19
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN INVESTASI TERHADAP INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1999-2019 Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Oleh : DIAN MEYLINA JOHARIN NIM B300170131 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2021

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA,

DAN INVESTASI TERHADAP INFLASI

DI INDONESIA TAHUN 1999-2019

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1

Pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh :

DIAN MEYLINA JOHARIN

NIM B300170131

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021

Page 2: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

i

Page 3: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

ii

Page 4: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

iii

Page 5: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

1

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA,

DAN INVESTASI TERHADAP INFLASI

DI INDONESIA TAHUN 1999-2019

Abstrak

Objek penelitian ini adalah Inflasi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pengaruh nilai tukar, tingkat suku bunga, dan investasi terhadap

inflasi Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series dari tahun 1999-

2019 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, Bank Pusat Statistik, dan World

Bank. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis

regresi berganda dengan pendekatan metode Ordinary Least Square (OLS).

Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa tingkat suku bunga ( BI Rate)

berpengaruh signifikan terhadap inflasi Indonesia, sedangkan nilai tukar dan

investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi Indonesia.

Kata kunci : inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga, investasi

Abstract

The object of this research is inflation in Indonesia. This study aims to analyze the

effect of exchange rates, interest rates, and investment on inflation in Indonesia.

The data used is time series data from 1999-2019 published by Bank Indonesia,

the Central Bank for Statistics, and the World Bank. The analytical method used

in this research is multiple regression analysis with the Ordinary Least Square

(OLS) method approach. Based on this research, it is concluded that the interest

rate (BI Rate) has a significant effect on inflation in Indonesia, while the exchange

rate and investment have no significant effect on inflation in Indonesia.

Keywords: inflation, exchange rate, interest rate, investment

1. PENDAHULUAN

Perekonomian suatu negara dapat dikatakan stabil apabila negara tersebut

dapat mengendalikan gejolak-gejolak permasalahan perekonomian yang ada,

salah satu permasalahan ekonomi yang sering timbul adalah gejolak tingginya

tingkat inflasi dari tahun ke tahun yang menyebabkan turunnya daya beli

masyarakat dan menyebabkan perlambatan perekonomian suatu negara. Banyak

pendapat para ekonom maupun kajian yang membahas tentang inflasi yang terjadi

pada setiap negara khususnya negara yang sedang berkembang dan negara yang

mengalami kemunduran ekonomi atau negara terbelakang. Inflasi selalu menjadi

fenomena ekonomi yang menarik dibahas terutama berkaitan dengan dampaknya

yang luas terhadap ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, keseimbangan

eksternal, daya saing, tingkat bunga, investasi bahkan distribusi pendapatan.

Page 6: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

2

Menurut Astutik (2016) salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan

untuk melihat atau mengukur stabilitas perekonomian suatu Negara adalah inflasi.

Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada

umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di

dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang

dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi

dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa

secara umum. Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara

umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu

atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas

(atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi

disebut deflasi (www.bi.go.id).

Inflasi sangat mempengaruhi perubahan pendapatan masyarakat,

perubahannya dapat bersifat menguntungkan atau merugikan bagi negara tersebut.

Pada beberapa kondisi inflasi dapat mendorong perkembangan ekonomi dalam

negeri suatu negara. Dikarenakan inflasi dapat mendorong para pengusaha dan

produsen memperluas produksinya, sehingga akan tumbuh kesempatan lapangan

kerja baru sekaligus dapat menyebabkan bertambahnya pendapatan seseorang atau

sekelompok orang (Novita & Herianingrum, 2020).

Peningkatan inflasi yang terlalu tinggi akan selalu berdampak negatif bagi

pertumbuhan ekonomi. Setiap kebijakan untuk mengatasi inflasi telah dilakukan.

Salah satu kebijakan dalam pengendalian inflasi yaitu kebijakan moneter.

Kebijakan moneter pada umumnya dilakukan oleh pihak otoritas moneter untuk

mempengaruhi variabel moneter seperti jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan

nilai tukar. Pada umumnya kebijakan moneter adalah dicapainya keseimbangan

internal dan keseimbangan eksternal. Keseimbangan internal biasanya ditunjukan

dengan terciptanya keseimbangan kerja yang tinggi, tercapainya laju pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan dipertahankan laju inflasi yang rendah. Di sisi lain

keseimbangan internal biasanya ditunjukan dengan neraca pembayaran yang

seimbang (Azizah, Ismanto, & Sitorus, 2020).

Page 7: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

3

Suatu negara yang inflasinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

negara lain maka mata uangnya akan cenderung melemah (relative inflation rate).

Hal ini terkait dengan aspek Purchasing Power Parity, dimana ketika inflasi

meningkat maka Purchasing Power Parity akan menurun. Teori Paritas Daya Beli

atau Purchasing Power Parity Theory (PPP) digunakan untuk menganalisa

pengaruh inflasi antara dua negara terhadap kurs (Pangestuti, 2020). Pada Umaru

(2018), “The exchange rate between two currencies is solely determined by the

movement of demand and supply forces”, artinya bahwa nilai tukar antara dua

mata uang semata-mata ditentukan oleh pergerakan kekuatan dari permintaan

serta penawaran

Tingkat inflasi yang tinggi dapat menyebabkan barang dan jasa menjadi

kurang kompetitif yang menyebabkan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan

dapat menurun. Inflasi dapat menyebabkan kenaikan produksi. Alasannya dalam

keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah,

sehingga keuntungan perusahaan naik. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi

dapat mempunyai akibat sebaliknya, yaitu penurunan output. Dalam keadaan

inflasi yang tinggi nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak

mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya dengan

turunnya produksi barang, pada akhirnya akan menghambat investasi baru (Dewi

& Cahyono, 2016).

Tingkat bunga yang tinggi akan menjadi masalah yang menyulitkan bagi

investasi di sektor riil. Tetapi tingkat bunga yang tinggi akan merangsang lebih

banyak tabungan masyarakat. Untuk itulah tingkat fluktuasi bunga harus

senantiasa terkontrol agar tetap mendorong kegiatan investasi dan produksi serta

tidak mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung dan tidak mengakibatkan

pelarian modal ke luar negeri (Mahendra, 2016). Menurut Karim (2015) suku

bunga yang rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah.

Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang

akan menyebabkan harga saham meningkat (Suriyani & Sudiartha, 2018).

Nilai tukar mata uang merupakan instrumen utama yang dapat

mempengaruhi efektifitas kebijakan moneter yang ditetapkan pemerintah. Nilai

Page 8: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

4

tukar mata uang diartikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang terhadap mata

uang lainnya atau harga dari suatu mata uang dalam mata uang lain. Nilai tukar

dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar

nominal adalah harga relatif dari mata uang negara. Sedangkan nilai tukar uang

riil adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara dimana kita dapat

memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang di

negara lain (Widiarsih & Romanda, 2020).

Nilai tukar mata uang dari suatu negara terhadap mata uang asing atau

mata uang negara lain adalah nilai yang terjadi di pasar mata uang asing (foreign

exchange market) melalui mekanisme keseimbangan permintaan dan penawaran

mata uang asing itu diukur atau diperhitungkan terhadap mata uang negara

tersebut (Effendie, 2017). Selain nilai tukar (kurs), ekspor juga dipengaruhi oleh

tingkat inflasi sebagaimana diungkapkan oleh Silviana (2016) bahwa inflasi

merupakan proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus

menerus selama periode tertentu, tingkat inflasi melemahkan neraca perdagangan.

Hal ini disebabkan karena inflasi akan mendorong pelemahan daya asing dan

akhirnya menyebabkan penurunan ekspor (M.F Anshari, 2017).

Tabel 1. Perkembangan Inflasi di Indonesia Tahun 1999-2019

Sumber : Bank Indonesia

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa laju inflasi menunjukkan adanya

penurunan dan peningkatan dari tahun ke tahun, seperti tahun 1999 yang

mengalami inflasi sebesar 20,48% turun sangat drastis menjadi 3,69%. Tingkat

inflasi yang berada di bawah target pemerintah sebesar 3,5 persen tersebut

0

5

10

15

20

25

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Perkembangan Inflasi di Indonesia periode 1999-2019

Page 9: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

5

merupakan yang terendah selama 10 tahun terakhir. Sebab pada tahun 2009,

Indonesia juga sempat mengalami tingkat inflasi terendah yaitu sebesar 2,78%.

Adapun untuk inflasi inti di Desember 2019 sebesar 3,02 persen lebih rendah

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 3,07 persen. Adapun untuk

harga barang yang diatur pemerintah (administered prices) mengalami inflasi

sebesar 0,51 persen dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,10 persen.

Rendahnya inflasi di tahun 2019 disebabkan harga-harga barang

bergejolak yang relatif terkendali. Misalnya, harga beras yang umumnya menjadi

penyebab tingginya inflasi cenderung terkendali tahun ini. Selain itu juga

kenaikkan harga BBM dan tarif tiket pesawat yang juga mulai merangkak naik di

akhir 2018 menjadi penyebab inflasi yang cenderung lebih tinggi dibanding 2019.

2. METODE

Penelitian ini akan mengamati pengaruh variabel kurs, Bi Rate, dan

investasi terhadap inflasi di Indonesia. Alat analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan pendekatan Ordinary Least

Square (OLS) modifikasi dari jurnal (Kalalo, Rotinsulu, & B. Maramis, 2016) dan

jurnal (Utami & Soebagiyo, 2013) yang formulasi model estimatornya adalah:

= + + + +

Dimana :

= nilai tukar rupiah (rupiah per US$)

= tingkat suku bunga (persen)

= investasi (juta US$)

= error term (faktor kesalahan)

= konstanta

… = koefisien regresi variabel independen t = tahun ke t

Tahapan estimasi model ekonometrik di atas meliputi: uji asumsi klasik

dengan beberapa tahapan uji yakni uji multikolinieritas, uji normalitas residual, uji

autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas, dan uji spesifikasi model. Kemudian

hasil regresi harus di uji kebaikan model, yang meliputi uji eksistensi model (uji

F) dan interpretasi koefisien determinan, dan langkah selanjutnya yaitu uji

validitas pengaruh (uji t).

Page 10: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

6

Metode OLS merupakan metode kuadran terkecil memiliki beberapa sifat-

sifat statistik yang menarik dan telah membuat metode OLS dikenal dalam

analisis regresi (Gujarati & Porter, 2015). Model estimasi Ordinary Least Square

(OLS) awalnya dikenalkan oleh seorang matematikawan asal Jerman yang

bernama Carl Fredrich (Gujarati & Porter, 1995). Dalam menghasilkan garis

regresi, OLS mengasumsikan keberadaan suatu model disebut dengan Classical

Linier Regression Model (CLRM). Dimana untuk menghasilkan estimator garis

regresi dengan sifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimation), ada 10 asumsi yang

terpenuhi. Dari 10 asumsi tersebut ada 5 yang wajib terpenuhi yaitu; tidak ada

multikolinieritas sempurna dari variabel independen, normalitas terpenuhi, tidak

ada masalah autokorelasi, tidak ada masalah heteroskedastisitas, dan model

spesifikasi tepat.

Uji linieritas model atau biasa disebut uji spesifikasi model adalah

pengujian yang dilakukan untuk mengetahui linieritas model regresi, yakni apakah

model yang digunakan linier atau tidak. Dalam penelitian ini uji linieritas yang

digunakan adalah uji Ramsey Reset yang dikenal dengan sebutan uji umum

kesalahan spesifikasi (general test of specification error).

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang dianalisis memiliki

tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel yang digunakan

mampu untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis. Uji F-statistik dilakukan

untuk melihat secara bersamaan pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Dalam uji F dapat digunakan menerima atau menolak yang bisa

dilihat dari nilai F statistik (Utomo, 2018).

Koefisien determinan menunjukkan besarnya pengaruh proporsi dari total

variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Pada kolom

adjusted R-square dapat dilihat presentase yang menjelaskan variabel-variabel

bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel-

varibel di luar penelitian. Koefisien determinan merupakan ukuran ringkas

yang memberi informasi seberapa baik sebuah garis regresi sampel sesuai dengan

datanya (Gujarati & Porter, 2015). Dalam kolom adjusted dapat dilihat berapa

persentase variabel-variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen.

Page 11: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

7

Pengujian validitas pengaruh digunakan untuk menguji signifikansi secara

parsial (masing-masing) variabel independen terhadap variabel dependen untuk

itu digunakan nilai probabilitas (Utomo, 2018). Uji t merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah, yaitu yang menanyakan hubungan antara

dua variabel atau lebih.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder pada

waktu berurutan (time series) tahun 1999-2019. Data yang dipakai bersumber dari

pubikasi Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS), dan World Bank. Data

yang digunakan selama periode Tahun 1999-2019 yang terdiri dari:

1. Kurs adalah nilai tukar Rupiah terhadap US $ (nilai tukar rata-rata) dalam

satuan Rupiah. Data yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik

(BPS).

2. Bi Rate adalah kebijakan nilai suku bunga yang dietapkan oleh Bank

Indonesia yang berkaitan dengan kebijakan moneter yang akan diterapkan

pada masyarat Indonesia. Data yang digunakan bersumber dari Badan

Indonesia (BI).

3. Investasi adalah suatu kegiatan menanamkan modal, baik langsung maupun

tidak, dengan harapan pada waktu nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah

keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Data yang digunakan

bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).

3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1.HASIL ESTIMASI

Tabel 2. Hasil Estimasi Model Ekonometri

26,0281 – 1,1669 + 0,6867 – 1,2403 (0,8822)

(0,0282)

** (0,4815)

R2 = 0,4477; DW-Stat. = 2,2941; F-Stat. = 4,5945; Prob. F-Stat. = 0,0157

Uji Diagnosis

(1) Multikolinieritas (VIF)

= 2,8264; = 1,3264; = 3,0306

(2) Normalitas

JB(2) = 5,4511; Prob. (JB) = 0,0655

(3) Autokorelasi

2(3) = 5,4696; Prob. (

2) = 0,1405

(4) Heteroskedastisitas

Page 12: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

8

2(14) = 7,7623; Prob. (

2) = 0, 0512

(5) Linieritas

F(2,15) = 0,3853; Prob. (F) = 0,6868

Sumber: BPS, BI, World Bank diolah.

Keterangan: *Signifikan pada = 0,01; **Signifikan pada = 0,05;

***Signifikan pada = 0,10. Angka dalam kurung adalah probabilitas empirik (p value) t-statistik.

3.2.UJI STATISTIK

3.2.1 Eksistensi Model

Model eksis apabila seluruh variabel independen secara simultan memiliki

pengaruh terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak secara simultan

bernilai nol). Uji eksistensi model adalah uji F. Dalam penelitian ini, formulasi

hipotesis uji eksistensi modelnya adalah : = = = 0, koefisien regresi

secara simultan bernilai nol atau model tidak eksis. : 0 | 0 | 0,

koefisien regresi secara tidak simultan bernilai nol atau model eksis. akan

diterima jika nilai p (p value), probabilitas atau signifikansi empirik statistik F

; akan ditolak jika nilai p (p value), probabilitas atau signifikansi empirik

statistik F .

Tabel 2 terlihat nilai p (p value), probabilitas atau signifikansi empirik

statistik F pada estimasi model memiliki nilai 0,0157 < 0,05; jadi ditolak,

kesimpulannya adalah model yang digunakan dalam penelitian eksis.

Koefisien determinasi ( ) menunjukkan daya ramal dari model

terestimasi. Dari Tabel 2, terlihat nilai sebesar 0,4477, artinya 44,77% variasi

variabel inflasi dapat dijelaskan oleh variabel variasi nilai tukar (kurs), birate, dan

investasi sedangkan sisanya 55,23% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak

disertakan dalam model.

3.2.2 Uji Validitas Pengaruh

Tabel 3 Hasil Uji Validitas Pengaruh Variabel Independen

Variabel Prob. t Kriteria Kesimpulan

Log KURS 0,8822 0,10 Tidak Berpengaruh Signifikan

BIRATE 0,0282 0,05 Signifikan ada α = 0,05

Log INV 0,4815 0,10 Tidak Berpengaruh Signifikan

Sumber: Eviews (Diolah)

Page 13: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

9

Tabel 3 terlihat bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan

terhadap inflasi Indonesia tahun 1999-2019 adalah suku bunga (BI Rate)

sedangkan variabel kurs dan investasi tidak memiliki pengaruhyang signifikan

terhadap inflasi Indonesia tahun 1999-2019.

Dari uji validitas pengaruh yang disajikan pada Tabel 3, terlihat bahwa

variabel independen yang terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap Inflasi

adalah variabel suku bunga BI atau BI Rate. Variabel nilai tukar (KURS) dan

variabel investasi (INV) yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Inflasi.

Variabel BI Rate memiliki koefisien regresi sebesar 0,6867. Pola

hubungan variabel Inflasi dan BI Rate adalah linier-linier. Maka, apabila BI Rate

naik satu persen maka Inflasi akan naik sebesar 0,6867 %. Sebaliknya, apabila

Inflasi turun satu persen maka BI Rate akan turun sebesar 0,6867 %.

3.3.INTERPRETASI EKONOMI

3.3.1. Nilai Tukar (Kurs)

Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tingkat nilai tukar

(kurs) mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat inflasi di

Indoensia. Hasil sejalan dengan dasar teoretik dan hipotesis bahwa semakin tinggi

tingkat kurs, maka tingkat inflasi akan semakin tinggi pula. Dengan kata lain

tinggi rendahnya tingkat Inflasi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat kurs

yang dihasilkan oleh suatu negara (Langi, Masinambow, & Siwu, 2014). Hasil

penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Yanti Panjaitan &

Wardoyo, 2016) hal ini menunjukkan bahwa variabel nilai tukar (kurs) tidak

berpengaruh secara parsial dan tidak signifikan terhadap Inflasi di Indonesia.

Secara teori semakin tinggi tingkat kurs maka akan menaikkan tingkat Inflasi di

Indonesia. Ini tergantung kebijakan pemerintah, jika pemerintah memperhatikan

(menaikkan) ekspor maka kurs (nilai tukar rupiah) yang meningkat akan

menaikkan perekonomian Indonesia.

Ketika nilai tukar rupiah (kurs) mengalami depresiasi maka harga barang

impor akan naik yang menyebabkan biaya bahan baku impor meningkat.

Bertambahnya biaya bahan baku impor menyebabkan hasil produksi menurun.

Hal ini akan menyebabkan terjadinya kelangkaan barang-barang hasil produksi

Page 14: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

10

sehingga bisa menstimulus kenaikkan harga barang domestik secara umum

sehingga inflasi naik.

3.3.2. Tingkat Suku Bunga (BI Rate)

Penelitian ini mendapatkan hasil tingkat suku bunga (BI Rate) memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap Inflasi. Secara teori hal ini terjadi karena

kenaikan tingkat suku bunga akan dapat meningkatkan insentif yang diterima

masyarakat yang menyimpan dananya di Bank.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Yanti

Panjaitan & Wardoyo, 2016) hal ini menunjukkan bahwa variabel BI Rate

berpengaruh positif secara parsial dan signifikan terhadap Inflasi di Indonesia.

Secara teori mengatakan bahwa tingkat suku bunga yang tinggi akan mengurangi

tekanan inflasi. Menurut gubernur bank Indonesia kenaikkan BI Rate

mengakibatkan melambungnya harga minyak dunia dan harga komoditas pangan

di dunia internasional serta kebijakan pemerintah menaikkan harga bbm. Namun,

kebijakan menaikkan BI Rate ini akan mendorong inflasi dalam jangka pendek

dan dapat mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia khususnya di sektor

riil, sehingga menyulitkan masyarakat kecil.

3.3.3. Investasi

Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa investasi

mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat inflasi di

Indonesia. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

(Silvia, Wardi, & Aimon, 2013) bahwa investasi tidak berpengaruh signifikan

terhadap inflasi di Indonesia. Kenaikan investasi akan memicu kenaikan

pertumbuhan ekonomi karena kenaikan investasi mengindikasikan telah terjadinya

kenaikkan penanaman modal atau pembentukan modal. Kenaikkan penanaman

modal atau pembentukan modal akan berakibat terhadap peningkatan produksi

barang dan jasa di dalam perekonomian. Peningkatan produksi barang dan jasa ini

akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya,

apabila terjadi penurunan investasi maka PDB juga akan mengalami penurunan

karena penurunan investasi mengindikasikan telah terjadinya penurunan

penanaman modal atau pembentukan modal.

Page 15: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

11

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya

mengenai pengaruh nilai tukar (kurs), BI Rate, dan investasi terhadap inflasi di

Indonesia tahun 1999-2019, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi uji

asumsi klasik yang menunjukkan bahwa model yang dipakai tidak

menyebabkan multikolinieritas dalam model, distribusi residual normal, tidak

terdapat masalah otokorelasi dalam model, tidak terdapat heterokedastisitas

dalam model, dan spesifikasi model yang dipakai dalam penelitian ini adalah

tepat atau linier.

2. Berdasarkan hasil analisis uji kebaikan model (uji F) mendapatkan nilai

0,0157 < 0,05. Hal ini menjelaskan bahwa variabel nilai tukar (kurs), BI Rate,

dan investasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap Inflasi di Indonesia

atau model yang digunakan penelitian eksis.

3. Koefisien determinasi (R-Squared atau ) telah menunjukkan daya ramal

dari model terestimasi, bahwa variabel dependen Inflasi dipengaruhi oleh

variabel independen nilai tukar (kurs), BI Rate, dan investasi sebesar 44,77%

sedangkan sisanya 55,23% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak disertakan

dalam model.

4. Dari hasil regresi yang telah dilakukan diketahui bahwa koefisien variabel

nilai tukar (kurs) sebesar -1,1669. Hal ini menunjukkan bahwa variabel nilai

tukar (kurs) memiliki pengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan

terhadap Inflasi di Indonesia. Artinya, apabila nilai tukar (kurs) naik satu

rupiah maka Inflasi akan turun sebesar 0,011669. Sebaliknya, apabila Inflasi

turun satu persen maka nilai tukar (kurs) akan naik sebesar 0,011669.

5. Dari hasil regresi yang telah dilakukan diketahui bahwa koefisien variabel BI

Rate sebesar 0,6867. Hal ini menunjukkan bahwa variabel suku bunga (BI

Rate) memiliki pengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap Inflasi di

Indonesia. Artinya, apabila BI Rate naik satu persen maka Inflasi akan turun

sebesar 0,6867 atau 68,67 persen. Sebaliknya, apabila Inflasi turun satu persen

maka BI Rate akan naik sebesar 0,6867 atau 68,67 persen.

Page 16: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

12

6. Dari hasil regresi yang telah dilakukan diketahui bahwa koefisien variabel

investasi sebesar -1,2403. Hal ini menunjukkan bahwa variabel investasi

memiliki pengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap Inflasi di

Indonesia. Artinya, apabila investasi naik 1 juta US$ maka Inflasi akan turun

sebesar 0,012403. Sebaliknya, apabila Inflasi turun 1 juta US$ maka investasi

akan naik sebesar 0,012403.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, K., Sari, D. R., & Putri, R. (2019). Pengaruh Inflasi Nilai Tukar Rupiah dan

Harga Emas Dunia terhadap Indeks Harga Saham Pertambangan pada Bursa

Efek Indonesia (Periode Tahun 2016-2018). Jurnal Bisnis Darmajaya, 5,

90-113.

Ali, T. M., Mahmood, M. T., & Bashir, T. (2015). Impact of Interest Rate,

Inflation and Money Supply on Exchange Rate Volatility in Pakistan. World

Applied Sciences Journal, 33, 620-630.

doi:10.5829/idosi.wasj.2015.33.04.82

Aliyu, S., & Yusof, R. M. (2016). Profitability and Cost Efficiency of Islamic

Banks: A Panel Analysis of Some Selected Countries. International Journal

of Economics and Financial Issues, 6, 1736-1743.

Andryas, T. (2015). Analisis Inflasi dengan Pendekatan Panel Dinamis: (Studi

Kasus di Kawasan Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi

Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali). Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 197-209.

Armayanti, & Rizki, C. Z. (2017). Pengaruh Sektor Riil dan Sektor Keuangan

terhadap Inflasi di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 2, 73-83.

Badan Pusat Statistik. (2020). Kurs Tengah Beberapa Mata Uang Asing terhadap

Rupiah di Bank Indonesia dan Harga Emas di Jakarta (rupiah).

Badan Pusat Statistik. (2020). Data BI Rate pada Laporan Perekonomian

Indonesia 2020.

Badan Pusat Statistik. (2020). Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam

Negeri Menurut Sektor Ekonomi.

Bank Indonesia. (2020). BI-7 Day Reverse Repo Rate.

Bank Indonesia. (2020). Data Inflasi di Indonesia.

Basorudin, M., Maharani, A. F., Ramadhan, F., & Ronaldo, S. (2019). Analisis

Faktor Determinan yang Mempengaruhi Tingkat Inflasi di Indonesia dengan

Error Correction Mechanism. Jurnal Penelitian Ekonomi dan Bisnis, 4, 120-

131.

Dewi, T. M., & Cahyono, H. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, BI Rate,

dan Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia. Jurnal

Pendidikan Ekonomi, 4, 1-7.

Page 17: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

13

Gujarati, D. N. (1995). Basic Econometrics. New York: McGraw-Hill.

Gujarati, D. N., & Porter, D. C. (2015). Dasar-Dasar Ekonometrika=basic

econometrics buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Inyiama, O. I., & Ekwe, M. C. (2014). Exchange Rate and Inflationary Rate: Do

They Interact? Evidence from Nigeria. International Journal of Economics

and Finance, 6, ISSN 1916-971XE-ISSN 1916-9728.

Islam, R., Abdul Ghani, A. B., Mahyudin, E., & Manickam, N. (2017).

Determinants of Factors that Affecting Inflation in Malaysia. International

Journal of Economics and Financial Issues, 7, 355-364.

Jannah, M., & Nurfauziah. (2018). Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat

Suku SBI (BI Rate) dan Harga Emas Dunia terhadap Indeks LQ45 di Bursa

Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Maranatha, 17, 103-110.

Jaya Chandran, D. G. (2013). Impact of Exchange Rate On Trade and GDP For

India A Study of Last Four Decade. International Journal of Marketing,

Financial Services & Management Research, 2, ISSN 2277-3622.

Jones, C. P. (2019). Investasi: Prinsip dan Konsep . Jakarta: Salemba Empat.

Judith, M. N., & Chijindu, E. H. (2016). Dynamics of Inflation and Manufacturing

Sector Performance in Nigeria: Analysis of Effect and Causality.

International Journal of Economics and Financial Issues, 6, 1400-1406.

Kalalo, H. Y., Rotinsulu, T. O., & Maramis, M. T. (2016). Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 2000-2014. Jurnal Berkala

Ilmiah Efisiensi, 16, 706-717.

Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja

Grafindo.

Khalwaty, M. T. (2000). Inflasi dan Solusinya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Langi, T. M., Masinambow, V., & Siwu, H. (2014). Analisis Pengaruh Suku

Bunga BI, Jumlah Uang Beredar, dan Tingkat Kurs terhadap Tingkat Inflasi

di Indonesia. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 14, 44-58.

Mahendra, A. (2016). Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI

dan Nilai Tukar terhadap Inflasi di Indonesia. JRAK, 2, 1-12.

Ningsih, S., & Kristiyanti, L. (2018). Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar,

Suku Bunga, dan Nilai Tukar terhadap Inflasi di Indonesia Periode 2014-

2016. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, 20, 96-102.

Nopirin. (2014). Ekonomi Moneter 2. Yogyakarta: BPFE.

Novita, & Herianingrum, S. (2020). Pengaruh GDP, Ekspor dan Investasi

terhadap Inflasi di Lima Negara Anggota IDB. Jurnal Ekonomi, 81-98.

Nugroho, P. W., & Basuki, M. U. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 2000.1-2011.4. Diponegoro

Journal of Economics, 1, 1-10.

Page 18: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

14

Perlambang, H. (2010). Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga

SBI, Nilai Tukar terhadap Tingkat Inflasi. Media Ekonomi, 19, 49-67.

Porter, D. C., & Gujarati, D. N. (2009). Basic Econometrics . Boston: McGraw-

Hill.

Prasasti, K. B., & Slamet, E. J. (2020). Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap

Inflasi dan Suku Bunga, serta terhadap Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Airlangga, 30, 39-48.

doi:10.20473/jeba.V30I12020.6249

Pratiwi, N. M., AR, M. D., & Azizah, D. F. (2015). Pengaruh Inflasi, Tingkat

Suku Bunga SBI, dan Nilai Tukar terhadap Penanaman Modal Asing dan

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Tahun 2004 sampai dengan Tahun

2013). Jurnal Administrasi Bisnis, 26, 1-9.

Purnomo, D. (2004). Kausalitas Suku Bunga Domestik dengan Tingkat Inflasi di

Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 5, 50-56.

Purwanti, E. S., Arsinta, Y., Dwi Arisanti, N. F., & Azizah, I. N. (2014). Dampak

Impor terhadap Inflasi Indonesia Triwulan 1 Tahun 2014. Economics

Development Analysis Journal, 3, 381-392.

Saputra, K., & SBM, N. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Inflasi di Indonesia 2007-2012. Diponegoro Journal of Economics, 3, 1-15.

Setyowati, E., & Soepatini. (2004). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat dengan Pendekatan

Neraca Pembayaran (Pendekatan Engle Granger-Error Correction Model).

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 5, 147-159.

Silvia, E. D., Wardi, Y., & Aimon, H. (2013). Analisis Pertumbuhan Ekonomi,

Investasi, dan Inflasi di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi, 1, 224-243.

Sukirno. (2013). Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Suriyani, N. K., & Sudiartha, G. M. (2018). Pengaruh Tingkat Suku Bunga,

Inflasi dan Nilai Tukar terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia. E-

Jurnal Manajemen Unud, 7, 3172-3200.

Sutawijaya, A., & Zulfahmi. (2012). Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi terhadap

Inflasi di Indonesia. Jurnal Organisasi dan Manajemen, 8, 85-101.

Utami, A. T., & Soebagiyo, D. (2013). Penentu Inflasi di Indonesia; Jumlah Uang

Beredar, Nilai Tukar, ataukah Cadangan Devisa? Jurnal Ekonomi dan Studi

Pembangunan, 14, 144-152.

Utomo, Y. P. (2018). Eksplorasi Data & Analisis Regresi Dengan SPSS.

Universitas Muhammadiyah Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Widiarsih, D., & Romanda, R. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Tahun 2015-2019 dengan Pendekatan

Page 19: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN

15

Error Corection Model (ECM). Jurnal Akuntansi dan Ekonomika, 10, 120-

128.

Wuhan, Suyuan, L., & Khurshid, A. (2015). The Effect of Interest Rate on

Invesment; Empirical Evidence of Jiangsu Province, China. Journal of

International Studies, 8, 81-90. doi:10.14254/2071-8330.2015/8-1/7

Wuyah, Y. T., & Amwe, A. D. (2016). The Implications of Money Supply on

Interest Rate in Nigeria. American Journal of Business and Society, 1, 189-

194.

Yanti Panjaitan, M. N., & Wardoyo. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Inflasi di Indonesia. Jurnal Ekonomi Bisnis, 21, 182-192.