Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5
ISSN: 1978-1520
Teknika 15 (01): 115 – 130
JURNAL TEKNIKA
ISSN: 0854-3143
e-ISSN: 2622-3481
Journal homepage: http://jurnal.polsri.ac.id/index.php/teknika
Journal Email: [email protected]
Analisis Pengendalian Risiko Kecelakaan Kerja
Menggunakan Metode Hirarc Pada Area Produksi CV.
Artana Engineering
Rizaldi Muarif Ramadhan *1, Kusnadi 2, Agustian Suseno 3
1,2,3 Teknik Industri, Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat
e-mail: *1 [email protected] , [email protected], 3
Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui identifikasi potensi bahaya dan
risiko kecelakaan pada area produksi, mengetahui analisa potensi bahaya dan risiko serta Upaya
pengendalian atau pencegahan risiko kecelakaan kerja pada area produksi di CV. Artana
Engineering. Penelitian ini menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification, Risk
Assessment and Risk Control) dan Jenis data yang digunakan penelitian ini merupakan data
kualitatif dan semi-kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan
sekunder. Pada penelitian ini dimulai dari observasi lapangan atau area produksi kemudian
mengidentifikasi bahaya dan risiko yang terjadi di area produksi setelah diidentifikasi
selanjutnya menganalisis bahaya dan risiko, kemudian melakukan upaya pengendalian yang
sesuai dengan keadaan area produksi. Hasil penelitian analisis potensi bahaya di CV. Artana
Engineering terdapat 26 potensi bahaya diantaranya risiko ekstrim (risk extreme) sebanyak 4,
risiko tinggi (high risk) sebanyak 4, risiko sedang (moderate risk) sebanyak 5, dan risiko rendah
(low risk) sebanyak 13. Pengendalian risiko dengan rekayasa engineering sebanyak 5,
pengendalian administratif sebanyak 12, penggunaan APD sebanyak 17, dan penambahan
fasilitas seperti APART, dan kotak P3K.
Kata kunci— HIRARC, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Risiko
Abstract This study has a goal to be achieved, namely to identify the potential hazards and risks
of accidents in the production area, to know the analysis of potential hazards and risks as well
as to control or prevent the risk of work accidents in the production area at CV. Artana
Engineering. This study uses the HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk
Control) method and the type of data used in this study is qualitative and semi-quantitative
data. Sources of data in this study using primary and secondary data. In this study, starting
from field observations or production areas, then identifying the hazards and risks that occur in
the production area after being identified, then analyzing the hazards and risks, then carrying
out control efforts according to the state of the production area. The results of the analysis of
potential hazards in CV. Artana Engineering has 26 potential hazards including 4 extreme
risks, 4 high risks, 5 moderate risks, and 13 low risks. 5, 12 administrative controls, 17 use of
PPE, and additional facilities such as APART and first aid kits.
Keywords— HIRARC, Occupational Health and Safety, Risks
ISSN: 1978-1520
Teknika Vol. 15, No. 01, Juni 2021: 115 – 131
116
1. PENDAHULUAN
Semua tempat kerja umumnya selalu
ada sumber bahaya yang dapat mengancam
keselamatan maupun kesehatan tenaga
kerja. Efek dari kecelakaan kerja seperti
cacat, hingga kematian adalah masalah bagi
perusahaan. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah hal yang tidak
terpisahkan dalam sistem tenaga kerja yang
berhubungan langsung dengan sumber daya
manusia. K3 tidak saja penting dalam hal
jaminan dan kesejahteraan sosial para
pekerja, namun bisa berdampak positif
terhadap keberhasilan produktivitas suatu
perusahaan. Dengan adanya program K3,
perusahaan bisa menghilangkan kasus
kecelakaan yang mengakibatkan kerugian
materi, maupun kerugian jiwa. Kecelakaan
kerja bisa diakibatkan oleh kurang nya
pengetahuan dari tenaga kerja, keterampilan
yang tidak memadai dalam pelaksanaan
pekerjaannya, terutama ketika dihadapkan
dengan teknologi atau alat yang tidak sesuai
dengan ukuran antropometri tenaga kerja
Indonesia [1].
Masalah – masalah keselamatan dan
kesehatan kerja tidak lepas dari kegiatan
dalam industri secara keseluruhan, maka
pola – pola yang harus dikembangkan di
dalam penanganan bidang keselamatan dan
kesehatan kerja dan pengadaan
pengendalian potensi bahaya harus
mengikuti pendekatan sistem yaitu dengan
menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3) [2].
Setiap tahun ribuan kecelakaan
terjadi di tempat kerja yang menimbulkan
korban jiwa, kerusakan materi, dan
gangguan produksi. Pada tahun 2020
menurut BPJS Ketenagakerjaan Kabupaten
Purwakarta tercatat 1.177 kecelakaan kerja
yang terjadi di perusahaan Purwakarta yang
terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan.
CV.Artana Engineering adalah
perusahaan jasa berskala nasional namun
perusahaan ini belum bisa menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja secara
sepenuhnya dikarenakan masih minimnya
alat pelindung diri pada pekerja, mesin
yang dioperasikan tidak menggunakan
pengaman, belum ada sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang baik,
hingga kecerobohan dari perilaku pekerja.
Dalam penelitian ini menitik beratkan pada
pencegahan atau pengurangan risiko
kecelakaan kerja dan upaya pengendalian
risiko. Melihat kondisi tersebut, maka perlu
dilakukan analisa kesehatan dan
keselamatan kerja yang baik.
Keselamatan kerja merupakan sarana
utama untuk mencegah terjadi nya
kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan
kerugian berupa luka atau cedera, cacat atau
kematian, kerugian harta benda, kerusakan
peralatan atau mesin dan kerusakan
lingkungan secara luas [6]. Karena itu
sistem pengembangan K3 harus berbasis
pengendalian risiko sesuai dengan sifat dan
kondisi bahaya yang ada. Bahkan secara
ekstrem dapat dikatakan bahwa K3 tidak
diperlukan jika tidak ada sumber bahaya
yang harus dikelola [3]
Implementasi K3 dimulai dengan
perencanaan yang baik dengan identifikasi
bahaya, penilaian risiko dan pengendalian
risiko HIRARC (Hazard Identification,
Risk Assessment, Risk Control) dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi aktual,
faktor-faktor risiko yang muncul dari setiap
aktifitas serta perbaikan yang akan
dilakukan, metode HIRARC dipilih karena
mampu menjabarkan setiap kegiatan-
kegiatan pada area produksi. Pada
penelitian ini Adapun tujuan untuk dicapai
adalah untuk mengetahui identifikasi
potensi bahaya dan risiko kecelakaan pada
area produksi di CV. Artana Engineering,
Mengetahui analisa potensi bahaya dan
risiko pada area produksi di CV. Artana
Engineering, dan Upaya pengendalian atau
pencegahan risiko kecelakaan kerja pada
area produksi di CV. Artana Engineering.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif untuk mengetahui penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja pada
bagian area produksi di CV. Artana
Engineering, dalam penelitian ini
menggunakan metode HIRARC (Hazard
Identification, Risk Assessment and Risk
IJCCS ISSN: 1978-1520
Analisis Pengendalian Resiko Kecelakaan Kerja …, Rizaldi Muarif Ramadhan, dkk.
117
Control). Penelitian ini dilakukan di CV.
Artana Engineering yang bertempat di Jl.
Raya Sadang No.208, RW.001, Kp.
Cibaragalan, Kec.Purwakarta,
Kab.Purwakarta, Jawa Barat. Waktu
penelitian pada bulan Desember 2020
sampai selesai.
Jenis data yang digunakan penelitian
ini merupakan data kualitatif dan semi-
kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian
ini adalah untuk mendapatkan informasi
mengenai kegiatan atau proses kerja pada
area produksi, sedangkan data semi-
kuantitatif yaitu berupa nilai-nilai dari
kemungkinan atau nilai dari peluang
terjadinya kecelakaan dari proses pekerjaan
dan nilai dari tingkat keparahan.
Sumber data yang didapat dalam
penelitian ini menggunakan data primer dan
sekunder. Untuk memperoleh data Primer
menggunakan 3 cara yaitu: Observasi,
Wawancara, dan Dokumentasi. Data
sekunder merupakan data pendukung dalam
penelitian ini yaitu diperoleh dari berbagai
literatur berupa buku-buku, jurnal, dan
dokumen–dokumen di perusahaan.
Pada penelitian ini dimulai dari
observasi lapangan atau area produksi
kemudian mengidentifikasi bahaya dan
risiko yang terjadi di area produksi setelah
diidentifikasi selanjutnya menganalisis
bahaya dan risiko, kemudian melakukan
upaya pengendalian yang sesuai dengan
keadaan area produksi, selain observasi
penulis melakukan wawancara kepada yang
bertanggung jawab dengan kesehatan dan
keselamatan kerja di CV. Artana
Engineering.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Bahaya (Hazard
Identification)
Proses identifikasi bahaya akan
dilakukan penjabaran risiko dari setiap
kegiatan yang sudah diidentifikasi. Risiko
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya
mekanik, bahaya elektrik, bahaya
ergonomi, bahaya kebiasaan, bahaya
lingkungan, bahaya biologi, dan bahaya
psikologi.
Identifikasi bahaya adalah untuk
menyorot operasi kritis tugas, yang berisiko
signifikan bagi kesehatan dan keselamatan
karyawan serta menyoroti bahaya yang
berkaitan dengan peralatan tertentu [9].
Identifikasi bahaya dilakukan dengan
cara memeriksa suatu pekerjaan yang dapat
menyebabkan cedera pada manusia atau
kerusakan pada alat atau lingkungan.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan,
wawancara, dan studi dokumen, diperoleh
data hasil identifikasi bahaya pada area
produksi di CV. Artana Engineering
sebagai berikut:
A. Bagian mesin cutting
Mesin cutting adalah mesin perkakas
yang digunakan untuk memotong plat baja.
Proses pemotongan dimulai dengan
memberi tanda pada material, kemudian
material dipotong sesuai dengan tanda yang
telah dibuat. Berdasarkan hasil observasi di
lapangan, wawancara, dan studi dokumen,
diketahui bahwa ada potensi bahaya yang
terjadi di bagian mesin cutting dapat dilihat
pada tabel 1
Tabel 1 Identifikasi bahaya mesin cutting
Bagian Kegiatan
pekerjaan
Potensi
Bahaya
Proses
mesin
cutting
Mengukur dan
memberi tanda
pada plat
Tangan
tergores plat
Mengangkat plat
dari lantai
produksi
Tertimpa plat,
tergores plat,
tersandung
plat
Memasukkan
plat ke dalam
mesin cutting
Terjepit plat
Menyesuaikan
plat dengan
ukuran
Luka memar
pada tangan
Menginjak foot
pedal pada
mesin cutting
Tangan
terpotong
mesin cutting
Mengeluarkan
plat dari mesin
cutting
Tertimpa plat
Menyimpan plat Tangan
ISSN: 1978-1520
Teknika Vol. 15, No. 01, Juni 2021: 115 – 131
118
di lantai
produksi
tergores plat
Sumber: Pengolahan data (2021)
B. Bagian mesin bending
Proses bending adalah proses
pembengkokan atau penekukan. Tujuan
dari bending adalah untuk memberikan
bentuk pada bahan sehingga siap untuk
dirangkai. Proses bending yang digunakan
adalah press brake bending yaitu suatu
pekerjaan bending yang menggunakan
penekan dan sebuah cetakan. Proses ini
membentuk plat yang diletakan diatas
cetakan lalu ditekan oleh penekan dari atas
sehingga mendapatkan hasil tekukan yang
serupa dengan cetakan. Berdasarkan hasil
observasi di lapangan, wawancara, dan
studi dokumen, diketahui bahwa ada
potensi bahaya yang terjadi di bagian mesin
bending dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2 Identifikasi bahaya mesin bending
Bagian Kegiatan
pekerjaan
Potensi
Bahaya
Proses
mesin
bending
Mengukur dan
memberi tanda
pada plat
Tangan
tergores plat
Mengangkat plat
dari lantai
produksi
Tertimpa plat,
tergores plat,
tersandung
plat
Memasukkan plat
ke dalam mesin
bending
Terjepit plat
Menyesuaikan
plat dengan
ukuran
Tertimpa plat
Menginjak foot
pedal pada mesin
bending
Tangan terjepit
mesin bending
Mengeluarkan
plat dari mesin
bending
Tertimpa plat
Menyimpan plat
di lantai produksi
Tangan
tergores plat
Sumber: Pengolahan data (2021)
C. Bagian mesin rolling
Mesin roll plate atau mesin gulung
berfungsi untuk membengkokkan plat atau
pipa sehingga membentuk radius. Mesin
rolling bekerja dengan sistem dua penumpu
dan satu penekan di tengah. Mesin rolling
merupakan salah satu alat untuk membuat
tenki maupun pipa. Karena mesin rolling
bisa mengubah plat menjadi gulungan-
gulungan yang berbentuk bundar.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan,
wawancara, dan studi dokumen, diketahui
bahwa ada potensi bahaya yang terjadi di
bagian mesin rolling dapat dilihat pada
Tabel 3
Tabel 3 Identifikasi bahaya mesin rolling
Bagian Kegiatan
pekerjaan
Potensi
Bahaya
Proses
mesin
rolling
Mengukur dan
memberi tanda
pada plat
Tangan
tergores plat
Mengangkat
plat dari lantai
produksi
Tertimpa plat,
tergores plat,
tersandung
plat
Memasukkan
plat ke dalam
mesin rolling
Terjepit plat
Menyesuaikan
plat dengan
ukuran
Tangan
tergores plat
Menginjak foot
pedal pada
mesin rolling
Tangan
terjepit mesin
rolling
Mengeluarkan
plat dari mesin
rolling
Tertimpa plat
Menyimpan plat
di lantai
produksi
Tangan
tergores plat
Sumber: Pengolahan data (2021)
D. Bagian proses grinding
Mesin gerinda tangan adalah
perkakas yang digunakan untuk mengasah,
memotong serta menggerus benda kerja
kasar maupun halus dengan tujuan dan
IJCCS ISSN: 1978-1520
Analisis Pengendalian Resiko Kecelakaan Kerja …, Rizaldi Muarif Ramadhan, dkk.
119
kebutuhan tertentu. Prinsip gerinda tangan
adalah batu gerinda berputar bersentuhan
dengan material atau benda kerja sehingga
terjadi gesekan yang akan membuat
pengikisan, penajaman, pengasahan,
pemolesan atau pemotongan. Berdasarkan
hasil observasi di lapangan, wawancara,
dan studi dokumen, diketahui bahwa ada
potensi bahaya yang terjadi di bagian mesin
grinding dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Identifikasi bahaya mesin grinding
Bagian Kegiatan
pekerjaan
Potensi
Bahaya
Proses
bagian
grinding
(cutting
pipa)
Mengambil
pipa dari lantai
produksi
tersandung
pipa, kabel,
perkakas
Mengukur dan
memberi tanda
pada pipa
tangan
tergores ujung
pipa
melakukan
pemotongan
pada pipa
Tangan
terkena batu
gerinda, mata
terkena gram
gerinda
menyimpan
pipa pada
lantai produksi
tangan
tergores ujung
pipa,
tersandung
pipa, kabel dan
benda lain
Proses
bagian
grinding
(penghalu
san pipa)
Mengambil
pipa
Tersandung
pipa, kabel,
perkakas
Melakukan
penghalusan
pada pipa
Terkena batu
gerinda
Menyimpan
kerangka
Tersandung
pipa, kabel,
perkakas
Sumber: Pengolahan data (2021)
E. Bagian proses welding
Pengelasan adalah suatu proses
penyambungan logam di mana logam
menjadi satu akibat panas dengan atau
tanpa pengaruh tekanan. Atau dapat juga
didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang
ditimbulkan oleh gaya-tarik menarik antara
atom. Berdasarkan hasil observasi di
lapangan, wawancara, dan studi dokumen,
diketahui bahwa ada potensi bahaya yang
terjadi di bagian proses welding dapat
dilihat pada Tabel 5
Tabel 5 Identifikasi bahaya mesin welding
Bagian Kegiatan
pekerjaan
Potensi
Bahaya
Proses
bagian
welding
Mengambil pipa
tersandung
pipa, kabel
dan benda
lain
Mengukur atau
menyesuaikan pipa
Tangan
tergores
ujung pipa
Melakukan proses
pengelasan
Terpapar
asap las,
tangan
terkena api
las
Melakukan proses
pengelasan
Terpapar
asap las,
tangan
terkena api
las
Menyimpan barang
di lantai produksi
Tersandung
pipa, kabel,
perkakas
Sumber: Pengolahan data (2021)
Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Dalam teori Domino yang
dipopulerkan oleh HW Heicrich,
menyebutkan bahwa 88% kecelakaan
disebabkan oleh tindakan bahaya (unsafe
action), 10% kecelakaan disebabkan oleh
kondisi yang tidak aman atau kondisi
berbahaya dan 2% kecelakaan disebabkan
oleh penyebab yang belum bisa ditentukan
(takdir, nasib, dan lain-lain) [7].
Setelah mendapatkan hasil
identifikasi bahaya, maka langkah
selanjutnya dalam metode HIRARC yaitu
ISSN: 1978-1520
Teknika Vol. 15, No. 01, Juni 2021: 115 – 131
120
penilaian risiko (risk assessment). Tujuan
dari penilaian risiko (risk assessment)
adalah memastikan kontrol risiko dari
proses, operasi atau aktivitas yang
dilakukan berada pada tingkat yang dapat
diterima. Penilaian dalam risk assessment
yaitu Likelihood (L) dan Severity atau
Consequence (C) [4]. Likelihood
menunjukkan seberapa mungkin kecelakaan
itu terjadi, sedangkan Severity atau
Consequence menunjukkan seberapa parah
dampak dari kecelakaan tersebut. Nilai dari
Likelihood dan Consequence akan
digunakan untuk menentukan risk rating
atau risk level.
Kecelakaan akibat kerja adalah
kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
pekerjaan disuatu perusahaan. Pada sebuah
pekerjaan selalu memiliki risiko kecelakaan
kerja, perlu adanya pengendalian risiko
agar dapat mengurangi atau meminimalisir
kecelakaan akibat kerja terhindar dari risiko
atau dampak negatif dalam melakukan
pekerjaan [5].
Tabel 6 Kriteria Likelihood
Level Kriteria Penjelasan
1 Almost
Certain
Terjadi hampir
disemua keadaan
2 Likely
Sangat mungkin
terjadi hampir
disemua keadaan
3 Possible Dapat terjadi
sewaktu-waktu
4 Unlikely Kemungkinan
terjadi jarang
5 Rare
Hanya dapat terjadi
pada keadaan
tertentu
Sumber: fazri R (2017)
Berdasarkan Tabel 6 tingkat
terjadinya risiko ditentukan dalam lima
tingkatan. Tingkatan tertinggi memiliki
nilai 1, dengan kemungkinan terjadinya
risiko hampir setiap saat. Sedangkan
tingkatan terendah memiliki nilai 5, dengan
keterangan kemungkinan terjadinya risiko
sangat jarang terjadi.
Tabel 7 Kriteria Consequence
Level Kriteria Penjelasan
1 Insignificant
Tidak terjadi
cidera, kerugian
finansial kecil
2 Minor
P3K, penanganan
di tempat, dan
kerugian finansial
sedang
3 Moderate
Memerlukan
perawatan medis,
penanganan
ditempat dengan
bantuan pihak luar,
kerugian finansial
besar
4 Major
Cidera berat,
kehilangan
kemampuan
produksi,
penanganan luar
area tanpa efek
negatif, kerugian
finansial besar
5 Catastrophic
Kematian,
keracunan hingga
ke luar area dengan
efek gangguan,
kerugian finansial
besar
Sumber: fazri R (2017)
Pada Tabel 7 menunjukkan
tingkat keparahan terjadinya risiko,
tingkatan terendah bernilai 1 dan tingkatan
tertingginya bernilai 5. Selanjutnya hasil
perbandingan tingkat kemungkinan dan
tingkat keparahan terjadinya risiko akan
digunakan untuk menentukan tingkatan
risiko. Hasil perbandingan tersebut
ditunjukkan pada Gambar 8
Tabel 8 Risk Matrix
Likelihood Consequence
1 2 3 4 5
5 H H E E E
4 M H H E E
3 L M H E E
2 L L M H E
1 L L M H H
IJCCS ISSN: 1978-1520
Analisis Pengendalian Resiko Kecelakaan Kerja …, Rizaldi Muarif Ramadhan, dkk.
121
Sumber: fazri R (2017)
Cara menentukan nilai tingkat
kemungkinan (Likelihood) dan nilai tingkat
keparahan (Consequence) yaitu dengan
mendiskusikan hasil observasi yang sudah
didapatkan peneliti dengan pihak
perusahaan, yaitu pak Sonny sebagai
pengawas lapangan, tujuannya untuk
mendapatkan nilai tingkat kemungkinan
(Likelihood) dan nilai tingkat keparahan
(Consequence) yang akurat, karena pihak
perusahaan lebih mengetahui tingkat
kemungkinan dan tingkat keparahan risiko
yang ada di CV. Artana Engineering.
Berikut Tabel risk assessment yang telah
diolah dapat dilihat pada Tabel 9
Tabel 9 Risk Assessment (penilaian risiko)
No Bagian Identifikasi
bahaya L C
Risk
Level
1
Proses
mesin
cutting
Tergores
plat 2 2 L
2
Tangan
terpotong
mesin
cutting
4 4 E
3 Tertimpa
plat 4 2 H
4 Tersandung
plat 3 2 M
5 Terjepit
plat 2 2 L
6
Tangan
terkilir 2 1 L
No Bagian Identifikasi
bahaya L C
Risk
Level
7
Proses
mesin
bending
Tergores
plat 2 2 L
8
Tangan
terjepit
mesin
bending
4 4 E
9 Tertimpa
plat 4 2 H
10 Terjepit
plat 2 2 L
11 Tersandung
plat 3 2 M
No Bagian Identifikasi
bahaya L C
Risk
Level
12
Proses
mesin
rolling
Tergores
plat 2 2 L
13
Tangan
terjepit
mesin
rolling
4 4 E
14 Tertimpa
plat 5 2 H
15 Terjepit
plat 3 1 L
16 Tersandung
plat 3 2 M
No Bagian Identifikasi
bahaya L C
Risk
Level
17
Proses
bagian
grinding
Tangan
terkena
batu
gerinda
5 3 E
18
Mata
terkena
gram
1 2 L
19
tersandung
pipa dan
benda lain
2 2 L
20 Tersandung
kabel 3 2 M
21
Tangan
tergores
ujung pipa
3 1 L
No Bagian Identifikasi
bahaya L C
Risk
Level
22
Proses
bagian
welding
Tangan
terkena
percikan
welding
3 3 H
23
Tangan
tergores
ujung pipa
2 1 L
24 Terpapar
asap las 1 1 L
25
tersandung
pipa dan
benda lain
2 1 L
26 Tersandung
kabel 3 2 M
ISSN: 1978-1520
Teknika Vol. 15, No. 01, Juni 2021: 115 – 131
122
Pengendalian risiko (Risk Control)
Setelah dilakukan analisis
identifikasi potensi bahaya dan penilaian
risiko, tahap selanjutnya yaitu diberikan
rekomendasi atau pengendalian risiko
berdasarkan hasil penelitian identifikasi
bahaya di CV. Artana Engineering dengan
metode HIRARC (Hazard Identification,
Risk Assessment, Risk Control).
Pengendalian risiko (Risk Control)
pengendalian risiko merupakan langkah
menentukan dalah keseluruhan manajemen
risiko. Berkaitan dengan risiko K3,
pengendalian dilakukan dengan mengurangi
kemungkinan atau keparahan dengan
mengikuti hirarki sebagai berikut [3]:
Gambar 1 Hirarki Pengendalian Risiko
Sumber: Ramli (2010)
a) Eliminasi
Eliminasi adalah teknik pengendalian
dengan menghilangkan sumber
bahaya, cara ini sangat efektif karena
sumber bahaya dieliminasi sehingga
potensi risiko dapat dihilangkan.
b) Substitusi
Substitusi adalah teknik pengendalian
bahaya dengan mengganti alat, bahan,
sistem atau prosedur yang berbahaya
dengan yang lebih aman atau lebih
rendah bahaya nya.
c) Rekayasa Engineering
Sumber bahaya biasanya berasal dari
peralatan atau sarana teknis yang ada
di lingkungan kerja. Pengendalian ini
dapat dilakukan melalui perbaikan
pada desain, penambahan peralatan
dan pemasangan peralatan pengaman
d) Pengendalian administratif
Pengendalian bahaya juga dapat
dilakukan secara administratif
misalnya dengan mengatur jadwal
kerja, istirahat, cara kerja atau
prosedur kerja yang lebih aman, rotasi,
atau pemeriksaan kesehatan.
e) Penggunaan Alat Pelindung Diri
Pilihan terakhir untuk mengendalikan
bahaya adalah dengan memakai alat
pelindung diri misalnya, pelindung
kepala, sarung tangan, masker, dll.
Risk Control
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah menciptakan lingkungan kerja
yang sehat, aman, teratur dan sejahtera,
sehingga hal ini dapat membuat suasana
lingkungan kerja yang lebih kondusif dan
nyaman yang membuat para pekerja tetap
dalam kondisi baik, sehat secara fisik,
bebas kecelakaan dan peningkatan
produktifitas [8]. Berdasarkan hasil dari
pengolahan data yang telah dilakukan
sebelumnya maka dapat dilihat tabel
pengendalian risiko (risk control) pada
Tabel 10
Tabel 10 Risk control
No Bagian Identifikasi bahaya L C Risk
Level Risk Control
1
Proses
mesin
cutting
Tergores plat 2 2 L Menggunakan APD
(sarung tangan safety)
2 Tangan terpotong
mesin cutting 4 4 E
Menggunakan double
foot pedal
3 Tertimpa plat 4 2 H Menggunakan APD
(sepatu safety)
4 Tersandung plat 3 2 M Melakukan 5R
IJCCS ISSN: 1978-1520
Analisis Pengendalian Resiko Kecelakaan Kerja …, Rizaldi Muarif Ramadhan, dkk.
123
5 Tangan terjepit plat 2 2 L Menggunakan APD
(sarung tangan safety)
6
Luka memar pada
tangan 2 1 L
Menggunakan APD
(sarung tangan safety)
7
Proses
mesin
bending
Tergores plat 2 2 L Menggunakan APD
(sarung tangan safety)
8 Tangan terjepit
mesin bending 4 4 E
menggunakan double
foot pedal
9 Tertimpa plat 4 2 H Menggunakan APD
(sepatu safety)
10 Terjepit plat 2 2 L Menggunakan APD
(sarung tangan safety)
11 Tersandung plat 3 2 M Melakukan 5R
12
Proses
mesin
rolling
Tergores plat 2 2 L Menggunakan APD
(sarung tangan safety)
13 Tangan terjepit
mesin rolling 4 4 E
Menggunakan double
foot pedal
14 Tertimpa plat 5 2 H Menggunakan APD
(sepatu safety)
15 Terjepit plat 3 1 L Menggunakan APD
(sarung tangan safety)
16 Tersandung plat 3 2 M Melakukan 5R
17
Proses
bagian
grinding
Tangan terkena batu
gerinda 5 3 E
Memasang pengaman
pada mesin
18 Mata terkena gram 1 2 L
Memasang pengaman
pada mesin,
menggunakan APD
(kacamata safety)
19 Tersandung pipa dan
benda lain 2 2 L Melakukan 5R
20 Tersandung kabel 3 2 M Melakukan 5R
21 Tangan tergores
ujung pipa 3 1 L
Menggunakan APD
(sarung tangan safety)
22
Proses
bagian
welding
Tangan terkena
percikan welding 3 3 H
Menggunakan APD
(kacamata safety)
23 Tangan tergores
ujung pipa 2 1 L
Menggunakan APD
(sarung tangan safety)
24 Terpapar asap las 1 1 L
Menggunakan APD
(respirator atau
masker)
ISSN: 1978-1520
Teknika Vol. 15, No. 01, Juni 2021: 115 – 130
124
25 Tersandung pipa dan
benda lain 2 1 L Melakukan 5R
26 Tersandung kabel 3 2 M Melakukan 5R
Sumber: Pengolahan data (2021)
Berdasarkan hasil pengolahan data,
diketahui sebanyak 26 potensi bahaya yang
ada di CV. Artana Engineering, terdapat
risiko rendah (low risk) sebanyak 13
dengan persentase 50%, risiko sedang
(moderate risk) sebanyak 5 dengan
persentase 19%, risiko tinggi (high risk)
sebanyak 4 dengan persentase 15%, dan
risiko ekstrim (extreme risk) sebanyak 5
dengan persentase 16%.
Pembahasan
Analisis Potensi Bahaya
Setelah dilakukan identifikasi potensi
bahaya dan penilaian risiko dari hasil
pengumpulan dan pengolahan data di CV.
Artana Engineering, selanjutnya hasil dari
pengumpulan dan pengolahan data akan
digunakan sebagai bahan dalam
penyusunan rekomendasi.
1. Analisis bahaya tergores
Analisis bahaya tergores dilakukan
terhadap hasil identifikasi bahaya yang
telah dilakukan sebelumnya. Bahaya
tergores berada pada bagian cutting,
bending, rolling, grinding, dan welding.
Hasil identifikasi menunjukkan bahaya
tergores pada bagian mesin cutting,
bending, dan rolling dapat terjadi pada saat
proses mengukur dan memberi tanda pada
plat, mengangkat, memasukkan dan
menyiman plat. Pada bagian mesin grinding
menunjukkan bahaya tergores terjadi pada
saat proses mengukur dan memberi tanda
pada pipa, dan penyimpanan pipa. Pada
bagian welding menunjukkan bahaya
tergores terjadi pada saat proses mengukur
dan menyesuaikan pipa. Bahaya tergores
disebabkan oleh 2 faktor, pertama faktor
manusia yaitu tidak menggunakan APD.
plat atau ujung pipa yang memiliki tekstur
tidak rata, sehingga pekerja dapat tergores
oleh plat atau ujung pipa.
Berdasarakan hasil penilaian risiko
(risk assessment) bahaya yang ditimbulkan
dari tergores plat atau pipa memiliki tingkat
kemungkinan (likelihood) 2 artinya sangat
mungkin terjadi disemua keadaan dan
tingkat keparahan (consequence) 2 artinya
dampak yang ditimbulkan dari tergores plat
yaitu cidera ringan seperti luka goresan
pada tangan pekerja, maka risk level yang
dihasilkan berdasarkan risk matrix yaitu
risiko rendah (low risk)
2. Analisis bahaya terpotong dan
terjepit
Hasil analisis dari identifikasi bahaya
(hazard identification) menunjukkan
potensi bahaya terpotong pada bagian
mesin cutting terjadi pada saat proses
pemotongan atau cutting plat, bahaya
terpotong disebabkan faktor manusia yaitu
apabila pekerja tidak fokus atau tidak
konsentrasi pada saat proses pemotongan.
Potensi bahaya terjepit plat berada
pada mesin cutting, bending dan rolling.
Hasil identifikasi menunjukkan potensi
bahaya terjepit pada bagian mesin cutting
hal ini terjadi pada saat melakukan proses
memasukkan plat kedalam mesin cutting
disebabkan oleh pekerja yang tidak berhati-
hati atau melakukan tindakan tidak aman
saat bekerja.
Pada bagian mesin bending dan
rolling potensi bahaya terjepit plat atau
mesin terjadi pada saat melakukan proses
memasukkan plat dan penekukkan plat.
Bahaya terjepit disebebkan oleh faktor
manusia bila tidak fokus atau tidak
konsentrasi dan tindakan tidak aman saat
bekerja.
Analisis selanjutnya berdasarkan
hasil penilaian risiko. Potensi bahaya
tangan terpotong bagian mesin cutting pada
proses pemotongan plat memiliki tingkat
kemungkinan (likelihood) 4 artinya
kemungkinan jarang terjadi dan tingkat
keparahan (consequence) 4 artinya dampak
yang ditimbulkan cidera berat seperti cacat
permanen sehingga risk level yang
IJCCS ISSN: 1978-1520
Analisis Pengendalian Resiko Kecelakaan Kerja …, Rizaldi Muarif Ramadhan, dkk.
125
dihasilkan berdasarkan risk matrix yaitu
risiko ekstrim (extreme risk).
Hasil analisis penilaian risiko (risk
level) menunjukkan bahaya tangan terjepit
antara plat dan mesin bagian mesin bending
pada proses memasukkan plat memiliki
tingkat kemungkinan (likelihood) 2 artinya
sangat mungkin terjadi disemua keadaan,
dan tingkat keparahan (consequence) 2
artinya dampak yang ditimbulkan dari
terjepit antara plat dan mesin yaitu cidera
ringan seperti memar pada tangan sehingga
risk level yang dihasilkan berdasarkan risk
matrix yaitu risiko rendah (low risk).
Penilaian risiko tangan terjepit di
bagian mesin bending pada saat proses
penekukkan plat memiliki tingkat
kemungkinan (likelihood) 4 artinya
kemungkinan jarang terjadi pada proses
penekukkan, kemudian tingkat keparahan
(consequence) 4 artinya dampak yang
ditimbulkan yaitu cidera berat seperti cacat
permanen sehingga risk level yang
dihasilkan berdasarkan risk matrix yaitu
risiko ekstrim (extreme risk).
3. Analisis bahaya tertimpa plat
Berdasarkan hasil identifikasi bahaya
(hazard identification) potensi bahaya
tertimpa plat terjadi di bagian mesin
cutting, bending, dan rolling. Hal ini terjadi
pada saat proses mengangkat plat dari lantai
produksi dan menyimpan plat dilantai
produksi yang disebabkan oleh faktor
manusia yaitu bila pekerja kelelahan karena
beban plat yang berat. tangan yang licin,
dan hanya sebagian pekerja yang
menggunakan sepatu safety sehingga
dampak dari bahaya tersebut perlu
penanganan P3K.
Analisis selanjutnya berdasarkan
hasil penilaian risiko (risk assessment).
Potensi bahaya tertimpa plat pada bagian
mesin cutting, bending, dan rolling
memiliki tingkat kemungkinan (likelihood)
4 artinya kemungkinan tertimpa plat jarang
terjadi dan tingkat keparahan (consequence)
2 artinya hanya dapat terjadi disebabkan
karena pekerja tersandung benda dilantai
produksi atau tangan yang licin akibat
keringat dan pekerja tidak menggunakan
sepatu safey sehingga dampak dari bahaya
tersebut mengakibatkan cedera sedang
seperti memar atau yang paling parah yaitu
patah tulang pada bagian kaki, sehingga
risk level yang dihasilkan berdasarkan risk
matrix yaitu risiko tinggi (high risk)
4. Analisis bahaya tersandung
Berdasarkan hasil identifikasi bahaya
(hazard identification), potensi bahaya
tersandung plat terjadi pada bagian mesin
cutting, bending, rolling, dan untuk
tersandung pipa, kabel, dll berada pada
mesin grinding, welding, dan painting. Hal
ini disebabkan oleh faktor area kerja tidak
tertata dengan baik, banyak perkakas, benda
yang tidak diperlukan, dan kabel-kabel
yang berantakan sehingga pekerja saat tidak
berkonsentrasi dapat tersandung material
atau kabel yang tidak tertata.
Analisis selanjutnya berdasarkan
hasil dari penilaian risiko (risk assessment).
Potensi bahaya tersandung plat berada pada
bagian cutting, bending, dan rolling,
kemudian potensi bahaya tersandung pipa,
kabel, dll berada pada bagian mesin
grinding dan welding memiliki tingkat
kemungkinan (likelihood) 3 artinya dapat
terjadi sewaktu-waktu diarenakan plat yang
disimpan menghalangi jalan pekerja, dan
pipa, kabel dan perkakas tidak tertata
dengan rapih, kemudian tingkat keparahan
(consequence) memiliki nilai 2 artinya
dampak yang terjadi menimbulkan cedera
ringan seperti memar atau tergores pada
bagian tubuh, maka risk level yang
dihasilkan berdasarkan risk matrix yaitu
risiko sedang (moderate risk).
5. Analisis bahaya luka memar pada
tangan
Berdasarkan hasil identifikasi bahaya
(hazard identification). Potensi bahaya luka
memar pada tangan terjadi pada bagian
mesin cutting. Hal ini terjadi pada saat
proses melakukan menyesuaikan plat
dengan ukuran karena pekerja pada saat
menyesuaikan plat dilakukan dengan
memukul atau mendorong plat dengan
tangan selain itu pekerja tidak
menggunakan APD seperti sarung tangah
safety sehingga potensi bahaya luka memar
dapat terjadi pada saat proses menyesuaikan
plat.
Analisis selanjutnya berdasarkan risk
assessment (penilaian risiko). Potensi
ISSN: 1978-1520
Teknika Vol. 15, No. 01, Juni 2021: 115 – 130
126
bahaya luka memar pada proses
menyesuaikan plat memiliki tangkat
kemungkinan (likelihood) 2 artinya hampir
terjadi disemua keadaan dikarenakan pada
proses menyesuaikan plat dilakukan
memukul atau mendirong dengan tangan
tanpa menggunakan sarung tangan safety,
kemudian tingkat keparahan (consequence)
2 artinya dampak yang ditimbulkan yaitu
luka memar pada tangan, maka risk level
yang dihasilkan berdasarkan risk matrix
yaitu risiko rendah (low risk)
6. Analisis bahaya tangan terkena
batu gerinda
Berdasarkan hasil identifikasi bahaya
(hazard identification). Potensi bahaya
tangan terkena batu gerinda terjadi pada
bagian mesin grinding. Hal ini terjadi pada
saat proses melakukan pemotongan pipa
karena tidak ada pengaman dari mesin
grinding dan pekerja tidak menggunakan
sarung tangan safety sehingga dapat terjadi
potensi bahaya tangan terpotong mesin
gerinda.
Analisis selanjutnya berdasarkan risk
assessment (penilaian risiko). Potensi
bahaya tangan terpotong mesin gerinda
pada bagian mesin grinding memiliki
tangkat kemungkinan (likelihood) 5 artinya
hanya terjadi dalam keadaan tertetu
dikarenakan bila pekerja tidak berhati-hati
pada saat proses pemotongan pipa maka
akan terjadi bahaya tangan terpotong,
kemudian tingkat keparahan (consequence)
3 artinya dampak yang ditimbulkan dari
bahaya tangan terpotong mesin gerinda
yaitu cidera berat seperti luka robek, cacad
permanen pada jari dll, maka risk level
yang dihasilkan berdasarkan risk matrix
yaitu risiko ekstrim (extreme risk)
7. Analisis bahaya mata terkena
gram
Berdasarkan hasil identifikasi bahaya
(hazard identification). Potensi bahaya
tangan terkena batu gerinda terjadi pada
bagian mesin grinding. Hal ini terjadi pada
saat proses melakukan pemotongan pipa
karena tidak ada pengaman dari mesin
grinding dan pekerja tidak menggunakan
kacamata safety sehingga dapat terjadi
potensi bahaya mata terkena gram.
Analisis selanjutnya berdasarkan risk
assessment (penilaian risiko). Potensi
bahaya mata terkena gram pada bagian
mesin grinding memiliki tangkat
kemungkinan (likelihood) 1 artinya hamper
terjadi disemua keadaan dikarenakan
gesekan antara batu gerinda dan pipa
menimbulkan gram yang dapat mengenai
mata pekerja selain itu pekerja tidak
menggunakan kacamata safety, kemudian
tingkat keparahan (consequence) 2 artinya
dampak yang ditimbulkan dari bahaya mata
terkena gram seperti gangguan pada
pengelihatan, mata merah, mata berair dll,
maka risk level yang dihasilkan
berdasarkan risk matrix yaitu risiko rendah
(low risk)
8. Analisis bahaya terkena api mesin
las
Berdasarkan hasil identifikasi bahaya
(hazard identification), potensi bahaya
terkena api mesin las terjadi pada bagian
welding. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
mesin las yang menghasilkan api untuk
proses penyambungan, sehingga faktor
yang mempengaruhi bahaya terkena api
mesin las yaitu faktor manusia seperti
pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) seperti safety gloves atau
sarung tangan safety.
Analisis selanjutnya berdasarkan
penilaian risiko (risk asessment). Potensi
bahaya terkena api mesin las pada bagian
welding memiliki tingkat kemungkinan
(likelihood) 3 artinya dapat terjadi sewktu-
waktu dikarenakan pekerja yang tidak
menggunakan APD berisiko terkena
percikan api, kemudian tingkat keparahan
(consequence) memiliki nilai 3 dikarenakan
dampak dari bahaya tersebut memiliki
cedera sedang seperti luka bakar, maka risk
level yang dihasilkan berdasarkan risk
matrix yaitu risiko tinggi (high risk)
9. Analisis bahaya terpapar asap las
Berdasarkan hasil identifikasi bahaya
(hazard identification) potensi bahaya
terpapar asap las berada pada bagian
welding. Hal ini terjadi pada proses
penyambungan atau pengelasan dan
pembengkokkan pipa yang menimbulkan
asap selain itu pekerja tidak menggunakan
masker untuk melindungi area wajah
IJCCS ISSN: 1978-1520
Analisis Pengendalian Resiko Kecelakaan Kerja …, Rizaldi Muarif Ramadhan, dkk.
127
termasuk hidung supaya tidak menghirup
asap las.
Berdasarkan hasil dari penilaian
risiko (risk assessment), potensi bahaya
terpapar asap las memiliki tingkat
kemungkinan (likelihood) 1 artinya terjadi
hamper disemua keadaan dikarenakan saat
proses pengelasan asap las timbul secara
terus-menerus, kemudian tingkat keparahan
(consequence) memiliki nilai 1 artinya
cedera yang ditimbulkan seperti iritasi pada
saluran pernapasan, maka risk level yang
dihasilkan berdasarkan risk matrix yaitu
risiko rendah (low risk)
Pengendalian risiko (Risk Control)
Selain bertujuan untuk menghindari
kecelakaan dalam proses produksi
perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) juga bertujuan untuk
meningkatkan kegairahan, keserasian kerja
dan partisipasi kerja karyawan dan dapat
dipastikan kinerja dari karyawan meningkat
[10].
1. Pengendalian rekayasa engineering
a) Double pedal
Pada bagian proses cutting, bending,
dan rolling terdapat bahaya terpotong dan
terjepit yang disebabkan oleh pekerja bila
tidak berhati-hati atau melakukan tindakan
tidak aman, oleh sebab itu disarankan untuk
melakukan penambahan pedal pada mesin
agar pada saat proses pemotongan atau
penekukkan pada plat pekerja sudah pada
posisi aman.
Gambar 2 foot pedal mesin
Sumber: id.aliexpress.com
b) Pengaman pada mesin gerinda
Pada bagian proses grinding terdapat
bahaya tangan tersayat oleh batu gerinda
yang sedang berputar dan mata terkena
gram yang disebabkan oleh faktor mesin
gerinda yang tidak menggunakan
pengaman, oleh sebab itu disarankan untuk
melakukan penambahan pengaman pada
mesin gerinda agar bahaya tersayat dan
mata terkena percikan api tidak terjadi.
Gambar 3 Penutup mesin gerinda
Sumber: Bukalapak.com
2. Pengendalian administratif
a) Melakukan 5R (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, dan Rajin)
Berdasarkan hasil pengamatan dan
analisis diketahui bahwa terdapat bahaya
tersandung kabel, dan perkakas yang
berserakan dilantai produksi, sehingga
disarankan untuk melakukan pengandalian
administratif atau membuat prosedur
berupa 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
dan Rajin). Ringkas adalah memisahkan
segala sesuatu yang diperlukan dan
menyingkirkan yang tidak diperlukan. Rapi
adalah menempatkan barang pada
tempatnya. Resik adalah melakukan
pembersihan tempat kerja. Rawat adalah
melakukan perawatan agar apa yang
diperoleh pada tiga tahapan sebelumnya
dicapai dapat dipertahankan. Rajin adalah
terciptanya kebiasaan pribadi pekerja untuk
menjaga dan meningkatkan apa yang
sudahdicapai.
ISSN: 1978-1520
Teknika Vol. 15, No. 01, Juni 2021: 115 – 130
128
Gambar 5 Simbol 5R (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, Rajin)
Sumber: Santoso Gunara (2017)
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD)
a) Safety gloves (pelindung tangan)
Berdasarkan hasil pengamatan dan
analisis terdapat bahaya tangan tergores,
tersayat, dan terkena percikan api yang
disebabkan oleh peralatan atau mesin,
selain itu pekerja tidak menggunakan APD
seperti safety gloves (sarung tangan
pelindung) sehingga pekerja berpotensi
tergores, tersayat, dan terkena percikan api,
oleh sebab itu disarankan untuk melakukan
penggunaan safety gloves dengan bahan
kulit kombinasi jeans pada bagian grinding,
kemudian sarung tangan dengan bahan kain
digunakan pada bagian cutting, bending,
rolling, dan welding.
Gambar 6 Safety gloves
Sumber: Santoso Gunara (2017)
b) Sepatu safety
Berdasarkan hasil pengamatan dan
analisis diketahui terdapat bahaya kejatuhan
plat, tersandung material atau perkakas
yang disebabkan oleh pekerja bila tidak
berhati-hati, kelelahan, dan tindakan yang
tidak aman, oleh sebab itu disarankan untuk
menggunakan safety shoes agar kaki
pekerja dapat terlindungi, sehingga tidak
terjadi risiko kecelakaan kerja.
Gambar 6 Sepatu safety
Sumber: Santoso Gunara (2017)
c) Respirator atau masker
Berdasarkan hasil pengamatan dan
analisis diketahui terdapat bahaya
menghirup asap las, oleh sebab itu
disarankan untuk menggunakan respirator
atau masker pada saat melakukan proses
welding agar pekerja tidak menghirup asap
las.
Gambar 7 Respirator
Sumber: Santoso Gunara (2017)
d) Kacamata safety
Berdasarkan hasil pengamatan dan
analisis diketahui terdapat bahaya mata
terkena gram, oleh sebab itu disarankan
untuk memakai kacamata safety saat proses
grinding agar mata pekerja dapat terlindung
dari gram yang dihasilkan oleh mesin
gerinda.
Gambar 8 Kacamata safety
Sumber: Santoso Gunara (2017)
4. Penambahan fasilitas
Selain penerapan rekayasa
engineering, pengendalian administratif,
dan APD, hasil pengendalian risiko
menunjukkan perlu adanya penambahan
fasilitas untuk mengendalikan risiko yang
ada. Berikut fasilitas yang perlu
IJCCS ISSN: 1978-1520
Analisis Pengendalian Resiko Kecelakaan Kerja …, Rizaldi Muarif Ramadhan, dkk.
129
ditambahkan untuk mengurangi risiko
kecelakaan kerja.
a) Penambahan APAR (Alat
Pemadam Api Ringan)
Berdasarkan hasil pengamatan tidak
ada fasilitas APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) di ruang produksi. berdasarkan
PERMENAKER NO.04/MEN/1980
tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan alat pemadan api ringan,
maka disarankan untuk memasang APAR
pada area produksi ditempatkan pada posisi
yang mudah dilihat dengan jelas, mudah
dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan
pemberian tanda pemasangan Tinggi
pemberian tanda pemasangan adalah 125
cm dari dasar lantai tepat diatas alat
pemadam api ringan. APAR yang
digunakan yaitu jenis metal fire
extinguisher dikarenakan terdapat bahan-
bahan logam di area produksi.
b) Memasang Kotak P3K
Berdasarkan hasil pengamatan
dilapangan diketahui tidak ada P3K pada
area produksi CV. Artana Engineering.
Berdasarkan PERMENAKER
NO.PER.15/MEN/VII/2008 tentang
pertolongan pertama pada kecelakaan
ditempat kerja bahwa dalam rangka
memberikan perlindungan bagi
pekerja/buruh yang mengalami kecelakaan
di tempat kerja perlu dilakukan pertolongan
pertama secara cepat dan tepat. Maka
disarankan untuk memasang kotak P3K
berdasarkan PERMENAKER
NO.PER.15/MEN/VII/2008. Pemasangan
kotak P3K pada tempat yang mudah dilihat
dan dijangkau, diberi tanda arah yang jelas,
dan cukup cahaya.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya, maka diketahui dari hasil
identifikasi bahaya di CV. Artana
Engineering yaitu, terdapat 7 proses
pekerjaan atau kegiatan dengan 6 jenis
potensi bahaya dibagian cutting . Terdapat
7 proses pekerjaan atau kegiatan dengan 4
jenis potensi bahaya dibagian bending.
Terdapat 7 proses pekerjaan atau kegiatan
dengan 4 jenis potensi bahaya dibagian
rolling. Terdapat 5 proses pekerjaan atau
kegiatan dengan 4 jenis potensi bahaya
dibagian grinding. Terdapat 5 proses
pekerjaan atau kegiatan dengan 4 jenis
potensi bahaya dibagian welding.
Pada hasil analisis potensi bahaya
di CV. Artana Engineering terdapat 26
potensi bahaya diantaranya risiko ekstrim
(risk extreme) sebanyak 4, risiko tinggi
(high risk) sebanyak 4, risiko sedang
(moderate risk) sebanyak 5, dan risiko
rendah (low risk) sebanyak 13.
Pengendalian risiko dengan rekayasa
engineering sebanyak 5, pengendalian
administratif sebanyak 12, penggunaan
APD sebanyak 17, dan penambahan
fasilitas seperti APART, dan kotak P3K.
5. SARAN
1. Saran untuk menata benda-benda atau
produk di sekitar area produksi agar
tidak menggangu kinerja karyawan
2. Melengkapi kepertluan dan
kelengkapan bagi karyawan
3. Melakukan pemeliharaan secara rutin
terhadap barang barang pada
perusahan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Tim Redaksi Jurnal Teknika
Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah
memberi memberi kesempatan, sehingga
artikel ilmiah ini dapat diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Levi, A, “Usulan Perbaikan
Keselamatan Kerja Menggunakan
Metode Job Safety Analysis (Jsa) Dan
Failure Mode and Effect Analysis
(Fmea),” Spektrum Industri,, vol. 15,
no. 2, p. 151, 2017.
[2] Ponda, H., & Fatma, N. F, “
Identifikasi Bahaya, Penilaian Dan
Pengendalian Risiko Keselamatan Dan
ISSN: 1978-1520
Teknika Vol. 15, No. 01, Juni 2021: 115 – 130
130
Kesehatan Kerja (K3) Pada
Departemen Foundry Pt. Sicamindo,”
Heuristic, vol. 16, no. 2, p. 62–74,
2019.
[3] Ramli, Sistem Manajemen
Keselamatan & kesehatan Kerja
OHSAS 18001, PT. Dian Rakyat
Jakarta: Jakarta, 2010.
[4] F. Ramadhan, “Analisis Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) menggunakan
metode Hazard Identification Risk
Assessment and Risk Control
(HIRARC),” dalam Seminar Nasional
Riset Terapan, 2017.
[5] M. Utara, “Analisis Bahaya Dan
Risiko Dengan Metode Hirarc Di
Departement Production Pt.Samudera
Mulia Abadi Mining Contractor
Likupang Minahahsa Utara,” Kesmas,
vol. 7, no. 4, 2018.
[6] E. W. Abryandoko, “Penilaian Risiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dengan Menggunakan Metode Hirarc
dan Safety Policy (Studi Kasus Proyek
Konstruksi Gedung Ruang Tunggu
Kantor Induk TJBTB),” Rekayasa
Sipil, vol. 12, no. 1, pp. 50-57, 2018.
[7] Alfatiyah, R, “Analisis Manajemen
Risiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dengan Menggunakan Metode
HIRARC pada Pekerja Seksi Casting,”
Jurnal Mesin Teknologi (SINTEK
Jurnal), vol. 11, no. 2, pp. 88-101,
2017.
[8] Gunawan, “Perbaikan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Dengan Metode
HIRARC di PT . Sumber Rubberindo
Jaya,” Jurnal Titra, vol. 3, no. 2, pp.
421-426, 2015.
[9] Mallapiang, F., & Samosir, I. A,
“Analisis Potensi Bahaya Dan
Pengendaliannya Dengan Metode
HIRAC,” Public Health Science
Journal, vol. 6, no. 2, p. 350–362,
2014.
[10] Munandar, R, “Studi Pada Pekerja
bagian Produksi PT . SEKAWAN
KARYATAMA MANDIRI Sidoarjo,”
Jurnal Administrasi Bisnis, vol. 9, no.
1, pp. 1-9, 2014.