Upload
monicamonicc
View
14
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
#AM #LI
Citation preview
Analisis Masalah dan Learning Issue Skenario C Blok 17
Nama : Monica Trifitriana
Nim : 04011381320042
Kelas : B
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
I. Analisis Masalah1. Amir, a boy, 12 months was hospitalized due to diarrhea. Amir’s family lives in
slum area. a. Apakah hubungan umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal terhadap
pathogenesis kasus Amir? Umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan
1. insiden tertinggi pada kelompok 6-12 bulan pada saat diberikan makanan
pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan
kadar antibody ibu akibatnya daya tahan tubuh anak rendah sehingga
rentan untuk terkena penyakit infeksi seperti diare
2. pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan
kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai
merangkak sehingga apapun dimasukan kedalam mulut, ini
mengakibatkan anak mudah mengalami penyakit infeksi terutama pada
saluran pencernaan
Jenis Kelamin
Dari beberapa penelitian yang dilakukan bahwa terdapat perbedaan jumlah
kasus anak laki-laki dan perempuan yang menderita diare. Palupi (2009)
dalam penelitiannya tentang status gizi hubungannya dengan kejadian diare
pada anak diare, menjelaskan bahwa pasien laki-laki yang menderita diare
lebih banyak dari pada perempuan dengan perbandingan 1,5:1 (dengan
proporsi pada anak laki-laki sebesar 60 % dan anak perempuan sebesar 40%.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2005) yang
menyatakan bahwa risiko kesakitan diare pada balita perempuan sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan balita laki-laki dengan perbandingan 1 : 1,2,
walaupun hingga saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Kemungkinan
terjadinya hal tersebut dikarenakan pada anak laki-laki lebih aktif
dibandingkan dengan perempuan, sehingga mudah terpapar dengan agen
penyebab diare.
Tempat TinggalFaktor sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh langsung terhadap
faktor-faktor penyebab diare. Seperti halnya dengan kasus ini:
1. Lingkungan yang kumuh dan padat penduduk menjadi tempat yang baik
untuk bakteri atau virus penyebab diare untuk berkembang. Hal inilah
yang menyebabkan orang yang tinggal di daerah tersebut rentan untuk
menderita diare.
2. Orang-orang yang tinggal di tempat kumuh, biasanya memiliki pendidikan
yang rendah yang berpengaruh terhadap kurangnya pengetahuan tentang
bahaya diare dan cara penularan diare sehingga memudahkan anaknya
untuk terserang untuk penyakit diare.
2. Three days before admission the patient got diarrhea 10 times a day around half glass in every defecation, there was no blood and mucous/pus in it. The frequency of vomiting decreased.a. Mengapa Amir muntah dulu baru mengalami diare?
Amir mengalami muntah-muntah karena pada awalnya Rotavirus menginfeksi mukosa lambung dengan enterotoxin. Enterotoxin itu sendiri adalah salah satu protein yang di kode Rotavirus, yaitu NSP4. Akibatnya, ujung-ujung saraf yang menstimulasi muntah terangsang dan terjadilah muntah. Demikian halnya juga terjadi muntah saat toxin ini mengiritasi mukosa duodenum. Jadi, muntah sebagai bagian dari pertahanan tubuh untuk mengeliminasi mikroorganisme penginfeksi untuk keluar dari lambung dan duodenum (GIT atas).Akan tetapi, hal ini tidak terjadi saat virus dan toxinnya tiba di mukosa GIT di bawah duodenum. Tidak hanya terjadi iritasi mukosa dengan toxin, tetapi juga invasi ke sel-sel villi. Iritasi yang terjadi di sini tidak menyebabkan muntah karena sudah tidak ada lagi saraf- saraf yang berespon terhadap muntah. Saraf- saraf yang berespon terhadap muntah terdapat di lambung dan duodenum. Saat virus mencapai ujung distal ileum dan kolon, virus menginvasi vili pada ileum menyebabkan kerusakan sel enterosit menurunkan kemampuan absorpsi (sel-sel villi adalah sel mature yang memiliki kekhususan dalam absorpsi) dan meningkatkan sekresi mucus (banyak sel-sel immature sebagai respon untuk menggantikan sel-sel mature yang telah rusak, akan tetapi sel-sel ini memiliki kekhususan dalam sekresi). Jadi, diare adalah bagian pertahanan tubuh untuk mengeliminasi mikroorganisme keluar dari usus halus dan colon (GIT bawah). Pada awalnya ia menginfeksi lambung dan menyebabkan muntah, selanjutnya usus akan
masuk kedalam epithel usus halus dan menyebabkan kerusakan apical vili usus halus, nah pada tahapan ini juga akan terjadi proses muntah yang sedikit berkurang . Ketika, sel yang rusak tersebut digantikan oleh sel dari bagian kripta yang belum matang maka muntah pun akan tambah berkurang dan mulai timbullah diare.
3. Along those 4 days, he drank eagerly and was given plain water. He also got mild fever. a. Apa makna klinis dari Amir minum dengan semangat?
Amir minum dengan semangat menunjukkan bahwa ia mengalami dehidrasi, hal ini disebabkan juga akibat dari muntah (pertahanan untuk mengeluarkan mikroorganisme dari GIT atas) dan diare (pertahanan untuk mengeluarkan mikroorganisme dari GIT bawah).
Amir termasuk dalam kategori dehidrasi berat, yaitu: Rasa haus yang ekstrim Sangat rewel atau kantuk Mata cekung Mulut kering Kulit keriput dan kering, kurang elastis (turgor
turun) sehingga bila dicubit tidak cepat kembali (tetap mengkerut)
Detak jantung cepat Penurunan kesadaran
4. Physical ExaminationPatient looks severely ill, compos mentis but weak (lethargic), BP 70/50mmHg, RR 38x/min, HR 144x/m regular but weak, body temperature 38,70 C, BW: 8,8kg, BH: 75 cmHead: Sunken eye, no tears drop, and dry mouth. Thorax: similar movement on both side, retraction (-/-), vesicular breath sound, normal heart sound. Abdomen: flat, shuffle, bowel sound increases. Liver is palpable 1 cm below arcus costae and xiphoid processus, spleen unpalpable. Pinch the skin of the abdomen: very slowly (longer tan 2 seconds). Redness skin surrounding anal orifice.Extremities: cold hand and feet.a. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik?
LetargiDiare menyebabkan elektrolit menurun (hiponatrem) menurunnya aktivitas saraf, kontraksi otot, dan absorpsi glukosa lemah, penurunan kesadaran
Demam Diare akut (Infeksi rotavirus ) pelepasan sitokin (Interferon) aktivasi jalur asam arakidonat sintesis PGE2 set point meningkat demam
Hipotensi Akibat dehidrasi terjadi penurunan volume darah menurun sehingga cardiac output menuru, menimbulkan terjadinya hipotensi
BB rendahPada kasus BB; 8,8 kg, TB: 75 cm
Menurut depkes BB ideal untuk anak umur 1-10 thn:BBI = (2 x n) + 8 atau (2 x umur (thn)) + 8 =(2 x 1) + 8 = 10 kg (BB ideal)
BB yang rendah berhubungan dengan diare yang menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan tubuh sehingga menyebabkan penurunan BB
Mata cekung bila anak menderita dehidrasi, jaringan lunak di belakang mata mengering dan susut sehingga matanya tertarik ke dalam. Mata seolah-olah kehilangan sinarnya, kuyu, dan setengah tertutup waktu tidur.
Mulut kering dan tidak ada air mata anak yang menderita dehidrasi, biasanya mulutnya tidak sanggup memproduksi ludah dan air mata cukup banyak, sehingga mulut dan lidahnya kering serta tidak ada air mata.
Bowel sound increaseKeadaan ini terjadi karena makanan dan cairan tidak dapat diabsorbsi dengan baik. Akibatnya akan terjadi peningkatan tekanan koloid osmotic dalam lumen usus yang kemudian merangsang hiperperistaltik usus untuk mendorong makanan dan cairan yang tidak dapat dicerna keluar dari usus. Hal inilah yang menyebabkan terdengar suara bising usus saat auskultasi.
Turgor > 2 detik Di bagian bawah kulit terdapat jaringan elastin yang berisi cairan, jika terjadi dehidrasi maka cairan yang mengisi jaringan elastin tersebut juga ikut berkurang sehingga timbullah manifestasi klinis turgor (+).
Redness skin surrounding anal orifice Warna kulit kemerahan di sekitar anus ini terjadi karena adanya iritasi akibat seringnya defekasi dan perubahan derajat keasaman feses yang menjadi lebih asam karena asam laktat yang tidak mampu direabsorbsi oleh usus selama diare.
Extremities: cold hand and feetDiare akut dehidrasi berat cairan ekstraseluler berkurang cardiac output berkurang perfusi darah ke jaringan berkurang ekstremitas ( tangan dan kaki ) dingin
5. Bagaimana diagnosis banding dari kasus ini? Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab
II. Learning Issues
Diare
A. Pengertian
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau
lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk
bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam,
sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie,
2010).
Diare virus paling sering terjadi pada bayi usia 1-12 bulan, dimana virus
menyerang sel epitel usus halus bagian atas, yang menyebabkan gangguan absorbsi,
transport sodium dan diare. Pada bayi (usia < 2 tahun) diare utamanya disebabkan oleh
rotavirus.
B. Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare
akut dibagi atas empat penyebab:
Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli,
Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
C. Epidemiologi
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di
negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun
2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun.
Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik atau 20 jumbo jet kecelakaaan
setiap hari 1. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan
banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar
biasa (KLB).
Rotavirus A yang merupakan 90 % penyebab gastroenteritis pada manusia,tersebar
endemis di seluruh dunia. Setiap tahun Rotavirus menyebabkan jutaan kasus diare di
negara-negara berkembang, hampir 2 juta kasus penyebab perawatan di Rumah Sakit, dan
diperkirakan 611.000 penyebab kematian. Rotavirus menjadi penyebab utama diare yang
berat pada bayi dan anak-anak, yakni sekitar 20 % kasus dan 50% penyebab perawatan
dirumah sakit. Anak laki-laki mempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk di rawat dirumah
sakit daripada anak perempuan.
D. Faktor Risiko
Banyak faktor yang menimbulkan penyakit diare antara lain faktor lingkungan, faktor
balita, faktor ibu, dan faktor sosiodemografis.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan cukup banyak diteliti dan dibahas dari segala aspek seperti dari
sarana air bersih (SAB), jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), keadaan
rumah, tempat pembuangan sampah, kualitas bakteriologis air bersih dan kepadatan
hunian. Dari sekian banyak faktor risiko penyebab penyakit diare, faktor risiko yang
sering diteliti adalah faktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan jamban. Jadi bisa
diambil kesimpulan bahwa faktor risiko yang paling rentan menyebabkan penyakit diare
adalah faktor lingkungan.
Faktor Ibu
Faktor risiko penyebab diare menurut faktor ibu ada beberapa aspek, yaitu aspek
pengetahuan, perilaku dan hygiene ibu. Pada aspek pengetahuan ibu, rendahnya
pengetahuan ibu mengenai hidup sehat merupakan faktor risiko yang menyebabkan
penyakit diare pada bayi dan balita.
Faktor Anak
Rendahnya status gizi pada bayi dan balita merupakan faktor risiko yang rentan
untuk menyebabkan penyakit diare. ASI ekslusif dan imunisasi lengkap pada bayi dapat
menurunkan resiko terjadinya diare.
E. Patofisiologi
Rotavirus menginfeksi 2/3 proksimal ileum dengan terikat pada enterosit matur pada
ujung-ujung villi. Enterosit melaksanakan fungsi absorpsi dan sel kripta yang terletak pada
lembah villi melaksanakan fungsi sekresi (ion klorida) ke lumen usus. Sel-sel yang rusak
terkelupas masuk ke dalam lumen usus dan melepaskan virus dalam jumlah yang besar
yang dapat tampak di feses (lebih dari 1010partikel per gram feses). Ekskresi virus biasanya
berlangsung 2-12 hari pada individu yang sehat tetapi dapat memanjang pada individu
dengan nutrisi yang buruk.
Virus menginduksi kematian sel yang mengakibatkan semakin landainya epitel villi
dan proliferasi sel kripta sebagai responnya. Kapasitas absorbsi usus menurun, sementara
cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus. Sementara enterosit juga terinfeksi,
enzim-enzim pencernaan seperti sukrase dan isomaltase juga menurun. Ketika gula
terakumulasi, gradien osmotik lebih semakin meningkatkan sekresi cairan ke dalam lumen.
Diare juga terjadi dari aktivitas enterotoksin virus, nonstruktural protein 4 (NSP4). Pada
tikus NSP4 menginduksi diare yang tergantung dosis dan usia dengan cara memicu sinyal
sel dan mobilisasi calcium yang akhirnya mengakibatkan diare sekretori. Pada model
binatang, NSP4 menginisiasi diare sekretori selama tahap awal infeksi, jadi mendahului
terjadinya inflamasi atau kerusakan selular. Akhirnya sistem saraf enterik berkontribusi
dalam mempertahankan keadaan diare, menstimulasi sekresi cairan dan zat-zat.
F. Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi
komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa
berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja mengandung sejumlah ion natrium,
klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi,
asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya
karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak
diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa
dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut
derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi
berat
G. Tatalaksana
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi
diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan
diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati
diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Teruskan pemberian ASI dan Makanan
Antibiotik Selektif
Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan
memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga
seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit
yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang
hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat
dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di
infus. (Kemenkes RI, 2011)
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1
sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang
lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10
menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian
cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan
diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak
diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Hal ini terbukti
membantu memperbaiki mucosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalantubuh
secara keseluruhan. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air
matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk
bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna
dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan
(Kemenkes RI, 2011).
Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada
balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare
dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat.
Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat
anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia)
(Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita
harus diberi nasehat tentang:
Cara memberikan cairan dan obat di rumah
Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari
Amir menderita dehidrasi berat akibat diare akut yang dideritanya. Tata laksana yang
harus dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
H. Komplikasi
Jawab :
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik).
Renjatan hipovolemik.
Hipotokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiogram).
Hipoglikemi.
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan
villi mukosa usus halus.
Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami
kelaparan.
I. Prognosis
Dubia ad bonam
Daftar Pustaka
Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi, Diare Akut, hal 87-118
Guyton and Hall, 1996. Textbook of medical physiology. 9th Ed. W. B Saunders Company. Philadelphia.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBA. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: 2008
Nelson. 2011. Ilmu Kesehatan Anak Volume 2, edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran. EGC: Jakarta