Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI TERHADAP PERILAKU INISIASI MENYUSUI DINI
Yuli Trisnawati
ABSTRACT
Early Breastfeeding Inisisi (early inviation) or the beginning of early
breastfeeding is the baby starts to suckle his own soon after birth. Factors that
affect IMD, among others, knowledge, family support, education and attitude.
Objective: To identify factors associated with maternal behavior in the conduct of
IMD in Sigaluh I Banjarnegara district health center.
Analytic study with cross-sectional survey. The number of women giving birth in
2011 sampi month of May 2012 as many as 121 people. Samples used as many as
61 people. Tool using chi-square analysis and logistic regression.
Education maternal health center in Sigaluh I Banjarnegara majority less that
primary education 35 (57.4%), knowledge 25 (41%), poor attitude which 23
(37.7%), and the IMD behavior gives a total of 33 (54.1%). There is a
relationship between education, knowledge, and attitudes, maternal health center
in the conduct of IMD in Sigaluh I Banjarnegara (0.000 <0.05).The most factor
that influence IMD behavior is education.
Keywords : Education, knowledge, attitudes, IMD behavior.
Bibliography: 17 (2002-2010)
A. PENDAHULUAN
Inisiasi menyusu dini (early
initiation) atau permulaan menyusu
dini adalah bayi mulai menyusu sendiri
segera setelah lahir. Cakupan IMD
yang masih rendah diduga karena
ketidaktahuan ibu bersalin tentang
manfaat ASI dan IMD. Penyuluhan
pada waktu pemeriksaan kehamilan
oleh petugas kesehatan atau bidan
tentang perawatan kehamilan,
persalinan dan persiapan pelaksanaan
IMD bertujuan mempersiapkan
persalinan yang aman dan mental ibu
bersalin dalam proses inisiasi
menyusui dini sehingga para ibu tidak
merasa jijik saat bayi diletakkan di
tubuhnya. (Roesli, 2007).
Menurut Idris (2007), faktor yang
menyebabkan perilaku ibu yang rendah
untuk menyusui diantaranya adalah
karena faktor nyeri dan kelelahan
pasca melahirkan serta kurangnya
pengetahuan ibu tentang pentingnya
inisiasi menyusu dini. Dukungan yang
diberikan oleh anggota keluarga
terutama suami dapat membangkitkan
rasa percaya diri ibu untuk melakukan
inisiasi menyusui dini.
Faktor pengetahuan ibu
merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui
dini pada bayi segera setelah lahir.
Inisiasi menyusui dini masih sulit
diterapkan karena kebanyakan ibu
tidak tahu bahwa proses ini sangat
bermanfaat, proses yang hanya
memakan waktu satu jam tersebut
berpengaruh pada sang bayi seumur
hidup serta adanya beberapa pendapat
yang tidak benar, diantaranya yaitu ibu
menganggap bayinya akan kedinginan
bila tidak segera dibedong, ibu terlalu
lelah untuk segera menyusui bayinya,
ibu takut bayinya jatuh,ibu merasa
badan dan bayinya masih kotor
sehingga harus dimandikan, kolostrum
tidak keluar atau jumlahnya tidak
memadai. Pengetahuan tentang inisiasi
menyusui dini belum banyak diketahui
masyarakat karena inisiasi menyusui
dini merupakan ilmu pengetahuan yang
baru. (Roesli, 2008).
Faktor sikap seseorang khususnya
ibu post partum dalam melakukan
inisiasi menyusui dini yang
berpengaruh bagi pertumbuhan bayi
hendaknya diterapkan dalam perilaku
sehingga diharapakan dapat
meningkatkan derajat kesehatan ibu
dan anak terutama dalam menurunkan
angka kematian bayi. Sikap ibu yang
14 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25
melakukan IMD juga dipengaruhi oleh
pengetahuan ibu sendiri, karena
semakin luas pengetahuan ibu maka
akan semakin positif sikap ibu
terhadap IMD. (Rusnita, 2008).
Faktor pendidikan ibu
berpengaruh dalam penerapan inisiasi
menyusui dini. Semakin tinggi
pendidikan ibu membuat informasi
tentang inisiasi menyusui dini dapat
diserap dengan baik. Hal ini dapat
dilihat dari angka persentasenya
sebagai berikut, dari 30 ibu bersalin
didapatkan hasil menjawab baik 16
(53,3%) yaitu ibu yang tamat Sekolah
Menengah Atas (SMA). Sedangkan ibu
yang pengetahuannya kurang
mengenai IMD ada 14 orang (46,7%)
yaitu ibu yang tidak tamat SMA.
(Rusnita, 2008).
Kebanyakan ibu bersalin tidak
tahu bahwa membiarkan bayi menyusu
sendiri segera setelah kelahiran sangat
bermanfaat. Melakukan IMD, bayi
belajar beradaptasi dengan
kelahirannya di dunia. Bayi yang baru
saja keluar dari dalam rahim sang ibu,
tentunya merasa asing ketika harus
berada di dunia luar. Tetapi kurangnya
pengetahuan dari orang tua, pihak
medis maupun keengganan untuk
melakukannya membuat kegiatan
Inisiasi Menyusui Dini masih jarang
dipraktikkan. (Roesli, 2009).
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Perilaku
a. Pengertian Perilaku
Perilaku menurut Suliha (2002)
adalah respon seseorang terhadap
rangsangan dari luar subyek dan
memiliki dua macam bentuk respon
yaitu bentuk aktif dan bentuk pasif.
Bentuk aktif adalah respon yang secara
langsung dapat diobservasi, perilaku
ini sudah termasuk tindakan nyata
(overt behavior). Bentuk pasif terjadi
dalam diri manusia dan tidak diamati
secara langsung oleh orang lain, seperti
pikiran, tanggapan, sikap, batin dan
pengetahuan. Perilaku semacam ini
masih terselubung (covert behavior).
Menurut Katz (dalam Notoatmodjo,
2003), perilaku dilatarbelakangi oleh
kebutuhan individu. Seseorang dapat
berperilaku baik terhadap obyek demi
pemenuhan kebutuhan.
Perilaku manusia merupakan hasil
dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan
Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri… 15
tindakan (Wirawan, 2004). Suliha
(2002) juga menyatakan bahwa
perilaku manusia secara operasional
dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam yaitu perilaku dalam bentuk
pengetahuan, sikap danbentuk tindakan
nyata atau perbuatan.
b. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Menurut
Teori Health Beliefe Models
(HBM)
Health Belief Model didasarkan atas 3
faktor esensial:
1. Kesiapan individu untuk
merubah perilaku dalam rangka
menghindari suatu penyakit atau
memperkecil risiko kesehatan
2. Adanya dorongan dalam
lingkungan individu yang membuatnya
merubah perilaku
3. Perilaku itu sendiri.
Ketiga factor di atas dipengaruhi oleh
factor-faktor lain yang berhubungan
dengan kepribadian dan lingkungan
individu, serta pengalaman
berhubungan dengan sarana & petugas
kesehatan.
Berikut empat persepsi yang berfu
ngsi sebagai konstruksi utama dari
model: keseriusan dirasakan,
kerentanan yang dirasakan, manfaat
yang dirasakan, dan hambatan yang
dirasakan. Masing-masing persepsi,
secara individu atau dalam kombinasi,
dapat digunakan untuk menjelaskan
perilaku kesehatan.
1. Keseriusan
Konstruksi keseriusan yang dirasa
kan berbicara dengan kepercayaan
individu tentang keseriusan atau
keparahan penyakit. Sementara
persepsi keseriusan sering didasarkan
pada informasi medis atau
pengetahuan, juga dapat berasal dari
keyakinan seseorang bahwa ia akan
mendapat kesulitanakibat penyakit dan
akan membuat atau berefek pada
hidupnya secara umum (McCormick-
Brown, 1999).
2. Kerentanan yang dirasakan
Risiko pribadi atau kerentanan
adalah salah satu persepsi yang lebih
kuat dalam mendorong orang untuk
mengadopsi perilaku sehat. Semakin
besar risiko yang dirasakan, semakin
besar kemungkinan terlibat dalam
perilaku untuk mengurangi risiko.
3. Manfaat yang dirasakan
Konstruksi manfaat yang
dirasakan adalah pendapat seseorang
dari nilai atau kegunaan dari suatu
perilaku baru dalam mengurangi risiko
16 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25
pengembangan penyakit. Orang-orang
cenderung mengadopsi perilaku sehat
ketika mereka percaya perilaku baru
akan mengurangi resiko mereka
untuk berkembangnya suatu penyakit.
4. Hambatan yang dirasakan
Karena perubahan adalah bukan
sesuatu yang datang dengan mudah
bagi kebanyakan orang, konstruk
terakhir dari HBM adalahmasalah
hambatan yang dirasakan untuk
berubah. Ini adalah evaluasi individu
sendiri atas hambatan yang dihadapi
untuk mengadopsi perilaku baru.
5. Variabel Modifikasi
Empat konstruksi utama dari
persepsi dapat dimodifikasi oleh
variabel lain, seperti budaya, tingkat
pendidikan, pengalaman masa lalu,
keterampilan, dan motivasi. Variabel
tersebut adalah karakteristik individu
yang mempengaruhi persepsi pribadi.
6. Isyarat untuk bertindak
Isyarat untuk bertindak adalah
peristiwa-peristiwa, orang, atau hal-hal
yang menggerakkan orang untuk
mengubah perilaku mereka.
7. Self-Efficacy (Percaya
Kemampuan Diri)
Self-efficacy adalah kepercayaan
pada kemampuan sendiri untuk
melakukan sesuatu (Bandura, 1977).
Orang umumnya tidak mencoba untuk
melakukan sesuatu yang baru kecuali
mereka pikir mereka bisa
melakukannya. Jika seseorang percaya
suatu perilaku baru yang berguna
(manfaat dirasakan), tetapi berpikir dia
tidak mampu melakukan itu
(penghalang dirasakan), kemungkinan
bahwa hal itu tidak akan dilakukan.
2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
a. Pengertian
Menurut Roesli (2008), inisiasi
menyusui dini (early initiation) atau
permulaan menyusu dini adalah bayi
mulai menyusu sendiri segera setelah
lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia
seperti juga bayi mamalia lain yang
mempunyai kemampuan menyusu
sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit
bayi dengan ibunya, setidaknya selama
satu jam segera setelah lahir. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusui dini
(IMD) dinamakan the breast crawl
atau merangkak mencari payudara
sendiri.
Gupta (2007), menyatakan inisiasi
menyusu dini disebut sebagai tahap ke
empat persalinan yaitu tepat setelah
persalinan sampai satu jam setelah
persalinan, meletakkan bayi baru lahir
Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri… 17
dengan posisi tengkurap setelah
dikeringkan tubuhnya namun belum
dibersihkan, tidak dibungkus dan
memastikan bayi mendapat kontak
kulit dengan ibunya, menemukan
puting susu dan mendapatkan
kolostrum atau ASI yang pertama kali
keluar. Reflek menghisap bayi bayi
timul setelah 20-30 menit setelah lahir
dan bayi menunjukkan kesiapan untuk
menyusu 30-40 menit setelah lahir
(Roesli, 2008).
b. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
yang dianjurkan
Menurut Roesli (2008), dalam
Inisiasi Menyusu Dini melalui 5 (lima)
tahapan perilaku sebelum bayi
menyusu, yaitu:
1. Dalam 30 menit pertama,
stadium istirahat / diam dalam keadaan
siaga. Bayi diam tidak bergerak,
sesekali matanya terbuka lebar melihat
ibunya. Masa tenang yang istimewa ini
merupakan penyesuaian peralihan dari
keadaan dalam kandungan ke luar
kandungan.
2. Antara 30-40 menit,
mengeluarkan suara, gerakan mulut
seperti mau minum, mencium, menjilat
tangan. Bayi mencium dan merasakan
air ketuban yang ada ditangannya. Bau
dan rasa ini akan membimbing bayi
untuk menemukan payudara dan puting
susu ibu.
3. Mengeluarkan air liur, saat
menyadari ada makanan disekitarnya
bayi mulai mengeluarkan air liurnya.
4. Bayi mulai bergerak kearah
payudara. Areola sebagai sasaran,
dengan kaki menekan perut ibu. Ia
menjilat-jilat kulit ibu, menoleh ke
kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan
meremas daerah puting susu dan
sekitarnya dengan tangan yang mungil.
5. Menemukan, menjilat,
mengulum puting, membuka mulut
lebar, dan melekat dengan baik.
c. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli (2008) manfaat inisiasi
menyusu dini antara lain:
1. Dada ibu menghangatkan bayi
dengan tepat selama bayi merangkak
mencari payudara. Ini akan
menurunkan kematian karena
kedinginan (hypothermia).
2. Ibu dan bayi merasa lebih
tenang. Pernafasan dan detak jantung
bayi lebih stabil. Bayi lebih jarang
menangis sehingga mengurangi
pemakaian energi.
3. Saat merangkak mencari
payudara, bayi memindahkan bakteri
18 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25
dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-
jilat kulit ibu, memakan bakteri ‘baik’
dikulit ibu. Bakteri ‘baik’ ini akan
berkembang biak membentuk koloni di
kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri
‘jahat’ dari lingkungan.
4. Bonding (ikatan kasih sayang)
antara ibu-bayi akan lebih baik karena
pada 1-2 jam pertama bayi dalam
keadaan siaga. Setelah itu biasanya
bayi tidur dalam waktu yang lama.
5. Memberikan pada bayi
kesempatan untuk menyusu dini maka
akan lebih berhasil menyusu esklusif
dan akan lebih lama disusui.
6. Hentakan kepala bayi ke dada
ibu, sentuhan tangan bayi di puting
susu dan sekitarnya, pijatan bayi pada
puting ibu akan merangsang
pengeluaran hormon oksitoksin.
7. Hormon oksitoksin akan
bekerja sama dengan hormon prolaktin
yang akan menyebabkan otot kecil di
sekeliling alveoli mengerut sehingga
mengalirkan air susu ke puting.
Pengeluaran oksitoksin juga
menyebabkan rahim berkontaksi dan
membantu pengeluaran plasenta serta
mengurangi perdarahan.
8. Bayi dengan Inisiasi Menyusui
Dini akan mendapatkan ASI kolostrum
atau ASI yang pertama kali keluar.
Kolostrum atau ASI istimewa yang
kaya akan daya tahan tubuh, penting
untuk ketahanan terhadap infeksi,
penting untuk pertumbuhan usus bayi
yang masih belum matang sekaligus
mematangkan dinding usus.
9. Ibu dan ayah akan merasa
bahagia bertemu dengan bayinya untuk
pertama kali dalam kondisi Inisiasi
Menyusu Dini ini. Bahkan ayah
mendapat kesempatan mengadzankan
anaknya di dada ibunya. Suatu
pengalaman batin bagi ketiganya yang
amat indah.
e. Masalah-masalah dalam Praktik
Inisiasi Menyusui Dini
Menurut UNICEF (2006), banyak
masalah yang dapat menghambat
pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini,
antara lain:
1) Kurangnya kepedulian terhadap
pentingnya inisiasi menyusui dini.
2) Kurangnya konseling oleh
tenaga kesehatan dan kurangnya
praktik inisiasi menyusui dini.
3) Adanya pendapat bahwa
suntikan vitamin K dan tetes mata
untuk mencegah penyakit gonorrhea
harus segera diberikan setelah lahir,
padahal sebenarnya tindakan ini dapat
Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri… 19
ditunda setidaknya selama satu jam
sampai bayi menyusu sendiri.
4) Masih kuatnya kepercayaan
keluarga bahwa ibu memerlukan
istirahat yang cukup setelah
melahirkan dan menyusui sulit
dilakukan.
5) Kepercayaan masyarakat yang
menyatakan bahwa kolostrum yang
keluar pada hari pertama tidak baik
untuk bayi.
6) Kepercayaan masyarakat yang
tidak mengijinkan ibu untuk menyusui
dini sebelum payudaranya dibersihkan.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif
correlation. Pendekatan yang
digunakan adalah dengan pendekatan
cross setional . Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu hamil
di Puskesmas Sigaluh Banjarnegara.
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik
accidental sampling sebanyak 61
orang. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu analisa univariat
dengan distribusi frekuensi, analisa
bivariat dengan rumus uji chi square
dan analisis multivariat dengan regresi
logistik
D. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Distribusi Frekuensi Responden
berdasarkan Pendidikan
Gambar 1. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasar gambar 1 dapat diketahui
bahwa mayoritas pendidikan
responden adalah pendidikan dasar
yaitu sebanyak 35 responden (57,4%)
sedangkan minoritas mempunyai
pendidikan tinggi yaitu sebanyak 3
responden (4,9%).
2. Distribusi Frekuensi Responden
berdasarkan Pengetahuan
Responden
Gambar 2. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Pengetahuan
Berdasar gambar 2 dapat diketahui
bahwa mayoritas responden
35 (57,4%)
23 (37,7%)
3 (4,9%) Dasar
Menengah
Tinggi
13 (21,3%)
23 (37,7%)
25 (41%)
Baik
Cukup
Kurang
20 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25
mempunyai pengetahuan yang kurang
mengenai IMD yaitu 25 responden
(41%) sedangkan minoritas
mempunyai pengetahuan baik yaitu
sebanyak 13 responden (21,3%).
3. Distribusi Frekunesi Responden
berdasarkan Sikap Responden
Gambar 3. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Sikap
Berdasar gambar 3 dapat diketahui
bahwa mayoritas responden
mempunyai sikap yang kurang
mengenai IMD yaitu sebanyak 23
responden (37,7%) sedangkan
minoritas mempunyai sikap yang
kurang yaitu sebanyak 16 responden
(26,2%).
4. Distribusi Frekuensi Responden
berdasarkan Perilaku Inisiasi
Menyusui Dini
Gambar 4. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Perilaku IMD
Berdasar gambar 4 dapat diketahui
bahwa mayoritas responden tidak
melakukan IMD sebanyak 33
responden (54,1%) dan yang
melakukan sebanyak 28 responden
(45,9%).
5. Hubungan pendidikan ibu dengan
perilaku IMD
Tabel 1. Hubungan pendidikan ibu dengan perilaku IMD
Pendidikan
Perilaku IMD Total
p-value Tidak Melakukan
f % f % f %
Dasar 28 80 7 20 35 100
Menengah 5 21,7 18 78,3 23 100 0,000
Tinggi 0 0 3 100 3 100
Total 33 28 61
16 (26,2%)
22 (36,1%)
23 (37,7%)
Baik
Cukup
Kurang
Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri… 21
Hasil uji bivariate dengan chi-square
tidak memenuhi syarat sehingga
dilakukan uji Kolmorgorov Smirnov
dengan hasil ρ = 0,000. Nilai ρ < α
(0,000 < 0,05), maka ha diterima
artinya terdapat hubungan pendidikan
ibu bersalin dengan perilaku IMD.
Inti dari kegiatan pendidikan
adalah proses belajar mengajar. Hasil
dari proses belajar mengajar adalah
seperangkat perubahan perilaku.
Dengan demikian pendidikan sangat
besar pengaruhnya terhadap perilaku
seseorang. Seseorang yang
berpendidikan tinggi akan berbeda
perilakunya dengan orang yang
berpendidikan rendah.
6. Hubungan pengetahuan ibu dengan
perilaku IMD
Tabel 2. Hubungan pengetahuan ibu bersalin dengan perilaku IMD
Pengetahuan
Perilaku IMD Total
p-value Tidak Melakukan
f % f % f %
Kurang 21 84 4 16 25 100
Cukup 11 47,8 12 52,2 23 100 0,000
Baik 1 7.7 12 92.3 13 100
Total 33 28 61
Berdasar uji non parametik dengan
rumus chi-square diperoleh hasil ρ =
0,000. Nilai ρ < α (0,000 < 0,05),
maka ha diterima artinya terdapat
hubungan pengetahuan ibu dengan
perilaku IMD.
Perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan
ditentukan dan dibentuk oleh
pengetahuan yang diterima. Kemudian
timbul persepsi dari individu dan
memunculkan sikap, niat,
keyakinan/kepercayaan, yang dapat
memotivasi dan mewujudkan
keinginan menjadi suatu perbuatan.
22 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25
7. Hubungan sikap ibu bersalin dengan perilaku IMD di Puskesmas Sigaluh I
Kabupaten Banjarnegara
Tabel 3. Hubungan sikap ibu dengan perilaku IMD
Sikap
Perilaku IMD Total
p-value Tidak Melakukan
f % f % f %
Kurang 21 91.3 2 8.7 16 100
Cukup 12 54,5 10 45,5 22 100 0,000
Baik 0 0 16 100 23 100
Total 33 28 61
Berdasar uji non parametik dengan
rumus chi-square diperoleh hasil ρ =
0,000. Nilai ρ < α (0,000 < 0,05),
maka ha diterima artinya terdapat
hubungan sikap ibu dengan perilaku
IMD.
Sikap yang terbentuk melalui
pengalaman langsung akan
berpengaruh kuat terhadap perilaku.
Makin kuat sikap seseorang maka
makin besar dampaknya terhadap
perilaku dan makin susah untuk
diubah.
8. Analisis Multivariat faktor
predisposisi yang berpengaruh
terhadap perilaku Inisiasi Menyusui
Dini (IMD)
Berdasarkan analisis multivariate
regresi logistic dengan metode
backward stepwise diperoleh faktor
yang paling berpengaruh terhadap
perilaku IMD adalah tingkat
pendidikan dengan p = 0,000 dan OR =
0,069. Hal ini berarti pendidikan
mempengaruhi sebesar 0,069 kali
terhadap perilaku ibu untuk melakukan
inisiasi menyusui dini (IMD). Hal ini
disebakan karena pendidikan adalah
proses belajar mengajar. Hasil dari
proses belajar mengajar adalah
seperangkat perubahan perilaku.
Dengan demikian pendidikan sangat
besar pengaruhnya terhadap perilaku
seseorang. Seseorang yang
berpendidikan tinggi akan berbeda
perilakunya dengan orang yang
berpendidikan rendah.
Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri… 23
E. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Pendidikan responden di
Puskesmas Sigaluh I Kabupaten
Banjarnegara mayoritas mempunyai
pendidikan dasar.
2. Pengetahuan responden tentang
IMD di Puskesmas Sigaluh I
Kabupaten Banjarnegara mayoritas
mempunyai pengetahuan yang kurang
mengenai IMD.
3. Sikap responden tentang IMD
di Puskesmas Sigaluh I Kabupaten
Banjarnegara mayoritas mempunyai
sikap yang kurang mengenai IMD.
4. Mayoritas responden di
Puskesmas Sigaluh I Kabupaten
Banjarnegara tidak melakukan IMD.
5. Terdapat hubungan
pengetahuan ibu bersalin dengan
perilaku IMD di Puskesmas Sigaluh I
Kabupaten Banjarnegara (p=0,000).
6. Terdapat hubungan sikap ibu
bersalin dengan perilaku IMD di
Puskesmas Sigaluh I Kabupaten
Banjarnegara (p=0,000).
7. Terdapat hubungan pendidikan
ibu bersalin dengan perilaku IMD di
Puskesmas Sigaluh I Kabupaten
Banjarnegara (p=0,000).
8. Hasil analisis regresi logistic
faktor yang paling mempengaruhi
perilaku ibu dalam melaksanakan IMD
adalah tingkat pendidikan
B. Saran
1. Bagi Ibu
Sebaiknya ibu hamil mencari informasi
untuk memperbanyak pengetahuan
mengenai ASI dan IMD sehingga pada
saat melahirkan dapat mempraktekkan
IMD kepada bayinya.
2. Bagi Puskesmas Sigaluh I Kabupaten Banjarnegara
Sebaiknya tenaga kesehatan
memberikan penyuluhan tentang IMD
dan mempraktekkan IMD kepada
setiap ibu yang melahirkan serta
menghindari pemberian susu formula
kepada bayi.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan penelitian selanjutnya
tentang Inisiasi Menyusu Dini dengan
variabel dan jenis penelitian lain
sehingga tercapai hasil yang lebih
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2002). Sikap manusia teori
dan pengukurannya. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar.
24 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25
Briawan, D. (2004). Pengaruh promosi
susu formula terhadap pergeseran
penggunaan Air Susu Ibu (ASI).
Terdapat pada
[email protected]. Diakses
tanggal 26 Februari 2012.
Hapsari. (2006). Telaah berbagai
faktor yang berhubungan dengan
pemberian ASI pertama. Terdapat
pada http:/www.depkes.go.id.
Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusui
Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:
Pustaka Bunda.
Rusnita, A. (2008). Faktor yang
berhubungan dengan pelaksanaan
inisiasi menyusui dini di kamar
bersalin IGD RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta Tahun
2008. Depok: Program Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri… 25