Upload
trankiet
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL
DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI
PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN
PEMDA KABUPATEN BOGOR
Oleh
ASTRID WIANGGA DEWI
H24103086
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL
DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI
PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN
PEMDA KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ASTRID WIANGGA DEWI
H24103086
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN
INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI
PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN
PEMDA KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ASTRID WIANGGA DEWI
H24103086
Menyetujui, Agustus 2007
Ir. Anggraini Sukmawati, MM Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 10 Agustus 2007 Tanggal Lulus :
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan hidup masyarakat yang semakin meningkat disertai
dengan sumber daya alam yang terbatas menuntut adanya pengelolaan
sumber daya alam secara efektif dan efisien, agar dapat mencukupi semua
kebutuhan tersebut. Oleh sebab itu, sumber daya manusia merupakan aset
penting yang harus diperhatikan karena manusia berperan aktif dalam
menetapkan rencana, sistem, proses dan tujuan organisasi. Mengingat
manusia sangat berperan dalam pencapaian tujuan organisasi, maka sumber
daya manusia perlu mendapat perhatian dari organisasi dan perlu dibuat
suatu perencanaan yang efektif agar pegawai dapat bekerja semaksimal
mungkin. Hal ini menuntut setiap organisasi untuk mampu mengoptimalkan
sumber daya manusia yang dimiliki agar dapat menghasilkan kinerja yang
lebih efektif dan efisien.
Agar sumber daya manusia yang ada dapat bekerja sebaik mungkin,
mereka harus mempunyai kesempatan yang tepat, bantuan dan motivasi yang
cukup untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal. Motivasi
pegawai dapat terlihat dari meningkatnya semangat dan gairah pegawai
untuk bekerja keras, bekerja sama, disiplin dan tanggung jawab dalam
menyelesaikan pekerjaannya, menumbuhkan loyalitas (rasa memiliki)
terhadap organisasi, meningkatnya partisipasi dan kreativitas pegawai,
terwujudnya iklim kerja yang menyenangkan peningkatan moral dan
kepuasan pegawai dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja.
Sejalan dengan program Rencana Strategis (Renstra) Kabupaten
Bogor tahun 2005-2007, daerah Kabupaten Bogor merupakan salah satu
daerah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup besar yang
merupakan salah satu modal dasar dalam kegiatan pembangunan di
Kabupaten Bogor. Dalam pelaksanaannya, pembangunan tersebut pada
akhirnya dihadapkan pada usaha pemanfaatan sumber daya alam baik yang
terbarukan maupun yang tidak terbarukan.
2
Dinas Pertambangan sebagai salah satu unsur Pemerintah Daerah
Kabupaten Bogor, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam
pelaksanaan kegiatan di bidang pertambangan dan energi yang menjadi
lingkup bidang tugasnya harus mengacu pada pelestarian dan pengembangan
sumber daya alam yang serasi, selaras dan seimbang guna menunjang
kegiatan pertambangan di Kabupaten Bogor secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Pegawai merupakan sumber daya yang sangat penting bagi Dinas
Pertambangan Pemda Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, pengembangan
sumber daya pegawai harus selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu seiring
dengan dinamika perubahan zaman dengan pesatnya kemajuan teknologi dan
ilmu pengetahuan serta pergeseran nilai sosial dan budaya. Pimpinan dalam
hal ini mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan sekaligus meningkatkan kinerja Dinas sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
Masalah yang seringkali dihadapi Dinas Pertambangan yaitu belum
tercapainya kinerja yang memuaskan. Untuk meningkatkan kinerja pegawai,
maka diperlukan adanya motivasi berprestasi sebagai faktor utama. Upaya
peningkatan motivasi berprestasi pegawai harus terstruktur. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi berprestasi yang ada dalam diri pegawai, sehingga kendala yang ada
dapat teridentifikasi dan dapat berguna dalam peningkatan kinerja pegawai
untuk mencapai tujuan instansi.
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran umum motivasi berprestasi pegawai pada Dinas
Pertambangan Pemkab Bogor?
2. Faktor-faktor eksternal dan internal apakah yang mempengaruhi motivasi
berprestasi pegawai pada Dinas Pertambangan Pemkab Bogor?
3. Seberapa besar faktor-faktor eksternal dan internal tersebut mempengaruhi
motivasi berprestasi pegawai pada Dinas Pertambangan Pemkab Bogor?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui gambaran umum motivasi berprestasi pegawai pada Dinas
Pertambangan Pemkab Bogor.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi
motivasi berprestasi pegawai pada Dinas Pertambangan Pemkab Bogor.
3. Menganalisis seberapa besar faktor-faktor eksternal dan internal tersebut
mempengaruhi motivasi berprestasi pegawai pada Dinas Pertambangan
Pemkab Bogor.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan bahan pertimbangan
bagi instansi terkait dalam membuat kebijakan serta pengambilan
keputusan dibidang Sumber Daya Manusia khususnya dalam peningkatan
motivasi.
2. Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi mereka yang tertarik pada
manajemen sumber daya manusia, khususnya mengenai motivasi.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Motivasi
2.1.1. Pengertian Motivasi
Motivasi bukan merupakan suatu faktor yang dapat berdiri sendiri.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi tersebut. Motivasi orang
bekerja ada bermacam-macam. Ada orang yang termotivasi mengerjakan
sesuatu karena uangnya banyak, ada juga yang termotivasi karena aman
atau keselamatan meskipun bekerja dengan jarak yang jauh, bahkan ada
orang yang termotivasi bekerja hanya karena pekerjaan tersebut
memberikan prestise yang tinggi walaupun gajinya sangat kecil.
Robbins (2001) mendefinisikan motivasi sebagai kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang
dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa
kebutuhan individual. Lain halnya dengan Stoner (1994), menyatakan
bahwa motivasi merupakan faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan
mendukung perilaku manusia. Sejalan dengan Stoner, Hasibuan (2001)
mendefinisikan motivasi sebagai pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama,
bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan. Selain itu, Flippo dalam Hasibuan (2001) berpendapat
bahwa memotivasi adalah suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai dan
organisasi agar mau bekerja supaya berhasil, sehingga tercapainya
keinginan para pegawai dan tujuan organisasi.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
motivasi adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan
seseorang berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
5
2.1.2. Asas-asas Motivasi
Menurut Hasibuan (2001), terdapat lima asas motivasi, yaitu :
a. Asas Mengikutsertakan
Asas mengikutsertakan maksudnya mengajak bawahan untuk
berpartisipasi dan memberikan kesempatan untuk mengajukan ide-ide,
rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara ini,
bawahan merasa bertanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan,
sehingga moral dan gairah kerjanya akan meningkat.
b. Asas Komunikasi
Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara jelas tentang
tujuan yang ingin dicapai, cara mengerjakannya dan kendala yang
dihadapi. Dengan asas komunikasi, motivasi kerja bawahan akan
meningkat. Sebab semakin banyak seseorang mengetahui suatu
persoalan, semakin besar pula minat dan perhatian terhadap hal tersebut.
c. Asas Pengakuan
Asas pengakuan maksudnya memberikan penghargaan dan pengakuan
yang tepat, serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang
dicapainya. Bawahan akan bekerja keras dan semakin rajin, jika terus-
menerus mendapat pengakuan dan kepuasan dari usaha-usahanya.
d. Asas Wewenang yang Didelegasikan
Asas ini maksudnya mendelegasikan sebagian wewenang dan
kebebasan karyawan untuk mengambil keputusan dan berkreativitas dan
melaksanakan tugas-tugas atasan atau manajer.
e. Asas Perhatian Timbal Balik
Asas perhatian timbal balik adalah memotivasi bawahan dengan
mengemukakan keinginan atau harapan perusahaaan di samping
berusaha memenuhi kebutuhan yang diharapkan bawahan dari
perusahaan, tetapi juga kebutuhan akan pencapaian pekerjaan yang
berarti. Menurut model ini, karyawan cenderung memperoleh kepuasan
dari prestasi yang baik. Karyawan bukanlah berprestasi baik karena
mereka puas, melainkan termotivasi oleh rasa tanggung jawab yang
6
lebih luas untuk membuat keputusan dalam melaksanakan tugas-
tugasnya.
2.1.3. Teori Motivasi
Pada dasarnya teori motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu teori kepuasan dan teori proses. Teori kepuasan mendasarkan
pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang
menyebabkan bertindak serta berperilaku dengan cara tertentu. Teori
kepuasan memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang
menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya.
Beberapa teori kepuasan yang dikenal adalah :
a. Teori Motivasi Klasik dari Taylor
Motivasi pekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
biologis, berbentuk uang/barang dari hasil pekerjaannya dan hanya
untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
b. Teori Motivasi Maslow
Abraham Maslow dalam Hasibuan (2001) menyatakan bahwa
seseorang bekerja atau berperilaku disebabkan adanya dorongan untuk
memenuhi berbagai macam kebutuhan. Inti dari teori Maslow adalah
bahwa kebutuhan itu tersusun dalam suatu hierarki atau jenjang, artinya
jika kebutuhan yang pertama terpenuhi maka kebutuhan tingkat dua
akan menjadi yang pertama dan berlaku seperti itu selanjutnya. Hierarki
kebutuhan itu terdiri dari :
1) Kebutuhan fisik (psicological needs), yaitu kebutuhan untuk
mempertahankan hidup seperti : makan, minum, tempat tinggal
dan bebas dari penyakit.
2) Kebutuhan keselamatan dan keamanan (safety and security
needs), yaitu kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, bahaya,
pertentangan, dan lingkungan hidup.
3) Kebutuhan sosial (affiliation or acceptence needs), yaitu
kebutuhan akan perasaan diterima orang lain di lingkungan dia
hidup dan bekerja, kebutuhan akan perasaan dihormati,
7
kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal dan kebutuhan
akan perasaan ikut serta.
4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem or status needs), yaitu
kebutuhan akan penghargaan dari orang lain.
5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), yaitu
realisasi lengkap potensi seseorang secara penuh.
Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan tersebut sifatnya
berjenjang dan semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat dan
organisasi maka akan semakin tinggi faktor yang dirasakan menjadi
kebutuhan orang tersebut. Suatu kesimpulan yang jelas dari teori Maslow
adalah bahwa karyawan membutuhkan gaji yang cukup untuk memberi
makan, tempat berteduh serta membela diri dan keluarganya secara
memuaskan, juga lingkungan kerja yang aman harus diciptakan sebelum
pimpinan menawarkan perangsang yang dirancang untuk memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk memperoleh harga diri, rasa memiliki,
atau peluang untuk berkembang. Kebutuhan akan rasa aman membutuhkan
keamanan kerja, bebas dari paksaan atau perlakuan sewenang-wenang dan
peraturan yang ditetapkan secara tidak jelas.
c. Teori Herzberg
Herzberg mengemukakan Teori Dua Faktor atau sering juga
disebut sebagai Herzberg’s Motivation-Hygiene Theory. Menurut
Hasibuan (2001) setiap orang menginginkan dua macam faktor
kebutuhan yaitu :
1. Faktor Higienis (Hygiene Factor) atau faktor eksternal.
Faktor ini berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin
memperoleh kententraman dan kesehatan badaniah. Kebutuhan
kesehatan merupakan kebutuhan yang akan berlangsung terus-
menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah
dipenuhi. Faktor higienis ini meliputi peraturan dan kebijakan
perusahaan, kondisi kerja, gaji atau upah, hubungan dengan sesama
rekan kerja, hubungan dengan atasan, status dan keamanan.
8
2. Faktor Motivator (Motivation Factor) atau faktor internal. Faktor ini
menyangkut kebutuhan psikologis seseorang.
Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi instrinsik dan kepuasan
pekerjaan yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan mendorong
motivasi yang kuat, serta akan menghasilkan prestasi kerja yang baik.
Faktor-faktor tersebut meliputi : prestasi, pengakuan, pekerjaan itu
sendiri, tanggung jawab, kemajuan dan pengembangan potensi
individu. Faktor motivator dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
tingkat tinggi karyawan dan implementasi faktor tersebut dapat
berupa pemerkayaan pekerjaan atau job enrichment.
d. Teori Kebutuhan Mc Clelland
Teori ini dikenal dengan nama Teori Motivasi Prestasi
(Mangkunegara, 2002). Teori ini menyatakan bahwa seorang pekerja
memiliki energi potensial yang dapat dimanfaatkan tergantung pada
dorongan motivasi, situasi dan peluang yang ada. Kebutuhan pekerja yang
dapat memotivasi gairah pekerja adalah :
1. Kebutuhan Akan Prestasi (Need For Achievement), merupakan refleksi
dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Seorang
pegawai yang mempunyai kebutuhan akan berprestasi tinggi cenderung
untuk berani mengambil resiko. Kebutuhan untuk berprestasi adalah
kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya,
selalu berkeinginan untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mc Clelland diperoleh tiga
karakteristik dari orang yang memiliki kebutuhan akan prestasi yang tinggi,
yaitu :
a. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi tinggi memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau mencari solusi
atau suatu permasalahan. Akibatnya mereka lebih suka bekerja sendiri
daripada dengan orang lain. Apabila suatu pekerjaan membutuhkan
bantuan orang lain, mereka lebih suka memilih orang yang berkompeten
daripada sahabatnya.
9
b. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung
menetapkan tingkat kesulitan tugas yang moderat dan menghitung
resikonya.
c. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki
keinginan kuat untuk memperoleh umpan balik atas tanggapan atas
pelaksanaan tugasnya. Mereka ingin tahu seberapa baik mereka telah
mengerjakannya, dan mereka sangat antusias untuk mendapatkan
umpan balik tidak peduli hasilnya baik atau buruk.
2. Kebutuhan Akan Afiliasi (Need For Affiliation)
Kebutuhan untuk berafiliasi merupakan dorongan untuk berinteraksi
dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan
sesuatu yang merugikan orang lain. Menurut Mc Clelland, seseorang
dengan kebutuhan untuk berafiliasi yang tinggi menyukai
menghabiskan lebih banyak waktunya untuk menjaga hubungan sosial,
bergabung dalam kelompok-kelompok dan ingin dicintai.
Perbandingan antara pegawai yang bermotivasi karena prestasi dengan
pegawai yang bermotivasi karena afiliasi menggambarkan bagaimana
pola tersebut mempengaruhi perilaku. Orang-orang yang bermotivasi
prestasi bekerja lebih keras apabila penyelia mereka menyediakan
penilaian rinci tentang perilaku kerja mereka. Akan tetapi, orang-orang
yang bermotivasi afiliasi bekerja lebih baik apabila mereka dipuji
karena sikap dan kerja sama mereka yang menyenangkan.
3. Kebutuhan Akan Kekuasaan (Need For Power)
Kebutuhan untuk kekuasaan merupakan refleksi dari dorongan untuk
mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain. Orang-
orang yang bermotivasi kekuasaan ingin menimbulkan dampak pada
organisasi dan mau memikul resiko untuk melakukan hal itu. Apabila
kekuasaan telah diperoleh, hal itu mungkin digunakan secara konstruktif
atau mungkin juga destruktif.
Individu dengan kebutuhan kekuasaan yang tinggi menikmati untuk
dibebani, bergulat untuk dapat mempengaruhi orang lain, lebih
menyukai ditempatkan di dalam situasi kompetitif dan berorientasi
10
status dan cenderung lebih peduli pada prestise dan memperoleh
pengaruh terhadap orang lain daripada kinerjanya yang efektif.
e. Teori ERG (Existence, Relatedness and Growth)
Teori ini menurut Alderfer dalam Siagian (1992) menyebutkan
bahwa terdapat tiga kelompok kebutuhan utama yaitu yang meliputi :
1. Kebutuhan akan keberadaan (Existence). Kebutuhan ini berhubungan
dengan fisik dari eksistensi pegawai, seperti makan, minum, pakaian,
bernapas, gaji, keamanan kondisi kerja dan tunjangan tambahan (fringe
benefit)
2. Kebutuhan akan afiliasi (Relatedness). Kebutuhan interpersonal, yaitu
kepuasan berinteraksi dalam lingkungan kerja.
3. Kebutuhan akan kemajuan (Growth). Kebutuhan untuk
mengembangkan dan mmeningkatkan pribadi. Hal ini berhubungan
dengan kemampuan dan kecakapan pegawai.
Teori Proses menurut Hasibuan (2001) dalam teori ini menjelaskan
bagaimana cara seseorang termotivasi dan dapat menjawab pertanyaan
bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara dan menghentikan
perilaku individu agar setiap individu bekerja sesuai dengan keinginan
manajer. Apabila dikaji lebih dalam, maka teori ini merupakan proses sebab
dan akibat bagaimana seseorang bekerja dan apa hasil yang akan
diperolehnya. Ada tiga macam teori proses, yaitu :
a. Teori Harapan (Expectancy Theory)
Teori yang dikemukakan oleh Vroom dalam Robbins (2001),
menyatakan bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak
dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan
bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya
tarik dari keluaran tersebut pada individu tersebut. Dalam istilah yang lebih
praktis, teori ini mengatakan, seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan
tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar ke suatu
penilaian kinerja yang baik; suatu penilaian yang baik akan mendorong
ganjaran-ganjaran organisasional seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi;
11
dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan itu. Oleh karena
itu, teori ini memfokuskan pada tiga hubungan, yaitu :
1. Hubungan upaya-kinerja. Probabilitas yang dipersepsikan oleh individu
yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong kinerja.
2. Hubungan kinerja-ganjaran. Derajat sejauh mana individu itu meyakini
bahwa berkinerja pada suatu tingkat tertentu akan mendorong tercapainya
suatu keluaran yang diinginkan.
3. Hubungan ganjaran-tujuan pribadi. Derajat sejauh mana ganjaran-ganjaran
organisasional memenuhi tujuan atau kebutuhan pribadi seorang individu
dan potensi daya tarik ganjaran tersebut untuk individu tersebut.
b. Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat kerja seseorang. Jadi, atasan harus bertindak adil terhadap semua
bawahannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku bawahan harus
dilakukan secara obyektif (baik atau salah), bukan atas suka atau tidak suka.
Jika prinsip ini diterapkan dengan baik maka semangt kerja bawahan
cenderung akan meningkat. Dalam teori keadilan dijelaskan bahwa individu-
individu membandingkan masukan dan keluaran pekerjaan mereka dengan
masukan atau keluaran-keluaran orang lain dan kemudian berespon untuk
menghapuskan ketidakadilan.
c. Teori Penguatan (Reinforcement Theory)
Robbins (2001) menyatakan bahwa dalam teori penguatan, kita
mempunyai suatu pendekatan perilaku (behaviouristic), yang beragumen
bahwa penguatanlah yang mengkondisikan peerilaku. Teori penguatan
mengabaikan keadaan internal dari individu dan memusatkan semata-mata
hanya pada apa yang terjadi pada seorang bila ia mengambil suatu tindakan.
Karena teori ini tidak mempedulikan apa yang mengawali perilaku, dalam arti
yang seksama, teori ini bukanlah teori motivasi. Tetapi teori ini memang
memberikan suatu cara analisis yang ampuh terhadap apa yang mengendalikan
perilaku, dan untuk alasan inilah teori ini lazim dipertimbangkan dalam
pembahasan motivasi.
12
2.1.4. Tujuan Pemberian Motivasi
Terry (1997), mengemukakan tujuan dari pemberian motivasi
adalah :
a. Mendorong gairah dan semangat kerja pegawai
b. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja pegawai
c. Meningkatkan produktivitas kerja pegawai
d. Meningkatkan loyalitas dan kestabilan pegawai
e. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi pegawai
f. Mengefektifkan pengadaan pegawai
g. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
h. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi pegawai
i. Meningkatkan tingkat kesejahteraan pegawai
j. Mempertinggi rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugas-tugasnya
2.1.5. Faktor Kendala dan Pendukung Motivasi
Terry (1997) mengemukakan ada beberapa faktor kendala dan
faktor pendukung motivasi, yaitu :
1. Kendala-Kendala Motivasi
a. Untuk menentukan alat motivasi yang paling tepat sulit karena
keinginan setiap individu pegawai tidak sama.
b. Pimpinan sulit mengetahui motivasi kerja setiap individu pegawai.
c. Pimpinan sulit memberikan insentif yang adil dan layak.
2. Pendukung Pemberian Motivasi
a. Walaupun setiap pegawai mempunyai keinginan yang berbeda-beda
tetapi ada kesamaan dalam kebutuhan hidupnya, yaitu setiap manusia
ingin hidup dan untuk hidup perlu makan dan tempat tinggal serta
manusia mempunyai harga diri.
b. Setiap manusia/pegawai mengharapkan kompensasi dari prestasi
yang diberikannya serta ingin memperoleh pujian, perlakuan yang
baik dari atasannya.
13
2.1.6. Metode Motivasi
Menurut Hasibuan (2001), terdapat dua metode motivasi, yaitu :
a. Motivasi Langsung (Direct Motivation)
Motivasi ini merupakan motivasi (material dan non material) yang
diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi, sifatnya khusus , seperti
pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, dan bintang jasa.
b. Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation)
Motivasi ini merupakan motivasi yang diberikan hanya merupakan
fasilitas-fasilitas yang mendukung dan menunjang gairah kerja atau
kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat
melakukan pekerjaannya. Misalnya, kursi empuk, mesin-mesin yang
baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman, suasana pekerjaan yang
serasi, serta penempatan yang tepat. Motivasi tidak langsung besar
pengaruhnya untuk merangsang semangat kerja karyawan agar
produktif.
2.1.7. Manfaat Motivasi
Menurut Arep dan Tanjung (2002), secara singkat manfaat
motivasi yang utama adalah terciptanya gairah kerja, sehingga produktifitas
kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja
dengan orang-orang yang termotivasi adalah :
a. Pekerjaan akan selesai dengan cepat
Artinya, pekerjaan yang diselesaikan sesuai standar yang benar dan
dalam skala waktu yang telah ditentukan.
b. Orang akan senang melakukan pekerjaannya
Sesuatu yang dikerjakan dengan adanya motivasi yang mendorongnya
akan membuat seseorang senang mengerjakannya.
c. Orang akan merasa berharga
Hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang
yang termotivasi.
14
d. Orang akan bekerja keras
Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi untuk berhasil
sesuai target terhadap apa yang dikerjakannya.
e. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak
akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan
f. Semangat juang yang tinggi.
Hal ini memberikan suasana bekerja yang bagus di semua bagian.
2.1.8. Ciri-ciri Karyawan yang Bermotivasi Tinggi dan Rendah
Arep dan Tanjung (2002), mengatakan bahwa motivasi karyawan
dapat terlihat dari ciri-ciri sikap atau perilakunya.
a. Ciri karyawan bermotivasi tinggi
1. Merasa senang dan mendapat kepuasan dalam pekerjaan
2. Bekerja dengan semangat dan moral tinggi
3. selalu berusaha mencapai hasil yang lebih baik
4. Berusaha mengembangkan tugas dan dirinya, dengan kata lain tidak
terjerat dengan tugas rutin dan lain-lainnya.
b. Ciri karyawan yang bermotivasi rendah
1. Masih merasa tidak puas dengan peraturan perusahaan
2. Datang dan pulang tidak pada waktunya
3. Banyak alasan sakit ke poliklinik atau suatu keperluan untuk
menghindari pekerjaan.
4. Waktu kerja banyak digunakan untuk mengobrol dengan teman
atau baca surat kabar
5. Bekerja dengan semangat dan moral rendah.
15
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
Rahayu (2005), dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa faktor-
faktor karakteristik motivasi yang mempengaruhi kinerja pegawai pada PT
Jasa Raharja adalah karakteristik situasi kerja. Artinya, lingkungan kerja dan
tindakan organisasi pegawai di PT Jasa Raharja sudah terpenuhi sehingga
pegawai merasa termotivasi untuk bekerja dan berpengaruh pada
peningkatan kinerja dari pegawai tersebut.
Koeswara (2005), dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa
faktor-faktor eksternal yang memiliki hubungan dengan motivasi karyawan
adalah hubungan antara atasan dan bawahan, hubungan dengan sesama rekan
kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan, kondisi kerja, dan kompensasi. Di
sisi lain, faktor-faktor internal yang memiliki hubungan dengan motivasi
karyawan adalah tanggung jawab yang diberikan, pengembangan karyawan,
pengakuan dan penghargaan, serta pekerjaan itu sendiri. Berdasarkan hasil
pengujian Rank Spearman, dapat diketahui bahwa seluruh faktor tersebut
memiliki hubungan positif dan nyata dengan motivasi kerja karyawan dan
berada dalam kondisi agak kuat dan kuat.
Shofiana (2004), dalam penelitian di Divisi Pengolahan PTPN VIII
Gunung Mas Bogor menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
motivasi kerja karyawan adalah faktor pengakuan, pengembangan karir,
prestasi, hubungan dengan atasan dan bawahan, kondisi kerja, dan
kompensasi. Selain itu, urutan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
kerja secara dominan adalah kompensasi, kondisi kerja, hubungan atasan
dengan bawahan, pengembangan karir, dan yang terakhir adalah prestasi.
Widhayanti (2004), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
faktor motivasi kerja yang terdiri atas faktor higienis dan faktor motivator
mempunyai hubungan nyata dan berpengaruh positif terhadap produktivitas
kerja karyawan. Faktor motivasi yang paling dominan mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan PT. Dahana adalah faktor gaji.
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Peranan sumber daya manusia dalam organisasi sangat penting dan
dibutuhkan, karena keberhasilan kinerja organisasi sangat tergantung pada
SDM yang memiliki kualitas. Dalam upaya meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas tersebut, dibutuhkan motivasi sebagai pemicu
semangat kerja karyawan agar dapat meningkatkan kinerja karyawan untuk
mencapai visi dan misi organisasi, sehingga target/sasaran organisasi dapat
tercapai.
Pada penelitian ini dilakukan kajian mengenai Analisis Pengaruh
Faktor-faktor Eksternal dan Internal terhadap Motivasi Berprestasi Pegawai
pada Dinas Pertambangan Pemkab Bogor. Berdasarkan teori Dua Faktor
Herzberg, faktor-faktor motivasi yang digunakan dalam penelitian ini
dijelaskan sebagai berikut :
1. Gaji, yaitu balas jasa yang diberikan instansi kepada pegawai secara
berkala.
2. Kondisi kerja, yaitu lingkungan kerja atau segala sesuatu yang ada di
sekitar pekerjaan dan dapat mempengaruhi pegawai dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
3. Kebijaksanaan Instansi, yaitu ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
instansi dan berlaku bagi pegawai tanpa terkecuali.
4. Hubungan atasan dan bawahan, yaitu hubungan interaksi atau timbal
balik yang terjadi antara atasan dengan bawahannya, baik di dalam
maupun di luar pekerjaan.
5. Hubungan sesama rekan kerja, yaitu hubungan interaksi atau timbal balik
yang terjadi antara sesama rekan kerja, baik di dalam maupun di luar
pekerjaan.
6. Pengakuan, yaitu salah satu wujud perhatian dan penghargaan dari
instansi atas prestasi yang telah dilakukan oleh pegawai.
7. Pekerjaan itu sendiri, yaitu jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai.
17
8. Tanggung jawab, yaitu keadaan untuk berani menanggung segala
sesuatunya.
9. Kemajuan dan Pengembangan potensi individu, yaitu proses perubahan
individu untuk berkembang menuju kemajuan.
Motivasi berprestasi adalah dorongan atau daya penggerak dari
dalam diri seseorang untuk melakukan pekerjaan lebih baik daripada
sebelumnya dan mencapai prestasi yang lebih tinggi lagi. (Mangkunegara,
2002). Seorang pegawai yang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi tinggi
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas
atau mencari solusi suatu permasalahan. Pegawai yang memiliki motivasi
berprestasi bekerja lebih keras apabila atasan mereka menyediakan penilaian
rinci tentang perilaku kerja mereka.
Untuk mencapai visi dan misi Dinas Pertambangan Pemkab Bogor,
maka sumber daya manusia yang dimiliki haruslah berkualitas. Untuk
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut, dibutuhkan
motivasi berprestasi sebagai pemicu semangat kerja pegawai. Motivasi
berprestasi ini dianalisis melalui teori Dua Faktor Herzberg, untuk
mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal apa yang mempengaruhi
motivasi berprestasi pegawai secara dominan. Adanya motivasi berprestasi
yang besar dari para pegawai akan mendorong pegawai tersebut untuk
meningkatkan kinerjanya. Hal ini akan berdampak pada peningkatan kinerja
instansi dan pada akhirnya tujuan instansi dapat tercapai. Kerangka
pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
18
Keterangan :
Ruang Lingkup Penelitian
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Visi dan Misi Dinas Pertambangan Pemkab Bogor
Teori Dua Faktor Herzberg SDM yang Dimiliki
Faktor-faktor Internal yang mempengaruhi motivasi berprestasi : 1. Tanggung jawab yang diberikan 2. Pengembangan Pegawai/Potensi Individu 3. Pengakuan dan Penghargaan 4. Pekerjaan itu Sendiri
Faktor-faktor Eksternal yang mempengaruhi motivasi berprestasi : 1. Hubungan antara atasan dengan bawahan 2. Hubungan sesama rekan kerja 3. Peraturan dan Kebijakan Instansi 4. Kondisi Kerja 5. Gaji
Motivasi Berprestasi Pegawai
Tujuan Instansi
19
3.2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pertambangan dengan alamat
Jl. Dadi Kusmayadi, Kelurahan Tengah, Komplek Perkantoran Pemkab
Bogor, Cibinong. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2007 sampai
bulan Maret 2007.
3.2.1. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan Sensus, yaitu cara pengumpulan data dengan
mengambil elemen atau anggota populasi secara keseluruhan untuk diselidiki.
Data yang diperoleh dari hasil sensus disebut parameter atau data yang
sebenarnya (true value). Responden dalam penelitian ini berjumlah 75 orang,
meliputi seluruh pegawai pada Dinas Pertambangan Pemkab Bogor, baik
pegawai tetap maupun pegawai kontrak. Metode pengumpulan data yang
digunakan yaitu berupa :
1. Kuesioner (jenis tertutup)
Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner dengan
menggunakan skala Likert, karena skala Likert berhubungan dengan
pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, dengan bobot
tertentu pada setiap pertanyaan yaitu :
Bobot nilai = 5 Sangat setuju
Bobot nilai = 4 Setuju
Bobot nilai = 3 Cukup setuju
Bobot nilai = 2 Tidak setuju
Bobot nilai = 1 Sangat tidak setuju
Skala yang digunakan untuk melihat persepsi responden terhadap
faktor-faktor eksternal maupun internal dan motivasi berprestasi ialah
skala Likert. Nilai skor rata-rata (Rs) yang didapatkan adalah sebesar 0,8.
hal ini didapatkan dari hasil perhitungan rumus sebagai berikut:
Rs = (5-1) / 5
Rs = 0,8
Nilai skor rataan dihasilkan dari perkalian antara bobot nilai
jawaban berdasarkan skala dengan jumlah jawaban responden, kemudian
20
dibagi dengan jumlah responden. Berdasarkan nilai skor rataan tersebut,
maka posisi keputusan penilaian memiliki rentang skala yang dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Posisi Keputusan Penilaian
Skor Rataan Keterangan
1,0 – 1,8 Sangat tidak setuju
1,8 – 2,6 Tidak setuju
2,6 – 3,4 Cukup setuju
3,4 – 4,2 Setuju
4,2 – 5,0 Sangat setuju
Intepretasi untuk tiap posisi tersebut adalah apabila nilai skor
rataan yang dihasilkan berada di dalam rentang 1,0 sampai 1,8 maka
tingkat motivasi pegawai dikatakan sangat tidak baik. Nilai skor rataan
yang dihasilkan berada di dalam rentang 1,8 sampai 2,6 maka tingkat
motivasi pegawai dikatakan tidak baik. Nilai skor rataan yang dihasilkan
berada di dalam rentang 2,6 sampai 3,4 maka tingkat motivasi pegawai
dikatakan cukup baik. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada di
dalam rentang 3,4 sampai 4,2 maka tingkat motivasi pegawai dikatakan
baik. Sementara bila nilai skor rataan yang dihasilkan berada di dalam
rentang 4,2 sampai 5,0 maka tingkat motivasi pegawai dikatakan sangat
baik.
2. Studi Pustaka
Diperlukan untuk mencari referensi dan literatur yang berkaitan dengan
kegiatan yang dilakukan sebagai data pelengkap dan pembanding dari
data yang ada.
21
3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini didunakan metode
deskriptif, baik kualitatif maupun kuantitatif. Metode deskriptif adalah
metode penelitian yang menggambarkan kondisi aktual yang telah diketahui
melalui pengumpulan data dan selanjutnya menganalisis masalah yang ada
sesuai dengan gambaran kondisi aktual yang telah dilakukan. Dengan
metode ini, dapat dicari kuat lemahnya hubungan antara faktor-faktor
eksternal maupun internal yang mempengaruhi motivasi berprestasi
pegawai. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan mengunakan
bantuan program Software Statistical Product and Service Solutions (SPSS)
11,5 for Windows.
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Uji
validitas dilakukan dengan menggunakan metode analisis Rank
Spearman. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil
output SPSS pada tabel dengan judul Item-Total Statistics. Menilai
kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai
Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pertanyaan.
Suatu butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang
merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation > dari r-tabel.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kekonsistensi atau
keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut
digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Uji
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode analisis Rank
Spearman dengan bantuan software SPSS 11,5. Reliabilitas suatu
konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha
> dari 0,60.
22
)1(6
1 2
2
−−= ∑
nnd
r is
Uji Korelasi Spearman
Analisa korelasi ini mengukur ada tidaknya dan kuat tidaknya hubungan
antara peubah X dan peubah Y. Peubah X adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi kerja pegawai yang terdiri dari hubungan antara
atasan dan bawahan, hubungan antara sesama rekan kerja, peraturan dan
kebijakan instansi, kondisi kerja, gaji, tanggung jawab yang diberikan,
pengembangan karyawan, pengakuan dan penghargaan, serta pekerjaan
itu sendiri. Peubah Y adalah motivasi berprestasi pegawai.
Rumus koefisien korelasi Rank Spearman :
Dimana : sr = koefisien korelasi Rank Spearman
2id = selisih antara rank bagi X dan Y
n = banyaknya pasangan data
Besarnya nilai r terletak antara -1 < r < 1, artinya :
r = +1 Hubungan X dan Y sempurna positif ( mendekati 1, hubungan sangat
kuat dan positif ).
r = -1 Hubungan X dan Y sempurna negatif (mendekati -1, hubungan sangat
kuat dan negatif ).
r = 0 Hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan.
Jika r antara 0 sampai 1, maka kedua variabel berkorelasi dengan keeratan
relatif. Semakin mendekati 1, maka keeratan hubungan semakin tinggi.
23
Berdasarkan Umar (2003), ketentuan koefisien korelasi sebagai berikut :
Tabel 2. Rentang keeratan hubungan nilai r
Interval Koefisien Keeratan Hubungan
0,00 < r < 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah
0,40 ≤ r < 0,60 Sedang
0,60 ≤ r < 0,80 Kuat
0,80 ≤ r < 1,00 Sangat kuat
Perumusan Hipotesis :
Ho : Tidak ada hubungan antara faktor-faktor eksternal dan internal dengan
motivasi berprestasi pegawai.
H1 : Ada hubungan positif antara faktor-faktor eksternal dan internal
dengan motivasi berprestasi pegawai.
Dimana : H0 = Hipotesis observasi
H1 = Hipotesis alternatif
t tabel α = 0,05
Untuk menguji hubungan hipotesis nol (Ho) kriterianya adalah :
Tolak Ho : jika nilai peluang < tingkat signifikansi
Tolak H1 : jika nilai peluang > tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi yang dipilih adalah 0,05 (5%) karena angka ini dinilai
cukup ketat untuk mewakili hubungan antara dua variabel.
24
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda merupakan model analisis yang bertujuan
mencari besarnya pengaruh variabel bebas terhadap veriabel respon atau
berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel (variabel respon) pada
satu atau beberapa variabel lain (variabel bebas). Dalam penelitian ini akan
digunakan analisis regresi berganda, karena variabel bebas lebih dari satu.
Rumus yang digunakan dalam analisis regresi ini adalah:
Y = a + b X1 + b X2 + … + k Xk
dimana ;
Y : Variabel tidak bebas (motivasi berprestasi)
a : Konstanta
b, k : Koefisien arah regresi, yang menunjukkan angka peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel
independen. Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka terjadi
penurunan. X : variabel bebas (faktor-faktor eksternal dan internal)
Uji t
Uji t digunakan untuk menguji konstanta dari setiap variabel bebas. Hal ini
berarti bahwa uji t dapat mengetahui apakah variabel bebas secara individu
mempunyai pengaruh yang berarti terhadap variabel respon. Bentuk
hipotesis dalam uji t yaitu:
0 : 0H β = 1 : 0H β ≠
ˆ
ˆ
k
k kt tSβ
β β−= Student (db sisa)
Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan t tabel. Bila nilai t hitung > t
tabel, berarti pengaruh variabel Xk terhadap Y signifikan.
25
Uji F
Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel
tak bebas secara simultan. Pengujian secara simultan ini dimaksudkan untuk
melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tak
bebas. Rumus yang digunakan dalam analisis ini adalah:
( ) ( )
2
21 1R kF
R n k=
− − − , dimana;
R : koefisien korelasi ganda
k : jumlah variabel bebas
n : jumlah anggota contoh
Hipotesa yang digunakan :
H0 : faktor-faktor eksternal dan internal secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap motivasi berprestasi
H1 : faktor-faktor eksternal dan internal secara bersama-sama berpengaruh
terhadap motivasi berprestasi
Keputusan diambil dengan ketentuan berikut:
Jika Fhitung > Ftabel, H0 ditolak
Jika Fhitung < Ftabel, H1 diterima
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Instansi
Berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah daerah dan Undang-undang nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta
perundangan lainnya yang mengatur Otonomi Daerah, maka peran
Pemerintah Daerah dalam pelayanan publik dan kegiatan pembangunan
akan semakin besar. Dalam perkembangannya, Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tersebut telah
dirubah menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-
undang Nomor 33 Tahun 2004. Perubahan dilakukan karena kedua Undang-
undang tersebut dinilai sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,
ketatanegaraan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah. Dengan
diberlakukannya otonomi daerah ini, maka daerah harus siap dalam
menyusun strategi yang tepat. Kesiapan tersebut menyangkut sistem
perencanaan pembangunan daerah yang terintegrasi dan terpadu yang
didukung oleh kualitas sumber daya manusia sebagai pelaksana dan sumber
daya alam serta anggaran yang memadai. Oleh karena itu pemanfaatan
sumber daya alam di Kabupaten Bogor harus dilaksanakan secara bijaksana
melalui perencanaan yang teliti dan terarah sehingga potensi sumber daya
alam yang ada dapat memberikan hasil yang optimal.
Dinas Pertambangan Kabupaten Bogor dibentuk berdasarkan Perda
No.25 Tahun 2004 tentang pembentukan, organisasi dan tata kerja Dinas
Pertambangan Kabupaten Bogor, bahwa kewenangan pemerintah daerah
dalam pelayanan kepada masyarakat di bidang pertambangan perlu
dilakukan oleh dinas daerah sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah.
Adapun struktur organisasinya adalah :
a. Kepala dinas.
b. Bagian tata usaha membawahi 2 sub bagian, yaitu : sub bagian umum
dan kepegawaian dan sub bagian keuangan.
27
c. Bidang perizinan membawahi 2 seksi, yaitu : seksi pertambangan umum,
minyak, dan gas bumi dan seksi air bawah tanah dan ketenagalistrikan.
d. Bidang pertambangan umum membawahi 2 seksi, yaitu : seksi potensi
dan produksi dan seksi teknik pertambangan.
e. Bidang tata lingkungan geologi membawahi 2 seksi, yaitu : seksi
konservasi air bawah tanah dan bencana geologi dan seksi air bawah
tanah.
f. Bidang listrik dan pengembangan energi membawahi 2 seksi, yaitu :
seksi ketenagalistrikan dan seksi minyak dan gas bumi.
g. UPTD atau unit pelaksana teknis dinas.
h. Kelompok jabatan fungsional.
Struktur organisasi Dinas Pertambangan Pemkab Bogor dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Fungsi dan tugas dari masing-masing bagian tersebut dijelaskan
sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
Kepala dinas mempunyai tugas membantu Bupati dalam
memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan kebijakan teknis
dinas dalam melaksanakan kewenangan di bidang pertambangan dan
energi serta tugas pembantuan.
2. Bagian Tata usaha
Bagian tata usaha mempunyai tugas membantu dan bertanggung
jawab kepada kepala dinas dalam melaksanakan pengelolaan
ketatausahaan dinas. Bagian tata usaha mempunyai fungsi: pengelolaan
administrasi umum, pengelolaan administrasi kepegawaian dinas dan
pengelolaan administrasi keuangan dinas. Bagian tata usaha membawahi
2 sub bagian, yaitu : sub bagian umum dan kepegawaian dan sub bagian
keuangan.
2.1. Tugas sub bagian umum dan kepegawaian adalah membantu
kepala bagian dalam melaksanakan pengelolaan administrasi
umum dan kepegawaian dinas. Untuk menyelenggarakan tugas
28
sebagaimana yang dimaksud, sub bagian umum dan kepegawaian
mempunyai fungsi :
a. Pengelolaan administrasi penyusunan program kerja dinas,
urusan rumah tangga, surat-menyurat, kearsipan, perjalanan
dinas, pengadaan, pemeliharaan dan inventarisasi
perlengkapan, hubungan masyarakat, penyiapan materi hukum
dan ketatalaksanaan
b. Pengelolaan administrasi kepegawaian dinas
c. Penyiapan bahan penyusunan program dan pelaporan dinas
2.2. Tugas sub bagian keuangan adalah membantu kepala bagian dalam
melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan dinas. Untuk
menyelenggarakan tugas sebagaimana yang dimaksud, sub bagian
keuangan mempunyai fungsi :
a. Pengelolaan penyusunan anggaran dinas
b. Pengelolaan administrasi keuangan dinas
3. Bidang Perizinan
Bidang perizinan mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam
melaksanakan pengelolaan perizinan bidang pertambangan umum, air
bawah tanah, minyak dan gas serta ketenagalistrikan. Untuk
menyelenggarakan tugas sebagaimana yang dimaksud, bidang perizinan
mempunyai fungsi :
a. Pengolahan data, penyusunan petunjuk teknis dan analisis potensi
usaha pertambangan umum, minyak dan gas bumi, air bawah tanah
dan ketenagalistrikan
b. Pengelolaan perizinan pertambangan umum, minyak dan gas bumi,
air bawah tanah dan ketenagalistrikan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bidang perizinan
dipimpin oleh seorang kepala bidang dan dibantu oleh :
3.1. Seksi pertambangan umum, minyak dan gas bumi mempunyai
tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan pengelolaan
perizinan pertambangan umum, minyak dan gas bumi. Sedangkan
fungsinya yaitu :
29
a. Pengumpulan dan pengolahan data serta analisis usaha
pertambangan umum, minyak dan gas bumi
b. Penyusunan petunjuk teknis pertambangan umum, minyak dan
gas bumi
c. Pelayanan perizinan usaha pertambangan umum, minyak dan
gas bumi
3.2. Seksi air bawah tanah dan ketenagalistrikan mempunyai tugas
membantu kepala bidang dalam melaksanakan pengelolaan
perizinan air bawah tanah dan ketenagalistrikan. Sedangkan
fungsinya yaitu :
a. Pengumpulan dan pengolahan data serta analisis usaha air
bawah tanah dan ketenagalistrikan
b. Penyusunan petunjuk pengelolaan air bawah tanah dan
ketenagalistrikan
c. Pengelolaan perizinan air bawah tanah dan ketenagalistrikan
4. Bidang Pertambangan Umum
Bidang Pertambangan Umum mempunyai tugas membantu kepala
dinas dalam melaksanakan pengelolaan pertambangan umum. Untuk
menyelenggarakan tugas sebagaimana yang dimaksud, bidang
pertambangan umum mempunyai fungsi :
a. Pengelolaan potensi dan produksi pertambangan
b. Pengelolaan teknik pertambangan
c. Pengawasan dan pengendalian pertambangan
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bidang pertambangan
umum dipimpin oleh seorang kepala bidang dan dibantu oleh :
4.1. Seksi potensi dan produksi mempunyai tugas membantu kepala
bidang dalam melaksanakan pengelolaan potensi dan produksi
pertambangan. Sedangkan fungsinya yaitu :
a. Pengumpulan dan pengolahan data serta analisis potensi dan
produksi pertambangan umum
b. Penyusunan petunjuk teknis pengelolaan potensi dan produksi
pertambangan
30
c. Pengawasan dan pengendalian potensi dan produksi
pertambangan
d. Pelaksanaan konservasi sumber daya mineral
4.2. Seksi teknik pertambangan mempunyai tugas membantu kepala
bidang dalam melaksanakan pengelolaan teknik pertambangan.
Sedangkan fungsinya yaitu :
a. Pengumpulan dan pengolahan data serta analisis teknik
pertambangan umum
b. Penyusunan petunjuk teknis teknik pertambangan umum
c. Penyusunan petunjuk teknis penggunaan dan pengelolaan
sarana dan prasarana pertambangan
d. Penyusunan petunjuk teknis penerapan standar dan pengawasan
serta pengendalian pengelolaan pertambangan
e. Pembinaan kepala teknik tambang
5. Bidang Tata Lingkungan Geologi
Bidang tata lingkungan dan geologi mempunyai tugas membantu
kepala dinas dalam pengelolaan tata lingkungan geologi. Untuk
menyelenggarakan tugas sebagaimana yang dimaksud, bidang tata
lingkungan geologi mempunyai fungsi :
a. Pengelolaan konservasi air bawah tanah dan bencana geologi
b. Pengelolaan sumber daya air tanah dan daerah rawan bencana
c. Pengelolaan air bawah tanah
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bidang tata lingkungan
geologi dipimpin oleh seorang kepala bidang dan dibantu oleh :
5.1. Seksi konservasi air bawah tanah dan bencana geologi mempunyai
tugas kepala bidang dalam melaksanakan pengelolaan konservasi
air bawah tanah dan bencana geologi. Seksi konservasi air bawah
tanah dan bencana geologi mempunyai fungsi :
a. Pengumpulan dan pengolahan data serta analisis konservasi air
bawah tanah dan bencana geologi
b. Penyusunan petunjuk teknis konservasi air bawah tanah dan
bencana geologi
31
c. Penyusunan petunjuk teknis pengeboran air bawah tanah
d. Pengawasan dan pengendalian teknik pengeboran air bawah
tanah
e. Pelaksanaan konservasi air bawah tanah
f. Pelaksanaan mitigasi bencana geologi
g. Penyelidikan dan pengembangan daerah rawan bencana
geologi
5.2. Seksi air bawah tanah mempunyai tugas kepala bidang dalam
melaksanakan pengelolaan air bawah tanah. Seksi air bawah tanah
mempunyai fungsi :
a. Pengumpulan dan pengolahan data serta analisis air bawah
tanah
b. Penyusunan petunjuk teknis pengambilan air bawah tanah
c. Pengawasan dan pengendalian produksi air bawah tanah
d. Pengawasan dan pengendalian pengambilan air bawah tanah
tanpa izin
6. Bidang Listrik dan Pengembangan Energi
Bidang listrik dan pengembangan energi mempunyai tugas
membantu kepala bidang dalam melaksanakan pengelolaan
ketenagalistrikan, minyak dan gas. Untuk menyelenggarakan tugas
sebagaimana yang dimaksud, bidang listrik dan pengembangan energi
mempunyai fungsi :
a. Pengelolaan ketenagalistrikan
b. Pengelolaan pengembangan energi
c. Pengelolaan minyak dan gas bumi
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bidang listrik dan
pengembangan energi dipimpin oleh seorang kepala bidang dan dibantu
oleh :
6.1. Seksi ketenagalistrikan mempunyai tugas membantu kepala bidang
dalam melaksanakan pengelolaan ketenagalistrikan. Seksi
ketenagalistrikan mempunyai fungsi :
32
a. Pengumpulan dan pengolahan data serta analisis
ketenagalistrikan
b. Penyusunan petunjuk teknis pengelolaan ketenagalistrikan
c. Pengawasan dan pengendalian ketenagalistrikan yang tidak
tersambung dalam jaringan transmisi nasional atau lintas
kabupaten atau kota
d. Penyelenggaraan sarana ketenagalistrikan bagi masyarakat
tidak mampu dan daerah terpencil
e. Pengawasan dan pengendalian jasa penunjang ketenagalistrikan
f. Pengawasan dan pengendalian ketenagalistrikan tanpa izin
6.2. Seksi minyak dan gas bumi mempunyai tugas membantu kepala
bidang dalam melaksanakan pengelolaan pengembangan energi.
Seksi minyak dan gas bumi mempunyai fungsi :
a. Pengumpulan dan pengolahan data serta analisis pengelolaan
minyak dan gas bumi
b. Penyusunan petunjuk teknis pengelolaan minyak dan gas bumi
c. Pengawasan dan pengendalian pengelolaan Bahan Bakar
Minyak (BBM), Bahan Bakar Gas (BBG) dan pelumas bekas
d. Pengawasan dan pengendalian minyak dan gas bumi tanpa izin
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
UPTD mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas teknis
operasional dinas yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa
kecamatan. UPTD dipimpin oleh seorang kepala yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada kepala dinas dan secara operasional
dikoordinasikan oleh camat.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional terdiri atas sejumlah tenaga dalam
jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai
bidang keahlian. Kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seorang
yang ditunjuk diantara tenaga fungsional yang ada di lingkungan dinas.
Nama dan jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan sifat, jenis,
33
kebutuhan dan beban kerja yang diatur lebih lanjut dengan keputusan
bupati.
4.2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pegawai tetap maupun
pegawai kontrak Dinas Pertambangan Pemkab Bogor. Karakteristik
responden dianalisis secara deskriptif, yang terdiri atas jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan dan masa kerja (Gambar 2).
Gambar 2. Karakteristik responden
Tingkat Pendidikan
SM A , 3 3 , 4 4 %S2 , 6 , 8 %
S1, 3 6 , 4 8 %
SM AS1S2
Jenis KelaminWanita, 19,
25%
Pria, 56, 75%
Wanita
Pria
Usia
31-40, 28, 37%
41-50, 23, 31%
23-30, 14, 19%
51-56, 10, 13%
23-30
31-40
41-50
51-56
Masa Kerja
> 20, 16, 21%
10-20, 33, 44%
< 10, 26, 35%
< 102 0 - Oct> 2 0
34
Mayoritas pegawai Dinas Pertambangan Pemkab Bogor berjenis
kelamin pria, dengan persentase sebesar 75%, sedangkan 25% berjenis
kelamin wanita. Hal ini dikarenakan sebagian besar kegiatan para pegawai
Dinas Pertambangan berada di lapangan, dimana tenaga kerja pria lebih
dibutuhkan.
Usia pegawai berkisar antara 23-54 tahun, dimana jumlah terbesar
pegawai berada pada rentang usia 31-40 tahun (37%). Sedangkan jumlah
terkecil berada pada rentang usia 51-56 tahun (13%). Sementara itu batas
usia untuk bekerja (usia pensiun) adalah 56 tahun. Hal ini masih
dimungkinkan bahwa para pegawai untuk menerima pendidikan dan
pelatihan untuk kepentingan kualitas kerja.
Sebagian besar tingkat pendidikan pegawai adalah Strata 1 (S1)
dengan persentase sebesar 48%, SMA sebesar 44% dan sisanya sebesar 8%
adalah Strata 2 (S2). Oleh sebab itu dapat dikatakan pegawai Dinas
Pertambangan telah memiliki pengetahuan serta kemampuan yang baik
untuk menjalankan tugas dan fungsinya.
Dilihat dari masa kerja, sebagian besar pegawai telah bekerja selama
10-20 tahun, yaitu sebesar 44%, yang bekerja kurang dari 10 tahun sebesar
35% dan yang bekerja lebih dari 20 tahun hanya sebesar 21%. Masa kerja
dapat mempengaruhi golongan dan jabatan pegawai. Dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar pegawai cukup memiliki pengalaman yang berkaitan
dengan pekerjaannya serta merupakan cerminan loyalitas pegawai terhadap
instansi.
4.3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuesioner
4.3.1. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Uji validitas
dilakukan dengan menggunakan metode analisis Rank Spearman dan
hasilnya akan dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. uji
coba kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan yang
terdapat dalam kuesioner memenuhi syarat sah atau tidak untuk dijadikan
sebagai data utama penelitian. Sebagai penelitian awal, sebanyak 48
35
pertanyaan kuesioner disebarkan kepada 30 orang responden. Setelah
dilakukan uji validitas, terdapat 6 pertanyaan yang tidak valid (r hitung < r
tabel, dimana r tabel = 0,361 untuk selang kepercayaan 95%). Dengan
demikian, terdapat 42 pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner
penelitian selanjutnya. Hasil perhitungan uji validitas dapat dilihat pada
Lampiran 3.
4.3.2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau
keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut
digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Uji reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan metode analisis Rank Spearman dengan
bantuan software SPSS 11,5. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai alpha
sebesar 0.9716 yang berarti bahwa kuesioner yang disebarkan sangat
reliable, sehingga dapat diandalkan sebagai alat ukur dalam penelitian,
untuk mengukur tingkat motivasi pegawai dan faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi berprestasi pegawai. Hasil perhitungan uji
reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.4. Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi Pegawai
Faktor-faktor eksternal (higiene) yang mempengaruhi motivasi
berprestasi pegawai harus selalu mendapatkan perhatian dari instansi,
karena dapat mempengaruhi kepuasan dan tingkat motivasi berprestasi
pegawai. Faktor-faktor eksternal ini meliputi hubungan antara atasan dan
bawahan, hubungan antara sesama rekan kerja, peraturan dan kebijakan
instansi, kondisi kerja, dan gaji.
4.4.1. Hubungan antara Atasan dan Bawahan
Hubungan atasan dan bawahan adalah hubungan interaksi atau timbal
balik yang terjadi antara atasan dengan bawahannya, baik di dalam maupun
di luar pekerjaannya. Aspek-aspek yang dinilai untuk mengetahui tingkat
kepuasan pegawai terhadap variabel-variabel hubungan antara atasan dan
bawahan adalah: hubungan atasan dan bawahan di dalam pekerjaan,
hubungan atasan dan bawahan di luar pekerjaan, perhatian atasan terhadap
36
ide dan saran bawahan, bimbingan atasan terhadap bawahan dalam
pekerjaan, pujian terhadap hasil kerja bawahan, kritik yang membangun dari
atasan kepada bawahan dan kebijaksanaan atasan dalam memberikan
perintah. Tingkat kepuasan terhadap berbagai aspek tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Sebaran jawaban responden terhadap hubungan antara atasan dan bawahan
No Indikator Penilaian Skor Rataan Keterangan
1 Dekat dengan atasan di dalam pekerjaan
3,8 Setuju
2 Dekat dengan atasan di luar pekerjaan
3,04 Cukup Setuju
3 Atasan sering memperhatikan ide dan saran
3,73 Setuju
4 Atasan sering memberikan bimbingan dalam pekerjaan
3,93 Setuju
5 Atasan sering memberikan pujian atas pekerjaan
3,32 Cukup Setuju
6 Atasan sering memberikan kritik yang membangun dalam pekerjaan
3,79 Setuju
7 Atasan telah bijaksana dalam memberikan perintah pekerjaan
3,51 Setuju
Jumlah 3,59 Setuju
Secara umum pegawai merasa hubungan yang terjalin dengan
atasannya di dalam pekerjaan sudah dekat, hal ini ditunjukkan dengan nilai
skor rataan sebesar 3,8. Selanjutnya, skor rataan sebesar 3,04 menunjukkan
bahwa sebagian besar pegawai merasa cukup dekat dengan atasan di luar
pekerjaan. Secara umum pegawai merasa bahwa atasan sudah sering
memperhatikan ide dan saran bawahannya, terlihat dari skor rataan sebesar
3,73. Sementara skor rataan sebesar 3,93 menunjukan bahwa pegawai
merasa bahwa atasan sudah sering memberikan bimbingan dalam pekerjaan.
Secara umum, pegawai juga merasa atasan cukup sering memberikan pujian
terhadap hasil kerja para bawahan, tercermin dari skor rataan sebesar 3,32.
37
Skor 3,79 menunjukkan bahwa secara umum pegawai merasa atasan sudah
sering memberikan kritik yang membangun dalam pekerjaan. Sebagian
besar pegawai pun merasa atasan sudah bijaksana dalam memberikan
perintah pekerjaan, terlihat dari nilai skor rataan sebesar 3,51. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pegawai setuju
bahwa hubungan antara atasan dan bawahan pada Dinas Pertambangan
sudah dekat, terlihat dari skor rataan sebesar 3,59. Di Dinas Pertambangan,
atasan selalu berkomunikasi dengan pegawainya. Komunikasi dilakukan
secara timbal balik antara atasan dengan bawahannya, dimana pegawai dapat
meminta saran atau bertanya mengenai pekerjaan kepada atasannya tanpa
perlu rasa segan atau malu dan atasan juga memberikan pengarahan serta
masukan kepada bawahannya. Komunikasi yang dilakukan tidak hanya
dilakukan dalam jam kerja saja, tetapi dilakukan di luar jam kerja.
4.4.2. Hubungan antara Sesama Rekan Kerja
Rekan kerja merupakan salah satu faktor pendukung yang dapat
menentukan tingkat kepuasan seseorang dalam bekerja. Oleh sebab itu,
adanya kerjasama yang baik antar pegawai dapat membuat suasana kerja
menjadi nyaman dan menimbulkan perasaan betah dalam bekerja, sehingga
dapat mendorong tingkat kepuasan kerja pegawai. Aspek-aspek yang dinilai
untuk mengetahui tingkat kepuasan pegawai terhadap variabel-variabel
hubungan antara sesama rekan kerja adalah: hubungan dengan rekan kerja di
bagian yang sama dan hubungan dengan keluarga rekan kerja. Tingkat
kepuasan terhadap berbagai aspek tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
38
Skor
3.23.33.43.53.63.73.83.9
44.14.24.3
Hubungan dengan rekan kerja dibagian yang sama sudah erat
Hubungan dengan keluarga rekankerja sudah dekat
Secara umum pegawai merasa hubungan yang terjalin antara rekan
kerja dari bagian yang sama sudah dekat, hal ini ditunjukkan dengan nilai
skor rataan sebesar 4,17. Sementara skor 3,57 menunjukkan bahwa sebagian
besar pegawai merasa mereka sudah dekat dengan keluarga rekan kerja.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pegawai
setuju bahwa hubungan antara sesama rekan kerja sudah dekat, terlihat dari
skor rataan sebesar 3,87. Di Dinas Pertambangan, hubungan yang terjadi
antara sesama rekan kerja dirasakan pegawai sudah baik.
4.4.3. Peraturan dan Kebijakan Instansi
Peraturan dan kebijakan instansi yaitu ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan instansi, dan berlaku bagi seluruh pegawai tanpa terkecuali.
Aspek-aspek yang dinilai untuk mengetahui tingkat kepuasan pegawai
terhadap variabel-variabel peraturan dan kebijakan instansi adalah: peraturan
mengenai jam kerja, peraturan mengenai hari kerja, kebijakan instansi,
kedisiplinan instansi dalam menerapkan peraturan dan kebijakan dan
peningkatan karir di instansi. Tingkat kepuasan terhadap berbagai aspek
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Gambar 3. Sebaran jawaban responden terhadap hubungan antara sesama
rekan kerja
39
Tabel 4. Sebaran jawaban responden terhadap peraturan dan kebijakan instansi
No Indikator Penilaian Skor Rataan Keterangan
1 Peraturan mengenai jam kerja sudah memuaskan
3,71 Setuju
2 Peraturan mengenai hari kerja sudah memuaskan
3,68 Setuju
3 Puas dengan kebijakan yang telah ditetapkan instansi
3,51 Setuju
4 Kedisiplinan instansi dalam menerapkan peraturan dan kebijakan sudah baik
3,56 Setuju
5 Peningkatan karir sudah sesuai dengan prestasi kerja
3,45 Setuju
Jumlah 3,58 Setuju
Secara umum pegawai merasa setuju dengan peraturan mengenai jam
kerja yang ditetapkan instansi, hal ini ditunjukkan dengan nilai skor rataan
sebesar 3,71. Pegawai menyatakan setuju dengan peraturan mengenai hari
kerja yang ditetapkan instansi, terlihat dari skor rataan sebesar 3,68. Nilai
skor rataan sebesar 3,51 menjelaskan bahwa sebagian besar pegawai merasa
puas terhadap kebijakan yang telah ditetapkan instansi. Nilai skor sebesar
3,56 menunjukkan bahwa secara umum pegawai menyatakan bahwa
kedisiplinan instansi dalam menerapkan peraturan dan kebijakan sudah baik.
Sementara itu Nilai skor sebesar 3,45 menjelaskan bahwa pegawai merasa
setuju bahwa peningkatan karir di instansi sudah sesuai dengan prestasi
kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
pegawai setuju bahwa peraturan dan kebijakan instansi sudah baik, terlihat
dari skor rataan sebesar 3,58. Peraturan dan kebijakan yang ditetapkan Dinas
Pertambangan dirasakan sudah baik dan dapat diterima oleh semua pegawai.
40
4.4.4. Kondisi Kerja
Kondisi kerja adalah lingkungan kerja, atau segala sesuatu yang ada
di sekitar pekerjaan dan dapat mempengaruhi pegawai dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kondisi kerja suatu
instansi sangat berpengaruh pada tingkat kepuasan pegawai bekerja, karena
dengan kondisi kerja yang kondusif dan menyenangkan, maka akan tercipta
suasana kerja yang harmonis. Sebaliknya, kondisi kerja yang tidak
mendukung akan menyebabkan pegawai malas dalam bekerja. Aspek-aspek
yang dinilai untuk mengetahui tingkat kepuasan pegawai terhadap variabel-
variabel kondisi kerja adalah: ketenangan dan kenyamanan di tempat kerja,
perlengkapan dan sarana pendukung di tempat kerja dan sistem keamanan di
tempat kerja. Tingkat kepuasan terhadap berbagai aspek tersebut dapat
dilihat pada Gambar 4.
3,32 ; 33% 3,63 ; 35%
3,21 ; 32%
Puas dengan ketenangan ditempat kerja
Perlengkapan dan saranapendukung yang disediakansudah lengkapPuas dengan sistemkeamanan
Secara umum pegawai merasa puas dengan ketenangan di tempat
kerja, hal ini ditunjukkan dengan nilai skor rataan sebesar 3,63. Sementara
itu pegawai merasa cukup puas bahwa perlengkapan dan sarana pendukung
yang disediakan instansi sudah lengkap, terlihat dari skor sebesar 3,21. Nilai
skor 3,32 menunjukkan bahwa pegawai cukup puas dengan sistem
keamanan di tempat kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
secara keseluruhan pegawai cukup setuju bahwa kondisi kerja instansi sudah
memuaskan, terlihat dari skor rataan sebesar 3,39. Kondisi kerja di Dinas
Pertambangan sudah cukup baik, seperti ketenangan dalam bekerja serta
ketersediaan sarana dan prasarana kantor yang dibutuhkan sehingga pegawai
merasa nyaman dalam bekerja.
Gambar 4. Sebaran jawaban responden terhadap kondisi kerja
41
Skor
4.4.5. Gaji
Secara umum, gaji menunjukkan bahwa seseorang itu sudah tetap
bekerja (pegawai tetap) sehingga dalam jangka panjang, merupakan jaminan
mata pencarian dalam kehidupannya. Oleh karena itu, gaji dapat mendorong
seseorang untuk bekerja. Disamping itu juga, besarnya gaji menunjukkan
status pekerja, tidak hanya dalam hierarki internal dimana tempat ia bekerja,
tetapi juga dalam hubungannya dengan tetangga, kawan dan kelompok lain
dalam masyarakat sehingga seseorang yang bekerja dengan gaji kecil, akan
menjadi malu-malu apabila seseorang bertanya kepadanya berapa gaji yang
dia peroleh dalam sebulan di tempat ia bekerja. Hal ini akan menjadi
sebaliknya, jika seseorang dibayar mahal. Aspek-aspek yang dinilai untuk
mengetahui tingkat kepuasan pegawai terhadap variabel-variabel gaji
adalah: gaji yang diperoleh sekarang, gaji sudah mencukupi kebutuhan
sehari-hari, gaji yang diperoleh sudah sesuai dengan masa kerja dan jenis
pekerjaan dan tunjangan. Tingkat kepuasan terhadap berbagai aspek tersebut
dapat dilihat pada Gambar 5.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Puas dengan gaji yangdiperoleh sekarang
Gaji yang diperoleh sudahmencukupi kebutuhan
sehari-hari
Gaji yang diperoleh sudahsesuai dengan masa kerja
dan jenis pekerjaan
Puas dengan tunjanganyang diberikan
Secara umum pegawai merasa cukup puas dengan gaji yang
diperoleh sekarang, hal ini ditunjukkan dengan nilai skor rataan sebesar 3,0.
sementara itu pegawai merasa bahwa gaji yang diperoleh belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, hal ini tercermin dari rendahnya
nilai skor rataan yaitu sebesar 2,43. sementara itu sebagian besar pegawai
Gambar 5. Sebaran jawaban responden terhadap gaji
42
merasa cukup setuju bahwa gaji yang diperoleh sudah sesuai dengan masa
kerja dan jenis pekerjaan, terlihat dari skor rataan sebesar 2,7 sedangkan
pegawai merasa cukup puas dengan tunjangan yang diberikan, tercermin
dari nilai skor rataan sebesar 2,91. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa secara keseluruhan pegawai cukup puas dengan gaji yang diberikan,
terlihat dari skor rataan sebesar 2,76. Di Dinas Pertambangan, posisi
kepuasan pegawai terhadap gaji masih berada pada rentang cukup puas,
karena gaji yang diterima selama ini masih dirasakan belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Walaupun demikian, selain
gaji, terdapat tunjangan yang diberikan (dibayarkan bersama gaji pokok)
untuk menambah kesejahteraan pegawai, seperti tunjangan
struktural/fungsional serta tunjangan daerah.
4.5. Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi Pegawai
Faktor-faktor internal (motivator) yang mempengaruhi motivasi
berprestasi pegawai meliputi tanggung jawab yang diberikan,
pengembangan pegawai, pengakuan dan penghargaan serta pekerjaan itu
sendiri.
4.5.1. Tanggung Jawab yang Diberikan
Tanggung jawab merupakan keadaan untuk berani menanggung
segala sesuatunya. Keseriusan para pegawai di dalam melaksanakan
pekerjanya sangat diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab mereka
terhadap pekerjaannya. Perasaan tanggung jawab ini meliputi berani
mengambil segala resiko atas tugas yang diberikan kepadanya. Aspek-aspek
yang dinilai untuk mengetahui tingkat kepuasan pegawai terhadap variabel-
variabel tanggung jawab yang diberikan adalah: kesesuaian tugas dan
tanggung jawab dengan kemampuan pegawai dan tugas dan tanggung jawab
meningkatkan semangat kerja. Tingkat kepuasan terhadap berbagai aspek
tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.
43
3,71 ; 49%3,79 ; 51%
Tugas dan tanggungjawab yang diberikansudah sesuai dengankemampuan
Tugas dan tanggungjawab yang diberikandapat meningkatkansemangat kerja
Secara umum pegawai menyatakan bahwa tugas dan tanggung jawab
yang diberikan sudah sesuai dengan kemampuan pegawai, hal ini
ditunjukkan dengan nilai skor rataan sebesar 3,79 sedangkan sebagian besar
pegawai menyatakan bahwa tugas dan tanggung jawab yang diberikan dapat
meningkatkan semangat kerja para pegawai, terlihat dari skor rataan sebesar
3,71. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
pegawai menyatakan puas terhadap tanggung jawab yang diberikan, terlihat
dari skor rataan sebesar 3,75. Di Dinas Pertambangan, tanggung jawab yang
diberikan disesuaikan dengan bidangnya masing-masing, misalnya bidang
perizinan mempunyai tugas dan tanggung jawab membantu kepala dinas
dalam melaksanakan pengelolaan perizinan bidang pertambangan umum, air
bawah tanah, minyak dan gas serta ketenagalistrikan serta bidang listrik dan
pengembangan energi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
membantu kepala dinas dalam melaksanakan pengelolaan ketenagalistrikan,
minyak dan gas.
4.5.2. Pengembangan Pegawai
Dalam rangka pembinaan untuk meningkatkan keterampilan mutu
serta memupuk kegairahan kerja, maka dilaksanakan pembinaan atas dasar
sistem karir dan sistem prestasi kerja, sehingga bakat dan kemampuan yang
ada pada diri pegawai negeri sipil dapat dikembangkan secara wajar baik di
pusat maupun di daerah. Aspek-aspek yang dinilai untuk mengetahui tingkat
kepuasan pegawai terhadap variabel-variabel pengembangan pegawai
adalah: kesempatan menduduki jabatan yang lebih tinggi kepada pegawai
Gambar 6. Sebaran jawaban responden terhadap tanggung jawab yang
diberikan
44
berprestasi dan instansi memperhatikan etos kerja, tanggung jawab serta
inisiatif pegawai. Tingkat kepuasan terhadap berbagai aspek tersebut dapat
dilihat pada Gambar 7.
3,65 ; 49%3,81 ; 51%
Kesempatan untuk mendudukijabatan yang lebih tinggi bagipegawai yang berprestasi danmampuInstansi sangatmemperhatikan etos kerja,tanggung jawab dan inisiatifpegawai
Secara umum pegawai menyatakan setuju adanya kesempatan untuk
mengembangkan karir bagi pegawai yang berprestasi dan mampu, hal ini
ditunjukkan dengan nilai skor rataan sebesar 3,81 serta pegawai menyatakan
setuju bahwa instansi sangat memperhatikan etos kerja, tanggung jawab dan
inisiatif pegawai, terlihat dari skor rataan sebesar 3,65. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pegawai menyatakan setuju
dengan adanya pengembangan pegawai dalam instansi, terlihat dari skor
rataan sebesar 3,73. Di Dinas Pertambangan, pengembangan pegawai
dilakukan dengan pembinaan atas dasar sistem karir dan system prestasi
kerja. Adapun bentuk-bentuk pengembangan pegawai/potensi individu
untuk meningkatkan mutu keterampilan maupun untuk memupuk
kegairahan kerja, yaitu diantaranya dengan diadakannya Mutasi yang berupa
promosi, rotasi ataupun demosi serta dilaksanakannya pendidikan dan
pelatihan seperti : ADUMLA, SPAMA, SPAMEN, SAPALA dan
manajemen motivasi training.
4.5.3. Pengakuan dan Penghargaan
Pengakuan terhadap diri pegawai memiliki arti penting untuk dapat
meningkatkan motivasi dalam bekerja, hal ini karena pengakuan yang
diberikan dapat menimbulkan perasaan positif sehingga pegawai merasa
dihargai dan memiliki nilai. Penghargaan itu sendiri merupakan suatu
Gambar 7. Sebaran jawaban responden terhadap pengembangan pegawai
45
Skor
bentuk baik berupa finansial maupun non finansial yang diberikan kepada
pegawai oleh instansi atas prestasi kerjanya.
Aspek-aspek yang dinilai untuk mengetahui tingkat kepuasan
pegawai terhadap variabel-variabel pengakuan dan penghargaan pegawai
adalah: penghargaan bagi pegawai yang jujur dan memiliki semangat kerja
tinggi, atasan menghargai setiap hasil kerja yang dilakukan dan penghargaan
yang diberikan berupa piagam penghargaan. Tingkat kepuasan terhadap
berbagai aspek tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.
00.5
11.5
22.5
33.5
4
Instansi memberikan perhatiandan penghargaan bagi pegawaiyang memiliki kejujuran dan
semangat kerja tinggi
Atasan menghargai setiap hasilkerja yang dilakukan
Senang bila penghargaanberupa piagam penghargaan.
Gambar 8. Sebaran jawaban responden terhadap pengakuan dan penghargaan
Secara umum pegawai menyatakan setuju bahwa instansi
memberikan perhatian dan penghargaan bagi pegawai yang memiliki
kejujuran dan semangat kerja tinggi, hal ini ditunjukkan dengan nilai skor
rataan sebesar 3,8. Nilai skor rataan 3,6 menunjukkan bahwa sebagian besar
pegawai setuju bahwa atasan menghargai setiap hasil kerja yang dilakukan
sedangkan skor rataan sebesar 2,96 menunjukkan bahwa secara umum
pegawai merasa cukup senang bila penghargaan yang diberikan berupa
piagam penghargaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan pegawai menyatakan puas dengan adanya pengakuan dan
penghargaan dalam bekerja, terlihat dari skor rataan sebesar 3,45. Di Dinas
Pertambangan, para pegawai merasa bahwa pengakuan dan penghargaan
yang diterima selama ini telah membuat mereka termotivasi untuk bekerja
lebih baik. Pengakuan diberikan dalam bentuk pujian atas pekerjaan yang
telah dilakukan, sedangkan penghargaan diberikan dalam bentuk bonus atau
46
Skor
piagam penghargaan karena pengabdian kepada negara dengan masa kerja
yang lama (15 sampai 30 tahun).
4.5.4. Pekerjaan itu sendiri
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang pegawai harus mengetahui
dan memahami segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri. Oleh
karena itu pekerjaan apapun yang diberikan kepadanya, akan diselesaikan
dengan baik, sehingga pegawai akan merasa puas dengan hasil pekerjaan
yang telah dicapainya.
Aspek-aspek yang dinilai untuk mengetahui tingkat kepuasan
pegawai terhadap variabel-variabel pekerjaan itu sendiri adalah: puas dengan
pekerjaan sekarang, bekerja disini membuat pegawai merasa berguna bagi
masyarakat, bermaksud bekerja disini selamanya dan merasa bangga bekerja
di instansi sejak awal. Tingkat kepuasan terhadap berbagai aspek tersebut
dapat dilihat pada Gambar 9.
3,35
3,4
3,45
3,5
3,55
3,6
3,65
Puas denganpekerjaan sekarang
Bekerja disinimembuat merasa
berguna bagimasyarakat
Bermaksud bekerja disini selamanya
Bangga sejak awalbekerja di sini
Secara umum pegawai menyatakan puas dengan pekerjaannya
sekarang, hal ini ditunjukkan dengan nilai skor rataan sebesar 3,59. Nilai
skor rataan 3,52 menunjukkan secara umum pegawai menyatakan setuju
bahwa bekerja di instansi ini membuat mereka merasa berguna bagi
masyarakat. Sementara itu umumnya pegawai bermaksud untuk bekerja
pada instansi ini selamanya, terlihat dari skor rataan sebesar 3,43 sedangkan
nilai skor 3,52 menunjukkan bahwa secara umum pegawai merasa bangga
Gambar 9. Sebaran jawaban responden terhadap pekerjaan itu sendiri
47
bekerja di instansi ini sejak awal. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa secara keseluruhan pegawai menyatakan puas terhadap pekerjaannya,
terlihat dari skor rataan sebesar 3,51. Artinya, setiap pegawai di masing-
masing bidang pada Dinas Pertambangan telah merasa puas dengan
pekerjaan yang dilakukannya. Hal ini menimbulkan rasa loyalitas dan
bangga dalam diri pegawai untuk bekerja pada Dinas Pertambangan.
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa persepsi pegawai terhadap
faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi motivasi berprestasi
pegawai sudah tinggi, dimana skor rataan bernilai 3,51 yaitu berada dalam
rentang posisi keputusan setuju. Rekapitulasi skor rataan dan skor total
untuk faktor-faktor eksternal maupun internal dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sebaran jawaban responden terhadap faktor eksternal dan internal
No Faktor Eksternal dan Internal Skor Rataan Keterangan
1 Hubungan atasan dan bawahan 3,59 Setuju
2 Hubungan sesama rekan kerja 3,87 Setuju
3 Peraturan dan kebijakan instansi 3,58 Setuju
4 Kondisi kerja 3,39 Cukup setuju
5 Gaji 2,76 Cukup setuju
6 Tanggung jawab yang diberikan 3,75 Setuju
7 Pengembangan pegawai 3,73 Setuju
8 Pengakuan dan penghargaan 3,45 Setuju
9 Pekerjaan itu sendiri 3,51 Setuju
Jumlah 3,51 Setuju
48
4.6. Motivasi Berprestasi Pegawai
Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur
tingkat motivasi berprestasi pegawai adalah kesediaan untuk: menilai
kepuasan hasil kerja dalam mencapai tujuan instansi, bekerja keras sesuai
dengan jam kerja yang berlaku, bekerja keras untuk mencapai target instansi,
menggunakan waktu luang (istirahat) untuk menyelesaikan pekerjaan yang
belum selesai, bekerja diluar jam kerja walaupun tidak dihitung sebagai
kerja lembur demi mencapai target instansi, merasa selalu ingin
memperbaiki kinerja, menerima sanksi bila melakukan kesalahan,
memperbaiki kesalahan yang diminta oleh atasan, bekerja sesuai dengan
peraturan yang berlaku serta merasa senang dan menikmati pekerjaan
sekarang.
Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa sebagian besar pegawai
menyatakan puas dengan hasil kerjanya, terlihat dari nilai skor rataan
sebesar 3,6. Sebagian besar pegawai menyatakan bersedia bekerja keras
sesuai dengan jam kerja yang berlaku, dengan nilai skor rataan sebesar 3,73
serta secara umum pegawai bersedia bekerja keras untuk mencapai tujuan
instansi, dengan nilai skor rataan 3,79. Sementara itu secara umum pegawai
menyatakan cukup bersedia menggunakan waktu luang (istirahat) untuk
menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai, yaitu terlihat dari nilai skor
rataan sebesar 3,35 dan cukup bersedia untuk bekerja di luar jam kerja
walaupun tidak dihitung sebagai kerja lembur demi mencapai target instansi,
dinilai pegawai dengan skor rataan sebesar 3,05. Secara umum pegawai
menyatakan bahwa mereka selalu merasa ingin untuk memperbaiki
kinerjanya, hal ini terlihat dengan besarnya skor rataan 3,83. Nilai skor
rataan 3,9 menunjukkan secara umum pegawai bersedia untuk menerima
sanksi bila melakukan kesalahan dan skor rataan 3,84 menjelaskan bahwa
umumnya pegawai bersedia memperbaiki kesalahan yang diminta oleh
atasan. Sebagian besar pegawai bersedia untuk bekerja sesuai dengan
peraturan yang berlaku, dengan skor rataan sebesar 3,91 dan merasa senang
serta menikmati pekerjaannya sekarang, terlihat dengan skor rataan sebesar
49
3,63. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan tingkat
motivasi berprestasi pegawai sudah baik (termotivasi), hal ini tercermin dari
skor rataan yang sebesar 3,66.
Tabel 6. Sebaran jawaban responden terhadap motivasi berprestasi
No Indikator Penilaian Skor Rataan Keterangan
1 Puas dengan hasil kerja dalam mencapai tujuan instansi
3,6 Setuju
2 Bersedia bekerja keras sesuai dengan jam kerja yang berlaku
3,73 Setuju
3 Bersedia bekerja keras untuk mencapai target instansi
3,79 Setuju
4 Bersedia menggunakan waktu luang (istirahat) untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai
3,35 Cukup setuju
5 Bersedia bekerja di luar jam kerja walaupun tidak dihitung sebagai kerja lembur demi mencapai target instansi
3,05 Cukup Setuju
6 Merasa selalu ingin memperbaiki kinerja
3,83 Setuju
7 Bersedia menerima sanksi bila melakukan kesalahan
3,9 Setuju
8 Bersedia memperbaiki kesalahan yang diminta oleh atasan
3,84 Setuju
9 Bersedia bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku
3,91 Setuju
10 Senang dan menikmati pekerjaan sekarang
3,63 Setuju
Jumlah 3,66 Setuju
50
4.7. Hubungan Faktor-Faktor Eksternal dan Internal dengan Motivasi Berprestasi Pegawai
Analisis hubungan pada penelitian ini digunakan untuk melihat
hubungan yang ada pada faktor-faktor eksternal dan internal terhadap
motivasi berprestasi pegawai dengan menggunakan uji korelasi rank
spearman. Dari hasil penelitian dan analisis tersebut maka akan ditarik
kesimpulan yang dapat dijadikan masukan bagi pihak instansi untuk
pengelolaan pegawai ke arah yang lebih baik.
4.7.1. Hubungan Faktor-Faktor Eksternal dengan Motivasi Berprestasi Pegawai
a. Hubungan antara Atasan dan Bawahan
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 7),
diperoleh nilai peluang sebesar 0,000. Ternyata nilai peluang
lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (P = 0,000 < α =
0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara
faktor hubungan atasan dan bawahan terhadap motivasi
berprestasi pegawai. Berdasarkan korelasi Rank Spearman,
diperoleh nilai koefisien korelasi = 0,721. Kondisi ini
menunjukkan adanya hubungan positif dan kuat antara hubungan
atasan bawahan terhadap motivasi berprestasi pegawai. Artinya,
semakin dekat hubungan antara atasan dengan para bawahannya,
maka pegawai akan semakin meningkatkan motivasi
berprestasinya. Dengan demikian, hubungan antara atasan
dengan bawahan merupakan salah satu komponen penting dalam
upaya peningkatan motivasi berprestasi pegawai.
b. Hubungan antara Sesama Rekan Kerja
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 7),
diperoleh nilai peluang sebesar 0,068. Ternyata nilai peluang
lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan (P = 0,068 > α =
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa faktor hubungan antara
sesama rekan kerja tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap
motivasi berprestasi pegawai. Berdasarkan korelasi Rank
51
Spearman, diperoleh nilai koefisien korelasi = 0,212. Kondisi ini
menunjukkan adanya hubungan yang lemah antara hubungan
dengan sesama rekan kerja terhadap motivasi berprestasi
pegawai. Artinya, semakin dekat hubungan antara sesama rekan
kerja, maka pegawai akan semakin meningkatkan motivasi
berprestasinya, dengan intensitas yang lemah. Walaupun
demikian, hubungan antara sesama rekan kerja tetap merupakan
salah satu komponen penting dalam upaya peningkatan motivasi
berprestasi pegawai.
c. Peraturan dan Kebijakan Instansi
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 7),
diperoleh nilai peluang sebesar 0,000. Ternyata nilai peluang
lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (P = 0,000 < α =
0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara
peraturan dan kebijakan instansi terhadap motivasi berprestasi
pegawai. Berdasarkan korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai
koefisien korelasi = 0,517. Kondisi ini menunjukkan adanya
hubungan positif dan agak kuat antara peraturan dan kebijakan
instansi terhadap motivasi berprestasi pegawai. Artinya, semakin
besar tingkat kepuasan pegawai terhadap peraturan dan kebijakan
instansi, maka pegawai akan semakin meningkatkan motivasi
berprestasinya. Dengan demikian, peraturan dan kebijakan
instansi merupakan salah satu komponen penting dalam upaya
peningkatan motivasi berprestasi pegawai
d. Kondisi Kerja
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 7),
diperoleh nilai peluang sebesar 0,000. Ternyata nilai peluang
lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (P = 0,000 < α =
0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara
faktor kondisi kerja terhadap motivasi berprestasi pegawai.
Berdasarkan korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai koefisien
korelasi = 0,500. Kondisi ini menunjukkan adanya hubungan
52
positif dan agak kuat antara kondisi kerja terhadap motivasi
berprestasi pegawai. Artinya, semakin besar tingkat kepuasan
pegawai terhadap kondisi kerjanya, maka pegawai akan semakin
meningkatkan motivasi berprestasinya. Dengan demikian, kondisi
kerja merupakan salah satu komponen penting dalam upaya
peningkatan motivasi berprestasi pegawai.
e. Gaji
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 7),
diperoleh nilai peluang sebesar 0,091. Ternyata nilai peluang
lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan (P = 0,068 > α =
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa faktor gaji tidak memiliki
hubungan yang nyata terhadap motivasi berprestasi pegawai.
Berdasarkan korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai koefisien
korelasi = 0,196. Kondisi ini menunjukkan adanya hubungan
yang sangat lemah antara gaji terhadap motivasi berprestasi
pegawai. Hal ini dikarenakan untuk pegawai negeri, gaji
bukanlah faktor utama yang mendorong pegawai untuk
meningkatkan prestasi kerjanya di instansi tersebut. Ada banyak
banyak faktor yang mendorong mereka bekerja sebagai pegawai
negeri, seperti adanya peluang mengembangkan karir, adanya
jaminan hari tua dan kemungkinan terjadinya PHK sangat kecil,
kecuali pegawai tersebut melakukan pelanggaran berat seperti
korupsi atau tindakan indisipliner. Hal ini berbeda dengan
karyawan perusahaan swasta dimana gaji merupakan faktor
utama karyawan mau bekerja di perusahaan tersebut.
53
Tabel 7. Hubungan faktor-faktor eksternal dengan motivasi berprestasi pegawai
Keterangan: α = 0,05
4.7.2. Hubungan Faktor-Faktor Internal dengan Motivasi Berprestasi Pegawai
a. Tanggung Jawab yang Diberikan
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 8),
diperoleh nilai peluang sebesar 0,000. Ternyata nilai peluang
lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (P = 0,000 < α =
0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara
tanggung jawab yang diberikan terhadap motivasi berprestasi
pegawai. Berdasarkan korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai
koefisien korelasi = 0,678. Kondisi ini menunjukkan adanya
hubungan positif dan kuat antara tanggung jawab yang diberikan
terhadap motivasi berprestasi pegawai. Artinya, semakin besar
tanggung jawab yang diberikan, maka pegawai akan semakin
meningkatkan motivasi berprestasinya. Dengan demikian,
tanggung jawab yang diberikan merupakan salah satu komponen
penting dalam upaya peningkatan motivasi berprestasi pegawai.
b. Pengembangan Pegawai
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 8),
diperoleh nilai peluang sebesar 0,000. Ternyata nilai peluang
lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (P = 0,000 < α =
No Indikator Nilai Korelasi
Spearman
Nilai Probability
(P)
Hubungan dengan Motivasi
Berprestasi 1 Hubungan atasan
dan bawahan 0,721 0,000 Positif, kuat dan
nyata 2 Hubungan sesama
rekan kerja 0,212 0,068 Positif, lemah dan
tidak nyata 3 Peraturan dan
kebijakan instansi 0,517 0,000 Positif, agak kuat
dan nyata 4 Kondisi kerja 0,500 0,000 Positif, agak kuat
dan nyata 5 Gaji 0,196 0,091 Positif, sangat
lemah dan tidak nyata
54
0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara
pengembangan diri pegawai terhadap motivasi berprestasi
pegawai. Berdasarkan korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai
koefisien korelasi = 0,560. Kondisi ini menunjukkan adanya
hubungan positif dan agak kuat antara pengembangan diri
pegawai atau potensi pegawai terhadap motivasi berprestasi
pegawai. Artinya, semakin besar tingkat kepuasan pegawai dalam
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, maka mereka
akan semakin meningkatkan motivasi berprestasinya. Dengan
demikian, pengembangan pegawai merupakan salah satu
komponen penting dalam upaya peningkatan motivasi berprestasi
pegawai.
c. Pengakuan dan Penghargaan
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 8),
diperoleh nilai peluang sebesar 0,000. Ternyata nilai peluang
lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (P = 0,000 < α =
0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara
pengakuan dan penghargaan yang diberikan instansi terhadap
motivasi berprestasi pegawai. Berdasarkan korelasi Rank
Spearman, diperoleh nilai koefisien korelasi = 0,572. Kondisi ini
menunjukkan adanya hubungan positif dan agak kuat antara
pengakuan dan penghargaan yang diberikan instansi terhadap
motivasi berprestasi pegawai. Artinya, semakin besar pengakuan
dan penghargaan yang diberikan, maka pegawai akan semakin
meningkatkan motivasi berprestasinya. Dengan demikian,
pengakuan dan penghargaan merupakan salah satu komponen
penting dalam upaya peningkatan motivasi berprestasi pegawai.
d. Pekerjaan itu sendiri
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 8),
diperoleh nilai peluang sebesar 0,000. Ternyata nilai peluang lebih
kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (P = 0,000 < α = 0,05). Hal
ini menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara faktor
55
pekerjaan itu sendiri terhadap motivasi berprestasi pegawai.
Berdasarkan korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai koefisien
korelasi = 0,799. Kondisi ini menunjukkan adanya hubungan
positif dan kuat antara pekerjaan itu sendiri terhadap motivasi
berprestasi pegawai. Artinya, semakin merasa puas dengan
pekerjaannya sekarang, maka pegawai akan semakin meningkatkan
motivasi berprestasinya. Dengan demikian, tanggung jawab yang
diberikan merupakan salah satu komponen penting dalam upaya
peningkatan motivasi berprestasi pegawai.
Tabel 8. Hubungan faktor-faktor internal dengan motivasi berprestasi pegawai
No Indikator Nilai Korelasi
Spearman
Nilai Probability
(P)
Hubungan dengan
Motivasi Berprestasi
1 Tanggung jawab yang diberikan
0,678 0,000 Positif, kuat dan nyata
2 Pengembangan pegawai
0,560 0,000 Positif, agak kuat dan nyata
3 Pengakuan dan Penghargaan
0,572 0,000 Positif, agak kuat dan nyata
4 Pekerjaan itu sendiri
0,799 0,000 Positif, kuat dan nyata
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara faktor-faktor eksternal
dan internal diatas dengan motivasi berprestasi pegawai, diperoleh bahwa
faktor-faktor eksternal dan internal yang memiliki hubungan nyata dengan
motivasi berprestasi pegawai yaitu hubungan antara atasan dan bawahan,
peraturan dan kebijakan instansi, kondisi kerja, tanggung jawab yang
diberikan, pengembangan pegawai, pengakuan dan penghargaan serta
pekerjaan itu sendiri. Faktor yang tidak memiliki hubungan yang nyata yaitu
faktor hubungan dengan sesama rekan kerja serta faktor gaji. Dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor eksternal (higiene) dan faktor-faktor
internal (motivator) ini memiliki hubungan dengan motivasi berprestasi
pegawai. Dengan demikian, hasil yang diperoleh dari penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Koeswara (2005),
dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa faktor-faktor eksternal yang
56
memiliki hubungan motivasi karyawan adalah hubungan antara atasan dan
bawahan, hubungan dengan sesama rekan kerja, peraturan dan kebijakan
perusahaan, kondisi kerja, dan kompensasi. Di sisi lain, faktor-faktor
internal yang memiliki hubungan dengan motivasi karyawan adalah
tanggung jawab yang diberikan, pengembangan karyawan, pengakuan dan
penghargaan, serta pekerjaan itu sendiri.
4.8. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal dan Internal terhadap Motivasi Berprestasi Pegawai
Faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi motivasi
berprestasi pegawai yang akan dianalisis yaitu hubungan atasan dan
bawahan (X1), hubungan sesama rekan kerja (X2), peraturan dan kebijakan
instansi (X3), kondisi kerja (X4), Gaji (X5), tanggung jawab yang diberikan
(X6), pengembangan pegawai (X7), pengakuan dan penghargaan (X8) dan
pekerjaan itu sendiri (X9). Faktor-faktor tersebut mengacu pada Teori
Motivasi Dua Faktor Herzberg. Hasil analisis regresi linier berganda faktor-
faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi motivasi berprestasi
pegawai Dinas Pertambangan Pemkab Bogor dapat dilihat pada Lampiran 5.
Persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Motivasi Berprestasi = 0,816 + 0,363X1 + 0,054X2 + 0,016X3 + 0,011X4
– 0,081X5 + 0,028X6 – 0,051X7 + 0,097X8 +
0,346X9
Melalui analisis regresi, diperoleh nilai R-Sq (adj) sebesar 0,812. Hal
ini berarti 81,2 % variabel terikat motivasi berprestasi pegawai dijelaskan
oleh variabel bebas, (X1, X2,…, X9) yang terdapat dalam model, dan hanya
18,8 % sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model.
Berdasarkan uji statistik F, nilai F-hitung yang diperoleh memiliki
nilai peluang 0,000 berarti lebih kecil dari taraf nyata yang ditentukan yaitu
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang ada dalam
model secara bersama-sama berpengaruh terhadap motivasi berprestasi
pegawai. Hasil uji statistik t pada taraf nyata 0,05 diperoleh hasil bahwa dua
57
variabel bebas berpengaruh secara nyata dengan selang kepercayaan 95%
pada motivasi berprestasi pegawai, yaitu faktor hubungan antara atasan
dengan bawahan (X1) dan faktor pekerjaan itu sendiri (X9) sedangkan dua
variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 0,10 dengan selang
kepercayaan 90% yaitu variabel gaji (X5) serta pengakuan dan penghargaan
(X8). variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap motivasi berprestasi
pegawai adalah faktor hubungan sesama rekan kerja (X2), faktor peraturan
dan kebijakan instansi (X3), faktor kondisi kerja (X4), faktor tanggung jawab
yang diberikan (X6) dan faktor pengembangan pegawai (X7). Masalah
multikolinearitas tidak terdapat pada model persamaan diatas. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang kurang dari 10
dan nilai Tolerance lebih dari 0,1.
4.8.1. Faktor Hubungan antara Atasan dan Bawahan (X1)
Hasil uji t dengan nilai probabilitas (P) menunjukkan bahwa
variabel hubungan antara atasan dan bawahan menghasilkan t hitung
sebesar 6,021 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,000, yaitu lebih
kecil dari taraf nyata sebesar 0,05. Artinya, secara statistik variabel
hubungan antara atasan dan bawahan berpengaruh nyata pada selang
kepercayaan 95%. Nilai koefisien regresi variabel hubungan antara
atasan dan bawahan yaitu sebesar 0,363. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan hubungan antara atasan dengan bawahan sebesar 1%
dapat meningkatkan motivasi berprestasi pegawai dalam bekerja
sebesar 0,363%. Tanda positif pada variabel hubungan antara atasan
dengan bawahan menunjukkan bahwa semakin baik hubungan yang
terjalin antara atasan dengan bawahan, maka semakin meningkatkan
motivasi berprestasi pegawai.
Hubungan antara atasan dengan bawahan pada Dinas
Pertambangan berlangsung dengan baik. Hal ini terlihat dari adanya
kedekatan antara atasan dan pegawainya baik di dalam pekerjaan
maupun diluar pekerjaan, atasan juga sering memperhatikan ide dan
saran pegawainya, memberikan pujian atas pekerjaan dan
58
memberikan kritik yang membangun dalam pekerjaan, serta atasan
dinilai telah bijaksana dalam memberikan perintah pekerjaan.
4.8.2. Faktor Pekerjaan itu sendiri (X9)
Hasil uji t dengan nilai probabilitas (P) menunjukkan bahwa
variabel pekerjaan itu sendiri menghasilkan t hitung sebesar 4,958
dengan tingkat probabilitas sebesar 0,000. hal ini berarti secara
statistik variabel pekerjaan itu sendiri berpengaruh nyata pada selang
kepercayaan 95%. Nilai koefisien regresi variabel pekerjaan itu
sendiri yaitu sebesar 0,346. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan
kepuasan pegawai atas pekerjaannya sebesar 1% dapat meningkatkan
motivasi berprestasi pegawai dalam bekerja sebesar 0,346%. Tanda
positif pada variabel pekerjaan itu sendiri menunjukkan bahwa
semakin puas pegawai terhadap pekerjaannya, maka semakin
meningkatkan motivasi berprestasi pegawai.
Kepuasan terhadap bidang pekerjaan yang dijalankan oleh
pegawai pada Dinas Pertambangan merupakan faktor penting yang
dapat menimbulkan rasa loyalitas terhadap instansi serta memotivasi
untuk bekerja lebih baik lagi. Sebagian besar pegawai pada Dinas
Pertambangan merasa betah dan puas bekerja pada tempat tersebut
karena mereka merasa dapat membuat sesuatu yang berguna bagi
masyarakat dan mereka bangga terhadap pekerjaannya sekarang.
4.8.3. Faktor Gaji (X5)
Hasil uji t dengan nilai probabilitas (P) menunjukkan
bahwa variabel gaji menghasilkan t hitung sebesar – 1,975
dengan tingkat probabilitas sebesar 0,052. hal ini berarti secara
statistik variabel gaji tidak signifikan pada level α = 5%, tetapi
tetap signifikan dan berpengaruh secara nyata pada tingkat
signifikansi 10% pada selang kepercayaan 90% . Hal ini berarti
faktor gaji tetap mempunyai pengaruh yang besar terhadap
motivasi berprestasi pegawai Dinas Pertambangan. Nilai
koefisien regresi variabel gaji yaitu sebesar - 0,081. Tanda negatif
pada variabel gaji menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat
59
kepuasan pegawai terhadap gaji yang diterima, maka motivasi
berprestasi pegawai semakin meningkat. Hasil penelitian ini
berbeda dengan teori motivasi pada umumnya, yang menyatakan
bahwa semakin rendahnya tingkat kepuasan terhadap gaji, maka
semakin rendah pula tingkat motivasi berprestasinya. Teori
seperti ini hanya berlaku bagi mereka yang bekerja di perusahaan
swasta, karena untuk pegawai negeri, gaji bukanlah faktor utama
yang mendorong pegawai meningkatkan prestasi kerjanya di
instansi tersebut. Karena sebelum bekerja sebagai pegawai
negeri, mereka sudah mengetahui standar besaran gaji yang akan
diterimanya sebagai pegawai negeri sipil tidaklah cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi, walaupun pegawai merasa
tidak puas dengan gaji yang diterimanya, motivasi untuk
meningkatkan prestasi kerjanya tetap tinggi karena dengan
prestasi kerja yang semakin baik, pegawai merasa mereka akan
banyak mendapatkan peluang mengembangkan karirnya untuk
mendapatkan pangkat dan posisi jabatan yang lebih tinggi.
Dengan pangkat dan posisi jabatan yang lebih tinggi, pegawai
dapat berharap memperoleh tunjangan yang lebih besar serta
memiliki kekuasaan yang lebih tinggi untuk menyejahterakan
dirinya dan keluarganya. Pada level tertentu, jika penghasilan
mereka dirasakan sudah lebih dari cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan jabatan yang mereka raih sudah cukup
memuaskan dirinya, maka motivasi mereka untuk meningkatkan
prestasi kerjanya akan menurun dan uang menjadi sesuatu yang
relatif kurang penting. Posisi uang digantikan dengan kebutuhan
akan pengakuan dan kebebasan bertindak, yaitu kemungkinan
untuk mempengaruhi apa yang akan terjadi.
60
4.8.4. Faktor Pengakuan dan Penghargaan (X8)
Hasil uji t dengan nilai probabilitas (P) menunjukkan bahwa
variabel pengakuan dan penghargaan menghasilkan t hitung sebesar
1,671 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,100. hal ini berarti secara
statistik variabel gaji tidak signifikan pada level α = 5%, tetapi tetap
signifikan dan berpengaruh secara nyata pada tingkat signifikansi
10% pada selang kepercayaan 90% . Hal ini berarti faktor pengakuan
dan penghargaan tetap mempunyai pengaruh yang besar terhadap
motivasi berprestasi pegawai Dinas Pertambangan. Nilai koefisien
regresi variabel pengakuan dan penghargaan yaitu sebesar 0,097. Hal
ini menunjukkan bahwa peningkatan kepuasan terhadap pengakuan
dan penghargaan yang diberikan kepada pegawai sebesar 1% dapat
meningkatkan motivasi berprestasi pegawai dalam bekerja sebesar
0,097%. Tanda positif pada variabel pengakuan serta penghargaan
menunjukkan bahwa semakin puas pegawai terhadap pengakuan dan
penghargaan yang diberikan, maka semakin meningkatkan motivasi
berprestasi pegawai.
Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan,
diperoleh bahwa faktor-faktor eksternal yang berpengaruh nyata
terhadap motivasi berprestasi pegawai yaitu hubungan antara atasan
dan bawahan dan gaji. Faktor internal yang berpengaruh terhadap
motivasi berprestasi pegawai yaitu pengakuan dan penghargaan serta
pekerjaan itu sendiri. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini,
berbeda dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Shofiana (2004), dimana dalam penelitiannya pada Divisi
Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, diperoleh hasil bahwa faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan yaitu
hubungan antara atasan dan bawahan, kondisi kerja dan gaji.
Sedangkan faktor internal yang berpengaruh terhadap motivasi kerja
karyawan yaitu faktor pengembangan karir dan faktor pengakuan.
61
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Secara umum tingkat motivasi berprestasi pegawai Dinas Pertambangan
Pemkab Bogor sudah baik, dimana skor rataan sebesar 3,66 yang berada
pada posisi keputusan setuju. Hal ini berarti bahwa pegawai Dinas
Pertambangan Pemkab Bogor telah termotivasi untuk berprestasi dalam
bekerja.
2. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi berprestasi
pegawai Dinas Pertambangan Pemkab Bogor yaitu hubungan atasan
dengan bawahan, hubungan antara sesama rekan kerja, peraturan dan
kebijakan instansi, kondisi kerja dan gaji. Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi motivasi berprestasi pegawai pada Dinas Pertambangan
Pemkab Bogor yaitu tanggung jawab yang diberikan, pengembangan
pegawai, pengakuan dan penghargaan serta pekerjaan itu sendiri.
3. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi motivasi berprestasi secara dominan adalah faktor
hubungan antara atasan dengan bawahan (X1) dengan koefisien sebesar
+ 0,363 ; faktor pekerjaan itu sendiri (X9) dengan koefisien sebesar +
0,346 ; faktor gaji (X5) dengan koefisien sebesar – 0,081 ; dan faktor
pengakuan dan penghargaan (X8) dengan koefisien sebesar + 0,097.
B. Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh, dihasilkan beberapa saran sebagai berikut:
1. Instansi perlu menjaga agar motivasi berprestasi pegawai tidak menurun
dengan cara mempertahankan faktor-faktor eksternal maupun internal
yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi pegawai, seperti
hubungan antara atasan dan bawahan, gaji, pengakuan dan penghargaan
serta pekerjaan itu sendiri.
2. Berdasarkan empat faktor dominan yang mempengaruhi motivasi
berprestasi pegawai, saran atau usulan yang dapat diberikan antara lain:
62
Pertama, pimpinan harus terbuka terhadap bawahannya, terbuka dalam
hal ini bermakna transparan. Transparan dalam pengelolaan keuangan,
dalam hal visi, misi dan tujuan instansi, lalu sebaiknya setiap minggu
diadakan evaluasi sebagai tolak ukur kinerja pegawai yang dilakukan
oleh pimpinan, sehingga pimpinan dapat memantau kinerja dari setiap
pegawai. Komunikasi seperti ini efektif agar pimpinan dapat
memahami dan mengetahui apa yang menjadi keinginan setiap pegawai,
begitu pula sebaliknya. Selain itu, dalam setiap pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan pekerjaan, pegawai yang berkepentingan ikut
dilibatkan untuk meningkatkan kebersamaan agar terjadi keharmonisan
dalam bekerja dan pegawai pun merasa keberadaannya diakui. Kedua,
atasan lebih memberikan perhatian kepada bawahan, baik melalui
pemberian penghargaan atas prestasi kerja yang telah dilakukan,
penerimaan ide, usul atau pemberian kritik. Ketiga, memberikan
tunjangan daerah, bantuan atau simultan kepada pegawai untuk lebih
memacu gairah kerja. Keempat, pimpinan harus menentukan
penempatan pegawai pada pekerjaan yang sesuai dengan bidang
keahliannya, karena pegawai akan lebih semangat bekerja jika ia
mengerjakan pekerjaan yang memang disukainya. Selain itu, Struktur
Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) harus efektif untuk menghindari
ketimpangan dalam pekerjaan. Jangan sampai ada satu pekerjaan yang
bobot kerjanya besar tetapi dukungan anggarannya kecil, dan pekerjaan
yang lain memiliki bobot kerja yang kecil tapi dukungan anggarannya
besar. Terakhir adalah adanya kontrol pelaksanaan tupoksi oleh
pimpinan, untuk mendorong semangat pegawai untuk bekerja lebih baik
dan sebagai bahan evaluasi pimpinan.
3. Diadakan penelitian lanjutan tentang pengembangan analisis untuk
pengembangan kajian motivasi dan mengajukan pertanyaan lebih
mendalam kepada responden mengenai usaha-usaha nyata yang akan
dilakukan responden dalam meningkatkan prestasi kerjanya.
63
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, M. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Istijanto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Koeswara, M. H. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mangkunegara, A.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rahayu, C. A. 2005. Pengaruh Faktor-Faktor Karakteristik Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai di PT Jasa Raharja. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Robbins, S. P. 2001. Perilaku Organisasi. Jilid Satu. Edisi Kedelapan. PT
Prenhallindo. Jakarta. Shofiana, M. 2004. Mempelajari Faktor-Faktor Dominan yang Mempengaruhi
Motivasi Kerja Karyawan (Studi Kasus pada Divisi Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Siagian, S. P. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.
Stoner, J.A.F. dan R.E. Freeman. 1994. Manajemen. Jilid Dua. Edisi Ketiga.
Intermedia. Jakarta.
Tanjung, H dan Arep, I. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Universitas Trisakti. Jakarta.
Terry, G.R. 1997. Principles of Management, Seventh Edition. Richard D. Irwin,Inc. Home Wood Illinois.
Umar, H. 2003. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Widhayanti, R. 2004. Analisis Hubungan Motivasi Kerja dengan Produktivitas Kerja di PT. Dahana. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
66 Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Kuesioner Penelitian
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penyusunan skripsi. Topik dari skripsi ini adalah Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal dan Internal terhadap Motivasi Berprestasi Pegawai pada Dinas Pertambangan Pemda Kabupaten Bogor oleh Astrid Wiangga Dewi, Mahasiswi Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kuesioner ini tidak akan mempengaruhi status dan keberadaan anda selaku pegawai. Dengan ini mohon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dijawab secara jujur dan pribadi tanpa ada pengaruh dari orang lain. Terima Kasih.
I. Data Responden :
1. Jabatan sekarang : .....................................................................
2. Masa Kerja : .............tahun
3. Usia : .............tahun
4. Jenis kelamin : Pria / wanita
5. Pendidikan terakhir *) : 1. SD 4. S1
2. SMP 5. Lain-lain :
3. SMA ...........................
6. Uraikan Pekerjaan Anda (tugas dan tanggung jawab) :
..........................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................
......................................
Catt : *) : Pilih salah satu
67
Lanjutan Lampiran 2.
Checklist ( √ ) kolom yang telah disediakan menurut jawaban yang Anda rasa paling sesuai. Keterangan: SS: Sangat Setuju, S: Setuju, CS: Cukup Setuju, KS: Kurang Setuju, TS: Tidak Setuju I. FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI A. Hubungan Antara Atasan dan Bawahan No. Pernyataan SS S CS KS TS 1. Saya dekat dengan atasan saya di dalam pekerjaan. 2. Saya dekat dengan atasan saya di luar pekerjaan. 3. Atasan saya sering memperhatikan ide dan saran saya. 4. Atasan saya sering memberikan bimbingan dalam pekerjaan. 5. Atasan saya sering memberikan pujian atas pekerjaan saya. 6. Atasan saya sering memberikan kritik yang membangun untuk pekerjaan
saya.
7. Atasan saya telah bijaksana dalam memberikan perintah pekerjaan. B. Hubungan Antara Sesama Rekan Kerja No. Pernyataan SS S CS KS TS 1. Hubungan saya dengan rekan kerja di bagian yang sama sudah erat. 2. Hubungan saya dengan rekan kerja di bagian yang lain sudah erat. 3. Rekan saya selalu memberikan bantuan dan kerjasama dalam pekerjaan. 4. Saya dan rekan kerja saling memberikan dorongan/semangat dalam bekerja. 5. Hubungan saya dan keluarga rekan kerja saya sudah erat. C. Peraturan dan Kebijakan Instansi No. Pernyataan SS S CS KS TS 1. Peraturan mengenai jam kerja yang berlaku di tempat kerja saya sudah
memuaskan.
2. Peraturan mengenai hari kerja yang berlaku di tempat kerja saya sudah memuaskan.
3. Pemberian sanksi di tempat kerja saya sudah baik. 4. Saya merasa puas dengan kebijakan yang ditetapkan instansi. 5. Tingkat kedisiplinan instansi dalam menerapkan peraturan dan kebijakan yang
berlaku sudah baik.
6. Peningkatan karir di tempat saya bekerja sudah sesuai dengan prestasi kerja yang dicapai.
D. Kondisi Kerja No. Pernyataan SS S CS KS TS 1. Saya merasa puas dengan ketenangan dan kenyamanan di tempat kerja saya. 2. Saya merasa puas dengan kebersihan di tempat kerja saya. 3. Perlengkapan dan sarana pendukung yang disediakan di tempat kerja saya
sudah lengkap.
4. Saya merasa puas dengan sistem keamanan di tempat kerja saya. E. Gaji No. Pernyataan SS S CS KS TS 1. Saya merasa puas dengan gaji yang saya peroleh sekarang. 2. Gaji yang saya peroleh sekarang sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari. 3. Gaji yang saya peroleh sekarang sudah sesuai dengan masa kerja dan jenis
pekerjaan saya.
68 4. Saya merasa puas dengan tunjangan yang diberikan di tempat saya bekerja. Lanjutan Lampiran 2. II. FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI F. Tanggung Jawab yang Diberikan No. Pernyataan SS S CS KS TS 1. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan sesuai dengan kemampuan saya. 2. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan dapat meningkatkan semangat
kerja saya.
G. Pengembangan Pegawai/Potensi Individu No. Pernyataan SS S CS KS TS 1. Instansi memberikan kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi
kepada pegawai yang berprestasi dan mampu.
2. Instansi sangat memperhatikan etos kerja, tanggung jawab dan inisiatif pegawai.
H. Pengakuan dan Penghargaan No. Pernyataan SS S CS KS TS 1. Instansi memberikan perhatian dan penghargaan bagi pegawai yang memiliki
kejujuran serta semangat kerja tinggi.
2. Atasan menghargai setiap hasil kerja yang saya lakukan. 3. Saya merasa senang bila penghargaan yang diberikan berupa uang. 4. Saya merasa senang bila penghargaan yang diberikan berupa piagam
penghargaan.
I. Pekerjaan itu Sendiri No. Pernyataan SS S CS KS TS 1. Saya merasa puas dengan pekerjaan saya sekarang. 2. Bekerja disini membuat saya merasa berguna di masyarakat. 3. Saya bermaksud bekerja di sini selamanya. 4. Sejak awal, saya sudah merasa bangga bekerja di instansi ini. III. MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI No. Pernyataan SS S CS KS TS 1. Saya merasa puas dengan hasil kerja saya sekarang dalam mencapai tujuan
instansi.
2. Saya bersedia bekerja keras sesuai dengan jam kerja yang diberlakukan instansi.
3. Saya bersedia bekerja keras untuk mencapai target instansi. 4. Saya bersedia menggunakan waktu luang (istirahat) untuk menyelesaikan
pekerjaan yang belum selesai.
5. Saya bersedia bekerja di luar jam kerja walaupun itu tidak dihitung sebagi kerja lembur demi mencapai target instansi.
6. Saya selalu merasa ingin memperbaiki kinerja saya. 7. Saya bersedia menerima sanksi jika melakukan kesalahan. 8. Saya bersedia memperbaiki kesalahan yang diminta oleh atasan saya. 9. Saya bersedia bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. 10. Saya senang dan menikmati pekerjaan saya sekarang.
69
Lampiran 3. Hasil uji validitas dan reliabilitas Hasil uji validitas R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Item-total Statistics Corrected Item-Total Correlation VAR00001 ,7977 VAR00002 ,6605 VAR00003 ,7125 VAR00004 ,7839 VAR00005 ,7769 VAR00006 ,8091 VAR00007 ,8266 VAR00008 ,4442 VAR00009 ,1742 VAR00010 ,1524 VAR00011 ,2840 VAR00012 ,3686 VAR00013 ,8193 VAR00014 ,7262 VAR00015 ,2266 VAR00016 ,8071 VAR00017 ,7891 VAR00018 ,7823 VAR00019 ,6766 VAR00020 ,3145 VAR00021 ,5321 VAR00022 ,5113 VAR00023 ,7690 VAR00024 ,5530 VAR00025 ,5600 VAR00026 ,4803 VAR00027 ,5742 VAR00028 ,8350 VAR00029 ,6407 VAR00030 ,7232 VAR00031 ,4424 VAR00032 ,7743 VAR00033 ,2342 VAR00034 ,4182 VAR00035 ,6521 VAR00036 ,6235 VAR00037 ,5872 VAR00038 ,7485 VAR00039 ,5232 VAR00040 ,7769 VAR00041 ,7534 VAR00042 ,6850 VAR00043 ,6858 VAR00044 ,5618 VAR00045 ,7646
70
VAR00046 ,7430 VAR00047 ,5582 VAR00048 ,6310 (terdapat 42 pertanyaan yang valid, yaitu r-hitung > 0,361) Hasil uji reliabilitas R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients 42 items Alpha = ,9716 Standardized item alpha = ,9724
71
Lampiran 4. Hasil Uji korelasi Rank Spearman
72
73
74
75
Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor-faktor Eksternal dan Internal terhadap Motivasi Berprestasi Pegawai
Coefficients(a)
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,816 ,254 3,207 ,002*** Hub.atasan
dan bawahan (X1)
,363 ,060 ,563 6,021 ,000*** ,291 3,437
Hub.sesama rekan kerja (X2)
,054 ,068 ,047 ,796 ,429 ,739 1,352
Peraturan dan kebijakan instansi (X3)
,016 ,067 ,023 ,238 ,813 ,277 3,606
Kondisi kerja (X4)
,011 ,057 ,013 ,193 ,848 ,542 1,843
Gaji (X5) -,081 ,041 -,126 -1,975 ,052** ,628 1,592 Tanggung
jawab yang diberikan (X6)
,028 ,063 ,039 ,438 ,663 ,319 3,139
Pengembangan pegawai (X7)
-,051 ,050 -,094 -1,030 ,307 ,303 3,299
Pengakuan dan penghargaan (X8)
,097 ,058 ,130 1,671 ,100** ,417 2,400
Pekerjaan itu sendiri (X9)
,346 ,070 ,400 4,958 ,000*** ,391 2,560
a Dependent Variabel: MOTIVASI BERPRESTASI keterangan: *** : Signifikan pada α = 5 %, ** : signifikan pada α = 10%
STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERTAMBANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR
KEPALA DINAS
BAGIAN TATA USAHA
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
Bidang
Listrik dan Pengembangan Energi
Bidang
Tata Lingkungan Geologi
Seksi
Ketenagalistrikan
Seksi
Konservasi Air Bawah Tanah dan Bencana
Geologi
Bidang
Pertambangan Umum
Seksi
Potensi dan Produksi
Seksi Air Bawah Tanah Seksi
Minyak dan Gas Bumi
Keterangan :
Seksi
Pertambangan Umum, Minyak dan Gas Bumi
Bidang Perizinan
Seksi
Teknik Pertambangan
Seksi
Air Bawah Tanah dan Ketenagalistrikan
UPTD Garis InstruktifGaris Koordinatif
Sumber : Lampiran Perda Pemkab Bogor Nomor 24 Tahun 2004 Tanggal 9 Juli 2004 65
Lam
piran 1. Struktur Organisasi
Dinas Pertam
bangan Pemkab
Bogor