Upload
others
View
32
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS NARATIF PERLAWANAN TERHADAP REKLAMASI
DI KAMPUNG NELAYAN DALAM FILM DOKUMENTER
RAYUAN PULAU PALSU KARYA WATCH DOC
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
oleh :
Ardiansyah Fadli
1112051000085
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
ii
ABSTRAK
Nama : ARDIANSYAH FADLI
Judul Skripsi : ANALISIS NARATIF PERLAWANAN TERHADAP
REKLAMASI DI KAMPUNG NELAYAN DALAM FILM DOKUMENTER
RAYUAN PULAU PALSU KARYA WATCH DOC
Film dokumenter Rayuan Pulau Palsu karya Watchdoc dibuat untuk
merespon permasalahan sosial yang terjadi di Kampung Nelayan Muara Angke.
Reklamasi ternyata menjadi momok yang menakutkan untuk masyarakat nelayan
karena reklamasi membawa dampak yang negatif untuk mereka. Pidato
Kemenangan Presiden Joko Widodo di Pelabuhan Sunda Kelapa berisikan
keberpihakannya terhadap rakyat kecil khususnya nelayan dan menekankan
pentingnya laut dan maritim sehingga Jokowi mengatakan diakhir pidatonya
“Jalasveva Jayamahe” (dilaut kita jaya). Tetapi apa yang diungkapkan tidak
seperti yang diarasakan oleh masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke. Kasus
reklamasi jutru telah banyak menyeret sejumlah politisi dan pengusaha sebagai
tersangka korupsi ke lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana alur awal, alur tengah dan alur
akhir film dokumenter Rayuan Pulau Palsu Karya Watchdoc? Apa saja sifat-sifat
berlawanan (oposisi biner) yang terdapat dalam film dokumenter Rayuan Pulau
Palsu karya Watchdoc?
Narasi yang diterapkan oleh Tzevan Todorov adalah membagi objek
penelitian pada tiga alur. Alur awal, alur tengah, dan alur akhir. Adapun Narasi
Claude Levi Strauss ialah menemukan Oposisi Biner dalam sebuah narasi. Dalam
hal ini adalah berupa film dokumenter Rayuan Pulau Palsu. (Eriyanti, 2013).
Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metodologi
kualitatif dengan analisis naratif Tzvetan Todorov dan Claude Levi Strauss.
Kemudian sumber data yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak rumah
produksi pembuat film dokumenter Rayuan Pulau Palsu.selain itu, melakukan
tinjauan pustaka dari literatur yang berkaitan dengan bahasan dan juga
dokumentasi berupa pencarian berita dan informasi di internet.
Hasil penelitian adegan-adegan di alur awal menunjukkan adanya prolog,
pengenalan tokoh utama yaitu Ilyas (nelayan) dan Saefuddin (nelayan). Pada alur
tengah konflik mulai muncul, beberapa diantaranya adalah perlawanan
masyarakat nelayan terhadap reklamasi berupa demonstrasi di gedung PTUN dan
DPRD DKI Jakarta dan dialog beberapa tokoh masyarakat dengan anggota DPRD
DKI Jakarta. pada alur akhir, adegan-adegan berisikan klarifikasi, muncul
anthithesis, dan mengambil klimaks konflik berupa segel Pualu Reklamasi yang
ditandai juga dengan kemenangan nelayan dalam sidang gugatan di PTUN.
Adapun beberapa oposisi biner yang dapat ditemukan baik secara sintagmatik dan
paradigmatik adalah sebagai berikut : Kaya – Miskin, Untung – Rugi, Bohong –
Jujur, inkonstitusi – Konstitusi.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, tuhan yang maha Esa yang telah memberikan
spirit ruhaniah, kesabaran, ketabahan, konsistensi dalam mengerjakan tugas
Skirpsi. Dia-lah alasan utama untuk tidak pernah mengenal kata putus asa,
membangun optimisme, dan percaya bahwa setiap doa, harapan dan cita-cita akan
dikabulkan oleh Allah SWT. Sholawat dan salam tak lupa saya haturkan kepada
junjungan semesta alam, manusia yang sempurna dan paripurna, dialah sang
revolusioner sejati Nabi Muhammad SAW, semoga kita selalu dapat
menempatkan beliau sebagai satu satunya idola dimuka bumi ini dan meneladani
beliau sebagai seorang utusan dan juru penyelamat ummat di akherat.
Berkat rahmat ilahi, Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Naratif Perlawanan Terhadap Reklamasi Di Kampung Nelayan
Dalam Film Dokumenter Rayuan Pulau Palsu Karya Watchdoc”. Penulisan
skripsi ini merupakan tugas akhir untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada
bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Selanjutnya, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu rasa terima
kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi , Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik. Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II bidang
iv
Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi
3. Dr. Suhaimi. M.Si selaku pembimbang skripsi yang tidak pernah
berhenti memberikan motivasi, kritikan yang membangun, saran dan
masukan sehingga selesainya skripsi ini dengan baik. terima kasih
telah bersedia membimbing, mengarahkan, mendidik, saya dengan
sangat baik.
4. Umi Musyarofah, MA selaku pembimbing akademik selama penulis
menempuh perkuliahan studi pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
5. Seluruh staf pengajar di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak
memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama penulis menempuh
studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam
urusan administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
7. Seluruh staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi serta perpustakaan utama yang telah melayani
v
peminjaman buku sebagai bahan referensi penulis dalam penyusunan
skripsi.
8. Kepada seluruh penggiat film dokumenter Rumah Produksi Watchdoc
yang telah mengizinkan penulis untuk menjadikan film dokumenter
Rayuan Pulau Palsu sebagai objek penelitian.
9. Kepada Randhy Hernando, selaku Eksekutif Producer, film
dokumenter Rayuan Pulau Palsu yang telah banyak mambantu peulis
dalam menyelesaikan tugas skrispsi. Terima kasih atas motivasi, cerita,
pengalaman, yang berharga selama penulis melakukan wawancara
penelitian.
10. Kepada Mamah dan Ayah, yang karenamu telah mengalir deras darah
juang untuk senantiasa teguh, kuat, Pantang menyerah dalam berikhtiar
menjalani setiap proses indah dalam kehidupan yang fana ini. Terima
kasih telah menjadi orang tua yang tak pernah henti-hentinya
mendoakan seorang anak untuk menggapai puncak kesuksesan.
11. Kepada teman-teman Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Senior, dan
Junior yang selalu meramaikan setiap ingatan penulis pada sebuah
perjuangan yang tidak mudah dalam organisasi. IMM telah menjadi
rumah singgah saya di Ciputat, memberi banyak pengalaman, tempat
berkumpulnya orang-orang hebat. Terima kasih atas pertemanan yang
tak pernah usai dan motivasi yang tak pernah berhenti.
12. Kepada kelas KPI C 2012 teman seperjuangan selama menempuh studi
pendidikan di Kampus. Terima kasih untuk setiap waktu, cerita, ilmu,
diskusi dan perdebatan-perdebatan seru di dalam kelas .
vi
13. Salam hormat dan terima kasih kepada pejuang-pejuang skripsi , dialah
Zeinudin Syah, Rifqy Masruri, Falahul Muallim, Haris Mauludin yang
telah banyak memberikan masukan, motivasi , sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas skripsi ini.
14. Kepada Farhan Fuadi, selaku Senior IMM dan LS-ADI yang telah
banyak memberikan waktu untuk memberi masukan tentang skripsi
yang penulis lakukan diwarung-warung kopi.
15. Kepada Arip, Faisal, Rusli, Rusdi, Heru dkk, yang telah banyak
memberikan penulis pencerahan untuk saling membesarkan di masa
depan. Tetap konsisten berjuang dan ber-Fastabiqul Khairat.
16. Kepada Fatma Hidayati, Nuzrotul Khofiyyah, Aima Siagian, terima
kasih telah menjadi partner sharing, diskusi, dan telah banyak
memotivasi demi selesainya skripsi ini.
17. Kepada Alfath, Luthfi, Deden, dan teman-teman alumni SPK PAN,
terimas kasih telah banyak menemani dan tidak pernah berhenti untuk
terus mendorong penulis menyelesaikan tugas akhir.
18. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Tanpa mengurangi rasa hormat, semoga semua kebaikan yang
telah dilakukan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekuarangan. Untuk
itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat tidak
vii
hanya untuk penulis tetapi juga untuk pembaca serta segenap keluarga besar
civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta. Oktober 2017
Ardiansyah Fadli
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ......... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………................... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ………………………...... 9
C. Tujuan Penelitian ………………………………………….. 9
D. Manfaat Penelitian ……………………………………........ 10
E. Tinjauan Kepustakaan ………………………………......... 11
F. Metodelogi Penelitian ……………………………………... 12
G. Sistematika Penelitian ……………………………………... 15
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Film Dokumenter ……………………………………...... 17
B. Reklamasi dalam Tinjauan Teori ..................................... 20
C. Analisis Naratif ................................................................ 28
BAB III GAMBARAN UMUM FILM DOKUMENTER “Rayuan Pulau
Palsu” Karya Watchdoc
A. Resensi Film Rayuan Pulau Palsu ................................... 39
B. Bentuk-bentuk Perlawanan Masyarakat Terhadap Reklamasi
………………………………………………………….. 41
C. Keunggulan Film Rayuan Pulau Palsu ............................ 45
D. Tim Produksi Film Rayuan Pulau Palsu .......................... 48
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN ANALISIS NARATIF FILM
DOKUMENTER “Rayuan Pulau Palsu”
A. Alur Cerita ........................................................................ 50
B. Oposisi Biner atau Sifat-sifat yang Berlawanan ............... 90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 107
B. Saran ................................................................................ 110
Daftar Pustaka ……………………………………..............………...... 113
Lampiran ................................................................................................. 125
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 ............................................................................................... 56
Gambar 2 ............................................................................................... 57
Gambar 3 ............................................................................................... 58
Gambar 4 ............................................................................................... 59
Gambar 5 ............................................................................................... 60
Gambar 6 ............................................................................................... 61
Gambar 7 ............................................................................................... 62
Gambar 8 ............................................................................................... 66
Gambar 9 ............................................................................................... 67
Gambar 10 ............................................................................................. 69
Gambar 11 ............................................................................................. 70
Gambar 12 ............................................................................................. 71
Gambar 13 ............................................................................................. 73
Gambar 14 ............................................................................................. 75
Gambar 15 ............................................................................................. 77
Gambar 16 ............................................................................................. 78
Gambar 17 ............................................................................................. 80
Gambar 18 ............................................................................................. 81
Gambar 19 ............................................................................................. 84
Gambar 20 ............................................................................................. 85
Gambar 21 ............................................................................................. 86
Gambar 22 ............................................................................................. 88
Gambar 23 ............................................................................................. 89
Gambar 24 ............................................................................................. 92
Gambar 25 ............................................................................................. 94
Gambar 26 ............................................................................................. 96
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Bagan teoritis penelitian film dokumenter Rayuan Pulau Palsu ..... 30
Tabel 2. Struktur pembuat film dokumenter Rayuan Pulau Palsu ............... 53
Tabel 3. Oposisi biner film dokumenter Rayuan Pulau Palsu sintagmatik dan
paradigmatik.................................................................................................. 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan.
Istilah "dokumenter" pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926)
oleh Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John
Grierson, di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926.1 Seperti halnya
film-film yang diproduksi oleh rumah produksi film dokumenter watchdoc.
Pada tahun 2016 awal rumah produksi film dokumenter Watchdoc
mengeluarkan film dokumenter dengan judul “Rayuan Pulau Palsu”. Film
tersebut membahas tentang kasus reklamasi dan perlawanan yang dilakukan
oleh masyarakat kampung nelayan Muara Angke Jakarta Utara dalam
penolakannya terhadap reklamasi. Film yang berdurasi satu jam ini merekam
setiap persoalan reklamasi teluk Jakarta. Mulai dari suasana pelelangan ikan
di Muara Angke, pasar olahan ikan, kehidupan nelayan sebelum dan sesudah
dibangun reklamasi, aksi demonstrasi menolak reklamasi di depan gedung
dewan perwakilan rakyat daerah DKI Jakarta, sampai pada audiensi dan
pengaduan ke pengadilan tata usaha negara.
Tak hanya itu, film ini juga menampilkan ketidaksesuaian isi pidato
Presiden terpilih Republik Indonesia Joko Widodo di pelabuhan Sunda
Kelapa. Dengan dilaksanakannya megaproyek reklamasi yang dinilai banyak
merugikan masyarakat kampung nelayan khususmya. Isi pidato yang secara
1 https://id.wikipedia.org/wiki/Film_dokumenter di akses pada tanggal 22/11/2016 pukul
12.47 WIB
2
umum mengharapkan rakyatnya kembali seusai dengan profesinya masing-
masing. Seperti halnya petani kembali ke sawah, buruh kembali ke pabrik,
pegawai kembali ke kantor, dan nelayan kembali kelautan. Scene berupa
pidato Presiden Joko Widodo yang ditampilkan di awal film kemudian
dikombinasikan dengan scene-scene lainnya. salahsatunya berupa realitas
kehidupan masyarakat pesisir yang terkena langsung dampak dari kebijakan
reklamasi tersebut.
Di sisi lain, film ini bahkan menampilkan rancangan hunian mega
proyek Pluit City yang dokumentasi videonya diambil langsung dari youtube.
Hal demikian juga menunjukkan, bahwa ada unsur kepentingan yang tak
lazim terkait dengan kebijakan reklamasi. Mengacu pada pasal nomer 33
undang-undang dasar (UUD) 1945, bahwa bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. hal demikian tentulah sangat tidak
sesuai atau berseberangan dengan isi dan pesan undang-undang. Di scene
setelahnya digambarkan bahwa karena dampak reklamasi ternyata banyak
masyarakat pesisir yang menjadi korban, kehilangan tempat tinggalnya,
kehilangan mata pencahariannya, dan merusak ekologi perairan di pantai
tersebut. Hal demikian juga berpotensi melanggar pasal 27 ayat 2 undang-
undang dasar (UUD) 1945 yang menjamin hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan bagi semua warga Negara.
Reklamasi nantinya akan menggusur pemukiman nelayan atas nama
penertiban, hanya untuk pembangunan bagi segelintir masyarakat kelas
ekonomi atas. Dan ini melanggar pasal 28 H ayat 1 undang-undang dasar
3
(UUD) 1945 yang justru menjamin hak untuk bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat bagi semua warganya.
Secara hukum hal tersebut banyak menuai konflik dan beda pandangan
baik antar pemegang kebijakan seperti Gubernur DKI Jakarta Basuki Thahya
Purnama dan beberapa anggota DPRD DKI Jakarta. ditambah antara
pengamat dan juga banyak penolakan keras dari banyak LSM. seperti Koalisi
Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), LBH Jakarta, Wahana
Lingkungan Hidup (WALHI), Komunitas Nelayan Tradisional (KNT), dan
lainnya. Rata-rata penolakan tersebut dilakukan melihat dari berbagai macam
alasan dan perspektif. Scene selanjutnya menampilkan Aksi penolakan
terhadap reklamasi yang dilakukan pada tanggal 17 April 2016 di gunungan
pasir Pulau G yang diikuti oleh warga pesisir Jakarta dan dengan beberapa
LSM. Dan sebulan kemudian tepatnya tanggal 31 Mei 2016 Majelis hakim di
Pegadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta mengabulkan gugatan nelayan
atas Surat Keputusan (SK) Gubernut DKI Nomor 2.238 tahun 2014 tentang
pemberian izin Reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta Kepada PT. Muara
Wisesa Samudera. Gugatan tersebut dilaporkan oleh Kesatuan Nelayan
Tradisonal Indonesia (KNTI) pada 15 september 2015 lalu. Nelayan
mengangap bahwa izin reklamasi yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI
Jakarta melanggar sejumlah aturan dan berdampak merugikan nelayan.2 Pada
tahun berikutnya 16 Maret 2017, Nelayan kembali memenangkan gugatan
Reklamasi Pulau F. Ketua Majelis Hakim Baiq Juliani mengabulkan gugatan
para penggugat yaitu pihak Nelayan dan membatalkan keputusan Gubernut
2http://megapolitan.kompas.com/read/2016/06/30/19184411/reklamasi.pulau.g.resmi.dihentikan
diakses pada tanggal 21/07/2017 pukul 09.27 WIB
4
DKI nomor 2268 tahun 2015 tentang pemberian izin reklamasi pulau F
kepada PT. Jakarta Propertindo tertanggal 22 Oktober 2015. Alasan berupa
pertimbangan majelis hakim mengabulkan gugatan dan menolak SK
Gubernur DKI 2268 Tahun 2015 karena dinilai tidak berkaitan dengan
kepentingan umum dalam rangka pembangunan. Dan Hakim bahkan
beralasan hal demikian akan membuat semakin besar kerusakan sumber daya
perairan yang akan terjadi dari akibat kegiatan reklamasi dibandingkan
dengan unsur manfaat yang harus dilindungi oleh pelaksanaan dari objek
sengketa dalam perkara ini.3
Film Dokumenter Rayuan Pulau Palsu adalah salah satu film yang
mendapatkan berbagai Prestasi dan apresiasi dari banyak pihak. Walau tidak
se-Prestisius film-film komersial yang mendapatkan penghargaan semisal
award dan penghargaan bergengsi lainnya. karena memang sebagaimana
penuturan Randy Hernando selaku Executive Producer kepada peneliti bahwa
dibuatnya film ini tidak lain untuk mengakomodasi suara-suara masyarakat
dalam hal ini nelayan yang terkena dampak reklamasi. Melalui Film ini,
Dandy berharap dapat menjembatani aspirasi masyarakarat kepada
pemerintah yang selama ini sulit tersampaikan.4 Dapat dikatakan bahwa film
ini dibuat karena alasan sosial dan kemanusiaan.
Apresiasi dan prestasi yang diberikan lebih dalam bentuk dukungan dan
penerimaan masyarakat luas dalam pemutaran film yang mengambil konsep
nonton bareng dan diskusi di wilayah-wilayah di Indonesia. Bahkan film
Rayuan Pulau Palsu telah diputarkan di luar negeri oleh PPI (Persatuan
3http://megapolitan.kompas.com/read/2017/03/17/06424971/.nelayan.sujud.syukur.karena
.menang.gugatan.pulau.f.i.dan.k diakses pada tanggal 21/07/2017 pukul 09.33 WIB
4 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, Jumat 26 Mei 2017, pukul 12.00
5
Pelajar Indonesia) diantaranya di Melbourne Australia, London, dan Den
Haag Belanda.5 Dengan demikian ini pertanda bahwa banyak respon positif
yang diberikan dari banyak kalangan sosial masyarakat dalam menanggapi
film Rayuan Pulau Palsu. Adapun Tanggapan yang datang dapat berbentuk
kritik, saran, dan juga solusi.
Film ini dibuat dengan waktu sekitar kurang lebih 2,5 bulan lamanya.
Randy Hernando selaku produser film ini menjelaskan bahwa kata Rayuan
Pulau Palsu merupakan plesetan dari rayuan pulau kelapa. Dimana pemilihan
diksi berupa „Rayuan‟ itu menunjukkan bahwa megaproyek reklamasi ini
memiliki magnet yang besar dan kuat bagi siapa pun yang mudah terkena
suap dan rentan di korupsi.6 Hal lain yang melatarbelakangi terbentuknya film
dokumenter Rayuan Pulau Palsu adalah berawal dari sebuah ekspedisi
selama kurang lebih satu tahun yang dilakukan oleh Dandy Dwi Laksono
selaku pendiri Watchdoc. Dalam kegiatan ekspedisinya Dandy merekam
banyak keragaman budaya di Indonesia.n hal tersebut ia lakukan bersama
berdua dengan temannya menggunakan motor beroda dua bertajuk Ekspedisi
Indonesia Biru. Di pertengahan bulan, sampailah mereka di koata Bali, dan
disanalah mereka menemukan sebuah wacana tentang adanya proyek
reklamasi di teluk Benoa. hal tersebut mendapat respon khususnya dari
banyak masyarakat adat di Bali. Terkait dengan penolakannya terhadap
reklamasi teluk Benoa di Bali. Untuk itu Dandy berencana membuat film
5 http://www.antaranews.com/berita/568716/ppi-belanda-diskusi-reklamasi-teluk-jakarta-
rayuan-pulau-palsu di akses pada tanggal 19/07/2017 pukul 08.26 WIB
6https://m.tempo.co/read/news/2016/05/01/083767550/feature-suara-nelayan-dan-rayuan-
pulau-palsu di akses pada tanggal 22/11/2016 pukul 12.46 WIB
6
dokumenter yang menjelaskan tentang reklamasi dan jadilah film Kala
Benoa.7
Reklamasi di Bali sesungguhnya masih pada tahap rencana atau
wacana, namun telah banyak penolakan dari berbagai kalangan di Bali.
Sepulangnya dandy dan temannya setelah melewati satu tahun perjalanan
ekspedisi bertajuk Indonesia Biru pada tahun 2015. Dan tahun 2016 awal,
dandy dan teman-temannya di kantor mulai menyadari bahwa reklamasi
bukan hanya urusan Bali dan Teluk Benoa. Tetapi, reklamasi menjadi wacana
program jangka panjang pemerintah. Dan saat itulah mereka berencana untuk
membuat film tentang reklamasi teluk Jakarta yang tengah berjalan dan
menjadi perbincangan hangat diberbagai kalangan. Kemudian masalah yang
ditemukan saat me-riset, melakukan penelitian, pencarian data di lapangan.
Hal yang justru ditemukan adalah reklamasi telah berjalan namun payung
hukum dan amdal tidak jelas adanya.8 Randy selaku Executive Producer,
menurutnya dia menyadari bahwa ketika dia dan timnya turun kelapangan
membaur dengan masyarakat nelayan sambil mencari data menanyakan
kepada mereka tentang proyek reklamasi. Hal yang ditemukan adalah bahwa
banyak masyarakat nelayan tidak mengetahui apa itu reklamasi. Mereka
hanya tahu akan dibangun pulau baru dipesisir pantai utara Jakarta.9 hal itulah
yang setidaknya melatarbelakangi mereka untuk membuat film dokumenter
Rayuan Pulau Palsu yang menjelaskan tentang reklamasi teluk Jakarta.
Dandy Dwi Laksono dan Andhy Panca Kurniawan selaku pendiri
rumah produksi watch doc mengatakan “Saya (Dandy) dan Panca punya latar
7 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, Jumat 26 Mei 2017.
8 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, Jumat 26 Mei 2017,
9 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, Jumat 26 Mei 2017,
7
belakang yang agak berbeda, walaupun sama-sama berasal dari industri
media. Panca dari media alternatif, sedangkan saya dari media industri. Kami
punya keresahan yang sama bahwa tayangan televisi dari 11 stasiun televisi
nasional di Indonesia relatif monoton. Isinya hanya sinetron, infotainmen,
serta talkshow politik yang membosankan dan tidak mencerdaskan.
Sedangkan, ada program berita informatif yang ditayangkan pada pukul dua
dini hari—berarti di Jayapura jam 4 pagi. Bagaimana penonton Indonesia bisa
mendapat informasi yang baik jika (tayangan tersebut) ditaruh saat jam orang
orang tidur?”10
Dari kutipan di atas dandi dan panca mengawalinya dari
sebuah keresahan dan ketidakpuasaan atas content media selama ini yang
hampir menghilangkan aspek To Inform, dan To Educate tapi lebih
mengedepankan To entertain.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Jay Black dan Frederick C. Whitney
(1988) terkait dengan fungsi-fungsi media massa diantaranya adalah to
inform (menginformasikan),to entertain (memberi hiburan), to persuade
(membujuk), dan transmission of the culture (transmisi budaya).11
hal inilah
yang idealnya harus dipenuhi oleh media massa tanpa menganaktirikan satu
dengan yang lainnya. Pada dasarnya hadirnya media massa adalah sebagai
sarana penyampai informasi yang factual kepada masyarakat. Media massa
menjadi sesuatu hal yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Di era
tekhnologi dan informasi ini, media massa telah dianggap sebagai sumber
utama bagi masyarakat untuk memperoleh informasi.12
10 file:///C:/Users/acer/Documents/Watchdoc, sajikan documenter yang berwawasan &
inspiratif.htm di akses pada tanggal 22/11/2016 pukul 12.47 WIB
11
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa, (JAKARTA: Rajawali Press, 2009). h. 64
12
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta : Kencana, 2008).h.29
8
Film Dokumenter sebagai salah satu media komunikasi massa yang
memiliki kapasitas untuk memuat pesan yang sama secara serempak dan
mempunyai sasaran yang beragam dari agama, etnis, status, umur, dan tempat
tinggal yang tentunnya dapat memainkan peranan sebagai saluran penarik
untuk pesan-pesan tertentu dari dan untuk masyarakat. Sebab Dengan
menonton film kita dapat memperoleh informasi dan gambar tentang realitas
tertentu, realitas yang sudah diseleksi. Film mempuyai tujuan transmission of
values (penyebaran nilai-nilai). Tujuan ini disebut dengan sosialisasi.
Sosialisasi ini mengacu pada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan
nilai kelompok. Apabila melihat dari fungsinya, media massa memiliki empat
fungsi, yaitu, pertama, untuk menghimpun dan menyebarluaskan pada
khalayak. kedua, memberikan pendidikan bagi khalayak. Ketiga, sebagai
media hiburan untuk khayalak. Keempat, sebagai alat kontrol sosial dalam
kehidupan bernegara dan bermasyarakat.13
Peran film dokumenter Rayuan
Pulau Palsu yang menjadi bagian dari media massa menjadi hal yang penting
untuk melihat realitas kehidupan masyarakat kampung nelayan di tengah
kebijakan pemerintah menjalankan proyek reklamasi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bermaskud
mengajukan proposal skripsi dengan judul Analisis Naratif Perlawanan
terhadap Reklamasi di kampung nelayan dalam film dokumenter
“Rayuan Pulau Palsu”.
13
Zaenuddin, HM. The Journalist, (Jakarta : Simbiosa Rekatama Media, 2011), Hal. 9-10
9
B. Batasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang di atas, untuk membatasi
agar tidak terlalu luasnya pembahasan maka penelitian hanya membatasi
pada analisis naratif dan perlawanan terhadap reklamasi di kampung
nelayan dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu dengan
menggunakan klasifikasi narasi menurut Tzvetan Todorov yang
menjelaskan tentang alur awal, alur tengah, dan alur akhir dan dengan
menggunakan teori Claude Levi-Strauss yang menjelaskan tentang
oposisi biner (sifat-sifat yang berlawanan) dari film tersebut.
2. Perumusan Masalah
Mendasarkan pada hasil identifikasi dan pembatasan masalah
berikut :diatas, maka rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah
bagaimana analisis narasi atas film dokumenter Rayuan Pulau Palsu ?
adapun pertanyaan turunannya sebagai berikut :
1. Bagaimana Alur Narasi dalam film dokumenter Rayuan Pulau
Palsu ?
2. Apa sajakah oposisi biner (sifat-sifat yang berlawanan) yang
terdapat dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui dan memahami
secara mendalam tentang perlawanan masyarakat terhadap reklamasi di
10
kampung nelayan, dinarasikan berdasarkan alur cerita dan oposisi biner (sifat-
sifat berlawanan) dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Melalui hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi
wawasan dan perspektif di dunia akademis terkait dengan analisis naratif
dan juga untuk memperdalam studi tentang analisis teks media massa
dalam kajian media dan komunikasi khususnya media komunikasi berupa
film dokumenter. Sehingga dapat membantu mahasiswa dalam penelitian
media massa. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan
informasi dan referensi untuk penelitian sejenisnya dimasa mendatang.
Dan juga penelitian ini dapat memberikan pendalaman mengenai
bagaimana sebuah peristiwa dinarasikan khususnya dalam bentuk film
dokumenter.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi
penelitian serupa di masa mendatang, menambah khazanah
keilmuan, membuka cakrawala berfikir tentang bagaimana analisis
naratif perlawanan masyarakat terhadap reklamasi di kampung
nelayan yang terdapat dalam film dokumenter berjudul Rayuan
Pulau Palsu.
b. Memberikan pendidikan dan pemahaman kepada khalayak luas,
bagaimana perlawanan mayarakat terhadap reklamasi di Kampung
11
Nelayan dinarasikan dalam bentuk film dokumenter berjudul
Rayuan Pulau Palsu.
c. Sebagai bahan informasi awal bagi penelitian dengan focus serupa
dimasa mendatang.
E. Tinjauan Kepustakaan
Untuk menentukan judul skripsi ini, peneliti melakukan tinjauan
pustaka di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah melakukan studi kepustakaan peneliti
menemukan skripsi yang hampir berkaitan dengan penelitian ini, seperti
skripsi dengan judul “Analisis Narasi Film 99 Cahaya di Langit Eropa” karya
Atik Sukriyati Rahman tahun 2014. Persamaan dalam penelitian ini adalah
menggunakan model naratif Tzvetan Todorov. Namun perbedaan dari
penelitian ini adalah jika Atik menggunakan film bergenre Fiksi atau Film
biasa pada umumnya maka peneliti menggunakan objek film berbasis
dokumenter.
Selain skripsi tersebut, penulis juga meninjau penelitian yang berjudul
“Film Dokumenter „The Muslim Premier League‟ dalam Perspektif Analisis
Narasi” karya Wahyu Eko Wibowo 2016. Persamaan pada penelitian ini
adalah dalam hal analisis narasi dan pada objek penelitiannya yang sama-
sama melakukan penelitian terhadap film berbasis film Dokumenter. Namun
berbeda dengan focus yang diteliti. Bila Wahyu Eko Wibowo memfokuskan
penelitiannya pada tiga model analisis narasi menurut tzvetan Todorov,
Claude Levi-Strauss, dan Josep Campbell, sementara peneliti menggunakan
dua analisis narasi menurut Tzvetan Todorov dan Claude Levi-Strauss.
12
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengemukakan tentang pesan
yang terkadung dalam film dokumenter yang membahas tentang perlawanan
terhadap reklamasi. Yaitu dalam film Rayuan Pulau Palsu karya watch doc
yang di produksi pada tahun 2016.
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma Penelitian ialah kumpulan sejumlah asumsi yang
dipegang bersama, konsep atau proposisi yang dapat mengarahkan cara
berfikir peneliti dalam penelitiannya.14
Adapun paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah
paradigma konstruktivis. Paradigma Konstruktivis memiliki Asumsi
dasar bahwa realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah. Tapi sebaliknya, ia
dibentuk dan dikonstruksi.
Paradigma Konstruksionis memandang realitas kehidupan sosial
bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi.
Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigm konstruksionis adalah
menemukan bagaimana peistiwa atau realitas tersebut dikonstruksi,
dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi,
paradigma konstruksionis ini sering sekali disebut sebagai paradigma
produksi dan pertukaran makna. Ia sering dilawankan dengan paradigma
positivis atau paradigma transmisi.15
14 Lexy. J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007). h. 49.
15
Eriyanto. Analisis Isi, Pengantar Metodelogi Penelitian, ( Jakarta: Kencana, 2011). H.
43.
13
Dengan demikian, realitas yang sama bisa ditanggapi,
dimaknai dan dikonstruksi secara berbeda-beda oleh semua orang.
Karena, setiap orang mempunyai pengalaman, prefrensi, pendidikan
tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu, dimana hal
tersebut suatu saat akan digunakan untuk menafsirkan realitas sosial yang
ada disekelilingnya dengan konstruksinya masing-masing.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian
ini juga menggunakan metode analisis narasi yaitu studi tentang struktur
pesan atau telah mengenai aneka fungsi bahasa (pragmatic). Analisis ini
merupakan suatu metode analisis narasi pesan dalam suatu film yang
sistematis dan menjadi petunjuk untuk mengamati dan menganalisis
pesan-pesan tertentu yang disampaikan oleh komunikator. Metode ini
berbeda dengan kuantitatif dengan metode yang melihat pada angka-
angka, tetapi secara langsung kepada narasi dalam bentuk penjelasan
kualitatif tentang fenomena yang dibahas. Selain itu analisis narasi lebih
menekankan kepada pertanyaan “bagaimana” (how) dari suatu pesan atau
teks komunikasi. Melalui analisis narasi, dapat membantu penulis untuk
mengetahui tentang isi film dokumenter dan bagaimana pesan tersebut
disampaikan lewat film dokumenter “Rayuan Pulau Palsu” karya Watch
Doc.
14
3. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun Subjek penelitiannya adalah film dokumenter “Rayuan
Pulau Palsu” karya Watch Doc. Sedangkan Objek yang akan di teliti
adalah teks dalam bentuk Narasi yang terdapat dalam film dokumenter
“Rayuan Pulau Palsu” karya Watch Doc.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan film dokumenter Rayuan Pula Palsu karya
Watch doc, melalui internet dan buku-buku yang berkaitan
dengan bahan penelitian.
2. Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan
melakukan komunikasi tahap (face to face) antara peneliti dan
sumber penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara
dengan pembuat film dokumenter Rayuan Pulau Palsu karya
watch doc.
3. Studi Kepustakaan
Peneliti memperoleh data dengan cara mengutip data dari
sumber lain untuk melengkapi data-data yang sudah ada.
15
b. Pengolahan Data
Setelah data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini
terkumpul. Maka langkah selanjutnya adalah mengelola data
tersebut. Kemudian data-data diklasifikasikan sesuai dengan model
analisis yang digunakan oleh Tzvetan Todorov dan Claude Levi-
Strauss. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif,
yaitu data yang terkumpul disusun dan dilaporkan yang sebelumnya
diklasifikasikan menurut pembahasannya dan pada akhirnya diambil
keputusan.
G. Sistematika Penelitian
BAB I: Pendahuluan. Meliputi pendahuluan yang berisikan
permasalahan yang meliputi latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka,
dan sistematika penulisan.
BAB II: Kajian Teori. Merupakan uraian berupa teori-teori yang
menjadi landasan dalam kerangka pemikiran dalam
penelitian ini, seperti diantaranya, pengertian film
dokumenter, reklamasi dalam tinjauan teori, teori analisis
naratif, analisis naratif model tzvetan todorov, analisis
naratif model claude levi-strauss.
BAB III: Gambaran Umum. Pada Bab ini berisi gambaran
mengenai Film Rayuan Pulau Palsu.
16
BAB IV: Temuan dan Analisisi Data, Pada bab ini menjabarkan
temuan-temuan dan analisis dari penelitian ini.
BAB V: Penutup. Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran-
saran
17
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Film Dokumenter
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Film Dokumenter diartikan
sebagai sebuah karya yang bersifat dokumentasi dalam bentuk film mengenai
suatu peristiwa bersejarah, atau suatu aspek seni budaya yang mempunyai
makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat pendidikan.1
Namun pada dasarnya tidah hanya peristiwa bersejarah atau seni budaya,
namuan lebih terhadap mendokumentasikan kenyataan dalam kehidupan kita.
Istilah Documentary awalnya digunakan oleh seorang (sutradara/director)
Jhon Grierson. Film dokumenter didefinisikan oleh Grierson sebagai karya
ciptaan mengenai kenyataan (Creative treatment actuality), titik berat dalam
film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi.2 Film dokumenter
menampilkan apa yang terjadi dalam masyarakat, mereka yang terlibat dan
menjadi saksi dari kejadian tersebut.
Pelaku peristiwa yang mempertunjukkan kisah tentang apa yang terjadi,
bukan penulis yang menceritakan kisahnya. Namun demikianlah, penulislah
yang kemudian membuat tentang bagaimana kisah mereka tersebut akan di
narasikan. Sebuah film dokumenter menyajikan suatu kenyataan berdasarkan
fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan eksistensial.3 Film
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online
2 Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 213
3 Dewi Utami Citra , “Film Dokumenter Sebagai Media Pelestari Tradisi” Asintya, Jurnal
Penelitian Seni Budaya Surakarta, Volume 2 No.( 1 juni 2010): hlm, 7.
18
dokumenter, selain mengandung fakta ia juga mengandung subjektivitas
pembuat.
Jadi, ketika faktor manusia berperan, persepsi tentang kenyataan akan
sangat bergantung pada manusia pembuat film dokumenter itu. dengan kata
lain, film dokumenter bukan cerminan pasif dari kenyataan, melainkan ada
proses penafsiran atas kenyataan yang dilakukan oleh si pembuat film
dokumenter.4 Film dokumenter atau yang sering disebut banyak orang
sebagai film non fiksi merupakan sebuah karya film yang dihasilkan dari
realita atau fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari baik pengalaman
hidup seseorang ataupun peristiwa.5 Film dokumenter dibuat dari kenyataan-
kenyataan atau realitas objektif, yang mana kenyataan itu dibangun dengan
interpretasi pembuatannya.6
“A movie about real life. And that is precisely the problem,
dokumenteries are about real life. They are not real life. They are not
even windows onto real life. They are potraits of real life, using real life
as their raw material, constructed by artists and technicians who make
myriad decisions about what story to tell to whom, and for what
purpose.7
“Sebuah film tentang kehidupan nyata. Dan itulah yang menjadi sebuah
masalah, dokumenter adalah sebuah kehidupan nyata. Tetapi juga bukan
kehidupan nyata, bahkan dokumenter bukan jendela untuk melihat kehidupan
nyata atau kenyataan hidup. Dokumenter adalah sebuah kehidupan nyata.
Kehidupan nyata adalah sebuah bahan yang digunakan oleh seniman untuk
membuat keputusan tentang cerita dan kepada siapa cerita itu ditujukan.”
4 Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 214
5 Garzon R. Ayawaila. Dokumenter dari ide sampai produksi, Jakarta : FFTV-IKJ PRESS,
2008), H. 35. 6 D. A, Peransi. Film/Media/Seni. (Jakarta. FFTV-IKJ PRESS, 2005), h.46.
7 Patricia Aufderheide. Documentary Film (a very short introduction), (New York: Oxford
University Press, 2007). h. 2.
19
Walaupun film dokumenter adalah sebuah film yang dibangun dari
sebuah kenyataan yang terdapat dalam kehidupan manusia, tetapi pada
dasarnya dalam produksi pembuatan film dokmenter film ini pun juga melalui
proses editing, dan menentukan keputusan alur agar dapat menghasilkan
sebuah alur cerita seperti halnya film fiksi.
Penentuan keputusan cerita ditentukan oleh seorang sutradara yang
ingin membuat film tersebut. Sehingga dalam membuat film tersebut pastilah
sang sutradara memiliki sebuah tujuan. Baik digunakan sebagai media
propaganda atau hanya sekedar memberikan informasi, memberikan tontonan
dan pendidikan sinema melalui sebuah film bergenre film dokumenter. Dalam
hal ini sebenarnya film dokumenter tidak jauh berbeda dengan film-film pada
umumnya yang dalam pembuatannya memiliki tujuan, sasaran atau target
penonton, dan sebagainya. Perbedaannya hanya film dokumenter adalah film
yang dibuat atas dasar kenyataan atau realita nyata.
Dalam film dokumenter pada umumnya mengandalkan Voice Over
narasi untuk menggambarkan rekaman yang dihasilkan ketika proses
produksi. Ini dibuat agar film dokumenter dapat lebih hidup, dan dapat lebih
memberikan sebuah informasi kepada penontonnya. Film ini juga seringkali
berisi wawancara dengan orang-orang yang menjadi tokoh dalam film
tersebut sebagai pemberi informasi. Oleh karena itu film dokumenter dapat
dibilang sangat erat kaitannya dengan jurnalisme. Selain karena keduanya
dibangun dari sebuah realitas dan juga fakta, tetapi juga dilengkapi dengan
kaidah-kaidah yang digunakan dalam setiap karya jurnalistik seperti
menggunakan 5W+1H, mserta melakukan wawancara. Bedanya hanya dalam
20
karya jurnalistik lebih ditekankan pada sebuah informasi atau berita yang
sifatnya aktual.8
Sifat yang dimiliki dokumenter pun sangat demokratis sekaligus
personal. Film Dokumenter kendatipun berupa fakta objektif, namun tetap
unsur subjektivitas juga tidak mungkin dihindari dalam realitas yang tersaji
pada karya tersebut. Dengan karakteristik tersebut, film dokumenter dengan
sendirinya menjadi karya yang bersifat alternative, baik dari segi isi, mapun
bentuk, sehingga mampu menarik minat masyarakat umum.9
B. Reklamasi dalam Tinjauan Teori
1. Pengertian Reklamasi
Istilah reklamasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai pengurukan (tanah), atau juga usaha memperluas pertanian
(tanah) atau dengan memanfaatkan daerah yang sebelumnya tidak
bermanfaat menjadi bermanfaat. Sedangkan mereklamasi berarti
membuka tanah untuk digarap.10
Sesuai dengan definisinya, tujuan utama
reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusah atau tidak
berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan reklamasi biasanya
dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan
pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, serta objek wisata.
Dalam undang-undang nomor 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil, mengungkapkan bahwa reklamsi adalah kegiatan
8 Suhaimi dan Rulli NAsrullah. Bahasa Jurnalistik, (Ciputat: :Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009), h. 28.
9 Dewi Utami Citra , “Film Dokumenter Sebagai Media Pelestari Tradisi” Asintya, Jurnal
Penelitian Seni Budaya Surakarta, Volume 2 No.( 1 juni 2010): hlm, 8.
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), h. 1188
21
yang dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan
yang ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Pengaturan ini sejalan
dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum No, 40/PRT/M/2007
mengenai Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai.
Dengan demikian, Reklmasi adalah usaha pembentukan lahan baru
dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase dalam rangka
meningkatkan manfaat sumber daya lahan yang ditinjau dari sudut
lingkungan dan dan sosial ekonomi. Sedangkan reklamasi pantai dapat
diartikan sebagai usaha pembentukan lahan baru baik yang menyatu
dengan wilayah pantai ataupun yang terpisah dari pantai dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan atau drainase dalam rangka
meningkatkan manfaat sumber daya lahan yang juga ditinjau dari sudut
lingkungan dan sosial ekonomi.
2. Tujuan Reklamasi
Tujuan reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak
atau tidak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru
tersebut, biasanya dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman,
perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata.11
Tak
terkecuali pada kota Jakarta, tujuan utama reklamasi pantai Utara Jakarta
yaitu untuk menekan laju pertumbuhan, dimana tempat yang baru
11
Modul Terapan, Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai (Peraturan
Menteri Pwerkejaan Umum No. 44/PRT/M/2007), Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
Departemen Pekerjaan Umum. h. 16
22
tersebut akan dijadikan pemukiman yang mampu menampung sekitar 1,5
juta penduduk Jakarta.12
Reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran kota.
Reklamasi dilakukan oleh Negara atau kota-kota yang laju pertumbuhan
dan kebutuhan lahannya meningkat demikian pesat tetapi mengalami
kendala dengan semakin menyempitnya lahan daratan (keterbatasan
lahan). Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah
tidak memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru. Selain
reklamasi, alternative lain dari kebutuhan lahan adalah pemekaran kea
rah vertikal dengan membangun gedung-gedung pencakar langit dan
rumah-rumah susun.13
3. Dampak Positif
Secara umum dampak positif dari kegiatan reklamasi sesuai dengan
tujuan diadakannya reklamasi, seperti menghidupkan kembali
transportasi air, membuka peluang embangunan wilayah pesisir,
meningkatkan pariwisata bahari, serta meningkatkan pendapatan daerah.
Kegiatan Reklamasi juga tentunya dapat menibgkatkan kualitas dan nilai
ekonomi kawasan peissir, mengurangi lahan yang dianggap kurang
produktif, penambahan wilayah, perlindungan pantai dari erosi,
peningkatan kondisi habitat perairan, perbaikan kawasan pantai dan
penyerapan tenaga kerja.
12
Ruchyat Deni Djakapermana, Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Reklamasi
Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan, Kementrian PU
13
Modul Terapan, Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 44/PRT/M/2007), h. 16-17.
23
Reklamasi banyak memberikan keuntungan dalam
mengembangkan wilkayah. Praktek ini memberikan pilihan penyediaan
lahan untuk pemekaran wilayah, penataan daerah pantai, menciptakan
alternative kegiatan dan pengembangan wisata bahari. Pulau hasil
reklamasi dapat menahan gelombang pasang yang mengikis pantai, selain
itu juga dapat menjadi semacam bendungan untuk menahan banjir rob di
daratan.
4. Dampak Negatif
Disamping dampak positif, perlu diperhatikan pula bahwa ternyata
kegiatan reklamasi juga tidak lepas dari campur tangan manusia terhadap
alam yang tentu akan berdampak buruk terhadap ekologis, meliputi
dampak fisik seperti perubahan hidro oceanografi, erosi pantai,
sedimentasi, peningkatan kekeruhan, pencemaran laut, perubahan rejin
air tanah, peningkatan potensi banjir dan penggenangan di wilayah
pesisir. Sedangkan, dampak biologis berupa terganggunya ekosistem
mangrove, terumbu karang, padang lamun, estuaria dan penurunan
keanekaragaman hayati.
Disamping itu, reklamasi pantai juga berdampak pada aspek sosial-
ekonomi masyarakat, kegiatan masyarakat di wilayah pantai sebagian
besar adalah petani tambak, nelayan dan buruh, sehingga adanya
reklamasi akan mempengaruhi hasil tangkapan dan berimbas pada
penurunan pendapatan mereka. Persepsi nelayan terhadap kegiatan
reklamasi mengarah pada dampak negatif 14
terhadap sumber daya alam
14
Jurnal Hubungan Internasional Tahun VIII, No.1, Januari 2015. Hlm.55
24
perikanan. Daerah penangkapan ikan, jalur perahu, dan kegiatan
budidaya. Menurut nelayan, dampak negatif paling utama adalah
terhadap sumber daya alam. Lebih dari 50% nelayan menyebutkan
bahwa reklamasi berdampak negatif terhadap sumberdaya alam.15
Sehingga nantinya reklamasi akan memusnahkan ekosistem alami yang
terkena dampak reklamasi. Musnahnya ekosistem alami akan
berpengaruh pada produksi perikanan nelayan.16
Secara khusus
permasalahan ini akan berdampak juga pada sektor lingkungan hidup
yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat, meningkatnya tekanan
terhadap keanekaragaman hayati dan sumber daya alam lainnya.17
5. Reklamasi dalam Pandangan Islam
Reklamasi pada dasarnya merupakan upaya mengubah laut, pesisir,
rawa-rawa, danau, sungai dan kawasan berair lainnya menjadi daratan
dengan cara menguruk, mengeringkan atau membuat drainase. Sebagian
besar reklamasi dilakukan terhadap kawasan rawa-rawa, danau, kawasan
pesisir dan laut.
Reklamasi bisa berkaitan dengan dua hal. Pertama, berkaitan
dengan lahan milik umum seperti danau, kawasan laut pesisir dan laut.
Harta milik umum itu haram dikuasai atau dikuasakan kepada individu,
kelompok atau korporasi (perusahaan). Negara harus memberikan
peluang kepada seluruh rakyat untuk bisa memanfaatkan atau
mendapatkan manfaat dari harta milik umum itu. Negara harus
15 Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 2 : 105-112. (Desember 2012). Hlm 109
16
Suryadewi A, Edward, A Setiadi : Masalah Reklamasi Teluk Jakarta ditinjau dari
Aspek Psikologi Lingkungan. Jurnal Lingkungan dan Pembangunan (Vol. 18 No. 2) hlm. 145-163
17
Widodo L. 2005 : Kecenderungan Reklamasi Wilayah Pantai dengan Pendekatan
Model Dinamik. Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-BPPT Vol. 6 No. 1 : 330-338
25
mengelola langsung harta milik umum, lalu semua hasilnya dikembalikan
kepada rakyat baik secara langsung atau dalam bentuk berbagai
pelayanan.
Dalam memandang masalah reklamasi, Islam memiliki sudut
pandang tersendiri jauh sebelum adanya undang-undang yang berlaku
dan perlaksanaan reklamasi dibelahan dunia manapun. Reklamasi
memiliki kesamaan makna dengan istilah Al Islahat al aradhi al
bahriyah atau memperbaiki tanah yang ada di laut. Adapun kitab yang
membahas tentang hal ini adalah kitab Al Kharaj karya Abu Yusuf yang
hidup di zaman khalifah Umar Bin Khattab dan Al Amwal karya Abu
Ubaid di zaman Khalifah Harun Ar-Rasyid dengan menggunakan istilah
Ihya al-mawat.
Ihya al-mawat secara etimologi memiliki arti menghidupkan yang
mati, namun maksud sebenarnya adalah menghidupkan tanah yang mati
(ihya al-ardh al-mawat). Istilah ini memiliki perluasan makna, yaitu tak
hanya tanah mati berupa hutan belantara saja yang menjadi objek, namun
laut, sungai bahkan kutub sekalipun masuk ke dalamnya.
Setidaknya ada tiga sudut pandang Abu Ubaid mengenai Ihya al-
mawat yang dibahas di bab ke-33 dalam karyanya, antara lain:
1. Seseorang mendatangi wilayah mati, kemudian menghidupkan
sampai muncul aktivitas kehidupan di situ. Sehingga dia berhak atas
tempat itu. Contohnya seseorang yang menghidupkan sepetak tanah
tak bertuan untuk bercocok tanam kemudian tanah itu menjadi
miliknya.
26
2. Pemerintah memberikan wilayah yang tidak terurus kepada
perorangan/swasta untuk dikelola dan dihidupkan, dikenal dengan
istilah iqtha. Maka pemerintah tidak berhak atas tempat itu lagi dan
menjadi kepemilikan orang yang menghidupkan tempat tersebut.
3. Seseorang yang membuat patok/batas tanah kemudian dia
mengklaim bahwa itu miliknya dan melarang orang lain mengakui
kepemilikan atas tanah tersebut.18
Abu Ubaid melandaskan hal ini pada hadits Rasulullah SAW:
“Siapa saja yang memakmurkan (mengelola) sebidang tanah yang tidak
dimiliki seorang pun, maka dialah yang lebih berhak (atas tanah
tersebut).” (HR. Bukhari dari Aisyah RA)
Oleh karenanya, Islam memandang proses reklamasi boleh
dilaksanakan. Apalagi bersandar pada kaidah ushul dalam muamalah
yakni hukum asal dalam muamalah adalah boleh sampai ada dalil yang
melarangnya. Islam adalah agama yang rahmatan lil „alamin yang
tujuannya adalah mencapai maslahat masyarakat secara luas. Mengapa
Rasulullah membolehkan Ihya al-mawat? Karena disana terdapat tujuan
untuk kemaslahatan. Allah SWT pun menegaskan dalam Al-Quran
terkait dengan kerusakan yang terjadi di alam raya, Qur‟an Surat Ar-Rum
ayat 41-42 sebagai berikut:
18 http://www.dakwatuna.com/2016/04/26/80208/reklamasi-kacamata-islam/#
axzz4Qf6jqVWF di akses pada tanggal 26/11/2016 pukul 07.05 WIB
27
Artinya : “Telah Nampak Kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki
agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (kejalan yang benar). Katakanlah
(Muhammad), “Berpergianlah di Bumi lalu lihat bagaimana
kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah
orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (Q.S. Ar-Rum (30) :
41-42).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa pada dasarnya Allah telah
mengirimkan manusia ke muka bumi ini ialah untuk menjadi Khalifah
Allah, yang berarti pelaksana dari kemauan tuhan. Banyak rahasia
kebesaran dan kekuasaan ilahi menjadi jelas dalam dunia, karena usaha
manusia. Sebab itu menjadi khalifah hendaklah menjadi muslih, berarti
suka memperbaiki dan memperindah.19
Disamping banyak manusia yang
benar-benar menjadi khalifah, menjaga kelestarian alam, keindahan, dan
keamanan bumi ini. Tetapi tidak sedikit orang yang melakukan kerusakan,
kedzholiman,sesui dengan apa yang Allah telah firmankan dalam surat Ar-
Rum 41-42. Air laut yang rusak karena kapal tangki yang besar-besar
membawa minyak tanah atau bensin pecah di laut. Demikian pula air dari
pabrik-parbik kimia yang mengalir melalui sungai-sungai menuju lautan,
kian lama kian banyak. Hingga air laut penuh racun dan ikan-ikan jadi
mati.20
19
Hamka, tafsir Al-Azhar Juz XXI, hal 94. 20
Hamka, tafsir Al-Azhar Juz XXI, hal 96.
28
Dalam ushul fiqh, dikenal kaidah “Adhdararu yuzalu” yang
artinya kerusakan harus dihilangkan dan kaidah lain “adhdarar ala
dhirar” yang maknanya kemudharatan/kerusakan tidak boleh dihilangkan
dengan melahirkan kemudharatan yang lain. Dalam koteks reklamasi bisa
diartikan bahwa untuk menjadikan reklamasi sebagai solusi untuk
mengatasi permasalahan perlu di perhatikan apakah kemudian reklamasi
membawa suatu kemaslahatan atau malah mendatangkan kemudharatan
baru untuk banyak orang.
6. Analisis Naratif
a. Bagan Teoritis
Skripsi ini akan meneliti film dokumenter yang berjudul Rayuan
Pulau Palsu karya watch documentary mengenai perlawanan masyarakat
terhadap reklamasi pantai utara Jakarta. Dalam proses analisis, peneliti
menggunakan teori Tzevetan Todorov yang membagi narasi menjadi alur
awal, alur tengah, dan alur akhir. Kemudian, penulis juga menggunakan
teori naratif dari Claude Levi Strauss yang mengungkapkan cerita
menggunakan oposisi biner atau sifat-sifat yang berlawanan. Kedua teori
tersebut digunakan untuk menggambarkan dengan sejelas-jelasnya bentuk-
bentuk perlawanan masyarakat terhadap reklamasi di pesisir pantai utara
Jakarta.
Hal tersebut dapat digambarkan sebagaimana bagan berikut ini.
29
Tabel 1. Bagan teoritis penelitian film dokumenter Rayuan Pulau Palsu
b. Pengertian Narasi
Secara etimologi narasi berasal dari bahasa latin narre, yang artinya
membuat tahu. Dengan kata lain, narasai berhubungan dengan usaha untuk
memberitahu sesuatu atau peristiwa.21
Sementara narasi menurut Gorys
Keraf Narasi adalah salah satu bentuk wacana yang berusaha menceritakan
suatu peristiwa atau kejadian sehingga seolah-olah kita dapat melihat
ataupun mengalami sendiri peristiwa tersebut. Oleh sebab itu, unsur yang
paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan.22
adapun peristiwa yang dimaksud disini adalah peristiwa yang memiliki
21
Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h 1. 22
Keraf, Argumentasi dan Narasi, h.135-136
Film Dokumenter Rayuan Pulau Palsu
Analisis bentuk perlawanan terhadap
Reklamasi
Claude Levi-Strauss
(1972)
Teori Analisis Naratif
Tzevan Todorov
(1977)
30
rangkaian atau urutan peristiwa. Dan peristiwa yang tidak memiliki
rangkaian dan urutannya seperti halnya jadwal siaran televisi, papan
penunjuk jalan, dan semacam itu tidak bisa dikatakan sebagai sebuah
narasi.
Onong Uchana Effendy berpandangan bahwa narasi itu berisi
penjelasan bagaimana cerita disampaikan, bagaimana materi dari suatu
cerita dipilih, dan disusun untuk mencapai efek tertentu kepada khalayak.23
Narasi memiliki tiga (3) karakteristik.(a). Narasi harus terdiri atas
beberapa peristiwa yang kemudian dirangkai. (b). Rangkaian peristiwa
tersebut disusun secara beraturan, tidak acak, dan menghasilkan makna
tertentu. (c). Terdapat pemilihan peristiwa yang dirangkai. Pada
karakteristik ini, keputusan mengenai bagian mana yang diangkat dan
bagian mana yang dibuang sangatlah berkaitan dengan makna yang ingin
disampaikan oleh pembuat narasi.24
Dari definisi tersebut dapat difahami bahwa narasi merupakan cara
yang digunakan untuk memberitahu mengelola struktur sebuah cerita, baik
fiksi maupun fakta, yang didalamnya terdapat alur, tokoh, karakter, sudut
penggambaran, dan juga rangkaian peristiwa yang diatur secara berurutan.
Menurut Branston dan Stafford, narasi terdiri atas empat (4) macam,
diantaranya : a. Narasi menurut Tvzetan Todorov, bahwa narasi memiliki
alur awal, alur tengah, dan alur akhir. b. adapun menurut Vladimir Propp,
bahwa suatu cerita itu pasti karakter tokoh, c. sedangkan menurut Levis
23
Onong Uchjana Effendy: Ilmu, Teori dan filsafat komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2007), h. 214. 24
Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h 2.
31
Strauss, Suatu cerita memiliki sifat-sifat yang berlawanan, d. dan terakhir
menurut Joseph Campbell, bahwa narasi juga memiliki unsur mitos dan
symbol-simbol tertentu didalamnya.
Oleh karena itu, peneliti hanya menggunakan teori narasi menurut
Tvzetan Todorov dan Levis Strauss dikarenakan objek daripada
penelitiannya adalah mengenai film dokumenter Rayuan Pulau Palsu,
sehingga tidak terdapat hal-hal mitos seperti di film-film pada umumnya
dan juga tidak terdapat peran atau karakter yang jelas seperti halnya dalam
film fiksi. Kendatipun narasi tidak ada hubungannya dengan fakta dan
fiksi, sebab narasi hanya berkaitan dengan cara bercerita, bagaimana fakta
disajikan atau diceritakan kepada khalayak.25
Untuk itu tidak ada bedanya
film fiksi dengan film non fiksi seperti halnya film dokumenter.
Kesemuanya memiliki alur, plot, karakter, dan tokoh terntentu yang
dinarasikan di dalam nya.
c. Teori Narasi Tzvetan Todorov
Tvzetan Todorov, seorang ahli sastra dan budaya asal Bulgaria
memiliki gagasan tentang struktur dari narasi. Teorinya kerapkali
digunakan dalam bidang media dan komunikasi. Ia melihat bahwa pada
teks terdapat struktur tertentu. Menurutnya, pembuat teks dalam menyusun
narasi belum tentu secara sadar membentuk struktur seperti itu. Narasi
dalam pandangan Todorov adalah apa yang dikatakan, maka dari itu narasi
memiliki urutan kronologis motif dan plot, serta adanya hubungan sebab
akibat dari suatu peristiwa. Ada bagian yang mengawali narasi, ada bagian
25
Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h 2.
32
yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari situasi awal, dan ada
bagian yang mengakhiri narasi tersebut. Dan alurlah yang menandai kapan
sebuah narasi dimulai dan kapan berakhir.26
Menurut Todorov, pada bagian awal terdapat interaksi situasi dasar,
kemudian di bagian tengah terdapat konflik, dan pada bagian akhir
terdapat penyelesaian yang biasanya berakhir bahagia. Dengan kata lain
Todorov berpandangan bahwa sebuah cerita itu memiliki alur cerita awal,
alur cerita tengah dan juga alur cerita akhir. sebagaimana penjelasan
berikut :
a) Alur Cerita Awal
Suatu peristiwa tidak muncul begitu saja dari kekosongan.
Tetapi, peristiwa lahir dari suati kondisi dan situasi yang
mengandung system-sistem yang mudah meledak. Situasi
tersebut harus menghasilkan suatu perubahan yang dapat
membawa akibat atau perkembangan yang lebih lanjut. Jadi,
bagian pendahuluan menyajikan situasi dasar yang harus
memungkinkan khalayak memahami adegan-adegan
selanjutnya.27
b) Alur Tengah Cerita
Bagian ini merupakan batang tubuh yang utama dari seluruh
tindak-tanduk para tokoh, dan merupakan rangkaian dari tahap-
tahap yang membentuk seluruh proses narasi. Bagian
26
Tzvetan Todorov, The Poetics of Prose (Oxford: Blackwell, 1977), h. 127. 27
Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student‟s Book, h. 56.
33
perkembangan mencakup adegan-adegan yang berusaha
meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan peristiwa yang
berkembang dari situasi asli.28
Artinya di bagian ini para tokoh
sudah terlihat karakter jelasnya, konflik juga sudah mulai
terbangun atau sudah memasuki tahap konkritisasi.
c) Alur Cerita Akhir
Pada bagian akhir atau disebut juga bagian peleraian
(denouement), konflik yang terjadi dapat diatasi dan
diselesaikan. Bagian ini merupakan titik dimana khlayak
terangsang untuk melihat seluruh makna cerita.29
Dari pemaparan sebagaimana di atas, dapat disimpulkan bahwa
dalam narasi ada bagian yang mengawali narasi, kemudian ada bagian
yang menjadi tahap perkembangan dari alur awal cerita dan yang terakhir
ada bagian yang mengakhiri suatu narasi. Walau demikian banyak juga
pendapat dan kritikan mengenai pembagian waktu dalam sebuah cerita,
tetapi kritikan tersebut tidak dapat meniadakan pembagian waktu. Seperti
misalnya, ada pendapat yang mengatakan “bahwa sebenaranya apa yang
disebut sebagai penyelesaian itu sebenarnya tidak ada, karena akhir dai
suatu kejadian atau peristiwa akan menjadi awal dari kejadian yang lain,
atau akhir dari tragedi itu merupakan sebuah diskusi, yang pada gilirannya
menjadi bagian pendahuluan dari kisah berikutnya.”30
28
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 153. 29
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 155. 30
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 146
34
d. Teori Narasi Claude Levi-Strauss
Claude Levi-Strauss ialah seorang ahli antropologi dan etnografi asal
Perancis. Levi Strauss dilahirkan di Brussel, Belgia pada 28 November
1908, dari orang tua Yahudi yang berkebangsaan perancis.31
Dalam
pemahamannya tentang narasi, Levi-Strauss berpendapat bahwa struktur
pembuatan makna tidak hanya mitos, alur dan peran, melainkan terikat
dengan oposisi biner. Oposisi biner adalah kumpulan nilai-nilai yang
berlawanan, misalnya barat-timur, atas bawah, kaya-miskin, langit-bumi,
dan air-api. Bagi Levi-Strauss, oposisi biner adalah „the essense of sense
making‟ atau struktur yang mengatur system pemaknaan, terhadap budaya
dan dunia tempat kita hidup. 32
Levi-Strauss menggunakan gagasan Ferdinand de Saussure dan
Sigmund Freud untuk menemukan makna dari suatu narasi. Makna itu
menurut Levi-Strauss bisa ditemukan dari oposisi biner yang terdapat
dalam suatu narasi. Oposisi biner adalah kunci dimana kita bisa
memahami jalan pikiran, nalar atau logika dari si pembuat narasi.33
Jika dibandingkan konsepsi mengenai fungsi karakter (Propp) dan
struktur narasi (Todorov) dengan konsepsi Levi strauss, Menurut Berger,
Propp dan Todorov mengambil sisi sintagmatik dalam suatu narasi,
sementara Levi-Strauss mengambil sisi paradigmatik dari suatu teks. Jika
sintagmatik memberikan informasi mengenai apa yang terjadi dalam teks,
31
Gusti A. B. Menoh : Memahami Antropologi Struktural Claude Levi Strauss, Jurnal
STFI Driyakarya : hlm, 1-2. 32
Claude Levi-Strauss, The Structural Study of Myth (New York: Doubleday Anchor
1972), h. 135. 33
Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 169.
35
maka sisi paradigmatik memperlihatkan struktur dalam atau makna dari
suatu teks kepada kita.34
Konsep tentang sintagmatik dan paradigmatik
berarti bahwa kata-kata mempunyai relasi dengan kata lain sehingga
membentuk suatu pengertian melalui hubungan asosiatif (paradigmatik)
dan hubungan sintagmatik. Secara definitif hubungan sintagatik adalah
hubung antara satu tanda dengan tanda lain (satu kata dengan kata lain)
dalam suatu kesatuan (linear). Sementara hubungan paradigmatik adalah
relasi antara tanda-tanda dalam suatu paradigma (kesamaan umum); unit-
unit yang memiliki kesamaan karakteristik yang menentukan
keanggotaannya dalam paradigama tersebut.35
Pandangan Levi-Strauss ini berpegangan pada pandangan linguistic
structural yang mengungkapkan bahwa inti dari fenomena pada dasarnya
adalah relasi-relasi yang membuat relasi tersebut menjadi focus utama.
Kendati kajian tersebut tidak secara eksplisit mengiring pada pemahaman
makna karya, namun melalui oposisi biner atau konflik antara dua sifat
yang berlawanan, makna sebuah karya sastra juga akan tergambar.36
Sebuah narasi apapun bentuknya, baik fiksi ataupun nonfiksi selalu
mempunyai oposisi biner. Oposisi biner itu bisa dilihat dari rangkaian dan
relasi diantara kata, kalimat, gambar, dan adegan dari suatu narasi. Jika
suatu narasi mempunyai makna, maka makna tersebut tidaklah terdapat
pada unsur-unsurnya yang berdiri secara sendiri-sendiri yang terpisah satu
34
Arthur asa Berger, Media and Society: A Critical Perspektive, Boulder: Rowman &
Littlefield, 2003, h. 46. 35
Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 163. 36
Heldy S & hri Ahimsa Putra, Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra
(Yogyakarta: Galang Press, 2001), h. 107.
36
sama lain, tetapi dari relasi diantara unsur-unsur tersebut.37
Artinya makna
dari suatu cerita dapat dilihat dan diketahui dengan cara membuat relasi
diantara unsur-unsur dari suatu cerita.
Struktur Oposisi Biner
Oposisi biner merupakan struktrur dalam, dalam sebuah narasi.
Dapat dikatakan seperti itu karena struktur ini tidak terlihat secara nyata.
Karena struktur dalam baru dapat ditemukan oleh peneliti setelah peneliti
membongkar dan meneliti relasi dan rangkaian dari sebuah cerita dalam
film. Jika struktur luar sudah direncanakan oleh si pembuat narasi atau
film, semisal pembuat film kemungkinan telah merencanakan bagian apa
yang ditempatkan di awal, di tengah dan bagian mana yang ditempatkan di
akhir. Sementara dalam struktur dalam, umumnya tidak disadari oleh
pembuat narasi atau film. Struktur dalam tersebut baru dapat ditemukan
setelah dibedah dan dianalisis. Salah satu cara untuk mengetahui struktur
dalam dari suatu narasi yaitu dengan menggunakan Oposisi biner (binnary
opposition) sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Claude Levi
Strausss.38
Oposisi biner selalu muncul di dalam setiap narasi. Hal itu adalah
selain karena secara sifat alamiah dasar manusia yang melihat dunia dari
dua sisi, ini juga berkaitan dengan fungsi suatu narasi dalam masyarakat.
Narasi sering berguna dalam memberikan panduan kepada masyarakat,
37
Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 171. 38
Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 161.
37
memberikan arahan moral, menjaga tradisi dan sebagainya. Dan hal
tersebut dilakukan dengan memberikan garis yang tegas antara apa yang
benar dan tidak benar, apa yang baik dan tidak baik. Maka, lewat narasi
masyarakat dapat mencoba untuk meneguhkan identitas dirinya. 39
Oposisi biner adalah bagian yang tak terpisahkan dalam setiap
narasi, karena khalayak memang lebih mudah memahami suatu cerita
dengan jalan membuat oposisi atau perbandingan berpasangan.
Menurut Levi Strauss, sisi paradigmatik dari suatu bahasa adalah
sebagai hal yang paling penting. Suatu teks narasi, dapat digambarkan
sebagai suatu garis, yang terdiri atas sisi ordinal (x) dan sisi vertikal. Sisi
ordinal adalah sintagmatik, sementara sisi vertikal adalah paradigmatik.40
dan dengan menggunakan oposisi biner dari sisi paradigmatik dari suatu
narasi, kita dapat menemukan makna dalam dari suatu narasi.41
Ada tiga tahapan penting bagaimana cara kita dapat menemukan
oposisi biner dari suatu narasi.42
diantaranya sebagai berikut :
1. Mencari miteme (mytheme). Sama halnya seperti bahasa, menurut
levi-strauss, suatu narasi atau cerita juga mempunyai unsur terkecil
yang disebut dengan miteme. Miteme bisa berupa kalimat, adegan,
39
Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 171. 40
Jonathan Culler, Structuralist poetics : Strukturalism, Linguistics and the study of
literature, New York: Cornell University Press, 1976, hlm. 15. 41
Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 169. 42
Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 171-172
38
rangkaian kalimat, dan sebagainya. Miteme itu misalnya “A
menikah dengan B” atau “A membunuh B” dan seterusnya.
2. Mencari relasi di antara miteme-miteme yang telah ditemukan.
Misalnya miteme dengan kata “menikah” dicari relasi dengan
miteme yang lain seperti “memelihara”, dan sebagainya. Suatu
cerita tidak pernah memberikan makna tertentu yang sudah pasti
dan mapan, melainkan hanya memberikan sebuah grid (kisi). Kisi
ini tidak memberikan makna cerita tetapi menunjukkan sesuatu
yang lain, yaitu pandangan-pandangan mengenai dunia, masyarakat
dan sejarahnya yang sedikit banyak diketahui oleh pembuat cerita
atau dimana masyarakat tersebut dihadirkan.
3. Menyusun miteme-miteme tersebut secara sintagmatik dan
paradigmatik. Menyusun miteme seacara sintagmatik yiatu
menyusun kata, kalimat, gambar secara sekuen. Sebaliknya,
menyusun miteme secara paradigmatik adalah menempatkan
miteme itu sesuai dengan posisi dan paradigmanya dalam suatu
kesatuan makna. Rangkaian antara kedua unsur tersebut
membentuk kumpulan relasi-relasi (bundles of relations).
39
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM DOKUMENTER “Rayuan Pulau Palsu”
karya Watch Doc
A. Resensi Film Rayuan Pulau Palsu
Film ini berawal dari sebuah tatanan kehidupan yang harmonis
disebuah kampung dipesisir laut utara jakarta, dimana kegiatan dan aktivitas
berjalan dengan biasanya. Dan tepatnya Pada tahun 2016 akhir, Masyarakat
yang terletak dipesisir kampung nelayan Muara Angke ini keberadaanya
terusik oleh kebijakan pemerintah terkait proyek reklamasi yang
keberadaanya tidak jauh dari pemukiman warga di pesisir pantai utara
Jakarta. Ilyas adalah salah satu pemeran utama di film ini, usianya kurang
lebih 68 tahun, pekerjaanya sebagai nelayan telah digelutinya selama kurang
lebih 52 tahun mulai bekerja di daerah pasar ikan sampai dengan hari ini di
daerah muara angke. Ilyas menjadi salah satu korban dari dampak negatif
proyek reklamasi.
Tokoh utama yang selanjutnya adalah saefudin , usianya 35 tahun,
usianya masih terbilang muda dibandingkan dengan tokoh sebelumnya.
Perkerjaannya mengolah ikan asin selama 12 tahun, ia pun memiliki
pekerjaan sampingan sebagai pengurus perahu bermesin di teluk pantai
Jakarta. Di awal film ini juga di tampilkan bagaimana seorang presiden Joko
Widodo ditemani dengan wakilnya M.Yusuf Kalla berpidato di atas sebuah
perahu nelayan di pesisir pelabuhan muara angke tepatnya 17 bulan sebelum
40
dilakukan proyek reklamasi. Adapaun inti isi dari pidatonya adalah bahwa
presiden ingin mengembalikan semua kegiatan dan profesi atau tugas
masyarakat pada tempatnya masing-masing, seperti mengembalikan petani
pada sawahnya, nelayan pada lautnya, anak-anak pada sekolahnya, buruh dan
pekerja pada pabriknya, dan karyawan pada kantornya. Dan presiden pun
mengakhiri pidatonya dengan kalimat “di laut kita jaya”.
Tetapi ilyas dan saefudin di film ini merasakan realitas yang berbeda
dengan apa yang telah disampaikan oleh presiden Joko Widodo dalam
pidatonya. Keduanya memberikan kesaksian atas apa yang dia rasakan,
khususnya terkait dengan dampak reklamasi. seperti ilyas misalnya,
bertempat tinggal dipinggiran kota Jakarta sejatinya bukan sebuah pilihan
hidup jika saja pak ilyas memiliki pilihan lainnya. Tetapi nasib membawanya
tinggal dan menetap di tempat tersebut bersama keluarganya. Sudah sejak
dulu, sampai saat ini ilyas bekerja sebagai nelayan. Lokasi tempat tinggalnya
yang bersebalahan dengan laut pantai utara Jakarta membuatnya merasa
bahwa rezekinya ada di laut atau tepatnya menjadi seorang nelayan. Dalam
film, ilyas memaparkan penghasilan yang ia dapatkan ketika menjadi nelayan,
yang menurutnya dalam sehari dalam kondisi normal penghasilannya bisa
mencapai dua ratus sampai tiga ratus ribu rupiah namun oleh karena adanya
project reklamasi, pak ilyas justru hanya memperoleh penghasilan dalam
sehari hanya lima puluh ribu rupiah rupiah dalam hitungan kotor. Di film ini
pak ilyas menilai bahwa hal yang jelas membedakan pendapatan yang biasa
dia dapatkan dibandingkan yang saat ini dia dapatkan, adalah karena alasan
dampak reklamasi yang berdampak negatif terhadap ekologi perairan di
41
pesisir pantai Jakarta utara.hal demikian, secara tidak langsung mengurangi
penghasilan pak ilyas yang berprofesi sebagai nelayan dikarenakan
menurutnya ikan-ikan banyak yang mati karena tercemar air kotor akibat
reklamasi dan kebanyakan ikan mulai menjauh dari perairan pesisir utara
Jakarta. Selain itu, ikan-ikan hasil tangkapan pak ilyas juga ternyata tidak
banyak dan kualitas ikannya menurun sehingga berdampak pula pada harga
jual ikan tersebut. hal ini dibuktikan dengan adegan film pak ilyas yang
bersama rekan-rekan nya melakukan survei menangkap ikan di lautan tempat
biasa melakukannya.
Beberapa kali massyarakat melakukan penolakan dengan berbagai cara.
Para tokoh masyarakat juga melakukan mobilisasi massa dan beberapa kali
mengingatkan melalui rapat atau diskusi di keluarahan terkait penolakan
terhadap reklamasi. Fakta membuktikan selain itu juga, ternyata ada oknum
yang ingin menunggangi masyarakat dengan kesaksian actor dalam film.
B. Bentuk-bentuk perlawanan masyarakat terhadap reklamasi
Perlawanan adalah suatu bentuk reaksi yang dilakukan oleh banyak
orang karena tidak adanya ketidakadilan, ketidaksesuaian, atau
ketidaksepemahaman. Dalam konteks film ini reklamasi menjadi pemicu dari
reaksi masyarakat yang melakukan perlawanan dalam bentuk yang berbeda-
beda. Hal tersebut adalah bagian dari partisipasi politik. Secara sederhana
perlawanan dalam film termasuk dalam dua cara partisipasi politik, yaitu cara
konvensional (birokrasi), sekaligus merupakan bentuk partisipasi politik yang
42
normal dalam demokrasi modern, dan cara nonkonvensional, seperti petisi,
revolusi, dan demonstrasi. Kedua bentuk partisipasi politik tersebut dapat
digunakan sebagai ukuran untuk menilai stabilitas sistem politik, integritas
kehidupan politik dan kekuasaan politik, kekuasaan politik dan kepuasan atau
ketidakpuasan warga negara.1 Umumnya cara konvensional adalah cara yang
dilakukan dengan cara-cara yang humanis, kompromis, dan elegan, seperti
berdialog, audiensi, proses peradilan. Adapun cara-cara nonkonvensional
seperti dengan melakukan demonstrasi di beberapa tempat seperti di
pengadilan, di kejaksaan, dan melakukan segel reklamasi pulau G.
Dalam film digambarkan bagaimana masyarakat pesisir kampung
nelayan Jakarta Utara ,melakukan perlawanan terhadap reklamasi yang
sebelumnya didahului dengan diskusi dengan tokoh masyarakat dan warga
sekitar. Perlawanan itu pertama dengan melakukan audiensi dan dialog
langsung di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Khusus
Ibukota (DKI) Jakarta. Hal tersebut dibarengi dengan melakukan aksi
demonstrasi pernolakan terhadap reklamasi pantai utara Jakarta di depan
gerbang gedung DPRD. dalam audiensi warga menyampaikan bahwa warga
kampung nelayan sudah bisa hidup mandiri. Hal itu terbukti karena banyak
nelayan membeli perahunya sendiri, jarring beli sendiri. Dan menurutnya
Joko Widodo sebagai presiden harus bisa memberdayakan dan mengapresiasi
apa yang telah nelayan lakukan. Warga lain menyampaikan, bahwa dulu
soeharto telah mencanangkan untuk mencintai laut dan maritim. Begitupun
dipemerintahan sekarang seperti pidato yang telah disampaikan presiden Joko
1 Sudjono Sastroatmojo, Perilaku Politk, Semarang : IKIP Semarang Press, 1995. Hal 74.
43
Widodo diawal kemenangannya sebagai presiden. Tapi menurutnya, hal itu
malah tidak sesuai dengan kebijakan-kebijakannya. Bahwa nelayan telah
banyak disingkirkan. Dan malah akan timbul wacana bahwa nelayan-nelayan
akan direlokasikan di Pulau seribu. Hal lain yang disampaikan dalam audensi
oleh seorang ibu, dirinya menyampaikan, bahwa orang tuanya, yaitu ibu dan
bapaknya adalah seorang nelayan. dilahirkan di Ancol, kemudian direlokasi
(dipindahkan) ke Muara Karang, di relokasi lagi ke Muara Angke, “we are
not animals, sir. We are human beings.”
Menurut warga, mereka tinggal di muara angke tidaklah gratis. Mereka
membayar dan melunasi rumah yang selama ini mereka tinggali. Alasan lain
adalah bahwa mereka dipaksa oleh pemerintahan dulu untuk tinggal di muara
angke yang dulunya adalah hutan. Sementara mengapa ada wacaran gubernur
DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama ingin menggusur dan merelokasi
kampung kami.
Perlawanan selanjutnya adalah demontrasi yang dilakukan warga
kampung nelayan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) pada Januari
2016. Masyarakat yang tergabung dalam koalisi selamatkan teluk Jakarta, yan
didalamnya terdiri dari sejumlah organisasi, dan juga masyarakat nelayan
yang ada di teluk Jakarta. Wacana yang dibawa adalah bahwa mereka ingin
mengembalikan dan memulihkan hak-hak masyarakat nelayan di teluk
Jakarta. Kedua, memulihkan lingkungan hidup yang yang berada di teluk
Jakara. Mereka percaya, bahwa hanya dengan lingkungan hidup yang baik
dan bersih di perairan teluk Jakarta, maka mereka akan bisa mendapati
Jakarta yang lebih sehat. Perlawanan reklamasi juga dilakukan oleh JJ.Rizal,
44
seorang budayawan. Menurutnya, bahwa kalau kita tidak menolak reklamasi
Jakarta, maka Jakarta akan mati. Jakarta akan terkena bencana Ekologi.
penolakan terhadap reklamasi di Jakarta, itu sekaligus adalah sikap dan
penolakan kita terhadap reklamasi di Indonesia.
Perlawanan reklamasi itu juga dilakukan oleh Supporter klub bola tanah
air The Jak Mania atau Persija (persatuan Sepak Bola Jakarta), dalam bentuk
membentangkan banner besar di stadium sepak bola saat pertandingan
berlangsung. Menurutnya, “kita cinta Persija, kita juga cinta Jakarta. Untuk
itu merupakan spontanitas anak-anak untuk membentangkan banner di
stadium bertuliskan “#JakartaTolakReklamasi”. Perlawanan terus berlanjut,
dilakukan oleh banyak lapisan masyarakat. Sebagai penutup atau klimask
dalam film ini adalah perlawanan dalam bentuk segel Reklamasi Pulau G.
kegiatan tersebut dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat, LSM,
Organisasi, khususnya masyarakat yang sejak awal konsisten melakukan
perlawanan demi perlawanan penolakan terhadap reklamasi. Menurut randy
selaku executive producer bahwa momen terakhir yang menjadi klimaks
dengan cara melakukan perlawanan melalu segel Pulau G itu dilakukan untuk
menjaga konsistensi atau mengumpulkan seluruh elemen masyarakat yang
menolak reklamasi teluk Jakarta. Menurutnya hal ini sekaligus membuktikan
bahwa satu pulau saja telah banyak membuat heboh masyarakat. Apalagi
harus mereklamasi 17 pulau teluk Jakarta.2
2 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, Jumat 26 Mei 2017, pukul 12.00
45
C. Keunggulan Film Rayuan Pulau Palsu
Setiap film memiliki genre-nya masing-masing. secara sederhana film
dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu, film fitur, film animasi, dan film
dokumentasi (dokumenter). Adapun yang menjadi keunggulan film Rayuan
Pulau Palsu adalah film ini merupakan film dokumenter, Dimana secara
definitif bisa diartikan bahwa film dokumenter adalah karya film nonfiksi
yang menggambarkan situasi kehidupan nyata yang terjadi di masyarakat dan
setiap individu didalamnya menggambarkan perasaan dan pengalaman dalam
situasi yang apa adanya.3 Hal demikian yang menurut peneliti menjadi salah
satu keunggulan film Rayuan Pulau Palsu.
Film dokumenter berjudul Rayuan Pulau Palsu adalah film yang dibuat
berkenaan dengan hangatnya berita kebijakan tentang reklamasi pantai utara
Jakarta. Sampai dengan film itu dibuat masalah reklamasi masih banyak
menuai pro dan kontra diberbagai lapisan masyarakat. Pasalnya kebijakan
tentang reklamasi pada prakteknya banyak merugikan masyrakat setempat
khususnya kaum nelayan. keunggulan film ini, tentu yang pertama, film ini
sifatnya aktual, membahas sesuai dengan isu yang sedang hangat dibicarakan
banyak orang, terlebih film dokumenter adalah sebuah film yang sarat akan
data dan sifatnya jurnalistik. Kedua, pada umumnya tidak jauh berbeda
dengan film-film dokumenter karya watch doc lainnya, pada masalah konsep
publikasi, film dokumenter Rayuan Pulau Palsu juga mengambil konsep
“nonton bareng” di setiap lapisan masyarakat di jabodetabek maupun diluar
jabodetabek, bahkan sampai ke luar negeri. Tidak sampai disana, Penayangan
3 Danesi, Marcel. Pengantar Memahami Semiotik Media. 2010 hal 134
46
film ini juga di ikuti dengan sesi diskusi,dengan menghadirkan pembicara
dari pihak watch Doc untuk menjelaskan isi dari film tersebut.
Film ini sempat menjadi sorotan mahasiswa Indonesia yang sedang
mengenyam pendidikan di luar negeri. Seperti halnya penuturan executive
produser Randhy Hernando yang mengatakan bahwa film Rayuan Pulau
Palsu telah Diputar juga oleh mahasiswa PPI (persatuan Pelajar Indonesia) di
Melbourne Australia, London Inggris, dan Den Haag Belanda. Hal ini
membuktikan bahwa film Rayuan Pulau Palsu mendapatkan perhatian lebih
dari banyak lapisan masyarakat. Film ini layak diteliti karena dibuatnya film
ini bukan dengan tujuan komersial atau dengan istilah saat ini profit oriented.
Melainkan lebih pada tujuan sosial, advokasi, dan humanity (kemanusiaan).
Sehingga banyak muatan to inform dan to educate di bandingkan film-film
komersial yang banyak memuat unsur to entertain. dan yang terpenting film
ini banyak mengajarkan masyarakat tentang keadilan, keberpihakan,
kepentingan, arogansi, intervensi, menang-kalah, untung-rugi, dan sejumlah
nilai-nilai luhur berbangsa, bernegara dan bertanah air.
Selain itu, film ini menjadi modal informasi terkait dengan adanya
proyek besar reklamasi yang akan diterapkan oleh pemerintah di beberapa
daerah lain di Indonesia seperti di teluk benoa bali, palu, dan khususnya di
DKI Jakarta yang menjadi role model atau pusat sentral politik dan bisnis di
Indonesia. Sehingga dengan adanya film ini, barangkali masyarakat semakin
peka dan berfikir kritis pada setiap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak
pro terhadap kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Film rayuan pulau paslu
dibuat berdasarkan kisah nyata dan pembuatannya sangat memperhatikan
47
momentum. Terbukti, film ini di launching setelah adanya kasus
penangkapan ketua komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta,
Mohamad Sanusi dalam operasi tangkap rangan yang dilakukan pada kamis
malam 21 Maret 2016.4 Berdasarkan penuturan Randhy Hernando, dirinya
bersama dengan tim di Watchdoc dalam membuat film Rayuan Pulau Palsu
sangat memperhatikan ketepatan waktu, momentum, dan perkembangan
informasi. Itulah alasan mereka tinggal dan menetap bersama dengan warga
selama kurang lebih 2 minggu. Dan kejadian atau scene-scene perlawanan
secara konvensional maupun nonkonvensional adalah sesuatu hal yang
natural dilakukan warga dan bukan termasuk skenario yang di arahkan tim
Watchdoc.5
Hal lain yang menjadi keunggulan film ini adalah,bahwa film ini dibuat
bukan dengan tujuan komersil atau ingin mengambil banyak keuntungan
secara materi dari film tersebut. tetapi film ini dibuat dengan swadaya sebagai
salah satu alat advokasi dan publikasi untuk menyebar berita informasi
dengan tujuan penetrasi kepada banyak orang yang dikemas dalam bentuk
film. Karena menurut Randhy, kita telah sulit untuk percaya terhadap berita-
berita yang diberitakan oleh media mainstream. Sebab kita tahu bahwa hari
ini media-media mainstream banyak dikuasasi oleh segelintir orang yang
hampir kesemuanya bersinggungan langsung dengan institusi politik atau
partai politik. Bahkan menurutnya untuk masalah pendanaan pembuatan film
tidak sama sekali didapat dari pihak manapun. hal itu karena randhy dan tim
4 https://m.tempo.co/read/news/2016/04/01/063759049/kronologi-penangkapan-sanusi-dan-
bos-podomoro-oleh-kpk diakses pada 22/07/2017 pukul 09.16 WIB
5 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, Jumat 26 Mei 2017, pukul 12.00
48
mengantisipasi dan khawatir tidak ingin dalam pembuatan film ada intervensi
dari pihak lain.6 Terlebih persoalan reklamasi adalah isu yang hangat dan
terbukti telah banyak menyeret beberapa nama petinggi Negara dalam
persoalan korupsi.
D. Kekurangan Film Rayuan Pulau Palsu
Setiap film memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tak
terkecuali film Rayuan Pulau Palsu. kekurangan film ini seperti, dalam setiap
alur, unsur nelayan hampir mendominasi disetiap adegannya. Sementara
pihak pengembang dan pemerintah cenderung lebih sedikit. Hal demikian
tentu saja mempengaruhi persepsi penonton untuk cenderung fokus pada
perjuangan nelayan sementara mempersempit ruang gerak pemerintah dan
pengembang reklamasi untuk memberikan informasi dan klarifikasi.
E. Tim Produksi Film Rayuan Pulau Palsu
Adapun tim produksi film Rayuan Pulau Palsu7 adalah sebagai berikut:
Director RUDI P SAPUTRO
Advisors DANDY DWI LAKSONO
ANDHY P KURNIAWAN
Executive Producers ARI TRISMANA
EDI PURWANTO
RANDHY HERNANDO
Videographers EDITH ERNEST
IKANG FAUZI
LENDI BAMBANG
RANDY HERNANDO
RUDI P SAPUTRO
Drone Camera UCOK SUPARTA
6 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada Jumat 26 Mei 2017, pukul 12.00
7 Diambil dari Film Rayuan Pulau Palsu, menit 59.02
49
Video Editors AHMAD FADLI
FANDHI BAGUS
HENDRA PERMANA
Graphic Designers FAIZ BENSHADEO
ZAIRI ARJANI
Subtittle TESSI ASTRIANA
EVA WAHYUNI
Library IKANG FAUZI
Administrations SUPIANITA
YULI ASTRINI
Production Units HENDRA PERMANA
HERIYANTO
M. NABIL
RIKO HARDIANSYAH
Music SIMPONI “pesisir dan laut milik
kami”
DAVID SUHARTOYO
“against emptiness”
“rebellious”
“the hero’s journey”
JEWELBEAT
“different being”
“Here to forever”
“My determination”
“The tail end”
ISMAIL MARZUKI
“Rayuan Pulau Palsu” Tabel 2. Struktur pembuat film dokumenter Rayuan Pulau Palsu
8
8 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 48.00
50
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
ANALISIS NARATIF FILM DOKUMENTER “RAYUAN PULAU PALSU”
A. Alur Cerita
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan analisis naratif
Tzevetan Todorov untuk menganalisis seperti apa alur cerita film dokumenter
Rayuan Pulau Palsu karya WatchDoc. dalam model analisis Tzevetan
Todorov, film dapat terbagi menjadi tiga bagian, yakni: alur awal, alur tengah
dan alur akhir, yang kesemuanya saling berhubungan dan saling melengkapi.1
Selain itu, peneliti juga akan menganalisis bentuk-bentuk perlawanan apa saja
yang ada dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu.
1. Alur Awal
Adapun alur awal adalah bagian pendahuluan dari sebuah film
yang dapat mengantarkan penonton untuk mengikuti alur-alur
berikutnya. Oleh karenanya, biasanya alur awal berisi tentang situasi
dasar, latar belakang, pengenalan tokoh, sinopsis sederhana, pengenalan
konflik, dan hal-hal penting yang berfungsi sebagai pemicu diawal film,
rasa penasaran penonton. Sehingga penonton merasa ingin
menyaksikannya sampai akhir. berikut adalah penjelasan dari alur awal
film dokumenter Rayuan Pulau Palsu.
1 Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book (London: Routledge, 2003),
h. 36
51
a. Adegan Pertama
Tepat 17 bulan sebelum diberlakukannya reklamasi, presiden Joko
Widodo dan wakil Presiden M. Yusuf Kalla menyampaikan pidato
kemenangannya sebagai presiden dan wakil presiden terpilih dalam
pemilihan presiden (pilpres) 2014 di Pelabuhan sunda kelapa, Jakarta
Utara, Selasa 22 Juli 2014 malam. Hal tersebut presiden dan wakilnya
sampaikan setelah ditetapkan kemenangannya oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU). Yang unik, pidatonya dilakukan di atas sebuah perahu
pinisi tradisional milik nelayan. dalam pidatonya presiden menjelaskan
bahwa kemenangannya adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia
yang diharapkan akan melapangkan jalan untuk mencapai dan
mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara
ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya. Pesan berikutnya adalah
mengenai pesan-pesan persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia.
Lain dari itu, dalam pidatonya presiden juga menyampaikan pesan,
khususnya kepada nelayan dan masyarakat pada umumnya untuk
kembali ke tempat profesinya masing-masing. seperti mengembalikan
petani pada sawahnya, karyawan pada kantornya, buruh pada pabriknya
dan terutama nelayan pada lautnya. “Mulai sekarang, petani pergi
kesawah , nelayan kembali melaut, anak anak kita kembali kesekolah,
pedagang kembali kepasar , buruh dan pekerja kembali ke pabrik , dan
karyawan kembali bekerja di kantor.” Ucap Presiden Joko Widodo
dalam pidatonya.
52
Gambar 1. Pidato kemenangan Presiden Joko Widodo dan wakilnya Jusuf Kalla di Pelabuhan Sunda Kelapa2
Hal yang menarik, tenyata pidato di atas kapal pinisi tradisional di
Sunda kelapa bukanlah sesuatu hal yang kebetulan. Konsep tersebut
merupakan ide murni Jokowi yang bermaksud untuk mengingatkan pada
sejarah nusantara saat nenek moyang bangsa Indonesia yang mampu
mengarungi tujuh samudera besar di dunia. padahal awalnya tim
pemenangan Jokowi-JK, Aria Bima telah menawarkan tiga alternatif
yang bisa dipilih oleh presiden untuk lokasi tempat akan digelarnya
pidato kemenangan, yaitu Monumen Nasional (Monas), Gedung Arsip
Nasional, atau Tugu Proklamasi. Namun Presiden Jokowi memilih untuk
berpidato di Pelabuhan Sunda Kelapa dengan konsep yang berkaitan
dengan kelautan, maritim, dan bahari. Setelah melakukan cek tempat
Aria Bima menyampaikan kembali kepada Presiden Jokowi mengenai
konsep panggung yang akan di pasang di pinggir pelabuhan. Namun,
Presiden Jokowi memilih dirinya akan berpidato di atas kapal di tengah
laut. Dan menurutnya pidato tersebut disampaikan untuk rakyat hanya
melalui media. Hal itulah yang kemudian menjadi alasan mengapa
pidatonya hanya dihadiri oleh media, pers dari dalam dan luar negeri.
2 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit
53
Di akhir pidatonya, Presiden berpesan lebih kepada para nelayan.
adapun isi pidatonya bahwa presiden menyadari kalau kita (rakyat
Indonesia) telah lama memunggungi laut, dan ingin mengembalikan, agar
kejayaan kita (rakyat Indonesia) ada dilaut dengan mengatakan
semboyan “Jalasveva Jayamahe”. Justru di Laut kita Jaya. “Kita telah
terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera, dan
memunggungi selat dan teluk, kini saatnya kita mengembalikan
semuanya sehingga “Jalasveva Jayamahe”. Di laut justru kita jaya .”
ucap Joko Widodo di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Gambar 2. Panorama pemandangan teluk Jakarta3
Adapun menurut presiden Jokowi, berkaitan dengan isi pidato dan
konsep di lakukannya pidato di sunda kelapa menjadi simbol keseriusan
Presiden terpilih Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai poros
maritim dunia. “ini simbol bahwa kami serius mengelola, mengurus
kemaritiman kita. seperti yang sudah sering saya sampaikan, bahwa
Indonesia ingin menjadi poros maritim dunia” ungkap Jokowi ketika di
wawancarai oleh Metro TV. Hal demikianlah yang dipilih menjadi
sebuah prolog dalam memulai film dokumenter rayuan palsu.
3 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit
54
b. Adegan Kedua
Hal penting yang menjadi alur awal selanjutnya adalah pengenalan
tokoh utama, yang berupa deskripsi untuk menjelaskan identitas tokoh
utama. Adapun Tokoh utama yang pertama kali muncul dalam film ini
adalah seorang nelayan berusia 68 tahun, yaitu bapak Ilyas. Adegan ini
memuat wawancara tentang identitas pak ilyas yang menurutnya bahwa
dirinya telah lama tinggal dan menetap di pesisir pantai utara Jakarta,
Muara angke. dan dengan profesinya yang telah lama ia lakukan yaitu
sebagai nelayan. tokoh utama selanjutnya yaitu bapak Saefudin.
Berprofesi sebagai pengolah ikan asin dan memiliki kerjaan sampingan
sebagai pengurus perahu mesin (perahu nelayan) di sekitar teluk Jakarta.
Menurutnya pekerjaan tersebut sudah ia lakukan selama 12 tahun.
Gambar 3. Bapak Ilyas, salah satu tokoh utama dalam film Rayuan Pulau Palsu4
4 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit
55
Gambar 4. Bapak Saefudin, salah satu tokoh utama dalam film Rayuan Pulau Palsu5
c. Adegan ketiga
Setelah menampilkan adegan pidato Presiden Joko Widodo di
Pelabuhan Sunda Kelapa, dan pengenalan tokoh utama dalam film ini.
Selanjutnya di adegan ketiga, tokoh utama bapak Saefuddin memulai
interaksinya dengan warga setempat. Hal ini bisa disebut dengan
Interaksi situasi dasar. Kata awal yang pertama kali muncul adalah,
“Reklamasi”. Selanjutnya saefuddin meneruskan obrolannya yang berupa
peringatan untuk tidak mendukung proyek Pluit City dan Reklamasi
kepada salah satu warga. Menurutnya kalau seandainya ada warga yang
mendukung proyek tersebut maka akan berdampak pada penggusuran
terhadap kampungnya sendiri. Selain itu Saefuddin juga mengingatkan
bahwa Muara Angke sudah berada diambang kehancuran. Hal itu
disebabkan karena beberapa lokasi yang tidak jauh dari daerahnya sudah
menjadi korban penggusuran.
5 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 06.26
56
Gambar 5. Saefudin sedang mewanti-wanti temannya untuk tidak mendukung reklamasi6
Pada adegan ketiga, apa yang dilakukan Saefuddin merupakan
sebuah cara untuk mengenalkan, dan memunculkan masalah. Dalam hal
ini Reklamasi telah diperkenalkan menjadi sebuah masalah yang
merugikan masyarakat. Di adegan ketiga juga sekaligus menjadi
penghantar terhadap masalah reklamasi, untuk kemudian masuk ke
masalah-masalah berikutnya. “Reklamasi! mau digusur lu. Makanya
kalau mendukung Pluit City digusur. Bener aja. Parah. Bentar lagi
Muara Angke ini, Diambang kehancuran. Depan kan udah digusur tuh.
Lapang kelapa. Jembatan pospol (pos polisi) noh. Depan sono, jembatan
tuh abis noh. Abis. Makanya jangan suka dukung-dukung Pluit City tuh.
Jadi begini dampaknya. Noh makanya kayak PAUD (pendidikan anak
usia dini) ono noh. Mana si PAUD yah, mana sekolahan ? tuh, itu biang
keladinya.” Ucap Saefudin kepada temannya. Reklamasi membuatnya
geram. Saefudin tidak ingin kalau adalagi warganya yang justru malah
mendukung proyek reklamasi. dalam hal ini Pluit City.
Untuk menindaklanjuti adegan ketiga seperti yang dilakukan
Saefudin yaitu memberikan peringatan untuk tidak mendukung proyek
Pluit City dan Reklamasi kepada warga setempat. Maka di putarkan
6 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit
57
sebuah video dengan judul “PLUIT CITY Jingle (in mandarin version)
yang diambil langsung dari Youtube. Video tersebut berupa sebuah jingle
atau lagu berbahasa mandarin yang menggambarkan masterplan atau
rancangan projek besar Pluit City. Hal yang menarik dari video tersebut
adalah adanya gambar video berupa animasi rancangan proyek reklamasi
yang menjelaskan didalamnya akan dibangun bangunan Pluit City.
Menurut randy hernando, dengan mamasukkan video tersebut menjadi
satu pertimbangan penting bahwa ternyata reklamasi ini dijalankan oleh
pihak swasta dalam hal ini pengembang PT. Muara Wisesa Samudera
dan video tersebut sekaligus sebagai media untuk mempromosikan
kepada kaum capital (pemilik modal) agar banyak yang tertarik dan
kemudian menanam saham berinvestasi di Pluit City tersebut.7
Gambar 6. Cuplikan video Jingle lagu berjudul “Pluit City Jingle” dari Youtube8
Dalam video tersebut Nampak jelas tidak adanya prioritas atau
keberpihakan terhadap nelayan untuk menjadi bagian dari masterplan
bangunan Pluit City. Sebaliknya, yang ada hanya proyek reklamasi untuk
7 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, senin 30 Juli 2017.
8 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit
58
mendirikan bangunan, hunian dan perumahan mewah. Hal tersebut tentu
bertentangan dengan isi pidato presiden Joko Widodo di Sunda Kelapa.
setelah memuat video “Pluit City Jingle”, kemudian dimuat juga video
tentang proses pengerjaan proyek reklamasi yang telah berjalan. Video
tersebut diiringi dengan musik simponi berjudul “pesisir dan laut milik
kami”.
Sebuah musik yang diizinkan oleh pemiliknya langsung secara
Cuma-Cuma untuk digunakan sebagai soundtrack dalam film Rayuan
Pulau Palsu.
Gambar 7. Video Pulau reklamasi dengan lyric soundtrack Simponi “pesisir dan laut milik
kami”9
The fish die because of the pollution, reclamation goes out of
control, fisherman village has to pay the price. Userers go rampant,
fishermen’s children go to schools. The boats don’t look pretty anymore,
concrete brodges keep being constructed, we’re going to get it back. The
shores belong to us. Our great ancestros the sea people. Our spirit will
never die.
Video tersebut menunjukkan adanya ketepatan video yang
menggambarkan proses berlangsungnya proyek reklamasi yang
9 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit
59
dikombinasikan dengan musik simponi berjudul “pesisir dan laut milik
kami”. Hal ini dikarenakan, isi dan kalimat dalam musik simponi tersebut
sesuai dengan video yang diputarkan. Seperti kalimat yang mengutarakan
kekecewaan “ikan-ikan mati karena pencemaran. Reklamasi menjadi-
jadi, kampung nelayan menjadi korban. Rentenir merajalela, anak
nelayan tak sekolah. perahu tak lagi anggun, jembatan beton terus
dibangun.” Adapun Beberapa kalimat diantaranya memiliki makna
sebuah perlawanan terhadap reklamasi yang dituangkan dalam bentuk
seni musik. Sebagaimana kita ketahui, bahwa perlawanan bisa dilakukan
dengan cara apapun, tak terkecuali melalui seni musik, lukisan, dan
sebagainya. Adapun Kalimat tersebut seperti, “kami akan rebut kembali.
Pesisir laut milik kami. Nenek moyang seorang pelaut. Semangat kami,
pantang surut”. Potongan kalimat tersebut menunjukkan bahwa ada
masalah besar yang mengancam negeri ini. yaitu reklamasi. Masalah itu
bisa berbentuk perencanaan pembangunan, proses pengerjaan , atau
bahkan regulasi undang-undang yang mengatur legalitas reklamasi. Hal
lain yang tidak kalah penting adalah tentang nasib masyarakat nelayan di
kampung nelayan yang tinggal dipesisir utara Jakarta.
2. Alur Tengah
Alur tengah perkembangan lebih lanjut dari situasi awal. Alur ini
menjadi batang tubuh dari seluruh tindak-tanduk para tokoh, dan
merupakan rangkaian dari tahap-tahap yang membentuk seluruh proses
narasi. Alur tengah mencakup adegan-adegan yang berusaha
meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan peristiwa yang
60
berkembang dari situasi asli. Pada alur ini para tokoh sudah mulai terlihat
karakter jelasnya, konflik juga sudah mulai terbangun. Cerita yang
terdapat pada alur tengah adalah focus dari sebuah film dokumenter,
berikut penjelasannya :
a. Adegan Pertama
Nelayan adalah profesi yang semakin terpinggirkan di Ibu Kota.
kelas-kelas borjuis, menengah, gaya hidup mewah, glamour, wajah
modernisme dan kelas atas kerap kali mewarnai kehidupan di perkotaan.
walau demikian, yang mesti disadari adalah bahwa kehidupan di kota
tidak hanya dipenuhi dengan orang-orang menengah ke atas, melainkan
disana juga terdapat banyak orang-orang kelas menengah kebawah.
Mereka hidup dipinggirian ibu kota. profesinya semakin tersingkir, oleh
karena program pembangunan oleh pemerintah dan swasta yang terkesan
abai terhadap orang-orang seperti mereka. Bahkan tempat tinggalnya
semakin terancam karena adanya penggusuran dimana-mana dengan
dalih penertiban dan relokasi. Hal demikian membuat fenomena
ketimpangan semakin menjadi. Perbedaan kelas si kaya dan si miskin
semakin terlihat jelas di setiap sudut perkotaan.
Bapak Ilyas, Tinggal di sudut ibu kota menjadi bagian dari
masyarakat kelas menengah kebawah di perkotaan. ilyas mengutarakan
perbedaan yang begitu mencolok saat sebelum dan sesudah proyek
reklamasi berjalan. Berdasarkan penuturannya dalam film, berlokasi di
atas perahu nelayan, di tengah laut sambil menunjuk dia mengatakan
“kalau saya, dulu disini, sampai berantam mencari ikan disini. sebab
61
tempat ini gudangnya duit bagi saya disini” bahkan di lokasi yang
ditunjuknya dulu sampai 40 perahu mencari ikan di tempat ini. Namun,
proyek reklamasi merusak segalanya, mimpi-mimpinya termasuk mata
pencahariannya. Dahulu ilyas dalam merendam jaring dalam semalam
minimal bisa mendapatkan 20 kilogram ikan. Tetapi sekarang setelah ada
proyek reklamasi, berdampak pada buruknya ekologi di lautan,
tercemarnya perairan mengakibatkannya sulit mendapatkan tangkapan
ikan. “jangan kan buat anak dan istri, untuk modal menangkap ikan saja
kita sudah menjerit”. Itulah Kalimat yang menunjukkan ketidakpuasan,
sekaligus kesedihan karena nasib selaku nelayan yang jarang orang,
khususnya pemerintah memperhatikannya. Dulu sebelum reklamasi juga,
secara nominal minimal ilyas bisa mendapatkan uang sebesar 200 ribu
rupiah, tetapi sekarang setelah adanya proyek reklamasi menurutnya ia
hanya mendapatkan uang sebesar 50 ribu dalam hitungan kotor.
“Before reclamation, we soaked the equipment over night. I had a
minimum of 20 kilos. Before the reclamation. Now let alone feeding my
wife and kids. Financing the boat, I feel like screaming. For example,
one day at sea, then one week off work. They think, instead of wasting
money, like for buying baits, it’s like wasting it is better for food.”
Terang ilyas.
62
Gambar 8. Ilyas sedang menjelaskan dampak adanya reklamasi di atas perahu nelayan10
Ilyas menegaskan, insting seorang nelayan itu pasti tau antara air
laut yang ada ikannya dan air laut yang didalamnya tidak ada ikan.
Menurutnya karena reklamasi air laut teluk Jakarta semakin kotor dan
menjadi air limbah. Sebab menurutnya air laut yang bagus berwarna biru
kehijau-hijauan. Sementara saat ini warnanya keruh dan cokelat.
Kalaupun ilyas mendapatkan ikan, nantinya ikan yang sudah mati yang
akan ia dapatkan. Insting yang sesungguhnya memperkuat identitas ilyas
sebagai nelayan yang telah lama mencari ikan di perairan pesisir utara
Jakarta sehingga mampu mengetahui siklus perubahan perairan pesisir
utara Jakarta sebelum dan sesudah berjalannya proyek reklamasi.
Gambar 9. Air laut keruh, dampak pasir dari reklamasi11
10
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 13. 56 11
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 14.01
63
Hal yang sesungguhnya aneh dan membingungkan. Nelayan adalah
profesi yang teramat penting di negeri ini. Eksistensinya harus tetap ada
untuk menjaga stabilitas ekonomi dan tingkat konsumsi hewan laut.
Namun disisi lain keberadaannya semakin terpojokkan oleh keadaan.
Padahal identitas bangsa Indonesia adalah Negara maritim. yaitu Negara
yang hampir luas lautannya lebih besar daripada luas daratan. Seharusnya
kedaulatan di lautan menjadi prioritas yang penting disamping
kedaulatan di daratan. Termasuk menjaga kehidupan para nelayan.
terlebih, ada semboyan yang mengatakan bahwa “nenek moyang kita
seorang pelaut”. Hal yang sama bahwa kemenangan Presiden Joko
Widodo saat pilpres justru membawa wacana kemaritiman. Ditambah
pidato presiden di Pelabuhan Sunda Kelapa juga menegaskan
kepeduliannya terhadap masyarakat nelayan khususnya. Untuk itulah
randhy berpendapat bahwa dibuatnya film ini tidak untuk mencari
keuntungan tapi lebih “sebagai pengingat kepada masyarakat akan janji-
jani presiden yang pernah diucapkan saat sebelum menjadi presiden.”.
b. Adegan Kedua
Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Saefudin bahwa
masyarakat nelayan banyak yang tidak mengetahui tentang reklamasi.
hanya beberapa orang, seperti diantaranya tokoh masyarakat, RW, yang
mengetahui tentang masalah reklamasi. hal itu karena “Pihak RW diajak
untuk silaturahmi dan makan-makan” ungkapnya. tentu saja hal yang
wajar di negeri ini, ketika ada informasi apapun terkait daerahnya maka
informasi itu hanya tertampung pada pejabat-pejabat daerah sekitar.
64
Sementara untuk warga masyarakat tidak banyak tahu tentang informasi
tersebut. maka sudah menjadi tugas Saefudin yang aware kepada
masyarakat nelayan seprofesinya untuk mempublikasikan bahaya laten
dari dampak reklamasi didaerahnya. “saya sampai dikatakan gila oleh
banyak orang, karena berteriak tentang reklamasi” ucap Saefuddin.
Bahkan, selain berteriak kepada masyarakat untuk menolak reklamasi,
Saefudin justru membuat banner (spanduk), dan justru malah mendapat
pelarangan dan pencopotan yang menurutnya dilakukan oleh oknum
aparat. Adapun spanduk tersebut menurut Saefudin bertuliskan tentang
bentuk penolakan terhadap reklamasi.
Gambar 10. Saefudin dikatakan gila karena mengajak warga menolak reklamasi12
c. Adegan Ketiga
Khafidin, selaku RW 11 Muara Angke menggelar diskusi dan
mengajak warga dan elemen masyarakat lainnya unduk hadir di kantor
RW untuk membahas masalah reklamasi. menurut Khafidin, kita harus
meminta kepada pejabat pemerintah untuk menjelaskan apa sebenrnanya
arti poros maritime. bagaimana konsep presiden untuk menjadikan
Indonesia merdeka. Dan bagaimana kepedulian presiden terhadap wong
12 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 15.30
65
cilik atau masyarakat kecil sehingga mereka dapat merdeka untuk dapat
merasakan kehidupan. “supaya kita tetep warga Muara Angke, dan tetap
bisa tinggal di Muara Angke”. Jelas Khafidin selaku RW 11 Muara
Angke.
Gambar 11. Diskusi di balai RW tentang reklamasi bersama ketua RW, Khafidin13
d. Adegan Keempat
Januari 2016. Proyek reklamasi berujung pada penolakan dari
banyak elemen masyarakat. Mereka melakukan Aksi Demonstrasi
penolakannya terhadap reklamasi. bertempat di Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.
Banyak spanduk tertulis mengisyaratkan pada penolakan masyarakat
terhadap reklamasi. bahwa reklamasi adalah omong kosong poros
maritime, reklamasi merampas kehidupan nelayan dan perempuan
nelayan. seorang ibu saat berorasi bahkan mengatakan “kami istri
nelayan pak, kami tidak mau anak kami bodoh seperti kami”. Reklamasi
ternyata berefek domino. Karena reklamasi Profesi terancam, tempat
tinggal tergusur. Bahkan pendidikan seorang anak nelayan akan
melayang begitu saja karena orang tua telah kehilangan mata
pencaharian.
13
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 16.30
66
Gambar 12. Warga kampng nelayan melakukan aksi demonstrasi di gerung DPRD DKI
Jakarta14
Aksi demonstrasi didepan gedung DPRD DKI Jakarta akhirnya
berbuah hasil. Beberapa tokoh masyarakat Muara Angke diizinkan
masuk kedalam gedung DPRD untuk dapat melakukan audiensi,
berdialog dengan sejumlah pejabat publik. Muhammad Taher, salah satu
masyarakat nelayan menyampaikan “sampai hari ini, nelayan tradisional
mungkin hanya menerima bantuan dari pemerintah pusat hanya nol
koma sekian persen. Mereka perahu bikin sendiri, jaring beli sendiri.
Dan perlu bapak ketahui mereka (nelayan) sudah mandiri. Mestinya
pemerintah atau presiden Joko Widodo mengapresiasi karena nelayan
telah mau belajar hidup mandiri”. Dalam kesempatan audiensi dan
dialog tersebut, Tokoh masyarakat lainnya juga menyampaikan bahwa
“di era presiden Soeharto mereka telah mencanangkan cintai laut dan
maritime. di pemerintahan sekarang pun seperti itu. tetapi nyatanya
selama ini, nelayan kok banyak disingkirkan” ungkapnya.
“kita tinggal di Muara Angke tidak Gratis pak. Dari tahun 1977
kita membayar angsuran, kita beli dan kita sudah lunasi rumah itu. kok,
kenapa tiba-tiba gubernur kita Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) ada
14
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 17.12
67
wacana mau menggusur kita ? kita beli loh pak. Kita bukan orang liar.
Dan kita dipaksa oleh pemerintahan dulu, untuk menempati kawasan
Muara Angke yang dulunya hutan pak.” Tegas salah satu warga
kampung nelayan Muara Angke.
Kahfidin menjelaskan kepada pejabat publik bahwa ada isu kalau
nelayan-nelayan akan direlokasikan ke Pulau Seribu. “akan dibangun
(gedung) 16 lantai.” menurutnya. Protes demi protes disampaikan saat
audiensi oleh tokoh masyarakat didalam gedung DPRD. Seorang
Perempuan nekayan bahkan mengatakan bahwa dirinya memiliki ibu dan
ayah seorang nelayan. “ saya dilahirkan di Ancol. Di Hailai itu tempat
lahir saya. saya dipindahkan dari Ancol ke Muara Karang. Kemudian
dipindahkan lagi di Muara Angke. Nah, setelah di Muara Angke terakhir
(kita mau di pindahkan lagi). Si Ibu merasa geram karena lokasi tempat
tinggalnya sudah beberapa kali di relokasi.bahkan dia mengatakan” Kita
bukan binatag loh pak ! kita ini manusia”. dalam adegan ini telah mulai
terjadi perlawanan yang dilakukan dalam bentuk konvensional yaoti
dengan melakukan dialog dan audiensi berupa penyampaian pendapat
dari beberapa tokoh masyarakat terkait penolakannya terhadap reklamasi.
dan perlawanan yang dilakukan dengan cara nonkonvensional yaitu
dengan cara melakukan aksi demontrasi, orasi di depan gedung DPRD
DKI Jakarta.
68
Gambar 13. Beberapa tokoh masyarakat melakukan dialog dan audiensi di dalam gedung
DPRD DKI Jakarta15
e. Adegan Kelima
Setelah menjaring ikan, Ilyas mengumpulkan hasil tangkapannya.
Terlihat hanya ada dua ikan lele di dalam bak. Menurutnya, saat ini,
dengan adanya proses pembangunan proyek reklamasi dalam sehari
semalam Ilyas hanya memperoleh dua ikan lele. Lele tersebut hanya
cukup untuk dikonsumsi bersama keluarnya. tetapi tidak dapat dijual di
pasar. “paling sekitar sepuluh ribu-an mungkin” jelasnya. padahal Ilyas
telah mencarinya dengan jarak jauh dua kilometer dari daratan.
Sementara dulu (sebelum reklamasi) dengan jarak dua kilometer Ilyas
akan jauh mendapatkan hasil tangkapannya daripada saat ini.
Sebagaimana penjelasan Randhy yang dapat merasakan dan diizinkan
oleh pak Ilyas untuk menginap sekaligus mencari data dalam proses
pembuatan film, Randy mengakui kalau pada realitasnya teluk Jakarta
telah tercemar dari puluhan tahun lalu (sebelum reklamasi). “tetapi
dengan adanya reklamasi justru malah memperparah kondisi perairan
teluk Jakarta” ujar Randy.
15
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 17.51
69
Reklamasi menjadi cara untuk merevitalisasi teluk Jakarta. Namun
pemerintah malah tidak merevitalisasi nelayan-nelayan yang justru telah
lama berkegiatan bahkan bermatapencaharian di laut teluk Jakarta.
Seperti pendapat Randy, “mengapa harus di revitalisasi? Kenapa tidak
melakukan pembersihan tanpa harus memabangun pulau.” Pertanyaan
yang tepat untuk sebuah solusi yang keliru dan merugikan banyak orang.
Yang aneh, Indonesia adalah Negara kepulauan, kenapa kemudian harus
membuat pulau-pulau baru. Sebagaimana informasi investigasi yang
dimuat TV One bahwa reklamsi teluk Jakarta mengambil pasir dari
Banten untuk kebutuhan reklamasi. jelas, ada pulau yang hilang karena
pembuatan pulau reklamasi teluk Jakarta. Hal tersebut tentu membuat
ekosistem berantakan, ekologi rusak, dan butuh pemulihan yang agak
lama akibat reklamasi.
Ilyas dengan segala kesederhanaanya berani mengatakan “kita
tidak akan tinggal diam kalau tempat kita diacak-acak. Meskipun tempat
saya seperti ini. Yang tidak berharga bagi mereka tetapi tempat dan
usaha berharga bagi saya”. sebegitu merasa terusiknya Ilyas dengan
kondisi yang seperti ini. Bagi Ilyas kesederhanaan adalah segalanya. Bisa
menikmati hasil dari alam sebagai warga Negara Indonesia baginya
sudah lebih dari cukup.
f. Adegan Keenam
Seorang Ibu, istri nelayan, sambil membersihkan ikan, berpendapat
“orang dari Kota di taruh nya di Pulau. Orang dari pulau aja kesini.” Ibu
70
tersebut malah menyinggung pemerintah, bahwa disaat ingin
mencalonkan diri sebagai pejabat publik (Gubernur DKI) mereka datang
meminta dukungan. “dukung saya, dukung saya” ujarnya. Tetapi setelah
terpilih justru malah menindas rakyat kecil.
Gambar 14. Ibu-ibu kampung nelayan menolak reklamasi16
g. Adegan Ketujuh
Kini, reklamasi sudah bukan menjadi sesuatu hal yang asing
ditelinga banyak orang di kampung nelayan. dari keterlibatan warga
masyarakat dalam diskusi, aksi demonstrasi, audiensi, dan dialog mereka
akhirnya faham bagaimana sesungguhnya reklamasi. banyak masyarakat
yang justru malah menyesalkan adanya proyek reklamasi tersebut.
mereka kesulitan untuk mendapatkan tangkapan ikan di tempat biasanya
mereka menjaring ikan. Menurutya karena air laut sudah tercemar
bercampur dengan pasir. dalam satu hari satu malam mereka hanya dapat
uang dua ratus lima puluh ribu. Sementara pendapatan tersebut mereka
harus putar kembali untuk membeli umpan, solar, dan untuk makan. beda
halnya sebelum adanya proyek reklamasi mereka bisa mendapatkan
sekitar empat ratus ribu rupiah. Bahkan salah satu dari nelayan
16
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 21.19
71
mengungkapkan “Ahok yang suruh datang kesini” jika memang
menurutnya teluk Jakarta tidak terdapat ikan.
h. Adegan Kedelapan
Perlawanan terus berlanjut. Tidak hanya berhenti melakukan aksi
demonstrasi di depan gedung DPRD DKI Jakarta, dan tokoh masyarakat
melakukan dialog, audiensi di dalam gedung DPRD DKI Jakarta. Hal itu
mereka lakukan juga di gedung Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Jakarta. Pada Januari 2016. “reklamasi, kehancuran bagi masyarakat
nelayan” ungkap Saefudin ditengah-tengah kerumunan orang di PTUN.
Riza Damanik, sebagai ketua Koalisi Nelayan Tradisional Indonesia
(KNTI) menyampaikan maksud dari kedatangannya ke PTUN. “kami
hari ini, atas nama Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta. Yang terdiri dari
sejumlah organisasi, dan juga masyarakat nelayan yang ada di teluk
Jakarta. Untuk mengembalikan dan memulihkan hak-hak masyarakat
nelayan kita, khususnya di teluk Jakarta.”. kedua, menurutnya,
kedatangan mereka ke PTUN adalah untuk memulihkan lingkungan dan
kehidupan yang terdapat di teluk Jakarta. Riza meyakini, bahw hanya
dengan lingkungan yang baik, bersih, di perairan teluk Jakarta, mereka
bisa mendapati Jakarta yang lebih sehat. Jakarta yang sehat, berarti
Jakarta yang perairannya tidak tercemar, sekecil apapun kehidupan di
Jakarta harus di hargai sebagai manusia yang memiliki hak untuk hidup
dan betempat tinggal.
72
Gambar 15. Riza Damanik, ketua koalisi nelayan tradisional Indonesia (KNTI) di gedung
PTUN17
i. Adegan kesembilan
Haji Ismail selaku tokoh masyarakat menjelaskan pemahamannya
secara historis mengenai kampung Nelayan Muara . Menurutnya,
kampung nelayan diresmikan oleh gubernur Ali Sadikin pada tahun
1977. Setelah rumah-rumah dibangun di perkampungan ini, pada tahun
1980-an, yaitu sekitar 1984-1985, Soeharto menjelaskan karena
perumahan disini sudah mulai penuh, maka Presiden Soeharto
memerintahkan unutng membangun lagi rumah di area ini dan saat itulah
Presiden Soeharto berbicara bahwa rumah dan tanah di Muara Angke
diperuntukan untuk nelayan.”dan bisa dimiliki tujuh turunan” jelas Haji
Ismail. Ismail merasa bahwa sudah sejak dulu mereka memiliki legalitas.
khususnya legitimasi dari Gubernur Ali Sadikin dan Presiden Soeharto.
Disamping sebagai tempat tinggal masyarakat nelayan, sekaligus sebagai
sumber mata pencaharian masyarakat nelayan. tetapi, kamping nelayan,
sebagaimana apa yang telah diutarakan oleh Haji Ismail, kampung
nelayan memiliki sisi historis dan sejarah sejak lama. Keberadaanya
17
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 23.48
73
kerapkali mewarnai era orde baru dan decade kepemimpinan Ali Sadikin
dan Presiden Soeharto.
Gambar 16. Haji Ismail. Tokoh masyarakat kampung nelayan Muara Angke18
Adegan kesepuluh
Pada bulan Februari 2016. Masyarakat yang terdiri dari ibu-ibu dan
bapak-bapak masyarakat kampung nelayan kembali mendatangi PTUN
Jakarta TImut. Seorang Ibu salah satu dari mereka, memprotes dan
menyampaikan dengan nada yang marah. Hal itu dilakukannya karena
Ibu tersebut menokal keras jika harus direlokasi atau dipindahkan tempat
tinggalnya. Sudah sejak lama ibu itu tinggal dan menetap di Muara
Angke. Menurntya berat rasanya jika harus meninggalkan begitu saja
Muara Angke. “saya tidak mau pindah pokoknya”. Ujar Ibu itu dengan
nada marah, Ibu itu mengatakan “dari Muara Angke masih hutan saya
sudah disitu pak. Makanya saya tidak mau dipindahin.”. dia menjelaskan
ketika dulu Muara Angke penuh dengan hutan tidak ada sama sekali yang
mengusik dan mempermasalahkan. Tetapi disaat Muara Angke telah
banyak dipenuhi dengan bangunan dan gedung-gedung mewah justru
rakyat kecil yang menjadi korban dan direlokasi. “mentang-mentang kita
18
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 24.12
74
rakyat kecil. Mau ditindes begitu aja. Nggak, segampang itu pak”
pungkasnya.
Reklamasi membuat banyak orang khususnya masyarakat nelayan
geram dan marah. Cara apapun mereka berani lakukan hanya untuk
menghentikan kebijakan yang dinilainya tidak pro rakyat dan banyak
merugikan orang lain terutama kampungnya. mereka menyadari bahwa
mereka juga manusia. oleh karena alasan kemanusiaan mereka juga
memiliki hak yang sama dengan orang lain pada umumnya. Syaifudin
Baso, selaku tokoh masyarakat justru mempertanyakan kalau seperti ini
kondisinya. Dengan adanya penggusuran dan relokasi, maka dimanakah
masyarakat kecil harus tinggal sebenarnya. Bagi Syarifudin, nelayan
sudah nyaman berada di tempat ini yang kemudian dinamakan dengan
Kampung Nelayan. tentu bukan tanpa alasan. Tempat yang dekat dengan
laut. Tempat bertransaski antara penjual dan pembeli dari hasil
tangkapannya. Syaifudin merasa, bahwa nelayan sangatlah dibutuhkan
hasil tangkapannya untuk kepentingan masyarakat luas. Dia mengatakan
“mulai dari masyarakat biasa, sampai masyarakat tingkat tinggi butuh
ikan. Presiden aja makan ikan. Gubernur juga makan ikan. Orang kecil
juga makan ikan”. Berdasarkan penuturnanya ikan-ikan yang ada disini
kemudian disebarkan ke seluruh Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok
Tangerang dan Bekasi).
75
Gambar 17. Syarifudin Baso. Tokoh masyarakat kampung nelayan19
Perlawanan penolakan terhadap reklamasi masih tetap dilakukan
oleh masyarakat kampung nelayan. di bulan Februari 2016 masyarkat
melakukan aksi demonstrasi di depan gedung PTUN Jakarta TImur.
“karena itulah, keluarga besar muara angke telah menentukan sikap
penolakan terhadap reklamasi teluk Jakarta” suara orator saat
demonstrasi. Adanya proyek reklamasi membuat masyarakat terpecah
belah. Disamping banyak orang yang menolak reklamasi, ternyata ada
sebagian orang yang justru malah menerima atau pro terhadap reklamasi.
hal itu dikarenakan sebagian masyarakat yang mendukung telah
menerima sejumlah sogokan dari pihak pengembang. Sebagaimana
penuturan Haji Mukri selaku tokoh masyarakat yang mengungkapkan
bahwa sebagian masyrakat diberangktkan Umrah ke tanah suci melalui
dirinya. “jadi, pada 23 Januari, ada orang yang mengirim empat orang
masyrakat untuk diberangkatkan Umrah”. Ungkapnya. hal itu tidak
dilakukan hanya untuk sekali waktu tetapi menurut Haji Mukri
pemberangkatan umarh ke tanah suci tersebut dilakukan setiap tahunnya
dan di biayai oleh pengembang. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa
19
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 24.59
76
kemudian mereka harus mendukung reklamasi karena alasan “kita
mendukung karena kita memanfaatkan dana kompensasinya itu” ujar
Haji Mukri.
Gambar 18. Haji Mukri. Tokoh masyarakat kampung nelayan20
j. Adegan kesebelas
Saefudin mendatangi beberapa warganya yang menurutnya telah
disbaotase dan dimanfaatkan katidaktauannya untuk dilibatkan dalam
kegiatan yang mendukung terhadap reklamasi. “Jangan mau bu, kalau
Cuma gara-gara dihargain searatus ribu tempat ini bisa digusur”
uangkapnya. Sudah mulai banyak oknum yang ingin mempropaganda
masyarakat dengan iming-iming uang untuk meminda dukungannya
terhadap reklamasi. saefudin memperkenalkan orang yang menurntnya
menjadi korban yang diajak untuk mengikuti suatu acara yang secara
subtantif acara tersebut ternyata adalah acara untuk mendukung terhadap
proyek reklamasi. Karmina mengakui mengikuti kegiatan itu karena
ketidaktahuan. Dia mengira acara tersebut adalah rangkaian acara yang
diadakan kantor RW. Tetapi nyatanya tidak demikian. Karmina malah
diarahkan untuk mendukung reklamasi. dan sebagai apresiasi
20
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 28.34
77
karminapun diberikan uang. Secara tekhnis, Karmina mengaku diajak
pada malam hari untuk mengikuti kegiatan esok hari. Bahkan keesokan
harinya, Karmina sempat ditugaskan untuk membentangkan banner yang
bertuliskan “saya nelayan tradisional Muara Angke, mendukung
reklamasi”.
Dari kejadian demikian, jelas nampaknya ada oknum yang juga
bermain untuk memecah belah suara untuk berseberangan dengan
perjuangan orang-orang yang menolak reklamasi. namun yang dilakukan
terkesan licik dan picik sebab mempengaruhi orang dengan uang dan
kekuatan modal. Menurut randy hal demikian menjadi sesuatu hal yang
munafik. Kalau dilihat dari garis perjuangan. Tetapi disisi lain, uang
punya kekuatan besar untuk dapat mempengaruhi seseorang. Dan itulah
kekuatan yang dimiliki pengembang. Sebagaimana kesaksian seorang
koordinator masyarakat untuk demonstrasi pro reklamasi. dia
menjelaskan uang yang diberikan untuk peserta adalah seratus ribu
rupiah. Sementara untuk kordinator lapangan tiga ratus ribu rupiah. tugas
korlap berfungsi sebagai pencatat untuk masyarakat yang ingin
bergabung dan umumnya untuk mendata masyarakat. Saat diwawancara,
kordinator mengatakan, sudah banyak sekali pemberian-pemberian dari
pengembang. Menurutnya ini adalah salah satu metode cara mereka
untuk mendekati pengembang. Dan dengan metode seperti ini, dinilainya
menjadi suatu keberhasilan bagi mereka untuk dapat mendekati
pengembang. Sehingga pengembang dapat memberikan mereka sejumlah
uang dan hal lainnya. Seperti dicontohkannya ketika nelayan memiliki
78
sebuah agenda atau acara, semisal acara pesta laut nelayan. maka saat itu
pengembang memberikan dua ratus juta rupiah. Hal yang sama pun
diberikan ketika mereka memberikan proposal untuk merenovasi
mushoollah, maka menurutnya pengembang meresponnya dengan baik
dan memberikan uang sebesar seratus empat puluh tujuh juta rupiah.
Pengembang juga memberikan uang untuk kegiatan keagamaan seperti
maulid nabi sebesar lima belas juta rupiah. Ada sebuah unkapan “no free
lunch” (tidak ada makan siang gratis). Tentu saja apa yang diberikan
pengembang memiliki maksud dan tujuan. Dengannya pengembang akan
meminta feedback dari apa yang telah diberikan untuk masyarakat.
Terlebih hal tersebut berkenaan dengan adanya penolakan dari banyak
masyarakat kampung nelayan terhadap reklamasi yang dilakukan oleh
pengembang. Dalam islam sendiri sangat jelas bahwa hal ini termasuk
dari Risywah atau suap. Yang dimaksud dengan suap adalah pemberian
sesuatu dengan tujuan membatalkan suatu yang haq atau untuk
membenarkan sesuatu yang bathil. Rasulullah SAW bersabda : “Arrasyi
wal murtasyi finnar” orang yang menyuap dan disupa berada dalam
neraka. Oleh karena itu suap adalah sesuatu hal yang dilarang dalam
ajaran agama islam.
79
Gambar 19. Kordinator masyarakat untuk demonstrasi pro reklamasi21
k. Adegan keduabelas
Reklamasi tetap berjalan. Sebagai nelayan Suhali juga tetap
melakukan rutinitasnya menjaring ikan di laut pesisir utara Jakarta. Ada
dua kesibukan dalam satu lokasi. Suhali sebagai nelayan yang menjaring
ikan dan ada proyek reklamasi yang sedang berjalan. Dalam mencari
ikan, Suhali tidak sendiri, dia bersama dua temannya dalam satu perahu
nelayan. temannya mengutarakan penolakannya kalau ada wacana
relokasi. Selain itu hal yang sama di ungkapkan oleh teman lainnya
terkait penghasilan yang didapatkan sebelum dan sesudah reklamasi.
“sebelum reklamasi kan lumayan. Dalam sehari masih mendapatkan
sehari 30 sampai 40 kilo.” Ungkapnya. Namun setelah dilakukannya
reklamasi hanya mendapat sekitar 2 sampai 10 kilo. Sementara harga satu
kilogram ikan adalah sekitar lima ribu rupiah. Dalam kondisi apapun
nelayan tetap berlaut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan
menurut Suhali, hal yang aneh adalah bagaimana mungkin dimusim yang
seharusnya banyak ikan dipesisir utara Jakarta saat ini justru jarang dan
sedikit sekali ikan yang ia dapatkan. Suhali menyebutnya musim angin
21 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 32.50
80
barat. Beberapa hasil tangkapannya sehari semalam diperlihatkan. Hanya
ada beberapa ikan yang menyangkut di jaringnya. Menurutnya gubernur
DKI Jakarta pernah mengatakan bahwa teluk Jakarta sudah tidak ada
ikan. Tetapi hal demikian dibuktikan oleh Suhali bahwa di teluk Jakarta
masih terdapat ikan. Hanya saja jumlahnya yang sedikit karena adanya
reklamasi.
Gambar 20. Ilyas sedang membuktikan perairan teluk Jakarta masih terdapat ikan22
Pendapat lain, disampaikan oleh Haji Tarjan selaku tengkulak atau
pemborong ikan dipasar. Menurutnya pemerintah tidak boleh seenaknya.
“Kalau ingin menggusur kampung nelayan Muara Angke, maka buatlah
satu pulau untuk nelayan.” perbedaan pendapat kerap kali terjadi
ditengah kasus reklamasi yang sedang berlangsung. Tetapi secara umum,
menurut Randhy, mayoritas masyarakat kampung nelayan menolak
reklamasi.
l. Adegan ketigabelas
Penolakan terhadap reklamasi tidak hanya dilakukan oleh warga
masyarakat kampung Nelayan. banyak elemen lembaga LSM yang
22
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 39.14
81
terlibat, mahasiswa yang melakukan advokasi, dan termasuk penolakakn
datang dari Suporter Persija Jakarta. Saat pertandingan sepakbola
dimulai, mereka membentangkan banner panjang bertuliskan
“#JakartaTolakReklamasi”. Menurut Bang Bontot, selaku anggota
persija, kalau kita cinta dengan persija maka sudah pasti kita cinta
Jakarta. Dan itu sesuatu hal yang wajib. Untuk itu menurntnya
membentangkan banner bertuliskan #JakartaTolakReklamasi adalah
spontanitas teman-temannya di Stadion karena mereka menolak
reklamasi.
Gambar 21. klub sepakbola the jak mania membentangkan tulisan “Jakarta tolak reklamasi” saat
pertandingan berlangsung di stadion23
3. Alur Akhir
Alur akhir atau biasa disebut dengan epilog. Yakni kata penutup
yang mengakhiri sebuah cerita. Alur akhir umumnya berisi amanat, atau
kesimpulan dan pelajaran penting yang dapat diambil dari sebuah film.
Pada alur ini, seluruh pertanyaan satu demi satu terjawab. Di bagian ini
klimask terebesar terjadi. alur akhir berfungsi menyampaikan inti dari
cerita, hikmah atau komentar atas cerita dalam sebuah film. Selain
23
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 46.07
82
sebagai penutup alur akhir berfungsi untuk menegaskan pesan-pesan
moral, tata nilai, maupun refleksi hidup dan kehidupan yang di ceritakan.
a. Adegan pertama
Perlawanan demi perlawanan konsisten dilakukan oleh dari banyak
kalangan masyarakat. Reklamasi menjadi bahan yang hangat di bicarakan
bukan hanya di kampung nelayan. tetapi reklamasi sudah menjadi isu
nasional. Walau sebelumnya telah ada wacana proyek reklamasi Teluk
Benoa di Bali dan masyarakat menolak keras reklamasi tersebut. berbeda
dengan reklamasi di Jakarta, proyeknya telah berjalan. Dalam proses
perjalanannya ternyata menemui banyak kejanggalan-kejanggalan,
kecacatan hukum bahkan menuai pro dan kontra dari banyak kalangan.
Bukan hanya antar nelayan, melainkan antar instansi, dan sejumlah
pejabat-pejabat tinggi Negara. Reklamasi teluk Jakarta telah menjadi
sorotan. Di media, reklamasi menjadi tranding topik yang hangat
diperbincangkan. Pengamat-pengamat mengomentari dari berbagai
persfektif tentang reklamasi dan dampaknya bagi masyarakat. Ditengah-
tengah pusaran perbedaan pendapat yang begitu kontras di media massa
antar kalangan. mempermasalahkan legalitas dan perizinan reklamasi.
Hal demikian kian diperparah dengan tertangkapnya tersangka Ariesman
Widjaja selaku Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land. Ariesman
ditangkap dalam kasus dugaan suap kepada anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, Muhammad Sanusi. Menurut ketua
KPK Agus Rahardjo, hal itu terkait dengan kasusu pemberian uang
kepada sanusi terkait pembahasan Raperda tentang rencana Zonasi
83
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil Provinsi DKI Jakasrta dan
Raperda tentang rencana kawasan tata ruang kawasan strategis pantai
Jakarta.
Gambar 22. Video cuplikan berita tertangkapnya M.Sanusi diperiksa oleh KPK untuk
tersangka Ariesman Widjaja24
Perlawanan terhadap reklamasi masyarakat kampung nelayan
dilakukan juga dalam bentuk dukungan terhadap KPK atas tertangkapnya
Ariesman Widjaja. Dukungan tersebut dilakukan dengan pemberian
simbolis miniature berupa perahu nelayan. untuk mendukung KPK agar
dapat menangani kasus korupsi proyek reklamasi teluk Jakarta. Kuat
selaku anggota koalisi nelayan menyampaikan dukungannya terhadap
pihak KPK sekaligus memberikan miniatur perahu nelayan kepada KPK.
Kuat berharap KPK dapat menyelesaikan masalah kasus reklamasi dan
semoga miniatur kapal yang diberikan dapat menjadi pengingat untuk
mengawal kasus korupsi reklamasi dan Kuat berharap agar kasus
rekamasi dapat diberhentikan karena tidak menguntungkan khususnya
untuk masyarakat kecil dan hanya menguntungkan pihak swasta
pengembang.
24
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit
84
Gambar 23. Anggota koalisi nelayan bapak Kuat memeberikan
perahu nelayan secara simbolis kepada KPK25
b. Adegan kedua
pada adegan ini, tokoh utama, yaitu Saefudin dan Suhali bertemu.
Saefudin memberitahukan kepada Suhali untuk dapat menghadiri acara
puncak penolakan terhadap reklamasi sekaligus untuk merayakan
kemenangan nelayan. acaranya akan berlangsung pada hari minggu.
Mereka akan melakukan segel pulau reklamasi. “kita akan menyegel
pulau G”, jelas Saefudin. Kapal-kapal dipersiapkan. Termasuk Suhali
mempersiapkan kapal-kapal agar bisa digunakan pada acara tersebut. tak
hanya Suhali. Saefudin memberitahukan kapada banyak masyarakat
untuk bisa bersama-sama merayakan kemenangan nelayan terhadap
reklamasi. pasalnya KPK sendiri telah menjerat Ariesman Widjaja selaku
Presiden Direktur PT.Agung Podomoro Land sebagai tersangka kasus
suap proyek reklamasi terhadap Sanusi anggota DPRD DKI Jakarta.
Menurut segel pulau akan dilakukan pada pukul 09.00 pagi.
Hari minggu, April 2016 masyarakat bergegas memenuhi pesisir
pantai utara Jakarta. Banyak LSM seperti Walhi yang juga ikut
bergabung dalam acara segel pulau G. atribut-atribut seperti banner,
25 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 57.51
85
bendera, bertuliskan penolakan terhadap reklamasi telah banyak
digunakan oleh masyarakat. Polisi juga hadir guna mengamankan
berjalannya acara. Perahu-perahu nelayan telah banyak terkumpul di
samping dermaga nelayan. saefudin sebagai kordinator menertibkan dan
menginstruksikan kepada masyarakat untuk menaiki perahu-perahu yang
telah tersedia. Satu persatu nelayan perahu-perahu meninggalkan
dermaga nelayan. menurut Randy, timnya sengaja berpisah menaiki
perahu nelayan yang berbeda untuk dapat memanfaatkan momen besar
ini. Yaitu mendokumentasikan dari berbagai sudut acara tersebut.
Jangkar diturunkan. Perahu-perahu nelayan berlabuh di pulau G
reklamasi. tempat dimana akan dilakukannya prosesi segel pulau. Satu
persatu masyarakat turun dari perahu. Ada sekitar puluhan perahu
nelayan dikerahkan untuk mengangkut banyak orang yang ikut dalam
acara tersebut. atribut segera dikibarkan. Banner banyak membentang
dan orasi dilakukan. “kami rakyat Indonesia, kami warga nelayan teluk
Jakarta, kami warga kampung Muara Angke, tokoh-tokoh masyarakat
Muara Angke. Ibu-ibu di Muara Angke. Menyatakan bahwa pula ini di
segel.” Tutup Riza damanik saar berorasi sekaligus memimpin prosesi
segel pulau G reklamasi. sorak sorai masyarakat menggema.
Kebahagiaan dirasakan berbarengan dengan teriakan masyarakat nelayan
sebagai momentum kemenangannya dalam perjuangan yang tidak mudah
selama ini. Inilah klimask dari segala macam perlawanan yang
sebelumnya telah dilakukan secara konsisten. Nyanyian-nyanyian
perlawanan bergema. Suaranya mememnuhi setiap sudut pulau
86
reklamasi. “Tolak, tolak, tolak reklamasi. tolak reklamasi sekarang
juga”. Sorak masyarakat saat setelah menyegel pulau G. tak lupa mereka
menyanyikan lagu kemerdekaan Indonesia Raya sambil mengangkat dan
mengepalkan tangan kiri. ini sekaligus menandakan bahwa mereka
adalah bagian dari Indonesia, dan apa yang mereka lakukan adalah
pertanda bahwa mereka cinta terhadap Indonesia.
Gambar 24. Riza damanik memimpin prosesi segel pulau G reklamasi bersama masyarakat
nelayan26
Penutup
Puncak perlawanan telah usai dilakukan dengan baik oleh
masyarakat. pulau G telah di segel. Satu persatu kasus mulai terungkap.
KPK telah dapat menyeret beberapa orang karena kasus reklamasi.
kemenangan masyarakat nelayan telah didapatkan dengan kerja keras dan
konsistensi mereka dalam mengawal kasus ini. Dari awal nelayan kesal
dengan reklamasi. bahkan mereka melakukan langkah-langkah hukum
untuk memberhentikan proyek reklamasi karena dinilai merugikan
masyarakat nelayan dan eksistensi tempat tinggal mereka saat ini. Namun
26
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 50.40
87
sepanjang film objek dari pada pejabat tinggi dan pihak pemngembang
tidak Nampak. Randy beranggapan bahwa mereka merasa perlu
memasukkan beberapa dokumen dari hasil dokumentasi terhadap pejabat
tinggi dan pihak pengembang adalah agar masyarakat atau penonton
dapat menilai dan mempertimbangkan sendiri statement, pendapat, dan
alasan mereka melakukan dan tegas ingin melanjutkan reklamasi.
Diakhir-akhir, dimunculkan dokumentasi konferensi pers wartawan
terhadap menteri ESDM, Rizal Ramli dan Gubernur DKI Jakarta, Basuki
Tjahaja Purnama. Dalam forum, Rizal Ramli menjelaskan kepada
wartawan. Bahwa dirinya sebagai Menter ESDM waktu itu, meminta
untuk sementara menghentikan moratorium proyek reklamasi teluk
Jakarta. Sambil menunggu kelengkapan persyaratan dan undang-undang
dipenuhi. Ketidaksetujuan datang dari gubernur DKI Jakarta Basuki
Tjahja Purnama (Ahok) yang menjelaskan kepada wartawan, “tunda,
tunda aja. itu pulau juga belum dibeli kok. Itu pulau kan belum bisa
diperjualbelikan karena belum ada NJOP nya.” Jelas Ahok. Menurutnya
pengembang itu membayar panjer (uang dp) terlebih dahulu. dan proyek
reklamasi tidak akan pernah dihentikan. Menurut Dandy, timnya
memasukkan Ahok di akhir film adalah untuk mengkonfirmasi bahwa
betapapun peliknya masalah yang mengancam masyarakat nelayan, Ahok
tetap bersikeras untuk memastikan melanjutkan proyek reklamasi. dan
hal itu disampaikannya setelah melakukan klarifikasi bersama menteri
ESDM Rizal Ramli yang justru dalam keterangannya berseberangan
88
dengan apa yang telah dikatakan Ahok kepada wartawan selaku gubernur
DKI Jakarta.
Gambar 25. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama27
Dari peristiwa tersebut terbukti bahwa proyek reklamasi telah
memicu pro dan kontra bukan hanya datang dari masyarakat namun juga
melibatkan pemimpin dan antar lembaga Negara. Seperti yang terjadi
antara menteri ESDM Rizal Ramli dan gubernur DKI Jakarta Basuki
Tjahja Purnama. Selain itu pengembang, yang dalam hal ini adalah
sebagai pihak penyelenggara sekaligus salah satu objek kemarahan,
masyarakat kampung nelayan teluk Jakarta. Di akhir film, cuplikan video
dari perwakilan pihak pengembang dimunculkan. Menurut Dandy hal itu
sebenarnya tidak lebih sebagai bumbu atau penyedap dari film ini. alasan
lain juga disampaikan oleh Dandy, menurutnya karena dari awal sampai
akhir alur film itu telah banyak menyudutkan pihak pengembang untuk
kemudian melakukan perlawanan untuk mengehntikan proyek reklamasi,
maka dari itu, menurutnya Dandhy bersama tim ingin memberi sedikit
cuplikannya agar masyarakat dapat menilai sendiri dengan menampilkan
beberapa pihak yang bersangkutan. Dan terbukti apa yang dikatakan oleh
pengembang dalam cuplikan tersebut tidak lain adalah sesuatu hal yang
27
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 54.43
89
normatif. “Walaupun itu sudah kita duga dari awal jawabannya akan
seperti apa. Padahal waktu itu saya berencana untuk mewawancarai
namun karena alasan sibuk dan sebagainya pengembang menolak untuk
diwawancarai.” Jelas Dandy. Kebetulan penyampaian tersebut adalah
setelah ditangkapnya Harisman wijaya sebagai anggota DPRD oleh pihak
KPK karena dugaan kasus suap. Tetapi yang jelas menurut Dandy,
dimuat atau tidaknya cuplikan video pengembang tersebut didalam film
ini tentu tidak mengurangi kualitas film dalam film Rayuan Pulau Palsu.
Pramono, selaku PR (Public relation) PT. Muara Wisesa Samudera
menjelaskan saat konferensi pers berlangsung, bahwa pihak pengembang
tentu mematuhi setiap regulasi, aturan yang diterapkan oleh pemerintah.
“perlu kami sampaikan, bahwa kami adalah pengembang yang mematuhi
setiap ketentuan dari pemerintah” tegas Pramono.
Beberapa pihak telah ditampilkan dalam film ini. statement-
statement antara pro dan kontra telah juga mewarnai setiap adegan dan
cuplikan dalam film ini. 26 April 2016 pemerintah Indonesia
memutuskan untuk melanjutkan 17 pulau reklamasi di teluk Jakarta. Dan
17 pulau yang dibuat oleh pengembang adalah bagian dari proyek
pemerintah National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)
atau Proyek Garuda yang akan dibangun setelahnya.
90
Gambar 26. Video cuplikan masterplan reklamasi teluk Jakarta28
B. Oposisi Biner atau Sifat-sifat Berlawanan
Dalam Film dokumenter Rayuan Pulau Palsu, masyarakat nelayan
berada pada posisi strata terendah jika dibandingkan Pengembang
(coorporate) dan pemerindah (goverment). Perannya yang sentral dalam
perekonomian dan pengusaha mikro untuk memenuhi konsumsi biota
laut masyarakat indonesia sering dianggap tidak penting dan minim
apresiasi dari banyak kalangan, terutama Pemerintah dan pengembang
(pengusaha makro). Dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu,
terdapat oposisi biner narasi tentang sebuah perlawanan, ketidakadilan,
ketidakberdayaan, dan simbol dari sifat-sifat normatif nelayan yang taat
hukum dan sifat-sifat yang tidak normatif yaitu tidak taat kepada hukum
dilakukan oleh Pemerintah dan pengembang reklamasi teluk jakarta.
Adapun oposisi biner (sifat-sifat berlawanan) yang ditemukan peneliti
dalam film tersebut adalah sebagai berikut :
28
Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 58.11
91
1. Kaya – Miskin
Oposisi biner ini menggambarkan perbedaan yang sangat mencolok
antara kaya-dan miskin. Perkampungan Masyarakat nelayan selalu
dipersepsikan sebagai kalangan miskin atau menengah kebawah. Padahal
tidak jauh dari kampung nelayan berdiri tegak gedung-gedung apartemen
dengan kokohnya. Sejatinya keduanya sama-sama bertempat tinggal di
perkotaan. jaraknya tidak terpaut jauh atau bahkan cenderung
bersebelahan. tetapi keduanya menampakkan wajah yang sangat berbeda
pola kehidupan yang berbeda, kultur yang berbeda, profesi masyarakat
yang berbeda, dan tentu saja penghasilan yang sangat jauh berbeda.
Bangunan-bangunan dibangun oleh pengembang, termasuk project
reklamasi yang menjadi bagian dari masterplan Pluit city sedang dalam
proses pembangunan.
Dalam film tersebut, pengembang digambarkan sebagai pihak
yang kaya. Secara materi hal tersebut dapat digambarkan dengan
lingkungan tempat tinggal pengembang yang maju pesat, bangunan
gedung-gedung pencakar langit, apartemen dan hotel yang semakin
menjamur dibangun oleh pengembang. Dalam film terdapat adegan
cuplikan video yang diambil langsung dari laman Youtube dengan judul
“Pluit City Jingle (in mandarin version)”. Video tersebut adalah sebuah
iklan yang dibuat pengembang sebagai media untuk mempromosikan
project masterplan reklamasi teluk jakarta. dengan project besar seperti
itu, tentu saja memerlukan modal yang besar dan dapat menghasilkan
income yang besar juga bagi pengembang.
92
Tidak berbeda dengan pemerintah. Project reklamasi menjadi
langkah politis sekaligus pragmatis pemerintah dalam mengambil sikap
terkait project reklamasi tersebut. Pro dan kontra dikalangan elit
pemerintah pada akhirnya tidak dapat terhindarkan. Tarik menarik
kepentingan adalah hal yang lumrah terjadi untuk menentukan dan
membuat kebijakan dikalangan pemerintah. Tetapi peneliti menilai
pemerintah dalam hal ini tetap menjadi kelompok yang termasuk kaya.
Terlebih kedekatan mereka dengan pengembang (cooporate) dan
cenderung melindungi sehingga project reklamasi dapat berjalan secara
mulus. Seperti yang tergambar pada alur akhir dalam adegan pertama,
sutradara memunculkan berita kasus masalah reklamasi yang dilakukan
oleh Ariesman widjaja selaku Presiden Direktur PT. Agung Podomoro
Land kepada salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) DKI Jakarta, Muhammad Sanusi. Kasus tersebut
menggambarkan bahwa negara dalam hal ini pemerintah telah menjadi
centeng bagi koorporasi besar dan malah mengorbankan rakyat.29
Proses
ekonomi makro yang dijalankan oleh pengembang diatur dengan hukum,
undang-undang, sedemikian rupa, sehinngga dalam budaya
neoliberalisme seperti ini hukum secara ekstrem kehilangan kontrol atas
kaum kapital.
Sementara masyarakat nelayan adalah antithesis dari pemerintah
dan pengembang. Secara ekonomi Nelayan tidak masuk dalam golongan
kaya. Nelayan termasuk dalam golongan miskin dan menengah kebawah.
29
J.B Banawiratma,. Jurnal Gema Teologika, Vol 1, no 1, April 2016. Hlm.61
93
walaupun nelayan adalah pelaku yang termasuk dalam ekonomi mikro
tetap saja akan kalah dengan pengembang proyek reklamasi yang
memiliki capital lebih besar.
Dalam alur kedua pada adegan pertama, jelas bahwa pak ilyas
memberikan kesaksian sebagai nelayan yang hanya mendapatkan
penghasilan sekitar dua ratus ribu rupiah per hari dalam hitungan kotor.
Dan setelah adanya reklamasi Ilyas justru hanya bisa mendapatkan
penghasilan sekitar lima puluh ribu dalam satu hari. Seperti yang
diutarakan Ilyas dalam film tersebut :
“Before reclamation, we soaked the equipment over night. I had a
minimum of 20 kilos. Berfore the reclamation. Now let alone feeding my wife
and kids. Financing the boat. I feel like screaming. For example, one day at the
sea, then one week off work. They think, instead of wasting money, like for
buying baits, it’s like wasting it is better for food.”
Ilyas menjadi salah satu contoh masyarakat nelayan berpenghasilan
rendah. Secara periodik, Ilyas telah lama tinggal, menetap, dan
menjalankan profesinya sebagai nelayan di kampung nelayan Muara
angke. Adapun pendapatan yang rendah, ditambah dengan masalah
reklamasi, semakin mempersulit gerak ilyas untuk mencari ikan di laut
karena dampak ekologi, kondisi laut yang diperparah oleh adanya proyek
tersebut. Hal ini membuat Ilyas menjadi semakin tidak berdaya.
Sementara secara teoritis, kemiskinan atau dapat dibahasakan
sebagai orang yang kurang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
terjadi karena beberapa faktor, yaitu; (a). Faktor alam, dimana orang
tidak mampu dikarenakan alam tempat seseorang bermukim. Alam tidak
lagi menyediakan bahan yang dapat diolah menjadi makanan. Laut dan
sungai tidak lagi menyediakan ikan untuk dimakan, tanah tidak lagi
menyediakan lahan subur. Untuk dijadikan sawah atau ladang. Tentu saja
Ilyas memiliki lingkungan laut yang dapat diolah, tinggal di pusat kota
94
metropolitan Jakarta. sehingga dapat dikatakan bahwa faktor alam
bukanlah penyebab dari kekurang mampuan ilyas dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. (b). Faktor non alam, dimana ini berkaitan dengan
kemampuan seseorang membeli bahan makanan. Dibutuhkan uang
sebagai alat transaksi untuk membeli kebutuhan kehidupannya sehari-
hari.30
Ilyas termasuk masyarakat nelayan yang berpenghasilan rendah.
Menurut Emil Salim, kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai kurangnya
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Bentuk
kemiskinan tersebut disebut kemiskinan mutlak. Tetapi selain itu, orang
dapat miskin karena tidak memiliki akses pada sumber-sumber
pendapatan. Kemiskinan ini disebut dengan kemiskinan relatif.31
Ilyas
dapat dikatakan kemiskinan relatif, karena Ilyas adalah korban
kesenjangan, ketiadaan akses perekonomian, ketidakmerataan
kesempatan dan peluang yang dihadapi dalam kehidupannya.
2. Untung – Rugi
Nelayan dimiskinkan oleh keadaan, reklamasi membawa dampak
yang negatif untuk masyarakat nelayan. Kesulitan mendapatkan ikan,
jarak yang semakin jauh menjadi pertimbangan biaya bahan bakar perahu
yang lebih banyak. Dalam posisi seperti ini nelayan adalah pihak yang
dirugikan dengan adanya proyek reklamasi. Dampak ekologi, laut
semakin tercemar, justru malah berdampak domino pada berkurangnya
30 Dheyna Hasiholan, dkk. Politik dan Kemiskinan, (Depok : Koekoesan, 2007). Hlm 3.
31
Emil Salim, Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan dikutip oleh
Dheyna Hasiholan dkk. Politik dan Kemiskinan, (Depok : Koekoesan, 2007). Hlm 7.
95
pendapatan dan profesinya sebagai nelayan terancam. Hal tersebut
diperparah dengan adanya wacana relokasi masyarakat nelayan dari
kampung nelayan. Dalam adegan keempat, saat berlangsung demonstrasi
dan dialog masyarakat nelayan dengan pejabat daerah di gedung DPRD
DKI Jakarta, seorang ibu nelayan mengutarakan “Saya dilahirkan di
Ancol. Di Hailai itu tempat lahir saya. Saya dipindahkan dari Ancol ke
Muara Karang. Kemudian dipindahkan lagi di Muara Angke. Nah
setelah di Muara Angke terakhir kita mau dipindahkan lagi. Kita bukan
binatang loh pak. Kita ini manusia.” Nada yang sama disampaikan oleh
tokoh masyarat nelayan lainnya, “Kita tinggak di Muara Angke tidak
gratis pak. Dari tahun 1977 kita membayar angsuran. Kita beli dan kita
sudah lunasi rumah itu. Kok, kenapa tiba-tiba gubernur kita Ahok
(Basuki Tjahja Purnama) ada wacana mau menggusur kita? Kita beli loh
pak. Kita bukan orang liar dan kita dipaksa oleh pemerintahan dulu,
untuk menempati kawasan Muara Angke, yang dulunya hutan pak.”
Tegas salah satu tokoh masyarakat dalam forum audiensi dengan pejabat
daerah di DPRD DKI Jakarta.
Sebagaimana pandangan Jared Diamond, yang menyebutkan lima
bahaya kunci yang mengancam eksistensi masyarakat. Yaitu : (a).
lingkungan hidup yang tercemar dan kerusakan ekosistem, (b).
Kehilangan partner berdagang, (c). Tetangga yang tidak bersahabat, (d).
Perubahan iklim yang memburuk, (e). Bagaimana masyarakat memilih
96
untuk merespon masalah-masalah lingkungan hidup.32
Pada adegan
kelima, di Alur tengah, Ilyas mencoba menjaring ikan sejauh dua
kilometer dari daratan. Dalam sehari Ilyas hanya mendapatkan tangkapan
sebanyak dua ikan lele. Hal itu berbeda dengan biasanya sebelum adanya
proyek reklamasi. Memancing dengan jaring yang kurang dari dua
kilometer pun menurutnya Ilyas telah bisa mendapatkan banyak
tangkapan Ikan.
Berbeda dengan Pengembang. Mereka menjadi pihak yang
diuntungkan dalam menjalankan proyek reklamasi. Dalam
ketidakberdayaan masyarakat nelayan, perizinan reklamasi yang belum
jelas menurut Randy Hernando selaku executive produser film ini. seperti
terlihat pada adegan pertama di alur kedua, ditengah sulitnya aktivitas
Ilyas sebagai nelayan yang sedang mencari ikan di pesisir utara Jakarta.
reklamasi masih tetap bisa beraktivitas dengan bebas, mulus, dan terlihat
beberapa mesin aktif dan pekerja tetap berjalan. Hal ini tentu saja banyak
menguntungkan pengembang. Idealnya sebuah perusahaan akan berjalan
dan beraktivitas setelah masalah perizinan telah selesai dilakukan.
Posisi pemerintah sama dengan posisi pengembang. Mereka
menjadi pihak yang juga diuntungkan. Reklamasi dibangun
menggunakan biaya swasta dalam hal ini pengembang. Sementara
pengembang mesti membayar pajak kepada negara untuk setiap tahunnya
setelah reklamasi menjadi sebuah hunian. Dan secara politik proyek
32
Jored Diamond, Collapse : How Societies Choose to Fail or to Succed, dikutip oleh
J.B. Banawiratma Jurnal Gema Teologika, Vol 1, no 1, April 2016. Hlm.61
97
reklamasi akan dianggap publik sebagai keberhasilan pemerintah dalam
bidang pembangunan infrastruktur. Padahal awalnya, isu lingkungan
merupakan isu yang laku di jual dalam kampanye pemilihan umum
(pemilu) lima tahunan. Dan melihat realitas reklamasi dalam film
tersebut. Isu lingkungan tidak lebih sebagai komoditas politik.33
Di akhir
film, setelah adegan terakhir, sutradara membuat video konsep
masterplan atau rancangan dari pembangunan reklamasi. Dalam video
tersebut dijelaskan bahwa setelah selesai dibuat 17 pulau reklamasi teluk
jakarta oleh pengembang, sebagaimana yang dijelaskan oleh Randhy,
bahwa pemerintah akan membuat proyek baru yang dikenal dengan nama
National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau disebut
juga dengan proyek Garuda.
3. Bohong – Jujur
Pada adegan pertama, ditampilkan cuplikan dokumen video berupa
pidato kemenangan Presiden Joko Widodo dan wakilnya Jusuf kalla.
Pidato tersebut berisi tentang keinginan Jokowi untuk mengembalikan
masyarakat pada profesinya masing-masing. “mulai sekarang, petani
pergi kesawah, nelayan kembali melaut, anak-anak kita kembali
kesekolah, pedagang kembali kepasar, buruh dan pekerja kembali
kepabrik, dan karyawan kembali ke kantor” ujar Presiden Jokowi dalam
pidatonya di atas perahu nelayan bertempat di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Pidato tersebut tidak mencerminkan yang sebenarnya. Masyarakat
33
Dheyna Hasiholan, dkk. Politik dan Lingkungan, (Depok : Koekoesan, 2007). Hlm 59.
98
nelayan sudah tidak merasa memiliki laut, karena laut sudah mati dan
rusak karena pencemaran. Kemudian, seperti yang dimuat oleh media
Suarajakarta.com, bahwa Gubernur DKI Jakarta Basuku Tjahja Purnama
(Ahok) pernah mengatakan “sejak kapan teluk Jakarta ada ikan? Ikan
dari Jakarta itu banyak dari Karimata, dari Belitung, dari natuna kok.
Mana ada ikan di teluk Jakarta. lu mau bohongin gue? Gue ini anak
pulau” ujar Ahok. Ucapan tersebut terlontar saat Ahok diprotes oleh
nelayan yang hadir ke Balai Kota sambil membawa ikan yang masih di
jala untuk menandakan teluk Jakarta masih memiliki ikan. Pada adegan
keduabelas, di alur tengah, Suhali sebagai nelayan, menanggapi
statement Ahok di media sambil membuktikan secara langsung dengan
mencari ikan di perairan utara Jakarta pada malam hari. Hal yang terjadi
adalah bahwa Suhali mendapatkan beberapa ikan. Hal ini menepis
dugaan Gubernur, yang awalnya mengatakan tidak ada ikan diteluk
Jakarta.
Oposisi biner yang ditemukan adalah, bahwa ungkapan pemerintah
dalam hal ini Pidato presiden Joko Widodo dan statement Basuki Tjahja
Purnama, tidak sesuai kenyataan atau bohong. Sementara nelayan bicara
dengan membuktikannya secara langsung atau jujur. Adapun
pengembang juga adalah pihak yang juga bohong. Hal itu karena
pengembang mencurangi peraturan. Sebagaimana pada adegan pertama
di alur terakhir. Terlihat jelas cuplikan video berita ditangkapnya oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ariesman Widjaja selaku
Presiden Direktur PT. Agung Podomoro Land sebagai terasangka kasus
99
suap reklamasi terhadap salah satu anggota DPRD DKI Jakarta,
Muhammad Sanusi. Pada akhirnya Majelis Hakim Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) Jakarta mengabulkan gugatan nelayan teluk
Jakarta dan koalisi selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ) mengenai
pembatalan izin pelaksanaan reklamasi pulau F, I, dan K.
4. Inkonstitusi – Konstitusi
Pada akhir film, ada cuplikan video wawancara Ahok bersama
wartawan setelah melakukan konferensi pers dengan meteri ESDM (
Kementerian Sumber Daya dan Mineral) Republik Indonesia. Pada
dasarnya Ahok tidak sepakat dengan usulan Menteri ESDM, Rizal Ramli
yang ingin melakukan moratorium atau pemberhentian sementara proyek
reklamasi teluk Jakarta. hal tersebut dapat dilanjutkan kembali setelah
kelengkapan persyaratan dan undang-undang terpenuhi. Namun Ahok
tidak sepakat. “Tunda, tunda aja. Itu pulau juga belum dibeli kok. Itu
pulau kan belum bisa diperjualbelikan karena belum ada NJOP-nya”
Jelas Ahok kepada wartawan. Menurut Ahok, pengembang itu membayar
panjer (Uang DP) terlebih dahulu. Dan proyek reklamasi tidak akan
pernah dihentikan. Hal ini menunjukkan bahwa betapapun rumit dan
kompleknya permasalahan terkait reklamasi karena memiliki beberapa
kelemahan hukum. Sikap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjhaja Purnama
(Ahok) tetap bersikeras untuk melanjutkan proyek reklamasi. Apa yang
dilakukan oleh Ahok adalah sikap yang inkonstitusi atau lebih tepatnya
melanggar aturan main yang telah ditetapkan secara hukum. Hal tersebut
dapat dibuktikan dalam tiga surat keputusan Gubernur DKI Jakarta,
100
yaitu: (1). Surat keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 2268
tahun 2015 tentang pemberian izin pelaksanaan reklamasi pulau F kepada
PT Jakarta Propertindo tertanggal 22 oktober 2015, (2). Nomor 2269
tahun 2015 tentang pemberian izin pelaksanaan reklamasi pulai I kepada
PT Jaladri Kartika Pakci tertanggal 22 oktober 2015, (3). Nomor 2485
tahun 2015 tentang pemberian izin pelaksanaan reklamasi pulau K
kepada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk tertanggal 17 november
2015.34
Begitupun dengan pengembang. Mereka juga melakukan hal yang
inkonstitusi. Melanggar aturan. Karena tidak berusaha mencari kejelasan
hukum dan tetap berlindung pada ketetapan surat keputusan Gubernur
DKI Jakarta. sehingga pengembang melanggar dengan tetap mengerjakan
reklamasi ditengah ketidakjelasan hukum. Hal lain terlihat jelas dalam
adegan kesepuluh dan kesebelas, Haji Mukri, seorang tokoh masyarakat
menjelaskan, bahwa ada sebagian masyarakat yang pro terhadap
reklamasi kemudian diberangkatkan umroh setiap tahunnya oleh
pengembang. “jadi, pada 23 januari ada orang yang mengirim empat
orang masyarakat untuk diberangkatkan umroh”. Jelasnya. Menurutnya
hal itu tidak hanya sekali dilakukan tetapi berkali-kali setiap tahunnya
dan dibiayai oleh pengembang.
Pada adegan kesebelas, seseorang memberikan kesaksian tentang
pengembang dengan sensor wajah dalam film. Menurut randy, dia adalah
34 http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/03/20/on2d4o408-
inkonstitusionalitas-proyek-reklamasi-teluk-jakarta di akses pada 24 september 2017, pada pukul
20:43 wib
101
seorang koordinator masyarakat untuk demonstrasi pro reklamasi.
Menurut kordinator tersebut, uang yang diberikan peserta demonstrasi
pro reklamasi sebesar seratus ribu rupiah, sementara kordinator lapangan
dapat uang tiga ratus ribu rupiah. Adapun tugas kordinator lapangan
berfungsi sebagai pencatat untuk masyarakat yang ingin bergabung dan
umumnya untuk mendata masyarakat. “sudah banyak sekali, pemberian-
pemberian dari pengembang.” Jelasnya . “ini adalah metode untuk
mendekati pengembang. Dan bagi kami ini adalah suatu keberhasilan
untuk dapat mendekati pengembang.” Jelas kordinator demonstrasi pro
reklamasi. “ketika kami sebagai nelayan, mempunyai acara, yang
pertama, acara pesta laut nelayan. Pengembang memberikan dua ratus
juta rupiah, dan ketika musholah, penopang-penopang kayunya sudah
tidak berfungsi lagi, maka proposal yang diberikan kepada pengembang,
dan pengembang juga tanggap dan memberikan uang sebesar seratus
empat puluh juta rupiah. Dan ada kegiatan-kegiatan agama yang sudah
diberikan oleh pengembang, ke masjid sebesar lima belas juta rupiah”
ungkapnya. Kesaksian tersebut adalah langkah politik pengembang untuk
memberikan citra positif dengan kehadiran proyek reklamasinya.
Sehingga masyarakat kampung nelayan terpecah menjadi dua kelompok
antara yang pro dan kontra terhadap reklamasi. Walaupun masyarakat
yang menolak dan kontra terhadap reklamasi tetap mendominasi.
Sejauh perjalanan dalam adegan film dari awal sampai akhir,
masyarakat nelayan melakukan hal-hal yang konstitusional sesuai dengan
cara main dan aturan hukum yang telah ditetapkan oleh negara. beberapa
102
bentuk-bentuk perlawanan secara konvensional dan nonkonvensional
yang merupakan bagian dari partisipasi politik dilakukan oleh
masyarakat adalah seperti dalam adegan keempat (menit 17:12), (menit
17:52), adegan kedelapan (menit 23:48), adegan ketigabelas (menit
46:07), alur terakhir adegan pertama (menit: 57:51), dan terakhir pada
alur akhir adegan kedua (menit 57:51). Kesemua adegan perlawanan
tersebut dilakukan sesuai dengan undang-undang nomor 9 tahun 1998
tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum.35
Salah
satu poinnya bahwa unjuk rasa atau demonstrasi adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan
lisan, tulisan dan sebagainya secara demonstratif di muka umum. Hal
tersebut menjadi dasar bahwa masyarakat nelayan menaati hukum dan
berlaku konstitusional. Secara periodik, masyarakat nelayan telah lama
bertempat tinggal di kampung nelayan, ini juga menjadi dasar
konstitusional lainnya ketika Gubernur DKI Jakarta ingin merelokasi
mereka. “kita tinggal di muara angke tidak gratis pak. Dari tahun 1977
kita membayar angsuran. Kita beli dan kita sudah lunasi rumah itu. Kok,
kenapa tiba-tiba gubernur kita Ahok ada wacana mau menggusur kita?
Kita beli loh pak. Kita bukan orang liar. Dan kita dipaska oleh
pemerintahan dulu, untuk menempati kawasan muara angke yang
dulunya hutan pak.” Jelas salah satu warga saat dialog di gedung DPRD
DKI Jakarta.
35 http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/17462/node/573/undangundang-
nomor-9-tahun-1998 di akses pada 25 september 2017 pada pukul 06:10
103
5. Islami – tidak islami
Dalam islam, perbuatan yang dilakukan oleh pengembang adalah
sesuatu yang tidak islami. Alasannya karena, pengembang dalam hal ini
Ariesman Wijaya selaku presiden direktur PT. Agung Podomoro Land
melakukan aksi suap terhadap anggota DPRD DKI Jakarta, Muhammad
Sanusi. Seperti yang tergambar dalam film pada alur terakhir adegan
pertama. Hal lain dilakukan oleh pengembang, dengan memberikan
sejumlah uang kepada masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat setuju
terhadap reklamasi. Seperti yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat
188:
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang
lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta kepada hakim supaya kamu dapat
memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa. Padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-
Baqarah : 188)
Disisi lain, Dari awal film, perjuangan masyarakat nelayan sangat
murni, mereka sama sekali tidak melakukan suap atau korupsi untuk
memenangkan pembelaanya. Justru mereka melakukan cara-cara yang
islami dan tidak anarki. Mereka melakukan dialog, musyawarah, diskusi
dengan banyak pihak untuk dapat mempertimbangkan kembali proyek
reklamasi yang dinilainya merugikan masyarakat nelayan. Seperti yang
tergambar pada alur awal adegan keempat. Hal tersebut sesuai dengan
firman Allah SWT dalam surat Assyura ayat 38 :
104
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka.” (QS : Assyura : 38)
. Dalam keyakinan masyarakat religius atau masyarakat yang
beragama. Setiap janji kelak akan dimintai pertanggung jawabannya oleh
tuhan. Maka dari itu, betapapun demonstrasi yang dilakukan oleh
masyarakat nelayan untuk menolak reklamasi sebenarnya dapat dinilai
sebagai bagian dari upaya masyarakat nelayan untuk mengingatkan
kembali presiden akan janji-janjinya sebelum tuhan yang
menghakiminya.
keadilan adalah bentuk substansi dalam ajaran islam, seperti yang
diutarakan oleh Murtadha Muthahhari, bahwa keadilan adalah menjaga
keseimbangan dalam masyarakat, artinya keadilan adalah sesuatu yang
dapat melahirkan kemaslahatan bagi masyarakat atau menjaga dan
memeliharanya dalam bentuk lebih baik sehingga masyarakat
mendapatkan kemajuan.36
Islam sangat menjaga keseimbangan. Islam
sangat melindungi nilai-nilai kemanusiaan. Masalah nelayan adalah
mnyangkut masalah kemanusiaan.
36 Muthahhari, Murtadha. Islam dan Tantangan Zaman, terj. Ahmad Sobandi, (Bandug:
Pustaka Hidayah, 1996), h. 225
105
Pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo dalam isi
pidatonya mengutarakan keberpihakannya terhadap masyarakat wong
cilik khusunya masyarakat nelayan. Hal tersebut tergambarkan dalam
alur pertama adegan pertama. Tetapi setelah adegan terebut diputar,
adegan-adegan berikutnya justru menayangkan kondisi masyarakat
nelayan yang tidak sesuai dengan isi pidato presiden Joko Widodo.
Reklamasi dinilai mengancam eksistensi masyarakat nelayan. Reklamasi
mewacanakan adanya relokasi masyarakat nelayan dari kampung
nelayan. Hal tersebut berarti, akan mengakibatkan nelayan kehilangan
mata pencaharian. Seperti pada adegan keempat alur pertama “kita
tinggal di muara angke tidak gratis pak. Dari tahun 1977 kita membayar
angsuran. Kita beli dan kita sudah lunasi hal itu. Kok. Kenapa tiba-tiba
gubernur kita Ahok ada wacana mau menggusur kita. Kita beli loh pak.
Kita bukan orang liar. Dan kita dipaksa oleh pemerintahan dulu untuk
menempati kawasan Muara Angke yang dulunya hutan pak” jelas salah
satu tokoh masyarakat nelayan saat melakukan dialog di gedung DPRD
DKI Jakarta
Dalam islam, setiap perbuatan semestinya sesuai dengan ucapan.
Allah Swt berfirman dalam surat As-shaff ayat 2-3 :
106
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan, Amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.” (QS: As-Shaff : 2-3)
Jokowi tidak dikatakan islamis karena isi pidato tidak sesuai
dengan perbuatan berupa keberpihakan kepada nelayan dan masyarakat
wong cilik dan keinginannya untuk mengembalikan nelayan pada
lautnya.
Adapun berdasarkan uraian oposisi biner yang telah peneliti
temukan diatas, dapat digambarkan secara sintagmatik dan paradigmatik
sebagai berikut :
pengembang kaya Untung Bohong Inkonstitusi -
Pemerintah Kaya Untung Bohong Inkonstitusi -
Nelayan Miskin Rugi Jujur Konstitusi Menang
Gugatan
abstrak Konkret
Sintagmatik
Tabel 3. Oposisi biner film dokumenter Rayuan Pulau Palsu sintagmatik dan paradigmatik
107
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan terhadap film dokumenter
Rayuan Pulau Palsu karya : watchdoc, menceritakan tentang perjuangan
masyarakat nelayan dalam melakukan perlawanan penolakan terhadap
reklamasi, dan dampak dari reklamasi terhadap kehidupan masyarakat
nelayan. penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan teori analisis
naratif, atau lebih khususnnya peneliti menggunakan teori Tzvetan Todorov
dan Levi Strauss. Maka apa yang peneliti dapatkan mengasilkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu, sesuai dengan teori
narasi Tzvetan Todorov , Film ini dibagi menjadi tiga alur, yaitu
alur awal, , menceritakan awal mula kehidupan sebuah kampung
nelayan yang harmonis, berjalan sebagaimana biasanya. Dan
dengan diberlakukannya proyek reklamasi pada tahun 2016 di
pesisir utara Jakarta justru malah berdampak buruk bagi
keberlangsungan aktivitas nelayan. Begitupun dialur ini dapat
ditemukan cuplikan video pidato presiden Joko Widodo di
Pelabuhan Sunda Kelapa. Adapun isi pidatonya menunjukkan
inkonsistensi presiden terpilih Joko Widodo antara ucapan dan
perbuatan yang dirasa mengabaikan masyarakat nelayan.
2. Alur tengah berisi tentang adanya ketegangan, keresahan di
kalangan masyarakat yang pada akhirnya masyarakat dan banyak
108
dari elem-elemen masyrakat lainnya yang tergabung dalam LSM,
organisasi, berkumpul, berdiskusi dan melakukan perlawanan
terhadap reklamasi dengan cara konvensional maupun non-
konvensional. Masyarakat memilih untuk melakukan aksi
demonstrasi didepan gedung DPRD DKI Jakarta, di PTUN Jakarta
dan melakukan audiensi dan dialog di kantor RW, di DPRD DKI
Jakarta. Perlawanan ternyata datang juga dari sejumlah pihak salah
satunya dari supporter Persija yang membentangkan banner di
Stadion bertukiskan #JakartaTolakReklamasi.
3. Alur akhir banyak menampilkan pihak yang pro dan kontra, setelah
sebelumnya masyarakat telah banyak menyudutkan pemerintah dan
pihak swasta atau pengembang yang membangun reklamasi.
Pengembang dan gubernur DKI dimunculkan. Bahkan
menampilkan masalah dari apa yang ditolak oleh masyarakat.
Beberapa pihak tertangkap karena terjerat kasus korupsi reklamasi.
Dan diakhir film ini terdapat klimaks perlawanan terhadap
reklamasi. dimana seluruh elemen masyarakat nelayan, LSM, NGO,
organisasi datang berbondong-bondong melakukan segel Reklamasi
Pulau G.
Adapun perlawanan yang muncul disetiap alurnya sebagai berikut :
a. Alur awal : belum terdapat perlawanan
b. Alut tengah : Demonstrasi di PTUN, demonstrasi di Gedung DPRD
DKI Jakarta, audiensi dan dialog di Gedung DPRD DKI Jakarta
109
c. Alur Akhir : Nelayan melakukan segel pulau G reklamasi.
dari rangkaian tersebut akhirnya memunculkan sebuah harapan bahwa
semoga masalah reklamasi segera diselesaikan, ditinjau kembali oleh
pemerintah. Kedua, nelayan harus menjadi prioritas untuk mewujudkan
Negara maritime. Nawacita, Pidato presiden semestinya dibuktikan dengan
peduli dengan nasib rakyat kecil. Dalam hal ini nelayan. selanjutnya selalu
ada celah untuk menyalahgunakan wewenang. Terbukti dengan beberapa
orang tersangkut kasus korupsi dalam mega proyek reklamasi.
Dari hasil analisis per-adegan yang terlah peneliti lakukan sebelumnya,
dapat ditemukan beberapa oposisi biner atau sifat-sifat berlawanan dalam film
Rayuan Pulau Palsu. adapaun oposisi biner dalam film Rayuan Pulau Palsu,
diataranya sebagai berikut :
1. Kaya – Miskin
2. Untung – Rugi
3. Bohong – Jujur
4. Inkonstitusi – Konstitusi
5. Islami – Tidak Islami
Oposisi biner tersebut menggambarkan bahwa ternyata sebagai
masyarakat nelayan keberadaanya cenderung pada posisi yang cenderung
tertekan dibandingkan dengan pemerintah dan Pengembang (pengusaha). Dan
apabila melihat lebih jauh film Rayuan Pulau Palsu pertentangan antara dua
sifat yang berlawanan sangat jelas terlihat. Tetapi pertentangan bukan untuk
dipertentangkan sehingga semakin jauh diferensiasi atau perbedaan antara
110
kedua sifat tersebut. untuk itu sebenarnya adanya film ini tentu sebagai kritik
kepada pihak pemerintah khususnya dan umumnya pada pemegang kebijakan
untuk bisa berlaku adil, berpihak pada kaum yang lemah, membuat kebijakan
yang pro terhdap rakyat. Terlebih secara demokratis pemerintah dituntut
untuk menunaikan janji-janji kampanyenya kepada publik secara umum,.
masyarakat nelayan adalah role model atau percontohan dimana publik
semestinya jeli, mengadukan dan melaporkan, kalau perlu melakukan
langkah-langkah hukum atas setiap kebijakan-kebijakan yang dinilai tidak
untuk kepentingan rakyat dan sebaliknya, malah menguntungkan pihak
Swasta. Berkaca pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945 bahwa Bumi, air dan
kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Maka film Rayuan
Pulau Palsu sebagai representasi kehidupan nelayan yang sesungguhnya
perlu menjadi perhatian dan prioritas penting untuk menguji konsistensi
pengabdian pemerintah rakyatnya. Masyarakat nelayan, dalam film ini justru
mewakili nilai-nilai luhur keislaman, seperti keadilan, kejujuran, dan juga
kebenaran, tetapi pemerintah sebagai kaum bangsawan, pemilik kuasa,
pemegang kebijakan kerapkali bersekongkol atau bermufakat buruk dengan
kaum hartawan. Dalam hal ini pengusaha, pengembang, pihak asing, dan
swasta.
B. Saran
Berdasarkan dari penelitian dan pengamatan analisis naratif dengan
objek film dokumenter Rayuan Pulau Palsu yang telah peneliti lakukan.
111
Maka ingin memberikan beberapa saran dan rekomendasi kepada banyak
orang. Khususnya akademisi. Yaitu
1. Secara umum film dokumenter Rayuan Pulau Palsu ini adalah
upaya untuk memberikan informasi yang komprehensif secara nyata
tentang dampak reklamasi terhadap kehidupan nelayan di Kampung
Nelayan Muara Angke. Keberadaanya dinilai penting untuk
kebutuhan produksi dan konsumsi hasil laut untuk kebutuhan
masyrakat luas.
2. pirinsip-prinsip equlity before the law atau kesamaan dihadapan
hukum perlu dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia.
Sebagaimana pasal 27 ayat 1 bahwa setiap wargan negara
bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu tanpa
terkecuali. Untuk itu karena Indonesia adalah negara huku maka
setiap kegiatan harus sesuai dengan legalitas hukum
3. dalam setiap keputusannya pemerintah seharusnya memberikan
kebijakan yang pro terhadap rakyat. Dan tidak menjadi centeng dari
perusahaan sehingga abai dengan kemaslahatan dan kesejahteraan
seperti yang terdapat dalam film ini.
4. masyarakat memiliki peran kontrol terhadap pemerintah. Mereka
layak menagih janji kampanye pemeimpin dan wakil rakyatnya.
bahwa kegiatan apapun harus tetap diawasi karena rawan dikorupsi
dan disalahgunakan. Termasuk kebijakan-kebijakan pemerintah
yang dinilai tidak pro terhadap rakyat dan tidak memiliki dimensi
112
kerakyatan atau bukan untuk kepentingan warga dan masyarakat
Negara kesatuan republik Indonesia.
5. akademisi yang dalam hal ini menjadi kaum terdidik memiliki tugas
penting untuk mengaktualisasikan ilmu yang telah didapatkannya
dari perkuliahan untuk dapat mendampingi masyarakat dalam
mengadvokasi kasus-kasus yang merugikan masyarakat. seperti
yang terjadi dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu.
113
DAFTAR PUSTAKA
Arthur asa Berger, Media and Society: A Critical Perspektive, Boulder: Rowman
& Littlefield, 2003.
Aufderheide, Patricia. Documentary Film (a very short introduction), New York:
Oxford University Press, 2007.
Ayawaila, Garzon R. Dokumenter dari ide sampai produksi, Jakarta : FFTV-IKJ
PRESS, 2008.
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta : Kencana, 2008.
Claude Levi-Strauss, The Structural Study of Myth : New York: Doubleday
Anchor 1972.
Deni Djakapermana, Ruchyat, Sekretariat Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan, Kementrian
PU
Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum.: Modul
Terapan, Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai
(Peraturan Menteri Pwerkejaan Umum No. 44/PRT/M/2007), Direktorat
Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum.
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2003.
Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks
Berita Media Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013.
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Media, Yogyakarta : LKIS, 2006.
Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book, New York :
Routledge Taylor and Francis Group, 2003.
Hamka, tafsir Al-Azhar Juz XXI, hal 94
Hasiholan, Dheyna, dkk. Politik dan Kemiskinan, Depok : Koekoesan, 2007
Hasiholan, Dheyna, dkk. Politik dan Lingkungan, Depok : Koekoesan, 2007.
Heldy S & Hari Ahimsa Putra, Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya
Sastra Yogyakarta: Galang Press, 2001.
114
J. Moleong, Lexy. Metodellogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional, 2008.
Keraf, Gorys, Argumentasi dan Narasi, Jakarta: PT Gramedia, 1986
Mulyadi, Dedi. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip
analisis wacana, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005.
Muthahhari, Murtadha. Islam dan Tantangan Zaman, terj. Ahmad Sobandi,
Bandug: Pustaka Hidayah, 1996
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa, JAKARTA: Rajawali Press, 2009.
Peransi, D. A. Film/Media/Seni. Jakarta. FFTV-IKJ PRESS, 2005.
Salim, Emil, Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan dikutip
oleh Hasiholan, Dheyna dkk. Politik dan Kemiskinan, Depok : Koekoesan,
2007.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Suhaimi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik, Ciputat: :Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2009.
Todorov, Tzvetan. The Poetics of Prose : Oxford: Blackwell, 1977.
JURNAL
Zaenuddin, HM. The Journalist, Jakarta : Simbiosa Rekatama Media,
2011.
Banawiratma, J.B, Jurnal Gema Teologika, Vol 1, no 1, April 2016.
Dewi Utami Citra , “Film Dokumenter Sebagai Media Pelestari Tradisi”
Asintya, Jurnal Penelitian Seni Budaya Surakarta, Volume 2 No : 1 juni
2010.
Diamond, Jored, Collapse : How Societies Choose to Fail or to Succed,
dikutip oleh J.B. Banawiratma Jurnal Gema Teologika, Vol 1, no 1, April
2016.
115
Gusti A. B. Menoh : Memahami Antropologi Struktural Claude Levi
Strauss, Jurnal STFI Driyakarya
Jurnal Hubungan Internasional Tahun VIII, No.1, Januari 2015.
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 2 : 105-112. Desember 2012.
Suryadewi A, Edward, A Setiadi, : Masalah Reklamasi Teluk Jakarta
ditinjau dari Aspek Psikologi Lingkungan. Jurnal Lingkungan dan
Pembangunan Vol. 18 No. 2
Widodo L. : Kecenderungan Reklamasi Wilayah Pantai dengan
Pendekatan Model Dinamik. Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-BPPT Vol.
6 No. 1 : 2005
WEBSITE
Eka Nurhalimatus Sida, “Reklamasi dalam kacamata islam” diakses pada
tanggal 26/11/2016 diakses pada tanggal 26 November 2016
http://www.dakwatuna.com/2016/04/26/80208/reklamasi-kacamata-
islam/#axzz4Qf6jqVWF
Kemendagri, “Profil daerah provinsi DKI Jakarta” artikel diakses pada
tanggal 25 oktober 2016 http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-
daerah/provinsi/detail/31/dki-jakarta
Rezki Alvionitasari, “Suara Nelayan dan Rayuan Pulau Palsu” artikel
diakses pada tanggal 22 November
2016https://m.tempo.co/read/news/2016/05/01/083767550/feature-suara-
nelayan-dan-rayuan-pulau-palsu 38.
116
Risma, “Gawat permukaan tanah di Jakarta utara sudah turun leb ih dari 2
meter” diakses pada tanggal 26 Oktober 2016
http://jakartakita.com/2016/02/05/gawat-permukaan-tanah-di-jakarta-
utara-sudah-turun-lebih-dari-2-meter/
Wikipedia, “Daftar kabupaten dan kotaadministrasi di daerah ibukota
Jakarta” artikel diakses pada tanggal 26 Oktober 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kabupaten_dan_kota_administrasi_di
_Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta
Wikipedia, “Film Dokumenter” artikel diakses pada tanggal 22 November
2016 https://id.wikipedia.org/wiki/Film_dokumenter
Wikipedia, “Reklamasi Daratan” artikel diakses pada tanggal 22
November 2016 https://id.wikipedia.org/wiki/Reklamasi_daratan
Yanuar Riezqi Yovanda, “World Bank prediksi penduduk Jakarta 16 juta
jiwa” artikel diakses pada tanggal 25 Oktober
2016http://metro.sindonews.com/read/955806/31/world-bank-prediksi-
penduduk-jakarta-capai-16-juta-jiwa-1422253532
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/17462/node/573/undangun
dang-nomor-9-tahun-1998 di akses pada 25 september 2017 pada pukul
06:10
Muthahhari, Murtadha. Islam dan Tantangan Zaman, terj. Ahmad
Sobandi, (Bandug: Pustaka Hidayah, 1996), h. 225
http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-
warga/wacana/17/03/20/on2d4o408-inkonstitusionalitas-proyek-reklamasi-
teluk-jakarta di akses pada 24 september 2017, pada pukul 20:43 wib
117
KBBI, “Reklamasi” artikel diakses pada tanggal 22 November 2016
http://kbbi.web.id/reklamasi
Garry Andrew Lotulung, diakses pada tanggal 21/07/2017 pukul 09.27
WIB,http://megapolitan.kompas.com/read/2016/06/30/19184411/reklamas
i.pulau.g.resmi.dihentikan
Robertus Belarminus diakses pada tanggal 21/07/2017 pukul 09.33 WIB
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/03/17/06424971/.nelayan.sujud.
syukur.karena.menang.gugatan.pulau.f.i.dan.k
Maya Ayu Puspitasari diakses pada 22/07/2017 pukul 09.16 WIB
https://m.tempo.co/read/news/2016/04/01/063759049/kronologi-
penangkapan-sanusi-dan-bos-podomoro-oleh-kpk
Zeynita Gibbons, diakses pada tanggal 19 juli 2017 pukul 08.26 WIB
http://www.antaranews.com/berita/568716/ppi-belanda-diskusi-reklamasi-
teluk-jakarta-rayuan-pulau-palsu
Hasil Wawancara
Nama Narasumber : Randy Hernando (Executive Producer, Film
Dokumenter Rayuan Pulau Palsu)
Profesi : Penggiat Film Dokumenter Rumah Produksi Watchdoc
Tempat : Rumah Produksi Watchdoc, Komplek Tugu Pratama Blok
A No. 3-4 Jl. Cempaka Baru, Jati Cempaka, Pondok Gede
17411
Hari/Tanggal : 30 Juli 2017
1. Bagaimana latar belakang sampai terbentuknya film Rayuan Pulau Palsu ?
Oke latar belakang itu kita berangkat dari situasi kantor kita, jadi salah satu
pemimpin kita disini, Dandy Dwi Laksono itu melakukan ekspedisi, ekspedisi
selama satu tahun dia merekam keragaman budaya di Indonesia lalu disalah satu
perjalanan dia bersama temennya waktu itu berdua naik motor melakukan
ekspedisi bertajuk indonesia biru. Itu pertengahan bulan mereka sampailah di bali.
Nah, di Bali itu mereka menemukan wacana, rencana untuk reklamasi tanjung
benoa. Nah reklamasi itu mendapat respon dari masyarakat adat di bali. Sehingga
menjadi besar, Saat itu mereka melihat responnya seperti apa, akhirnya mereka
buatlah itu jadilah Kala Benoa. Itu reklamasi di bali. Reklamasi di bali itu baru
tahap rencana tetapi sudah ditentang oleh masyarakat disana.
Nah pulanglah dia (Dandy dan temannya), setelah satu tahun keliling 2015. Nah
2016 awal. Dia bilang kepada temen-temen diredaksi, “ ini reklamasi urusannya
tidak hanya di Bali. Bahkan pemerintah pusat pun sudah punya rencana untuk
jangka panjangnya. Saat itu kami belum tahu tentang master plan Reklamasi teluk
Jakarta pada saat itu. tetapi setelah kami mulai turun lapangan. Saat itu kami
setuju, oke, kami akan membuat (film) tentang reklamasi teluk Jakarta
melanjutkan dari (film) reklamasi Bali.
2. Bagaimana proses pra produksi film ?
Diaturlah kru-kru nya (tim-tim khusus disela-sela kesibukan kami) mulai kita
lanjuut nih, mulai terjun lapangan, nah dari situ satu persatu kita mulai
menemukan fakta, dan ketemu akhirnya bagaimana wujud dari reklamasi itu
sendiri (rencana pada saat itu). Nah aneh memang, saat itu belum ada RTR
(Rencana tata ruang) dan wilayah itu belum ada. Itu yang aneh, seharusnya proses
(UU) itu ada baru lanjut. Tetapi ini belum ada, istilahnya paying hukumnya itu
belum ada, bahkan amdalnya pun tidak jelas sampai sekarang tapi tiba-tiba pulau
itu terbangun.
Pada saat kami survey lapangan memang, kami memilih akhirnya. Dari rencana
itu pulau A sampai (aku lupa) sampai 17 pulau itu. melihat bagaimana
pemberitaan di media memang sudah dari 2015 bahan. Tetapi planning nya
sendiri tentang reklamasi sudah dari zaman pak harto. Merujuk pada UU tahun
1995 tentang reklamasi, itu di zaman soeharto.
Setelah kami mendapati fakta memang, kami terjun dulu pertama ke masyarakat
muara angke. Di mana pulau G ya, disitu yang bisa dikatakan akan dibangun dan
sangat mengganggu nelayan. saat itu pelan-pelan sudah mulai tuh, kami tanyalah
ke (nelayan), “Bapak sudah melihat belum (berita) tentang reklamasi ?” mereka
bahkan nggak tau saat itu. Reklamasi itu apa, mereka taunya Bangun Pulau / bikin
pulau baru. Istilah reklamasi itu mereka bilang bangun pulau baru.
Oke satu persatu, kami mulai, seminggu, mereka juga sudah mulai menggugat tuh
saat itu. melalui koalisi sahabat satu teluk Jakarta mereka mengugat ke PTUN
tentang payung hukum yang memang tidak ada. Tapi kok tiba-tiba bisa keluar
izin. Izin untuk mendirikan, kan padahal paying hukumnya tidak ada.
Yaudah pelan-pelan, akhirnya terungkap bahwa ada kejanggalan-kejanggalan
pada prosesnya. Kami menemukan, narasumber-narasumber itu justru pada saat
observasi lapangan. Kami wawancara tokoh masyarakat disana hingga akhirnya
kami memilih siapa nih kira-kira yang cocok untuk karakter kami. Dan asumsi
kami adalah, karena tadi kamu bilang untuk kemanusiaan. Ya kami menyentuh
dari sisi Human Interest. Akhirnya kami dapatilah tokoh, nelayan Tradisonal,
bukan nelayan kelas kakap yah, yang dia punya kapal-kapal banyak. Tetapi
nelayan tradisional yang tiap hari itu mereka harus hidup mati untuk menyambung
hidup. Mereka kalau dapat ikan merka bisa makan, kalau tidak dapat yasudah
mereka tidak bisa makan.
Dapatlah, ketemu pak ilyas. Akhirnya kami disana nginep beberapa hari kami
merasakan bagaimaan kehidupan nelayan disana. Akhirnya kami mendapatkan
pengakuan dari dianya bahwa ini tidak seperti biasanya. Dia bercerita bahwa
biasanya. Saya biasa bisa memperoleh ikan, dia bilang kan anginnya lagi kurang
bagus, itu saja masih bisa dapat 10 kg. (artinya masih dapat untunglah). Tapi
waktu dia menunjukkan nih, Cuma 2 biji (ikan). Itupun mati nah dia didalam film
itu bilang tercemar dan segala macem. Memang teluk Jakarta pada realitasnya
sudah tercemar dari puluhan tahun lalu. Sebelum reklamasi memang sudah. Tapi
ini malah diperparah lagi. Nah kami pada saat wawancara narasumber tadi pak
ilyas.
3. Selain kepada nelayan, kepada siapa data tentang reklamasi didapat ?
ami juga wawancara ke bagian perencanaan (Bapeda) DKI waktu itu saya ketemu
ibu Tuti Kusumawati. Saya Tanya lah rencana masterplan reklamasi seperti apa,
oh ternyata, ini lebih kepada kepentingan bisnis, ekonomi. Jadi dalam wawancara
itu ada satu pernyataan dia bilang “dengan reklamasi ini kita akan melakukan
revitalisasi teluk Jakarta, kita akan membuat teluk Jakarta yang tercemar itu
menjadi bersih. Caranya dengan revitalisasi melalui reklamasi tadi,membangun
pulau.
(Kesatu) Dan menurut kami memang aneh, kenapa harus reklamasi untuk
revitalisasi tadi,kenapa nggak bener-bener, pembersihan tanpah harus
membangun. Membangun pulau kan nanti akhirnya dia mengambil pasir nih di
pulau lain. Jadi pulau yang diambil pasirnya tadi hilang. Belum lagi dia nimbun-
nimbun lagy. Dan ekosistem itu berantkan jadinya. Dan itu butuh pemulihan yang
agak lama.
(Kedua) yang membuat kami yakin adalah mereka bilang begini, kami ingin
memunculkan wajah Jakarta baru, dengan konsep gedung yag menghadap kearah
laut (jadi water front city) lah. Jadi bener-bener mereka memiliki arah seperti di
Dubai atau di Singapure. Singapure kan reklamasi tuh ? arahnya kesana. Jadi
menurut mereka luar biasa. Apabila kita investasi segala macem, dan masyarakat
miskin bisa, terbuka lapangan pekerjaan. Arah mereka Ekonomi sentris banget.
Tetapi mereka tidak memikirkan kea rah ekologis nya seperti apa. Atau masyrakat
disana yang waktu itu muncul pas kami wawancra itu, dan gugatan-gugatan yang
muncul adalah, ada rencana relokasi ke pulau Seribu. Waktu itu baru wacana,
tetapi sudah membuat nelayan disana, atau masyarakat muara angke khususnya itu
panik. Mereka Cuma (menyesali) apabila mereka di relokasi ke pulau seribu
pndapatan mereka tentu akan berkurang, mata pencaharian, dan agak sulit. Dan
lagi ada rencana membangun rusun yang sebenarnya secara konsep tata ruang itu
tidak mungkin. Karena waktu itu pernah aku baca berita, itu Cuma muat dibangun
sampai dua lantai, nggak mungkin sampai puluhan lantai. Mana kuat dan
membuat kondisi tanahanya jeblos.
Nah pelan-pelan, akhirnya kami menunggu momentum juga, untuk merealisasikan
film ini. Pas KPK. (kana da tuh di Film kan). KPK menciduk Sanusi, terus tiba-
tiba, pada saat pemberitaan itu ada sangkut pautnya dengan proyek reklamasi.
Sehingga tadi Arisman Wijaya yang podomoro itu ketangkep. Nah dari situlah
gaung gede nya untuk kami cepet-cepet naikin (Film). Jadi, waktu itu, sudah
terealisasi segel pulau. Yang kamu liat terakhir tuh, itu sebelum pengungkapan.
Jadi, segel pulau pun kami sudah bisa menebak bahwa ini akan terjadi. Karena
kami ikut diskusi disana dan saat itu di koalisi ada pengungkapan tiga opsi,
pertama adalah, bakar Kapal. Konvoi, atau longmarch gitulah ke Istana, sama
yang terakhir (symbol) segel pulau. Dari tiga opsi ini akhirnya mereka pilih yang
ketiga (Segel pulau). Yasudah rencana nya kapan kami turun full team.
Setelah turun full team, ambillah , dapatlah (dokumentasi) dari udara,euforianya
itu, sebagai penanda bahwa mereka meski di tindas, mereka meski ternacam tetapi
mereka punya daya juang. Dengan symbol segel pulau itu masyarakat tidak
sendiri loh. Masyrakat bida melawan kekuatan pemodal. Nah darisitu, pas
momentum KPK kena, kami ikutin, mereka juga mulai (….) hingga bagaimana
ahok pada saat itu bilang, “ini akan tetap dilanjutkan”. Karena diterakhir pun kami
kasih bahwa ini satu pulau kan ? tiba-tiba ada rencana proyek garuda (pas di
terakhir-terakhir) (Film). Itu bahwa ini bukan untuk masa depan Jakarta tetapi ini
proyek nasional. Apabila Jakarta jadi ni reklamasi 17 Pulau,ini akan
merepresentasikan atau akan ditiru oleh pulau-pulau lain. Kami kan ada pemetaan
tuh, itu dari data WALHI pada saat itu, tapi juga masih bisa di update lagi,
sekarang banyak reklamasi.
Dan trend reklamasi itu kian itnggi, apabila Jakarta tadi dengan 17 pulau itu jadi,
itu akan jadi role model wilayah-wilayah lain. Ini jadi sesuatu yang akan
mengancam.
Nah itu yang tadi, adalah latar belakang kami itu buat berdasarkan pengalaman
pemimpin kami, juga kami melihat bahwa ada ancaman serius terhadap ekosistem
yang sebenernya sudah ada, tetapi akan tercerabut apabila muncul yang baru –
salah satunya dari reklamasi itu sendiri-.
4. Kenapa mengambil tema “rayuan pulau palsu”. Nggak yang lain ?
Bukan tema, itu sebenernya judul (film). Judul itu sebenrnya merujuk kepada,
plesetan dari lagunya ismail marzuki, (rayuan pulau kelapa). Sebagaimana kami
dalam perspektif film maker, setelah kami membuat film – judul itu penting,
untuk membuat gaung – kami diskusilah, pilih nih dulu ada “Reklamasi
Indonesia”, akhirnya kami sepakat dan diambillah “Rayuan Pulau Palsu”. Kenapa
pulau palsu ? dan Palsu nya itu jadi merah, karena ada tipu-tipu disana, dan
rayuan ini menjadi kena dengan konteks tadi, bahwa kita tahu, sanusi di ciduk,
kalau dalam bahasa ungkapan phrase nya adalah ini mengandung ceah untuk
melakukan korupsi. Jadi, uang itu kan seperti rayuan, jadi pulau yang dibangun ini
menjadi magnet untuk – ada pemodal, ada intervensi asing, ada juga orang-orang
yang berkepentingan untuk merauk keuntungan disana. Masuklah Rayuan pulau
palsu itu didalam satu kesatuan itu. (kena gitu lho). Itu bukan suatu kebetulan
tetapi sudah terjadi seperti itu.
5. kira-kira adakah tujuan tertentu dibuatnya film ini untuk masyarakat pada
umumnya dan khususnya untuk masyarakat nelayan ?
Akomodasi. Jadi kata kuncinya adalah kami mengakomodasi suara-suara nelayan,
atau suara masyarakat yang saat ini bisa dikatakan sulit. Jadi mereka diwawancara
media-media besar, mereka mendapatkan respon dari media, tetapi gaungya tuh
hampir, ya kita taulah media-media sekarang berbagai macam kepentingan kan,
kami menjadi bisa dikatakn alternatif untuk menyuarakan suara-suara yang selama
ini tidak terdengar, salah satunya dari nelayan. jadi setelah, kasus KPK, seelah
KPK mengungkapkan ada masalah di Proyek Reklamasi, barulah media-media,
banyak kan kalau kamu liat dalam sebulan dua bulan terakhir, setelah sanusi
ditangkap baru rame tuh muara angke.
Jauh sebelum itu tidak ada sama sekali suara. Maksudnya media yang
mengekspos tentang itu nggak ada. Dan kami sudah mulai menjembatani tadi.
Menjembatani narasi-narasi juga informasi-informasi yang sebenarnya penting
untuk diberitahukan kepada pemerintah bahwa kalau pemerintah membuat
kebijakan seharusnya dia melibatkan partisipasi publik. Tapi dalam prosesnya
tidak, reklamasi itu tidak melibatkan (partisipasi public) dimana mereka bisa
dengar pendapat, saat proses amdal misalnya, saat membuat rumusan itu tidak
dilibatkan. Hingga kamu kalau diliat disitu kan ada satu orang yang diwawancara
(kemudian) di blur kan ? iyah jadi disana ceritanya masyarakat butuh apa
dimodalin, itu kan sebenarnya kayak disuap juga. Supaya lancer ni proyek aku nih
gua kasih duit ni kan kayak gtu, akhirnya idnikasi-indikasi itu udah ada untuk
meloloskan ini. Karena proyek reklamasi ini besar dananya. Trilliunan, ratusan
trilliun. Dan dengan berhenti kayak gini kan para pebisnis, pengusaha kan stress.
Mereka sudah mengeluarkan duit banyak. Itu jadi satu masalah tersendiri nantinya
dengan pemerintah. Tapi, kita bicara soal dampak besar kedepannya akan terjadi,
tadi, banyak privatisasi.
Kamu tahu ancol ? dimana kita bisa menikmati pantai ancol yang gratis ? ada
nggak ? masuk bayar kan ? dulu padahal ancol itu pantai publik, oantai yang kita
tau banyak orang yang berenang itu pantai publik. Tapi, begitu masuk pemodal,
investor, dikuasain itu, di privatisasi, masuk harus bayar. Hal yang sama akan
terjadi direklamasi. Semuanya itu, apapun itu, contoh gini, kamu masuk kegedung
misalnya, kegedung yang mewah. Atau ke komplek misalnya. Atau ke PIK
(Pantai Indah Kapuk). Masuk kesana, dengan pakaian yang lusuh misalnya. Kamu
misalnya pura-pura make celana jelek gitu. Masuk aja disamperin security. “Mas-
mas dari mana ni ? maaf, nggak boleh mulung yah”, nah padahal kita bukan
pemulung tapi disangka pemulung. Model-model seperti itu, tapi sudah ada sekat-
sekat. Jadi ekslusive bahasanya kayak gitu. Itu terjadi, dan itu akan terjadi, jadi,
wacana-wacana para pemodal itu untuk merealisasikan. Kita pro rakyat kok, kita
akan menjanjikan lapangan pekerjaan. Itu kan Cuma janji-janji yang kita tau, para
politisi ita kan melakukan hal yang sama puluhan tahun yang lalu.
6. Dalam film tersebut terdapat tayangan-tayangan perlawanan. sebenernya by
design apa kebetulan ketika ingin buat film itu dilakukan juga sama
masyarakat apa bagaimana ? atau memang wathc doc yang memobilisasi
semuanya gitu ?
Oh nggak, itu sudah ada dari masyrakat. Jadi documenter disini, ada beberapa
documenter yang bisa kita created artinya kita rancang dari awal, ada tipe
documenter yang kita melihat moment, nah, RPP ini melihat moment. Jadi dia
yang kayak, masalah ini lagi inn loh, tanpa kita intervensi kayak tadi, kayak
misalnya pergerakan mereka ada demonstrasi apa segala macem. Itu sudah
demikian dari masyarakat dengan temen-temenny. Kita hanya merekam realitas
itu. tapi kalau yang by design kayak misalnya tadi aku Preview tadi, bareng
temen-temen ICT-World itu by design. Jadi, kami sudah milih tokoh-tokohnya,
misalnya, si A akan ngomong begini, si B soft file nya seperti ini, tapi garis
besarnya kita akan ngomong soal UMKM Go Online. Misalnya, saat ini
bagaimana usaha UMKM di Indonesia yang, ini ada media baru nih, namanya
internet. Bagaimana mereka UMKM yang konvensional bisa memanfaatkan itu
untuk keuntungan mereka, bisa mendongkrak penjualan omset segala macem. Nah
itu tema besarnya. Dan bagaimana peran pemerintah disana. Kita pilihlah siapa
tokoh-tokohnya yang bisa mereresentasi. Misalnya, oh ada dari sumatera, oh ada
dari jawa, dari daerah timur. Kita sudah pilih. Nah itu sudah by design. Kalau
yang ini, (RPP), kita memang sudah milih tokoh-tokohnya yang akan jadi
narasumber kita. tapi apa yang kita lakukan kita mengikuti arusnya. Maka kenapa
sampe bisa tiga setengah bulan kita buat kurang lebih dar sekitar feburari hingga
april. Pokoknya Lauching itu akhir April. Itu karena kita ikutin moment. Kalau
kita keluarin itu bisa sebenarnya mungkin pengerjaan dua bulan. Tapi, segel pulau
G tidak akan kena. Karena segel pulau G itu April pertwengahan. Jadi, kita
nunggu moment juga nih . pas pas pas, kena. Gaung. Naik. Viral. Nah RPP sendiri
pada saat itu, menjadi pertama kalinya kami melakukan konsep nobar.
Sebelumnya kami belum pernah nobar.
7. Sebelum RPP emang nggak pernah ada nobar yah ?
Nobar-nya ada tapi bukan nobar yang massif dalam arti kayak sukarela ke
wilayah-wilayah kayak misalnya nobar di sumatera, nobar di jawa, nobar di
Kalimantan, nobar di Lombok itu belum pernah, sebelumnya. Baru tahun 2016
itu, pada saat kami RPP itu pertama kalinya kami melakukan konsep nobar
serentak, misalnya nobar di beberapa daerah. Setiap minggu. Kayak gitu.
Bahasanya itu, untuk menyadarkan masyarakat. Tentang apa si reklamasi itu, dan
apa hubunganya Jakarta dengan wilayah yang lain. Maka kami ada masukin
Manado kan ? ada palu. Nah itu bahwa ini reklamasi tidak hanya bicara Jakarta
loh. Jakarta hanya kami kasih sebagai contoh saja untuk membuka yang lain.
Bahwa ini konsepnya nasional.
Dan pada saat itu kami mencatat. Sekitar lima puluh lebih lah penayangan. Dalam
arti jadwal untuk nobarnya. Indonesia dan luar negeri.
8. Ada data masyarakat atau lembaga yang melakukan nobar (nonton bareng)
dan diskusi tentang film rayuan pulau palsu ?
Data validnya si memang tidak ada, tapi, sekitar lima puluhan lah. Kami tidak
bilang sampe berapa, karena pada saat itu kami tidak mendata. Tau sendiri karena
kesibukan. Tapi kurang lebih sekitar lima puluhan. Baik dalam maupun luar
negeri. Ada Belanda. Waktu itu sempet heboh kan ? iya kalau kamu baca itu
sempet heboh. PPI melakukan klarifikasi bla-bla-bla segala macem., ada Belanda,
ada Inggris.
Akhirnya masyarakat di Indonesia atau public di Internasional jadi terbuka. “ada
masalah ini”, sehingga yaudah gaungnya itu.
Nah terus ada apakah tidak prestasi yang didapat atau apreasisasi film RPP dari
tokoh atau lembaga terntentu ?
Oh tidak, kalau itu tidak, kami tidak pernah berfikiran atau menargetkan itu
sebagai,- kayak misalkan ikut festival segala macem – kami tidak kearah sana,
karena prinsip kami tadi, mungkin bisa dikatakan sebagai advokasi. Jadi, konsep
nobar tadi, sebenarnya salah satunya untuk membuka ruang diskusi. Kenapa
nobarnya dibanyak lokasi itu, bisa mengundang para ahli, seperti ahli lingkungan,
ahli hukum, atau ahli tata ruang. Itu sebenarnya utnuk membuka diskusi. Jadi, satu
hari sebelum kami melaunching film itu, kepada public. Nobar pertama kayak di
muara angke, kami ada semacem preview, di internal lah. Kami undang para
tokoh. Ada akademisi, ada wartawan, ada ahli hukum, ada ahli tata ruang, ada apa
segala macem lah. Disini waktu itu.
Kami putar bareng-bareng. Masukan banyak. (seperti) “kenapa tidak dari sisi
perempuan ? kenapa tidak dari sini dan sini “, jadi banyak masukan, akhirnya
kami akomodir hanya beberapa pada saat itu. jadi ya, setelah itu ada semacam
revisi lah. Tapi pada saat itu kami mengajukan satu pertanyaan. Temen-temen
yang sudah menonton, kami ingin menanyakan satu hal. Apakah untuk sarana
kampanye, (kampanye artinya bisa disebarluaskan) ini cukup ?. dan temen-temen
sepakat, ini cukup. Akhirnya untuk membua ruang duskusi tadi, kampanye atau
advokasi tadi, untuk memancing pemantik diskusi itu cukup. Artinya, nobar-nobar
itu, dengan medium kita nonton film, itu untuk memunculkan diskusi. (seperti)
jadi sebaiknya seperti apa menyikapi kebijakan reklamasi ? akhirnya bisa
memunculkan diskursus-diskursus yang nantinya bisa menarik kesimpulan atau
point-point kebijakan misalnya. Atau oh ternyata kesepakatan kita, dari para ahli,
reklamasi adalah (bla-bla-bla). Kan masih pro kontra sekarang. Yang dari segi
pro reklamasi bicaranya A,B,C,D. dari kontra juga A,B,C,D. jadi mereka ini
berdasarkan data tadi, tapi kan perlu semacam contoh ini loh ada cerita soal
reklamasi. Bagaimana temen-temen melihatnya?. Jadi, film ini sebagai medium
untuk pemanti diskusi. Makanya dibuatlah nobar-nobar.
Hambatan apa yang dihadapi saat pemutaran film RPP ?
Untuk film RPP sendiri tidak ada hambatan karena kami sebelumnya memang
sudah banyak berkoordinasi dengan masyrakat setempat. Yang Pro terhadap
reklamasi pasti ada, dan kalau kamu melihat di film ada orang yang di Blur. Itu
adalah sebagian orang yang pro terhadap reklamasi. Dalam tanda kutip mereka
sudah kerjasama dengan pengembang. Tapi saat tim kami wawancara disana, dia
malah berargumentasi seerti ini “saya menerima urang mereka, artinya mereka
memberikan kami bantuan, kami manfaatkan untuk kebaikan kami dan kami
pribadi sbenernya menolak reklamasi tapi kami memanfaatkan uang tersebut.”
tapi kalu kita melihat kan munafik banget. Kami bisa umroh, pergi haji atas biaya
pengembang. Tapi kan kalau kita bicara garis perjuangan, kamu pengkhianat. Itu
yang kami temukan dilapangan bahwa ada aroma-aroma penyauapan, korupsi dan
lain sebagainya.
So kalau hambatan, over all aman si,
9. Apakah film RPP ada keinginan pribadi atau dorongan dukungan) dari
lembaga lain ? apakah menjadi bagian dari oposisi pemerintah atau apakah
pure bener-bener ingin memperjuangkan hak rakyat ?
Kalau dalam konteks film, kita kan tidak hanya bicara visi dan misi, ideology,
kami juga bicara soal tekhnis bagaimana pengemasan. Jadi kalau kamu lihat
jokowi dimunculkan diawal dengan janji-janjinya. Itu untuk memberitahukan
kepada masyarakat kalau pemerintah yang kamu pilih, presiden yang kamu pilih,
sudah membuat semacam, kalau bahasa di politik itu kontrak politik. Sudah
membuat semacam kesepakatan bahwa setelah mereka menjadi presiden, mereka
akan melakukan ABCD, ABCD. Itukan suatu janji yang masyarakat perlu ingat,
dan nggak baik untuk melupakan. Dan sudah sewajarnyalah pemerintah
mengimplementasikan janji tersebut. melalui wujud-wujud apa gitu, misalnya
kerja-kerja apa gitu kan.
Di film ini secara keseluruhan sebenarnya kami, konteksnya adalah mengingatkan
pemerintah. Kami bukan bisa merubah peraturan yang sudah ada, tapi,
mengingatkan pemerintah bahwa kalau kamu membuat kebijakan tepatilah janji
tersebut. pada saat kamu membuat janji tersebut. Yang memang pro rakyat.
Faktanya kan tidak demikian, yang temen-temen lihat di televise, contoh papa
minta saham, setya novanto. Bagaimaan mungkin setya novanto yang dulu
dicabut jabatan sebagai ketua DPR-nya dengan skandal papa minta saham. Tapi
bisa balik lagi.
Kan nanti, misalnya Reklamasi jadi, setidaknya kami pernah membuat tentang
reklamsi ini loh. Catatan sejarah bahwa dulu pernah ada pertentangan disana, pada
prosesnya. Dan syukur-syukur kalau reklamasi jadi nih, tiba-tiba jadi
permasalahan yang kami sudah pernah prediksi sebelumnya dalam film tersebut.
film documenter ini jadi bukti, sekaligus jadi pengingat kepada pemerintah. Jadi
intinya, film ini sebagai jembatan untuk bagaimana pemerintah sebenarnya
membuat kebijakan itu, sesuai dengan pro rakyat, berpihak kepada rakyat,
sekaligus menempati janji-janjinya. Jadi tidak ada bahasa kita di danai lembaga.
Tapi bahwa ini pure dari kita dan untuk kepentingan masyarakat luas.
10. Kalau bekerja sama dengan lembaga lain ?
Owh kalau itu Cuma sebagai partner narasumber aja, jadi kami sebelum turun
kelapangan, kami melakukan riset. Kami datang lah ke WALHI, ke bagian
lungkungan. Apa si yang menarik untuk diangkat. Riset awal. Itu sebagai partner
aja, bahwa kami butuh masukan. Untuk membuat film ini dan akhirnya kami bisa
tahu goal nya kami kea rah mana. Dan bisa dipastikan masalah pendanaan dari
kami sendiri. Dan kalau ada dari lembaga lain pasti sudah banyak intervensi asing.
Karena pasti banyak kepentingan didalamnya.
Maksud dari iklan reklamasi tersebut apa
Nah, kamu nangkap tidak maksudnya apa, itu maksudnya bahwa iklan reklamasi
yang kami muat di film tidak lain mereka buat untuk promosi masterplan mereka
kepada pihak luar atau asing. Terlebih iklan reklamasi itu berbahasa mandarin,
maka ini memiliki indikasi bahwa reklamasi dibuat bukan untuk kepentingan
rakyat.
Nah, prinsipnya pulau reklamasi itu akan tetap dibangun, karena pemerintah akan
membangun pulau garuda yang disebut dengan proyek NCCID tentu setelah
dibangunnya proyek reklamasi.