
karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam (Fitrul, 2009).
15
H. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Adapun tahapan pengelolaan sampah rumah tangga dengan
menggunakan cara-cara lama yaitu :
1) Penampungan sampah
Penampungan sampah adalah suatu cara penampungan sebelum
dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA dimana memiliki tujuan
yaitu menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak mengganggu
lingkungan. Bahan wadah yang dipersyaratkan sesuai Standart Nasional
Indonesia adalah tidak mudah rusak, ekonomis, mudah diperoleh dan dibuat oleh
masyarakat dan mudah dikosongkan.
Sedangkan menurut Syafrudin dan Priyambada (2001), persyaratan
bahan wadah adalah awet dan tahan air, mudah diperbaiki, ringan dan mudah
diangkat serta ekonomis, mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat (Ayu,
2008).
2) Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah yaitu proses pengambilan sampah mulai dari
tempat penampungan atau penampungan sampai ketempat pembuangan
sementara. Dari lokasi sumber sampah tersebut diangkut dengan alat angkut
sampah. Sebelum sampai ke tempat pembuang sampah kadang-kadang perlu
adanya suatu tempat penampungan sementara. Dari sampah dipindahkan dari
alat angkut yang lebih besar dan lebih efisien. Di daerah pedesaan pada
umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa
memerlukan TPS maupun TPA (Ayu, 2008).
3) Pemusnahan sampah
Pemusnahan sampah adalah proses pembuangan akhir tempat yang
disediakan untuk membuang sampah dari semua hasil pengangkutan sampah
untuk diolah lebih lanjut (Ayu, 2008).
16
Di dalam tahap pemusnahan sampah terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan antara lain :
a. Sanitary Landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode
ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan
tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak
berada diruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi
sarang binatang pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi
persyaratan yaitu tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk
menimbunnya, tersedia alat-alat besar. Semua jenis sampah diangkut dan
dibuang kesuatu tempat yang jauh dari lokasi pemukiman (Silalahi, 2010)
b. Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah
dengan membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan
fasilitas pabrik.
c. Composting yaitu pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat
organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini
menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk hijau
d. Hog Feeding yaitu pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak perlu
diingat bahwa sampah basah harus diolah lebih dahulu (dimasak atau
direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis.
e. Dumping yaitu sampah dibuang atau diletakkan begitu saja ditanah lapangan,
jurang atau tempat sampah .
f. Dumping in water yaitu sampah dibuang kedalam air sungai atau laut.
Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat
menimbulkan bahaya banjir.
g. Individual Incenaration yaitu pembakaran sampah secara perorangan ini
biasa dilakukan oleh penduduk terutama didaerah pedesaaan (Angela, 2016)
17
Sedangkan untuk cara baru pengelolaan sampah memandang bahwa
sampah harus ditangani secara komprehensif mulai dari hulu, sebelum dihasilkan
suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase
produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian
dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan
cara baru tersebut dilakukan dengan prinsip reduce, reuse dan recycle (3R).
Dengan prinsip 3R volume sampah yang dibuang ke TPA menjadi jauh
berkurang dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan sampah terhadap
lingkungan serta sampah dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk berguna
menjelaskan bahwa prinsip 3R dapat diuraikan sebagai berikut (Adi, 2013) :
1) Prinsip pertama adalah reduce atau reduksi sampah, adalah upaya utnuk
mengurangi volume sampah yang ada di lingkungan sumber dan bahan
dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat
melakukan upaya reduksi sampah dengan cara mengubah pola hidup
konsumtif yaitu dengan melakukan perubahan kebiasaan dari boros dan
menghasilkan banyak sampah menjadi hemat yang menghasilkan hanya
sedikit sampah.
2) Prinsip kedua yaitu reuse yang berarti menggunakan kembali bahan atau
material agar tidak menjadi sampah dimana bahan yang dimaksud dapat
digunakan tanpa melalui pengolahan seperti menggunakan kertas bolak
balik, menggunakan kembali botol bekas minuman untuk tempat air, dan lain-
lain. Dengan demikian reuse akan memperpanjang usia penggunaan barang
melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung.
3) Prinsip ketiga adalah recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan yang
sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru setelah
melalui proses pengolahan. Beberapa samapah dapat di daur ulang secara
langsung oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi dan alat yang
18
sederhana, seperti mengolah sisa kain perca manjadi selimut, kain lap, keset
kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan
untuk dijadikan kompos (Dwyacitra, 2014).
I. Dampak Sampah Rumah Tangga Jika Tidak Di Kelola
Jika sampah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak
negatif terhadap manusia dan lingkungannya, yaitu :
1. Dampak terhadap lingkungan biotik cairan dari sampah yang masuk ke
dalam drainase atau sungai maupun pantai akan mencemari berbagai
organisme termasuk ikna dapat mati sehingga beberapa spesies akan
lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan asam organik dan gas
cair organik seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam
konsentrasi tinggi dapat meledak (Faizah, 2008).
2. Dampak negatif sampah terhadap lingkungan biotik berupa timbunan lindi
(leachate) sebagai efek dekomposisi biologis dari sampah memiliki potensi
yang besar dalam mencemari air, terutama air tanah. Sampah yang masuk
kedalam drainase atau sungai akan mencemari air, menyumbat air dan
menghambat aliran air. Sampah yang dibakar akan berbentuk debu atau
bahan membusuk dapat mencemari udara (Hadi, 2011).
3. Dampak negatif sampah terhadap lingkungan sosial, pengelolaan sampah
yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan
bagi masyarakat. Dimana bau yang tidak sedap dan pemandangan yang
buruk karena sampah bertebaran dimana-dimana, memberikan dampak
negatif terhadap kepariwisataan, pengelolaan sampah yang tidak memadai
menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat, kemudian
infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika
19
sarana penampungan sampah yang kurang atau tidak efisien, orang akan
cenderung membuang sampah sembarangan (Hadi, 2011).
J. Persepsi Masyarakat Terhadap Penanganan Sampah Rumah Tangga
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi
manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala disekitarnya.
Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas. Berbagai ahli telah
memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya
mengandung makna yang sama. Persepsi pada dasarnya menyangkut proses
informasi pada diri seseorang dalam hubungan dengan objek stimulus. Dengan
demikian persepsi merupakan gambar arti atau interprestasi yang bersifat
subjektif, artinya persepsi sangat bergantung pada kemampuan dan keadaan diri
yang bersifat bersangkutan. Dalam kamus psikologi persepsi diartikan sebagai
proses pengamatan seseorang terhadap segala sesuatu dilingkungannya
dengan menggunakan indera yang yang dimilikinya, sehingga menjadi sadar
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan tersebut (Hermawan, 2005).
Persepsi yang dihasilkan setiap orang dapat berbeda untuk stimulasi
yang sama. Menurut Sarwono (1995), perbedaan persepsi dapat terjadi karena
ada lima faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan persepsi. Faktor-faktor
tersebut adalah budaya, status, sosial ekonomi, usia, agama, dan interaksi
antara peran gender, desa/kota, dan suku. Selanjutnya Krech dan Cruthcfield
dalam Rahmat (1996) menjelaskan bahwa perbedaan persepsi bisa terjadi
karena terdapat emapat prinsip dasar dalam proses pembentukan persepsi yaitu:
1. Persepsi dipengaruhi oleh karakteristik orang yang memberikan respons
pada stimulus yang diterima. Artinya seseorang akan memberikan sesuatu
arti tertentu terhadap stimulus yang dihadapinya, walaupun arti dan maksud
stimulus tidak sesuai dengan arti persepsi orang tersebut
20
2. Persepsi bersifat selektif secara fungsional, dimana seseorang dalam
mempersepsikan suatu stimulus melalui proses pemilihan
3. Persepsi yang selalu diorganisasikan dan diberi arti memiliki suatu medan
kesadaran yang memberi struktur terhadap gambaran yang muncul
kemudian. Di samping itu, keadaan lingkungan sosial seseorang akan
mempengaruhi proses pembentukan persepsi
4. Persepsi ditentukan oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu
dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan
dengan sifat kelompok dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya melalui
pembauran
Tinjauan terhadap konsep persepsi, khususnya untuk objek-objek
lingkungan dapat dikaji melalui dua pendekatan, yaitu melalui pendekatan
konvensional dan pendekatan ekologis terhadap lingkungan. Menurut Backler
dalam Abdurachman (1988), hubungan manusia dengan lingkungan merupakan
titik tolak dan merupakan sumber informasi sehingga individu menjadi seorang
pengambil keputusan. Keputusan ini yang pada akhirnya menentukan tindakan
dari seorang individu terhadap lingkungannya. Berasal dari pemahaman ini.
persepsi terhadap lingkungan sebagai gambaran, pemahaman atau pandangan
individu dalam memelihara kebersihan lingkungan yang berkenaan dengan unsur
yang terdapat dalam lingkungan, khususnya yang menyangkut sampah rumah
tangga (Hermawan. 2005).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi
masyarakat dalam konteks pengelolaan sampah rumah tangga merupakan
pandangan masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah rumah
tangga. Kemudian mendorong perilaku masyarakat dalam mengelola sampah
rumah tangga baik dalam menjaga kebersihan atau adanya proses pengelolaan
samapah rumah tangga berbasis prinsip 3R (reduce, recycling, reuse) agar
21
lingkungan dapat terjaga atau tidak tercemar. Peran masyarakat dalam
pengelolaan sampah rumah tangga sangat penting untuk menjaga kualitas
lingkungan karena persepsi merupakan proses psikologis yang tidak terlepas dari
diri masing-masing (Diwyacitra, 2014).
K. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat berasal dari
dalam diri individu (internal) dan hubungannya dengan lingkungan dimana ia
tinggal. Faktor yang berasal dari dalam individu berupa usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan pegalaman. Dalam
hal ini, yang dimaksud dengan pengetahuan adalah pengetahuan masyarakat
tentang cara penanganan sampah, Faktor yang berasal dari lingkungan eksternal
individu berupa hubungan individu tersebut terhadap lingkungan sosialnya,
dalam hal ini berupa pemerintah/tokoh masyarakat yang berperan untuk
menyebarluaskan informasi mengenai penanganan sampah. Selain itu, sarana
dan prasarana yang tersedia juga memberi pengaruh kepada persepsi
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah (Diwyacitra, 2014).
L. Teori Perilaku
Perilaku adalah segala tindak laku seorang manusia yang bisa diamati
oleh orang lain. Diamati berarti memungkinan untuk dilihat, didengar atau
dirasakan oleh orang lain. Perubahan perilaku sebagai akibat dari proses
penyuluhan haruslah tersimpul didalam perilaku mengetahui (knowing behavior)
sebagai perwujudan dari kemampuan berfikir (intelectual ability) dan
keterampilan berpikir (intelectual skill). Perilaku ini dapat diukur dengan melihat
tingkat penguasaan seseorang terhadap informasi atau keterangan. Penguasaan
informasi yang dimaksud adalah kesanggupan menyebutkan kembali secara
tepat konsep yang telah ia terima dan kesanggupannya dalam menilai.
Perubahan sikap mental tercermin dalam perilaku bersikap (feeling behavior)
22
sebagai perwujudan dari rasa yakin atau percaya (cognitive component), rasa
tertarik atau senang (affective component) dan kecenderungan bertindak. Untuk
mengukur rasa sikap mental pada dasarnya dilakukan dengan melihat rasa yakin
atau percaya, rasa ketertarikan atau senang seseorang terhadap suatu hal atau
obyek (Ana, 2006).
M. Peran Perempuan
1. Pengertian Peran
Didalam kamus besar bahasa indonesia peran ialah seperangkat
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat (peter salim dan Yenny Salim, 1991 dalam jurnal Ditario, 2016).
Sedangkan menurut Kozier Barbara peran adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam
suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dalam maupun diluar
dan bersifat stabil.
Ditinjau dari perilkau organisasi, peran merupakan salah satu
komponen dari sistem sosial organisasi, selain norma dan budaya oraganisasi.
Scott et al. Menyebutkan lima aspek penting dari peran, yaitu :
a. Peran itu bersifat impersinal : posisi peran itu sendiri akan menetukan
harapannya, bukan individu
b. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) yaitu yang
diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.
c. Peran itu sulit dikendalikan
d. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa
perilaku utama.
e. Peran dan pekerjaan (job) itu tidaklah sama, seseorang yang melakukan
suatu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.
23
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang
sesuai posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal.
Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang
menerangkan apa yang individu-individu harus dilakukan dalam suatu situasi
tertentu agar dapat memnuhi harapan-harapan mereka sendoro atau harapan
orang lain menyangkut peran-peran tersebut (Dita, 2016).
2. Pengertian Perempuan
Dalam Fitria (2008 : 34) perbedaan makna kata wanita dan perempuan
dalam konteks kebahasan sehari-hari memang belum jelas, apalagi bagi kaum
wanita awam. Untuk mendudukan posisi tiap kata, kapan orang seharusnya
menggunakan kata wanita dan kapan seharusnya orang menggunakan kata
perempuan, perlu penelaah secara mendalam. Menurut (Nugroho, 2003)
disebutkan bahwa “Perempuan merupakan manusia yang memiliki alat
reproduksi, seperti rahim, dan saluran untuk melahirkan, mempunyai sel telur,
memiliki vagina dan mempunyai alat untuk menyusui, yang semuanya secara
permanen tidak berubah dan mempunyai ketentuan biologis atau sering
dikatakan sebagai kodrat (ketentuan Tuhan).
Hal serupa dikemukakan oleh Sulaeman dan Hamzah (2010) dalam
sudut pandang biologis, perempuan seringkali diidentik dengan bejana yang
mudah pecah seperti halus, lemah, dan tidak berdaya. Secara kultural
berdasarkan Nugroho, perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional,
dan keibuan. Sedangkan dalam tinjauan etimologis berdasarkan Sudarwati dan
Jupriono kata perempuan bernilai cukup tinggi, tidak dibawah tetapi sejajar,
bahkan lebih tinggi daripada kata lelaki. Hal ini bisa dilihat dari uraian singakt
dibawah ini :
1) Secara etimologis, kata perempuan berasal dari kata empu yang berarti tuan,
orang yang mahir/ berkuasa, ataupun kepala, hulu, atau yang paling besar.
24
2) Kata perempuan juga berhubungan dengan kata ampu, sokong, memerintah,
penyangga, penjaga keselamatan, bahkan wali, kata mengampu artinya
menahan agar tidak jatuh atau menyokong agar tidak runtuh, kata
mengampukan berati memerintah (negeri), ada lagi pengampu yakni
penahan, penyangga, penyelamat.
3) Kata perempuan juga berakar berarti empuan, kata ini mengalami
pemendekan menajdi puan yang artinya sapaan hormat pada perempuan,
sebagai pasangan tuan yang merupakan sapaan pada lelaki
Dari pemaparan teori-teori diatas maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa kata perempuan dapat diartikan sebagai sosok yang tangguh, mandiri,
aktif, berperan dan berdaya, sehingga kata perempuan pantas disandingkan
dengan kata pembangunan yang juga perlu peran aktif dari seluruh masyarakat.
Berdasarkan dari uraian-uraian diatas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan peran perempuan adalah suatu bentuk keterlibatan perempuan secara
mental dan emosional dalam suatu kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan baik dalm bentuk tenaga, fikiran maupun materiil guna
tercapai tujuan tertentu yang akan dicapai.
Menurut Hubiess dan Susilowati (2006), peran perempuan dapat dilihat
dari tiga perspektif dalam posisnya sebagai manager rumah tangga seperti
halnya dalam melakukan semua pekerjaan rumah, dari memasak, mengasuh
anak, mencuci, membersihkan rumah, serta segala hal yang kaitannya dengan
rumah tangga dan lingkungan sekitarnya. Menurut Mary Astuti dalam Susilowati
(2006) peran permpuan terhadap sosial juga memiliki kaitan yang penting
dimana peran perempuan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
seperti kegiatan pengelolaah limbah sampah rumah tangga, kegiatan PKK,
kegiatan pengajian, dan lain-lain.
25
Peran perempuan dalam mengelola lingkungan dapat dilihat dari
partisipasinya dalam mengelola lingkungan hidup. Suprapto (1990) menerangkan
bahwa perempuan dapat berpartisipasi sebagai agen “bersih-lingkungan” dengan
memberikan pendidikan dan wawasan kepada keluarga, khususnya anak-anak
mengenai lingkungan. Pendidikan itu berupa pelajaran kepada mereka untuk
tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu menurut Dana (2009)
perempuan juga dapat dilibatkan secara aktif dalam penanganan dan
pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara memisahkan sampah rumah
tangga berdasarkan jenisnya. Perempuan juga dapat berpartisipasi untuk
mengurangi pencemaran lingkungan dengan berperan dalam menentukan
produk rumah tangga yang ramah lingkungan. Dana (2009) juga berpendapat
bahwa perempuan dapat menjadi pendidik lingkungan. Perempuan atau ibu
merupakan media edukasi pertama bagi anak-anak. Melalui ibu, pendidikan dan
penyadaran mengenai kepedulian terhadap lingkungan dapat ditanamkan pada
anak-anak sejak dini. Dari penerapan pola pengelolaan sampah dan pemilihan
produk yang ramah lingkungan yang dilakukan dalam sebuah keluarga, anak
akan ikut terbiasa dalam menjaga lingkungan. Jika nantinya kebiasaan dan
kesadaran lingkungan mengakar dalam diri anak-anak, maka pada masa depan
akan tercipta generasi yang peduli lingkungan (Dana, 2009).
N. Kerangka Pikir
Persepsi perempuan nelayan terhadap lingkungan hidup dilihat dari
persepsinya terhadap pengertian lingkungan hidup. Perempuan nelayan yang
memiliki pemahaman yang baik mengenai arti lingkungan hidup akan berperan
penting dalam penanganan limbah sampah rumah tangga. Selanjutnya persepsi
perempuan nelayan terhadap perannya untuk lingkungan juga perlu dilihat dalam
konsep persepsi terhadap lingkungan. Perempuan nelayan yang berpersepsi
bahwa mereka perlu berperan dalam memelihara, mengajarkan mengenai
26
lingkungan atau mengawasi kondisi lingkungan, perempuan yang berpersepsi
bahwa ada masalah lingkungan yang terjadi di tempat tinggal mereka, seperti
masalah sampah, maka diduga akan memiliki peran penting dalam sampah
rumah tangga. Kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara
variabel yang di susun dari berbagai teori yang telah di deskripsikan. Selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang
hubungan antara variabel penelitian. Sintesa tentang hubungan variabel
tersebut, selanjutnya di gunakan untuk merumuskan hipotesis (Husaini, 2008).
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada
skema berikut :
Gambar 01. Kerangka Pikir
Lingkungan Pesisir
Penanganan Sampah Rumah Tangga
Perempuan Nelayan
Persepsi perempuan nelayan
Peran perempuan nelayan
Hubungan faktor internal dan eksternal
terhadap persepsi
Pengelolaan lingkungan pesisir
27
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2017, di Desa Lero
Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi ini
dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebuat
penduduknya sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan bertempat tinggal di
wilayah lingkungan pesisir.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan
metode penelitian metode campuran (mix method) yang menggabungkan
penelitian kualitatif dan kuantitatif, dan menggunakan alat bantu berupa kuisioner
dengan teknik wawancara dan observasi sebagai metode pengumpulan data
yang pokok. Adapun definisi dari deskriptif, kualitatif dan kuantitatif adalah
sebagai berikut :
1. Deskriptif
Deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki (Sugiyono, 2005)
2. Kualitatif
Kualitatif diartikan sebagai suatu prosedur penilaian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dai orang-orang dan perilaku
yang diamati. Kualitatif biasanya menggunakan latar belakang alamiah untuk
menafsirkan fenomena yang terjadi dengan menggunakan metode yang ada
28
Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara,
pengamatan dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2007).
3. Kuantitatif
Data kuantatif adalah sebuah penilaian yang dilakukan berdasarkan
jumlah sesuatu. Data kuantitatif dibagi menjadi 2 yaitu (1) metode survey dan (2)
eksperimen. Metode survey bertujuan untuk menggeralisasikam pengamatan
yang belum mendalam pada populasi besar maupun kecil. metode kuantitatif
menekan kepada penguji teori melalui pengukuran model penelitian dengan
menggunakan prosedur statistika (Syamsul, 2014).
C. Metode Pengambilan Sampel
Populasi penelitian adalah perempuan nelayan yang hanya mengurus
rumah tangga dan menghasilkan sampah rumah tangga di Desa Lero
Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang yaitu sebanyak 398 orang dari jumlah
tersebut dilakukan metode pengambilan sampel secara sengaja atau purposive
sampling dan menghindari pemilihan secara acak (random). Hal ini dikarenakan
objek penelitian ini adalah perempuan yang tinggal diwilayah pesisir yang hanya
memiliki kegiatan mengurus rumah tangga. Hal ini mengacu pada pendapat
Sugiyono (2010) yang mengatakan bahwa ukuran minimal sampel yang dapat
diterima berdasarkan pada metode penelitian yang digunakan 10%. Dengan
demikian, dari populasi yang ada di ambil 10% dengan jumlah sampel sebanyak
45 orang perempuan nelayan, dimana mewakili masing-masing 15 orang
perempuan nelayan disetiap dusun desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten
Pinrang.
29
D. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat secara langsung dilapangan
melalui obsevasi dan wawancara yang dikumpulkan dari responden. Wawancara
dilakukan secara langsung dengan pihak yang terkait langsung penelitian ini
yakni, perempuan pesisir (istri nelayan maupun anak yang berkontrobusi dalam
mengelola dan menjaga kualitas lingkungan keluarga nelayan).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi instansi terkait
dengan penelitian ini yaitu diantaranya dengan cara pengumpulan data dari
pemerintah daerah setempat,
E. Teknik Pengumpulan Data
Data hasil penelitian diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :
1. Observasi lapangan untuk mengetahui kondisi umum lokasi penelitian
2. Wawancara langsung kepada responden untuk mengetahui keadaan
dilapangan secara langsung.
3. Studi pustaka yaitu mengumpulkan data dengan studi dokumentasi,
membaca literatur atau hasil-hasil penelitian yang dianggap relevan dengan
tema penelitian.
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk menjawab ketiga rumusan masalah
guna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan yaitu :
1. Rumusan masalah yang pertama dijawab dengan menggunakan metode
data kualitatif untuk menganalisi persepsi perempuan nelayan tentang
penanganan sampah rumah tangga
30
2. Rumusan masalah yang kedua yaitu dijawab dengan menggunakan metode
data kualitatif dengan tujuan untuk menganalisis peran perempuan nelayan
dalam penanganan sampah rumah tangga
3. Rumusan masalah yang ketiga dijawab menggunakan analisis regresi linear
berganda
Untuk menganalisis persepsi dan peran perempuan nelayan dalam
penanganan sampah rumah tangga menggunakan metode kualitatif yang
diperoleh dalam bentuk informasi baik secara tulisan, lisan, maupun pengamatan
langsung yang antara lain persepsi tentang sampah rumah tangga, persepsi
prinsip 3R, dan peran dalam perilaku penanganan sampah rumah tangga serta
penjelasan yang diperlukan dalam penulisan.
Menganalisis pengaruh perempuan nelayan terhadap persepsi
penanganan sampah rumah tangga digunakan analisis regresi linear berganda,
dimana analisis linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua
variabel atau lebih variabel independent (X1,X2........Xn) dengan variabel
independet (Y). Analisis ini digunakan utnuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independent dengan variabel dependent apakah masing-masing variabel
independet berhubungan positif atau negatif. Variabel yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah :
1. Variabel terikat (dependent) yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel bebas (independent). Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah
persepsi penanganan sampah rumah tangga.
2. Variabel bebas (independet) yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya
atau terpengaruhinya variabel terikat (dependet). Variabel bebas (X) pada
penelitian ini adalah :
a. (X1) : pendidikan
b. (X2) : pengetahuan
31
c. (X3) : pendapatan
d. (X4) : sarana dan prasarana
Persamaan regresi linear berganda menurut Sudjana (2005) dalam Astuti (2016)
yaitu :
Keterangan :
Y = Persepsi a1, a2,a3, a4 = Koefisien Regresi
X1 = pendidikan ɛ = error
X2 = pengetahuan a = Konstanta
X3 = Pendapatam
X4 = sarana
karena data yang digunakan dari peneliti bersifat kualitatif, maka data
yang bersifat kualitatif itu diberi skala sehingga menjadi data-data yang bersifat
kuantitatif. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala
likert. Menurut Nasir M (2005) skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena
sosial. Kategori yang digunakan berdasarkan skala likert, dimana responden
diminta untuk menjawab pertanyaan dengan nilai yang telah ditentukan.
1. Kuisioner
Kuisioner digunakan untuk mengetahui data tentang tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, tingkat pengetahuan dan ketersediaan sarana dan
prasarana dalam pengelolaan sampah rumah tangga dari penduduk di Desa Lero
Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, peneliti memberikan tanda skoring pada
kuisioner. Kuisioner yang dipakai dalam peneliti ini adalah menggunakan sistem
Y = a₀ + a1X1 + a2x2 + a3x3 + a4x4 +ɛ
32
pertanyaan tertutup yaitu responden menjawab pertanyaan yang ada pada
kuisioner dengan pilihan jawaban yang ada di dalam kuisioner tersebut. Peneliti
hanya memberi skor pada pilihan jawaban responden.
Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuisioner akan diolah
secara kuantitatif dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for Social
Science) for Windows versi 16. Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula
analisis data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif. Data kualitatif akan
diolah melalui tiga tahap analisis data kualitatif, yaitu editing, coding, dan entry.
Analisis data kualitatif diuraikan secara deskriptif sebagai pendukung data
kuantitatif.
2. Editing
Editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban yang telah ada agar
jawaban lengkap dan reabel. Editing dilakukan di lapangan bila ada kekurangan
atau ketidaksesuaian dapat segara dilengkapi dan di sempurnakan.
3. Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari responden
kedalam kategori-kategori. Dilakukan dengan memberikan kode pada
atrrespondent dari variabel untuk memudahkan analisa data.
4. Entry yaitu memasukkan data yang telah diberi kode kedalam komputer
kemudian data tersebut diolah.
Seluruh data di input kedalam komputer dengan menggunakan
Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0 for windows. Microsoft Excel 2007
digunakan untuk memasukan data yang telah dikode, sedang SPSS 17.0 for
windows digunakan untuk menganalisis data dengan menggunakan tabel
frekuensi, tabulasi silang dan grafik.
Tabel frekuensi digunakan untuk menyajikan data yang terkait dengan
karakteristik responden, persepsi responden terhadap penanganan sampah
33
rumah tangga, dan peran perempuan nelayam dalam penanganan sampah
rumah tangga. Tabulasi silang digunakan untuk menyajikan variabel variabel
yang akan dianalisis hubungannya. diagram digunakan untuk menyajikan data
yang terkait.
G. Konsep Operasional
1. Penanganan merupakan suatu usaha untuk mengkoordinasikan manusia
untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai
suatu tujuan
2. Lingkungan pesisir merupakan suatu keadaan atau kondisi mahluk hidup
(masyarakat) yang ada diantara darat dan laut yang mempengaruhi
kelangsungan hidup dan kesejahteraan mahluk hidup (masyarakat).
3. Persepsi adalah tanggapan atau reaksi yang dimiliki responden mengenai
pengertian sampah rumah tangga dan persepsi penanganan sampah rumah
tangga. Persepsi yang dibentuk dalam diri masing-masing individu. Variabel
persepsi perempuan nelayan akan diukur dengan penilaian skala likert. Skala
likert digunakan untuk mengukur perilaku, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Ridwan, 2009).
Terdapat 4 jenis respon dalam skala yang digunakan yaitu :
a. Setuju diberi kode 2
b. Cukup setuju diberi kode 1
c. Kurang setuju diberi kode 3
d. Tidak setuju diberi kode 4
Kemudian nilai dari masing-masing pernyataan tersebut kemudian
dijumlahkan.
4. Perempuan nelayan adalah perempuan yang tinggal, hidup dan bekerja di
lingkungan pesisir.
34
5. Pendapatan adalah tingkat pendapatan perbulan dari hasil pekerjaan yang
dilakukan berdasarkan jumlah KK dimana tingkat pendapatan ini
mempengaruhi produksi sampah.
6. Ketersediaan sarana adalah adanya sarana untuk membuang sampah yang
dimiliki responden
7. Prinsip 3R sebagai berikut
a. Re-duction, yaitu proses meminimalisasi sampah disumber dalam hal
kuantitas dan kualitas timbulansampah, terutama reduksi sampah
berbahaya.
b. Re-cycling, yaitu proses daur ulang yang berfungsiuntuk mereduksi
kebutuhan sumberdaya dan reduksikuantitas sampah ke TPA.
c. Re-use, yaitumemanfaatkan kembali barang yang sudah tidak terpakai.
7. Sampah rumah tangga adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia.
8. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang
mempengaruhi individu dalam membentuk persepsi, seperti pendidikan,
pengetahuan, pedapatan dan sarana dan prasarana
a. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi terakhir
yang telah diselesaikan oleh responden. Tingkat pendidikan dikategorikan
sebagai berikut :
(1) SD: diberi kode 6
(2) SLTP: diberi kode 9
(3) SLTA: diberi kode 12
(4) D3: diberi kode 15
(5) S1 : diberi kode 16
35
b. Pendapatan adalah jumlah pendapatan rata-rata yang diperoleh
masyarakat setiap bulannya. Variabel ini diukur dengan mengetahui
jumlah penghasilan rata-rata yang diperoleh masyarakat setiap bulannya
dan dinyatakan dalam rupiah. Tingkat pendapatan dikategorikan menjadi
rendah dan tinggi berdasarkan besar UMK (Upah Minimum
Kabupaten/Kota) perbulan Kota Makassar tahun 2016, yaitu Rp 2.313.625
(1) < Rp 2.313.625 = Rendah: diberi kode 1
(2) > Rp 2.313.625 = Tinggi: diberi kode 2
c. Pengetahuan adalah pemahaman responden mengenai pengelolaan
sampah yang diperoleh dari informasi yang diterima. Variabel ini akan
diukur dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang hasilnya
akan dinilai sesuai dengan jawaban responden. Masing-masing
pertanyaan akan dinilai dengan ketentuan sebagai berikut:
(i) Jawaban salah : skor 1
(ii) Jawaban benar : skor 2.
Pengetahuan dibagi ke dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah yang
berasal dari skor jumlah poin pengetahuan yang kemudian dibagi
berdasarkan nilai median.
(1) Rendah : diberi kode 6-9
(2) Tinggi : diberi kode 10-12
9. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar yang
mempengaruhi persepsi masyarakat, seperti lingkungan sosial di mana
seseorang tinggal. Lingkungan sosial yang dimaksud lebih menekankan
kepada hubungan tersedianya fasilitas untuk pengelolaan sampah. Variabel
ini diukur berdasarkan indikator sebagai berikut:
a. Sarana dan prasarana adalah fasilitas yang disediakan oleh pemerintah di
dalam lingkungan tempat tinggal masyarakat untuk mendukung
36
terlaksananya pengelolaan sampah. Sarana yang dimaksud dapat berupa
tong sampah yang sudah memisahkan antara sampah organik dan
sampah anorganik, bank sampah, maupun jasa pengangkutan sampah ke
tempat pembuangan sementara. Variabel ini diukur dengan memberikan
pertanyaan dengan respon “benar” dan “salah” kepada responden.
Masing-masing pertanyaan akan dinilai dengan ketentuan sebagai berikut:
(i) Jawaban benar: skor 2
(ii) Jawaban salah: skor 1
Dari hasil jawaban kuesioner sarana dan prasarana dibagi ke dalam dua
kategori, yaitu memadai dan tidak memadai yang berasal dari jumlah skor
pertanyaan mengenai sarana dan prasarana yang kemudian dibagi
berdasarkan jumlah nilai.
(1) Tidak memadai : jumlah skor dari 6 - 9
(2) Memadai : jumlah skor 10 – 12.
37
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Dan Wilayah Administrasi
Kabupaten Pinrang adalah salah satu daerah dari 23 Kabupaten/kota di
Sulawesi Selatan yang letaknya berada dibagian barat wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan yang jaraknya sekitar 182 km arah utara dari kota Makassar. Kabupaten
Pinrang memiliki luas wilayah 196.177 Ha yang mana terdiri dari 12 Kecamatan
meliputi 64 Desa dan 39 Kelurahan. Salah satu Desa tersebut adalah Lero yang
jumlah penduduknya 7.841 jiwa. Desa Lero adalah salah satu Desa yang ada di
Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang yang luasnya ± 47 Ha yang mempunyai
batas wilayah sebagai Berikut :
- Sebelah Utara Desa Ujung Labuang
- Sebelah Timur Teluk Pare-pare
- Sebelah Selatan Selat Makassar
- Sebelah Barat Desa Wiring Tasi
Adapun jarak dari Ibukota Kecamatan17 Km sedangkan jarak dari Ibu
kota Kabupaten 37 Km dan jarak dari Ibukota Propinsi 215 Km mempunyai
Ketinggian tanah dari permukaan laut 3 Meter.Dengan panjang pantai ± 2 Km.
terdiri atas daerah pemukiman penduduk 85 %.Dan selebihnya adalah lahan
kebun.
Keadaan wilayah Desa Lero dalam hal ini daerah bibir pantai setiap
tahunnya dikontrak abrasi dan bibir pantai terkikis hingga 5 meter kedaratan atau
pemukiman penduduk bahkan 3 (tiga) tahun terakhir ini rumah penduduk yang
ada di bibir pantai sudah beberapa unit digusur diakibatkan terkena abrasi yang
disebabkan oleh pasangnya air laut pada musim barat.
38
Desa Lero terdiri dari 3 (tiga) wilayah Dusun yakni :
- Dusun Adolang
- Dusun Lero
- Dusun Butung
B. Keadaan Demografis Penduduk Desa Lero
Keadaan demografis menjelaskan keadaan suatu daerah atau wilayah
yang dapat dilihat dari segi kependudukan, komposisi penduduk dan distribusi
penduduk. Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara sistematika tentang
besarnya komposisi penduduk dan distribusi penduduk.Perubahan-perubahan
yang terjadi sepanjang waktu melalui 4 (empat) komponen demografi yaitu
kelahiran, kematian, perpindahan dan mobilitas penduduk.
Keadaan wilayah Desa Lero terdiri dari pantai pesisir yang merupakan
daerah bibir pantai sehingga setiap tahunnya terjadi abrasi sehingga bibir pantai
terkikis hingga 5 meter kedaratan atau daerah permukaan.Secara hidrologis
beriklim tropis dengan dua jenis musim yaitu penghujan dan kemarau.Musim
penghujan berlangsung antara September sampai Februari dipengaruhi oleh
musim barat sedangkan musim kemarau antara Maret sampai Agustus
dipengaruhi oleh musim timur.
1. Jumlah Penduduk
Penduduk merupakan orang-orang yang bertempat tinggal atau
berdiam disuatu daerah atau suatu lingkungan pada waktu tertentu yang dapat
menjadi gambaran potensi kemampuan penduduk dalam menjalankan suatu
usaha yang berhubungan dengan kehidupannya serta melakukan kegaiatan
sehari-hari yang dapat menjaga ataupun merusak lingkungannya. Adapun jumlah
penduduk Desa Lero berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut
39
Tabel 01. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Laki-Laki 3.742 48 2 Perempuan 4.099 52
Jumlah 7.841 100,00 Sumber : Data Sekunder, Profil Desa Lero 2016
Dari tabel 01 Diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang ada
di Desa Lero seluruhnya menurut registrasi tahun 2016 adalah 7.841 jiwa. Dari
keseluruhan penduduknya persentase penduduk untuk laki-laki sebesar 48.64%
sedangkan persentase penduduk untuk perempuan sebesar 52%. hal ini berarti
tingkat kelahiran perempuan lebih besar dari pada tingkat kelahiran laki-laki.
2. Umur
Adapun distribusi penduduk Desa Lero berdasarkan golongan umur
adalah sebagai berikut :
Tabel 02. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur penduduk di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang
No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 0 – 15 tahun 1.272 16,22 2 16 – 30 tahun 1.931 24,63 3 31 – 45 tahun 2.167 27,64 4 46 – 60 tahun 1867 23,81 5 ≥ 60 tahun 604 7,70
Jumlah 7.841 100,00 Sumber : Data Sekunder, Profil Desa Lero 2016
Berdasarkan pada tabel 02 dapat disimpulkan bahwa distribusi kelompok
umur penduduk Desa Lero tertinggi pada kelompok umur 31 sampai dengan 45
dengan persentase 27,64%, dan terendah pada kelompok umur diatas 60 tahun
dengan persentase 7,70%.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator untuk menilai tingkat
perkembangan suatu daerah, karena tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
sikap dan cara berpikir seseorang dalam pengambilan suatu keputusan atau
40
tindakan untuk mengolah usahanya. Pendidikan dengan jenjang yang tinggi akan
lebih dinamis didalam menerima sesuatu yang baru sehingga memungkinkan
seseorang tanggap terhadap informasi dan lebih berani menerima inovasi baru
serta memudahkannya untuk mengkomunikasikan inovasi tersebut. Adapun
distribusi tingkat pendidikan penduduk Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten
Pinrang berdasarkan profil Desa Lero tahun 2016 dimulai dari masyarakat yang
telah berumur diatas 5 tahun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 03. Tingkat pendidikan penduduk Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Tidak pernah sekolah 190 2 2 Belum Sekolah 251 3 3 Tidak tamat SD 352 4 4 TK 298 4 5 Tamat SD 3.192 41 6 Tamat SLTP 2.280 29 7 Tamat SLTA 852 11 8 Tamat Diploma 193 2 9 Tamat S1 151 2
10 Tamat S2 82 1 Jumlah 7.841 100,00
Sumber : Data Sekunder, Profil Desa Lero 2016
Berdasarkan tabel 03 diatas dapat diketahui bahwa persentase yang
tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi memiliki persentase lebih besar
daripada persentase yang melanjutkan pendidik yang lebih tinggi yaitu jumlah
penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 4%. Pendidikan tamat SD/sederajat
sebesar 41%, sedangkan SLTP sebesar 29%, SLTA sebesar 11%. Untuk
penduduk yang menyelesaikan pendidikan sampai ketingkat D3 (tamat Diploma)
sebesar 2%, adapun untuk kejenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu S1
(Strata 1) terdapat 151 orang atau sebanyak 2%, dan untuk S2 (Strata 2)
terdapat 82 orang atau sebanyak 1% dimana sebagian besar dari 82 orang ini
merupakan pedatang dari daerah lain yang bekerja di instansi pemerintah
maupun swasta yang ada di Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang. Kemudian
41
untuk penduduk yang tidak pernah sekolah sebanyak 190 orang, hal ini
disebabkan umumnya penduduk Desa Lero hanya mampu menyelesaikan
pendidikannya sampai ketingkat SD dan belum sekolah sebanyak 3%.
4. Mata Pencaharian penduduk
Mata Pencaharian penduduk adalah pekerjaan pokok yang dilakukan
untuk menunjang pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pada
umumnya penduduk Desa Lero sebagian besar bermata pencaharian sebagai
tani tambak dan nelayan, ini dikarenakan letak wilayahnya sebagian besar
diwilayah tambak dan pesisir sehingga mereka memanfaatkan potensi tersebut
untuk menunjang keuangan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya,
keadaan penduduk. Mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 04. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang
No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Nelayan 1756 61,66 2 Petani 109 3,83 3 PNS 77 2,70 4 Pedagang/Penjual Kios/Toko 89 3,13 5 Kerajinan (menjahit) 309 10,85 6 Buruh/Kuli Bangunan 149 5,23 7 Buruh Tani 143 5,02 8 Karyawan Swasta 29 1,02 9 Tukang Kayu 31 1,09 10 Tukang Batu 15 0,53 11 Tukang Service/Bengkel 26 0,91 12 Sopir 15 0,53 13 Ojek/Tukang Becak 5 0,18 14 Peternak 94 3,30
Jumlah 2.847 100,00 Sumber : Data Sekunder Profil Desa Lero, 2016
Berdasarkan pada tabel 04 jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian di Desa Lero di dominasi oleh nelayan dimana persentasenya
sebesar 61,68%. Hal ini dikarenakan Desa Lero berada pada wilayah pesisir
yang sangat memungkinkan penduduk sekitar bekerja sebagai nelayan.
Selanjutnya mata pencaharian terbanyak kedua ialah pengrajin diantaranya
42
penjahit dan penenun dengan persentase sebesar 10,85%. Hal ini dikarenakan
di Desa Lero terkenal sabagai satu-satunya penghasil kain sutera di Kecamatan
Suppa Kabupaten Pinrang.
5. Sarana Dan Prasarana
Saran dan prasarana adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi
penduduk suatu Desa atau suatu wilayah. Adapun sarana dan prasarana yang
ada di Desa Lero dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 05. Sarana dan prasarana di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang.
No Sarana dan Prasarana Jumlah 1 Kantor Desa 1 2 TK 3 3 SD 5 4 SLTP 1 5 SLTA/SMK 1 6 Mesjid 2 7 Posyandu 5 8 Poskesdes 1 9 Puskesmas 1 10 Lapangan sepak bola 1
Jumlah 21 Sumber: Kantor Desa Lero, 2017
Berdasarkan tabel 05 diatas maka diketahui bahwa di Desa Lero
memiliki beberapa sarana dan prasarana seperti kantor desa sebanyak 1 buah,
TK sebanyak 3 buah, SD sebanyak 5 buah, SLTP dan SLTA/SMK yang masing-
masing 1 buah kemudian Mesjid sebanyak 2 buah, Posyandu sebanyak 5 buah,
poskesdes sebanyak 1 buah, selanjutnya puskesmas sebanyak 1 buah, dan
yang terakhir lapang sepak bola sebanyak 1 buah.
C. Karakteristik Responden
Karakteristik sosial ekonomi menjadi salah satu faktor yang menjadi
pertimbangan dalam menentukan model, dan arah pengembangan tata ruang.
Keterlibatan masyarakat dalam sebuah proses pengembangan wilayah
diharapkan dapat memberikan berbagai masukan yang penting, oleh sebab itu
43
karakteristik sosial ekonomi responden menjadi penting untuk diketahui. Adapun
karakteristik sosial ekonomi responden di Desa Lero, Kecamatan Suppa,
Kabupaten Pinrang dapat dilihat berdasarkan kriteria tertentu, seperti dijelaskan
dibawah ini :
1. Umur Responden
Umur merupakan salah satu faktor utama pada masyarakat pesisir dalam
melakukan kegiatan untuk mengembangkan usaha. Umur juga menentukan
kemampuan fisik dan berfikir. Untuk mengetahui karakteristik responden
berdasarkan umur dapat pada tabel berikut berikut :
Tabel 06. Karakteristik responden menurut tingkat umur di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang.
No kelompok umur jumlah (Jiwa) Persentase 1 20 - 30 tahun 8 18
2 31 - 40 tahun 22 49
3 41 - 50 tahun 13 29
4 51 - 60 tahun 2 4
Total 45 100.00 Sumber : data primer setelah diolah, 2017
Gambar 02. Diagram jumlah responden berdasarkan tingkat umur
Berdasarkan tabel 06 dan gambar 2 diatas, hasil wawancara responden
sebanyak 45 orang diketahui bahwa perempuan nelayan di Desa lero,
18%
49%
29%
4%
Karakteristik Umur Responden
20 ‐ 30 tahun
31 ‐ 40 tahun
41 ‐ 50 tahun
51 ‐ 60 tahun
44
Kecamatan Suppa yang memiliki umur 20 – 30 tahun sebanyak 18%, sedangkan
untuk umur 31 – 40 tahun sebanyak 49%, dan untuk umur 41 – 50 tahun
sebanyak 29%, sedangkan untuk 51 – 60 tahun memiliki persentase terkecil yaitu
4%.
2. Tingkat pendidikan Responden
Tingkat pendidikan responden dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tingkat
pendidikan rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat pendidikan rendah jika
responden tidak sekolah atau tamat SD (Sekolah Dasar), tingkat pendidikan
sedang jika responden tamat SLTP (Sekolah Menengah Pertama) dan untuk
tingkat pendidikan tinggi jika responden tamat SLTA (sekolah Menengah Atas)
atau perguruan tinggi, dapat dilihat di tabel dibawah ini :
Tabel 07. Karekteristik responden menurut tingkat pendidikan di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase
1 SD 35 78
2 SLTP 7 16
3 SLTA 1 2
4 D3 1 2
5 S1 1 2
Total 45 100 Sumber : data primer setelah diolah, 2017
Gambar 03. diagram tingkat pendidikan responden
78%
16%
2% 2% 2%
Karakteristik pendidikan responden
SD
SLTP
SLTA
D3
S1
45
Pada tabel 07 diatas dan gambar 3 diagram diatas dapat diketahui
bahwa tingkat pendidikan perempuan nelayan tingkat SD memiliki persentase
terbanyak yaitu 78%, sedangkan untuk tingkat pendidikan SLTP sebanyak 16%,
dan untuk SLTA sebanyak 2%. D3 sebanyak 2% dan S1 2 %.
3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Aspek yang cukup berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
lingkungan seperti penanganan sampah rumah tangga adalah jumlah
tanggungan keluarga atau jumlah orang dalam suatu rumah, dimana semakin
banyak jumlah tanggungan atau jumlah orang dalam satu rumah maka semakin
besar pengaruh peningkatan kualitas lingkungan dalam penanganan sampah
rumah tangga.
Tabel 08. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang
No jumlah tanggungan jumlah (orang) Persentase
1 2 – 3 9 20
2 3 – 4 11 24
3 5 – 6 22 49
4 7 - 8 3 7
Total 45 100 Sumber : data primer setelah diolah, 2017
Gambar 04. diagram jumlah tanggungan responden
20%
24%49%
7%
jumlah tanggungan keluarga
2 _ 3
3 _ 4
5 _ 6
7 _ 8
46
Berdasarkan tabel 08 dan gambar 4 diagram diatas terlihat bahwa
jumlah tanggungan responden terbesar adalah yang memiliki jumlah tanggungan
sebanyak 5 – 6 sebanyak 49%, sedangkan untuk yang memiliki jumlah
tanggungan 2 – 3 sebanyak 24%, dan untuk yang memiliki jumlah tanggungan 3
– 4 sebanyak 24%, yang memiliki jumlah tanggungan 7 – 8 sebanyak 7%.
4. Status Pekerjaan Responden
Status pekerjaan responden dalam penelitian ini memililiki dua kategori,
yaitu bekerja dan tidak bekerja. Responden yang dikatakan bekerja adalah
responden yang memiliki penghasilan tetap setiap bulannya, sedangkan yang
dikatakan tidak bekerja adalah responden yang tidak memiliki penghasilan tetap
dan cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Sebaran responden
berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 07 dibawah ini :
Tabel 09. Sebaran responden berdasarkan status pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Persentase
1 bekerja 12 27
2 tidak bekerja 33 73
Jumlah 45 100 Sumber : data primer setelah diolah, 2017
Tabel 09 menunjukkan bahwa sebanyak 73 %perempuan nelayan tidak
bekerja dan 27% perempuan nelayan yang bekerja. Jumlah responden yang
tidak bekerja mencapai 73% dari jumlah keseluruhan responden dalam penelitian
ini, responden berjenis kelamin perempuan berjumlah lebih banyak dan
mayoritas warga perempuan di Desa Lero merupakan ibu rumah tangga atau
sebagai istri nelayan dan anak-anak yang masih sekolah maupun tidak sekolah.
Walaupun tidak memiliki pekerjaan tetap, perempuan nelayan di Desa Lero,
Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang memiliki pekerjaan sampingan, seperti
usaha pemotong plastik (gelas plastik). Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu
HS (40 tahun).
47
“Mega tubene sibawa anana majjama kunne mateppa botolo palastik sibawa gelas-gelas palastik, apana nde’ na maketta jamang-jamange, daripada labe bawangmi wattue maketta ko majjama makkoe ki e to’ supaya engka to tambahan cedde’.”
Banyak perempuan bersama dengan anaknya yang bekerja begini memotong botol-botol plastik dan gelas-gelas plastik bekas, karena hal ini pekerjaan yang tidak tetap daripada waktu terbuang begitu saja mending kita kerja begini (memotong plastik bekas) agar dapat tambahan pendapatan walaupun itu hanya sedikit.
Gambar 05. kegiatan pemotongan plastik (foto diambil pada hari Senin 05 Juni 2017 Pukul 11.57
Walaupun sebagian besar perempuan nelayan merupakan ibu rumah
tangga yang tidak memiliki pekerjaan tetap, namun perempuan nelayan yang ada
di Desa Lero bekerja sebagai PNS, guru, dan karyawan.
5. Pendapatan Responden
Pendapatan responden dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
kategori, yaitu tinggi dan rendah. Kategori tersebut ditetapkan berdasarkan upah
minimum Kabupaten/Kota (UMK) perbulan Kota Makassar tahun 2016, yaitu
sebesar Rp 2.313.625. Responden yang tergolong memiliki tingkat pendapatan
rendah adalah responden dengan penghasilan di bawah UMK, dan responden
yang tergolong memiliki tingkat pendapatan tinggi adalah responden dengan
penghasilan di atas UMK.
48
Berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 10. Sebaran Responden berdasarkan tingkat pendapatan
No Pendapatan Jumlah Persentase
1 Tinggi 9 20
2 Rendah 36 80
Jumlah 45 100 Sumber : data primer setelah diolah, 2017
Tabel 10 menunjukkan bahwa 80% resoponden tergolong dalam
kategori pendapatan rendah dan 20% responden tergolong dalam kategori
pendapatan tinggi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kuesioner, responden
yang memiliki pendapatan kurang dari UMK Makassar adalah responden yang
tidak memiliki pekerjaan tetap. Seperti yang telah dipaparkan diatas mayoritas
responden adalah ibu rumah tangga yang hanya berpendapatan dari usaha yang
dijalaninya. Kondisi ini menyebabkan pendapatannya tidak tetap dan tidak
sebesar responden yang memiliki pekerjaan yang tetap. Responden yang
bekerja pun tidak seluruhnya berpenghasilan tinggi. Ini menjelaskan bahwa
secara keseluruhan, kondisi ekonomi dilingkungan Desa Lero Kecamatan Suppa,
Kabupaten Pinrang adalah menengah ke bawah.
49
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Persepsi Perempuan Nelayan Tentang Pengertian Sampah Rumah
Tangga
Menurut Yulanda, 2013 pada penelitiannya mengatakan bahwa
manusia cenderung untuk bereaksi langsung terhadap lingkungannya daripada
pengertiannya terhadap lingkungan itu sendiri. Persepsi responden terhadap
pengertian sampah rumah tangga diukur dari sejauh mana pemahaman atau
pandangan mereka mengenai arti dari kata sampah rumah tangga.
Menurut WHO (World Health Organization dalam Ria 2013)
mengatakan bahwa pengertian sampah adalah bagian dari suatu yang tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya
berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri)
tetapi bukan biologis. Persepsi perempuan nelayan tentang arti sampah rumah
tangga dikelompokkan menjadi empat yaitu : 1) tidak tahu, 2) sampah sesuatu
yang tidak di pakai dan tidak di senangi dan harus dibuang yang umumnya
berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, 3) sampah adalah sisa-sisa
makanan, 4) sampah adalah kegiatan manusia sesuatu yang berasal dari
kegiatan manusia termasuk kotoran. Dari data hasil penelitian dilapangan
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 11. Jumlah responden berdasarkan persepsi tentang sampah rumah tangga
No Persepsi perempuan nelayan tentang
sampah rumah tangga Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Tidak tahu 4 9 2 sampah adalah sesuatu yang tidak di pakai
dan tidak di senangi dan harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia
28 62
3 sampah adalah sisa-sisa makanan 5 11 4 Sampah adalah sesuatu yang berasal dari
kegiatan manusia termasuk kotoran 8 18
Jumlah 45 100
Sumber : data primer diolah, 2017
50
Dari tabel 11 tersebut dapat dijelaskan bahwa persepsi sampah adalah
sesuatu yang tidak dipakai dan tidak disenangi dan harus dibuang yang
umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia seperti kegiatan
industri tetapi bukan kegiatan biologis seperti kotoran manusia adalah persepsi
yang paling banyak dikemukakan oleh perempuan nelayan yang ada di Desa
Lero sebanyak 62%, kemudian persepsi responden tentang sampah rumah
tangga adalah sisa-sisa makanan sebanyak 11%, dan untuk persepsi responden
tentang sampah rumah tangga adalah berasal dari kegiatan manusia termasuk
kotoran sebanyak 18%. Namun terdapat juga beberapa responden yang tidak
menjawab arti dari sampah rumah tangga yaitu sebanyak 9%, beberapa
responden tersebut tidak mengetahui arti kata tersebut atau kebingungan untuk
menjawab.
Persepsi perempuan nelayan tentang prinsip 3R juga dibutuhkan untuk
melihat pandangan perempuan nelayan di Desa Lero dalam menilai cara
penanganan dan pengelolaan sampah rumah tangga. Adapun penjelasan
terperinci mengenai pernyataan dan hasil jawaban dari kuisioner yang telah
dibagikan kepada perempuan nelayan yang ada di desa Lero adalah sebagai
berikut :
Tabel 12. Persepsi Perempuan Nelayan Terhadap Prinsip 3R Yang Efisien Dalam Hal Mengatasi Masalah Sampah Rumah Tangga
No Pernyataan Setuju Cukup Setuju
Kurang setuju
Tidak Setuju
Total
Persen
N % N % N % N % %
1 Prinsip reduce efisien dalam mengatasi masalah sampah rumah tangga
24 53 10 22 3 7 8 18 45 100
2 Prinsip reuse efisien dalam mengatasi masalah sampah
33 73 5 11 2 4 5 11 45 100
3 Prinsip recycle efisien dalam mengatasi masalah sampah
10 22 8 18 7 16 20 44 45 100
Sumber : data primer diolah, 2017
51
Pada tabel 12 diatas dapat dijelaskan bahwa prinsip yang pertama yaitu
reduce, dimana reduce atau reduksi itu sendiri adalah upaya untuk mengurangi
volume sampah yang ada dilingkungan, sumber dan bahan dapat dilakukan
sejak sebelum sampah dihasilkan. Dimana masyarakat Desa Lero dapat
melakukan reduksi sampah dengan cara mengubah pola hidup menjadi
konsumtif yaitu dengan melakukan perubahan kebiasaan boros dan
menghasilkan banyak sampah menjadi hemat yang menghasilkan hanya sedikit
sampah. Jumlah perempuan nelayan yang setuju bahwa mengurangi jumlah
sampah merupakan cara yang efisien dalam mengatasi masalah sampah rumah
tangga adalah sebanyak 53%, Sebanyak 22% perempuan nelayan menjawab
cukup setuju, karena perempuan nelayan yang ada di Desa Lero menggunakan
sampah plastik, daun kering, karton, ataupun kertas dan tempurung kelapa
sebagai alat bahan bakarnya perempuan nelayan juga menggunakan tas
keranjang yang dibuat sendiri dan bahannya berasal dari sampah plastik seperti
tempat minuman plastik. Namun, sebanyak 10% perempuan nelayan menjawab
kurang setuju, Menurut salah satu responden mengatakan prinsip reduce ini
tidak efisien dalam mengatasi masalah karena pada dasarnya perempuan
nelayan yang ada di Desa Lero ini tidak dapat mengubah pola hidupnya menjadi
konsumtif karena sebagian perempuan nelayan di Desa Lero memiliki pola hidup
yang suka menghasilkan sampah dan membuang sampah sembarangan.
Prinsip yang kedua yaitu reuse, dimana reuse adalah menggunakan
kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah. Dimana jumlah
peremuan nelayan yang setuju bahwa prinsip reuse ini merupakan cara yang
efisien dalam mengatasi masalah sampah rumah tangga dimana 73%
perempuan nelayan mengatakan setuju, Sebanyak 11% orang perempuan
nelayan menjawab cukup setuju, karena perempuan nelayan yang menjawab
52
setuju dan cukup setuju lebih banyak menggunakan lap kain daripada
menggunakan tissue untuk keperluan makan ataupun keperluan dapur lainnya.
Perempuan nelayan yang di Desa Lero juga menggunakan kembali botol plastik
dan kaleng bekas untuk berbagai keperluan sehari-harinya, seperti botol bekas
yang digunakan untuk menyimpan minyak bekas ataupun sebagai tempat alat-
alat dapur seperti sendok. Selain itu kaleng bekas juga sebagai tempat
penggulungan benang, dan sendal jepit yang digunakan sebagai pengapung
jaring agar kelihatan dari permukaan. Perempuan nelayan juga menggunakan
sampah plastik yang berupa pembungkus makanan sebagai tempat untuk
menyimpah benih bunga (pot), selain itu perempuan nelayan juga menggunakan
ban yang tidak terpakai sebagai tempat bunga juga (pot). Beberapa perempuan
nelayan di Desa Lero mengolah kembali sisa-sisa makanan yang telah basi dan
pisang yang telah rusak atau busuk, mereka mengolah dengan cara
mengeringkan nasi dan pisang tersebut sehingga dapat di konsumsi kembali
menjadi makanan ringan seperti rengginang dan kalokotti. Namun sebanyak 11%
perempuan nelayan menjawab kurang setuju begitupun dengan yang tidak setuju
tentang reuse merupakan cara yang efisien.
Prinsip ketiga yaitu recycle, jumlah perempuan nelayan yang setuju
bahwa mendaur ulang sampah merupakan cara yang efisien dalam mengatasi
masalah sampah rumah tangga adalah sebanyak 22%. Sebanyak 18%
menjawab cukup setuju, dimana perempuan nelayan di Desa Lero juga membuat
keranjang belanja sendiri yang terbuat dari sampah gelas plastik yang digunakan
untuk keperluan sehari-harinya, selain itu perempuan nelayan juga membuat
tempat minuman yang terbuat dari sampah gelas plastik, dimana perempuan
nelayan terkadang menerima pesanan dari tetangga untuk membuat kerajinan-
kerajinan dari sampah plastik. Sebanyak 44% mengatakan tidak setuju tentang
53
prinsip recycle karena menurut responden tidak semua sampah rumah tangga
baik itu sampah plastik maupun sampah sisa-sisa makanan dapat didaur ulang.
B. Perilaku Perempuan Nelayan Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga
Sampah yang masih menumpuk menunjukkan hanya sebagai
perempuan nelayan di Desa Lero yang secara tidak langsung telah menerapkan
prinsip 3R (reduce, reuce, recycle)dalam mengelola sampah rumah tangga
seperti yang telah dijelaskan diatas. Hasil observasi menunjukkan bahwa
tumpukan sampah ditemukan diselokan sekitaran pesisir dan dilahan terbuka.
Sampah juga banyak ditemukan dipesisir pantai yang boleh jadi tidak saja
berasal dari sampah pemukiman setempat tapi juga berasal dari sampah kiriman
yang hanyut.
Menurut beberapa responden mengatakan bahwa : “Iyatu roppo’e engkae ri tasi’e tannia tau okko makkabeang, engka sah tapi nde iya manang engka muto tau natunu roppo’na, engka muto nalimung roppo’ na, engka muto mabbeangi roppo’ na okko tasi’e. Iyatu roppo’e engka ri tasi mega na sabari roppo pole saliwang kampong pada ro Kalimantan iyaku anging pole wattangna kennani bombang lattuni mai ko tasi’e.
(sampah yang ada di bibir pantai itu bukan hanya orang disini yang buang, ada yang buang sampahnya dilaut tapi tidak semua, ada orang yang bakar sampahnya, ada yang tanam sampahnya tapi ada juga yang buang sampahnya dilaut. Itu sampah yang ada di laut itu sampah kiriman dari luar seperti Kalimantan kalau ada angin musim barat sampah yang ada di Kalimantan hanyut ke pantai ujung Lero)
Gambar 06. Kondisi Perairan Laut Desa Lero (foto diambil pada hari Senin, 29 Mei 2017 Pukul 13:47)
54
Dari gambar diatas juga dapat terlihat bahwa dampak yang ditimbulkan
dari pembuangan sampah rumah tangga dilaut di antaranya yaitu pencemaran
air laut, banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan laut dapat
menyebabkan perairan laut tercemar yang biasanya di tandai dengan bau yang
sangat menyengat disamping itu juga tumpukan sampah rumah tangga yang
mengapung dapat mengurangi estetika lingkungan. Kondisi seperti juga ini dapat
mengganggu ekosistem yang terdapat diperairan laut khususnya ikan. Kadar
oksigen dalam air laut akan turun yang nantinya dapat mengganggu ekosistem
sehingga proses fotosintesis dalam perairan tidak berjalan dengan lancar
sehingga produktifitas air menjadi turun.
Salah satu dampak yang merugikan dari sampah plastik yang berada
dilaut adalah pada kegiatan penangkapan ikan, dimana sampah-sampah plastik
yang mengapung dapat tersangkut atau terlilit pada bagian baling-baling perahu
nelayan sehingga hal ini dapat mengakibatkan bahaya pada kemudi dan
kerusakan pada perahu nelayan. Hal-hal tersebut tentu saja berdampak
beralihnya dana untuk perbaikan perahu, waktu produktif nelayan menjadi
terhambat akibat kerusakan sehingga pendapatan nelayan berkurang.
Dampak yang ditimbulkan juga oleh pembuangan sampah dilaut yaitu
sampah dapat mengganggu pergerakan satwa laut dimana banyaknya sampah
sampah yang dibuang kelaut baik itu yang mengambang ataupun yang
tenggelam, semua itu dapat mengganggu pergerakan satwa laut seperti ikan,
penyu dan lain-lain. Banyaknya ikan yang pergerakannya terhalang oleh plastik-
plastik bahkan terjerat benang pancingan. Kemudian sampah juga
mengakibatkan banyaknya satwa laut yang mati akibat mengira sampah plastik
sebagai makanannya.
55
Dari penjelasan diatas tentang dampak yang ditimbulkan oleh
membuang sampah rumah tangga dilaut, hal ini telah sesuai dari hasil penelitian
Hadi Sabari Yunus dan Darma Kusuma, 2011 yang mengatakan bahwa :
“berbagai sampah rumah tangga baik itu yang berupa padat atau cair yang
masuk kedalam laut akan mengakibatkan ikan ataupun hewan yang ada didalam
laut akan lenyap hal ini dikarenakan adanya perubahan ekosistem perairan
biologis. Penguraian sampah di air ataupun dilaut akan menghasilkan asam
organik dan gas cair organik seperti metana yang dapat mengakibatkan bau
yang tidak sedap”.
Bagi perempuan nelayan yang memiliki tipikal rumah panggung
melakukan pembersihan sampah dengan cara melakukan pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan ke TPA. Sebagian perempuan nelayan di Desa
Lero pada saat membersihkan halaman rumah mereka mengumpulkan dan
memisahkan sampah anorganik seperti sampah kertas, plastik bungkus
makanan, gelas plastik, botol minuman, kaca atau kaleng, dan ember plastik
yang pecah dikumpulkan dibawah rumah yang memiliki tujuan untuk dijual.
Dari deskripsi tentang timbulan sampah tersebut diatas dapat
menggambarkan bahwa perempuan nelayan yang ada di Desa Lero telah
berperan dalam mengelola sampah rumah tangga, namun yang diterapkan
hanya sebatas konsep lama yaitu pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan ke TPA.
1. Penampungan Sampah
Menurut Ayu, 2008 penampungan sampah adalah suatu cara
penampungan sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke
TPA, tujuannya adalah menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga
tidak mengganggu lingkungan. Terkait dengan dengan aktivitas penampungan
sampah perempuan nelayan telah menyediakan penampungan sampah berupa
tempat sampah, karung, dan kantong plastik, dapat dilhat pada tabel dibawah ini:
56
Tabel 13. Tempat penampungan sementara
No Tempat Penampungan
Sementara Jumlah Persentase
1 Karung 3 7
2 Kantong Plastik 20 44
3 Tempat Sampah 4 9
4 tidak menyediakan 18 40
Jumlah 45 100 Sumber : data primer diolah, 2017
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa beberapa responden telah
menyediakan tempat penampungan sementara, sebanyak 7% responden
memakai karung bekas sebagai tempat penampungan sampah rumah tangga
yang telah dihasilkan, kemudian sebanyak 57% responden menggunakan
kantong plastik sebagai tempat penampungan sampahnya, sedangkan untuk
tempat sampah hanya 10% repsponden yang menyediakan. Namun sebanyak
27% responden tidak menyediakan tempat penampungan sampah baik itu
berupa kantong plastik, karung bekas ataupun tempat sampah mereka secara
umum membuang sampah rumah tangganya langsung keluar rumah dengan
alasan akan dimakan oleh peliharaannya dan ada juga yang menjadikan sasaran
tempat pembuangan sampahnya dilaut yang sampai sekarang masih ada
perempuan nelayan yang membuang sampah di laut.
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan jumlah sampah rumah
tangga yang di hasilkan oleh perempuan nelayan Desa Lero dari kegiatan sehari-
harinya disini juga perlu untuk diketahui. Adapun penjelasan terperinci mengenai
jumlah produksi sampah rumah tangga yang di hasilkan setiap dusun yang ada
di DesaLero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut :
57
8672
98
0
50
100
150
200
250
Adolang butung lero
Grafik Jumlah sampah rumah tangga yang diproduksi setiap dusun
jumlah
persentase
Tabel 14. Sebaran jumlah sampah rumah tangga yang diproduksi selama 4 hari
No Nama Dusun Jumlah Sampah Yang Diproduksi (Kg)
1 Adolang 86 Kg
2 Butung 72 Kg
3 Lero 98 Kg Sumber : data primer diolah, 2017
Gambar 07. Grafik Jumlah Sampah Yang Diproduksi Pada Setiap Dusun
Berdasarkan grafik dan tabel diatas rata-rata sampah rumah tangga
yang dihasilkan oleh perempuan nelayan Desa Lero Kecamatan Suppa,
Kabupaten Pinrang sekitar 89 kg selama 4 hari. Dimana grafik diatas
menunjukkan bahwa Dusun Lero memiliki sampah rumah tangga yang banyak
dihaslkan oleh kegiatan sehari-hari perempuan nelayan yang ada di Dusun Ujung
Lero yaitu sebanyak 98 kg sampah rumah tangga yang dihasilkan selama 4 hari.
Dimana perempuan yang ada di Dusun Ujung Lero juga menjadikan laut sebagai
tempat pembuangan akhir dari sampah rumah tangganya hal ini disebabkan
karena pemukiman Dusun Ujung Lero dekat dengan pesisir. Sedangkan Dusun
Adolang menghasilkan sampah rumah tangga sebanyak 86 kg selama 4 hari
penampungan sampah rumah tangga. Dusun Adolang memiliki daerah
pemukiman yang jauh dengan pesisir sehingga perempuan nelayan Dusun
Adolang membuang sampah rumah tangganya dilahan terbuka seperti lapangan
atau pekarangan rumahnnya. Dusun Butung sebanyak 72 kg sampah rumah
58
tangga yang dihasilkan selama 4 hari dari kegiatan sehari-sehari perempuan-
perempuan nelayan yang ada di Dusun Butung tersebut. Dusun Butung letak
pemukimannya yang berada dibagian tengah diantara Dusun Adolang dan
Dusun Lero namun terkadang perempuan nelayan Dusun Butung membuang
sampah rumah tangganya dipesisir sehingga volume sampah rumah tangga
dipesisir semakin bertambah. Pantai pesisir yang ada di Desa Lero dijadikan
tempat pembuangan akhir sampah rumah tangga yang dihasilkan dari aktivitas
sehari-hari dari perempuan-perempuan nelayan Desa Lero, Kecamatan Suppa,
Kabupaten Pinrang.
2. Pengangkutan
Aktivitas pengangkutan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh
perempuan nelayan Desa Lero yaitu dengan cara memindahkan sampah rumah
tangga yang telah dikumpulkan kemudian dibawa ke tempat pembuangan akhir
sampah seperti lahan kosong atau lahan terbuka, lapangan dan pesisir pantai.
Hal ini sesuai dengan kajian yang dikemukan oleh Ayu, 2008 yang menjelaskan
tentang pengertian pengangkutan sampah adalah kegiatan pemindahan sampah
yang telah dikumpulkan ke tempat penampungan sementara atau dari tempat
sumber sampahke tempat pembuangan akhir. Untuk perempuan nelayan Desa
Lero yang memiliki pekarangan rumah yang luas pengangkutan sampah rumah
tangga yang telah dikumpulkan dibawa ke pekarangan rumah untuk dibuang atau
selanjutnya dimusnahkan.
3. Pembuangan dan Pemusnahan sampah
Menurut Fitrul 2009 dalam penelitian tahap terakhir dalam pengelolaan
sampah dengan cara lama yaitu pembuangan sampah dimana sampah yang
telah dikumpulkan yang selanjutnya perlu dibuang untuk dimusnahkan.
Ditinjauan dari perjalanan sampah, maka pembuangan atau pemusnahan
sampah ini adalah tahap terakhir yang harus dilakukan terhadap sampah.
59
1 2 3
persenatase 38 11 51
jumlah 17 5 23
01020304050607080
Grafik Pemusnahan sampah rumah tangga
Aktivitas pemusnahan dan pembuangan sampah rumah tangga yang telah
dikumpulkan oleh perempuan nelayan Desa Lero ada berbagai cara yang
dilakukanya seperti menimbun, membakar, dan dibuang kelaut, hal ini sesuai
dengan penelitian Angela Chatlya tahun 2016 yang menyatakan bahwa
pemusnahan sampah memiliki beberapa cara yang dapat digunakan seperti
penimbunan, pembakaran, dumping (pembuangan sampah sembarangan,
dumping in water (pembuangan sampah dilaut).
Tabel 15. Cara pemusnahan Sampah Rumah Tangga Yang dilakukan oleh perempuan nelayan Desa Lero.
No Pemusnahan Sampah Rumah Tangga Jumlah Persentase
1 Dibakar 17 38
2 Ditimbun 5 11
3 Dibuang Kelaut 23 51
Jumlah 45 100 Sumber : data primer diolah, 2017
Gambar 08. Grafik cara pemusnahan sampah rumah tangga di Desa Lero
Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang
Berdasarkan dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa
perempuan nelayan di Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang memiliki
beberapa cara pemusnahan sampah yaitu dengan cara dibakar dimana
pembakaran sampah rumah tangga memiliki persentase sebanyak 38 %, namun
60
pembakaran sampah rumah tangga di ruang terbuka yang sering dilakukan oleh
perempuan-perempuan nelayan yang ada di Desa Lero memiliki dampak negatif
seperti sampah plastik yang dibakar dapat membebaskan senyawa kimia dan
dioksin hal ini memiliki potensi untuk menyebabkan gangguan kesehatan,
dimana hal ini sesuai dengan penelitian Sumarno, 2011 yang mengatakan bahwa
“pembakaran sampah yang dilakukan oleh orang yang biasanya membakar
sampah sembarang saja akan menghasilkan karbonmonoksida (CO), dimana
asap karbon monoksida mampu membunuh orang. Sampah yang bercampur
plastik jika terbakar asapnya akan menghasilkan senyawa kimia Dioksin, yaitu
senyawa zat yang biasanya digunakan sebagai racun tumbuhan (herbisida)”.
Sedangkan cara yang kedua yang dilakukan dalam pemusnahan
sampah rumah tangga yaitu dengan cara menimbun dimana memiliki persentase
sebanyak 11% dimana dampak yang ditimbulkan dari menimbun sampah rumah
tangga yaitu sampah baik itu anorganik maupun organik tidak berada diruang
terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau dari sampah-sampah rumah
tangga. Dimana dampak negatif dari penimbunan sampah rumah tangga
mencemari lingkungan sekitar apabila sampah tersebut sudah tertimbun, jika
hidrogen sulfida yang berbau busuk akan mudah meledak dan dapat menjadikan
bibit penyakit seperti lalat, tikus dan lain-lainnya, sedangkan dampak positif dari
penimbunan sampah rumah tangga yaitu sampah tidak berserakan, tidak
menjadi sumber penyakit, dan kandungan air sampah bisa menjadi rendah.
Dan yang terakhir yaitu perempuan nelayan Desa Lero membuang
sampah rumah tangganya yang dihasilkan oleh aktivitas sehari-harinya begitu
saja dilaut, dimana cara pemusnahan sampah rumah tangga yang membuang
begitu saja dilaut memiliki persentase terbanyak yaitu sebanyak 51% atau hampir
semua responden menjadikan tempat pembuangan akhir sampah rumah
tangganya di laut. Hal ini disebabkan karena menurut responden membuang
sampah rumah tangga dilaut itu lebih mudah atau praktis.
61
C. Peran Perempuan Nelayan Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa perempuan nelayan
di Desa Lero telah berperan dalam mengelola sampah rumah tangganya, hal ini
ditunjukkan oleh perilaku perempuan nelayan yang menerapkan cara-cara lama
yaitu pengumpulan, pemisahan, pengangkutan dan pemusnahan sampah rumah
tangga, dimana kegiatan tersebut merupakan bentuk implementasi dari konsep
pengelolaan sampah 3 R (reduce, reuse dan recycle).
Dari analisis faktor pembentuk perilaku individu dapat diketahui bahwa
beberapa faktor eksternal yang meliputi aspek fisik, sosial dan budaya sangat
menentukan tingkat rendahnya peran perempuan nelayan dalam mengelola
sampah rumah tangga di Desa Lero.
Aspek fisik lingkungan dimana letak Desa Lero yang berlokasi di
wilayah pesisir, menyebabkan warga dengan mudah membuang sampah
sampah rumah tangga yang telah dikumpulkan di ruang-ruang terbuka seperti
diselokan yang terletak diwilayah pesisir bahkan dibibir pantai. Perempuan
nelayan di Desa Lero menganggap wilayah pesisir pantai sebagai tempat
pembuangan sampah yang mudah (praktis). Hal ini disebabkan karena
kurangnya sarana dan prasarana persampah baik itu yang bersifat individu
maupun bersifat komunal. Sarana dan prasarana persampahan.
Aspek sosial yang mempengaruhi rendahnya peran perempuan nelayan
dalam mengelola sampah rumah tangga yang berbasis prinsip 3R karena
rendahnya motivasi dan kurangnya sosialisasi tentang penanganan sampah
rumah tangga terhadap perempuan nelayan yang secara tepat karena mereka
memiliki bentuk perilaku yang cenderung sama yaitu hanya mengelola sampah
dengan menggunakan cara-cara lama yaitu kumpul-angkut-buang ke tempat
pembuangan akhir, sehingga menyebabkan tidak adanya kontrol sosial oleh
62
individu atau kelompok yang memberi tanggapan atas perilaku pengelolaan
sampah yang tidak tepat.
Aspek budaya membentuk rendahnya peran perempuan nelayan dalam
pengelolaan sampah yaitu perempuan nelayan memiliki pandangan terhadap
sampah sebagai material yang harus dibuang dan dimusnahkan masih melekat
disebagian perempuan nelayan Desa Lero. Ada beberapa perempuan nelayan
Desa Lero yang telah melakukan penampungan sampah atau pengelolaan
sampah yang menerapkan prinsip 3R sehingga sampah rumah tangga dapat
diminimalisir. Namun hal ini belum dapat memberikan pandangan kepada
perempuan nelayan Desa Lero yang lain untuk mengikuti langkah positif
tersebut. Hasil penelitian tersebut dapat dikatakan signifikan karena sejalan
dengan hasil kajian Lolita Susilowati Endang (2014) yang mengatakan bahwa
“aspek fisik lingkungan : bahwa masyarakat yang tinggal di daerah pesisir menyebabkan mudahnya mereka membuang sampah rumah tangga diruang terbuka, di kebun-kebun kelapa dan diselokan yang terletak di wilayah pesisir pantai, sedangkan untuk aspek sosial dimana masyakat pesisir cenderung memilki perilaku yang sama yaitu membuang sampah sembarangan, dan yang terakhir aspek budaya masyarakat pesisir memilki pandangan bahwa sampah adalah material yang harus dibuang dan dimusnahkan”.
Berikut ini persepsi peran perempuan nelayan dalam penanganan
sampah rumah tangga, perempuan nelayan yang ada di Desa Lero juga memiliki
persepsi yang berbeda-beda terhadap peran perempuan nelayan dalam
penanganan sampah rumah tangga. Penjelasan secara terperinci mengenai
persepsi perempuan nelayandalam penanganan sampah rumah tangga disajikan
dalam Tabel 16 yaitu :
63
Tabel 16. Peran Perempuan Nelayan Terhadap Penanganan Sampah Rumah Tangga
No Pernyataan Setuju
Cukup Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
N % N % N % N %
1 Sampah dikelola setiap hari
23 51 11 24 6 13 5 11
2 Sampah dipilah sebelum dibuang
7 16 2 4 7 16 29 64
3 penggunaan plastik dikurangi
27 60 10 22 3 7 5 11
4 pemindahan sampah rumah tangga ke TPS
2 4 4 9 36 80 3 7
Sumber : data primer diolah, 2017
Setiap hari rumah tangga menghasilkan sampah dari hasil kegiatannya
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik itu sampah organik maupun
anorganik. Pada tabel 16 diatas dapat dijelaskan bahwa perempuan nelayan
yang ada di Desa Lero menilai penanganan sampah tangga harus dilakukan
secara berkesinambungan, sehingga sebanyak 51% perempuan nelayan setuju
bahwa sampah rumah tangga yang telah dihasilkan dari aktivitas sehari-harinya
sebaiknya dikelola setia hari agar dapat meminimalisirkan volume sampah rumah
tangga. Sebanyak 16% perempuan nelayan setuju dengan sampah dipilah
sebelum dibuang sedangkan sebanyak 64% perempuan nelayan tidak setuju
dengan pernyataan ini (sampah dipilah sebelum dibuang) hal ini disebabkan
karena perempuan nelayan memiliki pandangan yang berbeda terhadap bahwa
sampah rumah tangga yang mereka hasilkan harus dipilah kemudian dibuang
ketempat pembuang akhir, hal ini sesuai dengan penuturan salah satu
responden yang ditemui saat penelitian.
“mareppa ko elo i pilei jolo roppo’ e tanna i kabbeang bawang ni’ langsung atau i tunu bawanni langsung”. (perempuan nelayan di Desa Lero menganggap bahwa sampah tersebut tidak perlu di pilah sebelum dibuang karena menurut mereka sampah tidak memilki nilai jual atau nilai ekonomi).
64
Dari penuturan responden diatas dapat dijelaskan bahwa sampah
rumah tangga yang telah dihasilkan dari kegiatan sehari-harinya langsung
dibuang saja tidak perlu melakukan pemilahan sampah karena menurut mereka
sampah pada umunya harus dibuang dan tidak memiliki nilai ekonomis.
Perempuan nelaya Desa Lero tidak melakukan pemilahan karena saran dan
prasarana seperti sampah yang memisahkan sampah organik maupun anorganik
tidak ada di Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.
Salah satu sampah yang paling sering dihasilkan oleh rumah tangga
adalah sampah plastik. Plastik merupakan sampah anorganik yang sulit terurai
secara alami, plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk hancur
dengan sendirinya maka dari itu pengurangan sampah plastik diperlukan agar
tidak terjadi penumpukan sampah plastik yang dapat mengakibatkan kerusakan
pada lingkungan. Pada tabel 16 diatas menjelaskan juga bahwa sebanyak 60%
perempuan nelayan di Desa Lero setuju dengan tanggapan mereka terhadap
pemakaian plastik sebaiknya dikuarangi karena palstik sulit terurai secara alami
seperti pada penjelasan diatas. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi jumlah sampah rumah tangga yang menumpuk adalah melakukan
penerapan pengelolaan sampah yang berbasis 3R (Reduce, Recycle, Reuse).
Sampah yang telah melalui proses pengolahan tersebut dapat
memberikan fungsi lain, selain dari fungsi awalnya sehingga dapat memberikan
kegunaan baru dari sampah tersebut. Sebanyak 38% perempuan nelayan Desa
kurang setuju dan memiliki tanggapan tersendiri terhadap pentingnya
pemindahan sampah ke tempat pembuangan sementara. Hal ini disebabkan
karena saran dan prasarana pemindahan sampah rumah tangga ketempat
pembuangan sampah sementara masih kurang sehingga membuat perempuan
65
nelayan Desa Lero membuang sampah rumah tangga sembarangan tempat
seperti lahan terbuka ataupun dilaut
Pengetahuan Responden tentang penanganan sampah rumah tangga
disini juga perlu diketahui untuk melihat dan mengukur pengetahuan perempuan
nelayan Desa Lero dalam mengelola sampah rumah tangganya. Pengetahuan
responden dalam penelitian ini diukur dengan memberikan 6 buah pertanyaan
mengenai pengelolaan sampah rumah tangga kepada responden. Dari hasil
jawaban keenam pertanyaan tersebut, diperoleh skor yang akan menentukan
kategori pengetahuan responden mengenai pengelolaan sampah rumah tangga.
Jenis pertanyaan dan hasil jawaban responden disajikan dalam tabel 17 dibawah
ini :
Tabel 17. Jenis Pertanyaan Pengetahuan Dan Hasil Jawaban Perempuan Nelayan Di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang
No Pertanyaan (Kuisioner) Jawaban Perempuan Nelayan
benar % salah % 1 pengertian sampah 31 69 14 31
2 pengertian prinsip 3R 19 42 26 58
3 Manfaat 3R 10 22 35 78
4 cara mengelola sampah 12 27 33 73
5 sampah organik 11 24 34 76 6 sampah anorganik 11 24 34 76
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017
Dari tabel 17 menjelaskan bahwa Sebanyak 69% responden telah
paham dengan pengertian sampah rumah tangga, namun pengertian fungsi 3R
sebanyak 58% responden belum mengetahui begitupun dengan manfaat dari 3R
sebanyak 78% responden yang belum mengetahui juga manfaat dari prinsip 3R
ini. Sebanyak 27% responden mengetahui cara pengelolaan menerapkan prinsip
3R, sedangkan 73% responden hanya mengetahui cara pengelolaan yang
menerapkan konsep lama. Kemudian hanya sebagai kecil responden
mengetahui dan bisa membedakan dari sampah organik maupun sampah
anorganik.
66
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perempuan nelayan di Desa
Lero, maka digolongkan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah, dimana
didapatkan dari hasil perhitungan data primer yang menggunakan kuisioner.
Adapun tabel perempuan nelayan berdasarkan tingkat pengetahuan menngenai
pengelolaan sampah rumah tangga :
Tabel 18. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
No Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
1 rendah (6-9) 38 84
2 tinggi (10-12) 7 16
Jumlah 45 100 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan
perempuan nelayan di Desa Lero sebanyak 84% perempuan yang memiliki
tingkat pengetahuan yang rendah dalam hal pengelolaan sampah yang
menerapkan prinsip 3R, sedangkan sebanyak 16% perempuan nelayan yang
sudah memiliki pengetahuan yang tinggi dalam pengelolaan sampah rumah
tangga yang berbasis prinsip 3R (reduce, reuse, recycle).
Semakin tinggi pengetahuan responden tentang penanganan sampah
rumah tangga maka volume sampah yang ada di Desa Lero dapat diminimalisir,
namun dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pengetahuan responden
masih rendah dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis
prinsip 3R (reduce, reuse, recycle). Perempuan nelayan di Desa Lero hanya
mengetahui cara pengelolaan sampah rumah tangga yang menggunakan cara-
cara lama (kumpul, pisah, dan angkut).
Sarana dan prasarana merupakan fasilitas yang dapat menunjang
proses pengelolaan sampah rumah tangga yang tersedia di lingkungan
masyarakat. Dalam penelitian ini sarana dan prasarana memiliki dua kategori
67
yaitu memadai dan tidak memadai. Pengukuran memadainya sarana dan
prasarana dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan yang
berhubungan dengan saran dan prasarana pengelolaan sampah di Desa Lero
Tabel 19. Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang
No Sarana Dan Prasarana Jumlah Persentase
1 tidak memadai 41 91
2 Memadai 4 9
Jumlah 45 100 Sumber : data primer setelah diolah, 2017
Tabel 20 menunjukkan bahwa sebanyak 91% perempuan nelayan di
Desa Lero, menganggap bahwa sarana dan prasarana pengelolaan sampah
yang ada dilingkungan Desa Lero tidak memadai. Sesuai dengan pengamatan di
lapangan, di Desa belum memiliki tong-tong sampah yang telah memisahkan
sampah organik dan anorganik, TPS, bank sampah dan jasa pengangkutan
sampah. Fasilitas pengelolaan sampah yang tidak memadai merupakan
kekurangan dari Desa itu karena fasilitas yang tidak tersedia di Desa Lero,
Kecamatan, Kabupaten Pinrang, masyarakat tidak dapat melakukan pengelolaan
sampah rumah tangga dengan mudah.
D. Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Perempuan Nelayan Terhadap
Persepsi Penanganan Sampah Rumah Tangga
Dalam penelitian ini menjelaskan tentang hubungan antara faktor
internal dan eksternal individu terhadap persepsi perempuan nelayan dalam
penanganan sampah rumah tangga. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Persepsi pada umumnya dipengaruhi oleh faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan dari luar individu atau lingkungannya. Sejalan
dengan teori diatas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor internal dan
eksternal individu memiliki hubungan dengan persepsi perempuan nelayan
terhadap penanganan sampah. Berdasarkan uji regresi sederhana diketahui
68
bahwa ternyata semua faktor internal individu, yaitu pendidikan, pengetahuan
dan pendapatan berhubungan nyata dengan persepsi perempuan nelayan
terhadap penanganan sampah rumah tangga.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai-nilai perhitungan variablel
bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) yaitu perilaku perempuan nelayan dalam
penanganan sampah rumah tangga sebagai berikut :
Tabel 20. Analisis Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.246 4.171 1.977 .055
Pendidikan .064 .129 .079 .498 .621
Pengetahuan .317 .288 .172 1.101 .278
Pendapatan -.485 .926 -.086 -.523 .604
Sarana dan Prasarana -.497 .412 -.195 -1.206 .235
a. Dependent Variable: Y
Sumber : data primer diolah, 2017
Berdasarkan tabel diatas, dapat dibuat persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut :
Y = 8.246+ 0,064X1 + 0,317X2 + -0,485X3 + -0,497X4
Nilai konstanta sebesar 7.652 satuan menunjukkan peningkatan persepsi
perempuan nelayan terhadap penanganan sampah rumah tangga variabel sosial,
pendidikan, pengetahuan, pendapatan, dan sarana dianggap konstan(Cateris
Paribus). Dimana hal ini berarti :
1. Koefisien regresi variabel pendidkan (X1) = 0, 064 ini menunjukkan bahwa
jika nilai pendidikan mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka nilai
persepsi perempuan nelayan tentang penanganan sampah rumah tangga
juga akan mengalami peningkatan0,064 persen dengan anggapan bahwa
69
variableyang lain konstan. Dimana semakin tinggi pendidikan responden
maka semakin tinggi pula persepsi perempuan nelayan tentang pengelolaan
sampah rumah tangga sehingga dapat mengurangi jumlah sampah rumah
tangga yang telah dihasilkan dari kegiatan sehari-hari bukan hanya dengan
menggunakan cara lama (kumpul-angkut-buang) tetapi dapat juga
menggunakan cara baru yaitu prisip 3R (Reduce, Reuse,Recycle)hal ini
dapat menciptakan kualitas lingkungan yang bagus.
2. Koefisien regresi variabel pengetahuan (X2) = 0,317 ini menunjukkan bahwa
jika nilai pengetahuan mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka nilai
persepsi perempuan nelayan tentang penanganan sampah rumah tangga
juga akan mengalami peningkatan 0,317 persen dengan anggapan bahwa
variableyang lain konstan. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi
pengetahuan responden tentang penanganan sampah rumah tangga yang
benar maka jumlah sampah rumah tangga yang dihasilkan dapat dikurangi
jumlahnya, hal ini juga dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga dari
hasil pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan.
3. Koefisien regresi variabel pendapatan (X3) = -0,485 ini menunjukkan bahwa
jika nilai pendapatan mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka nilai
persepsi perempuan nelayan tentang penanganan sampah rumah tangga
akan mengalami penurunan 0,485 persen dengan anggapan bahwa varibel
yang lain konstan. Hal ini disebabkan karena pendapatan perempuan
nelayan Desa Lero dibawah dari nilai UMK Makassar (Upah Minimum Kota),
sehingga tidak ada kontribusi yang dilakukan oleh perempuan nelayan dalam
kegiatan-kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga.
4. Koefisien regresi variabel sarana (X4) = - 0, 497 ini menunjukkan bahwa jika
nilai sarana dan prasaranan mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka
nilai persepsi perempuan nelayan tentang penanganan sampah rumah
70
tangga akan mengalami penurunan sebesar 0,497 persen dengan anggapan
bahwa variableyang lain konstan. Hal ini disebabkan karena kurangnya
sarana dan prasarana seperti sampah yang memisahkan sampah organik
dan anorganik, TPS, Bank sampah dan jasa pengangkutan.
Uji Parsial (Uji - t)
Uji T adalah uji yang digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata dari
varaibel independent yang digunakan dalam penelitian. Uji t dianalisa dengan
membandingkan nilai t hitung dengan tabel. Jika t hitung > t tabel dengan tingkat
signifikan (alpha) 5% sebesar 2.02 maka variabel bebas memiliki pengaruh
positif terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan SPSS diperoleh koefisie regerasi variabel beba sebagai berikut :
Tabel 21. Uji Parsial (Uji - t)
Variabel T hitung T tabel Sig Pendidikan 1.977 2,02 0.023 Pengetahuan .498 2,02 0.009
Pendapatan 1.101 2,02 0.858 Sarana dan prasarana -.523 2,02 0.040
Sumber : Data primer diolah 2017
Berdasarkan tabel 21 dapat dilihat bahwa variabel faktor pendidikan (X1),
pengetahuan (X2), pendapatan (X3), dan sarana dan prasarana (X4) memiliki nilai
thitung berturut-turut sebesar 1.977 (X1), 0.498 (X2), 1.101 (X3), dan -0.523 (X4)
lebih kecil dari t tabel yaitu t tabel 2.02 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap persepsi perempuan nelayan tentang penanganan sampah
rumah tangga.
71
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari persentase tentang pengertian sampah menurut responden sebanyak,
62% perempuan nelayan memiliki persepsi tentang sampah adalah sesuatu
yang tidak dipakai dan tidak disenangi dan harus dibuang pada umunya
berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan persentase
persepsi perempuan nelayan terhadap prinsip 3R yang efisien dalam hal
mengatasi masalah sampah rumah tangga sebanyak 73% perempuan
nelayan Desa Lero berpersepsi bahwa prinsip reuse atau menggunakan
kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah rumah tangga, hal
ini dapat dilihat bahwa perempuan nelayan Desa Lero cenderung membeli
atau menggunakan kembali barang yang dapat dipakai berkali-kali.
2. Berdasarkan hasil survei dapat diketahui bahwa perempuan nelayan di Desa
Lero sebagian telah berperan dalam mengelola sampah rumah tangganya.
Hal ini ditunjukkan oleh perilaku perempuan nelayan yang menerapkan
konsep lama yaitu kegiatan pengumpulan pemisahan, pemanfaatan dan
pemusnahan sampah rumah tangga, dimana kegiatan tersebut merupakan
bentuk implementasi dari konsep pengelolaan sampah 3 R (reduce, reuse
dan recycle).
3. Hasil regresi, diperoleh bahwa variabel pendidikan dan pengetahuan
terhadap persepsi perempuan nelayan tentang penanganan sampah rumah
tangga di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap persepsi perempuan nelayan, sedangkan
pendapatan dan saran prasarana mempunyai hubungan negatif sehingga
72
variabel sarana dan prasarana tidak berpengaruh terhadap persepsi
perempuan nelayan.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan
diatas, maka dapat disarankan sebagai berikut :
Secara umum penanganan sampah rumah tangga yang ada di Desa
Lero belum dapat dikatakan baik, karena masih sebatas menerapkan konsep
lama yaitu hanya kegiatan kumpul, angkut dan buang ke TPA namun hanya
sebagian dari perempuan nelayan yang ada di Desa Lero, Kecamatan Suppa,
Kabupaten Pinrang yang telah menerapakan prinsip 3R. Oleh karena itu perlu
peningkatan kualitas penanganan sampah rumah tangga masyarakat yang
sehat, lingkungan hidup yang lestari, serta mengubah sampah rumah tangga dari
masalah menjadi sumber daya yang berguna bagi perempuan nelayan maupun
masyarakat yang ada di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang dan
lingkungan dengan menekankan pada beberapa hal berikut :
1. Pemerintah Desa Lero, kecamatan suppa, kabupaten pinrang sebaiknya
melaksanakan sosialisasi kebersihan, dan penyuluhan tentang penerapan
prinsip 3R pada perempuan-perempuan maupun masyarakat di Desa Lero
sehingga dapat menciptakan kualitas pengelolaan sampah rumah tangga
yang dapat ditingkatkan. Dengan sosialisasi dan penyuluhan tentang
penerapan prinsip 3R ini diharapkan kesadaran perempuan nelayan di Desa
Lero dalam penanganan sampah rumah tangga dapat meningkat yang pada
akhirnya dapat membantu juga beban pemerintah dalam mewujudkan
lingkungan yang bersih di daerah pesisir.
2. Pemerintah juga sebaiknya memberikan pelatihan dan bimbingan kepada
perempuan nelayan dengan penerapan 3R yang baik dan benar, sehingga
perempuan-perempuan nelayan yang ada di Desa Lero Kecamatan Suppa,
73
Kabupaten Pinrang diharapkan membawa banyak dampak positif antara lain
mengurangi timbulan sampah selain itu juga perempuan nelayan dapat
memanfaatkan potensi nilai ekonomi sampah sehingga bisa membantu
perekonomian keluarga masyarakat pesisir.
3. Kepada perempuan-perempuan nelayan yang ada di Desa Lero, Kecamatan
Suppa, Kabupaten Pinrang hendaknya dapat meningkatkan peran dalam
penanganan sampah rumah tangga dan melaksanakan prinsip 3R dengan
baik agar dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan berkualitas.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Artiningsih Ni Komang, 2008. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampingan Dan Jomblang, Kota Semarang), Program Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.
Chatlya Angela, 2016 Pengelolaan Sampah Pantai Oleh Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Bandar Lampung (Studi Pada Pantai Sukaraja Kecamatan Bumi Waras). Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung
Ditaria, 2016. Analisis Gender Peran Kepemimpinan Perempuan Di Dinas
Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul Tahun 2016. Jurusan Ilmu Pemerintah, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dihatri Ria, 2013. Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga
TentangPengelolaan Sampah Rumah Tangga Yang Berusia20-60 Tahun Di Lingkungan V Kelurahan TegalSari Mandala Iii Kecamatan Medan Denai. Akademi Kebidanan Nusantara
Djuwita, Diana. 2015. Peran Perempuan Masyarakat Pesisir dalam
Meningkatkan Pendapatan Keluarga Nelayan di Desa Mertasinga. Program Studi Perbankan dan Syariah. Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam. IAIN Syekh Nurjati. Cirebon.
Fadillah Akhmad, 2015. Implementasi Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah (Studi Kasus Pada Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Samarinda). E-journal Ilmu Pemerintahan, 3 (2), 2015: 1083-1097 ISSN 0000-0000, ejournal.ip.fisip-unmul.org.
Usman Husain Dan Purnomo, 2008. Metodologi Penelitian Sosial, Penerbit PT
Bumi Aksara, Jakarta. Johannes Patanduk dan Hamiyanti A. Putuhen, 2013 Evaluasi transportasi
Sampah Kota Makassar, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin , Makassar
Kamal Fitrul, 2009. Penelitian Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
Ibu Rumah Tangga Tentang Pengelolaan Sampah Dengan Perilaku Pembuangan Sampah Pada Masyarakat Sekitar Sungai Beringin Di RW 07 Kelurahan Wonosari Kecamatan Ngaliyah Kota Semarang. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
75
KLH, 2008. Undang-undang Ri nomor 18 tahun 2008, tentang sampah pengelolaan sampah. Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Jakarta
Muchtar, T.W. 2007. Studi Kompratif Persepsi dan Minat Siswa SMP Tentang
SMK. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI. Bandung.
Mulyana Deddy, 2016. Persepsi, Inti Komunikasi, Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar. ROSDA. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya NKA Artiningsih. 2008. Peran Serta Masyarakat DalamPengelolaan Sampah
Rumah Tangga (Studi Kasus DiSampangan Dan Jomblang, Kota Semarang).Universitas Diponegoro Semarang
Raco, 2012. Metode Kualitatif, Jenis, Karakteristik, dan Keunggulan, PT Grasindo.
Rahman Adi, 2013. Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga (Studi Kasus Di Kelurahan Pasar Sarolangun). Ristandya, 2015. Teori Persepsi. Universitas Kristen Petra Slamet, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi. Jakarta. Remeka
Cipta. Susilowati, Lolita Endang, 2014. Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga Berbasis Program 4P Di Wilayah Pesisir Desa Labuhan Haji. Lombok Timur, Jurusan Budiaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Mataram. Jurnal Penelitian UNRAM, Februari 2014 Vol.18 No. 1 ISSN 0854 – 0098.
Sunaryo, 2013. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soemarno, 2011 Sampah Jangan Dibakar Banyak Mudhoratnya Bahan kajian MK Filsafat Lingkungan PDKLP PPSUB.
Sugiono, 2005, Metode Penelitian AdministrasiAlpabeta.Bandung Sudiardama Ade, 2011 Perilaku Perusakan Lingkungan Masyarakat Pesisir
Dalam PerspektifIslam (Studi Kasus Pada Nelayan dan Pedagang Ikan Di Kawasan Pantai Tambak, DesaTambakrejo, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar Jawa Timur).
76
Statistika Persampahan Indonesia, 2008 Kementrian Negara Lingkungan Hidup Indonesia (KNLH), statistika persampahan Domestik Indonesia
Sepdianti Ana Efita, 2006.Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah
(Kasus Masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Syamsul Bahri dan Fakhry Zam-Zam, 2014, Model Penelitian Kualitatif Berbasis
SEM-AMOS, Penerbit Deepublish CV. Pondi Utama. Silalahi Dk, 2010 Hubungan Kebersihan Perorangan dan Pemakaian alat
Pelindung diri dengan keseluruhan gangguan kulit pada prtugas pengelola sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Bali Serdang Medan, Universitas Sumatera.
Transatrisna Dwiyacita, 2014 Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Departement Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, ITB.
Trihadingrum Yulinah, 2008 Perkembangan Paradigma Pengelolaan SampahKota DalamRangka Pencapaian Millenium Development Goals. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November.
Triyanto Hendry Dede, 2009 Persepsi, Motivasi, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Lokal Terhadap Keberdaan Hutan (Kasus Di Kecamatan GN Kencana Kabupaten Lebak Propinsi Banten), Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Yulanda dkk 2013. Persepsi Perempuan Terhadap Lingkungan Hidup Dan Partisipasinya Dalam Pengelolaan Samapah Rumah Tangga (Kasus Sebuah Kampung Di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat), Departement Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Vol. 01, No. 02.
Yunus Hadi Sabari Dkk, 2011. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah Padat Perkotaan Di Kecamatan Dom Aleixo Kabupaten Dili-Timor Leste. Fakultas Geografi Universotas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Yoni Hermawan. 2005. Hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.Bumi Lestari Journal of Environment.
77
L A M P I R A N
78
LAMPIRAN 1 PETA LOKASI PENELITIAN
Foto peta lokasi penelitian
79
Lampiran 2 Dokumentasi Kegiatan
Kondisi Perairan Laut Desa Lero
Pantai Desa Lero yang dijadikan sebagai tempat pembuangan akhir sampah rumah tangga
80
Sampah yang diangkut ke pekarangan rumah
Pembakaran Sampah dipekarangan rumah
81
Pembuangan sampah rumah tangga dilahan terbuka
Foto alat pemotong plastik
82
Foto limbah plastik yang sudah dikumpul
foto limbah plastik sebelum diolah
83
Foto limbah plastik yang sudah diolah
Pembungkus makanan yang dijadikan sebagai tempat benih bunga (Reuse)
84
Keranjang belanja (Recycle)
Hasil kerajinan sampah plastik
85
Penanganan Sampah Rumah Tangga
Tempat Penampungan sampah
86
Pengolahan limbah makanan
Foto penimbangan sampah rumah tangga
87
Lampiran 03. Data Responden
No Nama Responden Kelurahan Jumlah tanggungan
1 Tola adolang 4
2 Sia adolang 3
3 Naisa adolang 4
4 nurjanna adolang 5
5 hasma adolang 3
6 Hj.sati adolang 7
7 Nurahayati adolang 6
8 Rahma adolang 5
9 mastura adolang 5
10 bahagia adolang 3
11 baeti adolang 3
12 safiah adolang 4
13 nisnaeni adolang 5
14 mardawiah adolang 3
15 safira adolang 4
16 nurdia butung 4
17 nani butung 3
18 hj.remba butung 7
19 ratna butung 3
20 rosita butung 3
21 rosma butung 4
22 nasita butung 5
23 Hj.erni butung 3
24 hadaria butung 3
25 nani butung 2
26 nurdia butung 3
88
27 Delima butung 4
28 Desi butung 3
29 Jumriani butung 3
30 Faisa butung 3
31 Sira Lero 6
32 Ati Lero 4
33 Satia Lero 5
34 Kasmawati Lero 7
35 Nurhana Lero 3
36 Hj.Arafah Lero 6
37 Wati Lero 4
38 Muliana Lero 5
39 Cahya Lero 2
40 Mariati Lero 3
41 Haisah Lero 5
42 Sitti Lero 6
43 Hamida Lero 6
44 Marwa Lero 3
45 Neni Lero 4
89
Lampiran 04. Data Mentah SPSS
Persepsi (Y)
Pendidikan (X1)
Pengetahuan(X2)
Pendapatan (X3)
sarana dan prasarana (X4)
12 16 8 2 9
6 9 9 1 8
6 6 8 1 9
8 6 8 1 9
7 6 9 2 6
8 6 7 1 7
5 12 8 1 8
6 6 9 2 7
6 15 7 2 8
8 6 10 2 7
4 12 7 1 8
6 9 7 1 7
4 12 8 1 9
8 12 7 1 7
7 6 8 1 8
5 9 8 1 7
8 6 8 1 8
4 6 9 1 9
12 9 8 1 8
7 6 8 1 7
8 12 10 2 7
9 6 8 1 7
5 9 8 2 7
4 6 10 2 8
9 6 8 1 8
8 12 7 1 7
5 9 10 1 10
8 6 8 1 7
6 6 9 1 8
11 9 11 1 8
4 6 7 1 9
6 12 8 1 7
12 6 10 1 7
7 6 11 1 8
8 6 7 1 8
5 9 8 1 10
4 6 9 1 7
9 9 8 1 7
5 6 7 1 7
4 12 11 1 8
9 9 10 1 8
89
8 6 7 1 9
7 6 8 2 7
6 6 9 1 8
11 9 11 1 8
Matriks Perbaikan Skripsi
“STUDI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN LAUT BERBASIS MASYARAKAT
DI DESA BONTOMARANNU KECAMATAN GALESONG SELATAN KABUPATEN TAKALAR”
Oleh : Titin Ariati (L24113017)
No Nama Perbaikan Hal Keterangan Tanda Tangan
1 Dr.Ir.Mardiana E. Fachry M.Si
Perbaikan tinjauan pustaka
Metode pengambilan sampel
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan dan saran
7
26
49
70
Sudah diperbaiki
2 Dr. Abd. Wahid S.Pi., M.Si Perbaikan tinjuan pustaka
Hasil dan pembahasan
7
49 Sudah ditambah
3 Dr. Andi Adri Arief S.Pi., M.Si
Metode pengambilan sampel
Penjelasan upacara/ritual
penghormatan laut
Perbaikan dan penjelasan
bentuk kearifan lokal
36
61
50
Sudah diperbaiki
4 Dr.Ir.Mardiana E. Fachry. M.Si Tahun rujukan literatur pada
tinjauan pustaka
-
36 Sudah diperbaiki
Metode pengambilan sampel
Perbaiki saran
Penjelasan dalam penentuan
waktu dan musim
88
50
5 Firman S.PI., M.Si
Keterangan foto dilampiran
Fokus pada satu alat tangkap
Penjelasan pada tahapan
paratisipasi
93
55
76
Mengetahui ketua program studi
Sosial ekonomi perikanan
Dr. Andi Adri Arief, S.Pi.,M.Si
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KUESIONER PENELITIAN
Terimakasih telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Tujuan utama
kami adalah untuk meneliti Persepsi Dan Peran Perempuan Nelayan Dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga di Desa Ujung Lero Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang.
Tanggal Survei :………………………. No. Kuesioner :
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Usia (Tahun) : Tahun
4. Pekerjaan :
5. Jumlah tanggungan :
6. Pendidikan terakhir :
7. Alamat :
a. Dusun :
b. Desa :
c. Kecamatan :
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
II. Daftar Pertanyaan
1. Menurut ibu Sampah rumah tangga adalah :
a. Sampah rumah tangga adalah sesuatu yang tidak dipakai dan tidak
disenangi dan harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan
yang dilakukan oleh manusia.
b. Sampah rumah tangga adalah sisa-sisa makanan
c. Sampah rumah tangga adalah kegiatan manusia sesuatu yang
berasal dari kegiatan manusia termasuk kotoran
d. Tidak tahu
2. Timbunan sampah yang dibiarkan dan tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan dampak yang buruk seperti berikut, kecuali....
a. sumber penyakit
b. Tidak tahu
c. Pencemaran lingkungan
d. Lingkungan asri
3. Yang dimaksuddenganpengelolaansampahdenganprinsip 3R adalah…
a. reuse, recycle, result (memakai kembali, daurulang, hasil)
b. reuse, restore, recycle (memakaikembali, menyimpan, daurulang)
c. reduce, reuse, recycle (mengurangi,memakaikembali, daurulang)
d. reduce, restore, result (mengurangi,menyimpan, hasil)
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
4. yang termasuk ke dalam kategori sampah organik adalah.....
a. daun-daunan, sisa makanan, sisa sayuran
b. kertas, sisa makanan, daun-daunan
c. tidak tahu
d. sisa cat, botol, kaleng
5. yang termasuk ke dalam kategori sampah anorganik adalah...
a. plastik bekas, botol plastik, pecahan kaca
b. air bekas cuci beras, bangkai hewan, serbuk kayu
c. kapas kotor, kulit buah, makanan basi
d. tidak tahu.
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Sarana dan Prasarana
No. Pertanyaan Benar
(2)
Salah
(1)
Ket.
8 Apakah di lingkungan tempat tinggal Anda tersedia
tong sampah yang memisahkan antara sampah
organik dan sampah anorganik?
9 Apakah jumlah tong sampah yang tersedia
dilingkungan tempat tinggal Anda sudah
mencukupi ?
10 Apakah di lingkungan tempat tinggal Anda terdapat
fasilitas untuk mengolah sampah rumah tangga
menjadi pupuk kompos ?
11 Apakah dilingkungan tempat tinggal Anda terdapat
jasa pengangkutan sampah rumah tangga secara
rutin?
12 Apakah dilingkungan tempat tinggal Anda terdapat
tempat pembuangan sampah terpadu ?
13 Apakah dilingkungan tempat tinggal Anda terdapat
lembaga/pengurus yang khusus bergerak dibidang
pengelolaan sampah rumah tangga?
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Peran Perempuan terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Petunjuk pengisian: Berilah tanda centang (✓) pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai.
S = Setuju
CS = Cukup Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
Peran Perempuan NelayanTerhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
No. Pernyataan S
(2)
CS
(1)
KS
(3)
TS
(4)
14 Sampah rumah tangga perlu dikelola setiap hari
15 Sampah rumah tangga yang dibiarkan menumpuk
dapat menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan
16 Sampah sebaiknya dipilah sebelum dibuang
ketempat sampah
17 Pemakaian plastic sebaiknya dikurangi karena
plastik sulit terurai secara alami
18 Sampah yang masih dapat dipakai sebaiknya
dimanfaatkan kembali
19 Pemindahan sampah ketempat pembuangan
sementara penting dilakukan agar tidak terjadi
penumpukan sampah rumah tangga
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Persepsi Perempuan Nelayan terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Petunjuk pengisian: Berilah tanda centang (✓) pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai.
S = Setuju
CS` = CukupSetuju
KS = KurangSetuju
TS = TidakSetuju
Persepsi Perempuan Nelayan Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
No. Pernyataan S
(2)
CS
(1)
KS
(3)
TS
(4)
20 Prinsip reduce efisien dalam mengatasi masalah
sampah
21 Prinsip reuse efisien dalam mengatasi masalah
sampah
22 Prinsip recycle efisien dalam mengatasi masalah
sampah