Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
Sesuai dengan rumusan masalah tentang proses penyajian dan
pengungkapan akuntansi serta perhitungan pajak terutang yayasan pendidikan,
dasar teori yang menjadi acuan dari penelitian ini antara lain:
2.1 Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk
mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu
tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat
mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah, derma publik,
rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal
perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi
profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia no 16 tahun 2001
tentang Yayasan, yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
Sifat Yayasan :
a. Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan
Pengawas
b. Anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan dilarang merangkap
sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris
atau Pengawas dari badan usaha.
c. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian
maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut
serta dalam suatu badan usaha.
d. Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana harus sesuai dengan
maksud dan tujuan Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina,
Pengurus, dan Pengawas.
Universitas Kristen Petra
6
f. Yayasan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia yang ditentukan dalam Anggaran Dasar.
g. Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan
atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung kepada Pembina,
Pengurus, Pengawas, karyawan, atau pihak lain yang mempunyai
kepentingan terhadap Yayasan.
h. Yayasan wajib membayar segala biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh
organ Yayasan dalam rangka menjalankan tugas Yayasan.
i. Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan
maksud dan tujuan yayasan.
j. Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang
bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh penyertaan tersebut paling
banyak 25 % (dua puluh lima persen) dari seluruh nilai kekayaan Yayasan.
Maksud dan Tujuan Yayasan :
a. Untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sosial, agama, dan
kemanusiaan.
b. Mencapai tujuan dalam peningkatan pada bidang sosial, agama, dan
kemanusiaan.
c. Penyusunan anggaran digunakan untuk melaksanakan kegiatan yang
berhubungan dengan maksud dan tujuan yayasan.
Yayasan pendidikan adalah sebuah yayasan yang bergerak pada lingkup
pendidikan, baik yang bergerak pada sektor formal maupun pada sektor non-
formal yang dalam hal ini termasuk sebagai salah satu subjek pajak badan yang
diharuskan untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.
2.2 Akuntansi Organisasi Nirlaba
Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis.
Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh
sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya.
Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan
Universitas Kristen Petra
7
para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi
tersebut.
Tujuan utama dari pembuatan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para donatur, anggota
lembaga, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi lembaga
nirlaba termasuk di sini adalah yayasan.
Dalam proses pembuatan laporan keuangan peran kerangka konseptual
diperlukan untuk membatasi perlakuan-perlakuan tertentu agar informasi
keuangan dapat menjadi lebih berguna karena dapat dibandingkan satu dengan
yang lainnya, kerangka konseptual menjaga agar prinsip akuntansi yang
diterapkan masih berada dalam suatu bingkai dengan memberikan konsep yang
jelas, fleksibel, serta dapat dimengerti. Dalam hal ini apa yang ingin dicapai
adalah agar informasi keuangan yang dibuat dari berbagai transaksi dapat
dibandingkan antaorganisasi, antarperiode, dan sebagainya serta pada akhirnya
dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
Dalam pembuatan laporan keuangan memiliki batasan-batasan yang harus
dipenuhi antara lain adalah:
a. Efektifitas biaya, yaitu berkaitan dengan manfaat yang akan diperoleh
harus lebih besar dibandingkan dengan biaya yang digunakan untuk
membuat laporan keuangan tersebut;
b. Materialitas, yaitu berkaitan dengan suatu kondisi yang dengan adanya
informasi tersebut dapat berpengaruh signifikan terhadap proses
pengambilan keputusan.
Ketika informasi yang dihasilkan dari pembuatan laporan keuangan, itu
harus dapat dimengerti (understandable) oleh pemakainya. Untuk dapat
dimengerti, kualitas informasi yang dihasilkan adalah informasi yang relevan
(relevance) dan dapat diandalkan (reliable), suatu informasi yang relevan
memperhatikan kebutuhan pemakai sebagai fokus utama. Ukuran relevan sebuah
informasi adalah informasi yang dapat mencerminkan atau mengandung nilai
informasi dari masa lalu (feed back value), namun juga dapat dapat dipakai
sebagai acuan untuk perkiraan masa depan (predictive value) serta diberikan pada
waktu yang tepat (timeliness).
Universitas Kristen Petra
8
Informasi yang dapat diandalkan (reliable) dapat diperoleh jika informasi
tersebut dapat diverifikasi (verifiability) kembali dengan hasil yang sama tanpa
terpengaruh waktu serta situasi dan mencerminkan tingkat kepercayaan yang
tinggi dari pemakai (representational faithfulness).
Konsep lain yang juga mempengaruhi kualitas dari suatu informasi adalah
disajikan sesuai dengan fakta yang terjadi (neutrality) tanpa maksud untuk
menguntungkan pihak tertentu. Konsep daya banding (comparability) juga
mempengaruhi kualitas suatu informasi, dan tentunya untuk dapat memperoleh
informasi yang dapat dibandingkan harus diikuti dengan penyajian dengan data
yang konsisten (consistency).
Dalam pengaturan mengenai laporan keuangan termasuk hal-hal apa saja
yang harus disajikan, dipakai model akuntansi. Model ini merupakan suatu
konsep yang mendasari pengaturan ataupun kebijakan–kebijakan akuntansi.
Model akuntansi yang dipakai sebagai asumsi adalah :
a. Entitas bisnis yang terpisah;
b. Asumsi kelanjutan (going concern)
c. Harga yang wajar;
d. Pencatatan dalam satuan moneter;
e. Ketepatan waktu (timeliness) dan periodisasi;
f. Proses penanding antara pendapatan dan biaya (matching process);
g. Kehati-hatian (conservatism).
Dalam sebuah pembuatan laporan keungan juga perlu diketahui adanya
asumsi dasar yang digunakan baik itu dasar kas ataupun dasar akrual. Dalam hal
ini yang membedakan dasar tersebut adalah pencatatan yang dilakukan pada
dasar kas dilakukan menurut transaksi dalam bentuk tunai atau kas, sedang pada
dasar akrual dilakukan berdasarkan transaksi yang terjadi tanpa memperhatikan
transaksi kas pada saat terjadinya transaksi.
Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi :
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan.
b. Laporan aktivitas.
c. Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan.
d. Catatan atas laporan keuangan.
Universitas Kristen Petra
9
2.2.1 Laporan Posisi Keuangan.
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi
mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan
di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan
posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan informasi dalam
laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota
organisasi, kreditur, dan pihak-pihak lain untuk menilai:
a. Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan
b. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal.
Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok
aktiva bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu:
terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat.
a. Pembatasan permanen terhadap aktiva, seperti tanah atau karya seni, yang
disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual,
atau aktiva yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan
pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam
kelompok aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi secara permanen atau
disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan permanen
kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan warisan yang
menjadi dana abadi (endowment).
b. Pembatasan temporer terhadap sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu,
investasi untuk jangka waktu tertentu, penggunaan selama periode tertentu
di masa depan, atau pemerolehan aktiva tetap, dapat disajikan sebagai unsur
terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi secara
temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan
temporer oleh penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau
pembatasan penggunaan, atau keduanya.
c. Aktiva bersih tidak terikat umumnya meliputi pendapatan dari jasa,
penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi
beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap
penggunaan aktiva bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi,
Universitas Kristen Petra
10
lingkungan operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum dalam akte
pendirian, dan dari perjanjian kontraktual dengan pemasok, kreditur, dan
pihak lain yang berhubungan dengan organisasi. Informasi mengenai
batasan-batasan tersebut umumnya disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan.
Contoh Laporan Posisi Keuangan :
Organisasi Nirlaba Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2006 dan 2007
2006 2007 Aktiva: Aktiva lancar xxx xxx Aktiva tetap xxx xxx Investasi jangka panjang xxx xxx Jumlah Aktiva xxx xxx Kewajiban dan Aktiva Bersih: Hutang janka pendek xxx xxx Hutang jangka panjang xxx xxx Jumlah Kewajiban xxx xxx Aktiva Bersih: Tidak terikat xxx xxx Terikat temporer xxx xxx Terikat permanen xxx xxx Jumlah Aktiva Bersih xxx xxx Jumlah Kewajiban dan Aktiva Bersih xxx xxx
2.2.2 Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai
pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva
bersih, hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan
sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa, Informasi dalam
laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi
dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota
organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk mengevaluasi kinerja dalam suatu
periode, menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan
memberikan jasa, dan menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.
Universitas Kristen Petra
11
Laporan aktivitas meliputi :
a. Penyajian perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode.
Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva
bersih atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
b. Penyajian jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat
temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.
c. Penyajian pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat,
kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan
beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat.
d. Penyajian keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aktiva
lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih
tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.
e. Penyajian informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional,
seperti menurut kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.
f. Penyajian jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun demikian
pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-
beban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi,
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
g. Penyajian jumlah neto keuntungan dan kerugian yang berasal dari
transaksi insidental atau peristiwa lain yang berada di luar pengendalian
organisasi dan manajemen. Misalnya, keuntungan atau kerugian
penjualan tanah dan gedung yang tidak digunakan lagi.
h. Penyajian informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional,
seperti menurut kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.
Contoh laporan aktivitas :
Universitas Kristen Petra
12
Organisasi Nirlaba Laporan Aktivitas
Untuk Tahun Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2007
Perubahan Aktiva Bersih Tidak Terikat: Pendapatan dan Penghasilan: Sumbangan xxx Pendapatan Jasa xxx Penghasilan investasi Jangka panjang xxx Penghasilan bersih investasi jangka panjang belum direalisasi xxx Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat xxx
Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya: Pemenuhan program pembatasan xxx Pemenuhan pembatasan pemerolehan peralatan xxx Berakhirnya pembatasan waktu xxx Jumlah aktiva yang telah berakhir pembatasannya xxx Jumlah Pendapatan, Penghasilan, dan Sumbangan lain xxx Beban dan Kerugian: Program xxx Manajemen dan umum xxx Jumlah Beban xxx Kerugian xxx Jumlah Beban dan Kerugian (xxx) (Naik/Turun) Jumlah Aktiva Bersih Tidak Terikat xxx
Perubahan Aktiva Bersih Terikat Temporer: Sumbangan xxx Penghasilan investasi jangka panjang xxx Penghasilan bersih investasi jangka panjang belum direalisasi xxx Kerugian dan beban (xxx) Aktiva bersih terbebaskan dari pembatasan (xxx) (Naik/Turun) Jumlah Aktiva Bersih Terikat Temporer xxx Perubahan Aktiva Bersih Terikat Permanen: Sumbangan xxx Penghasilan dari investasi jangka panjang xxx Penghasilan bersih investasi jangka panjang belum direalisasi xxx Kerugian dan beban (xxx) (Naik/Turun) Jumlah Aktiva Bersih Terikat Permanen xxx
(Kenaikan / Penurunan) Jumlah Aktiva Bersih xxx Aktiva Bersih Pada Awal Tahun xxx Total Aktiva Bersih Pada Akhir Tahun xxx
Universitas Kristen Petra
13
2.2.3 Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan aliran kas
menerangkan bagaimana perubahan saldo kas awal lembaga dengan adanya
penambahan dan pengurangan hingga mencapai saldo akhir per tanggal neraca.
Laporan arus kas terkait dengan surplus atau defisit yang dibukukan dalam
laporan aktivitas. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan
Arus Kas dengan sumber aliran kas dari tiga golongan besar, yaitu:
a. Kelompok Operasi (Operating Activities)
Dalam kelompok ini mencakup penambahan dan pengurangan arus kas
yang terkait dengan operasional lembaga.
b. Kelompok Investasi (Investing Activities)
Dalam kelompok ini mencakup semua transaksi yang terkait dengan
investasi lembaga berupa pembelian aktiva tetap atau aktiva lainnya.
c. Kelompok Pendanaan (Financing Activities)
Termasuk dalam kelompok ini adalah perkiraan yang terkait dengan
transaksi penciptaan utang lembaga dan aktiva bersih
Tambahan laporan aliran kas lembaga nirlaba pada aktivitas pendanaan
yaitu:
1. Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi
untuk jangka panjang.
2. Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan
pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi
(endowment).
3. Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka
panjang.
4. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan
pendanaan nonkas: sumbangan berupa bangunan atau aktiva
investasi.
Contoh laporan aliran kas :
Universitas Kristen Petra
14
Organisasi Nirlaba Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2007
Aliran Kas dari Aktivitas Operasi: Kas dari pendapatan jasa xxx Kas dari penyumbang xxx Bunga dan deviden yang diterima xxx Bunga yang dibayarkan (xxx) Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan suplier (xxx) Hutang lain-lain yang dilunasi (xxx) Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi xxx
Aliran Kas dari Aktivitas Investasi: Pembelian peralatan (xxx) Penerimaan dari penjualan investasi xxx Pembelian investasi (xxx) Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi xxx Aliran Kas dari Aktivitas Pendanaan: Penerimaan dari kontribusi berbatas dari: Investasi dalam endowment berjangka xxx Investasi bangunan xxx Total xxx Aktivitas pendanaan lain: Pembayaran kewajiban tahunan (xxx) Pembayaran kewajiban jangka panjang (xxx) Total (xxx) Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan xxx Kenaikan (Penurunan) bersih dalam kas dan setara kas xxx Kas dan setara kas pads awal tahun xxx Kas dan setara kas pada akhir tahun xxx Rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi: Perubahan dalam aktiva bersih xxx Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi: Depresiasi xxx Kerugian xxx Penurunan / kenaikan dalam persediaan dan biaya dibayar dimuka xxx Penurunan / kenaikan dalam hutang dagang xxx Penurunan / kenaikan dalam hutang lain-lain xxx Sumbangan terikat untuk investasi ja ngka panjang xxx Bunga dan deviden terikat untuk investasi jangka panjang xxx Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari
Universitas Kristen Petra
15
investasi jangka panjang xxx Kas bersih diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi xxx
Data tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan nonkas: Peralatan yang diterima sebagai hibah xxx Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang diserahkan xxx 2.2.4 Catatan atas Laporan Keuangan
Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan lain yang bertujuan
memberikan informasi tambahan tentang perkiraan-perkiraan yang dinyatakan
dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan ini berupa perincian dari
suatu perkiraan yang disajikan.
Catatan atas laporan keuangan juga difungsikan untuk memberikan
informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan seperti kebijakan
pemakaian metode penyusutan aktiva. Dan untuk pendapatan atau aktiva bersih,
catatan laporan keuangan berfungsi untuk memberikan keterangan tentang
pembatasan yang dikenakan pada aktiva bersih serta jangka waktu pembatasannya
jika ada.
Contoh catatan atas laporan keuangan :
Organisasi Nirlaba Catatan Laporan Keuangan
Per 31 Desember 2007 Atas Catatan X (mengenai perihal penerimaan hibah) : Organisasi menyajikan hibah berupa kas atau aktiva lain sebagai sumbangan terikat jika hibah tersebut diterima dengan persyaratan yang membatasi penggunaan aktiva tersebut. Jika pembatasan dari penyumbang telah kadaluwarsa, yaitu pada saat masa pembatasan telah berakhir atau pembatasan tujuan telah dipenuhi, aktiva bersih terikat temporer digolongkan kembali menjadi aktiva bersih tidak terikat dan disajikan dalam laporan aktivitas sebagai aktiva bersih yang dibebaskan dari pembatasan. Organisasi menyajikan hibah berupa tanah, bangunan, dan peralatan sebagai sumbangan tidak terikat kecuali jika ada pembatasan yang secara eksplisit menyatakan tujuan pemanfaatan aktiva tersebut dari penyumbang. Hibah untuk aktiva tetap dengan pembatasan eksplisit yang menyatakan tujuan pemanfaatan aktiva tersebut dan sumbangan berupa kas atau aktiva lain yang harus digunakan untuk memperoleh aktiva tetap disajikan sebagai sumbangan terikat. Jika tidak ada pembatasan eksplisit dari pemberi sumbangan mengenai pembatasan jangka waktu penggunaan aktiva tetap tersebut, pembebasan pembatasan dilaporkan pada saat aktiva tetap tersebut dimanfaatkan.
Universitas Kristen Petra
16
2.2.5 Pendapatan
Pendapatan dalam organisasi nirlaba merupakan salah satu hal yang
berbeda secara signifikan dibandingkan dengan pandapatan pada perusahaan
komersial. Pendapatan pada organisasi nirlaba diperoleh dari berbagai sumber
yang dimana penggunaanya tergantung pada jenis pembatasan atas pendapatan
tersebut.
Pada PSAK no 45 prndapatan yayasan terbagi menjadi dua yaitu
pendapatan yang bersumber dari sumbangan dan pendapatan non-sumbangan.
Pendapatan sumbangan adalah penerimaan yayasan yang dalam pemakaiannya
tidak perlu menghasilkan barang atau jasa kepada pemberinya, namun atas
sumbangan yang diberikan dipertanggung jawabkan melalui pemberian jasa atau
produk berdasarkan program yang telah didesain oleh yayasan.
Jenis pendapatan yayasan adalah :
a. Pendapatan Tidak Terikat (Unrestricted)
Pendapatan yang sama dengan pendapatan dalam perusahaan komersial
yang dimana penggunaan atas pendapatan ini tergantung pada kebjakan
manajemen atau internal yayasan. Contohnya sumbangan atau donasi yang
diterima dan tidak menyebutkan limitasi atau pembatasan dari pihak
pemberi sumbangan tersebut.
b. Pendapatan Terikat Sementara (Temporary Restricted)
Pendapatan yang didapatkan dengan pembatasan dan jangka waktu
penggunaan. Contohnya sumbangan yang didapatkan ditujukan untuk
mendanai korban bencana alam pada pengungsian untuk dapat kembali ke
tempat masing-masing, dan jika pada saat program pengembalian
pengungsi selesai, dana yang tersisa dapat digunakan untuk program lain.
c. Pendapatan Terikat Permanen (Restricted)
Pendapatan yang diperoleh dengan batasan permanen dan jelas disertai
jangka waktu penggunaan yang diasumsikan selamanya. Contohnya
sumbangan kepada yayasan dalam bentuk gedung yang mana hanya boleh
digunakan untuk kegiatan operasional yayasan dan tidak boleh diperjual
belikan baik sekarang maupun masa depan dengan alasan apapun.
Universitas Kristen Petra
17
2.2.6 Biaya
Penggolongan biaya yayasan berdasarkan keterkaitannya dengan jasa atau
barang yang dihasilkan adalah :
a. Biaya tetap (Fixed Cost)
Biaya yang timbul sepanjang kegiatan yayasan yang jumlahnya senantiasa
tetap, tidak bergantung kepada banyak nya kegiatan yayasan. Contohnya :
biaya sewa kantor yayasan, dimana biaya ini tidak akan berpengaruh
kepada banyaknya kegiatan yayasan. Demikian juga dengan biaya gaji
karyawan tetap yayasan.
b. Biaya variabel (Variable Cost)
Biaya ysng memiliki kecenderungan meningkat ketika terdapat
peningkatan kegiatan yayasan. Contohnya : biaya listrik, biaya bahan
bakar, biaya fotokopi dan lainnya.
c. Biaya tetap yang berubah (Steep Fixed Cost)
Biaya yang pada kegiatan sehari-harinya jumlahnya tetap, namun pada
tingkatan tertentu akan menjadi biaya variabel. Contohnya : biaya gaji
karyawan tetap yayasan, namun pada saat kondisi tertentu dimana terdapat
banyaknya kegiatan yang dilakukan yayasan maka pada saat itu
membutuhkan waktu kerja lebih lama yang untuk kemudian timbul biaya
kerja lembur karyawan yayasan.
Penggolongan biaya-biaya yang akan dilaporkan dalam laporan aktivitas
digolongkan menjadi:
a. Biaya Program
Semua jenis biaya yang dapat dikaitkan dengan program yang dilakukan
dalam yayasan. Contohnya : biaya pembelian inventaris komputer dan
biaya fotokopi untuk kegiatan operasional yayasan.
b. Biaya Pendukung Program (Overhead Cost)
Biaya yang tidak dapat diidentifikasi kepada satu atau lebih program, yang
umumnya merupakan biaya pendukung program. Diartikan dalam hal ini
biaya tersebut akan tetap muncul tanpa berkaitan dengan ada atau tidaknya
program kegiatan. Contohnya : biaya listrik, biaya gaji karyawan tetap.
Universitas Kristen Petra
18
2.2.7 Aktiva dan Penyusutan
Aktiva dicatat dalam laporan keuangan yayasan berdasarkan urutan
likuiditas atau kecepatannya dicairkan menjadi uang tunai atau kas. Penggolongan
tersebut adalah berdasarkan periode waktu. Aktiva lancar adalah aktiva yang
membutuhkan waktu kurang dari satu tahun untuk mengubahnya menjadi uang
tunai atau kas. Aktiva tidak lancar adalah kelompok aktiva yang membutuhkan
waktu lebih dari satu tahun untuk proses pencairannya. Dalam sebuah pelaporan
yayasan aktiva yang dibatasi penggunaanya oleh penyumbang harus disajikan
terpisah dari kas atau aktiva lain yang tidak terikat penggunaanya dan tidak boleh
dikategorikan sebagai aktiva lancar.
Aktiva tidak lancar atau aktiva tetap dapat didefinisikan sebagai harta
atau aset yayasan yang digunakan untuk operasional yayasan untuk menghasilkan
pendapatan dalam rangka pencapaian tujuan yayasan. Harta yang dimaksudkan di
sini memiliki usia pakai (useful life) atau umur ekonomis lebih dari satu tahun.
Nilai aktiva tetap dalam pembukuan yayasan adalah sebesar nilai perolehan
historis (historical cost) yang mencakup semua biaya yang dikeluarkan dalam
rangka perolehan aktiva tetap tersebut hingga dapat digunakan untuk operasional.
Aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan yayasan akan mengalami
pengurangan nilai dengan pengecuaian pada beberapa jenis aktiva tetap.
Penurunan nilai ini akan membuat aktiva yang dimiliki yayasan semakin turun
nilainya, yang pada saat yang sama akan mengalami panurunan daya guna
sehingga memerlukan penggantian. Bersamaan dengan proses penurunan nilai
dari aktiva tetap ini timbul biaya depresiasi yang dimana dalam menentukan
besarnya, pihak manajemen yayasan diberikan keleluasaan untuk menentukan
metode depresiasi dan perkiraan usia pakai dari aktiva tersebut oleh Standar
Akuntansi Indonesia.
Komponen dari depresiasi sebuah aktiva tetap adalah:
a. Harga perolehan (acquisition cost), yang merupakan semua biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai dapat
dioperasikan.
b. Nilai sisa (salvage value), suatu nilai yang diperkirakan masih tersisa
setelah umur ekonomis aktiva tetap tersebut habis.
Universitas Kristen Petra
19
c. Umur ekonomis (useful life), jangka waktu pemakaian sebuah aktiva tetap
yang ditentukan berdasarkan kebijakan yayasan sendiri.
Metode depresiasi merupakan cara perhitungan yang digunakan untuk
mendapatkan jumlah besarnya biaya depresiasi setiap tahun. Metode depresiasi
yang digunakan merupakan kebijakan dari yayasan kecuali dalam kepentingan
penghitungan pajak. Metode depresiasi yang dipilih haruslah diterapkan secara
konsisten. Perubahan metode yang terpaksa dilakukan, harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.
Beberapa jenis metode penyusutan antara lain adalah :
a. Garis lurus (straight line)
b. Jumlah angka tahun (sum of the years digit)
c. Saldo menurun (declining balance)
d. Saldo menurun berganda (double declining balance)
e. Depresiasi berdasarkan jam pemakaian
f. Depresiasi berdasarkan unit yang diproduksi
2.2.8 Kewajiban
Kewajiban atau utang adalah klaim pihak ketiga atas aktiva yayasan.
Dalam sebuak pelaporan yang dilakukan klaim dari pihak ketiga tersebut disusun
menurut urutan jatuh tempo saat kewajiban tersebut harus dipenuhi. Sama halnya
dengan pengelompokan aktiva, kelompok kewajiban yang akan jatuh tempo
kurang dari satu tahun akan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendekatau
kewajiban lancar. Sebaliknya untuk klaim yang jatuh tempo lebih dari satu tahun
disebut sebagai kewajiban jangka panjang atau kewajiban tidak lancar.
2.3 Subjek Pajak
Secara umum definisi dari subjek pajak adalah segala sesuatu yang
mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk
dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Menurut Undang-undang pajak penghasilan nomor 17 tahun 2000 pasal 2 ayat 1,
yang termasuk subjek pajak adalah :
Universitas Kristen Petra
20
a. Orang pribadi
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak.
c. Badan.
d. Bentuk Usaha Tetap.
Berdasarkan Undang-undang perpajakan definisi dari badan adalah
sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha ataupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN atau BUMD dengan
nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
yang sejenis, lembaga,bentuk usaha tetap,dan bentuk badan lainnya.
2.4 Wajib Pajak
Berdasarkan Undang-undang perpajakan yang berlaku, wajib pajak adalah
orang pribadi atau badan yang ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Beberapa contoh wajib
pajak badan yaitu firma, perseroan terbatas, perseroan komanditer, BUMN,
BUMD, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang
sejenis, lembaga,bentuk usaha tetap,dan bentuk badan lainnya. Kewajiban yang
harus dipenuhi wajib pajak badan antara lain adalah :
a. Mendaftarkan diri dan mendapatkan NPWP.
b. Mengisi SPT PPh / PPN dan SPOP PBB
c. Membayar, melunasi dan melaporkan pajak terutang.
d. Menyelenggarakan pembukuan dengan baik dan benar serta melaporkan
penggunaan tahun buku yang berbeda dari tahun takwim.
e. Memperlancar pemeriksaan pajak.
2.5 Objek Pajak
2.5.1 Penghasilan yang Termasuk Objek Pajak
Menurut pasar pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan no 17
tahun 2000, yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
Universitas Kristen Petra
21
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Penghasilan ini nantinya dapat
digunakan untuk konsumsi ataupun untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan dengan nama dan bentuk apapun. Objek pajak tersebut dapat
berupa:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
c. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta termasuk:
1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;
2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan
lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota;
3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha atau
reorganisasi dengan nama dan bentuk apapun;
4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau
badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
5. Keuntungan dari penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh
hak penambangan atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau
permodalan dalam perusahaan pertambangan.
d. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
Universitas Kristen Petra
22
e. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
f. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
g. Royalti;
h. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
i. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
j. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
k. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
l. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
m. Premi asuransi;
n. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
o. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
Penghasilan yayasan yang merupakan Objek Pajak berdasarkan Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 34/PJ.4/1995 adalah semua
penghasilan yang diterima atau diperoleh yayasan atau organisasi yang sejenis
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun
1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun
1994 antara lain adalah :
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha, pekerjaan, kegiatan,
atau jasa;
b. Bunga deposito, bunga obligasi, diskonto SBI dan bunga lainnya;
c. Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. Keuntungan dari pengalihan harta, termasuk keuntungan pengalihan harta
yang semula berasal dari bantuan, sumbangan atau hibah;
e. Pembagian keuntungan dari kerja sama usaha.
Dari ketentuan secara umum yang diatur dalam undang-undang perpajakan
dan surat edaran yang dikeluarkan, tidak semua yang dianggap sebagai
Universitas Kristen Petra
23
penghasilan sebuah yayasan pendidikan yang termasuk sebagai objek pajak.
Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 34/PJ.4/1995,
sebuah yayasan pendidikan dapat mengakui penghasilannya yang termasuk
sebagai objek pajak antara lain adalah:
a. Uang pendaftaran dan uang pangkal;
b. Uang seleksi penerimaan siswa / mahasiswa / peserta pendidikan;
c. Uang pembangunan gedung/pengadaan prasarana atau pembayaran
lainnya dengan nama apapun yang berkaitan dengan keberadaan siswa/
mahasiswa/peserta pendidikan;
d. Uang SPP, uang SKS, uang ujian, uang kursus, uang seminar/lokakarya,
dan sebagainya;
e. Penghasilan dari kontrak kerja dalam bidang penelitian dan sebagainya;
f. Penghasilan lainnya yang dikaitkan dengan jasa penyelenggaraan
pengajaran / pendidikan / pelatihan dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
2.5.2 Penghasilan yang Tidak Termasuk Objek Pajak
Adapun penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak menurut
pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Pajak Penghasilan no 17 tahun 2000 ialah :
a. 1. Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak;
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan;
b. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
Universitas Kristen Petra
24
c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah;
d. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh yayasan atau badan nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan formal, yang ditanamkan kembali
paling lama dalam jangka waktu 4 (empat) tahun yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan;
e. Bantuan iuran dari pemerintah yang diterima Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Menteri Keuangan.
Penerimaan atau penghasilan yayasan berdasarkan Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE - 34/PJ.4/1995 yang bukan merupakan Objek Pajak
berdasarkan Pasal 4 ayat (3) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 antara lain:
a. 1) Bantuan atau sumbangan;
2) Harta hibahan yang diterima oleh yayasan atau organisasi yang
sejenis sebagai badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri
Keuangan Nomor : 604/KMK.04/1994 tanggal 21 Desember 1994;
Sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak yang memberi dengan
pihak yang menerima. Apabila bantuan, sumbangan atau hibah
tersebut berupa harta yang dapat disusutkan atau diamortisasi,
harta tersebut harus dibukukan oleh pihak yang menerima sesuai
dengan nilai sisa buku pihak yang memberikan.
b. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh yayasan atau
organisasi yang sejenis dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.
c. Bantuan atau sumbangan dari Pemerintah.
Universitas Kristen Petra
25
2.5.3 Biaya yang Diperkenankan Sebagai Pengurang Penghasilan
Menurut pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan no 17 tahun
2000, biaya-biaya yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto
sebuah yayasan pendidikan antara lain :
a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan
yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan,
biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak
kecuali Pajak Penghasilan;
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan;
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing;
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia;
g. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan;
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri
atau Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN) atau
badan lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan; atau adanya
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang
antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah
dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya
Universitas Kristen Petra
26
pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk
jumlah utang tertentu;
3. Wajib pajak telah mempublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; dan
4. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak, yang pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Dari ketentuan yang diatur oleh undang-undang perpajakan secara umum,
berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 34/PJ.4/1995
terdapat tambahan biaya yang dapat dikurangkan sebagai pengurang penghasilan
sebuah yayasan pendidikan yang antara lain adalah:
a. Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan usaha, pekerjaan,
kegiatan atau pemberian jasa untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung dengan
operasional penyelenggaraan yayasan atau organisasi yang sejenis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan dengan memperhatikan
Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994;
b. Penyusutan atau amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dan Pasal 11A Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10
Tahun 1994.
c. Subsidi/bea siswa yang diberikan kepada siswa yang kurang mampu
ataupun biaya pendidikan siswa yang kurang mampu yang dipikul oleh
yayasan.
2.5.4 Biaya yang Tidak Diperkenankan Sebagai Pengurang Penghasilan
Biaya-biaya yang tidak diperkenankan untuk dikurangkan pada
penghasilan sebuah yayasan pendidikan berdasarakan pasal 9 ayat 1 Undang-
Undang Pajak Penghasilan no 17 tahun 2000 adalah sebagai berikut :
Universitas Kristen Petra
27
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha
lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. Cadangan untuk usaha asuransi;
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; atau
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang
ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan;
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
e. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
f. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali
zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak
orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak badan dalam
negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
Universitas Kristen Petra
28
g. Pajak Penghasilan;
h. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
i. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
2.6 Fasilitas Khusus Perpajakan Yayasan Pendidikan
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-87/PJ/1995,
bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia perlu
ditingkatkan kualitas pendidikan serta pengadaan prasarana pendidikan yang
memadai; penghasilan yang merupakan objek Pajak Penghasilan yang diterima
atau diperoleh yayasan atau organisasi yang sejenis yang bergerak di bidang
pendidikan dapat dipergunakan untuk keperluan biaya operasional sehari-hari
yayasan atau untuk dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan.
Keputusan yang telah ditetapkan antara lain adalah: :
a. Yayasan adalah yayasan atau organisasi yang sejenis yang bergerak di
bidang pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan
perguruan tinggi;
b. Dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan adalah dana yang
akan digunakan untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan
yang berasal dari sisa lebih, yaitu selisih dari seluruh penerimaan yang
merupakan obyek Pajak Penghasilan selain penghasilan yang dikenakan
Pajak Penghasilan tersendiri, dikurangi dengan pengeluaran untuk biaya
operasional sehari-hari yayasan;
c. Pembangunan gedung dan prasarana pendidikan adalah pembangunan
fisik sarana pendidikan seperti :
1. Pembelian tanah untuk pembangunan prasarana pendidikan;
2. Gedung sarana pendidikan;
3. Asrama mahasiswa;
4. Rumah dinas guru, dosen, atau karyawan;
5. Peralatan laboratorium, perpustakaan termasuk buku-buku;
Universitas Kristen Petra
29
6. Sarana olah raga;
7. Inventaris kantor.
2.6.1 Ketentuan Penggunaan Fasilitas Yayasan Pendidikan
Dalam ketentuan yang berlaku secara umum hanya wajib pajak yayasan
pendidikan yang telah melaksanakan seluruh kewajiban perpajakannya dengan
baik dan benar, dapat menggunakan fasilitas khusus yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-87/PJ/1995.
Dalam penggunaan fasilitas yang diberikan kepada yayasan pendidikan
terdapat ketentuan yang harus dipenuhi antara lain adalah sebagai berikut :
a. Yayasan melakukan pemberitahuan rencana penggunaan dana untuk
pembangunan sarana dan prasarana pendidikan kepada Kantor Palayanan
Pajak setempat dengan tindasan kepada Direktur Jenderal Pendidikan
tinggi dan/atau Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah atau
yang ditunjuk.
b. Dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan wajib digunakan
untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan dalam jangka
waktu 4 (empat) tahun setelah berakhirnya tahun pajak diterimanya dana
tersebut.
c. Melaksanakan proses pembukuan untuk pertanggung jawaban dana selisih
lebih yang digunakan untuk kegiatan pembangunam sarana dan prasarana
dengan cara :
1. Pengalihan dana selisih lebih yayasan ke rekening khusus dana
pembangunan sarana dan prasarana.
2. Pembukuan atas penggunaan dana pembangunan gedung dan
prasarana pendidikan pada tahun digunakannya dana tersebut
dilakukan dengan mendebet rekening aktiva dan rekening dana
pembangunan gedung dan prasarana pendidikan serta mengkredit
rekening kas atau hutang dan rekening modal yayasan.
3. Melakukan pencatatan tersendiri atas dana pembangunan gedung dan
prasarana pendidikan yang diterima dan yang digunakan setiap
tahun.
Universitas Kristen Petra
30
4. Membuat pernyataan bahwa dana pembangunan gedung dan
prasarana pendidikan yang tidak digunakan pada tahun diterimanya
tersebut akan digunakan untuk pembangunan gedung dan prasarana
pendidikan selambat-lambatnya 4 (empat) tahun setelah berakhirnya
tahun Pajak yang bersangkutan.
5. Membuat laporan mengenai penyediaan dan penggunaan dana
pembangunan gedung dan prasarana pendidikan dan
menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak setempat
dalam lampiran Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak
Penghasilan.
Atas dasar pembangunan gedung dan prasarana dengan dana selisih lebih,
diperkenankan melakukan pinjaman bank untuk mendanai kekurangan dana dan
atas bunga atas pinjaman tersebut dapat dibebankan sebagai biaya yayasan.
Namun, adanya biaya penyusutan atas aktiva yang didapatkan dari penggunaan
selisih lebih tidak dapat dibebankan sebagai biaya yayasan.
Penggunaan dana selisih lebih yang melebihi jangka waktu yang telah
ditetapkan akan dikenakan pajak penghasilan berserta dengan sanksi administrasi
yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perpajakan.
Setelah dilakukan penyusunan laporan aktivitas fiskal yayasan, maka akan
diketahui jumlah selisih lebih hasil kegiatan yayasan berdasarkan fiskal. Sesuai
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 87/PJ./1995 dan Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 34/PJ.4/1995 yang mengatur tentang
fasilitas yang dapat diperoleh sebuah yayasan pendidikan yang bergerak pada
bidang formal. Maka yayasan perlu melakukan pencatatan khusus dan
penganggaran terhadap total biaya yang akan dikeluarkan untuk pembangunan
sarana dan prasarana tersebut. Contoh sajian pencatatan anggaran pembangunan
dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Rincian rencana anggaran sederhana investasi Yayasan Pendidikan ”X”
Jenis Investasi Perkiraan Keterangan
Pembangunan gedung
sarana pendidikan
Rp. xxxxxx,xx Dimulai tahun
Universitas Kristen Petra
31
Dari rincian rencana anggaran sederhana investasi yayasan maka dapat
dilihat bahwa terdapat rencana melakukan investasi di bidang pendidikan.
Kemudian anggaran investasi tersebut disertai dengan surat pernyataan dari
yayasan yang bersangkutan bahwa selisih lebih kegiatan tersebut akan
dipergunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dilaporkan ke
KPP setempat dan selisih lebih hasil kegiatan periode tersebut harus dimasukkan
dalam rekening khusus.
Atas selisih lebih yang diinvestasikan, yayasan harus menyajikan juga
laporan realisasi pembangunan dengan dana selisih lebih tersebut, untuk
kemudian dilaporkan lagi kepada KPP setempat. Sajian laporan realisasi dapat
dilihat pada tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2 Laporan realisasi investasi Yayasan Pendidikan ”X”
Jenis Investasi Perkiraan Dana Yang
Tersedia
Kekurangan
Dana
Pembangunan
gedung sarana
pendidikan
Rp. xxxxx,xx Rp.xxx,xx Rp.xxx,xx
Jika atas pembangunan sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan
belum terselesaikan pengerjaannya harus dianggarkan lagi untuk tahun depan.
Berikut adalah anggaran tahun 2009 atas pembangunan sarana dan prasarana
Yayasan Pendidikan ”X” yang belum terselesaikan pada tabel 2.3 :
Tabel 2.3 Anggaran Yayasan Pendidikan ”X” tahun berikutnya
Jenis Investasi Perkiraan Keterangan
Pembangunan gedung
sarana pendidikan
Rp.xxx,xx Selesai xx %
Setelah laporan realisasi hasil investasi disajikan maka langkah
selanjutnya ialah penyajian dana pembangunan dalam laporan posisi keuangan.
Universitas Kristen Petra
32
Penyajian dalam laporan posisi keuangan harus terjadi pemisahan antara aktiva
yang diperoleh dari hasil kegiatan operasional dengan aktiva yang diperoleh dari
dana pembangunan. Untuk aktiva yang diperpoleh dari hasil kegiatan operasional
disajikan dalam laporan posisi keuangan menambah nilai aktiva tetap dan nilai
aktiva bersih tidak terikat. Sedangkan untuk aktiva yang diperoleh dari dana
pembangunan akan menambah nilai aktiva tetap dan nilai aktiva bersih terikat
permanen. Pada saat periode diperolehnya, selisih lebih yang akan digunakan
sebagai dana pembangunan disajikan pada laporan posisi keuangan masih sebagai
penambah aktiva bersih tidak terikat. Pengakuan timbulnya aktiva bersih terikat
permanen terjadi pada saat pembangunan dengan dana selisih lebih tersebut
terealisasi, sehingga dilakukan penjurnalan sebagai berikut:
Aktiva tetap terikat permanen xxx
Kas xxx
(untuk membukukan pengeluaran kas atas perolehan aktiva tetap)
Aktiva bersih tidak terikat xxx
Aktiva bersih terikat permanen xxx
(untuk membukukan munculnya aktiva bersih terikat permanen)
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah depresiasi atas aktiva
tetap yang dimiliki. Aktiva tetap yang diperoleh dari penggunaan dana
pembangunan tidak boleh didepresiasikan. Hal ini merupakan kompensasi atas
pemberian fasilitas berupa pembebasan pajak yang diberikan. Untuk menghindari
kesalahan dalam melakukan pembukuan, maka diperlukan pemisahan pada neraca
untuk dapat memudahkan membedakan aktiva tetap mana yang diperoleh dari
dana pembangunan atau dari aktivitas operasional yayasan.
Pada kondisi tidak terdapat selisih lebih hasil dari operasional yayasan
namun muncul kompensasi kerugian, maka perlakuan atas timbulnya kompensasi
kerugian, yayasan tidak dapat memunculkan dana pembangunan dalam pencatatan
yang dilakukan. Atas kompensasi kerugian yang timbul akan mendapat perlakuan
yang sama seperti pada organisasi profit, yaitu akan diperhitungkan untuk
mengurangi selisih lebih hasil operasional fiskal Yayasan untuk periode
Universitas Kristen Petra
33
selanjutnya, dan jika kompensasi kerugian masih tersisa maka masih dapat
diperlakukan sebagai pengurang selisih lebih Yayasan periode selanjutnya lagi
sampai dengan batas waktu 5 tahun seperti yang ditentukan pada Undang-Undang
Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 2.
2.7 Hubungan Akuntansi dan Perpajakan pada Yayasan Pendidikan
Laporan aktivitas komersial merupakan laporan aktivitas yang disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, sedangkan laporan aktivitas fiskal
adalah laporan aktivitas yang disusun secara khusus untuk memenuhi kepentingan
perpajakan dan disusun berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.
Kesimpulannya, perbedaan akuntansi komersial dan fiskal terletak pada tujuan
penyusunan laporan keuangannya dan pengguna dari laporan keuangan itu sendiri.
Tujuan utama dari laporan keuangan fiskal adalah untuk memberikan
informasi. Informasi tersebut yang akan dijadikan dasar untuk menghitung
besarnya penghasilan yang terutang pajak berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan Indonesia. Sedangkan tujuan dari pelaporan keuangan komersial
adalah untuk menyediakan informasi bagi pihak internal maupun eksternal
perusahaan dalam proses pengambilan keputusan.
Berdasarkan orientasi yang berbeda antara komersial dan fiskal akan
menimbulkan perbedaan dalam penghitungan jumlah laba. Perbedaan ini
disebabkan karena laba yang dihitung pada akuntansi fiskal berdasarkan pada
perundang-undangan pajak, sedangkan laba yang dihitung pada akuntansi
komersial berdasarkan pada standar akuntansi keuangan. Dengan adanya
perbedaan yang timbul tersebut maka perlu diadakannya rekonsiliasi fiskal
terhadap laporan akuntansi komersial. Koreksi fiskal yang dilakukan bertujuan
untuk mengetahui jumlah pajak yang terhutang. Dalam hal ini, proses koreksi
fiskal yang dilakukan pada yayasan pendidikan formal tidak berbeda dengan
subjek pajak badan yang lainnya. Koreksi fiskal yang dilakukan meliputi
penghasilan yang dikecualikan dan biaya yang dikecualikan menurut undang-
undang perpajakan yang berlaku.
Universitas Kristen Petra
34
2.7.1 Penghitungan Selisih Lebih berdasarkan Laporan Keuangan Fiskal
Perhitungan selisih lebih berdasarkan fiskal dilakukan dengan penggunaan
laporan aktivitas fiskal sebagai dasarnya. Proses penghitungan dilakukan dengan
mengkoreksi laporan keuangan komersial sesuai ketentuan fiskal. Koreksi fiskal
yang dilakukan meliputi seluruh penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
dan biaya-biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian hasil dari koreksi fiskal
yang telah dilakukan pada laporan keuangan komersial diperoleh selisih lebih
hasil kegiatan yayasan pendidikan tersebut. Terdapat beberapa manfaat dalam
melakukan penghitungan selisih lebih berdasarkan laporan laba rugi fiskal, yaitu:
a. Koreksi fiskal atas penghasilan dan biaya yang dikecualikan berdasarkan
ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku telah dilakukan.
b. Selisih lebih hasil penghitungan laporan laba rugi fiskal dapat dijadikan
dasar perhitungan pajak yang terhutang pada tahun tersebut.
Dampak dari penggunaan laporan aktivitas fiskal sebagai dasar dalam
proses penghitungan selisih lebih, antara lain:
a. Penghitungan selisih lebih tidak mencerminkan hasil investasi yang
dilakukan yayasan pendidikan tersebut.
b. Timbul kesulitan dalam penentuan aktiva tetap yang disusutkan. Hal ini
disebabkan karena tidak diketahuinya secara pasti aktiva tetap yang
diperoleh dari selisih lebih ataupun aktiva tetap yang diperoleh dari
sumbangan yang dikecualikan menurut ketentuan pajak yang berlaku.
Dalam hal ini istilah selisih lebih yang ada pada laporan keuangan fiskal
yayasan pendidikan berbeda dengan penghasilan kena pajak. Hal ini disebabkan
karena yayasan pendidikan menggunakan fasilitas penundaan penghasilan itu
yang diberikan oleh pemerintah. Kompensasi yang diterima oleh yayasan
pendidikan dari pemanfaatan fasilitas tersebut adalah dibebaskannya pajak
penghasilan badan yang ditanggung. Namun, istilah selisih lebih dapat berubah
kembali menjadi penghasilan kena pajak apabila yayasan pendidikan tersebut
tidak memenuhi ketentuan dan syarat tentang fasilitas penundaan penghasilan
netto tersebut.
Universitas Kristen Petra
35
Berikut ini adalah format sederhana penghitungan selisih lebih yayasan
pendidikan:
⇒ Jumlah penghasilan bruto yang merupakan objek pajak
berdasarkan SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK
No SE - 34/PJ.4/1995 = xxxxx
⇒ Pengurang penghasilan bruto
Berdasarkan undang-undang perpajakan dan
SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK
No SE - 34/PJ.4/1995 = (xxxxx)
⇒ Jumlah selisih lebih yayasan pendidikan = xxxxx
2.7.2 Biaya Depresiasi
Pengertian dari penyusutan adalah pengalokasian secara sistematik jumlah
yang disusutkan dari suatu aktiva tetap sepanjang masa manfaat. Dalam hal ini
aktiva tetap yang dimaksud adalah aktiva berwujud yang diperoleh atau dibangun
untuk digunakan dalam melakukan kegiatan operasional yayasan dan tidak
dimaksudkan untuk diperjual-belikan serta memiliki masa manfaat lebih dari satu
tahun.
Tujuan dari penetapan biaya penyusutan ini adalah untuk mengalokasikan
biaya secara wajar dan rasional. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan penyusutan adalah:
a. Nilai sisa yaitu nilai aktiva yang masih dapat direalisasikan setelah
dipergunakan selama beberapa periode tertentu untuk mendukung kegiatan
operasional. Namun dalam ketentuan perpajakan tidak mengenal adanya
nilai sisa atas aktiva.
b. Masa manfaat yaitu suatu periode atau jangka waktu penggunaan atas
aktiva untuk dapat mendukung kegiatan operasional yayasan. Dalam
ketentuan pajak, klasifikasi masa manfaat digolongkan dalam beberapa
kelompok yang mempunyai kemungkinan perbedaan dengan klasifikasi
yang dilakukan oleh pihak internal yayasan.
Universitas Kristen Petra
36
Pada tabel 2.4 Kelompok Harta Berwujud, Masa Manfaat, dan Tarif penyusutan
Tarif Penyusutan
Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat
GarisLurus Saldo menurun
I. Bukan Bangunan Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV II. Bangunan Permanen Non Permanen
4 tahun 8 tahun 16 tahun 20 tahun
20 tahun 10 tahun
25 % 12.5% 6.25%
5%
5% 10%
50% 25%
12.5% 10%
- -
Menurut ketentuan surat edaran dirjen pajak Nomor SE/34/PJ.4/1995
tanggal 4 Juli 1995, nomor SE/39/PJ/1995 tanggal 19 Juli 1995 dan keputusan
Dirjen Pajak Nomor KEP/87/PJ/1995 tanggal 10 Oktober 1995, aktiva yang
diperoleh hasil dari selisih lebih tidak diperkenankan didepresiasi. Tetapi apabila
sebuah aktiva diperoleh dari hasil selisih lebih dan dana operasional maka aktiva
tersebut dapat disusutkan berdasarkan prosentase besarnya dana operasional yang
dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tersebut.
2.7.3 Kompensasi Kerugian Fiskal
Dalam menjalankan kegiatannya, suatu yayasan pendidikan mungkin akan
mengalami suatu kerugian. Faktor-faktor sebuah yayasan pendidikan mengalami
kerugian antara lain adalah tidak adanya calon murid yang mendaftar di yayasan
tersebut, wali murid yang menunggak SPP dan hal-hal lainnya. Sesuai dengan
ketentuan pajak, yayasan pendidikan merupakan salah satu bentuk badan yang
merupakan wajib pajak yang dapat melakukan kompensasi atas kerugiannya
selama 5 tahun terhitung sesudah tahun terjadinya kerugian.