22
147 ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF PADA INTEGRATED REPORTING DI INDONESIA, MALAYSIA, DAN SINGAPURA Agnes Febriyanti Juniati Gunawan Abstract This study aims to determine how much disclosures can be found on the IR issued by companies in Indonesia, Malaysia, and Singapore that implement International <IR> Framework as a guide. This study uses a total observation of 21 (twenty one) Integrated Reports, consisting of 12 (twelve) IR from Indonesia, 5 (five) IR from Malaysia, and 4 (four) IR from Singapore, where the entire population is used as the research object. Content analysis and descriptive qualitative are used as the chosen methods to explore many information disclosures. The result of this study shows that IR in Indonesia, Malaysia, and Singapore falls in the high category. This achievement was obtained because the companies that are used as the object of the research (the companies that publish IR) might be are top companies (total assets, capital, business lines, and employees) and have a good reputation. In addition, the companies that are used as a sample of this research have reported a sustainability report in the previous period which has an indicator similar to IR. Additionally, this study shows that IR in Indonesia is leading in reporting risks and opportunities because regulators require public companies have a risk management committee (Regulation of Bapepam and LK X.K.6). Whereas, IR in Malaysia and Singapore are leading in basic preparation and presentation of IR in behalf of the guidance of the current corporate reporting (Sustainability Reporting Guide - Malaysia and Singapore Stock Exchange) that has similar indicators to the International <IR> Framework. However, the third IR lacks the ability to disclose the strategy and allocation of resources are caused by uncertainty. The trend for subsequent reporting will be done through IR, IR is considered capable of creating organization’s value in the short, medium, and long term to meet the needs of stakeholders. Keywords: integrated reporting, corporate reporting, iirc, ir disclosure list, financial and nonfinancial information, value creation Jurnal Magister Akuntasi Trisakti (e-Journal) Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 Hal.146-168 ISSN : 2339-0859

ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

147

ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF PADA

INTEGRATED REPORTING DI INDONESIA, MALAYSIA, DAN

SINGAPURA

Agnes Febriyanti

Juniati Gunawan

Abstract

This study aims to determine how much disclosures can be found on the IR

issued by companies in Indonesia, Malaysia, and Singapore that implement

International <IR> Framework as a guide. This study uses a total observation of 21

(twenty one) Integrated Reports, consisting of 12 (twelve) IR from Indonesia, 5 (five) IR

from Malaysia, and 4 (four) IR from Singapore, where the entire population is used as

the research object.

Content analysis and descriptive qualitative are used as the chosen methods

to explore many information disclosures. The result of this study shows that IR in

Indonesia, Malaysia, and Singapore falls in the high category. This achievement was

obtained because the companies that are used as the object of the research (the

companies that publish IR) might be are top companies (total assets, capital, business

lines, and employees) and have a good reputation. In addition, the companies that are

used as a sample of this research have reported a sustainability report in the previous

period which has an indicator similar to IR.

Additionally, this study shows that IR in Indonesia is leading in reporting

risks and opportunities because regulators require public companies have a risk

management committee (Regulation of Bapepam and LK X.K.6). Whereas, IR in

Malaysia and Singapore are leading in basic preparation and presentation of IR in

behalf of the guidance of the current corporate reporting (Sustainability Reporting

Guide - Malaysia and Singapore Stock Exchange) that has similar indicators to the

International <IR> Framework. However, the third IR lacks the ability to disclose the

strategy and allocation of resources are caused by uncertainty. The trend for

subsequent reporting will be done through IR, IR is considered capable of creating

organization’s value in the short, medium, and long term to meet the needs of

stakeholders.

Keywords: integrated reporting, corporate reporting, iirc, ir disclosure list,

financial and nonfinancial information, value creation

Jurnal Magister Akuntasi Trisakti (e-Journal)

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

Hal.146-168

ISSN : 2339-0859

Page 2: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

148 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

PENDAHULUAN

Pelaporan perusahaan adalah hal yang dinantikan oleh para pemangku

kepentingan (manajemen, karyawan, investor, kreditur, bank, pemerintah, auditor, dan

lain-lain). Pelaporan perusahaan memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan di

masa lampau dan peluang di masa yang akan datang (Kieso, 2014). Informasi yang

didapat pemangku kepentingan akan digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan.

Oleh karena itu, pelaporan perusahaan harus dapat menjawab kebutuhan bisnis yang

semakin hari semakin berkembang.

Menurut Intenational Integrated Reporting Council (IIRC) (2011), dalam rentan

waktu yang panjangtelah terjadi perubahan bentuk pelaporan perusahaan. Bentuk

pelaporan yang paling awal dan sangat sederhana diawali dengan financial reporting

(pelaporan keuangan). Financial reporting(FR) hanya menyajikan informasi keuangan

perusahaan yang meliputi, aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan dan beban, kontribusi

dari dan distribusi kepada pemilik perusahaan, serta arus kas. PSAK 1 menerangkan

bahwa entitas menyajikan FR berdasarkan asumsi kelangsungan usaha (going concern).

Pengungkapan keberlangsungan usaha dalam FR masih belum dapat diandalkan karena

kecurangan atas laporan keuangan masih mungkin terjadi (AICD dan AUASB, 2009).

Terdapat beberapa kasus kecurangan pelaporan keuangan yang merugikan para

pemangku kepentingan. Kasus Enron, Worldcom, dan Tyco adalah beberapa contoh

nyata. Pada tahun berjalan perusahaan dilaporkan memiliki profit dan aset yang besar,

tetapi dalam seketika, ketiga perusahaan tersebut goyah dan dinyatakan bangkrut.

Terjadinya kasus ini mengakibatkan para pemangku kepentingan tidak dapat

sepenuhnya mengandalkan FR karena FR tidak cukup menggambarkan fakta

perusahaan (FMA, 2014).

Pemangku kepentingan menuntut keterbukaan informasi agar kasus-kasus di

atas tidak terulang kembali,manajemen perlu mengetahui operasional dan pengendalian

intern perusahaan terhadap pelaporan keuangan (internal control over financial

reporting) selengkap mungkin(Hall, 2016). Dalam management reporting (MR) harus

dinyatakan bahwa manajemen bertanggung jawab memastikan adanya pengendalian

intern yang cukup atas pelaporan keuangan.

Kebutuhan bisnis yang semakin berkembang menuntut perusahaan bukan hanya

fokus pada aspek keuangan seperti yang disampaikan dalam laporan tahunan

perusahaan (annual report), tetapi juga dalam pertanggungjawaban terhadap aspek

sosial dan lingkungan. Berdasarkan Peraturan Bapepam dan LK X.K.6, seluruh

perusahaan publik diwajibkan melakukan dan melaporkan kegiatan CSR (corporate

social responsibility). CSR adalah tanggung jawab organisasi yang berdampak pada

keputusan dan kegiatan di masyarakat serta lingkungan, yang tergambar dalam perilaku

transparan dan etis serta memberikan kontribusi pembangunan berkelanjutan (ISO

26000). Hal ini sebagai wujud kepedulian, komitmen, dan tanggung jawab sosial

perusahaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan yang menjadi pilar bisnis. CSR telah

diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan (AR), tetapi masih dalam porsi yang

sangat sedikit (Peraturan Bapepam dan LK X.K.6). AR masih fokus pada kinerja

keuangan. Sehingga dibutuhkan sebuah pelaporan yang fokus pada aspek sosial dan

lingkungan.

Page 3: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 149

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

Sustainability reporting (SR) adalah jawaban atas kebutuhan informasi

nonfinansial (sosial dan lingkungan). SR adalah bentuk pelaporan perusahaan atau

organisasi mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang disebabkan oleh

aktivitas bisnis sehari-hari (GRI, 2016). SR juga menyajikan nilai-nilai dan model tata

kelola organisasi, dan menunjukkan hubungan antara strategi dan komitmennya untuk

ekonomi global yang berkelanjutan. SR dapat membantu organisasi untuk mengukur,

memahami, dan mengomunikasikan, kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola

organisasi (ESG). Sebuah lembaga internasional mengeluarkan panduan dalam

penyampaian SR, lembaga tersebut adalah Global Reporting Initiatives (GRI). GRI

menerbitkan Sustainability Reporting Guidelines sebagai pedoman penyusunan SR

yang transparan. Dalam SR terdapat pengungkapan atas standar umum dan khusus

(GRI, 2013).

Dalam kenyataannya saat ini, perusahaan menerbitkan dua bentuk pelaporan

untuk memenuhi permintaan pemangku kepentingan, laporan tahunan (AR) yang fokus

pada kinerja keuangan dan laporan berkelanjutan (SR) yang fokus pada kinerja

lingkungan dan sosial. AR dan SR yang dilaporkan terpisah membuat pemangku

kepentingan mengorbankan usaha yang lebih besar untuk dapat mengakses pelaporan

perusahaan tersebut, begitu juga dalam hal pembuatannya perusahaan juga

mengorbankan biaya yang lebih banyak, jika dibandingkan biaya dan keuntungan (cost

and benefit) yang didapat tidaklah sesuai. SR juga tidak menyajikan informasi yang

dapat menimbulkan penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan panjang

secara spesifik. Untuk itu diperlukan kombinasi antara AR dan SR yang dapat dibuat

dalam bentuk pelaporan yang terintergrasi hanya dengan satu laporan dapat memenuhi

kebutuhan informasi pemangku kepentingan, kombinasi AR dan SR tercermin dalam

integrated reporting (IR) (Eccles, 2010).

Diawal pengenalan IR ke publik, para akuntan memiliki kesulitan untuk

mengidentifikasi bentuk IR yang seharusnya (Phillips, 2011). Sehingga pada tahun

2010, dibentuklah International Integrated Reporting Council (IIRC) sebagai lembaga

yang bertujuan untuk membuat sebuah kerangka yang dapat diterima secara global

untuk sebuah proses komunikasi informasi oleh organisasi kepada pemangku

kepentingan dalam penciptaan nilai dari waktu ke waktu. Bentuk pelaporan ini

dinamakan integrated reporting (IR), IR mengomunikasikan secara ringkas dan

terintegrasi bagaimana strategi, tatakelola, remunerasi, kinerja, dan prospek suatu

organisasi yang dapat menimbulkan penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah,

dan panjang. Keunggulan utama IR adalah sebuah pandangan yang lebih holistik atas

informasi yang relevan terhadap perusahaan serta penciptaan nilai dan strategi (Phillips,

2011).

Pada 9 Desember 2013, IIRC mengeluarkan International <IR> Framework

yang menjadi panduan bagi organisasi dalam menyusun IR-nya masing-masing. Dalam

International <IR> Framework memisahkan Guiding Principles dan Content Elements.

Guiding Principles mendukung penyusunan IR, menginformasikan isi laporan dan

bagaimana isi laporan disajikan, sedangkan Content Elements mencakup kategori

utama dari informasi yang harus dilaporkan dalam IR, disajikan sebagai serangkaian

pertanyaan dari pada daftar preskriptif dari pengungkapan.

Page 4: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

Indonesia, Malaysia, dan Singapura adalah beberapa negara berkembang di

kawasan Asia Tenggarayang menjadi tujuan penanaman modal investor karena posisi

negara yang strategis berada di selat Malaka yaitu jalur lalu lintas perdagangan

internasional, potensi perekonomian yang sedang dan akan terus berkembang, stabilitas

politik, dan pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) yang cenderung stabil dari

tahun ke tahun (Murphy, 2012). Ketiga negara ini penting bagi investor. Dalam

menanamkan modalnya, investor membutuhkan informasi perusahaan sebagai dasar

pengambilan keputusan investasi. Investor membutuhkan informasi yang komprehensif

bukan hanya finansial, melainkan nonfinansial (sosial dan lingkungan) juga. Oleh

karena itu kombinasi antara AR dan SR sangat diperlukan yaitu IR. Regulasi yang ada

di Indonesia, Malaysia, dan Singapura saat ini baru mengatur AR dan SR. Regulator

dan bursa efek di ketiga negara ini belum mengeluarkan panduan tentang IR. Berbeda

dengan Afrika Selatan, sejak tahun 2011 seluruh perusahaan publik di Johannesburg

Stock Exchange (JSE) wajib menyampaikan pelaporan perusahaan dalam bentuk IR,

hal ini didasarkan pada King III tahun 2009.

Indonesia, Malaysia, dan Singapura masih fokus pada SR (walaupun di

Indonesia dan Singapura belum diwajibkan). IR masih menjadi hal baru yang sangat

langka dan belum ada regulasi khusus dari ketiga negara tersebut yang menjelaskan

panduan pembuatan IR. Namun sudah ada beberapa perusahaan di Indonesia, Malaysia,

dan Singapura yang berinisiatif dan secara sukarela menerbitkan pelaporan perusahaan

dalam bentuk IR.

Penduan yang seharusnya digunakan dalam pembuatan IR adalah elemen dan

indikator yang tertuang dalam International <IR> Framework. Namun, tidak semua

perusahaan mengungkapkan dasar pelaporan yang diterbitkan, dan jika perusahaan

menuliskan International <IR> Framework sebagai standar penyusunan IR, tidak

menjamin kesesuaian antara IR perusahaan dengan elemen dan indikator yang tertuang

dalam International <IR> Framework.

Dengan adanya kondisi yang telah digambarkan di atas, penelitian ini akan

meneliti seberapa banyak pengungkapan informasi pada IR yang diterbitkan oleh

perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura dengan seluruh indikator yang harus

diungkapkan,dimana International <IR> Framework sebagai panduan.

LANDASAN TEORI

Integrated Reporting IR mengomunikasikan secara ringkas dan terintegrasi bagaimana strategi,

tata kelola, remunerasi, kinerja, dan prospek suatu organisasi yang dapat menimbulkan

penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Selain dalam hal

penciptaan nilai organisasi, IR memberikan gambaran yang lengkap tentang organisasi.

Pengungkapan informasi nonfinansial yang dilaporkan dalam IR sangat penting untuk

mengurangi asimetri informasi yang ada antara manajemen dan pemangku

kepentingan(Narayanan, 2000). Dengan disediakannya informasi nonfinansial

memungkinkan investor untuk lebih menilai area penting dan membentuk pandangan

yang lebih luas mengenai kinerja perusahaan yang juga mencakup masyarakat luas

(Holder-Webb, 2009).

Page 5: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 151

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

Menurut International Integrated Reporting Council (IIRC, 2013), sebagai

lembaga yang memprakarsai IR, IR bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kualitas informasi yang tersedia untuk penyedia modal finansial

untuk memungkinkan pengalokasian modal yang lebih efisien dan produktif.

2) Mempromosikan pendekatan yang lebih kohesif dan efisien untuk pelaporan

perusahaan yang mengacu pada lembaran pelaporan yang berbedadan

mengomunikasikan berbagai faktor yang secara material mempengaruhi

kemampuan organisasi untuk menciptakan nilai dari waktu ke waktu.

3) Meningkatkan akuntabilitas dan penatalayanan sebagai dasar dari modal (finansial,

produksi, intelektual, manusia, sosial dan hubungan, dan alam) dan

mempromosikan pemahaman mengenai saling ketergantungan diantara modal

tersebut.

4) Mendukung pemikiran terintegrasi, pengambilan keputusan dan tindakan yang

berfokus pada penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah, danpanjang.

IR konsisten dengan perkembangan pelaporan keuangan dan pelaporan

lainnya, tetapiIRjuga berbeda dari laporan dan komunikasi lainnyadalambeberapa hal.

Secara khusus, IR berfokus pada kemampuan sebuah organisasi menciptakan nilai

dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, dan dengan demikian IR memiliki

penekanan pada keringkasan (jelas dan padat berisi), fokus strategis dan orientasi masa

depan, konektivitas informasi dan modal dan hubungan saling ketergantungan diantara

hal tersebut.

IR juga menekankan pentingnya pemikiran terintegrasidalam

organisasi.Pemikiran terintegrasi adalah pertimbangan aktif oleh sebuah organisasi

mengenai hubungan antara berbagai unit operasi dan fungsional dan

modalyangorganisasi gunakan atau pengaruhi. Pemikiran terintegrasi mengarahpada

pengambilan keputusan dan tindakan yang terintegrasi yang mempertimbangkan

penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah dan panjang.Semakin banyak

pemikiran terintegrasi tertanam di dalam kegiatan organisasi, tentunya semakinlancar

konektivitas informasi mengalir ke manajemenpelaporan, analisis dan pengambilan

keputusan.

Selain itu keunggulan utama IR adalah sebuah pandangan yang lebih holistik

atas informasi yang relevan terhadap perusahaan serta penciptaan nilai dan strategi

(Phillips, 2011). IR menguntungkan semua pemangku kepentingan yang tertarik pada

kemampuan organisasi menciptakan nilai dari waktu ke waktu, termasuk karyawan,

pelanggan, pemasok, mitra bisnis, masyarakat lokal, legislator, regulator, dan pembuat

kebijakan. IR memberikan informasi finansial dan nonfinansial bagi para pemegang

kepentingan dengan komprehensif dan ringkas. Sehingga kualitas keputusan yang

diambil para pemangku kepentingan menjadi lebih bernilai dan menguntungkan.

International Integrated Reporting Council (IIRC)

International Integrated Reporting Council (IIRC) adalah sebuah koalisi

global, regulator, investor, perusahaan, pembuat standar, profesi akuntansi, dan

lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk pada tahun 2010.Secara bersama-sama,

koalisi ini berpandangan bahwa komunikasi tentang penciptaan nilai harus menjadi

langkah berikutnya dalam evolusi pelaporan perusahaan, oleh karena itudi tahun 2013

Page 6: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

152 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

IIRC merilis International <IR> Frameworkyang telah dikembangkan untuk memenuhi

kebutuhan dan memberikan landasan informasi untuk masa depan.

Dalam proses pembuatan International <IR> Framework, IIRC tidak berjalan

sendirian, IIRC memiliki beberapa rekanan, seperti CDP-Driving Sustainable

Economies, Global Reporting Invitiative (GRI), IFRS Foundation, International

Federation of Accountants (IFAC), Sustainability Accounting Standards Board

(SASB), dan World Business Council for Sustainable Development (WBCSD).

International <IR> Framework

Pada tahun 2013 IIRC merilis International <IR> Frameworkyang telah

dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan landasan informasi untuk

masa depan.International <IR> Framework menyajikan panduan dalam penyusunan

laporan perusahaan secara terintegrasi sehingga mempermudah para pemangku

kepentingan mendapatkan informasi.

Tujuan dari International <IR> Framework adalah untuk membangun prinsip

panduan dan elemen konten yang mengatur keseluruhan isi IR, dan untuk menjelaskan

konsep dasar yang mendukung hal tersebut (IIRC, 2013).

Isi laporan dan informasi IR harus disajikan dengan Prinsip Panduan, sebagai

berikut, fokus strategis dan orientasi masa depan (strategic focus and future

orientation), konektivitas informasi (conectivity of information), hubungan para

pemangku kepentingan (stakeholder relationships), materialitas (materiality),

keringkasan (conciseness), keandalan dan kelengkapan (reliability and completeness),

serta konsistensi dan komparabilitas (consistency and comparability).

Sebuah IR mencakup delapan elemen konten yang pada dasarnya berhubungan

satu sama lain dan tidak berdiri sendiri, yaitu gambaran organisasi dan lingkungan

eksternal (organizational review and external environment), tata kelola (governance),

model bisnis (business model), risiko dan peluang (risks and opportunities), strategi

dan alokasi sumber daya (strategy and resource allocation), kinerja (performance),

pandangan (outlook), serta dasar persiapan dan penyajian (basis of preparation and

presentation). Selain delapan elemen konten di atas, International <IR> Framework

juga menjabarkan satu Panduan Pelaporan Umum (general reporting guidance).

Penelitian Terdahulu

Stubbs dan Higgins (2014) meneliti mekanisme internal perusahaan yang baru

mengadopsiIR di Australia dalam mengelola proses pelaporan perusahaan dan

mengeksplorasi apakah IR mendorong mekanisme pengungkapan yang lebih inovatif.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa perusahaan yang menerbitkan IR merubah proses

dan struktur pelaporan mereka, tetapi pengadopsian IR belum mendorong inovasi baru

dalam mekanisme pengungkapan informasi. Penelitian Stubbs dan Higgins (2014) tidak

mengungkapkan perubahan proses pelaporan yang radikal dan transformatif, melainkan

hanya perubahan secara inkremental pada proses dan struktur dari bentuk pelaporan

yang sebelumnya yaitu SR.

Frias-Aceituno (2014) membuktikan bahwa perusahaan yang bersifat monopoli

memiliki kemungkinan yang lebih kecil menerbitkan IR yang berisi informasi yang

relevan terhadap pengambilan keputusan agar perusahaan dapat mempertahankan profit

Page 7: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 153

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

yang selama ini didapat (abnormal profits). Di sisi lain, ukuran dan profitabilitas

perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap penerbitan IR, dengan kata lainsemakin

besar ukuran dan profit perusahaan, semakin besar juga kemungkinan perusahaan

menerbitkan IR. Penelitian Frias-Aceituno (2014) tidak memberikan panduan untuk

menilai kualitas IR dan indikator kineja kunci (KPI) yang harus diungkapkan oleh

sebuah IR.

Lipunga (2015) meneliti pengungkapan IR perusahaan publik di Malawi salah

satu negara di Afrika Tenggara. Penelitian ini mengungkapkan bahwa lebih dari 50%

informasi yang seharusnya diungkapkan, tetapi tidak diungkapkan di dalam IR

perusahaan, luasnya pengungkapan didasarkan pada kerangka IR yang dikembangkan

oleh Toit (2014) dan Abeysekera (2013). Lipunga (2015) menyarankan penelitian

berikutnya dapat menilai luasnya pengungkapan IR perusahaan menggunakan kerangka

yang diterbitkan oleh IIRC (International <IR> Framework).

Pada tahun 2014, PwC Malaysia juga meneliti laporan tahunan 30 perusahaan

publik di Bursa Malaysia terhadapInternational <IR> Framework (kerangka yang

diterbitkan oleh IIRC). Penilaian IR dilakukan dengan 110 pertanyaan seputar

IR.Pertanyaan-pertanyaan ini didasarkan pada elemen kontenInternational <IR>

Framework.Penelitian ini membuktikan bahwa informasi-informasi yang diungkapkan

pada laporan tahunan perusahaan publik di Malaysia belum terintegrasi, terbukti dari

banyaknya pertanyaan yang tidak terjawab.Penelitian ini merekomendasikan

perusahaan publik Malaysia untuksegera menyampaikan pelaporan perusahaan dalam

bentuk IR.

Dari penelaahan penelitian terdahulu ditemukan bahwa belum pernah ada

penelitian yang menganalisis luasnya pengungkapan kuantitatif IR perusahaan di

Indonesia, Malaysia, dan Singapura berdasarkan International <IR> Framework

sebagai panduan pengungkapan. PwC Malaysia telah terlebih dahulu melakukan

penelitian sehubungan dengan International <IR> Framework, tetapi objek penelitian

bukanlah IR perusahaan, melainkan laporan tahunan perusahaan publik. Berdasarkan

penelaahan literatur,tidak ditemukan daftar pengungkapan khusus yang dibuat

berdasarkan International <IR> Framework, untuk itu sebagai langkah awal diperlukan

pembuatan daftar pengungkapan IR berdasarkan International <IR> Framework untuk

panduan dalam menentukan luasnya pengungkapan.

Rerangka Konseptual

Penelitian ini akan menganalisisbanyaknya pengungkapan informasi dalam IR

pada perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura berdasarkan International <IR>

Framework yang diterbitkan oleh International Integrated Reporting Council (IIRC).

Penelitian ini menggunakan analisis konten melalui scoring process(skala 1-5) yang

akan menghasilkan analisis luasnya pengungkapan kuantitatif pada IR perusahaan di

Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Maka, dapat digambarkan dengan rerangka

konseptual sebagai berikut:

Page 8: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

154 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

Gambar 1

Rerangka konseptual penelitian

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode eksplorasi.

Penelitian ini menggunakan angka-angka deskriptif dengan pemberian skor yang

bertujuan mendukung pendeskripsian hasil penelitian. Penelitian ini mengolah dan

menganalisis data sekunder dengan melihat banyaknya pengungkapan informasi dalam

IR pada perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura berdasarkan International

<IR> Framework yang diterbitkan oleh International Integrated Reporting Council

(IIRC) dengan penjabaran secara deskriptif.

Populasi ini menggunakanseluruh populasi sebagai sampel penelitian yaitu

seluruh perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura dari tahun 2013-2015 yang

menerbitkan laporan perusahaan dalam bentuk laporan terintegrasi (integrated report)

atau laporan tahunan terintegrasi (integrated annual report) dalam periode tahun 2013-

2015.Data didapat dari situsInternational Integrated Reporting Council(IIRC), bursa

efek di Indonesia(www.idx.co.id), Malaysia (www.bursamalaysia.com), dan Singapura

(www.sgx.com), serta situs masing-masing perusahaan. Sebagai usaha dalam

pengumpulan data, penelitian ini juga melibatkan diskusi dengan para pembuat IR di

Indonesia sehingga sampel yang didapat mendekati populasi yang sebenarnya.

Analisis Konten

Analisis konten adalah sebuah metode atau teknik yang digunakan untuk

mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif melalui proses pemberian skor(scoring)

(Raar, 2002). Proses analisis konten pada penelitian ini akan fokus pada kuantitas

pengungkapan. Kuantitas pengungkapan menunjukkan banyaknyainformasi yang

diungkapkan perusahaan di dalam laporan perusahaan untuk menggambarkan kegiatan

perusahaan (Gunawan, 2010). Jika tidak ada pengungkapan sama sekali maka diberi

skor nol (0), sedangkan jika ada pengungkapan maka diberi skor 1-5 (Tabel 1).

International <IR>

Framework

Integrated Report

(Indonesia, Malaysia, dan

Singapura)

Content Analysis

(Scoring Process)

“Analysis of The Extent of

Quantitative Disclosure”

Sumber: olahan penulis

Page 9: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 155

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

Tabel 1

Pengukuran Kuantitas (Raar, 2002)

Kuantitas pengungkapan “berapa banyak”

1 = kalimat

2 = paragraf

3 = setengah halaman A4

4 = satu halaman A4

5 = lebih dari satu halaman A4

Tabel 2

Pengategorian IR

Rentang Rata-rata Banyaknya Pengungkapan Kategori

0 ≤ rata-rata banyaknya pengungkapan < 1,67 Rendah

1,67 ≤ rata-rata banyaknya pengungkapan < 3,34 Menengah

3,34 ≤ rata-rata banyaknya pengungkapan ≤ 5,00 Tinggi

Sumber: data olahan penulis

Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan jumlah objek penelitian sebanyak 11 perusahaan

yang terdiri atas, 5 (lima) perusahaan Indonesia, 3 (tiga) perusahaan Malaysia, dan 3

(tiga) perusahaan Singapura. Jumlah total observasi penelitian adalah 21 (dua puluh

satu) Laporan Terintegrasi (Integrated Report) atau Laporan Tahunan Terintegrasi

(Integrated Annual Report), terdiri atas 12 (dua belas) IR dari Indonesia, 5 (lima) IR

dari Malaysia, dan 4 (empat) IR dari Singapura.

Tabel 3

Objek penelitian bedasarkan negara asal dan tahun penerbitan

No Nama Perusahaan 2013 2014 2015 Total

Observasi

Indonesia 12

1 Timah 3

2 Pertamina Gas 2

3 Pertamina EP 3

4 Pertamina Hulu Energi 2

5 Elnusa 2

Page 10: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

156 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

No Nama Perusahaan 2013 2014 2015 Total

Observasi

Malaysia 5

1 Sime Darby Berhad 2

2 Felda Global Ventures 1

3 Telekom Malaysia 2

Singapura 4

1 DBS Bank 1

2 City Development 1

3 MPA Singapore 2

Jumlah 3 8 10 21

Sumber: data olahan penulis

PEMBAHASAN

IR Indonesia, Malaysia, dan Singapura telah mencakup seluruh elemen-elemen

konten di atas yang telah sesuai dengan International <IR> Framework yang diterbitkan

oleh International Integrated Reporting Council (IIRC). Berdasarkan Tabel 4, IR

Indonesia unggul dalam pelaporan elemen risiko dan peluang (risks and opportunities)

karena banyak perusahaan di Indonesia yang telah memiliki komite manajemen risiko

sehingga sudah ada prosedur, sistem, dan metodologi untuk mengidentifikasi,

mengukur, memitigasi, memantau, dan mengendalikan risiko perusahaan. Selain diatur

dalam International <IR> Framework, hal risiko dan peluang juga telah diatur dalam

Panduan GRI dan Peraturan Bapepam dan LK X.K.6 dan ada Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) yang mengawasi kegiatan dan pelaporan perusahaan.

Banyaknya pengungkapan elemen risiko dan peluang juga merupakan tuntutan

investor sebagai pemilik modal di perusahaan. Investor ingin perusahaan miliknya

dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang dan mampu memenuhi kewajibannya

(going concern) (O’Reilly, 2010). Sehingga manajemen wajib mengungkapkan

peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam keberlangsungan hidup perusahaan.

IR Malaysia dan Singapura menunjukkan nilai tertinggi pada elemen yang

pelaporan elemen dasar persiapan dan presentasi (basis of preparation and

presentation). Perusahaan Malaysia dan Singapura sangat peduli terhadap tingkat

materialitas dan boundary dari informasi yang diungkapkan dalam IR. IR

mengungkapkan bagaimana proses penentuan informasi-informasi yang dianggap

material disertai dengan material matrixperusahaan. Panduan pelaporan IR

menyebutkan bahwa IR harusnya menjawab kebutuhan pemangku kepantingan,

menyajikan hal yang material, tetapi tetap ringkas (IIRC, 2013). IR Malaysia dan

Singapura dapat memenuhi panduan pelaporan ini dengan baik.

Perusahaan Malaysia dan Singapura juga menyadari perbedaan budaya, latar

belakang, dan kebutuhan investor, maka dari itu IR menyajikan topik-topik yang

dianggap material dengan jelas untuk para pemangku kepentingan karena perusahaan

Page 11: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 157

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

menyadari betul apa yang ditampilkan dalam laporan perusahaan akan mempengaruhi

pandangan pemangku kepentingan. Penelitian Deegan (1997), menunjukkan

pentingnya materialitas dalam pelaporan perusahaan, hasil survei membuktikan bahwa

infomasi lingkungan adalah informasi yang dianggap material oleh investor. Walaupun

pada kenyataannya, infomasi finansial dianggap lebih lebih penting dibanding

informasi lingkungan.

IR Indonesia, Malaysia, dan Singapura paling lemah dalam pengungkapan

elemen strategi dan alokasi sumber daya (strategy and resource allocation). Panduan

pengungkapan strategi telah ada di dalam panduan pelaporan sebelumnya (AR dan SR-

GRI G4). Namun adanya pengalokasian sumber daya menambah indikator yang harus

dilaporkan. IR menjeslakan berbagai jenis modal sumber daya atau modal yang dapat

dikelola perusahaan, bukan hanya sebatas modal finansial, melainkan terdapat pula

modal manufaktur, intelektual, manusia, sosial dan hubungan, dan alam yang menjadi

input yang masuk dalam model bisnis perusahaan. Perusahaan masih fokus pada

penggunaan dan pengalokasian sumber daya finansial.

Perusahaan belum dapat mengungkapkan antara strategi perusahaan dan

pengalokasian sumber dayadengan selaras. Kurangnya pengungkapan strategi dan

sumber daya mungkin disebabkan karena strategi adalah elemen yang sulit untuk

diungkapkan karena berakitan dengan ketidakpastian. Manajemen memilih untuk tidak

mengungkapkan strateginya karena ditakutkan akan berbeda dengan kenyataan pada

aslinya nanti. Investor tidak terlalu menyukai perubahan seperti ini, investor akan

menganggap manajemen kurang handal dalam menentukan strategi dan alokasi sumber

daya perusahan (Ferreira, 2007). Sehingga pada akhirnya manajemen memilih untuk

tidak mengungkapkan strategi perusahaan.

Selain kemampuan manajer menetapkan strategi, tipe investor juga mungkin

mengakibatkan perbedaan dalam penggunaan informasi strategi, investor Eropa lebih

suka terhadap pengungkapan strategi yang komprehensif, sedangkan investor Asia

lebih menyukai pengungkapan strategi yang ringkas dan sederhana (Santema, 2005).

Indonesia, Malaysia, dan Singapura yang berlokasi di Asia Tenggara memiliki

kecenderungan untuk mengikuti budaya investor Asia, sehingga manajemen

mengungkapkan strategi dan pengalokasian sumber daya dengan jumlah yang sedikit.

Tabel 4

Hasil dari seluruh elemen konten dan panduan pelaporan

Elemen Konten Indonesia Malaysia Singapura

A. Organizational overview and

external environment

3,83 3,50 3,35

B. Governance 3,57 4,09 2,86

C. Business model 3,53 4,02 4,26

D. Risks and opportunities 4,42 4,57 3,38

E. Strategy and resource allocation 2,80 3,28 2,54

F. Performance 3,85 3,78 3,56

G. Outlook 3,06 3,78 3,11

H. Basis of preparation and presentation 4,18 4,74 4,79

Page 12: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

158 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

I. General reporting guidance 3,80 4,03 4,29

Rata-rata banyaknya pengungkapan 3,63 3,88 3,68

Total Indikator yang diungkapkan 132 128 131

Nilai maksimal pengungkapan indikator 4,42 4,74 4,79

Nilai minimal pengungkapan indikator 2,80 3,28 2,54

Kategori IR Tinggi Tinggi Tinggi

Sumber: data olahan penulis

Jika melihat dan membandingkan IR yang diterbitkan di Indonesia, Malaysia,

dan Singapura dari nilai banyaknya pengungkapannya per elemen konten akan

ditemukan IR yang memiliki nilai paling tinggi diantara negara-negara yang lain. Pada

elemen organizational overview and external environment, IR Indonesia memiliki nilai

pengungkapan yang paling tinggisebesar 3,83 dengan nilai maksimal pengungkapan

sebesar 5,00. Banyaknya pengungkapan ini disebabkan karenahampir seluruh indikator

yang bernilai tinggitelah tercantum dalam Peraturan Bapepam dan LK X.K.6,serta

adanya tuntutan dari banyak pemangku kepentingan yang membutuhkan pengungkapan

informasi atas elemen organizational overview and external environment.Dengan

kondisi ini, perusahaan Indonesia terbiasa mengungkapkan indikator yang terdapat

pada elemen organizational overview and external environment di pelaporan

perusahaan sebelumnya.

Pada elemen governance, IR Malaysia memiliki nilai pengungkapan yang

paling tinggisebesar 4,09. Malaysia merupakan negara yang memiliki regulasi tata

kelola yang baik, hal ini terlihat pada regulasi publik yang telah diterbitkan, seperti

Malaysian Code on Corporate Governance 2012 (MCCG 2012) adalah penyempurnaan

atas Malaysian Code on Corporate Governance 2007 (MCCG 2007). MCCG 2012

menetapkan prinsip dan rekomendasi khusus tentang struktur dan proses yang harus

perusahaan adopsi dalam membuat tata kelola perusahaan yang baik yang merupakan

bagian integral dari transaksi dan budaya bisnis. MCCG 2012 memperjelas area

yangberkaitan dengan peran dan tanggung jawab dewan, komposisi dewan,

independensi dari direktur independen, pemisahaan antara chairman dan CEO,

komitmen direktur, remunerasi direktur, kerangka manajemen risiko dan sistem

pengendalian intern, integritas pelaporan keuangan, dan hubungan antara perusahaan

dengan pemangku kepentingan. Area-area yang dijelaskan dalam MCCG 2012

mencakup indikator yang terdapat dalam elemen governance pada International <IR>

Framework.

Selain MCCG 2012, Bursa Malaysia juga menerbitkan Corporate Governance

Blueprint 2011 (akan dilaksanakan selama lima tahun) yang diterbitkan pada 8 Juli

2011. Corporate Governance Blueprint 2011 memberikan rencana yang akan dilakukan

untuk meningkatkan standar tata kelola perusahaan di Malaysia dengan memperkuat

disiplin diri dan pasar dan mempromosikan budaya tata kelola yang baik. Hal ini

menimbulkan pergeseran budaya tata kelola perusahaan dari sekadar memenuhi aturan,

berubah menjadi lebih mendapat esensi dari tata kelola perusahaan yang baik, yaitu

pendalaman hubungan kepercayaan antara perusahaan dan pemangku kepentingan.

Page 13: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 159

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

Corporate Governance Blueprint 2011 dikembangkan melalui proses konsultasi

dengan industri, blueprint berfokus pada enam tema yang saling terhubung di dalam

lingkungan tata kelola, yaitu hak pemegang saham, peran investor institusional, dewan,

penjaga gerbang (gatekeepers) dan pemberi pengaruh (influencers), pengungkapan dan

transparansi serta penegakan publik dan swasta.Perkembangan regulasi tata kelola

perusahaan ini disebabkan karena adanya kebutuhan global yang semakin

komprehensif (Bhatt, 2016 dan Alnasser, 2012).

Pada elemen business model, IR Singapura memiliki nilai pengungkapan yang

paling tinggi sebesar 4,26. Business model adalah satu elemen baru yang belum pernah

dicantumkan dalam panduan pelaporan perusahaan sebelumnya (AR dan SR).Elemen

business model baru muncul di dalam International <IR> Framework. Tidak ada

panduan khusus sebagai panduan dalam pengungkapan business model yang diterbitkan

oleh Singapore Exchange. Dengan kemampuannya manajemen perusahaan

menganalisis dan membuat panduan atau framework tersendiri yang dapat membantu

pengungkapan business model perusahaan.

DBS Bank adalah sebuah perusahaan perbankan besar di Singapura (sampel

penelitian), DBS Bank terlibat dalam pilot program IIRC dalam pembuatan IR. DBS

Bank melakukan analisis terhadap International <IR> Framework dan Panduan GRI

G4. Dalam pembuatan IR, ada konten baru yang ditambahkan, tetapi perubahan yang

utama adalah cara penyampaian informasi untuk mengomunikasikan bagaimana

operasi bisnis, kinerja, strategi dan keberlanjutan organisasi saling terintegrasi dalam

penciptaan nilai perusahaan (ISCA, 2015).

Selain DBS Bank, MPA Singapore (sampel penelitian) juga menjadi pencetus

IR di Singapura. Di pertengahan tahun 2014, MPA Singapore melakukan brainstorming

untuk meningkatkan model bisnis perusahaan dan akan menerapkan rencana ini

kedepannya. Upaya ini dikonsolidasikan ke dalam “Future Ready Framework” (FRF)

yang merumuskan strategi jangka panjang MPA. MPA mengadopsi Panduan GRIG4,

yang merupakan standar de facto internasional untuk pelaporan keberlanjutan (SR).

FRF juga menjadi dasar bagi IR MPA Singapore, mengarahkan laporan perusahaan

pada penciptaan nilai dan kinerja yang bermakna sembari merangkul perusahaan

dengan pemikiran yang terintegrasi.

Walaupun belum ada panduan khusus sebagai panduan dalam pengungkapan

business model yang diterbitkan oleh Singapore Exchange atau lembaga pemerintah

lainnya. Perusahaan di Singapura dapat dengan baik menganalisis, menginterpretasi,

dan mengungkapkan elemen business modeldalam IR perusahaan. Hal ini mungkin

terjadi karena Singapura adalah garis depan dari perkembangan IR di Asia Tenggara

(IIRC, 2016). Institute of Singapore Chartered Accountants (ISCA)telah membentuk

steering commitee, yang membawa instansi pemerintah bersama-sama dengan praktisi

senior, investor, korporat terkemuka, dan akademisi untuk memimpin dan

mempengaruhi perkembangan IR di Singapura dan Asia Tenggara. Steering commitee

yang dibentuk ISCA juga dapat menjadi wadah konsultasi bagi perusahaan dalam

penyusunan IR perusahaan.

Pada elemen risks and opportunities, IR Malaysia memiliki nilai pengungkapan

yang paling tinggi sebesar 4,57.Perusahaan Malaysia telah memiliki komite manajemen

risiko untuk melakukan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan memitigasi risiko yang

Page 14: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

160 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

muncul dari aktivitas perusahaan.Perusahaan mengungkapkan risiko kunci, dampak

bagi perusahaan, kemungkinan terjadinya, dan usaha apa yang telah dan akan dilakukan

perusahaan untuk memitigasi risiko tersebut. Dibentuknya komite manajemen risiko

sejalan dengan Malaysian Code on Corporate Governanceyang diterbitkan oleh

Sucurities Commission dan Bursa Malaysia.Dalam menjalankan tugasnya, komite

manajemen risiko diawasi oleh audit internal perusahaan.Auditor internal bertugas

melakukan pengawasan independen, mengevaluasi, dan memperbaiki efektivitas

manajemen risiko,pengendalian internal, dan tata kelola perusahaan. Fungsi audit

internal dikepalai oleh kepala audit internal (head of internal audit) yang akan

memberikan laporan langsung ke komite audit perusahaan (MCCG, 2012).

Dengan adanya komite manajemen risiko, auditor internal, kepala audit internal,

serta pelaporan langsung ke komite audit mengondisikan perusahaan mengungkapkan

dengan baik, jelas, dan lengkap risiko dan peluang yang dihadapi perusahaan dalam

menjalankan aktivitas bisnis perusahaan. Kondisi ini membuat tingginya nilai

pengungkapan elemen risks and opportunitiesperusahaandi Malaysia.

Pada elemen strategy and resource allocation, IR Malaysia memiliki nilai

pengungkapan yang paling tinggisebesar 3,28. Penduduk Malaysia terdiri atas

multikultural etnis dan ras 50,4% orang Melayu, 23,7% orang Tionghoa, 11%

masyarakat adat, 7,1% orang India, dan 7,8% ras lainnya (Noor dan Leong, 2013).

Beragamnya etnis dan ras penduduk Malaysia menggambarkan tipe investor

yangberada di Malaysia. Beragamnya tipe investor mengakibatkan perbedaan dalam

kebutuhan pengungkapan strategi dan alokasi sumber daya.Investor Eropa lebih suka

terhadap pengungkapan strategi yang komprehensif, sedangkan investor Asia lebih

menyukai pengungkapan strategi yang ringkas dan sederhana (Santema, 2005).

Walaupun secara demografi penduduk Malaysia tidak secara langsung berasal dari

Eropa, tetapi negara Malaysia adalah negara persemakmuran (commenwealth) Inggris,

sehingga peraturan dan regulasi yang berlaku di Malaysia mengaju kepada peraturan

dan regulasi yang berlaku di Inggris (salah satu negara Eropa). Hal ini membuat IR

Malaysia melakukan pengungkapan elemen strategy and resource allocation yang

lebih banyak dan komprehensif dibanding IR Indonesia dan Singapura.

Pada elemen performance, IR Indonesia memiliki nilai pengungkapan yang

paling tinggi sebesar 3,85 dan nilai maksimal pengungkapan sebesar 5,00 yaitu pada

indikator F1, F5 (lampiran A). Perusahaan Indonesia mampu mengungkapkan dengan

baik kinerja perusahaan perusahaan pada masa lampau (membandingkan anggaran awal

yang dibuat dengan realisasi di tahun berjalan) karena beberapa indikator dalam elemen

performance telah tercantum di dalam Peraturan Bapepam dan LK X.K.6. Pelaporan

kinerja merupakan indikator yang telah dilaporakan secara terus-menerus di dalam

pelaporan perusahaan.

Selain itu, tingginya nilai pengungkapan dimungkinkan karena kinerja

perusahaan di Indonesia tahun 2013-2015 dalam keadaan baik (profit) sehingga

perusahaan terdorong untuk melakukan lebih banyak pengungkapan melalui indikator

kuantitatif serta signifikasi dan implikasi/kontribusi terhadap perusahaan dalam lingkup

kecil dan Indonesia dalam lingkup yang lebih besar.Pengungkapan ini disebabkan oleh

motivasi perusahaan yang ingin memunculkan gambaran positif (creating a positive

image) di mata para pemangku kepentingan (Gunawan, 2015).

Page 15: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 161

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

Pada elemen outlook, IR Malaysia memiliki nilai pengungkapan yang paling

tinggi sebesar 3,78. Seluruh informasi, ekspektasi, dan aspirasi yang diungkapkan

perusahaan dalam IR adalah berdasarkan keadaan yang sebenarnya, sekalipun belum

terjadi, tetapi telah melalui perhitungan dan proses analisis yang tepat. Transparansi

(prinsip GCG) adalah prinsip penting yang mendasari pengungkapan informasi pada

pelaporan perusahaan, informasi positif dan negatif yang harus diantisipasi dalam

kaitannya dengan pencapaian nilai jangka pendek, menengah, dan panjang. Oleh sebab

itu, Malaysia mampu memperoleh nilai pengungkapan tertinggi pada elemen

outlooksama dengan pencapaian pada elemen governance.

Menurut Rodrigue (2014), dalam pembuatan pelaporan perusahaan telah

melibatkan pemangku kepentingan (internal dan eksternal) untuk menggambarkan

realitas yang terjadi karena perusahaan menyadari pelaporan perusahaan adalah bentuk

tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan. Jadi walaupun elemen

outlooksifatnya prediktif (masa yang akan datang), tetapi telah diungkapkan

berdasarkan realitas perusahaan.

Pada elemen basis of preparation and presentationdan general reporting

guidance, IR Singapura memiliki nilai pengungkapan yang paling tinggi sebesar 4,79

dan 4,29. Elemen basis of preparation and presentationdan general reporting

guidancemengungkapkan bagaimana organisasi menentukan hal-hal yang akan

disertakan dalam IR danbagaimana hal-hal tersebut diukur atau dievaluasi. Indikator

yang nantinya akan diungkapkan,yaitu materialitas, reporting boundary, kerangka atau

metode yang digunakan dalam pengukuran materialitas,modal, pemenggalan rentan

waktu jangka pendek, menengah, dan panjang, serta agregasi dan disagregasi.

IR Singapura mampu mengungkapkan elemen basis of preparation and

presentationdangeneral reporting guidancelebih banyak dibandingkan IR Indonesia

dan Malaysia. Indikator yang terdapat pada kedua elemen ini merupakan elemen-

elemen yang juga terdapatdi GRI G4 (terdapat penambahan indikator modal). Seperti

yang telah dikatakan pada pembahasan elemen business model, perusahaan Singapura

adalah perusahaan yang unggul dengan kemampuan analisis manajemen perusahaan

yang sangat baik. Perusahaan telah terbiasa dengan indikator-indikator pada GRI G4

melakukan analisis mandiri ditambahkan konsultasi dengansteering commitee yang

dibentuk ISCA membuat tingginya nilai pengungkapan IR Singapura.

Hasil penelitian menunjukkan pengungkapan dalam IR Indonesia (3,63),

Malaysia (3,88), dan Singapura (3,68)masuk dalam kategori tinggi (Tabel 4). Kategori

tinggi bisa diperoleh karena perusahaan yang menjadi objek penelitian (perusahaan

yang menerbitkan IR) adalah perusahaan yang besar (total aset, modal, lini bisnis, dan

karyawan) serta memiliki reputasi baik sehingga perusahaan menyusun IR dengan baik.

Selain itu,semua perusahaan yang menjadi sampel penelitian telah menerapkan SR di

periode sebelumya, dengan indikator SR yang hampir sama dengan IR membuat

migrasi pelaporan lebih mudah dan nilai rata-rata banyaknya pengungkapan yang

cukup tinggi.

Page 16: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

162 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

SIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak

pengungkapaninformasi finansial dan nonfinansial pada IR yang diterbitkan oleh

perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura dengan International <IR>

Framework sebagai panduan.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menggunakan analisis konten,

maka dapat disimpulkan:

1) Pengungkapan IR di Indonesia masuk dalam kategori tinggi, IR unggul dalam

pelaporan elemen risiko dan peluang (risks and opportunities) karena banyak

perusahaan di Indonesia yang telah memiliki komite manajemen risiko dan

pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

2) Pengungkapan IR di Malaysia dan Singapuramasuk dalam kategori tinggi,IR

Malaysia dan Singapuraunggul dalam pelaporan elemen dasar persiapan dan

presentasi (basis of preparation and presentation). Perusahaan Malaysia dan

Singapura sangat peduli terhadap tingkat materialitas dan boundary dari informasi

yang diungkapkan dalam IR. Perusahaan mengungkapkan materialitas (material

matrix) dan boundary dengan baik karena mengetahui bahwa hal tersebut akan

mempengaruhi pengambilan keputusan investor (Deegan, 1997).

3) Pengungkapan IR Indonesia, Malaysia, dan Singapura paling lemah dalam

pelaporan elemen strategi dan alokasi sumber daya (strategy and resource

allocation). Kurangnya pengungkapan strategi dan sumber daya yang mungkin

disebabkan karena kurangnya kemampuan manajemen dalam memprediksikan

strategi dan alokasi sumber daya yang tepat untuk perusahaan. Manajemen memilih

untuk tidak mengungkapkan strateginya saat itu karena takut berbeda dengan

kenyataan aslinya (tidak prediktif) (Ferreira, 2007).

Selain itu, tipe investor juga mengakibatkan perbedaan dalam pengungkapan

strategi dan alokasi sumber daya, investor Eropa lebih suka terhadap pengungkapan

strategi yang komprehensif, sedangkan investor Asia lebih menyukai pengungkapan

strategi yang ringkas dan sederhana, tampaknya (Santema, 2005). Indonesia,

Malaysia, dan Singapura yang berlokasi di Asia Tenggara memiliki kecenderungan

untuk mengikuti budaya investor Asia, sehingga manajemen mengungkapkan

strategi dan pengalokasian sumber daya dengan jumlah yang sedikit. Sumber daya

atau modal yang dikelola hanya sebatas modal finansial, belum mencakup modal

manufaktur, intelektual, manusia, sosial dan hubungan, dan alam yang menjadi

input yang masuk dalam model bisnis perusahaan.

4) IR Indonesia, Malaysia, dan Singapura berada pada kategori tinggi. Kategori tinggi

dapat diperoleh mungkin karena perusahaan yang menjadi objek penelitian

(perusahaan yang menerbitkan IR) adalah perusahaan yang besar (total aset, modal,

lini bisnis, dan karyawan) serta memiliki reputasi baik sehingga perusahaan

menyusun IR dengan baik. Selain itu, perusahaan telah menerapkan SR dipelaporan

sebelumnya, sehingga mempermudah dalam penerbitan IR.Laporan sebelum sudah

disusun berdasarkan Panduan GRI dan peraturan bursa di negara masing-masing

yang kriteria dan indikatornya hampir sama dengan elemen dan indikator yang

terdapat dalam International <IR> Framework, sehingga perusahaan tinggal

melakukan penyesuaian dengan elemen dan indikator yang baru.

Page 17: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 163

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, beberapa

keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Adanya subjektivitas pada tahap pemberian skor dalam analisis kontenuntuk

menentukan banyaknya pengungkapan daftar pengungkapanInternational <IR>

Framework yang harus diungkapkan perusahaan di dalam IR perusahaan yang

mungkin mengakibatkan jumlah skor yang diberikan bias.

2) Setelah dilakukan penelusuran yang mendalam, penelitian ini hanya menggunakan

total observasi sebanyak21 (dua puluh satu) Laporan Terintegrasi (Integrated

Report) atau Laporan Tahunan Terintegrasi (Integrated Annual Report), terdiri atas

12 (dua belas) IR dari Indonesia, 5 (lima) IR dari Malaysia, dan 4 (empat) IR dari

Singapura. Dengan jumlah objek penelitian yang terbatas, uji statistik yang lebih

komprehensif belum bisa dilakukan.

3) Dibutuhkan biaya yang cukup besar dalam pembuatan IR perusahaan, sehingga

hanya perusahaan-perusahaan yang besar yang dapat membuat IR.

Implikasi

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, hasil

penelitian ini memiliki beberapa implikasi, antara lain:

1) Perusahaan dapat menggunakan daftar pengungkapan yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu 135 indikator elemen konten yang masing-masing elemennya

terdiri atas, 27 indikator gambaran organisasi dan lingkungan eksternal

(organizational review and external environment), 9 indikator tata kelola

(governance), 25 indikator model bisnis (business model), 6 indikator risiko dan

peluang (risks and opportunities), 13 indikator strategi dan alokasi sumber daya

(strategy and resource allocation), 8 indikator kinerja (performance), 11 indikator

pandangan (outlook), 7 indikator dasar persiapan dan penyajian (basis of

preparation and presentation), dan 29 indikator panduan pelaporan umum (general

reporting guidance) sebagai panduan dalam pembuatan IR perusahaan.

2) Manajemen dapat mengetahui kategori pengungkapan informasi dalam IR yang

telah dibuat, serta pengungkapan yang harus diperbanyak yaitu mengenai strategi

dan pengalokasian sumber daya yang jumlahnya masih sangat rendah dibanding

dengan elemen lainnya.

3) Regulator dapat menggunakan daftar pengungkapan pada penelitian ini sebagai

panduan dalam pembuatan regulasi terbaru tentang pelaporan perusahaan.

4) Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi dan pengalokasian sumber daya

memiliki pengungkapan paling sedikit diantara elemen lainnya. Pengungkapan

yang rendah ini menjadi tanda bagi investor agar lebih berhati-hati dalam

pengambilan keputusan.

Saran

Hasil penelitian ini memberikan beberapa saran untuk penelitian-penelitian

selanjutnya, antara lain:

Page 18: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

164 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

1) Untuk mengurangi level subjektivitas, maka disarankan penelitian selanjutnya

untuk melibatkan lebih banyak pihak yang memberi skor(minimal dua orang) saat

melakukan scoring(Gunawan, 2009).

2) Penelitian selanjutnya dapat memperbanyaksampel penelitian, apabila

memungkinkan mengakses penyusun IR dari tiap negara agar didapat objek

penelitian yang mendekati jumlah populasi sebenarnya, sehingga uji statistik yang

lebih komprehensif dapat dilakukan. Serta meneliti negara berkembang lainnya di

kawasan Asia Tenggara, seperti Brunei Darussalam.

DAFTAR PUSTAKA

Abd-Mutalib, Hafizah, Che Zuriana Muhammad Jamil, dan Wan Nordin Wan-

Hussin. (2014). The Availability, Extent and Quality of Sustainability

Reporting by Malaysian Listed Firms: Subsequent to Mandatory Disclosure.

Asian Journal of Finance & Accounting. Vol. 6, No.2. Hal. 239-257.

Abdullah, Maizatulakma, Zaleha Abdul Shukor, Zakiah Muhammadun

Mohamed, dan Azlina Ahmad. (2015). Risk Management Disclosure: A study

on The Effect of Voluntary Risk Management Disclosure Toward Firm Value.

Journal of Applied Accounting Research. Vol. 16, No: 3. Hal. 400-432.

Abeysekera, Indra. (2013). A Template for Integrated Reporting. Journal of

Intellectual Capital. Vol. 14, No. 2. Hal. 227-245.

Al-Mahmood, Syed Zain. (2015). Palm-Oil Migrant Workers Tell of Abuses on

Malaysian Plantations.http://www.wsj.com/articles/palm-oil-migrant-

workers-tell-of-abuses-on-malaysian-plantations-1437933321 (diakses pada 1

Juni 2016).

Alnasser, Sulaiman. (2012). What Has Changed? The Development of Corporate

Governance in Malaysia. The Journal of Risk Finance. Vol. 13, No. 3. Hal. 269-

276.

Asian Development Bank (ADB). (2014). ASEAN Corporate Governance Scorecard:

Country Reports and Assessments 2013–2014. Mandaluyong City, Philippines:

Asian Development Bank.

Australian Institute of Company Directors (AICD) and Audting and Assurance

Standards Board (AUASB). (2009). Going Concern Issues in Financial

Reporting: A Guide For Companies and Directors. Australia: Ligare Pty Ltd.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). (2006).

Peraturan Bapepam dan LK X.K.6.

Bhatt, Padmanabha Ramachandra. (2016). Corporate Governance in Malaysia: Has

MCCG Made a Difference. International Journal of Law and Management.

Vol. 58, No. 4. Hal. 403-415.

Bozzolan, S., Favotto, F. dan Ricceri, F. (2003). Italian Annual Intellectual Capital

Disclosure: An Empirical Analysis. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4, No.

4. Hal. 543-558.

Page 19: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 165

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

Burgman, Roland, dan Göran Roos. (2007). The Importance of Intellectual Capital

Reporting: Evidence and Implications. Journal of Intellectual Capital. Vol. 8,

No. 1. Hal. 7-51.

Bursa Malaysia Berhad. (2011). Corporate Disclosure Guide. Malaysia: Bursa

Malaysia.

Chau, Gerald K., dan Sidney J Gray. (2002). Ownership Structure and Corporate

Voluntary Disclosure in Hong Kong and Singapore. The International Journal

of Accounting. Vol. 37, No. 2. Hal. 247-265.

Cohen, Jeffrey R., Lori L. Holder-Webb, Leda Nath, dan David Wood. (2012).

Corporate Reporting of Nonfinancial Leading Indicators of Economic

Performance and Sustainability. Accounting Horizons. Vol. 26, No. 1. Hal. 65-

90.

Deegan, Craig dan Michaela Rankin. (1997). TheMateriality of Environmental

Information To Users of Annual Reports. Accounting, Auditing &

Accountability Journal. Vol. 10, No. 4. Hal. 562-583.

Eccles, Robert G. dan George Serafeim. (2014). Corporate and Integrated Reporting: A

Functional Perspective. Harvard Business School Working Paper. No. 14-094.

Eccles, Robert G., dan Daniela Saltzman. (2011). Achieving Sustainability Through

Integrated Reporting. Standford Social Innovation Review. United Kingdom:

Leland Stanford Jr. University.

Eccles, Robert G., Michael P. Krzus, dan Don Tapscott. (2010). One Report:

Integrated Reporting for a Sustainable Strategy. USA: Wiley.

Ferreira, Daniel dan Marcelo Rezende.(2007). Corporate Strategy and Information

Disclosure.RAND Journal of Economics.Vol. 38, No. 1.Hal.164-184.

Financial Market Authority.(2014). Going Concern Disclosures in Financial

Statements. New Zealand.

Frias-Aceituno, José V, Lázaro Rodríguez-Ariza, dan Isabel M. Garcia-SánchezFrias-

Aceituno. (2014). Explanatory Factors of Integrated Sustainability and

Financial Reporting. Business Strategy and the Environment. Vol. 23, No. 1.

Hal. 56-72.

Ghazali, Nazli Anum Mohd. (2010). Ownership structure, corporate governance

andcorporate performance in Malaysia. International Journal of Commerce and

Management. Vol. 20, No. 2. Hal. 109 – 119.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS

19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Global Reporting Initiative (GRI). (2016). www.globalreporting.org (diakses pada 1

Juni 2016).

Global Reporting Initiative (GRI). (2013). GRI G4 Guidelines.

www.globalreporting.org(diakses pada 1 Juni 2016).

Page 20: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

166 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

Gunawan, Juniati. (2009). An Examination of Corporate Social Disclosures in The

Annual Reports of Indonesian Listed Companies. Centre for Accounting,

Governance, and Sustainability. Vol. 15, No. 1. Hal. 14-36.

Gunawan, Juniati. (2007). Corporate Social Disclosures by Indonesia Listed

Companies: A Pilot Study. Social Responsibility Journal. Vol. 6, No. 1. Hal.

62-71.

Gunawan, Juniati. (2015). Corporate Social Disclosures in Indonesia: Stakeholders’

Influence and Motivation. Social Responsibility Journal. Vol. 11,No. 3.Hal.535-

552.

Gunawan, Juniati. (2010). Perception of Information in Corporate Social Disclosures:

Evidence From Indonesia. Social Responsibility Journal. Vol. 3, No. 3. Hal. 26-

34.

Hall, James A. (2016). Accounting Information Systems. 9th edition. Pennsylvania:

Cengage Learning.

Holder-Webb, L., J. Cohen, L. Nath, dan D. Wood. (2009). The Supply of Corporate

Social Responsibility Disclosure among U. S. Firms. Journal of Business

Ethics. Hal. 497–527.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2014). Standar Akuntansi Keuangan: Per Efektif

1Januari 2015. Jakarta: Salemba Empat.

Institute of Singapore Chartered Accountants (ISCA). (2015). The <IR> Journey in

Practice: Insights from Early Adopters in Singapore. Singapore: ISCA.

http://integratedreporting.org/resource/the-journey-in-practice-early-adopters-

of-in-singapore/

International Organization for Standardization (ISO). (2010). ISO 26000. Geneva: ISO.

International Integrated Reporting Council (IIRC). (2016). <IR> Networks.

http://integratedreporting.org/ir-networks/ (diakses pada 28 Agustus 2016).

International Integrated Reporting Council (IIRC). (2013). International <IR>

Framework. www.theiirc.org (diakses pada 4 April 2016).

International Integrated Reporting Council (IIRC). (2011). Towards Integrated

Reporting: Communicating Value in The 21st Century. www.theiirc.org

(diakses pada 10 April 2016).

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. (2014). Intermediate

Accounting: IFRS Edition, 2nd Edition. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.

Lipunga, Andrew Munthopa. (2015). Integrated Reporting in Developing Countries:

Evidence from Malawi. Journal of Management Research. Vol. 7, No. 3. Hal

130-156.

Murphy, Andy. (2012). Why are Singapore and Malaysia More Developed Than The

Surrounding Southeast Asian Economies?. https://www.quora.com/Why-are-

Singapore-and-Malaysia-more-developed-than-the-surrounding-Southeast-

Asian-economies(diakses pada 4 Agustus 2016).

Page 21: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 167

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

Narayanan, V. K., G. E. Pincus, K. M. Kelm, dan D. M. Lander. (2000). The Influence

of Voluntarily Disclosed Qualitative Information. Strategic Management

Journal. Vol. 21. Hal. 707–722.

National Center for Sustainability Reporting (NCSR). (2015). Sustainability Reporting

Award (SRA) 2015 Press Release.http://www.ncsr-

id.org/2015/12/21/sustainability-reporting-award-sra-2015-press-release/

(diakses pada 14 Juni 2016).

Noor, Noraini M. dan Chan-Hoong Leong. (2013). Multiculturalism in Malaysia and

Singapore. International Journal of Intercultural Relations. Vol. 37, No. 6. Hal.

714-726.

OECD. (2014). The Evolution of Corporate Reporting for Integrated Performance.

https://www.oecd.org/sd-

roundtable/papersandpublications/The%20Evolution%20of%20Corporate

%20Reporting%20for%20Integrated%20Performance.pdf(diakses pada 25

Juli 2016).

O'Reilly, Dennis M. (2009). Do investors perceive the going-concern opinion as useful

for pricing stocks?. Managerial Auditing Journal. Vol. 25, No. 1. Hal. 4-16.

Phillips, David, Liv A. Watson, dan Mike Willis. (2011). Benefits of Comprehensive

Integrated Reporting. United Kingdom: Financial Executives International.

http://www.financialexecutives.org/KenticoCMS/Financial-Executive-

Magazine/2011_03/Financial-Reporting--March-

202011.aspx#axzz4GEoHIbzM (diakses pada 1 Mei 2016)

Polluter Watch. (2014). KOCH Industries. http://polluterwatch.com/koch-industries

(diakses pada 1 Juni 2016).

PricewaterhouseCoopers.(2014).The State of Integrated Reporting in Malaysia.

Malaysia: PwC.

PricewaterhouseCoopers.(2012).Integrated Reporting The Future of Corporate

Reporting.https://www.pwc.de/de/rechnungslegung/assets/integrated_reporting.

pdf (diakses pada 25 Juli 2016).

Raar, Jean. (2002). Environmental Initiatives: Toward Triple-Bottom Line Reporting.

Corporate Communications: An International Journal. Vol. 7, No. 3. Hal. 169-

183.

Rodrigue, Michelle. (2014). Contrasting Realities: Corporate Environmental

Disclosure and Stakeholder-Released Information. Accounting, Auditing &

Accountability Journal. Vol. 27, No. 1. Hal. 119-149.

Santema, Sicco, Marijke Hoekert, Jeroen van de Rijt, dan Aswin van Oijen.

(2005).Strategy Disclosure in Annual Reports Across Europe: AStudy on

Differences Between Five Countries. European Business Review. Vol. 17,No.

4.Hal.352-366.

Securities Commission Malaysia. (2011). Corporate Governance Blueprint 2011:

Towards Excellence in Corporate Governance. Kuala Lumpur: Suruhanjaya

Page 22: ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF ......150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif_____ Volume. 3 Nomor. 2 September 2016 hal. 146-168, ISSN : 2339-0859 Indonesia, Malaysia,

168 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________

Volume. 3 Nomor. 2 September 2016

hal. 146-168, ISSN : 2339-0859

Sekuriti Malaysia. http://www.sc.com.my/corporate-governance-blueprint-

2011/

Securities Commission Malaysia. (2012). Malaysian Code on Corporate Governance

2012. Kuala Lumpur: Suruhanjaya Sekuriti

Malaysia.http://www.sc.com.my/wp-content/uploads/eng/html/cg/cg2012.pdf

Sekaran, Uma dan Roger Bougie. (2013). Research Methods For Business, 6th

Edition. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.

Singapore Exchange (SGX). (2011). Guide to Sustainability Reporting for Listed

Companies. Singapura: SGX.

Stubbs, Wendy dan Colin Higgins. (2014). Integrated Report and Internal Mechanisms

of Change. Accounting, Auditing & Accountability Journal. Vol. 27, No. 7. Hal

1068-1089.

Tan, Nicole. (2015). SGX-listed firms expected to publish sustainability report from

FY2017.http://www.channelnewsasia.com/news/singapore/sgx-listed-firms-

expected/2176512.html(diakses pada 14 Juni 2016).

Toit, Anton du., Steyn B., Pilley, A., & Gweshe R. (2014). Insights into SOC

Integrated Reporting Trends in South Africa. Afrika Selatan: Nkonki.

United Nations Children’s Fund (UNICEF) Malaysia. (2013). Corporate Social

Responsibility Policies in Malaysia Enhancing the Child Focus. Malaysia:

UNICEF.