Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
107
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
ANALISIS SITUASI DAN PENENTUAN SASARAN
Bilson Simamora
“Hence the saying: If you know the enemy and you know yourself, your victory will not
stand in doubt; if you know Heaven and you know Earth, you may make your victory
complete.”
Sunt Tzu – The Art of War
“Siapa anak muda tadi? Panggil dulu dia ke sini, saya ingin bertukar salam, ada yang
istimewa padanya”, pinta Kagenori, guru besar perguruan militer Obata kepada murid
kesayangannya Shinzo dari pembaringan dekat jendela puri utama perguruan militer
Obata.
“Oh, anak muda berpakaian rombeng tadi? Apa istimewanya?” sahut Shinzo
datar.
“Memang aku tidak mendengar dia tadi berbicara denganmu. Tidak juga jelas
wajahnya karena aku memandang dari jauh. Tetapi, cara dia masuk gerbang sangat
mengesankan. Sebelum masuk, dia berhenti sebentar di mulut gerbang. Dia mengamati
keadaan di dalam perguruan. Tata letak bangunan. Ketinggian tanah. Sepertinya dia
membayangkan dari mana datangnya serangan jika ada dan ke mana harus meloloskan
diri. Kemampuan menilai situasi itulah intinya Shinzo. Dia memiliki sesuatu yang tidak
dimiliki samurai biasa.”
“Apa yang istimewa dalam dirinya?” gumam Shinzo dalam hati sambil berlari ke
arah perginya Musashi, “Tetapi mungkin guru bisa melihat yang tidak bisa saya lihat”.
Cara pandang guru dan murid kesayangannya itu berbeda. Sinzho terpaku pada
penampilan fisik, sang guru melihat kedalaman jiwa. Kecermatan Musashi menilai
situasi, sebuah kelebihan yang berkontribusi bagi kemenangannya dalam setiap
pertarungan selama ini, sangat mengesankannya.
Kepandaian membaca situasi juga menjadi kunci kemenangan kerajaan Wu
melawan pasukan Cao Cao. Kisah nyata pada zaman tiga kerajaan yang diangkat dalam
108
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
film Red Cliff ini memperlihatkan bagaimana Zhuge Liang, ahli strategi kerajaan Wu
membaca situasi alam menghadapi pasukan Cao Cao.
Cao Cao yang membawa pasukan besar berencana menyerang pada malam hari.
Angin barat daya yang mengarah ke pasukan Wu akan menguntungkannya. Ia tahu itu.
Jika ia meluncurkan kapal-kapal terbakar maka pusat pertahanan Wu yang diapit karang
terjal akan terbakar habis dan jatuh dengan sendirinya. Tapi dia tidak tahu kapan angin
berubah arah.
Di sisi lain Zhuge Liang dan jenderal Zhou Yu, yang memiliki kekuatan lebih
kecil, pun berpikir yang sama, yakni menyerang dengan api. Tetapi angin masih
mengarah pada mereka. Serangan dengan api justru akan menghanguskan mereka sendiri.
Namun, Zhuge Liang tahu, tepat tengah malam, arah angin akan berubah. Itulah saat
yang tepat bagi pasukan Shu untuk meluncurkan kapal-kapal terbakar ke kerumunan
kapal-kapal Cao Cao. Singkat cerita, arah angin berubah seperti perkiraan Zhuge Liang.
Pasukan Shu pun langsung menyerbu pasukan Cao Cao bak kawanan belalang menyerbu
ladang. Cao Cao menyerah. Pasukannya habis. Kapal-kapalnya juga hangus.
Mari kita simak satu kisah lagi sebelum berbicara teori. Dalam perang dunia
kedua, Italia berniat mengulang kejayaan kerajaan Romawi dengan mendirikan Italia
Raya. Wilayah yang diinginkan mencakup Eropa Selatan dan Afrika Utara. Untuk
menguasai Afrika Utara ada ganjalan yang harus disingkirkan, yaitu Inggris yang
bercokol di Mesir. Untuk menyingkirkan Inggris, Italia mengerahkan armada laut dan
tentara darat berkekuatan 200.000 orang. Pasukan Italia menembaki Alexandria, Mesir.
Namun, apa daya, dengan pasukan 30.000 orang, Inggris dapat memukul mundur, bahkan
memburu pasukan Italia sampai ke Libya.
Melihat kekalahan telak Italia ini, Hitler turun tangan. Ia menerjunkan pasukan
elit Jerman, lengkap dengan jenderal yang paling bersinar saat itu: Erwin Rommel.
Pasukan gabungan Jerman dan Italia yang dikenal dengan Afrika Korps dengan
cepat memukul mundur Inggris dari Libya. Kini gantian pasukan Inggris yang diuber
sampai perbatasan Mesir. Mundurnya tentara Inggris adalah sebuah kesengajaan setelah
melalui penilaian cermat atas situasi. Jenderal Auchinleck, pemimpin pasukan Inggris,
merasa mustahil mengalahkan Jerman di gurun yang luas. Ia merasa bahwa El Alamein
adalah lokasi tepat untuk bertahan. Tempat ini hanya berjarak 90 km dari Mesir, sehingga
109
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
jalur suplai dekat bagi pasukan Inggris. Jaraknya yang 1500 km dari Libya merupakan
kerugian bagi Afrika Korps karena jalur suplai menjadi sulit. Untungnya lagi bagi
pasukan Inggris, di El Alamein adalah gurun yang sempit, hanya selebar 60 km. Di utara
ada laut Mediteriania dan selatan adalah Qattara Depression berpasir tebal yang lunak.
Tank-tank Rommel tidak mungkin melewati cekungan ini. Jadi, Auchinleck tidak perlu
khawatir akan serangan sisi (flanking attack) pasukan Jerman dan Italia.
Tentara gabungan Jerman-Italia dapat ditahan di tempat itu. Afrika Korps
menghadapi stalemate, maju kena, mundur kena. Dengan tambahan pasukan, suplai dan
senjata, dua bulan kemudian, Afrika Korps dapat dipukul mundur dan akhirnya disapu
bersih dari Afrika Utara.
Inti dari semua cerita ini adalah pentingnya analisis situasi dalam peperangan.
Situasi menentukan strategi perang. Karena diibaratkan sebagai peperangan, maka
analisis situasi juga sangat diperlukan sebagai bagian dari persiapan untuk merumuskan
strategi pemasaran (Pifield, 2007). Ini berangkat dari petuah Sun Tzu di atas: “If you
know your self and your enemy, if know heaven and earth” dan anda akan memenangkan
perang.
Pada dasarnya, pemasaran strategis berusaha mengharmoniskan situasi
lingkungan pada saat ini dan masa depan dengan sumberdaya yang dimiliki perusahaan
(Craven dan Piercy, 2006). Harmonisasi tersebut ditunjukkan oleh kesesuaian sasaran
pemasaran dan strategi untuk mencapainya dengan situasi internal dan eksternal yang
dihadapi perusahaan.
Setelah membaca modul ini diharapkan para membaca dapat melakukan analisis
situasi pada sebuah organisasi dan selanjutnya menetapkan sasaran bagi organisasi
tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, modul ini dijabarkan ke dalam dua kegiatan
belajar, yaitu: (1) analisis situasi serta (2) analisis SWOT dan penetapan sasaran.
Kegiatan Belajar 1
ANALISIS SITUASI
Langkah pertama dalam perumusan rencana pemasaran strategis adalah memeriksa
komponen-komponen utama lingkungan. Selanjutnya, data tentang komponen-
110
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
komponen utama tersebut digunakan untuk perumusan strategi pemasaran. Ini
merupakan langkah terpenting karena kualitas semua keputusan dan perencanaan
tergantung pada seberapa baik analisis dilakukan.
Ada berbagai isu yang dipertimbangkan dalam analisis situasi (Tabel 3.1). Sekali
pun demikian, analisis situasi umumnya bersifat kualitatif. Sekalipun ada alat-alat (tools)
yang dapat digunakan, namun keputusan tetap tergantung pada penilaian (judgment)
pengambil keputusan dalam organisasi.
Aspek terpenting dari analisis situasi adalah sifatnya yang berkelanjutan (ongoing
process). Analisis situasi dilakukan bukan pada satu waktu, misalnya sehari atau
seminggu, lalu berhenti dalam beberapa waktu kemudian. Data harus di-update setiap
kali ada informasi penting. Manajer harus dapat mengakses informasi setiap waktu.
Analisis situasi harus memberi gambaran lengkap lingkungan pemasaran saat ini
maupun masa mendatang. Tiga di antara komponen lingkungan paling penting adalah:
lingkungan internal, lingkungan pelanggan, dan lingkungan persaingan.
A. Analisis Situasi Internal
Review Sasaran, Strategi, dan Kinerja Saat Ini. Secara berkala manajer perlu
memeriksa kinerja strategi pemasaran saat ini dalam hal volume penjualan, profitabilitas,
pangsa pasar, dan ukuran-ukuran lain yang relevan. Informasi lebih kaya diperoleh
apabila analisis kinerja dilakukan per merek, lini produk, segmen pasar, unit bisnis,
divisi, dan seterusnya. Pertanyaan yang perlu diajukan adalah apakah kinerja perusahaan
telah mencapai sasaran yang ditetapkan. Kalau sudah mencapai sasaran, apakah perlu
ditetapkan sasaran baru yang lebih tinggi untuk meningkatkan produktifitas. Kalau belum
mencapai sasaran perlu dipikirkan apakah sasaran perlu ditetapkan ulang dan apakah
strategi perlu dirumuskan kembali.
Tabel 3.1. Komponen-komponen Analisis Situasi
Lingkungan Internal
Review Sasaran, strategi, dan kinerja saat ini
Ketersediaan sumberdaya
Struktur dan budaya organisasi
Lingkungan Pelanggan
Siapa pelanggan saat ini dan pelanggan potensial?
Apa yang dilakukan para pelanggan dengan produk-produk kita?
Di mana para pelanggan membeli produk-produk kita?
111
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Kapan pelanggan membeli produk-produk kita?
Mengapa (dan bagaimana) pelanggan menyeleksi produk-produk kita?
Mengapa pelanggan potensial tidak membeli produk-produk kita?
Lingkungan Eksternal
Tekanan persaingan
Pertumbuhan dan stabilitas ekonomi
Tren politik
Isu-isu hukum dan peraturan
Perubahan teknologi
Tren budaya
Sumber: Ferrel, Hartline, dan Lucas (2002)
1. Ketersediaan Sumberdaya
Manejer pemasaran perlu me-review sumberdaya organisasi saat ini maupun akan datang,
yang dapat digunakan untuk pemasaran. Apa saja yang di-review disajikan pada Tabel
3.1. Yang perlu diketahui adalah apakah ada perubahan sumberdaya pada masa yang
akan datang. Kalau sumberdaya berkembang lebih buruk, manajer pemasaran perlu
memikirkan langkah untuk mengkompensasi penurunan tersebut.
Tabel 3.2. Kerangka untuk Menganalisis Lingkungan Internal
1. Review Sasaran, Strategy, dan Kinerja Saat Ini
a. Apa sasaran dan tujuan pemasaran kita saat ini?
b. Apakah sasaran dan tujuan pemasaran kita konsisten dengan misi, tujuan, dan
sasaran perusahaan?
c. Bagaimana kinerja strategi pemasaran kita dalam hal volume penjualan, pangsa
pasar, profitabilitas, dan komunikasi (misalnya kesadaran merek)?
d. Bagaimana kinerja kita saat ini apabila dibandingkan dengan perusahaan lain
dalam industri yang sama? Apakah kinerja industri secara keseluruhan meningkat
ataukah menurun? Mengapa?
e. Apakah performa kita menurun? Apa penyebab utamanya? Apakah sasaran
pemasaran kita tidak konsisten? Apakah strategi kita gagal? Apakah penerapan
strategi bermasalah?
f. Kalau kinerja kita meningkat, tindakan apa yang perlu dilakukan untuk
memastikan kinerja meningkat terus? Apakah peningkatkan kinerja berkaitan
dengan lingkungan yang lebih baik daripada yang diperkirakan sebelumnya
ataukah perencanaan dan penerapan yang baik?
2. Review Sumberdaya Saat Ini dan Akan Datang
a. Bagaimana keadaan sumberdaya-sumberdaya organisasi saat ini (misalnya
keuangan, manusia, pengalaman, hubungan dengan pemasok atau pelanggan
kunci).
b. Apakah sumberdaya-sumberdaya tersebut berkembang ke arah yang lebih baik
ataukah lebih buruk dalam waktu dekat.
112
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
c. Kalau berkembang lebih baik, bagaimana kita memanfaatkan sumberdaya-
sumberdaya tambahan tersebut menjadi keunggulan kita dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan dengan cara yang lebih baik dibanding pesaing.
d. Kalau berkembang lebih buruk, apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi
hambatan-hambatan baru sumberdaya kita?
3. Review Isu-isu Struktural dan Budaya Saat Ini dan Akan Datang
a. Apa aspek-aspek positif dan negatif budaya perusahaan saat ini dan mendatang?
b. Isu-isu apa yang berkaitan dengan politik dan perebutan kekuasaan internal yang
mungkin mempengaruhi aktifitas-aktifitas pemasaran kita?
c. Bagaimana posisi pemasaran sebagai fungsi di mata fungsi-fungsi lain? Apakah
posisi eksekutif kunci kemungkinan berubah pada masa yang akan datang?
d. Bagaimana orientasi pemasaran perusahaan mempengaruhi kegiatan-kegiatan
pemasaran kita?
e. Apakah perusahaan menekankan perencanaan jangka panjang ataukah jangka
pendek? Bagaimana penekanan ini mempengaruhi kegiatan-kegiatan pemasaran
kita?
f. Adakah isu-isu positif ataupun negatif yang mempengaruhi motivasi karyawan,
khususnya yang berada pada garis depan (front-line)?
Sumber: Ferrel, Hartline dan Lucas (2002)
2. Struktur dan Budaya Organisasi
Salah satu isu penting yang perlu dikaji manajer pemasaran adalah bagaimana kedudukan
fungsi pemasaran menurut fungsi-fungsi lain dalam perusahaan. Selain itu, bagaimana
pandangan terhadap kegiatan pemasaran menurut fungsi-fungsi lain? Apakah kegiatan itu
hanya tanggung jawab pemasaran atau seluruh organisasi?
Budaya organisasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja
pemasaran. Perusahaan yang maju menempatkan pemasaran sebagai tanggung jawab
bersama setiap orang. Dalam posisi demikian, pemasaran bukan lagi semata-mata fungsi
atau kegiatan akan tetapi sudah menjadi budaya organisasi. Ini merupakan posisi ideal
bagi pemasaran, namun tidak mudah membentuknya karena terkait dengan nilai-nilai dan
cara pandang individu-individu dalam organisasi.
B. Analisis Lingkungan Mikro
Lingkungan eksternal pemasaran terdiri dari lingkungan mikro dan lingkungan makro.
Lingkungan mikro adalah pelaku-pelaku di luar perusahaan yang mempengaruhi
kemampuan perusahaan mencapai sasarannya. Lingkungan mikro terdiri dari konsumen,
113
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
pesaing, perantara, pemasok, dan publik. Di antara keempat komponen dua yang paling
penting adalah pelanggan dan pesaing
1. Analisis Pelanggan
Para manajer perlu mengetahui siapa pelanggan saat ini dan pelanggan potensial, apa saja
kebutuhan mereka, persepsi kualitas produk perusahaan dan pesaing di mata konsumen,
dan perubahan apa yang mungkin terjadi pada kebutuhan konsumen.
Informasi yang dibutuhkan tentang konsumen sebenarnya tidak terbatas.
Maksudnya, informasi apa pun tentang mereka diperlukan sepanjang berkaitan dengan
preferensi merek atau produk mereka. Salah satu metoda untuk memperoleh informasi
secara sistematis adalah model 5 W: who, what, where, when, dan why. Pertanyaan-
pertanyaan menyangkut model tersebut disajikan pada Tabel 3.3.
a. Siapa Pelanggan Saat Ini dan Pelanggan Potensial (WHO )?
Yang perlu diketahui adalah karakteristik pelanggan kita saat ini maupun pelanggan
potensial. Untuk pasar konsumen perlu dilakukan segmentasi berdasarkan variabel-
variabel demografi (jenis kelamin, usia, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, etnisitas, dan
lain-lain), geografi (tempat tinggal, kota, pulau, kepadatan penduduk, dan lain-lain),
psikografi (sikap, opini, minat, motivasi, gaya hidup, dan lain-lain), dan perilaku
konsumsi (tingkat pemakaian, tipe produk yang dibeli, frekuensi pembelian, lama
berlangganan, dan seterusnya).
Untuk pasar bisnis perlu dilakukan segmentasi berdasarkan karakteristik bisnis
(jenis usaha, skala usaha, pertumbuhan usaha, lama berlangganan, dan lain-lain). Selain
itu, perlu juga diketahui unit pengambil keputusan atau siapa yang berwenang mengambil
keputusan dalam perusahaan pelanggan.
Profitabilitas setiap segmen, bahkan setiap konsumen kalau mungkin, sangat
berguna bagi perusahaan. Karena pada prinsipnya, layanan yang baik harus
diprioritaskan pada konsumen yang profitable, konsumen yang merugikan dapat
diabaikan. Oleh karena itu, perhitungan rugi laba atas setiap segmen atau konsumen
individu, kalau memungkinkan, sangat penting dilakukan.
114
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Apabila data lengkap segmentasi pasar dapat dilakukan dengan ”Cluster
Analysis”. Dengan analisis ini kita dapat memperoleh profil setiap segmen. Apabila
dikombinasi dengan analisis diskriminan1, kita dapat membuat model tentang faktor-
faktor apa yang mempengaruhi profitabilitas konsumen saat ini. Model ini dapat
diterapkan untuk memprediksi profitabilitas setiap pelanggan potensial.
1 Untuk mengetahui petunjuk teknis tentang Cluster Analysis dan Discriminant Analysis silakan baca
Analisis Multivariat Pemasaran karangan Bilson Simamora (PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005).
115
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Tabel 3.3. Model 5W untuk Menganalisis Konsumen
1. Siapa Konsumen Saat ini dan Pelanggan Potensial?
a. Bagaimana karakteristik demografi, geografi, dan psikografi konsumen?
b. Siapa yang sebenarnya membeli produk kita?
c. Apakah pembeli berbeda dari pemakai produk kita?
d. Siapa yang paling berpengaruh terhadap pembelian?
e. Siapa penyandang dana dalam pembelian produk kita?
2. Apa yang dilakukan konsumen terhadap produk kita?
a. Berapa kuantitas pembelian? Produk dibeli bersama produk apa?
b. Bagaimana perbedaan antara pemakai berat dan pemakai ringan?
c. Adakah produk pelengkap selama pemakaian produk kita?
d. Apa yang dilakukan konsumen setelah mengkonsumsi (memakai) produk kita?
e. Apakah konsumen mendaur ulang produk atau kemasan produk kita?
3. Di mana konsumen membeli produk kita?
a. Dari perantara tipe apa konsumen membeli produk kita?
b. Apakah electronic commerce berpengaruh pada penjualan produk kita?
c. Apakah konsumen meningkatkan pembelian mereka melalui jalur bukan took,
seperti internet, MLM, atau katalog?
4. Kapan konsumen membeli produk kita?
a. Apakah pembelian produk kita bersifat musiman?
b. Bagaimana pengaruh even-even promosi terhadap pembelian dan konsumsi
produk kita?
c. Apakah pembelian produk kita terkait dengan perubahan lingkungan fisik, waktu,
maupun tugas pembelian?
5. Kenapa (dan bagaimana) konsumen memilih produk kita?
a. Apa fitur-fitur dasar produk kita dan produk pesaing?
b. Apa kebutuhan konsumen yang dipenuhi produk kita dan produk pesaing?
c. Seberapa baik produk kita dan produk pesaing memenuhi kebutuhan konsumen?
d. Bagaimana perubahan kebutuhan konsumen pada masa yang akan datang?
e. Bagaimana cara pembayaran yang diinginkan konsumen?
f. Apakah konsumen ingin membina hubungan dengan kita atau pesaing ataukah
hubungan sebatas pembelian saja (dan terutama didasarkan pada harga)?
6. Mengapa pelanggan potensial tidak membeli produk kita?
a. Kebutuhan dasar apa dari non-konsumen yang tidak dipenuhi oleh produk kita?
b. Apa fitur, benefit, maupun keunggulan produk pesaing yang menarik bagi non-
konsumen?
c. Adakah isu-isu distribusi, promosi, dan harga yang menyebabkan non-konsumen
tidak membeli produk kita?
a. d. Adakah potensi untuk mengkonversi non-konsumen menjadi konsumen?
116
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
b. Apa yang Dilakukan Konsumen terhadap Produk Kita? (WHAT).
Bagian ini merupakan perilaku konsumen setelah pembelian (post-purchase behavior).
Setelah pembelian perusahaan perlu mengetahui kepuasan konsumen dan bagaimana
konsumen memperla-kukan produk. Untuk pasar bisnis setelah pembelian produk tentu
masuk dalam proses produksi perusahaan. Untuk pasar konsumen, perilaku pembeli
setelah penjualan menyangkut perlakuan atas produk, perawatan produk, pembuangan
produk (apabila sudah tidak terpakai) dan seterusnya.
Perusahaan yang menggunakan kemasan botol perlu mengetahui bagaimana
konsumen memperlakukan kemasan setelah isi produk habis. Apakah dibuang atau
dipakai untuk menyimpan barang-barang lain? Sebagian besar pembeli Nutrisari
menggunakan kembali kemasan botol untuk menyimpan berbagai barang, seperti gula,
garam, bumbu dapur, dan lain-lain. Karena fungsi kemasan baik itu, pihak produsen
dapat memasarkan Nutrisari isi ulang (refill).
Contoh lain, banyak pemilik sepeda motor sport-touring (seperti Honda Tiger,
Yamaha Scorpio, Suzuki Thunder) yang menempelkan box pada bagian belakang
maupun samping sepeda motornya. Sudah sepantasnya produsen mendesain dudukan
braket yang baik untuk box karena aspek tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi
pembeli dalam mengambil keputusan.
c. Di mana Konsumen Membeli Produk Kita (WHERE)
Pertanyaan ini berkaitan dengan distribusi. Tempat pembelian produk dapat dibagi
menjadi non-store retailing (MLM, door-to-door selling, personal selling, electronic
commercial, dan lain-lain) maupun store retailing. Eceran toko sendiri dapat dibagi
menjadi eceran tradisional dan eceran modern.
Eceran yang berkembang saat ini adalah eceran internet. Banyak produk
konsumen maupun bisnis yang dipasarkan melalui jalur distribusi ini. Bahkan, produk-
produk yang sebelumnya dijual di took, banyak yang sudah beralih ke internet, misalnya
soft-ware.
Jalur lain yang perlu diantisipasi adalah short-message-service (SMS). Berbagai
produser musik sudah melakukan penjualan lagu lewat SMS dengan kedok ring-tone.
117
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Yang perlu diketahui dari saluran distribusi tidak hanya kondisi saat ini, namun
perkembangan dari waktu ke waktu juga sangat penting. Sebab, dengan mencermati
perkembangan tersebut, kita dapat memprediksi keadaan di masa depan. Sebagai contoh,
kembali pada penjualan lagu tadi. Tahun 1990-an penjualan kaset, CD, atau VCD murni
dilakukan melalui took khusus. Sejak tahun 2000-an ini lagu sudah bisa disebarkan
melalui SMS. Dengan teknologi yang semakin berkembang, kualitas lagu yang
disebarkan melalui SMS akan semakin baik. Dengan teknologi digital pula lagu tersebut
dapat direkam dari hand phone ke komputer. Kemudian, dengan komputer lagu tersebut
dapat disimpan ke dalam CD.
Bagaimana ke depan? Konsumen tidak lagi membeli CD, tetapi lagu. Sebab,
dalam satu CD yang berisikan sepuluh atau lebih lagu, yang disukai konsumen hanya
beberapa. Konsumen akan memilih lagu demi lagu yang disukai lalu mengumpulkannya
dalam satu CD. Dengan kata lain, konsumen dapat membuat album kompilasi sendiri.
d. Kapan Pelanggan Membeli Produk? (WHEN)
Pertanyaan ini berkaitan dengan waktu (timing) konsumen membeli produk. Banyak
produk yang penjualannya bersifat musiman. Musim dimaksud bisa bersifat bulanan,
mingguan, maupun harian. Payung dan sepatu lumpur adalah produk yang memiliki
siklus penjualan bulanan. Keduanya mencapai puncak penjualan pada musim hujan.
Pusat-pusat wisata umumnya memiliki siklus mingguan. Hari Sabtu dan Minggu adalah
puncak kunjungan.
e. Mengapa dan Bagaimana Konsumen Memilih Produk Kita (WHY and HOW)
Pertanyaan ‘WHY’ berkaitan dengan benefit apa alasan konsumen (disebut point of
selling) memilih produk kita. Agar lebih akurat perlu juga diketahui kenapa konsumen
tidak memilih pesaing. Pertanyaan ini perlu diajukan karena kadang-kadang perusahaan
tidak tahu kenapa pelanggan memilih produknya. Dengan mengetahui atribut-atribut
yang menjadi bahan pertimbangan konsumen, perusahaan dapat mengetahui keunggulan
bersaing produknya, sehingga dapat memberi prioritas untuk mengelola atribut-atribut
tersebut.
118
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Pertanyaan HOW berkaitan dengan cara pembayaran yang diinginkan atau
mampu dilakukan konsumen, apakah kas, kredit, ataukah kartu kredit. Sebagai contoh,
sebanyak 80% pembayaran sepeda motor, mobil maupun rumah baru di Indonesia
dilakukan dengan kredit. Transaksi on-line umumnya dilakukan dengan kartu kredit.
Pertanyaannya, dapatkah cara pembayaran kita jadikan sebagai point of selling? Adakah
cara-cara pembayaran baru yang memudahkan konsumen membeli produk kita?
f. Kenapa (WHY) Konsumen Potensial Tidak Membeli Produk Kita?
Di Indonesia, ada satu merek skutik (skuter otomatik) yang dibuat dua tipe, satu untuk
perempuan satu lagi untuk laki-laki. Anehnya, 60% pembeli skutik perempuan justru
laki-laki. Skutik laki-laki sendiri kurang berhasil karena tidak dibeli laki-laki, apalagi
perempuan. Seringkali perusahaan sudah membuat produk yang berkualitas tetapi tidak
dibeli pelanggan potensial. Kalau yang tidak membeli sedikit, katakanlah kira-kira 10%
dari pasar potensial, masalahnya tidak serius bagi perusahaan. Masalah ini baru serius
kalau sebagian besar pelanggan potensial justru beralih pada produk lain.
Banyak alasan kenapa pelanggan potensial tidak membeli produk kita. Beberapa
alasan yang umum ditemukan adalah (Ferrel, Hartline dan Lucas, 2002):
Kebutuhan dasar konsumen tidak dipenuhi produk.
Produk tidak memenuhi gaya hidup maupun citra diri (image) pelanggan potensial.
Produk pesaing memiliki fitur atau benefit yang lebih baik.
Produk terlalu mahal untuk sebagian pelanggan potensial.
Pelanggan potensial memiliki biaya peralihan yang tinggi.
Pelanggan potensial tidak mengetahui keberadaan produk.
Pelanggan potensial memiliki anggapan salah tentang produk.
Distribusi yang buruk menyebabkan produk sulit ditemukan.
Latihan 3.1
Komponen apa saja yang peril dipelajari dalam analisis situasi? Petunjuk: Pelajari
kembali Tabel 3.1.
119
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
2. Estimasi Ukuran Pasar
Ukuran pasar penting diketahui baik untuk produk yang sudah jalan (settle up) maupun
yang akan diluncurkan. Ukuran pasar umumnya dinyatakan dalam penjualan per tahun,
bisa nilai rupiah bisa pula dalam unit. Ukuran lain meliputi jumlah pembeli, rara-rata
pembelian, dan frekuensi pembelian.
Ada tiga ukuran penting sehubungan dengan ukuran pasar, yaitu potensi pasar
(market potential), prakiraan penjualan (sales forecast), dan pangsa pasar (market share).
Prakiraan penjualan mengindikasikan berapa penjualan suatu produk pada
periode waktu tertentu. Prakiraan penjualan dapat mencakup seluruh industri atau
spesifik menurut tipe, tingkat harga, maupun varian produk. Prakiraan penjualan
menggambarkan permintaan pasar (market demand).
Permintaan pasar adalah estimasi kuantitas produk yang akan dibeli pelanggan
sasaran pada area pasar tertentu, pada suatu periode, dalam lingkungan pemasaran
tertentu, dan program pemasaran tertentu. Mengingat perilaku konsumen dapat
distimulasi, maka permintaan pasar dipengaruhi oleh kondisi-kondisi pemasaran.
Pangsa pasar adalah perbandingan penjualan perusahaan dibanding penjualan
industri secara keseluruhan untuk suatu produk. Umumnya satuan penjualan yang
dipakai adalah volume (unit) penjualan dan nilai rupiah penjualan. Katakanlah di dalam
industri sepeda motor ada empat perusahaan dengan informasi penjualan sebagai berikut:
A=100.000 unit, B=50.000 unit, C=200.000 unit, dan D=150.000 unit. Berdasarkan data
penjualan tersebut, maka pangsa pasar adalah sebagai berikut: A=20%, B=10%,
C=40% dan D=30%.
Pangsa pasar menyatakan banyak hal. Pertama, menunjukkan dominasi atau
kekuatan sebuah perusahaan dibanding pesaing. Semakin tinggi pangsa pasar kekuatan
bersaing sebuah perusahaan tentu semakin tinggi pula. Pada empat perusahaan di atas
tentu C adalah perusahaan terkuat.
Kedua, data pangsa pasar dapat dipakai untuk memprakirakan penjualan di masa
depan. Misalnya, berdasarkan tren selama ini, perusahaan D menargetkan pangsa pasar
dari 30% menjadi 35%. Tahun depan penjualan total industri diperkirakan mencapai
600.000 unit sepeda motor. Maka, prakiraan penjualan perusahaan D tahun depan adalah
210.000 unit sepeda motor. Potensi pasar adalah penjualan maksimum yang dapat
120
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
dicapai suatu produk pada suatu waktu. Potensi pasar sepeda motor Indonesia tahun
2008 adalah jumlah maksimum sepeda motor yang dapat terjual di Indonesia tahun 2008.
Potensi pasar adalah untuk semua produk (misalnya semua tipe dan merek sepeda
motor) dan untuk semua perusahaan. Produk yang sebenarnya terjual umumnya selalu di
bawah potensi pasar. Misalnya, potensi pasar sepeda motor Indonesia tahun 2008 adalah
4 juta unit. Penjualan pada tahun itu adalah 3,5 juta unit. Kekurangan penjualan
dibanding potensi pasar terjadi karena masalah produksi, distribusi ataupun aksesibilitas
calon pembeli ke tempat pembelian produk. Pertanyaannya, bagaimana mengukur
potensi pasar?
Tidak ada rumus baku dan sederhana untuk mengukur potensi pasar dan
permintaan pasar aktual. Yang dapat kita dilakukan adalah membuat pendekatan-
pendekatan. Ada sejumlah metoda yang dapat digunakan, seperti dijelaskan berikut ini.
Judgment. Pendekatan paling mudah dan murah adalah judgment dan intuisi. Karena
sifatnya yang bersifat subjektif, metoda ini tidak ilmiah dan juga beresiko, sekalipun
dilakukan oleh orang yang sangat berpengalaman. Sekalipun demikian, metoda ini
sangat umum dilakukan.
Judgment dapat dilakukan oleh satu orang dapat pula dilakukan oleh sekelompok
orang. Apabila dilakukan sekelompok orang, maka teknik yang tersedia adalah teknik
Delphi dan wawancara mendalam (depth interview).
Dalam teknik Delphi, sumber informasi adalah sejumlah orang yang dinilai
berkompeten. Setiap orang memberi perkiraan sendiri-sendiri secara tertutup. Hasil
perkiraan kemudian diolah untuk mengetahui rata-rata dan penyimpangan (standar
deviasi). Apabila penyimpangan kecil atau dalam batas yang ditoleransi, maka hasil
perkiraan dianggap selesai. Apabila penyimpangan tinggi, maka hasil perkiraan ronde
pertama disampaikan kepada para nara sumber. Kemudian, pada ronde kedua, para nara
sumber kembali melakukan estimasi. Hasilnya diolah lagi. Apabila hasil estimasi
dianggap seragam (standar deviasi dapat diterima), proses dihentikan. Sebaliknya,
apabila penyimpangan masih tinggi, proses estimasi diulang terus sampai diperoleh hasil
yang seragam.
Wawancara mendalam juga dilakukan kepada beberapa orang yang dianggap
berkompeten. Namun, pendekatan ini lebih bersifat mendasar. Kepada setiap nara
121
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
sumber, selain estimasi potensi pasar dan permintaan aktual, juga diminta alasan-alasan
dibalik angka yang diberikan. Dengan demikian dapat diperoleh hasil estimasi yang
paling masuk akal. Apabila pendapat para nara sumber sama, hasil estimasi lebih dapat
dipercaya. Namun, apabila terdapat perbedaan pendapat, maka perusahaan dapat
menggunakan pendapat yang paling masuk akal.
Survai. Metoda ini dilakukan dengan mewawancarai pelanggan aktual dan potensil
tentang rencana pembelian mereka pada periode yang akan datang. Data yang diperlukan
adalah berapa yang merencanakan pembelian, berapa banyak yang akan dibeli, dan tipe
produk apa yang akan dibeli.
Misalkan sebuah perusahaan tekstil ingin mengetahui potensi penjualan celanan
tahun 2009. Katakanlah responden yang diwawancarai adalah 1000 orang responden
yang memiliki kualifikasi sebagai pasar celana jins. Dari 1000 orang tersebut 150 orang
(n) menyatakan pembeli dan rata-rata jumlah pembelian (q ) adalah 3 potong.
Kemudian, preferensi harga rata-rata adalah Rp 120.000. Maka, potensi penjualan (PD)
adalah tahun 2009 adalah 450 celana jins. Nilai rupiahnya mencapai Rp 54.000.000.
54.000.000 Rpxxpqn.rupiah) (dalam PD
jins xqn kuantitas) (dalam PD
000.1203150.
4503150.
Apabila para responden dianggap mewakili populasi, maka perhitungan potensi
permintaan (dalam kuanitas dan rupiah) dapat dilakukan dengan mengkonversi
persentase responden yang membeli (15%) ke dalam populasi.
Ada beberapa kelemahan metoda ini. Pertama, responden tidak dapat
memprediksi pembelian mereka pada masa yang akan datang secara akurat, terutama
menyangkut jumlah dan harga pembelian. Pembelian sering dipengaruhi oleh situasi.
Faktor ini luput dari survai. Kedua, wawancara tidak luput dari bias subjektif.
Maksudnya, untuk mengangkat harga diri, responden cenderung memberi respon yang
lebih tinggi dari yang sebenarnya, terutama menyangkut kuantitas dan harga pembelian.
Adalah lebih menyenangkan bagi responden menyatakan kuantitas dan harga pembelian
tinggi dibanding rendah. Ketiga, apabila populasi tidak terbatas (infinite), keterwakilan
sampel terhadap populasi diragukan.
122
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Time Series Analysis. Metoda ini menggunakan data-data penjualan masa lalu untuk
mengestimasi penjualan yang datang. Ada empat pola data yang dipertimbangkan, yaitu:
tren, siklus, musim, dan pola acak. Ada berbagai teknik yang dikembangkan dalam
metoda ini tetapi tidak dibahas dalam buku ini. Para pembaca diharapkan mempelajarinya
dari buku-buku manajemen operasional atau teknik kuantitatif bisnis.
Statistical Demand Analysis. Metoda ini memberi perhatian pada faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan. Permintaan ditempatkan sebagai variabel dependen dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai variabel independen. Keberadaan
komputer amat metoda ini sebab data yang banyak dan pola hubungan yang rumit antara
variabel independen dan dependen dapat dimodelkan. Metoda ini bermanfaat dalam
keadaan stabil. Apabila keadaan cepat berubah metoda tidak bermanfaat.
Latihan 3.2
Diperkirakan sepeda motor yang terjual tahun 2013 adalah sembilan juta unit. Umumnya setiap pembeli hanya membeli satu motor. KTM Duke adalah sepeda motor Austria yang baru masuk tahun 2012. Berdasarkan survai, ada 20% calon pembeli yang suka pada KTM Duke. Dari calon konsumen yang suka tersebut, ada 10% yang mampu membeli. Dari kalangan yang mampu membeli tersebut, sekitar 20% berencana melakukan pembelian KTM Duke tahun 2013. Pertanyaan: Berapa KTM Duke yang terjual di Indonesia tahun 2013. Petunjuk: Gunakan rumus di depan. Apabila anda menemukan angka 36.000 unit, maka perhitungan anda sudah benar.
3. Analisis Persaingan
Analisis situasi persaingan dimulai dengan penetapan pengertian persaingan. Kemudian,
dari antara sekian banyak pemain industri, perusahaan harus menetapkan pemain mana
saja yang menjadi pesaingnya. Setelah identitas pesaing jelas barulah perusahaan meng-
analisis situasi pesaingan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam
merumuskan strategi pemasaran.
a. Pengertian Persaingan
Tidak ada pengertian baku persaingan karena adanya perbedaan pandangan berbagai
kalangan, seperti ahli hukum, ahli ekonomi, aparat pemerintah, dan para pebisnis.
Namun, berbagai pandangan yang ada tentang dapat dipadatkan ke dalam tiga sudut
pandang utama, yaitu ekonomi, organisasi industri, dan bisnis (Jain, 1985).
123
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
1) Sudut Pandang Ekonomi
Para ahli ekonomi mengembangkan pandangan tentang berbagai struktur pasar, seperti
persaingan sempurna, oligopoli, monopoli, oligopsonik, dan monopsonik. Struktur pasar
terutama ditentukan oleh jumlah penjual, jumlah pembeli, dan keanekaragaman produk.
Dalam pandangan ini persaingan dianggap sebagai usaha setiap perusahaan untuk
mencapai keseimbangan antara permintaan dan suplai yang memberi keuntungan terbesar
bagi perusahaan.
Keadaan ekonomi yang ideal terjadi pada persaingan sempurna, di mana setiap
perusahaan tidak lagi memililiki kemampuan untuk menciptakan harga dan produk
sendiri. Pengaturan kedua komponen dilakukan oleh pasar melalui ‘tangan-tangan yang
tidak kelihatan’ (invisible hand).
2) Sudut Pandang Industrial Organisasi
Pandangan ini menganggap bahwa sebuah perusahaan perlu melihat persaingan secara
makro. Sebab, kinerja sebuah perusahaan ditentukan oleh faktor-faktor terkait industri,
seperti struktur pasar atau industri, pengarahan pasar (market conduct), dan kinerja pasar
(market performance). Stuktur industri meliputi: (1) konsentrasi industri (yaitu jumlah
dan ukuran perusahaan-perusahaan dalam industri, (2) hambatan masuk (barrier to entry)
dalam industri, dan (3) differensiasi di antara produk-produk yang dihasilkan industri.
Pengarahan pasar, yang pada dasarnya merupakan strategi, menggambarkan perilaku
perusahaan dalam membuat keputusan-keputusan, seperti pengembangan produk,
penetapan harga, distribusi, dan promosi. Kinerja pasar diindikasikan oleh
kemampulabaan (profitability), efisiensi, dan keinovatifan (innovativeness).
3) Sudut Pandang Bisnis
Dari sudut pandang bisnis persaingan diartikan sebagai pertarungan (rivalry) di antara
perusahaan-perusahaan yang memperebutkan konsumen yang sama (Kotler, 1997) atau
memenuhi kebutuhan konsumen yang sama (Jain, 1985). Setiap perusahaan mengingin-
kan bagian terbanyak dari konsumen untuk dirinya sendiri.
Pertanyaannya, kalau kriteria bersaing adalah memenuhi kebutuhan yang sama,
apakah persaingan bisa terjadi antara produk yang berbeda? Bisa. Kategorisasi
124
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
persaingan yang diberikan Kotler (1997) memberi penjelasan jawaban yang baik tentang
pertanyaan itu. Ia membagi persaingan ke dalam empat tingkatan (Gambar 3.1), yaitu:
Persaingan merek (brand competition), yaitu persaingan antara produk setipe dan
sekelas, yang hanya dibedakan oleh merek. Misalnya, persaingan antara Honda
City, Suzuki Baleno, dan Toyota Vios untuk kategori sedan mini atau antara
Close-up dan Smile-up.
Persaingan industri (industry competition), yaitu persaingan antara produk tidak
setipe atau tidak sekelas, tetapi masih dalam industri yang sama. Misalnya,
persaingan antara Daihatsu Terios (low SUV) dengan Honda Jazz (mini MPV).
Persaingan manfaat (benefit competition). Ini terjadi antar produk dari industri
berbeda tetapi memberikan manfaat yang sama. Contoh, kebutuhan transportasi
Close-Up
Smile-Up
Pepsodent
Colgate Ciptadent
Enzim
Formula
Mouth-wash
Betadine Kumur
VCD
Majalah
Parfum
Buku
Pulpen
Gambar 3.2. Ilustrasi Tingkat-tingkat Persaingan yang Dihadapi Close-Up
125
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Jakarta-Surabaya bisa dipenuhi oleh bus, kereta api, dan pesawat terbang. Oleh
karena itu, untuk jalur tersebut, ketiga moda transportasi tersebut bersaing satu
sama lain.
Persaingan generik (generic competition), merupakan persaingan antar-produk
yang memberikan manfaat yang sama sekali berbeda, tetapi memperebutkan uang
konsumen yang sama. Misalnya, pada sebuah keluarga muda muncul pilihan
apakah uang yang tersedia saat ini dipakai untuk membeli rumah ataukah
membiayai kuliah lanjutan suami. Dalam konteks ini, rumah dan perguruan
tinggi bersaing memperebutkan uang keluarga muda tersebut.
b. Tingkat Persaingan
Semua perusahaan menginginkan tekanan pesaing yang rendah. Dalam Blue Ocean
Strategy, Kim dan Manborgne (2005) menyatakan situasi ideal bagi sebuah perusahaan
memiliki bisnis yang berada dalam laut biru (blue ocean). Istilah ini merupakan
metafora situasi bisnis di mana persaingan menjadi tak relevan. Yang harus dihindari
adalah red ocean, yaitu situasi bisnis diwarnai oleh ’pertarungan berdarah-darah’.
Persaingan pada industri eceran modern dapat digolongkan dalam situasi ini. Pada
industri ini gerakan sebuah eceran modern dapat berdampak mematikan bagi eceran
modern lainnya.
Apa yang menyebabkan terjadinya red ocean? Tingkat persaingan tergantung
pada gerakan (moves) dan kontra-gerakan (countermoves) berbagai perusahaan yang
terdapat dalam industri. Secara lebih terperinci, faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat persaingan terdiri dari potensi kesempatan, hambatan masuk, hambatan keluar,
sifat produk, homogenitas pasar, struktur industri atau posisi bersaing perusahaan,
komitmen terhadap industri, kelayakan inovasi teknologi, skala ekonomi, iklim ekonomi,
dan keanekaragaman perusahaan (Jain, 1985).
Potensi Kesempatan. Kesempatan bisnis yang menarik cenderung menarik
banyak ’pemain’ juga, sehingga persaingan (rivalry) antar pemain menjadi tinggi.
Hambatan Masuk. Pada setiap industri yang mudah dimasuki (hambatan masuk
rendah), jumlah pemain akan banyak. Dengan pasar yang terbatas maka persaingan tinggi
antar pemain tidak terhindarkan.
126
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Sifat produk. Apabila produk-produk yang ada di pasaran dianggap sama oleh
konsumen akan muncul persaingan harga. Persaingan demikikian umumnya sangat
merugikan perusahaan-perusahaan yang bersaing, sebaliknya menguntungkan konsumen.
Hambatan keluar. Banyak alasan yang membuat perusahaan sulit keluar dari
persaingan (menutup usaha), misalnya komitmen dengan pemasok atau pembeli,
investasi yang telah ditanamkan, perjanjian kerja dengan karyawan tetap, dan peraturan
pemerintah yang melarang penutupan usaha. Dalam situasi demikian, perusahaan-
perusahaan yang ada akan berusaha mempertahankan diri sekuat tenaga. Dampaknya
adalah persaingan antarperusahaan yang ketat.
Homogenitas Pasar. Apabila pasar homogen atau sulit disegmentasi, maka
persaingan akan berlangsung ketat karena semua pemain memperebutkan segmen yang
sama.
Struktur Industri. Apabila jumlah pemain dalam industri banyak, maka terbuka
kesempatan bagi setiap pemain untuk mencari posisi yang bagus (comfortable). Sebab,
dalam situasi demikian, gerakan setiap pemain tidak diperhatikan secara seksama oleh
pemain lain. Hasilnya adalah persaingan yang ketat. Lain halnya kalau jumlah pemain
sedikit (dalam ekonomi diistilahkan oligopoli). Gerakan satu pemain mendapat perhatian
besar dari pemain-pemain lain. Karena itu, setiap pemain tidak sembarangan membuat
gerakan bersaing. Sebaliknya, para pemain memiliki kepentingan untuk tidak saling
menjatuhkan. Akibatnya, sering terjadi kerjasama antar pemain. Apabila para pemain
membuat kerjasama demikian terbentuklah kerjasama yang disebut kartel.
Komitmen pada Industri. Sebuah perusahaan yang berbisnis sepenuh hati
dalam industri akan berusaha mati-matian untuk mempertahankan diri. Apabila semua
atau banyak perusahaan yang memiliki sikap demikian, maka persaingan industri akan
tinggi.
Fisibilitas Inovasi Teknologi. Apabila dalam suatu industri inovasi sering
dilakukan, para pemain di dalamnya akan berusaha memperoleh teknologi terakhir. Hal
ini menyebabkan tingkat persaingan yang tinggi.
Skala ekonomi. Apabila dalam suatu industri dibutuhkan skala ekonomi yang
tinggi untuk mencapai efisiensi, maka para pemain di dalamnya akan melakukan apa saja
untuk memperoleh sebesar mungkin pangsa pasar. Hal yang sama terjadi apabila biaya
127
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
tetap tinggi. Perusahaan akan berusaha memperoleh volume penjualan tinggi untuk
menyebarkan biaya tetap tersebut agar biaya rata-rata lebih rendah. Hasilnya adalah
persaingan industri yang tinggi.
Iklim Ekonomi. Persaingan umumnya lebih tinggi dalam situasi ekonomi yang
lesu dibanding bergairah. Sebab, dalam situasi demikian, permintaan konsumen
menurun. Akibatnya, persaingan para pemain untuk memperoleh pangsa pasar yang
lebih tinggi semakin ketat.
Keanekaragaman perusahaan. Apabila industri diisi oleh pemain-pemain
lama, maka perilaku-perilaku para pemain cenderung terpola menjadi semacam ’aturan’
yang diikuti bersama. Para pemain baru umumnya tidak terikat dengan ’aturan’ yang
sudah ada atau malah dapat menjadikan pengubahan aturan (changing the rules) (Hamel
dan Prahalad, 1990: 79-91) sebagai strategi bersaing. Apabila industri diisi oleh pemain-
pemain dengan pendekatan bisnis yang berbeda-beda, persaingan industri akan tinggi.
c. Analisis Pesaing
Merujuk pada Craven dan Piercy (2006) serta Alsem (2007), analisis persaingan
memerlukan lima langkah, yaitu: (1) mendefenisikan arena persaingan, (2) meng-
indentifikasi pesaing-pesaing kunci, (3) mengevaluasi pesaing-pesaing kunci, (4)
mengantisipasi aksi pesaing-pesaing dan (5) mengidentifikasi pesaing potensial. Dalam
uraian berikut ini langkah pertama dan kedua disatukan karena dapat dilakukan sekaligus.
1) Mengidentifikasi Arena Persaingan dan Pesaing Utama
Arena persaingan dapat dibayangkan sebagai ‘panggung pertandingan virtual’, di mana
lawan bias berasal dari tingkat persaingan merek, industri, benefit, maupun generik.
Dalam arena tersebut diidentikasi pesaing-pesaing dari setiap tingkat persaingan. Dengan
mengetahui arena persaingan, perusahaan dapat menentukan pada bidang apa ia bersaing.
Sebagai contoh, PT. POS INDONESIA. Sampai saat ini PT. POS INDONESIA masih
memonopoli surat dan wesel pos. Namun, apakah posisi sebagai monopolis ini lantas
memberikan posisi menguntungkan bagi PT. POS INDONESIA? Jawabnya tidak. Bisnis
pengiriman surat mendapat tantangan berat dari teknologi pengirim pesan instan, seperti
SMS (short message service), email, BBM (Blackberry Messanger), facebook, twiter dan
128
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
lain-lain. Bisnis pengiriman wessel pos mendapat tantangan dari transfer bank yang amat
mudah dilakukan. Nah, dari kejadian ini kita dapat menyimpulkan bahwa arena
persaingan PT. POS INDONESIA adalah industri komunikasi (bukan industri pengiriman
surat) dan pengiriman uang (bukan industri wessel). Dalam arena tersebut, sekaligus kita
dapat menyimpulkan pihak mana pesaingnya, seperti dijelaskan di depan.
Tujuan analisis pesaing adalah untuk mengetahui: (1) kekuatan dan kelemahan
pesaing, dan (2) perilaku masa depan pesaing. Kekuatan dan kelemahan pesaing
dibandingkan dengan kekuatan dan kelemahan perusahaan kita. Situasi yang berbahaya
terjadi pada dimensi di mana pesaing kuat dan kita lemah. Sebaliknya, apabila kita kuat
dan pesaing lemah pada suatu dimensi, maka dimensi tersebut menjadi keunggulan
bersaing kita. Kalau sama-sama kuat pada suatu dimensi, maka kekuatan perusahaan kita
pada dimensi tersebut memiliki nilai strategis yang rendah. Kelemahan perusahaan kita
pada suatu dimensi tidak menjadi masalah besar apabila pada dimensi yang sama pesaing
juga lemah.
Penentuan ‘siapa pesaing kita’ dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama-
tama adalah berdasarkan pendapat konsumen. Dalam pendekatan ini, ada jenis informasi
yang dapat digali dari konsumen, yaitu pertama, persepsi tentang kesamaan merek-
merek. Kedua, preferensi merek yang tersedia di pasaran. Dari sisi kesamaan, merek-
merek yang memiliki kesamaan adalah yang bersaing. Semakin banyak kesamaan
semakin tinggi persaingan antar merek.
Dari sisi preferensi, persaingan terjadi antar merek yang tingkat preferensi
konsumen pada mereka berdekatan. Sebab, menurut pengertian dari sudut bisnis,
persaingan adalah perlombaan antar merek untuk dipilih konsumen dalam pembelian.
Aspek kesamaan dan preferensi dapat diolah untuk menghasilkan peta persepsi
(perceptual map) yang menggambarkan persaingan secara visual. Pengolahan dilakukan
dengan menggunakan multidimension scaling. Dengan semakin majunya teknologi
komputer teknik ini tidak sulit dilakukan saat ini2.
Gambar 3.3 diperoleh berdasarkan data preferensi konsumen terhadap maskapai-
maskapai penerbangan nasional. Dalam peta tersebut, semakin dekat posisi antar-merek,
2 Petunjuk teknis Multidimension Scaling disajikan secara sistematis dalam buku Analisis Multivariat
Pemasaran karangan Bilson Simamora (PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005).
129
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
semakin tinggi persaingan antar-mereka. Berdasarkan kedekatan jarak, maka pesaing
terdekat Adam Air adalah Batavia Air, setelah itu barulah Jatayu dan Lion Air. Posisi
Bouraq, Mandala, dan Merpati hampir berimpit. Artinya, ketiganya bersaing dekat.
Dari peta persaingan terlihat adanya kelompok-kelompok persaingan. Adam Air,
Jatayu, Batavia, dan Lion berada dalam satu klaster yang dapat dapat dikategorikan
sebagai pemain berbasis harga. Merpati, Bouraq, dan Mandala yang berada dalam satu
klaster merupakan pemain-pemain lama lapis kedua setelah Garuda. Garuda sendiri
berada dalam posisi sendiri. Artinya, maskapai ini tidak memiliki pesaing langsung
(brand competition) dalam industri, demikian pula Star Air.
Tidak memiliki brand competition tidak berarti perusahaan unggul dan memiliki
posisi persaingan yang menyenangkan (favorable). Untuk berbagai perusahaan ketiadaan
pesaing langsung memang dikarenakan posisi yang unggul dan unik seperti yang dimiliki
Garuda. Namun, bisa pula ketiadaan pesaing langsung disebabkan posisi perusahaan yang
lemah, sehingga oleh konsumen dipersepsikan tidak setara dengan pemain-pemain lain,
seperti yang terjadi pada Star Air.
Selain berdasarkan persepsi konsumen, persaingan juga ditentukan pendapat
perusahaan sendiri. Pendapat perusahaan dipengaruhi oleh penilaian (judgment) para
manajer dalam perusahaan. Dasar pertimbangan yang digunakan adalah pengalaman
Dimension 1 (Harga Tiket)
2.0 1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0
Dim
en
sio
n 2
(B
an
ya
kn
ya
ru
te)
1.5
1.0
.5
0.0
-.5
-1.0
-1.5
Star Air
Merpati
Mandala
Lion
Jatayu
Garuda
Bouraq
Batavia
Adamair
Gambar 3.3. Peta Persaingan Maskapai Penerbangan Lokal
130
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
dalam berbisnis. Para manajer tentu mengetahui pemain mana yang mempersulit
perusahaan mencapai tujuannya.
Persaingan dari perpektif perusahaan lebih luas. Pesaing adalah perusahaan yang
berkompetisi dengan perusahaan dalam memperebutkan pemasok, perantara, maupun
konsumen akhir.
2) Mengevaluasi Pemain-pemain Utama
Setelah diidentifikasi, perusahaan harus mengevaluasi pemain-pemain kunci untuk
mengetahui:
Kinerja. Bagaimana penjualan, pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas, yang
merefleksikan kesehatan pesaing?
Citra dan kepribadian. Bagaimana publik mempersepsikan dan memosisikan
pesaing?
Sasaran. Apakah pesaing berkomitmen terhadap bisnis? Apakah pesaing ini
bermaksud memperoleh pangsa pasar dan pertumbuhan yang tinggi?
Budaya. Apa yang paling penting bagi perusahaan? Apakah pengendalian biaya,
kewirausahaan, ataukah konsumen?
Stuktur biaya. Apakah pesaing memiliki keunggulan biaya?
Kekuatan dan kelemahan. Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan pesaing dan
bagaimana perkembangannya dari waktu ke waktu?
Bagaimana mengelompokkan para pesaing? Kotler dan Keller (2012) membagi para
pesaing ke dalam empat kategori berdasarkan pangsa pasar, yaitu market leader (pangsa
pasar ± 40%), market challenger (pangsa pasar ± 30%), market follower (pangsa pasar ±
20%), dan market nicher (pangsa pasar ± 10%).
Empat kategori pesaing juga diberikan berdasarkan matrik 2 X 2. Metoda yang
diusulkan Calandro dan Lane (2007: 30-38), menggunakan dimensi pertumbuhan dan
profitabilitas untuk mengelompokkan, sekaligus memetakan para pesaing (Gambar 3.3).
Kombinasi kedua dimensi menghasilkan empat kategori pesaing, yaitu:
Franchise. Perusahaan yang masuk pada tipe ini memiliki profitabilitas dan
pertumbuhan lebih tinggi dari rata-rata industri.
131
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Harvest. Perusahaan-perusahaan pada tipe ini memiliki profitabilitas di atas rata-rata
industri tetapi bertumbuh dengan tingkat pertumbuhan di bawah rata-rata industri.
Unprofitable growth. Merupakan kategori, di mana perusahaan memiliki
profitabilitas di bawah rata-rata industri, tetapi dengan pertumbuhan di atas rata-rata
industri.
Under-performer. Perusahaan demikian memiliki profitabilitas maupun
pertumbuhan di bahwa rata-rata industri.
Gambar 3.3. Matrik Pertumbuhan Relatif dan Profitabilitas Relatif
Sumber: Callandro dan Lane (2007)
3) Mengantisipasi Aksi-aksi Pesaing Utama
Aksi-aksi pesaing diperoleh dari komunikasi-komunikasi personal maupun pemberitaan-
pemberitaan media massa. Ada empat tindakan yang dapat dipilih menghadapi aksi-aksi
mendatang pesaing, yaitu: (1) tidak melakukan tindakan apa pun, (2) melihat dan
menunggu apa yang terjadi sebelum bertindak, (3) mengirimkan sinyal tandingan
(counter signal), dan (4) mengambil tindakan.
Tindakan yang diambil tergantung pada tingkat permusuhan (hostility) sinyal,
kredibilitas sinyal, dan komitmen penerima sinyal (Robertson, Eliashberg, dan Rymond
1995). Semakin tinggi tingkat permusuhan atau semakin berbahaya aksi pesaing,
semakin kredibel atau dipercaya sinyal, dan semakin tinggi komitmen penerima sinyal
(perusahaan) pada bisnisnya, semakin agresif penerima sinyal terhadap aksi pesaing.
132
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
4) Mengidentifikasi Pesaing Potensial
Secara global para praktisi bisnis tahu bahwa pesaing utama Toyota adalah General
Motor. Namun, menurut pengakuan petinggi Toyota pesaing mereka adalah Hyundai.
Alasannya, Hyundai yang mampu membuat mobil berkualitas dengan harga masuk akal
(reasonable) sudah diterima pasar global dan pangsa pasarnya menujukkan tren
meningkat (Tabloid OTOMOTIF, 26 November 2007).
Dari segi penguasaan pasar Toyota masih jauh di atas Hyundai. Namun, yang
dimaksud petinggi Toyota adalah Hyundai sebagai pesaing potensial.
Ada empat sumber utama pesaing baru yang perlu diwaspadai. Pertama,
perusahaan yang bersaing pada produk terkait. Betadin termasuk merek terkait dengan
dengan kesehatan rongga mulut, namun sampai saat ini merek tersebut baru membuat
antiseptik rongga mulut. Tak mustahil bila suatu saat juga Betadin membuat pasta gigi.
Kedua, perusahaan dengan teknologi terkait. Saat ini, Hewlett-Packard sudah membuat
palm-top. Alat ini memiliki teknologi serupa ponsel. Karena itu tak mustahil jika suatu
saat Hewlett-Packard juga membuat ponsel. Ketiga, perusahaan sudah menarget
kelompok konsumen yang sama. Sebuah merek yang diasosiakan dengan pemakai
(user) tertentu sangat mungkin membuat berbagai ragam produk bagi target pasarnya.
Contohnya, majalah Kartini yang selama ini diasosiasikan dengan pembaca wanita
dewasa dan berumah tangga (ibu-ibu), sangat mungkin membuat produk baru untuk
target pasarnya apabila dinilai memungkinkan, misalnya tas, parfum, bedak, dan lain-
lain. Keempat, perusahaan yang beroperasi pada wilayah geografis yang berbeda tetapi
memasarkan produk yang sama. Langkah ini semakin mungkin dilakukan kalau pemakai
dari daerah asal banyak berpindah ke daerah baru. Misalnya, kopi Luwak yang sangat
populer di Jawa Tengah, masuk ke Jakarta karena orang Jawa Tengah banyak di Jakarta.
Masuknya pendatang baru pada suatu industri dipicu oleh:
1. Marjin industri yang tinggi
2. Pertumbuhan industri yang tinggi
3. Hambatan masuk rendah
4. Pemain di dalam industri masih sedikit
5. Keunggulan bersaing atas pemain-pemain yang sudah dapat diperoleh (Craven dan
Piercy 2006).
133
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
d. Keunggulan Bersaing
Nilai absolut yang tinggi memang perlu, namun yang lebih penting adalah apakah
perusahaan mampu menciptakan nilai lebih tinggi dibanding pesaing dengan biaya yang
rendah? Untuk itu, perusahaan perlu memiliki keunggulan bersaing, yang oleh Kotler
dan Keller (2012) diartikan sebagai kemampuan perusahaan melakukan satu atau lebih
praktek bisnis yang tidak dapat disamai atau dilebihi pesaing. Menurut Michael Porter
(1985), keunggulan bersaing dimaksud harus bersifat dinamis. Artinya, dapat
ditingkatkan dari waktu ke waktu. Keharusan ini merupakan konsekuensi dari
perlombaan yang dilakukan pesaing. Setiap pesaing tentu berusaha menyamai atau
melewati keunggulan bersaing perusahaan kita. Sebelum itu terjadi, keunggulan bersaing
telah bergerak ke area yang baru. Mitsubishi merasakan getirnya pergerakan keunggulan
bersaing kijang. Ketika mengeluarkan Kuda MPI 2.0, Mitsubishi menarget Kijang EFI
sebagai lawannya. Teknologi Kuda jelas lebih tinggi yang ditandai oleh mesin lebih
mumpuni (Kuda 114 hp dan Kijang 87 hp). Belum sempat Kuda berjaya, Toyota telah
mengeluarkan Innova sebagai versi Kijang berikutnya. Mobil ini benar-benar keluar dari
ranah persaingan Kuda. Mesin VVTi yang diusungnya jelas lebih kuat (136 hp), tampilan
eksteriornya yang mencerminkan MPV sejati, dan desain interiornya juga lebih maju.
Hasilnya, produksi Kuda distop. Mereknya dimatikan.
Apa yang menyebabkan sebuah perusahaan mampu memperoleh keunggulan
bersaing? Hunt (1999) mencatat berbagai pendapat:
1. Faktor-faktor industri. Pelopor pendapat ini adalah Porter (1980). Dia
menyatakan bahwa keunggulan bersaing sebuah perusahaan tidak terlepas dari
faktor-faktor industri, di mana perusahaan itu berada, yaitu kekuatan tawar-
menawar dengan pembeli, kekuatan tawar-menawar dengan pemasok, potensi
pendatang baru, produk pengganti, dan persaingan antar perusahaan sejenis.
2. Kompetensi spesifik perusahaan. Pendapat ini dipelopori Hamel dan Prahalad
(1995). Keduanya menyatakan bahwa agar mampu bersaing, setiap perusahaan
harus memiliki praktek bisnis yang unik yang paling baik mereka lakukan (the
best they can do).
3. Sumberdaya yang tidak dapat ditiru.
4. Kemampuan-kemampuan yang dinamis.
134
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
5. Proses pembelajaran yang baik.
6. Relasi yang menciptakan nilai potensial.
7. Inovasi yang muncul terlebih dahulu.
8. Ekuitas merek.
Latihan 3.4
Pada persaingan dewasa ini telah terjadi konvergensi produk, sehingga berbagai produk sejatinya berbeda, dapat bersaing satu sama lain (Kotler dan Keller, 2012). Video Recorder (VR) dan Digital Camera (DC) adalah dua produk berbeda kategori, namun saling bersaing saat ini. VR memiliki kamera dan DC memiliki perekam video. Bagaimana konsep persaingan menjelaskan fenomena ini. Petunjuk: Baca kembali konsep persaingan di depan.
B. Analisis Lingkungan Makro
Lingkungan makro adalah pelaku-pelaku atau kekuatan-kekuatan eksternal yang selain
mempengaruhi perusahaan juga mempengaruhi komponen-komponen lingkungan mikro
lainnya. Termasuk di dalamnya adalah ekonomi, politik, hukum dan peraturan,
teknologi, dan tren industri. Aspek-aspek apa saja yang perlu diketahui tentang
komponen-komponen tersebut disajikan pada Tabel 3.6.
Yang perlu dicermati pada lingkungan makro ini bukan hanya pengaruh
langsungnya terhadap perusahaan, akan tetapi juga komponen lingkungan mikro yang
lain, yang pada akhirnya berpengaruh pada perusahaan secara tidak langsung.
C. Analisis Lingkungan Pasar Global
Analisis lingkungan pemasaran yang telah dijelaskan didasarkan pada sudut pandang
perusahaan domestik. Perusahaan-perusahaan yang go international menghadapi
lingkungan yang lebih kompleks dibanding perusahaan yang beroperasi domestik.
Sebagian komponen analisis lingkungan pemasaran global sama saja dengan pasar
domestik yang telah dijelaskan. Sebagian lagi merupakan komponen-komponen yang
selayaknya dianalisis dalam pemasaran global, seperti budaya, politik, dan nilai tukar.
Berdasarkan analisis komponen-komponen lingkungan pemasaran pada setiap
negara, perusahaan dapat mengetahui:
135
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Tabel 3.6. Kerangka Analisis Lingkungan Makro
EKONOMI 1. Bagaimana keadaan umum ekonomi negara, provinsi, kotamadya, kabupaten, atau kecamatan, di mana
perusahaan beroperasi? 2. Secara keseluruhan, apakah konsumen optimis ataukah pesimis tentang keadaan ekonomi? 3. Bagaimana daya beli pasar individu-individu konsumen pada sasaran kita? 4. Bagaimana pola pengeluaran konsumen pada pasar sasaran kita? Apakah mereka membeli lebih banyak atau
lebih sedikit produk kita? Kenapa?
TREN POLITIK
1. Apakah pergantian pemerintahan berpengaruh pada bisnis dan ekonomi? 2. Bagaimana suhu politik nasional dan daerah setiap pemilihan umum? 3. Apakah ada usaha kita menjalin relasi dengan pemerintahan terpilih?
ISU HUKUM DAN PERATURAN 1. Perubahan regulasi apa yang mungkin terjadi? 2. Adakah insentif pajak yang akan diberlakukan yang mungkin mempengaruhi strategi? 3. Perubahan regulasi apa secara internasional, nasional, dan local yang dapat mempengaruhi kegiatan-kegiatan
pemasaran kita? 4. Adakah tuntutan hukum yang mengharuskan kita mengubah kegiatan-kegiatan pemasaran kita? 5. Apa efek dari kerjasama global maupun regional (WTO, APEC) terhadap kesempatan pemasaran internasional
kita?
TEKNOLOGI 1. Bagaimana tingkat kedewasaan teknologi saat ini? 2. Perkembangan teknologi bagaimana yang mempengaruhi industri? 3. Apa dampak perkembangan teknologi pada konsumen? 4. Adakah perubahan teknologi yang mengubah sistem operasi atau pengolahan produk kita? 5. Perubahan teknologi apa yang akan mempengaruhi kegiatan pemasaran kita, misalnya distribusi dan promosi? 6. Adakah perkembangan teknologi yang membuat produk kita ketinggalan jaman? Apakah teknologi baru dapat
memenuhi konsumen potensial atau kebutuhan yang belum terpenuhi?
TREN BUDAYA 1. Bagaimana tren gaya hidup, fashion, dan komponen budaya lainnya, saat ini maupun mendatang? 2. Bagaimana perubahan demografi dan nilai-nilai masyarakat? Bagaimana pengaruh perubahan tersebut pada
produk, harga, promosi, distribusi, dan orang-orang kita? 3. Masalah dan kesempatan apa yang muncul akibat keanekaragaman konsumen dan personil perusahaan kita? 4. Bagaimana sikap masyarakat secara umum terhadap industri, perusahaan kita, dan produk kita? Dapatkah sikap
tersebut ditingkatkan? 5. Adakah kelompok pecinta lingkungan atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mampu mengintervensi
industri atau perusahaan kita? 6. Isu-isu etika apa yang perlu kita perhatikan?
TREN DEMOGRAFI 1. Bagaimana struktur keluarga, apakah masih didominasi oleh keluarga tradisional (suami, istri, dan anak) ataukah
sudah bergeser pada single parent dan anak? 2. Bagaimana komposisi penduduk berdasarkan usia? Apakah penduduk berusia tua semakin banyak? 3. Bagaimana distribusi penduduk, apakah lebih dari separuh berdiam di pulau Jawa dan apakah penduduk
pedesaan masih lebih banyak dibanding penduduk perkotaan?
TREN LINGKUNGAN ALAM 1. Lingkungan alam ditandai oleh pemerosotan kualitas. Hutan telah berkurang, gurun bertambah, air tanah
tercemar, danau dan sungai terpolusi, udara tercemari karbon dioksida, yang selain mengurangi kualitas udara, juga menyebabkan pemanasan global. Pertanyaannya, adalah apakah di antara tren tersebut yang menjadi isu penting dan menonjol belakangan ini?
2. Adakah tren baru lingkungan alam selain yang sudah ada selama ini? Sumber: Yang dicetak tegak dikutip dari Ferrel, Hartline dan Lucas (2002), kecuali pertanyaan-pertanyaan komponen
politik yang dibuat penulis. Yang dicetak miring dikutip dari Aaker (1998). Tren budaya dan lingkungan alam
diadaptasi dari Walker et al. 2003.
136
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Daya tarik dan resiko pada setiap negara. Semakin rendah resiko, kehadiran
perusahaan pada suatu negara semakin intensif. Terdapat pilihan go internasional,
seperti (mulai dari kurang intensif): (1) ekspor tidak teratur, (2) ekspor melalui agen
independen, (3) pembukaan satu atau beberapa kantor penjualan, dan (4)
pembangunan fasilitas produksi di luar negeri (Kotler dan Keller 2006).
Persamaan dan perbedaan antar-negara. Ada dua pandangan tentang
memperlakukan pasar pada setiap negara. Pandangan pertama menganggap bahwa
setiap negara perlu diperlakukan secara berbeda. Pandangan ini melatarbelakangi
munculnya perusahaan multinasional yang anak-anak perusahaannya beroperasi
secara independen pada setiap negara. Pandangan kedua menganggap bahwa
perusahaan perlu fokus pada persamaan antar-negara. Pandangan ini
melatarbelakangi pemunculan merek-merek global dan perusahaan-perusahaan trans-
nasional yang memperlakukan seluruh dunia sebagai satu pasar (Keegan, 2006).
RINGKASAN
Situasi lingkungan pemasaran perlu diketahui sebelum menetapkan sasaran. Yang perlu
diketahui adalah situasi internal dan eksternal. Situasi internal mencakup sasaran saat ini,
ketersediaan sumberdaya, serta struktur dan budaya organisasi. Situasi eksternal terdiri
dari lingkungan mikro dan lingkungan makro.
Lingkungan mikro adalah pelaku-pelaku eksternal yang mempengaruhi
kemampuan perusahaan mencapai sasarannya. Termasuk di antaranya adalah: konsumen,
pesaing, perantara, pemasok dan publik. Dua di antaranya yang paling penting adalah
konsumen (pelanggan) dan pesaing.
Analisis situasi pelanggan mencakup jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang diwakili oleh kata-kata: who, what, when, where, why dan how. Termasuk yang
perlu diketahui adalah kenapa konsumen potensial tidak membeli produk kita.
Persaingan memiliki pengertian dari sudut ekonomi, organisasi industri, dan
bisnis. Dari sudut pandang bisnis persaingan memiliki empat tingkatan, yakni: brand
competition, industry competition, benefit competition dan generic competition.
Intensitas persaingan dipengaruhi oleh potensi kesempatan, hambatan masuk, sifat
produk, hambatan keluar, homogenitas pasar, struktur industri, komitmen pada industri,
137
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
fleksibilitas teknologi, skala ekonomi, iklim ekonomi dan keanekaragaman perusahaan.
Analisis persingan memerlukan langkah-langkah: mendefenisikan area persaingan,
mengidentifikasi dan mengevaluasi pesaing utama, mengantisipasi aksi-aksi pesaing dan
mengidentifikasi pesaing potensial.
Lingkungan makro adalah pelaku-pelaku atau kekuatan-kekuatan eksternal, yang
selain mempengaruhi kinerja perusahaan, juga mempengaruhi komponen-komponen
lingkungan mikro lainnya. Komponen lingkungan makro adalah: ekonomi, politik,
hukum, teknologi dan tren industri.
138
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Kegiatan Belajar 2
Analisis SWOT dan Penetapan Sasaran
A. Analisis SWOT
Analisis situasi tidak sekedar membuat gagasan (insight) tentang gambaran lingkungan
internal maupun eksternal, akan tetapi, yang lebih penting adalah membuat kesimpulan
tentang kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Berdasarkan faktor-faktor
tersebut perusahaan dapat merumuskan strategi bisnis.
Menurut Valentin (2001), untuk menentukan mana kekuatan, kelemahan,
kesempatan maupun ancaman adalah sederhana: cukup perhatikan apakah aspek yang
dinilai diinginkan (favorable) atau tidak diinginkan (unfavorable), lalu apakah sumbernya
internal ataukah eksternal. Lihat Gambar 3.4. Hanya saja, menurut Bloodgood dan
Bauerschmidt (2002), faktor-faktor strengths dan weaknesses harus dibandingkan dengan
pesaing.
Gambar 3.4. Struktur Konseptual Kerangka SWOT
Internal Factors External Factors
Favorable Factors STRENGTHS OPPORTUNITIES
Unfavorable Factors WEAKNESSES THREATS
Selanjutnya, faktor-faktor tersebut perlu diringkas, seperti format yang
ditampilkan pada Tabel 3.4. Setelah itu, dirumuskanlah strategi, seperti ditampilkan pada
Tabel 3.5. Sebagai contoh, mari kita berandai-andai tentang situasi yang bakal dihadapi
sepeda motor KTM Duke, sepeda motor asal Austria, yang berencana masuk tahun 2012.
Lihat kasus kecil yang disajikan berikut ini.
KASUS 3.1
139
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Akankah KTM Duke Sukses di Indonesia
Salah satu motor yang paling ditunggu kehadirannya di Indonesia adalah KTM Duke. Dengan desain supermoto dan rangka teralis, motor ini menawarkan tampilan yang pastinya bakal sangat mencolok di jalanan. Tapi, pertanyaannya, apakah motor ini bakal sukses di pasar Indonesia? Kita bahas dulu faktor-faktor penghambat laju penjualan motor ini di Indonesia. Masalah terbesar Bajaj dalam menjual motor ini adalah kurangnya jaringan 3S Bajaj. Dengan melihat posisinya yang berada di kategori entry level sport, maka bermain volume menjadi keharusan. Tapi, dengan mindset pasar di level ini yang cenderung tidak mau repot dan menjadikan motor sebagai alat transportasi harian, jaringan 3S mutlak diperlukan untuk bersaing di pasar ini.
Masalah kedua adalah mindset nilai jual motor seken Bajaj yang jatuh. Melihat desainnya, maka pembeli potensial motor ini adalah anak muda, dimana cukup banyak proporsinya yang masih duduk di bangku sekolah atau di bangku kuliah. Motor milik mereka sebagian besar masih dibelikan oleh orang tua yang tentu saja cukup berpengaruh dalam pemilihan motor. Nah mindset motor seken Bajaj jatuh ini bakal sangat menghalangi persetujuan orang tua membelikan motor KTM Duke.
Masalah berikutnya adalah harga. Di India, motor ini (varian 200 cc) dibanderol dengan harga 125 ribu rupee yang setara dengan 21 juta rupiah. Maka, kemungkinan banderol motor ini di atas 25 juta cukup besar. Maka, pasar motor ini semakin sempit, karena kemungkinan konsumen terbesar motor ini berasal dari golongan anak muda yang sudah bekerja yang cukup mapan sehingga sanggup membeli motor ini.
Lalu, apa faktor yang bisa menjadi keunggulan motor ini? Desain. Tidak perlu banyak kata untuk menjelaskannya, cukup melihat gambarnya saja sudah sangat jelas. Tapi, apakah desain ini sanggup mengalahkan faktor-faktor penghambat di atas? Rasanya berat. Melihat kelas pasarnya yang harus bermain volume tapi banyak tuntutan selain teknis motor, Bajaj bakal kesulitan bersaing. Tapi bukan berarti bahwa KTM Duke bakal gagal total, saya rasa tetap
140
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
laris, tapi jangan dibandingkan dengan penjualan V-ixion, Mega Pro, atau Byson. Mungkin lebih tepat dibandingkan dengan pasar Tiger atau Scorpio.
Kalau saya malah merekomendasikan Bajaj memasukkan KTM Duke 250. Banderol harga jadi lebih tinggi, tapi konsumen di level ini tidak terlalu mempermasalahkan 3S (bukannya benar-benar tidak peduli, tapi asal spare part bisa dibeli di kota besar tanpa inden terlalu lama). Selain itu, margin profit bisa lebih besar sehingga tidak perlu bermain volume. Contoh saja strategi Kawasaki dengan Ninja 250R. Tapi tentu saja dengan banderol harga yang wajar. Di bawah 33 juta bakal mantap. Tapi perlu segera masuk, jangan sampai kalah cepat dari GW250. Kalau baru masuk pasca GW250, ya repot.
(Sumber: untaianmakna.wordpress.com)
Katakanlah berdasarkan kasus di atas, ditambah dengan pertimbangan-pertimbangan
professional, faktor-faktor SWOT yang dihadapi adalah seperti pada Tabel 3.5.
Tabel 3.4. Indentifikasi Faktor-faktor SWOT KTM Duke 200 CC
Favorable Unfavorable
STRENGTH WEAKNESS
INTERNAL
1 Merek yang sudah mendunia 1 Jaringan penjualan dan asfer sale service yang belum tertatat
2 Desain produk yang menarik 2 Hanya mengandalkan satu jenis produk
3 Tenaga mesin 200 CC setara dengan 250 CC
3 Harga sepeda motor yang lebih mahal dari sepeda motor asal Jepang untuk kelas yang sama
OPPORTUNITIES THREATS
EXTERNAL
1 Bahan bakar yang semakin mahal, yang menyebabkan semakin berpindahnya pemakai mobil ke sepeda motor
1 Asosiasi KTM dengan Bajaj. Bajaj memiliki citra lebih rendah dari KTM. Dengan asosiasi itu, citra KTM Duke di mata konsumen bisa jatuh
2 Daya beli konsumen Indonesia yang semakin tinggi, sehingga permintaan terhadap sepeda motor premium meningkat
2 Persaingan dengan motor-motor Jepang sekelas: GW250, Ninja R250 dan CBR 250
3 Perkotaan yang semakin macet, sehingga kendaraan berukuran kecil semakin cocok
Berdasakan faktor-faktor SWOT yang ditampilkan pada Tabel 3.4 kita dapat
merumuskan berbagai strategi, seperti ditampilkan pada Tabel 3.5 Tentu perumusan
141
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
strategi SO, WO, ST dan WT memerlukan kreatifitas dan pengalaman. Pemilihan
strategi SO, WO, ST dan WT telah dijelaskan pada Modul II.
Tabel 3.5. Matrik TOWS
Internal Strengths: a. Merek yang memiliki reputasi
global b. Desain produk yang menarik c. Tenaga mesin 200 CC setara
dengan 250 CC
Internal Weakness: a. Jaringan penjualan dan
bengkel yang belum terbentuk b. Hanya mengandalkan satu
jenis produk, yakni supermoto c. Harga sepeda motor yang lebih
mahal dari sepeda motor asal Jepang untuk kelas yang sama
External Opportunities: a. Bahan bakar yang semakin
mahal, yang menyebabkan semakin berpindahnya pemakai mobil ke sepeda motor
b. Daya beli konsumen Indonesia yang semakin tinggi, sehingga permintaan terhadap sepeda motor premium meningkat
c. Perkotaan yang semakin macet, sehingga kendaraan berukuran kecil semakin dicari
SO: a. Dengan merek bereputasi
global, KTM Duke 200 dapat diarahkan sebagai kendaraan alternatif untuk mobil.
b. Dengan desain produk yang menarik, KTM dapat diposisikan sebagai sepeda motor yang lincah di perkotaan
WO: a. Jaringan penjualan dan
bengkel didirikan di semua kota proprinsi
b. Membuat berbagai varian produk, sehingga konsumen memiliki berbagai pilihan
External Threats: a. Kuatnya persaingan dari
sepeda motor merek Jepang b. Persaingan dengan motor-
motor Jepang sekelas: GW250, Ninja R250 dan CBR 250.
ST: a. Memosisikan sebagai sepeda
motor Eropa, sehingga persaingan langsung dengan sepeda motor asal Jepang dan India dapat dihindari
b. Memosisikan produk sebagai supermoto untuk pemakaian harian
WT: a. Menggunakan strategi fokus,
sehingga persaingan langsung dengan sepeda motor asal Jepang berkurang
b. Membuat berbagai variasi harga secara bertingkat, sehingga pilihan harga banyak
c. Melokalkan komponen-komponen tertentu, sehingga motor semakin murah dan resiko kenaikan harga akibat penguatan Euro dapat dikurangi
d. Menggunakan perusahaan berbasis KTM dalam pemasaran atau menghilangkan asosiasi dengan Bajaj
Dari strategi-strategi yang dirumuskan pada Tabel 3.5, mana yang dipilih, apakah satu,
beberapa ataukah semua strategi? Jawabannya tergantung pada sasaran yang ditentukan
perusahaan serta evaluasi atas kelayakan (feasibility) setiap strategi.
142
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
B. Antara Kesempatan dan Ancaman
Bagi Walker, Boyd, Mullins, dan Larreche (2003), setiap tren, dapat menghasilkan
kesempatan bagi sebagian pelaku bisnis dan menjadi ancaman bagi pelaku bisnis lain.
Pemanasan global dapat memberikan kesempatan pada produk-produk yang bersahabat
lingkungan, seperti sepeda.
Pada sisi lain, tren ini juga menjadi ancaman bagi produk-produk yang tidak
bersahabat lingkungan, seperti sepeda motor dua tak. Kenaikan harga minyak bumi,
sebagai sebuah tren, juga menjadi kesempatan bisnis bagi produk-produk penghemat
pemakaian bahan bakar pada kendaraan bermotor, bahan bakar nabati dan produk-produk
tanpa bahan bakar, seperti sepeda (Kasus 3.2).
Ketergantungan yang semakin besar pada bahan bakar nabati menyebabkan
alokasi sumberdaya pertanian yang semakin besar untuk menghasilkannya, sehingga
alokasi untuk memproduksi bahan pangan berkurang. Bahan pangan yang berkurang
pada satu sisi dan populasi dunia yang terus bertumbuh, merupakan dua tren yang
menyebabkan kenaikan harga bahan pangan. Dengan sendirinya, kenaikan ini menjadi
kesempatan bagi usaha pertanian pangan.
Tabel 3.7. Contoh Dampak Lingkungan Makro terhadap Perilaku Konsumen
KASUS 3.2
Naiknya Harga BBM Picu Pembelian Sepeda
BISMARCK, ND, MINGGU – Akibat kenaikan harga bahan bakar minyak global, sementara di AS harga bahan bakar minyak mencapai 4 dolar AS atau sekitar Rp 36.000 per galon (3.8 liter), jumlah pembelian sepeda dan reparasi sepeda di Bismarck, North Dakota, meningkat.
Warga di pinggiran kota besar mulai mengeluarkan sepeda dari gudang atau membeli sepeda baru untuk menghadapi kenaikan harga BBM tersebut. “Setiap orang yang datang ke toko selalu berbicara tentang harga BBM,” ujar Barry Dahl, pemilik toko Barry’s Bikes di Bismarck. Dia telah menjual lebih dari 50 sepeda pada April dan Januari lalu di atas target penjualannya. Joyce McCusker, guru dari Hemdon, Virginia, baru pertama kali memiliki sepeda yang dibelinya bulan lalu. Dia naik sepeda ke kantor yang jarak dari rumahnya sekitar 12,6 km. Dia menggunakan mobil untuk menjemput anaknya. “Saya masih menggunakan bahan bakar fosil,” ujarnya. Target saya, dalam dua tahun, adalah mengendarai dua jenis kendaraan itu sepanjang tahun ini.
143
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Fed Clements, Direktur Eksekutif Asosiasi Pedagang Sepeda Nasional di Costa Mesa, California, menyebutkan, setiap tahun sekitar 18 juta sepeda terjual pada beberapa tahun terakhir dengan jumlah transaksi mencapai 6 milyar dolar AS (sekitar 5,4 trilyun). Tahun ini jumlah tersebut meningkat pesat. “Sekarang orang lebih sering bersepeda. Alasannya beragam, di antaranya meningkatnya harga BBM,” ujar Bill Nesper, juru bicara Liga Sepeda AS yang berbasis di Washington DC. “Jumlah telepon yang kami terima meningkat. Mereka menanyakan tips bagaimana menggunakan sepeda untuk kerja bolak-balik dari pinggiran kota.” Liga sepeda AS pekan ini mempromosikan gerakan “Pekan Bike to Work” pada Jumat (16/5). Nesper berharap tercapai rekor dalam jumlah orang bersepeda. Mark Krenz (48), warga Bismarck, saat ini berlatih untuk menyiapkan diri bersepeda ke kantor dari desanya yang agak berbukit-bukit. “Sekarang setiap orang berbicara tentang bagaimana menghemat bahan bakar,” ujarnya. (AP/ISW). Sumber: Kompas, 14 Mei 2008
Tren selalu ada. Komponen-komponen lingkungan makro yang telah dibahas pada
modul II menghasilkan tren makro yang patut dianalisis untuk mengetahui kesempatan-
kesempatan pasar, selain ancaman bisnis yang datang dari lingkungan.
Pertanyaannya, perusahaan apa saja yang patut mencermati perkembangan
lingkungan makro? Apakah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) perlu
dicermati Bank Tabungan Negara? Bank ini tentu tidak memiliki hubungan langsung
dengan BBM, kecuali memiliki debitur yang bergerak di bidang perminyakan. Namun,
saat harga BBM dunia mencapai US $100 per barrel, bank ini tentu perlu melakukan
analisis. Soalnya, apabila kenaikan harga BBM terlalu tinggi, beban subsidi pemerintah
terlalu besar. Untuk menguranginya, pemerintah terpaksa menaikkan bahan bakar
minyak, walaupun dilakukan secara selektif.
Kenaikan harga BBM akan diikuti oleh inflasi, yang berdampak negatif terhadap
konsumen dengan dua cara. Pertama, dengan harga-harga yang semakin mahal daya beli
konsumen semakin rendah. Kedua, untuk menekankan inflasi pemerintah lewat Bank
Indonesia (BI) menaikkan suku pinjaman antar bank. Kenaikan ini memicu kenaikan
suku bungan pinjaman konsumen, misalnya suku bunga kredit perumahan. Kenaikan ini
menyulitkan pembayan konsumen, sehingga tunggakan meningkat. Peningkatan
tunggakan akan mengurangi likuiditas bank. Jadi, logikanya BTN perlu mengantisipasi
kenaikan harga BBM walaupun tidak termasuk dalam komponen biayanya.
144
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Latihan 3.5
Pada April 2012 pemerintah menerapkan pembatasan BBM bersubsidi. Dengan peraturan
baru, pemerintah mewajibkan mobil-mobil pribadi menggunakan BBM non-subsidi.
Coba identifikasi, peraturan ini memberikan kesempatan dan ancaman pada siapa?
Petunjuk: Gunakan pengertian dasar kesempatan dan ancaman untuk melakukan
identifikasi
C. Sasaran
Kisah yang mengawali modul ini diulangi lagi. Alkisah, salah satu perang terkenal pada
perang dunia kedua adalah perang Afrika Utara, yang disebut Africa Campaign. Perang
itu dimulai dengan inisiatif Italia menyerang kota Alexandria di Mesir. Niatnya adalah
mengusir Inggris dari Mesir. Serangan itu dapat dipukul mundur dan Italia terdesak
sampai ke Libya. Untung bagi Italia, Hitler mengirimkan bala bantuan lengkap dengan
jenderal terbaik Nazi Jerman: Rommel.
Gabungan Italia dan Jerman berhasil melakukan serangan balik. Sekutu terbirit-
birit sampai El Alamein, yang jaraknya hanya ”sepelemparan” batu dari Kairo. Di kota
kecil ini Inggris dan sekutunya, pimpinan jenderal Auchinleck, berniat menahan gerak
maju Italia dan Jerman.
El alamein adalah celah gurun sempit. Di utara terdapat laut Mediterania dan di
selatan adalah cekungan Qattara. Celah itu dianggap ideal sebagai lokasi bertahan. Bagi
Rommel, Inggris dan sekutunya harus segera dikalahkan, sebelum pihak lawan
memperoleh bantuan.
Sasaran ’bertahan’ yang dipilih Auchinleck masuk akal sebab dia belum
memiliki cukup tentara dan peralatan untuk memukul balik tentara Jerman. Sasaran
’mengalahkan’ yang dipilih Rommel juga masuk akal, sebab dengan kemenangan
beruntun yang dialaminya, moral pasukannya sedang tinggi dan Auchinleck masih lemah
karena pasukan bantuan yang ditunggunya belum sampai. Inti cerita ini adalah: pemilihan
sasaran harus sesuai dengan situasi internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan.
Menurut Thompson dan Strickland (2003), sasaran (objectives) adalah target
kinerja organisasi, yakni hasil (result) atau keluaran (outcomes) yang ingin dicapai. Lebih
jauh keduanya menyatakan bahwa sasaran bisnis dapat dikelompokkan menjadi: sasaran
keuangan (financial objectives) dan sasaran strategik (strategic objectives). Sesuai
145
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
namanya, sasaran keuangan adalah hasil dan keluaran keuangan yang ingin dicapai
organisasi. Sasaran strategik adalah hasil-hasil yang mencerminkan peningkatan daya
saing (competitiveness) dan posisi bisnis (business position) yang lebih kuat. Rincian
sasaran keuangan dan strategik disajikan pada Tabel 3.6. Menurut Thompson dan
Strickland (2003), pada akhirnya memang sasaran strategik bermuara pada sasaran
keuangan. Namun, hal lain yang diperoleh melalui sasaran ini adalah posisi bersaing yang
lebih kuat dan prospek jangka panjang yang lebih cerah.
Tabel 3.6. Rincian Sasaran Keuangan dan Strategik
SASARAN KEUANGAN SASARAN STRATEGIK Pertumbuhan penerimaan
Pertumbuhan penghasilan (earnings)
Kenaikan deviden
Marjin keuntungan yang lebih tinggi
Tingkat pengembalian investasi yang lebih
tinggi
Economic value added (EVA) yang lebih baik
Surat utang dan peringkat kredit yang lebih kuat
Arus kas yang lebih kuat
Kenaikan harga saham
Kenaikan berkelanjutan market value added
(MVA)
Pengakuan atas reputasi perusahaan
Sumber penerimaan yang makin beragam
Penghasilan yang stabil selama masa resesi
Pangsa pasar lebih besar
Kemampuan merancang, membangun dan
mengomersilkan produk baru lebih cepat
dibanding pesaing
Kualitas produk yang lebih tinggi dibanding
pesaing
Biaya lebih rendah dibanding pesaing
Lini produk lebih luas dan menarik dibanding
pesaing
Kemampuan menjual lewat internet dan e-
commerce yang lebih baik dibanding pesaing
Pengantaran yang lebih tepat waktu
Merek yang lebih kuat dibanding pesaing
Layanan konsumen yang lebih baik dibanding
pesaing
Sistem distribusi dan penjualan yang lebih baik
dibanding pesaing
Pengakuan sebagai pemimpin teknologi dan
inovasi produk
Cakupan geografis yang lebih luas dibanding
pesaing
Kepuasan pelanggan yang lebih tinggi
dibanding pesaing
Keterangan: Pengertian konsep-konsep di atas silakan ditelusuri pada mata kuliah terkait
Sumber: Thompson dan Strickland (2003)
Sasaran fungsional, misalnya sasaran pemasaran (marketing objectives), adalah turunan
dari sasaran bisnis (Pearce dan Robinson, 1994; Thompson dan Strickland, 2003).
Namun, karena dikaitkan dengan strategi dan program pemasaran (Rust, Ambler,
Carpenter, Kumar dan Srivasta, 2004), sasaran terkait pasar lebih terinci pada level
pemasaran dibanding level bisnis. Sekalipun demikian, pada dua pendapat yang akan kita
lihat berikut ini, terdapat perbedaan pendapat tentang sasaran pemasaran.
146
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Menurut Kokkinaki dan Ambler (1999) sasaran pemasaran dapat diringkas ke
dalam enam kategori: sasaran finansial (seperti turnover, contribution margin, dan
profits), sasaran persaingan pasar (seperti pangsa pasar, pangsa iklan dan pangsa
promosi), sasaran perilaku konsumen (seperti penetrasi pasar, loyalitas konsumen dan
perolehan konsumen baru), sasaran antara berbasis konsumen (seperti brand recognition,
kepuasan dan purchase intention), sasaran langsung konsumen (seperti tingkat distribusi,
profitabilitas perantara dan kualitas layanan) dan sasaran keinovatifan (seperti peluncuran
produk baru dan penerimaan dari produk baru dibanding keseluruhan produk).
Tabel 3.7. Sasaran-sasaran Pemasaran
Perilaku konsumen dan perantara
Kepuasan konsumen
Pengetahuan merek produk
Jumlah keluhan
Persepsi kualitas
Maksud pembelian
Jumlah pelanggan
Jumlah kontak
Daur hidup pelanggan
Keuangan
Volume penjualan
Keuntungan/profitabilitas
ROI
Marjin kotor
Pengeluaran pemasaran
Tingkat diskon
Pasar dan Inovasi
Pangsa pasar
Ketersediaan produk/layanan
Variasi harga
Jumlah produk baru
Promosi
Ukuran transaksi rata-rata
Return on advertising
Efektitas promosi
Banyaknya konsumen yang
mempromosikan produk
Sumber: Sampaio et al. (2011)
147
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Sampaio, Simoes, Perin dan Almeida (2011) menyajikan 22 sasaran pemasaran,
yang terbagi ke dalam empat kategori, seperti diperlihatkan pada Tabel 3.9.
Sejalan dengan Thompson dan Strickland (2003), Kokkinaki dan Ambler (1999)
serta Ambler, Kokkinaki dan Putoni (2002), menyatakan bahwa sasaran keuangan adalah
yang terpenting dibanding sasaran-sasaran lainnya. Menurut Rust, Ambler, Carpenter,
Kumar dan Srivasta (2004), sasaran keuangan harus dianggap sebagai sasaran akhir
semua sasaran pemasaran. Untuk itu, sasaran pemasaran harus dianggap sebagai sebuah
hirarki, yang hasil akhirnya adalah sasaran keuangan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang sasaran pemasaran menurut Seggie,
Cagusvil dan Phelan (2007) adalah:
Berorientasi ke belakang ataukah ke depan? Apakah penetapan sasaran adalah
berupa forecasting berbasis data masa lalu (backward-looking) ataukah ditetapkan
berdasarkan perkiraan tentang perkembangan lingkungan pada masa yang akan
datang (forward-looking)? Yang terbaik adalah berorientasi ke masa depan.
Jangka pendek ataukah jangka panjang? Perusahaan perlu membedakan sasaran
jangka pendek dan sasaran jangka panjang (Pearce dan Robinson, 1994). Menurut
Seige et al. (2007), apabila implimentasi strategi dapat menghasilkan efek jangka
pendek, misalnya promosi penjualan (seperti diskon, potongan harga, hadiah), maka
sasaran yang ditetapkan adalah jangka pendek. Seige et al. (2007) juga
menyebutkan bahwa apabila perubahan lingkungan terjadi cepat, maka sebaiknya
sasaran di buat dalam jangka yang lebih pendek.
Menggunakan data makro ataukah data mikro? Pada Gambar 2.9 diperlihatkan
bahwa sasaran ditetapkan berdasarkan analisis situasi. Tentu, dari analisis tersebut
diperoleh insight tentang situasi yang akan dihadapi perusahaan. Sebagaimana
lazimnya, insight tersebut diambil dari data yang bersifat umum atau data makro.
Misalnya, terjadi penurunan pangsa pasar 5%. Angka ini ada data makro. Data
tentang siapa saja pelanggan yang keluar sehingga pangsa pasar turun, adalah data
mikro. Apabila yang keluar itu adalah pelanggan yang sangat loyal selama ini,
maka penurunan tersebut adalah hal serius. Sebuah sasaran hendaknya didasarkan
pada data makro dan mikro sekaligus.
148
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Dari metrik independen sampai metrik kausal. Sebuah sasaran dapat
ditempatkan independen, bisa pula saling berhubungan satu sama lain. Rust,
Ambler, Carpenter, Kumar, dan Srivasta (2004) melihat sasaran pemasaran sebagai
ukuran-ukuran produktivitas yang saling berhubungan satu sama lain (Gambar 3.7).
Pada akhirnya, menurut mereka, sasaran-sasaran pemasaran akan berujung pada
sasaran keuangan.
Tactical Actions
Advertising
Service improvements
Strategies
Promotion strategy,
Product strategy,
channel strategy, etc.
Customer Impact
Market share impact,
Sales impact, etc.
Marketing Assets
Brand equity,
customer equity, etc.
Market Impact
Market share impact,
Sales impact, etc.
Market Positions
Market share,
Sales, etc.
Financial Impact
ROI, EVA, etc.
Financial Position
Profits, cash flow, etc.
Impact on Firm
Value
MVA
Value of the Firm
Market Capitalization,
Tobin’s q
The Firm Marketing Actions
Gambar 3.5. Sasaran-sasaran Pemasaran sebagai Ukuran Produktivitas yang
Berhubungan Kausal Sumber: Rust, Ambler, Carpenter, Kumar, dan Srivasta (2004)
149
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Dengan memperlakukan sasaran pemasaran sebagai ukuran-ukuran yang
berhubungan kausal, perusahaann memperoleh paling tidak dua keuntungan. Pertama,
aktivitas-aktivitas pemasaran dapat dipertanggungjawabkan secara keuangan.
Menurut Harvey (1991), apabila bentuk hubungannya kausal, maka pengaruh sasaran
awal (misalnya sikap konsumen) dan mediasi (misalnya penjualan) terhadap sasaran
akhir (misalnya ROI) dapat ditulis sebagai persamaan matematika, misalnya:
sikapROI
sikapXROI
SikapPenjualan
penjualanROI
*0008.0
*)67,0012,0(
*67.0
*012.0
Dengan persamaan tersebut, dampak keuangan dapat diprediksi. Pada contoh, setiap
peningkatan satu satuan sikap akan meningkatkan ROI sebesar 0.8%. Namun, harap
diingat bahwa perumusan persamaan matematika dimaksud harus dilakukan secara
cermat. Yang disajikan di sini hanya contoh dan tentu disederhanakan. Kedua,
menurut Seige, Cagulvil dan Phelan (2007), sasaran antara dapat dipakai untuk
mengontrol pencapaian sasaran akhir.
Dari absolut ke relatif. Perusahaan tidak sendirian dalam industri di mana ia berada.
Dengan demikian, ukuran-ukuran pemasaran (marketing metric) seharusnya
dibandingkan secara relatif dibanding pesaing. Ukuran relatif lebih akurat dibanding
ukuran absolut. Misalnya, ukuran penjualan, dapat dipakai dalam bentuk absolut
(misalnya 350.000 unit per tahun), dapat pula dalam ukuran relatif (misalnya pangsa
pasar = 7.5%). Apabila dikaikan dengan ROI, seharusnya hubungan pangsa pasar
lebih akurat dibanding penjualan. Sebab, dengan pangsa pasar berbeda, perusahaan
membutuhkan biaya pemasaran berbeda untuk men-stimulasi penjualan. Masalahnya,
untuk memperoleh data relatif, perusahaan sulit memperoleh data pesaing. Tetapi,
apabila perusahaan memiliki pusat data yang merekam segala informasi dan sinyal-
sinyal pesaing, masalah tersebut dapat diatasi.
150
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
D. Syarat-syarat Sasaran Pemasaran yang Baik
Apa syarat-syarat sasaran yang baik? Pearce dan Thomson (1994) menjawabnya dengan
terlebih dahulu membedakan sasaran jangka panjang dan sasaran tahunan. Menurut
mereka, sasaran jangka panjang yang baik adalah: diterima (acceptable), fleksibel
(flexible), dapat diukur (measurable), menyemangati (motivating), sesuai (suitable), dapat
dimengerti (understandable) dan dapat dicapai (achievable).
Sasaran tahunan adalah sasaran terukur dan spesifik yang ditetapkan pemasaran
(unit organisasi), yang diharapkan memberikan sumbangan pada strategi induk (grand
strategy) perusahaan. Sasaran demikian harus dikaitkan dengan sasaran jangka panjang,
terintegrasi dan terkoordinasi dengan sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan lain, terukur
dan memiliki skala prioritas.
RINGKASAN
Analisis situasi sebaiknya menghasilkan kesimpulan-kesimpulan tentang kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), kesempatan (opportunities) dan ancaman (threats),
yang diringkas dengan SWOT. Berdasarkan faktor-faktor tersebut perusahaan dapat
merumuskan strategi dan pilihan strategi didasarkan pada sasaran yang ingin dicapai.
Sasaran bisnis adalah target kinerja organisasi, yakni hasil atau keluaran yang
ingin dicapai. Sasaran bisnis dapat dikelompokkan menjadi sasaran keuangan dan sasaran
strategik. Sasaran keuangan adalah kinerja keuangan yang ingin dicapai. Sasaran
strategik adalah hasil-hasil yang mencerminkan daya saing atau posisi bisnis yang ingin
dicapai. Sasaran strategik akan menghasilkan sasaran keuangan.
Sasaran pemasaran adalah turunan sasaran bisnis. Sasaran pemasaran dapat
diringkas ke dalam enam kategori, yakni sasaran finansial, sasaran persaingan pasar,
sasaran perilaku konsumen, sasaran antara berbasis konsumen dan sasaran keinovatifan.
Sasaran keuangan adalah yang paling penting di antaranya.
Beberapa karakteristik sasaran pemasaran: orientasi ke depan versus ke depan,
jangka panjang versus jangka pendek, menggunakan data makro versus data mikro,
independen versus kausal serta absolut versus relatif. Sasaran yang baik harus memenuhi
syarat-syarat: diterima, fleksibel, dapat diukur, memotivasi, sesuai, dapat dimengerti dan
dapat dicapai.
151
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
GLOSSARY
Ancaman
Analisis situasi
Analisis situasi internal
Analisis pelanggan
Analisis persaingan
Benefit competition
Brand competition
Estimasi ukuran pasar
Generic competition
Industry competition
Kekuatan
Kelemahan
Kesempatan
Keunggulan bersaing
Lingkungan makro
Lingkungan mikro
Lingkungan pasar global
Pesaing potensial
Sasaran
Sasaran bisnis
Sasaran pemasaran
SWOT
DAFTAR REFERENSI
Aaker, D. A. (1998). Strategic Market Management. Fifth Edition. John Wiley & Sons,
Inc., New York.
Alsem, J.K. (2007). Strategic Marketing: An Applied Perspective. New York: McGraw-
Hill, Inc.
Ambler, T., Kokkinaki, F. & Putoni, S. (2002). Assessing Market Performance: The
Current State of Metrics. Centre for Marketing Working Paper No. 01-903,
London Business School, London.
Bloodgood, J.M. & Bauerschmidt, A. (2002). Competitive Analysis: Do Managers
Accurately Compare Their Firms To Competitors? Journal of Managerial Issues,
Vol. 14, No. 4 (Winter 2002), pg. 418-434. Stable URL:
http://www.jstor.org/stable/30162018. Accessed: 21/02/2012.
Calandro, J. & Lane, S. (2007). A New Competitive Analysis Tool: The Relative
Profitability and Growth Matrix. Strategy & Leadership, Vol. 35 No. 2, pp. 30-8.
152
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Ferrel, O.C., Hartline, M.D. & Lucas, G.H. (2002). Marketing Strategy. Second Edition.
South-Western, Ohio.
Hamel, G. & Prahalad, C.K. (1990). The Core Competence of The Corporation. Harvard
Business Review 68 (May-June).
Harvey, C.M. (1991). Models of Tradeoffs in a Hierarchical Structure of Objectives.
Management Science, Vol. 37, No. 8 (Aug., 1991), pg. 1030-1042. Published by:
INFORMS. Stable URL: http://www.jstor.org/stable/2632563. Accessed:
08/12/2011 05:51.
Hunt, S.D. (1999). The Strategic Imperative and Sustainable Competitive Advantage:
Public Policy Implication of Resource-Adventage Theory. Journal of The
Academy of Marketing Science, Vol. 27, No. 2, pg. 144-159.
Jain, S.C. (1985). Marketing Planning and Strategy. South-Western Pub. Co., Cincinnati.
Kim, C. & Manbourgne, R. (2005). Blue Ocean Strategy How To Create Uncontested
Market Space and Make The Competition Irrelevant. Harvard Business Review,
New York.
Kokkinaki, F. and Ambler, T. (1999) Marketing Performance Assessment: An
Exploratory Investigation into Current Practice and the Role of Firm Orientation.
Working paper no. 99-114, Marketing Science Institute, Cambridge, MA.
Kotler, P. & Keller, K.L. (2012). Marketing Management. Fourtenth Edition. Edinburg:
Pearson Education Limited.
Kotler, P. (1997). Marketing Management Analysis, Planning and Implementation.
Prentice-Hall, Inc., Upper-Sadle River.
Pearce II, J.A. & Robinson, Jr., R.B. (1994). Formulation, Implementation, and Control
of Competitive Strategy. Fifth Edition. Burr Ridge: Irwin.
Porter, M. (1980). Competitive Strategy. The Free Press, New York.
Porter, M. (1985). Competitive Advantage. The Free Press, New York.
Robertson, T.S., Eliashberg, J. & Rymon, T. (1995). New Product Announcement Signals
and Incumbent Reactions. Journal of Marketing, Jul., 59, 3.
Sampaio, C.H., Simoes, C., Perin, M.G. & Almeida, A. (2011). Marketing Metrics:
Insights from Brazilian Managers. Industrial Marketing Management 40, pg. 8-
16. Accessed through www.sciencedirect.com, DOI:
10.1016/j.indmarman.2010.09.005, 08/12.2011.
153
Bilson Simamora Pemasaran Strategik IBII KKG
Seige, S.H., Cagusvil, E. & Phelan, S.E. (2007). Measurement of Return on Marketing
Investment: A Conceptual Framework and The Future of Marketing Metrics.
Industrial Marketing Management 36 , pg. 834–841. Stable URL:
www.sciencedirect.com, doi:10.1016/j.indmarman.2006.11.001.
Thompson, Jr., A.A. & Strickland III, A.J. (2003). Strategic Management Concepts and
Cases. New York: McGraw-Hill Companies.
Rust, R.T, Ambler, T., Carpenter, G.S, Kumar, V., Srivasta, R.K. (2004). Measuring
Marketing Productivity: Current Knowledge and Future Directions. The Journal
of Marketing, Vol. 68, No. 4 (Oct.), pg. 76-89. Published by: American Marketing
Association. Stable URL: http://www.jstor.org/stable/30162018. Accessed:
08/12/2011, 21:02.
Valenti, E.K. (2001). Swot Analysis from a Resource-Based View. Journal of Marketing
Theory and Practice, Vol. 9, No. 2 (Spring), pp. 54-69. Published by: M.E.
Sharpe, Inc.Stable URL: http://www.jstor.org/stable/40470032. Accessed:
13/11/2011, 21:31.
Walker O, Boyd, H., Larréché, J.C. (2003). Marketing Strategy: Planning and
Implementation. Fourth Edition. Irwin/McGraw-Hill. Homewood, IL.