13
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI TERHADAP PERILAKU INISIASI MENYUSUI DINI Yuli Trisnawati ABSTRACT Early Breastfeeding Inisisi (early inviation) or the beginning of early breastfeeding is the baby starts to suckle his own soon after birth. Factors that affect IMD, among others, knowledge, family support, education and attitude. Objective: To identify factors associated with maternal behavior in the conduct of IMD in Sigaluh I Banjarnegara district health center. Analytic study with cross-sectional survey. The number of women giving birth in 2011 sampi month of May 2012 as many as 121 people. Samples used as many as 61 people. Tool using chi-square analysis and logistic regression. Education maternal health center in Sigaluh I Banjarnegara majority less that primary education 35 (57.4%), knowledge 25 (41%), poor attitude which 23 (37.7%), and the IMD behavior gives a total of 33 (54.1%). There is a relationship between education, knowledge, and attitudes, maternal health center in the conduct of IMD in Sigaluh I Banjarnegara (0.000 <0.05).The most factor that influence IMD behavior is education. Keywords : Education, knowledge, attitudes, IMD behavior. Bibliography: 17 (2002-2010)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI TERHADAP PERILAKU INISIASI MENYUSUI DINI

Yuli Trisnawati

ABSTRACT

Early Breastfeeding Inisisi (early inviation) or the beginning of early

breastfeeding is the baby starts to suckle his own soon after birth. Factors that

affect IMD, among others, knowledge, family support, education and attitude.

Objective: To identify factors associated with maternal behavior in the conduct of

IMD in Sigaluh I Banjarnegara district health center.

Analytic study with cross-sectional survey. The number of women giving birth in

2011 sampi month of May 2012 as many as 121 people. Samples used as many as

61 people. Tool using chi-square analysis and logistic regression.

Education maternal health center in Sigaluh I Banjarnegara majority less that

primary education 35 (57.4%), knowledge 25 (41%), poor attitude which 23

(37.7%), and the IMD behavior gives a total of 33 (54.1%). There is a

relationship between education, knowledge, and attitudes, maternal health center

in the conduct of IMD in Sigaluh I Banjarnegara (0.000 <0.05).The most factor

that influence IMD behavior is education.

Keywords : Education, knowledge, attitudes, IMD behavior.

Bibliography: 17 (2002-2010)

Page 2: ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

A. PENDAHULUAN

Inisiasi menyusu dini (early

initiation) atau permulaan menyusu

dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

segera setelah lahir. Cakupan IMD

yang masih rendah diduga karena

ketidaktahuan ibu bersalin tentang

manfaat ASI dan IMD. Penyuluhan

pada waktu pemeriksaan kehamilan

oleh petugas kesehatan atau bidan

tentang perawatan kehamilan,

persalinan dan persiapan pelaksanaan

IMD bertujuan mempersiapkan

persalinan yang aman dan mental ibu

bersalin dalam proses inisiasi

menyusui dini sehingga para ibu tidak

merasa jijik saat bayi diletakkan di

tubuhnya. (Roesli, 2007).

Menurut Idris (2007), faktor yang

menyebabkan perilaku ibu yang rendah

untuk menyusui diantaranya adalah

karena faktor nyeri dan kelelahan

pasca melahirkan serta kurangnya

pengetahuan ibu tentang pentingnya

inisiasi menyusu dini. Dukungan yang

diberikan oleh anggota keluarga

terutama suami dapat membangkitkan

rasa percaya diri ibu untuk melakukan

inisiasi menyusui dini.

Faktor pengetahuan ibu

merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui

dini pada bayi segera setelah lahir.

Inisiasi menyusui dini masih sulit

diterapkan karena kebanyakan ibu

tidak tahu bahwa proses ini sangat

bermanfaat, proses yang hanya

memakan waktu satu jam tersebut

berpengaruh pada sang bayi seumur

hidup serta adanya beberapa pendapat

yang tidak benar, diantaranya yaitu ibu

menganggap bayinya akan kedinginan

bila tidak segera dibedong, ibu terlalu

lelah untuk segera menyusui bayinya,

ibu takut bayinya jatuh,ibu merasa

badan dan bayinya masih kotor

sehingga harus dimandikan, kolostrum

tidak keluar atau jumlahnya tidak

memadai. Pengetahuan tentang inisiasi

menyusui dini belum banyak diketahui

masyarakat karena inisiasi menyusui

dini merupakan ilmu pengetahuan yang

baru. (Roesli, 2008).

Faktor sikap seseorang khususnya

ibu post partum dalam melakukan

inisiasi menyusui dini yang

berpengaruh bagi pertumbuhan bayi

hendaknya diterapkan dalam perilaku

sehingga diharapakan dapat

meningkatkan derajat kesehatan ibu

dan anak terutama dalam menurunkan

angka kematian bayi. Sikap ibu yang

14 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25

Page 3: ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

melakukan IMD juga dipengaruhi oleh

pengetahuan ibu sendiri, karena

semakin luas pengetahuan ibu maka

akan semakin positif sikap ibu

terhadap IMD. (Rusnita, 2008).

Faktor pendidikan ibu

berpengaruh dalam penerapan inisiasi

menyusui dini. Semakin tinggi

pendidikan ibu membuat informasi

tentang inisiasi menyusui dini dapat

diserap dengan baik. Hal ini dapat

dilihat dari angka persentasenya

sebagai berikut, dari 30 ibu bersalin

didapatkan hasil menjawab baik 16

(53,3%) yaitu ibu yang tamat Sekolah

Menengah Atas (SMA). Sedangkan ibu

yang pengetahuannya kurang

mengenai IMD ada 14 orang (46,7%)

yaitu ibu yang tidak tamat SMA.

(Rusnita, 2008).

Kebanyakan ibu bersalin tidak

tahu bahwa membiarkan bayi menyusu

sendiri segera setelah kelahiran sangat

bermanfaat. Melakukan IMD, bayi

belajar beradaptasi dengan

kelahirannya di dunia. Bayi yang baru

saja keluar dari dalam rahim sang ibu,

tentunya merasa asing ketika harus

berada di dunia luar. Tetapi kurangnya

pengetahuan dari orang tua, pihak

medis maupun keengganan untuk

melakukannya membuat kegiatan

Inisiasi Menyusui Dini masih jarang

dipraktikkan. (Roesli, 2009).

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Perilaku menurut Suliha (2002)

adalah respon seseorang terhadap

rangsangan dari luar subyek dan

memiliki dua macam bentuk respon

yaitu bentuk aktif dan bentuk pasif.

Bentuk aktif adalah respon yang secara

langsung dapat diobservasi, perilaku

ini sudah termasuk tindakan nyata

(overt behavior). Bentuk pasif terjadi

dalam diri manusia dan tidak diamati

secara langsung oleh orang lain, seperti

pikiran, tanggapan, sikap, batin dan

pengetahuan. Perilaku semacam ini

masih terselubung (covert behavior).

Menurut Katz (dalam Notoatmodjo,

2003), perilaku dilatarbelakangi oleh

kebutuhan individu. Seseorang dapat

berperilaku baik terhadap obyek demi

pemenuhan kebutuhan.

Perilaku manusia merupakan hasil

dari segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan

lingkungannya yang terwujud dalam

bentuk pengetahuan, sikap dan

Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri… 15

Page 4: ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

tindakan (Wirawan, 2004). Suliha

(2002) juga menyatakan bahwa

perilaku manusia secara operasional

dapat dikelompokkan menjadi tiga

macam yaitu perilaku dalam bentuk

pengetahuan, sikap danbentuk tindakan

nyata atau perbuatan.

b. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Perilaku Menurut

Teori Health Beliefe Models

(HBM)

Health Belief Model didasarkan atas 3

faktor esensial:

1. Kesiapan individu untuk

merubah perilaku dalam rangka

menghindari suatu penyakit atau

memperkecil risiko kesehatan

2. Adanya dorongan dalam

lingkungan individu yang membuatnya

merubah perilaku

3. Perilaku itu sendiri.

Ketiga factor di atas dipengaruhi oleh

factor-faktor lain yang berhubungan

dengan kepribadian dan lingkungan

individu, serta pengalaman

berhubungan dengan sarana & petugas

kesehatan.

Berikut empat persepsi yang berfu

ngsi sebagai konstruksi utama dari

model: keseriusan dirasakan,

kerentanan yang dirasakan, manfaat

yang dirasakan, dan hambatan yang

dirasakan. Masing-masing persepsi,

secara individu atau dalam kombinasi,

dapat digunakan untuk menjelaskan

perilaku kesehatan.

1. Keseriusan

Konstruksi keseriusan yang dirasa

kan berbicara dengan kepercayaan

individu tentang keseriusan atau

keparahan penyakit. Sementara

persepsi keseriusan sering didasarkan

pada informasi medis atau

pengetahuan, juga dapat berasal dari

keyakinan seseorang bahwa ia akan

mendapat kesulitanakibat penyakit dan

akan membuat atau berefek pada

hidupnya secara umum (McCormick-

Brown, 1999).

2. Kerentanan yang dirasakan

Risiko pribadi atau kerentanan

adalah salah satu persepsi yang lebih

kuat dalam mendorong orang untuk

mengadopsi perilaku sehat. Semakin

besar risiko yang dirasakan, semakin

besar kemungkinan terlibat dalam

perilaku untuk mengurangi risiko.

3. Manfaat yang dirasakan

Konstruksi manfaat yang

dirasakan adalah pendapat seseorang

dari nilai atau kegunaan dari suatu

perilaku baru dalam mengurangi risiko

16 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25

Page 5: ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

pengembangan penyakit. Orang-orang

cenderung mengadopsi perilaku sehat

ketika mereka percaya perilaku baru

akan mengurangi resiko mereka

untuk berkembangnya suatu penyakit.

4. Hambatan yang dirasakan

Karena perubahan adalah bukan

sesuatu yang datang dengan mudah

bagi kebanyakan orang, konstruk

terakhir dari HBM adalahmasalah

hambatan yang dirasakan untuk

berubah. Ini adalah evaluasi individu

sendiri atas hambatan yang dihadapi

untuk mengadopsi perilaku baru.

5. Variabel Modifikasi

Empat konstruksi utama dari

persepsi dapat dimodifikasi oleh

variabel lain, seperti budaya, tingkat

pendidikan, pengalaman masa lalu,

keterampilan, dan motivasi. Variabel

tersebut adalah karakteristik individu

yang mempengaruhi persepsi pribadi.

6. Isyarat untuk bertindak

Isyarat untuk bertindak adalah

peristiwa-peristiwa, orang, atau hal-hal

yang menggerakkan orang untuk

mengubah perilaku mereka.

7. Self-Efficacy (Percaya

Kemampuan Diri)

Self-efficacy adalah kepercayaan

pada kemampuan sendiri untuk

melakukan sesuatu (Bandura, 1977).

Orang umumnya tidak mencoba untuk

melakukan sesuatu yang baru kecuali

mereka pikir mereka bisa

melakukannya. Jika seseorang percaya

suatu perilaku baru yang berguna

(manfaat dirasakan), tetapi berpikir dia

tidak mampu melakukan itu

(penghalang dirasakan), kemungkinan

bahwa hal itu tidak akan dilakukan.

2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

a. Pengertian

Menurut Roesli (2008), inisiasi

menyusui dini (early initiation) atau

permulaan menyusu dini adalah bayi

mulai menyusu sendiri segera setelah

lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia

seperti juga bayi mamalia lain yang

mempunyai kemampuan menyusu

sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit

bayi dengan ibunya, setidaknya selama

satu jam segera setelah lahir. Cara bayi

melakukan inisiasi menyusui dini

(IMD) dinamakan the breast crawl

atau merangkak mencari payudara

sendiri.

Gupta (2007), menyatakan inisiasi

menyusu dini disebut sebagai tahap ke

empat persalinan yaitu tepat setelah

persalinan sampai satu jam setelah

persalinan, meletakkan bayi baru lahir

Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri… 17

Page 6: ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

dengan posisi tengkurap setelah

dikeringkan tubuhnya namun belum

dibersihkan, tidak dibungkus dan

memastikan bayi mendapat kontak

kulit dengan ibunya, menemukan

puting susu dan mendapatkan

kolostrum atau ASI yang pertama kali

keluar. Reflek menghisap bayi bayi

timul setelah 20-30 menit setelah lahir

dan bayi menunjukkan kesiapan untuk

menyusu 30-40 menit setelah lahir

(Roesli, 2008).

b. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

yang dianjurkan

Menurut Roesli (2008), dalam

Inisiasi Menyusu Dini melalui 5 (lima)

tahapan perilaku sebelum bayi

menyusu, yaitu:

1. Dalam 30 menit pertama,

stadium istirahat / diam dalam keadaan

siaga. Bayi diam tidak bergerak,

sesekali matanya terbuka lebar melihat

ibunya. Masa tenang yang istimewa ini

merupakan penyesuaian peralihan dari

keadaan dalam kandungan ke luar

kandungan.

2. Antara 30-40 menit,

mengeluarkan suara, gerakan mulut

seperti mau minum, mencium, menjilat

tangan. Bayi mencium dan merasakan

air ketuban yang ada ditangannya. Bau

dan rasa ini akan membimbing bayi

untuk menemukan payudara dan puting

susu ibu.

3. Mengeluarkan air liur, saat

menyadari ada makanan disekitarnya

bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

4. Bayi mulai bergerak kearah

payudara. Areola sebagai sasaran,

dengan kaki menekan perut ibu. Ia

menjilat-jilat kulit ibu, menoleh ke

kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan

meremas daerah puting susu dan

sekitarnya dengan tangan yang mungil.

5. Menemukan, menjilat,

mengulum puting, membuka mulut

lebar, dan melekat dengan baik.

c. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Roesli (2008) manfaat inisiasi

menyusu dini antara lain:

1. Dada ibu menghangatkan bayi

dengan tepat selama bayi merangkak

mencari payudara. Ini akan

menurunkan kematian karena

kedinginan (hypothermia).

2. Ibu dan bayi merasa lebih

tenang. Pernafasan dan detak jantung

bayi lebih stabil. Bayi lebih jarang

menangis sehingga mengurangi

pemakaian energi.

3. Saat merangkak mencari

payudara, bayi memindahkan bakteri

18 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25

Page 7: ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-

jilat kulit ibu, memakan bakteri ‘baik’

dikulit ibu. Bakteri ‘baik’ ini akan

berkembang biak membentuk koloni di

kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri

‘jahat’ dari lingkungan.

4. Bonding (ikatan kasih sayang)

antara ibu-bayi akan lebih baik karena

pada 1-2 jam pertama bayi dalam

keadaan siaga. Setelah itu biasanya

bayi tidur dalam waktu yang lama.

5. Memberikan pada bayi

kesempatan untuk menyusu dini maka

akan lebih berhasil menyusu esklusif

dan akan lebih lama disusui.

6. Hentakan kepala bayi ke dada

ibu, sentuhan tangan bayi di puting

susu dan sekitarnya, pijatan bayi pada

puting ibu akan merangsang

pengeluaran hormon oksitoksin.

7. Hormon oksitoksin akan

bekerja sama dengan hormon prolaktin

yang akan menyebabkan otot kecil di

sekeliling alveoli mengerut sehingga

mengalirkan air susu ke puting.

Pengeluaran oksitoksin juga

menyebabkan rahim berkontaksi dan

membantu pengeluaran plasenta serta

mengurangi perdarahan.

8. Bayi dengan Inisiasi Menyusui

Dini akan mendapatkan ASI kolostrum

atau ASI yang pertama kali keluar.

Kolostrum atau ASI istimewa yang

kaya akan daya tahan tubuh, penting

untuk ketahanan terhadap infeksi,

penting untuk pertumbuhan usus bayi

yang masih belum matang sekaligus

mematangkan dinding usus.

9. Ibu dan ayah akan merasa

bahagia bertemu dengan bayinya untuk

pertama kali dalam kondisi Inisiasi

Menyusu Dini ini. Bahkan ayah

mendapat kesempatan mengadzankan

anaknya di dada ibunya. Suatu

pengalaman batin bagi ketiganya yang

amat indah.

e. Masalah-masalah dalam Praktik

Inisiasi Menyusui Dini

Menurut UNICEF (2006), banyak

masalah yang dapat menghambat

pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini,

antara lain:

1) Kurangnya kepedulian terhadap

pentingnya inisiasi menyusui dini.

2) Kurangnya konseling oleh

tenaga kesehatan dan kurangnya

praktik inisiasi menyusui dini.

3) Adanya pendapat bahwa

suntikan vitamin K dan tetes mata

untuk mencegah penyakit gonorrhea

harus segera diberikan setelah lahir,

padahal sebenarnya tindakan ini dapat

Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri… 19

Page 8: ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

ditunda setidaknya selama satu jam

sampai bayi menyusu sendiri.

4) Masih kuatnya kepercayaan

keluarga bahwa ibu memerlukan

istirahat yang cukup setelah

melahirkan dan menyusui sulit

dilakukan.

5) Kepercayaan masyarakat yang

menyatakan bahwa kolostrum yang

keluar pada hari pertama tidak baik

untuk bayi.

6) Kepercayaan masyarakat yang

tidak mengijinkan ibu untuk menyusui

dini sebelum payudaranya dibersihkan.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif

correlation. Pendekatan yang

digunakan adalah dengan pendekatan

cross setional . Populasi dalam

penelitian ini adalah semua ibu hamil

di Puskesmas Sigaluh Banjarnegara.

Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik

accidental sampling sebanyak 61

orang. Teknik analisis data yang

digunakan yaitu analisa univariat

dengan distribusi frekuensi, analisa

bivariat dengan rumus uji chi square

dan analisis multivariat dengan regresi

logistik

D. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Distribusi Frekuensi Responden

berdasarkan Pendidikan

Gambar 1. Distribusi Frekuensi

Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasar gambar 1 dapat diketahui

bahwa mayoritas pendidikan

responden adalah pendidikan dasar

yaitu sebanyak 35 responden (57,4%)

sedangkan minoritas mempunyai

pendidikan tinggi yaitu sebanyak 3

responden (4,9%).

2. Distribusi Frekuensi Responden

berdasarkan Pengetahuan

Responden

Gambar 2. Distribusi Frekuensi

Responden Berdasarkan Pengetahuan

Berdasar gambar 2 dapat diketahui

bahwa mayoritas responden

35 (57,4%)

23 (37,7%)

3 (4,9%) Dasar

Menengah

Tinggi

13 (21,3%)

23 (37,7%)

25 (41%)

Baik

Cukup

Kurang

20 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25

Page 9: ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

mempunyai pengetahuan yang kurang

mengenai IMD yaitu 25 responden

(41%) sedangkan minoritas

mempunyai pengetahuan baik yaitu

sebanyak 13 responden (21,3%).

3. Distribusi Frekunesi Responden

berdasarkan Sikap Responden

Gambar 3. Distribusi Frekuensi

Responden Berdasarkan Sikap

Berdasar gambar 3 dapat diketahui

bahwa mayoritas responden

mempunyai sikap yang kurang

mengenai IMD yaitu sebanyak 23

responden (37,7%) sedangkan

minoritas mempunyai sikap yang

kurang yaitu sebanyak 16 responden

(26,2%).

4. Distribusi Frekuensi Responden

berdasarkan Perilaku Inisiasi

Menyusui Dini

Gambar 4. Distribusi Frekuensi

Responden Berdasarkan Perilaku IMD

Berdasar gambar 4 dapat diketahui

bahwa mayoritas responden tidak

melakukan IMD sebanyak 33

responden (54,1%) dan yang

melakukan sebanyak 28 responden

(45,9%).

5. Hubungan pendidikan ibu dengan

perilaku IMD

Tabel 1. Hubungan pendidikan ibu dengan perilaku IMD

Pendidikan

Perilaku IMD Total

p-value Tidak Melakukan

f % f % f %

Dasar 28 80 7 20 35 100

Menengah 5 21,7 18 78,3 23 100 0,000

Tinggi 0 0 3 100 3 100

Total 33 28 61

16 (26,2%)

22 (36,1%)

23 (37,7%)

Baik

Cukup

Kurang

Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri… 21

Page 10: ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

Hasil uji bivariate dengan chi-square

tidak memenuhi syarat sehingga

dilakukan uji Kolmorgorov Smirnov

dengan hasil ρ = 0,000. Nilai ρ < α

(0,000 < 0,05), maka ha diterima

artinya terdapat hubungan pendidikan

ibu bersalin dengan perilaku IMD.

Inti dari kegiatan pendidikan

adalah proses belajar mengajar. Hasil

dari proses belajar mengajar adalah

seperangkat perubahan perilaku.

Dengan demikian pendidikan sangat

besar pengaruhnya terhadap perilaku

seseorang. Seseorang yang

berpendidikan tinggi akan berbeda

perilakunya dengan orang yang

berpendidikan rendah.

6. Hubungan pengetahuan ibu dengan

perilaku IMD

Tabel 2. Hubungan pengetahuan ibu bersalin dengan perilaku IMD

Pengetahuan

Perilaku IMD Total

p-value Tidak Melakukan

f % f % f %

Kurang 21 84 4 16 25 100

Cukup 11 47,8 12 52,2 23 100 0,000

Baik 1 7.7 12 92.3 13 100

Total 33 28 61

Berdasar uji non parametik dengan

rumus chi-square diperoleh hasil ρ =

0,000. Nilai ρ < α (0,000 < 0,05),

maka ha diterima artinya terdapat

hubungan pengetahuan ibu dengan

perilaku IMD.

Perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan

ditentukan dan dibentuk oleh

pengetahuan yang diterima. Kemudian

timbul persepsi dari individu dan

memunculkan sikap, niat,

keyakinan/kepercayaan, yang dapat

memotivasi dan mewujudkan

keinginan menjadi suatu perbuatan.

22 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25

Page 11: ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

7. Hubungan sikap ibu bersalin dengan perilaku IMD di Puskesmas Sigaluh I

Kabupaten Banjarnegara

Tabel 3. Hubungan sikap ibu dengan perilaku IMD

Sikap

Perilaku IMD Total

p-value Tidak Melakukan

f % f % f %

Kurang 21 91.3 2 8.7 16 100

Cukup 12 54,5 10 45,5 22 100 0,000

Baik 0 0 16 100 23 100

Total 33 28 61

Berdasar uji non parametik dengan

rumus chi-square diperoleh hasil ρ =

0,000. Nilai ρ < α (0,000 < 0,05),

maka ha diterima artinya terdapat

hubungan sikap ibu dengan perilaku

IMD.

Sikap yang terbentuk melalui

pengalaman langsung akan

berpengaruh kuat terhadap perilaku.

Makin kuat sikap seseorang maka

makin besar dampaknya terhadap

perilaku dan makin susah untuk

diubah.

8. Analisis Multivariat faktor

predisposisi yang berpengaruh

terhadap perilaku Inisiasi Menyusui

Dini (IMD)

Berdasarkan analisis multivariate

regresi logistic dengan metode

backward stepwise diperoleh faktor

yang paling berpengaruh terhadap

perilaku IMD adalah tingkat

pendidikan dengan p = 0,000 dan OR =

0,069. Hal ini berarti pendidikan

mempengaruhi sebesar 0,069 kali

terhadap perilaku ibu untuk melakukan

inisiasi menyusui dini (IMD). Hal ini

disebakan karena pendidikan adalah

proses belajar mengajar. Hasil dari

proses belajar mengajar adalah

seperangkat perubahan perilaku.

Dengan demikian pendidikan sangat

besar pengaruhnya terhadap perilaku

seseorang. Seseorang yang

berpendidikan tinggi akan berbeda

perilakunya dengan orang yang

berpendidikan rendah.

Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri… 23

Page 12: ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

E. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Pendidikan responden di

Puskesmas Sigaluh I Kabupaten

Banjarnegara mayoritas mempunyai

pendidikan dasar.

2. Pengetahuan responden tentang

IMD di Puskesmas Sigaluh I

Kabupaten Banjarnegara mayoritas

mempunyai pengetahuan yang kurang

mengenai IMD.

3. Sikap responden tentang IMD

di Puskesmas Sigaluh I Kabupaten

Banjarnegara mayoritas mempunyai

sikap yang kurang mengenai IMD.

4. Mayoritas responden di

Puskesmas Sigaluh I Kabupaten

Banjarnegara tidak melakukan IMD.

5. Terdapat hubungan

pengetahuan ibu bersalin dengan

perilaku IMD di Puskesmas Sigaluh I

Kabupaten Banjarnegara (p=0,000).

6. Terdapat hubungan sikap ibu

bersalin dengan perilaku IMD di

Puskesmas Sigaluh I Kabupaten

Banjarnegara (p=0,000).

7. Terdapat hubungan pendidikan

ibu bersalin dengan perilaku IMD di

Puskesmas Sigaluh I Kabupaten

Banjarnegara (p=0,000).

8. Hasil analisis regresi logistic

faktor yang paling mempengaruhi

perilaku ibu dalam melaksanakan IMD

adalah tingkat pendidikan

B. Saran

1. Bagi Ibu

Sebaiknya ibu hamil mencari informasi

untuk memperbanyak pengetahuan

mengenai ASI dan IMD sehingga pada

saat melahirkan dapat mempraktekkan

IMD kepada bayinya.

2. Bagi Puskesmas Sigaluh I Kabupaten Banjarnegara

Sebaiknya tenaga kesehatan

memberikan penyuluhan tentang IMD

dan mempraktekkan IMD kepada

setiap ibu yang melahirkan serta

menghindari pemberian susu formula

kepada bayi.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan penelitian selanjutnya

tentang Inisiasi Menyusu Dini dengan

variabel dan jenis penelitian lain

sehingga tercapai hasil yang lebih

optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2002). Sikap manusia teori

dan pengukurannya. Jogjakarta:

Pustaka Pelajar.

24 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25

Page 13: ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI …

Briawan, D. (2004). Pengaruh promosi

susu formula terhadap pergeseran

penggunaan Air Susu Ibu (ASI).

Terdapat pada

[email protected]. Diakses

tanggal 26 Februari 2012.

Hapsari. (2006). Telaah berbagai

faktor yang berhubungan dengan

pemberian ASI pertama. Terdapat

pada http:/www.depkes.go.id.

Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusui

Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:

Pustaka Bunda.

Rusnita, A. (2008). Faktor yang

berhubungan dengan pelaksanaan

inisiasi menyusui dini di kamar

bersalin IGD RSUPN dr. Cipto

Mangunkusumo Jakarta Tahun

2008. Depok: Program Sarjana

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia.

Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri… 25