12
Jurakunman Vol.13, No. 1, Januari 2020 P-ISSN: 2086-681X www.jurakunman.stiesuryanusantara.ac.id O-ISSN:2654-8216 37 Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost Plus Pricing dan Mark Up Pricing. (Studi Kasus pada Toko Bumbu Borneng dan Toko Bumbu Nainggolan Di Pasar Horas Gedung IV Lantai I Pematangsiantar) Oleh : Eva Sriwiyanti, SE, Ak., CA, M.Si. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Simalungun, Pematangsiantar, Indonesia [email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan harga jual menggunakan metode cost plus pricing dan mark up pricing yang hasilnya akan digunakan untuk mengevaluasi harga jual yang berlaku saat ini Jenis penelitian ini adalah studi kasus terhadap penentuan harga jual yang berlaku di Toko Bumbu Borneng dan Toko Bumbu Nainggolan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi. Sumber data penelitian ini adalah pemilik & karyawan Toko Bumbu Borneng dan Toko Bumbu Nainggolan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data kuantitatif, dimana penentuan harga jual dilakukan dengan menggunakan metode cost plus pricing & mark up pricing yang rumusnya sudah ditentukan. Hasil penelitian ini adalah : 1) Toko Borneng lebih menguntungkan menerapkan Metode MUP daripada menerapkan Metode CPP. 2) Toko Nainggolan lebih menguntungkan untuk terus menerapkan harga yang berlaku saat ini karena masih tetap bisa memperoleh laba yang jauh lebih tinggi dibandingkan jika menggunakan kedua metode yang ada. Kata kunci : Harga Jual, Cost Plus Pricing , Mark Up Pricing PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toko Bumbu Borneng dan Toko Bumbu Nainggolan merupakan toko yang menjual bumbu jadi, rempah-rempah dan bahan dapur. Toko Bumbu Borneng didirikan sejak tahun 1999 dan Toko Bumbu Nainggolan berdiri sejak tahun 2012. Pemilik kedua toko ini memiliki hubungan saudara dan memiliki usaha yang sama yaitu menjual bumbu jadi, rempah-rempah dan bahan dapur, dan juga memiliki kesamaan dalam hal cara pengelolaan, pemasok bahan baku, jumlah pekerja, tetapi dari segi harga jual bumbu jadi kedua toko tersebut sangatlah jauh berbeda. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menganalisis mengapa terjadi perbedaan harga yang cukup jauh padahal penentu biaya produksinya (bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik) hampir sama? Apakah perbedaan tersebut disebabkan karena penggunaan metode penentuan harga jual yang dipakai? Metode manakah yang dipakai dalam penentuan harga jual yang diterapkan saat ini? Apakah harga jual yang berlaku saat ini sudah mengacu atau mendekati metode penentuan harga jual yang di pakai? Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan

Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost

Jurakunman Vol.13, No. 1, Januari 2020 P-ISSN: 2086-681X www.jurakunman.stiesuryanusantara.ac.id O-ISSN:2654-8216

37

Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode

Cost Plus Pricing dan Mark Up Pricing.

(Studi Kasus pada Toko Bumbu Borneng dan Toko Bumbu Nainggolan

Di Pasar Horas Gedung IV Lantai I Pematangsiantar)

Oleh :

Eva Sriwiyanti, SE, Ak., CA, M.Si.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Simalungun, Pematangsiantar, Indonesia

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan harga jual

menggunakan metode cost plus pricing dan mark up pricing yang hasilnya akan

digunakan untuk mengevaluasi harga jual yang berlaku saat ini

Jenis penelitian ini adalah studi kasus terhadap penentuan harga jual yang

berlaku di Toko Bumbu Borneng dan Toko Bumbu Nainggolan. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan observasi lapangan,

wawancara dan dokumentasi. Sumber data penelitian ini adalah pemilik &

karyawan Toko Bumbu Borneng dan Toko Bumbu Nainggolan. Metode analisis

data yang digunakan adalah metode analisis data kuantitatif, dimana penentuan

harga jual dilakukan dengan menggunakan metode cost plus pricing & mark up

pricing yang rumusnya sudah ditentukan.

Hasil penelitian ini adalah : 1) Toko Borneng lebih menguntungkan

menerapkan Metode MUP daripada menerapkan Metode CPP. 2) Toko Nainggolan

lebih menguntungkan untuk terus menerapkan harga yang berlaku saat ini karena

masih tetap bisa memperoleh laba yang jauh lebih tinggi dibandingkan jika

menggunakan kedua metode yang ada.

Kata kunci : Harga Jual, Cost Plus Pricing , Mark Up Pricing

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Toko Bumbu Borneng dan Toko Bumbu Nainggolan merupakan toko yang

menjual bumbu jadi, rempah-rempah dan bahan dapur. Toko Bumbu Borneng

didirikan sejak tahun 1999 dan Toko Bumbu Nainggolan berdiri sejak tahun 2012.

Pemilik kedua toko ini memiliki hubungan saudara dan memiliki usaha yang sama

yaitu menjual bumbu jadi, rempah-rempah dan bahan dapur, dan juga memiliki

kesamaan dalam hal cara pengelolaan, pemasok bahan baku, jumlah pekerja, tetapi

dari segi harga jual bumbu jadi kedua toko tersebut sangatlah jauh berbeda. Oleh

karena itu penulis tertarik untuk menganalisis mengapa terjadi perbedaan harga

yang cukup jauh padahal penentu biaya produksinya (bahan baku, tenaga kerja dan

overhead pabrik) hampir sama? Apakah perbedaan tersebut disebabkan karena

penggunaan metode penentuan harga jual yang dipakai? Metode manakah yang

dipakai dalam penentuan harga jual yang diterapkan saat ini? Apakah harga jual

yang berlaku saat ini sudah mengacu atau mendekati metode penentuan harga jual

yang di pakai? Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan

Page 2: Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost

Jurakunman Vol.13, No. 1, Januari 2020 P-ISSN: 2086-681X www.jurakunman.stiesuryanusantara.ac.id O-ISSN:2654-8216

38

penelitian dengan judul : Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan

Metode Cost Plus Pricing dan Mark Up Pricing.

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan harga

jual menggunakan metode cost plus pricing dan mark up pricing yang hasilnya akan

digunakan untuk mengevaluasi harga jual yang berlaku saat ini

Manfaat penelitian ini adalah dengan mengetahui perbandingan harga

menggunakan kedua metode ini, maka pemilik dapat memilih salah satu dari

metode ini untuk digunakan sebagai dasar penentuan harga jual kepada konsumen

dan juga dapat menentukan berapa laba yang diharapkan oleh pemilik dari

penjualan yang dilakukannya.

URAIAN TEORITIS

A. Harga Jual

1. Pengertian Harga Jual Kotler & Amstrong (2016), “Price the amount of money charged for a

product or service, or the sum of the value that customers exchange for the benefits

or having or using the product or service”. (harga adalah sejumlah uang yang

dikeluarkan untuk mendapatkan barang atau jasa, atau sejumlah nilai yang

dikeluarkan oleh pelanggan untuk memperoleh manfaat atau mendapatkan atau

menggunakan barang atau jasa).

Hansen dan Mowen (2005), harga jual adalah s e jumlah uang yang

dibebankan oleh penjual kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang

dijual atau diserahkan.

Mulyadi (2007), harga jual adalah nilai dari semua biaya ditambah dengan

laba yang wajar yang harus dibayar oleh konsumen.

Sedangkan menurut Monroe (2000), harga adalah rasio formal yang menunjukkan

jumlah uang atau barang atau jasa, yang diperlukan untuk mendapatkan sejumlah

barang atau jasa tertentu.

2. Sasaran Penetapan Harga Jual Menurut Boone dan Kurtz (2002), ada empat sasaran penetapan harga,

yaitu :

1) Profitabilitas

Para pemasar mengerti bahwa laba diperoleh dari selisih pendapatan

dan beban. Pendapatan merupakan harga jual dikalikan dengan jumlah yang

terjual. Berbagai teori ekonomi mendasari prinsip maksimalisasi keuntungan

(profit maximization). Akan tetapi pada kenyatannya prinsip ini masih sulit

diterapkan. Maka banyak perusahaan beralih pada sasaran profitabilitas yang

lebih sederhana, yaitu Target Return Goal, dimana perusahaan menetapkan

harga dengan tingkat profitabilitas yang diinginkan sebagai pengembalian

finansial atas penjualan ataupun investasi.

2) Volume

Para manajer menetapkan tingkat minimum profitabilitas yang dapat

diterima dan kemudian menetapkan harga yang akan menghasilkan volume

penjualan tertinggi tanpa menyebabkan laba turun di bawah level itu.

Strategi ini memandang ekspansi penjualan sebagai suatu prioritas yang

lebih penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan daripada laba

jangka pendek.

Page 3: Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost

Jurakunman Vol.13, No. 1, Januari 2020 P-ISSN: 2086-681X www.jurakunman.stiesuryanusantara.ac.id O-ISSN:2654-8216

39

3) Tingkat kompetisi

Sasaran penetapan harga ini untuk menyamakan harga dengan pesaing.

Jadi perusahaan berusaha untuk menghindari perang harga dengan tidak

menekankan elemen harga dari bauran pemasaran dan memfokuskan usaha

persaingannya pada variabel selain harga seperti menambah nilai,

meningkatkan kualitas, mendidik konsumen, dan menciptakan hubungan.

4) Prestise.

Pengaruh harga pada prestise membuat sebuah harga menjadi relatif

tinggi untuk mengembangkan dan menjaga sebuah citra dari kualitas dan

eksklusivitas. Para pemasar menetapkan sasaran tersebut karena mereka

mengakui peran harga dalam mengkomunikasikan citra suatu perusahaan dan

produk- produknya.

3. Strategi Penetapan Harga

Sukirno (2006), berpendapat bahwa ada enam strategi penetapan

harga, yaitu :

1) Penetapan harga kompetitif

Hal ini berlaku pada pasar dimana terdapat produsen atau penjual. Dalam pasar

seperti ini untuk menjual barangnya, perusahaan harus menetapkan harga pada

tingkat yang bersamaan dengan barang yang sejenis yang dipasarkan.

2) Menentukan harga terobosan

Cara ini sering dipakai ketika meluncurkan barang baru, yang menetapkan

harga pada tingkat yang rendah atau murah dengan harapan dapat

memaksimalkan volume penjualan.

3) Menetapkan harga berdasarkan permintaan

Penentuan harga barang ini terutama dipraktekkan oleh perusahaan jasa seperti

pengangkutan Kereta Api, Jasa Penerbangan, Restoran dan Bioskop.

Perusahaan Kereta Api misalnya, menawarkan tiket murah untuk orang yang

selalu berpergian bagi pelajar dan orang tua yang sudah pensiun.

4) Kepemimpinan harga

Penentuan harga seperti ini berlaku dalam pasar barang yang bersifat

oligopoli yang merupakan struktur pasar, dimana terdapat perusahaan yang

dominan yang mempunyai persaingan yang lebih kukuh dari pada perusahaan

lainya.

5) Menjual barang berkualitas dengan harga rendah

Kebijakan ini dapat dilakukan oleh perusahaan industri manufaktur atau

Hypermarket seperti Makro dan Carrefour. Srategi penentuan harga mereka

lebih menekankan kepada peningkatan volume barang yang terjual dan bukan

memperoleh keuntungan yang tinggi.

6) Kebijakan harga tinggi jangka pendek

Kebijakan harga (price skimming) adalah cara untuk menetapkan harga tinggi

yang bersifat sementara, yaitu pada waktu barang yang dihasilkan mulai

dipasarkan. Pada periode itu, perusahaan belum menghadapi persaingan dan

akan menetapkan harga yang tinggi supaya pengembalian modal dapat

dipercepat.

Boone dan Kurtz (2002), menyatakan ada tiga alternatif strategi penetapan

harga :

1) Strategi penetapan harga skimming, strategi ini sengaja menetapkan harga

relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga produk-produk pesaing.

Page 4: Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost

Jurakunman Vol.13, No. 1, Januari 2020 P-ISSN: 2086-681X www.jurakunman.stiesuryanusantara.ac.id O-ISSN:2654-8216

40

2) Strategi penetapan harga penetrasi, menetapkan suatu harga rendah sebagai

senjata utama pemasaran. Penetapan harga penetrasi mengasumsikan bahwa

menetapkan harga di bawah harga pasar akan menarik para pembeli dan

menggeser sebuah merek pendatang.

3) Strategi penetapan harga kompetitif, organisasi-organisasi mencoba

mengurangi tekanan persaingan harga dengan menyamakan harga dengan

perusahaan lain dan mengkonsentrasikan usaha pemasaran mereka pada

elemen produk, distribusi, dan unsur-unsur promosi.

4. Metode Penetapan Harga Tjiptono (2009), metode penetapan harga dikelompokkan menjadi empat

kategori yaitu:

a. Metode penetapan berbasis permintaan

Metode ini lebih menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan

preferensi pelanggan daripada faktor-faktor seperti biaya, laba dan persaingan.

Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai pertimbangan yaitu:

kemampuan para pelanggan untuk membeli (daya beli), kemauan pelanggan

untuk membeli, posisi suatu produk dalam gaya hidup pelanggan yakni

menyangkut apakah produk tersebut merupakan simbol status atau hanya

produk yang digunakan sehari-hari, manfaat yang diberikan produk tersebut

kepada pelanggan, harga produk subsitusi, pasar potensial bagi produk

tersebut, sifat persaingan non harga, perilaku konsumen secara umum dan

segmen-segmen dalam pasar.

b. Metode penetapan harga berbasis biaya

Dalam metode ini faktor penentu yang utama adalah aspek penawaran atau

biaya, bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi

dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga menutupi

biaya-biaya langsung, biaya overhead dan laba.

c. Metode penetapan harga berbasis laba

Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam penetapan

harga. Upaya ini dilakukan atas dasar target volume laba spesifik atau

dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi.

d. Metode penetapan harga berbasis persaingan

Selain berdasarkan berbasis pada biaya, permintaan atau laba harga juga dapat

ditetapkan atas dasar persaingan yaitu apa yang dilakukan pesaing.

Menurut Gitosudarmo (2000), prinsip penentuan Cost Plus Pricing dan

Mark Up Pricing adalah dengan menambahkan presentase tertentu yang diinginkan

sebagai keuntungan diatas biaya atau harga perolehannya atau harga pokoknya.

a. Cost plus pricing method

Pada penentuan harga jual cost plus pricing, biaya yang digunakan sebagai

dasar penentuan dapat didefinisikan sesuai dengan metode penentuan harga

produk yang digunakan. Dalam metode ini, penjual atau produsen menetapkan

harga untuk satu unit barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit

ditambah dengan suatu jumlah laba yang diinginkan. Dalam menghitung cost

plus pricing digunakan rumus:

Harga Jual = Biaya Total + Margin

b. Mark Up Pricing Method

Page 5: Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost

Jurakunman Vol.13, No. 1, Januari 2020 P-ISSN: 2086-681X www.jurakunman.stiesuryanusantara.ac.id O-ISSN:2654-8216

41

Mark Up adalah jumlah kenaikan harga atas biaya unit total. Mark up pricing

banyak digunakan oleh para pedagang. Para pedagang akan menentukan harga

jualnya dengan cara menambahkan mark up yang diinginkan pada harga beli

persatuan. Persentase yang ditetapkan berbeda untuk setiap jenis barang.

Dalam menghitung harga jual digunakan rumus:

Harga Jual = Harga Beli + Mark Up

5. Tujuan Penetapan Harga Ada empat tujuan penetapan harga, yaitu:

a. Tujuan berorientasi pada laba

Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu

memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal

dengan istilah maksimisasi laba. Ada pula perusahaan yang menggunakan

pendekatan target laba, yakni tingkat laba yang sesuai atau pantas sebagai

sasaran laba. Ada dua jenis target laba yang biasa digunakan, yaitu target

marjin dan target ROI (return on investment)

b. Tujuan berorientasi pada volume

Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan

harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang

biasa dikenal dengan istilah volume pricing objective. Harga ditetapkan

sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan atau pangsa

pasar. Tujuan ini banyak diterapkan oleh perusahaan- perusahaan penerbangan.

c. Tujuan berorientasi pada citra (image)

Suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan

dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra

prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra

nilai tertentu (image of value), misalnya dengan memberikan jaminan bahwa

harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu. Pada

hakekatnya baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk

meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang

ditawarkan perusahaan.

d. Tujuan stabilisasi harga

Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu

perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan

pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan

stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi).

Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk

mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan

harga pemimpin industri (industry leader).

e. Tujuan-tujuan lainnya

Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,

mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau

menghindari campur tangan pemerintah.(Secapramana, 2000)

B. Harga Pokok Produksi

Menurut Pirmaningsih (2016), biaya produksi adalah biaya-biaya yang

terjadi karena melakukan aktivitas memproduksi barang. Biaya produksi terdiri dari

:

1. Bahan baku

Page 6: Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost

Jurakunman Vol.13, No. 1, Januari 2020 P-ISSN: 2086-681X www.jurakunman.stiesuryanusantara.ac.id O-ISSN:2654-8216

42

Bahan baku adalah bahan yang secara keseluruhan membentuk produk jadi.

2. Tenaga kerja

Biaya tenaga kerja merupakan harga atau jumlah rupiah tertentu yang

dibayarkan kepada para pekerja atau karyawan yang bekerja pada bagian

produksi. Biaya ini terdiri atas dua elemen utama, yaitu :

• Biaya tenaga kerja langsung (direct labour)

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat

diidentifikasikan dengan suatu operasi atau proses tertentu yang diperlukan

untuk menyelesaikan produk-produk dari perusahaan.

• Biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labour)

Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah semua biaya tenaga kerja yang

secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi, dengan demikian

biaya ini tidak dapat didefenisikan secara khusus kepada suatu operasi atau

proses produksi tertentu.

3. Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung; yang mencakup fasilitas, sarana dan prasarana.

Untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik (BOP):

Tarif BOP = ∑ BOP yang digunakan dalam 1 periode

Kapasitas normal

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus terhadap penentuan harga jual yang

berlaku di Toko Bumbu Borneng dan Toko Bumbu Nainggolan. Dalam penelitian

ini dicari penyebab terjadi perbedaan harga jual, apakah karena perbedaan metode

penentuan harga yang digunakan? Metode penentuan harga yang mana yang paling

mendekati dengan harga jual yang berlaku saat ini?

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Toko Bumbu Borneng dan Toko Bumbu Nainggolan

yang berada di Pasar Horas Gedung IV Lantai I Jalan Merdeka Pematangsiantar.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan

observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi.

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

diperoleh dari pemilik & karyawan badan usaha tersebut.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data kuantitatif,

dimana penentuan harga jual dilakukan dengan menggunakan metode cost plus

pricing & mark up pricing yang rumusnya sudah ditentukan.

F. Definisi Operasional Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

Page 7: Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost

Jurakunman Vol.13, No. 1, Januari 2020 P-ISSN: 2086-681X www.jurakunman.stiesuryanusantara.ac.id O-ISSN:2654-8216

43

1. Harga jual merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau

jasa atau jumlah yang ditukarkan konsumen atas manfaat–manfaat karena

memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

2. Cost plus pricing merupakan penentuan harga jual dengan cara menambahkan

laba yang diharapkan atas biaya total untuk memproduksi dan memasarkan

produk.

Harga Jual = Biaya Total + Margin

3. Mark up pricing merupakan jumlah rupiah yang ditambahkan pada biaya suatu

produk untuk menghasilkan harga jual.

Harga Jual = Harga Beli + Mark Up

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Pada penelitian ini penulis mengambil 5 jenis produk yang akan di jadikan

objek yaitu Bumbu Rendang, Bumbu Gule, Bumbu Arsik, Bumbu Rica-Rica,

Bumbu Masak Gota/Darah. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2019. Berikut

ini akan disajikan data produksi masing-masing jenis bumbu jadi :

Tabel 4.1

Jumlah Pemakaian Bahan Baku Langsung Pembuatan Bumbu Jadi

Toko Bumbu Borneng Pada Bulan Juli 2019

Sumber : Toko Bumbu Borneng, Juli 2019.

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat jumlah total biaya dalam pembuatan

Bumbu Rendang, Bumbu Gulai, Bumbu Arsik, Bumbu Rica-Rica, Bumbu

Gota/Darah selama bulan Juli 2019 pada Toko Bumbu Borneng sebesar Rp

35.550.000,- dengan total penjualan sebesar Rp 44.850.000,-.

Page 8: Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost

Jurakunman Vol.13, No. 1, Januari 2020 P-ISSN: 2086-681X www.jurakunman.stiesuryanusantara.ac.id O-ISSN:2654-8216

44

Tabel 4.2

Jumlah Pemakaian Bahan Baku Langsung Pembuatan Bumbu Jadi

Toko Bumbu Nainggolan Pada Bulan Juli 2019

Sumber : Toko Bumbu Nainggolan, Juli 2019.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat total biaya dalam pembuatan Bumbu

Rendang, Bumbu Gulai, Bumbu Arsik, Bumbu Rica-Rica, Bumbu Gota/Darah

pada bulan Juli 2019 sebesar Rp 32.400.000,- dengan total penjualan Rp

44.265.000,-

Tabel 4.3

Total Biaya Produksi Pada Toko Bumbu Borneng dan Toko Bumbu

Nainggolan

Bulan Juli 2019

Sumber : Toko Bumbu Borneng & Toko Bumbu Nainggolan, Juli 2019.

Page 9: Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost

Jurakunman Vol.13, No. 1, Januari 2020 P-ISSN: 2086-681X www.jurakunman.stiesuryanusantara.ac.id O-ISSN:2654-8216

45

Berdasarkan pada tabel 4.3 total biaya bahan baku di Toko Bumbu Borneng

lebih besar disebabkan jumlah permintaan konsumen terhadap bumbu jadi di Toko

Bumbu Borneng lebih banyak.

Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan bulan Juli 2019 pada Toko Bumbu

Borneng sebesar Rp 4.800.000,- sedangkan Toko Bumbu Nainggolan memiliki

pengeluaran upah tenaga kerja lebih sedikit dengan jumlah pekerja yang sama

sebesar Rp 3.900.000,- hal ini dikarenakan pada Toko Bumbu Nainggolan terdapat

1 pekerja yang bekerja hanya 10 jam kerja sehari dengan upah Rp.50.000/hari,

sedangkan pekerja lainnya bekerja 12 jam per harinya dengan upah Rp. 80.000/hari.

Biaya overhead yang dikeluarkan Toko Bumbu Borneng pada bulan Juli

2019 sebesar Rp 1.425.000,- sedang Toko Bumbu Nainggolan sebesar Rp

1.965.000,- hal ini disebabkan penggunaan kios yang lebih banyak menyebabkan

konsumsi listrik juga lebih besar. Toko Bumbu Borneng, menggunakan 2 kios

sedangkan Toko Bumbu Nainggolan menggunakan 4 kios.

Hasil perhitungan biaya bahan baku, upah tenaga kerja, biaya overhead

dapat disimpulkan bahwa total keseluruhan biaya produksi pada Toko Bumbu

Borneng di bulan Juli 2019 adalah sebesar Rp.41.775.000,- sedangkan total biaya

produksi pada Toko Bumbu Nainggolan di bulan Juli 2019 adalah sebesar

Rp.38.265.000,-.

Tabel 4.4

Biaya Produksi dan Harga Jual Per Kg Pada Toko Bumbu Borneng & Toko

Bumbu Nainggolan Bulan Juli 2019

No Keterangan Toko Bumbu

Borneng

Harga

Produk

/Kg

Toko Bumbu

Nainggolan

Harga

Produk

/Kg

1.

Total Biaya

Produksi /

Total Produksi

Rp.41.775.000

1.860 Kg Rp.22.400

Rp.38.265.000

1.695 Kg Rp.22.500

2.

Total

Penjualan

/Total Produksi

Rp.44.850.000

1.860 Kg Rp.24.100

Rp.44.265.000

1.695 Kg Rp.26.100

Sumber : Toko Bumbu Borneng & Toko Bumbu Nainggolan, Juli 2019

Berdasarkan Tabel 4.4 biaya produksi Toko Bumbu Borneng Rp.22.400/kg

sedangkan Toko Bumbu Nainggolan adalah Rp.22.500/kg dengan demikian dapat

dilihat perbandingan biaya produksi pada kedua toko adalah sebesar Rp.100/kg.

Bila dilihat dari perhitungan total penjualan 1 bulan dibagi total produksi, harga jual

pada Toko Bumbu Borneng sebesar Rp.24.100/kg sedangkan pada Toko Bumbu

Nainggolan Rp.26.100/kg maka diketahui perbandigan harga jual pada kedua toko

adalah sebesar Rp.2.000/kg.

Penentuan harga jual pada Toko Bumbu Borneng menggunakan metode Cost

Plus & Mark Up Pricing.

1. Cost Plus Pricing

Jika laba yang ditentukan adalah Rp. 2000/kg maka :

Harga Jual Cost Plus Pricing = Total Biaya + Margin

= Rp.22.400,- + 2.000,-

= Rp.24.400,-/kg

Page 10: Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost

Jurakunman Vol.13, No. 1, Januari 2020 P-ISSN: 2086-681X www.jurakunman.stiesuryanusantara.ac.id O-ISSN:2654-8216

46

2. Mark Up Pricing

Jika kebijakan pemilik toko menentukan mark up sebesar 30%, maka :

Harga Jual 1 bulan = Harga Beli + Mark Up

= Rp. 35.550.000 + ( 30% x Rp. 35.550.000)

= Rp. 46.215.000

Harga jual/kg = Rp. 46.215.000/1860

= Rp. 24.850

Penentuan harga jual pada Toko Bumbu Nainggolan menggunakan metode

Cost Plus & Mark Up Pricing.

1. Cost Plus Pricing

Jika laba yang ditentukan adalah Rp. 2000/kg maka :

Harga Jual Cost Plus Pricing = Total Biaya + Margin

= Rp.22.500,- + 2.000,-

= Rp.24.500,-/kg

2. Mark Up Pricing

Jika kebijakan pemilik toko menentukan mark up sebesar 30%, maka :

Harga Jual 1 bulan = Harga Beli + Mark Up

= Rp. 32.400.000 + ( 30% x Rp. 32.400.000)

= Rp. 42.120.000

Harga jual/kg = Rp. 42.120.000/1695

= Rp. 24.850

Tabel 4.5

Perbandingan Harga Jual Saat ini, Harga Jual Menggunakan

Metode CPP dan Metode MUP Toko Bumbu Borneng dan Toko Bumbu

Nainggolan

Sumber : Toko Bumbu Borneng & Toko Bumbu Nainggolan, Juli 2019

B. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini ditinjau dari harga jual (yang ada saat ini,

yang menggunakan metode CPP dan yang menggunakan metode MUP) serta tiga

faktor penentu yang menyebabkan perbedaan dalam penentuan harga jual yaitu

biaya produksi, laba dan mark up yang ditetapkan oleh pengusaha.

1) Harga jual

Harga jual yang berlaku saat ini di Toko Borneng lebih rendah sebesar Rp.

2.000 dibanding Toko Nainggolan, hal ini menjadi peluang besar bagi Toko

Borneng untuk mendapatkan pelanggan yang lebih banyak, dibuktikan dengan

volume penjualan di Toko Borneng sebesar 1.860 kg sedangkan di Toko

Naingolan hanya sebesar 1.695 kg.

Jika menggunakan metode CPP, kedua toko yang menetapkan laba Rp.

2.000/kg, dapat dilihat bahwa harga jual di Toko Borneng lebih murah Rp. 100

dibanding Toko Nainggolan, namun tidaklah mungkin Toko Nainggolan mau

menurunkan harga jual yang berlaku saat ini Rp. 26.100 menjadi Rp. 24.500

karena akan menyebabkan penurunan laba Rp. 1.600/kg.

Page 11: Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost

Jurakunman Vol.13, No. 1, Januari 2020 P-ISSN: 2086-681X www.jurakunman.stiesuryanusantara.ac.id O-ISSN:2654-8216

47

Jika menggunakan metode MUP, kedua toko yang menetapkan mark up

sebesar 30%, dapat dilihat bahwa harga jual di Toko Borneng sama dengan

Toko Nainggolan sebesar Rp. 24.850, namun tidaklah mungkin Toko

Nainggolan mau menurunkan harga jual yang berlaku saat ini Rp. 26.100

menjadi Rp. 24.850 karena akan menyebabkan penurunan laba Rp. 1.250/kg.

2) Biaya produksi

Biaya produksi Toko Borneng lebih rendah Rp 100 dari Toko Nainggolan. Hal

ini disebabkan karena :

a. Bahan baku yang dibeli Toko Borneng sebesar 1860 kg lebih banyak

dibanding Toko Nainggolan sebesar 1695 kg. sementara angka pembagi

adalah total biaya produksi yang salah satunya adalah unsur biaya bahan

baku.

b. Tenaga kerja sebanyak 2 orang di Toko Borneng di gaji Rp. 2.400.000 per

bulan sedangkan di Toko Nainggolan ada 1 orang tenaga kerja yang hanya

digaji Rp. 1.500.000. sehingga gaji tenaga kerja di Toko Nainggolan lebih

kecil dibanding Toko Borneng.

c. Biaya overhead di Toko Borneng hanya menyewa 2 kios sedang Toko

Nainggolan menyewa 4 kios dengan demikian pemakaian listrik untuk

penerangan kios lebih banyak digunakan oleh Toko Nainggolan.

3) Laba

Laba Toko Borneng lebih rendah karena harga jual pun jauh dari harga jual

Toko Nainggolan. Jika Toko Borneng ingin menyamai besar laba Toko

Nainggolan maka Toko Borneng harus menaikkan harga jualnya. Hal ini

memungkinkan namun beresiko terhadap penurunan volume penjualan dan

beralihnya pelanggan ke toko yang lain.

4) Mark up

Mark up yang ditetapkan 30% menyebabkan harga jual yang sama di kedua

toko, namun laba yang diperoleh Toko Borneng lebih besar Rp. 100/kg.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Toko Borneng masih bisa menaikkan harga jualnya mendekati harga Jual Toko

Nainggolan agar bisa menaikkan laba penjualannya. Namun harus siap dengan

resiko berkurangnya volume penjualan dan jumlah pelanggan.

2. Jika menggunakan metode CPP dengan menetapkan laba Rp. 2000/kg, Toko

Borneng masih mungkin menaikkan harganya, namun Toko Nainggolan tidak

akan mungkin mau menurunkan harganya dibawah harga yang berlaku saat ini.

3. Jika menggunakan metode MUP dengan menetapkan mark up 30% dari harga

beli, Toko Borneng masih mungkin menaikkan harganya, namun Toko

Nainggolan tidak akan mungkin mau menurunkan harganya dibawah harga

yang berlaku saat ini.

4. Bagi Toko Borneng lebih menguntungkan menerapkan Metode MUP daripada

menerapkan Metode CPP.

5. Bagi Toko Nainggolan lebih menguntungkan untuk terus menerapkan harga

yang berlaku saat ini karena masih tetap bisa memperoleh laba yang jauh lebih

tinggi dibandingkan jika menggunakan kedua metode yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: Analisis Perbandingan Harga Jual Menggunakan Metode Cost

Jurakunman Vol.13, No. 1, Januari 2020 P-ISSN: 2086-681X www.jurakunman.stiesuryanusantara.ac.id O-ISSN:2654-8216

48

Boone, Louise E, dan David L. Kurtz., (2002), Pengantar Bisnis, Jilid 2. Buku

Dua, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat

Gitosudarmo, Indriyo, 2000, Manajemen Pemasaran, Cetakan Keenam,

Yogyakarta : BPFE.

Hansen, Don R. dan Maryanne M.Mowen. 2005, Akuntansi Manajemen, Jakarta:

Erlangga

Kotler Philip, Gary Armstrong, (2016), Principles Of Marketing, Harlow: Pearson

Education

Monroe, Kent.B, (2000), Pricing Making Profitable Decision, Jakarta : PT. Gra

media

Mulyadi, (2007), Akuntansi Biaya, Yogyakarta : BPFE UGM

Pirmaningsih, Lilik, (2016), Akuntansi Biaya, Cetakan Pertama,Yogyakarta :

INDOMEDIA PUSTAKA (KDT).

Secapramana, V. (2000), Model Dalam Strategi Penetapan Harga, Unitas, 9(1),

30–43.

Sukirno, (2006), Strategi Penetapan Harga, Jakarta.: Rajawali Pres

Tjiptono, Fandy. (2009), Manajemen Pemasaran, Edisi Ketigabelas. Yogyakarta:

ANDI.