Upload
buithuan
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MUDHARABAH
TERHADAP INVESTASI DINAR
(Studi Kasus Tabungan M-Dinar
di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)
Dalam Ilmu Syari‟ah
Oleh :
FENTY FUMIATY
NIM 082311048
JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYARI'AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag.
Jl. Tugu Lapangan Tambakaji, Ngaliyan Semarang
H. Tolkah, MA
Karonsih Baru Raya No. 87 RT 3/XII, Ngaliyan Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks. Kpd Yth.
Hal : Naskah Skripsi Dekan Fakultas Syariah
A.n. Sdri. Fenty Fumiaty IAIN Walisongo Semarang
Di Semarang
Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini saya
kirim naskah skripsi saudari :
Nama : Fenty Fumiaty
NIM : 082311048
Judul Skripsi : ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MUDHARABAH
TERHADAP INVESTASI DINAR (Studi Kasus
Tabungan M-Dinar di BMT Artha Kencana Mulia
Semarang)
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera
dimunaqosahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Semarang, 16 Juni 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag H. Tolkah, MA
NIP. 19630801 199203 1 001 NIP. 19690507 199603 1 005
iii
iv
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
Penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi
materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi
satupun pikiran-pikiran orang lain kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang
dijadikan bahan rujukan.
Semarang,16 Juni 2012
Deklarator
FENTY FUMIATY
NIM : 082311048
v
ABSTRAK
Mudharabah merupakan wahana utama bagi perbankan syariah (termasuk
BMT) untuk memobilisasi dana masyarakat yang terserak dalam jumlah besar dan
untuk menyediakan berbagai fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi para
pengusaha. Mudharabah dalam perspektif fiqh merupakan salah satu dari bentuk
kerjasama yang bersifat amanah, tolong menolong dan saling membantu antar
sesama manusia. Hal ini dikarenakan mudharabah merupakan akad dimana
pemilik modal (shahibul maal) yang tidak pakar dalam memutarkan uang bekerja
sama dengan seseorang yang terampil dalam mengelola dan memproduktifkan
modal itu (mudharib). Mudharabah merupakan skim fiqh yang paling popular
diterapkan perbankan syariah maupun lembaga keuangan syariah (LKS) seperti
Baitul Maal wa Tamwil (BMT).
Baitul Mal wat Tamwil (BMT) “Artha Kencana Mulia” Semarang,
merupakan salah satu lembaga keuangan syari‟ah yang menyediakan produk
penghimpunan dana berupa investasi mudharabah. Menyediakan wadah investasi
di bidang keuangan syariah melalui produk Dinar. BMT “Artha Kencana Mulia”
menghadirkan kembali Dinar dan Dirham sebagai solusi dan timbangan yang adil
di tengah-tengah masyarakat.
BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang, sebagai lembaga keuangan
syariah tidak menutup kemungkinan terdapat ketidaksesuaian dalam melakukan
kegiatan investasi menggunakan prinsip mudharabah. Sehingga perlu diteliti
bagaimana pelaksanaan investasi mudharabah di BMT “Artha Kencana Mulia”?
Dan bagaimana tinjaun hukum Islam terhadap pelaksanaan investasi mudharabah
menggunakan dinar di BMT ini?
Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research). Adapun
teknik pengumpulan data meliputi interview, dokumentasi, sedangkan teknik
analisisnya deskriptif analitis. Deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan
obyek penelitian apa adanya secara proporsional. Sedangkan maksud analitis
adalah berfikir tajam dan mendalam dengan berusaha menemukan kelemahan atau
kekurangannya.
Hasil penelitian ini adalah bahwa dalam operasionalnya, BMT “Artha
Kencana Mulia” Semarang menghimpun dana untuk diinvestasikan dalam bentuk
dinar (dirham) dengan sistem bagi hasil mudharabah. Keuntungan akan diberikan
kepada nasabah (penabung atau shahibul maal) setiap bulannya ke rekening
masing-masing. Nisbah yang ditentukan diawal perjanjian adalah 50:50, dengan
keuntungan yang didapat dari usaha pengadaan dinar itu sendiri. Dimana hal ini
dirasa belumlah sesuai dengan ketentuan dan aturan hukum Islam, dimana BMT
tidak diperkenankan menjanjikan pemberian keuntungan tetap perbulan dalam
jumlah tertentu dengan sistem persentase sebagaimana lazim berlaku dalam
tatanan perbankan konvensional.
vi
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(QS. Ar Ra‟d : 11)
vii
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan untuk :
Mama dan Papa yang kusayangi di dunia ini
Do‟a, kasih sayang, tuntunan, dukungan baik moril maupun materiil
Dengan tulus ikhlas selalu menemani di setiap langkah putrimu.
Alm. Om Amir dan Bibi Wahyuni
Nasehat dan bimbingan kalian menuntun arah perjalanan hidupku
Mengajarkan hidup yang sebenarnya
Maafkan atas segala kesalahan keponakanmu ini
Om Aziz dan Bule Mu‟alifah
Terimakasih atas nasehat dan kebaikannya selama ini
Teh Fany, Aa Fathur, Mba Iffah, Mas Teguh, Mas Sugi, Mba Zulia
Yang selalu memberikan doa dan semangat
Syifa Chairunnisa Ramadhani
Keponakan pertama yang lucu, memberikan senyum untuk penulis
Di akhir-akhir perjuangan menyusun skripsi
Abah Imam Taufik dan Ummi Arikha
Terimakasih atas bimbingannya selama penulis tinggal di asrama Darul Falah B.9,
mohon maaf atas segala khilaf
Saudari-saudariku di Asrama Darul Falah B.9
Yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Kuroh, Ika Nur Handayani, Lady Nahdhiatul Ummah
Sahabat-sahabatku sepanjang hidup penulis
Terima kasih atas kesabaran menghadapi penulis, memberikan arti sahabat yang
sebenarnya, canda, tawa, duka, luka kita telah lalui bersama
Last but Not Least
Dan untuk “Noor” (cahaya) yang selama ini telah memberikan „warna di atas
kanvas putih‟ dalam kehidupan penulis
Terima kasih atas segala yang telah diberikan
telah mengajarkan penulis untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa
dan lebih baik lagi (semoga)
Dedikasiku untuk kalian semua……..
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. penulis panjatkan atas
segala limpahan Rahmat, Taufiq, Hidayah dan Inayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS PELAKSANAAN AKAD
MUDHARABAH TERHADAP INVESTASI DINAR (STUDI KASUS
TABUNGAN M-DINAR DI BMT “ARTHA KENCANA MULIA”
SEMARANG).
Shalawat dan Salam Allah SWT semoga selalu terlimpahkan dan
senantiasa penulis sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa dan
mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah
sematahasil dari “jerih payah” penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu
terwujud berkat adanya usaha dan bantuan baik berupa moral maupun spiritual
dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis tidak akan lupa untuk menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya terutama kepada :
1. Bapak DR. H. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Bapak Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
ix
3. Bapak H. Tolkah., MA. selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya di sela-sela
kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Dosen Wali yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
arahan dan memberikan ilmunya kepada penulis.
5. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Muamalah, dosen-dosen dan
karyawan Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo atas segala didikan, bantuan
dan kerjasamanya.
6. Bapak / Ibu pegawai Perpustakaan Institut IAIN Walisongo Semarang, yang
telah memberikan izin dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala do‟a,
perhatian, dukungan, kelembutan dan curahan kasih sayang yang tidak
dapat penulis ungkapkan dalam untaian kata-kata.
8. Om Amir (alm) dan Bibi Yuni sekeluarga yang telah mendidik dan
mengajarkan penulis tentang makna hidup yang sebenarnya. Terimakasih
atas do‟a dan semuanya.
9. Segenap Staf dan Karyawan di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang,
terima kasih yang telah dengan ramah dan sabar membantu penulis dalam
melakukan penelitian skripsi ini.
x
10. Sahabat-sahabatku (Kuroh, Ika Nur Handayani, Lady Nahdhiatul Ummah)
bersama-sama menghadapi segala macam cobaan. Tawa, canda, luka, sedih
telah kita lalui semuanya.
11. Teman-teman IAIN Walisongo angkatan 2008, khususnya jurusan
Muamalah B 08 (Ana Mar‟atun, Masulah, Nurjannah, Heru, Endro dll)
12. Teman-teman baruku KKN angkatan 58, posko 48 Ketitang (Mae, Ayik,
Ayu, Nurul, Sulis, Afif, Maksun, Ipul, Hasan, Anam, Fikri, Amin), sungguh
45 hari yang tidak akan terlupakan.
Harapan dan do‟a penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa
dari semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini
diterima Allah SWT. serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat
ganda.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis
mengharap saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi sempurnanya skripsi
ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Semarang, 16 Juni 2012
Penulis,
Fenty Fumiaty NIM: 082311048
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
HALAMAN PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
HALAMAN DEKLARASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
HALAMAN ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. v
HALAMAN MOTTO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi
HALAMAN PERSEMBAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii
HALAMAN KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . viii
HALAMAN DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………xiv
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang Permasalahan …………………………………….1
B. Perumusan Masalah ………………………………………………9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………10
D. Tinjauan Pustaka …………………………………………………10
E. Metode Penelitian ………………………………………………..13
F. Sistematika Penulisan ……………………………………………17
BAB II : Akad Mudharabah dalam Fiqh Islam & Teori tentang Dinar
A. Pengertian Mudharabah dan Landasan
1. Pengertian Mudharabah……………………………………...20
2. Landasan Syariah Mudharabah ………………………………24
xii
B. Rukun dan Syarat Mudharabah
1. Rukun Mudharabah………………………………………….29
2. Syarat Mudharabah………………………………....………30
C. Jenis-jenis Mudharabah
1. Mudharabah Muthlaqoh……………………………………36
2. Mudharabah Muqayyadah…..………………………….… 37
D. Pendapat Ulama Tentang Mudharabah……………………..........38
E. Investasi dalam Islam
1. Pengertian Investasi…………………………………………44
2. Dasar Hukum Berinvestasi…………………………………47
3. Investasi Dinar Emas……………………………………….49
BAB III : Pelaksanaan Akad Mudharabah di BMT “Artha Kencana Mulia”
A. Gambaran Umum BMT ”Artha Kencana Mulia”
1. Sejarah Berdirinya BMT ”Artha Kencana Mulia”…………...59
2. Visi dan Misi BMT ”Artha Kencana Mulia”..………………61
3. Lokasi BMT ”Artha Kencana Mulia”..…………………….61
4. Komitmen Pelayanan……………………………………….62
5. Struktur Organisasi BMT ”Artha Kencana Mulia”………… 62
6. Produk dan Jasa BMT ”Artha Kencana Mulia”……………..63
B. Aplikasi Pelaksanaan Akad Mudharabah Terhadap Investasi Dinar
di BMT ”Artha Kencana Mulia”……………………………....65
1. Tata Cara Akad Mudharabah dalam Tabungan M-Dinar…70
xiii
2. Pendapat Nasabah Terhadap Investasi Mudharabah dalam
Tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”……..75
3. Perhitungan Profit Sharing (Bagi Hasil) dalam Investasi
Tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”……..77
BAB IV : Analisis Pelaksanaan Akad Mudharabah Terhadap Investasi di
BMT “Artha Kencana Mulia”
A. Analisis Akad Mudharabah Terhadap Investasi Dinar dalam
Bentuk Tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana
Mulia”……………………………………………………………..81
B. Tinjauan Hukum Islam Pelaksanaan Akad Mudharabah Terhadap
Investasi Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”………………..88
BAB V : Penutup
A. Kesimpulan………………………………………………………93
B. Saran-saran……………………………………………………….94
C. Penutup…………………………………………………………...95
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Roda-roda Penggerak Sistem Ekonomi Islam……………………………55
3.1 Bagan Struktur Organisasi BMT “Artha Kencana Mulia”………………62
3.2 Skema Kerjasama Pihak yang Menjalankan M-Dinar…………………..66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejauh ini masih terdapat anggapan bahwa Islam menghambat
kemajuan, seolah-olah Islam hanya berkaitan dengan masalah ritual bukan
suatu sistem yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Manusia adalah
khalifah di bumi, Islam memandang bahwa bumi dengan segala isinya
merupakan amanah Allah SWT kepada sang khalifah untuk dipergunakan
sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama.1 Dengan kata lain, dalam Islam
tidak ada pemisah antara amal dunia dan amal akhirat, sebab sekecil apapun
aktivitas manusia di dunia harus didasarkan pada ketetapan Allah SWT, agar
kelak selamat di akhirat.2
Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap
dimensi kehidupan manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Bersamaan
dengan fenomena semakin bergairahnya masyarakat kembali ke ajaran
agama, banyak bermunculan lembaga-lembaga ekonomi yang berusaha untuk
menerapkan prinsip syari‟at Islam, dapat dicontohkan dengan ketentuan-
1 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2001), hlm. 3 2 Rachmat Syafi‟i, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), hlm. 15. Hal ini
juga sesuai dengan firman Allah sebagai berikut :
Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), Karena di sisi
Allah ada pahala dunia dan akhirat. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Melihat” (QS. An-
Nisa: 134)
2
ketentuan dasar ekonomi seperti larangan riba, adanya prinsip bagi hasil,
pengenaan zakat, dan lain-lain.3
Walaupun terdapat persamaan dengan sistem ekonomi yang lain,
namun dalam sistem ekonomi Islam terdapat perbedaan pandangan dengan
sistem ekonomi yang lain dan ini terlihat dalam idealitas transaksi
pemesanan, bagi hasil, asuransi, jaminan, deposito, pinjaman, jual beli valas,
jual beli saham, dan premi dalam transaksi perbankan. Aktivitas-aktivitas itu
dapat bernilai ibadah manakala yang melingkupi sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan oleh Islam.4 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang
berbunyi :
Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu‟ah: 10)5
Dari ayat di atas dapat kita tafsirkan secara jelas, bahwasanya Allah
telah memerintahkan kita untuk mencari karunia-Nya, rezeki yang telah Allah
persiapkan untuk semua makhluk yang ada di muka bumi. Salah satu upaya
agar kita beruntung seperti yang tersirat di dalam ayat tersebut adalah dengan
melakukan perencanaan finansial untuk menunjang kehidupan kita di masa
depan, apalagi di zaman modern seperti sekarang. Tujuan jangka panjangnya
3 Muhammad Syafi‟i Antonio, op.cit., hlm. 4
4 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan,
(Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), hlm. xxi 5 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2008), hlm. 554
3
adalah untuk menjamin keberlangsungan hidup kita ketika memasuki masa
“pensiun”. Selain itu, bagaimana agar harta kita bermanfaat dunia dan akhirat.
Dalam pengelolaan finansial, hal yang lazim menjadi fokus perhatian
masyarakat adalah bagaimana berinvestasi. Dalam hal ini, banyak pilihan
yang bisa kita ambil. Namun, dalam ekonomi konvensional, ladang investasi
yang tersedia pada umumnya belum tentu sesuai kaidah syariah. Sebagai
Muslim, kita tidak boleh terjebak untuk ikut dalam ladang investasi ribawi.
Istilah investasi6 berasal dari bahasa Latin, yaitu investire (memakai),
sedangkan dalam bahasa Inggris, disebut dengan investment.7 Hakikat
investasi adalah penanaman modal untuk proses produksi. Karena Islam
adalah agama yang mudah, tentunya batasan syar‟i tidak menjadikan kita
kesulitan dalam mengelola finansial. Oleh karena itu, upaya untuk memutar
modal dalam investasi, sehingga mendatangkan return merupakan aktivitas
yang sangat dianjurkan. Oleh sebab itu, ajaran tentang mekanisme investasi
bagi hasil harus dikembangkan, sehubungan dengan masalah kapital dan
keahlian.8 Bila dalam ekonomi konvensional alat investasi – lebih khusunya
uang atau saham – memiliki fluktuasi nilai yang ditentukan oleh pasar, dalam
Islam dikenal alat investasi yang bernama dinar.
6 Aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai
untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan
aliran produk baru di masa yang akan datang. 7 Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press,
2008), hlm. 31 8 Muhamad, Dasar-dasar Keuangan Islam, (Yogyakarta: EKONISIA, 2004), Cet. I, hlm.
75
4
Investasi (saving) emas menjadi pilihan yang menjanjikan.9 Hal ini
dikarenakan emas adalah salah satu alternatif investasi yang sangat
menguntungkan. Nilai investasinya yang tidak tergerus inflasi, tren harga
yang terus meningkat, ditambah lagi transaksi jual belinya fleksibel dan pasar
terbuka, membuat komoditas itu menjadi pilihan alternatif investasi. Hal itu
pula yang mendorong lembaga jasa keuangan ikut menawarkan produk gadai
emas, murabahah emas, dan mudharabah atau qiradh emas.
Akan tetapi, memperlakukan emas (dan pasangannya, perak) sebagai
investasi dalam arti ditabung untuk sekadar menjaga nilai justru sangat
merugikan masyarakat secara keseluruhan. Dalam pandangan Islam, emas
beserta pasanganya perak, adalah uang, alat tukar yang harus beredar. Emas
dan perak, dalam bentuk mata uang Dinar emas (4.25 gr) dan Dirham perak
(2.975 gr) harus ditransaksikan dalam perdagangan sehari-hari. Ia harus
berpindah tangan, dipertukarkan dengan komoditas dan jasa, dan tidak
ditimbun dalam brankas, hanya untuk suatu saat ditukarkan kembali menjadi
rupiah. Dalam surat at-Taubah ayat 34-35 Allah SWT menegaskan :
Artinya : “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak (baik sebagai
komoditi maupun mata uang) dan tidak menyalurkannya di jalan
Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan
9 Moh. Ismail Yusanto, dkk, Dinar Emas: Solusi Krisis Moneter, (Jakarta: PIRAC, 2001),
hlm. 117
5
mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak
itu dalam neraka jahanam, lalu dibakarnya dahi mereka,
lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka,
“inilah harta benda kalian yang kalian simpan untuk diri kalian
sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kalian
simpan itu.” (QS. At-Taubah: 34-35)10
Memperlakukan Dinar dan Dirham sebagai “alat investasi” pasif
seperti ini melawan perintah Allah Ta‟ala, sebab didalam Al Qur‟an telah
jelas disebutkan bahwasanya :
Artinya : “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja
di antara kamu” (QS. Al- Hasyr: 7)11
Agar dinar bisa beredar dan kita sebagai seorang Muslim dapat berinvestasi
secara benar dan tepat sesuai syar‟i maka ada beberapa prasarana yang harus
ada dan saat ini telah dirintis. Salah satunya melalui lembaga keuangan non
bank atau lembaga pembiayaan (multifinance) dan Baitul Maal wa Tamwil
(BMT).
BMT sebagai salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah memiliki
karakteristik sebagai lembaga keuangan yang memadukan antara fungsi
Baitul Maal (sosial / tabarru) dengan kegiatan menghimpun dan menyalurkan
dana umat Islam seperti zakat, infaq, maupun shadaqah. Selain itu BMT juga
berfungsi sebagai usaha komersil (tamwil) yakni mencari keuntungan dengan
menghimpun dan mengelola dana masyarakat dalam bentuk jasa simpanan
dan pembiayaan berdasarkan konsep syariah. Tidak hanya itu, BMT dapat
10
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 192 11
Ibid, hlm. 546
6
melakukan fungsi terpisah yakni berorientasi mencari keuntungan atau
lembaga sosial semata.12
BMT menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, dari hanya satu
BMT pada tahun 1992, kini telah mencapai jumlah 1.975 BMT yang tersebar
di 26 Propinsi di seluruh Indonesia. Sejak tahun 1997 hingga sekarang ini,
bahkan ketika krisis ekonomi dan moneter melanda Indonesia, BMT yang
operasionalnya mengacu pada prinsip-prinsip syari‟ah telah mampu bertahan
dan berkembang dengan baik.13
Hal ini dibuktikan dengan eksisnya produk-
produk muamalah dan bertambahnya nasabah di BMT, terutama di BMT
“Artha Kencana Mulia” (AKM) Semarang. Sebagai lembaga keuangan
syari‟ah produk-produk yang ditawarkan BMT AKM pada masyarakat
berdasarkan pada ketentuan-ketentuan hukum Islam salah satunya adalah
produk pembiayaan investasi mudharabah yang menggunakan prinsip bagi
hasil.
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang
mempunyai tujuan yang sama antara pemilik dana (shahibul maal) dan
pengelola dana (mudharib).14
Melalui mudharabah kedua belah pihak yang
bermitra tidak akan mendapatkan bunga, tetapi mendapatkan bagi hasil atau
profit dan loss sharing dari proyek ekonomi yang disepakati bersama.15
Menurut fuqaha mudharabah adalah suatu perjanjian dimana seseorang
12
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press,
2004), hlm. 126 13
Zaenul Arifin, Memahami Bank Syari‟ah: Linglung, Peluang, Tantangan dan Prospek,
(Jakarta: Pustaka Ilmu,1999), hlm. 133 14
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 83 15
Muhamad, op.cit., hlm. 80
7
memberikan hartanya kepada orang lain berdasarkan prinsip dagang dimana
keuntungan yang diperoleh akan dibagi berdasarkan proporsi yang telah
disetujui, seperti ½ dari keuntungan atau ¼ dan sebagainya.16
Pembagian
keuntungan akan terjadi bila ada keuntungan dalam kerja sama tersebut dan
dia (pemilik dana) tidak akan memperoleh pengembalian apapun bila terjadi
kerugian dalam usahanya.17
Secara keseluruhan landasan syariah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan suatu usaha. Sebagaimana frman
Allah :
Artinya : “Dan yang lainnya, bepergian di muka bumi mencari karunia
Allah” (QS. Al-Muzammil: 20)18
BMT ”Artha Kencana Mulia” Semarang merupakan salah satu lembaga
keuangan syariah yang menyediakan produk penghimpunan dana berupa
tabungan M-Dinar berbasis investasi mudharabah. Dalam produk ini,
penentuan besarnya prosentase bagi hasil tidak didasarkan pada unsur
immaterialnya tetapi cenderung pada unsur materialnya. Disamping itu segala
resiko yang timbul akan ditanggung bersama, sehingga tidak terjadi
ketidakadilan dan eksploitasi dari pihak satu ke pihak lain.
Secara konsep BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang ini
menghendaki adanya bebas bunga sehingga tercipta keadilan, ta‟awun dan
16
Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan dalam Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2004), Cet. III, hlm. 65 17
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, diterjemahkan oleh Soeroya Nastangin dari
“Economic Dectrines of Islam”, Jilid I, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 302 18
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 575
8
kebersamaan yang pada akhirnya dapat membantu mengentaskan kemiskinan
dan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik. Akan tetapi jika kita
perhatikan, praktek perhitungan bagi hasil (profit sharing) dalam investasi
tabungan M-Dinar ini masih menjadi pertanyaan yang membingungkan umat
Islam, karena investasi Islam merupakan investasi yang sarat dengan risiko,
seperti model mudharabah. Para fuqaha sepakat, bahwa transaksi
mudharabah tidak boleh dibarengi dengan syarat yang menambah
ketidakjelasan keuntungan atau penipuan (gharar).19
BMT “Artha Kencana Mulia”, yang berkantor di Jalan Durian Raya,
Banyumanik – Semarang ini merupakan lembaga keuangan syariah yang
diamanatkan oleh ICMI Jawa Tengah agar mendirikan lembaga keuangan
yang dikelola secara syariah. Lembaga keuangan syariah pimpinan Bapak
Adityawarman memiliki badan hukum No. 14290/BH/XVI/2001. Dari segi
pelayanan BMT ini cukup baik, terbukti dengan sistem transaksi yang dapat
diakses secara online. Sehingga semua transaksi bisa dilakukan kapan saja
dan dimana saja. Selain itu, BMT “Artha Kencana Mulia” juga melakukan
kerja sama dengan Gerai Dinar, Logam Mulia, PT Antam Tbk, Peruri, dan
KAN (Komite Akreditasi Nasional).
Dalam peristiwa tersebut tentu sangat menarik untuk dikaji ulang,
mengingat hal tersebut merupakan suatu fenomena yang dapat dikatakan baru
dalam dunia ekonomi syariah. Hal ini seperti yang telah tersirat dalam hadits
yang disampaikan oleh Nabi SAW bahwa ‟Perumpamaan seorang mukmin
19
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid: Analisa Fiqih Para Mujtahid, diterjemahkan oleh Imam
Ghazali dan Achmad Zaidun dari “Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid”, Jilid III,
(Jakarta: Pustaka Amani, 2007), Cet. 3, hlm. 105
9
adalah seperti seorang pedagang yang keuntungannya tidak diserahkan
kepadanya sehingga modalnya diserahkan. Demikian pula orang mukmin
yang tidak diserahkan (dikerjakan) kepadanya sunnahnya sehingga
diserahkan (dikerjakan) kewajibannya‟.20
Sehubungan dengan adanya praktek investasi dinar yang terjadi di
BMT ”Artha Kencana Mulia” Semarang tersebut, Penulis tertarik untuk
membahasnya mengenai bagaimana kajian hukum Islam berkenaan dengan
praktek investasi dinar tersebut. Untuk membahas permasalahan tersebut
Penulis mengambil sebuah judul yaitu : ”Analisis Pelaksanaan Akad
Mudharabah Terhadap Investasi Dinar” (Studi Kasus Tabungan M-
Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang).
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang permasalahan di atas, maka pokok yang
menjadi kajian skripsi ini yaitu :
1. Bagaimana pelaksanaan akad mudharabah pada investasi tabungan M-
Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam mengenai akad mudharabah pada
praktek investasi tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”
Semarang?
20
Hadits ini dikemukakan oleh Imam Al-Kasani dalam Badai‟ Ash-Shanai‟; lihat: Wahbah
Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuh, Juz 4, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-„Ilmiyah, t.t), hlm. 868
10
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian adalah :
1. Mengetahui pelaksanaan akad mudharabah terhadap investasi dinar di
BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang dari sisi tinjauan hukum Islam.
2. Mengetahui konsistensi BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang dalam
penggunaan akad mudharabah terhadap investasi dinar.
Manfaat Penelitian adalah :
1. Membantu memberikan tambahan dan masukan bagi BMT “Artha
Kencana Mulia” Semarang agar dapat terus berkembang lebih baik sesuai
dengan ketentuan akhlak dan prinsip syariah.
2. Memberi manfaat bagi penulis secara teori dan aplikasi terhadap
perkembangan ilmu di lapangan.
3. Sebagai sumber masukan yang positif serta menambah khasanah bacaan
ilmiah untuk penelitian lebih lanjut.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam hal penelitian lapangan ini, penulis bukanlah yang pertama
membahas mengenai akad mudharabah dan dinar. Beberapa karya ilmiah
yang lain maupun beberapa buku-buku yang terkait dengan permasalahan
peneliti, diantaranya yaitu :
1. Penelitian skripsi oleh Arnik Romi Sholekhah dalam skripsinya yang
berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Aplikasi Investasi Dinar
dengan Akad Qirad di Gerai Dinar Surabaya”. Mekanisme transaksi
11
investasi yang ada di Gerai Dinar Surabaya ini sama halnya dengan
investasi yang lainnya hanya saja perantara bendanya berbeda, di Gerai
Dinar Surabaya menggunakan dinar sedang investasi lain pada umumnya
menggunakan surat berharga. Dalam investasi dinar, investor diharuskan
untuk menyerahkan minimal 20 keping dinar. Kemudian dinar tersebut
dikelola oleh Gerai Dinar dan investor akan mendapatkan bagi hasilnya
setelah jatuh tempo yaitu dalam jangka satu tahun. Akad yang digunakan
adalah akad qirad namun dalam akad tersebut tidak ditentukan besarnya
bagi hasil untuk investor.
2. Karya ilmiah berupa skripsi yang ditulis oleh Mudrikah (2102185) yang
merupakan mahasiswa S1 IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Syari‟ah.
Dalam karyanya yang berjudul ”Persepsi Ulama Karanggede Tentang
Praktek Penukaran Emas Di Toko Emas Pasar Karanggede Kecamatan
Karanggede Kabupaten Boyolali”. Dalam penelitian tersebut bermaksud
untuk membahas bagaimana praktek penukaran emas dengan emas,
dimana pembeli yang ingin menukarkan emas yang lama dengan emas
yang baru dengan tanpa menjualnya terlebih dahulu, bahkan banyak
terjadi penambahan timbangan. Padahal dalam hadits Nabi telah
dijelaskan bahwa menjual emas dengan emas itu tidak boleh, kecuali
harus sama kualitas dan kuantitasnya atau harus seimbang dan tunai.
3. Penelitian Agus Muthoin (2101051) Fakultas Syariah IAIN Walisongo
Semarang mengenai “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem
Penghitungan Profit Sharing Dalam Investasi Syari‟ah (Studi Lapangan
12
di Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Sumber Usaha Karangduren Kec.
Tengaran Kab. Semarang)”. Penelitian ini menjelaskan bahwasanya
BMT Sumber Usaha Karangduren Kec. Tengaran Kab. Semarang
menghimpun dana untuk diinvestasikan kepada pihak ketiga dengan
sistem bagi hasil mudharabah, dengan menggunakan metode revenue
sharing dalam penghitungannya yakni pendapatan bank (laba kotor),
bukan profit yang diterima bank atau pendapatan bank setelah dikurangi
biaya-biaya operasional bank (laba bersih). Disisi lain, dalam
pengambilan nisbah bagi hasil, pihak BMT menentukan besarnya
prosentase nisbah tanpa ada akad tawar-menawar dengan pihak investor
di awal transaksi dan bersifat tidak tetap dalam 1 tahun.
4. Karya ilmiah yang disusun oleh Widiyanto (2101200) Fakultas Syariah
IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Praktek Bagi Hasil Dalam
Investasi Mudharabah (Studi Kasus di BMT Tumang Boyolali)”
didapatkan dengan sistem jatuh tempo, yaitu pengembalian modal
mudharabah beserta bagi hasilnya di laksanakan satu kali sesuai dengan
kesepakatan/waktu yang telah ditentukan, keuntungan yang dibagi
hasilkan pun adalah keuntungan riil sehingga pembiayaan dengan sistem
ini sah dan sesuai dengan prinsip-prinsip akad mudharabah.
5. Diantara sekian buku yang membahas tentang investasi dinar adalah
antara lain, Dinar The Real Money karya Muhaimin Iqbal, yang
memaparkan tentang konsep dinar yang menjadi solusi bagi umat Islam
untuk perencanaan finansial untuk rentang waktu yang panjang. Lebih
13
dari itu, perencanaan tersebut dalam bentuk Dinar, yaitu uang emas Islam
yang sudah terbukti lebih dari 1.400 tahun berhasil mempertahankan
daya belinya. Karena harta bagi seorang Muslim hanyalah sebagai alat
untuk menunjang tujuan hidupnya yang lebih utama, yaitu mencari ridha
Allah semata, maka dalam mencari dan mengelola kekayaan finansial
tersebut tidak dibolehkan keluar dari aturan yang syar‟i.21
Penulis tertantang untuk meneliti lebih detail berkaitan dengan syarat
dan rukun akad mudharabah dalam investasi dinar tersebut. Terlebih hal ini
merupakan suatu fenomena yang bisa dibilang baru dalam perkembangan
ekonomi Islam, serta seberapa jauh investasi dinar itu bermanfaat bagi
masyarakat khususnya kaum muslimin.
E. Metode Penelitian
Metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami
objek menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Untuk
mendapatkan kajian yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka
dalam menelaah data dan mengumpulkan serta menjelaskan objek
pembahasan dalam skripsi ini, penulis menempuh metode sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian
lapangan (field research), yaitu peneliti terlibat secara langsung di dalam
penelitiannya, peneliti berpartisipasi selama beberapa lama dalam
21
Muhaimin Iqbal, Dinar Solution: Dinar Sebagai Solusi, (Jakarta: Gema Insani, 2008),
hlm. 107
14
kehidupan sehari-hari kelompok sosial yang diteliti22 atau kegiatan
penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu baik di
lembaga-lembaga, organisasi masyarakat (sosial) maupun lembaga
pemerintah.23
Dengan begitu, data dapat diartikan sebagai fakta atau informasi
yang diperoleh dari aktor (subjek penelitian, informasi, pelaku), aktivitas,
dan tempat yang menjadi subjek penelitiannya yang dilakukan dikancah
atau medan terjadinya gejala dalam hal ini di BMT “Artha Kencana
Mulia” Semarang dengan menggunakan metode kualitatif.
2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah
subjek dari mana data dapat diperoleh.24
Dalam penelitian field research
sumber data dibedakan antara data primer dan data sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data.25
Dalam hal ini, sumber data primer
Penulis ialah data langsung yang berasal dari hasil wawancara
mendalam (indepth interview). Data jenis ini akan diperlakukan
sebagai sumber primer yang mendasari hasil penelitian ini. Objek
penelitian ini adalah 3 kelompok; 1). Pegawai BMT ”Artha Kencana
22
Dolet Unaradjan, Pengantar Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Grasindo, 2000),
hlm. 194 23
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo, Cet. Ke-11,
1998), hlm. 22 24
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), hlm. 107 25
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 62
15
Mulia”, 2) pihak eksekutif BMT ”Artha Kencana Mulia”, dan 3)
beberapa nasabah atau investor yang menggunakan tabungan M-
Dinar.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen.26
Data yang diperoleh Penulis akan diolah
sebagai pendukung atas penelitian dari sumber-sumber yang dapat
dipercaya dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah, meliputi data
yang bersumber dari al-Qur‟an, hadist, buku-buku, artikel, jurnal
ilmiah yang berkenaan dengan pembahasan penelitian ini dan
penelusuran melalui internet. Pada dasarnya data sekunder sebagai
sumber yang mampu memberikan informasi tambahan yang dapat
memperkuat data pokok.27
Dengan dua macam sumber tersebut, proses dan hasil penelitian
ini diharapkan dapat mengungkap dan menjelaskan pelaksanaan akad
mudharabah terhadap investasi dinar di BMT tersebut.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sebagai suatu metode yang independen
terhadap metode analisis data atau bahkan menjadi alat utama metode
26
Ibid. 27
Sumadi Suryabrata, op.cit, hlm. 8
16
dan teknik analisis data.28
Untuk mendukung penulisan skripsi ini, ada
beberapa teknik pengumpulan data yang Penulis gunakan, yakni :
a. Wawancara Mendalam (indepth interview)
Wawancara atau interview adalah percakapan dengan maksud
tertentu.29
Wawancara tidak terstruktur30
atau wawancara mendalam
(indepth interview) dilakukan untuk memperoleh informasi
mendalam mengenai pemahaman dan wawasan serta respon pihak
BMT maupun para nasabah. Wawancara ini akan dilakukan secara
terarah dan intensif. Meskipun teknik wawancara digulirkan seperti
”bola salju”, namun substansi permasalahan tetap mengacu pada
pedoman yang telah dirancang.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.31
Penelitian ini akan
diperkaya dengan dokumen yang menginformasikan latar belakang
atau proses pelaksanaan akad mudharabah di BMT “Artha Kencana
Mulia”. Dokumen atau risalah yang berkembang sebelum dan
selama adanya akad mudharabah terhadap investasi dinar ini penting
28
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana 2010), hlm. 107 29
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), hlm. 186 30
Wawancara tak tersruktur ini bersifat luwes, susunan pertanyaan dapat dirubah dan
berkembang pada saat wawancara, disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan keadaan yang
diperlukan. Lihat dalam buku Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 88 31
Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 188
17
untuk bisa mengungkap berbagai informasi yang tidak bisa di
tangkap oleh media massa maupun wawancara mendalam.
4. Analisis Data
Dalam analisis data Penulis menggunakan analisis deskriptif,
yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian
(seorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.32
Penggunaan metode deskriptif analisis berguna ketika peneliti
menggambarkan (mendeskripsikan) data, sekaligus menerangkannya
(mengeksplanasikannya) ke dalam pemikiran-pemikiran yang rasional.
Sehingga tercapailah sebuah analisis data yang memiliki nilai empiris.
Oleh karena itu metode ini sering disebut dengan metode analisis
deskriptif (deskriptif analisis).33
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-
masing mempunyai titik berat yang berbeda, namun dalam satu kesatuan yang
saling mendukung dan saling melengkapi. Adapun garis besar sistematika
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
32
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2001), hlm. 63 33
Tim Penulis Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Syari‟ah IAIN Walisongo, Semarang: 2000, hlm. 17
18
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II : AKAD MUDHARABAH DALAM FIQH ISLAM & TEORI
TENTANG DINAR
Bab ini berisi pembahasan pandangan Islam mengenai pengertian
dan landasan syariah mudharabah, rukun dan syarat mudharabah,
jenis-jenis mudharabah, penerapan dan skema mudharabah, serta
mengenai investasi dinar emas.
BAB III : PELAKSANAAN AKAD MUDHARABAH DI BMT
“ARTHA KENCANA MULIA”
Bab ini membahas mengenai sejarah, tujuan, visi dan misi,
struktur organisasi, produk dan jasa BMT “Artha Kencana
Mulia”, dan aplikasi investasi dinar di BMT “Artha Kencana
Mulia”.
BAB IV : ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN INVESTASI DINAR DI BMT ”ARTHA
KENCANA MULIA”
Pembahasan mengenai kajian pandangan hukum Islam sendiri
berkenaan dengan pelaksanaan investasi dinar di BMT ”Artha
Kencana Mulia”
19
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan
dalam bab IV dan saran-saran yang direkomendasikan oleh
penulis kepada instansi yang terkait serta penutup.
20
BAB II
AKAD MUDHARABAH DALAM FIQH ISLAM
& TEORI TENTANG DINAR
A. Pengertian Mudharabah Dan Landasan Syariah Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah
Mudharabah34
adalah akad35
yang telah dikenal oleh umat
muslim sejak zaman Nabi, bahkan telah dipraktikkan oleh bangsa Arab
sebelum turunnya Islam.36
Ketika Nabi Muhammad SAW berprofesi
sebagai pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan Khadijah.
Dengan demikian, ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktik
mudharabah ini dibolehkan, baik menurut Al-Qur‟an, sunnah, maupun
ijma‟.37
34
Mudharabah (sleeping partnership) disebut juga qiradh atau muqaradah atau
muamalah.. Menurut para ulama fiqh perbedaan itu terletak dalam hal kebiasaan penyebutan dari
tiap-tiap daerah Islam. Penduduk Irak menyebutnya dengan mudharabah atau kadang kala juga
muamalah,, sedangkan masyarakat Islam Madinah atau penduduk Hijaz lainnya menyebutnya
dengan muqaradhah atau qirad. Lihat: „Alaudin Al Kasani, Bada‟I‟ al-Shana‟I fi Tartibi al-
Syara‟I, Juz IV, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1996), hlm. 129. Tetapi nama mudharabah tersebut lebih
luas, mudharabah dipakai oleh Imam Hanafi sedangkan Qiradh dipakai oleh Imam Syafi‟i. Lihat:
Mustofa Ahmad Al-Zarqa, Al-Madkhal Al-Fiqhi Al-„Am, Juz I, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1986), hlm.
552 35
Akad adalah perikatan, perjanjian dan pemufakatan yaitu pertalian ijab dan qabul yang
sesuai dengan kehendak syari‟at yang berpengaruh pada obyek perikatan. (lihat dalam bukunya:
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Ed. 1, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003), Cet. I, hlm. 101). Menurut Mustafa Az-Zarqa‟ akad merupakan ikatan secara
hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk
mengikatkan diri. (lihat di halaman berikutnya, 102). 36
Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: IIIT
Indonesia, 2003), hlm. 180 37
M. Anwar Ibrahim, Konsep Profit and Loss Sharing System Menurut Empat Mazhab.
Makalah tidak diterbitkan, hlm. 1-2. Menurut Al-Qur‟an, lihat misalnya dalam QS (73:20).
Menurut Sunnah, diantaranya hadis Ibnu Abbas ra bahwa Nabi mengakui syarat-syarat
mudharabah yang ditetapkan Al-„Abbas bin Abdul Muthalib kepada mudharib. Menurut Ijma,
karena sistem ini sudah dikenal sejak zaman nabi dan zaman sesudahnya. Para sahabat banyak
yang mempraktikkannya dan tidak ada yang mengingkarinya.
21
Secara etimologis, mudharabah berasal dari kata al-dharb (الضزب)
yang berarti bepergian atau berjalan. Selain al-dharb disebut juga qiradh
) berarti al-qath‟u (القزض) dari al-qardhu (القزاض) عالقط ) (potongan).38
Makna keduanya memiliki relevansi satu sama lain, yaitu : Pertama
karena yang melakukan usaha yadhrib fil ardhi (berjalan dimuka bumi)
dengan berpergian untuk berdagang, maka ia berhak mendapat
keuntungan karena usaha dan kerjanya. Kedua karena masing-masing
orang yang berserikat yadhribu bisahmin (mengambil bagian dalam
keuntungan).39
Secara terminologi, pada dasarnya terdapat kesepakatan ulama
dalam substansi pengertian mudharabah. Hanya saja terdapat beberapa
variasi bahasa yang mereka gunakan dalam mengungkapkan definisi
tersebut. Berikut pengertian mudharabah menurut para ulama fiqh :
Menurut ulama Hanafiyah mendefinisikan “mudharabah adalah
suatu perjanjian untuk berkongsi di dalam keuntungan dengan modal
dari salah satu pihak dan kerja (usaha) dari pihak lain”.40
Sementara madzhab Maliki menamai “mudharabah sebagai
Penyerahan uang di muka oleh pemilik modal dalam jumlah uang yang
ditentukan kepada seorang yang akan menjalankan usaha dengan uang
itu dengan imbalan sebagian dari keuntungannya”.41
Madzhab Syafi‟I mendefinisikan “mudharabah bahwa pemilik
modal menyerahkan sejumlah uang kepada pengusaha untuk dijalankan
38
Hendi Suhendi, Fiqh Mualamah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 135 39
Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil Dan Profit Margin Pada Bank Syari‟ah,
(Yogyakarta: UII Press, 2004), Cet ke-2, hlm.36 40
Ibnu Abidin, Radd al-Muchtar ala al-Durr al-Mukhtar, Juz IV, (Beirut: Dar Ihya al-
Turats, 1987), hlm. 483 41
Ad-Dasuqi, Hasyiyat al-Dasuqi ala al-Syarhi al-Kabir, Juz III, (Beirut: Dar al-Fikr,
1989), hlm. 63
22
dalam suatu usaha dagang dengan keuntungan menjadi milik bersama
antara keduanya”.42
Sedangkan menurut ulama Hanbali mendefinisikan “mudharabah
dengan pengertian penyerahan suatu barang atau sejenisnya dalam
jumlah yang jelas dan tertentu kepada orang yang mengusahakannya
dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya”.43
Selain definisi dari empat madzab tersebut ada beberapa definisi
dari ulama lain, yakni salah satunya Imam Saraksi, salah seorang pakar
perundangan Islam yang dikenal dalam kitab “Al-Mabsut” telah
memberikan definisi mudharabah dan keterangan sebagai berikut :
Perikatan mudharabah adalah diambil dari pada perkataan
“usaha (darb) di atas bumi. Dinamakan demikian karena mudharib
(pengguna modal orang lain) berhak untuk bekerja sama bagi hasil atas
jerih payah dan usahanya. Selain mendapat keuntungan ia juga berhak
untuk mempergunakan modal dan menentukan tujuannya sendiri. Orang-
orang Madinah memanggil kontrak jenis ini sebagai „mudharabah‟
dimana perkataan ini diambil dari perkataan „qard‟ berarti
„menyerahkan‟. Dalam hal ini pemilik modal akan menyerahkan atas
modalnya kepada amil (pengguna modal)”.44
Sayyid Sabiq berpendapat, mudharabah ialah akad antara dua
belah pihak untuk salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk
diperdagangkan dengan syarat keuntungan dibagi dua sesuai dengan
perjanjian.45
Definisi mudharabah dalam ensiklopedi Islam :
“Mudharabah adalah usaha bersama dimana satu pihak
menyediakan modal sedangkan pihak lainnya sebagai pihak yang
42
Al Nawawi, Raudhat al-Thalibin, vol.IV, (Beirut: Dar al Fikr, tt.), hlm. 289 43
Al Bahuti, Kasysyaf al-Qina, vol.II, hlm. 509 44
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari‟ah, (Jakarta: PT.
Grasindo, 2005), hlm. 33 45
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, diterjemahkan oleh Nor Hasanuddin dari “Fiqhus Sunnah”,
Jilid 4, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), Cet. I, hlm. 217
23
mengerjakannya atau sebagai pekerja. Dan keduanya menerima
sejumlah hasil dari kerja sama tersebut”.46
Menurut fatwa DSN-MUI yang ditandatangani oleh K.H. Ali
Yafie (Ketua) dan Nazri Adlani (Sekretaris) pada tanggal 1 April 2000
(26 Dzulhijjah 1420 H)47
tentang bagi hasil dengan cara mudharabah
adalah akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak; pihak pertama
(malik, shahib al-mal, LKS) menyediakan seluruh modal; sedangkan
pihak kedua („amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola, dan
keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak.48
Jadi, dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
mudharabah adalah suatu akad (kontrak) yang memuat penyerahan
modal khusus atau semaknanya dalam jumlah jenis dan karakternya
(sifatnya) dari seorang pemilik modal (shahibul maal) kepada pengelola
(mudharib)49
untuk dipergunakan sebagai usaha dengan ketentuan jika
usaha tersebut mendatangkan hasil maka hasil (laba) tersebut dibagi
berdua berdasarkan kesepakatan sebelumnya, sementara jika usaha
tersebut tidak mendatangkan hasil atau bangkrut maka kerugian materi
sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal dengan syarat dan rukun-
rukun tertentu. Jika kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau
46
Cyrill Glasse, Ensiklopedi Islam (ringkas), diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas‟adi dari
“The Concise Encyclopaedia of Islam”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 276 47
Jaih Mubarok, Perkembangan Fatwa Ekonomi Syari‟ah di Indonesia, (Bandung: Pustaka
Bani Quraisy, 2004), hlm. 73 48
Fatwa DSN-MUI Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah 49
Dalam beberapa literatur fiqh, dan perekonomian Islam istilah mudharib dapat
diinisialkan kepada pemilik modal. Jika menggunakan istilah ini, maka pengelola usahanya disebut
dharib. Sementara dalam tulisan ini penyebutan dipastikan dengan istilah shahibul maal sebagai
penyedia modal dan mudharib sebagai pengelola usaha.
24
kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut.50
Mudharabah dengan kata lain merupakan perjanjian yang diatur
paling sedikit dua pihak, dapat dilakukan atas nama perseorangan atau
lembaga, antara perseorangan atau seseorang dengan lembaga atau
sebaliknya lembaga dan seseorang pihak yang memiliki modal disebut
shahibul maal51
sedang orang atau lembaga yang menerimanya dan
menjalankan aktivitas usaha disebut pengusaha atau mudharib.
Islam menghalalkan praktik bagi hasil serta mengharamkan riba,
keduanya sama-sama memberikan keuntungan bagi pemilik dana, namun
keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata.
2. Landasan Syariah Mudharabah
Para ulama mazhab sepakat bahwa mudharabah hukumnya
dibolehkan berdasarkan al-Qur‟an, sunnah, ijma‟ dan qiyas.52
Hal ini
dikarenakan akad mudharabah bertujuan untuk saling membantu antara
pemilik modal dengan seseorang yang pakar dalam memutarkan uang.
Banyak orang yang memiliki modal akan tetapi tidak pandai untuk
mengelola dan memproduktifkan uangnya, begitu pun sebaliknya
sementara banyak pula yang memiliki keahlian di bidang perdagangan
tetapi tidak memiliki modal. Atas dasar saling menolong dalam
pengelolaan modal itu, Islam memberikan kesempatan untuk saling
50
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari‟ah, Diskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: EKONESIA, 2004), hlm. 69 51
Atau disebut juga rabb al-maal 52
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: AMZAH, 2010), Cet. I, hlm. 367
25
bekerjasama antara pemilik modal dengan seseorang yang terampil
dalam mengelola dan memproduktifkan modal itu.53
Dengan demikian,
akad mudharabah tercakup oleh dalil-dalil umum yang menghalalkan
seseorang atau suatu lembaga untuk berniaga dan mencari keuntungan
yang halal, serta dalil-dalil yang menghalalkan segala hal yang
bermanfaat atau yang manfaatnya lebih besar dibanding madharat-nya.
Secara umum landasan dasar syari‟ah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha, hal ini tampak dalam
ayat-ayat dan hadist-hadist berikut ini54
:
a. Al-Qur‟an
1) Dalam surat Al-Muzzamil ayat 20
… …
Artinya : “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah”. (QS. Al-Muzzamil: 20)55
Dasar dilakukannya akad mudharabah dalam ayat ini adalah
kata „yadhribun‟ yang sama dengan akar kata mudharabah yang
memiliki makna melakukan suatu perjalanan usaha.56
53
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), Cet. II, hlm. 176 54
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia
Institute, 1999), hlm. 135 55
Departemen Agama RI, loc.cit. 56
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
Cet. I, hlm. 225
26
2) Dalam surat Al- Jumu‟ah ayat 10
Artinya : “Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
(QS. Al-Jumu‟ah: 10)57
3) Dalam surat Al-Baqarah ayat198
Artinya : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki
hasil perniagaan) dari Tuhanmu”. (QS. Al-Baqarah:
198)58
Dalam surat Al-Jumuah ayat 10 dan surat Al-Baqarah ayat
198 di jelaskan bahwa mudharib sebagai enterpreneur adalah
sebagian dari orang-orang yang melakukan perjalanan (dharb)
untuk mencari karunia Allah SWT.59
b. Al-Hadits
Rasulullah pernah melakukan akad mudharabah dengan Siti
Khadijah (sebelum menikah dengannya) yang hartanya
diperdagangkan di negeri Syam, atau yang seumpamanya, dan para
57
Departemen Agama RI, loc.cit. 58
Ibid, hlm. 31 59
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait Bamui & Takaful Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 33
27
sahabat Nabi telah sepakat menetapkan cara perdagangan seperti
ini.60
Diriwayatkan tatkala datang seorang laki-laki dengan
membawa tiga anak perempuan seperti seorang tahanan, Rasulullah
berkata,
“Wahai hamba-hamba Allah, lakukanlah mudharabah
dengan laki-laki tersebut, pinjami dia”.61
Hadits yang diriwayatkan oleh Shuhaib :
ين سلم قب ل: حال ث ف و صل ا هلل ػل اهلل ػنو أ ن النج ت س ض ػن صي
ت ش للج خلظ الجش ثب لشؼ ا لمقب س ضخ غ إ ل أ جل غ ا لجش كخ: الج ال للج
Artinya : “Dari Shuhaib r.a. sesungguhnya nabi saw. bersabda: Ada
tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan: (1)
jual beli tempo, (2) muqaradhah (berbagi laba) (3)
mencampurkan antara gandum dengan tepung untuk
kebutuhan rumah tangga bukan untuk dijualbelikan” (
HR. Ibnu Majah)62
c. Ijma‟
Mudharabah telah ada sejak masa Jahiliah dan pada masa
Islam tetap dibenarkan sebagai praktek. Ibnu Hajar berkata, “Yang
kita pastikan adalah bahwa mudharabah telah ada pada masa Nabi
60
Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad Alhusaini (ed.), Kifayatul Akhyar
(Kelengkapan Orang Shaleh), diterjemahkan oleh Syarifuddin Anwar dan Misbah Musthafa dari
Kifayatul Akhyar Fii Halli Ghayatil Ikhtishar, (Surabaya: CV. Bina Iman, 2007), Cet. VII, hlm.
678 61
As-Sarakhi, al-Mabsut, vol.11, hlm. 151 dan vol. 22, hlm. 99. Saya kutip dari M.
Nejatullah Siddiqi, Partnership and Profit Sharing in Islamic Law, Internasional Institute of
Islamic Economics, The Islamic Foundation, Leicerter, Islamabad, 1988, hlm. 4 62
Muhammad bin Isma‟il Al-Kahlani, Subus As-Salam, Juz 3, (Mesir: Maktabah wa
Mathba‟ah Mushthafa Al-Babiy Al-Halabi , 1960), Cet. IV, hlm. 76
28
saw. Beliau mengetahui dan mengakuinya. Seandainya tidak
demikian, niscaya ia sama sekali tidak boleh.”63
Para sahabat banyak melakukan akad mudharabah dengan
cara memberikan harta anak yatim sebagai modal kepada pihak lain,
dan tidak ada riwayat yang menyatakan bahwa para sahabat yang
lain mengingkarinya. Oleh karena itu, hal ini dapat dijadikan sebagai
ijma‟.64
d. Qiyas
Adapun qiyas mudharabah disamakan dengan musyaqah.65
Selain di antara manusia, ada yang miskin dan ada yang kaya. Di sisi
lain, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak
memiliki modal. Dengan demikian, adanya mudharabah ditujukan
antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan diatas, yakni
untuk kemaslahatan. 66
Selanjutnya dalam kaidah ushul fiqh :
ل ػل تحش ميب األ صل ف المؼب ملخ ا إل ثب حخ إ ال أ ن ذ ل دل
Artinya : “Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh
dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”67
63
Sayyid Sabiq, op.cit., 64
Al-Fikri, Al-Mu‟amalat Al-Maddiyah wa Al-Adabiyah, (Mesir: Mathba‟ah Mushthafa Al-
Babiy Al-Halaby, 1357 H), Cet. I, hlm. 180 65
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta:
Diterbitkan kerjasama antara DSN MUI dengan Bank Indonesia, 2001), hlm. 42. Lihat juga
Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press), hlm. 16.
Musyaqah adalah suatu akad penyerahan pepohonan kepada orang yang merawatnya dengan
kesepakatan bahwa buahnya dibagi antara keduanaya, dimana sipenggarap hanya bertanggung
jawab atas penyiraman dan pemeliharaan (Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori
Ke Praktek, op.cit, hlm. 100) 66
Rachmat Syafi‟i, op.cit., hlm. 226 67
Dewan Syariah Nasional (DSN) selalu menggunakan kaidah ini dalam keputusan-
keputusannya (Himpunan Fatwa DSN Edisi Kedua Tahun 2003). Lihat: A. Djazuli, Kaidah-kaidah
Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2006), Cet. I, hlm. 130
29
B. Rukun dan Syarat Mudharabah
1. Rukun Mudharabah
Dalam transaksi menggunakan akad mudharabah masing-masing
pihak mempunyai beberapa ketetentuan-ketentuan yang harus dipenuhi
dalam rangka mengikat jalinan kerjasama tersebut dalam kerangka
hukum. Menurut Hanafiah rukun mudharabah adalah ijab dan qabul
dengan lafal yang menyatakan maksud akad tersebut. Lafal untuk ijab
adalah lafal mudharabah, muqaradhah, dan muamalah atau lafal lain
yang memiliki arti demikian. Sebagai contoh, pemilik modal
mengatakan: “Ambilah modal ini dengan mudharabah, dengan
ketentuan-ketentuan yang diperoleh dibagi di antara kita berdua dengan
nisbah setengah, seperempat, atau sepertiga.”68
Adapun lafal untuk
qabul yang digunakan adalah: saya ambil (أ خذ ت), atau saya terima (قبلت),
atau saya setuju (رضيت) dan semacamnya.69
Rukun mudharabah menurut pandangan jumhur ulama ada tiga,
yaitu „aqid (pemilk modal) dan pengelola („amil/mudharib), ma‟qud
alaih (modal, pekerjaan dan keuntungan), dan yang terakhir shighat (ijab
dan qabul).70
Rukun mudharabah akan sempurna jika memenuhi rukun-
rukun sebagai berikut :71
a. Pemodal (shahibul maal),
b. Pengelola (mudharib),
68
„Alaudin Al-Kasani, op.cit, Juz. 6, hlm. 121 69
Ibid. 70
Ahmad Wardi Muslich, op.cit, hlm. 371 71
Adiwarman Azwar Karim, op.cit., hlm. 97
30
c. Ada usaha yang dibagihasilkan,
d. Nisbah keuntungan,
e. Ada ijab dan qabul
2. Syarat-syarat Mudharabah
Syarat adalah hal yang sangat berpengaruh atas keberadaan
sesuatu tapi bukan merupakan bagian atau unsur pembentuk dari sesuatu
tersebut.72
Syarat-syarat sah mudharabah berhubungan dengan rukun-
rukun mudharabah itu sendiri. Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai
berikut :
a. Syarat yang berkaitan dengan „aqid
Dalam akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku,
pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal)
sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha
(mudharib). Keduanya sama dengan muwakkil dan wakil, sehingga
keduanya sah untuk melakukan tasharruf.73
Diantara syarat
keduanya ialah :
1) Pemilik modal dan pengelola ialah seorang yang merdeka dan
bukan budak karena seorang budak tidak dibenarkan untuk
bertransaksi kecuali dengan seizin tuannya.
Sesuai dengan sabda Nabi shallallahu „alaihi wa sallam,
بدا له ما ل فما له لبا ئعه إال أن يثتز طه المبتا ع مه با ع ع
72
Gemala Dewi, et al, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), Cet. II, hlm. 119-120 73
Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fannani, Terjemahan Fathul Mu‟in,
diterjemahkan oleh Moch. Anwar, dkk, dari “Fathul Mu‟in”, Jilid 1, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1994), Cet. I, hlm. 917
31
Artinya : “Barang siapa menjual seorang budak yang memiliki
harta, maka harta budak itu adalah milik penjualnya,
kecuali bila pembelinya mensyaratkan agar harta
tersebut menjadi miliknya.” (HR. al-Bukhary dan
Muslim)74
2) Keduanya cakap bertindak hukum secara syar‟i, telah baligh,
sehat akalnya dan rasyid (mampu membelanjakan hartanya dengan
baik dalam hal-hal yang berguna). Hal ini sesuai perintah Allah
Ta‟ala :
Artinya : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang
belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan”. (QS. An-Nissa: 5)75
3) Memiliki wilayah al-tawkil wa al-wikalah (memiliki
kewenangan mewakilkan/memberikan kuasa dan menerima pemberi
kuasa), karena penyerahan modal oleh pihak pemberi modal kepada
pihak pengelola modal merupakan suatu bentuk pemberian kuasa
untuk mengelola modal tersebut.76
4) Tidak disyaratkan aqidain harus muslim, sehingga mudharabah
bisa dilakukan antara muslim dan dzimmi atau (musta‟man) yang ada
di negeri Islam.77
74
Muhammad Arifin Badri, “Rukun-Rukun Akad Mudharabah”, dalam
www.PengusahaMuslim.com, diakses 03 Maret 2012. 75
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 77 76
Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syari‟ah, op.cit., hlm. 56 77
Wahbah Zuhaili, op.cit., hlm. 842
32
b. Syarat yang berkaitan dengan modal (maal)
Modal adalah sejumlah uang78
pemilik dana yang diberikan
(diserahkan) kepada mudharib untuk diinvestasikan (dikelola) dalam
kegiatan usaha mudharabah. Adapun syarat-syarat modal adalah :
1) Modal harus dalam bentuk tunai tidak dalam bentuk piutang,
tetapi tidak berarti harus ada di majelis akad.
2) Jumlah modal harus diketahui secara pasti, hal ini bertujuan agar
modal yang dikelola dapat dipisahkan dari keuntungan yang akan
dibagi untuk kedua belah pihak.
3) Modal tersebut diserahkan sepenuhnya kepada pihak pengelola
(mudharib) secara langsung (tidak berangsur-angsur).
c. Syarat yang berkaitan dengan sighat (ijab dan qabul)
Sighat (ucapan) adalah penawaran dan penerimaan harus
diucapkan oleh kedua belah pihak guna menunjukkan kemauan
mereka untuk menyempurnakan kontrak. Sighat tersebut harus
sesuai dengan hal-hal berikut :
1) Harus jelas menunjukkan maksud untuk melakukan akad
mudharabah, baik secara eksplisit maupun implisit.
78
Jumhur Ulama sepakat bahwasanya modal mudharaah harus berupa uang, seperti dinar,
dirham (mata uang), rupiah, dolar dan sebagainya. Alasan Jumhur Ulama adalah apabila modal
mudharabah berupa barang maka aka nada unsure penipuan (gharar), karena dengan demikian
keuntungan menjadi tidak jelas ketika akan dibagi, dan hal ini akan menimbulkan perselisihan di
antara pemilik modal dan pengelola. Malik berkata: “Pinjaman Qiradh (mudharabah) hanya baik
dalam wujud mata uang (emas dan perak), sedangkan barang-barang lain tidak pernah
diperbolehkan”. Lihat, Imam Malik Ibn Annas, Al-Muwatta‟ Imam Malik Ibn Anas, diterjemahkan
oleh Dwi Surya Atmaja dari “Al-Muwatta‟ of Imam Malik Ibn Anas The First”, (Jakarta: PT
RajaGrafindo, 1999), Cet. I, hlm. 383
33
2) Ijab dan qabul harus sesuai maksud pihak pertama cocok
dengan keinginan pihak kedua, karena sighat dianggap tidak sah jika
salah satu pihak menolak syarat-syarat yang diajukan dalam
penawaran.
3) Kontrak boleh dilakukan secara lisan atau verbal, bisa juga
secara tertulis dan ditandatangani.
Singkat kata, tidak ada kata-kata khusus yang harus
diucapkan oleh masing-masing pihak agar mudaharabah dapat
terjalin antara mereka. Hal ini dikarenakan akad mudharabah
bukanlah amalan ibadah, layaknya shalat, haji, dan lain-lain. Akan
tetapi, mudharabah adalah salah satu wujud interaksi sesama umat
manusia, sehingga dapat dijalin dengan ungkapan apa saja, yang
menunjukkan akan maksud dan kesepakatan kedua belah pihak, baik
disampaikan secara lisan atau tulisan. Penjelasan ini didukung oleh
kaidah dalam ilmu fiqih yang berbunyi :
ا لؼب د ح محكمخ
Artinya : “Adat-istiadat itu memiliki kekuatan hukum”.79
Yang dimaksud dengan adat-istiadat di sini ialah adat-istiadat
yang telah berlaku dan dijalankan oleh setiap orang dan tidak
menyelisihi syariat.
79
A. Djazuli, op.cit., hlm. 33
34
d. Syarat yang berkaitan dengan keuntungan
Shahibul maal memberikan modalnya kepada mudharib dan
sebagai imbalannya ia memperoleh bagian tertentu dari keuntungan
yang diperoleh, akan tetapi jika mengalami kerugian beban
keseluruhan ditanggung oleh shahibul maal, dan mudharib tidak
menerima apa-apa atas jasa yang telah ia kerjakan karena ia juga
kehilangan keuntungan yang merupakan upahnya apabila terjadi
kerugian dalam bisnis.80
Nisbah (keuntungan) adalah jumlah yang didapat sebagai
kelebihan modal, keuntungan merupakan tujuan akhir dari akad
mudharabah. Keuntungan (nisbah) memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Keuntungan tidak boleh dihitung berdasarkan persentase dari
jumlah modal yang diinvestasikan, melainkan hanya keuntungannya
saja setelah dipotong besarnya modal.
2) Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada
awal kontrak. Misalnya, 60% dari keuntungan untuk pemodal dan
40% untuk pengelola.
3) Kalau jangka waktu mudharabah relatif lama tiga tahun ke atas
maka nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu
ke waktu.
80
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, op.cit., hlm. 380-381. Beliau juga menegaskan
bahwa mudharabah tidak dapat dilakukan tanpa membagi hasil keuntungan, karena
apabila seluruh keuntungan ditetapkan untuk pemilik barang, maka kontrak itu di sebut Bazat:
Atau tidak seluruhnya ditetapkan untuk pengelola, hal ini dianggap suatu pinjaman.
35
4) Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja
yang ditanggung pemodal dan biaya-biaya saja yang ditanggung
pengelola. Kesepakatan ini penting karena biaya akan
mempengaruhi nilai keuntungan.81
e. Syarat yang berkaitan dengan usaha (al-„aml)
Usaha atau pekerjaan diharapkan dapat mewakili atau
menggambarkan adanya kontribusi mudharib dalam usahanya untuk
mengembangkan modal kepada penyedia dana. Syarat-syarat yang
harus diterapkan adalah sebagai berikut :
1) Penyedia dana tidak boleh membatasi kegiatan mudharib,
seperti melarang mudharib untuk tidak sukses dalam pencarian laba.
2) Bentuk usaha/pekerjaan merupakan hak khusus mudharib, tidak
ada intervensi manajemen dari pemilik dana, meskipun demikian
madzhab Hanbali membolehkan adanya peran serta/partisipasi dari
pemilik dana dalam pekerjaan/usaha tersebut.
3) Mudharib harus mematuhi syarat-syarat yang diajukan oleh
pemilik dana, asalkan syarat-syarat tersebut tidak bertentangan
dengan kontrak mudharabah itu. Hal ini sesuai dengan :
م ثن حزا م ل اهلل ص - ػن حك أ نو كب ن ختش ط ػل الش -صب حت س س
ف كجذ جل, ا را ا ػغب ه مب ال مقب س ضخ, ضش ة لو ثو, ا ن ال تجؼل مب ل
ال تحم ئب س عجخ, ل. فب ن فؼلت ش ال تنز ل ثو ثغن مس لو ف ثحش,
من ر لك فقذ ضمنت مب ل
Artinya : “Dan dari Hakim bin Hizam, sahabat Rasullah saw.
“Sesungguhnya ia pernah memberi isyarat kepada
81
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 335
36
seseorang, (yaitu) apabila ia memberi kepadanya harta
pinjaman, maka ia menetapkan (syarat-syaratnya) :
Hendaklah engkau jangan jadikan hartaku ini (untuk
membeli) binatang, jangan engkau membawanya di laut,
dan jangan engkau membawanya di tempat yang berair.
Kemudian jika engkau lakukan salah satu dari padanya,
maka berarti engkau bertanggung jawab atas hartaku
itu.”(HR. Daraquthni)82
C. Jenis-jenis Mudharabah
Pada prinsipnya mudharabah sifatnya mutlak. Artinya shahibul maal
tidak menetapkan syarat-syarat tertentu kepada mudharib. Hal ini disebabkan
karena ciri khas mudharabah zaman dulu, yakni berdasarkan hubungan
langsung dan personal yang melibatkan kepercayaan atau amanah yang
tinggi.83
Prinsip bagi hasil dengan akad mudharabah ini dibedakan menjadi
dua jenis, yakni yang bersifat tidak terbatas (muthlaqah, unrestricted) dan
bersifat terbatas (muqayyadah, restricted)84
:
1. Mudharabah muthlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah
bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan
daerah bisnis.85
82
A. Qadir Hassan, dkk, Terjemahan Nailul Authar; Himpunan Hadits-hadits Hukum,
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987), hlm. 1833 83
Ahmad Sumiyanto, Problem dan Solusi Transaksi Mudharabah di Lembaga Keuangan
Syari‟ah Mikro Baitul Maal wat Tamwil, (Yogyakarta: Megistra Insania Press, 2005), hlm. 5 84
Muhammad Syafi‟i Antonio, op.cit, hlm. 138 85
Ibid, hlm. 137
37
Investasi tidak terikat ini pada usaha perbankan atau lembaga
keuangan syari‟ah lainnya (non bank) diaplikasikan pada tabungan dan
deposito.86
2. Mudharabah muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah suatu akad mudharabah dimana
pemilik modal memberikan ketentuan atau batasan-batasan yang
berkaitan dengan tempat kegiatan usaha, jenis usaha, barang yang
menjadi objek usaha, waktu, dan dari siapa barang tersebut dibeli.87
Adanya pembatasan ini sering kali mencerminkan kecenderungan umum
shahibul maal dalam memasuki dunia usaha.88
Adapun jenis mudharabah muqayyadah terbagi menjadi dua,
yaitu:
a. Mudharabah muqayyadah on balance sheet (investasi terikat)
Mudharabah muqayyadah on balance sheet (investasi terikat)
yaitu pemilik dana (shahibul maal) membatasi atau memberi syarat
kepada mudharib dalam penglolaan dana seperti misalnya hanya
melakukan mudharabah bidang tertentu, cara, waktu dan tempat
tertentu saja.89
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus dimana
pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus
86
Gemala Dewi, op.cit., hlm. 84 87
Ahmad Wardi Muslich, op.cit., hlm. 372 88
Kamil Musa, Ahkam Al-Muamalah, (Beirut: Muasisah Ar-Risalah, 1994), Cet. II, hlm.
345 89
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), Cet II, hlm. 36
38
dipatuhi oleh bank. Misalnya, disyaratkan digunakan untuk bisnis
tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.
b. Mudharabah muqayyadah of balance sheet
Mudharabah muqayyadah of balance sheet ini merupakan
jenis mudharabah dimana penyaluran dana mudharabah langsung
kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai
perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana
dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-
syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari
kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.90
D. Pendapat Ulama tentang Mudharabah
Tidak ada perselisihan lagi di kalangan muslimin tentang kebolehan
akad mudharabah. Hal ini dikarenakan mudharabah telah ada sejak zaman
jahiliyah, kemudian diakui oleh Islam. Definisi di atas selain menjelaskan
wujud mudharabah yang utuh, juga tersirat dimensi filosofis yang
melandasinya, yaitu adanya penyatuan antara modal (capital) dan usaha (skill
dan entrepreneurship) yang dapat membuat pemodal (shahibul maal) dan
pengusahanya (mudharib) berada dalam kemitraan usaha yang lebih fair dan
terbuka.91
Kegiatan ekonomi ini juga lebih mengarah kepada aspek solidaritas
yang tinggi dari pemilik modal untuk dapat membantu para tenaga terampil
90
Heri Sudarsono, op.cit., hlm. 60 91
Muhammad, op.cit., hlm. 54
39
kurang modal, karena dalam kehidupan keadaan seperti ini memang tidak
bisa dihindarkan.
1. Hukum mudharabah
Dilihat dari segi hukumnya terdapat dua macam hukum
mudharabah, yaitu:
a. Mudharabah fasid
Apabila dalam melaksanakan mudharabah ada syarat-syarat
yang tidak terpenuhi, maka mudharabah tersebut dapat digolongkan
menjadi mudharabah yang fasid atau rusak.
Fuqaha sepakat bahwa hukum mudharabah yang rusak
adalah dibatalkannya mudharabah itu dan dikembalikannya harta
modal kepada pemiliknya selama harta itu belum habis diputar.92
b. Mudharabah shahih
Apabila dalam melaksanakan akad mudharabah semua syarat
dan rukun telah terpenuhi maka disebut mudharabah shahih.
Mudharabah yang sah meliputi:
1) Tentang kekuasaan mudharib
Para fuqaha telah sepakat bahwa sesungguhnya yang diberi
modal adalah mudharib sebagai wakil (pemegang amanah) bagi si
pemilik modal ketika terjadi transaksi, karena semua yang ia lakukan
telah mendapat izin dari pemilik modal dan itulah sebenarnya makna
dari kata wakil.
92
Ibn Rusd, Bidayatul Mujtahid, II, Darul Qutub Islamiyah, hlm. 245
40
Jika mudharabah itu dibatalkan karena beberapa sebab yang
berlaku maka mudharabah itu dikategorikan sebagai ijarah dan si
pelaksana sebagai penjual jasa.93
2) Tentang berbagai usaha yang dilakukan mudharib dalam
mudharabah
Tindakan hukum mudharib hukumnya berbeda-beda tergantung
kepada jenis mudharabah-nya. Jika mudharabah mutlak adalah akad
penyerahan modal oleh shahibul maal kepada mudharib tanpa
menentukan jenis usaha, tempat, waktu sifat dan orang yang menjadi
mitra usahanya. Sedangkan mudharabah muqayyadah adalah akad
mudharabah di mana pemilik modal menentukan jenis usaha, waktu,
dan lain sebagainya.
3) Sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh mudharib
Dalam mudharabah ada beberapa ketentuan yang tidak boleh
dilakukan oleh mudharib kecuali ada nash yang membolehkannya,
misalnya:
a) Mudharib tidak boleh berhutang untuk untuk menambah modal.
b) Mudharib tidak boleh membeli barang dengan cara hutang
sekalipun shahibul maal mengizinkannya.
c) Mudharib tidak boleh membeli barang melebihi modal
mudharabah baik dibayar secara langsung atau tidak, karena
93
Wiroso, Op. cit., hlm. 238
41
adanya larangan mengambil untung dari sesuatu yang tidak
dimiliki.
d) Mudharib juga tidak boleh memberikan harta pada orang lain
untuk mudharabah atau berserikat dengannya, atau
mencampurkan dengan hartanya sendiri atau dengan harta orang
lain kecuali, jika pemilik modal mengatakan “kerjakanlah
menurut pendapatmu” atau ia memberi izin pada
pengelolaannya.94
4) Mudharib mengulang mudharabahnya
Pertama, madzhab Hanafi berpendapat tidak boleh bagi
mudharib mengulang mudharabah harta itu dengan orang lain,
kecuali diizinkan oleh pemilik harta.95
Kedua, madzhab Malikiyah berkata bahwa pengelola (amil)
adalah penjamin (dhamin) jika ia pinjamkan harta tanpa izin
pemiliknya, artinya pelimpahannya pada yang lain untuk dikelola
dan untung saat itu adalah milik pengelola kedua dan pemilik harta,
tidak ada laba bagi pengelola pertama karena keuntungan pinjaman
adalah bonus, tidaklah ia berhak kecuali dengan pengelolaan yang
sempurna.
2. Hal-hal yang membatalkan mudharabah
Akad mudharabah akan menjadi batal atau berakhir jika terjadi
hal-hal sebagai berikut:
94
Ibid, hlm. 243 95
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Madzhab,
(Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2001), Cet. II, hlm. 424
42
a. Pembatalan dan larangan mengunakan modal (pencopotan modal)
Mudharabah menjadi batal dengan pembatalan, larangan
menggunakan modal atau pencopotan jika terdapat syarat
pembatalan atau larangan yaitu mudharib mengetahui pembatalan
dan larangan tersebut modalnya berbentuk tunai atau tidak tunai
waktu terjadinya pembatalan dan larangan tersebut.
Sedangkan, jika mudharib mengetahui pencopotan dan modal
tadi dalam bentuk barang dagangan maka ia boleh menjualnya agar
menjadi uang tunai dan ada laba. Shahibul maal tidak boleh
melarangnya, karena itu bentuk dari pembatalan haknya ini
disepakati oleh para ulama dari empat madzhab.96
b. Meninggalnya salah seorang dari keduanya
Jika shahibul maal atau mudharib meninggal maka batal
mudharabah itu menurut jumhur, karena mudharabah mencakup
wakalah. Wakalah batal dengan meninggalnya orang yang
mewakilkan atau wakilnya. Mudharabah itu batal, baik pekerja
mengetahui kematian pemilik modal atau tidak, karena kematian
adalah hukum yang menggugurkan itu tidak tergantung kepada
pengetahuan sebagaimana dalam wakalah.
Malikiyah berpendapat bahwa tidak batal mudharabah
dengan meninggalnya salah seorang dari keduanya dan ahli waris
96
Wiroso, op.cit., hlm. 260
43
pemilih harta melanjutkan mudharabah tersebut jika mereka orang-
orang yang dipercaya.97
c. Salah seorang dari mereka berdua jadi gila
Mudharabah batal karena gila membatalkan kemampuan
untuk melakukan muamalat dan setiap yang membatalkan wakalah
juga membatalkan mudharabah, seperti pingsan dan larangan
terhadap pemilik modal. Adapun larangan terhadap pekerja karena
bodoh maka ia tidak dicopot menurut Hanafiyah, karena ia seperti
anak-anak yang mumayyiz dan mumayyiz boleh menerima wakalah
dari orang lain. Demikian juga dengan orang yang bodoh.98
d. Pemilik modal jadi murtad
Jika shahibul maal dibunuh karena murtad atau ikut perang
dan hakim menguatkan keikutsertaannya itu, maka mudharabah
batal di hari murtadnya itu menurut Abu Hanifah, karena ikut ke
medan perang sama dengan mati, dan mati menyebabkan hilangnya
kemampuan pemilik modal.
Kalau pekerja murtad maka mudharabah tetap berlangsung,
karena adanya kemampuan pemilik modal walaupun pekerja telah
membeli dan menjual serta mendapatkan laba, kemudian ia dibunuh
karena murtad atau meninggal atau ikut ke medan perang maka
seluruh yang telah ia lakukan hukumnya boleh dan laba dibagi untuk
keduanya, sebagaimana yang disepakati karena pekerjaan orang
97
Ibnu Rusyd, Op. cit., hlm. 240 98
Wiroso, Op.cit, hlm. 266
44
yang murtad sah karena ia adalah manusia yang bisa membedakan
(mumayyiz) tanpa ada kekurangan padanya.
e. Hancurnya harta mudharabah di tangan pekerja
Mudharib lalai dalam memelihara harta, atau melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan tujuan diadakannya akad. Dalam
kondisi yang semacam ini maka akad mudharabah batal.
Demikian juga mudharabah batal jika pekerja
menghancurkan modal atau menginfakkannya atau diserahkan
kepada orang lain lalu dihancurkannya sehingga perkerja tidak
berhak membeli sesuatu modal untuk mudharabah99
E. Investasi Dalam Islam
1. Pengertian Investasi
Investasi berasal dari bahasa Inggris “invest” yang berarti
menanam, menginvestasikan (uang, modal).100
Penanaman uang atau
modal ini bisa berupa dengan pembelian gedung-gedung, permesinan,
bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya,
dalam suatu proses produksi dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan, dan dapat pula berarti “Pertambahan persediaan benda-
benda yang ada”.101
Di dalamnya tercakup pula persediaan bahan-bahan
dasar dan benda-benda konsumsi.
99
Ibid, hlm. 261 100
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1987), Cet. ke-XV, hlm. 330 101
Winardi, Ilmu Ekonomi, (Bandung: CV. Tarsito, 1976), hlm. 54
45
Selain itu dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia dinyatakan
bahwa investasi adalah setiap bentuk modal yang ditanamkan untuk
memperoleh hasil atau keuntungan setelah jangka waktu tertentu.
Besarnya investasi biasanya dinilai dengan uang.102
Sedangkan dalam istilah manajemen, investasi diartikan sebagai
pemupukan dan pendayagunaan dana dan sumber hari ini demi
keuntungan hari esok. Lebih jelas dalam bukunya Drs. Salim Basalamah,
M.S. dkk, James C. Van Horne mengemukakan bahwa investasi adalah
kegiatan yang dilangsungkan yang memanfaatkan pengeluaran kas pada
waktu sekarang ini dengan tujuan untuk menghasilkan laba yang
diharapkan di masa mendatang. Sedang Fietz Berald mengatakan bahwa
investasi adalah aktifitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-
sumber untuk dipakai mengadakan barang modal pada saat sekarang ini
dan dengan barang modal tersebut akan dihasilkan aliran produk baru di
masa yang akan datang.103
Dalam Islam, pengertian investasi adalah kegiatan usaha yang
mengandung resiko karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian.
Dengan demikian, perolehan kembalinya (return) tidak pasti dan tidak
tetap. Hal ini berbeda dengan membungakan uang yang kurang
mengandung resiko karena perolehan kembaliannya berupa bunga yang
102
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid. 7, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1989), hlm.
213 103
Salim Baslamah, M.S. dkk, Penilaian Kelayakan Rencana Penanaman Modal (Sebuah
studi proyek bermotif laba), (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), hlm. 8
46
relatif pasti dan tetap.104
Pada dasarnya investasi dalam perspektif syariah
adalah bentuk aktif dari ekonomi syariah. Dalam Islam setiap harta ada
zakatnya. Jika harta tersebut didiamkan, maka lambat laun akan termakan
oleh zakatnya. Salah satu hikmah dari zakat ini adalah mendorong setiap
Muslim untuk menginvestasikan hartanya agar bertambah.
Oleh karena itu Islam mendorong masyarakat ke arah usaha nyata
dan produktif. Islam mendorong seluruh masyarakat untuk melakukan
investasi dan melarang membungakan uang. Sesuai dengan definisi di
atas, menyimpan uang di bank Islam termasuk kategori kegiatan investasi
karena perolehan kembaliannya (return) dari waktu ke waktu tidak pasti
dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada
hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan bank sebagai
mudharib atau pengelola dana.
Investasi yang aman secara duniawi belum tentu aman dari sisi
akhiratnya. Maksudnya investasi yang sangat menguntungkan sekalipun
dan tidak melanggar hukum positif yang berlaku belum tentu aman kalau
dilihat dari sisi syari‟ah Islam. Investasi hanya dapat dilakukan pada
instrumen keuangan yang sesuai dengan syari‟ah Islam dan tidak
mengandung riba. Di sisi lain investasi juga hanya dapat dilakukan pada
efek-efek yang diterbitkan oleh pihak yang jenis kegiatan usahanya tidak
bertentangan dengan syari‟ah Islam.105
104
Muhammad Syafi‟i Antonio, Op cit, hlm. 59 105
Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, penyunting, Irwan
Kelana & Dadi M. Hasan Basri, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. ke-1, hlm. 140
47
2. Dasar Hukum Berinvestasi
Beberapa landasan syari‟ah baik dalam al-Qur‟an, Hadits Nabi,
maupun kaidah fiqh yang mendasari dalam bentuk investasi harus
dilakukan berdasarkan syari‟ah. Dalam firman Allah SWT surat An-Nisa
ayat 29 yang berbunyi:
. . . .
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang dilakukan dengan suka sama suka
diantara kamu…” (QS. An-Nisa: 29)106
Dan surat at-Taubah ayat 34:
Artinya: “dan ada di antara mereka yang mengubur emas dan perak dan
menggunakannya tidak di jalan Allah; beritahukan mereka akan
mendapat siksa yang pedih” (Q.S. at-Taubah: 34)107
Dari ayat kedua diatas jelas sekali bahwa dianjurkan pada setiap
mahluk di bumi ini semata-mata rahmat dari Allah, tapi Allah melarang
untuk memakan harta sesama dengan jalan yang batil. Semua
pengeluaran yang dilakukan dengan tujuan pameran atau kemegahan
yang dipamerkan dan dapat mencerminkan kesombongan mempunyai
pengaruh pelebaran dari pada penyempitan. Kesenjangan sosial antara
106
Departemen Agama RI, hlm. 83 107
Ibid, hlm. 192
48
yang kaya dan yang miskin telah disalahkan oleh Islam. Nabi
mengajarkan kepada kaum Muslim untuk rendah hati dan mendesak
mereka untuk menerapkan pola hidup yang tidak mencerminkan
kesombongan. Sebagaimana beliau berkata:108
“Aku tidak kuatir kamu akan menderita karena miskin.
Bagaimanapun, aku merasa yakin bahwa dunia akan berkembang sendiri
untukmu seperti yang telah dilakukannya sebelum kamu, dan bahwa
kamu akan saling memandang demi kepentingannya seperti yang terjadi
sebelum kamu, demikian rupa sehingga hal ini akan menghancurkan
kamu seperti yang terjadi sebelum kamu”.
Ajaran Islam sangat mendorong kegiatan menabung dan investasi
karena Nabi tidak setuju membiarkan sumber daya secara tidak
produktif. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
ػن أ ث سلمخ ػن أ قب ل ا لش ثغ ثن نب ف غ أ ث ت ثخ : حذ حنب مؼب خ ػن ح
ل اهلل صل اهلل ػلو سلم : من كب اهلل ػنو قب ل : قب ل س س ث ىش ش ح س ض
منحيب أ خب ه, فإ ن أ ث فلمسك أ س ضو نت لو أس ض فلز س ػيب أ ل
109مسلم( )ساه
Artinya:“Rabi‟ bin Nafi‟ Abu Taubah berkata: Mu‟awiyah
mengkhabarkan dari Yahya dari Abi Salamah dari Abu
Hurairah ra, berkata: Rasulullah SAW bersabda: barang siapa
mempunyai tanah, maka hendaklah tanahnya itu ditanaminya
atau hendaklah diberikan saudaranya. Jika dia tidak mau
berbuat demikian, maka hendaklah dia memelihara tanahnya
itu”. (H.R Muslim)
Ini karena pengembangan tanah dan investasi yang produktif
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Islam untuk hal-hal
108
M. Umer Chapra, Al qur‟an Menuju Sistem Moneter yang Adil, (Seri Tafsir Al Qur‟an
Bil Ilmi No. 06), (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), hlm. 57 109
Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz III, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.t), hlm. 102
49
yang penting maupun kenikmatan dan tentunya melakukan hal ini sesuai
dengan sistem Islam.110
3. Investasi Dinar Emas
Banyak alat instrumen investasi yang sering digunakan oleh
masyarakat untuk berinvestasi. Misalnya tanah, emas, rumah, asuransi
unit-link, deposito, saham, obligasi (syariah dan konvensional),
reksadana, dan lain sebagainya. Namun belum banyak yang mengetahui
bahwa dinar (koin dinar emas) merupakan salah satu instrumen investasi.
a. Mengenal dinar (dirham) Islam
Di Dunia Islam, uang emas dan perak yang dikenal dengan
dinar dan dirham telah digunakan sejak awal Islam baik untuk
kegiatan muamalah maupun ibadah seperti zakat dan diyat sampai
berakhirnya Kekhalifahan Usmaniah Turki tahun 1924.111
Pada
zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi
bersamaan dengan pencetakan uang dirham pertama di
Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak
dibakukan yaitu berat 7 dinar sama dengan 10 dirham.112
Berat 1
dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan
berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua
ujungnya.113
110
M. Umer Chapra, op.cit, hlm. 61 111
M.Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar&Dirham, (Depok: Spiritual
Learning Centre & Dinar Club, 2007), hlm. 18 112
Ibid 113
Zallum, Abdul Qadim, Ahmad S., dkk, Sistem Keuangan di Negara Khalifah, (Bogor:
Pustaka Thariqul Izzah, 2006), hlm. 110
50
Timbangan berat uang 1 dinar Islam yang diterbitkan pada
masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini
sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan
mata uang Yunani yang disebut Drachma. Selama tujuh abad dari
abad ke-13 sampai awal abad ke-20, dinar dan dirham adalah mata
uang yang paling luas digunakan. Penggunaan dinar dirham meliputi
seluruh wilayah kekuasaan Utsmaniyah yang meliputi tiga benua
yaitu Eropa bagian selatan dan timur, Afrika bagian utara dan
sebagian Asia.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara dinar dan dirham
dan hasil penimbangan dinar ini, maka dapat pula dihitung berat 1
dirham adalah 7/10 × 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram.114
Selain emas dan perak, baik di negeri Islam maupun non Islam juga
dikenal uang logam yang dibuat dari tembaga atau perunggu. Dalam
fiqh Islam, uang emas dan perak dikenal sebagai alat tukar yang
hakiki (thaman haqiqi dan thaman khalqi) sedangkan uang dari
temabaga atau perunggu dikenal sebagai fulus dan menjadi alat tukar
berdasar kesepakatan atau thaman istilahi. Dari sisi sifatnya yang
114
Mengenai kemurnian emas yang dipakai di dinar dan perak yang dipakai di dirham
belum ditemukan referansi yang kuat. Meskipun demikian ada referensi yang menunujukkan
bahwa emas yang dipakai untuk dinar adalah memiliki kemurnian 22 karat. Hal ini masuk akal
karena pemurnian emas yang dilakukan dengan teknologi zaman itu kemungkinan besar memang
hanya mendekati 22 karat atau mendekati kemurnian 91.7%; alas an kedua adalah apabila
pemurnian mencapai 24 karat atau 99.999+% uang dinar akan terlalu lembek sehingga mudah
berubah bentuk. Mengenai perak ada disebutkan perak murni, namun inipun tidak murni 100%
karena dengan teknologi yang ada saat inipun tingkat kemurnian perak hanya mencapai 99.999+%.
Wallahu A‟lam.
51
tidak memiliki nilai intrinsik sebesar nilai tukarnya, fulus ini lebih
dekat kepada sifat uang kertas yang kita kenal sekarang.115
Di Indonesia di masa ini, dinar dan dirham hanya diproduksi
oleh Logam Mulia, PT. Aneka Tambang TBK. Saat ini logam mulia-
lah yang secara teknologi dan penguasaan bahan mampu
memproduksikan dinar dirham dengan kadar dan berat sesuai dengan
standar dinar dan dirham di masa awal-awal Islam.116
Standar kadar
dan berat inipun tidak hanya disertifikasi secara nasional oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga
sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu
London Bullion Market Association (LBMA).117
b. Bukti stabilitas daya beli dinar (emas) dan dirham (perak)
Beberapa bukti sejarah yang bisa diandalkan karena
diungkapkan dalam al-Qur‟an dan hadits, untuk menguatkan teori
bahwa harga emas (dinar) dan perak (dirham) adalah tetap,
sedangkan mata uang lain yang tidak memiliki nilai intrinsik terus
mengalami penurunan daya beli (terjadi inflansi).
Dalam al-Qur‟an yang agung, Allah SWT berfirman:
115
Waqar Masood Khan, Transition to Riba Free Economy, (New Delhi: Adam Publisher,
2004), hlm. 225 116
Muhaimin Iqbal, Dinar the Real….,hlm. 32 117
Ibid
52
Artinya: “Dan Demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka
saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah
seorang di antara mereka, „sudah berapa lamakah kamu
berada (disini?)‟. Mereka menjawab, „Kita berada (disini)
sehari atau setengah hari‟. Berkata (yang lain lagi),
„Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu
berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara
kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu
ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih
baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu,
dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah
sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun”. (QS.
Al Kahfi: 19)118
Dari ayat tersebut diungkapkan bahwa mereka meminta salah
satu rekannya untuk membeli makanan di Kota dengan uang
peraknya. Jika diasumsikan, para pemuda tersebut membawa 2-3
keping uang perak saja, maka ini dikonversikan ke nilai Rupiah
sekarang akan berkisar Rp 90.000. Dengan perak yang sama
sekarang (1 dirham sekarang sekitar Rp 30.000) kita dapat membeli
makanan untuk beberapa orang. Jadi setelah lebih kurang 18 abad
(sejak zaman Ashabul Kahfi) daya beli uang perak relatif sama.119
Mengenai daya beli uang emas dinar dapat dilihat dari hadits:
أن النج ح الجبسق شبح ػن ػش أػغبه دنبسا شتش ثو أضحخ أ
ن فجب ع إحذاىمب ثذنب دفب شتش شبت نبسفذ ػب لو ثبلجش كخ ف س فأ تبه ثشبح
اه الخمسخ إ اشتش تشاثب لش ثح فو. س ؼو فكبن ل . ث قذأخشجو لب النسب ئ
لم سق لفظ ضمن حذج والجخبس “Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan
kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia
118
Departemen Agama, op.cit, hlm. 295 119
Muhaimin Iqbal, op.ct, hlm. 33-34
53
berkata „Saya mendengar penduduk bercerita tentang Urwah,
bahwa Nabi saw memberikan uang satu dinar kepadanya agar
dibelikan seekor kambing untuk beliau. Lalu dengan uang tersebut
ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan
harga satu dinar. Ia pulang membawa satu dinar dan satu ekor
kambing. Nabi saw mendoakannya dengan keberkatan dalam jual
belinya. Seandainya „Urwah membeli debupun, ia pasti beruntung. ”
(HR Bukhari)120
Dari hadits tersebut bisa diketahui bahwa harga pasaran
kambing pada zaman Rasulullah saw adalah satu dinar. Jika kita
anggap harga kambing yang sedang adalah satu dinar, yang kecil
setengah dinar dan yang besar dua dinar pada zaman Rasulullah saw
maka sekarang pun dengan setengah sampai dua dinar (saat ini dinar
Rp 2.203.213,-) kita bisa membeli seekor kambing di manapun di
seluruh dunia.121
c. Aplikasi investasi berbasis dinar
Uang memiliki tiga fungsi yaitu fungsi alat tukar (medium of
exchange), fungsi satuan pembukuan (unit of account), dan fungsi
penyimpan nilai (store of value).122
Di Indonesia saat ini uang yang
diakui sebagai alat tukar hanya uang rupiah, maka dinar belum
menjadi alat tukar yang sah dalam bermuamalah. Meskipun
demikian, dua fungsi uang yang lain dapat diperankan oleh dinar
dengan jauh lebih baik dibandingkan mata uang rupiah.123
Dinar apabila digunakan sebagai alat ukur dan alat untuk
menyimpan atau mempertahankan kekayaan umat Islam sudah
120
Ibid 121
Ibid 122
Muhaimin Iqbal, Dinar Solution…..,hlm. 107 123
Ibid
54
memberi manfaat yang besar karena kekayaan umat ini tidak bisa
dipermainkan oleh para spekulan pasar uang, manfaat dinar tidak
berhenti disini.124
Dinar hanyalah salah satu dari roda-roda ekonomi Islam yang
akan memakmurkan umat ini dan mengunggulkannya diatas umat
yang lain sebagaimana janji Allah SWT dalam al-Qur‟an:
Artinya: “Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula)
bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang beriman” (Q.S Ali Imron: 139)125
Roda-roda ekonomi Islam yang harus ikut berputar bersama
dengan kembalinya dinar dan (dirham) adalah sistem pembiayaan
yang bebas riba, pengelolaan pasar Islam dengan aturan syariah
Islam dan memasyarakatnya zakat, infaq, sedekah dan wakaf seluas-
luasnya.
Ilustrasi berikut menggambarkan sistem ekonomi Islam yang
digerakkan oleh roda-rodanya.126
124
Muhaimin Iqbal, op.cit, hlm. 137 125
Departemen Agama RI, hlm. 67 126
Muhaimin Iqbal, op.cit, hlm. 138
55
Gambar 2.1: Roda-roda Penggerak Sistem Ekonomi Islam
Satu dinar didefinisikan sebagai satu koin emas dengan berat
4,25 gram dan kadar 22 karat.127
Dinar menjadi salah satu alat
investasi yang patut diperhitungkan, mengingat nilainya yang terus
terapresiasi terhadap dollar dalam kurun waktu 40 tahun terakhir.
Jika diperbandingkan, maka investasi dalam dinar merupakan
yang paling menguntungkan dan mendapat nilai tambah secara
syari‟ah. Misalnya saja perbandingan antara asuransi, deposito, dan
dinar, diinvestasikan Rp. 500.000/ bulan, untuk masing-masing
instrumen investasi tersebut, selama 20 tahun. Maka analisisnya
sebagai berikut:128
127
Ibid, hlm. 162 128
Muhaimin Iqbal, “Bagaimana Langkah Memulai Investasi di Dinar Emas Dirham Perak”,
dalam http://dinaremasku.com, diakses pada tanggal 10 April 2012
Uang yang adil:
Dinar & Dirham
Harta yang berputar:
ZIS, & Wakaf
Pasar yang Syar'i
Akses bebas pelaku Pasar yang adil, jujur, hati-hati
& competent
Pembiayaan Bebas Riba:
Qirad/Mudharabah
56
Asuransi Dengan hasil investasi 12% per tahun, maka setelah 20
tahun kita menaruh uang di asuransi tersebut, uang kita
menjadi Rp 162 juta. Pada asuransi ini, uang kita ada yang
“disedot” untuk biaya akuisisi, atau biaya administrasi
yang lumayan besar dari premi yang kita bayarkan setiap
bulannya. Namun, kelebihannya ada nilai proteksi yang
diberikan dari asuransi ini
Deposito Dengan hasil investasi 8% per tahun, maka setelah 20
tahun, uang kita akan menjadi Rp 224 juta. Lebih besar
dari asuransi, karena di deposito tidak ada biaya akuisisi
seperti di asuransi. Namun, deposito tidak memiliki nilai
proteksi.
Dinar Dengan rata-rata apresiasi nilai emas per tahun dari
statistik 40 tahun Kitco, yaitu 31% per tahun. Maka setelah
20 tahun, uang kita menjadi Rp 4,1 Milyar. Sangat jauh
berbeda dengan dua instrumen sebelumnya.
Keunggulan investasi emas (dinar) ini yaitu memiliki nilai
nyata (tangible), senilai benda fisiknya (intrinsic) dan dan nilai yang
melekat atau bawaan pada benda itu (innate).129
Ketiga keunggulan
nilai ini tdak dimiliki oleh investasi bentuk lain seperti saham, surat
berharga dan uang kertas. Default value (nilai asal) dari investasi
emas tinggi, kalau tidak ada campur tangan berbagai pihak dengan
kepentingannya sendiri-sendiri otomatis nilai emas akan kembali ke
nilai yang sesungguhnya yang memang tinggi.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam berinvestasi dinar,
yaitu sebagai berikut:130
Kelebihan dinar meliputi:
a. Memiliki sifat unit account; mudah dijumlahkan dan dibagi
129
Ibid. 130
Ibid
57
b. Sangat liquid untuk diperjual-belikan karena kemudahan dibagi
dan dijumlahkan
c. Memiliki nilai da‟wah tinggi karena sosialisasi dinar akan
mendorong sosialisasi syariat Islam itu sendiri
d. Nilai Jual kembali tinggi, mengikuti perkembangan harga emas
internasional; hanya dengan dikurangkan biaya administrasi dan
penjualan sekitar 4% dari harga pasar
e. Mudah diperjual belikan sesama pengguna karena tidak ada
kendala model dan ukuran
Sedangkan kelemahan dinar yaitu:
a. Di Indonesia masih dianggap perhiasan, penjual terkena PPN
10% (Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 83/Kmk.03/2002 bisa diperhitungkan secara netto antara
pajak keluaran dan pajak masukan toko emas maka yang harus
dibayar „toko emas‟ penjual Dinar adalah 2%)
b. Ongkos cetak masih relatif tinggi yaitu berkisar antara 3% – 5 %
dari nilai barang tergantung dari jumlah pesanan
Sejak ribuan tahun lalu sampai sekarang seluruh peradaban
manusia di muka bumi mengakui tingginya nilai emas ini. Emas
berlaku secara universal dan tidak mengenal istilah kadaluwarsa.
Dinar dan dirham sudah ada sejak sebelum Islam lahir, karena dinar
(Dinarium) sudah dipakai di Romawi sebelumnya dan dirham sudah
dipakai di Persia. Kita ketahui bahwa apa-apa yang ada sebelum
58
Islam namun setelah turunnya Islam tidak dilarang atau bahkan juga
digunakan oleh Rasulullah SAW, maka hal itu menjadi ketetapan
(taqrir) Rasulullah SAW yang berarti menjadi bagian dari ajaran
Islam itu sendiri, dinar dan dirham masuk kategori ini.
59
BAB III
PELAKSANAAN AKAD MUDHARABAH DI
BMT “ARTHA KENCANA MULIA”
A. GAMBARAN UMUM BMT “Artha Kencana Mulia”
1. Sejarah Berdirinya BMT “Artha Kencana Mulia”
Di Indonesia sendiri setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia
(BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip
syariah. Operasinalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyakat kecil
dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga
keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk
mengatasi hambatan operasioanal daerah. Disamping itu di tengah-
tengah kehidupan masyarakat yang hidup serba berkecukupan muncul
kekhawatiran akan timbulnya pengikisan akidah. Pengikisan akidah ini
bukan hanya dipengaruhi oleh aspek syiar Islam tetapi juga dipengaruhi
oleh lemahnya ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu peran BMT agar
mampu lebih aktif dalam memperbaiki kondisi tersebut.
Di bawah naungan organisasi yang sangat terpecaya ICMI (Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia) Orwil Jateng BMT “Artha Kencana
Mulia” lahir, yang digagas oleh Bapak Ade Adityawarman beserta rekan-
rekannya.131
Berlangsung di kampus UNISSULA pada hari Sabtu tanggal
25 Juni 2011, sekaligus pula diadakan acara diskusi yang bertajuk
131
Hasil wawancara dengan Bapak M.Hasyim pada tanggal 07 Juni 2012
60
“Membangun Kemakmuran Indonesia dengan Ekonomi Islam: Dinar dan
Dirham sebagai Solusi”, bersamaan dengan Musywil ke-5 yang secara
aklamasi memilih Dr. Ir .Didik Eko Budi Santoso MT sebagai ketua
ICMI Jateng periode 2011-2016.132
Beberapa tamu undangan antara lain
Ir. H. Muhaimin Iqbal (anggota DSN dan Founder Gerai Dinar), para
praktisi, akademisi ekonomi Islam, anggota Parpol, dan dari pemerintah
provinsi Jateng. Acara diskusi resmi di buka pada pukul 09.00 WIB oleh
salah satu Presidium Nasional ICMI yaitu Dr. Hj. Muh. Ibrahim.133
BMT “Artha Kencana Mulia” menyediakan wadah investasi di
bidang keuangan syariah melalui produk dinar. Menghadirkan kembali
dinar dan dirham sebagai solusi dan timbangan yang adil di tengah-
tengah masyarakat.134
Hadir di tengah-tengah pemukiman masyarakat
yang padat di area yang nyaman. Sejak 11 November 2011, BMT “Artha
Kencana Mulia” telah resmi dan mendapatkan pengakuan dari Dinas
Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa Tengah untuk menjadi Badan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Artha Kencana Mulia, dengan nomor
badan usaha : 14290/BH/XIV/2011.135
BMT ini hanyalah satu dari sekian
banyak BMT bentukan ICMI yang tersebar di berbagai penjuru tanah air.
Untuk lebih mesukseskan BMT ini maka di lakukan penandatanganan
132
Data diambil dari Dokumen BMT “Artha Kencana Mulia” 133
Kseisundip, “FoSSEI Jateng Goes To ICMI Jateng „Diskusi Pakar Bersama Ir. H.
Muhaimin Iqbal”, dalam http://kseirsundip.wordpress.com/2011/07/20/35/ , diakses tanggal 20
Mei 2012 134
Khoirul Anwar, “Cendekiawan Muslim Jawa Tengah, Mandiri Melalui ICMI Business
Centre” dalam http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/05/12/cendikiawan-muslim-jawa-
tengah-mandiri-melalui-icmi-business-centre/, diakses pada tanggal 12 April 2012 135
Data diambil dari Dokumen BMT “Artha Kencana Mulia”
61
“Dukung Gerakan Dinar Dirham” oleh seluruh pengurus ICMI yang
hadir pada acara ini.136
Dengan memegang komitmen menjunjung nilai-
nilai keadilan, BMT “Artha Kencana Mulia” hadir membangun
kemakmuran Indonesia dengan Ekonomi Islam yang bebas ribawi.
Bersama dinar dan dirham diyakini mampu memberikan solusi untuk
melindungi harta umat.
2. Visi dan Misi BMT “Artha Kencana Mulia”
Suatu organisasi atau perusahaan mana pun pasti memiliki visi
dan misi, sehingga dengan visi dan misi yang dimiliki tersebut, arah dan
perkembangan dapat terarah. Begitu pula dengan BMT “Artha Kencana
Mulia”, mempunyai arah dan perkembangannya sendiri.
a. Visi
Mencerahkan dunia melalui sistem Ekonomi Islam
b. Misi
Meningkatkan kesadaran masyarakat
Mengembangkan Institusi Islam yang nyata
Menciptakan praktik-praktik bisnis Islam yang modern.
Memperkuat melindungi menumbuhkan kesejahteraan
masyarakat sebagai perwujudan Rahmatan Lil Alamin.
3. Lokasi BMT “Artha Kencana Mulia”
BMT “Artha Kencana Mulia” terletak di Jalan Durian Selatan I
No. 12, Srondol Wetan, Semarang. Lokasi ini dipilih karena:
136
Khoirul Anwar, op.cit.
62
a. Dekat dengan tempat nasabah, sehingga mempermudah nasabah
untuk menabung dan mengambil uang.
b. Letaknya yang sangat strategis, sehingga mempermudah bagi para
nasabah untuk menjangkaunya.
c. Jalannya ramai dan banyak perumahan mewah sehingga lebih
berpotensi untuk mendapatkan calon nasabah atau investor.
4. Komitmen Pelayanan
Dalam rangka mendukung pelayanan prima, cepat tepat dan
amanah sesuai dengan prinsip syariah. BMT “Artha Kencana Mulia”
memiliki sarana perkantoran yang nyaman untuk nasabah.
5. Struktur Organisasi
Dalam menjalankan perusahaan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan maka diperlukan struktur organisasi yang baik dan jelas,
sehingga dapat diketahui tugas masing-masing dan kesimpangsiuran
dalam menjalani tugas dapat dihindari.
Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi
RAPAT ANGGOTA
PENGURUS PENGAWAS
UNIT JASA UNIT SIMPAN
PINJAM
UNIT
PERDAGANGAN
ANGGOTA
63
Sumber: Dokumen BMT “Artha Kencana Mulia”.137
Sedangkan nama dan tugas masing-masing bagian adalah sebagai
berikut:138
I. PENGURUS
1. Ketua : DR. Suharnomo M.Si
2. Sekretaris : Budi Setiyono, Ph.D
3. Bendahara : Adityawarman M. Acc. Ak.
II. PENGELOLA
1. Manager : Sofyan Eko Putra, SE.
2. Accounting : Khoirul Anwar
3. Teller : Masykur Hasyim
4. Customer Service : Ulin Ni‟mah
III. BADAN PEMERIKSA (PENGAWAS)
1. Ketua : Fuad Mas‟ud. SE.,MIR
2. Anggota : DR. Sudarno, SE., MSi
Dr. Ing Asnawi, ST
IV. DEWAN PENANGGUNG JAWAB
Ketua ICMI Jateng : Dr. Ir. H. Didik Eko Budi Santoso, ST. MT.
6. Produk dan Jasa BMT “Artha Kencana Mulia”
a. Tabungan M-Dinar
Tabungan untuk perorangan, perusahaan atau lembaga
berbasis Dinar guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
137
Data diambil dari dokumen BMT “Artha KencanaMulia” Semarang 138
Data diperoleh dari dokumen BMT “Artha Kencana Mulia”
64
Tabungan M-Dinar memiliki prosedur dan mekanisme yang sama
dengan tabungan di bank syariah, dilakukan dengan akad
mudharabah, jadi akan ada bagi hasil dari tabungan tersebut yang
akan masuk secara otomatis setiap awal bulan.
b. DinarKu
Produk kepemilikan dinar melalui pembelian emas secara
tunai dan atau penjualan dinar, dengan akad sharf. Dinar sebagai
alternatif yang aman untuk menjaga fortofolio asset kekayaan.139
Selain itu merupakan „jembatan‟ untuk mewujudkan ibadah haji,
mempersiapkan pendidikan untuk anak, memiliki tempat tinggal dan
kendaraan.140
c. Tabungan M-Dinar untuk Pensiun
Tabungan M-Dinar Pensiun adalah tabungan pensiun untuk
perorangan, perusahaan atau lembaga yang berbasis dinar. Program
ini ditawarkan secara otomatis atau sukarela kepada karyawan.
Secara otomatis berarti perusahaan mendaftarkan karyawan sebagai
nasabah Tabungan M-Dinar, secara sukarela berarti bahwa karyawan
secara tidak dipaksa ikut dalam program Tabungan M-Dinar Pensiun
yang ditawarkan oleh BMT “Artha Kencana Mulia”, dengan cara
pemotongan gaji untuk melakukan setoran. Teknis Pelaksanaan ini
dapat di diskusikan untuk disetujui bersama agar pelaksanaan
program ini dapat berjalan dengan lancar dan hasil yang maksimal.
139
Data diperoleh dari brosur produk DinarKu oleh BMT “Artha Kencana Mulia” 140
Ibid
65
B. Aplikasi Pelaksanaan Akad Mudharabah Terhadap Investasi Dinar Di
BMT “Artha Kencana Mulia”
Dari tahun ke tahun BMT “Artha Kencana Mulia” menunjukkan kerja
yang sangat baik. Terbukti dengan meningkatnya volume usaha dan semakin
meningkatnya aset, dan di sisi lain, keberadaannya semakin dipercaya
masyarakat.141
Sebagai lembaga keuangan syariah BMT “Artha Kencana
Mulia” tidak hanya menampung dana dari masyarakat, tetapi juga
menyalurkan dana ke masyarakat. Penyaluran dana ini biasanya dilakukan
oleh BMT “Artha Kencana Mulia” dalam bentuk pembiayaan-pembiayaan
terhadap usaha yang dijalankan oleh masyarakat.
Berdasarkan penelitian penulis bahwa dalam produk penghimpunan
dana investasi, BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang membuka layanan
kepada masyarakat dalam produk, yaitu Tabungan M-Dinar (Online
Transactions Record), yang berdasarkan prinsip mudharabah (bagi hasil).
Teknologi M-Dinar merupakan infrastruktur produk Gerai Dinar yang baru
hasil kolaborasi dengan Koperasi BMT Daarul Muttaqiin,142
sehingga terjalin
kerjasama diantara keduanya.
141
Hasil wawancara dengan Bapak Masykur Hasyim, selaku Bagian Teller di BMT “Artha
Kencana Mulia” pada tanggal 11 Juni 2012 142
Hasil wawancara dengan NN, customer service BMT Darul Muttaqien, Kelapa Dua,
Cimanggis-Depok, Jawa Barat pada tanggal 11 Juni 2012
66
Gambar 3.2:143
Skema kerjasama pihak yang menjalankan M-Dinar
Dalam tabungan M-Dinar ini BMT “Artha Kencana Mulia” bertindak
sebagai pengelola dana (mudharib), sedangkan nasabah sebagai penyandang
dana (shahibul maal) dengan sistem bagi hasil sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati oleh pihak BMT “Artha Kencana Mulia” dengan nasabah.
Simpanan atau tabungan merupakan akad mudharabah muthlaqah
yang berarti pihak mudharib (BMT) diberi kuasa penuh untuk menjalankan
usahanya tanpa batasan dan tidak terikat dengan waktu, tempat, jenis usaha
dan nasabah atau pelanggannya. Simpanan adalah perjanjian kerjasama antara
pemilik modal (penabung atau shahibul maal) dengan pengusaha (BMT atau
mudharib) atas dasar bagi hasil.
BMT “Artha Kencana Mulia” sangat berhati-hati dalam menyalurkan
dana tersebut ke dalam bentuk pembiayaan, terlebih-lebih dalam pembiayaan
investasi mudharabah, karena dalam pembiayaan investasi mudharabah
memiliki resiko yang sangat tinggi sehingga menuntut kepercayaan dan
kejujuran (amanah) yang tinggi dari nasabah. Oleh karena itu BMT “Artha
143
Dokumen BMT Daarul Muttaqin
67
Kencana Mulia” sangat selektif dan berhati-hati dalam melakukan
pembiayaan ini.144
Tujuan tabungan M-Dinar adalah memungkinkan kita semua
pengguna dinar untuk mencicil dinar dalam bentuk tabungan, tidak harus
dalam kelipatan 1 dinar serta memeratakan dinar untuk seluruh golongan
masyarakat yang tertarik memiliki dinar dengan cara yang bertahap.145
Tabungan M-Dinar memiliki prosedur dan mekanisme yang sama dengan
tabungan di bank syariah. Bedanya dengan tabungan bank, tabungan M-Dinar
ini dalam satuan dinar, termasuk bagi hasilnya juga dalam satuan dinar.
Penarikannya hanya dapat dilakukan dengan menandatangani BMT atau
menggunakan aplikasi online yang sebelumnya dikonfirmasikan terlebih
dahulu dengan pihak BMT.
Bukti kepemilikan Tabungan M-Dinar adalah berupa nomor rekening
M-Dinar dan juga akan dapat buku tabungan M-Dinar, serta histori transaksi
ataupun saldo tabungan dapat dipantau di situs http://m-dinar.com, sama
seperti internet banking pada bank.146
Terkait mengenai legalitas produk-produk Dinar berbasis teknologi
seperti M-Dinar, maka ada dua aspek legalitas yang bisa dijelaskan, yakni
sebagai berikut:147
Legalitas dari aspek hukum positif negara (Indonesia dan
144
Hasil wawancara dengan Bapak Adityawarman, selaku Bendahara di BMT “Artha
Kencana Mulia”, Semarang pada tanggal 20 Maret 2012 145
Hasil wawancara dengan NN, customer service BMT Darul Muttaqien, Kelapa Dua,
Cimanggis-Depok, Jawa Barat pada tanggal 11 Juni 2012 146
Ibid 147
Raja Dinar, “Aspek Syar‟I M-Dinar” dalam http://aspek-syari-m-dinar-.php.htm/,
diakses pada tanggal 11 Mei 2012
68
juga negara-negara lain dimana M-Dinar digunakan) dan aspek legalitas dari
segi Syariah.
Dari sisi hukum positif negara, harus diakui bahwa kecepatan
perkembangan teknologi mendahului kecepatan perkembangan hukum positif
buatan manusia. Sangat bisa jadi memang belum ada hukum yang pas yang
mengatur transaksi pembayaran global yang menggunakan system e-payment,
paypal, e-gold, e-dinar, Goldmoney, dan lain sebagainya. Sedangkan dasar
BMT “Artha Kencana Mulia” untuk melakukan usaha adalah menggunakan
Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang Koperasi.148
Sejak 11 November 2011, BMT “Artha Kencana Mulia” telah resmi dan
mendapatkan pengakuan dari Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa
Tengah untuk menjadi Badan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah “Artha
Kencana Mulia”, dengan nomor badan usaha: 14290/BH/XIV/2011.149
Berbeda dengan sistem hukum buatan manusia yang selalu terlambat
mengantisisipasi perkembangan zaman; hukum Allah sebaliknya sangat
antisipatif dan selalu fit untuk perkembangan teknologi yang secanggih
apapun. Inilah makna Islam sebagai agama akhir zaman itu; kembali ke Islam
tidak identik dengan kembali ke sistem yang kuno.
148
Hasil wawancara dengan Bapak Adityawarman, selaku Bendahara di BMT “Artha
Kencana Mulia”, Semarang pada tanggal 20 Maret 2012 149
Data diperoleh dari dokumen BMT “Artha Kencana Mulia”
69
Contoh hadits berikut :150
الفضخ ػجب دح ػن ثب ثن الصب مت قب ل : قب ل س س ل اهلل الز ىت ثب لز ىت
الملح ثب لملح مخال ثم التمش ثب لتمش الشؼش ثب لشؼش الجش ثب لجش ا ء خل لفضخ س
ذ ا ء ذا ث ف شئتم إرا كب ن ثس ؼا ك اه فإرا اختلفت ىزه األ صنب ف فج ذ. )س ذا ث
مسلم(Artinya: “Dari „Ubadah bin As-Shamit, ia mengatakan bahwasanya
Rasullah bersabda: “(Diperbolehkan menjual) emas
dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, sya‟ir dengan sya‟ir, kurma dengan kurma, dan
garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan
sejenis serta secara tunai – dari tangan ke tangan. Jika
jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan
secara tunai – dari tangan ke tangan.” (HR. Muslim)
Dr. Wahbah Al-Zuhayli, dalam mengartikan jual beli „tunai dari
tangan ke tangan dalam satu majlis bay‟ (satu pertemuan atau sesi
perdagangan), beliau menyatakan bahwa majlis bay‟ tidak berarti harus satu
rauangan atau tempat fisik dimana penjual dan pembeli bertemu secara fisik.
Mereka (penjual dan pembeli) bisa saja terpisah secara fisik – asal keduanya
bisa saling berkomunikasi – maka mereka masih dapat dikatakan dalam satu
majlis bay‟.151
Situasi berikut menjadi sepenuhnya sesuai syariah dengan
penafsiran yang tepat, yaitu:
a. Jual beli gandum dalam gudang yang sangat besar sekalipun, dapat cukup
dilakukan serah terimanya dengan penyerahan akses terhadap
pemanfaatan gandum tersebut ke pembeli. Akses ini bisa berupa kunci
gudang, bisa user id dan password untuk pemindahan barang dan lain
sebagainya.
150
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, diterjemahkan oleh Harun Zen & Zaenal
Mutaqin dari “Bulughul Maram min Adillatil Ahkam”, (Bandung: Jabal, 2011) hlm. 207 151
Wahbah Al-Zuhayli, Al-Fiqh Al-Islmai wa Adillatuh, dalam bahasa Inggris: “Financial
Transactions In Islamic Jurisprudence”, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 2003), hlm. 180
70
b. Perpindahan uang dari account to account, dari satu mata uang ke mata
uang lainnya lewat transfer M-banking, internet banking menjadi punya
dasar yang syar‟i.
c. Perpindahan account M-Dinar dari Gerai Dinar ke account pelanggan M-
Dinar juga memiliki dasar yang sama. Begitu pelanggan M-Dinar
menerima user id dan password atau bertambah saldo-nya di M-Dinar
Accountnya, pembeli tersebut memiliki akses penuh dan dapat
memanfaatkan Dinar yang ada di accountnya; artinya Dinar sudah dapat
diartikan di delivered.152
Dalam merespon perkembangan perdagangan Islami dan juga modern,
para ulama sebaiknya lebih akurat hingga bisa merumuskan penafsiran yang
applicable sampai sekarang sehingga tidak ketinggalan teknologi dan tidak
pula meninggalkan hukum syariah.
1. Tata cara akad mudharabah dalam tabungan M-Dinar
Adapun ketentuan teknis menabung yang berlaku dalam produk
M-Dinar adalah sebagai berikut :153
a. Tabungan dengan prinsip mudharabah
b. Tidak diperkenankan joint account
c. Setoran dan penarikan akan dikonversikan ke dalam satuan Dinar
d. Satu orang hanya memiliki 1 (satu) rekening di KJKS “Artha
Kencana Mulia”, kecuali bagi orang tua yang membuka rekening
untuk anak yang masih dibawah perwalian
152
Raja Dinar, op.cit. 153
Data diperoleh dari brosur Tabungan M-Dinar
71
e. Penabung di bawah perwalian, harus menggunakan nama orang tua
atau wali siswa
f. Mengisi aplikasi Tabungan M-Dinar
g. Setoran awal rekening min. Rp. 50.000,-
h. Setoran selanjutnya min. Rp. 50.000,-
i. Biaya pembukaan rekening baru Rp. 25.000,-
j. Membawa asli dan fotokopi KTP/SIM/Paspor
k. Transaksi penarikan tunai min. Rp. 100.000,- kecuali jika nasabah
ingin meutup rekening
l. Penarikan dengan nominal 1 (satu) Dinar dan kelipatannya dapat
dilakukan dalam bentuk koin fisik Dinar
m. Penarikan dengan nominal selain 1 (satu) Dinar, diberikan dalam
bentuk Rupiah, setara Kurs Beli saat transaksi dilakukan.
Cara membuka atau mengisi tabungan rekening M-Dinar yaitu
dengan langkah-langkah sebagai berikut :154
a. Buka halaman web berikut https://m-dinar.com/
b. Di main menu sebelah kiri klik Registration
c. Isi Registration Form
d. Tunggu dan buka email baru dari M-Dinar, klik link untuk aktifasi
account
e. Login dengan user dan password yang telah diisi di langkah 3
f. Klik Mobile Payment pada Main Menu
154
Muhaimin Iqbal, “Bagaimana Langkah Memulai Investasi di Dinar Emas Dirham
Perak”, dalam http://dinaremasku.com, diakses pada tanggal 10 April 2012
72
g. Lengkapi informasi tipe identitas, nomor identitas, alamat, nomor
handphone, no telp rumah dan jenis kelamin
h. Transfer ke rekening dinaremasku.com (dapat menghubungi pihak
BMT untuk nomor rekening) minimal 1/4 dinar (misalnya Rp
450.000 untuk harga saat ini)
i. Konfirmasi transfer dan informasikan user M-Dinar, no hp, dan no
KTP Anda melalui sms ke nomor handphone pihak BMT
j. Rekening M-Dinar dapat segera digunakan melalui https://m-
dinar.com
Keunggulan Tabungan M-Dinar untuk para nasabahnya adalah
sebagai berikut:155
a. Bebas dari inflasi, karena nilai dinar emas akan selalu lebih tinggi
dari inflasi uang
b. Hemat biaya penyimpanan fisik dinar, karena dengan menabung
dinar emas di M-dinar maka tidak perlu lagi mengeluarkan biaya
untuk sewa save deposit box di bank, atau biaya proteksi lainnya.
c. Dapat menyimpan saldo dinar mulai dari nilai Rupiah minimum
tanpa harus menunggu uang Rupiah kita terkumpul senilai 1 dinar
d. Dapat dicairkan ke bentuk Rupiah maupun fisik dinar emas
kapanpun diinginkan
e. Mendapatkan nisbah (bagi hasil) 50:50 dalam satuan dinar yang
dibukukan di rekening tabungan M-Dinar
155
Ibid
73
f. Cek saldo rekening online : https://m-dinar.com/indo/
g. Bebas biaya administrasi bulanan
h. Bebas biaya penarikan tunai
i. Fasilitas antar jemput setoran tabungan lembaga/perusahaan.
Kemudian kedua belah pihak, BMT “Artha Kencana Mulia” dan
calon nasabah atau investor menyepakati hal-hal sebagai berikut:156
a. Pihak Pertama menempatkan dinarnya pada Pihak Kedua dalam
akad mudharabah, Pihak Pertama bertindak sebagai shahibul maal
menyerahkan sepenuhnya pengelolaan Dinar kepada Pihak Kedua
sebagai mudharib.
b. Kedua belah pihak bersepakat dalam Nisbah bagi hasil 50% untuk
Pihak Pertama dan 50% untuk Pihak Kedua.
c. Akad mudharabah ini menggunakan satuan pencatatan atau unit of
account dinar emas standar 4.25 gram, 22 karat.
d. Penyerahan dinar dari Pihak Pertama kepada Pihak Kedua atau
sebaliknya dari Pihak Kedua kepada Pihak Pertama menggunakan
koin dinar emas standar 4.25 gram, 22 karat atau emas lantakan
Logam Mulia dengan berat yang sama (4.25 gram) dan dengan kadar
yang minimal sama (22 karat).
e. Bila Pihak yang berkewajiban menyerahkan koin dinar emas standar
atau emas lantakan Logam Mulia tidak dapat memenuhi
kewajibannya, maka Pihak tersebut dapat menggantinya dengan
156
Data diperoleh dari formulir Aplikasi Simpanan Dinar
74
menggunakan uang kertas rupiah atau uang kertas lainnya pada nilai
tukar HARGA JUAL yang berlaku pada saat transaksi.
f. Bila Pihak yang seharusnya menerima koin emas dinar atau emas
lantakan Logam Mulia menghendaki haknya diberikan tidak dalam
bentuk koin dinar emas standar atau emas lantakan Logam Mulia,
maka Pihak yang berkewajiban menyerahkan koin emas dinar atau
emas lantakan Logam Mulia tersebut dapat menggantinya dengan
uang kertas rupiah atau uang kertas lainnya pada nilai HARGA
BELI yang berlaku pada saat transaksi.
Para nasabah tabungan M-Dinar dapat menukarkan dinar-nya ke
rupiah, ataupun sebaliknya kapan saja dan dimana saja, baik via internet
maupun langsung ke BMT “Artha Kencana Mulia”.157
Hal ini jelas
diperlukan, karena uang kertas (rupiah) merupakan alat tukar dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap nasabah tabungan M-Dinar memiliki 2
account sekaligus, yakni dinar dan rupiah.
Contoh aplikasi menabung menggunakan tabungan M-Dinar di
BMT “Artha Kencana Mulia”:158
Bulan Januari menabung Rp. 750.000,- (Misalkan harga dinar saat itu di
pasaran adalah Rp. 1.500.000,-), maka saldo M-Dinarnya adalah 0,5
dinar.
Bulan Februari menabung lagi Rp. 400.000,- (Harga dinar Rp.1.600.000),
tabungan M-Dinar bertambah 0,25 dinar.
157
Hasil wawancara dengan Bapak Adityawarman, selaku Bendahara di BMT “Artha
Kencana Mulia”, Semarang pada tanggal 20 Maret 2012 158
Ibid
75
Bulan Maret menabung kembali Rp. 560.000,- (Harga dinar Rp.
1.600.000,-), tabungan M-Dinar bertambah 0,35 dinar. Jadi totalnya
menjadi 1,1 dinar.
Januari : Rp. 750.000/1.500.000 = 0,5 dinar
Februari : Rp. 400.000/1.600.000 = 0,25 dinar
Maret : Rp. 560.000/1.600.000 = 0,35 dinar
Total : 0,5 + 0,25 + 0,35 = 1,1 dinar (fisik dinar dapat diambil
atau dikirim).
2. Pendapat Nasabah Terhadap Investasi Mudharabah dalam
Tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”
Dari hasil penelitian penulis, jumlah nasabah atau investor yang
berhasil dihimpun oleh BMT mengalami peningkatan dari tahun-tahun
sebelumnya. Meningkatnya jumlah nasabah atau investor ini
menunjukkan minat dan kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi
terhadap BMT mengenai aplikasi investasi dinar dalam bentuk tabungan
ini.
Berikut ini penulis akan memaparkan hasil wawancara dengan
beberapa nasabah BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang. Penulis tidak
memilih nasabah tersebut dengan kriteria nasabah yang paling banyak
menginvestasikan uangnya, melainkan secara acak.159
Wawancara ini
bertujuan untuk mengetahui pendorong masyarakat atau nasabah memilih
untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk M-Dinar:
159
Hal ini dikarenakan Pihak BMT “Artha Kencana Mulia” wajib melindungi keamanan
dan kerahasiaan para nasabahnya. Maka dengan demikian Penulis mewawancarai Nasabah yang
bersedia saja memberikan informasinya.
76
a. Ibu Ulin
Saya mengenal Dinar itu pada saat mondok beberapa tahun lalu, dan
mulai tertarik untuk berinvestasi menggunakan produk M-Dinar ini
pada bulan Maret 2012, karena merupakan produk baru. Tujuan
berinvestasi ini adalah untuk jangka panjang. Kenaikan harga emas
juga „menggiurkan‟, sehingga tertarik juga. Akan tetapi karena baru
berinvestasi belum banyak yang dapat saya rasakan. Tapi saya sudah
merasa „comfort‟ berinvestasi menggunakan produk M-Dinar.
Walauupun saya tidak tahu dari mana asal-muasal sistem bagi hasil
dari produk ini.160
b. Bapak Khoirul Anwar
Menurut saya, investasi yang aman dan menguntungkan ialah tanah dan
juga emas. Saya memilih M-Dinar dikarenakan ada bagi hasilnya. Dana
yang kita simpan pun, tidak akan berkurang seperti menabung uang di
Bank Konvensional. Tidak mendapatkan bagi hasil, terkena potongan pula.
Jadi lebih baik saya menabung dinar saja, dengan demikian saya
mempunyai kesempatan memiliki emas dengan cara sedikit demi sedikit.
Menurut saya juga aman dan harga emas akan naik, sehingga akan sangat
menguntungkan. Tidak akan ada ruginya deh.161
c. Ibu Ida
Sebagai seorang TKI, saya merasa harus „pintar-pintar‟ mengelola uang
yang saya dapatkan dengan kerja keras. Pada saat di Taiwan saya
160
Hasil wawancara penulis dengan Ibu Ulin, salah satu nasabah investor di BMT “Artha
Kencana Mulia” Semarang, pada tanggal 08 Juni 2012 161
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Khoirul Anwar, salah satu nasabah investor di
BMT “Artha Kencana Mulia ”, Semarang, pada tanggal 08 Juni 2012
77
„berkenalan‟ dengan dinar melalui salah seorang agen Gerai Dinar.
Berawal dari rasa penasaran, saya kemudian membeli koin Dinar. Sampai
akhirnya saya tertarik berinvestasi dinar, karena perlindungan terhadap
„hasil kerja‟ saya selama ini menjadi TKI. Apalagi harga-harga kebutuhan
semakin naik, dengan harga emas juga yang naik, maka saya tidak
khawatir lagi. Kapan pun saya butuh, bisa dijual kapan saja koin dinar yang
saya miliki. Dari tahun 2010 sampai sekarang saya telah memiliki 17 koin
dinar.162
d. Bapak Masykur Hasyim
Kesan pertama yaitu aneh. Setelah mengetahui dengan pasti dan
jelas, mengenai tabungan M-Dinar. maka jika dihitung-hitung akan
sangat menguntungkan, karena melihat harga emas yang akan naik.
Tujuannya untuk jangka panjang, seperti biaya sekolah anak sampai
perguruan tinggi nanti. Pernah merugi sih, dikarenakan selalu ditarik
dananya. Padahal investasi seperti ini cocoknya adalah untuk jangka
panjang. Aplikasi ini saya rasa sudah cukup sesuai dengan ketentuan
syariat.163
3. Perhitungan Profit Sharing (Bagi Hasil) dalam Investasi Tabungan
M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”
Bagi hasil (profit sharing) sering disebut orang sebagai pengganti
nama “bunga”. Secara syari‟ah, prinsip yang berlaku adalah berdasarkan
kaidah mudharabah. Dinamakan lembaga keuangan bagi hasil oleh
162
Hasil wawancara penulis dengan Ibu Ida, salah satu nasabah investor di BMT “Artha
Kencana Mulia” Semarang, pada tanggal 08 Juni 2012 163
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Masykur Hasyim, salah satu nasabah investor di
BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang, pada tanggal 08 Juni 2012
78
karena sesungguhnya lembaga ini memperoleh keuntungan dari apa
yang dihasilkan dari upayanya mengelola dana nasabah.
Bagi hasil dalam akad investasi mudharabah pada BMT “Artha
Kencana Mulia” ditentukan atas dasar kesepakatan mudharib dengan
shabibul maal yakni antara pihak BMT “Artha Kencana Mulia” dengan
nasabah atau investor. Besar kecilnya bagi hasil ini ditetapkan dengan
jalan Nisbah (perbandingan) atau dengan cara prosentase, yakni 50:50.
Contoh aplikasi bagi hasil tabungan M-Dinar dan perhitungannya
ini dapat dilihat pada illustrasi berikut :164
a. Misalnya saldo tabungan M-Dinar sebanyak 2 dinar, maka
didaftarkan kepada pihak BMT bahwa Dinar yang tersedia untuk
diperdagangkan.
b. Setiap saat 2 dinar berhasil dijual (dibayar dengan rupiah) oleh pihak
BMT ke masyarakat, segera hasil penjualan dinar tersebut dibelikan
dinar kembali ke Logam Mulia oleh pihak BMT. (Agar modal
senantiasa terjaga dalam nilai Dinar)
c. Karena besarnya volume pembelian dinar ke Logam Mulia, maka,
maka 2 dinar milik nasabah ikut menikmati selisih harga pembelian
dinar ke Logam Mulia.
d. Setelah Logam Mulia selesai memproduksi dan menyerahkan ke
BMT, pihak BMT mengambil sebagian kelebihan-nya untuk alokasi
pajak netto (selisih antara pajak keluaran dan pajak masukan), biaya
164
Hasil wawancara dengan NN, customer service BMT Darul Muttaqien, Kelapa Dua,
Cimanggis-Depok, Jawa Barat pada tanggal 11 Juni 2012
79
operasi dan biaya penganguktan atau asuransi yang jumlahnya
kurang lebih 3%.
e. Asumsikan saja misalnya hasil penjualan dinar nasabah setelah
dibelikan kembali, sekarang menjadi 3 Dinar.
f. Dari 1 Dinar tambahan tersebut, harus dikeluarkan cadangan pajak
netto 2% x 2Dinar =0.04 Dinar; biaya-baya operasi, lay anan dan
lain sebagainya 1% x 2 Dinar = 0.02 Dinar. Keuntungan bersih 0.04
Dinar.
g. Bagi hasil 50%:50%, maka Nasabah mendapatkan 0.02 Dinar dan
BMT juga mendapatkan 0.02 Dinar.
h. Asumsinya pihak BMT dapat menjual kembali 2 minggu setelah
dinar Nasabah diterima kembali dari Logam Mulia yang juga
memakan waktu kurang lebih 2 minggu untuk membuatnya; maka
secara teoritis modal Nasabah akan berputar kurang lebih sekali
dalam satu bulan.
i. Apabila pihak BMT sukses menjual 1 kali dalam satu bulan, maka
dalam 12 bulan Modal Nasabah telah menjadi 2 Dinar + 0.02* 12 =
2.24
j. Atau bila diambil amannya kami hanya berhasil menjual atau
memutar sekali dalam 2 bulan, maka maka Dinar Nasabah menjadi 2
Dinar + 0.02*6 = 2.12
80
k. Modal dan bagi hasil-nya diserahkan kembali ke pemilik modal; atau
apabila disepakati kedua belah pihak dapat diputar kembali untuk
putaran perdagangan berikutnya.
81
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MUDHARABAH TERHADAP
INVESTASI DINAR DI BMT “ARTHA KENCANA MULIA”
A. Analisis Akad Mudharabah Terhadap Investasi Dinar dalam Bentuk
Tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”
Dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang
Perbankan dan dikeluarkannya Fatwa Bunga Bank Haram dari MUI Tahun
2003 menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Seiring
dengan hal ini, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) khususnya Baitul Mal Wa
Tamwil (BMT) juga semakin menunjukkan eksistensinya dengan melakukan
penghimpunan dana dengan prinsip wadiah dan mudharabah dan penyaluran
dana dengan prinsip bagi hasil, jual beli dan ijarah kepada masyarakat.
Penghimpunan dana dengan menggunakan akad mudharabah merupakan
wahana utama bagi perbankan syariah (termasuk BMT) untuk memobilisasi
dana masyarakat yang terserak dalam jumlah besar dan untuk menyediakan
berbagai fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi para pengusaha.165
Mudharabah merupakan salah satu konsep Islam dalam melakukan
suatu perkongsian. Dalam melakukan kerjasama atau berkongsi, para pihak
harus tunduk pada kaidah dan hukum umum yang berlaku dalam muamalah
islamiyah. Secara teknis, mudharabah terjadi apabila pihak pertama
165
Nabil A. Saleh, Unlawfu Gain and Legitimate Profit In Islamic Law : Riba Gharar and Islamic
Banking, (Cambridge: Cambridge University Press, 1986), hlm. 104
82
mempercayakan modalnya kepada pihak kedua untuk dimanfaatkan sebagai
bekal mengelola suatu jenis usaha yang dihalalkan agama.166
Sebagai lembaga keuangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip
syari‟ah dengan menggunakan sistem bagi hasil dalam operasionalnya, BMT
“Artha Kencana Mulia” Semarang senantiasa mengajak dan menciptakan
masyarakat untuk melakukan kerja sama ekonomi yang berdasarkan prinsip
syari‟ah dan menjauhi riba. Dengan prinsip ini BMT “Artha Kencana Mulia”
berusaha mengajak pemilik dana yakni partisipan pasif dan para pengusaha
partisipan aktif melaksanakan pilar syari‟ah kerjasama ekonomi
(mudharabah) menjauhi riba, dana berzakat, infak, sedekah serta pilar lainnya
yang memperkokoh terwujudnya ekonomi Islam. Sebab ekonomi Islam
mempunyai kelebihan yaitu memberikan kode etik dalam pelaksanaan
ekonomi yang menggabungkan nilai material dan spiritual untuk jalan sistem
ekonominya.167
Pemenuhan materi dalam Islam bukanlah tujuan akhir dari
kehidupan tetapi merupakan suatu pelengkap kehidupan, sarana untuk
mencapai tujuan yang lebih tinggi, penunjang bagi misi yang diemban
sebagai khalifah di bumi.
Dasar perjanjian mudharabah adalah kepercayaan murni, sehingga
dalam pengelolaan dana oleh mudharib (BMT), shahibul maal (penabung
atau pemilik dana) tidak diperkenankan melakukan intervensi dalam bentuk
apapun selain hak melakukan pengawasan (controlling) untuk menghindari
166
Makhalul Ilmi SM., Teori & Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah: Beberapa
Permasalahan dan Alternatif Solusi, (Yogyakarta: UII Press, 2002), hlm. 32 167
M. Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima
Yasa, 1997), hlm. 167
83
pemanfaatan dana di luar rencana yang disepakati, serta sebagai antisipasi
terjadinya kecerobohan dan atau kecurangan yang dapat dilakukan mudharib.
Keduanya juga berada dalam kemitraan usaha yang lebih fair dan terbuka,
dimana dalam kerja sama ini akan tampak jelas sifat dan semangat
kebersamaan serta keadilan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, kaum muslimin sepakat bahwa
mudharabah merupakan salah satu bentuk kerja sama dalam lapangan
muamalah yang dibolehkan. Hal ini sesuai dengan hukum fiqh yang telah
disepakati oleh para mujtahid, yaitu :
“Qiradh atau mudharabah yaitu seseorang yang memberikan modal kepada
seseorang untuk perniagaan dan laba dinikmati bersama, dibolehkan.”168
Islam mensyariatkan dan membolehkan mudharabah untuk memberi
keringanan kepada manusia, karena manusia membutuhkan akad
mudharabah tersebut. Seseorang terkadang mempunyai harta banyak tapi
tidak berkemampuan memproduktifkannya. Dan terkadang adapula orang
yang tidak memiliki harta tapi ia mempunyai kemampuan
memproduktifkanya, karena itu syariat membolehkan muamalah ini supaya
kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya.
Tujuan diadakan analisis terhadap praktek penghimpunan dana
mudharabah adalah untuk mengetahui apakah akad dan praktek
penghimpunan dana mudharabah yang dilakukan BMT “Artha Kencana
Mulia” Semarang, telah sesuai dengan ketentuan mudharabah dalam hukum
168
Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam: Tinjauan antar Madzab, (Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2001), Cet. 2, hlm. 421
84
Islam yang dijabarkan oleh para Ulama salaf maupun khalaf. BMT “Artha
Kencana Mulia” Semarang, sebagai Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
dalam lingkup mikro, dimana dalam segala bentuk operasionalnya didasarkan
pada hukum Islam tentunya dituntut mampu untuk memberi suri tauladan
pada lembaga keuangan yang lain serta kepada masyarakat pada umumnya.
1. Analisa terhadap tata cara investasi dinar dalam tabungan M-Dinar pada
BMT “Artha Kencana Mulia”
Berkaitan dengan prosedur akad mudharabah pada BMT “Artha
Kencana Mulia” tidak berbeda jauh dengan lembaga keuangan lainnya.
Adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:169
a. Pembukaan Rekening Baru
Sebagai tahap awal, calon investor (penabung atau shahibul
maal) mengisi formulir pendaftaran, menyerahkan slip, KTP dan
setoran awal (uang rupiah langsung diubah menjadi dinar, dengan
melihat kurs jual pada saat transaksi), kemudian pengisian data di
M-Dinar (buat e-mail, isi data diri, aktifkan akun, hapus e-mail),
penyerahan buku tabungan M-Dinar (menunggu setelah hari
berikutnya, karena tidak dapat dicetak pada hari itu juga dan
dikenakan biaya buku tabungan Rp. 25.000,-)
b. Setoran M-Dinar
Selanjutnya pada saat nasabah ingin mengisi tabungan M-
Dinarnya, terlebih dahulu mengisi slip setoran, kemudian
169
Data diperoleh dari dokumen BMT “Artha Kencana Mulia”
85
menyerahkan slip setoran dan dana, dan menerima slip setoran
(diberitahukan data transaksi dan saldo terakhir).
c. Penarikan M-Dinar
Dalam hal penarikan dana dalam tabungan M-Dinar, nasabah
mengisi slip penarikan, lalu menyerahkan slip penarikan (oleh teller
diberitahukan kurs beli pada saat transaksi), dan yang terakhir
menerima slip penarikan dan dana penarikan (baik berupa dinar
maupun rupiah).
Diberlakukanya pentahapan-pentahapan dalam pembiayaan
mudharabah ini dimaksudkan untuk menghindari adanya transaksi
gharar atau ketidakjelasan kedua belah pihak dan berdampak pada
ketidakadilan.170
Akan tetapi, jika dilihat dari bentuk modal yang
dijalankan untuk usaha, dinar dikategorikan sebagai „barang‟ atau
komiditi tertentu, karena di Indonesia dinar tidak diakui sebagai mata
uang. Dalam masalah ini para Jumhur Ulama berpendapat bahwa tidak
boleh modal mudharabah berbentuk barang, melainkan harus berbentuk
uang tunai, karena barang (dinar) mengalami fluktuasi nilai yang
berubah-ubah sehingga tidak dapat dipastikan taksiran harganya,
sehingga mengakibatkan kepada gharar.171
Sesuai dengan asas-asas
muamalah bahwa pada setiap bentuk muamalah tidak boleh ada gharar
170
Heri Sudarsono, op.cit, hlm. 1 171
Al Kasani, Al Bada‟, hlm. 112, Asy Syairazi, Al Muhazhzhdab,hlm. 388
86
karena mengakibatkan hilangnya unsur kerelaan salah satu pihak dalam
melakukan transaksi atau perelaan.172
Sesungguhnya mudharabah itu pada prinsipnya adalah akad ja‟iz
(boleh dan tidak mengikat) dan bukan akad lazim (wajib, harus dan
mengikat) menurut semua fuqaha mazhab. Dengan demikian shahibul
maal boleh menarik kembali modalnya sewaktu-waktu, seperti yang
terjadi dalam tabungan M-Dinar menggunakan prinsip mudharabah, dan
mudharib mendapatkan kompensasi dengan standar konvensional (Ujrah
mitsl) atau sesuai kesepakatan di antara mereka.
2. Analisa terhadap Praktek bagi hasil investasi dinar dalam tabungan M-
Dinar pada BMT “Artha Kencana Mulia”
Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan
dasar bagi operasional bank Islam maupun lembaga keuangan Islam
lainnya secara keseluruhan. Berdasarkan prinsip ini lembaga keuangan
syari‟ah akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun
dengan nasabah atau pengusaha yang meminjam dana. Keuntungan yang
dibagihasilkan harus dibagi secara adil dan proporsional antara shahibul
maal dengan mudharib.
Dalam perhitungan bagi hasil pada pembiayaan investasi dinar
dalam bentuk tabungan di BMT “Artha Kencana Mulia”, tentu tidak
terlepas dari hasil usaha yang dilakukan. Sebab keuntungan merupakan
tujuan akhir dari akad mudharabah. Keuntungan yang diperoleh
172
Huhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas LPPM , 1995),
hlm. 114
87
berdasarkan usaha pengadaan dinar itu sendiri mengakibatkan
keuntungan tersebut telah diproyeksikan pada awal transaksi dengan
jumlah nominal yang pasti. Sebab disini posisi dinar bukan sebagai
modal perdagangan suatu komoditi melainkan dinar sebagai komoditi
yang diperdagangkan.
Menurut hemat penulis, keuntungan yang ditentukan pada awal
transaksi dengan jumlah nominal tertentu tersebut lebih tepat jika
diterapkan pada akad pembiayaan yang berprinsip jual-beli seperti Bai
Bithaman Ajil (BBA). Jika penentuan perhitungan seperti itu masih
termasuk akad yang rusak.
3. Analisa terhadap pendapat nasabah terhadap investasi dinar dalam bentuk
tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”
Dari beberapa nasabah yang berhasil ditemui dan diwawancarai
oleh penulis, rata-rata dari mereka mengungkapkan atau menyampaikan
hal yang sama tentang tabungan M-Dinar menggunakan akad
mudharabah yang dijalankan oleh BMT “Artha Kencana Mulia”.
Bahwasanya prosedur yang harus ditempuh dalam investasi tersebut
tidaklah rumit (bisa dijangkau oleh mereka), nisbahnya pun cukup
menggiurkan.
Secara sighat yang dilakukan antara nasabah (penabung atau
shahibul maal) dengan BMT (mudharib) sudah sesuai dengan maksud
kedua belah pihak melakukan akad mudharabah. Akan tetapi, rata-rata
para nasabah kurang begitu paham mengenai bentuk usaha yang
88
menghasilkan keuntungan yang nantinya akan dibagi hasilkan. Tabungan
M-Dinar merupakan bentuk investasi jangka panjang yang
menguntungkan untuk mereka, sebab setiap bulan, walau sedikit mereka
selalu mendapatkan nisbah bagi hasil.
Ketidaktahuan nasabah (penabung atau shahibul maal) akan
usaha yang dilakukan menyebabkan akad mudharabah itu sendiri
menjadi kabur atau tidak jelas. Meskipun akad mudharabah yang
ditawarkan oleh BMT “Artha Kencana Mulia” merupakan sebuah kerja
sama yang didasarkan pada keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan
dengan sistem bagi keuntungan atau bagi hasil, namun jika tidak
didukung oleh manajemen yang transparan dan moral yang baik
(amanah) dari mudharib-nya, yang terlibat dalam kontrak mudharabah
ini maka akan banyak timbul permasalah dan perselisihan diantara
mereka.
B. Tinjauan Hukum Islam Pelaksanaan Akad Mudharabah Terhadap
Investasi Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”
Sebagaimana diketahui, bahwa pada dasarnya mudharabah
merupakan akad kerjasama kemitraan berdasarkan berbagi untung dan rugi
(profit and loss sharing principle), yang dilakukan oleh pihak yang memiliki
dan menyediakan modal, disebut shahibul maal sedangkan pihak yang lain
memiliki keahlian (skill) dan bertanggung jawab atas pengelolaan dana atau
manajemen usaha, disebut mudharib. Keuntungan (profit) yang didapatkan
89
kemudian hari porsinya harus ditentukan sejak awal akad mudharabah dibuat.
Sebaliknya, apabila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, maka beban
kerugian dipikul bersama, dimana shahibul maal kehilangan sebagian atau
seluruh modalnya, sedangkan mudharib kehilangan kesempatan untuk
memperoleh hasil usaha dari jerih payahnya.
Mudharabah sebagaimana yang diterapkan dalam LKS, pada
prinsipnya didasarkan pada 2 (dua) elemen pokok, yaitu ada usaha yang
dijalankan dan ada keuntungan yang dibagi-hasilkan. Ciri dasar kontrak
pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut :173
a. Modal yang dipergunakan untuk usaha haruslah tunai. Tidak boleh dalam
bentuk hutang piutang.
b. Jumlah modal harus diketahui dengan jelas, agar modal yang dikelola
dapat dipisahkan dengan keuntungan yang didapat.
c. Pembagian keuntungan antara shahibul maal dengan mudharib harus
jelas prosentasenya.
Praktek pelaksanaan investasi dinar dalam bentuk tabungan dengan
mudharabah di BMT seperti hasil wawancara yang dilakukan penulis, bahwa
pembiayaan mudharabah yang dilakukan di BMT ”Artha Kencana Mulia”
adalah untuk mengembalikan kemakmuran Islam dengan dinar (dirham).
Sehingga investasi dinar dalam bentuk tabungan M-Dinar ini yang pertama
ialah memasyarakatkan atau mengenalkan kembali konsep dinar (dirham)
sesuai dengan ajaran Islam. Dengan keberadaan tabungan M-Dinar ini,
173
Sayyid Sabiq, op.cit.,
90
diharapkan terjadinya pemerataan sesama muslim yang ingin memiliki dinar
dan memproduktifkan harta kekayaannya.174
Jadi setelah akad dilakukan, nasabah yang memiliki rekening
tabungan M-Dinar akan mendapatkan bagi hasil, berupa dinar (maupun
rupiah). Tidak diharuskan langsung memiliki satu dinar, minimal 0,25 dinar
sudah mendapatkan bagi hasil. Usaha yang dilakukan adalah pengadaan dinar
kembali oleh pihak BMT, karena animo dinar di masyarakat sangat tinggi.
Nasabah atau penabung bertindak sebagai pemilik modal, sedangkan BMT
bertindak sebagai pengelola usaha.
Dari gambaran praktek pembiayaan mudharabah di BMT “Artha
Kencana Mulia”, Semarang pemberian keuntungan dan perhitungan porsi
bagi hasilnya, tidak diperkenankan „menjanjikan‟ pemberian keuntungan
tetap perbulan dalam jumlah tertentu dengan sistem prosentase sebagaimana
lazim yang dilakukan oleh perbankan konvensional. Hal demikian tidak lain
karena Al-qur‟an yang menjadi sumber rujukan pertama dalam penetapan
hukum-hukum syariah menjelaskan dengan tegas bahwa tidak ada seorang
manusia pun di muka bumi yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang
akan diusahakannya esok hari. Atas dasar itu, penentuan di muka
„keuntungan pasti‟ dalam bentuk dan cara-cara seperti apapun, sebelum usaha
nasabah dijalankan, merupakan bagian dari perbuatan mendahului kehendak
Tuhan, dan ini bertentangan dengan ajaran agama.
174
Hasil wawancara dengan Bapak Adityawarman, selaku Bendahara di BMT “Artha
Kencana Mulia”, Semarang pada tanggal 20 Maret 2012
91
Kerja sama para pihak dengan sistem bagi hasil ini harus dijalankan
secara transparan dan adil175
Karena untuk mengetahui tingkat bagi hasil pada
periode tertentu itu tidak dapat dijalankan kecuali harus ada laporan keuangan
atau pengakuan yang terpercaya. Hasil penelusuran penulis terhadap para
nasabah di BMT “Artha Kencana Mulia”, rata-rata mereka tidak mengetahui
dari mana keuntungan yang masuk ke rekening mereka setiap bulannya.
Walau pun keuntungan yang diperoleh sedikit, karena hal tersebut juga
tergantung dengan besarnya modal. Pada tahap perjanjian kerja sama ini
harus disetujui oleh para pihak, maka semua aspek yang berkaitan dengan
usaha harus disepakati dalam kontrak, agar antar pihak dapat saling
mengingatkan. Kalau diamati dan diperhatikan, sistem mudharabah yang
dipraktekkan dalam Islam didasarkan pada keadilan, keuntungan yang
dibagikan kepada pemilik modal adalah keuntungan riil, bukan harga dari
fasilitas modal itu sendiri, yang lazim disebut sebagai bunga (interest).
Bahkan sekiranya usaha mudharabah mengalami kerugian, pihak shahibul
maal menanggung seluruh kerugian tersebut sebatas saham yang
diinvestasikannya.
Situasi dan kondisi masyarakat saat ini telah berubah dalam hal
komitmen terhadap nilai-nilai akhlak yang luhur, seperti kepercayaan (trust)
dan kejujuran. Berkaitan dengan hal ini, Abdul Mun'im Abu Zaid dalam
karyanya “al-Dhaman fi al-Fiqh al-Islamy” juga menyatakan bahwa faktor
terbesar yang menjadi hambatan perkembangan Perbankan Syariah atau
175
Muhammad Ridwan, op.cit., hlm. 120
92
BMT, khususnya dalam bidang investasi adalah rendahnya moralitas para
penerima dana pembiayaan dalam hal kejujuran (al- shidq) dan memegang
amanah (al-amanah).
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan dan upaya yang panjang, maka
sampai pada bab terakhir yang merupakan sari pati dari pembahasan
penelitian ini. Pada bab ini akan penulis ketengahkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Investasi dinar dalam bentuk tabungan M-Dinar dalam transaksi
Mudharabah di BMT “Artha Kencana Mulia” merupakan bentuk akad
mudharabah muhlaqah dimana penabung memberikan kuasa penuh
kepada mudharib (BMT) untuk mengelola dana yang dititipkan.
2. Praktik pembiayaan mudharabah yang dilakukan BMT “Artha Kencana
Mulia”, Semarang belumlah sempurna dengan aturan hukum Islam
(fiqh), hal ini dikarenakan antara lain,, dalam proses penentuan bagi
hasil, pihak BMT tidak diperkenankan menjanjikan pemberian
keuntungan tetap perbulan dalam jumlah tertentu dengan sistem
persentase sebagaimana lazim berlaku dalam tatanan perbankan
konvensional, atau dalam jumlah tertentu atas dasar kalkulasi angka-
angka, baik dinar maupun rupiah. Hal ini dikarenakan usaha yang
nantinya dibagihasilkan keuntungannya, dimana dinar yang fungsinya
sebagai modal perdagangan suatu komoditi, dalam prakteknya dinar
sebagai komoditi yang diperdagangkan. Penentuan di muka „keuntungan
94
pasti‟ bentuk dan cara-cara seperti apa pun, sebelum usaha nasabah
dijalankan, merupakan bagian dari perbuatan mendahului kehendak
Tuhan, dan ini bertentangan dengan ajaran agama.
B. Saran-saran
1. BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang, merupakan Lembaga Keuangan
Syariah Mikro yang dalam pengelolaan menggunakan aturan-aturan yang
bersumber dari Hukum Islam (fiqh), untuk itu sudah seyogyanya dalam
praktek kesehariaannya benar-benar memperhatikan aspek hukum
Islamnya, agar benar-benar menjadi lembaga keuangan Islam yang tetap
berpedoman pada nilai-nilai yang bersumber pada Al-Qur‟an dan Hadist.
2. Hendaknya perlu dilakukan kajian khusus untuk mendalami penggunaan
dinar sebagai investasi, terlebih dalam produk tabungan M-Dinar, agar
syarat dan rukunnya dapat terpenuhi dan terakomodir aspek hukum
Islamnya. Sehingga dapat mencerminkan nilai syariah dalam Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) atau BMT ”Artha Kencana Mulia” Semarang.
Oleh karena hadirnya LKS ditengah-tengah kita diharapkan mampu
memecahkan segala problem ekonomi umat dengan payung Syariah.
3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yang benar-bena
rmenguasai ekonomi dari aspek Hukum Islam, karena merupakan sebuah
keniscayaan hal ini sangat penting demi terjaganya aspek
kesyariahannya.
95
C. Penutup
Syukur alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Tentunya penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
saran dan kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan. Mudah-
mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis, demikian
juga bagi pembaca. Semoga Allah senantiasa mendengar doa penulis.
Wallahu a‟lam bi al-shawab
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Husain at-Tariqi, Abdullah, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan,
Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004.
Al-Fannani, Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Terjemahan Fathul Mu’in,
diterjemahkan oleh Moch. Anwar, dkk, dari “Fathul Mu‟in”, Jilid I,
Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994.
Alhusaini, Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad (ed.), Kifayatul Akhyar
(Kelengkapan Orang Shaleh), diterjemahkan oleh Syarifuddin Anwar
dan Misbah Musthafa dari Kifayatul Akhyar Fii Halli Ghayatil Ikhtishar,
Surabaya: CV. Bina Iman, 2007, Cet. 7.
Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Bulughul Maram, diterjemahkan oleh Harun Zen &
Zaenal Mutaqin dari “Bulughul Maram min Adillatil Ahkam”, Bandung:
Jabal, 2011.
Antonio, M. Syafi‟i, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani,
2001.
________________, Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta: Tazkia
Institute, 1999.
Arifin, Zaenul, Memahami Bank Syari’ah: Linglung, Peluang, Tantangan dan
Prospek, Jakarta: Pustaka Ilmu, 1999.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2002.
Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Hukum-Hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar
Madzhab, Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2001, Cet. 2.
Badri, Muhammad Arifin, “Rukun-Rukun Akad Mudharabah”, dalam
www.PengusahaMuslim.com, diakses 03 Maret 2012.
Baslamah, Salim dkk, Penilaian Kelayakan Rencana Penanaman Modal (Sebuah
studi proyek bermotif laba), Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1994.
Bungin, M. Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana 2010.
Chapra, M. Umer, Al qur’an Menuju Sistem Moneter yang Adil, (Seri Tafsir Al
Qur’an Bil Ilmi No. 06), Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2008.
Dewi, Gemala, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah
di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005.
____________, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006.
Djazuli, A. Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam
Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis, Jakarta: Prenada Media
Group, 2006.
Djuwaini, Dimyauddin, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008.
Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta:
Gramedia, 1987, Cet. ke-XV
Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003, Cet. 1.
Hassan, A. Qadir dkk, Terjemahan Nailul Authar; Himpunan Hadits-hadits
Hukum, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987.
Hasil wawancara dengan Bapak Adityawarman, selaku Bendahara di BMT “Artha
Kencana Mulia”, Semarang pada tanggal 20 Maret 2012.
Hasil wawancara dengan Bapak Masykur Hasyim, selaku Bagian Teller di BMT
“Artha Kencana Mulia” pada tanggal 11 Juni 2012.
Hasil wawancara dengan NN, customer service BMT Darul Muttaqien, Kelapa
Dua, Cimanggis-Depok, Jawa Barat pada tanggal 11 Juni 2012.
Hasil wawancara penulis dengan Ibu Ulin, salah satu nasabah investor di BMT
“Artha Kencana Mulia” Semarang, pada tanggal 08 Juni 2012.
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Khoirul Anwar, salah satu nasabah
investor di BMT “Artha Kencana Mulia ”, Semarang, pada tanggal 08 Juni
2012.
Hasil wawancara penulis dengan Ibu Ida, salah satu nasabah investor di BMT
“Artha Kencana Mulia” Semarang, pada tanggal 08 Juni 2012.
HS, Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: Rajawali
Press, 2008.
Ibn Annas, Imam Malik, Al-Muwatta’ Imam Malik Ibn Anas, diterjemahkan oleh
Dwi Surya Atmaja dari “Al-Muwatta‟ of Imam Malik Ibn Anas The
First”, Jakarta: PT RajaGrafindo, 1999, Cet. 1.
Ilmi, Makhalul, Teori & Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah: Beberapa
Permasalahan dan Alternatif Solusi, Yogyakarta: UII Press, 2002.
Iqbal, Muhaimin, Dinar Solution: Dinar Sebagai Solusi, Jakarta: Gema Insani,
2008.
_____________, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar&Dirham,
Depok: Spiritual Learning Centre & Dinar Club, 2007.
_____________, “Bagaimana Langkah Memulai Investasi di Dinar Emas Dirham
Perak”, dalam http://dinaremasku.com, diakses pada tanggal 10 April
2012
Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:
IIIT Indonesia, 2003.
_______________________, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer,
penyunting, Irwan Kelana & Dadi M. Hasan Basri, Jakarta: Gema Insani
Press, 2001.
Khoirul Anwar, “Cendekiawan Muslim Jawa Tengah, Mandiri Melalui ICMI
Business Centre” dalam
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/05/12/cendikiawan-muslim-
jawa-tengah-mandiri-melalui-icmi-business-centre/, diakses pada
tanggal 12 April 2012.
Kseisundip, “FoSSEI Jateng Goes To ICMI Jateng „Diskusi Pakar Bersama Ir. H.
Muhaimin Iqbal”, dalam http://kseirsundip.wordpress.com/2011/07/20/35/ ,
diakses tanggal 20 Mei 2012.
Manan, M. Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002.
Mubarok, Jaih, Perkembangan Fatwa Ekonomi Syari’ah di Indonesia, Bandung:
Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Muhamad, Dasar-dasar Keuangan Islam, Yogyakarta: EKONISIA, 2004.
________, Teknik Perhitungan Bagi Hasil Dan Profit Margin Pada Bank
Syari’ah, Yogyakarta: UII Press, 2004, Cet ke-2.
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Muslehuddin, Muhammad, Sistem Perbankan dalam Islam, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2004.
Muslich, Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat, Jakarta: AMZAH, 2010, Cet. 1.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2001.
Praja, Huhaya S., Filsafat Hukum Islam, Bandung: Pusat Penerbitan Universitas
LPPM , 1995.
Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam, diterjemahkan oleh Soeroya Nastangin
dari “Economic Dectrines of Islam”, Jilid I, Yogyakarta: PT Dana Bhakti
Wakaf, 1995.
Raja Dinar, “Aspek Syar‟I M-Dinar” dalam http://aspek-syari-m-dinar-.php.htm/,
diakses pada tanggal 11 Mei 2012.
Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, Yogyakarta: UII
Press, 2004.
Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid: Analisa Fiqih Para Mujtahid, diterjemahkan
oleh Imam Ghazali dan Achmad Zaidun dari “Bidayatul Mujtahid wa
Nihayatul Muqtashid”, Jilid III, Jakarta: Pustaka Amani, 2007, Cet. 3.
Tim Penulis Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo, Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, Semarang: 2000.
Unaradjan, Dolet, Pengantar Metode Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Grasindo,
2000.
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, diterjemahkan oleh Nor Hasanuddin dari “Fiqhus
Sunnah”, Jilid IV, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006, Cet. 1.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Diskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta: EKONESIA, 2004.
Suhendi,Hendi, Fiqh Mualamah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan
Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani, 2004.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010.
Sumitro, Warkum, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait Bamui &
Takaful
Di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Sumiyanto, Ahmad, Problem dan Solusi Transaksi Mudharabah di Lembaga
Keuangan Syari’ah Mikro Baitul Maal wat Tamwil, Yogyakarta:
Megistra Insania Press, 2005.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998, Cet.
Ke-11.
Syafi‟i, Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001.
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah, Jakarta:
PT. Grasindo, 2005.
Yusanto, Moh. Ismail, dkk, Dinar Emas: Solusi Krisis Moneter, Jakarta: PIRAC,
2001.