25
1 ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN MASJID DITINJAU DARI UKURAN MASJID DAN TIPE ORGANISASI ISLAM PENGELOLA MASJID ( Studi Kasus pada Masjid di kota Semarang ) CIPTANING ANDRIANI ANIS CHARIRI, SE, M.Com., Ph.D. Akt. Fakultas Ekonomi UNDIP ABSTRACT This study aims to examine differences in the quality of internal control systems of the mosque in terms of the size mosques and Islamic organizations managing the type of mosques in the city of Semarang. Quality evaluation of internal control system in this study include general internal control, cash receipts, cash disbursements and reconciliation practices. The size of the mosque consists of small and large mosques, whereas the type of Islamic organizations managing of the mosque consists of NU and Muhammadiyah. The sample in this study were 91 respondents. Sampling using simple random sampling method. The questionnaire used to obtain data. Analysis instrument to process data in this study using SPSS. Tests performed included of the quality data test that consists of validity and reliability test, normality test, and Mann-Whitney test. Results showed that when viewed from the size of the mosque, overall quality of the internal control system large mosque is better than a small mosque. However, a more detailed test results prove that there are differences in the quality of internal control (cash receipts, cash disbursements and reconciliation practices) between small mosque and large mosque and there was no difference in general quality of the internal control system among small mosque and large mosque. Furthermore, when viewed from the type of Islamic organization Muhammadiyah managers mosque have proved that the quality of internal control systems (general, cash receipts and cash disbursements) are better than NU. However from the practice of reconciliation, NU is better than Muhammadiyah. So overall Muhammadiyah still have quality internal control system is better than NU. However, a more detailed test results prove that there are differences in the quality of internal control systems (general, cash receipts and cash disbursements) between NU and Muhammadiyah, and there were no differences in the quality of internal control systems reconciliation practice between NU and Muhammadiyah. Key words: Accounting, Mosques, Internal control,Governance.

ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS SISTEM PENGENDALIAN INeprints.undip.ac.id/29942/1/jurnal_Ciptaning_A..pdfmelainkan penting juga diterapkan di organisasi nirlaba, contonya pada masjid

Embed Size (px)

Citation preview

1

ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS SISTEM

PENGENDALIAN INTERN MASJID DITINJAU DARI

UKURAN MASJID DAN TIPE ORGANISASI ISLAM

PENGELOLA MASJID( Studi Kasus pada Masjid di kota Semarang )

CIPTANING ANDRIANI

ANIS CHARIRI, SE, M.Com., Ph.D. Akt.

Fakultas Ekonomi UNDIP

ABSTRACT

This study aims to examine differences in the quality of internal controlsystems of the mosque in terms of the size mosques and Islamic organizationsmanaging the type of mosques in the city of Semarang. Quality evaluation ofinternal control system in this study include general internal control, cashreceipts, cash disbursements and reconciliation practices. The size of the mosqueconsists of small and large mosques, whereas the type of Islamic organizationsmanaging of the mosque consists of NU and Muhammadiyah.

The sample in this study were 91 respondents. Sampling using simplerandom sampling method. The questionnaire used to obtain data. Analysisinstrument to process data in this study using SPSS. Tests performed included ofthe quality data test that consists of validity and reliability test, normality test, andMann-Whitney test.

Results showed that when viewed from the size of the mosque, overallquality of the internal control system large mosque is better than a small mosque.However, a more detailed test results prove that there are differences in thequality of internal control (cash receipts, cash disbursements and reconciliationpractices) between small mosque and large mosque and there was no difference ingeneral quality of the internal control system among small mosque and largemosque. Furthermore, when viewed from the type of Islamic organizationMuhammadiyah managers mosque have proved that the quality of internal controlsystems (general, cash receipts and cash disbursements) are better than NU.However from the practice of reconciliation, NU is better than Muhammadiyah.So overall Muhammadiyah still have quality internal control system is better thanNU. However, a more detailed test results prove that there are differences in thequality of internal control systems (general, cash receipts and cashdisbursements) between NU and Muhammadiyah, and there were no differencesin the quality of internal control systems reconciliation practice between NU andMuhammadiyah.

Key words: Accounting, Mosques, Internal control, Governance.

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sistem pengendalian intern merupakan salah satu aspek penting dalam

menunjang keberhasilan suatu organisasi. Suatu organisasi akan berjalan dengan

baik jika mempunyai sistem pengendalian intern yang baik. Pada umumnya

organisasi yang bertujuan mencari laba sudah menyadari akan pentingnya sistem

pengendalian intern. Oleh karena itu, mereka memakai jasa auditor untuk

mengevaluasi apakah sistem pengendalian intern di organisasi tersebut sudah

berjalan dengan baik atau belum.

Mulyadi (2002) mendefinisikan sistem pengendalian intern sebagai suatu

sistem yang meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang

dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan

keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya

kebijakan manajemen.

Sistem pengendalian intern yang diciptakan dalam suatu organisasi

mempunyai beberapa tujuan. Tujuan dari sistem pengendalian intern menurut

Mulyadi (2002) adalah:

1. Menjaga kekayaan organisasi

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

3. Mendorong efisiensi

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Sistem pengendalian intern yang tidak dilakukan dengan baik dapat

menimbulkan kejahatan keuangan pada suatu organisasi. Beberapa buktinya

(dikutip dari Duncan, 1999) yaitu laporan pers The Wall Street Journal dan

kejahatan yang telah dilakukan oleh Ellen Cook.

The Wall Street Journal (dikutip dari Duncan, 1999) melaporkan bahwa

Roma Katolik dan imam diosesan administrator menggelapkan uang gereja lebih

dari $3,5 juta selama periode tiga tahun. Pencurian ini dikaitkan karena tidak

adanya audit dan suatu sistem yang mempercayakan sebagian besar pada

kepercayaan atau iman seseorang untuk mengendalikan arus kas.

Staf (dikutip dari Duncan, 1999) melaporkan bahwa Ellen Cook, mantan

bendahara Gereja Episkopal Center di New York menggelapkan $2.200.000

3

antara 1990 dan 1995. Cook mampu mengalihkan uang karena ia memiliki kontrol

atas audit dan melanggar kebijakan gereja, yaitu mengisi, memeriksa formulir

permintaan, dan menandatanganinya sendiri.

Berdasarkan bukti kejahatan keuangan tersebut, maka sistem pengendalian

intern tidak hanya penting untuk organisasi yang bertujuan mencari laba,

melainkan penting juga diterapkan di organisasi nirlaba, contonya pada masjid.

Masjid merupakan salah satu organisasi nirlaba, sama halnya dengan gereja yang

merupakan salah satu jenis organisasi nirlaba yang memiliki beberapa

karakteristik dan sering kurang memahami pentingnya memiliki fungsi sistem

pengendalian internal. Beberapa karakteristik itu adalah tidak adanya kepemilikan

saham, tidak adanya pengukur kinerja secara keseluruhan, dan sering dikelola

oleh para professional yang menyediakan layanan yang ditawarkan oleh

organisasi. Latar belakang pendidikan dari para profesional biasanya memiliki

sedikit atau sama sekali tidak memiliki pelatihan manajemen bisnis atau akuntansi

(Duncan, 1999).

Sistem pengendalian intern pada masjid dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu ukuran. Berdasarkan ukurannya, masjid dapat diklasifikasikan menjadi

masjid besar dan masjid kecil. Klasifikasinya ditentukan berdasarkan ketersediaan

fasilitas yang sekaligus menunjukkan kualitas masjid tersebut. Masjid kecil terdiri

dari fasilitas utama, sedangkan masjid besar terdiri dari fasilitas utama dan

fasilitas pendukung. Yang termasuk fasilitas utama adalah mimbar, mihrab,

tempat adzan, tempat wudlu, kamar mandi, toilet. Adapun fasilitas pendukung

adalah menara, kantor pengurus, majelis taklim, perpustakaan, poliklinik, baitul

mal, Unit Pelayanan Zakat (UPZ), dan lain-lain (Dewan Masjid Indonesia, 2009).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi sistem pengendalian intern adalah

tipe organisasi Islam pengelola masjid. Tipe organisasi Islam pengelola masjid

yang paling besar di Indonesia ada dua, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan

Muhammadiyah. NU sering disebut oleh para pengamat sejarah sebagi sebuah

organisasi yang mewakili golongan muslim tradisional, sedangkan

Muhammadiyah sering dikatakan sebagai sebuah perkumpulan yang mewakili

kelompok muslim modernis (Fealy dan Barton, 1996).

Penelitian ini mendasari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Booth

(1993) dengan mengganti variabelnya menjadi ukuran masjid yang meliputi

4

masjid kecil dan masjid besar dan tipe organisasi Islam pengelola masjid yang

meliputi NU dan Muhammadiyah. Booth (dikutip dari Duncan,1999) melakukan

penelitian tentang pengaruh ukuran gereja dan denominasi gereja terhadap

kualitas sistem pengendalian intern. Hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran

gereja dan denominasi gereja mempengaruhi kualitas sistem pengendalian intern

pada gereja di Amerika Serikat.

Alasan pemilihan penelitian tentang sistem pengendalian intern pada

masjid karena penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan

penelitian ini terletak pada variabel-variabel yang dapat membedakan kualitas

sistem pengendalian intern pada masjid di kota Semarang. Variabel-variabel yang

diuji adalah ukuran masjid dan tipe organisasi Islam pengelola masjid. Penelitian

ini dilakukan untuk membuktikan apakah ada perbedaan kualitas sistem

pengendalian intern ditinjau dari ukuran masjid dan tipe organisasi Islam

pengelola masjid. Selain itu, alasan lainnya adalah belum banyaknya peneliti yang

meneliti tentang sistem pengendalian intern pada masjid. Oleh sebab itu,

penelitian tentang sistem pengendalian intern pada masjid menarik untuk diteliti.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern masjid antara

masjid kecil dengan masjid besar di kota Semarang?

2. Apakah ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern masjid antara

Nahdlatul Ulama dengan Muhammadiyah di kota Semarang?

Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai sistem pengendalian intern pada masjid ini

mempunyai beberapa tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan kualitas sistem pengendalian

intern masjid antara masjid kecil dengan masjid besar.

2. Untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan kualitas sistem pengendalian

intern masjid antara Nahdlatul Ulama dengan Muhammadiyah.

5

TELAAH PUSTAKA

Landasan Teori

Teori Stewardship

Menurut Donaldson dan Davis (dikutip dari Clarke, 2004), teori

stewardship didesain bagi para peneliti untuk menguji situasi dimana para manajer

dalam perusahaan sebagai pelayan (steward) dapat termotivasi untuk bertindak

dengan cara terbaik pada principalnya, sedangkan Chinn (dikutip dari Clarke,

2004) mengatakan bahwa stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis

mengenai sifat manusiayakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya,

mampu bertindak dengan penuh tanggungjawab, memiliki integritas dan kejujuran

terhadap pihak lain.

Implikasi Teori Stewardship terhadap penelitian ini menjelaskan eksistensi

pengelola masjid sebagai manusia yang bertanggungjawab dan dapat dipercaya

untuk bertindak dengan sebaik-baiknya dalam mengelola masjid termasuk dalam

hal mengelola kas masjid yang digunakan untuk kepentingan publik.

Karakteristik Masjid

Masjid merupakan salah satu organisasi nirlaba, sama halnya dengan

gerejayang merupakan salah satu jenis organisasi nirlaba yang memiliki beberapa

karakteristik dan sering kurang memahami pentingnya memiliki fungsi sistem

pengendalian internal. Beberapa karakteristik itu adalah tidak adanya kepemilikan

saham, tidak adanya pengukur kinerja secara keseluruhan, dan sering dikelola

oleh para profesional yang menyediakan layanan yang ditawarkan oleh organisasi.

Latar belakang pendidikan dari para profesional biasanya memiliki sedikit atau

sama sekali tidak memiliki pelatihan manajemen bisnis atau akuntansi (Duncan,

1999).

Ukuran Masjid

Berdasarkan ukurannya, masjid dapat diklasifikasikan menjadi masjid

besar dan masjid kecil. Klasifikasinya ditentukan berdasarkan ketersediaan

fasilitas yang sekaligus menunjukkan kualitas masjid tersebut. Masjid kecil terdiri

6

dari fasilitas utama, sedangkan masjid besar terdiri dari fasilitas utama dan

fasilitas pendukung. Yang termasuk fasilitas utama adalah mimbar, mihrab,

tempat adzan, tempat wudlu, kamar mandi, toilet. Adapun fasilitas pendukung

adalah menara, kantor pengurus, majelis taklim, perpustakaan, poliklinik, baitul

mal, Unit Pelayanan Zakat (UPZ), dan lain-lain(Dewan Masjid Indonesia, 2009).

Masjid besar memiliki fasilitas yang lebih lengkap daripada masjid kecil.

Salah satu fasilitas itu adalah kantor pengurus. Adanya kantor pengurus

membuktikan kelengkapan sebuah pengurus masjid yang dapat meningkatkan

potensi pemisahan tugas keuangan. Masjid besar biasanya mempekerjakan

pegawai yang lebih banyak daripada masjid yang berukuran lebih kecil. Masjid

yang lebih besar juga mungkin mempekerjakan seseorang dengan keahlian di

bidang akuntansi dan administrasi. Perbedaan inilah yang mungkin membuat

kualitas sistem pengendalian intern di masjid yang berukuran besar dengan masjid

yang berukuran kecil berbeda. Masjid yang berukuran besar mungkin memiliki

kualitas sistem pengendalian intern yang lebih baik daripada masjid yang

berukuran kecil.

Tipe Organisasi Islam Pengelola Masjid

Tipe organisasi Islam pengelola masjid yang paling besar di Indonesia ada

dua, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. NU lahir pada 31 Januari

1926 dan merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota

sekitar 80 juta (www.nu.or.id). NU sering disebut oleh para pengamat sejarah

sebagi sebuah organisasi yang mewakili golongan Muslim tradisional (Fealy dan

Barton, 1996). Sedangkan Muhammadiyah lahir pada 18 November 1912 dan

merupakan organisasi Islam ke dua dengan anggotanya sekitar 29 juta

(www.muhammadiyah.or.id). Muhammadiyah sering dikatakan sebagai sebuah

perkumpulan yang mewakili kelompok Muslim modernis (Fealy dan Barton,

1996). Perbedaan inilah yang memungkinkan adanya perbedaan pandangan

mengenai pentingnya sistem pengendalian intern pada suatu masjid.

Muhammadiyah sebagai kelompok Muslim modernis mungkin memiliki sistem

pengendalian intern yang lebih baik daripada NU yang sebagai golongan Muslim

tradisional.

7

Sistem Pengendalian Intern

Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2002), sistem pengendalian intern adalah suatu sistem

yang meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang

dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan

keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya

kebijakan manajemen.

Komponen Sistem Pengendalian Intern

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik Per 1 Januari 2001,

Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait, yaitu :

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi

kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian

merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan

disiplin dan struktur.

2. Penaksiran Risiko

Penilaian risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang

relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan

bagaimana risiko harus dikelola.

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu

menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut

membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi

risiko dalam pencapaian tujuan entitas.

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan

pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan

orang yang melaksanakan tanggung jawab mereka.

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern

sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi

pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.

8

Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2002) tujuan sistem pengendalian intern adalah:

1. Menjaga kekayaan organisasi

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

3. Mendorong efisiensi

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka perlu adanya syarat-syarat

tertentu untuk mencapainya, yaitu unsur-unsur yang mendukungnya. American

Institute of Certified Public Accountant (dikutip dari Arens dan Loebbecke, 2003)

mengemukakan bahwa suatu sistem pengendalian intern yang memuaskan akan

bergantung sekurang-kurangnya empat unsur pengendalian intern adalah sebagai

berikut :

1. Suatu struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara

tepat.

2. Suatu sistem wewenang dan prosedur pembukuan yang baik berguna untuk

melakukan pengawasan akuntansi yang cukup terhadap harta milik, hutang-

hutang, pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya.

3. Praktek-praktek yang sehat haruslah dijalankan didalam melakukan tugas-

tugas dan fungsi-fungsi setiap bagian dalam organisasi.

4. Suatu tingkat kecakapan pegawai yang sesuai dengan tanggung jawab.

Fungsi Pengendalian Intern

Menurut Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (2006),

pengendalian intern melaksanakan tiga fungsi penting yang saling mendukung

sehingga sistem yang ada memperoleh hasil maksimal bagi perusahaan. Ketiga

fungsi pengendalian intern tersebut adalah sebagai berikut:

1. Preventive Control (pengendalian untuk pencegahan)

Fungsinya untuk mencegah timbulnya suatu masalah sebelum permasalahan

tersebut muncul.

2. Detective Control (pengendalian untuk pendeteksian dini)

Dibutuhkan untuk mengungkap masalah yang baru muncul.

9

3. Corrective Control (pengendalian untuk koreksi)

Berfungsi untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam preventive dan

detective control.

Kerangka Pemikiran

Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel

terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel

terikat (dependent variable) meliputi kualitas sistem pengendalian intern,

sedangkan variabel bebas (independent variable) meliputi ukuran masjid dan tipe

organisasi Islam pengelola masjid.

Kerangka pemikiran dari permasalahan tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

H1

(+)

H2

(+)

Hipotesis

Ukuran masjid dalam penelitian ini ditinjau dari segi ketersediaan fasilitas

dimana salah satunya masjid besar memiliki kantor pengurus yang membuktikan

kelengkapan sebuah pengurus masjid yang dapat meningkatkan potensi

pemisahan tugas keuangan. Masjid besar biasanya mempekerjakan pegawai yang

lebih banyak daripada masjid yang berukuran lebih kecil. Masjid yang lebih besar

juga mungkin mempekerjakan seseorang dengan keahlian di bidang akuntansi dan

administrasi. Perbedaan inilah yang mungkin membuat kualitas sistem

pengendalian intern di masjid yang berukuran besar dengan masjid yang

Kualitas SistemPengendalian Intern

MasjidKecil

NU

Kualitas SistemPengendalian Intern

MasjidBesar

Muhammadiyah

10

berukuran kecil berbeda. Masjid yang berukuran besar mungkin memiliki kualitas

sistem pengendalian intern yang lebih baik daripada masjid yang berukuran kecil.

Booth (dikutip dari Duncan, 1999) telah meneliti dan menunjukkan bahwa

ukuran gereja di Amerika Serikat mempengaruhi kualitas sistem pengendalian

intern gereja. Ini dibuktikan bahwa 30% dari gereja Methodis kecil tidak memiliki

audit tahunan, sedangkan gereja Methodis besar hanya 18%nya yang tidak

memiliki audit tahunan. Dengan demikian, hipotesis penelitian pertama adalah

sebagai berikut:

H1 : Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern masjid antara masjid

kecil dan masjid besar.

Selain itu, perbedaan tipe organisasi Islam pengelola masjid dalam

akuntansi suatu masjid mungkin ada karena Muhammadiyah memiliki

karakteristik sebagai kelompok Muslim modernis dan Nahdlatul Ulama sebagai

kelompok Muslim tradisional. Oleh karakteristik ini, ada kemungkinan besar

bahwa Muhammadiyah lebih memahami sistem pengendalian intern dibandingkan

dengan NU.

Dalam penelitian Booth (dikutip dari Duncan, 1999), denominasi gereja di

Amerika Serikat yang terdiri dari gereja Methodist, Presbyterian dan Baptis,

mempengaruhi kualitas sistem pengendalian intern gereja. Ini dibuktikan bahwa

sekitar 80% dari gereja Presbyterian dan Methodist memiliki beberapa bentuk

audit tahunan dibandingkan dengan gereja Baptis yang hanya 36%nya saja.

Dengan demikian, hipotesis penelitian kedua adalah sebagai berikut:

H2 : Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern masjid antara Nahdlatul

Ulama dan Muhammadiyah.

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Didalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kualitas

sistem pengendalian intern. Kualitas sistem pengendalian intern dalam hal ini

terdiri dari penilaian tentang pengendalian intern umum yang meliputi

pengawasan terhadap penggunaan fasilitas, laporan akuntansi, dan tugas

bendahara, penerimaan kas yang meliputi pengawasan terhadap penerimaan,

11

penghitungan dan penyimpanan uang, pengeluaran kas yang meliputi pengawasan

terhadap penggunaan uang dan pengotorisasian slip pencairan uang, serta praktek

rekonsiliasi yang meliputi pemeriksaan terhadap catatan keuangan menurut masjid

dan menurut bank.

Sedangkan yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah:

1. Ukuran Masjid

Berdasarkan ukurannya, masjid dapat diklasifikasikan menjadi masjid kecil

dan masjid besar. Masjid kecil terdiri dari fasilitas utama, sedangkan masjid

besar terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Yang termasuk

fasilitas utama adalah mimbar, mihrab, tempat adzan, tempat wudlu, kamar

mandi, toilet. Adapun fasilitas pendukung adalah menara, kantor pengurus,

majelis taklim, perpustakaan, poliklinik, baitul mal, Unit Pelayanan Zakat

(UPZ), dan lain-lain (Dewan Masjid Indonesia, 2009). Pengukuran untuk

variabel ukuran masjid yang terdiri dari masjid besar dan masjid kecil yaitu

untuk masjid kecil diberi nilai 1 dan masjid besar diberi nilai 2.

2. Tipe Organisasi Islam Pengelola Masjid

Tipe organisasi Islam pengelola masjid yang paling besar di Indonesia ada

dua, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Pengukuran untuk

variabel tipe organisasi islam pengelola masjid yang terdiri dari Nahdlatul

Ulama (NU) dan Muhammadiyah yaitu untuk Nahdlatul Ulama (NU) diberi

nilai 1 dan Muhammadiyah diberi nilai 2.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek penelitian yang memiliki

karakteristik tertentu (Arikunto, 1998). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh masjid yang ada di kota Semarang. Berdasarkan data dari Kementerian

Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Tengah, jumlah seluruh masjid di kota

Semarang sebanyak 969 masjid (www.jateng.depag.go.id).

Sampel adalah bagian dari populasi. Pengambilan sampel menggunakan

metode Sampel Random Sederhana ( Simple Random Sampling ). Jumlah sampel

minimum yang harus diambil jika diketahui jumlah populasinya dengan

menggunakan rumus Slovin adalah sebagai berikut:

12

=

1 + ଶ

=969

1 + 969(0,1)ଶ

= 90,65 ݐ 91ݑ

Dimana:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = maksimal error / ketepatan data yang ditetapkan tidak menyimpang dari 10

persen

HASIL DAN ANALISIS

Deskripsi Objek Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan menyebarkan

kuesioner ke seluruh masjid yang ada di kota Semarang yang dijadikan sampel

dalam penelitian ini. Sedangkan responden (sampel) yang digunakan adalah

pengelola masjid ataupun pengurus takmir masjid. Banyaknya kuesioner yang

disebar oleh penulis berjumlah 91 buah sesuai hasil pengambilan sampel.

Pengumpulan kembali kuesioner dilakukan sendiri oleh penulis dan dilakukan

secara bertahap tergantung pada kesediaan para responden untuk mengisi

kuesioner. Besarnya tingkat pengembalian kuesioner dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.1Tingkat Pengembalian Kuesioner

Jumlah ProsentaseJumlah kuesioner yang dikirimkanJumlah kuesioner yang kembaliJumlah kuesioner yang tidak lengkapJumlah kuesioner yang dapat digunakan(Tingkat pengembalian kuesioner)

9191091

100%

100%

Sumber : data primer yang diolah

Statistik deskriptif adalah cabang dari statistik yang berhubungan dengan

penggambaran atau peringkasan data penelitian sehingga data tersebut mudah

13

dipahami (Santosa dan Ashari, 2005). Berikut tabel statistik deskriptif penelitian

ini:

Tabel 4.6Statistik Deskriptif

Range Minimum MaximumStd.

Deviation Mean Median

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic

Umum7.00 7.00 14.00 1.39211 11.5604 12.0000

Penerimaan Kas11.00 13.00 24.00 2.72935 18.8022 20.0000

Pengeluaran Kas8.00 12.00 20.00 1.97975 14.5055 15.0000

PraktekRekosiliasi 8.00 8.00 16.00 2.93283 10.4176 9.0000

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat disajikan hasil statistik deskriptif

tentang variabel-variabel penelitian sebagai berikut:

1. Umum

Skala pengukuran sub variabel umum terdiri dari 7 item pertanyaan.

Jawaban yang diberikan responden mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban

antara 7 – 14 dengan median teoritis sebesar 10,5. Hasil jawaban empiris

penelitian ini memiliki nilai rata-rata jawaban sebesar 11,5604 dan standar deviasi

1,39211 menunjukkan bahwa masjid secara umum memiliki sistem pengendalian

intern umum ketaatan yang cukup bagus karena memiliki skor rata-rata empirik

yang lebih besar dari median teoritisnya.

2. Penerimaan Kas

Skala pengukuran sub variabel penerimaan kas terdiri dari 12 item

pertanyaan.Jawaban yang diberikan responden mempunyai kisaran teoritis bobot

jawaban antara 12 – 24 dengan median teoritis sebesar 18. Hasil jawaban empiris

penelitian ini memiliki nilai rata-rata jawaban sebesar 18,8022 dan standar deviasi

2,72935 menunjukkan bahwa masjid secara umum memiliki sistem pengendalian

internal penerimaan kas ketaatan yang cukup bagus karena memiliki skor rata-rata

empirik yang lebih besar dari median teoritisnya.

14

3. Pengeluaran Kas

Skala pengukuran sub variabel pengeluaran kas terdiri dari 11 item

pertanyaan. Jawaban yang diberikan responden mempunyai kisaran teoritis bobot

jawaban antara 11 – 22 dengan median teoritis sebesar 16,5. Hasil jawaban

empiris penelitian ini memiliki nilai rata-rata jawaban sebesar 14,5055 dan

standar deviasi 1,97975 menunjukkan bahwa masjid secara umum memiliki

sistem pengendalian intern pengeluaran kas yang kurang bagus karena memiliki

skor rata-rata empirik yang lebih kecil dari median teoritisnya.

4. Praktik Rekonsiliasi

Skala pengukuran sub variabel praktik rekonsiliasi terdiri dari 8 item

pertanyaan. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot

jawaban antara 8–16 dengan medianteoritis sebesar 12. Hasil jawaban empiris

penelitian ini memiliki nilai rata-rata jawaban sebesar 10,4176 dan standar deviasi

2,93283 menunjukkan bahwa masjid secara umum memiliki sistem pengendalian

intern praktik rekonsiliasi yang kurang bagus karena memiliki skor rata-rata

empirik yang lebih kecil dari median teoritisnya.

Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut

(Ghozali, 2006). Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode korelasi tunggal product moment pearson. Adapun kaidah

yang berlaku dalam pengujian validitas ini adalah sebagai berikut:

a. Jika r-hitung < r-tabel pada = 0,05, maka butir tidak valid

b. Jika r-hitung ≥ r-tabel pada = 0,05, maka butir valid

Berdasarkan perhitungan validitas menggunakan formula Pearson dengan

bantuan program SPSS Release 11.5, maka hasil koefisien validitas keseluruhan

butir pertanyaan dapat direkapitulasi sebagaimana tabel di bawah ini:

15

Tabel 4.7Rekapitulasi Hasil Perhitungan Koefisien Validitas

VariabelButir

Pertanyaanr-hitung r-tabel Ket

Umum

Butir No. 1Butir No. 2Butir No. 3Butir No. 4Butir No. 5Butir No. 6Butir No. 7

0,24790,59560,52820,58670,28110,41280,2337

0,2000,2000,2000,2000,2000,2000,200

ValidValidValidValidValidValidValid

PenerimaanKas

Butir No. 8Butir No. 9Butir No. 10Butir No. 11Butir No. 12Butir No. 13Butir No. 14Butir No. 15Butir No. 16Butir No. 17Butir No. 18Butir No. 19

0,23970,24770,29770,23970,48220,70420,52940,70190,63650,48730,45060,3010

0,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,200

ValidValidValidValidValidValidValidValidValidValidValidValid

PengeluaranKas

Butir No. 20Butir No. 21Butir No. 22Butir No. 23Butir No. 24Butir No. 25Butir No. 26Butir No. 27Butir No. 28Butir No. 29Butir No. 30

0,67500,72770,72770,67600,34270,37620,43410,32830,34500,28190,5811

0,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,200

ValidValidValidValidValidValidValidValidValidValidValid

PraktekRekonsiliasi

Butir No. 31Butir No. 32Butir No. 33Butir No. 34Butir No. 35Butir No. 36Butir No. 37Butir No. 38

0,84840,79750,29520,89460,94490,69660,72670,7988

0,2000,2000,2000,2000,2000,2000,2000,200

ValidValidValidValidValidValidValidValid

Sumber : data primer yang diolah

Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya

16

relatif sama maka alat ukur tersebut reliabel. Pengambilan keputusan berdasarkan

jika nilai Alpha melebihi 0,6 maka pertanyaan variabel tersebut reliabel dan

sebaliknya.

Tabel 4.8

Hasil Uji Reliabilitas

Sumber : Data primer yang diolah

Uji Normalitas

Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan pengujian

Kolmogorov-Smirnov. Adapun hasil pengujian dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui dengan rangkuman yang tersaji pada tabel

berikut:

Tabel. 4.9

Pengujian Normalitas Data

Sumber : data primer yang diolah

Uji Hipotesis

Ukuran masjid

Berikut ini tabel statistik deskriptif ditinjau dari ukuran masjid:

Variabel Nilai Alpha Keputusan

Umum

Penerimaan Kas

Pengeluaran Kas

Praktik Rekonsiliasi

0,6751

0,8020

0,6762

0,9283

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Variabel Z-hitung Sig. Sig.

Umum

Penerimaan Kas

Pengeluaran Kas

Praktik Rekonsiliasi

0,6751

0,8020

0,6762

0,9283

0,000

0,001

0,001

0,000

Tidak berdistribusi normal

Tidak berdistribusi normal

Tidak berdistribusi normal

Tidak berdistribusi normal

17

Tabel 4.10

Statistik Deskriptif Ditinjau dari Ukuran Masjid

Ukuran Masjid Umum Penerimaan Kas Pengeluaran Kas Praktek Rekosiliasi

Kecil Minimum 7 13 12 8

Maximum 14 24 17 15

Range 7 11 5 7

Mean 11.5233 18.6512 14.2326 10.186

Median 12 20 15 9

Std. Deviation 1.4203 2.7041 1.664 2.7929

Besar Minimum 12 19 19 10

Maximum 13 23 20 16

Range 1 4 1 6

Mean 12.2 21.4 19.2 14.4

Median 12 22 19 16

Std. Deviation 0.4472 1.8166 0.4472 2.6077

Sumber : data primer yang diolah

Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa kualitas sistem pengendalian intern (umum,

penerimaan kas, pengeluaran kas, dan praktek rekonsiliasi) masjid besar lebih

baik daripada masjid kecil. Hal ini ditunjukkan dengan semua hasil nilai mean

atau rata-rata pada masjid besar lebih besar daripada masjid kecil.

Pada tabel 4.9 diketahui bahwa data untuk seluruh variabel pengendalian

intern tidak terdistribusi normal, sehingga untuk menguji hipotesis 2 analisis

menggunakan uji beda Mann-Whitney. Adapun pengujian Mann-Whitney pada

kualitas sistem pengendalian intern umum dapat diketahui pada tabel berikut ini :

Tabel 4.11Pengujian Mann-Whitney Untuk Variabel

Kualitas Sistem Pengendalian Intern Ditinjau dariUkuran Masjid

Umum

Penerimaan

Kas

Pengeluaran

Kas

Praktek

Rekosiliasi

Mann-Whitney U 139.500 97.500 .000 47.000

Wilcoxon W 3880.500 3838.500 3741.000 3788.000

Z -1.395 -2.079 -3.873 -3.050

Asymp. Sig. (2-tailed) .163 .038 .000 .002

Sumber : data primer diolah

18

Dari hasil uji Mann-Whitney yang tersaji pada tabel 4.11 dapat diketahui

bahwa :

1. Tidak ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern umum ditinjau dari

ukuran masjid (masjid besar dan masjid kecil). Hal tersebut dikarenakan

perolehan nilai signifikansi sebesar 0,163 (> 0,05), sehingga hipotesis ditolak.

2. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pada penerimaan kas

ditinjau dari ukuran masjid (masjid besar dan masjid kecil). Hal tersebut

dikarenakan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,038 (< 0,05), sehingga

hipotesis diterima.

3. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pada pengeluaran kas

ditinjau dari ukuran masjid (masjid besar dan masjid kecil). Hal tersebut

dikarenakan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga

hipotesis diterima.

4. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pada praktek rekonsiliasi

ditinjau dari ukuran masjid (masjid besar dan masjid kecil). Hal tersebut

dikarenakan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,002 (< 0,05), sehingga

hipotesis diterima.

Tipe Organisasi Islam Pengelola Masjid

Berikut ini tabel statistik deskriptif ditinjau dari tipe organisasi Islam

pengelola masjid:

Tabel 4.12Statistik Deskriptif Ditinjau dari Tipe Organisasi Islam Pengelola Masjid

Penerimaan Pengeluaran Praktek

Organisasi Pengelola Umum Kas Kas Rekosiliasi

NU Minimum 7 13 12 8

Maximum 13 23 19 16

Range 6 10 7 8

Mean 11.3378 18.1622 14.0676 10.5541

Median 12 19 15 9

Std. Deviation 1.2194 2.4774 1.853 3.1368

19

Muhammadiyah Minimum 7 17 15 9

Maximum 14 24 20 16

Range 7 7 5 7

Mean 12.5294 21.5882 16.4118 9.8235

Median 13 22 17 9

Std. Deviation 1.6999 1.9384 1.2776 1.7405

Sumber : data primer yang diolah

Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa kualitas sistem pengendalian intern (umum,

penerimaan kas, dan pengeluaran kas) Muhammadiyah lebih baik daripada NU.

Hal ini dibuktikan dengan nilai mean kualitas sistem pengendalian intern (umum,

penerimaan kas, dan pengeluaran kas) Muhammadiyah lebih besar daripada NU.

Akantetapi jika dilihat dari praktek rekonsiliasinya, NU lebih baik daripada

Muhammadiyah. Hal ini dibuktikan dengan nilai mean pada praktek rekonsiliasi

NU lebih besar daripada Muhammadiyah.

Pada tabel 4.9 diketahui bahwa data untuk variabel pengendalian intern

umum tidak terdistribusi normal, sehingga untuk menguji hipotesis 2 analisis

menggunakan uji beda Mann-Whitney. Adapun pengujian Mann-Whitney pada

kualitas sistem pengendalian intern umum dapat diketahui pada tabel berikut ini :

Tabel 4.13

Pengujian Mann-Whitney Untuk Variabel

Kualitas Sistem Pengendalian Intern Ditinjau dari

Tipe Organisasi Islam Pengelola Masjid

Sumber : data primer diolah

Dari hasil uji Mann-Whitney yang tersaji pada tabel 4.13 dapat diketahui

bahwa :

220.500 178.000 173.000 514.500

2995.500 2953.000 2948.000 3289.500

-4.424 -4.665 -4.803 -1.215

.000 .000 .000 .224

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

UmumPenerimaan

KasPengeluaran

KasPraktek

Rekosiliasi

20

1. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern umum ditinjau dari tipe

organisasi Islam pengelola masjid (NU dan Muhammadiyah). Hal tersebut

dikarenakan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga

hipotesis diterima.

2. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pada penerimaan kas

ditinjau dari tipe organisasi Islam pengelola masjid (NU dan

Muhammadiyah). Hal tersebut dikarenakan perolehan nilai signifikansi

sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga hipotesis diterima.

3. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pada pengeluaran kas

ditinjau dari tipe organisasi Islam pengelola masjid (NU dan

Muhammadiyah). Hal tersebut dikarenakan perolehan nilai signifikansi

sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga hipotesis diterima.

4. Tidak ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pada praktek

rekonsiliasi ditinjau dari tipe organisasi Islam pengelola masjid (NU dan

Muhammadiyah). Hal tersebut dikarenakan perolehan nilai signifikansi

sebesar 0,224 (> 0,05), sehingga hipotesis ditolak.

Interpretasi Hasil

A. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern antara masjid kecil

dan masjid besar

Hasil pengujian ditinjau dari ukuran masjid membuktikan bahwa secara

keseluruhan masjid besar memiliki kualitas sistem pengendalian intern yang lebih

baik daripada masjid kecil. Namun hasil pengujian yang lebih rinci membuktikan

bahwa terdapat perbedaan kualitas pengendalian intern (penerimaan kas,

pengeluaran kas dan praktek rekonsiliasi) antara masjid kecil dan masjid besar.

Akantetapi dari kualitas sistem pengendalian intern umumnya, tidak terdapat

perbedaan antara masjid kecil dan masjid besar.

Ukuran masjid dalam penelitian ini ditinjau dari segi ketersediaan fasilitas

dimana salah satunya masjid besar memiliki kantor pengurus yang membuktikan

kelengkapan sebuah pengurus masjid yang dapat meningkatkan potensi

pemisahan tugas keuangan. Masjid besar biasanya mempekerjakan pegawai yang

lebih banyak daripada masjid yang berukuran lebih kecil. Masjid yang lebih besar

juga mungkin mempekerjakan seseorang dengan keahlian di bidang akuntansi dan

21

administrasi, sehingga dapat meningkatkan probabilitas kontrol internal masjid

yang berukuran besar dibandingkan masjid yang berukuran kecil.

Adanya perbedaan kualitas sistem pengendalian intern penerimaan kas,

pengeluaran kas, dan praktek rekonsiliasi ditinjau dari ukuran masjid dalam

penelitian ini mendukung penelitian Booth (dikutip dari Duncan, 1999), dimana

dalam penelitian menunjukkan bahwa ukuran gereja di Amerika Serikat

mempengaruhi kualitas sistem pengendalian intern gereja. Ini dibuktikan bahwa

30% dari gereja Methodis kecil tidak memiliki audit tahunan, sedangkan gereja

Methodis besar hanya 18%nya yang tidak memiliki audit tahunan.

B. Ada perbedaan kualitas sistem pengendalian intern antara NU dan

Muhammadiyah

Hasil pengujian ditinjau dari tipe organisasi Islam pengelola masjid

membuktikan bahwa Muhammadiyah memiliki kualitas sistem pengendalian

intern (umum, penerimaan kas, dan pengeluaran kas) yang lebih baik daripada

NU. Akantetapi dari praktek rekonsiliasinya, NU lebih baik daripada

Muhammadiyah. Sehingga secara keseluruhan Muhammadiyah masih memiliki

kualitas sistem pengendalian intern yang lebih baik daripada NU. Namun hasil

pengujian yang lebih rinci membuktikan bahwa terdapat perbedaan kualitas

sistem pengendalian intern (umum, penerimaan kas dan pengeluaran kas) antara

NU dan Muhammadiyah. Akantetapi dari kualitas sistem pengendalian intern

praktek rekonsiliasinya, tidak terdapat perbedaan antara NU dan Muhammadiyah.

Adanya perbedaan kualitas sistem pengendalian intern masjid ditinjau dari

tipe organisasi Islam pengelola masjid terjadi karena Muhammadiyah memiliki

karakteristik sebagai kelompok Muslim modernis dan NU sebagai kelompok

Muslim tradisional. Muhammadiyah sebagai kelompok Muslim modernis

mungkin lebih memahami pentingnya sistem pengendalian intern daripada NU

sebagai kelompok Muslim tradisional.

Hasil menunjukkan adanya perbedaan kualitas sistem pengendalian intern

umum, penerimaan kas dan pengeluaran kas ditinjau dari tipe organisasi Islam

pengelola masjid dalam penelitian ini mendukung penelitian Booth (dikutip dari

Duncan, 1999), bahwa denominasi gereja di Amerika Serikat yang terdiri dari

gereja Methodist, Presbyterian dan Baptis, mempengaruhi kualitas sistem

22

pengendalian intern gereja. Ini dibuktikan bahwa sekitar 80% dari gereja

Presbyterian dan Methodist memiliki beberapa bentuk audit tahunan dibandingkan

dengan gereja Baptis yang hanya 36%nya saja.

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis perbedaan

kualitas sistem pengendalian intern ditinjau dari ukuran masjid dan tipe organisasi

Islam pengelola masjid yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Ditinjau dari ukuran masjid, secara keseluruhan masjid besar memiliki

kualitas sistem pengendalian intern yang lebih baik daripada masjid kecil.

Namun hasil pengujian yang lebih rinci membuktikan bahwa terdapat

perbedaan kualitas pengendalian intern (penerimaan kas, pengeluaran kas dan

praktek rekonsiliasi) antara masjid kecil dan masjid besar serta tidak terdapat

perbedaan kualitas sistem pengendalian intern umum antara masjid kecil dan

masjid besar.

2. Ditinjau dari tipe organisasi Islam pengelola masjid membuktikan bahwa

Muhammadiyah memiliki kualitas sistem pengendalian intern (umum,

penerimaan kas, dan pengeluaran kas) yang lebih baik daripada NU.

Akantetapi dari praktek rekonsiliasinya, NU lebih baik daripada

Muhammadiyah. Sehingga secara keseluruhan Muhammadiyah masih

memiliki kualitas sistem pengendalian intern yang lebih baik daripada NU.

Namun hasil pengujian yang lebih rinci membuktikan bahwa terdapat

perbedaan kualitas sistem pengendalian intern (umum, penerimaan kas dan

pengeluaran kas) antara NU dan Muhammadiyah serta tidak terdapat

perbedaan kualitas sistem pengendalian intern praktek rekosiliasi antara NU

dan Muhammadiyah.

23

Keterbatasan

1. Variabel yang diamati dalam penelitian ini terbatas hanya pada ukuran masjid

dan tipe organisasi Islam pengelola masjid, sedangkan mungkin masih banyak

variabel lain yang mungkin dapat membedakan kualitas sistem pengendalian

intern sebuah masjid.

2. Pada penelitian ini hanya menggunakan sampel masjid yang ada di Semarang,

dimana hasil yang dicapai penelitian ini belum dapat menjelaskan secara

umum faktor yang membedakan kualitas sistem pengendalian intern masjid di

Indonesia pada umumnya.

Saran

1. Penelitian selanjutnya dapat menambah sampel penelitian dan memperluas

lokasi penelitian agar diperoleh hasil yang lebih akurat dan memiliki daya

generalisasi.

2. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan variabel yang membedakan

kualitas sistem pengendalian intern dengan mencari faktor-faktor lain yang

dianggap penting untuk dianalisis dan merupakan salah satu determinan

potensial yang membedakan kualitas sistem pengendalian intern.

24

DAFTAR PUSTAKA

Arens, A.A. dan J.K. Loebbecke. 2003. Auditing : Pendekatan Terpadu. Edisi 5.Jakarta: Salemba Empat.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Aryani, A.W. 2009. Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Intern PemberianKredit (Studi Kasus pada PT BPR Pasar Boja). Skripsi. Semarang:Universitas Diponegoro.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2006. Studi PenerapanPengendalian Intern pada Emiten dan Perusahaan Publik. Jakarta.

Boynton, W.C., dkk. 2003. Modern Auditing.Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.

Clarke, T. 2004. Theories of Corporate Governance: The PhilosophicalFoundations of Corporate Governance. New York: Routledge.

Dewan Masjid Indonesia. 2009. Menata Kembali Manajemen Masjid Indonesia.From www.dmi.or.id, 13 Juni 2011.

Duncan, J.B., D.L.Flesher, and M.H. Stocks. 1999. Internal control systems in USchurches: An examination of the effects of church size and denominationon systems of internal control.Accounting, Auditing and AccountabilityJournal, Vol. 12 Iss: 2, pp.142 – 164.USA: MCB UP Ltd.

Fealy, G. and G.Barton. 1996. Nahdlatul Ulama, traditional Islam and modernityin Indonesia. Michigan: Monash Asia Institute.

Ghozali, I. 2002. Statistik Non Parametrik: Teori dan Aplikasi dengan ProgramSPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

______. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Haripratiwi, I. 2006. Analisis Sistem Pengendalian Intern Penggajian Karyawanpada BMT Al Ikhlas Yogyakarta. Skripsi. Surakarta: Sekolah TinggiAgama Islam Negeri.

25

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:Salemba Empat.

______. 2008. PSAK 45 Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba (Reformat2007). From www.iaiglobal.or.id, 13 juni 2011.

Jusup, A.H. 2001. Auditing (pengauditan).Jilid 1. Yogyakarta: STIE YKPN.

Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Tengah. 2010. Data Masjidkota Semarang. From www.jateng.depag.go.id, 13 juni 2011.

Muhammadiyah. 2008. Sejarah Muhammadiyah. Fromwww.muhammadiyah.or.id, 13 Juni 2011.

Mulyadi. 2002. Auditing Buku 1. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.

Nahdlatul Ulama. 2009. Sejarah NU. From www.nu.or.id, 13 Juni 2011.

Priyangga, A. 2008. Peranan Pengendalian Intern Kas dalam MenunjangEfektivitas Pengelolaan Kas pada PT Mandom Indonesia Tbk di Jakarta.Skripsi. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Retnowulandari, A. 2009. Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemberian KreditKomersil pada PT BRI (Persero) Tbk Cabang Pandanaran Semarang.Skripsi. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.

Santosa, P.B. dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel danSPSS. Yogyakarta: ANDI.

Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sulaiman, M. 2007. The Internal Control Procedures Of Mosques In Malaysia.Revista Universo Contabil, vol. 3, num. 2, may-agost, pp. 101-115. Brasil:Universidade Regional de Blumenau.

Yulianto, B. 2004. Analisis Sistem Pengendalian Intern pada PT BPR Panca ArtaMonjali. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.