Upload
hoangdat
View
222
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS SISTEM
PENGENDALIAN INTERN MASJID DITINJAU DARI
UKURAN MASJID DAN TIPE ORGANISASI ISLAM
PENGELOLA MASJID( Studi Kasus pada Masjid di kota Semarang )
CIPTANING ANDRIANI
ANIS CHARIRI, SE, M.Com., Ph.D. Akt.
Fakultas Ekonomi UNDIP
ABSTRACT
This study aims to examine differences in the quality of internal controlsystems of the mosque in terms of the size mosques and Islamic organizationsmanaging the type of mosques in the city of Semarang. Quality evaluation ofinternal control system in this study include general internal control, cashreceipts, cash disbursements and reconciliation practices. The size of the mosqueconsists of small and large mosques, whereas the type of Islamic organizationsmanaging of the mosque consists of NU and Muhammadiyah.
The sample in this study were 91 respondents. Sampling using simplerandom sampling method. The questionnaire used to obtain data. Analysisinstrument to process data in this study using SPSS. Tests performed included ofthe quality data test that consists of validity and reliability test, normality test, andMann-Whitney test.
Results showed that when viewed from the size of the mosque, overallquality of the internal control system large mosque is better than a small mosque.However, a more detailed test results prove that there are differences in thequality of internal control (cash receipts, cash disbursements and reconciliationpractices) between small mosque and large mosque and there was no difference ingeneral quality of the internal control system among small mosque and largemosque. Furthermore, when viewed from the type of Islamic organizationMuhammadiyah managers mosque have proved that the quality of internal controlsystems (general, cash receipts and cash disbursements) are better than NU.However from the practice of reconciliation, NU is better than Muhammadiyah.So overall Muhammadiyah still have quality internal control system is better thanNU. However, a more detailed test results prove that there are differences in thequality of internal control systems (general, cash receipts and cashdisbursements) between NU and Muhammadiyah, and there were no differencesin the quality of internal control systems reconciliation practice between NU andMuhammadiyah.
Key words: Accounting, Mosques, Internal control, Governance.
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sistem pengendalian intern merupakan salah satu aspek penting dalam
menunjang keberhasilan suatu organisasi. Suatu organisasi akan berjalan dengan
baik jika mempunyai sistem pengendalian intern yang baik. Pada umumnya
organisasi yang bertujuan mencari laba sudah menyadari akan pentingnya sistem
pengendalian intern. Oleh karena itu, mereka memakai jasa auditor untuk
mengevaluasi apakah sistem pengendalian intern di organisasi tersebut sudah
berjalan dengan baik atau belum.
Mulyadi (2002) mendefinisikan sistem pengendalian intern sebagai suatu
sistem yang meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen.
Sistem pengendalian intern yang diciptakan dalam suatu organisasi
mempunyai beberapa tujuan. Tujuan dari sistem pengendalian intern menurut
Mulyadi (2002) adalah:
1. Menjaga kekayaan organisasi
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3. Mendorong efisiensi
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Sistem pengendalian intern yang tidak dilakukan dengan baik dapat
menimbulkan kejahatan keuangan pada suatu organisasi. Beberapa buktinya
(dikutip dari Duncan, 1999) yaitu laporan pers The Wall Street Journal dan
kejahatan yang telah dilakukan oleh Ellen Cook.
The Wall Street Journal (dikutip dari Duncan, 1999) melaporkan bahwa
Roma Katolik dan imam diosesan administrator menggelapkan uang gereja lebih
dari $3,5 juta selama periode tiga tahun. Pencurian ini dikaitkan karena tidak
adanya audit dan suatu sistem yang mempercayakan sebagian besar pada
kepercayaan atau iman seseorang untuk mengendalikan arus kas.
Staf (dikutip dari Duncan, 1999) melaporkan bahwa Ellen Cook, mantan
bendahara Gereja Episkopal Center di New York menggelapkan $2.200.000
3
antara 1990 dan 1995. Cook mampu mengalihkan uang karena ia memiliki kontrol
atas audit dan melanggar kebijakan gereja, yaitu mengisi, memeriksa formulir
permintaan, dan menandatanganinya sendiri.
Berdasarkan bukti kejahatan keuangan tersebut, maka sistem pengendalian
intern tidak hanya penting untuk organisasi yang bertujuan mencari laba,
melainkan penting juga diterapkan di organisasi nirlaba, contonya pada masjid.
Masjid merupakan salah satu organisasi nirlaba, sama halnya dengan gereja yang
merupakan salah satu jenis organisasi nirlaba yang memiliki beberapa
karakteristik dan sering kurang memahami pentingnya memiliki fungsi sistem
pengendalian internal. Beberapa karakteristik itu adalah tidak adanya kepemilikan
saham, tidak adanya pengukur kinerja secara keseluruhan, dan sering dikelola
oleh para professional yang menyediakan layanan yang ditawarkan oleh
organisasi. Latar belakang pendidikan dari para profesional biasanya memiliki
sedikit atau sama sekali tidak memiliki pelatihan manajemen bisnis atau akuntansi
(Duncan, 1999).
Sistem pengendalian intern pada masjid dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu ukuran. Berdasarkan ukurannya, masjid dapat diklasifikasikan menjadi
masjid besar dan masjid kecil. Klasifikasinya ditentukan berdasarkan ketersediaan
fasilitas yang sekaligus menunjukkan kualitas masjid tersebut. Masjid kecil terdiri
dari fasilitas utama, sedangkan masjid besar terdiri dari fasilitas utama dan
fasilitas pendukung. Yang termasuk fasilitas utama adalah mimbar, mihrab,
tempat adzan, tempat wudlu, kamar mandi, toilet. Adapun fasilitas pendukung
adalah menara, kantor pengurus, majelis taklim, perpustakaan, poliklinik, baitul
mal, Unit Pelayanan Zakat (UPZ), dan lain-lain (Dewan Masjid Indonesia, 2009).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi sistem pengendalian intern adalah
tipe organisasi Islam pengelola masjid. Tipe organisasi Islam pengelola masjid
yang paling besar di Indonesia ada dua, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan
Muhammadiyah. NU sering disebut oleh para pengamat sejarah sebagi sebuah
organisasi yang mewakili golongan muslim tradisional, sedangkan
Muhammadiyah sering dikatakan sebagai sebuah perkumpulan yang mewakili
kelompok muslim modernis (Fealy dan Barton, 1996).
Penelitian ini mendasari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Booth
(1993) dengan mengganti variabelnya menjadi ukuran masjid yang meliputi
4
masjid kecil dan masjid besar dan tipe organisasi Islam pengelola masjid yang
meliputi NU dan Muhammadiyah. Booth (dikutip dari Duncan,1999) melakukan
penelitian tentang pengaruh ukuran gereja dan denominasi gereja terhadap
kualitas sistem pengendalian intern. Hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran
gereja dan denominasi gereja mempengaruhi kualitas sistem pengendalian intern
pada gereja di Amerika Serikat.
Alasan pemilihan penelitian tentang sistem pengendalian intern pada
masjid karena penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan
penelitian ini terletak pada variabel-variabel yang dapat membedakan kualitas
sistem pengendalian intern pada masjid di kota Semarang. Variabel-variabel yang
diuji adalah ukuran masjid dan tipe organisasi Islam pengelola masjid. Penelitian
ini dilakukan untuk membuktikan apakah ada perbedaan kualitas sistem
pengendalian intern ditinjau dari ukuran masjid dan tipe organisasi Islam
pengelola masjid. Selain itu, alasan lainnya adalah belum banyaknya peneliti yang
meneliti tentang sistem pengendalian intern pada masjid. Oleh sebab itu,
penelitian tentang sistem pengendalian intern pada masjid menarik untuk diteliti.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern masjid antara
masjid kecil dengan masjid besar di kota Semarang?
2. Apakah ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern masjid antara
Nahdlatul Ulama dengan Muhammadiyah di kota Semarang?
Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai sistem pengendalian intern pada masjid ini
mempunyai beberapa tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan kualitas sistem pengendalian
intern masjid antara masjid kecil dengan masjid besar.
2. Untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan kualitas sistem pengendalian
intern masjid antara Nahdlatul Ulama dengan Muhammadiyah.
5
TELAAH PUSTAKA
Landasan Teori
Teori Stewardship
Menurut Donaldson dan Davis (dikutip dari Clarke, 2004), teori
stewardship didesain bagi para peneliti untuk menguji situasi dimana para manajer
dalam perusahaan sebagai pelayan (steward) dapat termotivasi untuk bertindak
dengan cara terbaik pada principalnya, sedangkan Chinn (dikutip dari Clarke,
2004) mengatakan bahwa stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis
mengenai sifat manusiayakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya,
mampu bertindak dengan penuh tanggungjawab, memiliki integritas dan kejujuran
terhadap pihak lain.
Implikasi Teori Stewardship terhadap penelitian ini menjelaskan eksistensi
pengelola masjid sebagai manusia yang bertanggungjawab dan dapat dipercaya
untuk bertindak dengan sebaik-baiknya dalam mengelola masjid termasuk dalam
hal mengelola kas masjid yang digunakan untuk kepentingan publik.
Karakteristik Masjid
Masjid merupakan salah satu organisasi nirlaba, sama halnya dengan
gerejayang merupakan salah satu jenis organisasi nirlaba yang memiliki beberapa
karakteristik dan sering kurang memahami pentingnya memiliki fungsi sistem
pengendalian internal. Beberapa karakteristik itu adalah tidak adanya kepemilikan
saham, tidak adanya pengukur kinerja secara keseluruhan, dan sering dikelola
oleh para profesional yang menyediakan layanan yang ditawarkan oleh organisasi.
Latar belakang pendidikan dari para profesional biasanya memiliki sedikit atau
sama sekali tidak memiliki pelatihan manajemen bisnis atau akuntansi (Duncan,
1999).
Ukuran Masjid
Berdasarkan ukurannya, masjid dapat diklasifikasikan menjadi masjid
besar dan masjid kecil. Klasifikasinya ditentukan berdasarkan ketersediaan
fasilitas yang sekaligus menunjukkan kualitas masjid tersebut. Masjid kecil terdiri
6
dari fasilitas utama, sedangkan masjid besar terdiri dari fasilitas utama dan
fasilitas pendukung. Yang termasuk fasilitas utama adalah mimbar, mihrab,
tempat adzan, tempat wudlu, kamar mandi, toilet. Adapun fasilitas pendukung
adalah menara, kantor pengurus, majelis taklim, perpustakaan, poliklinik, baitul
mal, Unit Pelayanan Zakat (UPZ), dan lain-lain(Dewan Masjid Indonesia, 2009).
Masjid besar memiliki fasilitas yang lebih lengkap daripada masjid kecil.
Salah satu fasilitas itu adalah kantor pengurus. Adanya kantor pengurus
membuktikan kelengkapan sebuah pengurus masjid yang dapat meningkatkan
potensi pemisahan tugas keuangan. Masjid besar biasanya mempekerjakan
pegawai yang lebih banyak daripada masjid yang berukuran lebih kecil. Masjid
yang lebih besar juga mungkin mempekerjakan seseorang dengan keahlian di
bidang akuntansi dan administrasi. Perbedaan inilah yang mungkin membuat
kualitas sistem pengendalian intern di masjid yang berukuran besar dengan masjid
yang berukuran kecil berbeda. Masjid yang berukuran besar mungkin memiliki
kualitas sistem pengendalian intern yang lebih baik daripada masjid yang
berukuran kecil.
Tipe Organisasi Islam Pengelola Masjid
Tipe organisasi Islam pengelola masjid yang paling besar di Indonesia ada
dua, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. NU lahir pada 31 Januari
1926 dan merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota
sekitar 80 juta (www.nu.or.id). NU sering disebut oleh para pengamat sejarah
sebagi sebuah organisasi yang mewakili golongan Muslim tradisional (Fealy dan
Barton, 1996). Sedangkan Muhammadiyah lahir pada 18 November 1912 dan
merupakan organisasi Islam ke dua dengan anggotanya sekitar 29 juta
(www.muhammadiyah.or.id). Muhammadiyah sering dikatakan sebagai sebuah
perkumpulan yang mewakili kelompok Muslim modernis (Fealy dan Barton,
1996). Perbedaan inilah yang memungkinkan adanya perbedaan pandangan
mengenai pentingnya sistem pengendalian intern pada suatu masjid.
Muhammadiyah sebagai kelompok Muslim modernis mungkin memiliki sistem
pengendalian intern yang lebih baik daripada NU yang sebagai golongan Muslim
tradisional.
7
Sistem Pengendalian Intern
Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2002), sistem pengendalian intern adalah suatu sistem
yang meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen.
Komponen Sistem Pengendalian Intern
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik Per 1 Januari 2001,
Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait, yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian
merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan
disiplin dan struktur.
2. Penaksiran Risiko
Penilaian risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan
bagaimana risiko harus dikelola.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut
membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi
risiko dalam pencapaian tujuan entitas.
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan
pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan
orang yang melaksanakan tanggung jawab mereka.
5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi
pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.
8
Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2002) tujuan sistem pengendalian intern adalah:
1. Menjaga kekayaan organisasi
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3. Mendorong efisiensi
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka perlu adanya syarat-syarat
tertentu untuk mencapainya, yaitu unsur-unsur yang mendukungnya. American
Institute of Certified Public Accountant (dikutip dari Arens dan Loebbecke, 2003)
mengemukakan bahwa suatu sistem pengendalian intern yang memuaskan akan
bergantung sekurang-kurangnya empat unsur pengendalian intern adalah sebagai
berikut :
1. Suatu struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tepat.
2. Suatu sistem wewenang dan prosedur pembukuan yang baik berguna untuk
melakukan pengawasan akuntansi yang cukup terhadap harta milik, hutang-
hutang, pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya.
3. Praktek-praktek yang sehat haruslah dijalankan didalam melakukan tugas-
tugas dan fungsi-fungsi setiap bagian dalam organisasi.
4. Suatu tingkat kecakapan pegawai yang sesuai dengan tanggung jawab.
Fungsi Pengendalian Intern
Menurut Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (2006),
pengendalian intern melaksanakan tiga fungsi penting yang saling mendukung
sehingga sistem yang ada memperoleh hasil maksimal bagi perusahaan. Ketiga
fungsi pengendalian intern tersebut adalah sebagai berikut:
1. Preventive Control (pengendalian untuk pencegahan)
Fungsinya untuk mencegah timbulnya suatu masalah sebelum permasalahan
tersebut muncul.
2. Detective Control (pengendalian untuk pendeteksian dini)
Dibutuhkan untuk mengungkap masalah yang baru muncul.
9
3. Corrective Control (pengendalian untuk koreksi)
Berfungsi untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam preventive dan
detective control.
Kerangka Pemikiran
Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel
terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel
terikat (dependent variable) meliputi kualitas sistem pengendalian intern,
sedangkan variabel bebas (independent variable) meliputi ukuran masjid dan tipe
organisasi Islam pengelola masjid.
Kerangka pemikiran dari permasalahan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
H1
(+)
H2
(+)
Hipotesis
Ukuran masjid dalam penelitian ini ditinjau dari segi ketersediaan fasilitas
dimana salah satunya masjid besar memiliki kantor pengurus yang membuktikan
kelengkapan sebuah pengurus masjid yang dapat meningkatkan potensi
pemisahan tugas keuangan. Masjid besar biasanya mempekerjakan pegawai yang
lebih banyak daripada masjid yang berukuran lebih kecil. Masjid yang lebih besar
juga mungkin mempekerjakan seseorang dengan keahlian di bidang akuntansi dan
administrasi. Perbedaan inilah yang mungkin membuat kualitas sistem
pengendalian intern di masjid yang berukuran besar dengan masjid yang
Kualitas SistemPengendalian Intern
MasjidKecil
NU
Kualitas SistemPengendalian Intern
MasjidBesar
Muhammadiyah
10
berukuran kecil berbeda. Masjid yang berukuran besar mungkin memiliki kualitas
sistem pengendalian intern yang lebih baik daripada masjid yang berukuran kecil.
Booth (dikutip dari Duncan, 1999) telah meneliti dan menunjukkan bahwa
ukuran gereja di Amerika Serikat mempengaruhi kualitas sistem pengendalian
intern gereja. Ini dibuktikan bahwa 30% dari gereja Methodis kecil tidak memiliki
audit tahunan, sedangkan gereja Methodis besar hanya 18%nya yang tidak
memiliki audit tahunan. Dengan demikian, hipotesis penelitian pertama adalah
sebagai berikut:
H1 : Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern masjid antara masjid
kecil dan masjid besar.
Selain itu, perbedaan tipe organisasi Islam pengelola masjid dalam
akuntansi suatu masjid mungkin ada karena Muhammadiyah memiliki
karakteristik sebagai kelompok Muslim modernis dan Nahdlatul Ulama sebagai
kelompok Muslim tradisional. Oleh karakteristik ini, ada kemungkinan besar
bahwa Muhammadiyah lebih memahami sistem pengendalian intern dibandingkan
dengan NU.
Dalam penelitian Booth (dikutip dari Duncan, 1999), denominasi gereja di
Amerika Serikat yang terdiri dari gereja Methodist, Presbyterian dan Baptis,
mempengaruhi kualitas sistem pengendalian intern gereja. Ini dibuktikan bahwa
sekitar 80% dari gereja Presbyterian dan Methodist memiliki beberapa bentuk
audit tahunan dibandingkan dengan gereja Baptis yang hanya 36%nya saja.
Dengan demikian, hipotesis penelitian kedua adalah sebagai berikut:
H2 : Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern masjid antara Nahdlatul
Ulama dan Muhammadiyah.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Didalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kualitas
sistem pengendalian intern. Kualitas sistem pengendalian intern dalam hal ini
terdiri dari penilaian tentang pengendalian intern umum yang meliputi
pengawasan terhadap penggunaan fasilitas, laporan akuntansi, dan tugas
bendahara, penerimaan kas yang meliputi pengawasan terhadap penerimaan,
11
penghitungan dan penyimpanan uang, pengeluaran kas yang meliputi pengawasan
terhadap penggunaan uang dan pengotorisasian slip pencairan uang, serta praktek
rekonsiliasi yang meliputi pemeriksaan terhadap catatan keuangan menurut masjid
dan menurut bank.
Sedangkan yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah:
1. Ukuran Masjid
Berdasarkan ukurannya, masjid dapat diklasifikasikan menjadi masjid kecil
dan masjid besar. Masjid kecil terdiri dari fasilitas utama, sedangkan masjid
besar terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Yang termasuk
fasilitas utama adalah mimbar, mihrab, tempat adzan, tempat wudlu, kamar
mandi, toilet. Adapun fasilitas pendukung adalah menara, kantor pengurus,
majelis taklim, perpustakaan, poliklinik, baitul mal, Unit Pelayanan Zakat
(UPZ), dan lain-lain (Dewan Masjid Indonesia, 2009). Pengukuran untuk
variabel ukuran masjid yang terdiri dari masjid besar dan masjid kecil yaitu
untuk masjid kecil diberi nilai 1 dan masjid besar diberi nilai 2.
2. Tipe Organisasi Islam Pengelola Masjid
Tipe organisasi Islam pengelola masjid yang paling besar di Indonesia ada
dua, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Pengukuran untuk
variabel tipe organisasi islam pengelola masjid yang terdiri dari Nahdlatul
Ulama (NU) dan Muhammadiyah yaitu untuk Nahdlatul Ulama (NU) diberi
nilai 1 dan Muhammadiyah diberi nilai 2.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek penelitian yang memiliki
karakteristik tertentu (Arikunto, 1998). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh masjid yang ada di kota Semarang. Berdasarkan data dari Kementerian
Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Tengah, jumlah seluruh masjid di kota
Semarang sebanyak 969 masjid (www.jateng.depag.go.id).
Sampel adalah bagian dari populasi. Pengambilan sampel menggunakan
metode Sampel Random Sederhana ( Simple Random Sampling ). Jumlah sampel
minimum yang harus diambil jika diketahui jumlah populasinya dengan
menggunakan rumus Slovin adalah sebagai berikut:
12
=
1 + ଶ
=969
1 + 969(0,1)ଶ
= 90,65 ݐ 91ݑ
Dimana:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = maksimal error / ketepatan data yang ditetapkan tidak menyimpang dari 10
persen
HASIL DAN ANALISIS
Deskripsi Objek Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan menyebarkan
kuesioner ke seluruh masjid yang ada di kota Semarang yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini. Sedangkan responden (sampel) yang digunakan adalah
pengelola masjid ataupun pengurus takmir masjid. Banyaknya kuesioner yang
disebar oleh penulis berjumlah 91 buah sesuai hasil pengambilan sampel.
Pengumpulan kembali kuesioner dilakukan sendiri oleh penulis dan dilakukan
secara bertahap tergantung pada kesediaan para responden untuk mengisi
kuesioner. Besarnya tingkat pengembalian kuesioner dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.1Tingkat Pengembalian Kuesioner
Jumlah ProsentaseJumlah kuesioner yang dikirimkanJumlah kuesioner yang kembaliJumlah kuesioner yang tidak lengkapJumlah kuesioner yang dapat digunakan(Tingkat pengembalian kuesioner)
9191091
100%
100%
Sumber : data primer yang diolah
Statistik deskriptif adalah cabang dari statistik yang berhubungan dengan
penggambaran atau peringkasan data penelitian sehingga data tersebut mudah
13
dipahami (Santosa dan Ashari, 2005). Berikut tabel statistik deskriptif penelitian
ini:
Tabel 4.6Statistik Deskriptif
Range Minimum MaximumStd.
Deviation Mean Median
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Umum7.00 7.00 14.00 1.39211 11.5604 12.0000
Penerimaan Kas11.00 13.00 24.00 2.72935 18.8022 20.0000
Pengeluaran Kas8.00 12.00 20.00 1.97975 14.5055 15.0000
PraktekRekosiliasi 8.00 8.00 16.00 2.93283 10.4176 9.0000
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat disajikan hasil statistik deskriptif
tentang variabel-variabel penelitian sebagai berikut:
1. Umum
Skala pengukuran sub variabel umum terdiri dari 7 item pertanyaan.
Jawaban yang diberikan responden mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban
antara 7 – 14 dengan median teoritis sebesar 10,5. Hasil jawaban empiris
penelitian ini memiliki nilai rata-rata jawaban sebesar 11,5604 dan standar deviasi
1,39211 menunjukkan bahwa masjid secara umum memiliki sistem pengendalian
intern umum ketaatan yang cukup bagus karena memiliki skor rata-rata empirik
yang lebih besar dari median teoritisnya.
2. Penerimaan Kas
Skala pengukuran sub variabel penerimaan kas terdiri dari 12 item
pertanyaan.Jawaban yang diberikan responden mempunyai kisaran teoritis bobot
jawaban antara 12 – 24 dengan median teoritis sebesar 18. Hasil jawaban empiris
penelitian ini memiliki nilai rata-rata jawaban sebesar 18,8022 dan standar deviasi
2,72935 menunjukkan bahwa masjid secara umum memiliki sistem pengendalian
internal penerimaan kas ketaatan yang cukup bagus karena memiliki skor rata-rata
empirik yang lebih besar dari median teoritisnya.
14
3. Pengeluaran Kas
Skala pengukuran sub variabel pengeluaran kas terdiri dari 11 item
pertanyaan. Jawaban yang diberikan responden mempunyai kisaran teoritis bobot
jawaban antara 11 – 22 dengan median teoritis sebesar 16,5. Hasil jawaban
empiris penelitian ini memiliki nilai rata-rata jawaban sebesar 14,5055 dan
standar deviasi 1,97975 menunjukkan bahwa masjid secara umum memiliki
sistem pengendalian intern pengeluaran kas yang kurang bagus karena memiliki
skor rata-rata empirik yang lebih kecil dari median teoritisnya.
4. Praktik Rekonsiliasi
Skala pengukuran sub variabel praktik rekonsiliasi terdiri dari 8 item
pertanyaan. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot
jawaban antara 8–16 dengan medianteoritis sebesar 12. Hasil jawaban empiris
penelitian ini memiliki nilai rata-rata jawaban sebesar 10,4176 dan standar deviasi
2,93283 menunjukkan bahwa masjid secara umum memiliki sistem pengendalian
intern praktik rekonsiliasi yang kurang bagus karena memiliki skor rata-rata
empirik yang lebih kecil dari median teoritisnya.
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali, 2006). Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode korelasi tunggal product moment pearson. Adapun kaidah
yang berlaku dalam pengujian validitas ini adalah sebagai berikut:
a. Jika r-hitung < r-tabel pada = 0,05, maka butir tidak valid
b. Jika r-hitung ≥ r-tabel pada = 0,05, maka butir valid
Berdasarkan perhitungan validitas menggunakan formula Pearson dengan
bantuan program SPSS Release 11.5, maka hasil koefisien validitas keseluruhan
butir pertanyaan dapat direkapitulasi sebagaimana tabel di bawah ini:
15
Tabel 4.7Rekapitulasi Hasil Perhitungan Koefisien Validitas
VariabelButir
Pertanyaanr-hitung r-tabel Ket
Umum
Butir No. 1Butir No. 2Butir No. 3Butir No. 4Butir No. 5Butir No. 6Butir No. 7
0,24790,59560,52820,58670,28110,41280,2337
0,2000,2000,2000,2000,2000,2000,200
ValidValidValidValidValidValidValid
PenerimaanKas
Butir No. 8Butir No. 9Butir No. 10Butir No. 11Butir No. 12Butir No. 13Butir No. 14Butir No. 15Butir No. 16Butir No. 17Butir No. 18Butir No. 19
0,23970,24770,29770,23970,48220,70420,52940,70190,63650,48730,45060,3010
0,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,200
ValidValidValidValidValidValidValidValidValidValidValidValid
PengeluaranKas
Butir No. 20Butir No. 21Butir No. 22Butir No. 23Butir No. 24Butir No. 25Butir No. 26Butir No. 27Butir No. 28Butir No. 29Butir No. 30
0,67500,72770,72770,67600,34270,37620,43410,32830,34500,28190,5811
0,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,200
ValidValidValidValidValidValidValidValidValidValidValid
PraktekRekonsiliasi
Butir No. 31Butir No. 32Butir No. 33Butir No. 34Butir No. 35Butir No. 36Butir No. 37Butir No. 38
0,84840,79750,29520,89460,94490,69660,72670,7988
0,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,200
ValidValidValidValidValidValidValidValid
Sumber : data primer yang diolah
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya
16
relatif sama maka alat ukur tersebut reliabel. Pengambilan keputusan berdasarkan
jika nilai Alpha melebihi 0,6 maka pertanyaan variabel tersebut reliabel dan
sebaliknya.
Tabel 4.8
Hasil Uji Reliabilitas
Sumber : Data primer yang diolah
Uji Normalitas
Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan pengujian
Kolmogorov-Smirnov. Adapun hasil pengujian dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui dengan rangkuman yang tersaji pada tabel
berikut:
Tabel. 4.9
Pengujian Normalitas Data
Sumber : data primer yang diolah
Uji Hipotesis
Ukuran masjid
Berikut ini tabel statistik deskriptif ditinjau dari ukuran masjid:
Variabel Nilai Alpha Keputusan
Umum
Penerimaan Kas
Pengeluaran Kas
Praktik Rekonsiliasi
0,6751
0,8020
0,6762
0,9283
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Variabel Z-hitung Sig. Sig.
Umum
Penerimaan Kas
Pengeluaran Kas
Praktik Rekonsiliasi
0,6751
0,8020
0,6762
0,9283
0,000
0,001
0,001
0,000
Tidak berdistribusi normal
Tidak berdistribusi normal
Tidak berdistribusi normal
Tidak berdistribusi normal
17
Tabel 4.10
Statistik Deskriptif Ditinjau dari Ukuran Masjid
Ukuran Masjid Umum Penerimaan Kas Pengeluaran Kas Praktek Rekosiliasi
Kecil Minimum 7 13 12 8
Maximum 14 24 17 15
Range 7 11 5 7
Mean 11.5233 18.6512 14.2326 10.186
Median 12 20 15 9
Std. Deviation 1.4203 2.7041 1.664 2.7929
Besar Minimum 12 19 19 10
Maximum 13 23 20 16
Range 1 4 1 6
Mean 12.2 21.4 19.2 14.4
Median 12 22 19 16
Std. Deviation 0.4472 1.8166 0.4472 2.6077
Sumber : data primer yang diolah
Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa kualitas sistem pengendalian intern (umum,
penerimaan kas, pengeluaran kas, dan praktek rekonsiliasi) masjid besar lebih
baik daripada masjid kecil. Hal ini ditunjukkan dengan semua hasil nilai mean
atau rata-rata pada masjid besar lebih besar daripada masjid kecil.
Pada tabel 4.9 diketahui bahwa data untuk seluruh variabel pengendalian
intern tidak terdistribusi normal, sehingga untuk menguji hipotesis 2 analisis
menggunakan uji beda Mann-Whitney. Adapun pengujian Mann-Whitney pada
kualitas sistem pengendalian intern umum dapat diketahui pada tabel berikut ini :
Tabel 4.11Pengujian Mann-Whitney Untuk Variabel
Kualitas Sistem Pengendalian Intern Ditinjau dariUkuran Masjid
Umum
Penerimaan
Kas
Pengeluaran
Kas
Praktek
Rekosiliasi
Mann-Whitney U 139.500 97.500 .000 47.000
Wilcoxon W 3880.500 3838.500 3741.000 3788.000
Z -1.395 -2.079 -3.873 -3.050
Asymp. Sig. (2-tailed) .163 .038 .000 .002
Sumber : data primer diolah
18
Dari hasil uji Mann-Whitney yang tersaji pada tabel 4.11 dapat diketahui
bahwa :
1. Tidak ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern umum ditinjau dari
ukuran masjid (masjid besar dan masjid kecil). Hal tersebut dikarenakan
perolehan nilai signifikansi sebesar 0,163 (> 0,05), sehingga hipotesis ditolak.
2. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pada penerimaan kas
ditinjau dari ukuran masjid (masjid besar dan masjid kecil). Hal tersebut
dikarenakan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,038 (< 0,05), sehingga
hipotesis diterima.
3. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pada pengeluaran kas
ditinjau dari ukuran masjid (masjid besar dan masjid kecil). Hal tersebut
dikarenakan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga
hipotesis diterima.
4. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pada praktek rekonsiliasi
ditinjau dari ukuran masjid (masjid besar dan masjid kecil). Hal tersebut
dikarenakan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,002 (< 0,05), sehingga
hipotesis diterima.
Tipe Organisasi Islam Pengelola Masjid
Berikut ini tabel statistik deskriptif ditinjau dari tipe organisasi Islam
pengelola masjid:
Tabel 4.12Statistik Deskriptif Ditinjau dari Tipe Organisasi Islam Pengelola Masjid
Penerimaan Pengeluaran Praktek
Organisasi Pengelola Umum Kas Kas Rekosiliasi
NU Minimum 7 13 12 8
Maximum 13 23 19 16
Range 6 10 7 8
Mean 11.3378 18.1622 14.0676 10.5541
Median 12 19 15 9
Std. Deviation 1.2194 2.4774 1.853 3.1368
19
Muhammadiyah Minimum 7 17 15 9
Maximum 14 24 20 16
Range 7 7 5 7
Mean 12.5294 21.5882 16.4118 9.8235
Median 13 22 17 9
Std. Deviation 1.6999 1.9384 1.2776 1.7405
Sumber : data primer yang diolah
Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa kualitas sistem pengendalian intern (umum,
penerimaan kas, dan pengeluaran kas) Muhammadiyah lebih baik daripada NU.
Hal ini dibuktikan dengan nilai mean kualitas sistem pengendalian intern (umum,
penerimaan kas, dan pengeluaran kas) Muhammadiyah lebih besar daripada NU.
Akantetapi jika dilihat dari praktek rekonsiliasinya, NU lebih baik daripada
Muhammadiyah. Hal ini dibuktikan dengan nilai mean pada praktek rekonsiliasi
NU lebih besar daripada Muhammadiyah.
Pada tabel 4.9 diketahui bahwa data untuk variabel pengendalian intern
umum tidak terdistribusi normal, sehingga untuk menguji hipotesis 2 analisis
menggunakan uji beda Mann-Whitney. Adapun pengujian Mann-Whitney pada
kualitas sistem pengendalian intern umum dapat diketahui pada tabel berikut ini :
Tabel 4.13
Pengujian Mann-Whitney Untuk Variabel
Kualitas Sistem Pengendalian Intern Ditinjau dari
Tipe Organisasi Islam Pengelola Masjid
Sumber : data primer diolah
Dari hasil uji Mann-Whitney yang tersaji pada tabel 4.13 dapat diketahui
bahwa :
220.500 178.000 173.000 514.500
2995.500 2953.000 2948.000 3289.500
-4.424 -4.665 -4.803 -1.215
.000 .000 .000 .224
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
UmumPenerimaan
KasPengeluaran
KasPraktek
Rekosiliasi
20
1. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern umum ditinjau dari tipe
organisasi Islam pengelola masjid (NU dan Muhammadiyah). Hal tersebut
dikarenakan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga
hipotesis diterima.
2. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pada penerimaan kas
ditinjau dari tipe organisasi Islam pengelola masjid (NU dan
Muhammadiyah). Hal tersebut dikarenakan perolehan nilai signifikansi
sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga hipotesis diterima.
3. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pada pengeluaran kas
ditinjau dari tipe organisasi Islam pengelola masjid (NU dan
Muhammadiyah). Hal tersebut dikarenakan perolehan nilai signifikansi
sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga hipotesis diterima.
4. Tidak ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pada praktek
rekonsiliasi ditinjau dari tipe organisasi Islam pengelola masjid (NU dan
Muhammadiyah). Hal tersebut dikarenakan perolehan nilai signifikansi
sebesar 0,224 (> 0,05), sehingga hipotesis ditolak.
Interpretasi Hasil
A. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern antara masjid kecil
dan masjid besar
Hasil pengujian ditinjau dari ukuran masjid membuktikan bahwa secara
keseluruhan masjid besar memiliki kualitas sistem pengendalian intern yang lebih
baik daripada masjid kecil. Namun hasil pengujian yang lebih rinci membuktikan
bahwa terdapat perbedaan kualitas pengendalian intern (penerimaan kas,
pengeluaran kas dan praktek rekonsiliasi) antara masjid kecil dan masjid besar.
Akantetapi dari kualitas sistem pengendalian intern umumnya, tidak terdapat
perbedaan antara masjid kecil dan masjid besar.
Ukuran masjid dalam penelitian ini ditinjau dari segi ketersediaan fasilitas
dimana salah satunya masjid besar memiliki kantor pengurus yang membuktikan
kelengkapan sebuah pengurus masjid yang dapat meningkatkan potensi
pemisahan tugas keuangan. Masjid besar biasanya mempekerjakan pegawai yang
lebih banyak daripada masjid yang berukuran lebih kecil. Masjid yang lebih besar
juga mungkin mempekerjakan seseorang dengan keahlian di bidang akuntansi dan
21
administrasi, sehingga dapat meningkatkan probabilitas kontrol internal masjid
yang berukuran besar dibandingkan masjid yang berukuran kecil.
Adanya perbedaan kualitas sistem pengendalian intern penerimaan kas,
pengeluaran kas, dan praktek rekonsiliasi ditinjau dari ukuran masjid dalam
penelitian ini mendukung penelitian Booth (dikutip dari Duncan, 1999), dimana
dalam penelitian menunjukkan bahwa ukuran gereja di Amerika Serikat
mempengaruhi kualitas sistem pengendalian intern gereja. Ini dibuktikan bahwa
30% dari gereja Methodis kecil tidak memiliki audit tahunan, sedangkan gereja
Methodis besar hanya 18%nya yang tidak memiliki audit tahunan.
B. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern antara NU dan
Muhammadiyah
Hasil pengujian ditinjau dari tipe organisasi Islam pengelola masjid
membuktikan bahwa Muhammadiyah memiliki kualitas sistem pengendalian
intern (umum, penerimaan kas, dan pengeluaran kas) yang lebih baik daripada
NU. Akantetapi dari praktek rekonsiliasinya, NU lebih baik daripada
Muhammadiyah. Sehingga secara keseluruhan Muhammadiyah masih memiliki
kualitas sistem pengendalian intern yang lebih baik daripada NU. Namun hasil
pengujian yang lebih rinci membuktikan bahwa terdapat perbedaan kualitas
sistem pengendalian intern (umum, penerimaan kas dan pengeluaran kas) antara
NU dan Muhammadiyah. Akantetapi dari kualitas sistem pengendalian intern
praktek rekonsiliasinya, tidak terdapat perbedaan antara NU dan Muhammadiyah.
Adanya perbedaan kualitas sistem pengendalian intern masjid ditinjau dari
tipe organisasi Islam pengelola masjid terjadi karena Muhammadiyah memiliki
karakteristik sebagai kelompok Muslim modernis dan NU sebagai kelompok
Muslim tradisional. Muhammadiyah sebagai kelompok Muslim modernis
mungkin lebih memahami pentingnya sistem pengendalian intern daripada NU
sebagai kelompok Muslim tradisional.
Hasil menunjukkan adanya perbedaan kualitas sistem pengendalian intern
umum, penerimaan kas dan pengeluaran kas ditinjau dari tipe organisasi Islam
pengelola masjid dalam penelitian ini mendukung penelitian Booth (dikutip dari
Duncan, 1999), bahwa denominasi gereja di Amerika Serikat yang terdiri dari
gereja Methodist, Presbyterian dan Baptis, mempengaruhi kualitas sistem
22
pengendalian intern gereja. Ini dibuktikan bahwa sekitar 80% dari gereja
Presbyterian dan Methodist memiliki beberapa bentuk audit tahunan dibandingkan
dengan gereja Baptis yang hanya 36%nya saja.
SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis perbedaan
kualitas sistem pengendalian intern ditinjau dari ukuran masjid dan tipe organisasi
Islam pengelola masjid yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Ditinjau dari ukuran masjid, secara keseluruhan masjid besar memiliki
kualitas sistem pengendalian intern yang lebih baik daripada masjid kecil.
Namun hasil pengujian yang lebih rinci membuktikan bahwa terdapat
perbedaan kualitas pengendalian intern (penerimaan kas, pengeluaran kas dan
praktek rekonsiliasi) antara masjid kecil dan masjid besar serta tidak terdapat
perbedaan kualitas sistem pengendalian intern umum antara masjid kecil dan
masjid besar.
2. Ditinjau dari tipe organisasi Islam pengelola masjid membuktikan bahwa
Muhammadiyah memiliki kualitas sistem pengendalian intern (umum,
penerimaan kas, dan pengeluaran kas) yang lebih baik daripada NU.
Akantetapi dari praktek rekonsiliasinya, NU lebih baik daripada
Muhammadiyah. Sehingga secara keseluruhan Muhammadiyah masih
memiliki kualitas sistem pengendalian intern yang lebih baik daripada NU.
Namun hasil pengujian yang lebih rinci membuktikan bahwa terdapat
perbedaan kualitas sistem pengendalian intern (umum, penerimaan kas dan
pengeluaran kas) antara NU dan Muhammadiyah serta tidak terdapat
perbedaan kualitas sistem pengendalian intern praktek rekosiliasi antara NU
dan Muhammadiyah.
23
Keterbatasan
1. Variabel yang diamati dalam penelitian ini terbatas hanya pada ukuran masjid
dan tipe organisasi Islam pengelola masjid, sedangkan mungkin masih banyak
variabel lain yang mungkin dapat membedakan kualitas sistem pengendalian
intern sebuah masjid.
2. Pada penelitian ini hanya menggunakan sampel masjid yang ada di Semarang,
dimana hasil yang dicapai penelitian ini belum dapat menjelaskan secara
umum faktor yang membedakan kualitas sistem pengendalian intern masjid di
Indonesia pada umumnya.
Saran
1. Penelitian selanjutnya dapat menambah sampel penelitian dan memperluas
lokasi penelitian agar diperoleh hasil yang lebih akurat dan memiliki daya
generalisasi.
2. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan variabel yang membedakan
kualitas sistem pengendalian intern dengan mencari faktor-faktor lain yang
dianggap penting untuk dianalisis dan merupakan salah satu determinan
potensial yang membedakan kualitas sistem pengendalian intern.
24
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A.A. dan J.K. Loebbecke. 2003. Auditing : Pendekatan Terpadu. Edisi 5.Jakarta: Salemba Empat.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Aryani, A.W. 2009. Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Intern PemberianKredit (Studi Kasus pada PT BPR Pasar Boja). Skripsi. Semarang:Universitas Diponegoro.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2006. Studi PenerapanPengendalian Intern pada Emiten dan Perusahaan Publik. Jakarta.
Boynton, W.C., dkk. 2003. Modern Auditing.Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
Clarke, T. 2004. Theories of Corporate Governance: The PhilosophicalFoundations of Corporate Governance. New York: Routledge.
Dewan Masjid Indonesia. 2009. Menata Kembali Manajemen Masjid Indonesia.From www.dmi.or.id, 13 Juni 2011.
Duncan, J.B., D.L.Flesher, and M.H. Stocks. 1999. Internal control systems in USchurches: An examination of the effects of church size and denominationon systems of internal control.Accounting, Auditing and AccountabilityJournal, Vol. 12 Iss: 2, pp.142 – 164.USA: MCB UP Ltd.
Fealy, G. and G.Barton. 1996. Nahdlatul Ulama, traditional Islam and modernityin Indonesia. Michigan: Monash Asia Institute.
Ghozali, I. 2002. Statistik Non Parametrik: Teori dan Aplikasi dengan ProgramSPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
______. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haripratiwi, I. 2006. Analisis Sistem Pengendalian Intern Penggajian Karyawanpada BMT Al Ikhlas Yogyakarta. Skripsi. Surakarta: Sekolah TinggiAgama Islam Negeri.
25
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:Salemba Empat.
______. 2008. PSAK 45 Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba (Reformat2007). From www.iaiglobal.or.id, 13 juni 2011.
Jusup, A.H. 2001. Auditing (pengauditan).Jilid 1. Yogyakarta: STIE YKPN.
Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Tengah. 2010. Data Masjidkota Semarang. From www.jateng.depag.go.id, 13 juni 2011.
Muhammadiyah. 2008. Sejarah Muhammadiyah. Fromwww.muhammadiyah.or.id, 13 Juni 2011.
Mulyadi. 2002. Auditing Buku 1. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.
Nahdlatul Ulama. 2009. Sejarah NU. From www.nu.or.id, 13 Juni 2011.
Priyangga, A. 2008. Peranan Pengendalian Intern Kas dalam MenunjangEfektivitas Pengelolaan Kas pada PT Mandom Indonesia Tbk di Jakarta.Skripsi. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Retnowulandari, A. 2009. Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemberian KreditKomersil pada PT BRI (Persero) Tbk Cabang Pandanaran Semarang.Skripsi. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.
Santosa, P.B. dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel danSPSS. Yogyakarta: ANDI.
Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sulaiman, M. 2007. The Internal Control Procedures Of Mosques In Malaysia.Revista Universo Contabil, vol. 3, num. 2, may-agost, pp. 101-115. Brasil:Universidade Regional de Blumenau.
Yulianto, B. 2004. Analisis Sistem Pengendalian Intern pada PT BPR Panca ArtaMonjali. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.