ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA BIROKRAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA BIROKRAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI DESA CAMPANG(Tugas Mata Kuliah TEORI PEMERINTAHAN)

Oleh:

RIZON ANSHORI 0616021057

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2007

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik, dengan sistem pemerintahan yang demokratis. Dalam rangka meningkatkan pengendalian serta menjamin kelancaran penyelenggaran pemerintah maka perlu adanya pembagian wilayah negara. Letak geografis Indonesia yang terletak pada posisi silang antara Benua Asia dan Australia serta berada pada Samudera Pasifik dan Hindia menyebabkab pulau di Indonesia terpisahpisah serta munculnya keanekaragaman suku dan budaya. Dengan struktur geografis yang didominasi lautan, tak ayal telah menjadikan kepulauan. Pembagian daerah Indonesia atas daerah kecil dan besar dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan Negara dan hakhak usul dalam daerah yang bersifat istimewa. Republik Indonesia dibagi dalam daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang besifat otonom oleh karena luas dan banyaknya urusan pemerintahan itu yang berkedudukan di satu tempat, maka ada pembagian wilayah atau sejumlah pemerintah daerah. Hal ini meringankan tugas beban program dirasakan pemerintah yang pusat, serta lancarnya oleh pelaksanaan melalui dapat pembangunan dicanangkan Nasional. hasilnya, pemerintah nantinya dapat bangsa Indonesia menjadi salah satu Negara

Perencanaan bersama

Sehingga untuk

mewujudkan

pembangunan tersebut diperlukan organisasi yang mampu menjadi wadah bagi tewujudnya pembangunan.

Dalam

rangka

untuk

mewujudkan

pelaksanaan

pembangunan yang baik dan berencana, maka organisasi perangkat daerah kabupaten memegang peranan yang sangat penting, karena organisasi perangkat daerah merupakan sarana untuk meningkatkan kelancaran pemerintah daerah dan agar dapat menyesuaikan dirinya dengan laju pembangunan didaerahnya berdasarkan keinginan atau aspirasi rakyat. Karena dalam rangka menunjang distribusi kemakmuran yang merata, negara hendaknya juga memiliki sarana-sarana yang memadai untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan rakyat yang sebenarnya. Sarana ini disebut mampu birokrasi. Dalam negara demokrasi, diharapkan menjebatani kebijakan-kebijakan

administratif yang diambil oleh penguasa dengan aspirasi rakyat yang dalam hal ini hendaknya dipandang sebagai pihak yang mendelegasikan wewenang kepada penguasa itu sendiri. Di era otonomi daerah, birokrasi diharapkan menjadi organisasi yang solid dan mampu berperan sebagai wadah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah serta sebagai proses interaksi antara pemerintah dengan masyarakat secara optimal. Pemerintah telah mencanangkan kebijakkan penataan organisasi perangkat daerah yang lebih diarahkan pada upaya rightzing yaitu sebuah upaya penyederhanaan birokrasi pemerintah daerah yang difokuskan untuk menembangkan organisasi yang lebih proposional berdasarkan kebutuhan nyata daerah, datar (flat), transparan, hierakhi yang pendek dan terdesentralisasi kewenangan. Hal ini sangat diperlukan bagi badan birokrasi saat ini karena pada realitanya, terdapat penyimpangan-penyimpangan yang membuat kinerja mereka tidak terlihat optimal. Birokrasi sendiri sebenarnya memiliki banyak permasalahan yang terkait dalam kinerja pada pelayanan umum, diantaranya masih terjadi pelayanan sipil yang masih buruk yaitu biaya tinggi dan

memakan waktu yang lama, pengurusan sesuatu yang masih tersentralisir di kota, budaya pemerintahan yang masih buruk, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi masih rendah, watak birokrasi sebagai abdi negara masih lebih menonjol ketimbang sebagai abdi masyarakat terutama dalam fungsi pelayanan publik. Opini lain juga menyebutkan bahwa masih ada fungsifungsi dari kinerja birokrasi yang belum optimal dilakukan berbagai instansi Pemerintah Daerah, umumnya terkait layanan yang lamban, tanpa batas waktu yang jelas, kepastian dan keterjangkauan tarif, pungutan tak resmi, diskriminasi layanan, ketidakjelasan dasar hukum, tertib administrasi dan transparansi, tumpang tindih layanan, serta malas-malasan dan asal-asalan dalam pelayanan. I.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan masalah yang muncul dari latar belakng tersebut yaitu, Kinereja Birokrasi Dalam Pelaksanaan Otonomi Derah? I.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hambatan, peluang dan tantangan dalam penyelengaraan kinerja birokrasi yang baik 2. Dampak dari penyelengaraan otonomi daerah I.4 Kegunaan Penelitian Penelitian tentang deskripsi kinerja birokrasi dalam penyelengaraan otonomi daerah ini diharapkan berguna untuk: 1. Secara teoritis penelitian ini diarahkan upaya terhadap konsep-konsep dan teori Ilmu Pemerintahan 2. secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian dan referensi bagi pihak lain secara individual maupun

kelompok, khususnya dalam usaha memperbaiki kinerja birokrasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I.

GOOD GOVERNANCE

Asian Development Bank (1995) Governance (kepemerintahan) diartikan sebagai penyelenggaraan pemerintahan dengan mengartikulasikan akuntabilitas, partisipasi, transparansi dan prediksibilitas dapat diperkirakan dengan jelas). United Nation Development Program (1997) Sebagai pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administratif untuk mengelola urusan-urusan negara. Merupakan suatu mekanisme, proses, dan hubungan yang kompleks melalui warga negara (citizens) dan kelompokkelompok melaksanakan hak yang dan mengartikulasikan mereka. kepentingannya,

kewajibannya dan memfasilitasi perbedaan-perbedaan diantara

II.

REFORMASI BIROKRASI DAN GOOD GOVERNANCE

BAB III PEMBAHASAN A. Prosedur Pelayanan Pembuatan KTP

Pemohon Pemohon KTP Ke RT/RW Setempat untuk meminta Surat Pengantar

Kelurahan Pemohon Mengisi Biodata KTP (F1.07) dilegalisir oleh Lurah

Kabupaten Kota Flashdisk yang berisi rekaman data dicek dan diberi NIK. Kemudian dimasukan kedalm server Disduk dan dicetak serta ditandatangani oleh Kadisduk selanjutnya KTP diambil oleh Petugas Kecamatan

Kecamatan Pemohon mengantar Biodata yang telah dilegalisir Lurah ke Kecamatan untuk dimasukkan ke Flashdisk dan Pengambilan Foto Di TPDK Kec. serta diberikan pengantar oleh Camat/ Pejabat yang ditunjuk

Pemohon mengambil KTP di Kecamatan

B.

Kualitas Pelayanan Oleh Dinas Kependudukan

Pelayanan pemerintah adalah suatu kegiatan yang merupakan perwujudan dari salah satu fungsi pemerintah itu sendiri, yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Dalam hal ini pelayanan yang diharapkan adalah pelayanan yang berkualitas. Kualitas pada dasarnya terkait dengan pelayanan yang baik, yaitu suatu sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan atau masyarakat secara memuaskan. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dapat diukur setelah masyarakat menerima dan merasakan layanan dan membandingkan dengan harapan sebelumnya. Demikian halnya dalam layanan civil, kualitas merupakan salah satu aspek yang mendapat perhatian dari pemerintah, guna memberikan kepuasan kepada rakyat. Apalagi layanan civil bila dilihat dari keberadaannya merupakan hak dasar dari warga negara. Jika kita melihat dari unsur kualitas yang diberikan oleh Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil, kita harus melihat dari beberapa aspek dimensi untuk melihat tolak ukur dari kualitas tersebut. Aspek dimensi itu meliputi kecepatan, ketepatan, kemudahan, dan keadilan. 1. Dimensi Kecepatan Kecepatan menyangkut kualitas produk layanan dan kualitas perilaku, relatif dalam Di arti masyarakat memperoleh dalam apa yang diinginkan dengan cepat, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Dinas Kependudukan melakukan pelayanan pembuatan KTP terkesan sangat lamban. Hal ini namyak dirasakan oleh beberapa masyarakat setempat ketika ingin mengurus KTP. Namun menurut dinas setempat proses yang terkesan lamban itu desebabkan oleh ketidaklengkapan data yang diperoleh dari masyarakat, sehingga Dinas Kependudukan tidak bisa bertindak cepat. Selain itu juga dinas kependudukan memiliki kepanjangan tangan dalam mengurus KTP. Kelurahan yang merupakan kepanjangan tangan dari Dinas Kependudukan. Biasanya masyarakat terganjal oleh pelayanan dari aparat kelurahan. 2. Dimensi Ketepatan Ketepatan sebagai dimensi kualitas layanan civil berkaitan dengan kewajiban dan pemenuhan janji, tujuan yang ingin dicapai, sasaran atau obyek yang menjadi fokus perhatian, keinginan atau kepentingan yang ingin diperoleh, prosedur yang dilalui, maupun waktu yang dibutuhkan dalam pelayanan. Dari ketepatan kerja yang dimiliki maka bisa menjadikan penilaian bahwa adanya kualitas pelayanan yang diberikan. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil telah memberikan batas maksimal dalam proses pembuatan KTP.

Batas maksimal itu yaitu selama 7 hari. Namun dari pihak Dinas tidak memberikan konsekwensi terhadap pekerjanya apabila dalam batas tersebut proses pembuatan KTP tidak selesai. 3. Dimensi Kemudahan Pada umumnya masyarakat menginginkan agar layanan civil yang disediakan oleh pemerintah dekat dengannya sehingga mudah diperoleh. Keinginan dekat dengan layanan sangat berkaitan pemerintah dengan masalah distribusi, yaitu bagaimana kepada berupaya mendekatkan layanan

masyarakat tanpa melewati jenjang-jenjang yang melelahkan, dengan biaya yang semurah mungkin. Penyediaan fasilitas dan informasi pelayanan yang dengan mudah dapat diakseskan akan menimbulkan persepsi yang positif bagi pelanggan terhadap layanan yang disediakan. Tetapi juga bukan hanya kelengkapan fasilitas tetapi harus memendekan birokrasi yang dinilai terlalu rumit, sehingga masyarakat enggan untuk melakukan itu. Dampaknya akan bermunculan patologi birokrasi yang dilakukan oleh masyarakat dan oknum Dinas. Patologi birokrasi yang bermunculan akan membentuk opini yang bertitikberatkan hanya pada kesalahan aparat saja. Sedangkan birokrasi masyarakat yang dinilai untuk dinilai rumit. sebagai Tetapi korban. menurut birokrasi Untuk Dinas masih memberantas patologi birokrasi itu harus bisa memendekan Kependudukan dan aparat memendekkan pun

dibicarakan dan masih dalam tahap wacana agar masyarakat pemerintah sama-sama mendapati kemudahan. 4. Dimensi keadilan Setiap warga masyarakat berhak memperoleh pelayanan yang adil dari pemerintah berdasarkan nilai-nilai etika dan hukum

yang berlaku. Dalam hal layanan civil terutama layanan Kartu Tanda Penduduk (KTP) kepada setiap warga masyarkat, rasa keadilan lebih diutamakan karena merupakan salah satu bagian hak azasinya. Banyak masyarakat merasakan bahwa ada kalanya aparat pemerintahan di instansi tidak berlaku adil. Seseorang yang memiliki kedudukan yang tinggi bisa dengan cepat melakukan proses pembuatan KTP dan tentu saja dengan memakai uang, sebagai syarat untuk transaksi cepat. Namun hal ini tidaklah bisa menjadikan penilaian akhir saja. Karena di Dinas Kependudukan tidak melalakukan patologi birokrasi semacam itu. Disini dalam melakukan transaksi pembuatan KTP harus berdasarakan atas antrian ditiap harinya. Dan hal tersebut diperkuat dengan masyarakat yang melakukan transaksi tersebut. Biasanya ketidakadilan ini dilakukan ketika masih dalam penangan dari kelurahan yang mana sebagai kepanjangan tangan dari Dinas Kependudukan dan Catatan sipil. Di kelurahan untuk mendapatkan proses yang cepat, para aparat disana cendrung melakukan patologi birokrasi yang dinilai sebagai ketidakadilan. C. Kinerja Aparat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kinerja yang berarti pelaksanaan kerja, merupakan suatu proses untuk mencapai suatu hasil, kinerja juga mengandung arti tata kerja. Kinerja adalah cara seseorang melakukan suatu kegiatan untuk mencapai produktivitas dan prestasi kerja. (Moenir:131) Kriteria kerja yang baik menurut Simora yang dikutip dalam Moenir (1993:134): 1. Kriteria yang baik haruslah mampu diukur dengan cara yang dapat dipercaya; 2. Kriteria yang baik haruslah mampu membedakan individuindividu sesuai dengan kinerja mereka;

3. Kinerja yang baik haruslah sensitif terhadap masukanmasukan dari tindakan pemegang jabatan. Apabila kita melihat dari beberapa kriteria yang dijelaskan oleh Simora dan di hubungkan dengan kinerja dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil maka bisa diambil kesimpulan bahwa kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap tingginya kualitas pelayanan yang diberikan kemudian kurang tanggapnya dinas setempat terhadap keluhan-keluhan dari masyarakat sehingga lambat untul proses peninggkatan pelayanan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya keluhan masyarakat terhadap birokrasi yang terlalu rumit dan banyaknya patologi birokrasi yang dirasa dilakukan oleh pihak dinas. D. Unsur-Unsur Pelayanan Publik

1. Prosedur Pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yaitu dilihat dari teknis sisi dan kesederhanaan alur pelayanan. 2. Persyaratan Pelayanan, persyaratan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan jenis pelayanannya. 3. Kejelasan kepastian Petugas petugas Pelayanan, yang yaitu keberadaaan pelayanan dan memberikan (nama,

jabatan, dan kewenangan serta tanggungjawabnya). 4. Kedisiplinan Petugas Pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku. 5. Tanggungjawab wewenang dan Petugas Pelayanan, yaitu petugas kejelasan dalam tanggungjawab

penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan. 6. Kemampuan Petugas Pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan atau menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.

7. Kecepatan Pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan. 8. Keadilan pelayanan Mendapatkan dengan tidak Pelayanan, yaitu pelaksanaan (status membedakan golongan

masyarakat yang dilayani). 9. Kesopanan dan Keramahan Petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati. 10. Kewajaran Biaya Pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit penyelenggara pelayanan. 11. Kepastian Biaya Pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang ditetapkan. 12. Kepastian Jadwal Pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 13. Kenyamanan Lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan. 14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat pelayanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan tersebut. E. Prinsip-prinsip Pelayanan Publik

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Selama hidupnya manusia selalu membutuhkan pelayanan bagi dirinya.

Pelayanan haruslah berpedoman kepada prinsip-prinsip, antara lain : 1. Pelayanan Cepat : Prinsip ini mengandung arti bahwa prosedur atau tata cara pelayanan diselenggarakan secara lancar, mudah, tepat waktu (sesuai kurun waktu yang ditentukan tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan. 2. Pelayanan Praktis : Prinsip ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pelayanan, baik mengenai persyaratan pengurusan, waktu penyelesaian pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan, antara juga dengan dari tetap memperhatikan dengan produk pengulangan keterpaduan pelayanan, persyaratan

dicegah

adanya

pemenuhan persyaratan yang berbelit-belit. 3. Biaya Terjangkau : Penetapan biaya pelayanan ditetapkan secara wajar, dengan memperhatikan : a. Nilai barang atau jasa pelayanan dan tidak menuntut biaya yang terlalu tinggi diluar batas kewajaran. b. c. berlaku. F. Tujuan Pelayanan Publik Kondisi membayar. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dan kemampuan masyarakat untuk

Secara teoritis tujuan pelayanan publik adalah memuaskan masyarakat, untuk mencapai kepuasan itu diperlukan pelayanan prima yang tercermin dari : 1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat di akses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas,

yakni

pelayanan sesuai

yang

dapat

dipertanggungjawabkan

dengan

ketentuan

peraturan perundang-undangan. 3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan tetap pemberi berpegang dan penerima prinsip pelayanan dengan pada

efisiensi dan efektivitas. 4. Partisipatif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dengan dalam penyelenggaraan aspirasi, pelayanan publik memperhatikan

kebutuhan, dan harapan masyarakat. 5. Kesamaan Hak, yakni pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dll. 6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban, yakni pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik. G. Faktor-Faktor Penghambat Kualitas Pelayanan di

Dinas Kependudukan Dalam peningkatan pelayanan yang diberikaan ada beberapa unsur sebagai tolak ukur tinggi rendahnya kualitas pelayanan. Rendahnya kualitas pelayanan ini terdapat beberapa faktor penghambatnya, yaitu: 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai prosedur pelayanan pembuatan KTP. Sehingga bisa menghambat dalam memperoleh KTP yang cepat. Disini juga harus lebih mensosialisasikan kepada masyarakat khususnya bagi masyarakat dengan pendidikan yang rendah untuk mengoptimalisasikan pelayanan yang diberikan. 2. Ketidaklengkapan data pemohon yang diserahkan ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Menurut pihak dinas

setempat untuk memperoleh KTP dengan cepat maka harus melengkapi data-data yang dibutuhkan. Sehingga bisa melakukan proses yang cepat pula di Dinas Kependudukan. Apabila data yang diperoleh tidak lengkap maka Dinas Kependudukan tidak bisa melakukan proses pendataan. 3. Minimnya fasilitas yang tersedia di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Dengan minimnya fasilitas tersebut secara tidak langsung juga menghambat proses pendataan yang seharusnya bisa selesai dengan cepat, namun ini justru agak terhambat. Contohnya yaitu dalam pengadaan komputer yang hanya berjumlah 2 unit. 4. Rendahnya rendahnya setempat. Insentif motivasi Bila pegawai, dan etos sehingga kerja menyebabkan pegawai dinas maka

ada

kenaikan

tunjangan

dimungkinkan aparat dinas bisa meningkatan kualitas pelayanannya terhadap masyarakat. 5. Terhambatnya birokrasi ditingkat bawah yaitu kelurahan dan atau kecamatan. Hal ini biasanya disebabkan bahwa tidak hadirnya pejabat terkait akibat kesibukan kerja diluar instansi ketika ingin melakukan proses pembuatan KTP yang berupa pembubuhan tandatangan.

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

III.

DAFTAR PUSTAKA