Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PERILAKU MUSLIM DALAM
BERSEDEKAH MELALUI LEMBAGA PERANTARA
(Studi di Perkumpulan Ruang Belajar Aqil)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ANALISIS PERILAKU MUSLIM DALAM
BERSEDEKAH MELALUI LEMBAGA PERANTARA
(Studi di Perkumpulan Ruang Belajar Aqil)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Ismi Salamatus Salbiyah
155020500111025
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
ANALISIS PERILAKU MUSLIM DALAM
BERSEDEKAH MELALUI LEMBAGA PERANTARA
(Studi di Perkumpulan Ruang Belajar Aqil)
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul:
ANALISIS PERILAKU MUSLIM DALAM BERSEDEKAH MELALUI
LEMBAGA PERANTARA
(Studi di Perkumpulan Ruang Belajar Aqil)
Yang disusun oleh:
Nama : Ismi Salamatus Salbiyah
NIM : 155020500111025
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 27 November 2019
Malang, 27 November 2019
Dosen Pembimbing,
Dra. Multifiah, SE., MS.
NIP195505271981032001
ANALISIS PERILAKU MUSLIM DALAM BERSEDEKAH MELALUI
LEMBAGA PERANTARA
(Studi di Perkumpulan Ruang Belajar Aqil) Ismi Salamatus Salbiyah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perilaku muslim dalam bersedekah melalui lembaga
perantara dengan menggunakan Teori Perilaku Terencana. Penelitian ini berfokus pada perilaku
seorang muslim dalam bersedekah dengan variabel sikap, norma perintah, norma deskriptif,
norma moral, perilaku masa lalu, dan kontrol perilaku sebagai variabel independen serta niat
sebagai variabel intervening. Analisis jalur digunakan sebagai metode analisis data dalam
penelitian ini dengan sampel sebanyak 105.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya norma
deskriptif yang tidak berdampak terhadap perilaku muslim dalam bersedekah melalui Ruang
Belajar Aqil.
Kata kunci: Perilaku, Sedekah, Norma, Teori Perilaku Terencana
A. PENDAHULUAN
Sedekah merupakan salah satu instrumen konsumsi dalam ekonomi Islam (Saripudin, 2016).
Sedekah adalah pemberian sukarela oleh seseorang kepada orang lain yang membutuhkan dengan
bertujuan pada mashlahah, yaitu kebaikan yang dirasakan seseorang bersama pihak lain dalam
bentuk berkah manfaat yang diterima di dunia dan di akhirat (Amir, 2016). Sedekah di Indonesia
lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan donasi atau sumbangan (Liana, 2009). Berdasarkan
survei yang dilakukan oleh PIRAC, pada tahun 2007, terdapat kenaikan jumlah sumbangan
individu oleh masyarakat Indonesia dari tahun 2000 dan 2004 (PIRAC, 2012). Kenaikan tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Kenaikan Jumlah Sumbangan Individu Masyarakat Indonesia
Sumber:PIRAC, 2012
Selain terjadi peningkatan jumlah sumbangan individu masyarakat Indonesia, berdasarkan
survei yang dilakukan oleh Charities Aid Foundation dalam World Giving Index 2018 masyarakat
Indonesia tercatat sebagai masyarakat dengan kedermawanan tertinggi di dunia. Hasil survei ini
memposisikan Indonesia di peringkat pertama dengan Australia di peringkat kedua dan New
Zeeland di peringkat ketiga.
Dalam Al-Quran tidak terdapat aturan yang jelas mengenai penyaluran sedekah. Menurut
Pujiyono (2006) sedekah dapat disalurkan secara langsung kepada penerima maupun melalui
386800
884985926750
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
900000
1000000
2000 2004 2007
Sumbangan Individu (Rp)
perantara, baik perantara bersifat perorangan maupun kelompok berbentuk lembaga. Sedekah yang
diberikan melalui perantara seperti lembaga akan dapat bermanfaat secara luas dan tepat sasaran
(Syafiq, 2018). Di Indonesia terdapat berbagai lembaga yang mengelola sedekah dari masyarakat,
seperti Badan Amil Zakat, Lembaga Amil Zakat, masjid, organisasi masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat dan sebagainya (BAZNAS, 2019; Bariyah, 2016). Lembaga-lembaga tersebut berperan
sebagai lembaga perantara sedekah masyarakat. Sedekah yang disalurkan melalui lembaga
perantara memiliki besaran yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan sedekah individu berupa uang
tunai yang dikelola oleh Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) pada tahun 2017 mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya, yakni dari Rp858.631.089.706 menjadi Rp1.651.254.048.632
(BAZNAS, 2018).
Ruang Belajar Aqil (RBA) adalah lembaga berbadan hukum perkumpulan yang mengelola
sedekah dari masyarakat (Laporan Tahun RBA, 2018). Berdasarkan Permen Nomor 6 Tahun
2014, perkumpulan adalah badan hukum yang merupakan kumpulan orang yangn didirikan untuk
mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan
dan tidak membagikan keuntungan kepada anggotanya.
Menurut Saragih (1995), perkumpulan memiliki beberapa sifat, antara lain: (1) Bersifat non-
profit; (2) Bersifat independen, bukan perpanjangan tangan pemerintah, organisasi politik maupun
bisnis dan sebagainya; (3) Meningkatkan keswadayaan masyarakat; dan (4) Berfokus pada
kepentingan masyarakat. Menurut Cheung dan Chan (2000), organisasi non-profit memainkan
peran penting dalam menyediakan layanan dan dukungan yang dibutuhkan bagi individu di
masyarakat. Namun, penyediaan layanan dan dukungan bergantung pada kedermawanan publik
untuk memberikan sumbangan uang dan sumbangan waktu (Lee & Chang, 2007).
Pada tahun 2018, terjadi peningkatan jumlah sedekah yang dikelola oleh RBA dan jumlah
donatur RBA yaitu dari Rp59.457.450 menjadi Rp144.493.500 dan dari 516 donatur menjadi
800 donatur. Peningkatan ini juga terjadi pada semester I tahun 2019, yaitu dari Rp94.876.850
menjadi Rp97.115.000 dan dari 198 donatur menjadi 507 donatur (Penelitian Pendahuluan, 19
Agustus 2019).
Berdasarkan uraian di atas, terdapat sebagian masyarakat yang memberikan sedekah melalui
lembaga perantara, salah satunya melalui perukumpulan yaitu RBA. Menurut Romle (2016),
seseorang melakukan sebuah perilaku didasarkan pada niat. Hal ini sesuai dengan teori perilaku
terencana oleh Ajzen (2005) yang menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Namun
seiring perkembangannya, teori ini telah dikembangkan oleh Smith (2007) bahwa perilaku
seseorang didasarkan pada niat yang dipengaruhi oleh sikap, norma perintah, norma deskriptif,
norma moral, perilaku masa lalu, dan kontrol perilaku.
Berdasar pada pengembangan teori perilaku terencana, hasil penelitian Smith (2007)
menunjukkan bahwa sikap, norma perintah, norma deskriptif, norma moral, perilaku masa lalu,
dan kontrol perilaku memengaruhi perilaku seseorang untuk bersedekah melalui lembaga. Berbeda
dengan penelitian Kasri (2019), sikap tidak memengaruhi perilaku muslim untuk bersedekah
melalui lembaga.
Oleh karena itu, pada penelitian ini, peneliti akan meneliti faktor-faktor yang memengaruhi
perilaku muslim untuk bersedekah melalui lembaga perantara yaitu RBA dengan menggunakan
variabel sikap, norma perintah, norma deskriptif, norma moral, perilaku masa lalu, dan kontrol
perilaku.
B. TINJUAN TEORI
A. Teori Perilaku Konsumen dan Pengeluaran Perilaku konsumen merupakan suatu proses yang dinamis ditunjukkan dalam bentuk perilaku
yang diperlihatkan oleh konsumen baik perorangan maupun kelompok dalam mencari,
mengevaluasi, membeli, menggunakan dan membuang suatu produk, jasa dan ide yang diharapkan
akanmemuaskan (Johan, 2011). Sedangkan menurut Engel, et al. (1995), perilaku konsumen
adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan
menghabiskan barang dan jasa.
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia (internal)
dan faktor-faktor yang ada di luar diri manusia (eksternal). Faktor internal yang utama adalah
faktor pribadi dan psikologis sedangkan faktor eksternal yang utama adalah faktor kebudayaan dan
sosial (Anoraga, 2004).
Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya (James, 1995). Pada umumnya kebutuhan pokok manusia terdiri
dari tiga macam yaitu: sandang, pangan dan papan. Konsumsi erat hubungannya dengan
pengeluaran. Pengeluaran konsumsi dapat menjadi sebagai salah satu indikator untuk menilai
tingkat kesejahteraan ekonomi individu atau rumah tangga (BPS, 2008).
Ernst Engel (1857) menjelaskan apabila selera tidak berbeda maka persentase pengeluaran
untuk makanan menurun dengan meningkatnya pendapatan (BPS, 2012). Rumah tangga yang
mengeluarkan proporsi lebih banyak untuk makanan biasanya merupakan rumah tangga yang
masih pada taraf tingkat subsisten. Sementara rumah tangga yang lebih banyak mengkonsumsi
untuk barang-barang mewah dan kebutuhan sekunder merupakan rumah tangga yang lebih
sejahtera (Mor & Sethia, 2010).
1) Teori Perilaku Terencana:Teori perilaku terencana merupakan teori yang digunakan untuk
melihat penyebab perilaku seseorang (Ajzen, 2005). Menurut Ajzen dalam Jogiyanto
(2007), Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan
pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA).
Ajzen dalam Jogiyanto (2007) mengembangkan teori ini dengan menambahkan konstruk
yang belum ada di TRA, yaitu kontrol perilaku (perceived behavioral control). Konstruk
ini ditambahkan di TPB untuk mengontrol perilaku individu yang dibatasi oleh
kekurangan dan keterbatasan dari kekurangan sumber daya yang digunakan untuk
berperilaku (Hsu dan Chiu, 2002).
Dalam pengembangannya, Teori Perilaku Terencana mengalami revisi pada variabel
independennya. Revisi yang diusulkan oleh Smith dan McSweeney yaitu sikap, norma
perintah, norma deskriptif, norma moral, perilaku masa lalu, dan kontrol perilaku (Linden,
2011). Seseorag yang bersedekah melalui perantara memliki motif atau alasan tertentu
yang mendasari perilakunya. Berdasarkan pengembangan Teori Perilaku Terencana,
perilaku bersedekah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni sikap, norma perintah,
norma deskriptif, norma moral, perilaku masa lalu, dan kontrol perilaku.
Sikap
Menurut Ajzen (2005) sikap adalah suatu disposisi untuk respon positif atau negatif terhadap
benda, orang, institusi atau peristiwa. Kemudian definisi sikap menurut Smith (2007) adalah
evaluasi dari target perilaku. Aaker, et.al (2001) mendefinisikan sikap sebagai bentuk dari
konstruk psikologis (psychological constructs). Sikap menunjukkan status mental seseorang yang
digunakan oleh individu untuk menyusun cara mereka mempersepsikan lingkungan mereka dan
memberi petunjuk cara meresponnya.
Sikap dapat didefinisikan sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan individu
merespon dengan cara yang menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten
berkaitan dengan suatu obyek (Engel et al., dalam Burhanudin, 2007). Komponen-komponen
yang terdapat dalam sikap menurut Ajzen (2005) adalah sebagai berikut:
1. Behavioral Beliefs adalah keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang
terhadap perilaku yang akan mendorong terbentuknya sikap.
2. Evaluation of Behavioral Belief merupakan evaluasi positif dan negatif
individu terhadap perilaku tertentu berdasarkan keyakinan yang dimilikinya.
Norma Perintah
Menurut Cialdini (2007), norma perintah merupakan tindakan langsung yang akan memperoleh
(persepsi seseorang tentang keyakinan orang lain untuk berperilaku yang sesuai) sanksi informal
berupa persetujuan atau ketidaksetujuan antar pribadi.
Norma perintah adalah norma-norma yang menandakan persepsi individu tentang tekanan sosial
dari anggota kelompok referensi untuk melakukan perilaku tertentu (Warburton dan Terry,
2000). Menurut Ajzen (dalam Smith, 2007) norma perintah adalah tekanan sosial yang dirasakan
dari orang lain yang dianggap penting untuk melakukan suatu perilaku. Indikator dari norma
perintah adanya motivation to comply, yaitu motivasi individu untuk memenuhi harapan
lingkungan atas perilaku yang akan dilakukan.
Norma Deskriptif
Norma deskriptif adalah persepsi orang mengenai hal sesungguhnya yang dilakukan orang lain
dalam situasi tertentu, terlepas dari sanksi sosial yang akan diterima berkaitan dengan perilaku
yang ditampilkan (Cialdini et al, 2007). Norma deskriptif mencerminkan persepsi individu
apakah orang lain dalam kelompok referensi melakukan perilaku (McMillan dan Conner, 2003).
Menurut Ajzen (dalam Smith, 2007) norma deskriptif adalah persepsi seseorang terhadap
penilaian lingkungan mengenai suatu perilaku.
Norma Moral
Menurut Parket et al. (1995), norma moral adalah pendorong utama dibalik pembentukan niat
menyumbang. Sedangkan menurut Schwartz (1977), norma moral dianggap sebagai penghubung
antara nilai-nilai umum yang diinternalisasi dan pendapat serta harapan yang lebih spesifik
tentang bagaimana berperilaku dalam situasi nyata. Burgoyne et al. (2005), menjelaskan bahwa
norma moral adalah perasaan kewajiban pribadi untuk menjadi pendorong penting pemberian
amal, dengan demikian menunjukkan bahwa pemberian amal adalah jenis perilaku dengan
komponen moral. Norma moral menganjurkan tanggung jawab pribadi untuk membantu orang
yang membutuhkan (Manstead, 2000).
Perilaku Masa Lalu
Perilaku masa lalu telah dianggap sebagai prediktor penting dan independen dari niat perilaku
untuk menyumbang (Smith, 2007; Oosterhof et al., 2009; dan Linden, 2011).Unsur perilaku masa
lalu telah diakui sebagai prediktor kuat niat perilaku (Bozionelos & Bennett, 1999). Para peneliti
ini percaya bahwa perilaku masa lalu adalah prediktor yang lebih kuat dari niat dibandingkan
dengan sikap yang memprediksi perilaku yang dapat diterima secara sosial (Lee, Piliavin, & Call,
1999). Perilaku individu sebagian besar dibentuk oleh pengalaman masa lalu yang berkaitan
dengan fenomena tertentu (Cheung & Chan, 2000).
Kontrol Perilaku
Ajzen (1991) menjelaskan kontrol perilaku mengacu pada persepsi individu terhadap kemudahan
atau kesulitan melakukan perilaku. Selanjutnya, Smith (2007) menjelaskan bahwa kontrol
perilaku merupakan kontrol atas tampilan perilaku untuk melakukan, atau berniat untuk
melakukan dan perilaku yang dianggap relatif mudah atau dalam kendali seseorang.Menurut
Tjahjono (2005), niat berperilaku seseorang akan dipengaruhi oleh kontrol keperilakuan. Kontrol
perilaku dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan penilaian seseorang mengenai sulit atau
tidaknya untuk melakukan perilaku tertentu (Azwar, 2003).
B. Perilaku Bersedekah Perilaku konsumen dalam Islam berdasar pada kebutuhan dan ditujukan pada mashlahah.
Pencapaian mashlahahmerupakan tujuan dari syariat Islam (maqashid syariah), yang tentu juga
harus menjadi tujuan kegiatan konsumsi (P3EI, 2014).Menurut Al-Haritsi (2006) prinsp dasar
konsumsi dalam ekonomi Islam yang harus dipahami oleh konsumen muslim adalah sebagai
berikut:
1. Prinsip syariah, yaitu menyangkut dasar syariat yang harus terpenuhi dalam melakukan
konsumsi di mana terdiri dari:
2. Prinsip akidah, yaitu hakikat konsusmsi adalah sebagai sarana untuk ketaatan/beribadah
sebagai perwujudan keyakinan manusia sebagai khalifah
3. Prinsip ilmu, yaitu seorang ketika akan mengkonsumsi harus tahu ilmu tentang barang yang
akan dikonsumsi dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya
4. Prinsip amaliah, sebagai konsekuensi akidah dan ilmu yang telah diketahui tentang
konsumsi Islami tersebut. Seseorang ketika sudah berakidah yang lurus dan berilmu, maka
dia akan mengkonsumsi hanya yang halal serta menjauhi yang haram atau syubhat.
5. Prinsip kuantitas, yaitu sesuai dengan batas-batas kuantitas yang telah dijelaskan dalam
syariat Islam.
6. Prinsip prioritas, terdiri dari kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.
7. Prinsip sosial, yaitu memperhatikan lingkungan sosial di sekitarnya sehingga tercipta
keharmonisan hidup dalam masyarakat.
8. Kaidah lingkungan, yaitu dalam mengkonsumsi tidak merusak lingkungan.
Perilaku konsumen dalam Islam juga memiliki konsep utilitas dan rasionalitas namun berbeda
dengan perilaku konsumen konvensional. Seorang konsumen dalam mengonsumsi barang/jasa
sehingga memperoleh kepuasan selalu menggunakan kerangka rasionalitas. Sehingga manusia
rasional adalah manusia yang berusaha mencapai kepuasan maksimum dalam kegiatan
konsumsinya (Syakhabyatin, 2016).
Perilaku konsumen muslim rasional mencapai maksimum dalam mengkonsumsi sejumlah
barang atau membelanjakan pendapatannya untuk amalan saleh sesuai perintah Allah. Amalan
saleh tersebut bisa berupa sedekah dan pengeluaran untuk saudaranya yang membutuhkan (Karim,
2014). Pengeluaran sedekah diyakini akan memperoleh pahala, imbalan, dan berkah yang lebih
besar dan akan memperoleh pahala dunia dan akhirat.
Sedekah secara bahasa berasal dari kata shadaqa, yashduqu, shadaqatan yang berarti
pembenaran. Secara istilah adalah mengeluarkan harta di jalan Allah sebagai pembenaran terhadap
ajaran-ajaran Allah (Hasbiyallah, 2017). Secara umum, sedekah diartikan sebagai pemberian dari
seorang muslim secara sukarela tanpa dibatasi waktu dan jumlah (haul dan nisbah) sebagai
kebaikan dengan mengharap ridho Allah (Firdausy, 2009).
Retnowati (2007) menjelaskan bahwa sedekah tidak kenal batasan, secara garis besar sedekah
tidak hanya berupa harta duiniawi, tetapi juga harta rohani.
a. Sedekah dengan harta duniawi berupa uang, pakaian, pangan, atau benda apapun yang
dilihat oleh mata dan milik pribadi. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 92:
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang
kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu
maka sungguh, Allah mengetahuinya (QS. Al-Imran: 92).
b. Sedekah harta rohani, yaitu sedekah yang berupa kebaikan dan memberikan pertolongan.
Selain itu, perilaku sedekah dapat disebut sebagai ibadah apabila terdapat niat ibadah dalam
perilaku bersedekah tersebut. Dalam Islam, niat dinilai sebagai aspek yang penting dikarenakan
segala sesuatu bergantung pada niat, sehingga suatu perilaku dapat dikatakan sebuah ibadah apabla
memiliki niat yang ikhlas untuk beribadah. Hal ini sesuai dengan hadis berikut:
Artinya: “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya.
Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang
hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk
Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia
atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada
yang ia tuju.” (HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907).
C. Sedekah Melalui Perantara Awang (2017) menjelaskan bahwa sedekah merupakan amalan dasar yang diatur dalam Islam.
Menurut Pujiyono (2006), sedekah dapat disalurkan secara langsung kepada penerima maupun
melalui perantara baik bersifat perorangan maupun kelompok berupa lembaga. Sedekah yang
diberikan melalui perantara seperti lembaga akan dapat bermanfaat secara luas dan tepat sasaran
(Syafiq, 2018).Lembaga adalah badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan
keilmuan atau melakukan suatu usaha (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). Lembaga juga
dapat diartikan sebagai aturan dalam sebuah kelompok sosial yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
sosial, politik dan ekonomi (Pratama, 2012).
Dalam pelaksanaannya, lembaga dapat mengumpulkan uang untuk menjalankan aktivitasnya
maupun sebagai perantara dalam menyalurkan sumber daya berupa materi. Lembaga Perantara
adalah intermediary yaitu lembaga yang menjadi perantara antara pihak kelebihan dana dan pihak
yang membutuhkan dana (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016).
Salah satu bentuk lembaga perantara di Indonesia adalah Perkumpulan. Berdasarkan UU No. 9
Tahun 1961 Perkumpulan adalah organisasi yang terkenal baik itu selain organisasi-organisasi
yang didirikan sesuai dengan peraturan yang berlaku, juga perkumpulan sosial/amal yang dibentuk
dengan cara- cara yang lazim serta oleh pemberi izin pengurusannya dianggap mempunyai nama
baik dan bonafid, misalnya Lembaga Sosial Desa, Panitia-panitia dan sebagainya. Perkumpulan
memiliki wewenang untuk mengumpulkan uang (UU No. 9 Tahun 1961). Hal ini juga dijelaskan
melalui akta pendirian sebuah perkumpulan pada pasal 5 Bab tentang Kekayaan bahwa
Perkumpulan diperbolehkan untuk menyalurkan sumbangan atau sedekah dari masyarakat
(Penelitian pendahuluan, 2019).
D. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas, maka
kerangka konsep dalam peneilitian adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka
Sumber: Peneliti, 2019.
E. Hipotesis H1: Sikap berpengaruh
H2: Norma Perintah berpengaruh
H3: Norma Deskrptif berpengaruh
H4: Norma Moral berpengaruh
H5: Perilaku Masa Lalu berpengaruh
H6: Kontrol Perilaku berpengaruh
H7: Kontrol Perilaku berpengaruh
H8: Niat berpengaruh
Model kerangka hipotesis di atas dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 3. Model Kerangka Hipotesis
Sumber: Peneliti, 2019
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Peneliti, 2019.
H1: Sikap berpengaruh positif terhadap niat muslim untuk bersedekah
H2: Norma Perintah berpengaruh positif terhadap niat muslim untuk bersedekah
H3: Norma Deskrptif berpengaruh positif terhadap niatmuslim untuk bersedekah
H4: Norma Moral berpengaruh positif terhadap niatmuslim untuk bersedekah
H5: Perilaku Masa Lalu berpengaruh positif terhadap niatmuslim untuk bersedekah
H6: Kontrol Perilaku berpengaruh positif terhadap niatmuslim untuk bersedekah
H7: Kontrol Perilaku berpengaruh positif terhadap perilaku muslim dalam bersedekah
H8: Niat berpengaruh positif terhadap perilaku muslim dalam bersedekah
Model kerangka hipotesis di atas dapat dilihat sebagai berikut:
Model Kerangka Hipotesis
: Peneliti, 2019
muslim untuk bersedekah
muslim untuk bersedekah
muslim untuk bersedekah
muslim untuk bersedekah
muslim untuk bersedekah
muslim dalam bersedekah
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deksriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis data merupakan
data primer yang didapatkan melalui penyebaran kuesioner dan sekunder yang didapatkan dari
studi dokumen berupa Laporan Tahun RBA, Company Profile RBA, dan Akta Pendirian
Perkumpulan RBA. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sikap, Norma Perintah,
Norma Deskriptif, Norma Moral, Perilaku Masa Lalu, dan Kontrol perilaku sebagai variabel
bebas, Niat sebagai variabel intervening, dan Perilaku sebagai variabel terikat. Penelitian ini
menggunakan purposive sampling dengan sampel adalah donatur RBA tahun 2018 hingga
semester I tahun 2019 berjumlah 80 responden. Metode analisis data yang dilakukan yaitu analisis
jalur (path analysis).
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Instrumen Menurut Sugiyono (2011) uji instrumen terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas.
Perhitungan validitas kuesioner didasarkan pada nilai r hitung dan r tabel. Apabila nilai r hitung >
r tabel maka kuesioner dinyatakan valid, dan sebaliknya.Sedangkan perhitungan reliabilitas
kuesioner didasarkan pada nilai Alpha Cronbach’s. Apabila nilai Alpha Cronbach’s > 0,6 maka
kuesioner dinyatakan reliabel, dan sebaliknya. Berdasarkan hasil uji statistika, kuesioner
dinyatakan valid dan reliabel dengan hasil uji instrumen sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Instrumen
Uji Hasil Keterangan
Validitas Nilai r hitung > r tabel Valid
Reliabilitas Nilai Alpha Cronbach’s > 0,6 Reliabel
Sumber: modifikasi hasil olah data dengan SPSS, 2019
B. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik yang dibutuhkan dalam analisis jalur adalah Uji Normalitas, Uji
Linieritas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji Multikolinieritas. Uji Normalitas digunakan untuk
melihat distribusi data dalam penelitian. Apabila titik-titik pada grafik Normal P-Plot mendekati
garis diagonal maka data terdistribusi normal, dan sebaliknya. Uji Linieritas digunakan untuk
keterkaitan antara dua variabel yang bersifat linier. Apabila nilai Sig. < 0,05 maka dua variabel
memiliki hubungan yang kuat dan linier. Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Pada data cross-section, data yang dibutuhkan harus bersifat homogen
atau tidak terjadi heterokedastisitas, yaitu apabila titik-titik pada grafik Satterplot tidak menyebar
dan membentuk pola tertentu. Sedangkan Uji Multikolineritas digunakan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Apabila nilai Tolerance >
0,1 dan nilai VIF > 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
Tabel 2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji Hasil Keterangan
Normalitas Titik-titik pada grafik Normal P-
Plot mendekati garis diagonal
Data terdistribusi normal
Liniearitas Nilai Sig. < 0,05 Terjadi di 5 variabel independen
Heteroskedastisitas Titik-titik pada Scatterplot tidak
membentuk pola tertentu
Tidak terjadi
Multikolinearitas Nilai Tolerance menunjukkan
nilai > 0,1 dan nilai VIF < 10
Tidak terjadi
Sumber: modifikasi hasil olah data dengan SPSS, 2019
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik di atas, data dalam penelitian ini dapat dinyatakan lolos
untuk diuji ke tahap selanjutnya.
C. Analisis Data 1) Analisis Deskriptif Data: Sebanyak 144 kuesioner yang telah disebarkan terdapat 105
responden yang mengisi. Keseluruhan respon tersebut dijadikan sampel dalam penelitian ini
sehingga total sampel sebanyak 105 responden. Dari 105 responden tersebut data deskriptif
yang didapatkan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.Rekapitulasi Data Deskriptif Responden
Usia Jenis Kelamin
18-30
31-40
41-60
75
4
26
L
P
50
55
Provinsi Domisili Jenis Pekerjaan
Jawa Timur
Jawa Tengah
Jawa Barat
DKI Jakarta
Lainnya
69
7
6
20
3
Mahasiswa
Pegawi Negeri
Pegawai Swasta
Wirausaha
Tidak/Belum Bekerja
Lainnya
43
21
18
12
5
6
Pendidikan Terakhir Pendapatan Per Bulan
SMA
S1
S2
S3
Lainnya
29
60
9
1
6
<Rp1.500.000
Rp1.500.000-Rp2.500.000
Rp2.500.000-Rp3.500.000
>Rp3.500.000
33
21
9
42
Sumber: modifikasi hasil olah data dari kuesioner, 2019
2) Analisis Jalur Struktur: Analisis Jalur Struktur dilakukan pada dua jalur struktur, yaitu
pertama dan kedua.
Jalur Struktur Pertama (X terhadap Y).
Hasil Uji Jalur Struktur dilihat berdasarkan hasil regresi dari persamaan struktur pertama.
Hasil Uji t dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Uji t pada Jalur Struktur Pertama
Variabel Koefisien T hitung Sig. Keterangan
(konstanta) -0,836
Sikap (X1) 0,178 2.929 0,004 Berpengaruh positif
Norma Perintah (X2) 0,168 2,843 0,005 Berpengaruh positif
Norma Deskriptif (X3) 0,038 0,676 0,500 Tidak berpengaruh
Norma Moral (X4) 0,232 3,537 0,001 Berpengaruh positif
Perilaku Masa Lalu (X5) 0,161 2,404 0,018 Berpengaruh positif
Kontrol Perilaku (X6) 0,391 5,949 0,000 Berpengaruh positif
T tabel: 1,98442; α = 0,05
Sumber: modifikasi hasil olah data dengan SPSS, 2019
Dalam penelitian ini didapatkan nilai F-tabel sebesar 2,31 dan F-hitung sebesar
47,111, sehingga F-tabel < F-hitung. Artinya variabel independen (X) secara simultan
berpengaruh positif terhadap variabel dependen (Y). Sedangkan untuk Uji Koefisien
Determinasi (R2) didapatkan nilai R
2 sebesar 0,743, artinya kemampuan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 74,3% dengan 25,7% lainnya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diamati.
Berdasarkan hasil uji t dan uji F di atas, maka estimasi model pada jalur struktur pertama
adalah:
Y = -0,836 + 0,178X1 + 0,168X2 + 0,038X3 + 0,232X4 + 0,161X5 + 0,391X6 + e1
Model keseluruhan jalur struktur dapat dlihat pada gambar berikut:
Gambar 4. Model Persamaan Jalus Struktur Pertama
Sumber: modifikasi hasil olah data dengan SPSS, 2019
Jalur Struktur 2 (X6 dan Y terhadap Z)
Hasil Uji Jalur Struktur dilihat berdasarkan hasil regresi dari persamaan struktur kedua.
Hasil Uji t dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Hasil Uji tpada Jalur Struktur Kedua
Variabel Koefisien T hitung Sig. Keterangan
(konstanta) 1,140 1,137
Kontrol Perilaku (X6) 0,281 4,418 0,000 Berpengaruh positif
Niat (Y) 0,655 10,304 0,000 Berpengaruh positif
T tabel: 1,98447; α = 0,05;
Sumber: modifikasi hasil olah data dengan SPSS, 2019
Dalam penelitian ini didapatkan nilai F-tabel sebesar 2,69 dan F-hitung sebesar 92,844
sehingga F-tabel<F-hitung. Artinya variabel independen (X6 dan Y) berpengaruh
terhadap variabel dependen (Z). Sedangkan untuk uji Koefisien Determinasi (R2)
didapatkan nilai R2
sebesar 0,645, artinya kemampuan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen sebesar 64,5% dengan 35,5% lainnya dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diamati.
Berdasarkan hasil uji t dan uji F di atas, maka estimasi model pada jalur struktur pertama
adalah:
Z = 1,140 + 0,281X6 + 0,655Y + e2
Model keseluruhan jalur struktur dapat dlihat pada gambar berikut:
Gambar 5. Model Persamaan Jalus Struktur Kedua
Sumber: modifikasi hasil olah data dengan SPSS, 2019
3) Pengaruh Total:
dilakukan penghitungan pengaruh total setiap variabel independen (X) yang berpengaruh
positif terhadap variabel dependen (Z). Berdasarkan hasil uji setiap jalur struktur,
diperoleh hasil b
Tabel 6. Pengaruh Total
Variabel
Sikap (X1)
Norma Perintah
(X2)
Norma Moral
(X4)
Perilaku Masa
Lalu (X5)
Kontrol Perilaku
(X6)
Niat (Y)
Sumber: modifikasi hasil olah data dengan SPSS,
Variabel intervening
independen terhadap variabel dependen apabila nilai koefisien variabel independen terhadap
variabel intervening (pyx) lebih besar daripada nilai koefisien variabel independen terhadap
variabel dependen (pzx).Berdasar pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa variabel niat efektif
menjadi penghubung antara variabel independen dengan variabel dependen kecual
variabel Norma Perintah (X2).
berikut:
Gambar 6. Model Pengaruh Total
Sumber: modifikasi hasil olah data dengan SPSS,
D. Pengujian HipotesisBerdasarkan penghitungan
persamaan jalur struktur.
Jalur Struktur Pertama
1) Variabel Sikap (X1)
(X1) berpengaruh positif terhadap niat (Y). Artinya,
2) Variabel Norma Perintah (X2)
0,05, sehingga Norma Perintah (X2) berpengaruh positif terhadap niat (Y). Artinya,
diterima.
3) Variabel Norma Deskriptif (X3)
0,05, sehingga Norma Deskriptif (X3) tidak berpengaruh positif terhadap niat (Y).
Artinya, H3 ditolak
4) Variabel Norma Moral (X4)
sehingga Norma Moral (X4) berpengaruh positif ter
: Setelah melakukan uji pada masing-masing jalur struktur, maka perlu
dilakukan penghitungan pengaruh total setiap variabel independen (X) yang berpengaruh
terhadap variabel dependen (Z). Berdasarkan hasil uji setiap jalur struktur,
diperoleh hasil berikut:
abel 6. Pengaruh Total
Pengaruh Tidak
Langsung (pyx x pzy)
Pengaruh
Langsung (pzx) Pengaruh Total
0,178x0,655 = 0,11659 -0,100 0,11659
0,168 x 0,655 =
0,11004 0,193
0,232 x 0,655 = 0,1516 0,168
0,161 x 0,655 =
0,105455 0,151
0,105455 + 0,151 =
0,391 x 0,655 =
0,256105 0,281
0,256105+ 0,172 =
0,655
si hasil olah data dengan SPSS, 2019
intervening (niat) dinilai berperan efektif dalam menguhubungkan variabel
independen terhadap variabel dependen apabila nilai koefisien variabel independen terhadap
(pyx) lebih besar daripada nilai koefisien variabel independen terhadap
variabel dependen (pzx).Berdasar pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa variabel niat efektif
menjadi penghubung antara variabel independen dengan variabel dependen kecual
variabel Norma Perintah (X2).Model keseluruhan jalur struktur dapat dlihat pada gambar
. Model Pengaruh Total
si hasil olah data dengan SPSS, 2019
Pengujian Hipotesis Berdasarkan penghitungan di atas, maka pengujian hipotesis dapat diurai masing
persamaan jalur struktur.
Jalur Struktur Pertama
Variabel Sikap (X1): Nilai Sig. variabel sikap sebesar 0,004 atau < 0,05, sehingga Sikap
(X1) berpengaruh positif terhadap niat (Y). Artinya, H1 diterima.
Variabel Norma Perintah (X2): Nilai Sig. variabel norma perintah sebesar 0,005 atau <
0,05, sehingga Norma Perintah (X2) berpengaruh positif terhadap niat (Y). Artinya,
Variabel Norma Deskriptif (X3): Nilai Sig. variabel norma deskriptif seb
0,05, sehingga Norma Deskriptif (X3) tidak berpengaruh positif terhadap niat (Y).
H3 ditolak.
Variabel Norma Moral (X4): Nilai Sig. variabel norma moral sebesar 0,001 atau < 0,05,
sehingga Norma Moral (X4) berpengaruh positif terhadap niat (Y). Artinya,
masing jalur struktur, maka perlu
dilakukan penghitungan pengaruh total setiap variabel independen (X) yang berpengaruh
terhadap variabel dependen (Z). Berdasarkan hasil uji setiap jalur struktur,
Pengaruh Total
0,11659 – 0,100 =
0,01659
0,11004 + 0,13 =
0,30304
0,1516+ 0,168 =
0,3196
0,105455 + 0,151 =
0,256455
0,256105+ 0,172 =
0,537105
0,655
(niat) dinilai berperan efektif dalam menguhubungkan variabel
independen terhadap variabel dependen apabila nilai koefisien variabel independen terhadap
(pyx) lebih besar daripada nilai koefisien variabel independen terhadap
variabel dependen (pzx).Berdasar pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa variabel niat efektif
menjadi penghubung antara variabel independen dengan variabel dependen kecuali pada
Model keseluruhan jalur struktur dapat dlihat pada gambar
pengujian hipotesis dapat diurai masing-masing
Nilai Sig. variabel sikap sebesar 0,004 atau < 0,05, sehingga Sikap
Nilai Sig. variabel norma perintah sebesar 0,005 atau <
0,05, sehingga Norma Perintah (X2) berpengaruh positif terhadap niat (Y). Artinya, H2
Nilai Sig. variabel norma deskriptif sebesar 0,500 atau >
0,05, sehingga Norma Deskriptif (X3) tidak berpengaruh positif terhadap niat (Y).
Nilai Sig. variabel norma moral sebesar 0,001 atau < 0,05,
hadap niat (Y). Artinya, H4 diterima.
5) Variabel Perilaku Masa Lalu (X5): Nilai Sig. variabel perilaku masa lalu sebesar 0,018
atau <0,05, sehingga Perilaku Masa Lalu (X5) berpengaruh positif terhadap niat (Y).
Artinya, H5 diterima.
6) Variabel Kontrol Perilaku (X6): Nilai Sig. variabel kontrol perilaku sebesar 0,000 atau
<0,05, sehingga Kontrol Perilaku (X6) berpengaruh positif terhadap niat (Y). Artinya, H6
diterima.
Jalur Struktur Kedua
1) Variabel Kontrol Perilaku (X6): Nilai Sig. variabel kontrol perilaku sebesar 0,009 atau <
0,05, sehingga Kontrol Perilaku (X6) berpengaruh signifikan secara langsung terhadap
Perilaku (Z). Artinya, H7 diterima.
2) Variabel Niat (Y): Nilai Sig. variabel niat sebesar 0,000 atau < 0,05, sehingga Niat (Y)
berpengaruh signifikan terhadap Perilaku (Z). Artinya, H8 diterima.
E. Pembahasan
Pengaruh Sikap Melalui Niat Terhadap Perilaku Bersedekah
Berdasarkan hasil pengujian analisis jalur dalam penelitian ini, diketahui bahwa sikap
berdampak terhadap niat. Artinya, niat yang muncul dari donatur RBA untuk bersedekah
dikarenakan donatur menyadari dampak sedekah dari diri sendiri, bukan dari orang lain.
Dampak tersebut berupa manfaat yang dirasakan oleh donatur RBA dari bersedekah. Hal ini
memengaruhi munculnya perilaku bersedekah.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Kashif (2015); Linden (2011); dan Smith (2007).
Kashif (2015) menunjukkan bahwa muslim di Indonesia telah memahami dampak dari sebuah
perilaku bersedekah berupa keuntungan bagi dirinya. Salah satu kesamaan responden dalam
penelitian Kashif (2015) dengan penelitian ini adalah muslim di Indonesia. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki keserupaan dengan responden
penelitian Kashif (2015). Namun hasil ini berbeda dengan Kasri (2019) yang menunjukkan
bahwa sikap tidak berpengaruh terhadap perilaku. Hal ini dikarenakan responden pada
penelitian Kasri (2019) cenderung hidup berkelompok sehingga kelompok itulah yang
memengaruhi sikap seseorang untuk bersedekah, bukan atas dasar kesadaran diri sendiri.
Selain itu hasil ini juga sesuai dengan Anoraga (2014) bahwa salah satu faktor yang
memengaruhi perilaku konsumen adalah faktor psikologis berupa sikap. Sikap yang dimaksud
adalah kecenderungan seseorang untuk berbuat selama waktu tertentu terhadap beberapa obyek
atau gagasan yang didasarkan pada evaluasi atas obyek perilaku (Anoraga, 2004). Donatur
RBA telah melakukan evaluasi atas perilaku bersedekah berupa penilaian dampak yang akan
didapatkan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, donatur menilai adanya manfaat yang
akan didapat apabila bersedekah, sehingga memunculkan niat dan berdampak pada perilaku
bersedekah yang dilakukan.
Berdasarkan hasil deskriptif, donatur didominasi berusia 18-30 tahun dengan pendidikan
terakhir S1. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dengan rentang usia 18-30 tahun
(pemuda) dan telah menempuh pendidikan hingga S1 dapat menentukan sikap terhadap suatu
perilaku, salah satunya terhadap perilaku bersedekah. Artinya, usia dan tingkat pendidikan
dapat berdampak terhadap perilaku seseorang, salah satunya perilaku bersedekah.
Pengaruh Norma Perintah Melalui Niat Terhadap Perilaku Bersedekah
Berdasarkan hasil pengujian analisis jalur dalam penelitian ini, diketahui bahwa norma
perintah berdampak terhadap niat. Artinya, donatur RBA bersedekah melalui RBA dikarenakan
adanya persepsi atas saran dari orang terdekat untuk bersedekah melalui RBA sebagai saran
yang baik untuk dilakukan. Niat ini menyebabkan adanya perilaku bersedekah.
Hasil ini sesuai dengan penelitan Kashif (2015); Linden (2011); dan Smith (2007) yang
menunjukkan bahwa saran dari orang terdekat atau yang berpengaruh dalam kehidupan dapat
memunculkan niat seseorang untuk berperilaku. Niat ini dapat menjadi dasar seseorang untuk
berperilaku. Hasil dari penelitian ini juga sesuai dengan perilaku konsumen yang dapat
dipengaruhi oleh peran orang terdekat dalam memberikan saran (Engel, 1995).
Selain itu hasil ini juga sesuai dengan Anoraga (2014) bahwa salah satu faktor yang
memengaruhi perilaku konsumen muslim adalah faktor sosial yang salah satunya adalah
peranan orang terdekat yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi perilaku
seseorang. Saran dari orang terdekat didapatkan oleh donatur RBA berupa bersedekah melalui
RBA. Hal ini juga mendukung dengan sistem diseminasi dukungan publik oleh RBA yang
tidak berupa pembuatan pengumuman dan disebarkan secara luas ke masyarakat. RBA
menerapkan sistem bercerita kepada masyarakat secara personal untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat dalam hal berbagi. Sehingga dimungkinkan pengelola maupun relawan
memiliki jejaring aktif dalam lingkaran pertama yang merupakan teman atau orang terdekat.
Cerita yang dibagikan dapat berupa saran yang berdampak pada niat dan perilaku donatur.
Berdasarkan hasil deskriptif, donatur didominasi berjenis kelamin perempuan dan berusia
18-30 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan berusia 18-30 tahun lebih memerhatikan
saran orang terdekatnya dalam melakukan suatu perilaku, salah satunya adalah perilaku
bersedekah. Artinya, usia dan jenis kelamin dapat berdampak terhadap perilaku seseorang,
salah satunya perilaku bersedekah
Pengaruh Norma Deskriptif Melalui Niat Terhadap Perilaku Bersedekah
Berdasarkan hasil pengujian analisis jalur dalam penelitian ini, diketahui bahwa norma
deskriptif tidak berdampak terhadap niat. Artinya, donatur RBA tidak mengetahui sejauh mana
orang lain dalam lingkungannya terlibat dalam bersedekah melalui RBA sehingga tidak
memunculkan niat bersedekah. Hal ini dimungkinkan karena RBA menerapkan sistem tanpa
nama (anonym) untuk setiap donaturnya. Sehingga antar donatur tidak mengetahui identitas
satu sama lain. Dari beberapa pernyataan donatur, adanya sistem anonim ini membuat mereka
merasa tenang karena identitas mereka tidak terungkap serta dapat menjaga kelurusan niat
bersedekah. Tidak adanya niat bersedekah karena ketidaktahuan donatur atas donatur yang lain
menyebabkan tidak adanya perilaku bersedekah oleh donatur.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Kashif (2015) dan Linden (2011) yang menunjukkan
bahwa seseorang mungkin tidak menyadari sejauh mana orang lain dalam lingkungannya
terlibat dalam perilaku, sehingga tidak memunculkan niat untuk berperilaku. Berdasar pada
hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa perilaku orang lain pada umumnya cenderung
menurunkan niat dan perilaku seseorang untuk bersedekah. Walaupun hal ini berbeda dengan
yang disampaikan Ajzen (2005) bahwa apabila banyak orang yang melakukan suatu perilaku,
maka perilaku tersebut dianggap merupakan perilaku yang benar sehingga memunculkan niat
seseorang untuk berperilaku. Pernyataan tersebut berbeda konteks dengan perilaku bersedekah
yang diteliti dalam penelitian ini, dikarenkan donatur lebih memilih sistem anonim untuk
menajaga kelurusan niatnya dalam bersedekah.
Selain itu hasil ini juga sesuai dengan Anoraga (2014) bahwa salah satu faktor yang
memengaruhi perilaku konsumen muslim adalah faktor sosial yang meliputi kelompok
referensi, keluarga, peranan, dan status sosial yang secara langsung maupun tidak langsung
memengaruhi sikap dan perilaku seseorang.
Berdasarkan hasil deskriptif, donatur berdomisili di berbagai provinsi dan didominasi di
Provinsi Jawa Timur. Hal ini dapat menunjukkan bahwa meskipun donatur berdomisili di
provinsi yang sama tidak menjadikan donatur mengetahui donatur lainnya. Sehingga hal
tersebut tidak berdampak terhadap niat dan perilaku donatur dalam bersedekah.
Pengaruh Norma Moral Melalui Niat Terhadap Perilaku Bersedekah
Berdasarkan hasil pengujian analisis jalur dalam penelitian ini, diketahui bahwa norma moral
berdampak terhadap niat. Artinya, donatur RBA berniat untuk bersedekah melalui RBA karena
telah memahami aturan bersedekah dan menilai bersedekah adalah hal yang benar untuk
dilakukan. Adanya niat tersebut berdampak terhadap perilaku bersedekah.
Hasil ini sesuai dengan Teori Perilaku Terencana bahwa norma moral menjadi salah satu
faktor yang memengaruhi perilaku individu melalui niat (Ajzen, 2005). Norma moral dinilai
sebagai landasan berperilaku seseorang dalam memahami kebenaran atau kesalahan suatu
perilaku (Ajzen, 2005). Hal ini juga sesuai dengan penelitian Kashif (2015) dan Linden (2011)
yang menjelaskan bahwa norma moral sebagai faktor internal pada seseorang dalam
memahami kebenaran atas perilakunya.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan salah satu prinsip dasar ekonomi Islam, yaitu
prinsip ilmu. Artinya, seorang harus tahu ilmu tentang perilaku konsumsi yang akan dilakukan
dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya (Al-Haritsi, 2006). Dalam hal ini donatur
memahami bahwa sedekah merupakan salah satu sarana beribadah kepada Allah SWT.
Selain itu hasil ini juga sesuai dengan perilaku konsumen muslim. Konsumen muslim
akan memberikan sebagian hartanya untuk kebutuhan sosial seperti sedekah sesuai anjuran
Islam. Hal ini dikarenakan terdapat hak orang lain pada rezeki yang dimilikinya (Muflih,
2006). Selain itu konsumen muslim akan berperilaku berdasar pada kebutuhan dan ditujukan
pada mashlahah (P3EI, 2014) serta sebagai sarana untuk ketaatan/beribadah kepada Allah
SWT (Al-Haritsi, 2006).
Berdasarkan hasil deskriptif, donatur didominasi berusia 18-30 tahun dan berpendidikan
terakhir adalah S1. Hal ini dapat menunjukkan bahwa masyarakat dengan rentang usia 18-30
tahun dan telah menempuh pendidikan S1 memahami aturan moral suatu perilaku, salah
satunya perilaku bersedekah. Selain itu sebagian besar donatur memiliki rerata pendapatan per
bulan >3.500.000 dan <Rp1.500.000. Perbedaan rerata pendapatan per bulan ini juga
menunjukkan bahwa pendapatan tidak menjadi faktor penting yang berdampak pada perilaku
bersedekah donatur, karena dengan pendapatan rendah maupun tinggi donatur tetap
bersedekah.
Pengaruh Perilaku Masa Lalu Melalui Niat Terhadap Perilaku Bersedekah
Berdasarkan hasil pengujian analisis jalur dalam penelitian ini, diketahui bahwa perilaku
masa lalu berdampak terhadap niat. Artinya, donatur RBA pernah bersedekah sebelumnya,
baik secara langsung, melalui perantara yang lain, atau melalui RBA. Pengalaman tersebut
dimaknai sebagai pengalaman yang baik sehingga donatur RBA memilki niat untuk
bersedekah. Niat ini berdampak terhadap perilaku bersedekah oleh donatur RBA.
Hasil ini sesuai dengan Teori Perilaku Terencana bahwa perilaku masa lalu merupakan
faktor yang memengaruhi perilaku seseorang di masa depan melalui niat (Ajzen, 2005). Selain
itu hasil ini juga sesuai dengan penelitian Kashif (2015); Kashif (2015); Kasri (2019); Linden
(2011); dan Smith (2007) yang menunjukkan bahwa seseorang yang bersedekah adalah mereka
yang pernah bersedekah di masa lalu dan menganggap pengalaman dari perilaku tersebut
merupakan pengalaman yang baik. Hasil ini juga sesuai dengan Gaspers (1999) bahwa salah
satu faktor yang memengaruhi perilaku konsumen adalah adanya pengalaman.
Pengalaman ini diketahui melalui respon dari beberapa donatur saat bersedekah melalui
RBA, yaitu pernah bersedekah sebelumnya. Beberapa donatur merupakan donatur tidak tetap
RBA yang pernah bersedekah melalui RBA sebelumnya dan mendapat pengalaman yang baik
saat bersedekah. Hal itulah yang membuat donatur memilki niat dan memutuskan untuk
bersedekah kembali melalui RBA.
Berdasarkan hasil deskriptif, donatur cenderung didominasi oleh masyarakat berjenis
kelamin perempuan, mahasiswa, serta rentang usia adalah 18-30 tahun. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa mahasiswa dan masyarakat perempuan di usia 18-30 tahun cenderung
sering bersedekah. Artinya, jenis kelamin, pekerjaan, dan usia dapat berdampak terhadap
perilaku seseorang, salah satunya perilaku bersedekah.
Pengaruh Kontrol Perilaku Terhadap Perilaku Bersedekah Melalui Niat
Berdasarkan hasil pengujian analisis jalur dalam penelitian ini, diketahui bahwa kontrol
perilaku berdampak terhadap niat. Artinya, donatur RBA berniat untuk bersedekah karena
menilai adanya kemudahan bersedekah melalui RBA. Kemudahan tersebut terdiri dari
kesempatan dan kemampuan, layanan penerimaan dan pengelolaan sedekah, serta laporan
pertanggungjawaban pengelolaan sedekah. Niat ini berdampak terhadap perilaku bersedekah
oleh donatur RBA.
Hasil ini sesuai dengan Teori Perilaku Terencana bahwa kontrol perilaku menjadi faktor
yang memengaruhi niat dan perilaku (Ajzen, 2005). Selain itu hasil ini juga sesuai dengan
penelitian Kashif (2015); Kasri (2019); Linden (2011); dan Smith (2007) yang menunjukkan
bahwa adanya kontrol perilaku berupa persepsi atas kemudahan melakukan suatu perilaku
dapat berdampak terhadap perilaku seseorang untuk bersedekah melalui niat.
Kemudahan yang dirasakan oleh donatur didapatkan melalui layanan yang diberikan oleh
RBA. Kemampuan dan kesempatan serta layanan penerimaan dan pengelolaan sedekah
dirasakan oleh donatur dari cerita yang disampaikan oleh relawan RBA sehingga donatur
mengetahui bahwa RBA menerima dan mengelola sedekah dari masyarakat. Adanya
pengetahuan tentang itu menjadikan donatur memiliki kesempatan untuk bersedekah.
Berdasarkan hasil deskriptif, donatur didominasi oleh mahasiswa dan berusia 18-30 tahun.
Hal ini dapat menunjukkan bahwa masyarakat di usia muda atau mahasiswa berniat untuk
bersedekah apabila terdapat kemudahan dalam melakukannya.
Pengaruh Kontrol Perilaku Terhadap Perilaku Bersedekah
Berdasarkan hasil pengujian analisis jalur dalam penelitian ini, diperoleh hasil bahwa
kontrol perilaku berdampak terhadap perilaku bersedekah tanpa melalui niat. Artinya, donatur
RBA bersedekah karena menilai adanya kemudahan bersedekah melalui RBA, berupa adanya
kesempatan dan kemampuan, layanan penerimaan dan pengelolaan sedekah, serta laporan
pertanggungjawaban pengelolaan sedekah.
Hasil ini sesuai dengan Teori Perilaku Terencana bahwa kontrol perilaku menjadi faktor
yang dapat memengaruhi perilaku secara langsung tanpa melalui niat(Ajzen, 2005). Selain itu
hasil ini juga sesuai dengan penelitian Kashif (2015); Kasri (2019); Linden (2011); dan Smith
(2007) yang menunjukkan bahwa adanya kontrol perilaku berupa persepsi atas kemudahan
melakukan suatu perilaku dapat memengaruhi perilaku seseorang untuk bersedekah.
Berdasarkan Teori Perilaku Terencana, semakin tingginya persepsi atas kemudahan dan
kesempatan, seseorang akan melakukan suatu perilaku walaupun tidak memiliki niat untuk
berperilaku (Ajzen, 2005). Artinya, donatur telah memahami kemudahan bersedekah melalui
RBA sehingga memilih untuk bersedekah walaupun tidak memiliki niat sebelumnya untuk
bersedekah.
Berdasarkan hasil deskriptif, donatur didominasi oleh mahasiswa dan berusia 18-30 tahun.
Hal ini dapat menunjukkan bahwa masyarakat di usia muda atau mahasiswa akan bersedekah
apabila terdapat kemudahan dalam melakukannya, meskipun tidak terdapat niat sebelumnya.
Pengaruh Niat Terhadap Perilaku Bersedekah
Berdasarkan hasil pengujian analisis jalur dalam penelitian ini, diperoleh hasil bahwa niat
berdampak terhadap perilaku bersedekah. Artinya, donatur RBA untuk bersedekah melalui
RBA disebabkan oleh adanya niat untuk bersedekah.
Hasil ini sesuai dengan Teori Perilaku Terencana bahwa niat menjadi faktor penghubung
yang dapat memengaruhi perilaku (Ajzen, 2005). Selain itu hasil ini juga sesuai dengan
penelitian Kashif (2015); Kasri (2019); Linden (2011); dan Smith (2007) yang menunjukkan
bahwa adanya niat menyebabkan munculnya perilaku seseorang untuk bersedekah. Hal ini
memperkuat salah satu hadis mengenai niat, bahwa segala sesuatu bergantung pada niat (HR.
Muslim).
E. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, kesimpulan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sikap, norma perintah, norma moral, perilaku masa lalu, dan kontrol perilaku melalui niat
berdampak terhadap perilaku muslim untuk bersedekah melalui Ruang Belajar Aqil
(RBA). Sedangkan, norma deskriptif tidak berdampak terhadap perilaku muslim untuk
bersedekah melalui RBA. Hal ini dikarenakan RBA menerapkan sistem anonim untuk
setiap donatur, sehingga antar donatur tidak mengetahui identitas satu sama lain, meskipun
berdomisili di provinsi yang sama.
2. Sikap berdampak terhadap perilaku muslim untuk bersedekah melalui RBA. Hal ini
dikarenakan donatur RBA yang didominasi oleh mahasiswa dengan pendidikan terakhir
S1 dan berusia 18-30 tahun telah memahami manfaat sedekah dari diri sendiri, bukan dari
orang lain.
3. Norma Perintah berdampak terhadap perilaku muslim untuk bersedekah melalui RBA. Hal
ini dikarenakan donatur yang didominasi berenis kelamin perempuan dan berusia 18-30
tahun cenderung mengikuti saran dari orang terdekat untuk bersedekah melalui RBA.
4. Norma Moral berdampak terhadap perilaku muslim untuk bersedekah melalui RBA. Hal
ini dikarenakan donatur telah memahami aturan sedekah dalam Islam, yaitu sebagai salah
satu sarana beribadah kepada Allah SWT dan tidak bergantung pada besaran pendapatan.
Hal tersebut didukung dengan pendapatan per bulan donatur didominasi oleh pendapatan
rendah (<R1.500.000) dan tinggi (>Rp3.500.000).
5. Perilaku Masa Lalu berdampak terhadap perilaku muslim untuk bersedekah melalui RBA.
Hal ini dikarenakan donatur yang didominasi berjenis kelamin perempuan dan berusia 18-
30 tahun memiliki pengalaman yang baik dalam bersedekah, baik secara langsung, melalui
perantara yang lain, maupun melalui RBA.
6. Kontrol Perilaku berdampak terhadap perilaku muslim untuk bersedekah melalui RBA.
Hal ini dikarenakan donatur yang didominasi oleh mahasiswa dan berusia 18-30 tahun
menilai adanya kemudahan untuk bersedekah melalui RBA berupa adanya kemampuan
dan laporan pertanggungjawaban pengelolaan sedekah dari RBA
B. Saran Saran yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian berikutnya mengenai perilaku bersedekah dapat menambahkan variabel lain
seperti usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan serta data yang diambil merupakan data time
series agar dapat mengetahui persepsi responden pada waktu yang berbeda.
2. Lembaga perantara penyaluran sedekah perlu meningkatkan strategi pemasaran kepada
masyarakat muda usia 18-30 tahun, mahasiwa, dan berjenis kelamin perempuan untuk
meningkatkan potensi peningkatan donatur.
UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga artikel
jurnal ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen
Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA Aaker, A. David. 2001. Marketing research. New York: John Willey & Sons Ltd.
Ajzen, I. 1991. Theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision
Processes, 50, 179–211.
Ajzen, Icek. 2005. Attitude, Personality and Behavior. England: Open UniversityPress.
Al-Quran dan Hadis.
Al-Haritsi, Jaribah bin Ahmad. 2006. Al-Fiqh AI-Iqtishadi Li Amiril mukminin Umar Ibn Al-
Khaththab, diterjemahkan oleh Asmuni Solihan Zamalchsyari: Fikih Ekonomi Umar bin
AI-Kathab, Jakarta: Khalifa
Amir, Amri. 2016. Pola dan Prilaku Konsumsi Masyarakat Muslim di Provinsi Jambi (Telaah
Berdasarkan Tingkat Pendapatan dan Keimanan). Jurnal Perspektif Pembiayaan dan
Pembangunan Daerah, Vol.4, (No.2).
Anoraga, Panji, 2004. Psikologi Kepemimpinan. Semarang: Rineka Cipta. CV Mandar Maju
Bandung .
Awang, Salwa Amirah. 2017. The Concept of Charity in Islam: An Analysis on The Verses of
Quran and Hadith. Journal of Usuluddin 45 (1) 2017: 141-172.
Azwar, Saifudin. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistika. 2010. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama. Diakses pada 20 Mei 2019
Bariyah, N. Oneng Nurul. 2016. Dinamika Aspek Hukum Zakat dan Wakaf di Indonesia. Ahkam:
Vol. XVI, No. 2, Juli 2016.
Burgoyne, C.B., Young, B. and Walker, C.M. 2005. Deciding to give to charity: a focus group
study in the context of the household economy. Journal of Community and Applied Social
Psychology, Vol.15, (No.5) : 383-405.
Burhanudin, 2007. Theory of Planned Behavior: Aplikasi Pada Niat Konsumen Untuk
Berlangganan Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Di Desa Donotirto, Kecamatan
Kretek, Kabupaten Bantul. Universitas Janabadra Yogyakarta.
Cialdini, R. B. 2007. Descriptive Social Norms as Underappreciated Sources of Social Control.
Psychometrika, Vol.72, (No.2) : 263–268.
Djali, 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Firdausy, Irfan el. 2009. Dahsyatnya Sedekah Meraih Berkah dari Sedekah. Yogyakarta:
Cemerlang Publishing.
Hasbiyallah, 2017. Fiqh dan Ushul Fiqh. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor:
Ghalia Indonesia..
Hsu, M.H. And Chiu, C.M. 2002. Predicting Electronic Service Continuance with a Decomposed
Theory of Planned Behavior. Behavior & Information Technology.
James, F. Engel. 1995. Perilaku Konsumen. Jakarta: Bina Askara.
Jogiyanto. 2007. Sistem Teknologi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016.
Karim, Adiwarman. 2015. Ekonomi Mikro Islami, Edisi Kelima, Jakarta: Rajawali Pers.
Kashif, M., & De Run, E. C. 2015. Money Donations Intentions Among Muslim Donors: An
Extended Theory of Planned Behavior Model. International Journal of Nonprofit and
Voluntary Sector Marketing, 20(1) : 84–96.
Kashif, M., Sarifuddin, S., & Hassan, A. 2015. Charity Donation: Intentions and Behavior.
Marketing Intelligence & Planning, 33(1) : 90–102.
Kasri, Rahmatina Alawiyah. 2013. Giving Behaviors in Indonesia: Motives and Marketing
Implications for Islamic Charites. Vol.4, (No.3) : 306 – 324.
Knowles, Simon R. 2012. Predictors of Young People’s Charitable Intentions to Donate Money:
An Extended Theory of Planned Behavior Perspective.
Laporan Tahunan Ruang Belajar Aqil, 2018.
Lee, Y., & Chang, C. 2007. Who gives what to charity? Characteristics affecting donation
behavior. Social Behavior and Personality. Vol. 35.
Liana, l. 2009. Arisan Smart sebagai Media menyumbang, Menabung dan Berinvestasi. Diambil
kembali dari eprint.unisbank.ac.id/1887/1/lili2.pdf.
Linden, Sander van der. 2011. Charitable Intent: A Moral or Construct? A Revised Theory of
Planned Behavior Model.Psychol (2011) 30 : 355–374.
Linge, Abdiansyah. 2015. Filantropi Islam Sebagai Instrumen Keadilan Ekonomi. Jurnal
Perspektif Ekonomi Darussalam. Vol.1, (No.2).
Low, John. 2018. Charities Aid Foundation, diakses pada 10 Februari 2019.
Manstead, A. S. R. 2000. The role of moral norm in the attitude–behavior relation. In D. J. Terry
& M. A. Hogg (Eds.), Attitudes, behavior, and social context (pp. 11–30). Mahwah:
Lawrence Erlbaum.
McLeod, R. and Mitlin, D. 1993. The search for sustainable funding sistems for community
initiatives. Environment and Urbanization S.
Mittelman, Robert. 2018. Why Canadians Give to Charity: An Extended Theory of Planned
Behaviour Model. Int Rev Public Nonprofit Mark. (No.15) :189–204.
Oosterhof, L., Heuvelman, A., & Peters, O. 2009. Donation to disaster relief campaigns:
Underlying social cognitive factors exposed. Evaluation and Program Planning. Vol.32,
(No.2), 148–157.
P3EI Universitas Islam Indonesia. 2014.EkonomiIslam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Parker, D., Manstead, A. S. R., & Stradling, S. G. 1995. Extending the theory of planned behavior:
The role of personal norm. British Journal of Social Psychology. Vol.34, 127–137.
Pujiyono, Arif. 2006. Teori Konsumsi Islami. Jurnal Dinamika Pembangunan. Vol. 3, (No. 2) :
196 – 207.
Schwartz, S.H. 1977. Normative influences on altruism. Advances in Experimental Social
Psychology. Vol. 10.
Smith, J., & McSweeney, A. 2007. Charitable Giving: The Effectiveness of a Revised Theory of
Planned Behaviour Model in Predicting Donating Intentions and Behavior. Journal of
Community and Applied Social Psychology. Vol. 17, (No. 5) : 363–386.
USCIRF 2017. Annual Report. https://www.uscirf.gov/reports-briefs/annual-report-chapters-and-
summaries/indonesia-chapter-2018-annual-report, diakses pada 15 Januari 2019.