89
i ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA LINGKUNGAN PADA PT. MARGO KARYA MANDIRI SKRIPSI Oleh INDAH MUSTIKA HATI N. 105731119816 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA LINGKUNGAN PADA PT. …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
Pada Program Strata 1 Akuntansi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
Karya Ilmiah ini kupersembahkan untuk;
1. Kepada kedua orang tuaku tercinta, mama saya Yusrifah Yusuf dan ayah saya Alm. Nasaruddin Nur. Terima kasih atas segala dukungan, doa yang tiada henti, cinta, kasih, dan sayang yang tiada tara.
2. Kepada dosen-dosenku, terutama dosen pembimbing yang tak kenal lelah , membimbing, mengarahkan, dan memotivasi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.
MOTTO HIDUP
“ Jangan pernah menyesali apapun yang telah terjadi dalam hidupmu, cukup ambil hikmah dan jadikanlah hal itu sebagai pembelajaran dan
motivasi agar menjadi lebih baik lagi”
iv
v
vi
vii
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba_Nya.
Shalawat serta salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat
yang tiada ternilai manakala dalam penulisan skripsi yang berjudul ” Analisis
Pengungkapan Biaya lingkungan pada PT. Margo Karya Mandiri”
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) pada jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang
tua penulis Bapak Alm. Nasaruddin Nur dan Ibu Yusrifah Yusufyang senantiasa
memberi harapan, semangat, perhatian, cinta, kasih sayang dan doa restu yang
telah di berikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu dan proses
penyelesaian ini. Semoga apa yang telah di berikan kepada penulis menjadi
Ibadah dan cahaya penerang di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa ada dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Begitu pula
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak sampaikan dengan
hormat kepada;
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., M.M, , Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si., AK.CA.CSP, Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si., AK.CA.CSP selaku pembimbing I
yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan
penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Chairul Ichsan Burhanuddin SE., M.Ak Selaku Pembimbing II
yang telah berkenan membantu dalam penyusunan Skripsi Hingga Ujian
skripsi.
6. Bapak/Ibu Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah dan banyak
menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan
hingga akhir.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
dorongannya dalam aktivitas studi penulis.
9. Kakanda Romandar selaku Kepala Teknik Tambang (KTT), kakanda Daniel
dan segenap karyawan PT. Margo Karya Mandiri yang telah memberi ruang
dan mempermudah penelitian pengambilan data skripsi.
10. Kedua Orang Tuaku dan ketiga saudara saya Ifah Novebrianti ST., Zulhaj
Ismail N.,ST., dan Ivan Arba N yang saya Cintai Karena Allah SWT. Terima
ix
Kasih atas pengorbanan materi, Doa dan dukungan moral yang kalian
berikan kepada ananda selama ini.
11. Sahabat-sahabat tercinta Jumiati yang selalu menemani dan memberikan
semangat serta mengajarkan makna persaudaraan yang terjalin hingga
penyelesaian skripsi ini.
banyak kekurangan sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan . oleh
karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya masukan dapat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya Penulis Berharap, apabila terdapat kesalahan dan kata-kata
yang kurang berkenan dalam penulisan skripsi ini mohon dimaafkan dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Billahi Fi sabililhaq Fastabiqul Khairat, wassalamualaikum Wr.Wb
Makassar, 16 November 2020
Penulis
x
ABSTRAK
Indah Mustika Hati N. tahun, 2020, Analisis Pengungkapan Biaya Lingkungan PT. Margo Karya mandiri, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing Oleh Pembimbing I Ismail Badollahi dan Pembimbing II Chairul Ichsan Burhanuddin.
penelitian ini Bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengungkapan
biaya lingkungan pada PT. Margo Karya Mandiri. jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini Data Primer dan Data Sekunder Teknik Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas, peneliti menggunakan metode pengumpulan data Penelitian Lapangan, (Field research). Metode dokumentasi, Wawancara, Penelitian dan Kepustakaan.
Hasil Penelitian telah dilakukan pada PT. Margo Karya Mandiri pada tahun
2020. Pada laporan tahunan PT. Margo Karya Mandiri telah mengungkapkan biaya lingkungannya secara terperinci sesuai dengan aktivitas lingkungan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan secara penuh. PT. Margo Karya Mandiri mengakui beban pada saat terjadinya atau sesuai dengan masa manfaatnya, termasuk biaya lingkungan. PT. Margo Karya Mandiri dalam penyajiannya dilakukan secara sukarela yang berpedoman pada PSAK no.1 Tahun 2009. PT. Margo Karya Mandiri telah mengungkapkan biaya lingkungannya secara penuh, dan telah menunjukkan komitmen perusahaan yang selalu berpedoman terhadap aturan yang berlaku (UU No. 40 tahun 2007).
Kata Kunci : Biaya Lingkungan, Pengungkapan Laporan Tahunan
xi
ABSTRACT
Indah Mustika Hati N. Year, 2020, Analysis of Environmental Cost Disclosure of PT. Margo Karya mandiri, Thesis, Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Ismail Badollahi and Supervisor II Chairul Ichsan Burhanuddin. This study aims to determine how environmental cost disclosure at PT. Margo Karya Mandiri. This type of research used in this research is descriptive quantitative and descriptive qualitative. Sources of data used in this study are Primary Data and Secondary Data Techniques. To obtain data relevant to the issues discussed, researchers used Field Research data collection methods (Field research). Documentation methods, interviews, research and literature. Research results have been carried out at PT. Margo Karya Mandiri in 2020. In the annual report of PT. Margo Karya Mandiri has disclosed its environmental costs in detail in accordance with the environmental activities that have been issued by the company in full. PT. Margo Karya Mandiri recognizes expenses when incurred or according to their useful lives, including environmental costs. PT. Margo Karya Mandiri in its presentation is carried out voluntarily based on PSAK No. 1 of 2009. PT. Margo Karya Mandiri has fully disclosed its environmental costs, and has demonstrated the company's commitment to always adhere to applicable regulations (Law No. 40 of 2007).
Keywords: Environmental Costs, Annual Report Disclosure
ix
B. Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting) ................................... 6
C. Biaya Lingkungan ...................................................................................... 12
E. Triple Bottom Line Implementasi dalam Mendeteksi Biaya Lingkungan 23
F. Pengungkapan Biaya Lingkungan dalam Laporan Tahunan (disclosures in
annual) ........................................................................................................... 27
D. Sumber Data ................................................................................................ 39
E. Instrumen Penelitian ................................................................................... 41
F. Metode Analisis ........................................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................31
A. Gambaran Objek Penelitian ....................................................................31
A. Kesimpulan ..............................................................................................52
B. Keterbatasan Peneliti.............................................................................61
C. Saran ........................................................................................................53
ix
1
negara, sektor industri juga dapat memberikan kesempatan baru dalam
berusaha yang memberikan kontribusi positif dalam upaya pemerataan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan industri dalam
suatu wilayah harus mempertimbangkan sebaik-baiknya yang dimana
secara garis besarnya adalah pertimbangan dari segi ekonomis dan
pertimbangan non ekonomis.
pertambangan dalam suatu wilayah akan memberikan dampak terhadap
perkembangan wilayah yang akan memberi peluang dan upaya perluasan
kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat serta kesempatan
berusaha. Disamping itu keberadaan industri tersebut juga akan
meningkatkan kemampuan ekonomi suatu wilayah yang bersangkutan.
Pada satu sisi, proses kegiatan industri pertambangan apapun
jenisnya telah memberikan dampak positif kepada kas negara dari pajak
dan royalti. Namun disisi lain, keberadaan industri pertambangan selama
ini telah menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran lingkungan dan
rusaknya lingkungan sekitar akibat aktivitas pertambangan. Hal ini akan
memicu reakasi masyarakat sehingga menjadi bumerang bagi
kelangsungan hidup perusahaan.
hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P”. Selain
mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan
terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut
berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Yusuf
Wibison, 2007).
biaya sistematis dan tidak hanya berfokus pada akuntansi untuk biaya
proteksi lingkungan, tetapi juga mempertimbangkan biaya lingkungan
terhadap material dan energy. Akuntansi biaya lingkungan menunjukkan
biaya riil atas input dan proses bisnis serta memastikan adanya efisiensi
biaya dan diaplikasikan untuk mengukur biaya kualitas dan jasa (Adi
Wahyudi dalam putra sekawan, 2011).
PT. Margo Karya Mandiri merupakan salah satu industri yang
bergerak dibidang pertambanagn nikel. Bahan dasar baku nikel berasal
dari alam dengan memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan
produksi. Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atas
pengambilan sumber daya alam ini, perusahaan harus mengungkapkan
biaya-biaya lingkungan sebagai konsekuensinya. Biaya lingkungan adalah
dampak (impact) baik moneter maupun non moneter yang harus dipikul
sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan.
Aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan
pertambangan akan membawa dampak yang sangat signifikan terhadap
lingkungan sekitar perusahaan tersebut beroperasi. Perusahaan yang
bergerak dibidang pertambangan umum memiliki tingkat resiko yang
3
pengelolaan lingkungan hidup. Pertanggung jawaban itu berupa
pengungkapan biaya lingkungan untuk tetap menjaga kelestarian akibat
pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan perusahaan.
Di Indonesia dalam praktik pengungkapan mengenai akuntansi
lingkungan masih belum efektif karena tidak diatur secara khusus dalam
standar akuntansi. Pelaporan biaya lingkungan masih bersifat sukarela dan
diluar standar akuntansi keuangan. Hal ini dijelaskan dalam PSAK No.1
tahun 2009 yang menyebutkan: “Beberapa entitas dapat pula menyajikan,
terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan
laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri
dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi
industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan
yang memegang peranan penting. Laporan yang disajikan di luar dari
ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.”
Berdasarkan dari penjelasan di atas yang menyatakan bahwa di
Indonesia dalam pelaporan biaya lingkungannya masih bersifat sukarela,
maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian terhadap PT. Margo
Karya Mandiri untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut telah
melakukan tanggung jawab sosialnya dengan mengungkapkan biaya
lingkungan perusahaan secara penuh atau masih bersifat sukarela.
4
lingkungan pada PT. Margo Karya Mandiri ?
C. Tujuan Penelitian
tahunan PT. Margo Karya Mandiri.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya dan
menambah pengetahuan terutama yang berhubungan dengan disiplin
ilmu ekonomi, khususnya ilmu akuntansi yang berkaitan dengan biaya
lingkungan pada perusahaan pertmbangan.
perusahaan lebih memberikan informasi tentang biaya lingkungan
untuk menunjang kinerja perusahaan dan perkembangan perusahaan
kearah yang lebih baik.
menjadi pembahasan dalam PSAK 33. PSAK 33 memaparkan bahwa
akuntansi industri pertambangan umum memiliki 4 karakteristik yaitu,
eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, serta pengelolaan.
Perusahaan dalam industri pertambangan umum dapat berbentuk usaha
terpadu jika memiliki 4 karakteristik tersebut sebagai salah satu usaha.
Keempat aktivitas tersebut antara lain:
a. Eksplorasi
4) Area of interest
b. Pengembangan dan konstruksi
3) Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi
c. Produksi
6
4) Biaya pengupasan tanah
d. Pengelolaan lingkungan hidup
lingkungan hidup
lingkungan hidup
4) Biaya pengelolaan lingkungan hidup
B. Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting)
1. Pengertian Akuntansi Lingkungan
biaya lingkungan yang dimasukkannya ke dalama praktik akuntansi
perusahaan atau lembaga pemerintah. Sedangkan menurut Badan
Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau United States
Environmental Protection Agency (US EPA), akuntansi lingkungan
merupakan fungsi yang menggambarkan biaya-biaya lingkungan yang
harus diperhatikan oleh pemangku kepentingan perusahaan di dalam
pengidentifikasian cara-cara yang mengurangi atau menghindari biaya-
biaya pada waktu yang bersamaan dengan usaha memperbaiki
kualitas lingkungan. Oleh karena itu, akuntansi lingkungan mempunyai
pengertian yang sama dengan akuntansi biaya lingkungan yaitu
sebagai penggabungan informasi manfaat dan biaya lingkungan ke
7
perbaikan.
mengidentifikasi, pengukuran dan alokasi biaya-biaya ke dalam
pengambilan keputusan usaha serta serta mengkomunikasikan
hasilnya kepada para stakeholders perusahaan. Akuntansi lingkungan
(Environmental accounting) adalah istilah yang berkaitan dengan
dimasukkannya biaya lingkungan (Environmental cost) dalam praktek
akuntansi perusahaan. Kegiatan konservasi lingkungan dapat
menimbulkan biaya lingkungan yang wajib ditanggung oleh pihak
perusahaan. Akuntansi lingkungan juga dapat dianalogikan sebagai
suatu kerangka kerja pengukuran yang kuantitatif terhadap konservasi
lingkungan yang dilakukan perusahaan.
(Environmental Accounting atau EA) adalah istilah yang berkaitan
dengan dimasukkannya biaya lingkungan (Environmental costs) ke
dalam praktek akuntansi perusahaan.
2. Fungsi Akuntansi Lingkungan
internal dan fungsi eksternal (Fasua, 2011):
1. Fungsi Internal
informasi lingkungan organisasi, fungsi internal memungkinkan
untuk mengelola dan menganalisis biaya pelestarian lingkungan
8
melalui pengambilan keputusan yang tepat. Hal ini sangat
diperlukan keberadaan fungsi akuntansi lingkungan sebagai alat
manajemen bisnis untuk digunakan oleh para manajer dan unit
bisnis.
stakeholder. Hal ini diharapkan agar publikasi hasil akuntansi
lingkungan akan berfungsi baik sebagai alat bagi organisasi untuk
memenuhi tanggung jawab mereka atas akuntabilitas kepada
stakeholder dan secara bersamaan, digunakan sebagai sarana
untuk evaluasi yang tepat dari kegiatan pelestarian lingkungan.
3. Tujuan Akuntansi Lingkungan
informasi relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau
dapat menggunakannya (Hadi,2912). Tujuan lain lain dari
pengungkapan akuntansi lingkungan berkaitan dengan kegiatan
konservasi lingkungan oleh perusahaan maupun organisasi yang
lainnya yaitu mencakup kepentingan organisasi publik dan
perusahaan-perusahaan publik yang bersifat lokal.
Menurut ikhsan (2008), tujuan akuntansi lingkungan antara
lain sebagai berikut :
yang memerlukan atau menggunakannya.
menjamin perbaikan kinerja lingkungan.
melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang
biaya manfaat.
Lain sebagai berikut:
lingkungan hidup.
berusaha pada area yang berisiko tidak ramah lingkungan pada
umumnya akan menerima tantangan dari masyarakat.
3. Mendorong pertanggung jawaban entitas dan meningkatkan
transparansi lingkungan.
terlebih dengan kelompok-kelompok penggiat (activist) atau
penekanan (pressure group) terkait isu lingkungan.
5. Memberikan citra yang lebih positif sehingga entitas dapat
memperoleh dana dari kelompok dan individu.
4. Pentingnya Akuntansi Lingkungan.
biaya yang dikorbankan seperti halnya perusahaan memberikan
10
perusahaan. Beberapa alasan manajemen perlu memperhatikan
biaya-biaya lingkungan dan kinerja lingkungan menurut Sudarno
(2008) antara lain.
pengembangan perusahaan dan operasi sistem manajemen
lingkungan secara menyeluruh.
perubahan pergudangan, ke invenstaris dalam teknologi
pemrosesan yang lebih hijau, redasain proses atau produk.
c. Beberapa perusahaan telah menemukan bahwa biaya lingkungan
dapat di offset dengan perolehan pendapatan melalui penjualan
limbah, produk sampingan atau cadangan polusi yang
dipindahkan atau lisensi teknologi untuk penjumlahan.
d. Biaya lingkungan (misalnya biaya penghematan biaya lingkungan
secara potensial) dapat dijabarkan dalam akun biaya overhead
atau bahkan diabaikan.
pemrosesan, produk jasa yang dapat dijelaskan dengan
lingkungan yang lebih baik.
5. Manfaat Akuntansi Lingkungan
penggabungan semua biaya lingkungan ke dalam laporan keuangan
11
peluang untuk mengurangi dampak lingkungan.
Manfaat dari mengadopsi lingkungan dapat meliputi:
a. Mampu meningkatkan penerimaan konsumen pada
produk atau jasa perusahaan dan juga mampu
meningkatkan daya kompetitif.
perusahaan untuk memproduksi produk atau jasa. Ini
bermuara memperbaiki harga dan profitabilitas.
c. Mengidentifikasi biaya-biaya sebenarnya dari produk,
sistem, atau fasilitas dan menjabarkan biaya-biaya
tersebut pada tanggung jawab manajer.
d. Membantu manajer untuk menargetkan area operasi bagi
pengurangan biaya dan perbaikan dalam ukuran
lingkungan dan kualitas.
lingkungan atau ukuran perbaikan kualitas.
f. Memotivasi staf untuk mencari cara yang kreatif untuk
mengurangi biaya-biaya lingkungan.
penggunaan sumber daya dan mengurangi, mendaur
ulang, atau mengidentifikasi pasar bagi limbah.
h. Meningkatkan kepedulian staf terhadap isu-isu
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
12
biaya yang ditimbulkan akibat adanya kualitas lingkungan yang rendah
sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan perusahaan.
Akuntansi biaya lingkungan merupakan pendekatan akuntansi biaya
sistematis dan tidak hanya berfokus pada akuntansi untuk biaya
proteksi lingkungan, tetapi juga mempertimbangkan biaya lingkungan
terhadap material dan energy. Akuntansi biaya lingkungan
menunjukkan biaya atas riil atas input dan proses bisnis serta
memastikan adanya efisiensi biaya dan diaplikasikan untuk mengukur
biaya kualitas dan jasa.
yang buruk atau kualitas lingkungan yang buruk yang mungkin terjadi.
b. Klasifikasi Biaya Lingkungan
kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi. Menurut Hansen dan
Mowen (2009), biaya lingkungan diklasifikasikan menjadi empat
kategori, yaitu sebagai berikut:
pencemaran lingkungan.
proses, dan aktivitas lainnya telah sesuai dengan standar
lingkungan yang telah ditetapkan. Standar lingkungan dapat
diperoleh melalui tiga cara yaitu peraturan pemerintah, standar
sukarela (ISO), dan kebijakan maneme tentang lingkungan.
3. Biaya kegagalan Internal Lingkungan (Environmental Internal
Failure Cost)
kegiatan yang dilakukan perusahaan karena menimbulkan limbah
dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan internal.
4. Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan (Environmental Eksternal
Failure Cost)
digunakan untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah
atau sampah ke dalam lingkungan.
c. Metode Pengukuran Biaya Lingkungan
Hansen Mowen (2005), kinerja lingkungan dapat memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap posisi keuangan. Oleh karena itu,
sangat penting bagi perusahaan untuk menyediakan informasi tentang
biaya lingkungan yang memadai. Bagi banyak organisasi, pengelolaan
biaya lingkungan menjadi prioritas utama dan minat yang intens. Ada
dua alasan utama yang mendukung atas peningkatan minat tersebut.
Pertama, di banyak negara, peraturan lingkungan telah meningkat
14
yang sangat besar, sehingga menciptakan insentif yang kuat untuk
memenuhinya. Oleh karena itu, biaya-biaya untuk mematuhinya dapat
menjadi sangat besar. Jadi pemilihan metode yang paling murah untuk
mematuhinya menjadi tujuan utama. Untuk memenuhi tujuan ini, biaya
pemenuhan harus diukur dan penyebab-penyebab utamanya harus
diidentifikasi. Kedua, keberhasilan penyelesaian masalah-masalah
lingkungan menjadi isu yang semakin kompetitif.
Menurut Hansen dan Mowen (2009) ada empat metode yang
digunakan dalam mengukur biaya lingkungan, yaitu sebagai berikut;
1. Akuntansi biaya berbasis fungsi
Akuntansi biaya berbasis fungsi digunakan untuk membebankan
biaya lingkungan ke produk individu dengan acuan tingkat unit,
tenaga kerja , jam mesin.
2. Akuntansi biaya penuh
produk atau jasa dari suatu entitas. Akuntansi biaya penuh
mengharuskan identifikasi dan pengukuran dampak dan pengaruh
lingkungan terkait ekosistem.
Akuntansi biaya privat penuh diharapkan dengan cara
pembebanan biaya lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan
internal ke produk.
Akuntansi biaya siklus hidup membebankan biaya dan keuntungan
pada pengaruh lingkungan dan perbaikan. Identifikasi empat tahap
siklus hidup antara lain; ekstraksi sumber daya, pembuatan produk,
penggunaan produk serta daur ulang.
d. Pembebanan Biaya Lingkungan
dapat menciptakan residu padat, cair, dan gas yang selanjutnya
dilepas ke lingkungan. Residu ini memiliki potensi degradasi
lingkungan. Oleh karena itu, residu merupakan penyebab biaya
kegagalan lingkungan internal dan eksternal (misalnya, investasi pada
peralatan untuk mencegah penyebaran residu lingkungan dan
pembersihan residu setelah memasuki lingkungan). Proses produksi
bukanlah satu-satunya sumber biaya lingkungan. Pengemasan juga
merupakan sumber biaya lingkungan.
menjual produk penggunaan dan pembuangannya oleh pelanggan
dapat mengakibatkan degradasi lingkungan. Hal ini adalah contoh
biaya lingkungan pascapembelian (enviromental post purchase cost).
Biaya lingkungan pasca pembelian seringkali ditanggung oleh
masyarakat, dan bukan oleh perusahaan, sehingga merupakan biaya
sosial. Akan tetapi, kadang-kadang biaya lingkungan pasca pembelian
dikonversi menjadi biaya eksternal yang direalisasikan.
e. Biaya Lingkungan berbasis Fungsi dan Berbasis Aktivitas
16
biaya lingkungan dan menghitung tingkat/tarifnya dengan
menggunakan pergerakan tingkat unit seperti jumlah jam kerja atau
jam mesin. Pendekatan ini cukup memadai untuk produk yang
bervariasi, pendekatan berbasis fungsi ini cukup memadai untuk
produk yang relatif homogen, namun untuk banyak produk yang
bervariasi, pendekatan berbasis fungsi ini dapat mengakibatkan
distorsi biaya.
produk berdasarkan penggunaan aktivitas. Untuk perusahaan yang
menghasilkan beragam produk, pendekatan berbasis aktivitas lebih
tepat digunakan.
mengungkapkan aktivitas lingkungan yang terkait erat dengan limbah
sebagai laporan tambahan melengkapi laporan lingkungan yang telah
diwajibkan, namun yang sering terjadi di Indonesia adalah perusahaan
sangat jarang memasukkan aktivitas lingkungannya ke dalam laporan
keuangan perusahaan.
untuk menekan polusi sebagai akibat dari proses produksi tersebut. Di
17
cara antara lain dengan mengalokasikan ke produk tertentu atau
dialokasikan pada kumpulan-kumpulan biaya yang menjadi biaya
tertentu sehingga tidak dialokasikan ke produk secara spesifik
(Haryanto, 2003).
satu biaya overhead pabrik yang sulit sekali untuk diidentifikasi secara
langsung dikarenakan biaya-biaya tersebut seringkali tersembunyi
dalam pusat biaya dan tidak ada bukti pencatatan ataupun pelaporan
yang sangat jelas terkait dengan biaya-biaya lingkungan (Ikhsan,
2008).
dampak lingkungan seperti pengelolaan limbah, pencemaran
lingkungan, dan efek sosial masyarakat lainnya, perusahaan perlu
merencanakan tahap pencatatan pembiayaan tersebut. Yahap-tahap
ini dilakukan dalam rangka agar pengaokasian anggaran yang telah
dipersiapkan untuk satu tahun periode akuntansi tersebut apat
diterapkan secara tepat dan efisien.
Menurut Munn (1999) dalam bukunya yang berjudul “A System
View of Accounting for Waste” mengungkapkan bahwa pencatatan
pembiayaan untuk mengelola sampah-sampah atau limbah yang
dikeluarkan dari hasil sisa produksi suatu usaha dialokasikan dalam
tahap tertentu yang masing-masing tahap memerlukan biaya yang
18
produksi yang dilakukan perusahaan tersebut (Munn, 1999).
Kingstone (2003) dalam situs berita di Amerika Serikat
menyatakan bahwa pencatatan untuk mengelola segala macam yang
berkaitan dengan limbah sebuah perusahaan didahului dengan
perencanaan yang akan dikelompokkan dalam pos-pos tertentu,
sehingga dapat diketahui kebutuhan riil setiap tahunnya.
Pengelompokkan dalam tahap analisis lingkungan sebagaimana yang
ditentukan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
tersebut antara lain sebagai berikut (Murni, 2001).
1. Identifikasi
pengelolaan biaya penanggulangan eksternalitas yang mungkin
terjadi dalam kegiatan operasional usahanya adalah dengan
mengidentifikasi dampak-dampak negatif tersebut.
kegiatan opersionalnya diperkirakan akan sangat mencemari
lingkungan dan menyebabkan limbah perusahaan yang sangat
berbahaya sehingga memerlukan penanganan khusus untuk
masalah tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus
mengidentifikasi limbah yang akan ditimbulkan. Limbah yang
mungkin ditimbulkan antara lain limbah padat dan limbah cair.
2. Pengakuan
diakui sebagai rekening dan disebut sebagai biaya pada saat
menerima manfaat dari sejumlah nilai yang telah dikeluarkan
untuk pembiayaan lingkungan tersebut. Pengakuan biaya-biaya
dalam rekening ini dilakukan pada saat menerima manfaat dari
sejumlah nilai yang telah dikeluarkan sebab pada saat sebelum
nilai atau jumlah itu dialokasikan tidak dapat disebut sebagai biaya
sehingga pengakuan sebagai biaya dilakukan pada saat sejumlah
nilai dibayarkan untuk pembiayaan pengelolaan lingkungan
(PSAK 2002).
3. Pengukuran
diatas biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan
lingkungan tersebut dalam satuan moneter yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pengukuran nilai dan jumlah biaya yang akan
dikeluarkan ini dapat dilakukan dengan mengacu pada realisasi
biaya yang telah dikeluarkan pada periode sebelumnya, sehingga
diperoleh jumlah dan nilai yang tepat sesuai kebutuhan riil tiap
periode. Dalam hal ini, pengukuran yang dilakukan untuk
menentukan kebutuhan pengalokasian pembiayaan tersebut
sesuai dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan sebab
masing-masing perusahaan memiliki standar pengukuran jumlah
dan nilai yang berbeda-beda.
ataupun dari kegiatan yang sudah dilakukan oleh perusahaan
maupun instansi pemerintah. Dari adanya transaksi ataupun
kegiatan tersebut nantinya akan dicatat dan akan digunakan
sebagai alat untuk pelaporan dari kegiatan.
5. Penyajian
disajikan bersama dengan biaya-biaya unit lain yang sejenis
dalam sub-sub biaya administrasi dan umum. Penyajian biaya
lingkungan ini di dalam laporan keuangan dapat dilakukan dengan
nama rekening yang berbeda-beda sebab tidak ada ketentuan
yang baku untuk nama rekening yang memuat alokasi
pembiayaan lingkungan perusahaan tersebut.
tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos dalam
seperangkat laporan keuangan adar elemen atau pos tersebut
cukup informatif, standar akuntansi biasanya memuat ketentuan
tentang apakah suatu informasi objek harus disajikan secara
terpisah dari laporan utama, apakah suatu informasi harus
disajikan digabung dengan akun laporan keuangan yang lain,
apakah suatu pos perlu dirinci, atau apakah suatu informasi cukup
disajikan dalam bentuk catatan kaki.
6. Pengungkapan
21
lingkungan dari sudut pandang fungsi internal akuntansi
lingkungan itu sendiri, yaitu beberapa laporan akuntansi
lingkungan. Laporan tersebut harus didasarkan pada situasi aktual
pada suatu perusahaan atau organisasi lainnya. Data actual pada
suatu perusahaan atau organisasi lainnya. Data aktual
diungkapkan dan ditentukan oleh perusahaan itu sendiri atau
organisasi lainnya.
kepentingan. Pelaporan biaya lingkungan menjadi hal utama bagi
perusahaan yang ingin memperbaiki kinerja lingkungan. Melalui biaya
lingkungan, pihak manajemen akan memperoleh informasi mengenai
jumlah biaya lingkungan berdasarkan kategori biaya yang ada dan
memperoleh informasi mengenai dampak lingkungan terhadap tingkat
profitabilitas perusahaan.
pelaporan akuntansi yang berkaitan dengan masalah lingkungan ke
dalam empat model pelaporan akuntansi lingkungan, yaitu;
1. Model Normatif
sebuah industri secara luas, agar mampu memberikan informasi
biaya lingkungan pada beberapa kelompok industri tertentu bagi
22
adalah memberikan kesempatan kepada stakeholders untuk
menaksir biaya-biaya lingkungan pada beberapa kelompok industri.
2. Model Hijau
lingkungan bersih dan sehat. selama perusahaan menggunakan
atau mencemari lingkungan atau sumber daya lainnya, perusahaan
harus mengadakan pengeluaran sebesar konsumsi atas sumber
daya walaupun mekanisme pengukuran dan pengungkapan belum
memadai.
Model ini mengharuskan kapitalisasi atas biaya lingkungan
dan reklamasi lingkungan. Pengeluaran tersebut akan ditampilkan
sebagai investasi atas lingkungan dan aktivitas tidak disusutkan.
Oleh karena itu, pengeluaran tidak berdampak pada neraca
perusahaan.
pandang secara mikro. Sedangkan tingkat nasional, akuntansi
dipandang secara makro. Hal ini dilakukan agar mampu
meningkatkan tekanan atas akuntansi persediaan dan arus sumber
daya alam. Model ini menghendaki pembentukan suatu lembaga
aset nasional yang bertugas menetapkan dan menghitung berbagai
klasifikasi berbagai sumber daya alam dan bertujuan untung
mengimbangi antara kepentingan pertumbuhan ekonomi dan
23
perencanaan dan pengendalian biaya lingkungan. Jika perusahaan
melakukan pengendalian biaya lingkungan, penerapan sistem
laporan biaya lingkungan adalah hal yang penting.
D. Audit Lingkungan
Peraturan menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2010 pasal 1
tentang Audit Lingkungan Hidup, dimana akuntansi lingkungan hidup
adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung
jawaban usaha dan/atau kegiatan terhadap persyaratan hukum dan
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah”.
Audit lingkungan merupakan bagian kecil dari sistem pengelolaan
lingkungan secara keseluruhan. Pengawasan yang dikelola dapat berupa
audit terhadap sistem pengelolaan itu sendiri. Dari audit lingkungan dapat
diketahui apakah semua langkah yang diperlukan dalam melaksanakan
sistem pengelolaan lingkungan telah dijalankan dengan baik atau tidak,
sehingga dapat diberikan rekomendasi yang diperlukan berdasarkan
temuan yang ada untuk meningkatkan efektif dan efisien sistem
pengelolaan lingkungan (Tardan et.al.1998).
Tahun 2010 pasal 2 tentang Audit Lingkungan Hidup, audit lingkungan
meliputi audit meliputi audit lingkungan yang diwajibkan dan audit
lingkungan bersifat sukarela. Audit bersifat wajib apabila perusahaan
24
dilakukan karena produktif perusahaan.
sebagai berikut (BAPEDAL, 1995);
1. sejarah atau rangkaian suatu usaha atau kegiatan, rona dan kerusakan
lingkungan ditempat usaha atau kegiatan tersebut, pengelolaan dan
pemantauan yang dilakukan, serta isu lingkungan yang terkait.
2. Perubahan rona lingkungan sejak usaha atau kegiatan tersebut
didirikan sampai waktu terakhir pelaksanaan audit.
3. Penggunaan input sumber daya alam, proses bahan dasar, bahan jadi
dan limbah termasuk limbah Bahan beracun Berbahaya (B3)
4. Identifikasi penanganan dan penyimpanan bahan kimia, B3 serta
potensi kerusakan yang mungkin timbul.
5. Kajian risiko lingkungan.
pembuangan limbah, termasuk fasilitas untuk meminimalkan dampak
buangan dan kecelakaan.
laporan inspeksi, peralatan, uji emisi, uji rutin dan lain-lain.
8. Catatan tentang lisensi pembuangan limbah dan penaatan terhadap
peraturan perundang-undangan termasuk standar dan baku mutu
lingkungan.
Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan).
25
lingkungan.
11. Penggunaan energi, air dan sumber alamnya.
12. Program daur ulang, konsiderasi hasil daur ulang (product life cycle).
13. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan kepedulian
lingkungan.
perusahaan meningkatkan kualitas manajemen lingkungan dan
mengurangi dampak negatif lingkungan serta melakukan efisiensi biaya.
E. Triple Bottom Line Implementasi dalam Mendeteksi Biaya Lingkungan
Menurut Yusuf Wibisono, 2007 mengatakan bahwa triple bottom
line adalah teori yang memberi pandangan bahwa jika sebuah perusahaan
ingin memperkenalkan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan
tersebut harus memperhatikan “3P” yaitu keuntungan (profit), pemenuhan
kesejahteraan masyarakat (people), serta menjaga kelestarian lingkungan
(planet).
tetap berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang
memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. Aktivitas yang
dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan
meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga
26
nilai tambah semaksimal mungkin.
manusia. Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan
salah satu stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan
masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan
hidup, dan perkembangan perusahaan. Maka sebagai bagian yang tak
terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu
berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat. Misalnya, pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar
perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, serta
penguatan kapasitas ekonomi lokal.
hubungan sebab akibat, dimana jika perusahaan merawat lingkungan
maka lingkungan akan memberikan manfaat kepada perusahaan.
Sudah kewajiban perusahaan untuk peduli terhadap lingkungan hidup
dan berkelanjutan keragaman hayati. Misalnya , penghijauan
lingkungan hidup, perbaikan pemukiman, serta pengembangan
pariwisata (ekoturisme).
Hal ini menyebabkan adanya pergeseran paradigma dimana
perusahaan tidak saja dinilai dari kinerja perusahaan (laba perusahaan)
saja, tetapi juga dinilai dari kinerja lingkungan, sehingga mendorong
perusahaan untuk lebih memfokuskan bagaimana kegiatan operasional
perusahaan dapat terus berjalan dengan tetap memperhatikan kelestarian
alam (planet), kesejahteraan masyarakat (people), dan memperoleh laba
(profit). Sejalan dengan teori legitimasi, dimana teori ini menjelaskan
bahwa legitimasi merupakan suatu manfaat bagi perusahaan dapat terus
berlangsung (going concern). Deegan (2004) dalam (Aristha, 2017)
menjelaskan bahwa terdapat pergeseran kepentingan dimana lebih
memfokuskan ke stakeholder orientation (society). Legitimasi perusahaan
merupakan dampak pertanggungjawaban perusahaan yang memfokuskan
pada perspektif stakeholders.
(disclosures in annual)
bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Pengungkapan pada laporan
28
menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang
berpengaruh terhadap hasil operasi usaha tersebut. Informasi yang
diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pembaca laporan
tahunan dalam membantu mengambil keputusan ekonomi (Ghozali dan
Chariri, 2001).
pengungkapan lingkungan adalah pengungkapan informasi yang berkaitan
dengan lingkungan di dalam laporan tahunan.
Pengungkapan akuntansi lingkungan di kebanyakan negara,
termasuk Indonesia masih bersifat voluntary, artinya tidak ada aturan yang
mewajibkan. Hal ini disebabkan karena PSAK (Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan) yang dijadikan sebagai pedoman belum mengatur
secara jelas dan tegas kewajiban menyajikan informasi terkait dengan
pelestarian lingkungan.
mengemukakan berbagai konsep yang relevan dan terkait dengan sikap
dan perilaku konsumen. Beberapa studi empiris maupun deskriptif yang
menjadi acuan penulisan skripsi ini antara lain yaitu:
Tabel 2.1 Tinjauan Empiris
No Nama Judul Penelitian
Ananlisis Pengungkap an Akuntansi Lingkungan pada Rumah
http:/ /eco nomi csbo sow
Hasil dari penelitian ini yaitu sebagai berikut; 1. RSUD Daya Makassar telah
menerapkan akuntansi biaya lingkungan. Biaya
29
a.uni bos.i d/ind ex.p hp/e b/arti cle/v iew/ 65
tersebut diakui sebagai biaya belanja pegawai langsung dan biaya belanja pegawai tidak langsung. Namun, rumah sakit belum menjadikannya laporan khusus tentang akuntansi lingkungannya secara lebih detail.
2. RSUD Daya Makassar sudah melakukan proses pengientifikasian, pengakuan, pengukuran, pencatatan, penyajian dan juga pengungkapan seperti yang sudah dijelaskan pada SAP per 13 juni 2010.
3. RSUD Daya Makassar telah melakukan pengolahan limbah sebaik mungkin. Rumah sakit juga telah mengeluarkan biaya lingkungannya. Dengan dikeluarkannya biaya tersebut, Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar turut menjaga lingkungan hidup.
2. Jamingat un Hasanah 2017
Pengaruh Pengungkap an Biaya Lingkungan Sesuai dengan PSAK 33 dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2010 terhadap Kinerja Keuangan
https ://jur nal.p oliba tam. ac.id /inde x.ph p/JA BA/a rticle /dow nloa d/62 0/43 2
Hasil dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Secara parsial biaya
pengupasan lapisan tanah berpengaruh signifikan terhadap Return on Investment pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2013-2015, yang menandakan bahwa biaya pengupasan lapisan tanah merupakan salah satu ukuran untuk melihat kemampuan perusahaan dalam meningkatkan pengembalian atas investasi yang dilakukan.
2. Secara parsial biaya pengelolaan lingkungan hidup akibat produksi berpengaruh signifikan
30
terhadap ROI pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2013-2015, yang menandakan bahwa peningkatan ROI ditentukan berdasarkan biaya pengelolaan lingkungan hidup akibat produksi.
3. Secara parsial biaya reklamasi dan penutupan tambang tidak berpengaruh terhadap ROI pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada periode 2013-2015, yang menandakan bahwa biaya reklamasi penutupan tambang bukan ukuran untuk melihat kemampuan perusahaan dalam meningkatkan pengembalian atas investasi yang dilakukan.
4. Secara parsial biaya pengelolaan lingkungan hidup akibat eksplorasi dan evaluasi tidak berpengaruh terhadap ROI pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2013-2015, yang menandakan bahwa biaya pengelolaan lingkungan hidup akibat eksplorasi dan evaluasi yang diungkapkan oleh perusahaan tidak menjamin suatu perusahaan memiliki kemampuan untuk ROI yang tinggi.
5. Secara simultan pengungkapan biaya lapisan tanah, pengelolaan lingkungan hidup akibat produksi, pengelolaan lingkungan hidup akibat eksplorasi dan evaluasi, dan reklamasi penutupan tambang berpengaruh
31
signifikan terhadap ROI pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2013-2015, yang menandakan bahwa keseluruhan variabel pengungkapan biaya lingkungan sesuai standar PSAK 33 dan Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 saling berkaitan dalam membantu perusahaan untuk ROI yang semakin besar.
3. ccc Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan (Studi Kasus pada OWABONG Kabupaten Purbalingga)
https ://re posit ory.u sd.a c.id/ 1216 0/
Hasil dari penelitian ini yaitu: 1. Penerapan pengakuan
dan penilaian di OWABONG sesuai dengan konsep aset dan beban sesuai PSAK.
2. Pelaporan Biaya lingkungan OWABONG tidak sesuai dengan International Guidance Document- Environmental Management Accounting OWABONG tidak Melaporkan biaya lingkungan menurut International Guidance Document- Environmental Management Accounting. Namun OWABONG melaporkannya dalam Laporan Laba Rugi.
4. Gregoriu s Adhytam a Krishant oro 2017
Analisis Pengungkap an Biaya Aktivitas Pertambanga n (Eksplorasi, Pengembang an dan Konstruksi, Produksi,
https ://re posit ory.u sd.a c.id/ 1154 8/
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pengungkapan biaya atas eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup memiliki hubungan yang sangat rendah dengan Return on Investment (ROI). Hubungan antara kedua variabel tersebut yaitu
32
berbanding terbalik, yang artinya semakin rendah pengungkapan ROI maka akan semakin tinggi biaya aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan. Hasil penelitian sangat dipengaruhi laba atau rugi bersih yang diperoleh perusahaan pada suatu periode. Akan tetapi, pada prakteknya perusahaan pertambangan memiliki kewajiban terhadap pengungkapan biaya ysng terkait dengan tanggung jawab perusahaan terhadap pelestarian lingkungan hidup.
5. Angga Kusuma, Rina Asmeri, SE.,M.SI , Nova Begawati ,SE,MM 2019
Analisis Penerapan Akuntansi dalam Pengelolaan Limbah dan Tanggung jawab Sosial pada Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
https ://osf .io/pr eprin ts/in arxiv /qud 38/
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa Rumah Sakit Nasional Stroke Bukittinggi telah melakukan proses pengakuan, pengidentifikasian, penyajian, pencatatan, pengukuran, dan juga pengungkapan seperti halnya yang telah dijelaskan pada SAP periode 13 juni 2010. RS Nasional Bukittinggi sudah melakukan pengelolaan limbah mereka dengan baik. Hal ini sejalan dengan UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan UU No. 25 tahun 2007 tentang penanaman modal. Dengan dikeluarkannya biaya-biaya tersebut, RS Ibnu Sina sudah turut melakukan perlindungan dan menjaga lingkungan hidup sperti yang ada pada kedua UU tersebut. Namun ada hal yang kurang diperhatikan, lantaran limbah hasil pembakaran yang berupa asap tidak terlalu berbahaya, pihak rumah sakit tidak mengelola ataupun tidak meminimalisir asap tersebut
33
Formulasi Penetapan Besaran Pajak Lingkungan Hidup pada Peruahaan Pertambanga n dalam Pengendalia n Kerusakan Lingkungan Hidup; Suatu Pendekatan Literatur
http:/ /jour nal.u my.a c.id/i ndex .php/ ai/art icle/ view /495
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan akan mempengaruhi keadaan lingkungan di sekitar lokasi pertambangan. Perusahaan kondisi lingkungan dapat menimbulkan pengaruh negatif kepada masyarakat sekitar. Pajak lingkungan mendorong perusahaan mengidentifikasi dan melaporkan biaya-biaya lingkungan yang telah dikeluarkan dalam aktivitas pertambangan. Pajak lingkungan dikenakan atas selisih antara biaya pencegahan dan deteksi. Fokus pada biaya kegagalan lingkungan tidak dapat membantu perusahaan dalam peningkatan profitabilitas perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan pertambangan mengeluarkan dana yang lebih besar dari kegiatan yang memberikan nilai tambah. Oleh karena itu, pengenaan pajak lingkungan akan memaksa perusahaan pertambangan yang patuh dan tidak mencerai lingkungan.
7. Nita sri Mulyani 2013
Analisis Penerapan Akuntansi Biaya Lingkungan pada Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Garahan- Jember
https ://re posit ory.u nej.a c.id/ hand le/12 3456 789/ 2139
Hasil dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi perusahaan biaya
lingkungan adalah biaya-biaya yang timbul yang berkaitan untuk menanggulangi dampak lingkungan baik untuk pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh operasional perusahaan.
2. Perusahaan sudah mengeluarkan biaya- biaya lingkungan dalam akuntansi
34
3. Perusahaan mengakui biaya-biaya lingkungan terjadi sebagai biaya produksi. Biaya lingkungan dianggarkan pada awal periode dan diakui pada saat biaya tersebut digunakan untuk operasional pengelolaan lingkungan. Hal ini sudah sesuai dengan pendapat Anne dalam artikelnya.
4. Pengukuran yang dilakukan perusahaan menggunakan satuan rupiah sebesar yang dikeluarkan perusahaan dan berdasarkan realisasi rata-rata dari tiga periode sebelumnya.
5. Perusahaan menyajikan biaya lingkungan menganut mode normatif. Dimana model normatif mengakui dan mencatat biaya-biaya lingkungan secara keseluruhan yakni dalam lingkup satu ruang rekening secara umum bersamaan rekening lain yang serumpun.
6. Informasi yang berkaitan dengan lingkungan hidup dilaporkan ke dalam
35
catatan atas laporan keuangan perusahaan sudah sesuai dengan PSAK No. 3 tentang Akuntansi Pertambangan umum Paragraf 58.
8. Megawat i Cheng dan Yulius Jogi Chritiawa n 2011
Pengaruh Pengungkap an Corporate Social Responsibilit y terhadap Abnormal Return
http:/ /ced. petr a.ac. id/in dex. php/ aku/ articl e/vie w/18 236
Hasil dari penelitian ini yaitu: 1. Pengungkapan CSR
dalam laporan tahunan berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return
2. Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return
3. Price to Book Value (PBV) tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. Kesimpulan penelitian
ini dapat dimanfaatkan bagi pembuat regulasi dan perusahaan-perusahaan yaitu; agar perusahaan memperhatikan kelengkapan item-item pengungkapan CSR yang perlu diungkapkan dalam laporan tahunan, karena ternyata investor memperhatikan informasi tersebut dalam pengambilan keputusannya. Disamping itu juga diperlukan adanya peraturan yang lebih mengikat dari pemerintah mengenai pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan sehingga perusahaan dapat mengetahui lebih jelas informasi apa yang harus diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan.
36
hubungan antara konsep dan kejelasan hubungan antara konsep tersebut
yang dirumuskan oleh peneliti berdasarkan tujuan pustaka, dengan
meninjau teori yang disusun dan hasil-hasil peneliti terdahulu yang terkait.
Kerangka pikir dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut;
Gambar 3.1 Kerangka Pikir
PT. MARGO KARYA MANDIRI
DASAR PENGUNGKAPAN BIAYA LINGKUNGAN
pendekatan kuantitatif bersifat deskriptif dan pendekatan kualitatif
deskriptif. Menurut Saryono (2010), penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,
menggambarkan, dan menjelaskan, menemukan kualitas atau
keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau
digambarkan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan penelitian
bersifat deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksud
untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan
sosial, dengan jelas mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan
dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.
Sedangkan pendekatan analisis deskriptif kuantitatif merupakan suatu
penelitian yang mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan suatu
fenomena, peristiwa, gejala, dan kejadian yang terjadi secara faktual,
sistematis, serta akurat. Fenomena dapat berupa bentuk,
aktivitas,karakteristik, hubungan serta persamaan maupun perbedaan
antara fenomena
ke dalam sebuah jantung dari penelitian yang dilakukan. Fokus penelitian
39
mengungkapkan biaya lingkungan (Environmental cost) dalam laporan
tahunan (annual report) perusahaan PT. Margo Karya Mandiri periode
2019.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang bergerak di sektor
pertambangan nikel yaitu PT. Margo Karya Mandiri, tepatnya berlokasi di
kelurahan Rahampuu, kecamatan Kabaena Induk, Kabupaten Bombana,
provinsi Sulawesi Tenggara.
D. Sumber Data
melalui penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh nantinya akan
diolah sehingga menjadi informasi baru yang dapat dimanfaatkan oleh
pembaca. Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan penulis yaitu;
1. Data Primer
asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa subjek
(orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap
suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Dalam
penelitian ini, data primer yang dibutuhkan peneliti yaitu laporan
tahunan tentang biaya lingkungan perusahaan PT.Margo Karya
Mandiri.
melalui tangan pertama, melainkan melalui tangan kedua, ketiga dan
40
data yang telah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan
mengumpulkan data. Metode ini merupakan suatu bentuk
pengumpulan data yang bertujuan untuk menggambarkan,
memaparkan keadaan yang ada di perusahaan.
Tabel. 3.1
Nama Responden
E. Teknik Pengumpulan Data
mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Wawancara
dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara
peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan teknologi,
metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-media
tertentu, misalnya telepon, email, atau skype.
2. Studi Kepustakaan ( Library Research)
Studi kepustakaan merupakan langkah awal dalam
mengumpulkan data. Studi pustaka merupakan pengumpulan
data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar,
maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam
proses penulisan.
tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen
adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam
dokumen yang berguna untuk bahan analisis.
4. Studi Lapangan (Field Research)
Studi lapangan adalah pengumpulan data secara langsung
ke lapangan.
menggunakan instrumen penelitian seperti pedoman wawancara, serta
menggunakan media seperti alat perekam dan Juga Kamera yang
digunakan untuk mengambil gambar pada saat penelitian.
Alat yang digunakan oleh peneliti untuk dokumentasi yaitu lembar
ceklis dokumentasi dan catatan lapangan. Dokumentasi-dokumentasi yang
telah diperoleh peneliti berupa foto kegiatan pada saat wawancara kepada
karyawan PT. Margo Karya Mandiri.
G. Metode Analisis
analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Metode
penelitian analisis deskriptif kuantitatif merupakan suatu penelitian yang
mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena, peristiwa,
gejala, dan kejadian yang terjadi secara faktual, sistematis, serta akurat.
42
persamaan maupun perbedaan antara fenomena. Sedangkan menurut I
Made Wirartha (2006,155), analisis deskriptif kualitatif adalah
menganalisis, menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi dari
berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara atau
pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan data yang
dihimpun dari hasil penelitian kemudian ditelaah oleh peneliti. Hasilnya
akan dibandingkan dengan teori yang telah dikemukakan pada kajian teori.
Dasar yang digunakan untuk mengukur pengungkapan biaya lingkungan
dalam penelitian ini menggunakan dua dasar pengungkapan yaitu
menggunakan buku Hansen dan Mowen dan National association for
environtmental managemen. Hal ini dikarenakan, di Indonesia belum
adanya peraturan yang secara khusus mengatur tentang pengungkapan
biaya lingkungan. Selanjutnya, berdasarkan hasil perbandingan antara
pengungkapan biaya lingkungan PT. Margo karya Mandiri dengan teori
yang ada, kemudian ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini.
43
manufaktur yang bergerak dibidang pertambangan sumber daya
mineral yaitu nikel. Kantor utama PT Margo Karya Mandiri berada di
JL. Dharmawangsa Vii No. 23 Jakarta Selatan 12160 Telp. 021-
7224458 dan Pangkalan Jati RT 007 RW 013 Cipinang Me, yang
kemudian membuka site penambangan yang berlokasi tepatnya di
kelurahan Rahampuu, kecamatan Kabaena induk, kabupaten
Bombana, Sulawesi Tenggara. PT. Margo Karya Mandiri memiliki Izin
Usaha Pertambangan (IUP) dengan nomor perizinan
607/DPMPTSP/X/2020 sejak tahun 2010, namun kegiatan
operasionalnya baru berjalan tahun 2019 dengan luas area
pertambangan 2.128,00 Hektar.
dengan era stabilisasi saat ini, PT. Margo Karya Mandiri ikut
berpartisipasi dan berperan serta berkonsentrasi dalam bidang
produksi penambangan serta pengolahan hasil tambang. Kegiatan
penambangan oleh PT. Margo Karya Mandiri merupakan rangkaian
kegiatan yang membutuhkan komitmen yang jelas sebagai mitra
pemerintah daerah untuk tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat pada umumnya. Karena akses dari sebuah eksploitasi
44
terhadap masyarakat sekitarnya, baik dari sisi positif maupun negatif.
Untuk itu dibutuhkan suatu proses yang selektif dalam setiap
pengambilan kebijakan terkait dengan kepentingan banyak pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. PT. Margo Karya Mandiri
melangkah dengan satu keyakinan yang pasti, bahwa apa yang akan
dilakukan menyangkut kepentingan orang banyak, akan mendapat
dukungan yang signifikan dari semua kalangan.
b. Visi dan Misi Organisasi
Visi
internasional dengan nilai tambah.
perhatian dan komitmen besar pada keselamatan kerja dan
pemberdayaan masyarakat untuk menempa penduduk lokal ke dalam
masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan.
Berkontribusi dalam dan mengembangkan kompetensi
perusahaan pertambangan di Kawasan Indonesia Timur.
45
KEPALA TEKNIK TAMBANG
(KTT)/SITE MANAJER ROMANDAR
46
pengurusan, berlangsungnya pengurusan pada umumnya, baik
mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, serta memberikan
nasihat kepada Direksi.
membuat kebijakan-kebijakan perusahaan, memilih, menetapkan,
mengawasi pekerjaan karyawan dan menyetujui anggaran
tahunan perusahaan dan melaporkan laporan pada pemegang
saham, dan sebagainya.
memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya serta
ditaatinya peraturan perundang-undangan, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pada saat kegiatan usaha pertambangan di
wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP).
4. Admin bertugas untuk merekap data, mengelola dokumen dan
menyimpan hal tersebut dengan terorganisir, serta memberikan
pelayanan terhadap sumber daya yang diperlukan oleh pegawai
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan mereka.
5. Keuangan bertugas untuk mengatur keuangan dalam perusahaan.
6. Operation atau pengawas operasional bertugas untuk memastikan
kegiatan produksi Ore Getting berjalan sesuai rencana
penambangan.
47
tidak.
kegiatan penambangan dalam Blok Modeling
c. Database Produksi bertugas untuk mencatat segala
kegiatan produksi maupun Stripping Overburden/OB
d. Surveyor bertugas untuk menghitung dan mengukur
elevasi kedalaman pit dan menghitung volume ore/OB
7. Manajer Eksplorasi bertugas untuk mengidentifikasi daerah
potensial untuk mendapatkan informasi geologi regional,
melakukan penyelidikan umum, pemboran prospeksi, pemboran
produksi untuk mengetahui sumber daya dan memastikan kegiatan
eksplorasi berjalan dengan baik dan benar.
8. Manajer Qa QC bertugas untuk memastikan kadar yang dijual telah
marketable
mengontrol data ore untuk sesuai dengan kadar yang akan
dipasarkan.
tentang kegiatan laboratorium.
penambangan agar mematuhi K3 pertambangan
10. HRDGA bertugas untuk mengurus tentang man power dan
kenyamanan manpower selama bekerja
material
tambang.
Biaya lingkungan merupakan salah satu komponen dalam item
yang dapat diungkapkan dalam informasi laporan tahunan. Di
Indonesia, masih sedikit perusahaan-perusahaan manufaktur yang
dalam pelaporan akhir tahunannya bersifat sukarela. Hal ini dapat
dilihat pada laporan tahunan perusahaan yang hanya mengungkapkan
aktivitas sosial tanpa mencatat biaya-biaya yang telah dikeluarkan atas
aktivitas tersebut. Pengungkapan secara sukarela tersebut disebabkan
oleh Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia yang belum
mewajibkan setiap perusahaan manufaktur untuk mengungkapkan
informasi tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan
termasuk biaya-biayanya (Anna Marina,2009).
Secara khusus, dalam PSAK tidak ada dasar pengungkapan
biaya lingkungan yang dikeluarkan perusahaan. Namun, dalam PSAK
33 mengatur tentang kewajiban perusahaan sektor pertambangan dan
pemilik hak perusahaan hutan untuk melaporkan item-item
lingkungannya dalam laporan keuangan.
biaya lingkungan yang dilakukan PT. Margo Karya Mandiri. Dasar
pengungkapan diukur berdasarkan National Association for
Environmental management. “Performance measurement of EHS
Management Programs Survey”, November 5, 1995.
Tabel 5.1 Dasar-dasar Pengungkapan Biaya Lingkungan
No. Deskripsi PT. Margo Karya Mandiri
1 Manajemen perlu mengontrol biaya yang signifikan

- Membedakan perusahaan dengan pesaingnya
Berdasarkan analisis dari tabel diatas yaitu, PT. Margo karya
Mandiri melakukan pengungkapan biaya lingkungan secara sukarela.
Wawancara yang dilakukan kepada bapak Romandar bahwa Selain sebagai pelaporan kepada stakeholders, pengungkapan ini menghendaki agar mampu meningkatkan citra perusahaan sehingga dapat meningkatkan brand perusahaan dan mampu membedakan perusahaan dengan pesaingnya.
Hal ini telah menjadi dasar perusahaan dalam pengungkapan
biaya lingkungannya, dimana selain penting bagi perusahaan untuk
melaporkan biaya lingkungannya kepada stakeholders, pelaporan
50
lingkungannya, PT. Margo Karya Mandiri berharap agar dapat
membedakan perusahaannya dengan perusahaan pesaingnya yang
tidak secara sukarela melaporkan biaya lingkungannya.
c. Pengklasifikasian dan Pengidentifikasian Biaya-biaya Lingkungan
Setelah melakukan penelusuran berdasarkan bukti-bukti yang
ada terkait dengan biaya-biaya lingkungan yang terjadi di PT. Margo
Karya Mandiri , dapat diketahui bahwa PT. Margo Karya Mandiri telah
mengeluarkan biaya-biaya yang terkait dengan aktivitas
lingkungannya.
dan umum dalam laporan laba rugi perusahaan. Beban administrasi
dan umum yaitu biaya-biaya yang harus dikeluarkan guna kepentingan
kelancaran jalannya perusahaan secara keseluruhan.
Wawancara juga dilakukan kepada bapak Romandar tentang pengklasifikasian biaya lingkungan bahwa Penggolongan biaya lingkungan dalam PT. Margo Karya Mandiri terbagi atas 4 bagian yaitu (a) Biaya pencegahan lingkungan yang meliputi; program kemitraan dan biaya lingkungan, kesejahteraan karyawan, keselamatan kerja, dan perolehan seertifikat Iso 14001. (b) Biaya deteksi lingkungan yang meliputi; audit dan pengelolaan lingkungan dan pengukuran tingkat pencemaran lingkungan. (c) Biaya kegagalan internal yang meliputi; penataan lahan, pengelolaan kualitas lingkungan, pengelolaan limbah B3, pengoperasian peralatan untuk pencegahan pencemaran, dan daur ulang sisa bahan. (d) Biaya deteksi eksternal yang meliputi; perlindungan keanekaragaman hayati, kecelakaan kerja dan penyakit, dan pencegahan pencemaran kecelakaan (Romandar,2020).
51
lingkungan yang dikeluarkan oleh PT. Margo Karya mandiri dengan
teori yang ada (Hansen Mowen 2005);
Tabel 6.1 Pengklasifikasian Biaya Lingkungan
No Deskripsi Hansen Mowen (2007) PT. Margo Karya Mandiri
1
Pencegahan Lingkungan)
2) Evaluasi dan pemilihan alat untuk mengendalikan polusi
3) Desain proses dan produk untuk mengurangi dan menghapus limbah
4) Melatih pegawai 5) Mempelajari
dampak lingkungan 6) Audit risiko
lingkungan 7) Daur ulang produk 8) Pemerolehan
sertifikat ISO 14001.3
kesehatan kerja b. Pelatihan dan
pengembangan karyawan
pelindung diri b. Pembuatan dan
perawatan ambu norma K3 (Safety Promotion)
4) ISO 14001
2) Pemeriksaan produk dan proses
3) Pengembangan ukuran kinerja lingkungan
4) Pelaksanaan pengujian pencemaran
6) Pengukuran tingkat pencemaran
1) Audit dan pengelolaan lingkungan
2) Pengukuran tingkat pencemaran; a. Air b. Udara c. Tanah d. Keanekaragaman
hayati
3 Environment al Internal Failure Costs (Biaya Kegagalan Internal Lingkungan)
1) Pengoperasian peralatan untuk mengurangi atau menghilangkan polusi
2) Pengolahan dan pembuangan limbah beracun
3) Pemeliharaan peralatan polusi
lingkungan a. Kualitas air
-Air laut -Air permukaan -Air tanah
b. Kualitas Udara c. Kualitas Tanah d. Penanggulangan air asam tambang
52
5) Daur ulang sisa bahan
e. Keanekaragaman Hayati
peralatan untuk pencegahan pencemaran: a. Pembuatan saluran
air b. Pengoperasian il
5) Daur ulang sisa bahan: a. Pemanfaatan
limbah dari industri lain sebagai bahan baku dan bahan bakar alternatif
b. Pemanfaatan majun dan kaos tangan yang terkontaminasi dengan oli atau minyak sebagai bahan bakar alternatif
c. Oli bekas sebagai pelumas peralatan pabrik
d. Recycle tumpahan material reject untuk
dikembalikan ke proses produksi
4 Environment al External Failure Costs (biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan)
1) Biaya kegagalan eksternal yang direalisasi: a. Pembersihan
danau yang tercemar
c. Penggunaan bahan baku dan energi secara tidak efisien
d. Penyelesaian klaim kecelakaan pribadi dari praktik kerja yang tidak ramah lingkungan
2) Biaya sosial:
pasca penambangan
2) kecelakaan kerja dan penyakit
3) Pencegahan pencemaran kecelakaan
53
a. Perawatan medis karena udara yang terkena polusi (kesejahteraa n individu)
b. Hilangnya kegunaan danau sebagai tempat rekreasi karena pencemaran
c. Hilangnya lapangan pekerjaan karena pencemaran (kesejahteraa n individu)
d. Rusaknya ekosistem karena pembuangan sampah padat (degradasi)
Sumber: Hasil wawacara berasama bapak Romandar,2020.
Berdasarkan tabel diatas, biaya lingkungan PT. Margo Karya
Mandiri tidak sepenuhnya dicatat sesuai dengan teori yang ada
(Hansen Move 2007) sehingga menimbulkan penyimpangan untuk
perbaikan, proyek perlindungan lingkungan, dan lain-lain. Hal ini
dikarenakan, perusahaan ini masih sangat muda karena baru
beroperasi selama 2 (dua) tahun yaitu sejak tahun 2019 sampai 2020
tahun berjalan. Pengklasifikasian dan pengidentifikasian pada tabel
diatas berdasarkan hasil wawancara bersama bapak Romandar
kemudian disesuaikan dengan biaya lingkungan berdasarkan laporan
keuangan tentang laporan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
yang dibuat oleh perusahaan, sehingga dalam penggolongan atau
pengungkapan biaya lingkungan ini hanya dicatat sesuai biaya yang
telah dikeluarkan perusahaan.
PT. Margo Karya Mandiri mengakui beban pada saat terjadinya
atau sesuai dengan masa manfaatnya, termasuk biaya lingkungan.
Sedangkan pengukuran biaya lingkungan, PT. Margo Karya Mandiri
menggunakan biaya historis, kecuali akun tertentu yang menggunakan
dasar pengukuran lain, sesuai dalam kebijakan akuntansi masing-
masing akun tersebut.
Setelah melakukan penelitian di PT. Margo Karya Mandiri,
dibawah ini disajikan tabel pencatatan biaya lingkungan yang disajikan
oleh PT. Margo Karya Mandiri.
Tabel 7.1 Biaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan tahun 2019
Uraian Biaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Biaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tahun 2019 (IDR)
trI. I Tri. II Tri. III Tri.IV Total
1 Biaya Pengelolaan Lingkungan
3. Pengelolaan Kualitas
b. Kualitas Udara - 1.500.000 1.500.000 1.500.000 4.500.000
c. Kualitas Tanah - 750.000 750.000 750.000 2.750.000
4. Pekerjaan Sipil seperti pembuatan dam/kolam pengendap & maintenance kolam pengendapan
- 5.000.000 5.000.000 5.000.000 15.000.000
55
Sumber: Laporan Biaya Pengelolaan dan Pemantauan lingkungan PT. Margo Karya Mandiri
tahun 2019
Penyajian ini berpedoman pada PSAK No. 1 tahun 2009, yang
menyebutkan; “Entitas dapat pula menyajikan terpisah dari laporan
keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai
tambah , khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup
memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap
karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang
peran penting. Laporan tambahan tersebut diluar ruang lingkup
Standar Akuntansi Keuangan”.
Wawancara juga dilakukan kepada bapak Romandar, bahwa Perlakuan terhadap biaya lingkungan yang telah dikeluarkan oleh PT. Margo Karya Mandiri dicatat sebagai beban umum dan administrasi dalam laporan laba rugi perusahaan. Penyajian biaya lingkungan dalam laporan tahunan PT. Margo Karya Mandiri telah disajikan secara khusus dan terperinci atas biaya lingkungan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Sedangkan dalam pengungkapan biaya lingkungannya perusahaan telah mengungkapkan kebijakan lingkungannya pada tahun 2019. Dimana dalam kebijakan ini diungkapkan utnuk menunjukkan komitmen perusahaan terhadap kepedulian lingkungan. Singkatnya, perusahaan secara sukarela telah mengungkapkan biaya lingkungannya secara terperinci sesuai biaya lingkungan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.
2 Biaya Pemantauan Lingkungan
a. Pengadaan peralatan pantau
- 5.000.000 5.000.000 5.000.000 15.000.000
d. Pelaksanaan pemantauan (upah tenaga kerja)
- 4.500.000 4.500.000 4.500.000 13.500.000
4
peringatan hari bumi, hari lingkungan hidup dan hari pertambangan dan energi
- 15.000.000 - - 15.000.000
TOTAL BIAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN - 94.750.000 54.750.000 289.750.000 439.250.000
56
membuat laporan yang berhubungan dengan lingkungan dan
mencantumkan biaya lingkungan secara khusus dan terinci dalam
laporan tahunan sesuai dengan PSAK No. 1 tahu 2009 yang
menyatakan bahwa entitas dapat pula menyajikan terpisah dari
laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan. PT. Margo Karya
mandiri dalam pengungkapannya bersifat sukarela namun telah
menyajikan laporan biaya lingkungannya secara penuh.
Selain itu, dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dinyatakan bahwa laporan tahunan yang diungkapkan
perusahaan sekurang-kurangnya memuat 7 hal, yaitu sebagai berikut;
Tabel 8.1 Pengungkapan Laporan Tahunan
No. UU No. 40 Tahun 2007 PT. Margo Karya
Mandiri
1

3

4

5


7

57
menyusun laporan tahunannya sesuai dengan peraturan tentang
Perseroan Terbatas (UU No. 40 tahun 2007). Hal ini menunjukkan
bahwa PT. Margo Karya Mandiri berpegang teguh komitmen
perusahaan yang selalu berpedoman terhadap peraturan yang
berlaku.
lingkungannya telah disajikan secara khusus sebagai laporan biaya
pengelolaan dan pemantauan lingkungan dimana didalamnya perusahaan
ini telah mengeluarkan biaya lingkungan yang meliputi biaya pengelola
lingkungan, biaya pemantauan lingkungan, biaya konsultan lingkungan
dan pelatihan, peringatan hari bumi, hari lingkunan hidup dan hari
pertambangan dan energi, dan biaya pelaporan RKL dan RPL.
berdasarkan dari data laporan biaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan perusahaan, maka perusahaan telah mengungkapkan biaya
lingkungannya secara terperinci. Oleh karena itu, PT. Margo Karya Mandiri
tergolong sebagai perusahaan yang telah menugngkapkan biaya
lingkungannya secara sukarela dan sudah melaporkan biaya
lingkungannya secara penuh dalam laporan tahunannya.
Hasil dari perbandingan antara dasar pengungkapan biaya
lingkungan yang dilakukan oleh PT. Margo Karya Mandir dengan dasar
pengungkapan berdasarkan National Association for environmental
management tidak sepenuhnya sama, dimana dasar pengungkapan biaya
lingkungan PT. Margo Karya Mandiri yang sebanding yaitu (a)
58
pemerintah, (c) hubungan masyarakat, (d) pelaporan publik, (e) inisiatif
bisnis sukarela (f) menyangkut komunitas, dan alasan lain perusahaan
mengungkapkan biaya lingkungannya yaitu selain sebagai pelaporan
kepada stakeholders, pengungkapan ini menghendaki agar mampu
meningkatkan citra perusahaan sehingga dapat meningkatkan brand
perusahaan dan mampu membedakan perusahaan dengan pesaingnya.
Dalam perusahaan ini, penggolongan biaya lingkungan terbagi atas
4 bagian yaitu (a) Biaya pencegahan lingkungan yang meliputi; program
kemitraan dan biaya lingkungan, kesejahteraan karyawan, keselamatan
kerja, dan perolehan sertifikat Iso 14001. (b) Biaya deteksi lingkungan yang
meliputi; audit dan pengelolaan lingkungan dan pengukuran tingkat
pencemaran lingkungan. (c) Biaya kegagalan internal yang meliputi;
penataan lahan, pengelolaan kualitas lingkungan, pengelolaan limbah B3,
pengoperasian peralatan untuk pencegahan pencemaran, dan daur ulang
sisa bahan. (d) Biaya deteksi eksternal yang meliputi; perlindungan
keanekaragaman hayati, kecelakaan kerja dan penyakit, dan pencegahan
pencemaran kecelakaan.
Sari, Faridah, Lukman Setiawan (2017) yang berjudul Analisis
Pengungkapan Akuntansi Lingkungan pada Rumah Sakit Umum Daerah
Makassar. Bahwasanya, RSUD Daya Makassar sudah melakukan proses
pengientifikasian, pengakuan, pengukuran, pencatatan, penyajian dan
juga pengungkapan. RSUD Daya Makassar sudah melakukan pengolahan
limbah dengan baik. Rumah sakit juga sudah mengeluarkan biaya
59
Umum Daerah Daya Makassar turut menjaga lingkungan hidup.
PT. Margo Karya Mandiri dalam pengakuan dan pengukuran
biaya-biaya lingkungannya mengakui beban pada saat terjadinya atau
sesuai dengan masa manfaatnya, termasuk biaya lingkungan. Sedangkan
pengukuran biaya lingkungan, PT. Margo Karya Mandiri menggunakan
biaya historis, kecuali akun tertentu yang menggunakan dasar pengukuran
lain, seusai dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.
Perlakuan terhadap biaya lingkungan yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan dicatat sebagai beban umum dan administrasi dalam laporan
laba rugi perusahaan.
Karya Mandiri telah disajikan secara khusus dan terperinci atas biaya
lingkungan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Sedangkan dalam
pengungkapan biaya lingkungannya perusahaan telah mengungkapkan
kebijakan lingkungannya pada tahun 2019. Dimana dalam kebijakan ini
diungkapkan utnuk menunjukkan komitmen perusahaan terhadap
kepedulian lingkungan. Singkatnya, perusahaan secara sukarela telah
mengungkapkan biaya lingkungannya secara terperinci sesuai biaya
lingkungan yang telah dikeluarkan dalam laporan tahunan perusahaan.
60
kesimpulan dimana, PT. Margo karya Mandiri sebagai salah satu perusahaan
manufaktur di Indonesia yang secara sukarela telah mengungkapkan biaya
lingkungannya. Pada laporan tahunan perusahaan ini telah mengungkapkan
biaya lingkungannya secara terperinci sesuai dengan aktivitas lingkungan
yang telah dikeluarkan oleh perusahaan secara penuh. PT. Margo Karya
Mandiri mengakui beban pada saat terjadinya atau sesuai dengan masa
manfaatnya, termasuk biaya lingkungan. PT. Margo Karya Mandiri dalam
penyajiannya dilakukan secara sukarela yang berpedoman pada PSAK no.1
Tahun 2009. PT. Margo Karya Mandiri telah mengungkapkan biaya
lingkungannya secara penuh, dan menunjukkan komitmen perusahaan yang
selalu berpedoman terhadap aturan yang berlaku (UU No. 40 tahun 2007).
B. Keterbatasan Penelitian
data penelitian yang digunakan dalam penelitian hanya menggunakan data 1
(satu) periode yaitu tahun 2019 dikarenakan perusahaan ini baru beroperasi
selama 2 (dua) tahun sejak 2019. Leh karena itu peneliti memutuskan hanya
menggunakan 1 (satu) periode agar data yang digunakan valid.
C. Saran
sebagai berikut;
sekurang-kurangnya 3 (tiga) periode sehingga data yang diperoleh
memiliki pembanding antara data keuangan tahun sebelumnya dan
setelahnya.
pelaporan biaya lingkungannya agar dasar pengungkapan biaya
lingkungannya terwujud seperti apa yang mendasari perusahaan
melakukan pelaporan biaya lingkungan.
PSAK 33 dan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 Terhadap
Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015). Bandar Lampung
(https://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JABA/article/download/620/432 ,
Kasus pada OWABONG Kabupaten Purbalingga).Yogyakarta
(https://repository.usd.ac.id/12160/ ,diakses 02 Mei 2020)
Krishantoro, Gregorius Adhytama.2017.Analisis Pengungkapan Biaya Aktivitas
Pertambangan (Eksplorasi, Pengembangan dan Konstruksi, Produksi,
Serta Pengelolaan Lingkungan Hidup) Terhadap Return on Investment
pada Perusahaan Pertamangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.Yogyakarta (https://repository.usd.ac.id/11548/ , diakses 02
Pengelolaan Limbah dan Tanggung jawab Sosial pada Rumah Sakit
Stroke Nasional Bukittinggi.Padang (https://osf.io/preprints/inarxiv/qud38/
, diakses 11 April 2020)
Pada Perusahaan Pertambangan dalam Pengendalian Kerusakan
Lingkungan Hidup; Suatu Pendekatan Literatur.Vol.14.No.1.Hal.50-64m
Pabrik Gondorukemen dan Terpentin (PGT).Garahan-Jember
(https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/2139, diakses 10 April
Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal
Return.Vol.13.No.1.Hal.24-36
Sakit Umum Daerah Daya.Vo.3.No.001
dan Pengungkapan Tanggung jawab Lingkungan pada Perusahaan
Manufaktur.Surabaya
(https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-
wawancara ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengungkapan biaya
lingkungan pada PT. Margo Karya mandiri, adapun poin-poin pertanyaannya
sebagai berikut;
1. Apasaja yang menjadi dasar pengungkapan biaya lingkungan di PT.
Margo Karya Mandiri ?
yaitu selain sebagai pelaporan kepada stakeholders, pengungkapan ini
menghendaki agar mampu meningkatnya citra perusahaan sehingga
dapat meningkatkan brand perusahaan dan mampu membedakan
perusahaan dengan pesaingnya”.
Mandiri ?
atas 4 bagian yaitu (a) Biaya pencegahan lingkungan yang meliputi;
program kemitraan dan biaya lingkungan, kesejahteraan karyawan,
keselamatan kerja, dan perolehan seertifikat Iso 14001. (b) Biaya deteksi
lingkungan yang meliputi; audit dan pengelolaan lingkungan dan
pengukuran tingkat pencemaran lingkungan. (c) Biaya kegagalan
internal yang meliputi; penataan lahan, pengelolaan kualitas lingkungan,
pengelolaan limbah B3, pengoperasian peralatan untuk pencegahan
pencemaran, dan daur ulang sisa bahan. (d) Biaya deteksi eksternal
yang meliputi; perlindungan keanekaragaman hayati, kecelakaan kerja
dan penyakit, dan pencegahan pencemaran kecelakaan.
66
Margo Karya Mandiri
sesuai dengan masa manfaatnya, termasuk biaya lingkungan.
Sedangkan pengukuran biaya lingkungan, PT. Margo Karya Mandiri
menggunakan biaya historis, kecuali akun tertentu yang menggunakan
dasar pengukuran lain, sesuai dalam kebijakan akuntansi masing-
masing akun tersebut”.
dalam PT. Margo Karya Mandiri ?
“Perlakuan terhadap biaya lingkungan yang telah dikeluarkan oleh PT.
Margo Karya Mandiri dicatat sebagai beban umum dan administrasi
dalam laporan laba rugi perusahaan. Penyajian biaya lingkungan dalam
laporan tahunan PT. Margo Karya Mandiri telah disajikan secara khusus
dan terperinci atas biaya lingkungan yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan. Sedangkan dalam pengungkapan biaya lingkungannya
perusahaan telah mengungkapkan kebijakan lingkungannya pada tahun
2019. Dimana dalam kebijakan ini diungkapkan untuk menunjukkan
komitmen perusahaan terhadap kepedulian lingkungan. Singkatnya,
perusahaan secara sukarela telah mengungkapkan biaya lingkungannya
secara terperinci sesuai biaya lingkungan yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan.
67
68
69
71
wawancara bersama bapak Romandar.
Yusrifah Yusuf sebagai anak ketiga dari empat
bersaudara. Penulis dilahirkan di Kelurahan Rahampuu,
Kecamata Kabaena Induk, Kabupaten Bombana, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Penulis menempuh pendidikan
dimulai dari SDN 1 Rahampuu (lulus tahun 2010),
melanjutkan ke SMP Negeri 1 Teomokole (lulus tahun 2013), kemudian
melanjutkan ke SMAN 02 Bombana (lulus tahun 2016), hingga akhirnya mampu
menempuh masa kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Akuntansi di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis telah
berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan
penulisan tugas akhir skripsi ini mampu meberikan kontribusi positif bagi dunia
pendidikan.
terselesaikannya skripsi yang berjudul “ Analisis Pengungkapan Biaya
Lingkungan pada PT. Margo Karya Mandiri”.
SKRIPSI INDAH MUSTIKA HATI N. 105731119816.pdf (p.1-87)
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1 Tinjauan Empiris.......................................................................................28
3.1 Nama Responden.....................................................................................40
C. Biaya Lingkungan
D. Audit Lingkungan
Peraturan menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2010 pasal 1 tentang Audit Lingkungan Hidup, dimana akuntansi lingkungan hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawaban usaha dan/atau kegiatan terhadap persyaratan huku...
Audit lingkungan merupakan bagian kecil dari sistem pengelolaan lingkungan secara keseluruhan. Pengawasan yang dikelola dapat berupa audit terhadap sistem pengelolaan itu sendiri. Dari audit lingkungan dapat diketahui apakah semua langkah yang diperlu...
Menurut peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2010 pasal 2 tentang Audit Lingkungan Hidup, audit lingkungan meliputi audit meliputi audit lingkungan yang diwajibkan dan audit lingkungan bersifat sukarela. Audit bersifat wajib apabil...
Pada umumnya, suatu kajian audit lingkungan menurut hal-hal sebagai berikut (BAPEDAL, 1995);
1. sejarah atau rangkaian suatu usaha atau kegiatan, rona dan kerusakan lingkungan ditempat usaha atau kegiatan tersebut, pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan, serta isu lingkungan yang terkait.
2. Perubahan rona lingkungan sejak usaha atau kegiatan tersebut didirikan sampai waktu terakhir pelaksanaan audit.
3. Penggunaan input sumber daya alam, proses bahan dasar, bahan jadi dan limbah termasuk limbah Bahan beracun Berbahaya (B3)
4. Identifikasi penanganan dan penyimpanan bahan kimia, B3 serta potensi kerusakan yang mungkin timbul.
5. Kajian risiko lingkungan.
6. Sistem kontrol manajemen, rute pengangkutan bahan dan pembuangan limbah, termasuk fasilitas untuk meminimalkan dampak buangan dan kecelakaan.
7. Efektifitas alat pengendalian pencemaran seperti ditunjukan dalam laporan inspeksi, peralatan, uji emisi, uji rutin dan lain-lain.
8. Catatan tentang lisensi pembuangan limbah dan penaatan terhadap peraturan perundang-undangan termasuk standar dan baku mutu lingkungan.
9. Penataan terhadap hasil dan rekomendasi AMDAL (Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan).
10. Rencana minimisasi limbah dan pengendalian pencemaran lingkungan.
11. Penggunaan energi, air dan sumber alamnya.
12. Program daur ulang, konsiderasi hasil daur ulang (product life cycle).
13. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan kepedulian lingkungan.
Audit lingkungan mampu meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan dengan memberikan rekomendasi atas cara suatu perusahaan meningkatkan kualitas manajemen lingkungan dan mengurangi dampak negatif lingkungan serta melakukan efisiensi biaya.
E. Triple Bottom Line Implementasi dalam Mendeteksi Biaya Lingkungan
F. Pengungkapan Biaya Lingkungan dalam Laporan Tahunan (disclosures in annual)
Pengungkapan (disclosure) ialah pemberian data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Pengungkapan pada laporan tahunan harus membertikan informasi secara jelas dan dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpen...
Menurut Suranto,dkk (2006) Environmental disclosure atau pengungkapan lingkungan adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan tahunan.
Pengungkapan akuntansi lingkungan di kebanyakan negara, termasuk Indonesia masih bersifat voluntary, artinya tidak ada aturan yang mewajibkan. Hal ini disebabkan karena PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang dijadikan sebagai pedoman belum ...
2. Tinjauan Empiris
3. Kerangka Pikir
D. Sumber Data
Alat yang digunakan oleh peneliti untuk dokumentasi yaitu lembar ceklis dokumentasi dan catatan lapangan. Dokumentasi-dokumentasi yang telah diperoleh peneliti berupa foto kegiatan pada saat wawancara kepada karyawan PT. Margo Karya Mandiri.
G. Metode Analisis